pedoman teknis pengembangan tanaman tebu...

49
DIREKTORAT TANAMAN SEMUSIM DAN REMPAH DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER, 2018 PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TANAMAN TEBU TAHUN 2019 REVISI II

Upload: volien

Post on 07-Aug-2019

246 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

DIREKTORAT TANAMAN SEMUSIM DAN REMPAH

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

KEMENTERIAN PERTANIAN

DESEMBER, 2018

PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN

TANAMAN TEBU

TAHUN 2019

REVISI II

PedomanTeknisPengembanganTanamanTebuTahun 2019Revisi II|ii

DAFTAR ISI

Halaman KATA PENGANTAR ........................................... i

DAFTAR ISI ........................................................ ii

DAFTAR LAMPIRAN .......................................... iv

I. PENDAHULUAN ....................................... 1

A. Latar Belakang ..................................... 1

B. Tujuan ................................................. 4

C. Sasaran ................................................ 4

D. Pengertian............................................. 4

II. PENDEKATAN PELAKSANAAN

KEGIATAN .................................................

8

A. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan

Kegiatan ...............................................

8

B. Spesifikasi Teknis ................................. 11

C. Kriteria Teknis Penerima Bantuan ....... 15

III. PELAKSANAAN KEGIATAN ..................... 17

A. Ruang Lingkup ..................................... 17

B. Pelaksana Kegiatan............................. 17

C. Lokasi, Jenis dan Volume ....................

D. Simpul Kritis..........................................

E. Penerima Manfaat ...............................

23 23 24

PedomanTeknisPengembanganTanamanTebuTahun 2019Revisi II|iii

IV. PROSES PENGADAAN DAN

PENYALURAN BANTUAN ........................

A. Proses Pengadaan dan Penyaluran

Bantuan ................................................

B. Sanksi ..................................................

25

25

26

V. PEMBINAAN, PENGENDALIAN,

PENGAWALAN DAN PENDAMPINGAN ...

A. Prinsip Pengelolaan ..............................

B. Struktur Organisasi ...............................

C. Fasilitasi Organisasi Struktural .............

D. Perencanaan Operasional ....................

E. Sosialisasi Kegiatan ..............................

F. Pengendalian dan Pengawasan ...........

27

27

27

28

31

31

31

VI. MONITORING, EVALUASI DAN

PELAPORAN .............................................

A. Monitoring ………………………………..

B. Evaluasi ………………………………….

C. Pelaporan ………………………………..

33

33

33

34

VII. PEMBIAYAAN ........................................... 36

VIII. PENUTUP .................................................. 37

LAMPIRAN

PedomanTeknisPengembanganTanamanTebuTahun 2019Revisi II|iv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lokasi dan Luas Areal Kegiatan Ekstensifikasi (PerluasanTanamanTebu) Tahun 2019

38

Lampiran 2. Lokasi dan Luas Areal Kegiatan Intensifikasi (Bongkar Ratoon danRawat Ratoon) Tahun 2019

38

Lampiran 3.

PenyediaanSumber Air TebuTahun 2019 39

Lampiran 4.

Penerapan Varietas Tebu Adaptif di Wilayah Pengembangan Baru Tahun 2019

39

Lampiran 5.

LokasiKegiatanFasilitasiPenyusunan Masterplan KawasanTebuTahun 2019

40

Lampiran 6.

Form LaporanPerkembanganKegiatanTahun 2019

41

Lampiran 7.

MekanismePengajuan, PengadaandanPenyaluranBantuanTahun 2018

42

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Tebu Tahun 2019 Revisi II|1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Target swasembada gula nasional 2015-2019 memprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi Rumah Tangga. Upaya memenuhi sasaran pencapaian Swasembada Gula Nasional tersebut, dilakukan secara terpadu antara sektor on farm dan off farm. Peningkatan produksi, produktivitas tebu dan rendemen, dilakukan melalui intensifikasi (Bongkar Ratoon dan Rawat Ratoon), ekstensifikasi (Perluasan areal) dan Revitalisasi Pabrik Gula (PG), serta pembangunan PG baru.

Sebagaimana dipahami bahwa pada lahan eksisting mengalami penurunan kualitas teknis budidaya, pergeseran lahan pertanian ke non pertanian, rendahnya daya saing komoditas tebu, pengembangan tebu bergeser pada lahan kering/marginal dan jauh dari PG dan terjadinya perubahan iklim global dan tingginya tanaman keprasan/ratoon > 3 kali, sulitnya memperoleh pupuk saat dibutuhkan serta terbatasnya benih unggul. Hal tersebut berpengaruh pada penurunan luas areal, produksi dan rendemen. Merosotnya minat petani bertanam tebu, sebagai reaksi rasional terhadap rendahnya produksi dan pendapatan riil petani serta nilai tukar (term of trade). Petani membutuhkan sebuah keyakinan dan dukungan yang kuat untuk mempertahankan lahan eksisting dan meningkatkan perluasan pengembangan lahan tebu.

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Tebu Tahun 2019 Revisi II|2

Kondisi industri gula berbasis tebu secara umum di Indonesia dan khususnya di Jawa sangat tergantung dari pasokan bahan baku tebu dari petani, yang saat ini baik jumlah maupun mutunya cenderung menurun, sehingga PG bekerja dibawah kapasitas, menyebab kan efisiensi PG menjadi rendah. Hal ini tergambar dari tingginya Biaya Pokok Produksi ditingkat petani, berdampak pada Harga Pokok Produksi menjadi tinggi.

Kemitraan antara petani dengan PG belum berjalan secara optimal dan belum mencapai kesepakatan yang konsisten. Hal ini dapat dilihat dengan kurangnya pembinaan teknis dari PG, sehingga eksekusi lahan belum berbasis sistem yang dapat memonitor perkembangan kebun. Adanya keragaman dasar pembelian kepada petani yakni bagi hasil yang diterapkan masing masing PG berbeda dan pola beli putus tebu. Hal tersebut menyebabkan pasokan bahan baku tebu ke PG tidak sesuai kapasitas ter-pasang, karena petani bebas mengolah tebu diluar wilayah binaan PG. Jika tidak segera ditangani akan membawa dampak ekonomi dan sosial yang cukup luas.

Upaya pemerintah untuk meningkatkan produksi dan produktivitas tebu, melalui bantuan pupuk untuk kegiatan intensifikasi dan ekstensifikasi. Pelaksanaan intensifikasi dilakukan dengan kegiatan bongkar ratoon dan rawat ratoon, sedangkan pelaksanaan ekstensifikasi dilakukan dengan kegiatan perluasan pengembangan tebu pada lahan hitoris untuk PG eksisting dan pengembangan tebu pada wilayah baru untuk PG baru.

