caput suksadenum

90
2.1 Caput Succedaneum 2.1.1 Pengertian Caput succedaneum adalah edema kulit kepala anak yang terjadi karena tekanan dari jalan lahir kepada kepala anak. Atau pembengkakan difus, kadang-kadang bersifat ekimotik atau edematosa, pada jaringan lunak kulit kepala, yang mengenai bagian kepala terbawah, yang terjadi pada kelahiran verteks. Karena tekanan ini vena tertutup, tekanan dalam vena kapiler meninggi hingga cairan masuk ke dalam jaringan longgar dibawah lingkaran tekanan dan pada tempat yang terendah. Dan merupakan benjolan yang difus kepala, dan melampaui sutura garis tengah. (Obstetri fisiologi, UNPAD.1985) Caput succedaneum ini ditemukan biasanya pada presentasi kepala, sesuai dengan posisi bagian yang bersangkutan. Pada bagian tersebut terjadi oedema sebagai akibat pengeluaran serum dari pembuluh darah. Caput succedaneum tidak memerlukan pengobatan khusus dan biasanya menghilang setelah 2-5 hari.(Sarwono Prawiroharjo.2002) Kejadian caput succedaneum pada bayi sendiri adalah benjolan pada kepala bayi akibat tekanan uterus atau dinding vagina dan juga pada persalinan dengan tindakan vakum ekstraksi.(Sarwono Prawiroharjo.2002) Caput succedaneum adalah edema di kulit kepala pada bagian presentasi kepala. Dapat mengenai area kepala secara luas, atau hanya sebesar telur itik, pembengkakan dapat mencapai garis sutura dan edema ini secara bertahap diabsorpsi dan menghilang dlam 3 hari.(Adele Pilliteri.2002) 2.1.2 Etiologi Banyak hal yang menjadi penyebab terjadinya caput succedaneum pada bayi baru lahir(Obstetri fisiologi,UNPAD, 1985, hal 254), yaitu :

Upload: rosa-indah-kusumawardani

Post on 02-Dec-2015

58 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Caput Suksadenum

TRANSCRIPT

Page 1: Caput Suksadenum

2.1  Caput Succedaneum

2.1.1        Pengertian

Caput succedaneum adalah edema kulit kepala anak yang terjadi karena tekanan dari jalan lahir kepada kepala anak. Atau pembengkakan difus, kadang-kadang bersifat ekimotik atau edematosa, pada jaringan lunak kulit kepala, yang mengenai bagian kepala terbawah, yang terjadi pada kelahiran verteks. Karena tekanan ini vena tertutup, tekanan dalam vena kapiler meninggi hingga cairan masuk ke dalam jaringan longgar dibawah lingkaran tekanan dan pada tempat yang terendah. Dan merupakan benjolan yang difus kepala, dan melampaui sutura garis tengah. (Obstetri fisiologi, UNPAD.1985)

Caput succedaneum ini ditemukan biasanya pada presentasi kepala, sesuai dengan posisi bagian yang bersangkutan. Pada bagian tersebut terjadi oedema sebagai akibat pengeluaran serum dari pembuluh darah. Caput succedaneum tidak memerlukan pengobatan khusus dan biasanya menghilang setelah 2-5 hari.(Sarwono Prawiroharjo.2002)

Kejadian caput succedaneum pada bayi sendiri adalah benjolan pada kepala bayi akibat tekanan uterus atau dinding vagina dan juga pada persalinan dengan tindakan vakum ekstraksi.(Sarwono Prawiroharjo.2002)

Caput succedaneum adalah edema di kulit kepala pada bagian presentasi kepala. Dapat mengenai area kepala secara luas, atau hanya sebesar telur itik, pembengkakan dapat mencapai garis sutura dan edema ini secara bertahap diabsorpsi dan menghilang dlam 3 hari.(Adele Pilliteri.2002)

2.1.2        Etiologi

Banyak hal yang menjadi penyebab terjadinya caput succedaneum pada bayi baru lahir(Obstetri fisiologi,UNPAD, 1985, hal 254), yaitu :

1. Persalinan lama

Dapat menyebabkan caput succedaneum karena terjadi tekanan pada jalan lahir yang terlalu lama, menyebabkan pembuluh darah vena tertutup, tekanan dalam vena kapiler meninggi hingga cairan masuk kedalam cairan longgar dibawah lingkaran tekanan dan pada tempat yang terendah.

1. Persalinan dengan ekstraksi vakum

Pada bayi yang dilahirkan vakum yang cukup berat, sering terlihat adanya caput vakum sebagai edema sirkulasi berbatas dengan sebesar alat penyedot vakum yang digunakan.

2.1.3        Patofisiologi

Kelainan ini timbul karena tekanan yang keras pada kepala ketika memasuki jalan lahir sehingga terjadi bendungan sirkulasi kapiler dan limfe disertai pengeluaran cairan tubuh ke jaringan ekstra

Page 2: Caput Suksadenum

vaskuler. Benjolan caput ini berisi cairan serum dan sering bercampur dengan sedikit darah. Benjolan dapat terjadi sebagai akibat bertumpang tindihnya tulang kepala di daerah sutura pada suatu proses kelahiran sebagai salah satu upaya bayi untuk mengecilkan lingkaran kepalanya agar dapat melalui jalan lahir. Umumnya moulage ini ditemukan pada sutura sagitalis dan terlihat segera setelah bayi lahir. Moulage ini umumnya jelas terlihat pada bayi premature dan akan hilang sendiri dalam satu sampai dua hari.

Menurut Sarwono Prawiraharjo dalam Ilmu Kebidanan 2002, proses perjalanan penyakit caput succedaneum adalah sebagi berikut :

1. Pembengkakan yang terjadi pada kasus caput succadeneum merupakan pembengkakan difus jaringan otak, yang dapat melampaui sutura garis tengah.

2. Adanya edema dikepala terjadi akibat pembendungan sirkulasi kapiler dan limfe disertai pengeluaran cairan tubuh. Benjolan biasanya ditemukan didaerah presentasi lahir dan terletak periosteum hingga dapat melampaui sutura.

2.1.4        Manifestasi Klinis

Menurut Nelson dalam Ilmu Kesehatan Anak (Richard E, Behrman.dkk.2000), tanda dan gejala yang dapat ditemui pada anak dengan caput succedaneum adalah sebagi berikut :

1. Adanya edema dikepala2. Pada perabaan teraba lembut dan lunak3. Edema melampaui sela-sela tengkorak4. Batas yang tidak jelas5. Biasanya menghilang 2-3 hari tanpa pengobatan

2.1.5        Pemeriksaan Diagnostik

Sebenarnya dalam pemeriksaan caput succedaneum tidak perlu dilakukan pemeriksaan diagnostik lebih lanjut melihat caput succedaneum sangat mudah untuk dikenali. Namun juga sangat perlu untuk melakukan diagnosa banding dengan menggunakan foto rontgen (X-Ray) terkait dengan penyerta caput succedaneum yaitu fraktur tengkorak, koagulopati dan perdarahan intrakranial. (Meida.2009)

2.1.6        Penatalaksanaan

Menurut Nelson dalam Ilmu Kesehatan Anak (Richard E, Behrman.dkk.2000), Pembengkakan pada caput succedaneum dapat meluas menyeberangi garis tengah atau garis sutura. Dan edema akan menghilang sendiri dalam beberapa hari. Pembengkakan dan perubahan warna yang analog dan distorsi wajah dapat terlihat pada kelahiran dengan presentasi wajah. Dan tidak diperlukan pengobatan yang spesifik, tetapi bila terdapat ekimosis yang ektensif mungkin ada indikasi melakukan fisioterapi dini untuk hiperbilirubinemia.

Page 3: Caput Suksadenum

Moulase kepala dan tulang parietal yang tumpang tindih sering berhubungan dengan adanya caput succedaneum dan semakin menjadi nyata setelah caput mulai mereda, kadang-kadang caput hemoragik dapat mengakibatkan syok dan diperlukan transfusi darah.

Berikut adalah penatalaksanaan secara umum yang bisa diberikan pada anak dengan caput succedaneum :

1. Bayi dengan caput succedaneum diberi ASI langsung dari ibu tanpa makanan tambahan apapun, maka dari itu perlu diperhatikan penatalaksanaan pemberian ASI yang adekuat dan teratur.

2. Bayi jangan sering diangkat karena dapat memperluas daerah edema kepala.3. Atur posisi tidur bayi tanpa menggunakan bantal4. Mencegah terjadinya infeksi dengan :

1)   Perawatan tali pusat

2)   Personal hygiene baik

1. Berikan penyuluhan pada orang tua tentang :

1)   Perawatan bayi sehari-hari, bayi dirawat seperti perawatan bayi normal.

2)   Keadaan trauma pada bayi , agar tidak usah khawatir karena benjolan akan menghilang 2-3 hari.

1. Berikan lingkungan yang nyaman dan hangat pada bayi.2. Awasi keadaan umum bayi.

2.2  Cephal Hematom

2.2.1        Pengertian

Cephal hematom adalah perdarahan subperiosteal akibat kerusakan jaringan poriesteum karena tarikan atau tekanan jalan lahir. Dan tidak pernah melampaui batas sutura garis tengah. Tulang tengkorak yang sering terkena adalah tulang temporal atau parietal ditemukan pada 0,5 – 2 % dari kelahiran hidup. (Prawiraharjo,Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan)

Menurut Abdul Bari Saifudin, cephal hematoma adalah pendarahan sub periosteum akibat keruasakan jaringan periosteum karena tarikan/tekanan jalan lahir dan tidak pernah melampaui batas sutura garis tengah.(Ika Nugroho.2011)

Gambar 2. Cephal hematom

 

2.2.2        Klasifikasi

Page 4: Caput Suksadenum

Menurut letak jaringan yang terkena ada 2 jenis yaitu(Ika Nugroho.2011) :

1. Subgaleal

Galea merupakan lapiasan aponeurotik yang melekat secara longgar pada sisi sebelah dalan periosteum. Pembuluh-pembuluh darah vena di daerah ini dapat tercabik sehingga mengakibatkan hematoma yang berisi sampai sebanyak 250 ml darah. Terjadi anemia dan bisa menjadi shock. Hematoma tidak terbatas pada suatu daerah tertentu (Oxorn, Harry, 1996).

Penyebabnya adalah perdarahan yang letaknya antara aponeurosis epikranial dan periosteum. Dapat terjadi setelah tindakan ekstraksi vakum. Jarang terjadi karena komplikasi tindakan mengambil darah janin untuk pemeriksaan selama persalinan, risiko terjadinya terutama pada bayi dengan gangguan hemostasis darah.

Sedangkan untuk kadang-kadang  sukar didiagnosis, karena terdapat edema menyeluruh pada kulit kepala. Perdarahan biasanya lebih berat dibandingkan dengan perdarahan subperiosteal, bahaya ikterus lebih besar.

1. Subperiosteal

Karena periosteum melekat pada tulang tengkorak di garis-garis sutura, maka hematoma terbatas pada daerah yang dibatasi oleh sutura-sutura tersebut. Jumlah darah pada tipe subperiosteal ini lebih sedikit dibandingkan pada tipe subgaleal, fraktur tengkorak bisa menyertai.

Gambaran Klinis : kulit kepala membengkak. Biasanya tidak terdeteksi samapai hari ke 2 atau ke 3. Dapat lebih dari 1 tempat. Perdarahan dibatasi oleh garis sutura, biasanya di daerah parietal.

Perjalanan Klinis dan Diagnosis : Pinggirnya biasanya mengalami klasifikasi. Bagian tengah tetap lunak dan sedikit darah akan diserap oleh tubuh. Mirip fraktur depresi pada tengkorak. Kadang-kadang menyebabkan ikterus neonatorum.

2.2.3        Etiologi

Menurut Sarwono Prawiraharjo dalam Ilmu Kebidanan 2002, cephal hematom dapat terjadi karena :

1. Persalinan lama

Persalinan yang lama dan sukar, dapat menyebabkan adanya tekanan tulang pelvis ibu terhadap tulang kepala bayi, yang menyebabkan robeknya pembuluh darah.

1. Tarikan vakum atau cunam

Persalinan yang dibantu dengan vacum atau cunam yang kuat dapat menyebabakan penumpukan darah akibat robeknya pembuluh darah yang melintasi tulang kepala ke jaringan periosteum.

Page 5: Caput Suksadenum

1. Kelahiran sungsang yang mengalami kesukaran melahirkan kepala bayi.

2.2.4        Patofisiologi

Kadang-kadang, cephal hematom terjadi ketika pembuluh darah pecah selama persalinan atau kelahiran yang menyebabkan perdarahan ke dalam daerah antara tulang dan periosteum. Cedera ini terjadi paling sering pada wanita primipara dan sering berhubungan dengan persalinan dengan forsep dan ekstraksi vacum. Tidak seperti kapu suksedaneum, cephal hematoma berbatas tegas dan tidak melebar sampai batas tulang. Cephal hematom dapat melibatkan salah satu atau kedua tulang parietal. Tulang oksipetal lebih jarang terlibat, dan tulang frontal sangat jarang terkena. Pembengkakan biasanya minimal atau tidak ada saat kelahiran dan bertambah ukuranya pada hari kedua atau ketiga. Kehilangan darah biasanya tidak bermakna.(Wong,2008)

Menurut FK. UNPAD. 1985 dalam Obstetri Fisiologi Bandung, peroses perjalanan penyakit cephal hematom adalah :

1. Cephal hematom terjadi akibat robeknya pembuluh darah yang melintasi tulang kepala ke jaringan poriosteum. Robeknya pembuluh darah ini dapat terjadi pada persalinan lama. Akibat pembuluh darah ini timbul timbunan darah di daerah sub periosteal yang dari luar terlihat benjolan.

2. Bagian kepala yang hematoma bisanya berwarna merah akibat adanya penumpukan daerah yang perdarahan subperiosteum.

2.2.5        Manifestasi Klinis

Berikut ini adalah tanda-tanda dan gejala Cephal hematom.(Menurut Prawiraharjo, Sarwono.2002.Ilmu Kebidanan):

1. Adanya fluktuasi2. Adanya benjolan, biasanya baru tampak jelas setelah 2 jam setelah bayi lahir .3. Adanya cephal hematom timbul di daerah tulang parietal. Berupa benjolan timbunan

kalsium dan sisa jaringan fibrosa yang masih teraba. Sebagian benjolan keras sampai umur 1-2 tahun.

2.2.6        Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan X-Ray tengkorak dilakukan bila dicurigai adanya fraktur (mendekati hampir 5% dari seluruh cephal hematom). Dan pemeriksaan darah lengkap untuk menilai kadar bilirubin, hematokrit, dan hemoglobin.(Alpers, ann.2006)

2.2.7        Penatalaksanaan

Tidak diperlukan penanganan untuk cephal hematom tanpa komplikasi. kebanyakan  lesi diabsorbsi dalam 2 minggu sampai 3 bulan. Lesi yang menyebabkan kehilangan darah hebat ke daerah tersebut atau yang melibatkan fraktur tulang di bawahnya perlu evaluasi  lebih lanjut.

Page 6: Caput Suksadenum

Hiperbilirubinemia dapat tejadi selama resolusi hematoma ini. Infeksi lokal dapat terjadi dan harus dicurigai bila terjadi pembengkakan mendadak yang bertambah besar.(Wong.2008)

Menurut Ida Bagus Gde Manuaba 1998, cephal hematoma umumnya tidak memerlukan perawatan khusus. Biasanya akan mengalami resolusi khusus sendiri dalam 2-8 minggu tergantung dari besar kecilnya benjolan. Namun apabila dicurigai adanya fraktur, kelainan ini akan agak lama menghilang (1-3 bulan) dibutuhkan penatalaksanaan khusus antara lain :

1. Menjaga kebersihan luka.2. Tidak boleh melakukan massase luka/benjolan cephal hematoma.3. Pemberian vitamin K.4. Bayi dengan cephal hematoma tidak boleh langsung disusui oleh ibunya karena

pergerakan dapat mengganggu pembuluh darah yang mulai pulih.5. Pemantauan bilirubinia, hematokrit, dan hemoglobin.6. Aspirasi darah dengan jarum suntik tidak diperlukan.

