Download - Tugas dr Arsanto Kevin
Tugas dr. Arsanto T Widodo Sp.OT
Rumah Sakit Umum Koja
Bagian Ilmu Bedah
Periode 30 Maret – 6 Juni 2015
Nama : Kevin Ardiansyah
NIM : 112013165
1. Sebukan definisi shock dan jenis – jenis shock
Definisi Shock : Shock adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh keadaan patologik dinamik dimana suatu renjatan yang timbul apabila perfusi oksigen tidak cukup ( oxygen delivery tak sanggup memenuhi oxygen consumption ). Hal ini merupakan suatu respon daripada metabolism anaerobic dan akan menimbulkan suatu jejas yang ireversibel apabila terjadi daam waktu yang lama sehingga menimbulkan multi organ failure dan berujung ada kematian.
Jenis – jenis shock :
Shock Hipovolemik Kekurangan cairan intravaskuler Shock Kardiogenik Kegagalan fungsi pompa jantung. Shock Septik infeksi sistemik yang berat. Shock Anafilaktif Reaksi imun berlebihan Shock Neurogenik Reaksi vasovagal yang berlebihan.
Shock Neurogenik
Disebut sinkope atau kehilangan kekuatan dan kesadaran dengan tiba-tiba, akibat vasodilatasi menyeluruh di region splanknikus sehingga perdarahan di otak berkurang. Syok tipe ini biasanya terjadi karena adanya gangguan pada tonus simpatis akibat trauma tulang belakang atau yang sangat jarang misalnya cedera pada batang otak
Penyebab Syok neurogenik Suhu panas dengan banyak orang , terkejut atau nyeri, anestesi lumbal atau spinal dan trauma tulang belakang
1
Shock Hipovolemik
Disebabkan oleh perdarahan yang terlihat atau tidak terlihat. Jenis cairan yang keluar adalah : darah, plasma, cairan ekstrasel.
Penyebab dari perdarahan yang terlihat bisa karena dari luka dan hematemesis dari tukak lambung. Perdarahan yang tidak tampak misalnya pada perdarahan saluran cerna seperti perdarahan pada tukak duodenum, cedera lien, patah tulang pelvis dan patah tulang besar atau multiple fraktur.
Dapat juga disebabkan oleh kehilangan cairan tubuh lain nya, misalnya pada kasus luka bakar dapat terjadi kehilangan cairan akibat permukaan kulit yang hangus sehingga terjadi evaporasi, muntah atau diare, lalu terjadinya kebocoran plasma pada kasus Demam berdarah dengue dapat menyebabkan shock hipovolemik. Diuresis pada diabetes atau penggunaan diuretic, lalu terkumpulnya cairan pada ileus obstruksi. Keadaan sepsis berat juga dapat menyebabkan kehilangan cairan dan menyebabkan shock hipovolemik.
Patofisiologi : Berkurangnya cardiac output karena jumlah darah yang berkurang , perdarahan dapat dikelompokkan berdasarkan volume darah yang keluar.
Perdarahan :
Kelas I : Kehilangan darah sampai 15% Kelas II : Kehilangan Volume darah sekitar 15-30% yaitu sekitar 750 – 1500 ml pada seorang
lelaki 70 kg. Kelas III : Kehilangan Volume darah sekitar 30-40% sekitar 2000 ml pada orang dewasa ( Tanda
perfusi tidak adekuat Takikardia, takipneu, perubahan status mental dan penurunan tekanan darah sistolik. ) . INDIKASI TRANFUSI DARAH
Kelas IV : Kehilangan darah > 40%.
Tabel 1. Klasifikasi Shock Hemoragik
2
Shock Kardiogenik
Cardiac Output yang mengecil akibat kegagalan faal pompa jantung.
Compresive cardiac Shock Venous return berkurang Penekanan dari luar : tamponade jantung, tension pneumotorax. Infark miokardium luas , embolus pulmonal , defek septum ventrikel.
Shock Septik
Shock septic disebabkan oleh septicemia . Penyebabnya biasa disebabkan oleh gram negative dan menyebabkan kolaps kardiovaskuler.
Patofisiologi : Endotoksin basil gram negative ini menyebabkan vasodilatasi kapiler dan terbukanya hubungan pintas arteriovenosa perifer. Selain itu terjadi peningkatan permeabilitas kapiler, peningkatan kapasitas vaskular karena vasodilatasi perifer menyebabkan hipovolemia relatif, sedangkan peningkatan permeabilitas kapiler menyebabkan kehilangan cairan intravascular yang terlihat sebagai udara.
Pada syok septic peredaran darah dipercepat, CO meningkat 3x normal. Peredaran darah berlebihan hiperdinamik.
Shock anafilaksis
3
Merupakan suatu shock yang disebabkan sensitive terhadap antigen dan kemudian terpajan pada antigen tersebut , dimana merupakan reaksi hipersensitivitas tipe I. Antigen berikatan dengan sel mast sehingga timbul degranulasi pengeluaran histamine dan zat vasoaktif lain.
Menyebabkan peningkatan permeailitas dan dilatasi kapiler menyeluruh. Hipovolemia relatif karena vasodilatasi mengakibatkan syok sedangkan peingkatan permeabilitas kapiler menyebabkan udem. Juga terjadi bronkospasme ventilasi.
Etiologi : Obat, sengatan serangga, media kontras.
Tabel 2. Gejala dan tanda Shock
4
2. Penanganan kekurangan cairan atau dehidrasi
Caran tubuh ( 60% berat badan ) terbagi atas tiga komparetemen normal, yaitu intravascular sebesar 5% berat badan, interstisial sebesar 15% berat badan dan intrasel sekitar 40% berat badan. IVF dan ISF bersama-sama disebut cairan ekstrasel (ECF). Dalam keadaan patologis yang mengiringi syok yang berkepanangan , terjadi kebocoran cairan ke rongga ketiga ke lumen usus rongga peritoneum dan ke non-functioning ECF. ECF adalah cairan tubuh dengan laju malih (turn over rate) tinggi. Dikeluarkan melalui urin 25 ml/kg/hari serta ketingat dan uap napas ( 700 ml/m2/hari). Seorang dengan berat badan 50 kg dan luas permukaan kulit 1,5m2 akan mengeluarkan cairan sebanyak (50 kg x 25 ml) + (1,5 x 700 ml) = 2250 ml sehari. Jadi cairan sejumlah ini harus masuk agar keseimbangan cairan tubuhnya terjaga baik. Terapi cairan untuk kebutuhan ini disebut terapi cairan rumatan.dak memadai tubuh
Jika asupan tidak memadai , tubuh mengurangi produksi urin, sementara kehilangan lewat keringat dan uap panas tidak dapat diubah. Jika asupan berlebihan tubuh akan menambah produksi urin guna membuang kelebihan cairan. Oleh karena itu dengan mengetahui jumlah produksi urin, dapat diperkirakan status keseimbangan cairan.
5
Terapi cairan pengganti (water replacement therapy) dimaksudkan untuk mengganti kehilangan abnormal cairan. Jika penggantian harus diberikan dengan cepat misalnya dalam keadaan syok, istilah yang digunakan adalah resusitasi cairan.
Terapi cairan ialah tindakan untuk memelihara, mengganti cairan tubuh dalam batas-batas fisiologis dengan cairan infus kristaloid (elektrolit) atau koloid (plasma ekspander) secara intravena.
Terapi cairan ini dilakukan pada pasien-pasien dengan keadaan-keadaan seperti yang sudah djelaskan sebelumnya. Selain itu kuhususnya dalam pembedahan dengan anestesia yang memerlukan puasa sebelum dan sesudah pembedahan, maka terapi cairan tersebut berfungsi untuk mengganti defisit cairan saat puasa sebelum dan sesudah pembedahan, mengganti kebutuhan rutin saat pembedahan, mengganti perdarahan yang terjadi, dan mengganti cairan yang pindah ke rongga ketiga.
I. Terapi cairan resusitasi
Terapi cairan resusitasi ditujukan untuk menggantikan kehilangan akut cairan tubuh atau ekspansi cepat dari cairan intravaskuler untuk memperbaiki perfusi jaringan. Misalnya pada keadaan syok dan luka bakar.
Terapi cairan resusitasi dapat dilakukan dengan pemberian infus Normal Saline (NS), Ringer Asetat (RA), atau Ringer laktat (RL) sebanyak 20 ml/kg selama 30-60 menit. Pada syok hemoragik bisa diberikan 2-3 l dalam 10 menit.
Larutan plasma ekspander dapat diberikan pada luka bakar, peningkatan sirkulasi kapiler seperti MCI, syok kardiogenik, hemoragik atau syok septik. Koloid dapat berupa gelatin (hemaksel, gelafunin, gelafusin), polimer dextrose (dextran 40, dextran 70), atau turunan kanji (haes, ekspafusin)
Jika syok terjadi :
Berikan segera oksigen Berikan cairan infus isotonic RA/RL atau NS Jika respon tidak membaik, dosis dapat diulangi
Pada luka bakar :
6
24 jam pertama :
2-4 ml RL/RA per kg tiap % luka bakar 1/2 dosis diberikan 8 jam pertama, 1/2 dosis berikut 16 jam kemudian Sesuaikan dosis infus untuk menjaga urin 30-50 ml/jam pada dewasa Jika respon membaik, turunkan laju infus secara bertahap
Pertimbangan dalam resusitasi cairan :
1. Medikasi harus diberikan secara iv selama resusitasi2. Perubahan Na dapat menyebabkan hiponatremi yang serius. Na serum harus dimonitor,
terutama pada pemberian infus dalam volume besar.3. Transfusi diberikan bila hematokrit < 304. Insulin infus diberikan bila kadar gula darah > 200 mg%5. Histamin H2-blocker dan antacid sebaiknya diberikan untuk menjaga pH lambung 7,0
II. Terapi cairan rumatan
Terapi rumatan bertujuan memelihara keseimbangan cairan tubuh dan nutrisi. Diberikan dengan kecepatan 80 ml/jam. Untuk anak gunakan rumus 4:2:1, yaitu :
4 ml/kg/jam untuk 10 kg pertama 2 ml/kg/jam untuk 10 kg kedua 1 ml/kg/jam tambahan untuk sisa berat badan
Terapi rumatan dapat diberikan infus cairan elektrolit dengan kandungan karbohidrat atau infus yang hanya mengandung karbohidrat saja. Larutan elektrolit yang juga mengendung karbohidrat adalah larutan KA-EN, dextran + saline, DGAA, Ringer's dextrose, dll. Sedangkan larutan rumatan yang mengandung hanya karbohidrat adalah dextrose 5%. Tetapi cairan tanpa elektrolit cepat keluar dari sirkulasi dan mengisi ruang antar sel sehingga dextrose tidak berperan dalam hipovolemik.
