budidaya tanaman tebu
TRANSCRIPT
PENDAHULUAN
Saat ini pemerintah sedang menggalakkan penanaman tebu untuk mengatasi rendahnya produksi
gula di Indonesia. Usaha pemerintah sangatlah wajar dan tidak berlebihan mengingat dulu
Indonesia pernah mengalami masa kejayaan sebagai pengekspor gula sebelum perang. Bisakah
masa keemasan ini terulang kembali?
Untuk itu PT. Natural Nusantara berusaha ikut serta mengembalikan masa kejayaan melalui
peningkatan produksi tebu baik secara kuantitas, kualitas dan kelestarian (aspek K-3).
SYARAT TUMBUH
Tanah yang cocok adalah bersifat kering-kering basah, yaitu curah hujan kurang dari 2000 mm
per tahun. Tanah tidak terlalu masam, pH diatas 6,4. Ketinggian kurang dari 500 m dpl.
JENIS - JENIS TEBU
Jenis tebu yang sering ditanam POY 3016, P.S. 30, P.S. 41, P.S. 38, P.S. 36, P.S. 8, B.Z. 132,
B.Z. 62, dll.
PEMBUKAAN KEBUN
Sebaiknya pembukaan dan penanaman dimulai dari petak yang paling jauh dari jalan utama atau
lori pabrik
Ukuran got standar ; Got keliling/mujur lebar 60 cm; dalam 70 cm, Got malang/palang lebar 50
cm; dalam 60 cm. Buangan tanah got diletakkan di sebelah kiri got. Apabila got diperdalam lagi
setelah tanam, maka tanah buangannya diletakkan di sebelah kanan got supaya masih ada jalan
mengontrol tanaman.
Juringan/cemplongan (lubang tanam) baru dapat dibuat setelah got - got malang mencapai
kedalaman 60 cm dan tanah galian got sudah diratakan. Ukuran standar juringan adalah lebar 50
cm dan dalam 30 cm untuk tanah basah, 25 cm untuk tanah kering. Pembuatan juringan harus
dilakukan dua kali, yaitu stek pertama dan stek kedua serta rapi.
Jalan kontrol dibuat sepanjang got mujur dengan lebar + 1 m. Setiap 5 bak dibuat jalan kontrol
sepanjang got malang dengan lebar + 80 cm. Pada juring nomor 28, guludan diratakan untuk
jalan kontrol (jalan tikus)
TURUN TANAH/KEBRUK
Yaitu mengembalikan tanah stek kedua ke dalam juringan untuk membuat
kasuran/bantalan/dasar tanah. Tebalnya tergantung keadaan, bila tanahnya masih basah + 10 cm.
di musim kemarau terik tebal + 15 - 20 cm.
PERSIAPAN TANAM
- Lakukan seleksi bibit di luar kebun
- Bibit stek harus ditanam berhimpitan agar mendapatkan jumlah anakan semaksimal mungkin.
Bibit stek + 70.000 per ha.
- Sebelum ditanam, permukaan potongan direndam dahulu dengan POC NASA dosis 2 tutup +
Natural GLIO dosis 5 gr per 10 liter air.
- Sebelum tanam, juringan harus diari untuk membasahi kasuran, sehingga kasuran hancur dan
halus.
CARA TANAM
1. Bibit Bagal/debbeltop/generasi
Tanah kasuran harus diratakan dahulu, kemudian tanah digaris dengan alat yang runcing dengan
kedalaman + 5-10 cm. Bibit dimasukkan ke dalam bekas garisan dengan mata bibit menghadap
ke samping. Selanjutnya bibit ditimbun dengan tanah.
2. Bibit Rayungan (bibit yang telah tumbuh di kebun bibit), jika bermata (tunas) satu: batang
bibit terpendam dan tunasnya menghadap ke samping dan sedikit miring, + 45 derajat. Jika bibit
rayungan bermata dua; batang bibit terpendam dan tunas menghadap ke samping dengan
kedalaman + 1 cm.
3. Sebaiknya, bibit bagal (stek) dan rayungan ditanam secara terpisah di dalam petak-petak
tersendiri supaya pertumbuhan tanaman merata.
WAKTU TANAM
Berkaitan dengan masaknya tebu dengan rendemen tinggi tepat dengan timing masa giling di
pabrik gula. Waktu yang tepat pada bulan Mei, Juni dan Juli.
