budidaya tanaman selada
TRANSCRIPT
BUDIDAYA TANAMAN SELADA
D
I
S
U
S
U
N
Oleh :DAHLIA, SP
NIP.19781117 200604 2 003
BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN
KABUPATEN REJANG LEBONG2009
I. PENDAHULUAN
Walaupun bukan tanaman asli Indonesia, selada banyak digemari penduduk Indonesia.
Umumnya, selada dimakan sebagai lalap. Selada ini baik dikonsumsi karena dapat mencegah
sembelit, selain banyak mengandung mineral dan vitamin.
A. Varietas Selada
Dalam klasifikasinya, tanaman selada (Lactuca sativa) termasuk dalam famili Compositae
(Asteraceae). Tanaman herba ini mempunyai empat varietas sebagai berikut.
1) Selada kepala (Lactuca sativa var. capitata L.)
Selada yang disebut juga selada kol ini mempunyai daun yang kompak seperti kepala atau
kol, hanya lebih kecil dan kurang keras. Daunnya lebar, hampir bulat, halus dan lembut.
Umumnya selada ini hanya membentuk kepala bila ditanam di dataran tinggi. Ada satu
varietas yang bisa membentuk kepala di dataran rendah yaitu Great lakes. Selada kepala ini
ada 2 macam yaitu :
a) Crisphead, berdaun keriting, misalnya Great lakes, Pennlake, New York, Imperial;
b) Butterhead, daunnya tidak keriting, misalnya Salamander, Big Boston, White Boston.
2) Selada Sillindris (Lactuca sativa var. longifolia lam.)
Selada ini disebut juga selada kerucut, selada romain dan selada cos. Selada ini membentuk
krop yang bentuknya silinder atau kerucut. Daunnya memanjang, ujungnya lengkung, tekstur
keras, kaku dan agak kasar. Contohnya White Paris, Eifel Tower, Litle Gem dan Superb
White.
3) Selada daun atau selada keriting (Lactuca sativa var. crispa L.)
Tanaman ini membentuk roset yang longgar (tidak membentuk krop), daunnya menyerupai
tekstur selada kepala dengan tepi berumbia. Umumnya, cara panen dengan memetik daun
satu per satu. Contohnya Black Seeded Simpson, Early Curled Simpson dan Grand Rapids.
4) Selada Batang (Lactuca sativa var. asparagina Bailey, sin. L. sativa var. angustana Irish)
Selada ini mempunyai batang yang berdaging tebal sehingga dapat dikonsumsi. Adapun
daunnya tidak dikonsumsi karena kasar dan tidak enak. Selada ini tidak membentuk krop.
Contohnya varietas Celtuse.
B. Syarat Tumbuh
Beberapa daerah di Indonesia cocok untuk daerah penanaman selada karena kondisi
lingkungannya. Adapun kondisi lingkungan yang berperan dalam pertumbuhan selada yaitu iklim
dan tanah.
1. Tanah
Tanaman selada dapat ditanam pada berbagai macam tanah. Namun, pertumbuhan yang baik
akan diperoleh bila ditanam pada tanah liat berpasir yang cukup mengandung bahan organik,
gembur, remah dan tidak mudah tergenang air. Selada tumbuh baik dengan pH tanah 6,0 – 6,8
atau idealnya 6,5. bila pH terlalu rendah perlu dilakukan pengapuran.
2. Iklim
Daerah uang cocok untuk penanaman selada sekitar ketinggian 500 – 2.000 m dpl dan suhu
rata-rata 15-200C. contoh sentra selada yaitu Batu dan Tengger (Jawa Timur); Tawangmangu,
Bandungan dan Dieng (Jawa Tengah); Pacet, Cipanas dan Lembang (jawa Barat); serta
Tomohon (Sulawesi Utara). Di dataran rendah, tanaman selada juga bisa tumbuh, tetapi krop
yang terbentuk kurang baik. Tanaman selada tidak tahan bila terlalu banyak hujan,
kelembapan terlalu tinggi dan tergenang air. Dalam kondisi seperti itu, tanaman akan mudah
terserang penyakit. Waktu tanam yang paling cocok pada waktu musim kemarau dengan
penyiraman yang cukup. Selada memerlukan sinar matahari yang cukup (tidak banyak awan)
dan tempat yang terbuka.
C. Berusahatani secara organik
Seperti tanaman lainnya, tanaman selada juga dapat ditanam secara monokultur maupun
polikultur. Pada penanaman polikultur, di antara tanaman selada dapat ditanam daun bawang,
kapri dan lain-lain. Penanaman selada dengan daun bawang dapat dibuat pola berselang-seling
karena keduanya dipanen pada umur yang bersamaan (3-4 bulan). Apabila ditanam bersama
kapri, tanaman selada ditanam di pinggir kapri karena tanaman selada lebih pendek dan lebih
cepat panen.
