buku auditing 2

147
BAB 10 : “PEMERIKSAAN PIUTANG USAHA DAN PIUTANG LAINNYA” SIFAT DAN CONTOH PIUTANG Menurut sumber terjadinya, dalam dua kategori yaitu piutang usaha dan piutang lain-lain. Piutang usaha adalah piutang yang berasal dari penjualan barang dagangan atau Jasa secara kredit. Piutang lain-lain adalah piutang yang timbul dari transaksi diluar kegiatan usaha normal perusahaan. Piutang usaha dagang dan piutang lain-lain yang diharapkan biasa di tagih dalam waktu satu tahun atau kurang diklasifikasikan sebagai piutang lancar. Contoh dari perkiraan - perkiraan yang biasa digolongkan sebagai piutang antara lain: Piutang dagang Wesel tagih Piutang pegawai Piutang bunga Uang muka Refundable deposit (uang jaminan). Piutang lain-lain Allowance for bad debts(penyisihan piutang tak tertagih).

Upload: baghazta-akbar-ar-zandhy

Post on 16-Dec-2015

220 views

Category:

Documents


16 download

TRANSCRIPT

BAB 10 : PEMERIKSAAN PIUTANG USAHA DAN PIUTANG LAINNYASIFAT DAN CONTOH PIUTANG

Menurut sumber terjadinya, dalam dua kategori yaitu piutang usaha dan piutang lain-lain.

Piutang usaha adalah piutang yang berasal dari penjualan barang dagangan atau Jasa secara kredit.

Piutang lain-lain adalah piutang yang timbul dari transaksi diluar kegiatan usaha normal perusahaan. Piutang usaha dagang dan piutang lain-lain yang diharapkan biasa di tagih dalam waktu satu tahun atau kurang diklasifikasikan sebagai piutang lancar.

Contoh dari perkiraan - perkiraan yang biasa digolongkan sebagai piutang antara lain:

Piutang dagang

Wesel tagih

Piutang pegawai

Piutang bunga

Uang muka

Refundable deposit (uang jaminan).

Piutang lain-lain

Allowance for bad debts(penyisihan piutang tak tertagih).

TUJUAN PEMERIKSAAN (AUDIT OBJECTIVES) PIUTANG

1. Untuk mengetahui apakah terdapat pengendalian intern (internal control) yang baik atas piutang dan transaksi penjualan, piutang dan penerimaan kasJika auditor dapat meyakinkan dirinya bahwa internal control atas piutang dan transaksi penjualan, piutang dan penerimaan kas berjalan efektif maka luasnya pemeriksaan dalam melakukan substantive dapat dipersempit.

2. Untuk memeriksa validity (keabsahan) dan authenticity (keotentikan) dari pada piutang. Validity adalah maksudnya piutang itu sah, masih berlaku, dan diakui oleh yang memiliki utang. Sementara authenticity maksudnya adalah apakah piutang itu didukung oleh bukti-bukti yang otentik sales order, delivery order, dan sah dibuktikan dengan tanda tangan pelanggan atau lain sejenisnya.

3. Untuk memeriksa collectability (kemungkinan tertaggihnya) piutang dan cukup tidaknya perkiraan allowance for bad debts (penyisihan piutang tak tertagih). Collectibility maksudnya kemungkinan tertagihnya piutang. Piutang disajikan sebesar jumlah yang diperkirakan dapat ditagih. Jumlah yang diperkirakan tidak bisa ditagih harus dibuatkan penyisihan dalam jumlah yang cukup.

Dr. Kerugian Piutang

Cr. Cad. Kerugian Piutang

Piutang yg sudah pasti tidak bisa ditagih, harus di hapuskan

Dr. Cad. Kerugian Piutang

Cr. Piutang

4. Jika allowance terlalu tinggi, piutang disajikan terlalu kecil [understated], biaya penyisihan piutang terlalu besar [overstated], dan laba rugi terlalu kecil [understated].

5. Jika allowance terlalu kecil, piutang disajikan overstated, biaya penyisihan piutang understated dan laba rugi overstated.

6. Untuk mengetahui apakah ada kewajiban bersyarat (contingent liability) Yang timbul karena pendiskontoan wese ltagih (notes recevable).

7. Untuk memeriksa apakah penyajian piutang di neraca sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia

Menurut SAK :

a) Piutang usaha, wesel tagih dan piutang lain-lain harus disajikan secara terpisah

b) Piutang dinyatakan sebesar jumlah kotor tagihan dikurangi taksiran jumlah yang tidak dapat ditagih

c) Saldo kredit piutang individual, jika jumlahnya material harus disajikan dalam kelompok kewajiban

d) Piutang yang dijaminkan harus diungkapkan

e) Kewajiban bersyarat dalam hubungannya dengan penjualan piutang yang disertai perjanjian untuk dibeli kembali kepada suatu lembaga keuangan harus dijelaskan.Menurut SAK ETAP (IAI 2009 : 124,129) :

Penurunan nilai pinjaman yang diberikan dan piutang yang dibentuk sebesar estimasi kerugian yang tidak dapat ditagih. Penurunan tersebut dapat ditentukan dengan memperhatikan pengalaman, prospek industri, prospek usaha, kondisi keuangan dengan penekanan pada arus kan, kemampuan membayar kreditor, dan anggunan yang dikuasai.

Jika estimasi nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual melebihi jumlah tercatat asek, maka estimasi harus menaikan jumlah tercatat aset tersebut ke nilai wajar dikurangi biaa untuk menjual, kenaikan tersebut adalah pemulihan kerugian penurunan nilai.PROSEDUR AUDIT1. Memahami dan mengevaluasi Internal Control atas piutang dan transaksi penjualan, piutang, dan penerimaan kas.Proses memahami dan mengevaluasi internal contral merupakan bagian yang sangat penting dalam suatu proses pemeriksaan akuntan. Karena hasil dari evaluasi tersebutakan menghasilkan kesimpulan apakah Internal Control berjalan efektif atau tidak. Untuk mempelajari internal control yang terdapat di perusahaan, auditor bisa melakukan Tanya jawab dengan klien dengan menggunakan internal control questionnaires. Kemudian hasilnya digambarkan lebih lanjut dalam bentuk flow chart. Dari penjelasan tersebut, auditor bisa mengevaluasi internal control yang ada secara teoritis dan menarik kesimpulan sementara apakah internal control dalam keadaan baik atau sedang dalam keadaan tidak baik. Garis besar system dan prosedur penjualan dan pencatatan piutanga. Pesanan dari pelanggan dapat melalui penjual/ salesman serta melalui facsimile yang masuk

b. Dari order tersebut, manajet penjualan membuat sales contrak rangkap 2 yaitu untuk pelanggan dan untuk arsip. Seetelah sales kontrak disetujui, lembar ke 2 dikirim ke bagian admin penjualan

c. Berdasarkan sales kontrak tersebut, dibuat surat instruksi pengiriman rangkap 4 yang di distribusikan ke : Lembar 1 untuk Kepala Gudang Lembar 2 untuk Manajer Keuangan Lembar 3 untuk Manajer Akuntansi Lembar 4 untuk Arsip

d. Ke 4 lembar tersebut dimintakan persetujuan dari manajer penjualan

e. Kepala gudang menerima lembar ke 1 SIP yang telah disetujui, kemudian membuat surat jalan rangkap 4 yang didistribusikan ke: Lembar 1 untuk pelanggan Lembar 2 untuk manajer keuangan Lembar 3 untuk manajer akuntansi Lembar 4 untuk arsip

f. Berdasarkan SIP dan Surat Jalan, petugas gudang mengeluarkan barang dan kepala gudang mencatat pada kartu gudang

g. Petugas pengiriman mengirimkan barang beserta ke 4 lembar surat jalan

h. Petugas pengiriman membawa kembali lembar ke 2,3,dan 4 surat jalan yang telah di cap dan ditandatangani pembeli

i. Lembar ke 3 diserahkan ke bagian akuntasi yang nantinya dicocokan dengan faktur dan berdasarkan SJ ke 3 san SIP ke 3 dicatat dalam kartu persediaan, kartu piutang, dan buku penjualan, sedangkan lembar ke 2 bersama dengan faktur dikirim ke pembeli untuk penagihan

j. Berdasarkan lembar ke 3 surat jalan yang kembali, bagian admin keuangan membuat faktur penagihan dalam rangkap 3 yang di distribusikan ke

Lembar 1 untuk pelanggan

Lembar 2 untuk manajer akuntansi

Lembar 3 untuk arsip

Semua formulir yang digunakan dalam prosedur penjualan dan piutang usaha telah diberi nomor urut tercetak, tujuannya adalah untuk pengawasan pemakaian formulir sehingga tiap transaksi dapat dipertanggung jawabkan dan menghindari resiko kesalahan yang material.Setelah itu auditor melakukan compliance test ( pengujian ketaatan) dengan program seperti berikut

a. Lakukan pengamatan terhadap pemisahan fungsi penerimaan order dari pembeli, pengirim barang, pembuatan faktur, pencatatan utang dan penagihan piutang

b. Mengambil sampel surat jalan

Nomor urut apakah sudah tercetak dan sudah benar

Apakah surat tersebut telah di otorisasi pejabat perusahaan sebagai bukti pelanggan telah menerima barang yang telah dikirim

c. Mengambil sampel faktur penjualan

Nomor urut apakah sudah tercetak dan sudah benar

Periksa kelengkapan dokumen, dan bandingkan apakah jumlah dalam faktur

penjualan sesuai dengan dokumen pendukung

Periksa perhitungan matematis dari faktur penjualan dan dokumen pendukung

Periksa harga jual, syarat dan potongan dalam faktur sudah sesuai dengan kebijakan perusahaan

Periksa apakah penjualan kredit yang terjadi telah di otorisasi pejabat perusahaan yang berwenang

Telusuri pencatatan faktur penjualan dalam buku penjualan dan kartu piutang2. Membuat Top Schedule dan Supporting Schedule Piutang Usaha per tanggal neraca.Untuk menghemat waktu pemeriksaan, auditor meminta rincian dari piutang usaha, piutang pegawai, wesel tagih, uang muka, piutang bunga, piutang afiliasi, piutang direksi dan lain-lain. Tugas seorang auditor adalah memeriksa kewajaran laporang keuangan, bukan menyiapkan rincian atau menyusul laporan keuangan.3. Periksa matematik akurasinya, dan cek individual balance ke sub ledger lalu totalnya ke general ledger.Auditor harus mengecek penjumlahan, dan rincian yang diberikan klien dan saldo masing-masing pelanggan harus dicocokan dengan sub ledger piutang usaha, lalu totalnya dicocokan dengan general ledger. Jika tidak cocok, beritahu klien untuk memperbaiki.4. Tes cek umur piutang usaha dari beberapa pelanggan ke sub ledger piutang usaha dan sales invoicepengecekan umur piutang merupakan proses audit yang paling penting, karena akan mempengaruhi penilaian cukup tidaknya piutang usaha tak tertagih. semakin tua umur piutang, semakin besar kemungkinan piutang tersebut tidak tertagih. Kemudian melakukan pengecekan jangka waktu kredit yang diberikan perusahaan yang telah dicantumkan di masing-masing invoice5. Kirimkan konfirmasi piutang usahaa. Kofirmasi piutang usaha adalah surat yang ditandatangani klien, ditujukan ke pelanggannya untuk meminta konfirmasi mengenai saldo utang pelanggan tersebut pertanggal tertentu (biasanya tanggal neraca). Surat konfirmasi terdiri dari dua bagian: Bagian atas merupakan pengantar Bagian bawah yang akan dikembalikan ke KAP. Jika dalam 1 bulan tidak ada konfirmasi positif maka auditor harus mengirim surat konfirmasi yang kedua.b. Dasar pemilihan pelanggan yang dikirimi konfirmasi piutang usaha harus dijelaskan dalam kertas kerja pemeriksaan. Pemilihan pelanggan bisa menggunakan statistical sampling atau random/judgement sampling. Selain itu surat konfirmasi haruslah diberi nomor dan nomor tersebut harus dicantumkan di kertas kerja. Hal ini bertujuan untuk mempermudah pengidentifikasian identitas.c. Ada dua jenis konfirmasi piutang, yaitu konfirmasi positif dan negative. Konfirmasi positif adalah pelanggan diminta menjawab surat tersebut, baik ketika saldonya cocok ataupun tidak cocok. Konfirmasi negative adalah pelanggan diminta menjawab ketika ada saldo yang tidak cocok. Konfirmasi positif dipakai ketika saldo piutang per pelanggan relative besar, jumlah pelanggan sedikit dan pengendalian intern piutang lemah. Jika terjadi sebaliknya maka digunakan konfirmasi negative.d. Jawaban konfirmasi bisa digolongkan dalam beberapa bentuk:

