tugas dr arsanto kevin

77
Tugas dr. Arsanto T Widodo Sp.OT Rumah Sakit Umum Koja Bagian Ilmu Bedah Periode 30 Maret – 6 Juni 2015 Nama : Kevin Ardiansyah NIM : 112013165 1. Sebukan definisi shock dan jenis – jenis shock Definisi Shock : Shock adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh keadaan patologik dinamik dimana suatu renjatan yang timbul apabila perfusi oksigen tidak cukup ( oxygen delivery tak sanggup memenuhi oxygen consumption ). Hal ini merupakan suatu respon daripada metabolism anaerobic dan akan menimbulkan suatu jejas yang ireversibel apabila terjadi daam waktu yang lama sehingga menimbulkan multi organ failure dan berujung ada kematian. Jenis – jenis shock : Shock Hipovolemik Kekurangan cairan intravaskuler Shock Kardiogenik Kegagalan fungsi pompa jantung. Shock Septik infeksi sistemik yang berat. Shock Anafilaktif Reaksi imun berlebihan Shock Neurogenik Reaksi vasovagal yang berlebihan. Shock Neurogenik Disebut sinkope atau kehilangan kekuatan dan kesadaran dengan tiba-tiba, akibat vasodilatasi menyeluruh di region splanknikus sehingga perdarahan di otak berkurang. Syok tipe ini biasanya terjadi 1

Upload: kevin-ardiansyah

Post on 21-Dec-2015

84 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

Tugas

TRANSCRIPT

Tugas dr. Arsanto T Widodo Sp.OT

Rumah Sakit Umum Koja

Bagian Ilmu Bedah

Periode 30 Maret – 6 Juni 2015

Nama : Kevin Ardiansyah

NIM : 112013165

1. Sebukan definisi shock dan jenis – jenis shock

Definisi Shock : Shock adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh keadaan patologik dinamik dimana suatu renjatan yang timbul apabila perfusi oksigen tidak cukup ( oxygen delivery tak sanggup memenuhi oxygen consumption ). Hal ini merupakan suatu respon daripada metabolism anaerobic dan akan menimbulkan suatu jejas yang ireversibel apabila terjadi daam waktu yang lama sehingga menimbulkan multi organ failure dan berujung ada kematian.

Jenis – jenis shock :

Shock Hipovolemik Kekurangan cairan intravaskuler Shock Kardiogenik Kegagalan fungsi pompa jantung. Shock Septik infeksi sistemik yang berat. Shock Anafilaktif Reaksi imun berlebihan Shock Neurogenik Reaksi vasovagal yang berlebihan.

Shock Neurogenik

Disebut sinkope atau kehilangan kekuatan dan kesadaran dengan tiba-tiba, akibat vasodilatasi menyeluruh di region splanknikus sehingga perdarahan di otak berkurang. Syok tipe ini biasanya terjadi karena adanya gangguan pada tonus simpatis akibat trauma tulang belakang atau yang sangat jarang misalnya cedera pada batang otak

Penyebab Syok neurogenik Suhu panas dengan banyak orang , terkejut atau nyeri, anestesi lumbal atau spinal dan trauma tulang belakang

1

Shock Hipovolemik

Disebabkan oleh perdarahan yang terlihat atau tidak terlihat. Jenis cairan yang keluar adalah : darah, plasma, cairan ekstrasel.

Penyebab dari perdarahan yang terlihat bisa karena dari luka dan hematemesis dari tukak lambung. Perdarahan yang tidak tampak misalnya pada perdarahan saluran cerna seperti perdarahan pada tukak duodenum, cedera lien, patah tulang pelvis dan patah tulang besar atau multiple fraktur.

Dapat juga disebabkan oleh kehilangan cairan tubuh lain nya, misalnya pada kasus luka bakar dapat terjadi kehilangan cairan akibat permukaan kulit yang hangus sehingga terjadi evaporasi, muntah atau diare, lalu terjadinya kebocoran plasma pada kasus Demam berdarah dengue dapat menyebabkan shock hipovolemik. Diuresis pada diabetes atau penggunaan diuretic, lalu terkumpulnya cairan pada ileus obstruksi. Keadaan sepsis berat juga dapat menyebabkan kehilangan cairan dan menyebabkan shock hipovolemik.

Patofisiologi : Berkurangnya cardiac output karena jumlah darah yang berkurang , perdarahan dapat dikelompokkan berdasarkan volume darah yang keluar.

Perdarahan :

Kelas I : Kehilangan darah sampai 15% Kelas II : Kehilangan Volume darah sekitar 15-30% yaitu sekitar 750 – 1500 ml pada seorang

lelaki 70 kg. Kelas III : Kehilangan Volume darah sekitar 30-40% sekitar 2000 ml pada orang dewasa ( Tanda

perfusi tidak adekuat Takikardia, takipneu, perubahan status mental dan penurunan tekanan darah sistolik. ) . INDIKASI TRANFUSI DARAH

Kelas IV : Kehilangan darah > 40%.

Tabel 1. Klasifikasi Shock Hemoragik

2

Shock Kardiogenik

Cardiac Output yang mengecil akibat kegagalan faal pompa jantung.

Compresive cardiac Shock Venous return berkurang Penekanan dari luar : tamponade jantung, tension pneumotorax. Infark miokardium luas , embolus pulmonal , defek septum ventrikel.

Shock Septik

Shock septic disebabkan oleh septicemia . Penyebabnya biasa disebabkan oleh gram negative dan menyebabkan kolaps kardiovaskuler.

Patofisiologi : Endotoksin basil gram negative ini menyebabkan vasodilatasi kapiler dan terbukanya hubungan pintas arteriovenosa perifer. Selain itu terjadi peningkatan permeabilitas kapiler, peningkatan kapasitas vaskular karena vasodilatasi perifer menyebabkan hipovolemia relatif, sedangkan peningkatan permeabilitas kapiler menyebabkan kehilangan cairan intravascular yang terlihat sebagai udara.

Pada syok septic peredaran darah dipercepat, CO meningkat 3x normal. Peredaran darah berlebihan hiperdinamik.

Shock anafilaksis

3

Merupakan suatu shock yang disebabkan sensitive terhadap antigen dan kemudian terpajan pada antigen tersebut , dimana merupakan reaksi hipersensitivitas tipe I. Antigen berikatan dengan sel mast sehingga timbul degranulasi pengeluaran histamine dan zat vasoaktif lain.

Menyebabkan peningkatan permeailitas dan dilatasi kapiler menyeluruh. Hipovolemia relatif karena vasodilatasi mengakibatkan syok sedangkan peingkatan permeabilitas kapiler menyebabkan udem. Juga terjadi bronkospasme ventilasi.

Etiologi : Obat, sengatan serangga, media kontras.

Tabel 2. Gejala dan tanda Shock

4

2. Penanganan kekurangan cairan atau dehidrasi

Caran tubuh ( 60% berat badan ) terbagi atas tiga komparetemen normal, yaitu intravascular sebesar 5% berat badan, interstisial sebesar 15% berat badan dan intrasel sekitar 40% berat badan. IVF dan ISF bersama-sama disebut cairan ekstrasel (ECF). Dalam keadaan patologis yang mengiringi syok yang berkepanangan , terjadi kebocoran cairan ke rongga ketiga ke lumen usus rongga peritoneum dan ke non-functioning ECF. ECF adalah cairan tubuh dengan laju malih (turn over rate) tinggi. Dikeluarkan melalui urin 25 ml/kg/hari serta ketingat dan uap napas ( 700 ml/m2/hari). Seorang dengan berat badan 50 kg dan luas permukaan kulit 1,5m2 akan mengeluarkan cairan sebanyak (50 kg x 25 ml) + (1,5 x 700 ml) = 2250 ml sehari. Jadi cairan sejumlah ini harus masuk agar keseimbangan cairan tubuhnya terjaga baik. Terapi cairan untuk kebutuhan ini disebut terapi cairan rumatan.dak memadai tubuh

Jika asupan tidak memadai , tubuh mengurangi produksi urin, sementara kehilangan lewat keringat dan uap panas tidak dapat diubah. Jika asupan berlebihan tubuh akan menambah produksi urin guna membuang kelebihan cairan. Oleh karena itu dengan mengetahui jumlah produksi urin, dapat diperkirakan status keseimbangan cairan.

5

Terapi cairan pengganti (water replacement therapy) dimaksudkan untuk mengganti kehilangan abnormal cairan. Jika penggantian harus diberikan dengan cepat misalnya dalam keadaan syok, istilah yang digunakan adalah resusitasi cairan.

Terapi cairan ialah tindakan untuk memelihara, mengganti cairan tubuh dalam batas-batas fisiologis dengan cairan infus kristaloid (elektrolit) atau koloid (plasma ekspander) secara intravena.

Terapi cairan ini dilakukan pada pasien-pasien dengan keadaan-keadaan seperti yang sudah djelaskan sebelumnya. Selain itu kuhususnya dalam pembedahan dengan anestesia yang memerlukan puasa sebelum dan sesudah pembedahan, maka terapi cairan tersebut berfungsi untuk mengganti defisit cairan saat puasa sebelum dan sesudah pembedahan, mengganti kebutuhan rutin saat pembedahan, mengganti perdarahan yang terjadi, dan mengganti cairan yang pindah ke rongga ketiga.

I. Terapi cairan resusitasi

Terapi cairan resusitasi ditujukan untuk menggantikan kehilangan akut cairan tubuh atau ekspansi cepat dari cairan intravaskuler untuk memperbaiki perfusi jaringan. Misalnya pada keadaan syok dan luka bakar. 

Terapi cairan resusitasi dapat dilakukan dengan pemberian infus Normal Saline (NS), Ringer Asetat (RA), atau Ringer laktat (RL) sebanyak 20 ml/kg selama 30-60 menit. Pada syok hemoragik bisa diberikan 2-3 l dalam 10 menit. 