2.3  Konsep Asuhan Keperawatan

Mengingat konsep dan perjalanan penyakit yag terjadi pada caput succedaneum dan cephal hematom adalah hampir sama, maka konsep asuhan keperawatan yang dapat diberikan juga hampir sama pula. Akan tetapi tetap dalam koridor penyakit perdarahan ekstrakranial.

2.3.1        Pengkajian

1. Subjektif

1)        Identitas

Terjadi pada bayi baru lahir terutama nampak jelas segera (Caput Succedaneum) dan pada beberapa jam atau hari setelah lahir(Cephal Hematom).

2)        Keluhan

Benjolan di kepala bayi segera dan beberapa jam setelah lahir.

1. Objektif

1)        Benjolan di kepala bayi, biasanya pada daerah tulang parietal, oksipital.

2)        Berkembang secara bertahap segera setelah persalinan.(Caput Succedaneum)

3)        Berkembang secara bertahap dalam waktu 12-72 jam.(Cephal Hematom)

4)        Pembengkakan kepala berbentuk benjolan difus.

5)        Tidak berbatas tegas, melampaui batas sutura. (Caput Succedaneum)

Page 7: Caput Suksadenum

6)        Berbatas tegas, tidak melampaui batas sutura. (Cephal Hematom)

7)        Perabaan, mula-mula keras lama kelamaan lunak.

8)        Pada daerah pembengkakan terdapat pitting odema.

9)        Sifat timbulnya perlahan, benjolan tampak jelas setelah 6-8 jam setelah lahir.

10)    Bersifat soliter / multiple.

11)    Anemi, hiperbilirubin bila gangguan meluas.

12)    Jarang menimbulkan perdarahan yang memerlukan transfusi, kecuali bayi yang mempunyai gangguan pembekuan.

1. c.     Pemeriksaan radiologi : dilakukan bila ada indikasi gangguan nafas, benjolan terlalu besar.

2. Pemeriksaan Laboratorium untuk menilai kadar hematokrit, hemoglobin, bilirubin, dan faktor pembekuan.

3. 3.1  Kesimpulan4. Caput succedaneum adalah pembengkakan yang edematosa atau kadang-kadang ekimotik

dan difus dari jaringan lunak kulit kepala yang mengenai bagian yang telah dilahirkan selama persalinan verteks. Edema pada caput succedaneum dapat hilang pada hari pertama, sehingga tidak diperlukan terapi. Tetapi jika terjadi ekimosis yang luas, dapat diberikan indikasi fototerapi untuk kecenderungan hiperbilirubin. Kadang-kadang caput suksadenum disertai dengan molding atau penumpangan tulang parietalis, tetapi tanda tersebut dapat hilang setelah satu minggu.

5. Cephal hematom merupakan perdarahan subperiosteum. Cephal hematom terjadi sangat lambat, sehingga tidak nampak adanya edema dan eritema pada kulit kepala. Cephal hematom dapat sembuh dalam waktu 2 minggu hingga 3 bulan, tergantung pada ukuran perdarahannya. Pada neonatus dengan sefalhematoma tidak diperlukan pengobatan, namun perlu dilakukan fototerapi untuk mengatasi hiperbilirubinemia. Tindakan insisi dan drainase merupakan kontraindikasi karena dimungkinkan adanya risiko infeksi. Kejadian cephal hematom dapat disertai fraktur tengkorak, koagulopati dan perdarahan intrakranial.

6. 3.2  Saran7. Pada caput succedaneum dan cephal hematom, perawat bisa menjelaskan kepada ibu dan

keluarga bayi bahwa tidak diperlukan tindakan atau penanganan khusus bila tanpa komplikasi. Salah satu penyebab cephal hematom adalah trauma lahir, karena itu untuk mencegah terjadinya caput succedaneum dan cephal hematom bisa dilakukan dengan memimpin persalinan yang aman dan tepat.

Page 8: Caput Suksadenum

Kelahiran seorang bayi merupakan saat yang membahagiakan orang

tua, terutama bayi yang lahir sehat. Bayi yang nantinya tumbuh menjadi

anak dewasa melalui proses yang panjang, dengan tidak mengesampingkan

faktor lingkungan keluarga. Terpenuhinya kebutuhan dasar anak (asah-asih-

asuh) oleh keluarga akan memberikan lingkungan yang terbaik bagi anak,

sehingga tumbuh kembang anak menjadi seoptimal mungkin. Tetapi tidak

semua bayi lahir dalam keadaan sehat. Beberapa bayi lahir dengan

gangguan pada masa prenatal, natal dan pascanatal. Keadaan ini akan

memberikan pengaruh bagi tumbuh kembang anak selanjutnya. Dan untuk

masalah terjadinya caput succedaneum pada bayi khususnya di RSD Mardi

Waluyo Blitar di awal tahun 2008 adalah disebabkan persalinan dengan

tindakan vakum ekstraksi dan kala II memanjang. Dengan angka kejadian

untuk persalinan dengan vakum ekstraksi 40 dari 809 persalinan dan kala II

memanjang 27 dari 809 persalinan di RSD Mardi Waluyo Blitar. Untuk

Caput Succedaneum tidak tercatat dalam dalam data Ruang Neonatus RSD

Mardi Waluyo.Kejadian caput succedaneum pada bayi sendiri adalah

benjolan pada kepala bayi akibat tekanan uterus atau dinding vagina dan

juga pada persalinan dengan tindakan vakum ekstraksi.

Asuhan kebidanan adalah perawatan yang diberikan oleh bidan .Jadi

asuhan kebidanan pada neonatus ,bayi ,dan balita adalah perawatan yang

diberikan oleh bidan pada bayi baru lahir (neonatus) ,bayi ,dan

balita .Neonatus ,bayi ,dan balita dengan  persalinan adalah suatu keadaan

trauma pada neonatus ,bayi dan balita yang terjadi selama proses

persalinan dan dapat menyebabkan gangguan pada neonatus ,bayi ,dan

balita apabila tidak diberikan asuhan yang tepat dan benar .Ada beberapa

trauma akibat proses persalinan diantaranya adalah adanya Caput

succedaneum dan Cephalhematoma .

Page 9: Caput Suksadenum

B. TUJUAN PENULISAN

1. Tujuan umum

Adapun tujuan umum yaitu memberikan Asuhan Neonatus dengan Jalan

Lahir yang terdiri dari caput suksedaneum, cephalhematoma.

2. Tujuan  khusus

a. Mengantisipasi masalah atau resiko yang akan terjadi saat

persalianan

b. Memberikan Asuhan Neonatus pada BBL agar tidak terjadi cacat

c. Melakukan tindakan segera pada BBL yang mengaami jejas

persalinan

d. Mengevaluasi hasil Asuhan Neonatus yang diberikan pada BBL

BAB II

TINJAUAN TEORI

A.      Caput succedaneum

Pengertian Caput succedaneum adalah edema kulit kepala anak yang

terjadi karena tekanan dari jalan lahir kepada kepala anak. Atau

pembengkakan difus, kadang-kadang bersifat ekimotik atau edematosa,

pada jaringan lunak kulit kepala, yang mengenai bagian kepala terbawah,

yang terjadi pada kelahiran verteks. Karena tekanan ini vena tertutup,

tekanan dalam vena kapiler meninggi hingga cairan masuk ke dalam

jaringan longgar dibawah lingkaran tekanan dan pada tempat yang

terendah. Dan merupakan benjolan yang difus kepala, dan melampaui

sutura garis tengah. (Obstetri fisiologi, UNPAD.1985)

Kejadian caput succedaneum pada bayi sendiri adalah benjolan pada

kepala bayi akibat tekanan uterus atau dinding vagina dan juga pada

persalinan dengan tindakan vakum ekstraksi,Persalinan lama Dapat

menyebabkan caput succedaneum karena terjadi tekanan pada jalan lahir

yang terlalu lama, menyebabkan pembuluh darah vena tertutup, tekanan

dalam vena kapiler meninggi hingga cairan masuk kedalam cairan longgar

Page 10: Caput Suksadenum

dibawah lingkaran tekanan dan pada tempat yang terendah. Persalinan

dengan ekstraksi vakum Pada bayi yang dilahirkan vakum yang cukup

berat, sering terlihat adanya caput vakum sebagai edema sirkulasi berbatas

dengan sebesar alat penyedot vakum yang digunakan. (Sarwono

Prawiroharjo.2002)

Caput succedaneum ini ditemukan biasanya pada presentasi kepala,

sesuai dengan posisi bagian yang bersangkutan. Pada bagian tersebut

terjadi oedema sebagai akibat pengeluaran serum dari pembuluh darah.

Caput succedaneum tidak memerlukan pengobatan khusus dan biasanya

menghilang setelah 2-5 hari.(Sarwono Prawiroharjo.2002)

Patofisiologi Kelainan ini timbul karena tekanan yang keras pada kepala

ketika memasuki jalan lahir sehingga terjadi bendungan sirkulasi kapiler

dan limfe disertai pengeluaran cairan tubuh ke jaringan ekstra vaskuler.

Benjolan caput ini berisi cairan serum dan sering bercampur dengan sedikit

darah. Benjolan dapat terjadi sebagai akibat bertumpang tindihnya tulang

kepala di daerah sutura pada suatu proses kelahiran sebagai salah satu

upaya bayi untuk mengecilkan lingkaran kepalanya agar dapat melalui jalan

lahir. Umumnya moulage ini ditemukan pada sutura sagitalis dan terlihat

segera setelah bayi lahir. Moulage ini umumnya jelas terlihat pada bayi

premature dan akan hilang sendiri dalam satu sampai dua hari. Menurut

Sarwono Prawiraharjo dalam Ilmu Kebidanan 2002, proses perjalanan

penyakit caput succedaneum adalah sebagi berikut : Pembengkakan yang

terjadi pada kasus caput succadeneum merupakan pembengkakan difus

jaringan otak, yang dapat melampaui sutura garis tengah. Adanya edema

dikepala terjadi akibat pembendungan sirkulasi kapiler dan limfe disertai

pengeluaran cairan tubuh. Benjolan biasanya ditemukan didaerah

presentasi lahir dan terletak periosteum hingga dapat melampaui sutura.

Pembengkakan pada caput succedaneum dapat meluas menyeberangi garis

tengah atau garis sutura. Dan edema akan menghilang sendiri dalam

beberapa hari. Pembengkakan dan perubahan warna yang analog dan

distorsi wajah dapat terlihat pada kelahiran dengan presentasi wajah. Dan

Page 11: Caput Suksadenum

tidak diperlukan pengobatan yang spesifik, tetapi bila terdapat ekimosis

yang ektensif mungkin ada indikasi melakukan fisioterapi dini untuk

hiperbilirubinemia. Moulase kepala dan tulang parietal yang tumpang tindih

sering berhubungan dengan adanya caput succedaneum dan semakin

menjadi nyata setelah caput mulai mereda, kadang-kadang caput hemoragik

dapat mengakibatkan syok dan diperlukan transfusi darah.

Gejala ataupun tanda yang sering ditemui pada kasus caput succedaneum

sebagai berikut:

a.       Adanya oedema di kepala, hal ini disebabkan karena adanya

penggumpalan cairan dibawah kulit kepala bayi sehingga kepala bayi

terlihat bengkak atau oedema.

b.       Pada perabaan terasa lembut dan lunak. Benjolan ini terlokalisir, dapat

tunggal atau lebih dari satu ( multiple ). Tempat lunak ini akan berdenyut

seirama dengan jantung. Ketika seorang bayi aktif atau mendapat demam,

daerah ini akna berdenyut lebih cepat.

c.       Oedema melampaui sela-sela tulang tengkorak, semua bayi memiliki

daerah lunak di kepala mereka ( fontanel ), yang mungkin tidak akan

menutup sampai 18 bulan. Ini adalah tempat dimana tulang tengkorak

belum menyatu. Fontanel yang terbuka ini memberi tengkorak lebih banyak

kelenturan selama proses kelahiran atau ketika bayi membenturkan.

d.       Batas tidak jelas, biasanya pembengkakan akan melewati garis tengah

kepala dan menyeberangi ubun-ubun. Kepala yang tidak rata bisa juga

disebabkan pecahnya pembuluh darah akibat proses persalinan, ciri-cirinya

benjolan tidak akan melewat garis ubun-ubun. Bila darahnya banyak bayi

bisa kekurangan darah dan kulitnya menjadi kuning.

e.       Biasanya menghilang dalam waktu 2 – 3 hari tanpa pengobatan.

Penatalaksanaan pada bayi dengan kelainan 

  

 BAB I

PENDAHULUAN

Page 12: Caput Suksadenum

A. LATAR BELAKANG

Kelahiran seorang bayi merupakan saat yang membahagiakan orang

tua, terutama bayi yang lahir sehat. Bayi yang nantinya tumbuh menjadi

anak dewasa melalui proses yang panjang, dengan tidak mengesampingkan

faktor lingkungan keluarga. Terpenuhinya kebutuhan dasar anak (asah-asih-

asuh) oleh keluarga akan memberikan lingkungan yang terbaik bagi anak,

sehingga tumbuh kembang anak menjadi seoptimal mungkin. Tetapi tidak

semua bayi lahir dalam keadaan sehat. Beberapa bayi lahir dengan

gangguan pada masa prenatal, natal dan pascanatal. Keadaan ini akan

memberikan pengaruh bagi tumbuh kembang anak selanjutnya. Dan untuk

masalah terjadinya caput succedaneum pada bayi khususnya di RSD Mardi

Waluyo Blitar di awal tahun 2008 adalah disebabkan persalinan dengan

tindakan vakum ekstraksi dan kala II memanjang. Dengan angka kejadian

untuk persalinan dengan vakum ekstraksi 40 dari 809 persalinan dan kala II

memanjang 27 dari 809 persalinan di RSD Mardi Waluyo Blitar. Untuk

Caput Succedaneum tidak tercatat dalam dalam data Ruang Neonatus RSD

Mardi Waluyo.Kejadian caput succedaneum pada bayi sendiri adalah

benjolan pada kepala bayi akibat tekanan uterus atau dinding vagina dan

juga pada persalinan dengan tindakan vakum ekstraksi. 

Asuhan kebidanan adalah perawatan yang diberikan oleh bidan .Jadi

asuhan kebidanan pada neonatus ,bayi ,dan balita adalah perawatan yang

diberikan oleh bidan pada bayi baru lahir (neonatus) ,bayi ,dan

balita .Neonatus ,bayi ,dan balita dengan  persalinan adalah suatu keadaan

trauma pada neonatus ,bayi dan balita yang terjadi selama proses

persalinan dan dapat menyebabkan gangguan pada neonatus ,bayi ,dan

balita apabila tidak diberikan asuhan yang tepat dan benar .Ada beberapa

trauma akibat proses persalinan diantaranya adalah adanya Caput

succedaneum dan Cephalhematoma .

Page 13: Caput Suksadenum

B. TUJUAN PENULISAN

1. Tujuan umum

Adapun tujuan umum yaitu memberikan Asuhan Neonatus dengan Jalan

Lahir yang terdiri dari caput suksedaneum, cephalhematoma.

