bk anak luar biasa

27
BIMBINGAN KONSELING ANAK LUAR BIASA OLEH : KELOMPOK I Made Sumadiyasa 1011011103 Luh Putu Ayu Widyaningsih 1011011110 Putu Aryawan 1011011116 Ni Wayan Rumiani 1011011117 I Kadek Jeri Sastrawan 1011011122 JURUSAN BIMBINGAN KONSELING FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA 2012

Upload: sumadiyasa

Post on 08-Aug-2015

224 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Tugas

TRANSCRIPT

Page 1: BK Anak Luar Biasa

BIMBINGAN KONSELINGANAK LUAR BIASA

OLEH :

KELOMPOK

I Made Sumadiyasa 1011011103

Luh Putu Ayu Widyaningsih

1011011110

Putu Aryawan 1011011116

Ni Wayan Rumiani

1011011117

I Kadek Jeri Sastrawan

1011011122

JURUSAN BIMBINGAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

SINGARAJA

2012

Page 2: BK Anak Luar Biasa

KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,

Puji syukur kita panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, Ida Sang Hyang Widhi

Wasa, yang telah melimpahkan Rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini

sesuai dengan rencananya. Makalah ini berjudul “Bimbingan Konseling Anak Luar Biasa”

Walaupun demikian, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.

Untuk itu kami senantiasa mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak, agar untuk

makalah yang kami buat selanjutnya dapat disempurnakan dan mencapai hasil yang optimal,

namun kami tetap mengharapkan agar makalah ini dapat memberi manfaaat bagi seluruh

pembaca baik dalam pembangunan ilmu maupun dalam penyerapan informasi.

Kami sangat berharap agar nantinya makalah yang kami buat dengan sederhana ini

dapat menambah wawasan para pembaca dari segala aspek apapun, dan kami pula memohon

maaf sebesar besarnya jika ada kesalahan – kesalahan dalam makalah ini, karena tidak ada

manusia yang sempurna.

Om Santhi, Santhi, Santhi, Om

Singaraja, Oktober 2012

Penulis

Page 3: BK Anak Luar Biasa

DAFTAR ISI

Halaman Judul

Kata Pengantar ............................................................................................ i

Daftar Isi...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang……………………………………………………. 1

1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………... 2

1.3 Tujuan …………………………………………………………….. 2

1.4 Manfaat …………………………………………………………… 2

1.5 Metode Penulisan ………………………………………………… 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian anak berkebutuhan Khusus dan anak luar

biasa…………………........................................................................ 3

2.2 Landasan perkembangan pendidikan anak luar biasa……................. 4

2.3 Klasifikasi anak luar biasa.................................................................. 9

2.4 Sejarah perkembangan pendidikan anak luar biasa ……................. 11

2.5 Least Restrictive Environment (LRE)................................................ 12

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ……………………………………………………….. 13

3.2 Saran-saran ………………………………………………………… 14

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: BK Anak Luar Biasa

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Bimbingan konseling sebagai salah satu profesi dalam bidang kependidikan

merupakan sebuah bantuan atau layanan yang disediakan untuk membantu orang-

orang, baik dalam mengatasi masalah pribadi, belajar, social maupun karirnya.

Bimbingan konseling tidak hanya difungsikan untuk mengatasi suatu masalah semata,

tetapi bimbingan konseling juga difungsikan untuk mencegah terjadinya suatu

masalah, dan juga mengembangkan potensi-potensi yang terdapat dalam diri

seseorang.

Untuk menjadi seorang ahli dalam bidang bimbingan konseling, tentu tidaklah

mudah seperti apa yang kita pikirkan. Keahlian hanya dapat diperoleh dari

serangkaian pendidikan, pelatihan yang panjang dan terprogram. Sehingga diperoleh

keahlian dan pengalaman-pengalaman yang mumpuni dalam bidang ini. Pengalaman

tentunya harus diprioritaskan saat berada pada masa pendidikan. Agar pada saat itu

pula para calon pengampu profesi bimbingan konseling bisa langsung mereview

kembali kesesuaian antar teori yang didapat dengan keadaan yang terjadi dilapangan.