Confirmed Balance (CB), saldo menurut pelanggan cocok dengan konfirmasi. Reporting Difference (RD), saldo menurut pelanggan berbeda dengan konfirmasi. Hal itu dapat di atasi dengan rekonsiliasi. Dikembalikan oleh kantor pos (returned by post office- RPO) Tidak dijawab (no reply- NR)e. Buat ikhtisar (summary) dari jawaban hasil konfirmasi piutangf. Periksa subsequent collection, caranya adalah periksa buku penerimaan kas/bank bulan januari sampai dengan mendekati tanggal penyelesaian pemeriksaan lapangan. Catat nomor bukti penerimaan kas/bank dan jumlahnya untuk pelunasan piutang yang berasal dari penjualan kredit di periode yang di audit. Terakhir, periksa kelengkapan bukti penerimaan kas/bank tersebut beserta otorisasinya.g. Periksa apakah ada pendiskontoan wesel tagih. Caranya adalah tanyakan ke klien. Jika ada periksa buku wesel tagihnya dan bukti pendukung buku wesel tagih tersebut. Yang terakhir adalah konfirmasi bank, apakah ada penjelasan mengenai pendiskontoan wesel tagih.h. Periksa dasar penentuan allowance for bad debt dan cukup tidaknya allowance tersebut. Allowance tersebut harus cukup, karena jika terlalu besar maka laba perusahaan akan terlalu kecil (understated), jika terlalu kecil maka laba akan terlalu besar (overstated). Dalam hal ini auditor harus mempelajari dasar yang digunakan untuk menentukan allowance tersebut sudah masuk akal dan konsisten dari tahun ke tahun. Contoh dasar penentuannya bisa menggunakan presentase penjualan kredit, berdasarkan analisis umur piutang, dan lain sebagainya.i. Test Sales Cut-off. Auditor harus mengecek history dari transaksi penjualan yang telah terjadi di perusahaan tersebut. Auditor harus melihat apakah penjualan produk perusahaan yang diaudit sudah dicatat sesuai periodenya dan memastikan tidak ada pergeseran waktu pencatatan.j. Periksa notulen rapat, surat-surat perjanjian, jawaban konfirmasi bank dan correspondence file untuk mengetahui apakah ada piutang yang dijadikan jaminan kredit. Jika ada maka hal tersebut harus tercantum di catatan atas laporan keuangan.k. Periksa apakah penyajian piutang sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia. Dalam hal ini:

piutang pemegang saham, piutang direksi, dan piutang perusahaan afiliasi harus dilaporkan tersendiri, terpisah dari piutang usaha

Piutang dinyatakan sebesar jumlah tagihan dikurangi penyisihan untuk piutang yang tidak dapat ditagihBAB 11 : PEMERIKSAAN SURAT BERHARGA DAN INVESTASIAktivitas investasi (investing activity) adalah pembelian dan penjualan tanah, bangunan, peralatan, serta aktiva lain yang umumnya tidak ditahan untuk dijual kembali. Disamping itu, aktivitas investasi juga mencakup pembelian dan penjualan instrumen keuangan yang tidak dimaksudkan untuk tujuan perdagangan.Investasi pada umumnya merupakan bagian dari strategi jangka panjang.Investasi dalam surat berharga dapat merupakan penanaman modal dalam surat berharga yang termasuk aktiva lancar maupun bukan aktiva lancar. Investasi dalam surat berharga yang diklasifikasikan sebagai aktiva lancar merupakan investas isementara yang bertujuan untuk memanfaatkan dana yang tidak dipergunakan dalam jangka pendek guna memperoleh laba (capital gain).

Jangka waktu investasi sementara tidak lebih dari satu periode akuntansi. Disamping investasi sementara, investasi dapat dilakukan dalam bentuk penanaman modal surat berharga jangka panjang.

Sifat dan Contoh Surat Berharga

Investasi merupakan penanaman uang diluar perusahaan yang dapat berupa surat berharga atau aktiva lain yang tidak digunakan secara langsung dalam kegiatan produktif perusahaan. Menurut tujuannya, investasi dapat dibagi menjadi dua kelompok:

1. Investasi jangka pendek. Umumnya investaasi ini berupa surat berharga(seperti saham, obligasi atau surat berharga yang lain) yang harga pasarnya relatif stabil. Tujuan pokok pembelian surat berharga ini adalah untuk memanamkan yang sementara waktu tidak terpakai dalam kegiatan bisnis perusahaan. Investasi jangka pendek ini disajikan di neraca dalam kelompok aktiva lancar.

2. Investasi jangka panjang. Tujuan pokok investasi dalam surat berharga ini adalah untuk memperoleh pendapat bunga atau deviden dalam jangka panjang untuk membentuk dana khusus atau untuk mengendalikan perusahaan lain melalui pemilikan saham. Investasi ini disajikan dalam kelompok aktiva tidak lancar dalam kelompok tersendiri, investasi jangka panjang dapat berupa surat berherga (seperti saham, obligasi, piutang hipotik, wesel, piutang) atau berupa persekot kepada perusahaan afiliasi dana khusus (seperti sinking fund, dana pensiun) dan aktiva tetap yang tidak digunakan secara langsung dalam kegiatan perusahaan (seperti tanah untuk ekspansi).

Investasi dalam surat berharga dapat merupakan aktiva lancar (current assests) atau non-current assets tergantung maksud/tujuan dari pembelian surat berharga tersebut.

Kalau surat berharga dibeli dengan tujuan untuk memanfaatkan kelebihan dana yang tersedia, biasanya surat berharga tersebut harus mudah diuangkan dalam waktu singkat dan surat berharga tersebut diklasifikasikan sebagai temporary investment atau marketable securities yang merupakan current assets. Misalnya dalam bentuk deposito berjangka (lebih dari tiga bulan) dan surat-surat saham atau obligasi yang marketable.

Surat berharga yang di golongkan sebagai long term investment biasanya di beli dengan tujuan sebagai berikut :

Untuk menguasai manajemen dari perusahaan yang sahamnya dibeli (lebih besar atau sama denngan 50% dari saham yang beredar)

Untuk memperoleh pendapatan yang continue (misal dalam bentuk bunga dari pembelian obligasi)

Sebagai sumber penampungan dari penjualan hasil produksi atau sumber pembelian bahan baku.

Menurut PSAK No. 1, hal.1.10 (IAI:2002):Surat berharga diklasifikasikan sebagai aktiva lancar apabila surat berharga tersebut diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal neraca dan jika lebih dari dua belas bulan diklasifikasikan sebagai aktiva tidak lancar.Akuntansi Untuk Investasi menurut PSAK No. 13, hal.13.1 s/d 13.2 dan 13.4 s/d 13.6 (IAI:2002):Investasi adalah suatu aktiva yang digunakan perusahaan untuk pertumbuhan kekayaan (accretion of wealth)melalui distribusi hasil investasi (seperti bunga,royalti, devidend,dan uang sewa), untuk apresiasi nilai investasi atau untuk manfaat lain bagi perusahaan yang berinvestasi seperti manfaat yang diperoleh melalui hubungan perdagangan.Investasi Lancar adalah investasi yang dapat segera dicairkan dan dimaksudkan untuk dimiliki selama setahun atau kurang. Investasi Jangka Panjang adalah investasi selain investasi lancar.Nilai wajar (fair value) adalah suatu jumlah yang dapat digunakan sebagai dasar pertukaran aktiva atau penyelesaian kewajiban antara pihak yang paham (knowledgeable)dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar (arms length transaction).Nilai pasar adalah jumlah yang dapat diperoleh dari penjualan suatu investasi dalam pasar yang aktif. Dapat dipasarkan berarti terdapat suatu pasar yang aktif darimana suatu nilai pasar (atau beberapa indikator yang memungkinkan nilai pasar dihitung) tersedia.Untuk investasi yang memiliki pasar yang aktif, nilai pasar digunakan sebagai indikator penetapan nilai wajar. Sedangkan untuk investasi yang tidak memiliki pasar yang aktif, cara lain digunakan untuk menentukan nilai wajar.Investasi lancar termasuk dalam aktiva lancar, kenyataan bahwa investasi yang dapat dipasarkan telah dimiliki lebih dari satu tahun tidak membatasi penyajiannya sebagai aktiva lancar.Biaya perolehan suatu investasi mencakup perolehan lain disamping harga beli, seperti komisi broker, jasa bank, dan pungutan oleh bursa efek. Jika suatu atau sebagian investasi diperoleh dengan penerbitan saham atau surat berharga lain, maka biaya perolehannya adalah nilai wajar dari surat berharga yang diterbitkan dan bukan nilai nominal atau parvalue.SAK ETAP (IAI, 2009: 43,44,46,47,48,49,50,51): mengatur tentang investasi pada efek tertentu sebagai berikut:

Efek adalah surat berharga yaitu surat pengakuan utang, surat berherga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari efek.

a. Efek utang adalah efek yang menunjukkan hubungan utang piutang antara kreditor dengan entitas yang menerbitkan efek.

b. Efek ekuitas adalah efek yang menunjukkan hak kepemilikan atas suatu ekuitas atau hak untuk memperoleh (misalnya: waran, opsi beli) atau hak untuk menjual (misalnya opsi jual) kepemilikan tersebut dengan harga yang telah atau akan ditetepkan.

Pada saat perolehan, entitas harus mengklasifikasikan efek utang dan efek ekuitas ke dalam salah satu dari tiga kelompok berikut ini:

a. Dimiliki hingga jatuh tempo ( held to maturity )

b. Diperdagangkan ( trading )

c. Tersedia untuk dijual ( available fo sale )Entitas Asosiasi

Entitas asosiasi sebagai suatu entitas, termasuk entitas bukan Perseroan Terbatas seperti persekutuan, dimana investor mempunyai pengaruh signifikan dan bukan merupakan entitas anak ataupun bagian dalam joint venture. Pengaruh signifikan adalah kekuasaan untuk berpartisipasi dalam keputusan kebijakan keuangan dan operasional stratejik atas suatu entitas, tetapi tidak mengendalikan atau mengendalikan bersama atas kebijakan tersebut.Pada umumnya entitas asosiasi diungkapkan jika perusahaan memiliki kepemilikan saham sebesar 20% dari jumlah saham yang beredar. Jumlah saham yang beredar sebanyak 20% dianggap mampu mempengaruhi suatu kebijakan entitas asosiasi, kecuali dapat ditunjukkan secara jelas bahwa tidak ada pengaruh signifikan. Namun, terkadang perusahaan juga bisa menunjukan pengaruh yang signifikan meski jumlah kepemilikan sahamnya kurang dari 20% dan harus diungkapkan dalam laporan keuangan.Entitas anak didefinisikan sebagai suatu entitas yang dikendalikan oleh entitas induk. Pengendalian adalah kemampuan untuk mengatur kebijakan keuangan dan operasional dari suatu entitas sehingga mendapatkan manfaat dari aktivitas tersebut. Pengendalian dianggap ada jika entitas induk memiliki baik secara langsung atau tidak langsung melalui entitas anak lebih dari setengah hak suara dari suatu entitas, kecuali dapat ditunjukkan secara jelas bahwa kepemilikan tersebut tidak menunjukkan adanya pengendalian.Pengendalian dapat juga muncul ketika entitas induk memiliki setengah atau kurang hak suara suatu entitas tetapi memiliki:1. mempunyai hak suara lebih dari setengah berdasarkan suatu perjanjian dengan pemegang saham lain2. mempunyai hak untuk mengatur kebijakan keuangan dan operasional berdasarkan anggaran dasar atau perjanjian.3. mempunyai hak untuk menunjuk atau memberhentikan mayoritas anggota dewan direksi atau badan yang setara dan pengendalian entitas dilakukan oleh oleh dewan atau badan tersebut.4. mempunyai hak untuk bertindak sebagai suara mayoritas dalam rapat dewan direksi atau badan yang setara dan pengendalian entitas dilakukan oleh dewan atau badan tersebut.Metode Akuntansi

Entitas Asosiasi

Investasi pada entitas asosiasi harus dicatat dengan menggunakan metode biaya. Investasi diukur pada biaya perolehan dikurang akumulasi kerugian penurunan nilai. Investor harus mengakui dividen dan penerimaan distribusi lainnya sebagai penghasilan terlepas apakah hal tersebut berasal dari akumulasi laba entitas asosiasi yang timbul sebelum atau sesudah tanggal perolehan. Entitas Anak

Investasi pada entitas anak dicatat dengan menggunakan metode ekuitas. SAK ETAP tidak menganjurkan dilakukannya konsolidasi laporan keuangan investor. Investasi pada entitas anak awalnya diakui pada biaya perolehan (termasuk biaya transaksi) dan selanjutnya disesuaikan untuk mencerminkan bagian investor atas laba atau rugi dan pendapatan dan beban dari entitas anak.Pengungkapan

Investor harus mengungkapkan hal-hal berikut:

a. Kebijakan akuntansi yang digunakan untuk investasi pada entitas asosiasi dan entitas anak

b. Jumlah tercatat investasi pada entitas asosiasi dan entitas anak.

c. Nilai wajar investasi pada entitas asosiasi dan entitas anak yang tersedia kuotasi harga yang dipublikasikan

Untuk investasi pada entitas asosiasi, investor harus mengungkapkan jumlah dividend dan penerimaan distribusi lainnya yang diakui sebagai penghasilan.