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Tebu Tahun 2019 Revisi II|3

Khusus wilayah pengembangan baru dilakukan uji penerapan varietas tebu adaptif, untuk mengetahui varietas yang sesuai dengan tipologi walayah setempat. Sedangkan upaya mengatasi kelangkaan/sulitnya tenaga kerja dan upaya menurunkan biaya pokok produksi petani serta upaya meningkatkan produksi, pemerintah membantu sarana mekanisasi berupa alat dan mesin.

Adapun rencana kegiatan APBN TA 2019, adalah:

1. Ekstensifikasi (Perluasan);

2. Intensifikasi (Bongkar Ratoon dan Rawat Ratoon);

3. Penyediaan Sumber Air;

4. Penerapan varietas tebu adaptif diwilayah pengembangan baru (lanjutan);

5. Fasilitasi Penyusunan Masterplan Kawasan Tebu.

Pedoman Teknis Pengembangan Tebu Tahun 2019, mengacu kepada : Peraturan Menteri Pertanian Nomor 46/Permentan/RC.110/12/2017 Tentang Pedoman Umum Pengelolaan dan Penyaluran Bantuan Pemerintah Lingkup Kementerian Pertanian TA 2017; Peraturan Menteri Pertanian Nomor 64/Permentan/RC.130/12/2016 tentang Penugasan Kepada Gubernur dalam Pelaksanaan Kegiatan dan Tanggung Jawab Pengelolaan Dana Tugas Pembantuan Provinsi; Peraturan Menteri Keuangan Nomor 156/PMK.07/2008 Tentang Pedoman Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 248/PMK.07/2010, Tentang Perubahan atas Peraturan

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Tebu Tahun 2019 Revisi II|4

Menteri Keuangan Nomor 156/PMK.07/2008, Tentang Pedoman Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 660). Sedangkan pelaksanaan di lapangan mengacu kepada Petunjuk Pelaksanaan yang disusun oleh Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan dan Petunjuk Teknis oleh Dinas Kabupaten yang membidangi perkebunan.

B. Tujuan

1. Sebagai acuan pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Tanaman Tebu Tahun 2019 bagi Provinsi dan Kabupaten/Kota yang membidangi perkebunan;

2. Peningkatan produksi dan produktivitas tebu.

C. Sasaran

1. Tersedianya acuan pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Tebu Tahun 2019;

2. Terlaksananya kegiatan Ekstensifikasi (Perluasan), Intensifikasi (Bongkar Ratoon dan Rawat Ratoon) serta kegiatan pendukung;

3. Meningkatnya produksi dan produktivitas tebu.

D. Pengertian

Dalam Pedoman Teknis Pengembangan Tebu, yang dimaksud dengan:

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Tebu Tahun 2019 Revisi II|5

1. Dinas Provinsi adalah Dinas yang membidangi Perkebunan di Provinsi pengembangan tebu dengan keanggotaan terdiri dari unsur-unsur terkait;

2. Dinas Kabupaten/Kota adalah Dinas yang membidangi Perkebunan di Kabupaten/Kota dengan keanggotaan terdiri dari unsur-unsur terkait di Kabupaten/Kota;

3. Kerjasama Operasional (KSO) adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih dimana masing-masing sepakat untuk melakukan pekerjaan tertentu secara temporer berdasarkan MoU;

4. Koperasi Petani Tebu Rakyat (KPTR)/Koperasi petani adalah lembaga keuangan dan ekonomi petani yang mengelola tebu selanjutnya disebut koperasi, adalah koperasi yang dibentuk oleh dan beranggotakan para petani tebu serta berbadan hukum;

5. Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) adalah kumpulan beberapa kelompok tani tebu yang bergabung dan bekerja sama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha serta berbadan hukum;

6. Kelompok Tani adalah sekumpulan petani yang sepakat membentuk kelompok dengan tujuan mengusahakan dan mengembangkan usaha perkebunan tanaman tebu;

7. Petani adalah orang perseorangan warga Negara Indonesia yang melakukan usaha perkebunan tanaman tebu pada lahan milik sendiri, sewa dan/atau lahan garapan;

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Tebu Tahun 2019 Revisi II|6

8. Calon petani dan calon lahan yang selanjutnya disebut CP/CL adalah daftar petani dan lahan yang diusulkan untuk ditetapkan menjadi peserta program penerima bantuan yang diusulkan oleh kabupaten/kota yang membidangi perkebunan;

9. Kelompok tani sasaran adalah CP/CL yang telah di ditetapkan oleh kepala dinas Provinsi/Kabupaten/Kota yang membidangi perkebunan selaku penerima bantuan Pemerintah;

10. Ekstensifikasi/Perluasan tanaman tebu adalah pelaksanaan budidaya tanaman tebu dengan melakukan penanaman tebu di lahan baru (bukan bekas lahan tebu).

11. Intensifikasi Tanaman Tebu adalah upaya untuk meningkatkan hasil budidaya tebu tanpa memperluas lahan tebu yang telah ada melalui kegiatan bongkar ratoon dan rawat ratoon.

12. Bongkar Ratoon adalah pelaksanaan budidaya tanaman tebu dengan melakukan pembongkaran tanaman tebu yang produktivitasnya dibawah standar rata rata wilayah atau secara ekonomis sudah tidak menguntungkan.

13. Rawat ratoon adalah budidaya tanaman tebu dengan melakukan pemeliharaan tanaman tebu keprasan yang secara ekonomi masih menguntungkan;

14. Pupuk anorganik adalah pupuk hasil proses rekayasa secara kimia, fisika dan/atau biologi, dan merupakan hasil industri/pabrik pembuat pupuk;

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Tebu Tahun 2019 Revisi II|7

15. Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut Kuasa PA adalah pejabat yang memperoleh kuasa dari PA untuk melaksanakan sebagian kewenangan dan tanggung jawab penggunaan anggaran pada Kementerian Negara/lembaga yang bersangkutan;

16. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disebut PPK adalah pejabat yang diberi ke-wenangan oleh PA/Kuasa PA untuk mengambil ke-putusan dan/atau tindakan yang dapat mengakibat- kan pengeluaran atas beban APBN;

17. Pejabat Penandatangan Surat Perintah Membayar yang selanjutnya disebut PPSPM adalah pejabat yang diberi kewenangan oleh Kuasa PA untuk melakukan pengujian atas Surat Perintah Pembayaran (SPP) dan menandatangani Surat Perintah Membayar(SPM);

18. Dana Tugas Pembantuan adalah dana yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), yang dilaksanakan oleh daerah yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan tugas pembantuan.

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Tebu Tahun 2019 Revisi II|8

II. PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan pengembangan tanaman tebu dilaksanakan melalui kegiatan Intensifikasi (Perluasan Tanaman Tebu), Ekstensifikasi (Bongkar Ratoon danRawat Ratoon), penyediaan sumber air untuk tebu, penerapan varietas tebu yang adaptif di wilayah pengembangan baru, serta fasilitasi penyusunan masterplan kawasan tebu. Pengadaan sarana produksi berupa pupuk an organik, dilakukan oleh dinas Provinsi/Kabupaten/ Kota yang membidangi perkebunan, mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang PengadaanBarang/Jasa Pemerintah serta peraturan yang berlaku, dengan prinsip pendekatan sebagai berikut:

1. Ekstensifikasi (Perluasan Tanaman Tebu)

Kegiatan Ekstensifikasi (Perluasan Tanaman Tebu) dilaksanakan pada lahan bukaan baru, bukan merupakan bekas lahan tebu. Kegiatan perluasan bertujuan menambah areal eksisting tebu yang sudah ada atau pada wilayah pengembangan PG baru.

