blok 24 all- kevin brevian[1]
TRANSCRIPT
Tinjauan Pustaka
Leukemia Limfoblastik Akut Nor Azmina Abd Basir
10201351 | D1Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Krida Wacana
Abstrak
Leucemia secara umum dapat diklasifikasikan menjadi 2 bagian besar yakni akut dan kronik yang dimana dapat dibagi lagi masing-masing menjadi myeloid dan limfoid. Leukemia akut limfoid atau leukemia akut limfoblastik (ALL) merupakan suatu kondisi dimana terdapat kelebihan sel-sel limphoblas di sumsum tulang dan darah perifer. Sebagai hasilnya kita dapat menemukan depresi sumsum tulang dalam hal memproduksi eritrosit, thrombosit, dan leucosit. Gejala-gejala yang muncul bermanifestasi sebagai pucat, dispnea, mudah terjadi pendarahan, dan infeksi yang disebabkan penurunan sistem imun tubuh. Kita dapat mencoba untuk mengobati pasien dengan regimen kombinasi obat-obat kemoterapi untuk menekan produksi dari leukemia itu sendiri; bagaimanapun apabila pada akhirnya leukemia mengalami relaps kembali maka prognosisnya dapat menjadi buruk; transplantasi sumsum tulang dapat dipertimbangkan sebagai cara terakhir untuk mengatasi leukemia.
Kata Kunci: Leukemia, limfoblas, sumsum tulang, Leukemia Limfoblas Akut (ALL)
Abstract
Generally leucemia can be classified into 2 parts: acute and chronic which each part have limfoid and myeloid cell. Accute leucemia limfoid as knowing as Accute Limphoblastic Leucemia (ALL) is condition where the amount of limphoblas become excessively in the bonemarrow/peripher blood. As a result we will find out depression of bone marrow to produce eritrosit, thrombosit, and leucosit. The symptoms most likely pale, dispnea, easily bleeding and infection due to immunosupress process etc. We can try to heal patient with chemotherapy drugs combination to suppress the production of leucemia; however if in the end leukemia relaps again the prognosis can be so bad; the bone marrow transplantation can be considered as last treatment.
Key words: Leucemia, limphoblas, bonemarrow, Accute Limphoblas Leucemia, ALL
1
Pendahuluan
Dalam menjalani kehidupan sehari-hari manusia tidak pernah lepas dari kebutuhan akan oksigen yang
cukup; kalaupun terjadi henti napas, manusia hanya dapat bertahan dalam hitungan menit saja. Peran
darah disini sangatlah penting untuk mentransport nutrisi dan oksigen bagi jaringan tubuh agar dapat
berfungsi dengan baik, kelainan struktur, volume, maupun komposisi komponen darah dapat
mengakibatkan hancurnya sistem keseimbangan yang telah dipertahankan tubuh.
Leukemia merupakan suatu kondisi keganasan hematologis yang ditandai dengan akumulasi
leukosit ganas di sumsum tulang, dan darah tepi.1 Banyak tipe klasifikasi yang dipakai untuk
mendiferensiasi jenis-jenis leukemia sekarang ini, namun secara umum leukemia dapat dibagi
menjadi empat jenis yakni akut dan kronis (masing-masing dibagi lagi menjadi limfoid dan
myeloid).1
Skenario
Seorang anak laki-laki berusia 10 tahun dibawa ke puskesmas dengan keluhan utama pucat sejak 1
bulan yang lalu.
Anamnesis
Anamnesis merupakan sebuah proses wawancara antara dokter terhadap pasien yang disertai dengan
empati agar dapat terjalin hubungan yang terbuka dan rasa percaya dari pasien terhadap dokter.2
Setelah melakukan anamnesis didapatkan hasil anamnesis sebagai berikut:
Usia : 10 tahun
Keluhan Utama : Seorang anak laki-laki 10 tahun dengan keluhan pucat
sejak 1 bulan yang lalu
Keluhan penyerta : Demam hilang timbul yang telah berlangsung sejak 2
bulan yang lalu, perdarahan gusi dan mimisan.