Untuk investasi pada entitas anak, investor harus mengungkapkan secara terpisah bagiannya atas laba atau rugi dan bagiannya atas operasi yang dihentikan dari entitas anak tersebut.Tujuan Pemeriksaan (Audit Objectives) Surat Berharga

1. Untuk memeriksa apakah terdapatinternal controlyang cukup baik atastemporarydanlong term investment.2. Untuk memeriksa apakah surat berharga yang tercantum dineraca, betul-betul ada, dimiliki oleh dan atas nama perusahaan (client)pertanggal neraca.3. Untuk memeriksa apakah semua pendapatan dan penerimaan yang berasal dari surat berharga tersebut telah dibukukan dan uangnya diterima oleh perusahaan.4. Untuk memeriksa apakah penilaian (valuation)dari surat berharga tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia/SAK.5. Untuk memeriksa apakah penyajian di dalam Laporan Keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia/SAK.Prosedur Pemeriksaan Surat Berharga yang Disarankan

Terdapat beberapa prosedur untuk melakukan pemeriksaan surat berharga, antara lain:

1. Pelajari dan evaluasiinternal controlatastemporary&long term investment. ContohInternal Control Questionnairesuntuk Surat Berharga bisa dilihat di Exhibit 10-1.2. Minta rincian surat berharga yang memperlihatkan saldo awal, penambahan dan pengurangan serta saldo akhirnya.3. Periksa phisik dari surat-surat berharga tersebut dan juga pemilikannya (apakah atas nama peusahaan). Biasanya periksaan phisik dilakukan bersamaan dengan kas opname. Seandainya surat-surat berharga tersebut disimpan oleh pihak ketiga, harus dikirimkan konfirmasi.4. Cocokkan data-data dalam rincian dengan berita acara pemeriksaan phisik surat berharga tersebut.5. Periksamathematical accuracydari rincian surat berharga.6. Cocokkan saldo akhir dai rincian tersebut dengan buku besar.7. LakukanVouchingatas pembelian dan penjualan surat berharga, terutama perhatikan otorisasi dan kelengkapan bukti pendukungnya.8. Periksa perhitungan bunga dandividennya dan perhatikan segi perpajakannya. Periksa apakah bunga/dividen yang diterima telah dibukukan semuanya.9. Periksa harga pasar dari surat berharga pada tanggal neraca. Untuktemporary investment, valuationnya adalah mana yang lebih rendah antara harga beli dan harga pasar. Untuklong term investment, valuationnya adalah berdasarkan harga beli kecuali jika terdapat tendensi menurunnya harga pasar surat berharga tersebut untuk masa yang cukup panjang.10. Adakan diskusi dengan manajemen untuk mengetahui apakah ada perubahan tujuan dari pembelian surat berharga yang akan mempengaruhi klasifikasi dari surat berharga tersebut.11. Periksasubsequent eventsuntuk mengetahui apakah ada transaksi sesudah tanggal neraca yang akan mempengaruhi klasifikasi ataudisclosuredari surat-surat berharga tersebut, misalnya penjualanlong term investmentdalamsubsequent period.12. Periksa apakah penyajiannya sudah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia/SAK.13. Tarik kesimpulan mengenai kewajaran saldotemporary&long term investmentyang diperiksa.BAB 12 : PEMERIKSAAN PERSEDIAANPengertian Persediaan

Menurut SAK (PSAK: No. 14, hal 14.1 s/d 14.2 dan 14.9-IAI, 2002) persediaan adalah asset

Yang tersedia untk dijual dalam kegiatan usaha normal Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan Dalam bentuk bahan baku atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses atau pemberian jasa

Persediaan memiliki sifat

Berupa aset lancer

Jumlahnya besar Punya pengaruh besar terhadap neraca dan perhitungan laba rugi

Beberapa barang yang biasanya digolongkan dalam persediaan

Bahan baku Barang dalam proses Barang jadi Suku cadang Bahan pembantu Barang dalam perjalanan (goods in transit) Barang konsinyasi

Menurut SAK ETAP (IAI, 2009: 56-57)

Entitas harus biaya persediaan dengan menggunakan rumus biaya masuk-pertama keluar-pertama (MPKP) atau rata-rata tertimbang. Rumus biaya yang sama harus digunakan untuk seluruh persediaan dengan sifat dan pemakaian yang serupa. Untuk persediaan dengan sifat atau pemakaian yang berbeda, penggunaan rumus biaya yang berbeda dapat dibenarkan. Metode masuk terakhir keluar pertama (MTKP) tidak diperkenankanoleh SAK ETAP.

Entitas mengukur biaya persediaan untuk jenis persediaan yang normalnya tidak dapat ditukarkan, dan barang atau jasa yang dihasilkan dan dipisahkan untuk proyek tertentu dengan menggunakan identifikasi khusus atas biayanya secara individual. Entitas harus menguji setiap tanggal pelaporan, nilai persediaan tercatat menurun atau tidak, dapat dipulihkan secara penuh atau tidak, semisal ada kerusakan atau penurunan harga jual. Jika suatu jenis dari nilai persediaan menurun maka harus diukur pada nilai jual dikurangi biaya untuk menyelesaikan dan menjual serta mengakui kerugian penurunan nilai.

Tujuan Pemeriksaan (Audit Objectives) Persediaan

1. Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas persediaan.

Bila akuntan public dapat meyakinkan dirinya bahwa internal control terkait perolehan, penyimpanan, dan pengeluaran persediaan berjalan dengan efektif maka pemeriksaan dalam rangka substantive test atas persediaan dapat dipersempit. Contoh internal control yang baik:

a. Adanya pemisahan tugas dan tanggung jawab antara bagian pembelian, penerimaan barang, gudang, akuntansi dan keuangan

b. Penggunaan formulir-formulir yang bernomor urut sudah tercetak seperti: Permintaan pembelian, order pembelian, surat jalan, laporan penerimaan barang, order penjualan, faktur penjualan.

c. Pembelian dalam jumlah besar dilakukan dengan sistem tender.

d. Adanya sistem otorisasi untuk pembelian, penjualan, penerimaan kas, dan pengeluaran kas.

e. Digunakannya penganggaran untuk pembelian, produksi, penjualan, peneriamaan dan pengeluaran kas.

f. Pemesaan dilakukan dengan memperhitungkan economic order quantity dan iron stock.

g. Menggunakan sistem persediaan perpetual terutama di perusahaan yang nilai persediaannya cukup material.

2. Untuk memeriksa apakah persediaan yang tercantum di neraca betul-betul ada dan dimiliki perusahaan pada tanggal neraca.

Auditor harus melakukan pengamatan terhadap persediaan perusahaan per tanggal neraca untuk meyakinkan keberadaan persediaan tersebut. Termasuk barang yang masih dalam perjalanan maupun barang konsinyasi.

3. Untuk memeriksa apakah metode peniliaian persediaan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan.

Di dalam akuntansi dikenal beberapa metode penilaian persediaan seperti FIFO, LIFO, AVERAGE COST. Penggunaan berbagai metode ini akan mempengaruhi besar harga pokok penjualan. Di dunia nyata, inflasi akan selalu terjadi. FIFO akan membuat nilai HPP semakin rendah sehinga laba kotor semakin rendah, LIFO sebaliknya akan menghasilkan nilai HPP yang tinggi sehingga membuat laba kotor semakin rendah, sedangkan AVERAGE memiliki nilai diantara FIFO dan LIFO. Di Indonesia penggunaan metode LIFO sudah dilarang oleh undang-undang. Semakin kecil laba yang dihasilkan perusahaan akan membuat pajak yang dikenakan semakin kecil pula.

4. Untuk memeriksa apakah sistem pencatatan persediaan sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia.

Pencatatan persediaan menggunakan dua sistem yaitu perpetual dan periodical. Sistem perpetual akan mendebit persediaan saat terjadi pembelian dan sebaliknya pada saat penjualan persediaan akan dikredit. Sistem periodik pada waktu pembelian maupun penjualan tidak menjurnal persediaan. Oleh karena itu harus dilakukan stok opname untuk menghitung jumlah saldo persediaan pada akhir periode. Metode perpetual lebih banyak digunakan pada perusahaan yang memiliki nilai persediaan yang per unitnya besar. Sedangkan metode periodik banyak digunakan oleh perusahaan yang memiliki nilai satuan persediaan yang kecil.

5. Untuk mengetahui apakah terhadap barang-barang yang rusak, begerak lambat, dan ketinggalan mode sudah dibuatkan allowance yang cukup.

Barang yang sudah melewati masanya sudah tidak mungkin lagi dijual dengan harga yang normal. Supaya dapat terjual maka harga harus diturunkan bahkan dapat lebih rendah dari harga perolehannya. Karena itu harus disiapkan pos dalam jumlah yang cukup untuk menanggung kerugian akibat menjual barang di bawah harga perolehan. Tidak boleh terlalu besar karena akan mengurangi laba terlalu banyak ataupun terlalu kecil sehingga membuat laba terlalu banyak.

6. Untuk mengetahui apakah ada persediaan yang dijadikan jaminan kredit.

Persediaan dapat digunakan sebagai barang jaminan saat melakukan pinjaman kepada bank. Jika ternyata persediaan dijadikan jaminan maka persediaan harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan .

7. Untuk mengetahui apakah persediaan diasuransikan dengan nilai pertanggungan yang cukup.

Persediaan harus diasuransikan untuk meminimalisir risiko kerugian yang terjadi akibat kejadian tak terduga seperti kebakaran, banjir, dan bencana lain. Nilai pertanggungan asuransi ini harus proporsional, tidak terlalu besar ataupun terlalu kecil. Patut dicurigai saat dalam keadaan yang sulit perusahaan justru membayar pertanggungan asuransi yang besar, pemilik dapat melakukan sabotase demi mengejar uang yang dibayar perusahaan asuransi.

8. Untuk mengetahui apakah ada perjanjian pembelian/penjualan persediaan yang mempunyai pengaruh besar terhadap laporan keuangan.

Mengharuskan pengungkapan perjanjian transaksi yang terdapat persetujuan di depan dan pengaruhnya. Bila di masa depan ternyata harga jual naik maka perusahaan akan menaggung rugi karena menjual barang dibawah harga pasaran sesuai dengan nilai kontrak.

9. Untuk memeriksa apakah penyajian persedian dalam laporan keuangan sudah sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia.

Dalam laporan keuangan harus diketahui sistem pencatatan persediaan yang berlaku di perusahaan apa, perpetual atau physical. Metode penilaian persediaan menggunakan harga perolehan, FIFO, LIFO atau AVERAGE. Apakah sudah diterapakan lower of cost pada persediaan tersebut.

