buku hipo 20

5
Hipotesis,Tahun ke 5, No 1, Januari - April 2013 95 Latar Belakang terhadap fluktuasi nilai tukar. Jika laju inflasi di Valuta asing diartikan sebagai mata uang asing Indonesia meningkat cukup besar sementara laju dan alat pembayaran lainnya digunakan melakukan inflasi di Amerika Serikat relatif tetap maka akan atau membiayai transaksi ekonomi keuangan membuat harga produk di Indonesia menjadi semakin internasional dan yang mempunyai catatan kurs resmi mahal. Kenaikan harga tersebut akan mempengaruhi pada bank sentral. Adanya arus uang dan modal dalam permintaan terhadap mata uang rupiah tersebut bentuk valas antara berbagai pusat keuangan di karena konsumen akan mengalihkan pembelian berbagai negara yang semakin besar dan cepat, akan produk ke negara Amerika Serikat yang memiliki mengakibatkan permintaan dan penawaran akan harga yang relatif murah. valas. Nilai tukar valas atau kurs akan terbentuk pada jumlah dan harga permintaan dan penawaran akan Batasan Masalah valas sama. Variabel manakah diantara inflasi, ekspor Penawaran valas disebabkan adanya ekspor impor,dan suku bunga yang dominan mempengaruhi barang dan jasa yang menghasilkan valas dan impor fluktuasi nilai tukar Dollar AS terhadap Rupiah ? modal dari luar negeri ke dalam negeri. Semakin banyak jumlah cadangan valas akan semakin Pengertian Inflasi menurunkan kurs valas tersebut dan sebaliknya akan Amacher dan Ulbrich dalam Khalwaty (2000:6) meningkatkan nilai mata uang domestik atau mata menjelaskan bahwa terjadinya inflasi merupakan uang lokal. Keseimbangan kurs juga dipengaruhi oleh akibat dari kenaikan tingkat harga di atas harga rata- tingkat suku bunga. Kenaikan tingkat bunga di rata yang berlaku umum yang dapat di ukur dengan Indonesia akan mengakibatkan investasi dalam mata indeks harga barang-barang konsumsi dari tahun ke uang rupiah menjadi semakin menarik apabila tahun.Sedangkan Byrns dan Stone dalam Khalwaty tingkat bunga di Amerika Serikat relatif konstan. (2000:6) menjelaskan, bahwa inflasi merupakan Inflasi bisa dikatakan memiliki pengaruh besar suatu keadaan dimana terjadi kenaikan harga-harga

Upload: deden-marrah-adil

Post on 03-Jan-2016

39 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BUKU HIPO 20

Hipotesis,Tahun ke 5, No 1, Januari - April 2013

95

Latar Belakang terhadap fluktuasi nilai tukar. Jika laju inflasi di Valuta asing diartikan sebagai mata uang asing Indonesia meningkat cukup besar sementara laju

dan alat pembayaran lainnya digunakan melakukan inflasi di Amerika Serikat relatif tetap maka akan atau membiayai transaksi ekonomi keuangan membuat harga produk di Indonesia menjadi semakin internasional dan yang mempunyai catatan kurs resmi mahal. Kenaikan harga tersebut akan mempengaruhi pada bank sentral. Adanya arus uang dan modal dalam permintaan terhadap mata uang rupiah tersebut bentuk valas antara berbagai pusat keuangan di karena konsumen akan mengalihkan pembelian berbagai negara yang semakin besar dan cepat, akan produk ke negara Amerika Serikat yang memiliki mengakibatkan permintaan dan penawaran akan harga yang relatif murah.valas. Nilai tukar valas atau kurs akan terbentuk pada jumlah dan harga permintaan dan penawaran akan Batasan Masalah valas sama. Variabel manakah diantara inflasi, ekspor