2. Tujuan  khusus

a. Mengantisipasi masalah atau resiko yang akan terjadi saat

persalianan

b. Memberikan Asuhan Neonatus pada BBL agar tidak terjadi cacat

c. Melakukan tindakan segera pada BBL yang mengaami jejas

persalinan

d. Mengevaluasi hasil Asuhan Neonatus yang diberikan pada BBL

BAB II

TINJAUAN TEORI

A.      Caput succedaneum

Pengertian Caput succedaneum adalah edema kulit kepala anak yang

terjadi karena tekanan dari jalan lahir kepada kepala anak. Atau

pembengkakan difus, kadang-kadang bersifat ekimotik atau edematosa,

pada jaringan lunak kulit kepala, yang mengenai bagian kepala terbawah,

yang terjadi pada kelahiran verteks. Karena tekanan ini vena tertutup,

tekanan dalam vena kapiler meninggi hingga cairan masuk ke dalam

jaringan longgar dibawah lingkaran tekanan dan pada tempat yang

terendah. Dan merupakan benjolan yang difus kepala, dan melampaui

sutura garis tengah. (Obstetri fisiologi, UNPAD.1985)

Kejadian caput succedaneum pada bayi sendiri adalah benjolan pada

kepala bayi akibat tekanan uterus atau dinding vagina dan juga pada

persalinan dengan tindakan vakum ekstraksi,Persalinan lama Dapat

Page 14: Caput Suksadenum

menyebabkan caput succedaneum karena terjadi tekanan pada jalan lahir

yang terlalu lama, menyebabkan pembuluh darah vena tertutup, tekanan

dalam vena kapiler meninggi hingga cairan masuk kedalam cairan longgar

dibawah lingkaran tekanan dan pada tempat yang terendah. Persalinan

dengan ekstraksi vakum Pada bayi yang dilahirkan vakum yang cukup

berat, sering terlihat adanya caput vakum sebagai edema sirkulasi berbatas

dengan sebesar alat penyedot vakum yang digunakan. (Sarwono

Prawiroharjo.2002)

Caput succedaneum ini ditemukan biasanya pada presentasi kepala,

sesuai dengan posisi bagian yang bersangkutan. Pada bagian tersebut

terjadi oedema sebagai akibat pengeluaran serum dari pembuluh darah.

Caput succedaneum tidak memerlukan pengobatan khusus dan biasanya

menghilang setelah 2-5 hari.(Sarwono Prawiroharjo.2002)

Patofisiologi Kelainan ini timbul karena tekanan yang keras pada kepala

ketika memasuki jalan lahir sehingga terjadi bendungan sirkulasi kapiler

dan limfe disertai pengeluaran cairan tubuh ke jaringan ekstra vaskuler.

Benjolan caput ini berisi cairan serum dan sering bercampur dengan sedikit

darah. Benjolan dapat terjadi sebagai akibat bertumpang tindihnya tulang

kepala di daerah sutura pada suatu proses kelahiran sebagai salah satu

upaya bayi untuk mengecilkan lingkaran kepalanya agar dapat melalui jalan

lahir. Umumnya moulage ini ditemukan pada sutura sagitalis dan terlihat

segera setelah bayi lahir. Moulage ini umumnya jelas terlihat pada bayi

premature dan akan hilang sendiri dalam satu sampai dua hari. Menurut

Sarwono Prawiraharjo dalam Ilmu Kebidanan 2002, proses perjalanan

penyakit caput succedaneum adalah sebagi berikut : Pembengkakan yang

terjadi pada kasus caput succadeneum merupakan pembengkakan difus

jaringan otak, yang dapat melampaui sutura garis tengah. Adanya edema

dikepala terjadi akibat pembendungan sirkulasi kapiler dan limfe disertai

pengeluaran cairan tubuh. Benjolan biasanya ditemukan didaerah

presentasi lahir dan terletak periosteum hingga dapat melampaui sutura.

Pembengkakan pada caput succedaneum dapat meluas menyeberangi garis

Page 15: Caput Suksadenum

tengah atau garis sutura. Dan edema akan menghilang sendiri dalam

beberapa hari. Pembengkakan dan perubahan warna yang analog dan

distorsi wajah dapat terlihat pada kelahiran dengan presentasi wajah. Dan

tidak diperlukan pengobatan yang spesifik, tetapi bila terdapat ekimosis

yang ektensif mungkin ada indikasi melakukan fisioterapi dini untuk

hiperbilirubinemia. Moulase kepala dan tulang parietal yang tumpang tindih

sering berhubungan dengan adanya caput succedaneum dan semakin

menjadi nyata setelah caput mulai mereda, kadang-kadang caput hemoragik

dapat mengakibatkan syok dan diperlukan transfusi darah.

Gejala ataupun tanda yang sering ditemui pada kasus caput succedaneum

sebagai berikut:

a.       Adanya oedema di kepala, hal ini disebabkan karena adanya

penggumpalan cairan dibawah kulit kepala bayi sehingga kepala bayi

terlihat bengkak atau oedema.

b.       Pada perabaan terasa lembut dan lunak. Benjolan ini terlokalisir, dapat

tunggal atau lebih dari satu ( multiple ). Tempat lunak ini akan berdenyut

seirama dengan jantung. Ketika seorang bayi aktif atau mendapat demam,

daerah ini akna berdenyut lebih cepat.

c.       Oedema melampaui sela-sela tulang tengkorak, semua bayi memiliki

daerah lunak di kepala mereka ( fontanel ), yang mungkin tidak akan

menutup sampai 18 bulan. Ini adalah tempat dimana tulang tengkorak

belum menyatu. Fontanel yang terbuka ini memberi tengkorak lebih banyak

kelenturan selama proses kelahiran atau ketika bayi membenturkan.

d.       Batas tidak jelas, biasanya pembengkakan akan melewati garis tengah

kepala dan menyeberangi ubun-ubun. Kepala yang tidak rata bisa juga

disebabkan pecahnya pembuluh darah akibat proses persalinan, ciri-cirinya

benjolan tidak akan melewat garis ubun-ubun. Bila darahnya banyak bayi

bisa kekurangan darah dan kulitnya menjadi kuning.

e.       Biasanya menghilang dalam waktu 2 – 3 hari tanpa pengobatan.

Penatalaksanaan pada bayi dengan kelainan caput succedaneum :

Page 16: Caput Suksadenum

1.       Perawatan bayi sama dengan perawatan bayi normal

2.       Pengawasan keadaan umum bayi

3.       Berikan lingkungan yang baik ,adanya ventilasi dan sinar matahari yang

cukup

4.       Pemberian ASI yang adekuat ,bidan harus mengajarkan pada ibu teknik

menyusui yang benar

5.       Pencegahan infeksi harus dilakukan untuk menghindari adanya infeksi

pada benjolan

6.       Berikan konseling pada orang tua ,tentang :

a.       Keadaan trauma yang dialami bayi

b.       Jelaskan bahwa benjolan akan menghilang dengan sendirinya tanpa

pengobatan

c.       Perawatan bayi sehari – hari

d.       Manfaat dan teknik pemberian ASI

B.      Cephalhematoma

Pengertian Cephal hematom adalah perdarahan subperiosteal akibat

kerusakan jaringan poriesteum karena tarikan atau tekanan jalan lahir. Dan

tidak pernah melampaui batas sutura garis tengah. Tulang tengkorak yang

sering terkena adalah tulang temporal atau parietal ditemukan pada 2 %

dari kelahiran hidup. (Prawiraharjo,Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan)

Klasifikasi Menurut letak jaringan yang terkena ada 2 jenis yaitu(Ika

Nugroho.2011) : Subgaleal Galea merupakan lapisan aponeurotik yang

melekat secara longgar pada sisi sebelah dalam periosteum. Pembuluh-

pembuluh darah vena di daerah ini dapat tercabik sehingga mengakibatkan

hematoma yang berisi sampai sebanyak 250 ml darah. Terjadi anemia dan

bisa menjadi shock. Hematoma tidak terbatas pada suatu daerah tertentu

(Oxorn, Harry, 1996). Penyebabnya adalah perdarahan yang letaknya

antara aponeurosis epikranial dan periosteum. Dapat terjadi setelah

tindakan ekstraksi vakum. Jarang terjadi karena komplikasi tindakan

mengambil darah janin untuk pemeriksaan selama persalinan, risiko

Page 17: Caput Suksadenum

terjadinya terutama pada bayi dengan gangguan hemostasis darah.

Sedangkan untuk kadang-kadang sukar didiagnosis, karena terdapat edema

menyeluruh pada kulit kepala. Perdarahan biasanya lebih berat

dibandingkan dengan perdarahan subperiosteal, bahaya ikterus lebih besar.

Subperiosteal Karena periosteum melekat pada tulang tengkorak di garis-

garis sutura, maka hematoma terbatas pada daerah yang dibatasi oleh

sutura-sutura tersebut. Jumlah darah pada tipe subperiosteal ini lebih

sedikit dibandingkan pada tipe subgaleal, fraktur tengkorak bisa menyertai.

 Gambaran Klinis : kulit kepala membengkak. Biasanya tidak terdeteksi

samapai hari ke 2 atau ke 3. Dapat lebih dari 1 tempat. Perdarahan dibatasi

oleh garis sutura, biasanya di daerah parietal. Perjalanan Klinis dan

Diagnosis : Pinggirnya biasanya mengalami klasifikasi. Bagian tengah tetap

lunak dan sedikit darah akan diserap oleh tubuh. Mirip fraktur depresi pada

tengkorak. Kadang-kadang menyebabkan ikterus neonatorum.

Etiologi Menurut Sarwono Prawiraharjo dalam Ilmu Kebidanan 2002,

cephal hematom dapat terjadi karena : Persalinan lama Persalinan yang

lama dan sukar, dapat menyebabkan adanya tekanan tulang pelvis ibu

terhadap tulang kepala bayi, yang menyebabkan robeknya pembuluh darah.

Tarikan vakum atau cunam Persalinan yang dibantu dengan vacum atau

cunam yang kuat dapat menyebabakan penumpukan darah akibat robeknya

pembuluh darah yang melintasi tulang kepala ke jaringan periosteum.

Kelahiran sungsang yang mengalami kesukaran melahirkan kepala bayi.

Tanda dan gejala yang muncul pada bayi dengan Cephalhematoma

adalah :

1.         Kepala tampak bengkak dan bewarna merah

2.         Tampak benjolan dengan batas yang tegas dan tidak melampaui tulang

tengkorak

3.         Pada perabaan terasa mula – mula keras kemudian menjadi lunak

4.         Benjolan tampak jelas kurang lebih 6 sampai 8 jam setelah lahir

5.         Benjolan membesar pada hari kedua atau ketiga

6.         Benjolan akan menghilang dalam beberapa minggu

Page 18: Caput Suksadenum

Penatalaksanaan pada bayi dengan kelainan Cephalhematoma :

1.         Perawatan yang dilakukan hampir sama dengan caput succedaneum

2.         Jika ada luka dijaga agar tetap bersih dan kering

3.         Lakukan pemberian vitamin K jika perlu

4.         Apabila dicurigai terjadi fraktur tulang tengkorak ,harus dilakukan

pemeriksaan lain seperti foto toraks

5.         Lakukan pemeriksaan radiologik apabila dicurigai terdapat gangguan

susunan saraf pusat ,seperti tampak benjolan yang sangat luas .

Cephal hematom merupakan perdarahan subperiosteum. Cephal

hematom terjadi sangat lambat, sehingga tidak nampak adanya edema dan

eritema pada kulit kepala. Cephal hematom dapat sembuh dalam waktu 2

minggu hingga 3 bulan, tergantung pada ukuran perdarahannya. Pada

neonatus dengan sefalhematoma tidak diperlukan pengobatan, namun perlu

dilakukan fototerapi untuk mengatasi hiperbilirubinemia. Tindakan insisi

dan drainase merupakan kontraindikasi karena dimungkinkan adanya risiko

infeksi. Kejadian cephal hematom dapat disertai fraktur tengkorak,

koagulopati dan perdarahan intrakranial.

BAB III

PERMASALAHAN

Dalam kasus neonatus diduga, hasil otopsi forensik mungkin penting

bagi keyakinan atau pembebasan. Tapi otopsi temuan pada bayi baru lahir

mati sering tidak spesifik dan jarang dapat memberikan bukti-bukti yang

nyata dari cedera yang diakibatkan, karena mereka diketahui terjadi selama

kelahiran normal juga. Dalam penelitian, menguji 59 vagina disampaikan,

bayi baru lahir sehat dalam 30 menit pertama setelah lahir untuk tahu lebih

banyak tentang prevalensi dan korelasi kemungkinan dari caput

succedaneum. Caput succedaneum terjadi 33,9%. Adapun terjadinya caput

Page 19: Caput Suksadenum

succedaneum. Dalam lingkup penelitian bisa menunjukkan bahwa baik

caput succedaneum adalah temuan langka pada bayi baru lahir sehat.

Dalam penyelidikan  neonatus dicurigai sebagai insiden trauma kelahiran

kadang-kadang tidak dapat dihindarkan dan lebih sering ditemukan pada

persalinan yang terganggu oleh salah satu sebab. Walaupun insiden telah

menurun pada tahun-tahun belakangan ini, sebagian karena kemajuan di

bidang teknik dan penilaian obstetrik, trauma lahir masih merupakan

permasalahan penting, karena walaupun hanya trauma yang bersifat

sementara sering tampak nyata oleh orang tua dan menimbulkan cemas

serta keraguan yang memerlukan pembicaraan bersifat suportif dan

informatif. ,Beberapa trauma pada awalnya dapat bersifat laten, tetapi

kemudian akan menimbulkan penyakit atau akibat sisa yang berat. Trauma

lahir juga merupakan salah satu faktor penyebab utama dari kematian

perinatal.

BAB IV

PEMBAHASAN

Pembengkakan yang terjadi karena adanya tekanan yang berlebihan

letaknya diatas poisterium ataukarena adanya timbunan serum dibawah

lapisan aponerose diluar garis periostiu, sehingga kepala bayiterlihat

bengkak / edema.Hal ini terjadi karena adanya tekanan pada kepala oleh

jalan lahir.Yang disebabkan karena partus lama dan persalinan dengan

bantuan alat yaitu facum ekstraksi, bisa juga dengan forcep.Pada umumnya,

caput ini menghilang dalam kurun waktu 1 hari.

Pembengkakan akan melewati garis tengah kepala dan menyeberangi ubun-

ubun. Tak perlu kuatir, benjolan ini tidak berbahaya dan akan menghilang

dengan sendirinya. Kepala yang tidak rata bisa jugadisebabkan pecahnya

pembuluh darah akibat proses persalinan, ciri-cirinya benjolan tidak

akanmelewati garis ubun-ubun. Bila darahnya banyak, bayi bisa kekurangan

Page 20: Caput Suksadenum

darah dan kulitnya menjadikuning. Maka meminimalisasikan penggunaan

alat bantu pada proses persalinan.

Kasus diatas mengatakan bahwa dalam penelitian yang menguji 59

vagina bayi baru lahir sehat dalam 30 menit pertama setelah lahir lebih

banyak tentang prevalensi dan korelasi kemungkinan dari succedaneum

caput dan petechiae wajah. Caput succedaneum terjadi pada 33,9%,

petechiae wajah di 20,3%.

Caput succedaneum sendiri adalah edema kulit kepala anak yang terjadi

karena tekanan dari jalan lahir kepada kepala anak. Atau pembengkakan

difus, kadang-kadang bersifat ekimotik atau edematosa, pada jaringan lunak

kulit kepala, yang mengenai bagian kepala terbawah, yang terjadi pada

kelahiran verteks .Karena tekanan ini vena tertutup, tekanan dalam vena

kapiler meninggi hingga cairan masuk ke dalam jaringan longgar dibawah

lingkaran tekanan dan pada tempat yang terendah. Dan merupakan

benjolan yang difus kepala, dan melampaui sutura garis tengah. Caput

succedaneum ini ditemukan biasanya pada presentasi kepala, sesuai dengan

posisi bagian yang bersangkutan. Pada bagian tersebut terjadi oedema

sebagai akibat pengeluaran serum dari pembuluh darah. Patofisiologi

Kelainan ini timbul karena tekanan yang keras pada kepala ketika

memasuki jalan lahir sehingga terjadi bendungan sirkulasi kapiler dan limfe

disertai pengeluaran cairan tubuh ke jaringan ekstra vaskuler. Benjolan

caput ini berisi cairan serum dan sering bercampur dengan sedikit darah.

Benjolan dapat terjadi sebagai akibat bertumpang tindihnya tulang kepala

di daerah sutura pada suatu proses kelahiran sebagai salah satu upaya bayi

untuk mengecilkan lingkaran kepalanya agar dapat melalui jalan lahir.