Hal ini dikarenakan saat terjun dilapangan tidak selamanya kita akan bertemu dengan

orang-orang atau anak-anak sesuai dengan yang kita inginkan dan bisa jadi kita akan

bertemu dengan orang-orang yang tidak seperti biasanya seperti anak yang mengelami

kesulitan dalam belajar, anak yang terlalu nakal dll. Supaya kita tidak salah tafsir

terhadap anak yang demikian maka kita perlu mempelajari disiplin ilmu tentang

Bimbingan Konseling Anak Luar Biasa yang mempelajari dan membahas secara luas

tentang hal tersebut.

Oleh karena itulah pada makalah ini kami mencoba sedikit menguraikan

pengenalan awal terkait dengan Anak Luar Biasa.

Page 5: BK Anak Luar Biasa

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan anak luar biasa dan anak berkebutuhan khusus?

2. Apa saja landasan perkembangan pendidikan anak luar biasa?

3. Bagaimana klasifikasi anak luar biasa?

4. Bagaimana sejarah perkembangan pendidikan anak luar biasa?

5. Apa yang dimaksud dengan Least Restrictive Environment (LRE)?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk dapat memahami pengertian anak luar biasa dan anak berkebutuhan khusus

2. Untuk dapat memahami landasan perkembangan pendidikan anak luar biasa.

3. Untuk dapat memahami klasifikasi anak luar biasa.

4. Untuk dapat memahami sejarah perkembangan pendidikan anak luar biasa.

5. Untuk dapat memahami Least Restrictive Environment (LRE)

1.4 Manfaat

1. Mampu memahami anak luar biasa dan anak berkebutuhan khusus.

2. Mampu memahami landasan perkembangan pendidikan anak luar biasa.

3. Mampu memahami klasifikasi anak luar biasa.

4. Mampu memahami sejarah perkembangan pendidikan anak luar biasa.

5. Mampu memahami Least Restrictive Environment (LRE)

Page 6: BK Anak Luar Biasa

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus dan Anak Luar Biasa

A. Anak berkebutuhan khusus

Anak berkebutuhan khusus (Heward) adalah anak dengan karakteristik

khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada

ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam ABK antara

lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar,

gangguan prilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan. istilah lain

bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat . Karena

karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan

pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka,

contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks bacaan menjadi

tulisan Braille dan tunarungu berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat. Anak

berkebutuan khusus biasanya bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) sesuai

dengan kekhususannya masing-masing.

Anak dengan kebutuhan khusus (special needs children) dapat diartikan

secara simpel sebagai anak yang lambat (slow) atau mangalami gangguan

(retarded) yang tidak akan pernah berhasil di sekolah sebagaimana anak-anak

pada umumnya. Banyak istilah yang dipergunakan sebagai variasi dari

kebutuhan khusus, seperti disability, impairment, dan Handicap. Menurut World

Health Organization (WHO), definisi masing-masing istilah adalah sebagai

berikut:

1. Disability : keterbatasan atau kurangnya kemampuan (yang dihasilkan dari

impairment) untuk menampilkan aktivitas sesuai dengan aturannya atau

masih dalam batas normal, biasanya digunakan dalam level individu.

2. Impairment: kehilangan atau ketidaknormalan dalam hal psikologis, atau

struktur anatomi atau fungsinya, biasanya digunakan pada level organ.

3. Handicap : Ketidak beruntungan individu yang dihasilkan dari impairment

atau disability yang membatasi atau menghambat pemenuhan peran yang

normal pada individu.

Page 7: BK Anak Luar Biasa

B. Pengertian Anak Luar Biasa

Anak luar biasa masih merupakan istilah yang dipergunakan sampai saat

ini, meskipun secara perundangang dan wacana yang berkembang dewasa ini

peristilahan tersebut nampaknya perlu ditinjau kembali.