Penawaran valas disebabkan adanya ekspor impor,dan suku bunga yang dominan mempengaruhi barang dan jasa yang menghasilkan valas dan impor fluktuasi nilai tukar Dollar AS terhadap Rupiah ? modal dari luar negeri ke dalam negeri. Semakin banyak jumlah cadangan valas akan semakin Pengertian Inflasimenurunkan kurs valas tersebut dan sebaliknya akan Amacher dan Ulbrich dalam Khalwaty (2000:6) meningkatkan nilai mata uang domestik atau mata menjelaskan bahwa terjadinya inflasi merupakan uang lokal. Keseimbangan kurs juga dipengaruhi oleh akibat dari kenaikan tingkat harga di atas harga rata-tingkat suku bunga. Kenaikan tingkat bunga di rata yang berlaku umum yang dapat di ukur dengan Indonesia akan mengakibatkan investasi dalam mata indeks harga barang-barang konsumsi dari tahun ke uang rupiah menjadi semakin menarik apabila tahun.Sedangkan Byrns dan Stone dalam Khalwaty tingkat bunga di Amerika Serikat relatif konstan. (2000:6) menjelaskan, bahwa inflasi merupakan

Inflasi bisa dikatakan memiliki pengaruh besar suatu keadaan dimana terjadi kenaikan harga-harga

Page 2: BUKU HIPO 20

Arfiany

96

secara tajam (absolute) yang berlangsung terus- umumnya ditentukan oleh interaksi kompleks dari menerus dalam jangka waktu yang cukup lama, yang dua faktor, yang pertama adalah total permintaan dana mengakibatkan nilai uang turun secara tajam. pemerintah, perusahaan maupun rumah tangga untuk

Menurut Boediono (1998:162) berdasarkan se- melakukan berbagai aktivitas ekonomi. Permintaan bab terjadinya, inflasi terbagi atas dua, yaitu: ini berhubungan negatif dengan suku bunga, dimana

a.Inflasi Tarikan Permintaan (Demand-pull kenaikan suku bunga akan mengurangi permintaan Inflation) pinjaman oleh perusahaan dan individu (dengan

Inflasi ini terjadi apabila terlalu banyaknya per- asumsi semua faktor ekonomi yang lain konstan), mintaan atas barang yang jumlahnya sangat terbatas, karena proyek-proyek di nilai semakin tidak sehingga mengakibatkan harga barang tersebut me- menguntungkan. lonjak. Dalam kondisi ini inflasi disebabkan karena b.Teori Keynesterlalu banyaknya pengeluaran uang sementara erbeda dengan teori Klasik, dalam teori Keynes jumlah barang yang dihasilkan oleh perekonomian dikatakan bahwa tingkat suku bunga ditentukan oleh dalam keadaan full employment sangat terbatas. interaksi antara sektor riil dan sektor moneter. Teori

b.Inflasi Desakan Biaya (Cost-push Inflation) ini membedakan permintaan akan uang menurut Inflasi ini terjadi apabila biaya mendesak harga motivasi dan tujuan masyarakat dalam menyimpan

untuk naik dalam kondisi dimana sumber daya yang uangnya digunakan tidak secara penuh. Inflasi ini juga terjadi karena kenaikan harga atau perubahan situasi dari satu Nilai Tukaratau beberapa komoditi yang merupakan komponen Menurut Yuliati & Prasetyo (2002:67) nilai tukar penting dalam biaya produksi. adalah perbandingan nilai antara mata uang, nilai

Menurut Boediono (1998:164), akibat dari ke- tukar menunjukkan harga suatu mata uang jika dua macam inflasi tersebut dari segi kenaikan harga dipertukarkan dengan mata uang lain. Menurut output adalah sama, tetapi terdapat dari segi volume Salvatore (1997:93) yang mendefinisikan nilai tukar output Gross Domestic Product (GDP) riil. Dalam yang dihubungkan dengan perdagangan internasional kasus demand pull inflation, biasanya ada bahwa nilai tukar perdagangan (terms of trade) dari kecenderungan output naik bersama-sama dengan suatu negara merupakan rasio harga komoditi kenaikan harga umum, besar-kecilnya kenaikan ekspornya terhadap harga komoditi impornya. output ini tergantung kepada kapasitas kurva Dollaraggregate supply. Sebaliknya dalam kasus cost-push Perkembangan Nilai Tukar Rupiah inflation, biasanya kenaikan harga-harga diiringi Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika dengan penurunan omzet barang. Selain itu, dengan selama kurung waktu 2009 sampai semester awal demand-pull inflation kenaikan harga barang akhir tahun 2011 ternyata mengalami fluktuasi, hal tersebut (output) mendahului kenaikan harga barang-barang terjadi merupakan sejumlah pemicu atau variable input dan harga-harga faktor produksi. yang terkait. Pelemahan nilai tukar ini sangat

