buku ski ix 2011 smt 1

Upload: irwan-setiawan

Post on 07-Jul-2015

3.585 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Buku SKI MTs. Kelas IX Semester 1 semoga bermanfaat

TRANSCRIPT

BAB I MASUKNYA ISLAM KE INDONESIA

A. Proses Masuknya Agama Islam Ke Indonesia Masuknya agama Islam ke Indonesia, hingga sekarang tidak diketahui waktunya yang pasti. Para ahli sejarah mengemukakan dua pendapat yang akhirnya dapat diterima sebagian masyarakat tentang waktu masuknya Islam di Indonesia. Pendapat yang pertama menyebutkan bahwa kedatangan Agama Islam pertama kali di Indonesia terjadi pada abad pertama hijriyah atau sekitar abad Ke -7 M. Pendapat ini didukung oleh beberapa bukti, antara lain : 1. Catatan Sejarah Kerajaan Cina Pada jaman Dinasti Tang terdapat rencana-rencana orang Ta-Shih untuk menyerang Kerajaan Holing yang diperintahkan oleh Ratu Sima (674 M). Namun rencana tersebut kemudian dibatalkan karena kuatnya

pemerintahan Ratu Sima. Ta-Shih dalam berita China itu ditafsirkan sebagai orang-orang Arab. 2. Berita Chou Ku Fei (1178 M) Berdasarkan catatan sejarah ini bahwa di daerah Indonesia saat itu terdapat dua tempat yang menjadi komunitas orang Ta-Shih yaitu Fo-lo-an dan Sumatra Selatan. Wilayah ini merupakan wilayah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya, sedangkan Fo-lo-an sekarang lebih dikenal dengan Kuala Brag, Trengganu, Malaysia.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

1

3. Berita Jepang (784) Sumber berita Jepang menyebutkan bahwa ketika pendeta Kanshin ke Indonesia, di Kanton terdapat kapal-kapal Po-se dan Ta-Shih Kuo. Menurut para ahli, istilah Po-se ditafsirkan sebagai bangsa Melayu, Sedangkan Ta-Shih ditafsirkan sebagai orang-orang Arab dan Persia. Sementara itu, pendapat kedua menyebutkan bahwa Agama Islam masuk ke Indonesia pada Abad ke-13 M. Pendapat ini didasarkan pada munculnya Kerajaan Samudera Pasai yang bercorak Islam, pada abad ke13 M. Pendapat ini sangat kuat dengan dibuktikan sebagai berikut. 1. Catatan Perjalanan Marco Polo (1292 M) Marco Polo merupakan pelaut asal Italia. Berdasarkan catatan sejarah, Marco Polo sempat singgah di Kerajaan Islam Samudera Pasai dalam pelayarannya kembali ke Eropa dari China.

2. Berita Ibnu Batutah Pendapat kedua juga didukung oleh berita Ibnu Battutah pada Abad ke 13 M. Serta batu Nisan Sultan Malik As Saleh, yang ditemukan di Sumatera Utara dan Berangka pada Bulan

Ramadhan 676 Hijriyah (1297 M). Sultan Malik As-Saleh dikenal sebagai seorang pengajar Tasawuf yang kemudian menjadi Raja di Kerajaan Samudera Pasai.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

2

Proses masuk dan berkembangnya agama Islam di Indonesia menurut Ahmad Mansur Suryanegara dalam bukunya yang berjudul Menemukan Sejarah, terdapat 3 teori yaitu teori Gujarat, teori Makkah dan teori Persia .

Ketiga teori tersebut di atas memberikan jawaban tentang permasalah waktu masuknya Islam ke Indonesia, asal negara dan tentang pelaku penyebar atau pembawa agama Islam ke Nusantara. Untuk mengetahui lebih jauh dari teori-teori tersebut, silahkan Anda simak uraian materi berikut ini :

1. Teori Gujarat Teori berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad 13 dan pembawanya berasal dari Gujarat (Cambay), India. Dasar dari teori ini adalah: Kurangnya fakta yang menjelaskan peranan bangsa Arab dalam penyebaran Islam di Indonesia. Hubungan dagang Indonesia dengan India telah lama melalui jalur Indonesia Cambay Timur Tengah Eropa. Adanya batu nisan Sultan Samudra Pasai yaitu Malik Al Saleh tahun 1297 yang bercorak khas Gujarat.

Pendukung teori Gujarat adalah Snouck Hurgronye, WF Stutterheim dan Bernard H.M. Vlekke. Para ahli yang mendukung teori Gujarat, lebih memusatkan perrhatiannya pada saat timbulnya

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

3

kekuasaan politik Islam yaitu adanya kerajaan Samudra Pasai. Hal ini juga bersumber dari keterangan Marcopolo dari Venesia (Italia) yang pernah singgah di Perlak (Perureula) tahun 1292. Ia

menceritakan bahwa di Perlak sudahbanyak penduduk yang memeluk Islam dan banyak pedagang Islam dari India yang menyebarkan ajaran Islam. Demikianlah penjelasan tentang teori Gujarat. Silahkan Anda simak teori berikutnya.

2. Teori Makkah Teori ini merupakan teori baru yang muncul sebagai sanggahan terhadap teori lama yaitu teori Gujarat. Teori Makkah berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 7 dan pembawanya berasal dari Arab (Mesir). Dasar teori ini adalah: Pada abad ke 7 yaitu tahun 674 di pantai barat Sumatera sudah terdapat perkampungan Islam (Arab); dengan pertimbangan bahwa pedagang Arab sudah mendirikan perkampungan di

Kanton sejak abad ke-4. Hal ini juga sesuai dengan berita Cina. Kerajaan Samudra Pasai menganut aliran mazhab Syafii, dimana pengaruh mazhab Syafii terbesar pada waktu itu adalah Mesir dan Mekkah. Sedangkan Gujarat/India adalah penganut mazhab Hanafi. Raja-raja Samudra Pasai menggunakan gelar Al malik, yaitu gelar tersebut berasal dari Mesir.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

4

Pendukung teori Makkah ini adalah Hamka, Van Leur dan T.W. Arnold. Para ahli yang mendukung teori ini menyatakan bahwa abad 13 sudah berdiri kekuasaan politik Islam, jadi masuknya ke Indonesia terjadi jauh sebelumnya yaitu abad ke 7 dan yang berperan besar terhadap proses penyebarannya adalah bangsa Arab sendiri. Dari penjelasan di atas, apakah Anda sudah memahami? Kalau sudah paham simak teori berikutnya.

3. Teori Persia

Teori ini berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia abad 13 dan pembawanya berasal dari Persia (Iran). Dasar teori ini adalah kesamaan budaya Persia dengan budaya masyarakat Islam Indonesia seperti: Peringatan 10 Muharram atau Asyura atas meninggalnya Hasan dan Husein cucu Nabi Muhammad, yang sangat di junjung oleh orang Syiah/Islam Iran. Di Sumatra Barat peringatan tersebut disebut dengan upacara Tabuik/Tabut. Sedangkan di pulau Jawa ditandai dengan pembuatan bubur Syuro. Kesamaan ajaran Sufi yang dianut Syaikh Siti Jennar dengan sufi dari Iran yaitu Al Hallaj . Penggunaan istilah bahasa Iran dalam sistem mengeja huruf Arab untuk tanda-tanda bunyi Harakat .

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

5

Ditemukannya makam Maulana Malik Ibrahim tahun 1419 di Gresik.

Adanya perkampungan Leren/Leran di Giri daerah Gresik. Leren adalah nama salah satu Pendukung teori ini yaitu Umar Amir Husen dan P.A. Hussein Jayadiningrat.

Ketiga teori tersebut, pada dasarnya masing-masing memiliki kebenaran dan kelemahannya. Maka itu berdasarkan teori tersebut dapatlah disimpulkan bahwa Islam masuk ke Indonesia dengan jalan damai pada abad ke7 dan mengalami perkembangannya pada abad 13. Sebagai pemegang peranan dalam penyebaran Islam adalah bangsa Arab, bangsa Persia dan Gujarat (India). Ada beberapa faktor pendorong masuk dan menyebarnya Islam di Indonesia, di antaranya : a. Berdakwah merupakan kewajiban sebagaimana pesan Rasulullah SAW, yang artinya Sampaikan dariku walaupun satu ayat. Hadisini menjadi motivasi bagi setiap muslim bahwa dakwah merupakan kewajiban dan panggilan jiwa. b. Masuk Islam memerlukan persyaratan sangat mudah aktivitas ibadah di dalam agama Islam cukup mudah dan tidak memberatkan, tida kmembutuhkan biaya besar, sehingga bisa diterima oleh semua lapisan masyarakat.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

6

c.

Ajaran

Islam tidak mengenal

perbedaan

derajat

manusia

berdasarkan kasta/gelar. Tinggi rendahnya derajat hanya ditentukan berdasarkan tingkat ketakwaan terhadap Allah. Selain menunjukkan sikap demokratis, ini juga menunjukkan adanya persamaan dalam ajaran Islam. d. Pendekatan persuasif dan cara yang simpati sebagai cara alternatif dalam berdakwah, seperti melalui jalur perdagangan, kesenian, dan budaya. Penaklukan dengan kekuatan militer kadangkala dilakukan, tetapi ini tidak cara yang dominan tetapi kalau memang sudah tidak ada jalan lain. e. Para ulama selaku pelaku dakwah mampu menampilkan kepribadian yang luhur. Keutamaan sifat ini mampu menarik simpati dan kekaguman masyarat, sehingga mereka secara sukarela masuk agama Islam. f. Keseluruhan ajaran Islam dipandang sesuai kepribadian bangsa Indonesia.

Dengan adanya faktor pendorong tersebut, maka para penyebar Islam memiliki daya tahan untuk senantiasa menyebarkan agama Islam. Bahkan untuk penyebaran Islam di Indonesia, ternyata mereka relative mendapatkan masyarakatnya. kemudahan dalam menyebarkan Islam ke tengah

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

7

Selain faktor pendorong penynebaran Islam, faktor lain yang menjadikan penyebaran Islam begitu mudah ialah : a. Ajaran yang terkandung dalam Islam sesuai dengan fitrah manusia, khusunya bangsa Indonesia, yang cenderung mengakui adanya kebenaran dari Allah Yang Esa, padahal agama yang ada sebelumnya tidak memastikan keesaan Tuhannya. b. Islam masuk ke Indonesia didakwahkan secara damai, dalam pengertian bahwa Islam tidak dibawa dan membonceng satu kekuasaan atau kekuatan militer tertentu. Karenanya dampak teologis yang dikembangkan oleh para pemeluknya senantiasa mengajak dan menganjurkan kedamaian. c. Masuknya Islam ke Indonesia melalui pendekatan persuasif. Para dai cenderung tidak melakukan intimidasi atau pemaksaan kepada seseorang atau kelompok masyarakat untuk meyakini agama yang didakwahkannya. budaya setempat, maka dakwah Islam di Indonesia dikenal dengan pendekatan kultural (cultural approach). Dampaknya, menghasilkan Islam yang singkritis (kejawen) sebagaimana kasus Islamisasi di Jawa oleh para wali yang menjadikan wayang sebagai salah satu medianya. d. Secara politis ditunjang oleh berdirinya beberapa kesultanan Islam, yang secara langsung atau tidak langsung sangat berpengaruh terhadap masyarakat Indonesia yang pada masa itu dikenal sebagai masyarakat paternalistik.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

8

e. Upacara-upacara dalam Islam sangat sederhana. f. Islam tidak menentang adat dan tradisi setempat. g. Dalam penyebarannya dilakukan dengan jalan damai. h. Runtuhnya kerajaan Majapahit memperlancar penyebaran agama Islam.

Sejumlah faktor di atas, didukung oleh penggunaan media dakwah yang relatif sesuai dengan kondisi masyarakat Indonesia. Dimana penggunaan media tersebut, menambah penyebaran Islam semakin dirasakan persuasive. Dengan adanya faktor pendorong tersebut, maka para penyebar Islam memiliki daya tahan untuk senantiasa menyebarkan agama Islam. Bahkan untuk penyebaran Islam di Indonesia, ternyata mereka relative mendapatkan kemudahan dalam menyebarkan Islam ke tengah masyarakatnya.