Bantuan yang diberikan berupa bantuan pupuk an-organik (pupuk majemuk/tunggal) bersifat stimulant dan bantuan biaya pembukaan lahan baru/Land Clearing (LC) untuk luar Jawa. Pada wilayah pengembangan Pabrik Gula baru, diberikan bantuan berupa benih tebu.

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Tebu Tahun 2019 Revisi II|9

2. Intensifikasi Tanaman Tebu

Kegiatan intensifikasi tanaman tebu mencakup kegiatan Bongkar Ratoon dan Rawat Ratoon.

a. Bongkar Ratoon

Kegiatan Bongkar Ratoon dilaksanakan pada lahan tebu yang produktivitasnya dibawah standar rata-rata wilayah atau secara ekonomis sudah tidak menguntungkan, dengan penyediaan bantuan berupa sarana pupuk an organik (pupuk majemuk/tunggal) yang bersifat stimulan.

b. Rawat Ratoon

Kegiatan rawat ratoon dilaksanakan pada lahan keprasan yang secara ekonomis masih menguntungkan untuk dipelihara. Diberikan bantuan sarana pupuk an organik (pupuk majemuk/tunggal) yang bersifat stimulan.

3. Bantuan Penyediaan Sumber Air untuk Tebu

Pelaksanaan kegiatan penyediaan sumber air untuk tebu dilaksanakan oleh Dinas yang membidangi Perkebunan Provinsi.

Penerima bantuan adalah kelompok tani tebu yang berada di lokasi lahan tegalan/marginal sulit pengairan. Adapun bentuk kegiatan ini adalah pembuatan sumur bor, pengadaan pompa air beserta instalasinya.

4. Penerapan Varietas Tebu Adaptif di Wilayah Pengembangan Baru

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Tebu Tahun 2019 Revisi II|10

Penerapan varietas tebu adaptif di wilayah pengembangan baru berupa kegiatan lanjutan dilakukan untuk mendapatkan varietas unggul yang sesuai tipologi wilayah pengembangan baru. Tujuan penerapan varietas tebu adaptif untuk mendapatkan varietas yang sesuai dengan agroklimat wilayah setempat, sehingga memudahkan investor dalam merencanakan pembangunan PG baru.

Kegiatan penerapan varietas tebu adaptif di wilayah pengembangan baru berupa kegiatan lanjutan didampingi oleh Tenaga Ahli dari Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GIPasuruan) atau Balai Penelitian Tanaman Serat dan Pemanis (Balittas Malang).

5. Fasilitasi Penyusunan Masterplan Kawasan

Tebu

Kegiatan Fasilitasi Penyusunan Masterplan Kawasan Tebu dilakukan untuk menjadi pilot projek Kawasan Tebu di suatu wilayah pengembangan tebu yang akan memetakan potensi lahan, keberadaan Pabrik Gula (PG), sumber daya manusia dan lingkungan setempat.

Kegiatan ini merumuskan suatu kawasan tebu yang terpadu dari hulu sampai dengan hilir yang melibatkan akademisi dan praktisi tebu di wilayah tersebut.

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Tebu Tahun 2019 Revisi II|11

B. Spesifikasi Teknis

Pengembangan Areal Produktif Tanaman Tebu

1. Ekstensifikasi (Perluasan Tanaman Tebu)

Ekstensifikasi/Perluasan Tanaman Tebu dilaksanakan pada lahan baru bukan bekas lahan tebu. Pelaksanaan kegiatan diawali dengan pembukaan lahan (Land Clearing/LC) diberikan bantuan berupa biaya LC (khusus luar pulau Jawa) dan bantuan pupuk an organik yang bersifatstimulan sebanyak 525 kg/ha, sedangkan kekurangannya dipenuhi dari swadaya petani.

Penggunaan jumlah dan jenis pupuk (majemuk/tunggal) dapat menggunakan rekomendasi PG wilayah binaan. Kegiatan perluasan diupayakan dilaksanakan melalui pola regrouping dengan luas lahan minimal 5 ha, yang dilakukan secara berkelompok. Kegiatan ini dilakukan dengan mekanisme Kerja Sama Operasional (KSO) antara petani/kelompok tani dengan PG Pembina atau provider. Bantuan benih tebu berupa bagal dengan jumlah mata 60.000 mata, setara 6-8 ton/hektar.

2. Intensifikasi Tanaman Tebu

a. Bongkar Ratoon

Pelaksanaan Bongkar Ratoon dilaksanakan pada lahan tebu yang produktivitasnya dibawah standar rata rata wilayah atau secara ekonomis sudah tidak menguntungkan. Bantuan yang diberikan berupa

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Tebu Tahun 2019 Revisi II|12

pupuk anorganik yang bersifat stimulant sebesar 525 kg/ha, sedangkan kekurangannya dipenuhi dari swadaya petani. Penggunaan jumlah dan jenis pupuk (majemuk/tunggal) dapat menggunakan rekomendasi PG Pembina.

Kegiatan Bongkar Ratoon diupayakan dilaksanakan melalui pola regrouping dengan luas lahan minimal 5 ha, yang dilakukan secara berkelompok. Kegiatan ini dilakukan dengan mekanisme Kerja Sama Operasional (KSO) antara petani/kelompok tani dengan PG Pembina atau provider.

b. Rawat Ratoon

Rawat ratoon dilakukan pada tanaman tebu yang secara ekonomis masih menguntungkan untuk dilakukan pemeliharaan. Diberikan bantuan sarana pupuk an organik, yang bersifat stimulan sebesar 525 kg/ha, sedangkan kekurangannya dipenuhi dari swadaya petani. Penggunaan jumlah dan jenis pupuk (majemuk/tunggal) dapat menggunakan rekomendasi PG Pembina.

c. Bantuan Pupuk

Bantuan pupuk pada kegiatan Ekstensifikasi dan Intensifikasi Tanaman Tebu bersifat stimulant berupa pupuk anorganik majemuk/tunggal sebanyak 525 kg/hektar, sedangkan kekurangannya dipenuhi dari swadaya petani. Upaya untuk meningkatkan efisiensi dan ketepatan dalam penggunaan dosis pupuk, sebaiknya dilakukan analisa tanah terlebih dahulu. Spesifikasi teknis pupuk an- organik yang

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Tebu Tahun 2019 Revisi II|13

digunakan dapat berupa pupuk majemuk atau pupuk tunggal dengan dosis pupuk mengacu pada Pedoman Budidaya Tebu Giling yang baik (Permentan No. 53/Permentan/ KB.110/10/2015), memiliki ijin edar dari Menteri Pertanian.