Dalam terapi rumatan cairan keseimbangan kalium perlu diperhatikan karena seperti sudah dijelaskan kadar berlebihan atau kekurangan dapat menimbulkan efek samping yang berbahaya. Umumnya infus konvensional RL atau NS tidak mampu mensuplai kalium sesuai kebutuhan harian. Infus KA-EN dapat mensuplai kalium sesuai kebutuhan harian.
Pada pembedahan akan menyebabkan cairan pindah ke ruang ketiga, ke ruang peritoneum, ke luar tubuh. Untuk menggantinya tergantung besar kecilnya pembedahan, yaitu :
6-8 ml/kg untuk bedah besar 4-6 ml/kg untuk bedah sedang
7
2-4 ml/kg untuk bedah kecil
Metabolisme asetat dan laktat
Asetat dimetabolisme lebih cepat di otot menjadi bikarbonat sehingga dapat mencegah terjadinya asidosis metabolik. Sedangkan laktat dimetabolisme lebih lambat di hati. Latat kurang efisien untuk mengatasi asidosis dibanding asetat.
3. Jelaskan tentang perdarahan berdasarkan ATLS.
Pendarahan atau hemoragi adalah ekstravasasi atau keluarnya darah dari tempatnya
semula. Pendarahan dapat terjadi hanya di dalam tubuh, misalnya saat terjadi peradangan dan
darah keluar dari dalam pembuluh darah atau organ tubuh dan membentuk hematoma; atau
terjadi hingga keluar tubuh, seperti mengalirnya darah dari dalam vagina, mulut, rektum atau saat
kulit terluka, dan mimisan.
Pendarahan juga menyebabkan hematoma pada lapisan kulit/memar, biasanya terjadi
setelah tubuh dipukul atau jatuh dari suatu ketinggian.
ATLS membuat klasifikasi pendarahan berdasarkan persentase volume kehilangan darah,
sebagai berikut:
Kelas I, dengan kehilangan volume darah hingga maksimal 15% dari total volume darah
Kelas II, dengan kehilangan volume darah antara 15-30% dari total volume.
Kelas III, dengan kehilangan darah antara 30-40% dari volume pada sirkulasi darah.
Kelas IV, dengan kehilangan yang lebih besar daripada 40% volume sirkulasi darah.
Penatalaksanaan
Primary Survey (ABCDE)
A. Airway Dengan Kontrol Servical (Cervical Spine Control)
8
Menilai kelancaran jalan nafas,meliputi pemeriksaan adanya obstruksi benda asing,fraktur
tulang wajah,fraktur maksila,mandibula,fraktur laring atau trakea.
GCS sama atau kurang dari 8 biasanya memerlukan pemasangan airway definitif.
Kecurigaan fraktur servical,harus dipakai alat imobilisasi (collar neck).
B. Breathing dan Ventilasi
Airway yg baik tidak menjamin ventilasi yg baik. Ventilasi yg baik meliputi fungsi yg baik
dari paru,dinding dada dan diafragma.
Perlukaan yg mengakibatkan gangguan ventilasi yg berat adalah tension pneumo-thorax,flail
chest dgn kontusio paru dan open pneumothorax.
C. Circulation dengan kontrol perdarahan
Volume darah dan Cardiac Output
Ada 3 penemuan klinis yg dalam hitungan detik dapat memberikan informasi mengenai
keadaan hemodinamik, yaitu : tingkat kesadaran, warna kulit, nadi
Perdarahan
Pendarahan eksternal harus dikenali dan dikelola pada primary survey
D. Disability (Neurologic Evalution)
Penilaian Tingkat kesadaran,ukuran dan reaksi pupil,tanda-tanda lateralisasi dan tingkat
level cedera spinal.
Penilaian GCS.
E. Exposure / Kontrol Lingkungan (Environment control)
Pasien harus dibuka keseluruhan pakaiannya untuk memeriksa dan evaluasi pasien.
Kemudian di selimuti agar tidak hipotermia.
Diberikan cairan kristaloid intra-vena yg sudah di hangatkan.
Resusitasi
A. Airway
Airway harus dijaga dengan baik, jaw thrust atau chin lift dapat dipakai.
9
Bila perlu airway definitive.
B. Breathing / Ventilasi / Oksigenasi
Pemberian oksigen bila tanpa intubasi sebaiknya oksigen diberikan dengan face-
mask.
C. Circulation (Dengan kontrol perdarahan)
Kontrol perdarahan dgn perbaikan volume intravascular.
2 IV Line,kateter IV yg dipakai harus berukuran besar.
Cairan yg digunakan cairan yg sudah dihangatkan untuk mencegah hipotermia
4. Jelaskan tentang keseimbangan asam basa
Keseimbangan asam-basa terkait dengan pengaturan pengaturan konsentrasi ion H bebas
dalam cairan tubuh. pH rata-rata darah adalah 7,4, pH darah arteri 7,45 dan darah vena 7,35. Jika
pH darah < 7,35 dikatakan asidosis, dan jika pH darah > 7,45 dikatakan alkalosis. Ion H terutama
diperoleh dari aktivitas metabolik dalam tubuh. Ion H secara normal dan kontinyu akan
ditambahkan ke cairan tubuh dari 3 sumber, yaitu:
1. pembentukan asam karbonat dan sebagian akan berdisosiasi menjadi ion H dan
bikarbonat
2. katabolisme zat organik
3. disosiasi asam organic pada metabolisme intermedia, misalnya pada metabolisme
lemak terbentuk asam lemak dan asam laktat, sebagian asam ini akan berdisosiasi
melepaskan ion H.
Fluktuasi konsentrasi ion h dalam tubuh akan mempengaruhi fungsi normal sel, antara lain:
1. perubahan eksitabilitas saraf dan otot; pada asidosis terjadi depresi susunan saraf pusat,
sebalikny pada alkalosis terjadi hipereksitabilitas.
2. mempengaruhi enzim-enzim dalam tubuh.
3. mempengaruhi konsentrasi ion K
10
Bila terjadi perubahan konsentrasi ion H maka tubuh berusaha mempertahankan ion H seperti
nilai semula dengan cara:
1. mengaktifkan sistem dapar kimia
2. mekanisme pengontrolan pH oleh sistem pernapasan
3. mekanisme pengontrolan pH oleh sistem perkemihan
Ada 4 sistem dapar kimia, yaitu:
1. Dapar bikarbonat; merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel teutama untuk
perubahan yang disebabkan oleh non-bikarbonat.
2. Dapar protein; merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel dan intrasel.
3. Dapar hemoglobin; merupakan sistem dapar di dalam eritrosit untuk perubahan asam
karbonat.
4. Dapar fosfat; merupakan sistem dapar di sistem perkemihan dan cairan intrasel.
Sistem dapar kimia hanya mengatasi ketidakseimbangan asam-basa sementera. Jika
dengan dapar kimia tidak cukup memperbaiki ketidakseimbangan, maka pengontrolan pH akan
dilanjutkan oleh paru-paru yang berespons secara cepat terhadap perubahan kadar ion H dalam
darah akibat rangsangan pada kemoreseptor dan pusat pernapasan, kemudian mempertahankan
kadarnya sampai ginjal menghilangkan ketidakseimbangan tersebut. Ginjal mampu meregulasi
ketidakseimbangan ion H secara lambat dengan mensekresikan ion H dan menambahkan
bikarbonat baru ke dalam darah karena memiliki dapar fosfat dan ammonia.
Ketidakseimbangan asam-basa
Ada 4 kategori ketidakseimbangan asam-basa, yaitu:
1. Asidosis respiratori, disebabkan oleh retensi CO2 akibat hipoventilasi. Pembentukan H2CO3
meningkat, dan disosiasi asam ini akan meningkatkan konsentrasi ion H.
2. Alkalosis respiratori, disebabkan oleh kehilangan CO2 yang berlebihan akibat hiperventilasi.
Pembentukan H2CO3 menurun sehingga pembentukan ion H menurun.
11
3. Asidosis metabolik, asidosis yang bukan disebabkan oleh gangguan ventilasi paru. Diare akut,
diabetes mellitus, olahraga yang terlalu berat, dan asidosis uremia akibat gagal ginjal akan
menyebabkan penurunan kadar bikarbonat sehingga kadar ion H bebas meningkat.
4. Alkalosis metabolik, terjadi penurunan kadar ion H dalam plasma karena defisiensi asam non-
karbonat. Akibatnya konsentrasi bikarbonat meningkat. Hal ini terjadi karena kehilangan ion H
karena muntah-muntah dan minum obat-obat alkalis. Hilangnya ion H akan menyebabkan
berkurangnya kemampuan untuk menetralisir bikarbonat, sehingga kadar bikarbonat plasma
meningkat. Untuk mengkompensasi gangguan keseimbangan asam-basa tersebut, fungsi
pernapasan dan ginjal sangat penting.