B. Strategi Keberhasilan Penyebaran Islam Ke Indonesia Stratagi dakwah Islam pada dasarnya sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad SAW, namun bentuk dan cara penyampaiannya berlainan, yakni disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat sekitar. Dakwah dapat dilaksanakan dengan berbagi metode, seperti ceramah, diskusi, tanya jawab, keteladanan, karyawisata, rekayasa sosial, infiltrasi, lisan-haal, social presessure dan hikmah. Untuk menyampaikan pesan dakwah, seorang juru dakwah (dai) dapat menggunakan berbagai macam media dakwah, baik itu

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

9

media modern (media elektronika) maupun media tradisional (Azis, 2004 : 20). Media tradisional dalam dakwah menggunakan berbagai macam seni pertunjukan yang dipentaskan di depan umum terutama sebagai sarana hiburan yang memiliki sifat komunikatif, seperti seni ketroprak, karawitan, wayang, seni teater dan sebagainya. Dengan demikian mempermudah bagi juru dakwah untuk menyampaikan dakwah dan juga agar mudah dipahami oleh sasaran dakwah (madu), maka sebaiknya dakwah dilakukan dengan menggunakan salah satu media yang ada. Hal ini untuk menyesuaikan keadaan masyarakat yang tidak sama, disatu sisi sudah modern di sisi lain masih tradisional. Oleh karena itu dalam berdakwah walaupun sudah menggunakan media modern namun tidak menghilangkan media tradisional yang masih digunakan dengan baik, sehingga dalam berdakwah penggunaan media tersebut dapat disesuaikn dengan keadaan masyarakat setempat. Oleh karena keadaan lingkungan masing-masing masyarakat tidak selalu sama, maka materinya juga harus bervariasi menyesuaikan keadaan dimana juru dakwah harus mencari masalah-masalah yang dihadapi dan sekaligus memikirkan pemecahannya yang nantinya menjadi bahan pembicaraan dalam berdakwah. Ada beberapa strategi atau media yang telah digunakan para dai dalam proses islamisasi di Indonesia, yaitu:

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

10

a. Perdagangan. Kesibukan lalu lintas perdagangan pada abad ke 7 hingga ke 16, membuat pedagang-pedagang muslim baik dari Arab, Persia maupun India, turut ambil bagian dalam perdagangan dari negeri-negeri bagian barat, tenggara dan timur benua Asia. Perdagangan ini sangat efektif dijadikan media, hal ini disebabkan karena semua strata sosial terlibat. Misalnya para raja dan bangsawan turut serta dalam kegiatan ini, bahkan tidak sedikit dari para bangsawan dan raja menjadi pemilik kapal dan pemilik saham. b. Perkawinan. Para pedagang muslim memiliki status sosial yang lebih baik dibanding kebanyakana pribumi, sehingga amatlah wajar bila penduduk pribumi, terutama putri-putri bangsawan Sebelum tertarik untuk menjadi isteri mereka

saudagar-saudagar.

pernikahan

dilangsungkan,

diislamkan terlebih dahulu. Dari perkawinan itu kemudian mereka mempunyai keturunan dan lingkungan mereka makin bertambah luas. Akhirnya timbul perkampungan-perkampungan, daerah-daerah dan bahkan kerajaan-kerajaan muslim. Dalam perkembangan berikutnya, tidak sedikit wanita muslim dinikahi oleh keturunan bangsawan, tentu saja setelah yang terakhir ini masuk Islam lebih dahulu. Media perkawinan ini lebih menguntungkan apabila terjadi antara saudagar muslim dengan anak bangsawan atau anak-anak raja dan adipati, karena raja, adipati atau bangsawan itu kemudian turut

mempercepat proses Islamisasi. Misalnya pernikahan antara Raden Rahmat

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

11

atau yang lebih dikenal dengan nama Sunan Ampel dengan Nyai Manila, salah seorang putri raja, Sunan Gunung Djati mempersunting puteri Kawungaten, Brawijaya dengan puteri Campa yang mempuinya keturunan Raden Patah (pendiri Kerajaan Demak) dan banyak lagi contoh lain.

c. Saluran Tasawuf. Pengajar-pengajar tasawuf, atau para sufi mengajarkan teosofi yang bercampur dengan ajaran yang sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Mereka mahir dalam soal-soal magis dan mempunyai kekuatan-kekuatan menyembuhkan. Dengan tasawuf, bentuk Islam yang diajarkan kepada penduduk pribumi mempunyai persamaan dengan alam pikiran mereka yang sebelumnya menganut agama Hindu, sehingga agama baru (Islam) itu mudah dimengerti dan diterima. Diantara para sufi yang memberikan ajaran yang mengandung persamaan dengan alam pikiran Indonesia pra-Islam itu misalnya, Hamzah Fansuri di Aceh, Syeikh Lemah Abang, dan Sunan Panggung di Jawa. Ajaran mistik ini masih berkembang subur di abad ke 19 bahkan di bad ke 20 ini. d. Pendidikan. Islamisasi di Nusantara juga dilakukan melalui pendidikan, baik pesantren, maupun pondok yang diselenggarakan oleh guru-guru agama, kyai-kyai, dan ulama-ulama. Di pesantren atau pondok itu calon ulama, guru agama dan kyai mendapat pendidikan agama. Setelah keluar dari pesantren, mereka pulang ke kampung masing-masing kemudian mereka

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

12

melakukan dakwah ke tempat-tempat tertentu mengajarkan Islam. Sebagai salah satu contoh, misalnya, pesantren yang didirikan oleh Raden Rahmat di Ampel Denta Surabaya, dan Sunan Giri di Giri. Alumni kedua pesantren ini banyak yang diundang ke berbagai daerah di wilayah Nusantara untuk berdakwah. Media pendidikan pesantren yang memang sudah sejak pertama kali akar-akar Islam tertanam di bumi nusantrara ini, memang sangat efektif dalam mensosialisasikan Islam di Indonesia. Hal ini bukan saja karena pesantren mengajarkan Islam secara sederhana, tetapi juga amat adaptif dengan budaya paternalistik bangsa Indonesia, bahkan untuk daerah-daerah tertentu tradisi Islam pesantren sangat kental. Misalnya, untuk wilayah Jawa, sampai saat ini banyak para ahli menyebut sebagai basis masyarakat santri.

e. Kesenian. Salah satu sarana yang mereka gunakan sebagai media dakwah para wali adalah wayang. Dalam hal esensi yang disampaikan dalam cerita-ceritanya tentunya disisipkan unsur-unsur moral ke-Islaman. Dalam lakon Bima Suci misalnya, Bima sebagai tokoh sentralnya diceritakan menyakini adanya Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan Yang Esa itulah yang menciptakan dunia dan segala isinya. Tak berhenti di situ, dengan keyakinannya itu Bima mengajarkannya kepada saudaranya, Janaka. Lakon ini juga berisi ajaran-ajaran tentang menuntut ilmu, bersikap sabar, berlaku

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

13

adil, dan bertatakrama dengan sesama manusia. Dalam sejarahnya, para Wali berperan besar dalam pengembangan pewayangan di

Indonesia. Sunan Kali Jaga dan Raden Patah sangat berjasa dalam

mengembangkan Wayang. Bahkan para wali sudah mengatur sedemikian rupa menjadi Wayang Kulit di Jawa Timur, kedua Wayang Wong atau Wayang Orang di Jawa Tengah, dan ketiga Wayang Golek di Jawa Barat. Masing masing sangat bekaitan satu sama lain yaitu Mana yang Isi (Wayang Wong) dan Mana yang Kulit (Wayang Kulit) dan mana yang harus dicari (Wayang Golek). Disamping menggunakan wayang sebagai media dakwahnya, para wali juga melakukan dakwahnya melalui berbagai bentuk akulturasi budaya lainnya contohnya melalui penciptaan tembang-tembang keislaman di Tanah Jawa

tiga bagian. Pertama

berbahasa Jawa, gamelan, dan lakon islami. Setelah penduduk tertarik, mereka diajak membaca syahadat, diajari wudhu, shalat, dan sebagainya. Sunan Kalijaga adalah salah satu Walisongo yang tekenal dengan

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

14

minatnya dalam berdakwah melalui budaya dan kesenian lokal. Ia menggunakan seni ukir, wayang, gamelan, serta seni suara suluk sebagai sarana dakwah. Dialah pencipta baju takwa, perayaan sekatenan, grebeg maulud, layang kalimasada, lakon wayang Petruk Jadi Raja. Lanskap pusat kota berupa Kraton, alun-alun dengan dua beringin serta masjid diyakini sebagai karya Sunan Kalijaga.

f. Politik. Di berbagai wilayah Nusantara, misalnya, di Maluku dan Sulawesi, kebanyakan rakyat Indonesia masuk Islam setelah rajanya memeluk Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja amat besar pengaruhnya terhadap penyebaran Islam di beberapa daerah di nusantara. Kemenangan kerajaan Islam secara politis banyak menarik penduduk kerajaan bukan Islam itu masuk Islam. Beragam strategi atau media tersebut saling berpadu, saling mengisi, dalam suasana penuh keakraban antara penyebar Islam dengan yang didakwahi. Sehingga terjadilah suatu proses akulturasi Islam dengan budaya lokal.

C. Keberhasilan Akulturasi Islam dengan Budaya Lokal Sebelum Islam masuk dan berkembang, Indonesia sudah memiliki corak kebudayaan yang dipengaruhi oleh agama Hindu dan Budha seperti yang pernah Saudara pelajari pada modul sebelumnya. Dengan masuknya Islam, Indonesia kembali mengalami proses akulturasi (proses bercampurnya dua

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

15

(lebih)

kebudayaan

karena

percampuran

bangsa-bangsa

dan

saling

mempengaruhi), yang melahirkan kebudayaan baru yaitu kebudayaan Islam Indonesia. Masuknya Islam tersebut tidak berarti kebudayaan Hindu dan Budha hilang. Bentuk budaya sebagai hasil dari proses akulturasi tersebut, tidak hanya bersifat kebendaan/material tetapi juga menyangkut perilaku masyarakat Indonesia. Untuk lebih memahami wujud budaya yang sudah mengalami proses akulturasi dapat Saudara simak dalam uraian materi berikut ini. a. Seni Bangunan Wujud akulturasi dalam seni bangunan dapat terlihat pada bangunan masjid, makam, istana. untuk lebih jelasnya silahkan lihat gambar 1 berikut ini.

Gambar Mesjid di Aceh merupakan saah satu mesjid kuno di Indonesia Sumber: Dwi Hartini, dalam Modul Mata pelajaran Sejarah.

Masjid Aceh merupakan salah satu masjid kuno di Indonesia. Wujud akulturasi dari masjid kuno seperti yang tampak pada gambar diatas

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

16

memiliki ciri sebagai berikut: 1. Atapnya berbentuk tumpang yaitu atap yang bersusun semakin ke atas semakin kecil dari tingkatan paling atas berbentuk limas. Jumlah atapnya ganjil 1, 3 atau 5. Dan biasanya ditambah dengan kemuncak untuk memberi tekanan akan keruncingannya yang disebut dengan Mustaka. 2. Tidak dilengkapi dengan menara, seperti lazimnya bangunan masjid yang ada di luar Indonesia atau yang ada sekarang, tetapi dilengkapi dengan kentongan atau bedug untuk menyerukan adzan atau panggilan sholat. Bedug dan kentongan merupakan budaya asli Indonesia. 3. Letak masjid biasanya dekat dengan istana yaitu sebelah barat alun-alun atau bahkan didirikan di tempat-tempat keramat yaitu di atas bukit atau dekat dengan makam. Mengenai contoh masjid kuno selain seperti yang tampak pada gambar diatas kamu dapat memperhatikan Masjid Agung Demak, Masjid Gunung Jati (Cirebon), Masjid Kudus dan sebagainya. Apakah di daerah Saudara terdapat bangunan masjid kuno ? Kalau ada, silahkan Saudaramengkaji sendiri ciri--cirinya, apakah sesuai dengan uraian dalam modul ini? Selanjutnya silahkan Saudaramenyimak uraian materi seni bangunan berikutnya. Selain bangunan masjid sebagai wujud akulturasi kebudyaan Islam, juga terlihat pada bangunan makam. Untuk itu silahkan Kamu simak gambar 2 makam Sendang Duwur berikut ini.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

17

Gambar 2. Makam Sendang Duwur (Tuban) Sumber: Dwi Hartini, dalam Modul Mata pelajaran Sejarah

Ciri-ciri dari wujud akulturasi pada bangunan makam terlihat dari: 1. makam-makam kuno dibangun di atas bukit atau tempat-tempat yang keramat. 2. makamnya terbuat dari bangunan batu yang disebut dengan Jirat atau Kijing, nisannya juga terbuat dari batu. 3. di atas jirat biasanya didirikan rumah tersendiri yang disebut dengan cungkup atau kubba. 4. dilengkapi dengan tembok atau gapura yang menghubungkan antara makam dengan makam atau kelompok-kelompok makam. Bentuk gapura tersebut ada yang berbentuk kori agung (beratap dan berpintu) dan ada yang berbentuk candi bentar (tidak beratap dan tidak berpintu). 5. Di dekat makam biasanya dibangun masjid, maka disebut masjid makam dan biasanya makam tersebut adalah makam para wali atau raja. Contohnya masjid makam Sendang Duwur seperti yang tampak pada gambar 2 tersebut.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

18

Apakah Saudara sudah memahami ciri-ciri pada bangunan makam tersebut? Kalau saudara sudah paham, silahkan Saudara simak wujud

akulturasi pada bangunan istana. Bangunan istana arsitektur yang dibangun pada awal perkembangan Islam, juga memperlihatkan adanya unsur akulturasi dari segi arsitektur ataupun ragam hias, maupun dari seni patungnya contohnya istana Kasultanan Yogyakarta dilengkapi dengan patung penjaga Dwarapala (Hindu). Demikianlah contoh wujud akulturasi pada seni bangunan untuk selanjutnya simak contoh wujud akulturasi yang berikutnya. b. Seni Rupa Tradisi Islam tidak menggambarkan bentuk manusia atau hewan. Seni ukir relief yang menghias Masjid, makam Islam berupa suluran tumbuh-tumbuhan namun terjadi pula Sinkretisme (hasil perpaduan dua aliran seni logam), agar didapat keserasian, misalnya ragam hias pada gambar 3 ditengah ragam hias suluran terdapat bentuk kera yang distilir.