Larutan plasma ekspander dapat diberikan pada luka bakar, peningkatan sirkulasi kapiler seperti MCI, syok kardiogenik, hemoragik atau syok septik. Koloid dapat berupa gelatin (hemaksel, gelafunin, gelafusin), polimer dextrose (dextran 40, dextran 70), atau turunan kanji (haes, ekspafusin)

Jika syok terjadi :

Berikan segera oksigen Berikan cairan infus isotonic RA/RL atau NS Jika respon tidak membaik, dosis dapat diulangi

Pada luka bakar :

6

24 jam pertama :

2-4 ml RL/RA per kg tiap % luka bakar 1/2 dosis diberikan 8 jam pertama, 1/2 dosis berikut 16 jam kemudian Sesuaikan dosis infus untuk menjaga urin 30-50 ml/jam pada dewasa Jika respon membaik, turunkan laju infus secara bertahap

 

Pertimbangan dalam resusitasi cairan :

1. Medikasi harus diberikan secara iv selama resusitasi2. Perubahan Na dapat menyebabkan hiponatremi yang serius. Na serum harus dimonitor,

terutama pada pemberian infus dalam volume besar.3. Transfusi diberikan bila hematokrit < 304. Insulin infus diberikan bila kadar gula darah > 200 mg%5. Histamin H2-blocker dan antacid sebaiknya diberikan untuk menjaga pH lambung 7,0

 

II. Terapi cairan rumatan

Terapi rumatan bertujuan memelihara keseimbangan cairan tubuh dan nutrisi. Diberikan dengan kecepatan 80 ml/jam. Untuk anak gunakan rumus 4:2:1, yaitu :

4 ml/kg/jam untuk 10 kg pertama 2 ml/kg/jam untuk 10 kg kedua 1 ml/kg/jam tambahan untuk sisa berat badan

Terapi rumatan dapat diberikan infus cairan elektrolit dengan kandungan karbohidrat atau infus yang hanya mengandung karbohidrat saja. Larutan elektrolit yang juga mengendung karbohidrat adalah larutan KA-EN, dextran + saline, DGAA, Ringer's dextrose, dll. Sedangkan larutan rumatan yang mengandung hanya karbohidrat adalah dextrose 5%. Tetapi cairan tanpa elektrolit cepat keluar dari sirkulasi dan mengisi ruang antar sel sehingga dextrose tidak berperan dalam hipovolemik.

Dalam terapi rumatan cairan keseimbangan kalium perlu diperhatikan karena seperti sudah dijelaskan kadar berlebihan atau kekurangan dapat menimbulkan efek samping yang berbahaya. Umumnya infus konvensional RL atau NS tidak mampu mensuplai kalium sesuai kebutuhan harian. Infus KA-EN dapat mensuplai kalium sesuai kebutuhan harian.

Pada pembedahan akan menyebabkan cairan pindah ke ruang ketiga, ke ruang peritoneum, ke luar tubuh. Untuk menggantinya tergantung besar kecilnya pembedahan, yaitu :

6-8 ml/kg untuk bedah besar 4-6 ml/kg untuk bedah sedang

7

2-4 ml/kg untuk bedah kecil

 

Metabolisme asetat dan laktat

Asetat dimetabolisme lebih cepat di otot menjadi bikarbonat sehingga dapat mencegah terjadinya asidosis metabolik. Sedangkan laktat dimetabolisme lebih lambat di hati. Latat kurang efisien untuk mengatasi asidosis dibanding asetat.

3. Jelaskan tentang perdarahan berdasarkan ATLS.

Pendarahan atau hemoragi adalah ekstravasasi atau keluarnya darah dari tempatnya

semula. Pendarahan dapat terjadi hanya di dalam tubuh, misalnya saat terjadi peradangan dan

darah keluar dari dalam pembuluh darah atau organ tubuh dan membentuk hematoma; atau

terjadi hingga keluar tubuh, seperti mengalirnya darah dari dalam vagina, mulut, rektum atau saat

kulit terluka, dan mimisan.

Pendarahan juga menyebabkan hematoma pada lapisan kulit/memar, biasanya terjadi

setelah tubuh dipukul atau jatuh dari suatu ketinggian.

ATLS membuat klasifikasi pendarahan berdasarkan persentase volume kehilangan darah,

sebagai berikut:

Kelas I, dengan kehilangan volume darah hingga maksimal 15% dari total volume darah

Kelas II, dengan kehilangan volume darah antara 15-30% dari total volume.

Kelas III, dengan kehilangan darah antara 30-40% dari volume pada sirkulasi darah.

Kelas IV, dengan kehilangan yang lebih besar daripada 40% volume sirkulasi darah.

Penatalaksanaan

Primary Survey (ABCDE)

A. Airway Dengan Kontrol Servical (Cervical Spine Control)

8

Menilai kelancaran jalan nafas,meliputi pemeriksaan adanya obstruksi benda asing,fraktur

tulang wajah,fraktur maksila,mandibula,fraktur laring atau trakea.

 GCS sama atau kurang dari 8 biasanya memerlukan pemasangan airway definitif.

Kecurigaan fraktur servical,harus dipakai alat imobilisasi (collar neck).

B. Breathing dan Ventilasi

Airway yg baik tidak menjamin ventilasi yg baik. Ventilasi yg baik meliputi fungsi yg baik

dari paru,dinding dada dan diafragma.

Perlukaan yg mengakibatkan gangguan ventilasi yg berat adalah tension pneumo-thorax,flail

chest dgn kontusio paru dan open pneumothorax.

C. Circulation dengan kontrol perdarahan

Volume darah dan Cardiac Output

Ada 3 penemuan klinis yg dalam hitungan detik dapat memberikan informasi mengenai

keadaan hemodinamik, yaitu : tingkat kesadaran, warna kulit, nadi

Perdarahan

Pendarahan eksternal harus dikenali dan dikelola pada primary survey

D. Disability (Neurologic Evalution)

Penilaian Tingkat kesadaran,ukuran dan reaksi pupil,tanda-tanda lateralisasi dan tingkat

level cedera spinal.

Penilaian GCS.

E. Exposure / Kontrol Lingkungan (Environment control)

Pasien harus dibuka keseluruhan pakaiannya untuk memeriksa dan evaluasi pasien.

Kemudian di selimuti agar tidak hipotermia.

Diberikan cairan kristaloid intra-vena yg sudah di hangatkan.

Resusitasi

A. Airway

Airway harus dijaga dengan baik, jaw thrust atau chin lift dapat dipakai.

9

Bila perlu airway definitive.

B. Breathing / Ventilasi / Oksigenasi

Pemberian oksigen bila tanpa intubasi sebaiknya oksigen diberikan dengan face-

mask.

C. Circulation (Dengan kontrol perdarahan)

Kontrol perdarahan dgn perbaikan volume intravascular.

2 IV Line,kateter IV yg dipakai harus berukuran besar.

Cairan yg digunakan cairan yg sudah dihangatkan untuk mencegah hipotermia

4. Jelaskan tentang keseimbangan asam basa

Keseimbangan asam-basa terkait dengan pengaturan pengaturan konsentrasi ion H bebas

dalam cairan tubuh. pH rata-rata darah adalah 7,4, pH darah arteri 7,45 dan darah vena 7,35. Jika

pH darah < 7,35 dikatakan asidosis, dan jika pH darah > 7,45 dikatakan alkalosis. Ion H terutama

diperoleh dari aktivitas metabolik dalam tubuh. Ion H secara normal dan kontinyu akan

ditambahkan ke cairan tubuh dari 3 sumber, yaitu:

1. pembentukan asam karbonat dan sebagian akan berdisosiasi menjadi ion H dan

bikarbonat

2. katabolisme zat organik

3. disosiasi asam organic pada metabolisme intermedia, misalnya pada metabolisme

lemak terbentuk asam lemak dan asam laktat, sebagian asam ini akan berdisosiasi

melepaskan ion H.

Fluktuasi konsentrasi ion h dalam tubuh akan mempengaruhi fungsi normal sel, antara lain:

1. perubahan eksitabilitas saraf dan otot; pada asidosis terjadi depresi susunan saraf pusat,

sebalikny pada alkalosis terjadi hipereksitabilitas.

2. mempengaruhi enzim-enzim dalam tubuh.

3. mempengaruhi konsentrasi ion K

10

Bila terjadi perubahan konsentrasi ion H maka tubuh berusaha mempertahankan ion H seperti

nilai semula dengan cara:

1. mengaktifkan sistem dapar kimia

2. mekanisme pengontrolan pH oleh sistem pernapasan

3. mekanisme pengontrolan pH oleh sistem perkemihan

Ada 4 sistem dapar kimia, yaitu:

1. Dapar bikarbonat; merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel teutama untuk

perubahan yang disebabkan oleh non-bikarbonat.

2. Dapar protein; merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel dan intrasel.

3. Dapar hemoglobin; merupakan sistem dapar di dalam eritrosit untuk perubahan asam

karbonat.

4. Dapar fosfat; merupakan sistem dapar di sistem perkemihan dan cairan intrasel.

Sistem dapar kimia hanya mengatasi ketidakseimbangan asam-basa sementera. Jika

dengan dapar kimia tidak cukup memperbaiki ketidakseimbangan, maka pengontrolan pH akan

dilanjutkan oleh paru-paru yang berespons secara cepat terhadap perubahan kadar ion H dalam

darah akibat rangsangan pada kemoreseptor dan pusat pernapasan, kemudian mempertahankan

kadarnya sampai ginjal menghilangkan ketidakseimbangan tersebut. Ginjal mampu meregulasi

ketidakseimbangan ion H secara lambat dengan mensekresikan ion H dan menambahkan

bikarbonat baru ke dalam darah karena memiliki dapar fosfat dan ammonia.

Ketidakseimbangan asam-basa

Ada 4 kategori ketidakseimbangan asam-basa, yaitu:

1. Asidosis respiratori, disebabkan oleh retensi CO2 akibat hipoventilasi. Pembentukan H2CO3

meningkat, dan disosiasi asam ini akan meningkatkan konsentrasi ion H.