5. Jelaskan berbagai macam jenis luka dan gambarkan
Pengertian Luka
Luka adalah rusaknya kesatuan/komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat
substansi jaringan yang rusak atau hilang.
Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul :
1. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
2. Respon stres simpatis
3. Perdarahan dan pembekuan darah
4. Kontaminasi bakteri
5. Kematian sel
Jenis Luka:
12
1. Berdasarkan Tingkat Kontaminasi Luka.
Luka Bersih (Clean Wounds). Yang dimaksud dengan luka bersih adalah luka bedah tak
terinfeksi yang mana luka tersebut tidak terjadi proses peradangan (inflamasi) dan juga infeksi
pada sistem pernafasan, pencernaan, genital dan urinari tidak terjadi
Luka bersih terkontaminasi (Clean-contamined Wounds). Jenis luka ini adalah luka
pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau perkemihan dalam kondisi
terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi.
Luka terkontaminasi (Contamined Wounds) adalah luka terbuka, fresh, luka akibat
kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar dengan teknik aseptik atau kontaminasi dari
saluran cerna.
Luka kotor atau infeksi (Dirty or Infected Wounds) adalah terdapatnya mikroorganisme
pada luka. Dan tentunya kemungkinan terjadinya infeksi pada luka jenis ini akan semakin besar
dengan adanya mikroorganisme tersebut.
2. Berdasarkan Kedalaman Dan Luasnya Luka.
Stadium I : Luka Superfisial (Non-Blanching Erithema). Luka jenis ini adalah luka yang
terjadi pada lapisan epidermis kulit.
Stadium II : Luka "Partial Thickness". Luka jenis ini adalah hilangnya lapisan kulit pada
lapisan epidermis dan bagian atas dari dermis. Merupakan luka superficial dan adanya
tanda klinis seperti halnya abrasi, blister atau lubang yang dangkal.
Stadium III : Luka "Full Thickness". Luka jenis ini adalah hilangnya kulit keseluruhan
meliputi kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas sampai bawah
tetapi tidak melewati jaringan yang mendasarinya. Luka ini timbul secara klinis sebagai
suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa merusak jaringan di sekitarnya.
Stadium IV : Luka "Full Thickness". Luka jenis ini adalah luka yang telah mencapai
lapisan otot, tendon dan tulang dengan adanya destruksi / kerusakan yang luas.
13
3. Berdasarkan Waktu Penyembuhan Luka.
Luka Akut. Luka akut adalah jenis luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan
konsep penyembuhan yang telah disepakati.
Luka Kronis. Luka kronis adalah jenis luka yang yang mengalami kegagalan dalam
proses penyembuhan, dapat karena faktor eksogen dan endogen.
Macam Luka dan penanganannya
1. Vulnus excoriasi (Luka lecet)
a) Pengertian : Jenis luka yang satu ini derajat nyerinya biasanya lebih tinggi dibanding luka
robek, mengingat luka jenis ini biasanya terletak di ujung-ujung syaraf nyeri di kulit.
b) Cara penanganan : Pertama yang harus dilakukan adalah membersihkan luka terlebih dahulu
menggunakan NaCl 0,9%, dan bersiaplah mendengar teriakan pasien, karena jenis luka ini tidak
memungkinkan kita melakukan anastesi, namun analgetik boleh diberikan. Setelah bersih,
berikan desinfektan. Perawatan jenis luka ini adalah perawatan luka terbuka, namun harus tetap
bersih, hindari penggunaan IODINE salep pada luka jenis ini, karena hanya akan menjadi sarang
kuman, dan pemberian IODINE juga tidak perlu dilakukan tiap hari, karena akan melukai
jaringan yang baru terbentuk
14
Gambar 1. Luka Lecet ( Vulnus Ekskoriatum )
2. Vulnus punctum (Luka tusuk)
a) Pengertian : Luka tusuk biasanya adalah luka akibat logam, nah yang harus diingat maka
kita harus curiga adalanya bakteri clostridium tetani dalam logam tersebut.
b) Cara penanganan : Hal pertama ketika melihat pasien luka tusuk adalah jangan asal menarik
benda yang menusuk, karena bisa mengakibatkan perlukaan tempat lain ataupun mengenai
pembuluh darah. Bila benda yang menusuk sudah dicabut, maka yang harus kita lakukan adalah
membersihkan luka dengan cara menggunakan H2O2, kemudian didesinfktan. Lubang luka
ditutup menggunakan kasa, namun dimodifikasi sehingga ada aliran udara yang terjadi.
Gambar 2. Luka Tusuk (Vulnus Punctum )
3. Vulnus contussum (luka kontusiopin)
a) Pengertian : luka kontusiopin adalah luka memar, tentunya jangan diurut ataupun ditekan-
tekan, karena hanya aka mengakibatkan robek pembuluh darah semakin lebar saja.
15
b) Cara penanganan : Yang perlu dilakukan adalah kompres dengan air dingin, karena akan
mengakibatkan vasokontriksi pembuluh darah, sehingga memampatkan pembuluh-pembuluh
darah yang robek.
4. Vulnus insivum (Luka sayat)
a) Pengertian : luka sayat adalah jenis luka yang disababkan karena sayatan dari benda tajam,
bisa logam maupun kayu dan lain sebagainya. Jenis luka ini biasanya tipis.
b) Cara penanganan : yang perlu dilakukan adalah membersihkan dan memberikan desinfektan.
Gambar 4. Vulnus Insisivum
5. Vulnus schlopetorum
16
a) Pengertian : jenis luka ini disebabkan karena peluru tembakan, maka harus segera
dikeluarkan tembakanya.
b) Cara penanganan : jangan langsung mengeluarkan pelurunya, namun yang harus dilakukan
adalah membersihkan luka dengan H2O2, berikan desinfektan dan tutup luka. Biarkan luka
selama setidaknya seminggu baru pasien dibawa ke ruang operasi untuk dikeluarkan pelurunya.
Diharapkan dalam waktu seminggu posisi peluru sudah mantap dan tak bergeser karena
setidaknya sudah terbentuk jaringan disekitar peluru.
Gambar 5. Vulnus Schlopectorum
6. Vulnus combustion (luka bakar)
17
a) Pengertian : adalah luka yang disebabkan akibat kontaksi antara kulit dengan zat panas
seperti air panas(air memdidih), api, dll.
b) Cara penanganan : Penanganan paling awal luka ini adalah alirkan dibawah air mengalir,
bukan menggunakan odol apalagi minyak tanah. Alirkan dibawah air mengalir untuk
perpindahan kalornya. Bila terbentuk bula boleh dipecahkan, perawatan luka jenis ini adalah
perawatan luka terbuka dengan tetap menjaga sterilitas mengingat luka jenis ini sangat mudah
terinfeksi. Dan ingat kebutuhan cairan pada pasien luka bakar.
Gambar 6. Vulnus Combustion
7. Luka gigitan.
a) Pengertian : luka jenis ini disebabkan dari luka gigitan binatang, seperti serangga, ular, dan
binatang buas lainya. Kali ini luka gigitan yang dibahas adalah jenis luka gigitan dari ular berbisa
yang berbahaya.
b) Cara penanganan : mengeluarkan racun yang sempat masuk ke dalam tubuh korban dengan
menekan sekitar luka sehingga darah yang sudah tercemar sebagian besar dapat dikeluarkan dari
luka tersebut. Tidak dianjurkan mengisap tempat gigitan, hal ini dapat membahayakan bagi
pengisapnya, apalagi yang memiliki luka walaupun kecil di bagian mukosa mulutnya. Sambil
menekan agar racunnya keluar juga dapat dilakukan pembebatan( ikat) pada bagian proksimal
dari gigitan, ini bertujuan untuk mencegah semakin tersebarnya racun ke dalam tubuh yang lain.
Selanjutnya segera mungkin dibawa ke pusat kesehatan yang lebih maju untuk perawatan lanjut.
18
Gambar 7. Vulnus Morsum : Gigitan ular berbisa.
8. Vulnus Laseratum
a) Pengertian : Luka parut disebabkan karena benda keras yang merusak permukaan kulit,
misalnya karena jatuh saat berlari.
b) Cara penanganan : Cara mengatasi luka parut, bila ada perdarahan dihentikan terlebih dahulu
dengan cara menekan bagian yang mengeluarkan darah dengan kasa steril atau saputangan/kain
bersih. Kemudian cuci dan bersihkan sekitar luka dengan air dan sabun. Luka dibersihkan
19
dengan kasa steril atau benda lain yang cukup bersih. Perhatikan pada luka, bila dijumpai benda
asing ( kerikil, kayu, atau benda lain ) keluarkan. Bila ternyata luka terlalu dalam, rujuk ke
rumah sakit. Setelah bersih dapat diberikan anti-infeksi lokal seperti povidon iodine atau kasa
anti-infeksi.
Gambar 8. Luka Laserasi / Vulnus Laseratum
9. Luka Sayat/Vulnus Schissum
a) Pengertian : Terpotong adalah bentuk lain dari perlukaan yang disebabkan oleh benda tajam,
bentuk lukanya teratur dan dalam, perdarahan cukup banyak, apalagi kalau ada pembuluh darah
arteri yang putus terpotong.
b) Cara penanganan : menangani perdarahan terlebih dahulu yakni dilakukan dengan menekan
bagian yang mengeluarkan darah dengan menggunakan kasa steril atau kain yang bersih. Bila
ada pembuluh nadi yang ikut terpotong, dan cukup besar, dilakukan pembalutan torniquet.