Sumber: Dwi Hartini, dalam Modul Mata pelajaran Sejarah Gambar 3. Kera yang disamarkan, Relief Manusia

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

19

Ukiran ataupun hiasan seperti pada gambar 3, selain ditemukan di masjid juga ditemukan pada gapura-gapura atau pada pintu dan tiang. Untuk hiasan pada gapura dapat Saudara simak kembali gambar 2 Setelah Saudara menyimak gambar 2 tersebut, simak kembali uraian materi tentang wujud akulturasi berikutnya.

c. Aksara dan Seni Sastra Tersebarnya agama Islam ke Indonesia maka berpengaruh terhadap bidang aksara atau tulisan, yaitu masyarakat mulai mengenal tulisan Arab, bahkan berkembang tulisan Arab Melayu atau biasanya dikenal dengan istilah Arab gundul yaitu tulisan Arab yang dipakai untuk menuliskan bahasa Melayu tetapi tidak menggunakan tanda-tanda a, i, u seperti lazimnya tulisan Arab. Di samping itu juga, huruf Arab berkembang menjadi seni kaligrafi yang banyak digunakan sebagai motif hiasan ataupun ukiran dan gambar wayang. Sedangkan dalam seni sastra yang berkembang pada awal periode Islam adalah seni sastra yang berasal dari perpaduan sastra pengaruh Hindu Budha dan sastra Islam yang banyak mendapat pengaruh Persia.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

20

Gambar : Contoh Seni Tulisan Arab / Kalighrafi

Dengan demikian wujud akulturasi dalam seni sastra tersebut terlihat dari tulisan/aksara yang dipergunakan yaitu menggunakan huruf Arab Melayu (Arab Gundul) dan isi ceritanya juga ada yang mengambil hasil sastra yang berkembang pada jaman Hindu. Bentuk seni sastra yang berkembang adalah: Hikayat yaitu cerita atau dongeng yang berpangkal dari peristiwa atau tokoh sejarah. Hikayat ditulis dalam bentuk peristiwa atau tokoh sejarah. Hikayat ditulis dalam bentuk gancaran (karangan bebas atau prosa). Contoh hikayat yang terkenal yaitu Hikayat 1001 Malam, Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Pandawa Lima (Hindu), Hikayat Sri Rama (Hindu). Babad adalah kisah rekaan pujangga keraton sering dianggap sebagai peristiwa sejarah contohnya Babad Tanah Jawi (Jawa Kuno), Babad Cirebon. Suluk adalah kitab yang membentangkan soal-soal tasawwuf contohnya Suluk Sukarsa, Suluk Wijil, Suluk Malang Sumirang dan sebagainya.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

21

Primbon adalah hasil sastra yang sangat dekat dengan Suluk karena berbentuk kitab yang berisi ramalan-ramalan, keajaiban dan penentuan hari baik/buruk.

Bentuk seni sastra tersebut di atas, banyak berkembang di Melayu dan Pulau Jawa. Dari penjelasan tersebut, apakah kamu telah memahami, kalau sudah paham silahkan diskusikan dengan teman-teman Anda, untuk mencari contoh bentuk seni sastra, seperti yang tersebut di atas yang terdapat di daerah Anda. Selanjutnya simaklah uraian materi wujud akulturasi berikutnya.

d. Sistem Pemerintahan Dalam pemerintahan, sebelum Islam masuk Indonesia, sudah berkembang pemerintahan yang bercorak Hindu ataupun Budha, tetapi setelah Islam masuk, maka kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu/Budha mengalami keruntuhannya dan digantikan peranannya oleh

kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam seperti Samudra Pasai, Demak, Malaka dan sebagainya. Sistem pemerintahan yang bercorak Islam, rajanya bergelar Sultan atau Sunan seperti halnya para wali dan apabila rajanya meninggal tidak lagi dimakamkan dicandi/dicandikan tetapi dimakamkan secara Islam. Demikianlah penjelasan wujud akulturasi dalam salah satu hal sistem pemerintahan. Selanjutnya kita pelajari wujud akulturasi berikutnya.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

22

e. Sistem Kalender Sebelum budaya Islam masuk ke Indonesia, masyarakat Indonesia sudah mengenal Kalender Saka (kalender Hindu) yang dimulai tahun 78M. Dalam kalender Saka ini ditemukan nama-nama pasaran hari seperti legi, pahing, pon, wage dan kliwon. Apakah sebelumnya Saudarapernah mengetahui/mengenal hari-hari pasaran? Setelah berkembangnya Islam Sultan Agung dari Mataram menciptakan kalender Jawa, dengan menggunakan perhitungan peredaran bulan (komariah) seperti tahun Hijriah (Islam). Pada kalender Jawa, Sultan Agung melakukan perubahan pada nama-nama bulan seperti Muharram diganti dengan Syuro, Ramadhan diganti dengan Pasa. Sedangkan nama-nama hari tetap menggunakan hari-hari sesuai dengan bahasa Arab. Dan bahkan hari pasaran pada kalender saka juga dipergunakan. Kalender Sultan Agung tersebut dimulai tanggal 1 Syuro 1555 Jawa, atau tepatnya 1 Muharram 1053 H yang bertepatan tanggal 8 Agustus 1633 M. Demikianlah uraian materi tentang wujud akulturasi kebudayaan Indonesia dan kebudayaan Islam, sebenarnya masih banyak contoh wujud akulturasi yang lain, untuk itu silahkan diskusikan dengan teman-teman Anda, mencari wujud akulturasi dari berbagai pelaksanaan peringatan hari-hari besar Islam atau upacara-upacara yang berhubungan dengan keagamaan.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

23

D. Perkembangan Islam di Indonesia

Agama Islam masuk ke Indonesia melalui proses yang sangat panjang. Berkembangnya ajaran Nabi Besar Muhammad, SAW. Tidak lepas dari

peranan para pedagang, khususnya para pedagang Islam dari Gujarat dan Persia. Mereka datang ke daerah-daerah di Indonesia untuk berdagang sekaligus menyebarkan Agama Islam. Pada perkembangan selanjutnya, para pedagang tersebut kemudian menyatu dengan masyarakat dan mendirikan kerajaan-kerajaan. Kerajaan Samudra Pasai merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia. Pada saat itu, Pasai menjadi pusat perdagangan yang banyak disinggahi para pedagang dari berbagai negara. Namun peranan Pasai kemudian menurun setelah berkembangnya Pelabuhan Malaka disemenanjung Malaya. Pada abad ke-14 M, Malaka telah tumbuh menjadi pusat perdagangan terbesar di Asia Tenggara. Para pedagang dari berbagai negara termasuk para pedagang Islam dari Gujarat dan Persia menjadikan Malaka sebagai basis untuk juga mengunjungi daerah-daerah di Indonesia. Demikian pula, para pedagang dari berbagai daerah di Indonesia seperti para pedagang Jawa juga menjadikan Malaka sebagai tempat mereka berdagang. Dari interaksi para pedagang Islam dengan orang Jawa-Islam kemudian berkembang pula di pulau jawa. Perkembanga Islam di Jawa relatif cepat seiring dengan semakin lemahnya pengaruh kerajaan Majapahit.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

24

Selain di Jawa, para pedagang juga melakukan usaha dakwah ke pulau lain di Nusantara. Diantaranya adalah pulau Kalimantan, Sulawesi dan Kawasan Timur Indonesia. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang sangat terbuka dengan budaya dan agama pendatang. Ketika Islam datang, sebagaian besar masyarakat Indonesia menerima dengan terbuka. Mereka memeluk Islam tanpa ada paksaan dan penuh dengan kesadaran. Hal itu disebabkan :

1. Syarat

untuk

masuk

agama

Islam

sangatlah

mudah,

yakni

mengucapkan kalimat syahadat. 2. Tidak adanya sistem kasta yang menempatkan derajat seseorang pada kekayaan maupun keturunan. Semua manusia dalam pandangan Islam adalah sama. Faktor ini menjadi penyebab ketertarikan bangsa Indonesia untuk memeluk Islam. 3. Penyebaran Islam dilakukan dengan cara damai (tanpa melalui kekerasan), sehingga masyarakat Indonesia menerima dengan tangan terbuka.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

25

Gambar : Tablighul Islamiyyah sebagai bukti Islam disebarka melalui acara-acara bijaksana tidak dengan cara kekerasan.

4. Sifat Asli bangsa Indonesia yang ramah, memberi peluang untuk bergaul lebih erat dengan bangsa lain. Hal ini menyebabkan mereka mudah mendapatkan wawasan baru, yakni agama Islam. 5. Upacara-upacara keagamaan dalam Islam lebih sederhana.

Perkembangan penyebaran agama Islam di Indonesia pada abad ke-7 M sampai abad ke-16 M secara rinci dapat dilihat dari beberapa daerah seperti di Pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku berikut ini.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

26

1. Perkembangan Islam di Pulau Sumatera

Sudah kita ketahui bahwa masuk agama ke Islam

Sumatera

pada abad ke-7 M dan dapat berkembang

dengan pesat, terutama sejak kehancuran

Kerajaan Sriwijaya karena serangan Raja Rajendracoladewi dari India pada 1030 M. Agama Islam yang secara berangsur-angsur berkembang di pesisir utara Pulau Sumatera ini kemudian mendapatkan pijakan yang amat kuat dengan berdirinya Kerajaan Samudera Pasai yang merupakan Kerajaan Islam pertama di Indonesia yang terletak di Kampung Samudera di tepi Sungai Pasai yang berdiri pada pertengahan abad ke-13 M. Letaknya yang strategis di kawasan perairan Selat Malaka menyebabkan Kerajaan Samudera Pasai mencapai kemajuan dalam bidang ekonomi. Sultan Malikus Saleh membangun armada dagang yang besar, sehingga Samudera Pasai menjadi kota bandar yang ramai dikunjungi kapal-kapal dagang dari berbagai negara. Sementara Sultan Malikuz Zhahir II yang dikenal alim dan penganut madzhab Syafii berusaha menjadikan Kerajaan Samudera Pasai sebagai pusat aktifitas dan kajian ilmu agama. Ibnu Bathuthah, seorang pengembara dari Maroko, membuat catatan penting dalam bukunya Rihlah Ibnu Bathuthah tentang Sultan

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

27

Malikuz Zhahir II. Dikatakannya bahwa ia seorang sultan yang perkasa, pengikut madzhab Syafii, senang menghormati ulama dan setiap hari Jumat berangkat ke masjid dengan jalan kaki. Di antara para ulama yang hidup di Kerajaan Pasai ialah Amir Said As Syirazy seorang qadli yang berasal dari Syiraz (Iran) dan Tajuddin Al Isfahany seorang mufti dari Isfahan (Iran). Kerajaan Samudera Pasai mengalami kemajuan selama kurang lebih tiga abad. Pada masa itu Samudera Pasai menjadi mercusuar kerajaan Islam yang sangat gemilang. Akan tetapi sejak pertengahan abad ke-14 Masehi, Kerajaan Samudera Pasai mengalami kemunduran karena serangan Kerajaan Majapahit. Posisinya sebagai pusat aktifitas

perdagangan dan dakwah Islamiyah digantikan oleh Kerajaan Islam Malaka. Pada abad ke-16 Masehi, di Sumatera Utara muncul Kerajaan Aceh yang didirikan oleh Sultan Ali Mughayat Syah. Wilayah kekuasaannya meliputi seluruh bekas wilayah kekuasaan Samudera Pasai dari Pidie sampai perbatasan Sungai Rokan. Kerajaan Aceh mengalami kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda Mahkota Alam (1607 1636). Ia melakukan rihlah dakwah ke beberapa daerah di sekitar wilayah kekuasaannya, seperti: Deli, Johor, Bintan, Pahang, Kedah, Perak, dan Nias. Untuk keperluan syiar Islam, ia mendirikan masjid Baiturrahman yang berfungsi sebagai tempat ibadah dan pengajaran agama Islam. Ulama terkenal pada masa pemerintahannya antara lain: Hamzah

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

28

Fansuri, Syamsuddin As Sumatrany, Syekh Nuruddin Ar Raniry dan Syekh Abdurrauf Al Fansury. Mereka banyak berjasa dalam

mengembangkan agama Islam dan memiliki beberapa karya ilmiah, seperti: Tafsir Baidlawi karya Syekh Abdurrauf Al Fansury, Miratut Tullab berisi Ilmu Fiqih, As Sirathal Mustaqim dan Bustanus Salatin karya Syekh Nuruddin Ar Raniry. Kerajaan Aceh berpusat di Pidie dan rajanya yang paling terkenal adalah Sultan Iskandar Muda. Sepeninggal Sultan Iskandar Muda, Aceh mengalami pasang surut dan pada akhir abad ke-19 baru dapat ditundukkan oleh penjajah Belanda.