1. Pengolahan tanah dan pembuatan bedeng
Penggemburan tanah dilakukan dengan mencangkul atau menbajak hingga kedalaman 30-40
cm. tanah lalu dibiarkan beberapa hari agar hama dan penyakit mati terkena sinar matahari.
Bedengan dapat dibuat dengan ukuran lebar 90-100 cm, jarak antara bedengan sekitar 40 cm
dan panjang 5-10 m (tergantung keadaan lahan). Bila tanah tidak pernah tergenang air, tinggi
bedengan ± 20 cm, tetapi bila sering tergenang air atau lahan sawah, tinggi bedengan ± 50-60
cm.
2. Pemberian pupuk dasar dan penentuan jarak tanam
Di atas bedengan kemudian ditabur dan dicampur dengan pupuk kompos atau pupuk
kandang. Kebutuhan pupuk organik tersebut sekitar 10-20 ton/ha. Apabila memungkinkan,
bedengan disiram air septik tank, air kompos atau air limbah ternak.
Sosok tanaman selada tidak sebesar kubis sehingga jarak tanam yang digunakan 20-25 cm x
20-25 cm.
3. Persemaian
Perbanyakan selada umumnya melalui biji. Karena biji tersebut berukuran kecil maka perlu
dilakukan persemaian dahulu sebelum ditanam di lapang. Selain itu, dengan persemaian akan
memudahkan perawatan di lapang.
Sebagai tempat persemaian dapat digunakan wadah yang berupa polibag; kantong dari daun
pisang, daun kelapa atau daun dracaena; kotak dari kayu, plastik atau semen. Selain dalam
wadah-wadah tersebut, persemaian juga dapat dilakukan di lapangan dalam bedang tersendiri.
Di atas bedengan diberi atap agar bibit terhindar dari hujan lebat dan terik matahari.
Media tanam untuk persemaian berupa tanah yang subur, yaitu campuran tanah dengan pupuk
organik. Untuk tanah liat dapat dicampur dengan pupuk organik dan pasir. Setelah media
siap, dibuat lubang tanam dengan jarak 1-4 cm. bila daya kecambah bagus, setiap lubang atau
setiap kantong persemaian diberi 1 benih. Namun, bila daya kecambah diragukan, setiap
lubang atau setiap kantong diberi 2-3 benih selada. Umur selada di persemaian ± 3 minggu.
Setelah itu, bibit dapat dipindahkan ke lapangan.
4. Penanaman
Di tempat yang telah ditentukan jarak tanamnya, dibuat lubang yang dalamnya sesuai dengan
panjang akar atau besarnya media tanam (bila menggunakan kantong). Semai (bibit) di
pesemaian diambil dengan hati-hati dengan bantuan solet (bambu diruncingkan) agar akarnya
tidak putus. Apabila wadah persemaian menggunakan kantong, semai diambil beserta
medianya. Bila menggunakan daun, penanaman bibit beserta wadahnya. Setelah itu, semai
ditanam dalam lubang tanam, lalu diberi tanah halus. Tanah di sekitarnya ditekan di bawah
secara perlahan sampai semai dapat berdiri tegak. Di sekitar semai diberi mulsa berupa
potongan pelepah pisang, dedaunan atau rumput untuk mengurangi penguapan dan percikan
tanah pada saat hujan. Kemudian, semai disiram dengan air bersih. Bila udara panas, semai
dapat ditutup dengan pelepah pisang atau daun kelapa yang dilengkungkan.
5. Perawatan
Tanaman yang telah ditanam perlu dirawat agar tumbuh dengan subur. Perawatan selada yang
dapat dilakukan sebagai berikut.
1) Apabila tanah kering, segera dilakukan penyiraman.
2) Bila tidak menggunakan mulsa, daun tanaman dibersihkan dari tanah setelah hujan lebat.
Adanya tanah di permukaan daun dapat mengganggu fotosintesis dan dapat menjadi
perantara bibit penyakit.
3) Penyulaman dilakukan bila terdapat tanaman yang mati.
4) Penyiangan dilakukan bila banyak gulma di sekitar tanaman.
5) Penggemburan dan pembubunan dilakukan bila tanah kelihatan padat atau akar mulai
kelihatan di permukaan. Kegiatan ini dilakukan secara hati-hati jangan sampai merusak
akar.