2. Alkalosis respiratori, disebabkan oleh kehilangan CO2 yang berlebihan akibat hiperventilasi.

Pembentukan H2CO3 menurun sehingga pembentukan ion H menurun.

11

3. Asidosis metabolik, asidosis yang bukan disebabkan oleh gangguan ventilasi paru. Diare akut,

diabetes mellitus, olahraga yang terlalu berat, dan asidosis uremia akibat gagal ginjal akan

menyebabkan penurunan kadar bikarbonat sehingga kadar ion H bebas meningkat.

4. Alkalosis metabolik, terjadi penurunan kadar ion H dalam plasma karena defisiensi asam non-

karbonat. Akibatnya konsentrasi bikarbonat meningkat. Hal ini terjadi karena kehilangan ion H

karena muntah-muntah dan minum obat-obat alkalis. Hilangnya ion H akan menyebabkan

berkurangnya kemampuan untuk menetralisir bikarbonat, sehingga kadar bikarbonat plasma

meningkat. Untuk mengkompensasi gangguan keseimbangan asam-basa tersebut, fungsi

pernapasan dan ginjal sangat penting.

5. Jelaskan berbagai macam jenis luka dan gambarkan

Pengertian Luka

Luka adalah rusaknya kesatuan/komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat

substansi jaringan yang rusak atau hilang.

Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul :

1. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ

2. Respon stres simpatis

3. Perdarahan dan pembekuan darah

4. Kontaminasi bakteri

5. Kematian sel

Jenis Luka:

12

1.   Berdasarkan Tingkat Kontaminasi Luka.

Luka Bersih (Clean Wounds). Yang dimaksud dengan luka bersih adalah luka bedah tak

terinfeksi yang mana luka tersebut tidak terjadi proses peradangan (inflamasi) dan juga infeksi

pada sistem pernafasan, pencernaan, genital dan urinari tidak terjadi

Luka bersih terkontaminasi (Clean-contamined Wounds). Jenis luka ini adalah luka

pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau perkemihan dalam kondisi

terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi.

Luka terkontaminasi (Contamined Wounds) adalah luka terbuka, fresh, luka akibat

kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar dengan teknik aseptik atau kontaminasi dari

saluran cerna.

Luka kotor atau infeksi (Dirty or Infected Wounds) adalah terdapatnya mikroorganisme

pada luka. Dan tentunya kemungkinan terjadinya infeksi pada luka jenis ini akan semakin besar

dengan adanya mikroorganisme tersebut.

2.    Berdasarkan Kedalaman Dan Luasnya Luka.

Stadium I : Luka Superfisial (Non-Blanching Erithema). Luka jenis ini adalah luka yang

terjadi pada lapisan epidermis kulit.

Stadium II : Luka "Partial Thickness". Luka jenis ini adalah hilangnya lapisan kulit pada

lapisan epidermis dan bagian atas dari dermis. Merupakan luka superficial dan adanya

tanda klinis seperti halnya abrasi, blister atau lubang yang dangkal.

Stadium III : Luka "Full Thickness". Luka jenis ini adalah hilangnya kulit keseluruhan

meliputi kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas sampai bawah

tetapi tidak melewati jaringan yang mendasarinya. Luka ini timbul secara klinis sebagai

suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa merusak jaringan di sekitarnya.

Stadium IV : Luka "Full Thickness". Luka jenis ini adalah luka yang telah mencapai

lapisan otot, tendon dan tulang dengan adanya destruksi / kerusakan yang luas.

13

3.    Berdasarkan Waktu Penyembuhan Luka.

Luka Akut. Luka akut adalah jenis luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan

konsep penyembuhan yang telah disepakati.

Luka Kronis. Luka kronis adalah jenis luka yang yang mengalami kegagalan dalam

proses penyembuhan, dapat karena faktor eksogen dan endogen.

Macam Luka dan penanganannya

1.   Vulnus excoriasi (Luka lecet)

a)   Pengertian : Jenis luka yang satu ini derajat nyerinya biasanya lebih tinggi dibanding luka

robek, mengingat luka jenis ini biasanya terletak di ujung-ujung syaraf nyeri di kulit.

b)  Cara penanganan : Pertama yang harus dilakukan adalah membersihkan luka terlebih dahulu

menggunakan NaCl 0,9%, dan bersiaplah mendengar teriakan pasien, karena jenis luka ini tidak

memungkinkan kita melakukan anastesi, namun analgetik boleh diberikan. Setelah bersih,

berikan desinfektan. Perawatan jenis luka ini adalah perawatan luka terbuka, namun harus tetap

bersih, hindari penggunaan IODINE salep pada luka jenis ini, karena hanya akan menjadi sarang

kuman, dan pemberian IODINE juga tidak perlu dilakukan tiap hari, karena akan melukai

jaringan yang baru terbentuk

14

Gambar 1. Luka Lecet ( Vulnus Ekskoriatum )

2.   Vulnus punctum (Luka tusuk)

a)    Pengertian : Luka tusuk biasanya adalah luka akibat logam, nah yang harus diingat maka

kita harus curiga adalanya bakteri clostridium tetani dalam logam tersebut.

b)   Cara penanganan : Hal pertama ketika melihat pasien luka tusuk adalah jangan asal menarik

benda yang menusuk, karena bisa mengakibatkan perlukaan tempat lain ataupun mengenai

pembuluh darah. Bila benda yang menusuk sudah dicabut, maka yang harus kita lakukan adalah

membersihkan luka dengan cara menggunakan H2O2, kemudian didesinfktan. Lubang luka

ditutup menggunakan kasa, namun dimodifikasi sehingga ada aliran udara yang terjadi.

Gambar 2. Luka Tusuk (Vulnus Punctum )

      

3.   Vulnus contussum (luka kontusiopin)

a)    Pengertian : luka kontusiopin adalah luka memar, tentunya jangan diurut ataupun ditekan-

tekan, karena hanya aka mengakibatkan robek pembuluh darah semakin lebar saja.

15

b)   Cara penanganan : Yang perlu dilakukan adalah kompres dengan air dingin, karena akan

mengakibatkan vasokontriksi pembuluh darah, sehingga memampatkan pembuluh-pembuluh

darah yang robek.

4.    Vulnus insivum (Luka sayat)

a)    Pengertian : luka sayat adalah jenis luka yang disababkan karena sayatan dari benda tajam,

bisa logam maupun kayu dan lain sebagainya. Jenis luka ini biasanya tipis.

b)   Cara penanganan : yang perlu dilakukan adalah membersihkan dan memberikan desinfektan.

Gambar 4. Vulnus Insisivum

5.    Vulnus schlopetorum

16

a)    Pengertian : jenis luka ini disebabkan karena peluru tembakan, maka harus segera

dikeluarkan tembakanya.

b)   Cara penanganan : jangan langsung mengeluarkan pelurunya, namun yang harus dilakukan

adalah membersihkan luka dengan H2O2, berikan desinfektan dan tutup luka. Biarkan luka

selama setidaknya seminggu baru pasien dibawa ke ruang operasi untuk dikeluarkan pelurunya.

Diharapkan dalam waktu seminggu posisi peluru sudah mantap dan tak bergeser karena

setidaknya sudah terbentuk jaringan disekitar peluru.

Gambar 5. Vulnus Schlopectorum

6.    Vulnus combustion (luka bakar)

17

a)    Pengertian : adalah luka yang disebabkan akibat kontaksi antara kulit dengan zat panas

seperti air panas(air memdidih), api, dll.

b)   Cara penanganan : Penanganan paling awal luka ini adalah alirkan dibawah air mengalir,

bukan menggunakan odol apalagi minyak tanah. Alirkan dibawah air mengalir untuk

perpindahan kalornya. Bila terbentuk bula boleh dipecahkan, perawatan luka jenis ini adalah

perawatan luka terbuka dengan tetap menjaga sterilitas mengingat luka jenis ini sangat mudah

terinfeksi. Dan ingat kebutuhan cairan pada pasien luka bakar.

Gambar 6. Vulnus Combustion

7.    Luka gigitan.

a)    Pengertian : luka jenis ini disebabkan dari luka gigitan binatang, seperti serangga, ular, dan

binatang buas lainya. Kali ini luka gigitan yang dibahas adalah jenis luka gigitan dari ular berbisa

yang berbahaya.

b)   Cara penanganan : mengeluarkan racun yang sempat masuk ke dalam tubuh korban dengan

menekan sekitar luka sehingga darah yang sudah tercemar sebagian besar dapat dikeluarkan dari

luka tersebut. Tidak dianjurkan mengisap tempat gigitan, hal ini dapat membahayakan bagi

pengisapnya, apalagi yang memiliki luka walaupun kecil di bagian mukosa mulutnya. Sambil

menekan agar racunnya keluar juga dapat dilakukan pembebatan( ikat) pada bagian proksimal

dari gigitan, ini bertujuan untuk mencegah semakin tersebarnya racun ke dalam tubuh yang lain.

Selanjutnya segera mungkin dibawa ke pusat kesehatan yang lebih maju untuk perawatan lanjut.

18

Gambar 7. Vulnus Morsum : Gigitan ular berbisa.

8.    Vulnus Laseratum

a)    Pengertian : Luka parut disebabkan karena benda keras yang merusak permukaan kulit,

misalnya karena jatuh saat berlari.

b)   Cara penanganan : Cara mengatasi luka parut, bila ada perdarahan dihentikan terlebih dahulu

dengan cara menekan bagian yang mengeluarkan darah dengan kasa steril atau saputangan/kain

bersih. Kemudian cuci dan bersihkan sekitar luka dengan air dan sabun. Luka dibersihkan

19

dengan kasa steril atau benda lain yang cukup bersih. Perhatikan pada luka, bila dijumpai benda

asing ( kerikil, kayu, atau benda lain ) keluarkan. Bila ternyata luka terlalu dalam, rujuk ke

rumah sakit. Setelah bersih dapat diberikan anti-infeksi lokal seperti povidon iodine atau kasa

anti-infeksi.