3. Penyediaan Sumber Air

Pelaksanaan kegiatan penyediaan sumber air untuk tebu dilakukan pada lahan tegalan/marginal yang sulit pengairan. Lahan yang kekurangan air tersebut diidentifikasi berdasarkan tingkat curah hujan per tahun di wilayah terebut dan berdasarkan ketersediaan air permukaan di lahan tersebut. Pembuatan sumur bor ditujukan untuk mendapatkan air permukaan yang bisa didistribusikan menggunakan pompanisasi ke lahan-lahan yang kekurangan air. Setiap sumur bor dan pompa mampu mengairi lahan minimal seluas 4-6 ha. Bantuan sumber air untuk tebu diperuntukkan untuk kelompok tani dan lahan yang digunakan untuk penyediaan sumber air milik petani yang status lahannya diharapkan tidak merubah komoditi tebu ke komoditi lainnya.

Spesifikasi teknis penyediaan sumber air, sebagai berikut : - Pompa air beserta instalasinya - Pembuatan sumur bor.

4. Penerapan Varietas Tebu Adaptif di Wilayah Pengembangan Baru

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Tebu Tahun 2019 Revisi II|14

Pelaksanaan kegiatan penerapan varietas tebu adaptif di wilayah pengembangan baru pada APBN tahun 2019, merupakan kegiatan lanjutan penerapan varietas tebu adaptif tahun 2017 dan 2018 yang dilaksanakan pada 8 Provinsi. Spesifikasi pelaksanaan kegiatan, sebagai berikut :

- Untuk kegiatan lanjutan bantuan saprodi yang diberikan berupa bantuan pupuk an-organik dan pupuk organik saja;

- Analisis hasil produksi dilaksanakan di laboratorium untuk mengetahui kandungan gula, serat dan ampas dalam sampel tebu, serta produktivitas tanaman tebu;

5. Fasilitasi Penyusunan Masterplan Kawasan Tebu Pelaksanaan kegiatan Fasilitasi Penyusunan Masterplan Kawasan Tebu dilaksanakan di 1 Provinsi contoh untuk pilot projek Kawasan Tebu. Adapun spesifikasi kegiatan tersebut adalah sebagai berikut : - Fasilitasi Penyusunan Rancangan Kawasan

Tebu yang terpadu dari hulu sampai dengan hilir;

- Pemetaan Kawasan Tebu menggunakan peta dasar bumi yang dioverlaykan dengan peta potensi dan eksisting lahan tebu;

- Penyusunan Rancangan Tata Ruang Wilayah daerah dengan Kawasan Tebu;

- Pelaksanaan penyusunan masterplan kawasan tebu ini melibatkan stakeholder tebu dari Dinas yang membidangi Perkebunan di Provinsi/

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Tebu Tahun 2019 Revisi II|15

Kabupaten/Kota, Akademisi dari Perguruan Tinggi, Pabrik Gula, Badan Perencanaan Daerah, Dinas PUPR dan intansi terkait lainnya.

C. Kriteria Teknis Calon Penerima Bantuan

- Calon Petani (CP), yang tergabung dalam satu kelompok tani sasaran yang mengusahakan tebu sesuai ketentuan yang berlaku;

- Kelompok tani sasaran penerima bantuan tergabung dalam Gapoktan/Koperasi berbasis tebu;

- CP, sebagai penerima manfaat bersedia dan mampu melaksanakan budidaya tebu sesuai standar teknis dan sesuai dengan anjuran Dinas yang membidangi perkebunan setempat atau PG wilayah binaan;

- Calon Lahan (CL), lahan milik petani (petani pemilik, penyewa dan/atau penggarap) yang dibuktikan dengan keterangan kepemilikan/bukti sewa/bukti garap yang diketahui oleh Kepala Desa setempat;

- CL, tidak/sedang menjadi agunan dengan perbankan atau sumber permodalan lainnya serta tidak dalam sengketa;

- Luas lahan petani tebu sasaran penerima bantuan maksimal 4 Ha per petani;

- Petani/kelompok tani sasaran penerima kegiatan yang sama dapat mengikuti kegiatan Ekstensifikasi (perluasan) dan Intensifikasi Tebu (Bongkar Ratoon dan Rawat Ratoon) sepanjang luasannya tidak melebihi 4 ha;

- CP/CL, diprioritaskan pada petani yang belum pernah mendapat bantuan;

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Tebu Tahun 2019 Revisi II|16

- Kelompok tani baru dapat menerima bantuan dengan syarat pada waktu diusulkan sudah membentuk kelompok tani berbasis tebu, dengan maksud untuk mengakomodir petani tebu mandiri yang belum pernah menerima bantuan pemerintah;

- Petani/kelompok tani sasaran penerima bantuan harus tergabung atau menjadi anggota Gapoktan/koperasi berbasis tebu. Bagi kelompok tani yang belum membentuk Gapoktan/Koperasi berbasis tebu, agar segera membentuk Gapoktan/Koperasi berbasis tebu berbadan hukum;

Spesifikasi teknis kegiatan secara rinci dituangkan dalam Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan oleh Dinas Provinsi/ Kabupaten (untuk TP mandiri) yang membidangi perkebunan sesuai spesifikasi lokasi atau kebutuhan daerah dan tetap memperhatikan aspek kualitas dalam rangka peningkatan produksi dan produktivitas tebu.

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Tebu Tahun 2019 Revisi II|17

III. PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Ruang Lingkup

Ruang lingkup kegiatan pengembangan tanaman tebu dimulai dari perencanaan, sosialisasi, usulan CP/CL kabupaten/kota, verifikasi, penetapan petani/kelompok tani/Gapoktan/Koperasi berbasis tebu dan lokasi penerima kegiatan oleh Kepala Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan. Pengadaan sarana dan prasarana produksi, penyaluran bantuan sarana dan prasarana produksi sampai ke titik bagi, penataan kelembagaan/organisasi pelaksana dan pengelola kebun, serta pengawalan, pendampingan, monitoring, evaluasi dan pelaporan dalam kegiatan yang terkoordinasi, terintegrasi dan sinergis.

Pelaksanaan kegiatan pengembangan tebu rakyat dilaksanakan pada sentra pengembangan tebu dan atau pengembangan wilayah baru. Pengelolaan kegiatan Ekstensifikasi (Perluasan), Intensifikasi (Bongkar ratoon dan Rawat ratoon), Penyediaan sumber Air, Penerapan Varietas Tebu Adaptif dan Fasilitasi Penyusunan Masterplan Kawasan Tebu dilaksanakan oleh dinas yang membidangi perkebunan Provinsi/Kabupaten/Kota serta PG selaku pembina teknis.