Ekspor Impor dipengaruhi faktor fundamental dan faktor sentimen. Menurut Kuncoro (2001:42) aktivitas ekspor Faktor fundamental terutama karena tingginya

adalah bentuk keterlibatan perusahaan dalam bisnis demand valas untuk kebutuhan impor dan tingginya internasional yang paling sederhana. Perusahaan harga minyak. Sementara dari sisi supply, pasokan menggunakan kapasitas produksi domestik yang valas masih sangat terbatas terkait dengan ekspor dimilikinya untuk produksi, distribusi, administrasi, yang belum sentimen-eksternal yang menekan rupiah dan mengalokasikan sejumlah tertentu produksi antara lain adalah dampak rambatan atas penguatan dalam negerinya untuk pasar luar negeri. dolar AS dan terkait dengan melambungnya harga

Suku Bunga minyak dunia. Nopirin (2000:176) mengemukakan bahwa lnflasi Tahunan

tingkat bunga adalah harga yang terjadi di pasar uang Laju inflasi secara umum di tahun 2005 kembali dan modal. Jadi tingkat suku bunga mempunyai meningkat, dimulai pada awal tahun sebesar 7,32 fungsi alokatif dalam perekonomian, khususnya persen kemudian meningkat cukup signifikan pada dalam penggunaan uang atau modal. bulan Maret 2005 yang mencapai 8,81 persen.

Ada beberapa teori tentang tingkat suku bunga Walaupun inflasi di bulan April dan Mei 2005 dikemukakan para ahli ekonomi antara lain: menunjukkan angka yang cukup kecil dibandingkan

a.Teori Klasik inflasi Maret yaitu masing-masing sebesar 8,12 Dalam teori Fisher mengenai Loenable Fund persen dan 7,40 persen tetapi pada akhir semester I

Theory, dikatakan bahwa tingkat suku bunga 2005 inflasi kembali meningkat mencapai 7,42

Page 3: BUKU HIPO 20

97

persen. Dengan inflasi yang relative tinggi selama milyar, sedangkan ekspor non migas meningkat semester I 2005 tersebut, diperlukan upaya keras dengan 18,7 persen dari US$ 45,93 milyar menjadi untuk mengendalikan inflasi selama semester II tahun US$ 54,53 milyar. Nilai ekspor non migas terbesar 2005, agar target inflasi sebesar 7,5 persen selama masih tetap ke negara Uni Eropa (US$ 8,31 milyar) tahun 2005 tidak terlampaui. kemudian Amerika Serikat sebesar US$ 8,01 milyar,

Suku Bunga SBI 1 Bulan Jepang (US$ 7,96 milyar) dan Singapura (US$ 5,83 Pada awal semester I tahun 2004 suku bunga rata- milyar). Keempat negara ini menguasai sekitar 55