Di dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) yang

terbaru, peristilahan Pendidikan Luar Biasa telah diganti dengan Pendidikan

Khusus. Ini mengandung konsekuensi terhadap penggunaan istilah baik

kelembagaan maupun subyek peserta didik. Demikian pula halnya dengan

wacana yang berkembang secara intenasional tentang peristilahan anak luar

biasa, yang dewasa ini sering disebut dengan istilah special needs educational

children atau anak dengan kebutuhan pendidikan khusus.

Anak luar biasa diartikan sebagai anak yang memiliki kelainan fisik,

mental, emosi, sosial atau gabungan dari kelainan tersebut yang sifatnya

sedemikian rupa sehingga memerlukan layanan pendidikan secara khusus.

Sehingga bisa diambil konsep dasar yang bisa dikategorikan sebagai anak luar

biasa yaitu :

Anak yang membutuhkan pendidikan dan layanan khusus untuk

mengoptimalkan potensi kemanusiannya secara utuh akibat adanya perbedaan

kondisi dengan kebanyakan anak lainnya

Perbedaannya meliputi: ciri-ciri mental, kemampuan sensorik, fisik dan

neuromuskular, perilaku sosial dan emosional, kemampuan berkomunikasi,

ataupun kombinasi 2 atau lebih dari berbagai hal tersebut 

2. Landasan Perkembangan Pendidikan Anak Luar Biasa

1. Pengertian pendidikan luar biasa

Pendidikan Luar Biasa adalah merupakan pendidikan bagi peserta didik yang

memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses penbelajaran karena kelainan

fisik, emosional, mental social, tapi memiliki potensi kecerdasan dan bakat

istimewa.

Page 8: BK Anak Luar Biasa

Selain itu pendidikan luar biasa juga berarti pembebelajaran Yng di rancang

khususnya untuk memenuhi kebutuhan yang unik dari anak kelainan

fisik.pendidikan luar biasa akan sesuai apabila kebutuhan siswa tidak dapat di

akomodasikan dalam program pendidikan umum.secara singkat pendidikan luar

biasa adalah program pembelajaran yang di siapkan untuk memenh kebutuhan

unik dari individu siswa.contohnya adalah seorang anak yang kurang dalam

pengelihatan memerlikan buku yan hurufnya diperbesar.

Pedidikan luar biasa merupakan salah satu komponen dalam salah satu system

pemberian layanan yang kompleks dalam memebantu individu untuk mencapai

potensinya secara maksimal.pendidikan luar biasa di ibaratkan sebagai sebuah

kendaraan dimana siswa penyandang cacat,meskipun berada di sekolah

umum,diberi garansi untuk mendapatkanpendidikan yang secara khusus di

rancang untuk membantu mereka mencapai potensi yang maksimal.pendidikan

luar biasa tidak di batasi oleh tempat umum pemikiran kontemporer

menyarankan bahwa layanan sebaiknya diberikan dilngkungan yang lebih alami

dan normal yang sesuai dengan kebutuhan anak.individu-individu penyandag

cacat hendaknya dipandang sebagai individu yang sama bukannya berbeda dari

teman –teman sebaya lainnya dan yang harus di ingat bahwa pandanglah mereka

sebagai  pribadi bukan kecacatannya.

2. Landasan

Ada empat landasan yang menjadi dasar dalam perkembangan pendidikan anak

luar biasa diantaranya :

a. Landasan Idiil dan Filosofis

Pendidikan umumnya mencerminkan pandangan atau filsafat hidup

suatu masyarakat. Masyarakat jerman di bawah kepemimpinan hitler,

misalnya, filsafat politik Nazi memandang eksistensi manusia adalah untuk

kesejahteraan negara. Oleh karena itu pendidikan diarahkan untuk

membentuk individu-individu yang berguna bagi negara. Dibawah filsafat

hidup semacam itu pendidikan bagi anak yang menyandang ketunaan

menjadi kurang diperhatikan.