2. Perkembangan Islam di Pulau Jawa

Pada tahun 674 M utusan Raja Ta-cheh (yang dimaksud adalah Muawiyah) mengirimkan

utusan ke Kerajaan Kalingga pada masa pemerintahan Ratu Simo keadaan sebenarnya, untuk mengetahui yang dari segi

negeri baik

kemakmuran, keadilan maupun keamanan. Dengan kehadiran utusan tersebut dapat diketahui, bahwa sebelumnya telah ada penduduk setempat yang beragama Islam.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

29

Ini cukup beralasan karena menurut kebiasaan bahwa apabila ada utusan dari suatu negara berkunjung ke negara lain, maka dapat dipastikan sangat terkait dengan kepentingan penduduk di negara yang dikunjunginya. Di Desa Leran, Manyar, Gresik ditemukan makam Fatimah binti Maimun bin Haibatallah berangka tahun 475/495 H (1082 - 1101 M). Dari bukti ini dapat diketahui bahwa di daerah tersebut sudah ada orang Islam. Tidak mungkin ditemukan tatacara pemakaman dengan menulis angka tahun dengan lengkap jika tidak terdapat penduduk seagama antara yang memakamkan dengan yang dimakamkan. Dengan demikian dapat diketahui bahwa jauh sebelum kedatangan Maulana Malik Ibrahim di Gresik, sudah terdapat pemeluk agama Islam di Pulau Jawa. Namun dakwah Islamiyah berjalan semakin intensif setelah periode Maulana Malik Ibrahim dan para Wali Songo, yaitu sekitar abad ke -14 dan ke-15 M. Berdasarkan cerita tradisional dan babad-babad, para pembawa dan penyebar Islam di daerah-daerah pesisir utara Pulau Jawa diberi gelar wali. Jumlah wali di Jawa cukup banyak. Namun yang populer ada sembilan, sehingga dikenal sebutan Wali Songo. Para wali itu disamping berasal dari luar negeri, juga terdapat para wali yang asli Jawa. Sunan Bonang dan Sunan Derajat adalah putera Sunan Ampel yang sebelumnya telah bertempat tinggal di Ampel Denta, Surabaya. Sunan Kalijaga adalah putera seorang Tumenggung Majapahit. Sedang Sunan Giri lahir dari hasil perkawinan antara Maulana Ishak dengan puteri Blambangan. Raden

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

30

Rahmat sendiri sebenarnya ialah saudara sepupu permaisuri Raden Brawijaya, Raja Majapahit. Dari cerita dalam babad tersebut diketahui bahwa para Wali Songo itu pada mulanya adalah para santri dari para muballigh yang datang ke Jawa dari luar negeri, seperti Maulana Malik Ibrahim,

kemudian menjadi muballigh yang banyak berjasa dalam menyebarkan agama Islam di pesisir utara Pulau Jawa. Peranannya bukan hanya terbatas pada menyebarkan dan mengajarkan agama, tetapi jugaa sebagai dewan penasehat, dan pendukung dari para raja yang memerintah. Bahkan di antara mereka ada yang menjadi raja dengan gelar Pandito Ratu, seperti Raden Paku (Sunan Giri) dan Sunan Gunung Jati. Dalam menyiarkan agama para wali itu bukan dengan cara berpidato atau ceramah di muka umum, tetapi dalam kumpulan-kumpulan yang terbatas. Bahkan secara rahasia. Mula-mula empat mata, kemudian diteruskan dari mulut ke mulut. Bila pengikut bertambah banyak, diadakanlah tabligh-tabligh di pondok-pondok atau madrasah-madrasah. Yang disebut Wali Songo itu, umumnya adalah sebagai berikut:

1. Maulana Malik Ibrahim, ia dianggap tokoh pendiri pondok pesantren yang pertama, penggembleng para mubaligh yang menyiarkan Islam ke seluruh Jawa. Makamnya di Kota Gresik, Jawa Timur. 2. Raden Rahmat, atau Sunan Ampel, berasal dari Kamboja (Indo Cina). Ia membuka asrama para kesatria di Ampel (Surabaya), disamping menyebarkan agama Islam di seluruh Jawa Timur. Ia dianggap

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

31

pencipta dan perencana kerajaan Islam yang pertama di Jawa. Ia mengangkat Raden Patah, sebagai khalifah, yang beribu kota di Gelagah Wangi Bintara Demak, dengan gelar Sultan Syah Sri Alam Akbar Al Fattah. Makamnya terdapat di Ampel Surabaya. 3. Makhdum Ibrahim, atau Sunan Bonang, putera Sunan Ampel. Dialah penyebar agama Islam di pesisir sebelah utara Jawa Timur dan pencipta Gending Darma. Konon kabarnya ia mengganti nama-nama dari nahas menurut kepercayaan Hindu dan nama-nama Dewa Hindu. Digantikannya dengan nama-nama malaikat dan nama-nama nabi secara agama Islam. Makamnya terdapat di Tuban, Jawa Timur. 4. Raden Paku atau Sunan Giri. Dia dikenal sebagai seorang ahli pendidikan yang pertama kali menggunakan metode permainan yang bersifat agama. Dia dianggap sebagai pencipta gending Asmaradana dan Pucung. Makamnya di Giri, dekat Kota Gresik. 5. Syarif Hidayatullah, ia dikenal dengan nama Sunan Gunung Jati atau Fattahillah. Nama ini lambat laun berubah ucapannya menjadi Faletehan. Dialah yang mendirikan Kota Jayakarta, yang sekarang menjadi Jakarta, ibu kota Negara Republik Indonesia. 6. Jafar Shadiq atau Sunan Kudus, ia adalah penyiar agama Islam di Jawa Tengah di sebelah pesisir utara. Ia juga seorang pujangga, yang banyak mengarang dongeng-dongeng bernapaskan agama dan mampu menciptakan gending Maskumambang dan Mijil, makamnya di Kudus.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

32

7. Raden Prawoto atau Sunan Muria, yang dianggap pencipta gending Sinom dan Kinanti. Dalam berdakwah, ia lebih banyak melakukan pendekatan kepada golongan pedagang, para nelayan dan pelaut. Ia tetap mempertahankan berlangsungnya gamelan sebagai

satu-satunya kesenian Jawa yang digemari rakyat dan menjadikan alat kesenian itu sebagai media untuk memasukkan rasa Islam kepada rakyat. Dengan tidak terasa, rakyat berasyik masyuq mengagungkan Tuhan, makamnya di Gunung Muria. 8. Syarifuddin, yang terkenal dengan nama Sunan Derajat. Putera Sunan Ampel yang dianggap pencipta gending Pangkur ini adalah seorang yang berjiwa sosial. Disamping taat menjalankan perintah agama, ia selalu memberi pertolongan kepada kaum dluafa (sengsara), memperhatikan nasib anak-anak yatim dan membela fuqara masakin. Makamnya di Paciran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. 9. R.M. Sahid, yang juga disebut Sunan Kalijaga. Konon kabarnya, dialah yang menciptakan wayang kulit dan mampu mengarang cerita-cerita wayang yang berjiwa Islam. Daerah penyiarannya adalah Jawa Tengah bagian selatan. Golongan ningrat, priyayi, dan sarjana banyak yang mengikuti tablighnya.

Selain nama wali yang sudah disebutkan di atas, umat Islam di Jawa juga mengenal nama-nama lain yang dianggap sebagai wali atau penyebar Islam, seperti: Sunan Sendang di Sendangduwur, Lamongan; Sunan Bayat di Klaten; Sayyid Sulaiman di Mojoagung, Jombang; dan masih banyak

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

33

lagi. Karena itu sebutan Wali Songo mungkin merupakan julukan yang mengandung perlambang suatu dewan wali-wali, dengan mengambil angka sembilan yang sebelum ada pengaruh Islam sudah dipandang sebagai angka keramat. Angka sembilan ini juga dijadikan perlambang Nahdlatul Ulama untuk memberi kesan bahwa misi yang diperjuangkan oleh para ulama merupakan kelanjutan dari perjuangan dakwah Wali Songo.

3. Perkembangan Islam di Sulawesi, Kalimantan dan Maluku 1. Perkembangan Islam di Sulawesi Hubungan dagang antar pulau di Indonesia menjadi salah satu media dakwah Islamiyah pada masa awal pertumbuhan dan perkembangan Islam. Pada

abad ke-16 pelabuhan Gresik mempunyai arti sangat penting dalam perdagangan dan

penyebaran agama Islam. Banyak pedagang dari luar Jawa, seperti dari Maluku (ternate, Hitu), Kalimantan, Sulawesi, dan lain-lain datang ke Gresik untuk berdagang dan belajar agama Islam di pesantren Sunan Giri. Setelah kembali ke daerahnya, mereka berusaha menyebarkan agama Islam disertai para santri yang sengaja dikirim secara khusus oleh Sunan Giri. Di antara mereka adalah para pedagang dari Makasar

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

34

dan Bugis. Maka masuklah agama Islam ke Sulawesi yang diterima oleh penduduk pantai tempat aktivitas perdagangan berlangsung. Agama Islam masuk ke Sulawesi sejak abad ke-16, tetapi baru mengalami perkembangan pesat pada abad ke-17 setelah raja-raja Gowa dan Tallo menyatakan diri masuk Islam. Raja Gowa yang pertama masuk Islam ialah Daeng Manrabia yang berganti nama Sultan Alauddin Awwalul Islam, sedang Raja Tallo bergelar Sultan Abdullah. Di antara para muballigh yang banyak berjasa dalam menyebarkan dan mengembangkan agama Islam di Sulawesi, antara lain: Katib Tunggal, Datuk Ri Bandang, Datuk Patimang, Datuk Ri Tiro, dan Syekh Yusuf Tajul Khalwati. Dakwah Islamiyah ke Sulawesi berkembang terus sampai ke daerah kerajaan Bugis, Wajo, Sopeng, Sindenreng, dan lain-lain. Suku Bugis yang terkenal berani, jujur dan suka berterus terang, semula sulit menerima agama Islam. Namun berkat kesungguhan dan keuletan para mubaligh, secara berangsur-angsur mereka menjadi penganut Islam yang setia. Pelaut-pelaut Bugis berlayar menjelajah seluruh Indonesia sampai ke Aceh. Di antara mereka adalah pembesar Bugis bernama Daeng mansur yang di Aceh lebih dikenal dengan panggilan Tengku di Bugis. Salah seorang puterinya bernama puteri Sendi. Ia dikawinkan dengan Sultan Iskandar Muda, raja besar Aceh. Sejak itu hubungan antara Aceh - Bugis sangat erat, sehingga banyak pengaruh budaya Aceh di Bugis. Bentuk rumah dan cara hidup orang Bugis banyak kesamaannya

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

35

dengan Aceh. Tampaknya hubungan perdagangan yang diperkuat dengan hubungan kekerabatan yang berdasarkan agama Islam itu telah memperkokoh hubungan persatuan antara penduduk di seluruh wilayah Indonesia.

2. Islam di Pulau Kalimantan

Dakwah Islamiyah ke Pulau Kalimantan untuk pertama kalinya dilakukan oleh para pedagang dari Malaka, Palembang, dan Jawa. Mereka bertempat tinggal di pesisir barat Pulau Kalimantan, yaitu daerah kekuasaan Kerajaan Sukadana. Pada 1590 Raja Sukadana memeluk Islam dan berganti nama menjadi Sultan Giri Kusuma. Nama ini memberi kesan adanya pengaruh dakwah Islamiyah yang dilakukan oleh pesantren Giri yang mengirimkan para santrinya untuk berdakwah ke luar Jawa, termasuk ke Kalimantan. Ia digantikan oleh puteranya, Sultan Muhammad Syarifuddin yang banyak berjasa dalam

mengembangkan ajaran Islam bersama seorang muballigh terkenal, Syekh Syamsuddin. Perkembangan dakwah Islamiyah selanjutnya dilakukan oleh para muballigh yang dikirim oleh Kerajaan Demak (Jawa Tengah). Mereka berdakwah di bagian selatan Pulau Kalimantan, yaitu di Banjarmasin dan sekitarnya. Raja Banjar Raden Samudera masuk Islam dan berganti nama Sultan Suryanullah. Dengan bantuan Demak, ia berhasil mengalahkan kerajaan-kerajaan di sekitarnya, seperti Kerajaan36

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

Nagaradipa. Sejak itu, agama Islam semakin berkembang di Pulau Kalimantan. Pada abad ke-18 lahir seorang ulama besar di Banjar bernama Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari. Ia pernah belajar di Makkah dan Madinah bersama tiga orang kawan dekatnya, yaitu: Syekh Abdus Shamad dari Palembang, Syekh Abdurrahman Masri dari Jakarta, dan Syekh Abdul Wahab dari Bugis. Sepulangnya dari Tanah Suci, ia menetap di Martapura. Disamping mengajar, ia banyak menulis buku, seperti: Sabilul Muhtadin, Al Qaulul Muhtar, dan lain-lain. Sementara itu di Kalimantan timur dakwah Islamiyah banyak dilakukan oleh para pedagang dari Makasar yang banyak melakukan aktifitas dagangnya di antara perairan Selat Makasar dan Sungai Mahakam. Daerah pertama di Kalimantan Timur yang menerima agama Islam adalah Kutai, ini terjadi abad ke-16, setelah agama Islam masuk ke Kutai selanjutnya berkembang ke seluruh Kalimantan Timur.

