buku hipo 3

5
11 Pendahuluan versi dari game theory yang membuat suatu model Perilaku perataan laba merupakan usaha yang kontraktual antara dua atau lebih pihak. Dimana salah disengaja oleh manajer untuk meratakan tingkat laba, satu pihak disebut agent dan pihak yang lain disebut sehingga pada saat sekarang dipandang normal bagi principal. Principal mendelegasikan pertanggung- suatu perusahaan (Beidelman, 1973). Lebih lanjut, jawaban atas decision making kepada agent. Fudenberg dan Tirole (1995) menyatakan bahwa pe- Dengan perkataan lain principal memberikan rataan laba merupakan proses manipulasi waktu ter- suatu amanah kepada agent untuk melaksanakan jadinya laba untuk menurunkan variabihtas laba yang tugas pengelolaan perusahaan sesuai dengan kontrak dilaporkan oleh perusahaan. Disamping itu, konsep kerja yang telah disepakati. Menurut Scott (1977) bah- perataan laba mengasumsikan bahwa investor me- wa perusahaan mempunyai banyak kontrak yaitu kon- nolak adanya risiko yang cukup tinggi dan ketidaksta- trak kerja antara perusahaan dengan para manajernya bilan laba perusahaan, sehingga dapat mempengaruhi dan kontrak pinjaman antara perusahaan dengan motivasi para investor untuk melakukan investasi atau krediturnya. reinvestasi pada perusahaan. Kontrak kerja yang dimaksud dalam penelitian Disisi lain, menurut Dye (1988) manajer juga cen- ini adalah kontrak kerja antara pemilik modal atau derung menolak adanya risiko, sehingga manajer me- investor dengan manajer perusahaan. Pemilik modal nghindari adanya pinjaman dan pemberian pinjaman atau investor disebut principal sedangkan manajer di pasar modal dan hal ini mendorong dilakukannya disebut agent. Dimana antara agent dan principal perataan laba. Perilaku perataan laba ini biasanya dila- ingin memaksimumkan utilitasnya masing-masing kukan manajer dengan memanfaatkan berbagai dengan informasi yang dimiliki. Akan tetapi agent me- fleksibilitas dalam Prinsip Akuntansi Berterima miliki informasi yang lebih banyak dibanding dengan Umum (PABU) seperti penggunaan pendekatan, pro- principal sehingga menimbulkan adanya informasi sedur dan metode-metode yang dapat mempengaruhi yang tidak seimbang atau terjadi asimmetry info- perubahan laba. rmation. Tinjauan Teori Perataan Laba Teori Keagenan (agency theory) Ronen dan Sadan (1981) mengajukan teori tenta- Agency theory dapat dipandang sebagai suatu ng bagaimana skema kompensasi terkait dengan laba Hipotesis,Tahun ke 5, No 1, Januari - April 2013

Upload: deden-marrah-adil

Post on 03-Jan-2016

37 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BUKU HIPO 3

11

Pendahuluan versi dari game theory yang membuat suatu model Perilaku perataan laba merupakan usaha yang kontraktual antara dua atau lebih pihak. Dimana salah

disengaja oleh manajer untuk meratakan tingkat laba, satu pihak disebut agent dan pihak yang lain disebut sehingga pada saat sekarang dipandang normal bagi principal. Principal mendelegasikan pertanggung-suatu perusahaan (Beidelman, 1973). Lebih lanjut, jawaban atas decision making kepada agent.Fudenberg dan Tirole (1995) menyatakan bahwa pe- Dengan perkataan lain principal memberikan rataan laba merupakan proses manipulasi waktu ter- suatu amanah kepada agent untuk melaksanakan jadinya laba untuk menurunkan variabihtas laba yang tugas pengelolaan perusahaan sesuai dengan kontrak dilaporkan oleh perusahaan. Disamping itu, konsep kerja yang telah disepakati. Menurut Scott (1977) bah-perataan laba mengasumsikan bahwa investor me- wa perusahaan mempunyai banyak kontrak yaitu kon-nolak adanya risiko yang cukup tinggi dan ketidaksta- trak kerja antara perusahaan dengan para manajernya bilan laba perusahaan, sehingga dapat mempengaruhi dan kontrak pinjaman antara perusahaan dengan motivasi para investor untuk melakukan investasi atau krediturnya.reinvestasi pada perusahaan. Kontrak kerja yang dimaksud dalam penelitian