Dibawah pandangan demokrasi liberal seperti di Amerika Serikat,

eksistensi manusia adalah untuk mencapai kesejahteraan individual. Oleh

Page 9: BK Anak Luar Biasa

karena itu, pendidikan diorganisasikan terutama untuk mencapai tujuan

akhir eksistensi manusia semacam itu. Dalam masyarakat yang menganut

paham demokrasi liberal, semua manusia dipandang sebagai ciptaan yang

sama. Meskipun pandangan ini menurut Kirk sudah tidak populer lagi, tetap

masih memiliki arti penting untuk pendidikan dalam suatu masyarakat

demokratis. Meskipun pandangan tersebut telah digunakan oleh para pendiri

negara Amerika Serikat untuk menandai adanya kesamaan manusia,

pandangan tersebut telah diinterpretasikan sebagai kesamaan untuk

memperoleh kesempatan pendidikan. Dengan demikian, setiap anak apakah

anak tergolong normal atau luar biasa, berhak memperoleh bantuan dalam

pendidikan untuk mengaktualisasikan potensi-potensi kemanusiaannya.

implikasi dari pandangan itu pula, sekolah-sekolah telah dimodifikasi

dengan menyediakan program-program bagi anak luar biasa di sekolah-

sekolah reguler. Di sekolah-sekolah reguler pada saat ini telah disusun

bukan hanya untuk kepentingan anak-anak normal tetapi juga untuk anank-

anak luar biasa.

Di negara yang menganut filsafat pancasila pendidikan

diorganisasikan untuk mencapai tujuan akhir mencapai eksistensi manusia,

yaitu manusia pancasilais sejati. Tujuan tersebut selaras dengan dasar

negara Republik Indonesia, yaitu (1) ketuhanan yang maha esa, (2)

kemanusiaan yang adil dan beradab, (3) persatuan indonesia, (4) kerakyatan

yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan

/perwakilan, dan (5) keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia.

b. Landasan Yuridis Formal

Seperti yang dikemukakan dalam UUD 1945, bahwa salah satu dari

tujuan pembentukan negara indonesia adalah untuk mencerdaskan

kehidupan bangsa. Salah satu usaha untuk mencerdaskan kehidupan bangsa

adalah melalui pendidikan. Dalam UUD 1945 Bab XIII Pasal 31 Ayat (1)

dinyatakan bahawa ”Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran”

dan pada ayat (2) dinyatakan bahwa “pemerintah mengusahakan dan

menyelenggrakan satu sistem pengajaran nasional, yang diatur dengan

undang-undang”. Berdasakan UUD 1945 tersebut maka pada hakikatnya

tidak terdapat perbedaan hak untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran

Page 10: BK Anak Luar Biasa

antara warga negara yang normal dengan warga negara yang tergolong luar

biasa, termasuk yang tergolong cacat.

Bertolak dari UUD 1945 Bab XIII Pasal 31 Ayat (2) maka

disusunlah UU nomor 2 Tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional

atau yang sering disingkat dengan USPN Pasal 8 Ayat (1) dinyatakan bahwa

“ warga negara yang memiliki kelainan fisik dan/atau mental berhak

memperoleh pendidikan luar biasa”. Pada ayat (2) disebutkan bahwa “

warga negara yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa berhak

memperoleh perhatian khusus”. Berdasarkan USPN Pasal 8 tersebut maka

turunlah Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1990 yang dalam salah satu

pasalnya , yaitu pasal 4 , menyebutkan bahwa “ bentuk satuan pedidikan

dasar bagi anak berkelainan adalah SDLB (Sekolah Dasar Luar Biasa) dan

SLTPLB (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Luar Biasa). Dalam peraturan

pemerintah Nomor 29 Tahun 1990 pasal 4 disebutkan bahwa bentuk satuan

pendidikan bagi anak berkelainan adalah SMLB (Sekolah Menengah Luar

Biasa).

Berdasarkan USPN pasal 8 Ayat (1) maka turunlah peraturan

pemerintah Nomor 72 tahun 1991 tentang pendidikan luar biasa. Dalam PP

Nomor 72 Tahun 1991 Bab 1 Pasal 1 Ayat (1) dinyatakan bahwa

“pendidikan luar biasa adalah pendidikan yang khusus diselenggarakan bagi

peserta didik yang menyandang kelainan fisik dan/ atau mental.” Adapun

yang dimaksud dengan peserta didik yang menyandang kelainan fisik

dan/atau mental dijelaskan pada Bab III pasal 3 dari ayat 1 hingga ayat 5

yang secara lengkap berbunyi sebagai berikut:

1. Jenis kelamin peserta didik terdiri atas kelainan fisik dan/atau mental

atau prilaku.