PENYIRAMAN
Penyiraman tidak boleh berlebihan supaya tidak merusak struktur tanah. Setelah satu hari tidak
ada hujan, harus segera dilakukan penyiraman.
PENYULAMAN
1. Sulam sisipan, dikerjakan 5 - 7 hari setelah tanam, yaitu untuk tanaman rayungan bermata
satu.
2. Sulaman ke - 1, dikerjakan pada umur 3 minggu dan berdaun 3 - 4 helai. Bibit dari rayungan
bermata dua atau pembibitan.
3. Penyulaman yang berasal dari ros/pucukan tebu dilakukan ketika tanaman berumur + 1 bulan
4. Penyulaman ke-2 harus selesai sebelum pembubunan, bersama sama dengan pemberian air ke
- 2 atau rabuk ke-2 yaitu umur 1,5 bulan
5. Penyulaman ekstra bila perlu, yaitu sebelum bumbun ke -2
PEMBUMBUNAN TANAH
> Pembumbunan ke-1 dilakukan pada umur 3-4 minggu, yaitu berdaun 3 - 4 helai.
Pembumbunan dilakukan dengan cara membersihkan rumput-rumputan, membalik guludan dan
menghancurkan tanah (jugar) lalu tambahkan tanah ke tanaman sehingga tertimbun tanah.
> Pembumbunan ke - 2 dilakukan jika anakan tebu sudah lengkap dan cukup besar + 20 cm,
sehingga tidak dikuatirkan rusak atau patah sewaktu ditimbun tanah atau + 2 bulan.
> Pembumbunan ke-3 atau bacar dilakukan pada umur 3 bulan, semua got harus diperdalam ; got
mujur sedalam 70 cm dan got malang 60 cm.
GARPU MUKA GULUD
Penggarpuan harus dikerjakan sampai ke pinggir got, sehingga air dapat mengalir. Biasanya
dikerjakan pada bulan Oktober/November ketika tebu mengalami kekeringan.
KLENTEK
Yaitu melepaskan daun kering, harus dilakukan 3 kali, yaitu sebelum gulud akhir, umur 7 bulan
dan 4 minggu sebelum tebang.
TEBU ROBOH
Batang tebu yang roboh atau miring perlu diikat, baik silang dua maupun silang empat. Ros - ros
tebu, yang terdiri dari satu deretan tanaman, disatukan dengan rumpun - rumpun dari deretan
tanaman di sisinya, sehingga berbentuk menyilang.
PEMUPUKAN
1. Sebelum tanam diberi TSP 1 kuintal/ha
2. Siramkan pupuk SUPER NASA yang telah dicampur air secara merata di atas juringan dosis ±
1 - 2 botol/1000 m² dengan cara :
Alternatif 1 : 1 botol SUPERNASA diencerkan dalam 3 liter air dijadikan larutan induk.
Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram juringan.
Alternatif 2 : setiap 1 gembor vol 10 lt diberi 1 peres sendok makan SUPERNASA untuk
menyiram 5 - 10 meter juringan.
3. Saat umur 25 hari setelah tanam berikan pupuk ZA sebanyak 0,5-1 kw/ha. Pemupukan
ditaburkan di samping kanan rumpun tebu
4. Umur 1,5 bulan setelah tanam berikan pupuk ZA sebanyak 0,5 - 1 kw/ha dan KCl sebanyak 1-
2 kw/ha. Pemupukan ditaburkan di sebelah kiri rumpun tebu.
5. Untuk mendapatkan rendemen dan produksi tebu tinggi, semprot POC NASA dosis 4 - 6 tutup
dicampur HORMONIK 1 - 2 tutup per-tangki pada umur 1 dan 3 bulan
HAMA DAN PENYAKIT
1. Hama Penggerek Pucuk dan batang
Biasanya menyerang mulai umur 3 - 5 bulan. Kendalikan dengan musuh alami Tricogramma sp
dan lalat Jatiroto, semprot PESTONA / Natural BVR
2. Hama Tikus
Kendalikan dengan gropyokan, musuh alami yaitu : ular, anjing atau burung hantu
3. Penyakit Fusarium Pokkahbung
Penyebab jamur Gibbrella moniliformis. Tandanya daun klorosis, pelepah daun tidak sempurna
dan pertumbuhan terhambat, ruas-ruas bengkok dan sedikit gepeng serta terjadi pembusukan dari
daun ke batang. Penyemprotan dengan 2 sendok makan Natural GLIO + 2 sendok makan gula
pasir dalam tangki semprot 14 atau 17 liter pada daun-daun muda setiap minggu, pengembusan
tepung kapur tembaga ( 1 : 4 : 5 )
4. Penyakit Dongkelan
Penyebab jamur Marasnius sacchari, yang bias mempengaruhi berat dan rendemen tebu. Gejala,
tanaman tua sakit tiba-tiba, daun mengering dari luar ke dalam. Pengendalian dengan cara
penjemuran dan pengeringan tanah, harus dijaga, sebarkan Natural GLIO sejak awal.