rata tertimbang SBI tercatat menurun dimulai pada persen dari total ekspor ke-9 negara utama tujuan bulan Januari sebesar 7,86 persen dan menurun secara ekspor non migas Indonesia.berurut di bulan Februari, Maret, April dan Mei masing-masing 7,70 persen, 7,42 persen, 7,33 persen Deskripsi Analsisdan 7,32 persen dan diakhir semester I suku bunga Untuk memperoleh hasil perhitungan empiris, tercatat sebesar 7,34 persen. Perkembangan tingkat penulis menggunakan metode Ordinary Least Square suku bunga SBI 1 bulan di Indonesia tahun 2004 – Juli (OLS), yaitu suatu metode analisis kuantitatif yang 2006 dapat dilihat pada table IV.3 , kondisi berbeda digunakan untuk menghitung koefisien regresi nampak pada semester I tahun 2004, di semester II berganda, serta keeratan hubungan antara variabel tahun 2004 walaupun tidak signifikan suku bunga terikat dengan variabel bebas, baik secara parsial SBI I bulan meningkat dimulai pada bulan Juli 2004 maupun simultan. Dalam perhitungan ini digunakan tercatat sebesar 7,36 persen dan terus sampai pada data bulanan dari masing-masing variabel mulai akhir semester II tahun 2004 yaitu pada bulan Januari 2004 sampai dengan Juni 2006 atau selama 30 Desember sebesar 7,43 persen walaupun tidak sebesar bulan, yang langsung dimasukkan ke dalam bentuk suku bunga SBI di awal tahun. Pada dasarnya SBI persamaan regresi berganda, tujuannya adalah untuk mengalami stabilitas sampai Mei tahun 2005 dan memberikan gambaran tentang elastisitas variabel cenderung terus meningkat sampai mengalami bebas terhadap variabel terikat sehingga dapat stabilitas sampai akhir semester awal tahun 2006 diketahui besarnya pengaruh dari masing-masing

Dalam tahun 2005, rata-rata suku bunga SBI 1 variabel bebas terhadap variabel terikat. Sedangkan bulan mencapai 9,09 persen, lebih tinggi dari rata-rata data yang digunakan adalah nilai tukar rupiah tahun 2004 sebesar 7,39 persen. Hal ini disebabkan terhadap dollar Amerika Serikat sebagai variabel karena Bank Indonesia menempuh kebijakan moneter terikat atau dependen, kemudian sebagai variabel yang cenderung ketat terkait dengan masih tingginya bebasnya adalah laju Inflasi berdasarkan perhitungan akses Iikuiditas di sector perbankan, tingginya laju inflasi tahunan, dengan pertimbangan tingkat suku inflasi, melemahnya nilai tukar rupiah, dan bunga Sertifikat Bank Indonesia selama stau bulan, meningkatnya suku bunga internasional. kebijakan serta besarnya nilai ekspor dengan tujuan Amerika tersebut dilakukan melalui peningkatan suku bunga Serikat dari nilai Impor dari Amerika Serikat. Bank Indonesia (BI rate) dan 8,25 persen pada bulan Selanjutnya melanjutkan analisis sampai pada Juni menjadi 12, 75 persen pada akhir tahun 2005. pengujian data , maka penulis akan menunjukkan Memasuki tahun 2006 (Januari dan Februari), suku beberapa pengujian data yang mengarah pada bunga SBI I bulan masih cukup tinggi yaitu 12,75 dan pembuktian hipoteisis, termasuk uji normalitas 12,74 persen. Seiring dengan menurunnya inflasi dan datanya dengan parameter Jarque-Bera, seperti menguatnya nilai tukar rupiah pada bulan Februari, terlihat pada grafik berikut ini.suku bunga SBI I bulan secara bertahap menurun dan 12,75 persen pada bulan Februari menjadi 12,50 persen pada bulan Juni 2006. dengan perkembangan tersebut, rata-rata suku bunga SBI 1 bulan selama enam bulan pertama tahun 2006 mencapai 12,39 persen, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama pada tahun 2005 sebesar 7,54 persen.

Nilai Ekspor dan lmpor Non MigasDengan pencapaian nilai ekspor sebesar US$

70,32 milyar berarti ekspor tumbuh sebesar 30.6 persen terhadap nilai ekspor pada periode yang sama tahun 2004, yang besarnya US$ 53,84 milyar. Dalam periode ini ekspor migas meningkat sebesar 22,2 persen dari US$ 12,91 milyar menjadi US$ 15,78