Disisi lain, menurut Dye (1988) manajer juga cen- ini adalah kontrak kerja antara pemilik modal atau derung menolak adanya risiko, sehingga manajer me- investor dengan manajer perusahaan. Pemilik modal nghindari adanya pinjaman dan pemberian pinjaman atau investor disebut principal sedangkan manajer di pasar modal dan hal ini mendorong dilakukannya disebut agent. Dimana antara agent dan principal perataan laba. Perilaku perataan laba ini biasanya dila- ingin memaksimumkan utilitasnya masing-masing kukan manajer dengan memanfaatkan berbagai dengan informasi yang dimiliki. Akan tetapi agent me-fleksibilitas dalam Prinsip Akuntansi Berterima miliki informasi yang lebih banyak dibanding dengan Umum (PABU) seperti penggunaan pendekatan, pro- principal sehingga menimbulkan adanya informasi sedur dan metode-metode yang dapat mempengaruhi yang tidak seimbang atau terjadi asimmetry info-perubahan laba. rmation.

Tinjauan Teori Perataan LabaTeori Keagenan (agency theory) Ronen dan Sadan (1981) mengajukan teori tenta-Agency theory dapat dipandang sebagai suatu ng bagaimana skema kompensasi terkait dengan laba

Hipotesis,Tahun ke 5, No 1, Januari - April 2013

Page 2: BUKU HIPO 3

Syarifuddin Ende

12

yang mendorong munculnya tindakan perataan laba dapat dijastifikasi. Periode penelitian ditentukan dari (income smoothing) oleh manajemen perusahaan. 1999 sampai 2008 dengan asumsi bahwa periode ini Disamping itu, Moses (1987) membenarkan teori ini merupakan periode setelah terjadinya krisis moneter secara empiris dengan mengkaitkan perataan laba di Indonesia. dengan adanya rencana pemberian bonus. Hasilnya Hal ini didasarkan pada penelitian Sarno dan menunjukkan bonus compensation berpengaruh Taylor (1999) bahwa pada tahun 1997 merupakan positif terhadap perataan laba. Lambert (1984) dengan masa krisis di Asia Timur. Demikian pula, Johnson et mengguhakan teori keagenan untuk membuktikan al. (2000) menyatakan bahwa krisis yang terjadi di bahwa kompensasi optimal yang dijanjikan perusa- Asia dari tahun 1997 sampai 1998. Sampel penelitian haan mendorong manajer melakukan perataan laba. ditentukan dengan menggunakan metode purposive Trueman dan Titman (1988) menggunakan setting sampling dengan tipe judgement sampling, dimana agency untuk membuktikan bahwa manajer memiliki merupakan pemilihan sampel dengan didasarkan pada motivasi untuk menampilkan laba yang tidak terlalu kriteria tertentu (Cooper dan Emory, 1995). fluktuatif kepada calon debt holders. Kriteria sampel penelitian adalah perusahaan

Fudenberg dan Tirole (1995) juga mengemu- manufaktur yang listing di BEI yang melaporkan kakan konsep income smoothing yang menga- laporan keuangan tahunan secara berurut dan lengkap sumsikan bahwa investor adalah orang yang menolak dari 1999 sampai 2008. Setelah dilakukan identifikasi risiko. Salah satu ukuran risiko bagi investor yang sebanyak 162 perusahaan manufaktur yang akan dihindari adalah adanya laba perusahaan yang disesuaikan dengan kriteria penelitian ditemukan 151 tidak stabil atau sangat fluktuatif dari periode ke perusahaan sebagai sampel penelitian.periode. Laba yang tidak stabil akan memberikan Deteksi Income Smoothingdividen yang sulit untuk dipredikasi. Untuk mengidentifikasi perilaku perataan laba

secara komprehensif digunakan Index Eckel yang Penelitian Terdahulu dikembangkan Albrecht dan Richardson (1990) Bitner dan Dolan (1996) menguji hubungan dengan empat pendekatan laba yaitu operating