5. Penyakit Nanas
Disebabkan jamur Ceratocytis paradoxa. Menyerang bibit yang telah dipotong. Pada tapak
(potongan) pangkas, terdapat warna merah yang bercampur dengan warna hitam dan
menyebarkan bau seperti nanas. Bibit tebu direndam dengan POC NASA dan Natural GLIO.
6. Penyakit Blendok
Disebabkan oleh Bakteri Xanthomonas albilincans Mula-mula muncul pada umur 1,5 - 2 bulan
setelah tanam. Daun-daun klorotis akan mengering, biasanya pada pucuk daun dan umumnya
daun-daun akan melipat sepanjang garis-garis tadi. Jika daun terserang hebat, seluruh daun
bergaris-garis hijau dan putih. Rendam bibit dengan air panas dan POC NASA selama 50 menit
kemudian dijemur sinar matahari. Gunakan Natural GLIO sejak awal sebelum tanam untuk
melokalisir serangan.
RENDEMEN TEBU
Proses kemasakan tebu merupakan proses yang berjalan dari ruas ke ruas yang tingkat
kemasakannya tergantung pada ruas yang yang bersangkutan. Tebu yang sudah mencapai umur
masak, keadaan kadar gula di sepanjang batang seragam, kecuali beberapa ruas di bagian pucuk
dan pangkal batang.
Usahakan agar tebu ditebang saat rendemen pada posisi optimal yaitu sekitar bulan Agustus atau
tergantung jenis tebu. Tebu yang berumur 10 bulan akan mengandung saccharose 10 %, sedang
yang berumur 12 bulan bisa mencapai 13 %.
TEBU KEPRASAN
- Yaitu menumbuhkan kembali bekas tebu yang telah ditebang, baik bekas tebu giling atau tebu
bibitan (KBD).
- Kebun yang akan dikepras harus dibersihkan dari kotoran bekas tebangan yang lalu. Sebelum
mengepras , sebaiknya tanah yang terlalu kering di airi dulu. Kepras petak - petak tebu secara
berurutan. Setelah dikepras siramkan SUPER NASA (dosis sama seperti di atas). Lima hari atau
seminggu setelah dikepras, tanaman diairi dan dilakukan penggarapan (jugaran) sebagai bumbun
ke-1 dan pembersihan rumput - rumput.
- Lakukan penyemprotan POC NASA dan HORMONIK pada umur 1,2 dan 3 bulan dengan
dosis seperti di atas.Pemeliharaan selanjutnya sama dengan tanam tebu pertama.
Blogiztic.net – Budidaya tanaman tebu di Indonesia belum bekerja maksimal. Yang lebih gak
enaknya lagi, banyak lho tanah lahan yang kosong namun malah dibiarkan begitu saja. Ini
merupakan salah satu kendala kenapa Indonesia kurang begitu maju.
Daripada gubris masalah Indonesia, lebih baik kita bahas diri kita saja. Anda dalam berbudidaya
tanaman, pernahkah mencoba untuk budidaya tanaman tebu. Blogiztic kan mengupas bagaimana
dan cara yang tepat dalam budidaya tanaman tebu yang benar sebagai berikut.
Syarat pertumbuhan
Tanah yang cocok yaitu tanah kering-kering nasah dengan keinggian curah hujan 200mm per
tahun dengan pH diatas 6,4 kurang dari 500 m dpl.
Pembukaaan lahan
- Buatlah got yang standar saja dengan ukuran lebar 60 cm dan tinggi 70 cm.