SAK ETAP (IAI, 2009: 124)

Entitas harus menilai pada setiap tanggal pelaporan apakah persediaan turun nilainya. Entitas harus membuat penilaian dengan membandingkan jumlah tercatat setiap jenis persediaan (atau kelompok persediaan yang sama) dengan harga jual dikurangi buaya untuk menyelesaikan dan menjual. Jika suatu jenis persediaan (atau kelompok jenis persediaan) turun nilainya, maka entitas harus mengakui kerugian dalam laporan laba rugi atas perbedaan antara jumlah tercatat dan harga jual dikurangi biaya utnuk menyelesaikan dan menjual.

Jika tidak praktis untuk menentukan harga jual dikurangi biaya untuk menyelesaikan dan menjual setiap jenis persediaan, maka entitas diperkenankan mengelompokkan jenis persediaan dalam lini produk yang sama tujuan dan pemakaiannya serta diproduksi dan dipasarkan dalam area geografis yang sama untuk menguji penurunan nilai.

Prosedur Pemeriksaan (Yang Disarankan) atas Persediaan

Prosedur pemeriksaan persediaan ini tediri dari compliance test, Analytical review, dan substantive test. Akan tetapi dalam praktiknya prosedur ini dapat disesuakan dengan kondisi dari perusahaan tersebut. Sedangkan ruang lingkup dari pemeriksaan persediaan disini mencangkup pembelian, pemakaian, dan penjualan persediaan hal ini dikarenakan hal hal tersebut berkaitan dengan siklus pembelian, utang, dan pengeluaran kas serta penjualan, piutang, dan penerimaan kas.

Prosedur untuk Compliance Test1. Pelajari dan evaluasi internal control atas persediaan

a. Dalam hal ini auditor bisa menggunakan internal control quetionnaries, yang bisa dilihat di contoh 12-1

b. Lakukan tes transaksi (complience test) atas pembelian dengan menggunakan purchase order sebagai sempel. Untuk tes transaksi atas poemakaian persediaan (bahan baku) bisa digunakan material requisition sebagai sampel. Untuk tes transaksi atas penjualan bisa menggunakan faktur penjualan sebagai sampel.

2. Tarik kesimpulan mengenai internal control atas persediaan.

Jika dengan tes transaksi tidak ditemukan kesalahan, maka auditor dapat mengambil kesimpulan bahwa internal control atas persediaan berjalan dengan baik dan auditor bisa mempersempit substantive test atas persediaan.Prosedur Pemeriksaan Substantive Test atas persediaan1. Lakukan observasi atas stock opname yang dilakukan perusahaan

2. Minta Final Inventory List dan lakukan prosedur pemeriksaan berikut :

a. Check mathematical accuracy

b. Cocokkan quantity oer book dengan stock card

c. Cocokan quantity per count dengan count sheet kita (auditor)

d. Cocokkan total value dengan buku besar persediaan

3. Kirimkan konfirmasi untuk persediaan consignment out

4. Periksa unit price dari bahan baku, barang dalam proses, barang jadi, dan bahan pembantu

5. Lakukan rekonsiliasi jika stock opname dilakukan beberapa waktu sebelum atau sesudah tanggal neraca.

6. Periksa cukup tidaknya allowance for slow moving (barang-barang yang bergerak lambat), barang-barang yang rusak dan barang-barang yang ketinggalan mode.

7. Periksa kejadian sesudah tanggal neraca (subsequent event).

8. Periksa cut-off penjualan dan cut-off pembehan.

9. Periksa jawaban konfirmasi dari bank,loan agreement (perjanjian kredit), notulen rapat,

10. Periksa apakah ada sales ataupurchase commitment per tanggal neraca.

11. Seandainya ada barang dalam perjalanan (goods in transit), lakukan prosedur berikut ini:a. minta rincian goods in transit per tanggal neraca.b. periksa mathematical accuracy,c. periksa subsequent clearance.

12. Buat kesimpulan dari hasil pemeriksaan persediaan dan buat usulan adjustment jika diperlukan.

13. Periksa apakah penyajian persediaan di laporan keuangan sudah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia/SAK.

Penjelasan

1. Lakukan observasi atas stock opname yang dilakukan perusahaan

Stock opname dilakukan terutama untuk persediaan yang berada di gudang perusahaan, Untuk barang consignment out dan barang-barang yang tersimpan di public warehouse jika jumlahnya material harus dilakukan stock opname, jika tidak material, cukup dikirim konfirmasi. Stock opname bisa dilakukan pada akhir tahun atau beberapa waktu sebelum/ sesudah akhir tahun.

Untuk perusahaan yang internal controhya lemah, stock opname sebaiknya dilakukan pada tanggal neraca. Untuk perusahaan yang internal controlnya baik, stock opname bisa dilakukan beberapa waktu sebelum atau sesudah tanggal neraca. Namun demikian, sebaiknya tidak terlalu jauh dari tanggal neraca, untuk memudahkan auditor pada waktu melakukan trace backward/trace forward (rekonsiliasi saldo persediaan pertanggal stock opname dengan pertanggal neraca).2. Minta daftar Final Inventory ListHal ini bertujuan untuk memastikan agar tidak ada kesalahan tulis dalam memberikan satuan pada satu objek, sehingga menyebabkan jumlah rupiah (valuen) menjadi salah.

3. Kirimkan konfirmasi untuk persediaan consignment outConsignment out dalam hal ini berarti barang yang kita titipkan di penjual lain, untuk menghitung barang konyinyasi ini auditor akan lebih mudah jika mengecek bukti konfirmasi pengiriman barang kepada seluruh penjual yang dititipi barang. Selain itu harus dicek juga perusahaan menggunakan metode apa dalam penghitungan inventory nya sehingga dakhir periode dapat

4. Periksa unit price dari bahan baku, barang dalam proses, barang jadi, dan bahan pembantu5. Lakukan rekonsiliasi jika stock opname dilakukan beberapa waktu sebelum atau sesudah tanggal neraca.Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa hasil stock opname yang sudah dilakukan sudah benar dan dapat dipertanggung jawabkan6. Periksa cukup tidaknya allowance for slow moving (barang-barang yang bergerak lambat), barang-barang yang rusak dan barang-barang yang ketinggalan mode.Ini berkaitan dengan tinggi rendahnya proyeksi laba yang akan direncanakan oleh perusahaan oleh karena itu auditor harus melakukan pengecekan apakah sistem allowance yang digunakan konsisten dengan periode sebelumnya7. Periksa kejadian sesudah tanggal neraca (subsequent event).Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah ada transaksi yang bertujuan untuk menaikkan nilai penjualan sehingga harus dilakukan jurnal pembalik.8. Periksa cut-off penjualan dan cut-off pembehan.Tujuannya adalah untuk meyakinkan jangan sampai terjadi pergeseran waktu dalam penjualan dan pembelian. Dalam hal ini seperti transaksi tahun 2010 tapi tercatat di 2011, hal ini harus dihindari agar tidak terjadi miss kalkulasi di akhir pembukuan.

9. Periksa jawaban konfirmasi dari bank, loan agreement (perjanjian kredit), notulen rapat,Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah ada persediaan yang dijadikan sebagai barang jaminan atas kredit yang diperoleh perusahaan dari pihak ketiga. Jika ada persediaan yang dijaminkan harus dijelaskan di catatan laporan keuangan.

10. Periksa apakah ada sates ataupurchase commitment per tanggal neraca.Jika ada purchase atau sales commitment yang menimbulkan kerugian material bagi perusahaan dalam periode berikutnya, hal itu harus dijelaskan dalam catatan atas laporan keuangan.11. Seandainya ada barang dalam perjalanan (goods in transit), lakukan prosedur berikut ini:

a. minta rincian goods in transit per tanggal neraca.

b. periksa mathematical accuracy,

c. periksa subsequent clearance.

12. Buat kesimpulan dari hasil pemeriksaan persediaan dan buat usulan adjustment jika diperlukan.Auditor harus menyimpulkan apakah berdasarkan prosedur pemeriksaan yang telah dilakukan wajar atau tidak. 13. Periksa apakah penyajian persediaan di laporan keuangan sudah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia/SAK.BAB 13 : PEMERIKSAAN BIAYA DIBAYAR DIMUKA DAN PAJAK DIBAYAR DIMUKA

13.1. Sifat dan contohBiaya Dibayar di Muka dan Pajak Dibayar di MukaKeduanya mempunyai manfaat kurang atau sama dengan satu tahun, sehingga dikelompokkan sebagai harta lancar (current assets).

Menurut Standar Akuntansi Keuangan :

a. Biaya dibayar muka dimaksudkan sebagai biaya yang telah terjadi, yang akan digunakan untuk aktivitas perusahaan yang akan datang.

b. Bagian dari biaya dibayar di muka yang akan memberikan manfaat untuk beberapa periode kegiatan diklasifikasikan sebagai aktiva tidak lancar.

Contoh dari perkiraan-perkiraan yang biasa digolongkan sebagai biaya dibayar di muka adalah :

Premi asuransi (prepaid insurance)

Sewa dibayar di muka untuk masa satu tahun yang akan datang (prepaid rent)

Biaya lain-lain dibayar di muka (prepaid others), misalnya: biaya iklan di radio, televisi yang berdasarkan kontrak, barang-barang untuk promosi (hadiah berupa gantungan kunci, payung)Pajak dibayar di muka adalah pajak yang dibayar oleh perusahaan setiap bulan atau dipotong/dipungut oleh pihak ketiga dan akan diperhitungkan sebagai kredit pajak di akhir tahun (untuk pajak penghasilan) atau di akhir bulan (untuk PPN)13

Contoh dari pajak dibayar di Muka adalah:

PPh 22 (dariimportbarang).

PPh 23 (dari bunga, dividen,royalty, mamagement fee).

PPh 25 (setoran masa pajak penghasilan).

PPN Masukan (Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut oleh pengguna kena pajak pada waktu perusahaan membeli barang atau jasa kena pajak).13.2Tujuan pemeriksaanBiaya Dibayar di Muka dan Pajak Dibayar di Muka1. Untuk memeriksa apakah terdapatinternal controlyang cukup baik atas biaya dan pajak dibayar di muka.

2. Untuk memeriksa apakah biaya yang mempunyai kegunaan untuk tahun berikutnya sudah dicatat sebagai biaya dibayar di muka.

3. Untuk memeriksa apakah biaya dibayar di muka yang mempunyai kegunaan untuk tahun berjalan telah dibebankan/dicatat sebagai biaya tahun berjalan.

4. Untuk memeriksa apakah pajak dibayar di muka didukung oleh bukti setoran/pemungutan pajak yang sah dan lengkap sehingga bisa diperhitungkan sebagai kredit pajak pada akhir periode.

5. Untuk memeriksa apakah penyajian biaya dan pajak dibayar di muka dalam laporan keuangan sudah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia (paybudi)/ PSAK.Penjelasan atas tujuan pemeriksaan :1. Untuk memeriksa apakah terdapatinternal controlyang cukup baik atas biaya dan pajak dibayar di muka.Jika akuntan publik dapat meyakinkan dirinya bahwa internal control atasbiaya dan pajak dibayar di mukaberjalan efektif maka luasnya pemeriksaan dalam melakukan substantive test dapat dipersempit.

Beberapa ciri internal control yang baik atas biaya dan pajak dibayar di muka adalah :

a. Setiap pengeluaran untuk biaya dan pajak dibayar di muka diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang.b. Setiap pengeluaran untuk biaya dan pajak dibayar di muka didukung oleh bukti-bukti yang sah dan lengkap. Misalnya : polis asuransi,perjanjian sewa menyewa (lease agreement), kontrak untuk advertensi Surat Setoran Pajak (SSP), faktur pajak masukan, bukti pemotongan PPh 22, 23, dll.

2. Untuk memeriksa apakah biaya yang mempunyai kegunaan untuk tahun berikutnya sudah dicatat sebagai biaya dibayar di muka.Maksudnya adalah auditor harus memeriksa apakah bagian yang belumexpired(mempunyai kegunaan untuk periode yang akan datang) tidak dibebankan sebagai biaya, tetapi dicatat sebagai biaya dibayar di muka.

3. Untuk memeriksa apakah biaya dibayar di muka yang mempunyai kegunaan untuk tahun berjalan telah dibebankan/dicatat sebagai biaya tahun berjalan.Maksudnya adalah auditor harus memeriksa apakah bagian yangexpired(masa manfaatnya sudah berlalu) sudah dibebankan sebagai biaya tahun berjalan.