6) Bila belum terlihat subur, tanaman dapat dipupuk dengan air septik tank atau air ternak.
6. Pengendalian hama dan penyakit
Beberapa hama dan penyakit yang sering menyerang tanaman selada sebagai berikut.
a. Siput
Siput merupakan salah satu hama yang memakan daun selada. Oleh karenanya, adanya
siput di pertanaman selada perlu diambil dan dimatikan.
b. Ulat jengkal (Trich)
Ulat ini disebut jengkal karena bila berjalan melengkung seperti mengukur panjang
dengan jengkalan jari. Ulat mulai memakan daun bagian bawah, kemudian makan daun-
daun muda.
Pengendalian ulat jengkal ini hanya dapat diambil secara manual, ;lalu dimatikan.
c. Kutu aphid hijau (Myzus persicae sulz)
Kutu daun ini menyerang segala macam tanaman dan tersebar seluruh dunia
(kosmopolitan). Serangan kutu daun dapat menyebabkan daun menjadi kuning,
mengeriting, rapuh dan tanaman menjadi kerdil. Karena kotorannya berasa manis, daun
banyak didatangi semut dan jamur jelaga sehingga daun berwarna hitam. Dalam kondisi
seperti ini, proses fotosintesis akan terhambat.
1) Cara mekanis dengan memijit kutu daun hingga mati.
2) Penggunaan mulsa plastik hitam perak atau kertas alumunium dapat mengusir kutu
karena mulsa akan memantulkan sinar sehingga kutu akan silau.
3) Secara biologis, dilepas kumbang macan (lembing macan) yang merupakan predator
larva dan kutu dewasa. Bila kelembapan tinggi, kutu banyak yang mati diserang
cendawan.
d. Penyakit busuk hitam murni
Penyebab penyakit ini cendawan Rhizoctonia solani Kuhn. Penyakit yang menyerang di
persemaian akan menyebabkan semai roboh (damping off). Tanaman dewasa yang
terserang akan terlihat adanya bercak sedikit cekung dan berwarna karat pada tangkai dan
tulang daun. Adapun pada daunnya ada busuk cokelat berlendir. Serangan yang hebat
dapat menyebabkan tanaman mati, berwarna hitam dan mengering sehingga seperti
murni. Penyakit ini akan berkembang dengan cepat bila kelembapan tinggi dan suhu
udara panas.
Upaya pengendalian yang dapat dilakukan sebagai berikut.
1) Pada saat pengolahan, tanah dibiarkan beberapa hari setelah dicangkul supaya terkena
sinar matahari sehingga bibit penyakit mati.
2) Drainase perlu diperhatikan agar tidak ada genangan air.
3) Tanaman yang sakit dikumpulkan dan dibakar.
4) Lakukan rotasitanaman dengan selang waktu yang cukup lama, misalnya selada-
kacang tanah-jagung-selada.
e. Penyakit busuk daun
Penyebab penyakit busuk daun adalah cendawan Bremin lactucae Regel. Cendawan ini
akan cepat berkembang pada saat kelembapan tinggi dan banyak hujan. Gejalanya, pada
daun terlihat bercak-bercak berwarna kuning muda sampai tua. Kemudian, bercak-bercak
akan saling berhubungan dan berwarna cokelat.
1) Beberapa cara mengendalikan penyakit busuk daun yaitu membiarkan tanah beberapa
hari setelah dicangkul, menanam varietas yang resisten, memberihkan gulma,
mengumpulkan dan membakar tanaman yang sakit, serta melakukan rotasi tanaman.
f. Penyakit bercak daun
Penyebab penyakit ini adalah cendawan Cercospora longissima Sacc. Mula-mula gejala
serangan yang kelihatan adanya bercak kecil kebasahan pada tepi daun. Bercak tersebut
kemudian meluas, berwarna cokelat dan di tengahnya kelihatan ada titik-titik hitam spora.
Penyakit bercak daun dapat dikendalikan dengan cara mengambil, mengumpulkan dan
membakar daun yang sakit serta melakukan torasi tanaman.
g. Penyakit busuk basah (busuk lunak)
Penyebab penyakit lunak bakteri adalah Erwinia carotovora pv carotovora (Jones)
Holland. Bakteri ini berkembang biak pada suhu ± 25-300C dan kelembapan yang tinggi.
Gejala serangannya antara lain tanaman menjadi busuk basah, berwarna cokelat
kehitaman. Serangan tidak hanya pada daunnya saja, tetapi juga batang sehingga tanaman
menjadi roboh. Bagian yang busuk akan mengeluarkan bau yang tidak enak.