antara perataan laba dengan value perusahaan. Hasil income, income from operations, income before empiris menunjukkan bahwa pasar tampaknya extraordinary items dan net income. Albrecht dan sensitif terhadap tindakan perataan laba dan akan Richardson memberikan definisi operasional menurunkan nilai perusahaan. Bahkan pada akhirnya terhadap empat pendekatan laba tersebut yang perusahaan akan diabaikan oleh pasar, meskipun tidak berpotensi digunakan manajer perusahaan untuk sampai pada titik tanpa perataan. Artinya pasar tidak melakukan perilaku perataan laba. Pertama, secara keseluruhan menolak adanya perataan laba Operating Income diukur dengan penjualan yang dilakukan manajer perusahaan. dikurangiharga pokok penjualan dan dikurangi pula

Sementara itu, Ashari et al. (1994) menguji fak- biaya operasi selain depresiasi dan amortisasi. Kedua, tor-faktor yang mempengaruhi perataan laba pada income from operations diukur dengan laba operasi perusahaan yang listing di Singapura, dengan dikurangi depresiasi dan amortisasi. Ketiga, income menggunakan logit analysis model. Hasilnya membe- before extraordinary items diukur dengan laba rikan bukti empiris bahwa profitabilitas, sektor sebelum pos luar biasa dan keempat adalah net income industri dan nationality berpengaruh terhadap pera- diukur dengan laba bersih setelah dikurangi semua taan laba. Lebih lanjut, Ashari et al. melaporkan biaya yang terjadi dalam perusahaan.bahwa terdapat indikasi perataan laba dilakukan me- Adapun model Index Eckel yang dikembangkan lalui laba operasi. Dimana laba operasi ini merupakan Albrecht dan Richardson (1990) yang diadopsi dalam sasaran umum yang digunakan oleh manajemen untuk penelitian ini untuk mendeteksi perusahaan dalam melakukan perataan laba. melakukan perataan laba adalah:

METODE PENELITIAN PL = CVAI/CVAS < 1 Populasi dan Sampel Dimana :Populasi penelitian ini adalah perusahaan PL = Perata Laba,

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia CV = Koefisien Variasi,(BEI) sebanyak 158 emiten berdasarkan Unit Infor- AI = Perubahan Laba Satu Periode,masi dan Komunikasi Publik BEI, 2009. Perusahaan AS = Perubahan Penjualan Satu Periode. !manufaktur dijadikan populasi penelitian karena me-iliki karakteristik yang sama, sehingga hasil penelitian

Page 3: BUKU HIPO 3

13

HASIL PENELITIAN DANPEMBAHASAN Eckel yang dikembangkan Albrecht dan Richardson (1990), maka dapat ditunjukkan ringkasannya dalam

Berdasarkan hasil pengolahan data penelitian tabel 1 berikut ini :yang telah dilakukan dengan menggunakan Index

Perataan Laba Jumlah Persentas

e

Operating Income (OI) 58

Perusahaan 38,41 %

Income from Operations (IO) 69

Perusahaan 45,70 %

Income before Extraordinary Items (IE) 67

Perusahaan 44,37 %

Net Income (NI) 47

Perusahaan 31,13 %

Perataan laba melalui empat pendekatan

yang dilakukan secara simultan OI, IO, IE

dan NI

24

Perusahaan 15,89 %

Informasi Tambahan

· Total perusahaan perata laba melalui OI dan

atau IO, dan atau IE dan atau NI (salah satu

pendekatan)

95 Prsh. 62,91 %

· N = 151 Perusahaan Manufaktur

Tabel 1. Perataan Laba melalui Empat Pendekatan Laba

Sumber : Data diolah, 2009 (Lihat lampiran 1)