- Juringan/cemplongan (lubang tanam) baru dapat dibuat setelah got – got malang mencapai
kedalaman 60 cm dan tanah galian got sudah diratakan. Ukuran standar juringan adalah lebar 50
cm dan dalam 30 cm untuk tanah basah, 25 cm untuk tanah kering. Pembuatan juringan harus
dilakukan dua kali, yaitu stek pertama dan stek kedua serta rapi.
- Jalan kontrol dibuat sepanjang got mujur dengan lebar + 1 m. Setiap 5 bak dibuat jalan kontrol
sepanjang got malang dengan lebar + 80 cm. Pada juring nomor 28, guludan diratakan untuk
jalan kontrol (jalan tikus).
Turun tanah
Mengembalikan tanah stek kedua ke dalam juringan untuk membuat kasuran/bantalan/dasar
tanah. Tebalnya tergantung keadaan, bila tanahnya masih basah + 10 cm. di musim kemarau
terik tebal + 15 – 20 cm.
Pesiapan tanam
- Bibit teb harus ditanaman berhimpitan, cara ini agar mendapatkan jumlah anakan yang
maksimal.
- Sebelum ditanam, permukaan potongan direndam dengan POC NASA dosis 2 tutup + Natural
GLIO dosis 5 gr per 10 liter air.
- Sebelum masa tanam, juring harus diari.
Cara penanaman
Dalam berbudidaya tanaman tebu ada beberapa teknik tanama yang banyak digunakan
masyarakat, diantaranya sebagai berikut:
- Teknik bagal
Tanah kasuran harus diratakan dahulu, kemudian tanah digaris dengan alat yang runcing dengan
kedalaman + 5-10 cm. Bibit dimasukkan ke dalam bekas garisan dengan mata bibit menghadap
ke samping. Selanjutnya bibit ditimbun dengan tanah.
- Teknik Rayungan
terpendam dan tunasnya menghadap ke samping dan sedikit miring, + 45 derajat. Jika bibit
rayungan bermata dua; batang bibit terpendam dan tunas menghadap ke samping dengan
kedalaman + 1 cm.
Waktu tanam
Berkaitan dengan masaknya tebu dengan rendemen tinggi tepat dengan timing masa giling di
pabrik gula. Waktu yang tepat pada bulan Mei, Juni dan Juli.
Penyiraman
Penyiraman tidak boleh berlebihan, setelah satu hari tidak ada hujan, harus dilakukan
penyiraman.
Penyulaman
- Sulam sisipan, dikerjakan 5 – 7 hari setelah tanam, yaitu untuk tanaman rayungan bermata satu.
- Sulaman ke – 1, dikerjakan pada umur 3 minggu dan berdaun 3 – 4 helai. Bibit dari rayungan
bermata dua atau pembibitan.
- Penyulaman yang berasal dari ros/pucukan tebu dilakukan ketika tanaman berumur + 1 bulan
- Penyulaman ke-2 harus selesai sebelum pembubunan, bersama sama dengan pemberian air ke –
2 atau rabuk ke-2 yaitu umur 1,5 bulan
- Penyulaman ekstra bila perlu, yaitu sebelum bumbun ke -2
Pembumbunan tanah
Ada tiga tahap yang perlu anda lakukan, dan informmasi selengkapnya sebagai berikut.
- Pembumbunan ke-1
Dilakukan pada umur 3-4 minggu. berdaun 3 – 4 helai. Pembumbunan dilakukan dengan cara
membersihkan gulma di sekitar tanaman, membalik guludan dan menghancurkan tanah (jugar)
lalu tambahkan tanah ke tanaman sehingga tertimbun tanah.
Pembumbunan ke – 2
Dilakukan jika anakan tebu sudah lengkap dan cukup besar + 20 cm, sehingga tidak dikuatirkan
rusak atau patah sewaktu ditimbun tanah atau + 2 bulan.
Pembumbunan ke-3 atau bacar
Dilakukan pada umur 3 bulan, semua got harus diperdalam ; got mujur sedalam 70 cm dan got
malang 60 cm.
Pemupukan
- Sebelumnya diberi TSP 1 kuintal/ha
- Siramkan pupuk SUPER NASA yang telah dicampur air secara merata di atas juringan dosis ±
1 – 2 botol/1000 m² dengan cara 1 : 1 botol SUPERNASA diencerkan dalam 3 liter air dijadikan
larutan induk. Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram
juringan.