B. Pelaksana Kegiatan

Kegiatan pengembangan areal produktif tanaman tebu dilaksanakan oleh Petani/Kelompok tani yang tergabung dalam Gapoktan/Koperasi berbasis tebu

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Tebu Tahun 2019 Revisi II|18

dengan pembinaan teknis dilakukan oleh dinas Provinsi/ Kabupaten/ Kota yang membidangi perkebunan bersama PG.

Kegiatan pengembangan tebu (bongkar ratoon dan perluasan) diupayakan dapat dilakukan dengan pola re-grouping dengan hamparan minimal 5 ha, yang pelaksanaannya dilakukan dengan pola KSO antara petani/Kelompok tani dengan PG atau provider.

Tahapan pelaksanaan kegiatan : 1. Penentuan Petani/KelompokTani sasaran.

Petani/Kelompok Sasaran ditetapkan oleh Dinas Provinsi/ Kabupaten/ Kota yang membidangi perkebunan, untuk lingkup provinsi atas dasar usulan CP/CL dari Kabupaten/Kota yang sudah dilakukan verifikasi. Namun perlu dipedomani, kriteria umum harap mempertimbangkan prinsip-prinsip keberhasilan pencapaian sasaran, keadilan dan tertib administrasi serta mengacu kepada ketentuan yang berlaku.

2. Kriteria Umum dimaksud adalah : a. Petani/Kelompok TaniSasaran penerima bantuan

mempunyai lahan usaha tebu dan menjadi anggota Gapoktan/Koperasi berbasis tebu;

b. Petani dapat mengikuti semua kegiatan (perluasan, bongkar ratoon dan rawat ratoon) dengan luas maksimal 4 hektar per petani;

c. Petani/Kelompok tani Sasaran yang belum menjadi anggota Gapoktan/Koperasi berbasis tebu diharuskan mendaftarkan diri menjadi anggota Gapoktan/Koperasi berbasis tebu;

d. Bagi daerah yang belum terbentuk Gapoktan/ Koperasi berbasis tebu atau daerah yang sudah

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Tebu Tahun 2019 Revisi II|19

ada Gapoktan/Koperasi namun membutuhkan pengembangan Gapoktan/Koperasi baru, dapat segera membentuk Gapoktan/Koperasi berbasis tebu dan berbadan hukum.

e. Kelompok tani Sasaran memiliki kemampuan menerapkan teknologi anjuran budidaya tebu sesuai standar teknis;

f. Petani/Kelompok tani sasaran tidak sedang bermasalah dengan perbankan atau sumber permodalan lainnya.

3. Kriteria Khusus kegiatan yang dilaksanakan:

- Ekstensifikasi Tanaman Tebu

Petani/kelompoktani pelaksana perluasan tanaman tebu sanggup melaksanakan penanaman tebu sesuai ketentuan yang berlaku.

Diprioritaskan kepada petani yang belum pernah mendapat bantuan.

Lahan yang digunakan bukan bekas tanaman tebu.

Petani tergabung dalam Kelompok tani dan Gapoktan/Koperasi berbasis tebu.

Pengelolaan lahan diupayakan secara berkelompok dengan luas hamparan minimal 5 ha (re-grouping), dapat dilaksanakan dengan sistem KSO.

- Intensifikasi Tanaman Tebu

Petani/kelompok tani pelaksana bongkar ratoon sanggup melaksanakan penanaman tebu sesuai ketentuan yang berlaku.

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Tebu Tahun 2019 Revisi II|20

Bongkar ratoon dilakukan pada tanaman dengan produktivitas rendah/dibawah standar rata-rata wilayah atau terserang hama/penyakit.

Rawat Ratoon tanaman tebu yang mendapat bantuan dengan kriteria tanaman masih layak secara ekomonis untuk dipelihara dan potensi produktivitas tinggi.

Pengelolaan lahan diupayakan secara berkelompok dengan luas hamparan minimal 5 ha (re-grouping), dapat dilaksanakan dengan sistem KSO.

Kegiatan Bongkar Ratoon dan Rawat Ratoon diprioritaskan pada petani yang belum pernah mendapat bantuan.

Petani tergabung dalam kelompok tani dan gapoktan/koperasi berbasis tebu.

- Penyediaan Sumber air

Bantuan penyediaan sumber air berupa pembuatan sumur bor, pengadaan pompa air beserta instalasinya dilaksanakan oleh Dinas yang membidangi perkebunan Provinsi/ Kabupaten/Kota.

Sasaran penerima bantuan sumber air adalah Kelompoktani berbasis tebu yang menghadapi kesulitan sarana pengairan untuk kegiatan pengembangan tebu.

- Penerapan Varietas Tebu Adaptif di Wilayah Pengembangan Baru.

Penerapan varietas tebu adaptif dilakukan dilahan milik pemda atau sewa seluas 1 ha dan dikelola

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Tebu Tahun 2019 Revisi II|21

oleh Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan.

- Fasilitasi Penyusunan Masterplan Kawasan Tebu

Kegiatan dilaksanakan oleh Dinas yang membidangi Perkebunan Provinsi bekerjasama dengan Dinas yang membidangi Perkebunan Kabupaten/Kota, Perguruan Tinggi, Pabrik Gula dan Badan Perencanaan Daerah, Dinas PUPR, dan instansi terkait lainnya.

4. Sosialisasi kepada Calon Petani/Kelompok Tani/ Gapoktan/Koperasi Sasaran.

Tim teknis Kabupaten/Kota melakukan sosialisasi kegiatan pengembangan tebu TA. 2019, selanjutnya petani/ Kelompok Tani/ Gapoktan/ Koperasi berbasis tebu yang berminat mengusulkan pada Dinas Kabupaten/Kota untuk dilakukan seleksi sebelum ditetapkan oleh Dinas yang membidangi perkebunan kabupaten/kota atau diusulkan pada Provinsi yang membidangi perkebunan untuk ditetapkan.

5. Seleksi Calon Petani/ Kelompoktani/ Gapoktan/ Koperasi Berbasis Tebu.

Seleksi dilakukan oleh Tim Teknis Kabupaten/Kota yang membidangi perkebunan. Hasil seleksi selanjutnya ditetapkan dengan surat keputusan Kepala Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi perkebunan atas nama Bupati untuk Kabupaten/Kota satker mandiri, sedangkan untuk satker di provinsi SK Kepala Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi perkebunan atas nama Bupati

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Tebu Tahun 2019 Revisi II|22

diusulkan kepada DinasProvinsi yang membidangi perkebunan. Dinas Provinsi yang membidangi melakukan verifikasi CP/CL,untuk ditetapkan sebagai petani/kelompoktani/Gapoktan/Koperasi sasaran pelaksana kegiatan pengembangan areal produktif tanaman tebu.

Persyaratan dan mekanisme seleksi serta penetapan sasaran, demikian juga dengan operasional pelaksanaannya di lapangan, diatur lebih lanjut dalam Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) yang ditetapkan oleh Kepala Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan sedangkan Petunjuk Teknis (Juknis) ditetapkan oleh Kepala Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi perkebunan dengan mengacu kepada Pedoman Teknis Pusat.