Dari tabel 1 menunjukkan bahwa perusahaan smoothing dan artificial smoothing tidak berpengaruh yang melakukan perataan laba melalui operating secara signifikan terhadap motivasi investor in-income sebanyak 58 perusahaan dengan rasio 38,41% sidental dalam melakukan investasi di bursa. Berarti (58/151 x 100%). Hasil ini berarti bahwa perusahaan investor tidak memperhatikan laba operasi dalam manufaktur yang melakukan perilaku perataan laba melakukan investasi di bursa, sehingga manajer ter-melalui laba operasi di Bursa Efek Indonesia. Di- dorong untuk melakukan real smoothing dan artificial samping itu, penelitian ini menunjukkan bahwa ter- smoothing. Dimana real smoothing ini merupakan dapat perusahaan yang melakukan perataan laba me- perataan laba yang menekankan pada transaksi-lalui income from operations sebanyak 69 perusahaan transaksi riil perusahaan. Misalnya, penundaan atau dengan rasio sebesar 45,70% (69/151 x 100%). Hasil mempercepat penjualan dan biaya operasi untuk me-penelitian ini memperkuat dan mendukung penelitian normalisasi operating income. Sementara, artificial Ashari et al. (1994) yang melaporkan adanya indikasi smoothing lebih menekankan pada perubahan metode perataan laba dilakukan manajemen perusahaan me- dan prosedur akuntansi, misalnya perubahan metode lalui laba operasi. depresiasi aktiva tetap. Tujuannya adalah untuk

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil riset menormalisasi atau menstabilisasi income from ope-Mursalim (2005) yang menunjukkan bahwa real rations sepanjang periode.

Hipotesis,Tahun ke 5, No 1, Januari - April 2013

Page 4: BUKU HIPO 3

14

Riset ini melaporkan bahwa terdapat perusahaan 14 perusahaan asing atau sebesar 43% melakukan yang melakukan perataan laba melalui income before perataan laba.extraordinary items sebanyak 67 perusahaan dengan Dengan demikian, temuan ini memberi bukti rasio sebesar 44,37% (67/151 x 100%). Bukti empiris empiris bahwa perusahaan manufaktur cukup besar yang ditunjukkan pula bahwa terdapat perusahaan terindikasi melakukan perataan laba yaitu sebesar yang melakukan perataan laba melalui net income 62,91% dari jumlah sampel penelitian. Hasil ini sebanyak 47 perusahaan dengan rasio sebesar 31,13% mendukung temuan Michelson et al. (1995) yang (47/151 x 100%). Hasil ini mengindikasikan bahwa memberi bukti bahwa perusahaan sebahagian telah pos-pos luar biasa (extraordinary item) juga melakukan perataan laba dan menemukan pula digunakan manajemen untuk melakukan perataan perusahaan manufaktur memiliki persentase yang laba perusahaan. Sejalan dengan pernyataan Barnea et tinggi dalam melakukan perataan laba dibanding al. (1976) bahwa classificatory smoothing merupakan perusaahaan sektor lain.pengklasifikasian elemen-elemen laporan laba rugi untuk mengurangi variasi laba dari periode ke periode Simpulanmelalui extraordinary item. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi pe-

Hasil identifikasi model Eckel ini menunjukkan rilaku perataan laba dengan menggunakan empat pula bahwa perusahaan yang melakukan perataan pendekatan laba yaitu operating income, income from laba dengan menggunakan empat pendekatan secara operations, income before extraordinary items dan net bersama dalam suatu periode yaitu operating income, income. Bukti empiris menunjukkan bahwa 58 peru-income from operations, income before extraordinary sahaan melakukan perataan laba melalui operating items dan net income sebanyak 24 perusahaan dengan income atau 38,41%. Sebanyak 69 perusahaan mela-rasio seber 15,89% (24/151 x 100%). Hasi ini kukan perataan laba melalui income from operations mendukung riset Albrecht dan Richardson yang me- dan 67 perusahaan melakukan perataan laba melalui ngembangkan Index Eckel (1981) untuk meng- income before extraordinary items dengan rasio identifikasi perataan laba melalui empat pendekatan masing-masing sebesar 45,70% dan 44,37%. laba yaitu operating income, income from operations, Sementara itu, perataan laba melalui net income before extraordinary items dan net income. income ditemukan sebanyak 47 perusahaan atau Hasil empiris bahwa baik core maupun periphery 31,13%. Temuan selanjutnya, 24 perusahaan melaku-melakukan perataan laba pada ukuran perusahaan kan perataan laba melalui empat pendekatan laba se-kecil maupun besar. cara simultan atau sekitar 15,89%. Hasil penelitian ini