- Saat umur 25 hari setelah tanam berikan pupuk ZA sebanyak 0,5-1 kw/ha. Pemupukan
ditaburkan di samping kanan rumpun tebu
- Umur 1,5 bulan setelah tanam berikan pupuk ZA sebanyak 0,5 – 1 kw/ha dan KCl sebanyak 1-
2 kw/ha. Pemupukan ditaburkan di sebelah kiri rumpun tebu.
- Untuk mendapatkan rendemen dan produksi tebu tinggi, semprot POC NASA dosis 4 – 6 tutup
dicampur HORMONIK 1 – 2 tutup per-tangki pada umur 1 dan 3 bulan
Panen
Tebu yang siap untuk panen mempunyai ciri-ciri seperti kadar gula yang mulai beragam, sudah
berumur 10 bulan samapai 12 bulan.
Pengertiaan
Yang dimaksud dengan budidaya tebu adalah upaya menciptakan kondisi fisik lingkungan
tanaman tebu, berdasarkan ketersediaan sumberdaya lahan, alat dan tenaga yang memadai agar
sesuai dengan kebutuhan pada fase pertumbuhannya, sehingga menghasilkan produksi (gula)
seperti yang diharapkan.
Dewasa ini budidaya yang efisien adalah pengelolaan tanaman tertentu yang diusahakan
menyesuaikan dengan lingkungan agroklimat (ketersediaan lahan). Karekteristik agroklimat
terdiri dari iklim, kesuburan tanah dan topografi. Budidaya tebu hendaknya menyesuaikan
dengan kondisi karakteristik agroklimat di lahan tegalan yang umumnya dijumpai untuk tanaman
tebu. Produktifitas tebu ditentukan oleh karakteristik agroklimat yang paling minimum.
Kebutuhan Hidup Tanaman Tebu
Pada umumnya mahkluk hidup membutuhkan sumberdaya alam berupa air, oksigen,
karbondioksida, makanan dan sinar matahari. Kecuali karbon dioksida dan oksigen, sumberdaya
alam lainnya berada pada kondisi yang terbatas dan sering tidak mencukupi kebutuhan, sehingga
terkadang memerlukan usaha untuk mencukupi kebutuhan tersebut dengan tindakan pengelolaan
hidup. Sebagai contoh misalnya tanaman tebu membutuhkan hara untuk mencapai pertumbuhan
normalnya, namun ketersediaan di dalam tanah tempat tanaman itu tumbuh tidak tersedia hara N
yang memadai. Pada keadaan demikian tanaman tersebut tentu tidak akan mungkin tumbuh
normal (karena defisiensi N). Untuk mencapai kondisi pertumbuhan normal, maka upaya
budidaya diperlukan yaitu dengan cara memberikan pupuk N untuk kasus kekurangan hara N
tersebut.
Sumberdaya alam selama periode pertumbuhan tebu sangat dibutuhkan. Namun laju kebutuhan
setiap fase pertumbuhan tanaman terhadap kebutuhan jenis maupun kuantitasnya selalu tidak
sama. Dengan demikian terdapat ukuran - ukuran kebutuhan yang secara keseluruhan sangat
ditentukan oleh kebutuhan biologi pertumbuhan. Sebagai contoh, tanaman tebu memiliki 5
stadium pertumbuhan yaitu fase perkecambahan, pertunasan, pemanjangan batang, kemasakan
dan kematian, kebutuhan akan sumberdaya air pada setiap stadium berbeda. Stadium
perkecambahan sampai pemanjangan batang dapat dikatakan menghendaki kebutuhan air yang
sangat banyak. Namun pada fase kemasakan dan bahkan kematian, kebutuhan terhadap air justru
pada kondisi yang lebih sedikit untuk mengoptimalkan pengisiaan gula dalam batang. Hal yang
lain yang berkaitan dengan kebutuhan hidup tanaman tebu adalah secara agregat setiap sumber
daya alam selalu dibutuhkan, meskipun kuantitasnya dapat berlainan antara setiap fase
pertumbuhannya.
Tidak terpenuhi salah satu atau lebih sumberdaya alam yang dibutuhkan tanaman tebu, maka
akan berakibat pada penurunan kualitas pertumbuhan maupun produktivitas tanaman yang
dihasilkan. Dalam budidaya tebu, upaya untuk memenuhi kebutuhan sumberdaya alam pada saat
optimal diperlukan akan memberikan hasil panen yang maksimal.