Umumnya moulage ini ditemukan pada sutura sagitalis dan terlihat segera

setelah bayi lahir. Moulage ini umumnya jelas terlihat pada bayi premature

dan akan hilang sendiri dalam satu sampai dua hari .

Berikut adalah penatalaksanaan secara umum yang bisa diberikan

pada anak dengan caput succedaneum : Bayi dengan caput succedaneum

diberi ASI langsung dari ibu tanpa makanan tambahan apapun, maka dari

Page 21: Caput Suksadenum

itu perlu diperhatikan penatalaksanaan pemberian ASI yang adekuat dan

teratur. Bayi jangan sering diangkat karena dapat memperluas daerah

edema kepala. Atur posisi tidur bayi tanpa menggunakan bantal Mencegah

terjadinya infeksi dengan :Perawatan tali pusat dan personal hygiene baik .

Berikan penyuluhan pada orang tua tentang : Perawatan bayi sehari-hari,

bayi dirawat seperti perawatan bayi normal. Keadaan trauma pada bayi ,

agar tidak usah khawatir karena benjolan akan menghilang 2-3 hari.

Berikan lingkungan yang nyaman dan hangat pada bayi. Awasi keadaan

umum bayi.

Komplikasi caput succedanum antara lain ;

a.       infeksi

Infeksi pada caput succedanum bisa terjadi karena kulit kepala luka

b.       ikterus

Pada bayi yang terkena caput succedanium dapat menyebabkan ikterus

karena inkompatibiliatas faktor rh atau golongan darah A,B,O antara ibu

dan bayi

c.       Anemia

bisa terjadi pada bayai yang terkena caput succedanum karena pada

benjolan terjadi pendarahan hebatatau pendarahan hebat .

Penanganan untuk caput succedaneum :

Untuk melakukan penanganan pada kasus caput succedaneum sebagai

berikut:

a.    Bayi dirawat seperti bayi normal

b.    Awasi keadaan umum bayi

c.    Lingkungan harus dalam keadaan baik, cukup ventilasi, masuk sinar

matahari (agar tidak terjadi hipotermi).

d.    Pemberian ASI yang adekuat, ajarkan ibu cara menetekan dengan tiduran

untuk mengurangi anak jangan sering diangkat, agar benjolan tidak meluas

karena tekanannya meninggi dan cairan serebrospinalis meningkat keluar.

e.    Stimulus secara pelan untuk merangsang pembuluh lumfe dibawah kulit.

f.      Memberikan konseling kepada orang tua tentang:

Page 22: Caput Suksadenum

                                     1)     Keadaan trauma pada bayi, tidak usah cemas karena

benjolan akan menghilang dalam 2 – 3 hari.

                                     2)     Perawatan bayi sehari-hari.

                                     3)     Manfaat can cara pemberian ASI (bisa dengan sendok)

Mencegah terjadinya infeksi dengan cara:

                                     4)     Perawatan tali pusat dengan baik.

                                     5)     Personal hygiene yang baik pada daerah luka.

                                     6)     Pemberian ASI yang adekuat.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Caput succedaneum adalah pembengkakan yang edematosa atau kadang-

kadang ekimotik dan difus dari jaringan lunak kulit kepala yang mengenai

bagian yang telah dilahirkan selama persalinan verteks. Edema pada caput

succedaneum dapat hilang pada hari pertama, sehingga tidak diperlukan

terapi. Tetapi jika terjadi ekimosis yang luas, dapat diberikan indikasi

fototerapi untuk kecenderungan hiperbilirubin. Kadang-kadang caput

suksadenum disertai dengan molding atau penumpangan tulang parietalis,

tetapi tanda tersebut dapat hilang setelah satu minggu. Pada kala II lama

terjadi penekanan otot diafragma pelvis mengakibatkan spasme pintu

panggul. Dengan adanya gaya berat, mengakibatkan kontraksi uterus

sehingga tulang kepala tertekan. Sehingga fontanel meregang dan CSS

(Central Canal of Spinal cord) tidak bisa mengalir ke seluruh otak.Sehingga

CSS menerobos ke jaringan atau intraviber.Sehingga potensial (cairan)

tedorong ke bagian ubun-ubun besar dan terjadi timbunan CSS dibawah

kulit kepala.Sehingga menyebabkan.

Page 23: Caput Suksadenum

B. Saran

1.       Pada caput succedaneum dan cephalhematoma kita bisa menjelaskan

kepada ibu dan keluarga bayi ,bahwa tidak diperlukan tindakan atau

penanganan khusus bila tanpa komplikasi .

2.       Bagi tenaga kesehatan untuk memimpin persalinan dengan aman dan

tepat .

3.       meningkatkan lagi para tenaga kesehatan baik secara teknis maupun

non teknis dalam memberikan pelayanan kesehatan.

Page 24: Caput Suksadenum

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI

Cedera lahir adalah kelainan bayi baru lahir yang terjadi karena trauma lahir akibat tindakan,

cara persalinan atau gangguan persalinan yang diakibatkan kelainan fisiologis persalinan. (YPB,

maternal neonatal. 2007).

Sebagian besar cedera lahir terjadi selama persalinan lama dan berlarut-larut atau kesulitan

lahir. Cedera lahir dapat terjadi apabila janin besar atau presentasi atau posisi janin abnormal.

Akan tetapi, terdapat kasus terjadinya cedera in utero. ( Helen Varney dkk, 2007 )

Trauma lahir adalah trauma pada bayi yang diterima dalam atau karena proses kelahiran.

Istilah trauma lahir digunakan untuk menunjukkan trauma mekanik dan anoksik, baik yang dapat

dihindarkan maupun yang tidak dapat dihindarkan, yang didapat bayi pada masa persalinan dan

kelahiran. Trauma dapat terjadi sebagai akibat ketrampilan atau perhatian medik yang tidak

pantas atau yang tidak memadai sama sekali, atau dapat terjadi meskipun telah mendapat

perawatan kebidanan yang terampil dan kompeten dan sama sekali tidak ada kaitannya dengan

tindakan atau sikap orang tua yang acuh tak acuh. Pembatasan trauma lahir tidak meliputi trauma

akibat amniosentesis, tranfusi intrauteri, pengambilan contoh darah vena kulit kepala atau

resusitasi.

A. Caput Suksedaneum

a. Pengertian

Page 25: Caput Suksadenum

Caput suksedaneum ini ditemukan biasanya pada presentasi kepala, sesuai dengan posisi

bagian yang bersangkutan. Pada bagian tersebut terjadi oedema sebagai akibat pengeluaran

serum dari pembuluh darah. Caput suksedaneum tidak memerlukan pengobatan khusus dan

biasanya menghilang setelah 2-5 hari. (Sarwono, 2006).

Kejadian caput succedaneum pada bayi sendiri adalah benjolan pada kepala bayi akibat

tekanan uterus atau dinding vagina dan juga pada persalinan dengan tindakan vakum

ekstraksi. ( Abdul Bari Saifuddin, 2001).

Caput suksedaneum adalah Kelainan ini akibat sekunder dari tekanan uterus atau dinding

vagina pada kepala bayi sebatas caput. Keadaan ini dapat pula terjadi pada kelahiran spontan

dan biasanya menghilang dalam 2-4 hari setelah lahir. Tidak diperlukan tindakan dan tidak

ada gejala sisa yang dilaporkan. (Sarwono Prawirohardjo, 2007).

a. Gejala

Caput succedaneum muncul sebagai pembengkakan kulit kepala yang memanjang di

garis tengah dan atas garis jahitan dan berhubungan dengan kepala pencetakan.

Caput Succedaneum adalah benjolan yang membulat disebabkan kepala tertekan leher

rahim yang saat itu belum membuka penuh yang akan menghilang dalam waktu satu dua

hari. (www.begaul.com )

b. Patofisiologis

Kelainan ini timbul karena tekanan yang keras pada kepala ketika memasuki jalan lahir

sehingga terjadi bendungan sirkulasi kapiler dan limfe disertai pengeluaran cairan tubuh ke

Page 26: Caput Suksadenum

jaringan extravasa. Benjolan caput ini berisi cairan serum dan sering bercampur dengan

sedikit darah. Benjolan dapat terjadi sebagai akibat bertumpang tindihnya tulang kepala di

daerah sutura pada suatu proses kelahiran sebagai salah satu upaya bayi untuk mengecilkan

lingkaran kepalanya agar dapat melalui jalan lahir. Umumnya moulage ini ditemukan pada

sutura sagitalis dan terlihat segera setelah bayi lahir. Moulage ini umumnya jelas terlihat

pada bayi premature dan akan hilang sendiri dalam satu sampai dua hari.

c. Manajemen

Manajemen terdiri dari pengamatan saja lengkap dan cepat pemulihan biasanya akan

terjadi dengan caput succedaneum. Jika kulit kepala bayi kontur telah berubah, kontur normal

harus kembali.

Bayi akan sering (dimengerti) marah sehingga mungkin memerlukan analgesia untuk

sakit kepala dan penanganan harus disimpan ke minimum untuk beberapa hari pertama.

d. Faktor Predisposisi

1. Persalinan dengan partus lama, partus dengan tindakan

2. Sekunder dari tekanan uterus atau dinding vagina

e. Penanganan dan Pencegahan

a) Bayi dirawat seperti pada perawatan bayi normal

b) Observasi keadaan umum bayi

Page 27: Caput Suksadenum

c) Pemberian ASI adekuat

d) Cegah terjadinya infeksi

e) Untuk penanganan caput succedanaum tidak ada penanganan khusus karena dapat

menghilang dengan sendirinya ( www.anakku.net )

f) Dengan menggendong bayi secara terus menerus agar kelainan pada bayi dapat

disembuhkan

f. Komplikasi

a) Kaput hemorargik

b) Infeksi

c) Ikhterus

d) Anemia

B. Cephalhematoma

a. Pengertian

Cephalhematoma adalah subperiosteal akibat kerusakan jaringan periosteum karena

tarikan atau tekanan jalan lahir, dan tidak pernah melampaui batas sutura garis tengah.

Pemeriksaan x-ray tengkorak dilakukan, bila dicurigai ada nya faktur (mendekati hampir 5%

dari seluruh cephalhematoma). Kelainan ini agak lama menghilang (1-3 bulan). Pada

gangguan yang luas dapat menimbulkan anemia dan hiperbilirubinemia. Perlu pemantauan

Page 28: Caput Suksadenum

hemoglobin, hematokrik, dan bilirubin. Aspirasi darah dengan jarum tidak perlu di lakukan.

(Sarwono Prawirohardjo,2007).

Kelainan ini disebabkan oleh perdarahan subperiostal tulang tengkorak dan terbatas tegas

pada tulang yang bersangkutan, tidak melampaui sutura-sutura sekitarnya. Tulang tengkorak

yang sering terkena ialah tulang temporal atau parietal. Ditemukan pada 0,5-2% dari

kelahiran hidup. Kelainan dapat terjadi pada persalinan biasa, tetapi lebih sering pada

persalinan lama atau persalinan yang diakhiri dengan alat, seperti ekstra cunam atau

ekstraktor vakum. (Sarwono, 2006).

a) Gejala

Gejala lanjut yang mungkin terjadi ialah anemia dan hiperbilirubinemia. Kadang-kadang

cephalematoma disertai pula dengan fraktur tulang tengkorak dibawahnya atau perdarahan

intracranial. (Sarwono, 2006)

Bila tidak ditemukan gejala lanjut, cephalematoma tidak memerlukan perawatan khusus.

Kelainan ini dapat menghilang dengan sendirinya setelah 2-12 minggu. Pada kelainan yang

agak luas, penyembuhan kadang-kadang disertai klasifikasi. (Sarwono, 2006)

b) Patofisiologi

Adapun pathophysiologi cephalhematoma yaitu:

1) Rupture pembuluh darah antara tengkorak dan periosteum

2) Didalam subperiosteal mengandung banyak darah

c) Faktor Predisposisi

Page 29: Caput Suksadenum

Tekanan jalan lahir yang terlalu lama pada kepala saat persalinan. Moulage terlalu keras.

Partus dengan tindakan seperti forcep, vacum ekstraksi

d) Komplikasi

1. Ikterus

2. Anemia

3. Infeksi

4. Kalasifikasi mungkin bertahan selama > 1 tahun

Gejala lanjut yang mungkin terjadi yaitu anemia dan hiperbilirubinemia. Kadang-kadang

disertai dengan fraktur tulang tengkorak di bawahnya atau perdarahan intra kranial.

Bila tidak ditemukan gejala lanjut, cephal hematoma tidak memerlukan perawatan

khusus. Kelainan ini dapat menghilang dengan sendirinya setelah 2-12 minggu. Pada

kelainan yang agak luas, penyembuhan kadang-kadang disertai kalsifikasi.

Cefalhematoma merupakan perdarahan subperiosteum. Cefalhematoma terjadi sangat

lambat, sehingga tidak nampak adanya edema dan eritema pada kulit kepala. Cefalhematoma

dapat sembuh dalam waktu 2 minggu hingga 3 bulan, tergantung pada ukuran perdarahannya.

Pada neonatus dengan sefalhematoma tidak diperlukan pengobatan, namun perlu dilakukan

fototerapi untuk mengatasi hiperbilirubinemia. Tindakan insisi dan drainase merupakan

kontraindikasi karena dimungkinkan adanya risiko infeksi. Kejadian sefalhematoma dapat

disertai fraktur tengkorak, koagulopati dan perdarahan intrakranial.

Page 30: Caput Suksadenum

Pengertian istilah cephalhematoma mengacu pada pengumpulan darah di atas tulang

tengkorak yang disebabkan oleh perdarahan subperiosteal dan berbatas tegas pada tulang

yang bersangkutan dan tidak melampaui sutura-sutura sekitarnya,sering ditemukan pada

tulang temporal dan parietal. Kelainan dapat terjadi pada persalinan biasa, tetapi lebih sering

paada persalinan lama atau persalinan yang diakhiri dengan alat, seperti ekstraksi cunam atau

vakum.

C. Trauma pada Flexus Brachialis

a) Pengertian

Kelainan-kelainan ini timbul akibat tarikan yang kuat didaerah leher pada saat lahirnya bayi,

sehingga terjadi kerusakan pada fleksus brachialis. Hal ini ditemukan pada persalinan letak

sungsang apabila dilakukan traksi yang kuat dalam usahan melahirkan kepala bayi. Pada

persalinan presentasi-kepala, kelainan dapat terjadi pada janin dengan bahu lebar. Disini kadang-

kadang dilakukan tarikan pada kepala agak kuat ke belakang untuk melahirkan bahu depan

(Sarwono, 2007).

a) Patofisiologis

Jejas pada pleksus brakialis dapat menyebabkan paralisis lengan atas dengan atau

tanpa paralisis lengan bawah atau tangan, atau lebih lazim paralisis dapat terjadi pada

seluruh lengan. Jejas pleksus brakialis sering terjadi pada bayi makrosomik dan pada

penarikan lateral dipaksakan pada kepala dan leher selama persalinan bahu pada

presentasi verteks atau bila lengan diekstensikan berlebihan diatas kepala pada presentasi

bokong serta adanya penarikan berlebihan pada bahu.

Page 31: Caput Suksadenum

Trauma pleksus brakialis dapat mengakibatkan paralisis Erb-Duchenne dan paralisis

Klumpke. Bentuk paralisis tersebut tergantung pada saraf servikalis yang mengalami

trauma (Sarwono, 2007).

b) Penanganan dan Pencegahan

Pengobatan pada trauma pleksus brakialis terdiri atas imobilisasi parsial dan

penempatan posisi secara tepat untuk mencegah perkembangan kontraktur.

Penanggulangan dengan jalan meletakan lengan atas dengan posisi abduksi 90º dan

putaran keluar. Siku berada dalam pleksi 90º disertai supinasi lengan bawah dengan

ekstensi pergelangan dan telapak tangan menghadap kedepan. Posisi ini dipertahankan

beberapa waktu. Penyembuhan biasanya terjadi setelah beberapa hari, kadang-kadang

sampai 3-6 bulan (Sarwono, 2007).