6. Pengajuan dan Penyaluran Dana APBN.

Mekanisme dan Tata Cara Pengajuan dan Penyaluran Dana dilaksanakan sebagaimana ketentuan yang berlaku.

7. Pembinaan, Pengawalan dan Pengendalian

Pembinaan, pengawalan dan pengendalian,

dilaksanakanoleh Direktorat Tanaman Semusim

dan Rempah, Dinas Provinsi dan Kabupaten/Kota yang membidangi perkebunan serta instansi terkait dan PG di wilayah binaan masing-masing.

8. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan.

Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari pelaksanaan kegiatan yang merupakan wujud pertanggungjawaban dari pelaksanaan kegiatan.

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Tebu Tahun 2019 Revisi II|23

C. Lokasi, Jenis dan Volume

Kegiatan pengembangan tanaman tebu dilaksanakan di wilayah sentra pengembangan industri gula berbasis tebu (PG), yang berlokasi di Pulau Jawa dan Luar Jawa. Adapun volume kegiatan pengembangan tebu disesuaikan dengan potensi wilayah dan kemampuan pengelolaan daerah (terlampir).

D. Simpul Kritis

Dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan tanaman tebutahun 2019, terdapat beberapa simpul kritis yang perlu diperhatikan guna meminimalisir resiko. Simpul kritis tersebut, antara lain:

- Penetapan CP/CL yang harus tepat sasaran, luasan dan waktu. Untuk meminimalisir resiko kegagalan, dilakukan sosialisasi sejak bulan Desember 2018.

- Pengadaan dan penyaluran pupuk an-organik harus tepat jumlah, jenis, mutu, harga, waktu dan sasaran.

Untuk meminimalisir risiko, tim teknis Kabupaten/Kota lebih awal dalam mengusulkan CP/CL dengan menyertakan pola tanam (pola 1 dan 2), Provinsi membuat jadwal waktu pelaksanaan (time line) mulai dari persiapan sampai dengan pendistribusian pupuk pada kelompok tani terkait jumlah, jenis, mutu, harga, waktu dan sasaran, sesuai pola tanam, meningkatkan koordinasi dengan penyedia pupuk.

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Tebu Tahun 2019 Revisi II|24

- Bagi daerah pengembangan baru, terjadi keterlambatan pelaksanaan kegiatan karena kegiatan merupakan petani baru dan tidak tersedia alsintan. Upaya percepatan pelaksanaan kegiatan melalui pengadaan bantuan alsin dipercepat untuk dapat dimanfaatkan secara optimal.

E. Penerima Manfaat

Penerima manfaat kegiatan pengembangan tebu adalah kelompok tani, gapoktan, individu dana tau kelompok masyarakat lainnya.

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Tebu Tahun 2019 Revisi II|25

IV. PROSES PENGADAAN DAN PENYALURAN

BANTUAN

A. Proses Pengadaan dan Penyaluran Bantuan

Tata cara pemanfaatan dana operasional menggunakan mekanisme Uang Persediaan (UP), Tambahan Uang Persediaan (TUP) dan Pengadaan Langsung (LS) diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan, Kementerian Keuangan Nomor PER-11/PB/2011 tanggal 18 Februari 2011 (Perubahan atas PER-66/PB/2005 tanggal28 Desember 2006) tentang Mekanisme Pelaksanaan Pembayaran Atas Beban APBN, dan pelaksanaan di lapangan mengacu kepada Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Tebu Tahun 2019.

Proses pengadaan dan penyaluran bantuan pada kegiatan Pengembangan Tanaman Tebu Tahun 2019 dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut :

- Penetapan kelompok sasaran berdasarkan keputusan Kepala Dinas Provinsi atas usulan Kepala Dinas Kabupaten yang membidangi Perkebunan atau Bupati/Walikota/Kepala Dinas Kabupaten yang membidangi Perkebunan.

- Penetapan Tim Teknis Pengadaan oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Dinas Provinsi yang membidangi Perkebunan.

- Prosedur pengadaan dan penyaluran mengacu pada Perpres No. 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah serta Pedoman Pengadaan. Disamping itu juga mengacu pada Pedoman Pengadaan dan Penatausahaan

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Tebu Tahun 2019 Revisi II|26

Barang lingkup Satker Direktorat Jenderal Perkebunan.

- Pelaksanaan Lelang/Pengadaan barang dan jasa diharapkan dapat selesai pada Triwulan I 2019.

- Penyaluran paket bantuan kepada petani diharapkan dapat selesai pada triwulan I tahun 2019, dengan berita acara serah terima barang sebagaimana format yang telah ditetapkan.

B. Sanksi

Apabila terjadi penyimpangan dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan tebu akan diselesaikan terlebih dahulu secara musyawarah dan mufakat, dengan membentuk tim khusus untuk menyelesaikan masalah tersebut. Tim dibentuk dengan keputusan Kepala Dinas yang membidangi perkebunan Provinsi. Tim yang dibentuk terdiri dari unsur-unsur: Tim teknis Provinsi, Tim teknis Kabupaten/Kota dan lembaga hukum diwilayah masing masing. Namun apabila tidak terjadi kesepakatan dapat menempuh jalur hukum.

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Tebu Tahun 2019 Revisi II|27

IV. PEMBINAAN, PENGENDALIAN DAN

PENGAWALAN,

A. Prinsip Pengelolaan

Pengelola kegiatan, dalam melaksanakan kegiatannya mengacu pada prinsip good government dan clean government, yaitu:

1. Mentaati peraturan perundangan;

2. Membebaskan diri dari praktek korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN);

3. Menjunjung tinggi keterbukaan informasi, transparansi dan demokratisasi;

4. Memenuhi azas akuntabilitas, sehingga dapat dipertanggungjawabkan.

B. Struktur Organisasi

Pelaksana Pembinaan, Pengendalian dan Pengawalan kegiatan pengembangan tanaman tebu di tingkat Pusat dilaksanakan oleh Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah atas nama Direktur Jenderal Perkebunan.

Tingkat Provinsi dilaksanakan oleh Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan atas nama Kepala Daerah Provinsi.

Tingkat Kabupaten/Kota dilaksanakan oleh Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi perkebunan atas nama Kepala Daerah Kabupaten/Kota.

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Tebu Tahun 2019 Revisi II|28

C. Fasilitasi Organisasi Struktural

Untuk kelancaran dan ketertiban pelaksanaan program, dilaksanakan oleh organisasi struktural. Di tingkat pusat dilaksanakan oleh Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah, pada tingkat daerah dilaksanakan oleh Dinas Provinsi dan Kabupaten/Kota yang membidangi Perkebunan.