2. Kelainan fisik meliputi Tunanetra, tunarungu, dan tunadaksa.

3. Kelainan mental meliputi tunagrahita ringan dan tunagrahita sedang.

4. Kelainan prilaku meliputi tunalaras.

5. Kelainan perserta didika dapat juga berwujud sebagai kelainan ganda.

Adapun tujuan pendidikan luar biasa tertera pada Bab II Pasal 2

yang menyatakan sebagai berikut: “ pendidikan luar biasa bertujuan

membantu peserta didik yang menyandang kelainan fisik dan/atau mental

agar mampu mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai

Page 11: BK Anak Luar Biasa

pribadi maupun anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal-

balik dengan lingkungan sosial, budaya, dan alam sekitar serta dapat

mengembangkan kemampuan dalam dunia kerja, mengikuti pendidikan

lanjutan.”

Mengenai bentuk satuan dan lama pendidikan bagi peserta didika

berkelainan tertera pada BAB IV Pasal 4, 5, 6. Pada Pasal 4 dan Pasal 5

dinyatakan bahwa bentuk satuan pendidikan luar biasa dan lama pendidikan

adalah sebagai berikut :

1. Sekolah dasar luar biasa (SDLB) sekurang-kurangnya selama enam tahun.

2. Sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTPLB) sekurang-kurangnya selama tiga

tahun.

3. Sekoalh menengah luar biasa (SMLB) sekurang-kurangnya selama tiga tahun.

Disamping tiga bentuk satuan pendidikan yang dikemukakan diatas

pada pasal 4 juga disebutkan adanya bentuk lain yang ditetapkan oleh

mentri. Pada Pasal 6 dikemukakan bahwa “Pada pendidikan prasekolah,

satuan pendidikan luar biasa dapat diselenggarakan dalam Taman Kanak-

Kanak Luar Biasa (TKLB) yang lama pendidikannya satu sampai tiga tahun.

c. Landasan Religi

semua agama tampaknya sangat menekankan pentingnya pendidikan,

termasuk didalamnya pentingnya pendidikan bagi anak luar biasa. Di

indonesia cukup banyak lembaga-lembaga pendidikan bagi anak luar biasa

yang diselenggarakan atas dasar agama. Tiap-tiap lembaga pendidikan luar

biasa meskipun didirikan atas landasan religi atau agama yang berbeda,

tujuannya adalah sama yaitu berusaha mengaktualisasikan semua potensi

kemanusiaan yang ada pada peserta didik hingga taraf yang optimal secara

terintegrasi.

d. landasan Empirik

sebagai suatu disiplin ilmua yang otonom, ortopedagogik melakukan

penelitian-penelitian empirik, yang hasilnya digunakan sebagai landasan

tindakan-tindakan ortopedagogis. Meskipun demikian banyak hasil

penelitian empirik dari disiplin ilmu lain yang dapat digunakan sebagai

landasan tindakan ortopedagogik. Hasil-hasil penelitian tersebut umumnya

berasal dari ilmu kedokteran, psikologi, sosiologi, dan biologi atau yang

Page 12: BK Anak Luar Biasa

biasa disebut ilmu-ilmu penunjang ortopedagogik. Pemakaian hasil-hasil

penelitian empirik semacam itu tidak mengurangi otonomi suatu disiplin

ilmu karena masing-masing memiliki asumsi dan obyek telaah yang

berbeda-beda. Hasil penelitian biologi tentang struktur otak anak berbakat

misalnya, dapat digunakan dalam tindakan ortopedagogis tentang

bagaimana memberikan pelayanan pendidikan bagi anak luar biasa jenis

autisme tersebut. Dengan demikian hasil-hasil penelitian empirik, baik yang

dilakukan oleh ilmuan ortopedagogik maupun ilmuan dari disiplin-disiplin

ilmu lain yang menunjang ortopedagogik, dapat digunakan sebagai landasan

tindakann ortopedagogis.