D. Fraktur klavikula

a) Pengertian fraktur klavikula

Fraktur ini mungkin terjadi apbila terdapat kesulitan mengeluarkan bahu pada persalinan.

Klavikula adalah daerah tulang tersering yang mengalami fraktur. Letak tersering adalah di

antara 1/3 tengah dan lateral. Fraktur klavikula dapat sebagai akibat dari cidera lahir pada

neonatus (Sarwono, 2007).

b) Gejala

Page 32: Caput Suksadenum

Hal ini dapat timbul pada persalinan presentasi kepala dengan anak besar atau

kelahiran sungsang dengan membumbung keatas. Gejala yang tampak pada keadaan ini

ialah kelemahan lengan pada sisi yamg terkena disertai menghilangnya refleks moro pada

sisi tersebut. Diagnosis pasti di buat dengan palpasi dan jika perlu, dengan foto rontgen.

(Sarwono, 2006).

Gejala yang tampak pada keadaan ini adalah kelemahan lengan pada sisi yang

terkena, krepitasi, ketidakteraturan tulang mungkin dapat diraba, perubahan warna kulit

pada bagian atas yang terkena fraktur serta menghilangnya refleks Moro hal ini dapat

timbul pada kelahiran presentasi puncak kepala dan pada lengan yang telentang pada

kelahiran sungsang pada sisi tersebut. Fraktur ini merupakan jenis yang tersering pada

bayi baru lahir, yang mungkin terjadi apabila terdapat kesulitan mengeluarkan bahu pada

persainan.

Tanda dan gejala yang tampak pada bayi yang mengalami fraktur klavikula antara

lain : bayi tidak dapat menggerakkan lengan secara bebas pada sisi yang terkena,

krepitasi dan ketidakteraturan tulang, kadang-kadang disertai perubahan warna pada sisi

fraktur, tidak adanya refleks moro pada sisi yang terkena, adanya spasme otot

sternokleidomastoideus yang disertai dengan hilangnya depresi supraklavikular pada

daerah fraktur.

c) Penanganan dan Pencegahan

Penyembuhan sempurna terjadi setelah 7-10 hari dengan imobilisasi dalam posisi

abduksi 60º dan fleksi 90º dari siku yang terkena (Sarwono, 2006)

Page 33: Caput Suksadenum

Diagnosis dengan mudah dibuat dengan evaluasi fisik dan radiologis. Pasien akan

menderita nyeri pada pergerakan bahu dan leher. Pembengkakan local dan krepitus dapat

tampak. Cidera neurovaskuler jarang terjadi. Radiografi klavikula AP biasanya cukup

untuk diagnosis. Fraktur klavikula pada neonatus biasanya tidak memerlukan terapi lebih

lanjut. Kalus yang teraba dapat dideteksi beberapa minggu kemudian.

Pada anak-anak yang lebih tua, imobilisasi bahu (dengan balutan seperti kain

gendongan atau yang mampu menyandang/memfiksasi bagian lengan bawah dalam posisi

horizontal melawan batang tubuh) sebaiknya digunakan untuk mengangkat ekstremitas

atas untuk mengurangi tarikan ke bawah pada klavikula distal. Kalus yang dapat

dipalpasi dapat dideteksi beberapa minggu yang kemudian akan remodel dalam 6-12

bulan. Fraktur klavikula biasanya sembuh dengan cepat dalam 3-6 minggu.

Diagnosis dapat ditegakkan dengan palpasi dan foto rontgent. Penyembuhan

sempurna terjadi setelah 7-10 hari dengan imobilisasi dengan posisi abduksi 60 derajat

dan fleksi 90 derajat dari siku yang terkena.

Cukup sering ditemukan (isolated, atau disertai trauma toraks, atau disertai trauma

pada sendi bahu). Lokasi fraktur klavikula umumnya pada bagian tengah (1/3 tengah).

Deformitas, nyeri pada lokasi taruma. Foto Rontgen tampak fraktur klavikula. Terapi :

Konservatif : "Verband figure of eight" sekitar sendi bahu. Pemberian analgetika.

Operativ : internal fiksasi.

E. Fraktur Humerus

a) Pengertian fraktur humerus

Page 34: Caput Suksadenum

Fraktur humerus adalah Kelainan ini terjadi pada kesalahan teknik dalam melahirkan

lengan pada presentasi puncak kepala atau letak sungsang dengan lengan membumbung

ke atas. Pada keadaan ini biasanya sisi yang terkena tidak dapat digerakkan dan refleks

Moro pada sisi tersebut menghilang. Prognosis penderita sangat baik dengan

dilakukannya imobilisasi lengan dengan mengikat lengan ke dada, dengan memasang

bidai berbentuk segitiga dan bebat Valpeau atau dengan pemasangan gips. Dan akan

membaik dalam waktu 2-4 minggu. (Sarwono Prawirohardjo, 2007).

b) Gejala

Fraktur humerus ditandai dengan tidak adanya gerakan tungkai spontan, tidak adanya

reflek moro.

c) Penanganan dan Pencegahan

Penangan pada fraktur humerus dapat optimal jika dilakukan pada 2-4 minggu

dengan imobilisasi tungkai yang mengalami fraktur.

d) Prevalensi

Fraktur lebih sering terjadi pada orang laki laki daripada perempuan dengan umur

dibawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan olahraga, pekerjaan atau kecelakaan.

Sedangkan pada Usila prevalensi cenderung lebih banyak terjadi pada wanita

berhubungan dengan adanya osteoporosis yang terkait dengan perubahan hormon.

F. Jenis fraktur

Page 35: Caput Suksadenum

1. Complete fraktur ( fraktur komplet ), patah pada seluruh garis tengah tulang,luas dan

melintang. Biasanya disertai dengan perpindahan posisi tulang.

2. Closed frakture ( simple fracture ), tidak menyebabkan robeknya kulit, integritas kulit

masih utuh.

3. Open fracture ( compound frakture / komplikata/ kompleks), merupakan fraktur dengan

luka pada kulit ( integritas kulit rusak dan ujung tulang menonjol sampai menembus

kulit) atau membran mukosa sampai ke patahan tulang.

4. Greenstick, fraktur dimana salah satu sisi tulang patah sedang sisi lainnya

membengkok.

5. Transversal, fraktur sepanjang garis tengah tulang

6. Oblik, fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang

7. Spiral, fraktur memuntir seputar batang tulang

8. Komunitif, fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen

9. Depresi, fraktur dengan frakmen patahan terdorong kedalam ( sering terjadi pada

tulang tengkorak dan wajah )

10. Kompresi, fraktur dimana tulang mengalami kompresi ( terjadi pada tulang belakang )

11. Patologik, fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit ( kista tulang, paget,

metastasis tulang, tumor )

Page 36: Caput Suksadenum

12. Avulsi, tertariknya fragmen tulang oleh ligamen atau tendo pada prlekatannya.

13. Epifisial, fraktur melalui epifisis

14. Impaksi, fraktur dimana fragmen tulang terdorong ke fragmen tulang lainnya.

BAB III

TINJAUAN KASUS

1. KASUS I CEPHALHEMATOMA

Bayi Ny S (24 th) dan Tn.X (27) berumur 26 hari tanggal 07-10-2009 pukul 10.05 WIB

lahir secara spontan dengan jenis kelamin Perempuan dengan kedua orang tua beagama

islam, bersuku sunda, dengan ibu, sekolah terakhir tamat SMA bekerja sebagai penjaga

warung dan ayah sekolah terakhir tamat SMK seorang wiraswasta. Penghasilan keduanya

sebesar Rp 1.500.000/bulan dan bertempat tinggal di Cimaung Rt 06 Rw 02 , Purwakarta.

Anamnesa dilakukan pada tanggal 08-10-2009 pukul 15.30 WIB oleh Bidan, Ibu mempunyai

riwayat kehamilan yaitu pada saat hamil muda sering periksa kandungannya 4 kali olah

Bidan. Dengan keluhan mual tiap pagi, kadang muntah 1 – 2 kali sehari tetapi makanan dapat

masuk kedalam tubuh sedikit-sedikit, kadang ada pusing dan terasa cepat lelah. Sedangkan

pada hamil tua, sering periksa kandungannya 5 kali oleh Bidan, dengan keluhan pegal-pegal

bila berdiri terlalu lama, sering BAK saat siang hari dan malam, tidak ada pusing. Umur saat

persalinan anak pertama ini 37 minggu 5 hari, dengan golonagan darah ibu A dan Ayah

bergolongan darah A, Ibu mengatakan tidak mempunyai penyakit saat kehamilannya, baik

perdarahan, pre/eklamsia tidak pernah, penyakit kelamin tidak ada. Ibu makan 3 kali sehari

Page 37: Caput Suksadenum

dengan nasi, sayur hijau bening dengan ayam dan buah. Ibu tidak pernah minum obat-obatan,

jamu, tidak pernah merokok dan tidak pernah minum alkohol. Riwayat persalinannya dengan

jenis persalinan spontan ditolong oleh bidan dan dengan lama persalinan 18 jam, dan keadaan

air ketuban putih yang jumlahnya ± 250 cc. Keadaan plasenta saat lahir lengkap kotiledon 20

lobus, diameter 22cm, ketebalan 1,5 cm , panjang tali pusat 48 cm dan berat ± 500 gr. Tidak

ada komplikasi saat persalinan dengan apgar score 8/9 dan tidak ada kejadian, gangguan

ataupun trauma pada bayi baru lahir. Pemeriksaan fisik bayi KU ; baik, kesadaran

composmetis, denyut nadi 130 x / menit, bayi bergerak aktif, reflek menghisap dan menelan

baik dan kuat. Pada bagian kepala ubun – ubun besar dan kecil ada kelainan terdapat cairan

darah yang menumpuk, sutura normal dan ada maulage, tidak ada caput suksedaneum, dan

ada cephalhematoma. Mata simetris, lobang hidung ada, tidak ada keluaran dari kedua

lubang hidung, tidak ada pernafasaan cuping hidung. Telingga simetris, hubungan letak

dengan mata sedikit lebih atas tulang rawan lentur. Mulut simetris,bibir lembab warna merah

muda, sumbing tidak ada, palatum keras, refleks puting susu ada refleks sucking ada, refleks

menelan ada. Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, pergerakan tidak kaku. Dada

simetris, pernafasan normal, bunyi jantung regular, puting susu menonjol keluar, tidak ada

bunyi nafas jantung dan paru – paru tambahan, refleks muro ada, perut tidak kembung,

abdomen simrtris, tidak ada pembesaran hepar, tidak ada penonjolan sekitar umbilical, perut

keras saat menangis. Tali pusat tidak merah dan tidak bernanah. Punggung simetris, tidak

penonojan dan cekungan. Ekstremitas atas dan bawah bergerak aktif dengan jumlah jari

lengkap. Tidak ada kelainan fraktur klavikula dan fraktur humerus serta adanya fleksus

brahialis. Genetelia testis sudah ada diskrotum, ada lubang, lubang muara interna terletek

pada ujung penis. Kulit tidak ada tanda –tanda lahir warna merah. Usia bayi saat ini satu hari.

Page 38: Caput Suksadenum

Pemeriksaan antropometri BB bayi 3200 gr dengan panjang badan 45 cm, lingkar badan 43

cm, lila 12 cm. Pada eliminasi BAB sudah saat lahir dengan warna kehitamaan konsistensi

cair bau has. Sedangkan BAK belum, bayi diberikan asih tanpa pendamping apapun.

2. KASUS II CAPUTSUKSEDANEUM

Bayi Ny S (24 th) dan Tn.X (27) berumur 26 hari tanggal 07-10-2009 pukul 10.05 WIB

lahir secara spontan dengan jenis kelamin Perempuan dengan kedua orang tua beagama

islam, bersuku sunda, dengan ibu, sekolah terakhir tamat SMA bekerja sebagai penjaga

warung dan ayah sekolah terakhir tamat SMK seorang wiraswasta. Penghasilan keduanya

sebesar Rp 1.500.000/bulan dan bertempat tinggal di Cimaung Rt 06 Rw 02 , Purwakarta.

Anamnesa dilakukan pada tanggal 08-10-2009 pukul 15.30 WIB oleh Bidan, Ibu mempunyai

riwayat kehamilan yaitu pada saat hamil muda sering periksa kandungannya 4 kali olah

Bidan. Dengan keluhan mual tiap pagi, kadang muntah 1 – 2 kali sehari tetapi makanan dapat

masuk kedalam tubuh sedikit-sedikit, kadang ada pusing dan terasa cepat lelah. Sedangkan

pada hamil tua, sering periksa kandungannya 5 kali oleh Bidan, dengan keluhan pegal-pegal

bila berdiri terlalu lama, sering BAK saat siang hari dan malam, tidak ada pusing. Umur saat

persalinan anak pertama ini 37 minggu 5 hari, dengan golonagan darah ibu A dan Ayah

bergolongan darah A, Ibu mengatakan tidak mempunyai penyakit saat kehamilannya, baik

perdarahan, pre/eklamsia tidak pernah, penyakit kelamin tidak ada. Ibu makan 3 kali sehari

dengan nasi, sayur hijau bening dengan ayam dan buah. Ibu tidak pernah minum obat-obatan,

jamu, tidak pernah merokok dan tidak pernah minum alkohol. Riwayat persalinannya dengan

jenis persalinan spontan ditolong oleh bidan dan dengan lama persalinan 18 jam, dan keadaan

air ketuban putih yang jumlahnya ± 250 cc. Keadaan plasenta saat lahir lengkap kotiledon 20

Page 39: Caput Suksadenum

lobus, diameter 22cm, ketebalan 1,5 cm , panjang tali pusat 48 cm dan berat ± 500 gr. Tidak

ada komplikasi saat persalinan dengan apgar score 8/9 dan tidak ada kejadian, gangguan

ataupun trauma pada bayi baru lahir. Pemeriksaan fisik bayi KU ; baik, kesadaran

composmetis, denyut nadi 130 x / menit, bayi bergerak aktif, reflek menghisap dan menelan

baik dan kuat. Pada bagian kepala ubun – ubun besar dan kecil ada kelainan terdapat cairan

yang menumpuk, sutura normal dan ada maulage, ada caput suksedameum, tidak ada

cephalhematoma. Mata simetris, lobang hidung ada, tidak ada keluaran dari kedua lubang

hidung, tidak ada pernafasaan cuping hidung. Telingga simetris, hubungan letak dengan mata

sedikit lebih atas tulang rawan lentur. Mulut simetris,bibir lembab warna merah muda,

sumbing tidak ada, palatum keras, refleks puting susu ada refleks sucking ada, refleks

menelan ada. Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, pergerakan tidak kaku. Dada

simetris, pernafasan normal, bunyi jantung regular, puting susu menonjol keluar, tidak ada

bunyi nafas jantung dan paru – paru tambahan, refleks muro ada, perut tidak kembung,

abdomen simrtris, tidak ada pembesaran hepar, tidak ada penonjolan sekitar umbilical, perut

keras saat menangis. Tali pusat tidak merah dan tidak bernanah. Punggung simetris, tidak

penonojan dan cekungan. Ekstremitas atas dan bawah bergerak aktif dengan jumlah jari

lengkap. Tidak ada kelainan fraktur klavikula dan fraktur humerus serta adanya fleksus

brahialis. Genetelia testis sudah ada diskrotum, ada lubang, lubang muara interna terletek

pada ujung penis. Kulit tidak ada tanda –tanda lahir warna merah. Usia bayi saat ini satu hari.

Pemeriksaan antropometri BB bayi 3200 gr dengan panjang badan 45 cm, lingkar badan 43

cm, lila 12 cm. Pada eliminasi BAB sudah saat lahir dengan warna kehitamaan konsistensi

cair bau has. Sedangkan BAK belum, bayi diberikan asih tanpa pendamping apapun. Ibu

mengatakan cemas terhadap benjolan dikepala bayinya setelah beberapa jam lahir.