4. Untuk memeriksa apakah pajak dibayar di muka didukung oleh bukti setoran/pemungutan pajak yang sah dan lengkap sehingga bisa diperhitungkan sebagai kredit pajak pada akhir periode.Untuk bisa diperhitungkan sebagai kredit pajak, perusahaan harus mempunyai bukti pendukung sebagai berikut :

PPh 22: bukti pemungutan dari bank devisa dan PIUD (Pemberitahuan Import Untuk Dipakai)

PPh 23: bukti pemotongan dari perusahaan yang membayar dividen, sewa, royalty atau bank yang membayar bungan deposito/jasa giro.PPh 25: SSPPPN Masukan : faktur pajak dari pengusaha kena pajak.

5. Untuk memeriksa apakah penyajian biaya dan pajak dibayar di muka dalam laporan keuangan sudah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia (paybudi)/ PSAK.

Biasanya biaya dibayar di muka yang mempunyai masa manfaat kurang dari atau sama dengan satu tahun disajikan sebagai harta lancar, sedangkan yang masa manfaatnya lebih dari sat tahun disajikan sebagai aktiva tak lancar.

Sedangkan pajak dibayar di muka bisa disajikan sebagai harta lancar atau di offset dengan utang pajak yang sejenis (pajak penghasilan badan atau pajak pertambahan nilai).

13.3Prosedur PemeriksaanBiaya dan Pajak Dibayar di Muka yang disarankan

Prosedur pemeriksaan dibagi atas prosedur compliance testdanprosedur subtantive test. Pembahasan prosedur pemeriksaan untuk substantive test akan dibagi dalam beberapa bagian, yaitu sewa dibayar di muka, premi asuransi dibayar di muka, biaya advertensi dibayar di muka dan pajak dibayar di muka.

Dalam praktiknya, prosedur pemeriksaan yang dibahas di sini harus disesuaikan dengan kondisi perusahaan yang diaudit.Prosedur Pemeriksaan Untuk Compliance Test :1. Pelajari dan evaluasi internal control atas pajak yang dibayar di muka:

a. Dalam hal iniinternal control questionnairesyang dipergunakan tercakup dalaminternal control questionnairesatas pengeluaran kas dan bank :

Apakah setiap pembayaran yang menyangkut pajak dibayar di muka didukung oleh bukti-bukti sah dan lengkap. Apakah pembayaran tersebut diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang. Apakah bukti setoran pajak, faktur pajak masukan, bukti pemotongan pajak oleh pihak ketiga di file dengan baik dan rapi. Apakahlease agreement,insurance policydi file dengan baik dan rapi.

b. Lakukan test transaksi ( compliance test ) atas biaya dan pajak dibayar di muka. Yang digunakan sebagai sample biasanya adalah bukti pengeluaran kas dan bank dansamplecukup dipilih secara random.

2. Tarik kesimpulan mengenai internal control atas biaya dan pajak dibayar di muka.

Jika dari test transaksi auditor tidak menemukan sesuatu kesalahan, maka auditor bisa menyimpulkan bahwa internal control atas pajak dibayar di muka berjalan efektif. Karena itu subtantive test atas perkiraan pajak dibayar di muka bisa di persempit.Prosedur Pemeriksaan Subtantive Sewa Dibayar di Muka ( Prepaid Rent )1. Minta rincian (schedule)prepaid rentper tanggal neraca.2. Check ketelitian perhitungan mathematic (mathematical accuracy).3. Cocokkan saldoprepaid rentper tanggal neraca dengan saldo buku besar (general ledger)prepaid rent.4. Cocokkan saldo awalprepaid rentdengan kertas kerja pemeriksaan tahun lalu.5. Lakukkanvouchinguntuk pembayaranprepaid rentdi tahun berjalan dan pemeriksaanlease agreement( jika sudah dilakukan dicompaliance test,referke kertas kerjacompliance test).6. Tie-upltie-in(cocokkan) total yang dibebankan sebagai biaya sewa ke buku besar biaya sewa.7. Dalam hal ada biaya sewa yang langsung dibebankan ke perkiraan biaya sewa ( tanpa melaluiprepaid rent), jumlah biaya sewa di buku besar akan terlihat lebih besar.8. Buat usulan auditadjustmentjika diperlukan.

Prosedur Pemeriksaan Substantive Premi Asuransi Dibayar di Muka (Prepaid Insurance)1. Minta rincianprepaid insuranceper tanggal neraca.2. Check mathematical accuracy.3. Cocokkan saldoprepaid insuranceper tanggal neraca dengan saldo buku besar (general ledger)prepaid insurance.4. Cocokkan saldo awalprepaid insurancedengan kertas kerja pemeriksaan tahun lalu.5. Lakukkanvouchinguntuk pembayaran premi asuransidi tahun berjalan, perhatikan apakah adadiscountuntuk pembayaran tersebut.6. Periksa polis asuransi dan cocokkan data dalam polis asuransi dengan rincianprepaid insurance.7. Tie-uptotal yang dibebankan sebagai biaya asuransike buku besar biaya asuransi.8. Periksa apakah nilai pertanggungan (insurance coverage) cukup atau tidak dalam arti tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil.9. Perhatikan apakah di dalam polis asuransi terdapat BANKERS CLAUSE, maksudnya apakah dalam polis asuransi tersebut ada salah satu pasal yang menyebutkan bahwa kalau terjadi klaim, karena yang diasuransikan terbakar atau hilang, maka ganti rugi harus dibayarkan kepada bank.10. Buat usulan auditadjustmentjika diperlukan.

Prosedur PemeriksaanSubstantive Prepaid Advertising:1. Minta rincianprepaid Advertisingper tanggal neraca.2. Check footingdan cocokkan saldo akhirprepaid advertisingke buku besar dan saldo awal ke kertas kerja pemeriksaan tahun lalu.3. Periksa bukti pembayaran dan surat perjanjian ( untuk iklan di tv/radio/bill board) dan bukti pembelian ( untuk barang-barang souvenir ).4. Periksa kebenaran pembebanan ke biaya; untuk barang-barang souvenir harus dilakukanstock opname( perhitungan fisik ) pada akhir tahun.

Prosedur PemeriksaanSubtantive Prepaid Taxes:1. Minta rincian prepaid taxes pertanggal neraca (rincian bisa per jenis pajak atau di campur).2. Checkfootingdan cocokan saldonya dengan buku besar.3. Untuk pajak penghasilan, bandingkan angkaprepaid taxesdi rincian dengan SPT PPH Badan.4. Untuk Pajak Pertambahan nilai (PPN Masukan), bandingkan angkaprepaid taxesdi rincian dengan SPT Masa (SPM)

Di dalam top schedule biasanya si auditor harus mencantumkan kesimpulan dari hasil pemeriksaan atas perkiraan tersebut, apakah menurut pendapat auditor, perkiraan tersebut disajikan secara wajar atau tidak.

BAB 14 : PEMERIKSAAN ASET TETAP I. Sifat dan Contoh Aset Tetap (Plan, Property dan Equipment)

A. Definisi

Menurut PSAK.14 IAI 2002. Aset tetap adalah asset berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam kegiatan normal perusahaan dan memiliki masa manfaat lebih dari satu tahun. Dalam pengertiannya asset sendiri adalah sumber daya yang dimilik perusahaan untuk memperoleh manfaat dari penggunaan sumber daya tersebut.

Aktiva tetap dalam perusahaan sangat penting, karena berpengaruh laporan keuangan yang disajikan pada suatu perusaahan tertentu. Seperti akumulasi penyusutan berpengaruh terhadap nilai buku yang disajikan dalam neraca dan beban penyusutan terhadap laporan penyusunan laporan rugi laba.

Pemeriksaan aktiva tetap bermula dari pertanyaan bagaimana informasi mengenai

nilai aktiva pada laporan keuangan maka dapat dibedakan menjadi dua di antaranya :

Pemeriksaan umum dan Pemeriksaan Khusus, Pemeriksaan Umum tujuannya untuk memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan, sedangkan pemeriksaan khusus dilakukan auditor hanya terbatas pada pos masalah tertentu yang diperiksa.B. Suatu benda berwujud diakui sebagai asset dan dikelompokkan sebagai asset bila:

1. Besar kemungkinan bahwa ada manfaat ekonomi di masa yang akan datang yang berkaitan dengan asset tersebut akan mengalir ke perusahaan.

2. Biaya perolehan asset dapat diukur secara andal.

C. Sifat atau Ciri Aset tetap:

1. Tujuan dari pembelian bukan untuk dijual tetapi digunakan sebagai kegiatan operasional perusahaan.

2. Memiliki masa manfaat lebih dari 1 tahun. Sehingga harus didepresiasikan.

3. 3. Jumlahnya cukup material. Sehingga perusahaan membuat kebijakan kapitalisasi, ada 2 kapitalisasi yaitu capital expenditure dan revenue expenditure.

D. Jenis Fixed Asset:

1. Fixed Tangible Asset , merupakan asset yang berwujud yangtermasuk jenis ini adalah:

a. Tanah (Land) yang diatasnya dibangun gedung kantor, pabrik atau rumah. Tanah ini biasanya tidak dususutkan (menurut SAK maupun peraturan pajak).

Tanah bisa dimiliki dalan bentuk hak milik, hak guna bangunan (biasanya jika kita membeli rumah dari real estate) yang mempunyai jangka waktu 20-30 tahun, hak guna usaha dan hak pakai.

Perlu diperhatikan bahawa perusahaan asing dan mancanegara asing tidak diperbolehkan membeli tanah dengan hak milik.

b. Gedung (Building) termasuk pagar, lapangan parker, taman, c. Natural Resources(Sumber Alam), seperti pertambangan minyak, batu bara, emas, marmerdan hak pengusahaan hutan (HPH). Natural Resources ini harus dideplasi, bukan disusutkan, pada saat sumber alam tersebut mulai menghasilkan.

d. Peralatan, peralatan merupakan alat yang dibeli perushaan yang digunakan untuk mengolah atau melakukan operasional.e. Kendaraan.f. Dan Lainnya yang mana mendukung aktivitas perusahaan dalam operasionalnya.2. Intngible Asset, merupakan asset yang tidak berwujud misalnya hak paten, goodwill, franchise dan biaya lain yang tidak berbentuk tetapi merupakan asset. Berebda dengan Fixed Asset berujud pada intangible ini bukan di depresiasi untukmenghitung penyusutan setiap tahun melainkan menggunakan Amortisasi.

II. AUDIT OBJECTIVE (TUJUAN PEMERIKSAAN) AKTIVA TETAPDalam satu general audit (pemeriksa umum), pemeriksaan atas aktiva tetap mempunyai beberapa tujuan sebagai berikut :

a. Memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas aktiva tetap.

b. Untuk memeriksa apakah aktiva tetap yang tercantum di neraca betul-betul ada, masih digunakan dan dimiliki oleh perusahaan.

c. Untuk memeriksa apakah penambahan aktiva tetap dalam tahun berjalan (periode yang diperiksa) betul-betul merupakan suatuCapital Expenditure, diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang didukung oleh bukti-bukti yang lengkap dan dicatat dengan benar.

d. Untuk memeriksa apakah disposal (penarikan) aktiva tetap sudah dicatat dengan benar di buku perusahaan dan telah diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang.

e. Untuk memeriksa apakah pembebanan penyusutan dalam tahun (periode) yang diperiksa dilakukan dengan cara yang sesuai dengan SAK, konsisten, dan apakah perhitungannya telah dilakukan dengan benar (secara akurat).

f. Untuk memeriksa apakah ada aktiva tetap yang dijadikan sebagai jaminan.

g. untuk memeriksa apakah ada aktiva tetap yang disewakan, jika ada apakah pendapatan sewa sudah diterima perusahaan.

h. untuk memeriksa apakah ada aktiva tetap yang mengalami penurunan nilai (imperment).

i. untuk memeriksa apakah penyajian aktiva tetap dalam laporan keuangan, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum diIndonesia/SAK.