Pembalutan dilakukan dengan menempatkan tali/ikat pinggang/saputangan pada bagian antara
20
luka dan jantung secara melingkar, kemudian dengan menggunakan sepotong kayu/ballpoint
tali/ikat pinggang/saputangan tadi diputar sampai lilitannya benar-benar kencang. Tujuan cara ini
untuk menghentikan aliran darah yang keluar dari luka. Setelah itu, luka ditutup dan rujuk ke
rumah sakit. Pembebatan torniquet dilakukan pada lengan atas atau paha. Pembebatan di tempat
lain tidak akan efektif. Pada luka yang teriris dioles anti infeksi kemudian ditutup kasa steril.
Gambar 9. Luka Sayat / Vulnus Schissum
Penanganan Luka Secara Umum
Dalam penanganan luka, sudah umum diketahui bahwa salah satu yang harus dilakukan
adalah tindakan debridement. Debridement bertujuan untuk membuat luka menjadi bersih
sehingga mengurangi kontaminasi pada luka dan mencegah terjadinya infeksi. Debridement bisa
21
dilakukan dengan beberapa cara, dari yang kurang invasif hingga invasif, yaitu debridement
secara biologik, mekanik, otolitik, enzimatik, dan surgical.
Proses Penyembuhan Luka
1. Fase Inflamasi
Adalah adanya respon vaskuler dan seluler yang terjadi akibat perlukaan yang terjadi
pada jaringan lunak. Tujuan yang hendak dicapai adalah menghentikan perdarahan dan
membersihkan area luka dari benda asing, sel-sel mati dan bakteri untuk mempersiapkan
dimulainya proses penyembuhan.
2. Fase Proliferatif
Adalah memperbaiki dan menyembuhkan luka dan ditandai dengan proliferasi sel. Peran
fibroblas sangat besar pada proses perbaikan yaitu bertanggung jawab pada persiapan
menghasilkan produk struktur protein yang akan digunakan selama proses reonstruksi jaringan.
3. Fase Maturasi
Fase ini dimulai pada minggu ke-3 setelah perlukaan dan berakhir sampai kurang lebih
12 bulan. Tujuan dari fase maturasi adalah ; menyempurnakan terbentuknya jaringan baru
menjadi jaringan penyembuhan yang kuat dan bermutu. Fibroblas sudah mulai meninggalkan
jaringan granulasi, warna kemerahan dari jaringa mulai berkurang karena pembuluh mulai
regresi dan serat fibrin dari kolagen bertambah banyak untuk memperkuat jaringan parut.
Kekuatan dari jaringan parut akan mencapai puncaknya pada minggu ke-10 setelah perlukaan.
22
Faktor yang mempengarui penyembuhan luka
Usia, Semakin tua seseorang maka akan menurunkan kemampuan penyembuhan jaringan
Infeksi, Infeksi tidak hanya menghambat proses penyembuhan luka tetapi dapat juga
menyebabkan kerusakan pada jaringan sel penunjang, sehingga akan menambah ukuran
dari luka itu sendiri, baik panjang maupun kedalaman luka.
Hipovolemia, Kurangnya volume darah akan mengakibatkan vasokonstriksi dan
menurunnya ketersediaan oksigen dan nutrisi untuk penyembuhan luka.
Hematoma, Hematoma merupakan bekuan darah. Seringkali darah pada luka secara
bertahap diabsorbsi oleh tubuh masuk kedalam sirkulasi. Tetapi jika terdapat bekuan
yang besar hal tersebut memerlukan waktu untuk dapat diabsorbsi tubuh, sehingga
menghambat proses penyembuhan luka.
Benda asing, Benda asing seperti pasir atau mikroorganisme akan menyebabkan
terbentuknya suatu abses sebelum benda tersebut diangkat. Abses ini timbul dari serum,
fibrin, jaringan sel mati dan lekosit (sel darah merah), yang membentuk suatu cairan yang
kental yang disebut dengan nanah (�Pus�).
Iskemia, Iskemi merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan suplai darah pada
bagian tubuh akibat dari obstruksi dari aliran darah. Hal ini dapat terjadi akibat dari
balutan pada luka terlalu ketat. Dapat juga terjadi akibat faktor internal yaitu adanya
obstruksi pada pembuluh darah itu sendiri.
Diabetes, Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan gula
darah, nutrisi tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal tersebut juga akan terjadi
penurunan protein-kalori tubuh.
Pengobatan, Steroid : akan menurunkan mekanisme peradangan normal tubuh terhadap
cedera,� Antikoagulan : mengakibatkan perdarahan, Antibiotik : efektif diberikan segera
sebelum pembedahan untuk bakteri penyebab kontaminasi yang spesifik. Jika diberikan
setelah luka pembedahan tertutup, tidak akan efektif akibat koagulasi intravaskular.
23
6. Jelaskan tentang berbagai macam jahitan dan bahannya
1. Jahitan terputus Terbanyak digunakan karena sederhana dan mudah. Tiap jahitan disimpul sendiri. Dapat
dilakukan pad akulit atau bagian tubuh lainnya, dan cocok untuk daerah yang banyak bergerak karean tiap jahitan saling menunjang satu dengan lainnya.Jahitan terputus (interupted suture), tiap-tiap simpul berdiri sendiri. Secara kosmetik benang kasar/besar atau tegang pada saat menyimpulnya akan memberikan bekas yang kurang bagus, yaitu seprti gambaran lipan.
2. Jahitan simpul tunggalSinonim : Jahitan Terputus Sederhana, Simple Inerrupted Suture. Merupakan jenis jahitan
yang sering dipakai. digunakan juga untuk jahitan situasi.
Teknik :
Melakukan penusukan jarum dengan jarak antara setengah sampai 1 cm ditepi luka dan sekaligus mengambil jaringan subkutannya sekalian dengan menusukkan jarum secara tegak lurus pada atau searah garis luka. Simpul tunggal dilakukan dengan benang absorbable denga jarak antara 1cm. Simpul di letakkan ditepi luka pada salah satu tempat tusukan Benang dipotong kurang lebih 1 cm.3. Jahitan matras Horizontal
Sinonim : Horizontal Mattress suture, Interrupted mattress
Jahitan dengan melakukan penusukan seperti simpul, sebelum disimpul dilanjutkan dengan penusukan sejajar sejauh 1 cm dari tusukan pertama.
Memberikan hasil jahitan yang kuat.
24
4. Jahitan Matras Vertikal
Sinonim : Vertical Mattress suture, Donati, Near to near and far to far
Jahitan dengan menjahit secara mendalam dibawah luka kemudian dilanjutkan dengan menjahit tepi-tepi luka. Biasanya menghasilkan penyembuhan luka yang cepat karena di dekatkannya tepi-tepi luka oleh jahitan ini.
25
5. Jahitan Matras Modifikasi
Sinonim : Half Burried Mattress Suture
Modifikasi dari matras horizontal tetapi menjahit daerah luka seberangnya pada daerah subkutannya.
6. Jahitan kontinuSering disebut doorloven. Simpul hanya pada ujung-ujung jahitan., jadi hanya ada dua
simpul. Bial salah satu terbuak maka jahitan ini akan terbuak seluruhnya. Jahitan ini jarang
26
dipakai untuk menjahit kulit. Secar kosmetik bekas luka jahitan seperti pada jahitan terputus. Jahitan kontinu dapat dilakukan lebih cepat dari jahitan terputus.
7. Jahitan Jelujur sederhana
Sinonim : Simple running suture, Simple continous, Continous over and over
Jahitan ini sangat sederhana, sama dengan kita menjelujur baju. Biasanya menghasilkan hasiel kosmetik yang baik, tidak disarankan penggunaannya pada jaringan ikat yang longgar.
27
8. Jahitan Jelujur Feston
Sinonim : Running locked suture, Interlocking suture
Jahitan kontinyu dengan mengaitkan benang pada jahitan sebelumnya, biasa sering dipakai pada jahitan peritoneum. Merupakan variasi jahitan jelujur biasa.
9. Jahitan Jelujur horizontal
Sinonim : Running Horizontal suture
Jahitan kontinyu yang diselingi dengan jahitan arah horizontal.
28
10. Jahitan intradermal Memeberikan hasil kosmetik yang paling bagus (hanya berupa satu garis saja). Tidak
dapat dipakai untuk daerah yang banyak bergerak. Paling baik untuk wajah. Terdapat berbagai modifikasi jahitan intradermal ini. Diperlukan banyak latihan untuk memahirkan cara penjahitan intradermal ini.
11. Jahitan Simpul Intrakutan
Sinonim : Subcutaneus Interupted suture, Intradermal burried suture, Interrupted dermal stitch.
Jahitan simpul pada daerah intrakutan, biasanya dipakai untuk menjahit area yang dalam kemudian pada bagian luarnya dijahit pula dengan simpul sederhana.
12. Jahitan Jelujur Intrakutan
Sinonim : Running subcuticular suture, Jahitan jelujur subkutikular
Jahitan jelujur yang dilakukan dibawah kulit, jahitan ini terkenal menghasilkan kosmetik yang baik
Bahan Jahit
Material penjahitan yang berkualiatas adalah yang meliputi sarat-sarat tertentu. Yang
pertama adalah kenyamanan untuk digunakan atau untuk dipegang. Lalu pengamanan yang
cukup pada setiap alat. Harus selalu steril. Cukup elastik. Bukan terbuat dari bahn yang reaktif.
Kekuatan yang cukup untuk penyembuhan luka. Kemampuan untuk biodegradasi kimia untuk
menceah perusakan dari benda a Penjahitan luka membutuhkan beberapa persiapan baik alat,
bahan serta beberapa peralatan lain. Urutan teknik juga harus dimengerti oleh operator serta
asistennya.