1. Pusat

Fasilitasi koordinasi perencanaan dan pelaksanaan kegiatan Pengembangan Tanaman Tebu dilaksanakan oleh Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah, dengan kegiatan:

a. Melakukan koordinasi perencanaan dan pe-laksanaan yang bersifat lintas sektoral antar instansi di tingkat pusat dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan kegiatan;

b. Menyiapkan kebijakan operasional yang dituangkan dalam Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Tebu;

c. Melakukan koordinasi dengan Dinas Provinsi dan Kabupaten/Kota yang membidangi perkebunan dalam pembinaan dan pengawalan, serta membantu mengatasi permasalahan yang dihadapi di tingkat lapangan;

d. Meningkatkan efektivitas pelaksanaan program melalui kerjasama dengan pemangku kepentingan/stakeholder, organisasi profesi

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Tebu Tahun 2019 Revisi II|29

bidang teknis, perguruan tinggi dan unsur masyarakat lainnya;

e. Menyusun dan menyampaikan laporan perkembangan hasil pembinaan dan pengawalan, kepada Direktur Jenderal Perkebunan berdasarkan laporan dari Provinsi, Kabupaten/Kota.

2. Tim teknis Provinsi

Fasilitasi koordinasi perencanaan dan pelaksanaan kegiatan Pengembangan Tanaman Tebu dilaksanakan oleh Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan, dengan kegiatan :

a. Menyiapkan kebijakan operasional yang dituangkan dalam Petunjuk Pelaksanaan (Juklak);

b. Memberikan arahan dan membantu perencanaan serta pelaksanaan kegiatan;

c. Menetapkan kelompok sasaran penerima kegiatan berdasarkan usulan CP/CL dari Kepala dinas Kabupaten/Kota yang membidangi perkebunan;

d. Melakukan pembinaan dan pengawalan kepada kelompok tani penerima bantuan termasuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi;

e. Melakukan pembinaan dan pengawalan terhadap SDM, kelembagaan serta pengembangan manajemen usaha;

f. Membuat laporan hasil pembinaan dan pengawalan serta menyampaikannya ke

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Tebu Tahun 2019 Revisi II|30

Direktorat Jenderal Perkebunan cq. Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah setiap Triwulan dan Tahunan serta laporan yang bersifat insidentil.

3. Tim Teknis Kabupaten

Fasilitasi koordinasi perencanaan dan pelaksanaan kegiatan Pengembangan Tanaman Tebu dilaksanakan oleh Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi perkebunan cq Tim teknis Kabupaten/Kota, dengan kegiatan:

a. Menyiapkan kebijakan operasional yang dituangkan dalam Petunjuk Teknis (Juknis) untuk mengakomodir hal-hal yang bersifat spesifik daerah/lokasi;

b. Memberikan arahan dan membantu perencanaan serta pelaksanaan kegiatan;

c. Melaksanakan sosialisasi dan seleksi usulan CP/CLkelompok tani;

d. Menetapkan kelompok sasaran penerima kegiatan berdasarkan usulan CP/CL dari petani;

e. Memfasilitasi kelancaran pelaksanaan dan pembinaan di bidang teknis produksi dan operasional termasuk rencana pemanfaatan dana operasional, manejemen usaha tani dan pengembangan kelembagaan usaha kelompok;

f. Membuat laporan hasil pembinaan, pengawalan dan pendampingan serta menyampaikannya kepada Direktorat Jenderal Perkebunan dengan tembusan kepada Dinas yang membidangi perkebunan Provinsi yang membidangi

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Tebu Tahun 2019 Revisi II|31

perkebunan secara berkala setiap Triwulan dan Tahunan serta laporan yang bersifat insidentil;

D. Perencanaan Operasional

Perencanaan operasional kegiatan disusun secara terpadu oleh Direktorat Jenderal Perkebunan, Dinas Provinsi dan Kabupaten/Kota yang membidangi Perkebunan dengan pihak-pihak terkait yang didasarkan pada kondisi lapangan dan sinergitas antar wilayah.

E. Sosialisasi Kegiatan

Sosialisasi kepada pihak-pihak terkait dilakukan secara berjenjang mulai dari pusat sampai lapangan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan, Dinas Provinsi dan Kabupaten/Kota yang membidangi perkebunan sesuai dengan tupoksi dan kewenangan masing-masing.

F. Pengendalian dan Pengawasan

1. Pengendalian

Pengendalian dilakukan melalui jalur struktural dan jalur fungsional satuan kerja. Pengendalian melalui jalur struktural dilakukan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan, Dinas Provinsi dan Kab/ Kota yang membidangi perkebunan. Sedangkan pengendaliannya melalui jalur fungsional, dilakukan melalui Satuan Pelaksana Pengendalian

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Tebu Tahun 2019 Revisi II|32

Internal (Satlak-PI) sesuai jalur dan kewenangannya.

2. Pengawasan

Pengawasan dilakukan oleh aparat pengawas fungsional antara lain Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian.

Pada tingkat lokasi/desa/kelompok, pengawasan dilakukan oleh perangkat desa, masyarakat dan anggota kelompok sasaran penerima bantuan, mengenai ketepatan sasaran program.

Perangkat desa/tokoh masyarakat/anggota kelompok dapat mengadukan, apabila: a). terjadi permasalahan dalam seleksi CP/CL; b). penyaluran bantuan tidak tepat sasaran; c). Bantuan tidak dimanfaatkan sesuai peruntukannya. Pengaduan tersebut harus segera ditanggapi secara langsung dan berjenjang sesuai kewenangan masing masing instansi.

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Tebu Tahun 2019 Revisi II|33

VI. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

A. Monitoring

1. Kegiatan monitoring dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan, Provinsi dan Kabupaten/Kota yang membidangi perkebunan secara berkala.

2. Kegiatan monitoring dilaksanakan dengan cara peninjauan lapangan, memanfaatkan fasilitas komunikasi, membuat catatan mengenai perkembangan dan permasalahan pelaksanaan kegiatan pengembangan tanaman tebu.

B. Evaluasi

Evaluasi pelaksanaan kegiatan pengembangan tanaman tebu dilakukan mulai dari kesiapan administrasi sampai peninjauan lapangan dan melalui pertemuan koordinasi secara berkala di tingkat Kabupaten/Kota dan Provinsi yang membidangi perkebunan.

Evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui ketepatan/ kesesuaian pelaksanaan kegiatan dan hasil yang dicapai dibanding dengan perencanaan, serta realisasi penyerapan anggaran.

Hal terpenting yang harus dipahami dalam melakukan evaluasi adalah tidak hanya terfokus pada keberhasilan fisik dan administrasi, akan tetapi juga pada proses pelaksanaannya apakah telah sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Tebu Tahun 2019 Revisi II|34

Di samping itu perlu dievaluasi peningkatan kemampuan petani dalam rangka pemberdayaan kelompok dan koperasi berbasis tebu.

Diharapkan dari hasil monitoring dan evaluasi (Monev) dapat diperoleh umpan balik dalam pengembangan tanaman tebu.

Prosedur dan mekanisme Monev mengacu kepada Pedoman Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Anggaran Berbasis Kinerja yang dikeluarkan oleh Kementerian Pertanian.