Page 40: Caput Suksadenum

3. KASUS III FRAKTUR KLAVIKULA

Bayi Ny S (24 th) dan Tn.X (27) berumur 26 hari tanggal 07-10-2009 pukul 10.05 WIB

lahir secara spontan dengan jenis kelamin Perempuan dengan kedua orang tua beagama

islam, bersuku sunda, dengan ibu, sekolah terakhir tamat SMA bekerja sebagai penjaga

warung dan ayah sekolah terakhir tamat SMK seorang wiraswasta. Penghasilan keduanya

sebesar Rp 1.500.000/bulan dan bertempat tinggal di Cimaung Rt 06 Rw 02 , Purwakarta.

Anamnesa dilakukan pada tanggal 08-10-2009 pukul 15.30 WIB oleh Bidan, Ibu mempunyai

riwayat kehamilan yaitu pada saat hamil muda sering periksa kandungannya 4 kali olah

Bidan. Dengan keluhan mual tiap pagi, kadang muntah 1 – 2 kali sehari tetapi makanan dapat

masuk kedalam tubuh sedikit-sedikit, kadang ada pusing dan terasa cepat lelah. Sedangkan

pada hamil tua, sering periksa kandungannya 5 kali oleh Bidan, dengan keluhan pegal-pegal

bila berdiri terlalu lama, sering BAK saat siang hari dan malam, tidak ada pusing. Umur saat

persalinan anak pertama ini 37 minggu 5 hari, dengan golonagan darah ibu A dan Ayah

bergolongan darah A, Ibu mengatakan tidak mempunyai penyakit saat kehamilannya, baik

perdarahan, pre/eklamsia tidak pernah, penyakit kelamin tidak ada. Ibu makan 3 kali sehari

dengan nasi, sayur hijau bening dengan ayam dan buah. Ibu tidak pernah minum obat-obatan,

jamu, tidak pernah merokok dan tidak pernah minum alkohol. Riwayat persalinannya dengan

jenis persalinan spontan ditolong oleh bidan dan dengan lama persalinan 18 jam, dan keadaan

air ketuban putih yang jumlahnya ± 250 cc. Keadaan plasenta saat lahir lengkap kotiledon 20

lobus, diameter 22cm, ketebalan 1,5 cm , panjang tali pusat 48 cm dan berat ± 500 gr. Tidak

ada komplikasi saat persalinan dengan apgar score 8/9 dan tidak ada kejadian, gangguan

ataupun trauma pada bayi baru lahir. Pemeriksaan fisik bayi KU ; baik, kesadaran

composmetis, denyut nadi 130 x / menit, bayi bergerak aktif, reflek menghisap dan menelan

Page 41: Caput Suksadenum

baik dan kuat. Pada bagian kepala ubun – ubun besar dan kecil tidak ada kelainan, sutura

normal dan ada maulage, tidak ada caput suksedameum, tidak ada cephalhematoma. Mata

simetris, lobang hidung ada, tidak ada keluaran dari kedua lubang hidung, tidak ada

pernafasaan cuping hidung. Telingga simetris, hubungan letak dengan mata sedikit lebih atas

tulang rawan lentur. Mulut simetris,bibir lembab warna merah muda, sumbing tidak ada,

palatum keras, refleks puting susu ada refleks sucking ada, refleks menelan ada. Tidak ada

pembesaran kelenjar getah bening, pergerakan tidak kaku. Dada simetris, pernafasan normal,

bunyi jantung regular, puting susu menonjol keluar, tidak ada bunyi nafas jantung dan paru –

paru tambahan, refleks moro ada, perut tidak kembung, abdomen simetris, tidak ada

pembesaran hepar, tidak ada penonjolan sekitar umbilical, perut keras saat menangis. Tali

pusat tidak merah dan tidak bernanah. Punggung simetris, tidak penonojan dan cekungan.

Ekstremitas atas kelemahan lengan pada sisi yamg terkena disertai menghilangnya refleks

moro pada sisi tersebut. Ekstremitas bawah bergerak aktif dengan jumlah jari lengkap. Ada

kelainan fraktur klavikula dan tidak ada fraktur humerus serta tidak adanya fleksus

brahialis. Genetelia testis sudah ada diskrotum, ada lubang, lubang muara interna terletek

pada ujung penis. Kulit tidak ada tanda –tanda lahir warna merah. Usia bayi saat ini satu hari.

Pemeriksaan antropometri BB bayi 3200 gr dengan panjang badan 45 cm, lingkar badan 43

cm, lila 12 cm. Pada eliminasi BAB sudah saat lahir dengan warna kehitamaan konsistensi

cair bau has. Sedangkan BAK belum, bayi diberikan asih tanpa pendamping apapun. Ibu

mengatakan cemas terhadap benjolan dikepala bayinya setelah beberapa jam lahir.

KASUS IV FRAKTUR HUMERUS

Page 42: Caput Suksadenum

Bayi Ny S (24 th) dan Tn.X (27) berumur 26 hari tanggal 07-10-2009 pukul 10.05 WIB

lahir secara spontan dengan jenis kelamin Perempuan dengan kedua orang tua beagama islam,

bersuku sunda, dengan ibu, sekolah terakhir tamat SMA bekerja sebagai penjaga warung dan

ayah sekolah terakhir tamat SMK seorang wiraswasta. Penghasilan keduanya sebesar Rp

1.500.000/bulan dan bertempat tinggal di Cimaung Rt 06 Rw 02 , Purwakarta. Anamnesa

dilakukan pada tanggal 08-10-2009 pukul 15.30 WIB oleh Bidan, Ibu mempunyai riwayat

kehamilan yaitu pada saat hamil muda sering periksa kandungannya 4 kali olah Bidan. Dengan

keluhan mual tiap pagi, kadang muntah 1 – 2 kali sehari tetapi makanan dapat masuk kedalam

tubuh sedikit-sedikit, kadang ada pusing dan terasa cepat lelah. Sedangkan pada hamil tua, sering

periksa kandungannya 5 kali oleh Bidan, dengan keluhan pegal-pegal bila berdiri terlalu lama,

sering BAK saat siang hari dan malam, tidak ada pusing. Umur saat persalinan anak pertama ini

37 minggu 5 hari, dengan golonagan darah ibu A dan Ayah bergolongan darah A, Ibu

mengatakan tidak mempunyai penyakit saat kehamilannya, baik perdarahan, pre/eklamsia tidak

pernah, penyakit kelamin tidak ada. Ibu makan 3 kali sehari dengan nasi, sayur hijau bening

dengan ayam dan buah. Ibu tidak pernah minum obat-obatan, jamu, tidak pernah merokok dan

tidak pernah minum alkohol. Riwayat persalinannya dengan jenis persalinan spontan ditolong

oleh bidan dan dengan lama persalinan 18 jam, dan keadaan air ketuban putih yang jumlahnya ±

250 cc. Keadaan plasenta saat lahir lengkap kotiledon 20 lobus, diameter 22cm, ketebalan 1,5 cm

, panjang tali pusat 48 cm dan berat ± 500 gr. Tidak ada komplikasi saat persalinan dengan apgar

score 8/9 dan tidak ada kejadian, gangguan ataupun trauma pada bayi baru lahir. Pemeriksaan

fisik bayi KU ; baik, kesadaran composmetis, denyut nadi 130 x / menit, bayi bergerak aktif,

reflek menghisap dan menelan baik dan kuat. Pada bagian kepala ubun – ubun besar dan kecil

tidak ada kelainan, sutura normal dan ada maulage, tidak ada caput suksedameum, tidak ada

Page 43: Caput Suksadenum

cephalhematoma. Mata simetris, lobang hidung ada, tidak ada keluaran dari kedua lubang

hidung, tidak ada pernafasaan cuping hidung. Telingga simetris, hubungan letak dengan mata

sedikit lebih atas tulang rawan lentur. Mulut simetris,bibir lembab warna merah muda, sumbing

tidak ada, palatum keras, refleks puting susu ada refleks sucking ada, refleks menelan ada. Tidak

ada pembesaran kelenjar getah bening, pergerakan tidak kaku. Dada simetris, pernafasan normal,

bunyi jantung regular, puting susu menonjol keluar, tidak ada bunyi nafas jantung dan paru –

paru tambahan, refleks moro ada, perut tidak kembung, abdomen simetris, tidak ada pembesaran

hepar, tidak ada penonjolan sekitar umbilical, perut keras saat menangis. Tali pusat tidak merah

dan tidak bernanah. Punggung simetris, tidak penonojan dan cekungan. Ekstremitas atas dan

bawah bergerak aktif dengan jumlah jari lengkap. Tidak ada kelainan fraktur klavikula dan ada

fraktur humerus serta tidak adanya fleksus brahialis. Genetelia testis sudah ada diskrotum, ada

lubang, lubang muara interna terletek pada ujung penis. Kulit tidak ada tanda –tanda lahir warna

merah. Usia bayi saat ini satu hari. Pemeriksaan antropometri BB bayi 3200 gr dengan panjang

badan 45 cm, lingkar badan 43 cm, lila 12 cm. Pada eliminasi BAB sudah saat lahir dengan

warna kehitamaan konsistensi cair bau has. Sedangkan BAK belum, bayi diberikan asih tanpa

pendamping apapun. Ibu mengatakan cemas terhadap benjolan dikepala bayinya setelah

beberapa jam lahir.

KASUS V FRAKTUR BRAHIALIS

Bayi Ny S (24 th) dan Tn.X (27) berumur 26 hari tanggal 07-10-2009 pukul 10.05 WIB

lahir secara spontan dengan jenis kelamin Perempuan dengan kedua orang tua beagama islam,

bersuku sunda, dengan ibu, sekolah terakhir tamat SMA bekerja sebagai penjaga warung dan

ayah sekolah terakhir tamat SMK seorang wiraswasta. Penghasilan keduanya sebesar Rp

Page 44: Caput Suksadenum

1.500.000/bulan dan bertempat tinggal di Cimaung Rt 06 Rw 02 , Purwakarta. Anamnesa

dilakukan pada tanggal 08-10-2009 pukul 15.30 WIB oleh Bidan, Ibu mempunyai riwayat

kehamilan yaitu pada saat hamil muda sering periksa kandungannya 4 kali olah Bidan. Dengan

keluhan mual tiap pagi, kadang muntah 1 – 2 kali sehari tetapi makanan dapat masuk kedalam

tubuh sedikit-sedikit, kadang ada pusing dan terasa cepat lelah. Sedangkan pada hamil tua, sering

periksa kandungannya 5 kali oleh Bidan, dengan keluhan pegal-pegal bila berdiri terlalu lama,

sering BAK saat siang hari dan malam, tidak ada pusing. Umur saat persalinan anak pertama ini

37 minggu 5 hari, dengan golonagan darah ibu A dan Ayah bergolongan darah A, Ibu

mengatakan tidak mempunyai penyakit saat kehamilannya, baik perdarahan, pre/eklamsia tidak

pernah, penyakit kelamin tidak ada. Ibu makan 3 kali sehari dengan nasi, sayur hijau bening

dengan ayam dan buah. Ibu tidak pernah minum obat-obatan, jamu, tidak pernah merokok dan

tidak pernah minum alkohol. Riwayat persalinannya dengan jenis persalinan spontan ditolong

oleh bidan dan dengan lama persalinan 18 jam, dan keadaan air ketuban putih yang jumlahnya ±

250 cc. Keadaan plasenta saat lahir lengkap kotiledon 20 lobus, diameter 22cm, ketebalan 1,5 cm

, panjang tali pusat 48 cm dan berat ± 500 gr. Tidak ada komplikasi saat persalinan dengan apgar

score 8/9 dan tidak ada kejadian, gangguan ataupun trauma pada bayi baru lahir. Pemeriksaan

fisik bayi KU ; baik, kesadaran composmetis, denyut nadi 130 x / menit, bayi bergerak aktif,

reflek menghisap dan menelan baik dan kuat. Pada bagian kepala ubun – ubun besar dan kecil

tidak ada kelainan, sutura normal dan ada maulage, tidak ada caput suksedameum, tidak ada

cephalhematoma. Mata simetris, lobang hidung ada, tidak ada keluaran dari kedua lubang

hidung, tidak ada pernafasaan cuping hidung. Telingga simetris, hubungan letak dengan mata

sedikit lebih atas tulang rawan lentur. Mulut simetris,bibir lembab warna merah muda, sumbing

tidak ada, palatum keras, refleks puting susu ada refleks sucking ada, refleks menelan ada. Tidak

Page 45: Caput Suksadenum

ada pembesaran kelenjar getah bening, pergerakan tidak kaku. Dada simetris, pernafasan normal,

bunyi jantung regular, puting susu menonjol keluar, tidak ada bunyi nafas jantung dan paru –

paru tambahan, refleks moro ada, perut tidak kembung, abdomen simetris, tidak ada pembesaran

hepar, tidak ada penonjolan sekitar umbilical, perut keras saat menangis. Tali pusat tidak merah

dan tidak bernanah. Punggung simetris, tidak penonojan dan cekungan. Ekstremitas atas dan

bawah bergerak aktif dengan jumlah jari lengkap. Tidak ada kelainan fraktur klavikula dan tidak

ada fraktur humerus serta adanya fleksus brahialis. Genetelia testis sudah ada diskrotum, ada

lubang, lubang muara interna terletek pada ujung penis. Kulit tidak ada tanda –tanda lahir warna

merah. Usia bayi saat ini satu hari. Pemeriksaan antropometri BB bayi 3200 gr dengan panjang

badan 45 cm, lingkar badan 43 cm, lila 12 cm. Pada eliminasi BAB sudah saat lahir dengan

warna kehitamaan konsistensi cair bau has. Sedangkan BAK belum, bayi diberikan asih tanpa

pendamping apapun. Ibu mengatakan cemas terhadap benjolan dikepala bayinya setelah

beberapa jam lahir.

BAB IV

PEMBAHASAN

SOAP KASUS I CEPHALHEMATOMA

Data Subyektif

Bayi Ny S (24 th) dan Tn.X (27) berumur 26 hari tanggal 07-10-2009 pukul 10.05

WIB lahir secara spontan dengan vacum forcep dan jenis kelamin Perempuan dengan

kedua orang tua beagama islam, bersuku sunda, dengan ibu, sekolah terakhir tamat SMA

bekerja sebagai penjaga warung dan ayah sekolah terakhir tamat SMK seorang

Page 46: Caput Suksadenum

wiraswasta. Penghasilan keduanya sebesar Rp 1.500.000/bulan dan bertempat tinggal di

Cimaung Rt 06 Rw 02 , Purwakarta. Anamnesa dilakukan pada tanggal 08-10-2009 pukul

15.30 WIB oleh Bidan, Ibu mempunyai riwayat kehamilan yaitu pada saat hamil muda

sering periksa kandungannya 4 kali oleh Bidan. Dengan keluhan mual tiap pagi, kadang

muntah 1 – 2 kali sehari tetapi makanan dapat masuk kedalam tubuh sedikit-sedikit,

kadang ada pusing dan terasa cepat lelah. Sedangkan pada hamil tua, sering periksa

kandungannya 5 kali oleh Bidan, dengan keluhan pegal-pegal bila berdiri terlalu lama,

sering BAK saat siang hari dan malam, tidak ada pusing. Umur saat persalinan anak

pertama ini 37 minggu 5 hari, dengan golonagan darah ibu A dan Ayah bergolongan

darah A, Ibu mengatakan tidak mempunyai penyakit saat kehamilannya, baik perdarahan,

pre/eklamsia tidak pernah, penyakit kelamin tidak ada. Ibu makan 3 kali sehari dengan

nasi, sayur hijau bening dengan ayam dan buah. Ibu tidak pernah minum obat-obatan,

jamu, tidak pernah merokok dan tidak pernah minum alkohol. Ibu mengatakan cemas

terhadap benjolan dikepala bayinya setelah beberapa jam lahir.