Alat yang dibutuhkan :
Naald Voeder ( Needle Holder ) atau pemegang jarum biasanya satu buah. Pinset Chirrurgis atau pinset Bedah satu buah Gunting benang satu buah.
29
Jarum jahit, tergantung ukuran cukup dua buah saja.
Bahan yang dibutuhkan :
Benang jahit Seide atau silk Benang Jahit Cat gut chromic dan plain.
Lain-lain :
Doek lubang steril Kasa steril Handscoon steril
Operasi teknik
Urutan teknik penjahitan luka ( suture techniques)
1. Persiapan alat dan bahan
2. Persiapan asisten dan operator
3. Desinfeksi lapangan operasi
4. Anestesi lapangan operasi
5. debridement dan eksisi tepi luka
6. penjahitan luka
7. perawatan luka
7. Jelaskan Mengenai Set Minor
Bedah minor (operasi kecil) dipakai untuk tindakan operasi yang ringan, biasanya dikerjakan dengan anestesi lokal. Sebagai contohnya adalah pengangkatan tumor-tumor jinak atau kista pada kulit, ekstraksi kuku, penanganan luka, dll.
Prinsip dasar :
1. Asepsis dan antisepsisAsepsis adalah tindakan yang dimaksudkan untuk menjauhkan mikroorganisme penyebab
infeksi ke medan operasi. Antisepsis adalah tindakan untuk membunuh mikroorganisme dengan bahan kimia untuk mencegah sepsis. Bahan-bahan kimia yang sering dipakai yaitu iodine tincture 3-5%, alkohol 70%, hibiscrub, savlon, hibitane, betadine, atau pisohex. Assepsis dan antisepsis ini dilakukan
30
untuk alat dan ruangan operasi, orang-orang yang berada di ruang operasi baik pasien, tim operator maupun observer.
2. SterilisasiAdalah suatu usaha untuk membuat suatu benda atau ruangan menjadi bebas kuman, yaitu
dengan membunuh kuman maupun spora yang menempel pada benda atau ruang operasi tersebut.Ada 3 cara sterilisasi yang sering digunakan, yaitu :a. Pemanasan
- Dengan tekanan, digunakan autoklaf yaitu suatu bejana tertutup yang berisi uap panas dengan tekanan tinggi (750 mmHg, suhu 121 C selama 10-15 menit). Cara ini dapat⁰ membunuh kuman beserta spora yang ada.
- Tanpa tekanan Perebusan, cara ini dipakai untuk mensterilkan instrumen bedah minor jika tidak ada
autklaf. Cara ini kurang baik karena spora tidak ikut mati. Diperlukan minimal 30 menit setelah air mendidih. Waktu ini dapat dikurangi dengan menambahkan alkali yang bersifat bakterisidal.
Pemanasan kering menggunakan oven dengan temperatur 160 - 180 C dalam waktu⁰ ⁰ 1-2 jam.
Flamber/ pembakaran dilakukan dengan alkohol 90% atau spirtus. Bahan bakar harus cukup untuk nyala minimum 5 menit. Alat yang dibakar harus dalam keadaan bersih, kering, dan diletakkan pada wadah aluminium atau wadah tahan karat.
b. Kimiawi- Tablet formalin
- Gas etilan oksidac. Radiasi
Dilakukan dengan menggunakan daya radiasi sinar X, sinar ultraviolet (UV), atau sinar gamma berdaya tinggi.
3. Instrumen
a. Pemegang jarum/needle holder
Alat ini biasanya dilengkapi dengan pengunci di bagian belakang. Ukurannya bermacam-macam, yaitu pendek, sedang, dan panjang. Pemegang jarum yang di gunakan disesuaikan dengan ukuran jarum yang ajkan di pakai.
31
Gambar 1a. needle holder Gambar 1b. cara memegang needle holder
b. Pinset anatomis dan Pinset chirurgis
Berguna untuk memegang dan menahan jaringan pada waktu diseksi atau menjahit. Pinset bergigi tajam, yang dapat dipaki untuk memegang jaringan yang hanya memerlukan tekanan minimal misalnya : subkutis, otot, fascia, tetapi tidak digunakan untuk struktur yang mudah berlubang seperti pleura dan peritoneum. Pinset anatomis digunakan untuk memegang jaringan saat menjahit.
Gambar 2a. macam-macam pinset Gambar 2b. cara memegang pinset(kiri)
c. Scalpel/bistouri
Skalpel adalah pisau tajam yang digunakan untuk operasi atau diseksi anatomi. Skalpel dapat di pakai berulang bila pisau yang di gunakan dapat dilepas dengan gagangnya. Bila terpisah pisaunya dinamakan blade.
32
Gambar 3a. macam-macam scalpel Gambar 3b. cara memegang scalpel
d. Gunting praerere. Guntung preparasi metzenbaumf. Gunting benang
Gambar . Alat-alat minor set ( macam-macam gunting)
g. Desinfeksi klem dan duk klemh. Klem pean bengkok dan lurusi. Klem mosquitoj. Kait penahan luka/retractor
33
Gambar 5. Alat-alat minor set ( macam-macam klem )
Gambar 6. Alat-alat minor set yang sering digunakan
k. Benang
Terbagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu :- Absorbable (dapat diserap oleh jaringan tubuh), contoh : catgut dan vicryl. Benang ini
umumnya digunakan untuk menjahit jaringan yang letaknya profunda.- non absorbable (tidak dapat diserap jaringan tubuh), contoh : nylon, dacron, dan teflon.
Benang ini umumnya digunakan untuk menjahit kulit.
34
Gambar 8. Benang absorbable (cat gut plain) dan non absorbable (silk)
l. Jarum
Jarum yang digunakan dalam bedah minor bentuknya melengkung dengan ukuran yang berbeda-beda. Menurut lengkungnya, dikenal jarum ¼ yang berarti lengkung jarum tersebut sebesar ¼ lingkaran. Ukuran yang lain 3/8, ½, dan seterusnya maksimal 5/8. Menurut panjangnya (daam mm) dikenal jarum 12 yang artinya panjang jarum tersebut 12 mm. Sehingga jika jarum berukuran ¼ - 6 maka jarum tersebut berlengkung ¼ lingkaranm dengan panjang dari ujung ke ujung 6 mm.
Gambar 7. Macam-macam jenis ukuran jarum.
4. Anestesi
Ada 2 macam anestesi yaitu anestesi umum dan local. Anestesi local dibedakan lagi
menurut tempat diberikan obat anestesi, yaitu anestesi spinal, epidural, paravertebral, blok
cabang saraf, infiltrasi, dan permukaan kulit (topical). Setiap anestesi harus memenuhi 2
35
syarat yaitu:menghilangkan reflex dan melemaskan otot, sedang pada naestesi umum
diperlukan untuk menghilangkan kesadaran. Untuk bedah minor yang dipakai adalah anestesi
local.
Anestesi blok
Obat anestesi langsung disuntikkan di sekitar saraf atau ke pangkal saraf. Misalnya apabila
hendak mengoperasi daerah lengan, maka dapat dilakukan anestesi blok pada plexus
brachialis.
Anestesi infiltrat
Obat anestesi disuntikkan langsung ke ujung-ujung saraf di bawa kulit. Untuk menguangi
perdarahan dapat dicampur dengan adrenalin sebab adrenalin menyebabkan vasokontriksi
pembuluh darah. Campuran dengan adrenalin tidak boleh dipakai untuk operasi daerah yang
mempunyai end artery seperti jari-jari, penis dan sebagainya.
Field block
Anestesi disuntikkan mengelilingi daerah tindakan, misalnya pada pengagkatan kista di kulit,
tumor-tumor di kulit
Anestesi topical
Obat anestesi disemprotkan atau dioleskan ke permukaan kulit atau selaput lender, sehingga
ujung-ujung saraf di bawahnya menjadi mati rasa, contoh:chlor etil
Macam-macam obat anestesi local:
1. Prokain
Obat anestesi local yang dipakai saat ini. Untuk anestesi infiltrat dipakai larutan ½ - 1%,
anestesi blok 2%, anestesi lumbal 4%, jumlah prokain yang masih aman dipakai adalah
2mg. daya mati rasanya cukup tinggi.
2. Lidokain
Bekerja lebih cepat dan daya mati rasanya lebih lama dibandingkan dengan prokain
36
3. Kokain
Untk anestesi topical, tidak untuk disuntikkan karena bersifat toksik
4. Tetrakain
Lebih toksik dari kokain dan terutama dipenuhi sebagai anestesi lumbal. Mati rasanya
dapat bertahan sampai 2 jam.
5. Jenis tindakan
a. Insisi
Dimulai dengan membuat sayatan lurus pada massa tumor misalnya pada abses.
Arahnya sejajar dengan garis langer, sehingga akan terbentuk jaringan parut yang
halus karena kolagen kulit terarah dengan baik.
b. Eksisi
Merupakan tindakan pengangkatan massa tumor. Indikasinya antara lain untuk
kista epidermoid (klavus) dan kista dermoid. Klavus merupakan tumor jinak yang
keras, biasanya tumbuh pada kulit telapak kaki maupun tangan. Biasanya timbul
karena tusukan benda asing yang menyebabkan epitel kulit masuk ke bawah
epidermis atau sisa sel yang berasal dari embrio. Klavus tampak seperti benjolan
keras dan sakit bila ditekan atau dipijakkan.
Ekisisi dilakukan dengan membuat sayatan berbentuk elips dengan sumbu
panjang sesuai dengan arah ketegangan kulit.
c. Ekstirpasi
Tindakan pengangkatan seluruh masa tumor beserta kapsulnya. Indikasi:ateroma,
fibroma, lipoma
Ateroma
Benjolan kecil yang terjadi karena saluran sebasea tersumbat sehingga lemak yang
dikeluarkan kelenjar itu tertimbun dan bercampur dengan sel-sel. Akibatnya, secara
perlahan-lahan timbullah pembesaran kelenjar rambut tersebut. Isi ateroma seperti
bubur kebiruan yang mengental. Pada puncak benjolan ateroma terlihat suatu titik
kebiru-biruan yang sebenarnya adalah lubang saluran kelenjar yang tersumbat.