Gambar 8. Luka Laserasi / Vulnus Laseratum

9.    Luka Sayat/Vulnus Schissum

a)    Pengertian : Terpotong adalah bentuk lain dari perlukaan yang disebabkan oleh benda tajam,

bentuk lukanya teratur dan dalam, perdarahan cukup banyak, apalagi kalau ada pembuluh darah

arteri yang putus terpotong.

b)   Cara penanganan : menangani perdarahan terlebih dahulu yakni dilakukan dengan menekan

bagian yang mengeluarkan darah dengan menggunakan kasa steril atau kain yang bersih. Bila

ada pembuluh nadi yang ikut terpotong, dan cukup besar, dilakukan pembalutan torniquet.

Pembalutan dilakukan dengan menempatkan tali/ikat pinggang/saputangan pada bagian antara

20

luka dan jantung secara melingkar, kemudian dengan menggunakan sepotong kayu/ballpoint

tali/ikat pinggang/saputangan tadi diputar sampai lilitannya benar-benar kencang. Tujuan cara ini

untuk menghentikan aliran darah yang keluar dari luka. Setelah itu, luka ditutup dan rujuk ke

rumah sakit. Pembebatan torniquet dilakukan pada lengan atas atau paha. Pembebatan di tempat

lain tidak akan efektif. Pada luka yang teriris dioles anti infeksi kemudian ditutup kasa steril.

Gambar 9. Luka Sayat / Vulnus Schissum

Penanganan Luka Secara Umum

Dalam penanganan luka, sudah umum diketahui bahwa salah satu yang harus dilakukan

adalah tindakan debridement. Debridement bertujuan untuk membuat luka menjadi bersih

sehingga mengurangi kontaminasi pada luka dan mencegah terjadinya infeksi. Debridement bisa

21

dilakukan dengan beberapa cara, dari yang kurang invasif hingga invasif, yaitu debridement

secara biologik, mekanik, otolitik, enzimatik, dan surgical.

Proses Penyembuhan Luka

1.   Fase Inflamasi

Adalah adanya respon vaskuler dan seluler yang terjadi akibat perlukaan yang terjadi

pada jaringan lunak. Tujuan yang hendak dicapai adalah menghentikan perdarahan dan

membersihkan area luka dari benda asing, sel-sel mati dan bakteri untuk mempersiapkan

dimulainya proses penyembuhan.

2.   Fase Proliferatif

Adalah memperbaiki dan menyembuhkan luka dan ditandai dengan proliferasi sel. Peran

fibroblas sangat besar pada proses perbaikan yaitu bertanggung jawab pada persiapan

menghasilkan produk struktur protein yang akan digunakan selama proses reonstruksi jaringan.

3.   Fase Maturasi

Fase ini dimulai pada minggu ke-3 setelah perlukaan dan berakhir sampai kurang lebih

12 bulan. Tujuan dari fase maturasi adalah ; menyempurnakan terbentuknya jaringan baru

menjadi jaringan penyembuhan yang kuat dan bermutu. Fibroblas sudah mulai meninggalkan

jaringan granulasi, warna kemerahan dari jaringa mulai berkurang karena pembuluh mulai

regresi dan serat fibrin dari kolagen bertambah banyak untuk memperkuat jaringan parut.

Kekuatan dari jaringan parut akan mencapai puncaknya pada minggu ke-10 setelah perlukaan.

22

Faktor yang mempengarui penyembuhan luka

Usia, Semakin tua seseorang maka akan menurunkan kemampuan penyembuhan jaringan

Infeksi, Infeksi tidak hanya menghambat proses penyembuhan luka tetapi dapat juga

menyebabkan kerusakan pada jaringan sel penunjang, sehingga akan menambah ukuran

dari luka itu sendiri, baik panjang maupun kedalaman luka.

Hipovolemia, Kurangnya volume darah akan mengakibatkan vasokonstriksi dan

menurunnya ketersediaan oksigen dan nutrisi untuk penyembuhan luka.

Hematoma, Hematoma merupakan bekuan darah. Seringkali darah pada luka secara

bertahap diabsorbsi oleh tubuh masuk kedalam sirkulasi. Tetapi jika terdapat bekuan

yang besar hal tersebut memerlukan waktu untuk dapat diabsorbsi tubuh, sehingga

menghambat proses penyembuhan luka.

Benda asing, Benda asing seperti pasir atau mikroorganisme akan menyebabkan

terbentuknya suatu abses sebelum benda tersebut diangkat. Abses ini timbul dari serum,

fibrin, jaringan sel mati dan lekosit (sel darah merah), yang membentuk suatu cairan yang

kental yang disebut dengan nanah (�Pus�).

Iskemia, Iskemi merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan suplai darah pada

bagian tubuh akibat dari obstruksi dari aliran darah. Hal ini dapat terjadi akibat dari

balutan pada luka terlalu ketat. Dapat juga terjadi akibat faktor internal yaitu adanya

obstruksi pada pembuluh darah itu sendiri.

Diabetes, Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan gula

darah, nutrisi tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal tersebut juga akan terjadi

penurunan protein-kalori tubuh.

Pengobatan, Steroid : akan menurunkan mekanisme peradangan normal tubuh terhadap

cedera,� Antikoagulan : mengakibatkan perdarahan, Antibiotik : efektif diberikan segera

sebelum pembedahan untuk bakteri penyebab kontaminasi yang spesifik. Jika diberikan

setelah luka pembedahan tertutup, tidak akan efektif akibat koagulasi intravaskular.

23

6. Jelaskan tentang berbagai macam jahitan dan bahannya

1. Jahitan terputus Terbanyak digunakan karena sederhana dan mudah. Tiap jahitan disimpul sendiri. Dapat

dilakukan pad akulit atau bagian tubuh lainnya, dan cocok untuk daerah yang banyak bergerak karean tiap jahitan saling menunjang satu dengan lainnya.Jahitan terputus (interupted suture), tiap-tiap simpul berdiri sendiri. Secara kosmetik benang kasar/besar atau tegang pada saat menyimpulnya akan memberikan bekas yang kurang bagus, yaitu seprti gambaran lipan.

 

2.      Jahitan simpul tunggalSinonim : Jahitan Terputus Sederhana, Simple Inerrupted Suture. Merupakan jenis jahitan

yang sering dipakai. digunakan juga untuk jahitan situasi.

 

Teknik :

 Melakukan penusukan jarum dengan jarak antara setengah sampai 1 cm ditepi luka dan sekaligus mengambil jaringan subkutannya sekalian dengan menusukkan jarum secara tegak lurus pada atau searah garis luka. Simpul tunggal dilakukan dengan benang absorbable denga jarak antara 1cm. Simpul di letakkan ditepi luka pada salah satu tempat tusukan Benang dipotong kurang lebih 1 cm.3.      Jahitan matras Horizontal

Sinonim : Horizontal Mattress suture, Interrupted mattress

Jahitan dengan melakukan penusukan seperti simpul, sebelum disimpul dilanjutkan dengan penusukan sejajar sejauh 1 cm dari tusukan pertama.

Memberikan hasil jahitan yang kuat.

24

 

 

4.      Jahitan Matras Vertikal

Sinonim : Vertical Mattress suture, Donati, Near to near and far to far

Jahitan dengan menjahit secara mendalam dibawah luka kemudian dilanjutkan dengan menjahit tepi-tepi luka. Biasanya menghasilkan penyembuhan luka yang cepat karena di dekatkannya tepi-tepi luka oleh jahitan ini.

 

 

25

5.      Jahitan Matras Modifikasi

Sinonim : Half Burried Mattress Suture

Modifikasi dari matras horizontal tetapi menjahit daerah luka seberangnya pada daerah subkutannya.

 

6. Jahitan kontinuSering disebut doorloven. Simpul hanya pada ujung-ujung jahitan., jadi hanya ada dua

simpul. Bial salah satu terbuak maka jahitan ini akan terbuak seluruhnya. Jahitan ini jarang

26

dipakai untuk menjahit kulit. Secar kosmetik bekas luka jahitan seperti pada jahitan terputus. Jahitan kontinu dapat dilakukan lebih cepat dari jahitan terputus.

 

 

7.      Jahitan Jelujur sederhana

Sinonim : Simple running suture, Simple continous, Continous over and over

Jahitan ini sangat sederhana, sama dengan kita menjelujur baju. Biasanya menghasilkan hasiel kosmetik yang baik, tidak disarankan penggunaannya pada jaringan ikat yang longgar.

 

27

 

8.      Jahitan Jelujur Feston

Sinonim : Running locked suture, Interlocking suture

Jahitan kontinyu dengan mengaitkan benang pada jahitan sebelumnya, biasa sering dipakai pada jahitan peritoneum. Merupakan variasi jahitan jelujur biasa.

 

 

9.      Jahitan Jelujur horizontal

Sinonim : Running Horizontal suture

Jahitan kontinyu yang diselingi dengan jahitan arah horizontal.

28

 

10.  Jahitan intradermal  Memeberikan hasil kosmetik yang paling bagus (hanya berupa satu garis saja). Tidak

dapat dipakai untuk daerah yang banyak bergerak. Paling baik untuk wajah. Terdapat berbagai modifikasi jahitan intradermal ini. Diperlukan banyak latihan untuk memahirkan cara penjahitan intradermal ini.

11.  Jahitan Simpul Intrakutan

Sinonim : Subcutaneus Interupted suture, Intradermal burried suture, Interrupted dermal stitch.

Jahitan simpul pada daerah intrakutan, biasanya dipakai untuk menjahit area yang dalam kemudian pada bagian luarnya dijahit pula dengan simpul sederhana.