Pengendalian dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
1) Bila serangannya ringan, selada dipanen untuk dikonsumsi. Bila serangannya berat,
tanaman dikumpulkan dan dibakar atau diletakkan di tengah-tengah kompos yang
panas.
2) Dilakukan rotasi tanaman dengan tanaman yang tidak sefamili.
7. Panen
Tanaman selada dapat dipanen dalam waktu yang berbeda-beda tergantung verietasnya,
antara 30-80 hari sejak benih disebar. Waktu panen selada krop lebih lama dari selada daun
karena menunggu krop mejadi keras (padat). Selada daun dapat dipanen bila daun telah cukup
banyak dan lebar. Panen sebaiknya dilakukan pada saat tidak hujan atau berkabut. Panen yang
dilakukan pada waktu hujan atau daun masih basah dapat menyebabkan daun rapuh, mudah
rusak dan mudah terinfeksi.
Cara panen itu ada dua cara yaitu tanaman dicabut bersama akarnya atau tanaman
dipotong pada pangkal daun.
8. Pascapanen
Sesudah dipanen, selada dicuci dengan air bersih dan mengalir agar terbebas dari tanah.
Pada saat ini, daun yang telah rusak, luka atau sakit dipisahkan dengan daun yang sehat.
Sesudah dicuci, daun selada ditiriskan di atas para-para atau digantungkan.
Sortasi (pemilihan) dilakukan untuk menentukan pasar. Dasar sortasi yaitu besar, berat
atau garis tengah, padat, segar, sehat dan mulus tidak ada noda-noda. Untuk pasar ekspor atau
pasar swalayan, biasanya hanya menerima selada yang berkualitas baik. Pengemasan selada
untuk pasar ekspor dan swalayan biasanya telah ditentukan bersama. Adapun untuk pasar
tradisonal, semua kualitas dapat diterima pasar dan cara mengemasnya pun cukup dengan
mengikatnya.
Apabila jumlah produksi berlebihan sehingga menunggu penjualan, selada dapat
disimpan selama 3-4 minggu di tempat yang bersuhu 00C dengan kelembapan 95-98%.
Usahakan suhu tidak kurang dari 00C karena dapat merusak selada.
D. Analisa Usaha Tani
Bertanam selada dapat memberikan keuntungan bila dikelola dengan baik. Adapun analisa
usaha tani selada, baik monokultur maupun polikultur, diuraikan di bawah ini. Harga yang tertera
merupakan harga yang berlaku di Jawa Tengah pada Tahun 2001. modal usaha diperoleh dari
pinjaman dengan bunga 2% per bulan.
1. Analisa usaha monokultur selada
a. Biaya Produksi
1. Sewa lahan 1 ha selama 4 bln. ……..……………………. Rp. 700.000,00
2. Penjangkulan dan pembentukan bedeng …………………. Rp. 1.750.000,00
3. Benih selada 250 g @ Rp. 500,00 ………………………. Rp. 250.000,00
4. Pupuk kandang 30 ton, @ Rp. 25.000,00 ………................ Rp. 750.000,00
5. Persiapan wadah dan media penyemaian (unk 140 bibit) … Rp. 1.050.000,00
6. Pembuatan alur/parit dan pemberian pupuk
kandang/kompos ………………………………………….
Rp. 500.000,00
7. Penanaman dan penyiraman 140.000 tanaman @ Rp. 5,00
..
Rp. 600.000,00
8. Pemeliharaan tanaman :
a. Penyiraman ……………………………………………. Rp. 750.000,00
b. Penyiangan, penjarangan dan pemberian mulsa ……… Rp. 75.000,00
c. pengendalian hama dan penyakit ……………………… Rp. 200.000,00
d. Tenaga pengawas selama 4 bulan ……………………… Rp. 1.000.000,00
9. Biaya tak terduga ± 10% …………………………………. Rp. .000,00
8. Bunga pinjaman selama 4 bln, 2% x Rp. 9.000.000,00 x 4 Rp. 720.000,00
Total biaya produksi ……………………………………… Rp. 8.970.000,00
b. Hasil penjualan
Jumlah tanaman selada yang baik untuk dijual sekitar 80% atau sekitar 120.000 tanaman.