Memaksimumkan Hasil Panen
Secara definisi telah dikemukakan di atas arti dari budidaya yang sesungguhnya dapat
disederhanakan lagi yaitu suatu upaya manusia mengoptimalkan kondisi tanaman agar
memperoleh sumberdaya alam yang dibutuhkan untuk hidupnya, sehingga dapat dimaksimalkan
perolehan produktivitas tanaman. Dengan demikian tujuan akhir dari upaya budidaya adalah
mengoptimalkan kondisi tanaman untuk memaksimumkan hasil panen.
Budidaya merupakan prasarana untuk meningkatkan respon tanaman terhadap input yang
diberikan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam menunjang dan memacu proses
pertumbuhan. Keberhasilan budidaya ditentukan oleh berlangsungnya proses-proses
pertumbuhan dalam setiap stadium secara normal dan berkesinambungan. Setiap proses fase
pertumbuhan harus berjalan dengan sempurna, untuk memberikan kesempatan proses fase
pertumbuhan berikutnya sehingga berjalan sempurna juga. Gangguan pada salah satu proses fase
pertumbuhan tebu, harus dipandang sebagai titik dari mata rantai yang terlemah dan yang paling
bertanggung jawab terhadap hasil panen yang akan diperoleh. Dapat disimpulkan bahwa
berdasarkan faktor pembatas yang paling menentukan terhadap perolehan hasil tanaman, maka
upaya dari budidaya sesungguhnya untuk mengeleminir sekecil mungkin kekurangan ketersedian
sumber daya alam yang dibutuhkan setiap fase pertumbuhan guna memaksimumkan hasil panen
yang akan diperoleh.
Landasan Pola Budidaya Tebu
Budidaya tebu yang paling sesuai adalah budidaya tebu yang menyesuaikan dengan kondisi
agroklimat, yaitu iklim, kesuburan tanah dan tofografi. Selain itu, keberhasilan budidaya tebu
ditentukan pula oleh penggunaan sarana pendukung seperti tenaga kerja dan penggunaan
peralatan yang akan menunjang pengelolaan pertanian berkelanjutan. Lebih spesifik lagi,
keberhasilan penyesuaian budidaya tebu ditentukan oleh kesesuaian tebu terhadap kondisi iklim,
kesesuaian tebu terhadap kesuburan tanah, kesesuaian pengelolaan tebu dengan tofografi,
kesesuaian pengelolaan tebu berdasarkan keterbatasan tenaga, sehingga mengharuskan
penerapan peralatan mekanisasi dan kesesuaian tebu menuju pertanian berkelanjutan.
Kesesuaian Tebu Terhadap Iklim
Budidaya tebu harus mengupayakan kebutuhan tebu terhadap variabel iklim, khususnya terhadap
ketersediaan air, baik dalam mengatur kecukupan air maupun mengurangi ketersediaannya.
Dalam budidaya, singkronisasi kebutuhan pertumbuhan tebu dengan kebutuhan SDA iklim,
seperti mengatur masa tanam yang baik untuk mendapatkan kebutuhan air optimal pada fase
pertumbuhan awal dan ditebang pada periode musim kemarau.
Berdasarkan kebutuhan air pada setiap fase pertumbuhannya, curah hujan bulanan ideal untuk
pertanaman tebu adalah 200 mm / bulan pada 5-6 bulan berturut - turut, 125 mm/bulan pada 2
bulan transisi dan kurang 75 mm / bulan pada 4 - 5 bulan berturut-turut. Menurut tipe iklim
Oldeman, zona yang terbaik untuk tanaman tebu adalah tipe iklim C2 dan C3. Dalam
pengembangannya ke lahan kering selain kedua tipe iklim tersebut ada beberapa lahan dengan
tipe iklim yang dapat diusahakan untuk tebu dengan masukan-masukan teknologi adalah B2, C2,
C3, D2, E3. Lahan yang dapat dikembangkan untuk pertumbuhan tebu dengan tanah cukup
ringan dan berdrainase baik B1, C1, D1 dan E1.
Kesesuaian Tebu Terhadap Kesuburan Tanah
Kesuburan tanah menentukan keberhasilan budidaya tebu, menyangkut aspek faktor pembatas
fisik dan kimia tanah. Sifat fisik tanah yang menonjol adalah drainase / permeabilitas, tekstur dan
ruang pori. Sedangkan sifat kimia tanah adalah kadar bahan organik, pH, ketersediaan hara
esensial dan KTK tanah.