12.  Jahitan Jelujur Intrakutan

Sinonim : Running subcuticular suture, Jahitan jelujur subkutikular

Jahitan jelujur yang dilakukan dibawah kulit, jahitan ini terkenal menghasilkan kosmetik yang baik

Bahan Jahit

Material penjahitan yang berkualiatas adalah yang meliputi sarat-sarat tertentu. Yang

pertama adalah kenyamanan untuk digunakan atau untuk  dipegang. Lalu pengamanan yang

cukup pada setiap alat. Harus selalu steril. Cukup elastik. Bukan terbuat dari bahn yang reaktif.

Kekuatan yang cukup untuk penyembuhan luka. Kemampuan untuk biodegradasi kimia untuk

menceah perusakan dari benda a Penjahitan luka membutuhkan beberapa persiapan baik alat,

bahan serta beberapa peralatan lain. Urutan teknik juga harus dimengerti oleh operator serta

asistennya.

Alat yang dibutuhkan :

  Naald Voeder ( Needle Holder ) atau pemegang jarum biasanya satu buah.  Pinset Chirrurgis atau pinset Bedah satu buah  Gunting benang satu buah.

29

  Jarum jahit, tergantung ukuran cukup dua buah saja.

Bahan yang dibutuhkan :

  Benang jahit Seide atau silk  Benang Jahit Cat gut chromic dan plain.

Lain-lain :

  Doek lubang steril  Kasa steril  Handscoon steril

Operasi teknik

Urutan teknik penjahitan luka ( suture techniques)

1. Persiapan alat dan bahan

2. Persiapan asisten dan operator

3. Desinfeksi lapangan operasi

4. Anestesi lapangan operasi

5. debridement dan eksisi tepi luka

6. penjahitan luka

7. perawatan luka

7. Jelaskan Mengenai Set Minor

Bedah minor (operasi kecil) dipakai untuk tindakan operasi yang ringan, biasanya dikerjakan dengan anestesi lokal. Sebagai contohnya adalah pengangkatan tumor-tumor jinak atau kista pada kulit, ekstraksi kuku, penanganan luka, dll.

Prinsip dasar :

1. Asepsis dan antisepsisAsepsis adalah tindakan yang dimaksudkan untuk menjauhkan mikroorganisme penyebab

infeksi ke medan operasi. Antisepsis adalah tindakan untuk membunuh mikroorganisme dengan bahan kimia untuk mencegah sepsis. Bahan-bahan kimia yang sering dipakai yaitu iodine tincture 3-5%, alkohol 70%, hibiscrub, savlon, hibitane, betadine, atau pisohex. Assepsis dan antisepsis ini dilakukan

30

untuk alat dan ruangan operasi, orang-orang yang berada di ruang operasi baik pasien, tim operator maupun observer.

2. SterilisasiAdalah suatu usaha untuk membuat suatu benda atau ruangan menjadi bebas kuman, yaitu

dengan membunuh kuman maupun spora yang menempel pada benda atau ruang operasi tersebut.Ada 3 cara sterilisasi yang sering digunakan, yaitu :a. Pemanasan

- Dengan tekanan, digunakan autoklaf yaitu suatu bejana tertutup yang berisi uap panas dengan tekanan tinggi (750 mmHg, suhu 121 C selama 10-15 menit). Cara ini dapat⁰ membunuh kuman beserta spora yang ada.

- Tanpa tekanan Perebusan, cara ini dipakai untuk mensterilkan instrumen bedah minor jika tidak ada

autklaf. Cara ini kurang baik karena spora tidak ikut mati. Diperlukan minimal 30 menit setelah air mendidih. Waktu ini dapat dikurangi dengan menambahkan alkali yang bersifat bakterisidal.

Pemanasan kering menggunakan oven dengan temperatur 160 - 180 C dalam waktu⁰ ⁰ 1-2 jam.

Flamber/ pembakaran dilakukan dengan alkohol 90% atau spirtus. Bahan bakar harus cukup untuk nyala minimum 5 menit. Alat yang dibakar harus dalam keadaan bersih, kering, dan diletakkan pada wadah aluminium atau wadah tahan karat.

b. Kimiawi- Tablet formalin

- Gas etilan oksidac. Radiasi

Dilakukan dengan menggunakan daya radiasi sinar X, sinar ultraviolet (UV), atau sinar gamma berdaya tinggi.

3. Instrumen

a. Pemegang jarum/needle holder

Alat ini biasanya dilengkapi dengan pengunci di bagian belakang. Ukurannya bermacam-macam, yaitu pendek, sedang, dan panjang. Pemegang jarum yang di gunakan disesuaikan dengan ukuran jarum yang ajkan di pakai.

31

Gambar 1a. needle holder Gambar 1b. cara memegang needle holder

b. Pinset anatomis dan Pinset chirurgis

Berguna untuk memegang dan menahan jaringan pada waktu diseksi atau menjahit. Pinset bergigi tajam, yang dapat dipaki untuk memegang jaringan yang hanya memerlukan tekanan minimal misalnya : subkutis, otot, fascia, tetapi tidak digunakan untuk struktur yang mudah berlubang seperti pleura dan peritoneum. Pinset anatomis digunakan untuk memegang jaringan saat menjahit.

Gambar 2a. macam-macam pinset Gambar 2b. cara memegang pinset(kiri)

c. Scalpel/bistouri

Skalpel adalah pisau tajam yang digunakan untuk operasi atau diseksi anatomi. Skalpel dapat di pakai berulang bila pisau yang di gunakan dapat dilepas dengan gagangnya. Bila terpisah pisaunya dinamakan blade.

32

Gambar 3a. macam-macam scalpel Gambar 3b. cara memegang scalpel

d. Gunting praerere. Guntung preparasi metzenbaumf. Gunting benang

Gambar . Alat-alat minor set ( macam-macam gunting)

g. Desinfeksi klem dan duk klemh. Klem pean bengkok dan lurusi. Klem mosquitoj. Kait penahan luka/retractor

33

Gambar 5. Alat-alat minor set ( macam-macam klem )

Gambar 6. Alat-alat minor set yang sering digunakan

k. Benang

Terbagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu :- Absorbable (dapat diserap oleh jaringan tubuh), contoh : catgut dan vicryl. Benang ini

umumnya digunakan untuk menjahit jaringan yang letaknya profunda.- non absorbable (tidak dapat diserap jaringan tubuh), contoh : nylon, dacron, dan teflon.

Benang ini umumnya digunakan untuk menjahit kulit.

34

Gambar 8. Benang absorbable (cat gut plain) dan non absorbable (silk)

l. Jarum

Jarum yang digunakan dalam bedah minor bentuknya melengkung dengan ukuran yang berbeda-beda. Menurut lengkungnya, dikenal jarum ¼ yang berarti lengkung jarum tersebut sebesar ¼ lingkaran. Ukuran yang lain 3/8, ½, dan seterusnya maksimal 5/8. Menurut panjangnya (daam mm) dikenal jarum 12 yang artinya panjang jarum tersebut 12 mm. Sehingga jika jarum berukuran ¼ - 6 maka jarum tersebut berlengkung ¼ lingkaranm dengan panjang dari ujung ke ujung 6 mm.

Gambar 7. Macam-macam jenis ukuran jarum.

4. Anestesi

Ada 2 macam anestesi yaitu anestesi umum dan local. Anestesi local dibedakan lagi

menurut tempat diberikan obat anestesi, yaitu anestesi spinal, epidural, paravertebral, blok

cabang saraf, infiltrasi, dan permukaan kulit (topical). Setiap anestesi harus memenuhi 2

35

syarat yaitu:menghilangkan reflex dan melemaskan otot, sedang pada naestesi umum

diperlukan untuk menghilangkan kesadaran. Untuk bedah minor yang dipakai adalah anestesi

local.

Anestesi blok

Obat anestesi langsung disuntikkan di sekitar saraf atau ke pangkal saraf. Misalnya apabila

hendak mengoperasi daerah lengan, maka dapat dilakukan anestesi blok pada plexus

brachialis.

Anestesi infiltrat

Obat anestesi disuntikkan langsung ke ujung-ujung saraf di bawa kulit. Untuk menguangi

perdarahan dapat dicampur dengan adrenalin sebab adrenalin menyebabkan vasokontriksi

pembuluh darah. Campuran dengan adrenalin tidak boleh dipakai untuk operasi daerah yang

mempunyai end artery seperti jari-jari, penis dan sebagainya.

Field block

Anestesi disuntikkan mengelilingi daerah tindakan, misalnya pada pengagkatan kista di kulit,

tumor-tumor di kulit

Anestesi topical

Obat anestesi disemprotkan atau dioleskan ke permukaan kulit atau selaput lender, sehingga

ujung-ujung saraf di bawahnya menjadi mati rasa, contoh:chlor etil

Macam-macam obat anestesi local:

1. Prokain

Obat anestesi local yang dipakai saat ini. Untuk anestesi infiltrat dipakai larutan ½ - 1%,

anestesi blok 2%, anestesi lumbal 4%, jumlah prokain yang masih aman dipakai adalah

2mg. daya mati rasanya cukup tinggi.

2. Lidokain

Bekerja lebih cepat dan daya mati rasanya lebih lama dibandingkan dengan prokain

36

3. Kokain

Untk anestesi topical, tidak untuk disuntikkan karena bersifat toksik

4. Tetrakain

Lebih toksik dari kokain dan terutama dipenuhi sebagai anestesi lumbal. Mati rasanya

dapat bertahan sampai 2 jam.

5. Jenis tindakan

a. Insisi

Dimulai dengan membuat sayatan lurus pada massa tumor misalnya pada abses.

Arahnya sejajar dengan garis langer, sehingga akan terbentuk jaringan parut yang

halus karena kolagen kulit terarah dengan baik.

b. Eksisi

Merupakan tindakan pengangkatan massa tumor. Indikasinya antara lain untuk

kista epidermoid (klavus) dan kista dermoid. Klavus merupakan tumor jinak yang

keras, biasanya tumbuh pada kulit telapak kaki maupun tangan. Biasanya timbul

karena tusukan benda asing yang menyebabkan epitel kulit masuk ke bawah

epidermis atau sisa sel yang berasal dari embrio. Klavus tampak seperti benjolan

keras dan sakit bila ditekan atau dipijakkan.