Obyektif

Pemeriksaan fisik bayi KU ; baik, kesadaran composmetis, denyut nadi 130 x / menit,

bayi bergerak aktif, reflek menghisap dan menelan baik dan kuat. Pada bagian kepala

ubun – ubun besar dan ada , sutura normal dan ada maulage, tidak ada

benjolan/kerusakan jaringan periosteum karena tarikan atau tekanan jalan lahir

caputsuksedameum, dan ada cephalhematoma. Mata simetris, lobang hidung ada, tidak

ada keluaran dari kedua lubang hidung, tidak ada pernafasaan cuping hidung. Telingga

simetris, hubungan letak dengan mata sedikit lebih atas tulang rawan lentur. Mulut

Page 47: Caput Suksadenum

simetris,bibir lembab warna merah muda, sumbing tidak ada, palatum keras, refleks

puting susu ada refleks sucking ada, refleks menelan ada. Tidak ada pembesaran kelenjar

getah bening, pergerakan tidak kaku. Dada simetris, pernafasan normal, bunyi jantung

regular, puting susu menonjol keluar, tidak ada bunyi nafas jantung dan paru – paru

tambahan, refleks muro ada, perut tidak kembung, abdomen simrtris, tidak ada

pembesaran hepar, tidak ada penonjolan sekitar umbilical, perut keras saat menangis. Tali

pusat tidak merah dan tidak bernanah. Punggung simetris, tidak penonojan dan cekungan.

Ekstremitas atas dan bawah bergerak aktif dengan jumlah jari lengkap. Tidak ada

kelainan fraktur klavikula dan fraktur humerus serta adanya fleksus brahialis. Genetelia

testis sudah ada diskrotum, ada lubang, lubang muara interna terletek pada ujung penis.

Kulit tidak ada tanda –tanda lahir warna merah. Usia bayi saat ini satu hari. Pemeriksaan

antropometri BB bayi 3200 gr dengan panjang badan 45 cm, lingkar badan 43 cm, lila 12

cm. Pada eliminasi BAB sudah saat lahir dengan warna kehitamaan konsistensi cair bau

has. Sedangkan BAK belum, bayi diberikan asih tanpa pendamping apapun.

Assesment

Setelah dilakukan pemeriksaan secara subjektif dan objektif didapatkan hasil

pemeriksaan pada bayi baru lahir umur 1 hari didapatkan diagnosa cephalhematoma.

Masalah yang terjadi pada bayi baru lahir dengan umur 1 hari dengan cephalematoma

yaitu adanya kecemasan dari orang tua bayi tersebut. Tidak ada masalah potensial.

Page 48: Caput Suksadenum

Kebutuhan yang harus dilakukan oleh bidan kepada orang tua bayi baru lahir usia 1

hari dengan cephalematoma yaitu dengan memberikan penkes kepada orang tua agar

tetap tenang dan tidak cemas dalam menghadapi bayinya.

Planning

Beritahu ibu hasil pemeriksaan bahwa kondisi umum bayi baik, kesadaran

composmetis, denyut nadi 130 x / menit, bayi bergerak aktif, reflek menghisap dan

menelan baik dan kuat, BB bayi 3200 gr dengan panjang badan 45 cm, dan ibu mengerti

terlihat dari ibu yang tidak cemas. Beritahu ibu tentang cephalhematoma pada bayi baru

lahir yaitu terjadi akibat kerusakan jaringan periosteum karena tarikan atau tekanan jalan

lahir ditandai dengan adanya benjolan dan ibu mengerti terlihat dari ibu yang sudah agak

tenang. Beritahu ibu untuk tidak menggendong bayi karena dapat menyebabkan proses

penyembuhan yang lama, yang biasanya hilang pada hari ke 1-3 bulan dan ibu mau

melaksanakannya. Bertitahu ibu tentang ASI ekslusif yaitu memberikan ASI segera

setelah lahir sampai usia 6 bulan pertama dengan jarak 2-3 jam perhari dan ibu

melaksanakannya. Beritahu ibu dan keluarga untuk merujuk bayi kepelayanan kesehatan

yang memadai apabila benjolan tidak hilang pada hari ke 1-3 bulan segera hubungi bidan

dan ibu mengerti terlihat ibu yang mampu mengulang perkataan bidan.

SOAP KASUS II CAPUTSUKSEDANEUM

Data Subjektif

Bayi Ny S (24 th) dan Tn.X (27) berumur 26 hari tanggal 07-10-2009 pukul 10.05

WIB lahir secara spontan dengan vacum forcep dan jenis kelamin Perempuan dengan

Page 49: Caput Suksadenum

kedua orang tua beagama islam, bersuku sunda, dengan ibu, sekolah terakhir tamat SMA

bekerja sebagai penjaga warung dan ayah sekolah terakhir tamat SMK seorang

wiraswasta. Penghasilan keduanya sebesar Rp 1.500.000/bulan dan bertempat tinggal di

Cimaung Rt 06 Rw 02 , Purwakarta. Anamnesa dilakukan pada tanggal 08-10-2009 pukul

15.30 WIB oleh Bidan, Ibu mempunyai riwayat kehamilan yaitu pada saat hamil muda

sering periksa kandungannya 4 kali oleh Bidan. Dengan keluhan mual tiap pagi, kadang

muntah 1 – 2 kali sehari tetapi makanan dapat masuk kedalam tubuh sedikit-sedikit,

kadang ada pusing dan terasa cepat lelah. Sedangkan pada hamil tua, sering periksa

kandungannya 5 kali oleh Bidan, dengan keluhan pegal-pegal bila berdiri terlalu lama,

sering BAK saat siang hari dan malam, tidak ada pusing. Umur saat persalinan anak

pertama ini 37 minggu 5 hari, dengan golonagan darah ibu A dan Ayah bergolongan

darah A, Ibu mengatakan tidak mempunyai penyakit saat kehamilannya, baik perdarahan,

pre/eklamsia tidak pernah, penyakit kelamin tidak ada. Ibu makan 3 kali sehari dengan

nasi, sayur hijau bening dengan ayam dan buah. Ibu tidak pernah minum obat-obatan,

jamu, tidak pernah merokok dan tidak pernah minum alkohol. Ibu mengatakan cemas

terhadap benjolan dikepala bayinya setelah beberapa jam lahir.

Data Objektif

Pemeriksaan fisik bayi KU ; baik, kesadaran composmetis, denyut nadi 130 x / menit,

bayi bergerak aktif, reflek menghisap dan menelan baik dan kuat. Pada bagian kepala

ubun – ubun besar dan ada kelainan terdapat pembengkakan kulit kepala yang

memanjang di garis tengah ditandai dengan cairan yamg menumpuk, sutura normal dan

ada maulage, ada caput suksedameum, dan tidak ada cephalhematoma. Mata simetris,

Page 50: Caput Suksadenum

lobang hidung ada, tidak ada keluaran dari kedua lubang hidung, tidak ada pernafasaan

cuping hidung. Telingga simetris, hubungan letak dengan mata sedikit lebih atas tulang

rawan lentur. Mulut simetris,bibir lembab warna merah muda, sumbing tidak ada,

palatum keras, refleks puting susu ada refleks sucking ada, refleks menelan ada. Tidak

ada pembesaran kelenjar getah bening, pergerakan tidak kaku. Dada simetris, pernafasan

normal, bunyi jantung regular, puting susu menonjol keluar, tidak ada bunyi nafas

jantung dan paru – paru tambahan, refleks muro ada, perut tidak kembung, abdomen

simrtris, tidak ada pembesaran hepar, tidak ada penonjolan sekitar umbilical, perut keras

saat menangis. Tali pusat tidak merah dan tidak bernanah. Punggung simetris, tidak

penonojan dan cekungan. Ekstremitas atas dan bawah bergerak aktif dengan jumlah jari

lengkap. Tidak ada kelainan fraktur klavikula dan fraktur humerus serta adanya fleksus

brahialis. Genetelia testis sudah ada diskrotum, ada lubang, lubang muara interna terletek

pada ujung penis. Kulit tidak ada tanda –tanda lahir warna merah. Usia bayi saat ini satu

hari. Pemeriksaan antropometri BB bayi 3200 gr dengan panjang badan 45 cm, lingkar

badan 43 cm, lila 12 cm. Pada eliminasi BAB sudah saat lahir dengan warna kehitamaan

konsistensi cair bau has. Sedangkan BAK belum, bayi diberikan asih tanpa pendamping

apapun.

Assesment

Setelah dilakukan pemeriksaan secara subjektif dan objektif didapatkan hasil

pemeriksaan pada bayi baru lahir umur 1 hari didapatkan diagnosa caputsuksedaneum.

Page 51: Caput Suksadenum

Masalah yang terjadi pada bayi baru lahir dengan umur 1 hari dengan

caputsuksedaneum yaitu adanya kecemasan dari orang tua bayi tersebut. Tidak ada

masalah potensial.

Kebutuhan yang harus dilakukan oleh bidan kepada orang tua bayi baru lahir usia 1

hari dengan caputsuksedaneum yaitu dengan memberikan penkes kepada orang tua agar

tetap tenang dan tidak cemas dalam menghadapi bayinya.

Planning

Beritahu ibu hasil pemeriksaan bahwa kondisi umum bayi baik, kesadaran

composmetis, denyut nadi 130 x / menit, bayi bergerak aktif, reflek menghisap dan

menelan baik dan kuat, BB bayi 3200 gr dengan panjang badan 45 cm, dan ibu mengerti

terlihat dari ibu yang tidak cemas. Beritahu ibu tentang caputsuksedaneum pada bayi baru

lahir yaitu terjadi akibat pembengkakan kulit kepala yang memanjang di garis tengah

berisi cairan pada kepala bayi dan ibu mengerti terlihat dari ibu yang sudah agak tenang.

Beritahu ibu untuk menggendong bayi karena dapat menyebabkan proses penyembuhan

yang cepat, yang biasanya hilang pada hari ke 2-5 dan ibu mau melaksanakannya.

Bertitahu ibu tentang ASI ekslusif yaitu memberikan ASI segera setelah lahir sampai usia

6 bulan pertama dengan jarak 2-3 jam perhari dan ibu melaksanakannya. Beritahu ibu dan

keluarga untuk merujuk bayi ke pelayanan kesehatan yang memadai apabila benjolan

tidak hilang pada hari ke 2-5 segera menghubungi bidan dan ibu mengerti terlihat ibu

yang mampu mengulang perkataan bidan.

SOAP III FRAKTUR KLAVIKULA

Page 52: Caput Suksadenum

Data Subjektif

Bayi Ny S (24 th) dan Tn.X (27) berumur 26 hari tanggal 07-10-2009 pukul 10.05

WIB lahir secara spontan dengan vacum forcep dan jenis kelamin Perempuan dengan

kedua orang tua beagama islam, bersuku sunda, dengan ibu, sekolah terakhir tamat SMA

bekerja sebagai penjaga warung dan ayah sekolah terakhir tamat SMK seorang

wiraswasta. Penghasilan keduanya sebesar Rp 1.500.000/bulan dan bertempat tinggal di

Cimaung Rt 06 Rw 02 , Purwakarta. Anamnesa dilakukan pada tanggal 08-10-2009 pukul

15.30 WIB oleh Bidan, Ibu mempunyai riwayat kehamilan yaitu pada saat hamil muda

sering periksa kandungannya 4 kali oleh Bidan. Dengan keluhan mual tiap pagi, kadang

muntah 1 – 2 kali sehari tetapi makanan dapat masuk kedalam tubuh sedikit-sedikit,

kadang ada pusing dan terasa cepat lelah. Sedangkan pada hamil tua, sering periksa

kandungannya 5 kali oleh Bidan, dengan keluhan pegal-pegal bila berdiri terlalu lama,

sering BAK saat siang hari dan malam, tidak ada pusing. Umur saat persalinan anak

pertama ini 37 minggu 5 hari, dengan golongan darah ibu A dan Ayah bergolongan darah

A, Ibu mengatakan tidak mempunyai penyakit saat kehamilannya, baik perdarahan,

pre/eklamsia tidak pernah, penyakit kelamin tidak ada. Ibu makan 3 kali sehari dengan

nasi, sayur hijau bening dengan ayam dan buah. Ibu tidak pernah minum obat-obatan,

jamu, tidak pernah merokok dan tidak pernah minum alkohol. Ibu mengatakan cemas

terhadap benjolan dikepala bayinya setelah beberapa jam lahir.

Data Objektif

Pemeriksaan fisik bayi KU ; baik, kesadaran composmetis, denyut nadi 130 x / menit,

bayi sedikit bergerak, reflek menghisap dan menelan baik dan kuat. Pada bagian kepala

Page 53: Caput Suksadenum

ubun – ubun besar dan tidak ada kelainan, sutura normal dan ada maulage, tidak ada

caputsuksedameum, dan tidak ada cephalhematoma. Mata simetris, lobang hidung ada,

tidak ada keluaran dari kedua lubang hidung, tidak ada pernafasaan cuping hidung.

Telingga simetris, hubungan letak dengan mata sedikit lebih atas tulang rawan lentur.

Mulut simetris,bibir lembab warna merah muda, sumbing tidak ada, palatum keras,

refleks puting susu ada refleks sucking ada, refleks menelan ada. Tidak ada pembesaran

kelenjar getah bening, pergerakan tidak kaku. Dada simetris, pernafasan normal, bunyi

jantung regular, puting susu menonjol keluar, tidak ada bunyi nafas jantung dan paru –

paru tambahan, refleks moro tidak ada, perut tidak kembung, abdomen simrtris, tidak ada

pembesaran hepar, tidak ada penonjolan sekitar umbilical, perut keras saat menangis. Tali

pusat tidak merah dan tidak bernanah. Punggung simetris, tidak penonojan dan cekungan.

Ekstremitas atas kelemahan lengan pada sisi yamg terkena disertai menghilangnya refleks

moro pada sisi tersebut dan bawah bergerak aktif dengan jumlah jari lengkap. Ada

kelainan fraktur klavikula dan tidak ada fraktur humerus serta tidak adanya fleksus

brahialis. Genetelia testis sudah ada diskrotum, ada lubang, lubang muara interna terletek

pada ujung penis. Kulit tidak ada tanda –tanda lahir warna merah. Usia bayi saat ini satu

hari. Pemeriksaan antropometri BB bayi 3200 gr dengan panjang badan 45 cm, lingkar

badan 43 cm, lila 12 cm. Pada eliminasi BAB sudah saat lahir dengan warna kehitamaan

konsistensi cair bau has. Sedangkan BAK belum, bayi diberikan asih tanpa pendamping

apapun.

Assessment

Page 54: Caput Suksadenum

Setelah dilakukan pemeriksaan secara subjektif dan objektif didapatkan hasil

pemeriksaan pada bayi baru lahir umur 1 hari didapatkan diagnosa fraktur klavikula.

Masalah potensial yang terjadi pada bayi baru lahir dengan umur 1 hari dengan

fraktur klavikula yaitu adanya kelumpuhan pada lengan bayi tersebut.

Kebutuhan segera yang harus dilakukan oleh bidan kepada orang tua bayi baru

lahir usia 1 hari dengan fraktur klavikula yaitu dengan memberikan penkes kepada orang

tua dan segera merujuk ke dokter spesialis anak.

Planning

Beritahu ibu hasil pemeriksaan bahwa kondisi umum bayi baik, kesadaran

composmetis, denyut nadi 130 x / menit, bayi bergerak aktif, reflek menghisap dan

menelan baik dan kuat, BB bayi 3200 gr dengan panjang badan 45 cm, dan ibu mengerti

terlihat dari ibu yang tidak cemas. Beritahu ibu tentang fraktur klavikula pada bayi baru

lahir yaitu terjadi akiba proses persalinan dengan sulit mengeluarkan bahu sehingga

butuh penanganan segera dan ibu mengerti terlihat dapat mengulang kembali perkataan

bidan. Penangan pertama yang dilakukan oleh bidan dengan imobilisasi dalam posisi

abduksi 60º dan fleksi 90º dari siku yang terkena selama 7-10 hari sebelum merujuknya

ke dokter spesialis anak. Bertitahu ibu untuk tetap memberikan ASI ekslusif segera

setelah lahir sampai usia 6 bulan pertama dengan jarak 2-3 jam perhari dan ibu

melaksanakannya. Beritahu ibu dan keluarga untuk merujuk bayi ke dokter spesialis anak

dengan diantar oleh bidan dan ibu mengerti dan segera merujuk bayinya.