Riwayat penyakit sekarang : Keluhan cepat lelah? Pusing? Dispnea?
Keluhan mudah mengalami luka? Pendarahan?
Keluhan benjolan di sekitar perut atau daerah tubuh
lain?
Keluhan anak menjadi mudah terinfeksi (sakit)?
Riwayat penyakit dahulu : Apakah pernah mengalami hal yang sama sebelumnya?
2
Riwayat terpapar X-ray saat bayi dalam kandungan?
Riwayat terpapar sinar radioaktif contoh nuklir?
Riwayat penyakit keluarga : Apakah di keluarga ada yang mengalami hal yang
sama?
Riwayat Obat : -
Riwayat Sosial : Bagaimana nafsu makan?
Kecukupan nutrisi harian anak?
Pemeriksaan FisikTanda Tanda Vital
Dari pemeriksaan tanda-tanda vital ditemukan hasil sebagai berikut konjunktiva anemis,
sclera ikterik, mukosa mulut pucat. Suhu: 39oC; Respiratory rate: 24; Nadi: 100; Tekanan Darah:
90/60.
Inspeksi
Dari hasil inspeksi ditemukan limfadenopathy cervical, axilla, dan inguinal.
Pemeriksaan PenunjangSentrifugasi
Teknik sentrifugasi hematologi dapat mendiagnosis secara kasar apakah seseorang menderita
leukemia akut atau tidak dengan melihat volume buffy coat-nya yang merupakan representasi dari
rasio sel darah putih pada tubuh.
3
Gambar 1. Perbandingan Volume Buffy Coat Darah Normal dengan Leukemia Akut3
Complete Blood Count dan Apus Darah Tepi
Pada pemeriksaan hematologi didapat anemia normositik normokrom dengan trombositopenia pada
kebanyakan kasus.1 Jumlah leukosit dapat bervariasi saat pasien datang diantara normal, meningkat,
atau bahkan rendah.2 Namun pada pemeriksaan apusan darah tepi dapat ditemukan sel-sel blast dalam
jumlah yang beragam yang baru dapat diidentifikasi jenisnya dengan pemeriksaan lebih lanjut.1
Aspirasi dan Biopsi Sumsum Tulang
Aspirasi sumsum tulang dapat membantu untuk mengkonfirmasi temuan apusan darah tepi, leukemia
akut (limfoid maupun myeloid) dapat diidentifikasi dengan ditemukannya hiperselular sel-sel blas
leukemik yang >20%.1 Namun terkadang aspirasi sumsum tulang sulit dilakukan dikarenakan adanya
fibrosis atau komposisi sumsum tulangnya sangat padat, sehingga dapat dipertimbangkan cara lain
yakni biopsi sumsum tulang, dari preparat usap hasil biopsi dapat kita pergunakan untuk diagnosis
morfologis sel blas tersebut.4
Sitokimia
Pemeriksaan sitokimia merupakan pemeriksaan yang dapat mendiferensiasikan jenis dari sel blast
yang ditemukan pada apusan darah tepi dan sumsum tulang, apakah LLA (Leukemia Limfoblastik
Akut) atau LMA (Leukemia Mieloblastik Akut).
4
Tabel 1. Perbandingan Hasil Pemeriksaan Sitokimia ALL dengan AML5
ALL AML
Mieloperoksidase - +
Sudan black - +
Esterase non spesifik - +
PAS (kasar) + (monositik)
Acid phosphatase + Thy ALL + (halus)
Platelet peroksidase - +
Immunofenotip (Flowcytometry)2
Pemeriksaan ini berfungsi untuk mendiagnosis dan mengklasifikasikan ALL, reagen yang dipakai
dalam pemeriksaan ini merupakan antibody terhadap CD (clusters of differentiation) sel limfosit:
- Untuk sel precursor B : CD10 (common ALL antigen), CD19, CD79A, CD22,
cytoplasmic m-heavy chain, dan TdT
- Untuk sel T : CD1a, CD2, CD3, CD4, CD5, CD7, CD8 dan TdT
- Untuk sel B : kappa atau lambda, CD19, CD20, dan CD22
Sitogenetik2
Merupakan pemeriksaan yang sangat detail dikarenakan sampai pada tahap kromosom sel. Beberapa
kelainan kromosom pun ada yang secara spesifik mengarah kepada suatu tipe ALL seperti translokasi
t(8;14),t(2,8), dan t(8;22) hanya ditemukan pada ALL sel B.