PROSEDUR PEMERIKSAAN AKTIVA TETAPProsedur audit atas aktiva tetap adalah sebagai berikut :

a. Pelajari dan evaluasiinternal controlatas aktiva tetap.

b. Minta kepada klienTop Supporting Scheduleaktiva tetap, yang berisikan : Saldo awal, penambahan serta pengurangan-pengurangannya dan saldo akhir, baik untuk harga perolehan maupun akumulasi penyusutannya.

c. Periksafootingdancsossfootingnyadan cockkan totalnya denganGeneral LedgeratauSub-Ledger, saldo awal denganworking papertahun lalu.

d. Vounchpenambahan serta pengurangan darifixed Assetstersebut. Untuk penambahan kita lihatapprovalnya dan kelengkapan supporting documentnya.

e. Periksa phisik dariFixed Assetstersebut (dengan cara test basis) dan periksa kondisi dan nomor kode dariFixed Assets.f. Periksa bukti pemilikan aktiva tetap.

g. Untuk tanah, gedung, periksa sertifikat tanah dan IMB (Izin Mendirikan Bangunan) serta SIPB (Surat Izin Penempatan Bangunan). Untuk mobil, motor, periksa BPKP, STNKnya.

h. Pelajari dan periksa apakahCapitalization PolicydanDepreciation Policyyang dijalankan konsisten dari tahun sebelumnya.

i. Buat analisis tentang perkiraanRepair&Maintenance, sehingga kita dapat mengetahui apakah ada pengeluaran yang seharusnya masuk dalam kelompokCapital Expenditurestetapi dicatat sebagaiRevenue Expenditures.

j. Periksa apakahFixed Assetstersebut sudah diasuransikan dan apakahInsurance Coveragenya cukup atau tidak.

k. Test perhitungan penyusutan, cross reference angka penyusutan dengan biaya penyusutan diperkiraan laba rugi dan periksa alokasi/distribusi biaya penyusutan.

l. Periksa notulen rapat, perjanjian kredit, jawaban konfirmasi dari bank untuk memeriksa apakah adaFixed Assetsdijadikan sebagai jaminan atau tidak.

m. Periksa apakah adaCommitmentyang dibuat oleh perusahaan untuk membeli atau menjualFixed Assets.n. UntukConstructionin Progress, kita periksa penambahannya dan apakah adaConstruction in progressyang harus di transfer keFixed Assets.

o. Jika ada aktiva tetap yang diperoleh melaluileasing, periksaleaseagreementdan periksa apakahaccounting treatmentnya sudah sesuai dengan standar akuntansileasing.

p. Periksa atau tanyakan apakah ada aktiva tetap yang dijadikan agunan kredit di bank.

q. Periksa apakah ada aktiva tetap yang disewakan kepada pihak ketiga, jika ada, periksa apakah pendapatan sewa sudah dibukukan dan diterima perusahaan.

r. Tanyakan/periksa apakah ada aktiva tetap yang mengalami penurunan harga (impairment).

s. Periksa penyajian dalam laporan keuangan, apakah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum diIndonesia/SAK.III. Penjelasan Prosedur Audit1.3 Prosedur Pemeriksaan Aset Tetap

Di banyak perusahaan, terutama perusahaan industri, aset tetap merupakan jumlah yang sangat besar dari total aset perusahaan. Namun, demikian waktu yang digunakan oleh akuntan publik untuk memeriksa aset tetap biasanya lebih sedikit dibandingkan waktu yang digunakan untuk memeriksa perkiraan lainnya seperti piutang, persediaan, dan lain lain.

Beberapa penyebabnya antara lain :

a. Harga perolehan per unit dari aset tetap biasanya relatif besar dan jumlah transaksinya dalam setaun biasanya lebih sedikit.

b. Mutasi aset tetap (penambahan dan pengurangan) biasanya jauh lebih sedikit di bandingkan mutasi piutang dan persediaan.

c. Dalam memeriksa aset tetap, prosedur cut-off bukan merupakan hal yang penting seperti pemeriksaan atas cut-off transactions dalam pemeriksaan pembelian dan penjualan persediaan

Prosedur audit yang akan disebutkan berikut ini berlaku untuk repeat engagements (penugasan berulang) sehingga di titik beratkan pada pemeriksaan transaksi tahun berjalan (periode yang diperiksa).

Untuk first audit (audit pertama kali) bisa dibedakan sebagai berikut :

Jika tahun sebelumnya perusahaan sudah diaudit oleh kantor akuntan lain, saldo awal aset tetap bisa dicocokkan dengan laporan akuntan terdahulu dan kertas kerja pemeriksaan akuntan tersebut.

Jika tahun tahun sebelumnya perusahaan belum pernah diaudit, akuntan publik harus memeriksa mutasi penambahan dan pengurangan aset tetap sejak awal berdirinya perusahaan tersebut, untuk mengetahui apakah pencatatan yang dilakukan perusahaan untuk penambahan dan pengurangan aset tetap, serta metode dan perhitungan penyusutan aset tetap dilakukan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku di Indonesia (SAK/ETAP/IFRS). Tetntu saja pemeriksaaan mutasi tahun tahun sebelumnya dilakukan secara test basis dengan mengutamakan jumlah yang material.

Prosedur audit atas aset tetap adalah sebagai berikut :

1. Pelajari dan evaluasi internal control atas aset tetap.

Dalam hal ini biasanya auditor menggunakan Internal Control Questionables. Beberapa ciri dari Internal Control yang baik atas aset tetap adalah :

a. Digunakannya anggaran untuk penambahan aset tetap

b. Setiap penambahan dan penarikan aset tetap terlebih dahulu harus diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang.

c. Adanya kebijakan tertulis dari manajemen mengenai capitalization gain dan depreciation policy.

d. Diadakannya kartu aset tetap atau sub buku besar aset tetap yan gmencantumkan tanggal pembelian, nama supplier, harga pembelian, metode dan persentase penyusutan, jumlah penyusutan, akumulasi penyusutan, dan nilai buku aset tetap.

e. Setiap aset tetap diberi nomor kode

f. Minimal setahun sekali dilakukan inventarisasi (pemeriksaan fisik aset tetap), untuk mengetahui keberadaannya dan kondiri dari aset tetap.

g. Bukti bukti pemilikan aset tetap di simpan di tempat yang aman.

h. Aset tetap diasuransikan dengan jumlah Insurance Coverage (nilai pertanggungan) yang cukup.

2. Minta kepada klien, Top Schedule serta supporting schedule aset tetap

3. Periksa footing dan cross footing-nya dan cocokkan totalnya dengan General Ledger atau Sub-Ledger, saldo awal dengan working paper tahun lalu.

4. Vouched penambahan serta pengurangan aset tetap.

Untuk penambahan aset tetap, selain diperhatikan otorisasi dan kelengkapan supporting document, harus dilihat apakah penambahan tersebut sudah tercantum dalam anggaran.

Untuk pengurangan aset tetap harus diperiksa kebenaran journal entry-nya.5. Periksa fisik dari aset tetap dan perhatikan kondisinya apakah masih dalam keadaan baik atau sudah rusak.

Tentang pemeriksaan aset tetap fisik secara test basis ada 2 pendapat :

1. Yang dites hanya penambahan dalam tahun berjalan yang jumlahnya besar

2. Diutamakan penambahan yang baru serta beberapa aset yang lama.

Para pendapat pertama memang akan lebih cepat pelaksanaannya, tetapi ada kelemahannya yaitu bila ada aset tetap yang sudah lama dibeli atau tidak dapat dipakai, teteapi masih tercantum didalam daftar aset tetap, maka dengan cara pertama tidak dapat diketahui.

6. Pemeriksaan bukti kepemilikan aset tetap.

Dalam hal ini harus dicocokkan nomor mesin, chasis, dan nomor polisi kendaraan yang tercantum di BPKB dan STNK, denganyang terdapat di kendaraan. Perhatikan juga apakah surat surat tanah, gedung, kendaraan atas nama perusahaan.

7. Pelajari dan periksa apakah Capitalization serta depreciation policy-nya konsisten dengan tahun sebelumnya. Tentang policy dari capitalization tersebut ada beberapa kemungkinan :

1. Berdasarkan jumlahnya, misalnya diatas Rp 500.000 harus dikapitalisir.

2. Berdasarkan masa manfaatnya

3. Campuran antara jumlah dan masa manfaatnya.

Tentang policy dari penyusutan ada beberapa kemungkinan, apakah penyusutuan tersebut dimulai :

Pada tanggal pembelian

Pada tanggal pemakaian

Juga perlu diketahui masa penyusutannya, misal pembelian dari tanggal 1 s/d 15 dihitung satu bulan penuh sedangkan tanggal 16 s/d 31 dihitung setengah bulan.8. Analisis perkiraan repair dan maintenanceHarus diperhatikan kemungkinan klien untuk memperkecil laba dengan mencatat capital expenditure sebagai revenue expenditure.9. Periksa kecukupan insurance coverage, dalam arti jangan sampai terlalu kecil atau terlalu besar. Jika terlalu kecil ada bahaya bahwa jika terjadi kebakaran, ganti rugi dari perusahaan asuransi tidak mencukupi untuk membeli aset tetap (misalkan gedung atau mesin) yang baru sehingga mengganggi kegiatan operasi perusahaan.

Tentang penilaian cukup tidaknya insurance coverage tersebut adalah atas dasar jumlah yang mendekati harga pasar.

10. Tes perhitungan penyusutan dan alokasi biaya penyusutan aset tetap.

Penyusutan ini biasanya dari aset tetap yang dapat disusutkan, seperti gedung kantor dan sebagainya, sebab ada juga aset tetap yang tidak dapat disusutkan seperti tanah hak milik. Tetapi bila tanah tersebut digunakan untuk bahan baku pembuatan batu bata atau genteng, maka dapat disusutkan yaitu dengan istilah deplesi.

Apabila tanha tersebut merupakan tanah dengna hak guna bangunan, maka tanah tersebut juga tidak dapat disusutkan, auditor harus memeriksa akurasi dari perhitungan penyusutan yang dibuat oleh klien, dan ketepatan alokasi biaya penyusutan sebagai bagian dari biaya produksi tidak langsung, biaya umum dan administrasi =, serta biaya penjualan.

11. Periksa notulen rapat, perjanjian kredit, jawaban konfirmasi dari bank, untuk memeriksa apakah ada aset tetap yang dijadikan sebagai jaminan atau tidak.

12. Periksa apakah ada Commitment yang dibuat oleh perusahaan untuk membeli atau menjual aset tetap.

13. Untuk Construction in Progress, kita periksa penambahannya dari apakah ada Construction in Progress yang harus ditransfer ke aset tetap.

14. Jika ada aset tetap yang diperoleh melalui leasing, periksa lease agreement dan periksa apakah accounting treatment-nya sudah sesuai dengan standar akuntansi leasing.

15. Periksa atau tanyakan apakah ada aset tetap yang dijadikan agunan kredit (jaminan) di bank.

Jika aset tetap dijaminkan berarti bukti pemilikan diserahkan (disimpan) di bank, sehingga auditor harus memeriksa tanda terima penyerahan bukti bukti pemilikan. Selain itu jika ada aset tetap yang dijaminkan harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.

16. Periksa penyajiannya dalam laporan keuangan, apakah sudah sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia (SAK/ETAP/IFRS)

BAB 15 : PEMERIKSAAN ASET TAK BERWUJUDSIFAT DAN CONTOHPengertian dan Sifat Aset Tidak Berwujud menurut SAK ETAP (IAI, 2009: 76)

Aset tidak berwujud adalah aset nonmoneter yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik. Suatu aset dapat diidentifikasikan jika :

1. Dapat dipisahkan, yaitu kemampuannya untuk menjadi terpisah atau terbagi dari perusahaan dan dijual, dialihkan, dilisensikan, disewakan atau ditukarkan melalui suatu kontrak terkait aset atau liabilitas secara individual atau secara bersama; atau

2. Muncul dari hak kontraktual atau hak hukum lainnya, terlepas apakah hak tersebut dapat dialihkan atau dapat dipisahkan dari perusahaan atau dari hak dan kewajiban lainnya.

Aset tidak berwujud tidak termasuk :

1. Efek (surat berharga), atau

2. Hak atas mineral dan cadangan mineral, misalnya minyak, gas alam dan sumber daya yang tidak dapat diperbaharui lainnya.

Aset tidak berwujud diakui jika :

1. Kemungkinan perusahaan akan memperoleh manfaat ekonomi masa depan dari aset tersebut ; dan

2. Biaya perolehan aset atau nilai aset tersebut dapat diukur dengan andal

Entitas mengukur aset tidak berwujud pada awalnya sebesar biaya perolehan. Biaya perolehan aset tidak berwujud yang diperoleh secara terpisah terdiri atas :

1. Harga beli termasuk bea impor dan pajak yang sifatnya tidak dapat dikreditkan, setelah diskon dan potongan dagang ; dan

2. Biaya-biaya yang dapat diatrebusikan secara langsung dalam mempersiapkan aset sehingga siap digunakan sesuai dengan tujuannya.