SOAP IV FRAKTUR HUMERUS

Page 55: Caput Suksadenum

Data Subjektif

Bayi Ny S (24 th) dan Tn.X (27) berumur 26 hari tanggal 07-10-2009 pukul 10.05

WIB lahir secara spontan dengan vacum forcep dan jenis kelamin Perempuan dengan

kedua orang tua beagama islam, bersuku sunda, dengan ibu, sekolah terakhir tamat SMA

bekerja sebagai penjaga warung dan ayah sekolah terakhir tamat SMK seorang

wiraswasta. Penghasilan keduanya sebesar Rp 1.500.000/bulan dan bertempat tinggal di

Cimaung Rt 06 Rw 02 , Purwakarta. Anamnesa dilakukan pada tanggal 08-10-2009 pukul

15.30 WIB oleh Bidan, Ibu mempunyai riwayat kehamilan yaitu pada saat hamil muda

sering periksa kandungannya 4 kali oleh Bidan. Dengan keluhan mual tiap pagi, kadang

muntah 1 – 2 kali sehari tetapi makanan dapat masuk kedalam tubuh sedikit-sedikit,

kadang ada pusing dan terasa cepat lelah. Sedangkan pada hamil tua, sering periksa

kandungannya 5 kali oleh Bidan, dengan keluhan pegal-pegal bila berdiri terlalu lama,

sering BAK saat siang hari dan malam, tidak ada pusing. Umur saat persalinan anak

pertama ini 37 minggu 5 hari, dengan golonagan darah ibu A dan Ayah bergolongan

darah A, Ibu mengatakan tidak mempunyai penyakit saat kehamilannya, baik perdarahan,

pre/eklamsia tidak pernah, penyakit kelamin tidak ada. Ibu makan 3 kali sehari dengan

nasi, sayur hijau bening dengan ayam dan buah. Ibu tidak pernah minum obat-obatan,

jamu, tidak pernah merokok dan tidak pernah minum alkohol. Ibu mengatakan cemas

terhadap benjolan dikepala bayinya setelah beberapa jam lahir.

Data Objektif

Pemeriksaan fisik bayi KU ; baik, kesadaran composmetis, denyut nadi 130 x / menit,

bayi bergerak aktif, reflek menghisap dan menelan baik dan kuat. Pada bagian kepala

Page 56: Caput Suksadenum

ubun – ubun besar dan ada kelainan terdapat cairan yamg menumpuk, sutura normal dan

ada maulage, tidak ada caputsuksedameum, dan tidak ada cephalhematoma. Mata

simetris, lobang hidung ada, tidak ada keluaran dari kedua lubang hidung, tidak ada

pernafasaan cuping hidung. Telingga simetris, hubungan letak dengan mata sedikit lebih

atas tulang rawan lentur. Mulut simetris,bibir lembab warna merah muda, sumbing tidak

ada, palatum keras, refleks puting susu ada refleks sucking ada, refleks menelan ada.

Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, pergerakan tidak kaku. Dada simetris,

pernafasan normal, bunyi jantung regular, puting susu menonjol keluar, tidak ada bunyi

nafas jantung dan paru – paru tambahan, refleks moro tidak ada, perut tidak kembung,

abdomen simrtris, tidak ada pembesaran hepar, tidak ada penonjolan sekitar umbilical,

perut keras saat menangis. Tali pusat tidak merah dan tidak bernanah. Punggung simetris,

tidak penonojan dan cekungan. Ekstremitas atas bergerak aktif dengan jumlah jari

lengkap dan ekstrenitas bawah tidak adanya gerakan tungkai spontan. Tidak ada kelainan

fraktur klavikula dan adanya fraktur humerus serta tidak adanya fleksus brahialis.

Genetelia testis sudah ada diskrotum, ada lubang, lubang muara interna terletek pada

ujung penis. Kulit tidak ada tanda –tanda lahir warna merah. Usia bayi saat ini satu hari.

Pemeriksaan antropometri BB bayi 3200 gr dengan panjang badan 45 cm, lingkar badan

43 cm, lila 12 cm. Pada eliminasi BAB sudah saat lahir dengan warna kehitamaan

konsistensi cair bau has. Sedangkan BAK belum, bayi diberikan asih tanpa pendamping

apapun.

Assesment

Page 57: Caput Suksadenum

Setelah dilakukan pemeriksaan secara subjektif dan objektif didapatkan hasil

pemeriksaan pada bayi baru lahir umur 1 hari didapatkan diagnosa fraktur humeri.

Masalah potensial yang terjadi pada bayi baru lahir dengan umur 1 hari dengan

fraktur humeri yaitu adanya kelumpuhan pada tungkai.

Kebutuhan yang harus dilakukan oleh bidan kepada orang tua bayi baru lahir usia 1

hari dengan fraktur humeri yaitu dengan memberikan penkes kepada orang tua dan segera

merujuk ke dokter spesialis anak.

Planning

Beritahu ibu hasil pemeriksaan bahwa kondisi umum bayi baik, kesadaran

composmetis, denyut nadi 130 x / menit, bayi bergerak aktif, reflek menghisap dan

menelan baik dan kuat, BB bayi 3200 gr dengan panjang badan 45 cm, dan ibu mengerti

terlihat dari ibu yang tidak cemas. Beritahu ibu tentang fraktur klavikula pada bayi baru

lahir yaitu terjadi akiba proses persalinan dengan sulit mengeluarkan bahu sehingga

butuh penanganan segera dan ibu mengerti terlihat dapat mengulang kembali perkataan

bidan. Penangan pertama yang dilakukan oleh bidan dengan imobilisasi tungkai segera

sebelum merujuknya ke dokter spesialis anak. Bertitahu ibu untuk tetap memberikan ASI

ekslusif segera setelah lahir sampai usia 6 bulan pertama dengan jarak 2-3 jam perhari

dan ibu melaksanakannya. Beritahu ibu dan keluarga untuk merujuk bayi ke dokter

spesialis anak dengan diantar oleh bidan dan ibu mengerti dan segera merujuk bayinya.

SOAP V FRAKTUR BRAHIALIS

Page 58: Caput Suksadenum

Data Subjektif

Bayi Ny S (24 th) dan Tn.X (27) berumur 26 hari tanggal 07-10-2009 pukul 10.05

WIB lahir secara spontan dengan vacum forcep dan jenis kelamin Perempuan dengan

kedua orang tua beagama islam, bersuku sunda, dengan ibu, sekolah terakhir tamat SMA

bekerja sebagai penjaga warung dan ayah sekolah terakhir tamat SMK seorang

wiraswasta. Penghasilan keduanya sebesar Rp 1.500.000/bulan dan bertempat tinggal di

Cimaung Rt 06 Rw 02 , Purwakarta. Anamnesa dilakukan pada tanggal 08-10-2009 pukul

15.30 WIB oleh Bidan, Ibu mempunyai riwayat kehamilan yaitu pada saat hamil muda

sering periksa kandungannya 4 kali oleh Bidan. Dengan keluhan mual tiap pagi, kadang

muntah 1 – 2 kali sehari tetapi makanan dapat masuk kedalam tubuh sedikit-sedikit,

kadang ada pusing dan terasa cepat lelah. Sedangkan pada hamil tua, sering periksa

kandungannya 5 kali oleh Bidan, dengan keluhan pegal-pegal bila berdiri terlalu lama,

sering BAK saat siang hari dan malam, tidak ada pusing. Umur saat persalinan anak

pertama ini 37 minggu 5 hari, dengan golonagan darah ibu A dan Ayah bergolongan

darah A, Ibu mengatakan tidak mempunyai penyakit saat kehamilannya, baik perdarahan,

pre/eklamsia tidak pernah, penyakit kelamin tidak ada. Ibu makan 3 kali sehari dengan

nasi, sayur hijau bening dengan ayam dan buah. Ibu tidak pernah minum obat-obatan,

jamu, tidak pernah merokok dan tidak pernah minum alkohol. Ibu mengatakan cemas

terhadap benjolan dikepala bayinya setelah beberapa jam lahir.

Data Objektif

Pemeriksaan fisik bayi KU : baik, kesadaran compos metis, denyut nadi 130 x /

menit, bayi bergerak aktif, reflek menghisap dan menelan baik dan kuat. Pada bagian

Page 59: Caput Suksadenum

kepala ubun – ubun besar dan ada kelainan terdapat cairan yamg menumpuk, sutura

normal dan ada maulage, tidak ada caput suksedaneum dan tidak ada cephalhematoma.

Mata simetris, lubang hidung ada, tidak ada keluaran dari kedua lubang hidung, tidak ada

pernafasaan cuping hidung. Telingga simetris, hubungan letak dengan mata sedikit lebih

atas tulang rawan lentur. Mulut simetris,bibir lembab warna merah muda, sumbing tidak

ada, palatum keras, refleks puting susu ada refleks sucking ada, refleks menelan ada.

Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, pergerakan tidak kaku. Dada simetris,

pernafasan normal, bunyi jantung regular, puting susu menonjol keluar, tidak ada bunyi

nafas jantung dan paru – paru tambahan, refleks moro tidak ada, perut tidak kembung,

abdomen simrtris, tidak ada pembesaran hepar, tidak ada penonjolan sekitar umbilical,

perut keras saat menangis. Tali pusat tidak merah dan tidak bernanah. Punggung simetris,

tidak penonojan dan cekungan. Ekstremitas atas kurang bergerak dengan aktif dan lemah

pada pergelangan tangan dan bawah bergerak aktif dengan jumlah jari lengkap. Tidak ada

kelainan fraktur klavikula dan tidak ada fraktur humerus tapi adanya fleksus brahialis.

Genetelia testis sudah ada diskrotum, ada lubang, lubang muara interna terletek pada

ujung penis. Kulit tidak ada tanda –tanda lahir warna merah. Usia bayi saat ini satu hari.

Pemeriksaan antropometri BB bayi 3200 gr dengan panjang badan 45 cm, lingkar badan

43 cm, lila 12 cm. Pada eliminasi BAB sudah saat lahir dengan warna kehitamaan

konsistensi cair bau has. Sedangkan BAK belum, bayi diberikan asih tanpa pendamping

apapun.

Assesment

Page 60: Caput Suksadenum

Setelah dilakukan pemeriksaan secara subjektif dan objektif didapatkan hasil

pemeriksaan pada bayi baru lahir umur 1 hari didapatkan diagnosa fraktur brachialis.

Masalah yang terjadi pada bayi baru lahir dengan umur 1 hari dengan fraktur

brachialis yaitu . paralisis lengan atas dengan atau tanpa paralisis lengan bawah atau

tangan, atau lebih lazim paralisis dapat terjadi pada seluruh lengan

Kebutuhan yang harus dilakukan oleh bidan kepada orang tua bayi baru lahir usia 1

hari dengan fraktur brachialis yaitu dengan memberikan penkes kepada orang tua agar

tetap tenang dan tidak cemas dalam menghadapi bayinya.

Planning

Beritahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan umum bayi baik kesadaran

composmetis, denyut nadi 130 x / menit, bayi bergerak aktif, reflek menghisap dan

menelan baik dan kuat, BB bayi 3200 gr dengan panjang badan 45 cm, dan ibu mengerti

terlihat dari ibu yang tidak cemas. Beritahu ibu tentang fraktur brachialis pada bayi baru

lahir yaitu terjadi akiba proses persalinan dengan sulit mengeluarkan bahu sehingga

butuh penanganan segera dan ibu mengerti terlihat dapat mengulang kembali perkataan

bidan. Penangan pertama yang dilakukan oleh bidan dengan imobilisasi parsial dan

penempatan posisi secara tepat untuk mencegah perkembangan kontraktur segera

sebelum merujuknya ke dokter spesialis anak. Bertitahu ibu untuk tetap memberikan ASI

ekslusif segera setelah lahir sampai usia 6 bulan pertama dengan jarak 2-3 jam perhari

dan ibu melaksanakannya. Beritahu ibu dan keluarga untuk merujuk bayi ke dokter

spesialis anak dengan diantar oleh bidan dan ibu mengerti dan segera merujuk bayinya.

Page 61: Caput Suksadenum

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Caput suksadenum adalah pembengkakan yang edematosa atau kadang-kadang ekimotik dan

difus dari jaringan lunak kulit kepala yang mengenai bagian yang telah dilahirkan selama

persalinan verteks. Edema pada caput suksadenum dapat hilang pada hari pertama, sehingga

tidak diperlukan terapi. Tetapi jika terjadi ekimosis yang luas, dapat diberikan indikasi fototerapi

untuk kecenderungan hiperbilirubin. Kadang-kadang caput suksadenum disertai dengan molding

atau penumpangan tulang parietalis, tetapi tanda tersebut dapat hilang setelah satu minggu.

Sefalhematoma merupakan perdarahan subperiosteum. Sefalhematoma terjadi sangat lambat,

sehingga tidak nampak adanya edema dan eritema pada kulit kepala. Sefalhematoma dapat

sembuh dalam waktu 2 minggu hingga 3 bulan, tergantung pada ukuran perdarahannya. Pada

neonatus dengan sefalhematoma tidak diperlukan pengobatan, namun perlu dilakukan fototerapi

untuk mengatasi hiperbilirubinemia. Tindakan insisi dan drainase merupakan kontraindikasi

karena dimungkinkan adanya risiko infeksi. Kejadian sefalhematoma dapat disertai fraktur

tengkorak, koagulopati dan perdarahan intrakranial.

Jejas pada pleksus brakialis dapat menyebabkan paralisis lengan atas dengan atau tanpa

paralisis lengan bawah atau tangan, atau lebih lazim paralisis dapat terjadi pada seluruh lengan.

Jejas pleksus brakialis sering terjadi pada bayi makrosomik dan pada penarikan lateral

dipaksakan pada kepala dan leher selama persalinan bahu pada presentasi verteks atau bila

Page 62: Caput Suksadenum

lengan diekstensikan berlebihan diatas kepala pada presentasi bokong serta adanya penarikan

berlebihan pada bahu.

Tanda dan gejala yang tampak pada bayi yang mengalami fraktur klavikula antara lain : bayi

tidak dapat menggerakkan lengan secara bebas pada sisi yang terkena, krepitasi dan

ketidakteraturan tulang, kadang-kadang disertai perubahan warna pada sisi fraktur, tidak adanya

refleks moro pada sisi yang terkena, adanya spasme otot sternokleidomastoideus yang disertai

dengan hilangnya depresi supraklavikular pada daerah fraktur.

Pada fraktur humerus ditandai dengan tidak adanya gerakan tungkai spontan, tidak adanya

reflek moro. Penangan pada fraktur humerus dapat optimal jika dilakukan pada 2-4 minggu

dengan imobilisasi tungkai yang mengalami fraktur.

5.2 Saran

5.2.1 Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan

Dengan adanya Asuhan Neonatus dengan jalan lahir dapat lebih meningkatkan

lagi para tenaga kesehatan baik secara teknis maupun non teknis dalam memberikan

pelayanan kesehatan.

5.2.2 Bagi Institusi Pendidikan

Dalam pembahasan Asuhan Neonatus dengan jalan lahir lebih memberikan ilmu

yang bermanfaat lagi supaya dari pihak pendidikan dapat meningkatkan calon-calon

bidan yang professional.

Page 63: Caput Suksadenum

5.2.3 Bagi Mahasiswa

Dengan adanya pembuatan tugas Asuhan Neonatus dengan jalan lahir ini, mudah-

mudahan mahasiswa dapat lebih mengerti lagi tentang pembahasan mengenai Asuahan

Neonatus. Serta dapat menjadi motivasi dan inspirasi dalam mengembangkan ilmu yang

telah terkuasai, supaya dapat menjalankan praktik dilapangan lebih terampil lagi.

5.2.4 Bagi Masyarakat

Dengan adanya Asuhan Neonatus ini, masyarakat lebih mendukung dan mengerti

tentang Asuhan Neonatus yang diberikan bidan. Karena masyarakat lebih mengandalkan

jasa bidan sebagai tenaga kesehatan yang berpengaruh penting dalam masalah persalinan.