C. Pelaporan

Untuk mengukur kinerja kegiatan dana TP Provinsi/Kabupaten/Kota diperlukan pelaporan rutin maupun pelaporan pengendalian secara berkala.

1. Jenis jenis laporan terdiri dari :

a. Laporan rutin yang terdiri dari laporan bulanan, triwulan dan tahunan.

b. Laporan insidentil bilamana diperlukan.

2. Kepala Satuan Kerja wajib melaporkan perkembangan kegiatan sesuai Permentan Nomor 135 Tahun 2013 tentang Pedoman Sistem Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pertanian kepada Direktur Jenderal Perkebunan cq.Sekretaris Direktorat Jenderal Perkebunan, dengan tembusan Direktur Tanaman Semusim dan Rempah,berupa laporan bulanan paling lambat tanggal 7 bulan berikutnya dengan menggunakan Form Monev.

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Tebu Tahun 2019 Revisi II|35

3. Laporan pengendalian dilakukan secara bulanan, triwulan dan tahunan meliputi kemajuan pelaksanaan program dari setiap pelaksana program di daerah, khususnya yang terkait dengan pencapaian indikator kinerja, penyelesaian masalah yang ditangani oleh Tim Teknis Provinsi/ Kabupaten/Kota, laporan sasaran dan realisasi fisik serta keuangan pengembangan tanaman tebu berdasarkan indikator yang telah ditetapkan sebagaimana terlihat pada lampiran 1.

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Tebu Tahun 2019 Revisi II|36

VII. PEMBIAYAAN

Kegiatan pelaksanaan Pengembangan tanaman tebu yang dibiayai dari dana APBN tahun anggaran 2019 pada DIPA Direktorat Jenderal Perkebunan melalui Tugas Pembantuan (TP) Provinsi atau Kabupaten/Kota Tahun Anggaran 2019.

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Tebu Tahun 2019 Revisi II|37

VIII. PENUTUP

Pedoman Teknis Pelaksanaan Pengembangan Tanaman Tebu ini merupakan acuan bagi pengelola kegiatan di daerah serta seluruh instansi terkait dalam melakukan persiapan, pelaksanaan, pengendalian dan pelaporan sehingga diharapkan kegiatan dapat berjalan lancar, efektif, efisien dan akuntabel.

Pedoman teknis ini agar dijabarkan lebih lanjut dalam juklak oleh Dinas Provinsi yang membidangi Perkebunan dan juknis oleh Dinas Kab/Kota yang membidangi Perkebunan sesuai dengan kondisi spesifik wilayah masing-masing.

Hal-hal lain yang belum diakomodir dalam pedoman teknis ini, sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dapat diatur lebih lanjut pada Juklak atau Juknis yang disusun oleh Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota yang membidangi perkebunan.

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Tebu Tahun 2019 Revisi II|38

Lampiran 1. Lokasi dan Luas Areal Kegiatan Ekstensifikasi (PerluasanTanaman Tebu) Tahun 2019

NO LOKASI / PROVINSI VOLUME

(Ha) KET

1. SUMATERA SELATAN 500

2. BALI 550

3. NTB 500

4. GORONTALO 200

5 SULAWESI TENGGARA 800

JUMLAH 2550

Lampiran 2. Lokasi dan Luas Areal Kegiatan Intensifikasi (Bongkar

Ratoon dan Rawat Ratoon) Tahun 2019

NO LOKASI / PROVINSI VOLUME

(Ha) KET

1. JAWA BARAT 1.900

2. DIY 150

3. JAWA TIMUR 4.100

4. LAMPUNG 1.900

5. SULAWESI SELATAN 1.200

6. BALI 1.200

7. GORONTALO 800

JUMLAH 11.250

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Tebu Tahun 2019 Revisi II|39

Lampiran 3. Penyediaan Sumber Air Tebu Tahun 2019

NO LOKASI / PROVINSI VOLUME(paket) KET

1. JAWA TIMUR 12

2. LAMPUNG 10

3. BALI 25

4. NTB 8

5 GORONTALO 8

JUMLAH 63

Lampiran4. Penerapan Varietas Tebu Adaptif di WilayahPengembangan Baru Tahun 2019

NO LOKASI / PROVINSI VOLUME(

paket) KET

1. RIAU 1

2. SULAWESI TENGAH 1

3. SULAWESI TENGGARA 1

4. MALUKU 1

5 BALI 1

6 NUSA TENGGARA BARAT 1

7 NUSA TENGGARA TIMUR 1

8 MALUKU UTARA 1

JUMLAH 8

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Tebu Tahun 2019 Revisi II|40

Lampiran 5. Lokasi Kegiatan Fasilitasi Penyusunan Masterplan Kawasan Tebu Tahun 2019

NO LOKASI / PROVINSI VOLUME(paket) KET

1. LAMPUNG 1

JUMLAH 1

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Tebu Tahun 2019 Revisi II|41

Lampiran 6.

Form Laporan Perkembangan Kegiatan

Tahun 2019

Laporan Perkembangan Kegiatan (Bulanan/Triwulan/Semester/Akhir Tahun)

1. Perkembangan Kegiatan Nama :

Nama Kelompok : Jenis Usaha Kegiatan :

Lokasi Kegiatan : - Desa/kecamatan : - Kabupaten :

- Provinsi : 2. Laporan : Bulanan/Triwulan/Semester/Akhir Tahun (Pilih salah satu sesuai dengan waktu pelaporan)

NO KEGIATAN

TARGET

REALISASI

Masalah Rencana Tindak Lanjut

Ket Anggaran

(Rp) Fisik (ha/ unit)

Anggaran (Rp)

%*)

FISIK (ha/ unit)

%*)

..............,......................

Kepala Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota ……………..

Yang Membidangi Perkebunan Nama............................... Nip.

Keterangan: *) Realisasi dibandingkan dengan target

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Tebu Tahun 2019 Revisi II|42

Lampiran 7.

Mekanisme Pengajuan, Pengadaan dan Penyaluran Bantuan Tahun 2019

RUK &

Pelaporan

Pelapora

n

Usulan RUK

Rekomendasi

dan Pelaporan

KUASA PENGGUNA

ANGGARAN PROVINSI

Kelompok Sasaran Tim Teknis

Kabupaten

PPK

Pembinaan Dan

Pengawalan

Penyaluran

Bantuan

Laporan Berita Acara Serah

Terima Barang

Penyedia

Barang dan Jasa

Proses Pengadaan Barang dan Jasa Sesuai dengan Perpres No. 54 Tahun 2010 jo Perpres No. 70

Tahun 2012

Pengawasan Penyaluran

Bantuan

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Tebu Tahun 2019 Revisi II|43

Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah

Jl.Harsono RM. NO. 3, Gedung C Pasar Minggu, Jakarta

Selatan12550.

* Telepon (021)7815380 – 4

* Faximili (021)7815486 – 7815586

* Website : http://ditjenbun.pertanian.go.id