Differential DiagnosisLeukemia Mieloid Akut
Leukemia myeloid akut / nonlimfoblastik/ mieloblastik akut (AML) merupakan leukemia akut yang
mempunyai patofisologi mirip dengan leukemia limfoblastik akut, letak perbedaanya hanya terletak
pada sel blas yang terakumulasi yang dalam konteks ini adalah sel myeloid. Berkebalikan dengan
ALL, insiden AML tertinggi dialami oleh orang dewasa yang kasusnya meningkat seiring
bertambahnya usia dengan usia rata-rata 65 tahun.1
5
Gabungan ahli hematologi Amerika, Prancis, dan Inggris pada tahun 1976 membuat suatu
klasifikasi AML yang terdiri dari 8 subtipe dengan nama FAB (French American British) yang
terbagi dari M0 – M7.2
sesak nafas
Gambar 2. Staging FAB AML3
6
Leukemia Mieloid Kronis
Leukemia kronik dibedakan dengan leukemia akut berdasarkan progresivitas waktu penyakitnya yang
lambat. Diagnosis LMK sebenarnya tidak sulit dan dibantu dengan tanda khas yakni kromosom
Philadelphia yang khas.1 Kromosom ini merupakan translokasi t(9; 22) yang terjadi pada kromosom 9
dan 22 sebagai akibat dari onkogen ABL1 berpindah ke gen BCR pada kromosom 22 dan bagian dari
kromosom 22 berpindah ke kromosom 9.1 Akibatnya terbentuklah onkogen baru (chimeric oncogen)
yaitu BRC-ABL oncogen yang akan mentranskripsikan suatu chimeric protein (210kd); protein ini
akan mempengaruhi transduksi sinyal terutama melalui tyrosin kinase ke inti sel sehingga terjadi
peningkatan dorongan proliferasi dan menurunnya apoptosis pada sel-sel myeloid.5
Gambar 3. Translokasi Kromosom Philadelphia4
Leukemia Limfoid Kronik
Leukemia limfoid kronik ditandai dengan akumulasi limfosit matang tipe B atau T; yang biasa
ditandai dengan limfositosis kronik yang persisten.1 Pada laboratorium dapat ditemukan limfositosis
dengan angka 30.000-300.000/mm3 yang sebagian besar terdiri dari limfosit kecil; smudge/ smear cell
dapat ditemukan.5 Terdapat beberapa criteria untuk membagi stadium dari CLL ini, salah satu yang
dipakai adalah kriteria Rei dibawah ini:
7
Tabel 2. Derajat Penyakit CLL Kriteria Rei5
Stage Limfosit Limfadenopati Hepatomegali Hb<11g/dl Thrombosit
>15.000 <100.000
0 + - - - -
1 + + - - -
2 + + + - -
3 + + + + -
4 + + + + +
A = low risk (stage 0)
B= intermediate risk (stage 1 & 2)
C= high risk (stage 3 & 4)
Working DiagnosisLeukemia Limfoblastik Akut
Leukemia limfoblastik akut atau disebut juga leukemia limfositik merupakan kelainan yang
disebabkan oleh akumulasi limfoblas dan merupakan keganasan tersering yang terjadi pada anak-
anak.1
EpidemiologiInsiden ALL paling tinggi terjadi pada anak usia 3-7 tahun dengan 75% kasus terjadi sebelum usia 6
tahun; insiden tercatat mengalami peningkatan lagi pada usia diatas 40 tahun.1 leukemia pun secara
umum lebih banyak menyerang jenis kelamin laki-laki daripada perempuan dengan rasio 1,2-2 : 1.5
EtiologiPenyebab leukemia pada manusia sampai sekarang belum diketahui dengan jelas penyebabnya,
namun beberapa factor resiko yang meningkatkan insiden terjadi leukemia sedang diteliti dan dicari
mekanisme proses terjadinya termasuk didalamnya factor genetic, lingkungan, dan
immunodefisiensi.4 Beberapa faktor resiko yang berhasil ditemukan adalah faktor paparan radiasi ion
(bom atom yang meledakkan Hiroshima dan Nagashaki insiden leukemia myeloid meningkat,