Ekisisi dilakukan dengan membuat sayatan berbentuk elips dengan sumbu

panjang sesuai dengan arah ketegangan kulit.

c. Ekstirpasi

Tindakan pengangkatan seluruh masa tumor beserta kapsulnya. Indikasi:ateroma,

fibroma, lipoma

Ateroma

Benjolan kecil yang terjadi karena saluran sebasea tersumbat sehingga lemak yang

dikeluarkan kelenjar itu tertimbun dan bercampur dengan sel-sel. Akibatnya, secara

perlahan-lahan timbullah pembesaran kelenjar rambut tersebut. Isi ateroma seperti

bubur kebiruan yang mengental. Pada puncak benjolan ateroma terlihat suatu titik

kebiru-biruan yang sebenarnya adalah lubang saluran kelenjar yang tersumbat.

37

Lipoma

Tumor jinak yang berasal dari jaringan lemak dan garis tengahnya antara berapa mm

sampai puluhan cm. Lipoma srg ditemukan si pundak, lengan atas, punggung dan

pantat.

Fibroma

Tumor yang berasal dari jaringan ikat tubuh.

Teknik pengambilan ateroma:

Siapkan dalam keadaan steril 2 buah pinset anatomis, 2 buah pinset chirurgis, 1

buah scalpel dan amatanya, 2 buah klem bengkok, 4 buah lem arteri, 1 gunting

ujung lancip, 1 gunting lurus, naald volder, jarum oto dan jarum kulit, spuit 5 ml

dengan jarum untu anestesi, zde, cat gut, doek dan sarung tangan. Juga beberapa

ampul, prokin dan lidokain

Kulit dibersihkan dengan antiseptic (iodine) lalu alcohol 70%

Tutup daerah op dengan duk lubang di sekitar ateroma disuntik dengan prokain ½

- 1%

Tunggu beberapa saat sampai daerah yang akan dioperasi akan terasa kebal. Buat

dengan hati-hati 2 insisi lengkung, sehingga titik ateroma terletak di tengah-

tengah

Setelah sayatan kulit tepat berada di atas pembungkus aeroma, lepaskan kulit dan

jaringan yang berada di sekitar kapsul ateroma dengan gunting yang tajam

bengkok. Dengan cara memisahkan jaringan kapsul dan sekitarnya, tumor

diangkat,

Usahakan ateroma tidak pecah, bila pecah usahakan agar kapsul dapat diangkat

semua.

Setelah semua ateroma terangkat, bila lubang yang ditimbulkan itu besar, jaringan

lemak dijahit dengan cat gut, sedangkan bila lubangnya kecil kulit dapat langsung

dijahit dengan benang sutra. Jarak 1 jahitan dengan lainnya dibuat kira2 1 cm.

Sebelum dijahit, luka diolesi dengan betadhine

Luka jahitan ditutup dengan kasa steril yang telah ditetesi lar.betadine

38

8. Jelaskan berbagai macam anestesi.

Anestesi (pembiusan; berasal dari bahasa Yunani an-"tidak, tanpa" dan aesthētos,

"persepsi, kemampuan untuk merasa"), secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa

sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit

pada tubuh. Istilah anestesi digunakan pertama kali oleh Oliver Wendel Holmes Sr pada tahun

1846. Anestesi menurut arti kata adalah hilangnya kesadaran rasa sakit, namun obat anestasi

umum tidak hanya menghilangkan rasa sakit akan tetapi juga menghilangkan kesadaran. Pada

operasi-operasi daerah tertentu seperti perut, maka selain hilangnya rasa sakit dan kesadaran,

dibutuhkan juga relaksasi otot yang optimal agar operasi dapat berjalan dengan lancar

Tujuan Anestesi

Tujuannya untuk menghalau rasa sakit di bagian tubuh tertentu, daripada harus

melakukan pembiusan total. Tujuan utama dari pemberian obat premedikasi adalah untuk

memberikan sedasi psikis, mengurangi rasa cemas dan melindungi dari stress mental atau factor-

faktor lain yang berkaitan dengan tindakan anestesi yang spesifik. Hasil akhir yang diharapkan

dari pemberian premedikasi adalah terjadinya sedasi dari pasien tanpa disertai depresi dari

pernapasan dan sirkulasi. Kebutuhan premedikasi bagi masing-masing pasien dapat berbeda.

Rasa takut dan nyeri harus diperhatikan betul pada pra bedah.

Tujuan anastesi adalah untuk menyediakan, atau menghilangkan rasa sakit. Memblokir

impuls saraf dari bagian bawah segmen tulang belakang yang mengakibatkan penurunan sensasi

di bagian bawah tubuh.Obat epidural jatuh ke dalam kelas obat yang disebut bius lokal seperti

bupivacaine, chloroprocaine, atau lidokain

Obat tersebut sering disampaikan dalam kombinasi dengan opioid atau narkotika, seperti

fentanyl dan sufentanil, untuk mengurangi dosis yang diperlukan bius lokal. Efek somatic ini

timbul didalam kecerdasan dan menumbuhkan dorongan untuk bertahan atau menghindari

kejadian tersebut. Kebanyakan pasien akan melakukan

modifikasi terhadap manifestasi efek somatic tersebut dan menerima keadaan yaitu

39

dengan Nampak tenang. Reaksi saraf simpatis terhadap rasa takut atau nyeri tidak dapat

disembunyikan oleh pasien. Rasa takut dan nyeri mengaktifkan syaraf simpatis untuk

menimbulkan perubahan system sirkulasi dalam tubuh. Perubahan ini disebabkan oleh

stimulasi efferen simpatis yang ke pembuluh darah, dan sebagian karena naiknya

katekolamin dalam sirkulasi

Jenis anestesi lokal dalam bentuk parenteral yang paling banyak digunakan adalah:

1. Anestesi permukaan.

Sebagai suntikan banyak digunakan sebagai penghilang rasa oleh dokter gigi untuk

mencabut geraham atau oleh dokter keluarga untuk pembedahan kecil seperti menjahit luka di

kulit. Sediaan ini aman dan pada kadar yang tepat tidak akan mengganggu proses penyembuhan

luka.

2. Anestesi Infiltrasi.

Tujuannya untuk menimbulkan anestesi ujung saraf melalui injeksi pada atau sekitar

jaringan yang akan dianestesi sehingga mengakibatkan hilangnya rasa di kulit dan jaringan yang

terletak lebih dalam, misalnya daerah kecil di kulit atau gusi (pada pencabutan gigi).

3. Anestesi Blok

Cara ini dapat digunakan pada tindakan pembedahan maupun untuk tujuan diagnostik dan terapi.

4. Anestesi Spinal

Obat disuntikkan di tulang punggung dan diperoleh pembiusan dari kaki sampai tulang

dada hanya dalam beberapa menit. Anestesi spinal ini bermanfaat untuk operasi perut bagian

bawah, perineum atau tungkai bawah.

5. Anestesi Epidural

Anestesi epidural (blokade subarakhnoid atau intratekal) disuntikkan di ruang epidural

yakni ruang antara kedua selaput keras dari sumsum belakang.

40

6. Anestesi Kaudal

Anestesi kaudal adalah bentuk anestesi epidural yang disuntikkan melalui tempat yang

berbeda yaitu ke dalam kanalis sakralis melalui hiatus skralis.

Cara Pemberian

Obat penghilang rasa sakit epidural diberikan dalam beberapa cara:

· Injeksi dengan top-up : anestesi akan disuntikkan dengan obat penghilang rasa sakit ke dalam tabung untuk mematikan bagian bawah perut pasien.

· Infus kontinu : anestesi yang mengatur kateter epidural. Ujung tabung terpasang pada pompa, yang akan menghilangkan rasa sakit pada punggung pasien terusmenerus.

Mekanisme Kerja Anestesi

· mencegah timbulnya konduksi impuls saraf

· Meningkatkan ambang membran, eksitabilitas berkurang dan kelancaran hantaran terhambat.

· Meningkatkan tegangan permukaan selaput lipid molekuler.

Resistensi Bius

Ketika dilakukan anestesi, terkadang dapat terjadi seseorang tak mendapatkan efek bius

seperti yang diharapkan. Atau, yang kerap disebut resisten terhadap obat bius. Beberapa kondisi

yang bisa menyebabkan seseorang resisten terhadap obat

bius di antaranya:

1. Pecandu alcohol

2. Pengguna obat psikotropika seperti morfin, ekstasi dan lainnya

3. Pengguna obat anelgesik

Agar Obat Bius Optimal & Aman

Untuk menghindari terjadinya efek samping dan resistensi terhadap obat bius, sebaiknya pasien benar-benar memastikan kondisi tubuhnya cukup baik untuk menerima anestesi.

1. Menghentikan penggunaan obat anelgetik, paling tidak 1-2 hari sebelum

41

dilakukan prosedur anestesi.

2. Menghentikan konsumsi obat-obatan yang berefek pada saraf pusat seperti

morfin, barbiturat, amfetamin dan lainnya,

3. paling tidak 1-3 hari sebelum anestesi dilakukan.

4. Berhenti mengonsumsi alkohol paling tidak 2 minggu sebelum penggunaan

anestesi,

6. Berhenti merokok setidaknya 2 minggu sebelum anestesi dilakukan.

Cara Penggunaan Anestesi

Kebutuhan dan cara kerja anestesi beranekaragam. Anestesi juga memiliki cara penggunaan yang berbeda sesuai kebutuhannya. Tak hanya cara disuntikkan saja, tetapi juga dihirup melalui alat bantu nafas. Beberapa cara penggunaan anestesi ini di antaranya:

A. Melalui Pernafasan

Beberapa obat anestesi berupa gas seperti isoflurane dan nitrous oxide, dapat dimasukkan

melalui pernafasan atau secara inhalasi. Gas-gas ini mempengaruhi kerja susunan saraf pusat di

otak, otot jantung, serta paru-paru sehingga bersama-sama menciptakan kondisi tak sadar pada

pasien. Penggunaan bius jenis inhalasi ini lebih ditujukan untuk pasien operasi besar yang belum

diketahui berapa lama tindakan operasi diperlukan. Sehingga, perlu dipastikan pasien tetap

dalam kondisi tak sadar selama operasi dilakukan.