3. Islam di Pulau Maluku

Maluku adalah daerah penghasil rempah-rempah terbanyak di Indonesia. Karena itu daerah ini banyak dikunjungi para pedagang antar kepulauan Indonesia (lokal) maupun pedagang asing (internasional). Di antara para pedagang lokal terdapat para pedagang muslim dari Jawa. Mereka selain berdagang juga berdakwah. Melalui aktivitas

perdagangan rempah-rempah inilah agama Islam masuk ke Maluku.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

37

Di Maluku ada empat kerajaan, yaitu: Ternate, Tidore, Bacan, dan Jailolo. Di antara ke empat kerajaan itu, yang memegang peranan penting dan menjadi bandar pusat perdagangan adalah Ternate. Agama Islam masuk ke Ternate pada abad ke-15, setelah rajanya memeluk Islam namanya berganti menjadi Sultan Mahrum. Penggantinya bernama Sultan Zainal Abidin yang pernah berkunjung dan belajar agama di Pesantren Giri, Gresik. Ia bersama seorang muballigh bernama Datuk Mulia Husin sangat berjasa mengembangkan agama Islam di Maluku dan Irian, bahkan sampai ke Filipina Selatan. Dari Ternate, agama Islam berkembang ke wilayah Kerajaan Tidore. Pada abad ke-15, Tidore sudah menerima Islam atas jasa seorang muballigh bernama Syekh Mansur. Raja Tidore yang pertama masuk Islam bernama Cirali Lijitu yang berganti nama Sultan Jamaluddin. Wilayah kekuasaan Kerajaan Tidore cukup luas meliputi sebagian Halmahera, pantai barat Irian dan sebagian kepulauan Seram. Sepeninggal Sultan Jalaluddin, pemegang kekuasaan di Kerajaan Tidore adalah puteranya yang bernama Sultan Mansur. Agama Islam juga berkembang di Kerajaan Bacan. Raja Bacan memeluk Islam pada 1521 dan berganti nama Sultan Zainul Abidin. Sejak itu wilayah Bacan yang meliputi Bacan, Obi, Waigeo, Solawati, dan Misool menjadi kerajaan Islam. Sementara itu, Kerajaan Jailolo yang meliputi sebagian Halmahera dan pesisir utara kepulauan Seram juga masuk Islam. Rajanya bernama Sultan Hasanuddin.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

38

Di kawasan Indonesia Timur, agama Islam juga berkembang di kepulauan Sumbawa dan sekitarnya pada abad ke-16. Hubungan perdagangan antar kepulauan Indonesia membawa Islam memasuki daerah kepulauan Sumbawa. Diduga yang membawa Islam ke Sumbawa adalah para muballigh dari Makasar. Ini terbukti

ditemukannya makam seorang muballigh Islam dari Makasar di pinggiran Kota Bima. Agama Islam semakin berkembang di Sumbawa setelah terjadi letusan Gunung Tambora pada tahun 1815 M. Seorang ulama bernama Haji Ali memperingatkan rakyat Sumbawa agar bertobat dari segala dosa. Seruan ini membawa banyak perubahan dan menjadikan Kerajaan Sumbawa sebagai kerajaan Islam terkenal dengan nama Sumbawa Besar. Sementara itu, di Lombok agama Islam disebarkan oleh para muballigh Islam dari Bugis. Mereka memasuki Lombok dari Sumbawa. Penduduk Lombok yang memeluk agama Islam dikenal dengan orang Sasak. Demikianlah dakwah Islamiyah telah memasuki seluruh wilayah Indonesia melalui aktivitas perdagangan. Dapat dikatakan bahwa sampai abad ke-17 hampir seluruh wilayah Indonesia telah memeluk agama Islam. Di beberapa kepulauan Indonesia kemudian berdiri kerajaan-kerajaan Islam yang tidak kecil peranannya dalam

menanamkan dan mengembangkan pengaruh Islam baik dalam bidang agama, ekonomi, politik, sosial maupun kebudayaan.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

39

BAB II KERAJAAN KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA

Untuk menambah

pemahaman

Anda

tentang

kerajaan

Islam yang

berkembang di Indonesia dari awal berdirinya, letak geografis dan perkembangannya dalam kehidupan politik, ekonomi, sosial dan budaya dapat Anda simak pada uraian materi berikut ini.

1. Kerajaan Samudra Pasai

Pasai didirikan pada abad ke-11 oleh Meurah Khair. Kerajaan ini terletak dipesisir Timur Laut Aceh. Kerajaan ini merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia. Pendiri dan raja pertama Kerajaan Samudra Pasai adalah Meurah Khair. Ia bergelar Maharaja Mahmud Syah (1042-1078). Pengganti Meurah Khair adalah Maharaja Mansyur Syah dari tahun 1078-1133 M. Pengganti Maharaja Mansyur Syah adalah Maharaja Ghiyasyuddin Syah dari tahun 1133-1155.

Peta Lokasi Kerajaan Samudera Pasai

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

40

Raja Kerajaan Samudra Pasai berikutnya adalah Meurah Noe yang bergelar Maharaja Nuruddin berkuasa dari tahun1155-1210. Raja ini dikenal juga dengan sebutan Tengku Samudra atau Sulthan Nazimuddin Al-Kamil. Sultan ini sebenarnya berasal dari Mesir yang ditugaskan sebagai laksamana untuk merebut pelabuhan di Gujarat. Raja ini tidak memiliki keturunan sehingga pada saat wafat, kerajaan Samudra Pasai dilanda kekacauan karena perebutan kekuasaan. Meurah Silu bergelar Sultan Malik-al Saleh (1285-1297). Meurah Silu adalah keturunan Raja Perlak (sekarang Malaysia) yang mendirikan dinasti kedua kerajaan Samudra Pasai. Pada masa pemerintahannya, system pemerintahan kerajaan dan angkatan perang laut dan darat sudah terstruktur rapi. Kerajaan mengalami kemakmuran, terutama setelah Pelabuhan Pasai dibuka. Hubungan Kerajaan Samudra Pasai dan Perlak berjalan harmonis. Meurah Silu memperkokoh hubungan ini dengan menikahi putri Ganggang Sari, anak Raja Perlak. Meurah Silu berhasil memperkuat pengaruh Kerajaan Samudra Pasai di pantai timur Aceh dan berkembang menjadi kerajaan perdagangan yang kuat di Selat Malaka. Raja-raja Samudra Pasai selanjutnya adalah Sultan Muhammad Malik Zahir (1297-1326), Sultan Mahmud Malik Zahir (1326-1345), Sultan Manshur Malik Zahir (1345-1346), dan Sultan Ahmad Malik Zahir (1346-1383). Raja selanjutnya adalah Sultan Zainal Abidin (1383-1405). Pada masa

pemerintahannya, kekuasaan kerajaan meliputi daerah Kedah di Semenanjung Malaya. Sultan Zainal Abidin sangat aktif menyebarkan pengaruh Islam kepulau Jawa dan Sulawesi dengan mengirimkan ahli-ahli dakwah, seperti Maulana Malik Ibrahim dan Maulana Ishak.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

41

Peninggalan Sejarah Kerajaan Samudera Pasai

Kerajaan Samudra Pasai tercatat dalam sejarah sebagai kerajaan Islam yang pertama. Mengenai awal dan tahun berdirinya kerajaan ini tidak diketahui secara pasti. Akan tetapi menurut pendapat Prof. A. Hasymi, berdasarkan

naskah tua yang berjudul Izhharul Haq yang ditulis oleh Al-Tashi dikatakan bahwa sebelum Samudra Pasai berkembang, sudah ada pusat pemerintahan Islam di Peureula (Perlak) pada pertengahan abad ke-9. Perlak berkembang sebagai pusat perdagangan, tetapi setelah keamanannya tidak stabil maka banyak pedagang yang mengalihkan kegiatannya ke tempat lain yakni ke Pasai, akhirnya Perlak mengalami kemunduran. Dengan kemunduran Perlak, maka tampillah seorang penguasa lokal yang bernama Marah Silu dari Samudra yang berhasil mempersatukan daerah Samudra dan Pasai. Dan kedua daerah tersebut dijadikan sebuah kerajaan dengan nama Samudra Pasai. Kerajaan Samudra Pasai terletak di Kabupaten Lhokseumauwe, Aceh Utara, yang berbatasan dengan Selat Malaka. Maka dapatlah dikatakan

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

42

posisi Samudra Pasai sangat strategis karena terletak di jalur perdagangan internasional, yang melewati Selat Malaka. Dengan posisi yang strategis tersebut, Samudra Pasai berkembang menjadi kerajaan Islam yang cukup kuat, dan di pihak lain Samudra Pasai berkembang sebagai bandar transito yang menghubungkan para pedagang Islam yang datang dari arah barat dan para pedagang Islam yang datang dari arah timur. Keadaan ini mengakibatkan Samudra Pasai mengalami perkembangan yang cukup pesat pada masa itu baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya.

1. Kehidupan Politik Kerajaan Samudra Pasai yang didirikan oleh Marah Silu bergelar Sultan Malik al- Saleh, sebagai raja pertama yang memerintah tahun 1285 1297. Pada masa pemerintahannya, datang seorang musafir dari Venetia (Italia) tahun 1292 yang bernama Marcopolo, melalui catatan perjalanan Marcopololah maka dapat diketahui bahwa raja Samudra Pasai bergelar Sultan. Setelah Sultan Malik al-Saleh wafat, maka pemerintahannya digantikan oleh keturunannya yaitu Sultan Muhammad yang bergelar Sultan Malik al-Tahir I (1297 1326). Pengganti dari Sultan Muhammad adalah Sultan Ahmad yang juga bergelar Sultan Malik al-Tahir II (1326 1348). Pada masa ini pemerintahan Samudra Pasai berkembang pesat dan terus menjalin hubungan dengan

kerajaan-kerajaan Islam di India maupun Arab. Bahkan melalui catatan kunjungan Ibnu Batulah seorang utusan dari Sultan Delhi tahun 1345 dapat diketahui

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

43

Samudra Pasai merupakan pelabuhan yang penting dan istananya disusun dan diatur secara India dan patihnya bergelar Amir. Pada masa selanjutnya pemerintahan Samudra Pasai tidak banyak diketahui karena pemerintahan Sultan Zaenal Abidin yang juga bergelar Sultan Malik al-Tahir III kurang begitu jelas. Menurut sejarah Melayu, kerajaan Samudra Pasai diserang oleh kerajaan Siam. Dengan demikian karena tidak adanya data sejarah yang lengkap, maka runtuhnya Samudra Pasai tidak diketahui secara jelas. Dari penjelasan di atas, apakah Anda sudah paham? Kalau sudah paham simak uraian materi berikutnya.

2. Kehidupan Ekonomi Dengan letaknya yang strategis, maka Samudra Pasai berkembang sebagai kerajaan Maritim, dan bandar transito. Dengan demikian Samudra Pasai menggantikan peranan Sriwijaya di Selat Malaka. Kerajaan Samudra Pasai memiliki hegemoni (pengaruh) atas pelabuhan-pelabuhan penting di Pidie, Perlak, dan lain-lain. Samudra Pasai berkembang pesat pada masa pemerintahan Sultan Malik al-Tahir II. Hal ini juga sesuai dengan keterangan Ibnu Batulah. Menurut cerita Ibnu Batulah, perdagangan di Samudra Pasai semakin ramai dan bertambah maju karena didukung oleh armada laut yang kuat, sehingga para pedagang merasa aman dan nyaman berdagang di Samudra Pasai. Komoditi perdagangan dari Samudra yang penting adalah lada, kapurbarus dan emas. Dan untuk kepentingan perdagangan sudah dikenal uang sebagai alat tukar yaitu uang emas yang dinamakan Deureuham (dirham). Demikianlah uraian materi tentang

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

44

kehidupan ekonomi Samudra Pasai, sekarang Anda bandingkan dengan uraian materi berikutnya.

3. Kehidupan Sosial Budaya Kemajuan dalam bidang ekonomi membawa dampak pada kehidupan sosial, masyarakat Samudra Pasai menjadi makmur. Dan di samping itu juga

kehidupan masyarakatnya diwarnai dengan semangat kebersamaan dan hidup saling menghormati sesuai dengan syariat Islam. Hubungan antara Sultan dengan rakyat terjalin baik. Sultan biasa melakukan musyawarah dan bertukar pikiran dengan para ulama, dan Sultan juga sangat hormat pada para tamu yang datang, bahkan tidak jarang memberikan tanda mata kepada para tamu. Samudra Pasai mengembangkan sikap keterbukaan dan kebersamaan. Salah satu bukti dari hasil peninggalan budayanya, berupa batu nisan Sultan Malik al-Saleh dan jirat Putri Pasai. Untuk menambah pemahaman Anda tentang batu nisan tersebut, simaklah gambar berikut ini.