sinar X-rays pada fetus selama masa kehamilan, dan paparan sinar radioteraphy yang lain), paparan
8
senyawa kimia benzene yang banyak dipakai dunia industry, secara genetic kembar identic yang
terserang leukemia pada salah satu saudaranya; maka tidak berapa lama saudara kembar satunya akan
terserang leukemia yang serupa juga, kelainan kromosom seperti Down’s syndrome, dll memiliki
risiko terkena leukemia 10 – 18 kali lebih besar daripada biasanya.6
PatofisiologiSecara umum teori tentang patofisiologi dari leukemia adalah satu sel induk mutan dapat
memperbaharui diri sampai tak terhingga, menimbulkan precursor hematopoietic yang berdiferensiasi
buruk maligna dan membelah diri pada kecepatan yang bervariasi.4 Sumber lain mengatakan
terjadinya blockade maturitaslah yang menyebabkan akumulasi dari sel-sel blast tersebut; akibatnya
akumulasi sel blast yang semakin banyak di sumsum tulang akan menekan produksi hematopoiesis
dan mencetuskan kegagalan sumsum tulang (bone marrow failure syndrome) yang ditandai dengan
adanya sitopenia (anemia, leucopenia, dan trombositopenia).2 Selain itu sel-sel blast yang menumpuk
dapat bermigrasi keluar dari sumsum tulang dan bermigrasi ke organ-organ tubuh lain dan
menimbulkan gejala sistemik.2
Gambar 4. Pembagian Tipe ALL Berdasarkan FAB3
Gejala KlinisGejala – gejala yang muncul merupakan manifestasi dari berkurangnya sel-sel darah, akibat
kurangnya produksi eritrosit akan mencetuskan anemia yang menyebabkan pasien mudah lelah, dan
sesak nafas pada kasus yang lebih parah sebagai usaha kompensasi dari tubuh, trombositopenia akan
9
menyebabkan mudah sekali terjadi pendarahan, serta leucopenia menyebabkan pasien rentan terhadap
infeksi, termasuk infeksi bakteri oportunistik pada tubuh manusia.2
Anemia akan memberikan gejala klinis pucat, letargi, sampai dispnea, trombositopenia akan
memberikan symptom memar spontan, purpura, gusi berdarah, dll; sel-sel blast yang berhasil
menginfiltrasi tulang akan memberikan gejala nyeri tulang spontan, infiltrasi meningen akan memberi
gejala sindrom meningen (nyeri kepala, mual, muntah, pengelihatan kabur, dan diplopia).1 Apabila
kebetulan leukosit pasien sangat tinggi > 100.000/mm3 dapat terjadi leukostasis yakni gumpalan
leukosit yang menyumbat aliran darah vena maupun arteri; manifestasi klinis tergantung dari tempat
sumbatannya, namun gejala umum yang sering terjadi adalah gangguan kesadaran, sesak nafas, nyeri
dada, dan priapismus.2 Priapismus = erection of the penis without sexual stimulus,
caused by a blood clot in the tissue of the penis, injury to the spinal cord or stone in the urinary bladder.7 Infiltrasi sel blast dapat terjadi juga pada hepar, spleen, dan kelenjar limfe yang menyebabkan hepatomegali, splenomegali, dan limfadenopati.2
Gambar 5. Tangan Pucat Karena Anemia3
Komplikasi4
Komplikasi metabolic pada anak dengan ALL dapat disebabkan oleh lisis sel leukemik akibat
kemoterapi maupun secara spontan, terlepasnya komponen intraselular dapat menyebabkan
hiperurisemia, hiperkalsemia, dan hiperfosfatemia yang dapat menginduksi nefrokalsinosis;
10
pemberian allupurinol dan alluminium hidroksida dapat mengurangi komplikasi ini. Dikarenakan
efek immunosupresif penyakit atau dari kemoterapy membuat pasien mudah terinfeksi penyakit lain
seperti sepsis, pneumonia, dan otitis media.