B. Injeksi Intravena

Sedangkan obat ketamine, thiopetal, opioids (fentanyl, sufentanil) dan propofol adalah obat-obatan yang biasanya dimasukkan ke aliran vena. Obatobatanini menimbulkan efek menghilangkan nyeri, mematikan rasa secara menyeluruh, dan membuat depresi pernafasan sehingga membuat pasien tak sadarkan diri. Masa bekerjanya cukup lama dan akan ditambahkan bila ternyata lamanya operasi perlu ditambah.

C. Injeksi Pada Spinal/ Epidural

Obat-obatan jenis iodocaine dan bupivacaine yang sifatnya lokal dapat diinjeksikan dalam ruang spinal (rongga tulang belakang) maupun epidural untuk menghasilkan efek mati rasa pada paruh tubuh tertentu. Misalnya, dari

42

pusat ke bawah. Beda dari injeksi epidural dan spinal adalah pada teknik injeksi. Pada epidural,injeksi dapat dipertahankan dengan meninggalkan selang kecil untuk menambah obat anestesi jika diperlukan perpanjangan waktu tindakan. Sedang pada spinal membutuhkan jarum lebih panjang dan hanya bisa dilakukan dalam sekali injeksi untuk sekitar 2 jam ke depan.

D. Injeksi Lokal

Iodocaine dan bupivacaine juga dapat di injeksi di bawah lapisan kulit untuk menghasilkan efek mati rasa di area lokal. Dengan cara kerja memblokade impuls saraf dan sensasi nyeri dari saraf tepi sehingga kulit akan terasa kebas dan mati rasa.

Sifat anestesi

· Tidak mengiritasi / merusak jaringan saraf secara permanen

· Batas keamanan harus lebar

· Larut dalam air

· Stabil dalam larutan

· Dapat disterilkan tanpa mengalami perubahan

· Indikasi & Keuntungan anastesi lokal

· Penderita dalam keadaan sadar serta kooperatif.

· Tekniknya relatif sederhana dan prosentase kegagalan dalam penggunaanya relatif

kecil.

· Pada daerah yang diinjeksi tidak terdapat pembengkakan.

· Peralatan yang digunakan, sedikit sekali dan sederhana serta obat yang digunakan

relatif murah.

· Dapat digunakan sesuai dengan yang dikehendaki pada daerah anatomi

tertentu.Mula kerja harus sesingkat mungkinDurasi kerja harus cukup lama.

43

2.8 Tipe Anestesi

· Beberapa tipe anestesi adalah:

Pembiusan total — hilangnya kesadaran total

Pembiusan lokal — hilangnya rasa pada daerah tertentu yang diinginkan

(pada sebagian kecil daerah tubuh).

Pembiusan regional — hilangnya rasa pada bagian yang lebih luas dari

tubuh oleh blokade selektif pada jaringan spinal atau saraf yang

berhubungan dengannya.

7

2.9 Manfaat Anestesi

· Digunakan sebagai diagnostic, untuk menentukan sumber nyeri

· Digunakan sebagai terapi, local anestesi merupakan bagian dari terapi untuk

kondisi operasi yang sangat nyeri, kemampuan dokter gigi dalam menghilangkan

nyeri pada pasien meski bersifat sementara merupakan ukuran tercapainya tujuan

terapi

· Digunakan untuk kepentingan perioperatif dan postoperasi. Proses operasi yang

bebas nyeri sebagian besar menggunakan anestesi local, mempunyai metode yang

aman dan efektif untuk semua pasien operasi dentoalveolar.

· Digunakan untuk kepentingan postoperasi. Setelah operasi dengan menggunakan

anestesi umum atau lokal, efek anestesi yang berlanjut sangat penting untuk

mengurangi ketidaknyamanan pasien.

2.10 Keuntunan dan Kerugian

· Keuntungan

Tidak diperlukan persiapan khusus pada pasien.

Tidak membutuhkan alat dan tabung gas yang kompleks

44

Tidak ada resiko obstruksi pernapasan. Durasi anestesi sedikitnya satu

jam dan jika pasien setuju dapat diperpanjang sesuai kebutuhan operasi

gigi minor atau adanya kesulitan dalam prosedur

Pasien tetap sadar dan kooperatif dan tidak ada penanganan pasca anestesi

Pasien-pasien dengan penyakit serius, misalnya penyakit jantung biasanya

dapat mentolerir pemberian anestesi lokal tanpa adanya resiko yang tidak

diinginkan.

· Kerugian

Ini mungkin tidak bekerja dengan baik pada awal penggunaan

Menimbulkan rasa gatal atau demam

Pasien mungkin merasakan hanya mati rasa di bagian perut

8

Efek Samping

· Ada beberapa macam efek samping yang ditimbulkan pada penggunaan

diantaranya :

Penurunan tekanan darah.

Sakit kepala (juga dikenal sebagai tulang punggung sakit kepala).

Pada bayi,mungkin membuat penurunan tekanan darah.

Sakit kepala juga sangat jarang, tetapi mungkin dapat terjadi.

Reaksi terhadap obat-obatan yang berlebihan, sepert ruam.

Pendarahan jika pembuluh darah yang secara tidak sengaja rusak.

45

9. Jelaskan berbagai macam Tumor Kulit dan jaringan dibawah disertai gambar

Penting pada tumor kulit untuk mengetahui asal jaringan nya , berikut merupakan

klasifikasi tumor kulit dan jaringan dibawah nya :

Dibagi berdasarkan Tumor jinak dan Tumor pra-ganas :

Tumor jinak pada kulit :

Pada Lapisan epidermal terdapat : Keratosis Seboroik, Papiloma sel skuamosa, Skin tag,

Melanosit Nevus, Kista Epidermal

Pada Lapisan dermal terdapat : Hemangioma, Limfangioma, dermatofibroma, Neurofibroma

Tumor ganas pada kulit : Keratoakantosis, aktinik keratosis, bowen disease, Eritoplasia Querat,

Xeroderma pigmentosus

Keratosis Seboroik

Keratosis seboroik adalah tumor jinak yang sering dijumpai pada orang tua berupa tumor

kecil atau makula hitam yang menonjol diatas permukaan kulit. Keratosis seboroik adalah tumor

jinak yang berasal dari proliferasi epidermal, sering dijumpai pada orang tua dan biasanya

asimtomatik. Keratosis seboroik mempunyai sinonim nevus seboroik, kutil senilis, veruka

seboroik senilis, papiloma sel basal.

ACROCHORDON (SKIN TAG)

Acrochordon memiliki sinonim skin tag, fibroepitelial polips, fibroma pendularis,

fibroepitelial papilloma.

46

Merupakan tumor epitel kulit yang berupa penonjolan pada permukaan kulit yang bersifat

lunak dan berwarna seperti daging atau hiperpigmentasi, melekat pada permukaan kulit dengan

sebuah tangkai dan biasa juga tidak bertangkai.

Skin tag mempunyai prevalensi yang sama pada laki-laki dan perempuan, ditemukan

terutama pada orang gemuk dan terjadi peningkatan pada perempuan hamil. Pada awalnya

timbul pada umur 10-50 tahun dan meningkat pada dekade kelima dan sekitar 95% ditemukan

pada umur 70-an. Predileksi ditemukan di daerah leher (35%), aksila (48%), kelopak mata, dan

lipatan kulit lainnya seperti lipatan paha dan payudara. Lesi ini telah diamati untuk mengikuti

kutil, keratosis seboroik, dan kondisi kulit inflamasi. Biasanya dalam bentuk papula berdaging

lunak, meskipun tidak selalu pedunculated, Lesi ditemukan soliter atau multiple atau beberapa

dapat bervariasi dengan diameter 1-6 mm dengan hiperpigmentasi.(10)

Penyebab skin tag ini masih diperdebatkan, mungkin berhubungan kondisi inflamasi non

spesifik dari kulit. Ada juga pendapat yang menyatakan bahwa skin tag merupakan efek yang

biasa terjadi akibat penuaan kulit dengan beberapa faktor yang mempengaruhinya, diantara

ketidakseimbangan hormon memudahkan pertumbuhan skin tag misalnya pada peningkatan

hormon estrogen dan progesterone selama kehamilan, peningkatan hormon pertumbuhan dan

akromegali

47

Kista Epidermoid

Kista epidermoid berasal dari sel epidermis yang masuk ke jaringan subkutis akibat

trauma tajam Sel-sel tersebut berkembang kista dengan dinding putih tebal, bebas dari dasar

berisi massa seperti bubur, yaitu hasil keratinisasi, sebagian mengandung elemen rambut (pilar

atau trichilemmal cyst). Penyebabnya tidak diketahui, diperkirakan oleh karena adanya dilatasi

folikel rambut oleh trauma.

Kista ini biasa ditemukan pada telapak kaki atau telapak tangan, yaitu yang epidermalnya

tebal dan mudah mengalami trauma.Kista jarang menjadi besar tetapi cukup menggangu karena

lokasinya.Kista epidermoid banyak terjadi pada umur 30-40 tahun.

Terapi terdiri dari eksisi lengkap termasuk punctum pada permukaan kulit dan meluas ke

bawah sampai dinding kista.Eksisi lengkap diperlukan untuk mencegah rekurensi akibat elemen

epidermis yang tertinggal.Jika terinfeksi, insisi dan drainase diindikasikan karena dinding sangat

rapuh untuk dieksisi secara meyakinkan.Eksisi sekunder setelah infeksi sembuh lalu

diindikasikan untuk mencegah infeksi rekuren.