Tekstur tanah yang sesuai bagi tanaman tebu berdasarkan sifat olah tanah adalah sedang sampai
berat atau menurut klasifikasi tekstur tanah (Buckman and Brady, 1960) adalah lempung,
lempung berpasir, lempung berdebu, liat berpasir, liat berlempung, liat berdebu dan liat atau
yang tergolong bertekstur agak kasar sampai halus. Kemasaman tanah (pH) yang terbaik untuk
tanaman tebu adalah pada kisaran 6,0 – 7,0 namun masih dapat tumbuh pada kisaran pH 4,5 -
7,5. Kesuburan tanah (status hara), berdasarkan hasil penelitian P3GI untuk menentukan
kesesuaian lahan bagi tanaman tebu dengan kriteria N total > 1,5, P2O5 tersedia > 75 ppm, K2O
tersedia > 150 ppm dan kejenuhan Al <> 4 bulan, masa tanam yang optimal pada akhir musim
kemarau sampai awal musim hujan yaitu pertengahan Oktober sampai dengan masa tanam juga
dapat pada akhir musim hujan sampai awal musim kemarau (pola II) dengan kondisi tanah
ringan, ngompol dapat diolah sepanjang musim. Pada daerah basah (bulan kering ≤ 2 bulan)
masa tanam tebu terbaik pada awal musim kemarau.
d. Mencukupi Kebutuhan Hara Tanaman
Ketersediaan hara dalam tanah sesuai dengan kebutuhan tanaman pada masing-masing fase
pertumbuhannya sangat ditentukan oleh kondisi lahan dan ketepatan pemupukan. Dalam
pemupukan perlu diperhatikan efektivitas dan efisiensi.
e. Pengendalian Jasad Pengganggu
Prinsip pengendalian jasad pengganggu (gulma, hama dan penyakit) adalah memastikan bahwa
input dan tanaman tebu tidak “termakan” oleh jasad pengganggu yaitu pengendalian secara
preventif.
f. Panen Tebu Masak (M), Bersih (B) Dan Segar (S)
Dalam pengusahaan tanaman tebu, upaya budidaya yang ditunjukkan untuk meningkatkan bobot
tebu dan rendemen yang tinggi pada akhirnya banyak ditentukan oleh sejumlah mana tebu
tersebut ditebang dan digiling dalam keadaan Masak, Bersih dan Segar (MBS). Untuk
menciptakan panen MBS banyak berkaitan dengan aspek - aspek manajerial dan koordinasi, baik
diintern Pabrik Gula (antara Bagian Tanaman, Tebang Angkut dan Pabrik) maupun koordinasi
PG dengan Petani.
Pemantauan Pertumbuhan Tanaman
Pemantauan perrtumbuhan tanaman yang bertujuan untuk mengetahui dampak dari tindakan -
tindakan budidaya yang dilakukan. Pemantauan pertumbuhan tanaman dapat dilakukan dengan
pengetahuan pertumbuhan setiap fase dan faktor - faktor yang mempengaruhi dan dinamika
populasi. Dengan membandingkan antara jumlah populasi atau pertumbuhan suatu saat pada
suatu kebun dengan standar pertumbuhan / dinamika populasi normal serta dihubungkan dengan
fase pertumbuhan saat pemantauan, sehingga dapat ditentukan tumbuh normal atau tidak serta
antisipasi / tindakan yang diperlukan.
Konsistensi Pengelolaan Tanaman
Agar dapat diperoleh hasil gula yang optimal diperlukan konsistensi pengelolaan yang prima
sejak pembukaan lahan sampai tebu dipanen dan digiling, mengingat kualitas suatu fase
pertumbuhan menentukan pertumbuhan berikutnya dan kualitas bahan baku akan menentukan
sejauh mana potensi gula yang ada di batang dapat dijadikan gula kristal yang diharapkan. Salah
satu yang harus diwaspadai adalah ketidak konsistenan pada saat panen, tebu yang ditanam dan
dipelihara dengan baik hasil gulanya kurang menggembirakan karena kehilangan gula yang
cukup besar saat panen akibat mutu tebang dan angkut kurang baik.