Pengobatan vinkristin dan siklofosfamid pun dapat menginduksi peningkatan hormone anti diuretic,
selain itu dikarenakan pemajanan antibiotika dan hidrokortison jangka panjang dapat memicu infeksi
jamur. Namun sampai sekarang berkenaan dengan bayi yang dilahirkan dari orang tua yang mendapat
pengobatan leukemia ditemukan bahwa tidak ada korelasi langsung yang menginduksi cacat lahir
pada anak tersebut.
TerapiStrategi dasar untuk mengobati leukemia limfoblastik akut meliputi tahap dasar yakni: kemoterapi
intensif jangka pendek untuk mendapatkan remisi komplit, fase konsolidasi, pengobatan SSP
presimptomatis, dan pemeliharaan selama 2-3 tahun untuk meneruskan penghancuran sel leukemia.4
Medikamentosa
Induksi Remisi
Saat datang pasien dengan beban leukemia yang tinggi dapat mengakibatkan kematian apabila tidak
segera ditangani, oleh karena itu tujuan induksi remisi adalah untuk dengan cepat mematikan
sebagian besar sel tumor dan membawa pasien kedalam kondisi remisi.1 Kondisi remisi didefinisikan
sebagai jumlah blas <5% pada sumsum tulang, dan apusan darah tepi normal; obat-obat yang biasa
dipakai adalah deksametason/prednison, vinkristin (alkaloid tumbuhan), dan enzim asparaginisme
yang secara efektif mencapai kondisi remisi pada 90% anak.1 Ketiga obat ini diberikan dalam durasi 4
minggu dan berfungsi untuk segera menghancurkan sel leukemik dengan toksisitas organ dan
gangguan hematopoiesis yang minimal.4
Intensifikasi (Konsolidasi)
Apabila pasien gagal mencapai tahap remisi komplit, maka akan dilakukan terapi intensifikasi dengan
memakai berbagai obat kemoterapi dosis tinggi untuk mengeliminasi dan menekan beban tumor ke
tingkat yang sangat rendah; bahkan dosis kemoterapi dapat mendekati batas toleransi pasien.1 Namun
pemberian kemoterapi tidak dapat diberikan begitu saja dalam batas waktu yang tidak ditentukan
yang dapat mencetuskan leukemia yang resisten terhadap obat.4 Pengobatan berisi vinkristin,
11
siklofosfamid, sitosin arabinosid, daunorubisin, etoposid, atau merkaptopurin yang diberikan dalam
bentuk varian kombinasi.1
Terapi SSP
Apabila leukemia tersebut sudah mencapai SSP maka perlu diberikan obat sistemik yang mampu
menembus blood brain barrier untuk mencapai CSS dan mengobati penyakit. Opsinya adalah
Metotreksat dosis tinggi yang diberikan secara intra vena, metotreksat / sitosin arabinosid intratekal,
atau radiasi cranial; namun radiasi cranial pada anak sebisa mungkin dihindari karena dapat
menimbulkan efeks samping.1
Pemeliharaan
Terapi pemeliharaan diberikan pada anak perempuan dengan durasi 2 tahun dan anak laki-laki 3
tahun dengan menggunakan merkapturin oral/hari + metotreksat oral seminggu sekali; selain itu
pemberian vinkristin intravena + pemberian jangka waktu pendek deksametason 5 hari / bulan (per 3