48

Dermal

Hemangioma merupakan tumor yang terdiri atas pembuluh darah.

Ada dua golongan besar, yaitu :

Hemangioma jenis kapiler disebut juga nevus kapilare. Jenis kapilare terdiri atas nevus simpleks

kalau sudah terbentuk :

seperti buah arbei menonjol,

berwarna merah cerah dengan cekungan kecil.

Perkembangannya dimulai dengan titik kecil pada usia lahir,

membesar cepat

menetap pada usia kira-kira delapan bulan.

Kemudian akan mengalami regresi spontan pucat karena fibrosis seteleh usia satu

tahun.

Hemangioma kavernosum terdiri atas jalinan pembuluh darah yang membentuk

rongga.Kelainannya berada di jaringan yang lebih dalam dari dermis.

Dari luar tampak sebagai tumor kebiruan yang dapat dikempeskan dengan penekanan, tetapi

menonjol kembali setelah penekanan dilepaskan.Hemangioma ini tidak dapat mengalami regresi

spontan, malah sering progresif.Jenis kavernosum bisa meluas dan menyusup ke jaringan

sekitarnya.Jaringan di atas hemangioma dapat mengalami iskemia sehingga mudah rusak oleh

iritasi.

49

Limfangioma

Limfangioma merupakan tumor jinak yang disebabkan dari malformasi kongenital sistem

limfatik.Tumor ini biasanya terjadi di kepala, leher, dan ketiak, namun kadang terjadi pada

mediastinum, retroperitoneum, dan paha.Sering juga terjadi pada skrotum dan perineum.

Kejadian malformasi limfatik tidak diketahui, tetapi diyakini melebihi 6,3% dari semua

malformasi. Limfangioma berasal dari sakus primitive masa embrio, sebagian jaringan limfatik

yang terlepas kehilangan hubungan dengan system limfatik normal, tapi masih memiliki potensi

pertumbuhan cepat semula. Secara patologik dapa dibagi menjadi : Limfangioma sederhana,

limfangioma spongiosa, limfangioma kistik.

Dermatofibroma

Adalah nodul kecil, dengan ukuran 3-10 mm, namun ada juga sampai diameter 1-3 cm.

Bentuknya dapat berupa papul, plak atau nodul, batas tegas, menetap dalam kulit dan dapat

ditekan ke bawah atau sedikit meninggi. Suatu tanda klinis khas yaitu “dample sign” atau

“Fitzpatrick’s sign” yakni jika sisi lateral ditekan maka akan membentuk cekungan pada kulit di

atasnya.

Pada dermatofibroma multiple seringkali terdapat lingkaran hiperpigmentasi yang sempit

mengelilingi nodul, berwarna coklat hingga merah

50

Neurofibromatosis

Neurofibromatosis adalah sekelompok kondisi heterogen. Menurut National Institutes of Health

(NIH) hanya dua jenis neurofibromatosis didefinisikan: neurofibromatosis tipe 1 (NF1) juga

disebut penyakit von Recklinghausen ini, dan neurofibromatosis tipe 2 (NF2) atau bilateral saraf

sindrom schwannomas kedelapan. Definisi "perifer" dan "pusat" neurofibromatosis, yang disebut

di masa lalu untuk NF1, dan NF2 masing-masing, kini telah ditinggalkan sejak dua kondisi

sering memiliki manifestasi pusat dan perifer bersama-sama.

51

Actinic Keratosis

Penyakit ini diduga berhubungan dengan efek kumulatif sinar matahari.Displasia di kulit

ini terjadi akibat terpajan sinar matahari secara kronis dan berkaitan dengan penimbunan

berlebihan keratin.

Keratoakantoma

Kerato akanoma (KA) adalah suatu tumor jinak yang diyakini timbul dari folikel rambut

dengan pertumbuhan cepat dan dengan gambaran histologic yang menyerupai karsinoma sel

skuamosa.

Kerato akantoma terjadi terutama pada daerah terpajan sinar matahari

52

Nevus Sebaseus

Merupaka hematom lesi berbatas tegas terutama terdiri dari kelenjar sebaceous. Penyakit ini

berhubungan sangat erat terkait dengan verrucous epidermal nevus dan banyak penulis

menganggap mereka menjadi varian manifestasi dari bentuk patologis yang sama.

Nevus sebacea biasanya lesi tidak menyabra etapi mereka memiliki risiko 20-30%

mengembangkan tumor jinak di menjadi Perubahan ganas dapat terjadi, meskipun jarang, pada

masa remaja atau dewasa dan bahkan lebih jarang di masa kecil.

Nevus sebacea paling sering, berbentuk soliter , biasa yang terkena pada tempat yang berbulu

pada kulit kepala pada saat lahir atau pada anak usia dini .Bentuknya Sebuah plakat cokelat atau

oranye-kuning beludru juga bisa terjadi pada daerah lain dari kepala dan leher .

Pengaruh hormonal dari ibu dapat meningkatkan resiko terkena pada bayi , sedangkan hormon

pubertas meningkatkan penampilan verrucoid pada remaja .

Nevus sebaceus memiliki kecenderungan untuk kulit kepala ( vertex ) dan kurang umum terjadi

pada wajah , sekitar telinga , di leher, atau di bagasi. Nevus sebaceus terjadi secara eksklusif

dalam rongga mulut juga telah dilaporkan .

Intra Epidermal Carcinoma

53

Bowen Disease

Penyakit Bowen (BD) merupakan suatu karsinoma sel gepeng intraepidermal yang

mengenai kulit dan mukosa mulut.Penyakit ini adalah Squamous Cell Carcinoma (SCC) in situ

yang berpotensi berkembang menjadi SCC.

Hemangiomaperisitoma, adalah tumor ganas yang berasal dari angioblastik dan mungkin

merupakan varian tumor glomus. Prognosisnya jelas buruk, dengan hanya 27% harapan hidup 5

tahun bebas peyakit.

Kaposi Sarcoma

Sarcoma Kaposi, tumor ini meningkat jelas pada kaum homoseksual. Sindroma

penurunan kekebalan didapat (AIDS) biasanya disertai sarcoma Kaposi. Biasanya tumor timbul

di tangan atau kaki sebagai plak multiple yang berwarna kemerahan sampai keunguan dan dapat

datar., berulserasi, atau polipoid. Sering dijumpai keterlibatan limfonodus.

54

Dermatofibrosarkoma

Dermatofibrosarkoma protuberans, tumor ini relative rendah keganasannya dimana

umumnya terjadi pada tubuh. Bersifat radioresisten tapi memberikan respon pada bedah eksisi

dengan 70% harapan hidup 5 tahun bebas sakit.

10. Jelaskan berbagai macam jenis cairan yang digunakan dan cara menghitung tetesan.

Jenis Cairan Infus:

1. Cairan hipotonik

2. Cairan Isotonik

3. Cairan hipertonik

a. Cairan hipotonik: osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum

(konsentrasi ion Na+ lebih rendah dibandingkan serum), sehingga larut dalam

serum, dan menurunkan osmolaritas serum. Maka cairan “ditarik” dari dalam

pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya (prinsip cairan berpindah dari

osmolaritas rendah ke osmolaritas tinggi), sampai akhirnya mengisi sel-sel

yang dituju. Digunakan pada keadaan sel “mengalami” dehidrasi, misalnya

pada pasien cuci darah (dialisis) dalam terapi diuretik, juga pada pasien

hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) dengan ketoasidosis diabetik.

Komplikasi yang membahayakan adalah perpindahan tiba-tiba cairan dari

55

dalam pembuluh darah ke sel, menyebabkan kolaps kardiovaskular dan

peningkatan tekanan intrakranial (dalam otak) pada beberapa orang.

Contohnya adalah NaCl 45% dan Dekstrosa 2,5%.

b. Cairan Isotonik: osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum

(bagian cair dari komponen darah), sehingga terus berada di dalam pembuluh

darah. Bermanfaat pada pasien yang mengalami hipovolemi (kekurangan

cairan tubuh, sehingga tekanan darah terus menurun).Memiliki risiko

terjadinya overload (kelebihan cairan), khususnya pada penyakit gagal jantung

kongestif dan hipertensi. Contohnya adalah cairan Ringer-Laktat (RL), dan

normal saline/larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%).

c. Cairan hipertonik: osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum,

sehingga “menarik” cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam

pembuluh darah. Mampu menstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi

urin, dan mengurangi edema (bengkak).Penggunaannya kontradiktif dengan

cairan hipotonik. Misalnya Dextrose 5%, NaCl 45% hipertonik, Dextrose 5%

+Ringer-Lactate, Dextrose 5%+NaCl 0,9%, produk darah (darah), dan

albumin.

Pembagian cairan lain adalah berdasarkan kelompoknya:

1. Kristaloid:

Bersifat isotonik, maka efektif dalam mengisi sejumlah volume cairan (volume

expanders) ke dalam pembuluh darah dalam waktu yang singkat, dan berguna pada

pasien yang memerlukan cairan segera. Misalnya Ringer-Laktat dan garam fisiologis.

2. Koloid:

Ukuran molekulnya (biasanya protein) cukup besar sehingga tidak akan keluar dari

membran kapiler, dan tetap berada dalam pembuluh darah, maka sifatnya hipertonik, dan

dapat menarik cairan dari luar pembuluh darah. Contohnya adalah albumin dan steroid.

56

Pemberian cairan melalui infus merupakan tindakan memasukkan cairan melalui

intravena yang dilakukan pada pasien dengan bantuan perangkat infus. Tindakan ini dilakukan

untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit serta sebagai tindakan pengobatan dan

pemberian makanan.

Berasal dari  Rumus Ttpm =

K x V60 x t

Keterangan:

 K : Konstanta jika konstanta infus mikro = 60 dan infus makro = 20

 V : (Volume) Jumlah cairan yang dibutuhkan (ml)

  t  : (time) Jumlah pemberian cairan (jam)

  60: 60 menit untuk 1 jamnya 

57