Uji Normalitas Data

Hipotesis,Tahun ke 5, No 1, Januari - April 2013

Page 4: BUKU HIPO 20

98

Pada uji normalitas data tersebut terlihat pada df= besarnya perubahan laju inflasi tahunan yaitu sebesar 5% pada (30-1)(3-1) = X2 = 0,76778, yang berarti data -0,0187 yang berarti bahwa setiap peningkatan inflasi tersebut terdistribusi secara normal, sehingga dapat maka akan menekan 1,87% besarnya nilai tukar dikatakan bahwa penelitian tersebut kayak untuk rupiah terhadap dollar Amerika. Selanjutnya besarnya dilanjutkan. koefisien regresi suku bunga Sertifikat Bank

Hasil perhitungan output analisis dari program Indonesia satu bulan diperoleh 0,0172 berarti setiap EVIEWS koefisien regresi menghasilkan persamaan peningkatan Sertifikat Bank Indonesia, menunjukkan sebagai berikut: Y’ = 0,0866 – 0,0187 X1+ 0,0172 adanya pertumbuhan positif terhadap fluktuasi nilai X2– 0,0146X3. Koefien regresi yang menunjukkan tukar dollar AS terhadap rupiah.

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic

13.40643

Probability 0.000123

Obs*R-squared

15.83036

Probability 0.000365

Test Equation:

Dependent Variable: RESID

Method: Least Squares

Date: 02/06/07 Time: 09:13

Variable Coefficie

nt

Std. Error t-Statistic Prob.

C

0.086609

0.354459 0.244341 0.8090

X1 -

0.018705

0.051788 -0.361176 0.7211

X2

0.017235

0.078011 0.220927 0.8270

X3 -

0.014623

0.060166 -0.243050 0.8100

RESID(-1)

0.689178

0.228656 3.014033 0.0060

RESID(-2)

0.087066

0.257096 0.338650 0.7378

R-squared

0.527679

Mean dependent

var

-4.29E-16

Adjusted R- S.D. dependent 0.018331

Besarnya koefisien regresi nilai Ekspor dan Impor adalah -0,0146, berarti menunjukkan adanya pertumbuhan atau hubungan negatif antara nilai ekspor dan impor dengan nilai tukar dolar AS terhadap rupiah, sehingga apabila terjadi perubahan 1% terhadap selisih nilai ekspor dan impor maka nilai tukar dollar AS terhadap rupiah akan menurunkan tukar dolar AS terhadap rupiah sebesar 1,46%. Besar koefisien determinasi diperoleh R2 = 0,527 menunjukkan bahwa pengaruh faktor-faktor ekonomi terhadap fluktuasi nilai tukar dollar AS terhadap rupiah sebesar 52,7% sedangkan sisanya sebesar 47,3% dipengaruhi oleh faktor lain di luar ekonomi, yang mana peneliti tidak menelitinya, tetapi tidak jauh dari kondisi tekhnikal lingkungan social, politik, dan keamanan, yang terakumulasi dalam nilai tukar tersebut.

Nilai F-hitung diperoleh sebesar 5,362 dengan menggunakan tingkat signifikasi 5%, maka diperoleh F-tabel sebesar 2,89 jadi F-hitung > F-tabel (5,362 > 2,89) dengan probability sebesar 0,00189 sehingga dapat dijelaskan bahwa faktor-faktor ekonomi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap fluktuasi nilai tukar dollar AS terhadap rupiah di Indonesia. Nilai t-hitung yang diperoleh untuk X1 adalah -0,3611 dengan probabilita sebesar 72,11% berarti > dari tingkat signifikansi 5%, selanjutnya t hitung pada X2 sebesar 0,2209 dengan probibalitia sebesar 82,7% yang berarti juga berada jauh diatas tingkat signifikansi sebesar 5%, dan t hitung pada X3 sebesar -0,243 dengan probabilita sebesar 81%, berarti terjadi hal yang sama pada uji parsial ketiga variable tersebut.

Dari hasil analisis seelanjutnya dilakukan pem-bahasan sebagai berikut:

1.Bahwa secara simultan ketiga variable pe-nelitian yaitu laju inflasi, suku bunga SBI 1 bulan, dan nilai ekspor dan impor mempengaruhi secara signi-fikan besarnya peningkatan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika.