bulan pada orang dewasa).1 Selama terapi pemeliharaan anak akan mempunyai probabilitas tinggi
untuk terkena varicella dan campak apabila belum mempunyai antibody terhadap virus ini; perlunya
profilaksis immunoglobulin untuk mencegah infeksi lebih lanjut.1
Terapi Kekambuhan (Relaps)
Apabila suatu waktu terjadi relaps maka itu berarti bahwa sel-sel leukemia yang ada sekarang telah
menjadi resisten terhadap pengobatan kemoterapi sebelumnya.4 Jika relaps terjadi segera setelah
terapi pemeliharaan maka prognosis buruk; dan bila terjadi beberapa tahun setelah terapi
diberhentikan maka prognosis jauh lebih baik.1 Sering terjadi kesulitan memilih obat dikarenakan
pasien hampir resisten dengan semua obat kemoterapi, pemberian regimen obat-obat baru seperti
klorafabin dapat dipikirkan.1
Non Medikamentosa
Transplantasi Sumsum Tulang
Opsi ini dapat dipertimbangkan apabila semua regimen obat kemoterapi telah mengalami resistensi;
mungkin cara ini merupakan satu-satunya kesempatan bagi pasien untuk mempertahankan hidupnya.
Bagi pasien yang tidak mempunyai anggota keluarga dengan HLA yang cocok; sekarang telah
12
dikembangkan transplantasi sumsum tulang alogenik yakni proses transplantasi tulang dengan
menggunakan HLA yang cocok dari nonfamily atau donor dengan sebagian HLA yang cocok.4
PrognosisPrognosis pada leukemia limfoblastik akut (ALL) dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3. Prognosis ALL1
Baik Buruk
Sel Darah Putih Rendah Tinggi (cth: >50x109/L)
Jenis Kelamin Anak perempuan Anak laki-laki
Immunofenotipe B-ALL T-ALL (anak)
Usia Anak Dewasa (bayi<1 tahun)
Sitogenetika Normal/ hiperdiploidi Ph+ dan hipodiploidi
Waktu untuk menghilangkan < 1 minggu > 1 minggu
sel blas darah
Waktu mencapai remisi < 4 minggu > 4 minggu
Kelainan SSP saat datang Tidak ada Ada
Minimal Residual Disease (-) pada 1 bulan anak (+) dalam 3-6 bulan
(-) pada 3 bulan dewasa
KesimpulanHipotesis diterima bahwa anak laki-laki 10 tahun tersebut menderita leukemia limfoblastik akut.
Daftar Pustaka1. Hoffbrand AV, Moss PAH. Kapita selekta hematologi. 6th ed. Jakarta: EGC;2013. h.165-84,
209-27.
2. Sudoyo AW, Setyohadi B, Alwi I, Simadibrata KM, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit dalam.
5th ed. Jakarta: Internal publishing; 2009.
3. Tkachuk DC, Hirschmann JV. Wintrobe’s atlas of clinical hematology. 1st ed. Lippincott
Williams and wilkins;2007.
13
4. Rudolph AM. Buku ajar pediatric Rudolph (rudolph’s pediatric). 20th ed. Jakarta: EGC; 2007.
h.1395-406.
5. Bakta M. Hematologi klinik ringkas. 1st ed. Jakarta: EGC; 2007.h.120-47.
6. Boon NA, Cumming AD, Walker BR. Davidson’s principles & practices of medicine. 21th ed.
Churchill Livingstone; 2010.h.1031
7. Bateman H, Hillmore R, Jackson D, Lusznat S, McAdam K, Regan C. Dictionary of medical
terms.4th ed. London: A&C Black; 2004.
14