Entitas harus mengakui pengeluaran internal yang terjadi atas aset tidak berwujud, termasuk semua pengeluaran untuk aktivitas riset dan pengembangan sebagai beban pada saat terjadinya, kecuali pengeluaran tersebut merupakan bagian dari daya perolehan aset lainnya yang memenuhi kriteria pengakuan dalam SAK ETAP. Pengeluaran berikut ini harus diakui sebagai beban dan bukan sebagai aset tidak berwujud :

1. Merk, logo, judul publikasi, daftar konsumen yang dihasilkan secara internal dan hal lain yang secara substansi serupa.

2. Aktivitas perintisan (biaya perintisan, termasuk biaya legal dan kesekretariatan dalam rangka mendirikan entitas hukum, pengeluaran dalam rangka membuka usaha atau fasilitas baru (biaya pra pembukaan atau pengeluaran untuk memulaioperasi baru) atau meluncurkan produk atau proses baru (biaya operasi).

3. Aktivitas pelatihan

4. Aktivitas periklanan dan promosi

5. Relokasi atau reorganisasi sebagian atau seluruh entitas

Pengertian dan Sifat Aset Tidak Berwujud Menurut PSAK 19 revisi 2010

Aset tak berwujud adalah aset nonmoneter teridentifikasi tanpa wujud fisik.

Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar imbalan lain yang diserahkan untuk memperoleh aset pada saat perolehan atau kontruksi, atau jika dapat diterapkan, jumlah yang diatribusikan ke aset saat pertama kali diakui sesuai dengan persyaratan tertentu dalam PSAK lain.

Amortisasi adalah alokasi sistematis jumlah tersusutkan saat tak berwujud selama umur manfaatnya. Jumlah tersusutkan adalah biaya perolehan aset, atau jumlah lain yang merupakan pengganti biaya perolehan, dikurangi nilai residunya. Jumlah tercatat aset adalah jumlah aset yang diakui dalam laporan posisi keuangan setelah dikurangi dengan akumulasi amortisasi dan akumulasi rugi penurunan nilai.

Nilai residu dari aset tak berwujud adalah jumlah estimasian yang dapat diperoleh entitas saat ini dari pelepasan aset, setelah dikurangi estimasi biaya pelepasan aset, jika aset telah mencapai umur dan kondisi yang diharapkan pada akhir umur manfaatnya.

Rugi penurunan nilai adalah suatu jumlah yang merupakan selisi lebih jumlah tercatat suatu aset atas jumlah terpulihkannya.

Umur manfaat adalah :

1. Periode suatu set yang diharapkan dapat digunakan oleh perusahaan ; atau

2. Rugi penilaian jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan akan diperoleh dari aset oleh perusahaan

a. Entitas sering kali mengeluarkan sumber daya namun menciptakan kewajiban dalam perolehan, pengembangan, pemeliharaan, atau meningkatkan sumber daya tak berwujud, seperti ilmu pengetahuan dan teknologi, design dan implementasi sistem atau proses baru, lisensi, hak kekayaan intelektual, pengetahuan mengenai pasar dan merek dagang (termasuk merek produk dan judul publisitas). Contoh umum lainnya : piranti lunak komputer, paten, hakcipta, film, daftar pelanggan, hak pelayanan jaminan, izin penangkapan ikan, kuota impor, waralaba, hubungan dengan pemasok atau dengan pelanggan, loyalitas pelanggan, pangsa pasar, dan hak pemasaran

b. Tidak semua unsur yang dijelaskan diatas memenuhi definisi aset tak berwujud, yaitu keteridentifikasian, pengendalian, atas sumberdaya dan adanya manfaat ekonomi masa depan. Jika suatu unsur dalam ruang lingkup pernyataan ini tidak memenuhi definisi aset tak berwujud, maka pengeluaran untuk memperoleh atau menciptakan aset (secara internal) diakui sebagai beban pada saat terjadinya. Namun, jika unsur tersebut diperoleh dalam suatu kombinasi bisnis, maka unsur tersebut diperilakukan sebagai Goodwill pada tanggal akuisisi

c. Dalam definisi aset tak berwujud terdapat kriteria bahwa keteridentifikasian aset tak berwujud dapat dibedakan secara jelas dengan goodwill. Goodwill dalam suatu kombinasi bisnis diakui sebagai aset yang menggambarkan manfaat ekonomi masa depan yang muncul dari aset lain yang diakuisisi dalam kombinasi bisnis tersebut dan tidak diidentifikasikan secara individual dan diakui secara terpisah. Manfaat ekonomi masa depan dapat dihasilkan dari sinergi antara aset teridentifikasi yang diperoleh atau dari aset, yang secara individual, tidak memenuhi syarat untuk diakui dalam laporan keuangan

d. Manfaat ekonomi masa depan yang timbul dari aset tak berwujud dapat mencakup pendapatan dari penjualan barang atau jasa, penghematan biaya, atau manfaat lain yang berasal dari penggunaan aset oleh entitas. Misalnya, penggunaan hak kekayaan intelektual dalam suatu proses produksi tidak meningkatkan pendapatan masa depan, tetapi engurangi biaya produksi masa depan.

e. Pengakuan suatu pos sebagai aset tak berwujud, mensyaratkan perusahaan untuk menunjukkan bahwa pos tersebut memenuhi :

1. Definisi aset tak berwujud ; dan

2. Kriteria pengakuan sebagaimana diatur dalam pernyataan ini.

Persyaratan ini ditetapkan atas biaya yang dikeluarkan untuk mempermudah atau mengembangkan secara internal aset tak berwujud dan biaya yang terjadi kemudian untuk menambah, mengganti sebagian, atau memperbaiki aset tersebut.

1. Aset takberwujud diakui jika, dan hanya jika :

a. Kemungkinan besar entitas akan emperoleh manfaat ekonomi masa depan dari aset tersebut; dan

b. Biaya perolehan aset tersebut dapat diukur secara amdal

2. Dalam menilai kemungkinan adanya manfaat ekonomi masa depan, entitas menggunakan asumsi rasional dan dapat dipertanggungjawabkanyang merupakan estimasi terbaik manajemen atas kondisi ekonomi yang berlaku sepanjang umur manfaat aset tersebut.

3. Dalam menilai tingkat kepastian adanya manfaat ekonomi masa depan yang timbul dari penggunaan aset tak berwujud, entitas mempertimbangkan bukti yang tersedia pada saat pengakuan awal aset takberwujud dengan memberikan penekanan yang lebih besar pada bukti ekstern

4. Aset takberwujud pada awalnya harus diakui sebesar biaya perolehan

Menurut penulis, sifat aset tak berwujud adalah :

1. Mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun;

2. Tidak mempunyai bentuk, sehingga tidak bisa dipegang, diraba, atau dilihat;

3. Diperoleh dengan mengeluarkan sejumlah uang tertentu yang jumlahnya cukup material

Contoh :

1. Goodwill timbul pada suatu perusahaan pada waktu membeli suatu perusahaan lain di atas harga yang berlaku untuk aset neto nya setelah dikurangi biaya-biaya, karena perusahaan yang dibeli mempunyai keunggulan tertentu.

2. Hak paten jika suatu perusahaan atau seseorang menemukan suatu produk baru setelah melakukan riset selama beberapa waktu dengan mengeluarkan biaya yang cukup besar. Untuk itu ia dapat mendaftarkan produk ciptaannya ke direktorat hak paten, untuk memperoleh hak paten sehingga orang lain tidak dapat membuat produk yang sama, kecuali orang tersebut sudah membeli hak paten tersebut atau membayar royalti kepada pemilik hak paten.

3. Hak cipta (coppy right) yang diberikan kepada seseorang yang mencipta lagu atau mengarang lagu

4. Franchise misalnya Kentucky fried chicken, Mc. Donald, Es teler 77. Jika seseorang ingin menjual makanan atau minuman dengan rasa, bentuk, cara penyajian, dan dekorasi yang sama, terlebih dahulu harus membeli hak franchise.

TUJUAN PEMERIKSAAN ASET TAK BERWUJUD

Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas asset tak berwujud

Untuk memeriksa apakah perolehan, penambahan dan penghapusan asset tak berwujud didukung oleh bukti yang sah dan lengkap serta diotorisasi oleh pejaabat perusahaan yang berwenang

Untuk meneriksa apakah asset tidak berwujud yang dimiliki perusahaan masih mempunyai kegunaan dimasa yang akan dating manfaatnya lebih dari satu tahun

Untuk memeriksa apakah amortisasi asset tak berwujud dilakukan sesuai dengan standart akuntansi keuangan ETAP/PSAK/IFRS

Untuk memeriksa apakah hasil/ pendapatan yang diperoleh dari asset tak berwujud sudah dicatat dan diterima oleh perusahaan

Untuk memeriksa apakah penyajian asset tak berwujud dalam laporan keuangan sudah dilakukan sesuai dengan standart akuntansi keuangan ETAP/PSAK/IFRS

AUDIT PROSEDUR ATAS ASET TAKBERWUJUD

1. Pelajari dan evaluasi internal control atas aset takberwujud

Biasanya dilakukan dengan menggunakan internal control questionnaires. Jika auditor menyimpulkan bahwa internal control atas aset takberwujud adalah baik, maka runag lingkup pemeriksaan bisa dipersempit

2. Minta perincian asat aset takberwujud per tanggal laporan posisi keuangan (neraca) yang antara lain menunjukkan Saldo awal, penambahan, amortisasi dan penghapusan serta saldo akhir

3. Cocokkan saldo awal dan saldo akhir ke buku besar, lalu Check footing dan cross footingPemeriksaan aset takberwujud bisa berasal dari pembelian (goodwill,hak paten) atau perusahaan melakukan riset untuk membuat produk-produk baru, yang jika dianggap marketable bisa diurus hak patennya ke Direktorat Hak Paten, sehingga perusahaan lain tidak boleh membuat produk yang sama, kecuali membayar royalti kepada pemegang hak paten.

4. Periksa penambahan aset takberwujud

5. Periksa amortisasi dan penghapusan (jika ada) aset takberwujud

6. Periksa perjanjian-perjanjian yang dibuat entitas dengan pihak ketiga yang ingin menggunakan hak paten, hak cipta, dan franchise yang dimiliki perusahaan.

Biasanya dilakukan dihadapan notaris, karena itu auditor harus meminta copy perjanjian tersebut untuk permanent file. Auditor harus memeriksa buku penerimaan kas (bank) untuk mengetahui apakah pendapatan dari penjualan/penyewaan tersebut sudah diterima oleh perusahaan dan dicatat di buku perusahaan.

7. Periksa apakah penyajian aset tak berwujud dalam laporan keuangan sudah sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia.

Entitas harus mencatat perolehan/penambahan aset takberwujud sebesar harga perolehannya. Di laporan posisi keuangan aset tak berwujud disajikan sebesar netonya, setelah diamortisasi. Auditor harus mencantumkan kesimpulan pemeriksaannya mengenai kewajaran saldo perkiraan aset tak berwujud.

BAB 16 : Pemeriksaan Liabilitas Jangka Pendek (Current Liabilities)

A. SIFAT DAN CONTOH LIABILITAS JANGKA PENDEK

Berikut ini adalah beberapa sifat contoh liabilitas jangka pendek:

Menurut SAK ETAP (IAI, 2009:172)Liabilitas adalah entitas yang muncul dari peristiwa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya entitas yang mengandung manfaat ekonomi.

Menurut PSAK (IAI, 2009:1.8)Ciri-ciri Liabilitas jangka pendek:

a. Diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal perusahaan

b. Jatuh tempo dalam waktu dua belas bulan dari tanggal laporan posisi keuangan

Menurut Sukrisno AgoesLiabilitas jangka pendek adalah liabilitas perusahaan kepada pihak ketiga, yang jatuh tempo dalam waktu kurang atau sama dengan satu tahun, atau dalam satu siklus operasi normal perusahaan, biasanya dengan menggunakan aset lancar (curren asset) perusahaan.

Beberapa Contoh Liabilitas Jangka Pendek1. Utang usaha (Account Payable).