Hasil penelitian ini juga memberi bukti tambahan mempertegas bahwa perataan laba penting diidentifi-bahwa total perusahaan yang teridentifikasi kasi secara komprehensif atau paling tidak dengan me-melakukan perataan laba selama periode penelitian nggunakan empat pendekatan laba di atas. Karena da-dari tahun 1999 sampai dengan 2008 sebanyak 95 pat mengidentifikasi perusahaan perata laba yang le-perusahaan dengan rasio sebesar 62,91% (95/151 x bih besar yaitu sebesar 62,91% dibanding hasil riset se-100%). Hasil penelitian ini berhasil mengidentifikasi belumnya. Hasil ini juga mengindikasikan bahwa ma-jumlah perusahaan yang melakukan perataan laba najemen ternyata masih melakukan tindakan perataan jauh lebih besar dibanding riset-riset sebelumnya. Hal laba meskipun setelah terjadinya puncak krisis ekono-ini disebabkan adanya pendekatan laba yang lebih mi di Indonesia. Temuan ini dapat menjadi warning maksimal atau komprehensif dalam mengidentifikasi bagi para investor dalam melakukan investasi di bursa perusahaan perata laba. agar dapat terhindar dari adanya kerugian.

Khafid (2002) telah meneliti 66 perusahaan di BEJ sebagai sampel penelitian dengan menggunakan model Eckel (1981). Hasil temuannya, 29 perusahaan Implikasi Penelitiandikategorikan sebagai perata lama atau telah Penelitian ini belum memasukkan laba setelah terindikasi melakukan perataan laba sekitar 44% pos luar biasa (income after extraordinary items) mau-(29/144 x 100%). Selanjutnya, penelitian Yusuf dan pun laba setelah bunga (income after intrest) yang ju-Soraya (2004) menggunakan model Index Eckel ga berpotensi sebagai objek perataan laba. Oleh kare-(1981) dengan hanya satu pendekatan laba yaitu laba na itu, riset mendatang diharapkan memasukkan dua setelah pajak dengan sampel 30 perusahaan asing dan pendekatan laba yaitu income after extraordinary non asing di Indonesia. Hasil penelitiannya items maupun income after intrest agar dapat mende-menunjukkan bahwa 8 dari 16 perusahaan non asing teksi atau mengidentifikasi perusahaan perata laba atau sebesar 50% melakukan perataan laba, dan 6 dari lebih banyak lag! ,

Syarifuddin Ende

Page 5: BUKU HIPO 3

15

Ashari, H.C. Koh, S.L. and Wei, H. W. 1994. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol.1 No. 2. "Factors Affecting Income Smoothing Among Listed Com- Jhonson, S. Boone, P. Breach, A. and panies in Singapure". Accounting Business Research. Friedman E. 2000. "CoorporateGovernance in the Vol. 24. No. 96. Asian Financial Crisis". Revised. May.

Albrecht, W.D and Richardson, F.M. 1990. Income Khafid, M. 2002. "Analisis Income Smoothing Smoothing by Economy Sector". Journal of Business (Perataan Laba): HubungannyaTerhadap Reaksi Pasar Finance and Accounting. Vol. 17 No.5. dan Risiko Sistematik pada Perusahaan Publik

Barnea, A. Joshua, R. and Simcha, S. 1976. diIndonesia". Tesis Program Pascasarjana Magister "Classificatory Smoothing of Income with Exstraordinary Sains AkuntansiUniversitas Diponegoro. Semarang. Items". Tlie Accounting Review. January. Lambert. R. 1984. "Income Smoothing as Rational

Beattie, Vivien, Stephen, B. David, E. Brian, J. Equillibrium Behavior".Accounting Review. October.Stuart, M. Dylan, T. and Michael, T. 1994. "Extraordinary Moses, O.D. 1987. "Income Smoothing and Item and Income Smoothing: A Positive Accounting incentives: Empirical Test Using Accounting Changes". Approach". Journal of Business Finance and Accounting. The Accounting Review. Vol. LXII.Vol. 21 No.6. Mursalim, 2005. "Income Smoothing dan Motivasi

Beidelman, C.R. 1973. "Income Smoothing: The Investor: Studi Empiris pada Investor di BEJ". Makalah Role of Management". Accounting Review. October. Simposium Nasional Akuntansi VIII. September. Solo.