37
Lipoma
Tumor jinak yang berasal dari jaringan lemak dan garis tengahnya antara berapa mm
sampai puluhan cm. Lipoma srg ditemukan si pundak, lengan atas, punggung dan
pantat.
Fibroma
Tumor yang berasal dari jaringan ikat tubuh.
Teknik pengambilan ateroma:
Siapkan dalam keadaan steril 2 buah pinset anatomis, 2 buah pinset chirurgis, 1
buah scalpel dan amatanya, 2 buah klem bengkok, 4 buah lem arteri, 1 gunting
ujung lancip, 1 gunting lurus, naald volder, jarum oto dan jarum kulit, spuit 5 ml
dengan jarum untu anestesi, zde, cat gut, doek dan sarung tangan. Juga beberapa
ampul, prokin dan lidokain
Kulit dibersihkan dengan antiseptic (iodine) lalu alcohol 70%
Tutup daerah op dengan duk lubang di sekitar ateroma disuntik dengan prokain ½
- 1%
Tunggu beberapa saat sampai daerah yang akan dioperasi akan terasa kebal. Buat
dengan hati-hati 2 insisi lengkung, sehingga titik ateroma terletak di tengah-
tengah
Setelah sayatan kulit tepat berada di atas pembungkus aeroma, lepaskan kulit dan
jaringan yang berada di sekitar kapsul ateroma dengan gunting yang tajam
bengkok. Dengan cara memisahkan jaringan kapsul dan sekitarnya, tumor
diangkat,
Usahakan ateroma tidak pecah, bila pecah usahakan agar kapsul dapat diangkat
semua.
Setelah semua ateroma terangkat, bila lubang yang ditimbulkan itu besar, jaringan
lemak dijahit dengan cat gut, sedangkan bila lubangnya kecil kulit dapat langsung
dijahit dengan benang sutra. Jarak 1 jahitan dengan lainnya dibuat kira2 1 cm.
Sebelum dijahit, luka diolesi dengan betadhine
Luka jahitan ditutup dengan kasa steril yang telah ditetesi lar.betadine
38
8. Jelaskan berbagai macam anestesi.
Anestesi (pembiusan; berasal dari bahasa Yunani an-"tidak, tanpa" dan aesthētos,
"persepsi, kemampuan untuk merasa"), secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa
sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit
pada tubuh. Istilah anestesi digunakan pertama kali oleh Oliver Wendel Holmes Sr pada tahun
1846. Anestesi menurut arti kata adalah hilangnya kesadaran rasa sakit, namun obat anestasi
umum tidak hanya menghilangkan rasa sakit akan tetapi juga menghilangkan kesadaran. Pada
operasi-operasi daerah tertentu seperti perut, maka selain hilangnya rasa sakit dan kesadaran,
dibutuhkan juga relaksasi otot yang optimal agar operasi dapat berjalan dengan lancar
Tujuan Anestesi
Tujuannya untuk menghalau rasa sakit di bagian tubuh tertentu, daripada harus
melakukan pembiusan total. Tujuan utama dari pemberian obat premedikasi adalah untuk
memberikan sedasi psikis, mengurangi rasa cemas dan melindungi dari stress mental atau factor-
faktor lain yang berkaitan dengan tindakan anestesi yang spesifik. Hasil akhir yang diharapkan
dari pemberian premedikasi adalah terjadinya sedasi dari pasien tanpa disertai depresi dari
pernapasan dan sirkulasi. Kebutuhan premedikasi bagi masing-masing pasien dapat berbeda.
Rasa takut dan nyeri harus diperhatikan betul pada pra bedah.
Tujuan anastesi adalah untuk menyediakan, atau menghilangkan rasa sakit. Memblokir
impuls saraf dari bagian bawah segmen tulang belakang yang mengakibatkan penurunan sensasi
di bagian bawah tubuh.Obat epidural jatuh ke dalam kelas obat yang disebut bius lokal seperti
bupivacaine, chloroprocaine, atau lidokain
Obat tersebut sering disampaikan dalam kombinasi dengan opioid atau narkotika, seperti
fentanyl dan sufentanil, untuk mengurangi dosis yang diperlukan bius lokal. Efek somatic ini
timbul didalam kecerdasan dan menumbuhkan dorongan untuk bertahan atau menghindari
kejadian tersebut. Kebanyakan pasien akan melakukan
modifikasi terhadap manifestasi efek somatic tersebut dan menerima keadaan yaitu
39
dengan Nampak tenang. Reaksi saraf simpatis terhadap rasa takut atau nyeri tidak dapat
disembunyikan oleh pasien. Rasa takut dan nyeri mengaktifkan syaraf simpatis untuk
menimbulkan perubahan system sirkulasi dalam tubuh. Perubahan ini disebabkan oleh
stimulasi efferen simpatis yang ke pembuluh darah, dan sebagian karena naiknya
katekolamin dalam sirkulasi
Jenis anestesi lokal dalam bentuk parenteral yang paling banyak digunakan adalah:
1. Anestesi permukaan.
Sebagai suntikan banyak digunakan sebagai penghilang rasa oleh dokter gigi untuk
mencabut geraham atau oleh dokter keluarga untuk pembedahan kecil seperti menjahit luka di
kulit. Sediaan ini aman dan pada kadar yang tepat tidak akan mengganggu proses penyembuhan
luka.
2. Anestesi Infiltrasi.
Tujuannya untuk menimbulkan anestesi ujung saraf melalui injeksi pada atau sekitar
jaringan yang akan dianestesi sehingga mengakibatkan hilangnya rasa di kulit dan jaringan yang
terletak lebih dalam, misalnya daerah kecil di kulit atau gusi (pada pencabutan gigi).
3. Anestesi Blok
Cara ini dapat digunakan pada tindakan pembedahan maupun untuk tujuan diagnostik dan terapi.
4. Anestesi Spinal
Obat disuntikkan di tulang punggung dan diperoleh pembiusan dari kaki sampai tulang
dada hanya dalam beberapa menit. Anestesi spinal ini bermanfaat untuk operasi perut bagian
bawah, perineum atau tungkai bawah.
5. Anestesi Epidural
Anestesi epidural (blokade subarakhnoid atau intratekal) disuntikkan di ruang epidural
yakni ruang antara kedua selaput keras dari sumsum belakang.
40
6. Anestesi Kaudal
Anestesi kaudal adalah bentuk anestesi epidural yang disuntikkan melalui tempat yang
berbeda yaitu ke dalam kanalis sakralis melalui hiatus skralis.
Cara Pemberian
Obat penghilang rasa sakit epidural diberikan dalam beberapa cara:
· Injeksi dengan top-up : anestesi akan disuntikkan dengan obat penghilang rasa sakit ke dalam tabung untuk mematikan bagian bawah perut pasien.
· Infus kontinu : anestesi yang mengatur kateter epidural. Ujung tabung terpasang pada pompa, yang akan menghilangkan rasa sakit pada punggung pasien terusmenerus.
Mekanisme Kerja Anestesi
· mencegah timbulnya konduksi impuls saraf
· Meningkatkan ambang membran, eksitabilitas berkurang dan kelancaran hantaran terhambat.
· Meningkatkan tegangan permukaan selaput lipid molekuler.
Resistensi Bius
Ketika dilakukan anestesi, terkadang dapat terjadi seseorang tak mendapatkan efek bius
seperti yang diharapkan. Atau, yang kerap disebut resisten terhadap obat bius. Beberapa kondisi
yang bisa menyebabkan seseorang resisten terhadap obat
bius di antaranya:
1. Pecandu alcohol
2. Pengguna obat psikotropika seperti morfin, ekstasi dan lainnya
3. Pengguna obat anelgesik
Agar Obat Bius Optimal & Aman
Untuk menghindari terjadinya efek samping dan resistensi terhadap obat bius, sebaiknya pasien benar-benar memastikan kondisi tubuhnya cukup baik untuk menerima anestesi.
1. Menghentikan penggunaan obat anelgetik, paling tidak 1-2 hari sebelum
41
dilakukan prosedur anestesi.
2. Menghentikan konsumsi obat-obatan yang berefek pada saraf pusat seperti
morfin, barbiturat, amfetamin dan lainnya,
3. paling tidak 1-3 hari sebelum anestesi dilakukan.
4. Berhenti mengonsumsi alkohol paling tidak 2 minggu sebelum penggunaan
anestesi,
6. Berhenti merokok setidaknya 2 minggu sebelum anestesi dilakukan.
Cara Penggunaan Anestesi
Kebutuhan dan cara kerja anestesi beranekaragam. Anestesi juga memiliki cara penggunaan yang berbeda sesuai kebutuhannya. Tak hanya cara disuntikkan saja, tetapi juga dihirup melalui alat bantu nafas. Beberapa cara penggunaan anestesi ini di antaranya:
A. Melalui Pernafasan
Beberapa obat anestesi berupa gas seperti isoflurane dan nitrous oxide, dapat dimasukkan
melalui pernafasan atau secara inhalasi. Gas-gas ini mempengaruhi kerja susunan saraf pusat di
otak, otot jantung, serta paru-paru sehingga bersama-sama menciptakan kondisi tak sadar pada
pasien. Penggunaan bius jenis inhalasi ini lebih ditujukan untuk pasien operasi besar yang belum
diketahui berapa lama tindakan operasi diperlukan. Sehingga, perlu dipastikan pasien tetap
dalam kondisi tak sadar selama operasi dilakukan.