Gambar Nisan Makam Sultan Malik al-Saleh.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

45

Gambar tersebut, yang perlu Anda ketahui bahwa batu nisan tersebut berasal dari Gujarat India). Hal ini berarti kerajaan Samudra Pasai bersifat terbuka dalam menerima budaya lain yaitu dengan memadukan budaya Islam dengan budaya India.

2. Kerajaan Aceh Kerajaan Aceh berdiri menjelang keruntuhan Samudera Pasai.

Sebagaimana tercatat dalam sejarah, pada tahun 1360 M, Samudera Pasai ditaklukkan oleh Majaphit, dan sejak saat itu, kerajaan Pasai terus mengalami kemudunduran. Diperkirakan, menjelang berakhirnya abad ke-14 M, kerajaan Aceh Darussalam telah berdiri dengan penguasa pertama Sultan Ali Mughayat Syah yang dinobatkan pada Ahad, 1 Jumadil Awal 913 H (1511 M). pada awalnya, wilayah kerajaan Aceh ini hanya mencakup Banda Aceh dan Aceh Besar yang dipimpin oleh ayah Ali Mughayat Syah. Ketika Mughayat Syah naih tahta menggantikan ayahnya, ia berhasil memperkuat kekuatan dan mempersatukan wilayah Aceh dalam kekuasaannya, termasuk menaklukkan kerajaan Pasai. Saat itu, sekitar tahun 1511 M, kerajaan-kerajaan kecil yang terdapat di Aceh dan pesisir timur Sumatera seperti Peurelak (di Aceh Timur), Pedir (di Pidie), Daya (Aceh Barat Daya) dan Aru (di Sumatera Utara) sudah berada di bawah pengaruh kolonial Portugis. Mughayat Syah dikenal sangat a nti pada Portugis, karena itu, untuk menghambat pengaruh Portugis, kerajaan-kerajaan kecil tersebut kemudian ia taklukkan dan masukkan ke dalam wilayah kerajaannya.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

46

Sejak saat itu, kerajaan Aceh lebih dikenal dengan nama Aceh Darussalam dengan wilayah yang luas, hasil dari penaklukan kerajaan-kerajaan kecil di sekitarnya. Sejarah mencatat bahwa, usaha Mughayat Syah untuk mengusir Portugis dari seluruh bumi Aceh dengan menaklukkan kerajaan kerajaan kecil yang sudah berada di bawah Portugis berjalan lancar. Secara berurutan, Portugis yang berada di daerah Daya ia gempur dan berhasil ia kalahkan. Ketika Portugis mundur ke Pidie, Mughayat juga menggempur Pidie, sehingga Portugis terpaksa mundur ke Pasai. Mughayat kemudian melanjutkan gempurannya dan berhasil merebut benteng Portugis di Pasai. Dengan jatuhnya Pasai pada tahun 1524 M, , Aceh Darussalam menjadi satu-satunya kerajaan yang memiliki pengaruh besar di kawasan tersebut. Kemenangan yang berturut-turut ini membawa keuntungan yang luar biasa, terutama dari aspek persenjataan. Portugis yang kewalahan menghadapi serangan Aceh banyak meninggalkan persenjataan, karena memang tidak sempat mereka bawa dalam gerak mundur pasukan. Senjata-senjata inilah yang digunakan kembali oleh pasukan Mughayat untuk menggempur Portugis. Ketika benteng di Pasai telah dikuasai Aceh, Portugis mundur ke Peurelak. Namun, pasukan Aceh tidak memberikan kesempatan sama sekali pada Portugis. Peurelak kemudian juga diserang, sehingga Portugis mundur ke Aru. Tak berapa lama, Aru juga berhasil direbut oleh Aceh hingga akhirnya Portugis mundur ke Malaka.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

47

Sultan Iskandar Muda

Dalam sejarahnya, Aceh Darussalam mencapai masa kejayaan di masa Sultan Iskandar Muda Johan Pahlawan Meukuta Alam (1590 1636). Pada masa itu, Aceh merupakan salah satu pusat perdagangan yang sangat ramai di Asia Tenggara. Kerajaan Aceh pada masa itu juga memiliki hubungan diplomatik dengan dinasti Usmani di Turki, Inggris dan Belanda. Pada masa Iskandar Muda, Aceh pernah mengirim utusan ke Turki Usmani dengan membawa hadiah. Kunjungan ini diterima oleh Khalifah Turki Usmani dan ia mengirim hadiah balasan berupa sebuah meriam dan penasehat militer untuk membantu memperkuat angkatan perang Aceh. Wilayah kekuasaan Aceh mencapi Pariaman wilayah pesisir Sumatra Barat, Perak diMalaka yang secara efektif bisa direbut dari portugis tahun 1575 M.

Gambar : Peninggalan Sejarah Kerajaan Aceh

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

48

3. Kerajaan Demak Berdirinya Kerajaan Demak dilatarbelakangi oleh

melemahnya pemerintahan Kerajaan Majapahit atas

daerah-daerah pesisir utara Jawa. Daerah-daerah

pesisir seperti Tuban dan Cirebon sudah mendapat

pengaruh Islam. Dukungan daerah-daerah yang juga merupakan jalur perdagangan yang kuat ini sangat berpengaruh bagi pendirian Demak sebagai kerajaan Islam yang merdeka dari Majapahit.

Raden Patah

Raden

Patah

adalah

raja

pertama

Kerajaan Demak. Ia memerintah dari tahun 1500-1518. ama Pada Islam masa

pemerintahan perkembangan

mengalami Patah

pesat.

Raden

bergelar Senopati Jimbun Ngabdurahman Panembahan Palembang Sayidin

Panatagama. Pengangkatan Raden Patah

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

49

sebagai

Raja

Demak

dipimpin

oleh

anggota

wali

lainnya.

Pada

masa

pemerintahannya, wilayah kerajaan Demak meliputi daerah Jepara, Tuban, Sedayu, Palembang, Jambi, dan beberapa daerah di Kalimantan. Pada masa pemerintahannya juga dibangun Masjid Agung Demak yang dibantu oleh para wali dan sunan sahabat Demak. Pada masa Kerajaan Malaka jatuh ke tangan Portugis tahun 1511, Raden Patah merasa berkewajiban untuk membantu. Jatuhnya kerajaan Malaka berarti putusnya jalur perdagangan nasional. Untuk itu, ia mengirimkan putrannya, Pati Unus untuk menyerang Portugis di Malaka. Namun, usaha itu tidak berhasil. Setelah Raden Patah wafat pada tahun 1518, ia digantikan oleh putranya Pati Unus. Pati Unus hanya memerintah tidak lebih dari tiga tahun. Ia wafat tahun 1521 dalam usahanya mengusir Portugis dari kerajaan Malaka. Saudaranya, Sultan Trenggono, akhirnya menjadi raja Demak ketiga dan merupakan raja Demak

terbesar. Sultan Trenggono berkuasa di kerajaan Demak dari tahun 1521-1546. Sultan Trenggono dilantik menjadi raja Demak oleh Sultan Gunung Jati. Ia memerintah Demak dengan gelar Sultan Ahmad Abdul Arifin. Pada masa pemerintahan Sultan Trenggono, Kerajaan Demak mencapai puncak kejayaannya dan agama Islam berkembang lebih luas lagi. Sultan Trenggono mengirim Fatahilallah ke Banten. Dalam perjalanannya ke Banten, Fatahillah singgah di Cirebon untuk menemui Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati. Bersama-sama dengan pasukan Kesultanan Cirebon, Fatahillah kemudian dapat menaklukan Banten dan Pajajaran. Setelah wafatnya Sultan Trenggono pada 1546, Kerajaan Demak mulai mengalami kemunduran karena terjadinya perebutan kekuasaan. Perebutan tahta

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

50

Kerajaan Demak ini terjadi antara Sunan Prawoto dengan Arya Penangsang. Arya Penangsang adalah Bupati Jipang (sekarang Bojonegoro) yang merasa lebih berhak atas tahta Kerajaan Demak. Perebutan kekuasaan ini berkembang menjadi konflik berdarah dengan terbunuhnya Sunan Prawoto oleh Arya Penangsang. Arya Penangsang juga membunuh adik Sunan Prawoto, yaitu Pangeran Hadiri. Usaha Arya Penangsang menjadi Sultan Demak di halangi oleh Jaka Tingkir, menantu Sultan Trenggono. Jaka Tingkir mendapat dukungan dari para tetua Demak, yaitu Ki Gede Pemanahan dan Ki Penjawi. Konflik berdarah ini akhirnya berkembang menjadi Perang Saudara. Dalam pertempuran ini, Arya Penagsang terbunuh sehingga tahta Kerajaan Demak jatuh ke tangan Jaka Tingkir. Jaka Tingkir menjadi raja Kerajaan Demak dengan gelar Sultan Hadiwijya. Ia kemudian memindahan pusat kerajaan Demak ke daerah Pajang.Walaupun sebenarnya sudah menjadi kerajaan baru, kerajaan Pajang masih mengklaim diri sebagai penerus Kerajaan Demak. Sebagai tanda terima kasih kepada Ki Gede Pemanahan yang telah mendukungnya, Sultan Hadiwijaya memberikan sebuah daerah Perdikan (otonom) yang disebut Mataram. Ki Gede Pemanahan kemudian menjadi penguasa Mataram dan di sebut Ki Gede Mataram. Sultan Hadiwijaya bukanlah digantikan oleh putranya, yakni Pangeran Benawa, melainkan putra Sunan Prawoto, Aria Pangiri. Pangeran Benawa sendiri diangkat sebagai penguasa daerah Jipang. Pangeran Benawan kurang puas dengan keputusan ini. Apalagi, pemerintahan Aria Pangiri di Pajang juga dikelilingi oleh para bekas pejabat Kerajaan Demak. Pangeran Benawa kemudian minta bantuan kepada Sutawijaya, putra Ki Ageng Mataram, untuk merebut kembali tahta Kerajaan Pajang.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

51

Pada tahun 1588, Sutawijaya dan Pangeran Benawan berhasil merebut kembali tahta Kerajaan Pajang. Kemudian, Benawa menyerahkan hak kuasanya pada Sutawijaya secara simbolis melalui penyerahan pusaka Pajang pada Sutawijaya. Dengan demikian, Pajang menjadi bagian kekuasaan Kerajaan Mataram.

Peninggalan Sejarah Kerajaan Demak 4. Kerajaan Banten

Kesultanan Banten berawal ketika Kesultanan Demak memperluas pengaruhnya ke daerah barat. Pada tahun 1524/1525, Sunan Gunung Jati bersama pasukan Demak merebut pelabuhan Banten dari kerajaan Sunda, dan mendirikan Kesultanan Banten yang berafiliasi ke Demak. Menurut sumber Portugis, sebelumnya Banten merupakan salah satu pelabuhan Kerajaan Sunda selain pelabuhan Pontang, Cigede, Tamgara (Tangerang), Sunda Kalapa dan Cimanuk. Anak dari Sunan Gunung Jati (Hasanudin) menikah dengan seorang putri dari Sultan Trenggono dan melahirkan dua orang anak. Pelurusan Sejarahbahwa Pangeran Sabakingkin atau Sultan Maulana Hasanuddin nikah dengan Putri Kintamani mempunyai Anak yang pertama bernama Yusuf Akbar (Maulana Yusuf), pelurusan sejarah bahwa Anak Kedua Ratu Siti Rodiah kawin dengan Sultan

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

52

Mahmud Badaruddin II Kesultanan Palembang Darussalam sedang anak ketiga Muhammad Nazaruddin (Sultan Maulana Muhammad Nazaruddin bergelar Alamsyah) Terjadi perebutan kekuasaan setelah Maulana Yusuf wafat (1570). Pangeran Jepara merasa berkuasa atas Kerajaan Banten daripada anak Maulana Yusuf yang bernama Maulana Muhammad karena Maulana Muhammad masih terlalu muda. Akhirnya Kerajaan Jepara menyerang Kerajaan Banten. Perang ini dimenangkan oleh Kerajaan Banten karena dibantu oleh para ulama (inilah Sejarah Bikinan Belanda). Pelurusan Sejarah bah wa Sultan Muhammad bukan anak dari Maulana Yusuf tetapi anak ketiga dari Sultan Hasanuddin, dengan nama lengkap Sultan Muhammad Nazaruddin "Alamsyah" dikawal oleh empat Pengawal Kesultanan masing-masing bernama Ananta Kusuma, Daeng, Nata Kusuma dan Jalaluddin pada saat itu Sultan Muhammad Nazaruddin yang bergelar Alamsyah berusia 19 tahun,melakukan perjalanan ke Palembang pada masa Inggeris masuk ke Palembang...bukan untuk memerangi palembang tetapi menyambangi keluarga (Saudaranya yang bernama Ratu Siti Rodiah yang nikah dengan Sultan Mahmud Badaruddin II). Kerajaan Banten mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Abu Fatah Abdulfatah atau lebih dikenal dengan nama Sultan Ageng Tirtayasa. Saat itu Pelabuhan Banten telah menjadi pelabuhan internasional sehingga perekonomian Banten maju pesat. Wilayah kekuasaannya meliputi sisa kerajaan Sunda yang tidak direbut kesultanan Mataram dan serta wilayah yang sekarang menjadi provinsi Lampung. Piagam Bojong menunjukkan bahwa tahun 1500 hingga 1800 Masehi Lampung dikuasai oleh kesultanan Banten.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

53

Pada zaman pemerintahan Sultan Haji, tepatnya pada 12 Maret 1682, wilayah Lampung diserahkan kepada VOC. seperti tertera dalam surat Sultan Haji kepada Mayor Issac de Saint Martin, Admiral kapal VOC di Batavia yang s edang berlabuh di Banten. Surat itu kemudian dikuatkan dengan surat perjanjian tanggal 22 Agustus 1682 yang membuat VOC memperoleh hak monopoli perdagangan lada di Lampung. Kesultanan Banten dihapuskan tahun 1813 oleh pemerintah kolonial Inggris. Pada tahun itu, Sultan Muhamad Syafiuddin dilucuti dan dipaksa turun takhta oleh Thomas Stamford Raffles. Tragedi ini menjadi klimaks dari penghancuran Surasowan oleh Gubernur-Jenderal Belanda, Herman William Daendels tahun 1808 M.