Bitner and Dolan. 1996. "Assessing the Relationship Salno, Meilani Hanna dan Baridwan, Zaki. 1999. Between Income Smoothing and tehe Value of the Firm". Analisis Perataan Penghasilan (Income Smoothing) QJBE. Winter. Vol. 35 No. 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi dan kaitannya dengan

Carlson, S.J. and Bathala, C.T. 1997. "Owneship kinerja perusahaan puhlik di Indonesia. Tesis Program Differences and Firms' IncomeSmoothing Behavior". Pascasarjana Master of Science Universitas Gadjah Journal of Business Finance and Accounting. Vol. 24 Mada. Yogyakarta.No.2. Samlawi, Ahmad dan Sudibyo. 2000. "Analisis

Cooper, R. D. and Emory, C.W. 1995. "Business Perilaku Perataan LabaResearch Methods. Richard D.Irwin. Didasarkan pada Kinerja Perusahaan di Pasar".

Dye, R. 1988. "Earnings Management in an Makalah SimposiumOverlapping Generations Model". Journal of Accounting Nasional Akuntansi III. September. Yogyakarta.Research. Autumn. Sarno, L. and Taylor, M.P. 1999. "Moral Hazard,

Eckel, N. 1981. "The Income Smoothing Hypothesis Asset Price Bubbles, Capital Flows and the East Asian Revisited". Abacus. Vol. 17 No.l. Crisis: the First Tests". Journal of International Money

Financial Accounting Standards Board. 1987. and Finance". Vol. 18."Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No. Scott, W.R. 1997. Financial Accounting Theory. 1". New Jersey Prentice-Hall International. A. Simon &

Fudenberg, D. and Tirole J. 1995. "A Theory of Schuster Company. Upper Saddle. River.Income and Dividend Smith, E.D. 1976. "Effects of Separation of

Smoothing Based on Incumbensy Rates". Journal of Ownership From Control an Accounting Policy Political Economy.February. Decisions". Accounting Review. Vol. 11.

Gordon, M.J. 1964. "Postulate Principles and Suh, Y.S. 1990. "Communication and Income Research in Accounting". Accounting Review. April. Smoothing Through Accounting Method Choice".

Ikatan Akuntan Indonesia. 2002. "Standar Akuntansi Management Review. June.Keuangan". Penerbit Salemba Empat. Per 1 April. Trueman, B. Sheridan, T. and Paul N. 1988. "An

Ilmainir. 1993. Perataan Laba dan Faktor-faktor Explanation for Accounting Income Smoothing". Journal Pendorongnya Pada Perusahaan Publik di Indonesia". of Accounting Research. Vol. 26.Tesis Program Pasca Sarjana Master of Science Akuntansi Yusuf dan Soraya. 2004. "Faktor-faktor yang Universitas Gadjah Mada (tidak dipublikasikan). Mempengaruhi. Praktik Perataan Laba Pada

Jensen, M.C. and Meckling, W.H. 1976. "Theory of Perusahaan Asing dan Non Asing di Indonesia". Jurnal The Firm : Managerial Behavior, Agency Costs And Akuntansi dan Auditing Indonesia. Vol. 8. No. 1. Juni.Ownership Structure". Jurnal of Finacial Economics. Zuhroh, Diana. 1996. Faktor-faktor yang Vol.3 No. 4. Mendorong Perataan Laba Pada Perusahaan Publik

Jin, L.S. and Mas'ud, Machfoedz. 1998. "Faktor- Indonesia. Tesis Program Pascasarjana Master of Science Faktor yang MempengaruhiPraktik Perataan Laba pada Universitas Gadjah Mada.Perusahaan yang Terdaptar di Bursa EfekJakarta".

DAFTAR PUSTAKA

Hipotesis,Tahun ke 5, No 1, Januari - April 2013