Apabila setiap gkg selada dihasilkan dari 15 tanaman dan harga per kg Rp. 3.000,00,
maka hasil yang diperoleh : (120.000 : 15) x Rp. 3.000,00 = 8.000 kg x Rp. 3.000,00 =
Rp. 24.000.000,00.
c. Keuntungan
Keuntungan kotor = Hasil penjulan – biaya produksi
= Rp. 24.000.000,00 – Rp. 8.970.000,00 = Rp. 15.030.000,00
Keuntungan bersih = keuntungan kotor – pengembalian hutang
= Rp. 15.030.000,00 – Rp. 9.000.000,00 = Rp. 6.030.000,00
d. Kelayakan usaha
Kelayakan usaha perlu dihitung agar semakin jelas prospek usaha tersebut. Secara
sederhana, parameter kelayakan usaha yang dihitung yaitu break even point (BEP), return
of investment (ROI), dan benefit cost ratio (B/C).
1) Break even point (BEP)
Perhitungan BEP diperlukan untuk mengetahui suatu usaha tidak mengalami
keuntungan maupun kerugian. Perhitungan BEP dapat dibagi menjadi dua yaitu BEP
produksi dan BEP harga.
BEP Produksi =Biaya produksiHarga jual
= Rp. 8.970.000,00
Rp. 3.000,00= Rp. 3.990
Hasil tersebut menandakan bahwa bertanam selada mencapai titik impas pada saat
produksi mencapai 2.990 kg.
BEP harga =Biaya produksiJumlah produksi
=Rp. 8.970.000,00
8.000 kg= 1.121,25
Dari segi harga, usaha tani selada akan mencapai titik impas pada saat harga jualnya
Rp. 1.121,25 per kg.
2) Return of investment (ROI)
Perhitungan ROI digunakan untuk mengathui keuntungan yang diperoleh dari modal
yang ditanam. Rumus ROI sebagai berikut.
ROI = (Hasil penjualan/total biaya produksi) x 100%
= (Rp. 24.000.000,00 / Rp. 8.970.000,00) x 100%
= 2,68%
Dengan hasil ROI sebesar 2,68% berarti bahwa dari modal usaha sebesar Rp. 100,00
akan kembali sebesar Rp. 268,00
3) Benefit cost ratio (B/C)
Perhitungan B/C untuk mengatahui perbandingan antara keuntungan dengan biaya
yang telah dikeluarkan.
B/C = keuntungan / biaya produksi
= Rp. 6.030.000,00 / Rp. 8.970.000,00 = 0,67
Usahatani selada dapat memberikan keuntungan sebesar 67% dari biaya produksi.
2. Analisa usaha polikultur selada dengan daun bawang.
a. Biaya produksi
Bawang daun dapat ditanam antara tanaman selada. Biaya produksi tanaman selada sama
dengan biaya produksi monokultur selada. Biaya produksi untuk tanaman bawang daun
sebagai berikut.
1. Bibit bawang daun ± ¾ dari tanaman selada (± 105.000 bibit) @ Rp. 40,00 ………………………………………..
Rp. 4.200.000,00
2. Pupuk kandang ± 5 ton, @ Rp. 25.000,00 ……………….. Rp. 125.000,003. Pembuatan alur dan pemupukan dasar …………………… Rp. 375.000,004. Penanaman dan penyiraman @ Rp. 5,00 ………………… Rp. 525.000,005. Pemeliharaan tanaman :
a. Biaya penyiraman …………………………………….. Rp. 500.000,-b. Penyiangan dan pemberian mulsa …………………….. Rp. 50.000,00c. Tenaga pengawas selama 4 bulan ……………………… Rp. 1.000.000,00
5. Biaya tak terduga 10% ……………………………………. Rp. 677.500,006. Bunga pinjaman selama 4 bln, 2% x Rp. 7.000.000,00 x 4.. Rp. 560.000,00
Total biaya produksi ……………………………………… Rp. 8.012.500,00
b. Hasil penjualan
Jumlah tanaman (rumpun) yang baik diperkirakan 80% atau 84.000 rumpun. Apabila
setiap ± 1 kg berisi 6 rumpun maka jumlah produksi sekitar 14.000 kg. bila harga per kg
Rp. 1.500,00 maka akan diperoleh hasil penjualan sebesar Rp. 21.000.000,00.
c. Keuntungan
Keuntungan kotor = Rp. 21.000.000,00 – Rp 8.012.500,00
= Rp. 12.987.500,000
Keuntungan bersih = Rp. 12.987.500,00 – Rp. 7.000.000,00
= Rp. 5.987.500,00
Keuntungan total tanaman selada dan bawah daun = Rp. 6.030.000,00 + Rp. 5.987.500,00
= Rp. 12.017.500,00
DAFTAR PUSTAKA
Sunarjono, Hendro. 2006. Redaksi Trubus. Membuat Buah Tampa Biji, Penebar Swadaya. Jakarta.