Yaitu Kewajiban kepada pihak ketiga dari pembelian barang atau jasa secara kredit yang harus dilunasi dalam waktu kurang atau sama dengan satu tahun.

2. Pinjaman dari bank jangka pendek (Short Term Loan).

Adalah Pinjaman yang diperoleh dari bank dan didukung oleh suatu perjanjian kredit (loan agreement), bisa dalam bentuk kredit modal kerja (working capital loan) ataupun kredit rekening koran (overdraft facility).

Kredit modal kerja diperlukan perusahaan untuk membiayai kegiatan rutinnya.

3. Bagian dari kredit jangka panjang yang jatuh tempo dalam waktu kurang atau sama dengan satu tahun (current portion of long term loan).

Per tanggal laporan posisi keungan, bagian dari liabilitas jangka panjang yang jatuh tempo satu tahun yang akan datang harus direklasifikasi dari liabilitas jangka panjang ke liabilitas jangka pendek.

4. Utang pajak (tax payable).

Yaitu Kewajiban pajak perusahaan yang harus dilunasi dalam periode berikutnya.

5. Biaya yang masih harus dibayar (accrued expenses).

Biaya yang sudah terjadi dan menjadi beban periode yang diperiksa, tetapi baru akan dilunasi dalam periode berikutnya.

6. Voucher payable (Dalam hal digunakan voucher system.)

7. Utang dividen (dividend payable).

8. Pendapatan yang diterima di muka (unearned revenue).

9. Utang muka penjualan.

10. Utang pemengang saham.

11. Utang leasing (kewajiban sewa) yang jatuh tempo satu tahun yang akan datang.

12. Utang bunga.

13. Utang perusahaan afiliasi (utang dalam rangka hubungan khusus).

Hal yang harus diperhatikan dalam memeriksa liabilitas jangka pendek1. Kecenderungan perusahaan untuk mencatat kewajiban lebih rendah dari yang sebenarnya (understatement of liabilities) dengan tujuan untuk melaporkan laba lebih besar dari jumlah yang sebenarnya. Untuk itu auditor harus melakukan prosedur yang disebut searching of unrecorded liabilities, dengan cara memeriksa pembayaran sesudah tanggal laporan posisi keuangan .

Misalnya dengan tidak mencatat sebagiaan biaya/bahan baku yang yang belum dibayar

2. Perbedaan accounts payable dan accrued expenses. Accounts payable memiliki angka lebih pasti, karena perusahaan mencatat berdasarkan invoice yang diterimanya dari supplier. Sedangkan, accrued expenses dicatat berdasarkan estimasi, sehingga jumlahnya kurang pasti dibandingkan accounts payable.B. TUJUAN PEMERIKSAAN (AUDIT OBJECTIVES) LIABILITAS JANGKA PENDEK

1. Memeriksa bahwa terdapat internal control yang baik atas liabilitas jangka pendek.

Beberapa ciri internal control yang baik atas liabilitas jangka pendek:

a. Pemisahan tugas antara bagian pembelian, bagian penerimaan barang, bagian gudang, bagian akuntansi, dan bagian keuangan.b. Digunakannya formulir formulir yang bernomor urut tercetak (prenumbered) untuk permintaan pembelian (purchase requisition), order pembelian (purchase order), dan laporan penerimaan barang (receiving report).c. Adanya sistem otorisasi untuk pembelian maupun pelunasan utang.d. Digunakannya sistem tender untuk pembelian dalam jumlah yang besar, dimana beberapa supplier diundang untuk memasukkan penawaran tertulis dalam amplop tertutup ke panitia tender.e. Jumlah barang yang dicantumkan dalam faktur pembelian (supplier invoice) harus dibandingkan dengan jumlah yang dilaporkan dalam receiving dan purchase order untuk mencegah pembayaran atas barang yang dibeli melebihi jumlah barang yang dipesan dan yang diterima.2. Memeriksa bahwa liabilitas jangka pendek tercantum dilaporan posisi keuangan didukung oleh bukti yang lengkap dan berasal dari transaksi yang benar-benar terjadi.

Ini dikarenakan jika liabilitas jangka pendek merupakan utang usaha, yang berasal dari pembelian secara kredit, maka utang tersebut harus didukung oleh bukti bukti yang lengkap seperti : purchase requisition, purchase order, supplier invoice, dan receiving report.

Jika berupa utang deviden maka harus didukung oleh notulen rapat umum pemegang saham yang memberikan otorisasi untuk pembagian deviden. Jika berupa kredit bank, harus didukung oleh perjanjian kredit dan notulen rapat direksi yang memberikan otorisasi untuk peminjaman uang dari bank. Jika ada utang pemegang saham, maka tidak boleh ada setoran modal yang belum dilunasi oleh pemegang saham.

3. Memeriksanya bahwa semua liabilitas jangka pendek perusahaan sudah tercatat per tanggal laporan posisi keuangan

Dalam hal ini auditor harus memastikan tidak ada unrecorded liabilities.

4. Memeriksa bahwa jumlah accrual expense perusahaan reasonable (masuk akal/wajar)

Auditor harus memeriksa dasar perhitungan accrued expenses yang dibuat perusahaan, apakah masuk akal dan konsisten dengan tahun sebelumnya.

5. Memeriksa bahwa kewajiban sewa (leasing), jika ada, sudah tercatat sesuai dengan standar akuntansi sewa guna usaha (PSAK No. 30 Revisi 2007 tentang sewa).

6. Memeriksa bahwa liabilitas jangka pendek dalam mata uang asing per tanggal laporan posisi keuangan, sudah dikonversikan ke dalam rupiah dengan menggunakan kurs tengah BI per tanggal laporan posisi keuangandan Selisih kurs dibebankan pada rugi laba tahun berjalan

7. Memeriksa bahwa biaya bunga dan bunga yang terutang dari liabilitas jangka pendek telah dicatat per tanggal laporan posisi keuangan.

Auditor harus yakin bahwa bunga yang dibebankan dalam laporan laba rugi, berasal dari pinjaman jangka pendek, baik dari pinjaman bank, utang pemegang saham, dll sudah dicatat sebagai beban perusahaan atau dicatat sebagai utang bunga per tanggal laporan posisi keuangan.

8. Memeriksa bahwa bunga liabilitas jangka pendek yang tercatat pada tanggal laporan posisi keuangan betul telah terjadi, dihitung secara akurat dan merupakan beban perusahaan.

Auditor harus yakin bahwa bunga yang dibebankan dalam laporan laba-rugi, benar-benar merupakan beban perusahaan.

9. Memeriksa bahwa semua persyaratan dalam perjanjian kredit telah diikuti oleh perusahaan sehingga tidak terjadi bank default (right and obligation).Biasanya dalam perjanjian kredit bank mecantumkan beberapa persyaratan yang harus dipatuhi nasabahnya, antara lain :

a. Perusahaan tidak boleh mengganti manajer kunci tanpa seizin bank .

b. Current ratio harus dijaga pada tingkat tertentu.

c. Tidak boleh terlambat dalam membayar bunga.

Jika persyaratan tersebut dilanggar oleh perusahaan, maka terjadi bank default dan hal tersebut harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan (notes to financial statement).

10. Memeriksa bahwa penyajian current liabilities dalam laporan posisi keuangan dan catatan laporan keuangan telah sesuai dengan SAK.

Yang harus diungkapkan dalam laporan keuangan jika perusahaan memiliki kredit jangka pendek dari bank atau utang leasing adalah:

a. Plafon kreditb. Jangka Waktu Kreditc. Tingkat Bungad. Jaminan Kredite. Pengembalian kredit dan pembayaran bunga apakah dalam rupiah atau mata uang asingf. Nilai tunai aset dalam rangka sewa gunag. Jenis leasing

h. Jangka waktu leasing

C. PROSEDUR PEMERIKSAAN LIABILITAS JANGKA PENDEK

1. Pelajari dan evaluasi internal control atas liabilitas jangka pendek.Dalam hal ini auditor dapat menggunakan internal control questonnaires, flow chart, atau penjelasan narrative. Karena utang usaha merupakan bagian dari siklus pembelian, utang usaha dan pengeluaran kas, maka bisa digunakan internal control questionnaires untuk pembelian, utang usaha, dan pengeluaran kas.2. Minta rincian dari liabilitas jangka pendek, baik utang usaha maupun kewajiban lainnya, kemudian periksa penjumlahannya (footing) serta cocokkan saldonya dengan saldo utang (kewajiban) di buku besar (controlling account).Selain rincian utang usaha, rincian yang harus diminta dari klien adalah:

a. Rincian biaya yang masih harus dibayar

b. Liabilitas lain-lain,

c. Utang pajak, dll

3. Untuk utang usaha cocokkan saldo masing-masing supplier dengan saldo menurut subsidiary ledger utang usaha.4. Secara test basis(sampling), periksa bukti pendukung dari saldo utang kepada beberapa supplier, perhatikan apakah angkanya cocok dengan purchase requisition, purchase order, reseving report dan supplier invoice. Periksa juga perhitungan mathematis dari dokumen-dokumen tersebut dan otorisasi dari pejabat perusahaan yang berwenang.5. Seandainya terdapat monthly statement of account dari supplier, maka harus dilakukan rekonsiliasi antara saldo utang menurut statement of account tersebut dengan saldo subsidiary ledger utang.6. Pertimbangkan untuk mengirim konfirmasi kepada beberapa supplier baik yang saldonya besar maupun yang saldonya tidak berubah sejak tahun sebelumnya.Auditor tidak harus mengirim konfirmasi untuk utang usaha, karena sumber pencatatan utang usaha berasal dari luar perusahaan (misalnya faktur dari supplier), dan tujuan konfirmasi adalah untuk memeriksa keakuratan data akuntansi klien. 7. Periksa pembayaran sesudah tanggal neraaca (subsequent payment) untuk mengetahui apakah ada kewajiban yang belum dicatat (unrecorder liabilities) per tanggal neraca dan untuk menyakinkan diri mengenai kewajaran saldo utang per tanggal neraca.Caranya adalah dengan mereview buku pengeluaran kas sesudah tanggal laporan posisi keuangan sampai mendekati tanggal selesainya pemeriksaan lapangan. Periksa juga notulen rapat direksi, pemegang saham, dewan komisaris untuk mengetahui apakah ada kewajiban perusahaan. Selain itu Auditor juga harus memeriksa bukti bukti pembayaran di subsequent period yang berkaitan dengan kewajiban yang terjadi di tahun yang diperiksa.8. Seandainya ada utang kepada bank baik dalam bentuk kredit modal kerja, kredit investasi, maupun kredit overdraft, maka kirim konfirmasi ke bank, periksa surat perjanjian kreditnya dan buatkan excerpt dari perjanjian kredit tersebut, dan periksa otorisasi dari direksi untuk perolehan kredit bank tersebut.9. Seandainya ada utang dari pemegang saham atau dari direksi atau dari perusahaan afiliasi, yang harus dilunasi dalam waktu satu tahun yang akan datang, harus dikirim konfirmasi, periksa perjanjian kreditnya dan periksa apakah ada pembebanan bunga atas pinjaman tersebut.10. Seandainya ada utang leasing, periksa apakah pencatatannya sudah sesuai dengan standar akuntansi sewa, dan apakah bagian yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun yang akan datang sudah dicatat sebagai utang jangka pendek.11. Periksa perhitungan dan pembayaran bunga, apakah sudah dilakukan secara akurat dan tiap jumlah beban bunga tersebut dengan jumlah yang tercantum pada laporan rugi laba. Perhatikan juga aspek pajaknya.12. Seandainya ada saldo debit dari utang usaha maka harus ditelusuri apakah ini merupakan uang muka pembelian atau karena adanya pengembalian barang yang dibeli tetapi sudah dilunasi sebelumnya. Kalau jumlahnya besar harus direklasifikasikan sebagai piutang.13. Seandainya ada uang muka penjualan per tanggal neraca, periksa bukti pendukungnya dan periksa apakah saldo tersebut sudah diselesaikan diperiode berikutnya misalnya dengan megirimkan barang yang dipesan oleh pembeli.14. Seandainya ada kredit jangka panjang , harus diperiksa apakah bagian yang jatuh tempo satu tahun yang akan datang sudah direklasifikasikan sebagai utang jangka pendek.15. Seandainya ada kewajiban dalam mata uang asing, periksa apakah saldo tersebut per tanggal neraca telah dikonversikan kedalam rupiah dengan menggunakan