Peninggalan Sejarah Kerajaan Banten 5. Kerajaan Ternate dan Tidore

Kerajaan Ternate dan Tidore terletak di sebelah barat Pulau Halmahera, Maluku Utara. Wilayah kekuasaan kedua kerajaan ini meliputi Kepulauan Maluku

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

54

dan

sebagian

Papua.

Tanah

Maluku

yang

kaya

akan

rempah-rempah

menjadikannya terkenal di dunia Internasional dengan sebutan Spice Island. Pada abad ke 12 M, Permintaan akan cengkeh dan Pala dari negara Eropa meningkat pesat. Hal ini menyebabkan dibukannya perkebunan di daerah Pulau Buru, Seram dan Ambon. Dengan adanya kepentingan daerah atas penguasa kerajaan.

perdagangan

terjadilah

persekutuan

antara

Persekutuan-persekutuan tersebut adalah Uli Lima (Persekutuan Lima). Yaitu persekutuan antara lima saudara yang dipimpin oleh Ternate (yang meliputi Obi, Bacan, Seram dan Ambon, serta Uli Siwa (persekutuan Sembilan) yaitu persekutuan antara sembilan bersaudara yang wilayahnya meliputi Pulau Tidore, Makyan, Jahilolo atau Halmahera dan pulau-pulau di daerah itu sampai Papua. Antara kedua persekutuan tersebut telah terjadi persaingan yang sangat tajam. Hal ini terjadi setelah para pedagang Eropa datang ke Maluku. Pada tahun 1512, bangsa Portugis datang ke Ternate, sedangkan tahun 1521 bansa Spanyol datang ke Tidore. Setelah 10 tahun berada di Kerajaan Ternate, bangsa Portugis mendirikan Benteng yang diberi nama Sao Paolo. Menurut Portugis, benteng tersebut berguna untuk melindungi Ternate dari Kerajaan Tidore. Namun hal tersebut hanyalah taktik Portugis agar mereka dapat tetap berdagang dan menguasai Ternate.

Pembangunan Benteng Soa Paolo mendapat perlawanan dan salah seorang yang menantang kehadiran kekuasaan militer Portugis tersebut yaitu Sultan Hairun Beliau berkuasa di kerajaan Ternate sejak tahun 1559. Sultan tidak ingin perekonomian dan pemerintahan kerajaan di kuasai oleh bangsa lain dan pendirian benteng tersebut dianggap menunjukkan niat buruk Portugis atas Ternate.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

55

Ketidaksetujuan Sultan Hairun terhadap Portugis tidak berbentuk kekerasan, sebaliknya Sultan Haitun bersedia berunding dengan Portugis di Benteng Sao Paolo. Ternyata niat baik Sultan Hairun dimanfaatkan Portugis untuk menahannya di benteng tersebut. Keesokan harinya Sultan Hairun telah terbunuh hal ini terjadi pada tahun 1570. Wafatnya Sultan Hairun menyebabkan kebencian rakyat Maluku semakin besar. Sultan Baabullah yang menjadi Raja Ternate berikutnya dan memimpin perang melawan Portugis. Usaha ini menampakkan hasil pada tahun 1575, setelah Portugis berhasil dipukul mundur dan pergi meninggalkan bentengnya di Ternate. Bangsa Portugis bergerak ke Selatan dan Menaklukan Timor pada tahun 1578. Sultan Baabullah kemudian memperluas kekuasaannya hingga Maluku, Sulawesi, Papua, Mindano dan Bima. Keberhasilan pemerintahannya membuat Sultan Baabullah mendapat julukan Tuan dari Tujuh Pulau Dua Pulau.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

56

Peninggalan Sejarah Kerajaan Ternate dan Tidore 6. Kerajaan Gowa dan Tallo

Kerajaan Gowa dan Tallo adalah dua kerajaan yang terletak di Sulawesi Selatan dan saling berhubungan baik. Banyak orang mengetahuinya sebagai Kerajaan Makassar. Makassar sebenarnya adalah ibu kota Gowa yang juga disebut sebagai Ujungpandang. Sebelum abad ke-16, raja-raja Makassar belum memeluk agama Islam. Baru setelah datangnya Dato Ri Bandang, seorang penyiar islam dari Sumatra, Makassar berkembang menjadi kerajaan Islam.

Peta Lokasi Kerajaan Gowa dan Tallo

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

57

Sultan Alauddin adalah Raja Makassar pertama yang memeluk agama Islam. Ia memimpin Makassar dari tahun 1591-1638. Sebelumnya, Sultan Alauddin bernama asli Karaeng Ma towaya Tumamenanga Ri Agamanna. Setelah Sultan Alauddin wafat, Kerajaan Makassar dipimpin oleh Muhammad Said 1639-1653. Setelah Muhammad Said wafat, beliau kemudian digantikan oleh Sultan Hasanuddin. Beliau berkuasa sejak tahun 1653. Masa Pemerintahannya

merupakan masa gemilang kerajaan Makassar. Dibawah pemerintahan Sultan Hasanuddin, Kerajaan Makassar berhasil menguasai kerajaan-kerajaan kecil di Sulawesi Selatan, yaitu Ruwu, Wajo, Soppeng, dan Bone. Sultan Hasanuddin juga berniat menjadikan Kerajaan Makassar sebagai penguasa tunggal di jalur perdagangan Indonesia bagian timur. Oleh karena itu Sultan Hasanuddin harus menghadapi kekuatan armada VOC Belanda sebelum dapat menguasai Maluku.

Sultan Hasanuddin

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

58

Belanda berusaha keras menghentikan serangan-serangan Kerajaan Makasar. Untuk itu Belanda bersekutu dengan Raja Bone, yaitu Arub(Tuan) Palaka. Aru Palaka bersedia membantu Belanda dengan syarat akan diberikan

kemerdekan. Pada tahun 1667, dengan bantuan Kerajaan Bone berhasil menekan Makassar untuk menyetujui perjanjian Bongaya. Perjanjian ini berisi tiga buah kesepakatan yaitu VOC mendapat hak monopoli dagang di Makassar, Belanda dapat mendirikan benteng Rotterdam di Makassar, Makassar harus melepas daerah yang dikuasainya seta mengakui Aru Palaka sebagai Raja Bone. Setelah Sultan Hasanuddin turun tahta pada tahun 1669, Mapasomba putranya berusaha menggantikan kepemimpinan ayahnya dan meneruskan perjuangan perjuangan ayahnya melewan Belanda. Pasukan Kerajaan Makassar akhirnya bisa dipukul mundur oleh Belanda dan jalur perdagangan di kuasai oleh Belanda.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

59

BAB III TOKOH TOKOH PENYEBAR AGAMA ISLAM DI INDONESIA

A. Abdur Rauf Singkil Cukup banyak ulama Indonesia yang telah memberikan kontribusi berharga dan amat berpengaruh dalam upaya penyebaran agama Islam, khususnya di daerah Asia Tenggara. Beberapa di antara ulama terkenal yang mungkin telah banyak diketahui oleh masyarakat umum antara lain: sembilan Wali Songo, dan Mohammad Nawawi Ibn Umar Al-Jawi Al-Banteni. Akan tetapi ada segelintir ulama yang mungkin tidak terlalu dikenal oleh masyarakat Indonesia khususnya. Mereka antara lain adalah: Hamzah Fansuri, Mohammad Arsyad Al-Banjari, Syekh Taher Jalaluddin,

Syamsyuddin Al-Sumatrani, Nuruddin Al-Raniri, Abdussomad Al-Palembany, Syekh Yusuf Al-Makasari, dan Syekh Abdurrauf Singkel. Nah, untuk itulah tulisan kecil ini akan difokuskan pada ulama-ulama tersebut dalam upaya penyebaran agama Islam di Indonesia. Namun, tidak untuk semua ulama yang kami sebutkan di atas, tapi lebih fokus lagi terhadap Syekh Abdurrauf Singkel (selanjutnya disebut Abdurrauf).

Abdurrauf lahir sekitar tahun 1615 di Aceh Selatan. Tepatnya di daerah Singkel, sebelah utara Fansur di pantai barat Aceh.

Sekitar tahun 1640, yang saat itu, yang menjadi sultan Aceh adalah Sultanah (Ratu) Safiatuddin Tajul Alam (1641-1675), ia berangkat ke tanah Arab guna mempelajari ilmu agama. Ia mengunjungi pusat pendidikan yang ia jumpai di sepanjang jalur perjalanan antara Yaman dan Makkah. Kemudian bermukim di

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

60

Makkah dan Madinah untuk menambah pengetahuan agama. Di sana ia mempelajari berbagai disiplin ilmu. Mulai dari ilmu yang disebut dengar lahir (yang ia mempelajari di daerah Yaman), yang termasuk di dalamnya adalah bahasa Arab, grammar of arabic, Al-Quran (berguru pada Syekh Abadullah Al-Adani, yang, menurut Abdurrauf sendiri beliau adalah guru terbaik di Yaman), Hadits, Syariat, dan lain sebagainya, hingga ilmu-ilmu batin mengenai tashawuf.

Ia juga mempelajari Tarekat Syattariyah pada Ahmad Qasasi (1583-1661) dan Ibrahim Al-Qurani. Sampai ia memperoleh ijazah sehingga ia memiliki hak untuk mengajarkan tarekat tersebut pada orang lain.

Selanjutnya ia mengajarkan tarekat ini di Aceh. Tarekat ini meluas sampai ke Sumatera dan Jawa dengan adanya usaha-usaha yang dilakukan oleh

murid-muridnya dalam melaksanakan pengajaran. Kekuasaan kesulatanan Aceh pada waktu itu dan posisi strategis perjalanan naik haji merupakan faktor terpenting dalam menyebarkan tradisi pengajaran Islam dan pengabdian keagamaan.

Sumber utama tentang riwayat Abdurrauf secara terperinci terdapat dalam kolofon yang terdapat dalam beberapa naskah tulis dari karyanya, Umdat Al-Mubtajjin. Pada bagian akhir karangannya, Abdurrauf memmuat nama-nama ulama kepada siapa ia belajar dan dengan siapa ia bergaul selama berada di Arab. Rinkes menguraikan riwayat hidup Abdurrauf secara terperinci dalam disertasi doktornya, tetapi ia memberi sedikit tambahan saja terhadap isi Umdat Al-Mubtajjin. Abdurrauf termasuk ulama yang produktif dalam menuliskan karyanya. Karya-karyanya digunakan oleh kaum muslim di wilayah Asia Tenggara. Sebagian

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

61

besar karyanya berkaitan dengan masalah fiqih, ibadah, dan tasawwuf. Semua tulisannya yang berbahasa melayu diorientasikan pada kondisi Melayu dan disusun pada tingkat yang sesuai dengan murid-muridnya. Dengan demikian, mereka dapat memahami Islam secara lebih baik, mencegah mereka dari mara bahaya, dan memperingatkan mereka melawan intoleransi. Beberapa karyanya di bidang tasawwuf, antara lain; Umdat Al-Muhtajjin (Tiang Orang yang Memerlukan), Kifayat Al-Muhtajjin (Pencukup Para Pengemban Hajat), Daqaiqu Al-Huruf (Detail Huruf), Bayan Tajalli (Keterangan tentang Tajalli). Umdat Al-Muhtajjin merupakan karya Abdurrauf yang terpenting. Buku ini terdiri dari 7 bab yang memuat bahasan mengenai dzikir, sifat Allah. dan rasul-Nya serta asal-usul ajaran mistik.