2.Kemudian pengujian secara parsial dari ketiga variable tersebut terhadap perubahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika, maka terlihat ketiga variable etersebut tidak menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan.

3.walaupun ketiga variable tersebut tidak menunjukkan adanya yang signifikansi pengaruh terhadap nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika, tetapi jika dibandingkan dari ketiga variable tersebut, maka laju inflasi lebih menunjukkan pengaruhnya terhadap nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika.

4.secara berurutan, 0,2209, dan -0,243, dan dengan menggunakan tingkat signifikasi 5%, maka diperoleh nilai t-tabel sebesar 1,706. Besar t-hitung untuk laju inflasi yaitu -0,3611 sehingga menunjukkan -0,3611 < -1,706 dengan tingkat probability 0,721 > 0,05 maka dapat dijelaskan

Arfiany

Page 5: BUKU HIPO 20

99

bahwa laju inflasi tidak berpengaruh signifikan dolar AS terhadap rupiah.terhadap fluktuasi nilai tukar dollar AS terhadap rupiah. Untuk tingkat suku bunga SBI 1 bulan diperoleh t-hitung sebesar 0,2209 < 1,706 dengan t ingka t p robabi l i ty 0 ,8270 > 0 ,05 juga DAFTAR PUSTAKA

Boediono, 1998, Pengantar Ekonomi Moneter Edisi memperlihatkan bahwa tingkat suku bunga SBI 1 Ketiga, BPFE UGM, Yogyakarta.bulan tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan

Hady, Hamdy, 2005, Manajemen Keuangan terhadap fluktuasi nilai tukar dollar AS terhadap Internasional, Yayasan Administrasi Indonesia, Jakarta.rupiah. Nilai t-hitung untuk nilai ekspor dan impor

Hutabarat, Reselyne, 1996,Transaksi Ekspor-Impor, adalah sebesar -0,2430 <-1,706 dengan tingkat Erlangga, Jakarta.

probabiliti 0.8100 > 0,05 menunjukkan bahwa nilai Khalwaty, Tajul, 2000, Inflasi dan Solusinya, PT

ekspor dan impor tidak memberikan pengaruh secara Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.signifikan terhadap nilai tukar dollar AS terhadap Kuncoro, Mudrajad, 2001, Manajemen Keuangan rupiah di Indonesia. Internasional Edisi Kedua, BPFE, Yogyakarta.

Madura, Jeff, 2000, Manajemen Keuangan Simpulan Internasional Edisi Keempat, Erlangga, Jakarta.

Nopirin, 2000, Ekonomi Moneter Buku I, Edisi Secara simultan ketiga variable penelitian yaitu Keempat, BPFE, Yogyakarta.laju inflasi, suku bunga SBI, dan nilai ekspor dan im-

Pass, Cristhoper dan Lowes Bryan, 1998, Kamus por mempengaruhi secara signifikan besarnya pening-Lengkap Ekonomi Edisi Kedua, Erlangga, Jakarta.katan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika.

Salvatore, 1997, Ekonomi Internasional Edisi Kelima Secara uji parsial dari ketiga variable tersebut tidak me-Jilid Pertama, Erlangga, Jakarta.

nunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap Suharyadi dan Purwanto, 2004, Statistika Untu

perubahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika,. Ekonomi dan Keuangan Modern, PT.Salemba Empat, Laju inflasi lebih dominan pengaruhnya terhadap nilai Jakarta.tukar rupiah terhadap dollar Amerika jika dibanding Yuliati, Handaru dan Prasetyo, 2002, Dasar-Dasar dengan kedua variable suku bunga SBI, dan nilai Manajemen Keuangan Internasional Edisi Kedua, Andi, ekspor dan impor. Hipotesis yang ditarik ternyata Yogyakarta.

http://www.BI.go.id tanggal 11 Februari 2007terbukti bahwa Laju Inflasi merupakan variabel yang http://www.google.co.id tanggal 17 februari 2007paling dominan mempengaruhi fluktuasi nilai tukar

Hipotesis,Tahun ke 5, No 1, Januari - April 2013