B. Injeksi Intravena
Sedangkan obat ketamine, thiopetal, opioids (fentanyl, sufentanil) dan propofol adalah obat-obatan yang biasanya dimasukkan ke aliran vena. Obatobatanini menimbulkan efek menghilangkan nyeri, mematikan rasa secara menyeluruh, dan membuat depresi pernafasan sehingga membuat pasien tak sadarkan diri. Masa bekerjanya cukup lama dan akan ditambahkan bila ternyata lamanya operasi perlu ditambah.
C. Injeksi Pada Spinal/ Epidural
Obat-obatan jenis iodocaine dan bupivacaine yang sifatnya lokal dapat diinjeksikan dalam ruang spinal (rongga tulang belakang) maupun epidural untuk menghasilkan efek mati rasa pada paruh tubuh tertentu. Misalnya, dari
42
pusat ke bawah. Beda dari injeksi epidural dan spinal adalah pada teknik injeksi. Pada epidural,injeksi dapat dipertahankan dengan meninggalkan selang kecil untuk menambah obat anestesi jika diperlukan perpanjangan waktu tindakan. Sedang pada spinal membutuhkan jarum lebih panjang dan hanya bisa dilakukan dalam sekali injeksi untuk sekitar 2 jam ke depan.
D. Injeksi Lokal
Iodocaine dan bupivacaine juga dapat di injeksi di bawah lapisan kulit untuk menghasilkan efek mati rasa di area lokal. Dengan cara kerja memblokade impuls saraf dan sensasi nyeri dari saraf tepi sehingga kulit akan terasa kebas dan mati rasa.
Sifat anestesi
· Tidak mengiritasi / merusak jaringan saraf secara permanen
· Batas keamanan harus lebar
· Larut dalam air
· Stabil dalam larutan
· Dapat disterilkan tanpa mengalami perubahan
· Indikasi & Keuntungan anastesi lokal
· Penderita dalam keadaan sadar serta kooperatif.
· Tekniknya relatif sederhana dan prosentase kegagalan dalam penggunaanya relatif
kecil.
· Pada daerah yang diinjeksi tidak terdapat pembengkakan.
· Peralatan yang digunakan, sedikit sekali dan sederhana serta obat yang digunakan
relatif murah.
· Dapat digunakan sesuai dengan yang dikehendaki pada daerah anatomi
tertentu.Mula kerja harus sesingkat mungkinDurasi kerja harus cukup lama.
43
2.8 Tipe Anestesi
· Beberapa tipe anestesi adalah:
Pembiusan total — hilangnya kesadaran total
Pembiusan lokal — hilangnya rasa pada daerah tertentu yang diinginkan
(pada sebagian kecil daerah tubuh).
Pembiusan regional — hilangnya rasa pada bagian yang lebih luas dari
tubuh oleh blokade selektif pada jaringan spinal atau saraf yang
berhubungan dengannya.
7
2.9 Manfaat Anestesi
· Digunakan sebagai diagnostic, untuk menentukan sumber nyeri
· Digunakan sebagai terapi, local anestesi merupakan bagian dari terapi untuk
kondisi operasi yang sangat nyeri, kemampuan dokter gigi dalam menghilangkan
nyeri pada pasien meski bersifat sementara merupakan ukuran tercapainya tujuan
terapi
· Digunakan untuk kepentingan perioperatif dan postoperasi. Proses operasi yang
bebas nyeri sebagian besar menggunakan anestesi local, mempunyai metode yang
aman dan efektif untuk semua pasien operasi dentoalveolar.
· Digunakan untuk kepentingan postoperasi. Setelah operasi dengan menggunakan
anestesi umum atau lokal, efek anestesi yang berlanjut sangat penting untuk
mengurangi ketidaknyamanan pasien.
2.10 Keuntunan dan Kerugian
· Keuntungan
Tidak diperlukan persiapan khusus pada pasien.
Tidak membutuhkan alat dan tabung gas yang kompleks
44
Tidak ada resiko obstruksi pernapasan. Durasi anestesi sedikitnya satu
jam dan jika pasien setuju dapat diperpanjang sesuai kebutuhan operasi
gigi minor atau adanya kesulitan dalam prosedur
Pasien tetap sadar dan kooperatif dan tidak ada penanganan pasca anestesi
Pasien-pasien dengan penyakit serius, misalnya penyakit jantung biasanya
dapat mentolerir pemberian anestesi lokal tanpa adanya resiko yang tidak
diinginkan.
· Kerugian
Ini mungkin tidak bekerja dengan baik pada awal penggunaan
Menimbulkan rasa gatal atau demam
Pasien mungkin merasakan hanya mati rasa di bagian perut
8
Efek Samping
· Ada beberapa macam efek samping yang ditimbulkan pada penggunaan
diantaranya :
Penurunan tekanan darah.
Sakit kepala (juga dikenal sebagai tulang punggung sakit kepala).
Pada bayi,mungkin membuat penurunan tekanan darah.
Sakit kepala juga sangat jarang, tetapi mungkin dapat terjadi.
Reaksi terhadap obat-obatan yang berlebihan, sepert ruam.
Pendarahan jika pembuluh darah yang secara tidak sengaja rusak.
45
9. Jelaskan berbagai macam Tumor Kulit dan jaringan dibawah disertai gambar
Penting pada tumor kulit untuk mengetahui asal jaringan nya , berikut merupakan
klasifikasi tumor kulit dan jaringan dibawah nya :
Dibagi berdasarkan Tumor jinak dan Tumor pra-ganas :
Tumor jinak pada kulit :
Pada Lapisan epidermal terdapat : Keratosis Seboroik, Papiloma sel skuamosa, Skin tag,
Melanosit Nevus, Kista Epidermal
Pada Lapisan dermal terdapat : Hemangioma, Limfangioma, dermatofibroma, Neurofibroma
Tumor ganas pada kulit : Keratoakantosis, aktinik keratosis, bowen disease, Eritoplasia Querat,
Xeroderma pigmentosus
Keratosis Seboroik
Keratosis seboroik adalah tumor jinak yang sering dijumpai pada orang tua berupa tumor
kecil atau makula hitam yang menonjol diatas permukaan kulit. Keratosis seboroik adalah tumor
jinak yang berasal dari proliferasi epidermal, sering dijumpai pada orang tua dan biasanya
asimtomatik. Keratosis seboroik mempunyai sinonim nevus seboroik, kutil senilis, veruka
seboroik senilis, papiloma sel basal.
ACROCHORDON (SKIN TAG)
Acrochordon memiliki sinonim skin tag, fibroepitelial polips, fibroma pendularis,
fibroepitelial papilloma.
46
Merupakan tumor epitel kulit yang berupa penonjolan pada permukaan kulit yang bersifat
lunak dan berwarna seperti daging atau hiperpigmentasi, melekat pada permukaan kulit dengan
sebuah tangkai dan biasa juga tidak bertangkai.
Skin tag mempunyai prevalensi yang sama pada laki-laki dan perempuan, ditemukan
terutama pada orang gemuk dan terjadi peningkatan pada perempuan hamil. Pada awalnya
timbul pada umur 10-50 tahun dan meningkat pada dekade kelima dan sekitar 95% ditemukan
pada umur 70-an. Predileksi ditemukan di daerah leher (35%), aksila (48%), kelopak mata, dan
lipatan kulit lainnya seperti lipatan paha dan payudara. Lesi ini telah diamati untuk mengikuti
kutil, keratosis seboroik, dan kondisi kulit inflamasi. Biasanya dalam bentuk papula berdaging
lunak, meskipun tidak selalu pedunculated, Lesi ditemukan soliter atau multiple atau beberapa
dapat bervariasi dengan diameter 1-6 mm dengan hiperpigmentasi.(10)
Penyebab skin tag ini masih diperdebatkan, mungkin berhubungan kondisi inflamasi non
spesifik dari kulit. Ada juga pendapat yang menyatakan bahwa skin tag merupakan efek yang
biasa terjadi akibat penuaan kulit dengan beberapa faktor yang mempengaruhinya, diantara
ketidakseimbangan hormon memudahkan pertumbuhan skin tag misalnya pada peningkatan
hormon estrogen dan progesterone selama kehamilan, peningkatan hormon pertumbuhan dan
akromegali
47
Kista Epidermoid
Kista epidermoid berasal dari sel epidermis yang masuk ke jaringan subkutis akibat
trauma tajam Sel-sel tersebut berkembang kista dengan dinding putih tebal, bebas dari dasar
berisi massa seperti bubur, yaitu hasil keratinisasi, sebagian mengandung elemen rambut (pilar
atau trichilemmal cyst). Penyebabnya tidak diketahui, diperkirakan oleh karena adanya dilatasi
folikel rambut oleh trauma.
Kista ini biasa ditemukan pada telapak kaki atau telapak tangan, yaitu yang epidermalnya
tebal dan mudah mengalami trauma.Kista jarang menjadi besar tetapi cukup menggangu karena
lokasinya.Kista epidermoid banyak terjadi pada umur 30-40 tahun.
Terapi terdiri dari eksisi lengkap termasuk punctum pada permukaan kulit dan meluas ke
bawah sampai dinding kista.Eksisi lengkap diperlukan untuk mencegah rekurensi akibat elemen
epidermis yang tertinggal.Jika terinfeksi, insisi dan drainase diindikasikan karena dinding sangat
rapuh untuk dieksisi secara meyakinkan.Eksisi sekunder setelah infeksi sembuh lalu
diindikasikan untuk mencegah infeksi rekuren.
48
Dermal
Hemangioma merupakan tumor yang terdiri atas pembuluh darah.