Di antara guru yang ia puji adalah Ahmad Qasasi. Ia menyebut gurunya ini membimbing spiritual dan guru di jalan Allah. Sebagian di antara muridnya, ada yang menjadi ulama terkenal, seperti Burhanuddin Ulakan dari Pariaman, Sumatera Barat. Abdurrauf menjadi mufti kerajaan Aceh ketika diperintah oleh Sultanah Safiatuddin Tajul Alam. Dengan dukungan kerajaan, ia berhasil menghapus ajaran salik buta, sebuah tarekat sesat yang ada sebelumnya dalam masyarakat Aceh.

Abdurrauf memiliki sekitar 21 karya tulis yang terdiri dari kitab tafsir, kitab hadits, kitab fiqih, dan sisanya kitab tasawwuf. Kitab tafsirnya yang berjudul Turjuman Al-Mustafid (Terjemah Pemberi Faedah) merupakan kitab tafsir pertama yang dihasilkan di Indonesia dan berbahasa Melayu. Salah satu kitab tafsir Abdurrauf berjudul Mirad Al-Thullab fi Tafshil Marifat Ahkam Al-Syariyah lil Al-Malik Al-Wahhab (Cermin Bagi Penuntut Ilmu Fiqih Pada

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

62

Memudahkan Mengenal Segala Hukum Syara Allah). Di dalam kitab itu termuat berbagai masalah madzhab Syafiie yang merupakan panduan bagi seorang Qadli. Kitab ini ditulis atas perintah sultanah. Karena maninggal dan kemudian di makamkan di Kuala (Muara) Kr. Aceh atau Banda Aceh, Abdurrauf juga dikenal dengan nama Teuku Syiah Kuala. Nama ini diabadikan pada perguruan tinggi yang didirikan di Banda Aceh pada tahun 1961, yaitu Universitas Syiah Kuala.

B. Wali Songo

Walisongo berarti sembilan orang wali. Mereka adalah Maulana Malik Ibrahim,Sunan ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Dradjad, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, Serta Sunan Gunung Jati. Mereka tidak hidup pada saat yang persis bersamaan. Namun satu sama lain mempunyai keterkaitan erat, bila tidak dalam ikatan darah juga dalam hubungan guru-murid.

Maulana Malik Ibrahim adalah wali yang tertua diantara sembilan wali. Sunan Ampel anak Maulana Malik Ibrahim. Sunan Giri adalah keponakan Maulana Malik Ibrahim yang berarti juga sepupu Sunan Ampel. Sunan Bonang dan Sunan Drajad adalah anak Sunan Ampel. Sunan Kalijaga merupakan sahabat sekaligus murid Sunan Bonang. Sunan Muria anak Sunan Kalijaga. Sunan Kudus murid Sunan Kalijaga. Sunan Gunung Jati adalah sahabat para Sunan lain, kecuali Maulana Malik Ibrahim yang lebih dahulu meninggal.

Mereka tinggal di pantai utara Jawa dari awal abad 15 hingga pertengahan abad 16, di tiga wilayah penting. Yakni Surabaya-Gresik-Lamongan di Jawa Timur,

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

63

Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, serta Cirebon di Jawa Barat. Mereka adalah para intelektual yang menjadi pembaharu masyarakat pada masanya. Mereka mengenalkan berbagai bentuk peradaban baru: mulai dari kesehatan, bercocok tanam, niaga, kebudayaan dan kesenian, kemasyarakatan hingga pemerintahan.

Pesantren Ampel Denta dan Giri adalah dua institusi pendidikan paling penting di masa itu. Dari Giri, peradaban Islam berkembang ke seluruh wilayah timur Nusantara. Sunan Giri dan Sunan Gunung Jati bukan hanya ulama, namun juga pemimpin pemerintahan. Sunan Giri, Bonang, Kalijaga, dan Kudus adalah kreator karya seni yang pengaruhnya masih terasa hingga sekarang. Sedangkan Sunan Muria adalah pendamping sejati kaum jelata.

Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia. Khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat "sembilan wali" ini lebih banyak disebut dibanding yang lain.

Masing-masing tokoh tersebut mempunyai peran yang unik dalam penyebaran Islam. Mulai dari Maulana Malik Ibrahim yang menempatkan diri sebagai "tabib" bagi Kerajaan Hindu Majapahit; Sunan Giri yang disebut para kolonialis sebagai "paus dari Timur" hingga Sunan Kalijaga yang mencipta karya kesenian dengan menggunakan nuansa yang dapat dipahami masyarakat Jawa -yakni nuansa Hindu dan Budha

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

64

1. Maulana Malik Ibrahim

Maulana Malik Ibrahim, atau Makdum Ibrahim As-Samarkandy diperkirakan lahir di Samarkand, Asia Tengah, pada paruh awal abad 14. Babad Tanah Jawi versi Meinsma menyebutnya Asmarakandi, mengikuti pengucapan lidah Jawa terhadap As-Samarkandy, berubah menjadi Asmarakandi.

Maulana Malik Ibrahim kadang juga disebut sebagai Syekh Magribi. Sebagian rakyat malah menyebutnya Kakek Bantal. Ia bersaudara dengan Maulana Ishak, ulama terkenal di Samudra Pasai, sekaligus ayah dari Sunan Giri (Raden Paku). Ibrahim dan Ishak adalah anak dari seorang ulama Persia, bernama Maulana Jumadil Kubro, yang menetap di Samarkand. Maulana Jumadil Kubro diyakini sebagai keturunan ke-10 dari Syayidina Husein, cucu Nabi Muhammad saw. Maulana Malik Ibrahim pernah bermukim di Campa, sekarang Kamboja, selama tiga belas tahun sejak tahun 1379. Ia malah menikahi putri raja, yang memberinya dua putra. Mereka adalah Raden Rahmat (dikenal dengan Sunan Ampel) dan Sayid Ali Murtadha alias Raden Santri. Merasa cukup menjalankan misi dakwah di negeri itu, tahun 1392 M Maulana Malik Ibrahim hijrah ke Pulau Jawa meninggalkan keluarganya.

Beberapa versi menyatakan bahwa kedatangannya disertai beberapa orang. Daerah yang ditujunya pertama kali yakni desa Sembalo, daerah yang masih berada dalam wilayah kekuasaan Majapahit. Desa Sembalo sekarang, adalah daerah Leran kecamatan Manyar, 9 kilometer utara kota Gresik. Aktivitas pertama yang dilakukannya ketika itu adalah berdagang dengan cara membuka warung. Warung itu menyediakan kebutuhan pokok dengan harga murah. Selain itu secara khusus Malik

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

65

Ibrahim juga menyediakan diri untuk mengobati masyarakat secara gratis. Sebagai tabib, kabarnya, ia pernah diundang untuk mengobati istri raja yang berasal dari Campa. Besar kemungkinan permaisuri tersebut masih kerabat istrinya.

Kakek Bantal juga mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam. Ia merangkul masyarakat bawah -kasta yang disisihkan dalam Hindu. Maka sempurnalah misi pertamanya, yaitu mencari tempat di hati masyarakat sekitar yang ketika itu tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara. Selesai membangun dan menata pondokan tempat belajar agama di Leran, tahun 1419 M Maulana Malik Ibrahim wafat. Makamnya kini terdapat di kampung Gapura, Gresik, Jawa Timur.

2. Sunan Ampel

Ia putera tertua Maulana Malik Ibrahim. Menurut Babad Tanah Jawi dan Silsilah Sunan Kudus, di masa kecilnya ia dikenal dengan nama Raden Rahmat. Ia lahir di Campa pada 1401 Masehi. Nama Ampel sendiri, diidentikkan dengan nama tempat dimana ia lama bermukim. Di daerah Ampel atau Ampel Denta, wilayah yang kini menjadi bagian dari Surabaya (kota Wonokromo sekarang).

Beberapa versi menyatakan bahwa Sunan Ampel masuk ke pulau Jawa pada tahun 1443 M bersama Sayid Ali Murtadho, sang adik. Tahun 1440, sebelum ke Jawa, mereka singgah dulu di Palembang. Setelah tiga tahun di Palembang, kemudian ia melabuh ke daerah Gresik. Dilanjutkan pergi ke Majapahit menemui bibinya, seorang putri dari Campa, bernama Dwarawati, yang dipersunting salah seorang raja Majapahit beragama Hindu bergelar Prabu Sri Kertawijaya.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

66

Sunan Ampel menikah dengan putri seorang adipati di Tuban. Dari perkimpoiannya itu ia dikaruniai beberapa putera dan puteri. Diantaranya yang menjadi penerusnya adalah Sunan Bonang dan Sunan Drajat. Ketika Kesultanan Demak (25 kilometer arah selatan kota Kudus) hendak didirikan, Sunan Ampel turut membidani lahirnya kerajaan Islam pertama di Jawa itu. Ia pula yang menunjuk muridnya Raden Patah, putra dari Prabu Brawijaya V raja Majapahit, untuk menjadi Sultan Demak tahun 1475 M.

Di Ampel Denta yang berawa-rawa, daerah yang dihadiahkan Raja Majapahit, ia membangun mengembangkan pondok pesantren. Mula-mula ia merangkul

masyarakat sekitarnya. Pada pertengahan Abad 15, pesantren tersebut menjadi sentra pendidikan yang sangat berpengaruh di wilayah Nusantara bahkan mancanegara. Di antara para santrinya adalah Sunan Giri dan Raden Patah. Para santri tersebut kemudian disebarnya untuk berdakwah ke berbagai pelosok Jawa dan Madura.

Sunan Ampel menganut fikih mahzab Hanafi. Namun, pada para santrinya, ia hanya memberikan pengajaran sederhana yang menekankan pada penanaman akidah dan ibadah. Dia-lah yang mengenalkan istilah "Mo Limo" (moh main, moh ngombe, moh maling, moh madat, moh madon). Yakni seruan untuk "tidak berjudi, tidak minum minuman keras, tidak mencuri, tidak menggunakan narkotik, dan tidak berzina."

Sunan Ampel diperkirakan wafat pada tahun 1481 M di Demak dan dimakamkan di sebelah barat Masjid Ampel, Surabaya.n

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

67

3. Sunan Giri

Ia memiliki nama kecil Raden Paku, alias Muhammad Ainul Yakin. Sunan Giri lahir di Blambangan (kini Banyuwangi) pada 1442 M. Ada juga yang menyebutnya Jaka Samudra. Sebuah nama yang dikaitkan dengan masa kecilnya yang pernah dibuang oleh keluarga ibunya--seorang putri raja Blambangan bernama Dewi Sekardadu ke laut. Raden Paku kemudian dipungut anak oleh Nyai Semboja (Babad Tanah Jawi versi Meinsma).

Ayahnya adalah Maulana Ishak. saudara sekandung Maulana Malik Ibrahim. Maulana Ishak berhasil meng-Islamkan isterinya, tapi gagal mengislamkan sang mertua. Oleh karena itulah ia meninggalkan keluarga isterinya berkelana hingga ke Samudra Pasai.

Sunan Giri kecil menuntut ilmu di pesantren misannya, Sunan Ampel, tempat dimana Raden Patah juga belajar. Ia sempat berkelana ke Malaka dan Pasai. Setelah merasa cukup ilmu, ia membuka pesantren di daerah perbukitan Desa Sidomukti, Selatan Gresik. Dalam bahasa Jawa, bukit adalah "giri". Maka ia dijuluki Sunan Giri.

Pesantrennya tak hanya dipergunakan sebagai tempat pendidikan dalam arti sempit, namun juga sebagai pusat pengembangan masyarakat. Raja Majapahit -konon karena khawatir Sunan Giri mencetuskan pemberontakan- memberi keleluasaan padanya untuk mengatur pemerintahan. Maka pesantren itupun berkembang menjadi salah satu pusat kekuasaan yang disebut Giri Kedaton. Sebagai pemimpin pemerintahan, Sunan Giri juga disebut sebagai Prabu Satmata.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

68

Giri Kedaton tumbuh menjadi pusat politik yang penting di Jawa, waktu itu. Ketika Raden Patah melepaskan diri dari Majapahit, Sunan Giri malah bertindak sebagai penasihat dan panglima militer Kesultanan Demak. Hal tersebut tercatat dalam Babad Demak. Selanjutnya, Demak tak lepas dari pengaruh Sunan Giri. Ia diakui juga sebagai mufti, pemimpin tertinggi keagamaan, se-Tanah Jawa.

Giri Kedaton bertahan hingga 200 tahun. Salah seorang penerusnya, Pangeran Singosari, dikenal sebagai tokoh paling gigih menentang kolusi VOC dan Amangkurat II pada Abad 18.

Para santri pesantren Giri juga dikenal sebagai penyebar Islam yang gigih ke berbagai pulau, seperti Bawean, Kangean, Madura, Haruku, Ternate, hingga Nusa Tenggara. Penyebar Islam ke Sulawesi Selatan, Datuk Ribandang dan dua sahabatnya, adalah murid Sunan Giri yang berasal dari Minangkabau.

Dalam keagamaan, ia dikenal karena pengetahuannya yang luas dalam ilmu fikih. Orang-orang pun menyebutnya sebagai Sultan Abdul Fakih. Ia juga pecipta karya seni yang luar biasa. Permainan anak seperti Jelungan, Jamuran, lir-ilir