Ada dua golongan besar, yaitu :
Hemangioma jenis kapiler disebut juga nevus kapilare. Jenis kapilare terdiri atas nevus simpleks
kalau sudah terbentuk :
seperti buah arbei menonjol,
berwarna merah cerah dengan cekungan kecil.
Perkembangannya dimulai dengan titik kecil pada usia lahir,
membesar cepat
menetap pada usia kira-kira delapan bulan.
Kemudian akan mengalami regresi spontan pucat karena fibrosis seteleh usia satu
tahun.
Hemangioma kavernosum terdiri atas jalinan pembuluh darah yang membentuk
rongga.Kelainannya berada di jaringan yang lebih dalam dari dermis.
Dari luar tampak sebagai tumor kebiruan yang dapat dikempeskan dengan penekanan, tetapi
menonjol kembali setelah penekanan dilepaskan.Hemangioma ini tidak dapat mengalami regresi
spontan, malah sering progresif.Jenis kavernosum bisa meluas dan menyusup ke jaringan
sekitarnya.Jaringan di atas hemangioma dapat mengalami iskemia sehingga mudah rusak oleh
iritasi.
49
Limfangioma
Limfangioma merupakan tumor jinak yang disebabkan dari malformasi kongenital sistem
limfatik.Tumor ini biasanya terjadi di kepala, leher, dan ketiak, namun kadang terjadi pada
mediastinum, retroperitoneum, dan paha.Sering juga terjadi pada skrotum dan perineum.
Kejadian malformasi limfatik tidak diketahui, tetapi diyakini melebihi 6,3% dari semua
malformasi. Limfangioma berasal dari sakus primitive masa embrio, sebagian jaringan limfatik
yang terlepas kehilangan hubungan dengan system limfatik normal, tapi masih memiliki potensi
pertumbuhan cepat semula. Secara patologik dapa dibagi menjadi : Limfangioma sederhana,
limfangioma spongiosa, limfangioma kistik.
Dermatofibroma
Adalah nodul kecil, dengan ukuran 3-10 mm, namun ada juga sampai diameter 1-3 cm.
Bentuknya dapat berupa papul, plak atau nodul, batas tegas, menetap dalam kulit dan dapat
ditekan ke bawah atau sedikit meninggi. Suatu tanda klinis khas yaitu “dample sign” atau
“Fitzpatrick’s sign” yakni jika sisi lateral ditekan maka akan membentuk cekungan pada kulit di
atasnya.
Pada dermatofibroma multiple seringkali terdapat lingkaran hiperpigmentasi yang sempit
mengelilingi nodul, berwarna coklat hingga merah
50
Neurofibromatosis
Neurofibromatosis adalah sekelompok kondisi heterogen. Menurut National Institutes of Health
(NIH) hanya dua jenis neurofibromatosis didefinisikan: neurofibromatosis tipe 1 (NF1) juga
disebut penyakit von Recklinghausen ini, dan neurofibromatosis tipe 2 (NF2) atau bilateral saraf
sindrom schwannomas kedelapan. Definisi "perifer" dan "pusat" neurofibromatosis, yang disebut
di masa lalu untuk NF1, dan NF2 masing-masing, kini telah ditinggalkan sejak dua kondisi
sering memiliki manifestasi pusat dan perifer bersama-sama.
51
Actinic Keratosis
Penyakit ini diduga berhubungan dengan efek kumulatif sinar matahari.Displasia di kulit
ini terjadi akibat terpajan sinar matahari secara kronis dan berkaitan dengan penimbunan
berlebihan keratin.
Keratoakantoma
Kerato akanoma (KA) adalah suatu tumor jinak yang diyakini timbul dari folikel rambut
dengan pertumbuhan cepat dan dengan gambaran histologic yang menyerupai karsinoma sel
skuamosa.
Kerato akantoma terjadi terutama pada daerah terpajan sinar matahari
52
Nevus Sebaseus
Merupaka hematom lesi berbatas tegas terutama terdiri dari kelenjar sebaceous. Penyakit ini
berhubungan sangat erat terkait dengan verrucous epidermal nevus dan banyak penulis
menganggap mereka menjadi varian manifestasi dari bentuk patologis yang sama.
Nevus sebacea biasanya lesi tidak menyabra etapi mereka memiliki risiko 20-30%
mengembangkan tumor jinak di menjadi Perubahan ganas dapat terjadi, meskipun jarang, pada
masa remaja atau dewasa dan bahkan lebih jarang di masa kecil.
Nevus sebacea paling sering, berbentuk soliter , biasa yang terkena pada tempat yang berbulu
pada kulit kepala pada saat lahir atau pada anak usia dini .Bentuknya Sebuah plakat cokelat atau
oranye-kuning beludru juga bisa terjadi pada daerah lain dari kepala dan leher .
Pengaruh hormonal dari ibu dapat meningkatkan resiko terkena pada bayi , sedangkan hormon
pubertas meningkatkan penampilan verrucoid pada remaja .
Nevus sebaceus memiliki kecenderungan untuk kulit kepala ( vertex ) dan kurang umum terjadi
pada wajah , sekitar telinga , di leher, atau di bagasi. Nevus sebaceus terjadi secara eksklusif
dalam rongga mulut juga telah dilaporkan .
Intra Epidermal Carcinoma
53
Bowen Disease
Penyakit Bowen (BD) merupakan suatu karsinoma sel gepeng intraepidermal yang
mengenai kulit dan mukosa mulut.Penyakit ini adalah Squamous Cell Carcinoma (SCC) in situ
yang berpotensi berkembang menjadi SCC.
Hemangiomaperisitoma, adalah tumor ganas yang berasal dari angioblastik dan mungkin
merupakan varian tumor glomus. Prognosisnya jelas buruk, dengan hanya 27% harapan hidup 5
tahun bebas peyakit.
Kaposi Sarcoma
Sarcoma Kaposi, tumor ini meningkat jelas pada kaum homoseksual. Sindroma
penurunan kekebalan didapat (AIDS) biasanya disertai sarcoma Kaposi. Biasanya tumor timbul
di tangan atau kaki sebagai plak multiple yang berwarna kemerahan sampai keunguan dan dapat
datar., berulserasi, atau polipoid. Sering dijumpai keterlibatan limfonodus.
54
Dermatofibrosarkoma
Dermatofibrosarkoma protuberans, tumor ini relative rendah keganasannya dimana
umumnya terjadi pada tubuh. Bersifat radioresisten tapi memberikan respon pada bedah eksisi
dengan 70% harapan hidup 5 tahun bebas sakit.
10. Jelaskan berbagai macam jenis cairan yang digunakan dan cara menghitung tetesan.
Jenis Cairan Infus:
1. Cairan hipotonik
2. Cairan Isotonik
3. Cairan hipertonik
a. Cairan hipotonik: osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum
(konsentrasi ion Na+ lebih rendah dibandingkan serum), sehingga larut dalam
serum, dan menurunkan osmolaritas serum. Maka cairan “ditarik” dari dalam
pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya (prinsip cairan berpindah dari
osmolaritas rendah ke osmolaritas tinggi), sampai akhirnya mengisi sel-sel
yang dituju. Digunakan pada keadaan sel “mengalami” dehidrasi, misalnya
pada pasien cuci darah (dialisis) dalam terapi diuretik, juga pada pasien
hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) dengan ketoasidosis diabetik.
Komplikasi yang membahayakan adalah perpindahan tiba-tiba cairan dari
55
dalam pembuluh darah ke sel, menyebabkan kolaps kardiovaskular dan
peningkatan tekanan intrakranial (dalam otak) pada beberapa orang.
Contohnya adalah NaCl 45% dan Dekstrosa 2,5%.
b. Cairan Isotonik: osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum
(bagian cair dari komponen darah), sehingga terus berada di dalam pembuluh
darah. Bermanfaat pada pasien yang mengalami hipovolemi (kekurangan
cairan tubuh, sehingga tekanan darah terus menurun).Memiliki risiko
terjadinya overload (kelebihan cairan), khususnya pada penyakit gagal jantung
kongestif dan hipertensi. Contohnya adalah cairan Ringer-Laktat (RL), dan
normal saline/larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%).
c. Cairan hipertonik: osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum,
sehingga “menarik” cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam
pembuluh darah. Mampu menstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi
urin, dan mengurangi edema (bengkak).Penggunaannya kontradiktif dengan
cairan hipotonik. Misalnya Dextrose 5%, NaCl 45% hipertonik, Dextrose 5%
+Ringer-Lactate, Dextrose 5%+NaCl 0,9%, produk darah (darah), dan
albumin.
Pembagian cairan lain adalah berdasarkan kelompoknya:
1. Kristaloid:
Bersifat isotonik, maka efektif dalam mengisi sejumlah volume cairan (volume
expanders) ke dalam pembuluh darah dalam waktu yang singkat, dan berguna pada
pasien yang memerlukan cairan segera. Misalnya Ringer-Laktat dan garam fisiologis.
2. Koloid:
Ukuran molekulnya (biasanya protein) cukup besar sehingga tidak akan keluar dari
membran kapiler, dan tetap berada dalam pembuluh darah, maka sifatnya hipertonik, dan
dapat menarik cairan dari luar pembuluh darah. Contohnya adalah albumin dan steroid.
56
Pemberian cairan melalui infus merupakan tindakan memasukkan cairan melalui
intravena yang dilakukan pada pasien dengan bantuan perangkat infus. Tindakan ini dilakukan
untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit serta sebagai tindakan pengobatan dan
pemberian makanan.
Berasal dari Rumus Ttpm =
K x V60 x t
Keterangan:
K : Konstanta jika konstanta infus mikro = 60 dan infus makro = 20
V : (Volume) Jumlah cairan yang dibutuhkan (ml)
t : (time) Jumlah pemberian cairan (jam)
60: 60 menit untuk 1 jamnya
57