3. Klasifikasi Anak Luar Biasa

Tujuan dilakukannya klasifikasi anak luar biasa bukan untuk memisahkan

mereka dari anak normal tetapi hanya untuk keperluan pembelajaran. Pendidikan bagi

anak luar biasa tidak selalu harus memisahkan anak luar biasa dari pergaulan mereka

dengan anak-anak normal. Pendidkan yang memisahkan anak luar biasa dari

pergaulannya dengan anak-anak normal hendaknya sedapat mungkin dihindari dan

hanya dilakukan jika keadaan sangat memaksa. Klasifikasi anak luar biasa hendaknya

juga memperhatikan kemungkinan terjadinya pemberian cap atau label yang negatif

terhadap anak luar biasa, terutama yang tergolong penyandang ketunaan. Pemberian

label yang negatif terhadap anak luar biasa dapat berakibat negatif pula bagi

perkembangan kepribadian anak luar biasa yang bersangkutan. Bagaimanapun kondisi

anak luar biasa, terutama yang tergolong cacat, hendaknya tetap dipandang sebagai

anak yang memerlukan pendidikan untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan

perkembangan semua potensi kemanusiaannya. Klasifikasi anak luar biasa akan

bermanfaat bagi anak luar biasa jika disadari bahwa klasifikasi tersebut semata-mata

hanya untuk kegiatan pembelajaran bukan untuk keperluan pendidikan.

Untuk keperluan pembelajaran Kirk dan Gallagher (1979) mengklasifikasikan

anak luar biasa ke dalam lima kelompok yaitu :

1. Kelainan mental : anak yang memiliki kapasitas intelektual luar biasa tinggi dan

anak yang lamban dalam belajar.

2. Kelainan sensoris : anak dengan kerusakan pendengaran; dan anak dengan

kerusakan penglihatan.

Page 13: BK Anak Luar Biasa

3. Ganguan komunikasi : anak kesulitan belajar; dan anak gangguan dalam

berbicara dan bahasa.

4. Ganguan prilaku : anak gangguan emosional; dan anak ketidaksesuaian prilaku

sosial atau tunalaras.

5. Tunaganda atau cacat berat , meliputi macam-macam kombinasi kecacatan :

tunanetra dengan tunagrahita, dll

Klasifikasi lain untuk keperluan pembelajaran dikemukakan oleh Dembo (1981)

yaitu:

1. Tunagrahita (mental reterdation)

2. Berkesulitan belajar (learning disabilities)

3. Gangguan prilaku dan gangguan emosi (behavior disorders)

4. Gangguan bicara dan bahasa (speech and leangue disorders)

5. Kerusakan pendengaran (hearing impairments)

6. Kerusakan penglihatan (visual impairments)

7. Kerusakan fisik dan gangguan kesehatan (physical and other health

impairments)

8. Cacat berat atau cacat ganda (severe and multiple handicaps)

9. Berkecerdasan luar biasa tinggi atau berbakat (gifted and talented)

Berbeda dari klasifikasi anak luar biasa yang dikemukakan oleh Kirk dan

Gallagher maupun Dembo, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72

Tahun 1991 tentang Pendidikan Luar Biasa mengemukakan klasifikasi sebagai

berikut:

1. Kelainan Fisik

a) Tunanetra

b) Tunarungu

c) Tunadaksa

2. Kelainan Mental

a) Tunagrahita ringan

b) Tunagrahita sedang

3. Kelainan prilaku meliputi tunalaras

4. Kelainan ganda

Page 14: BK Anak Luar Biasa

4. Sejarah perkembangan pendidikan anak luar biasa

Para ahli sejarah pendidikan biasanya menggambarkan mulainya pendidikan

luar biasa pada akhir abad kedelapan belas atau awal abad kesembilan belas.Di

Indonesia sejarah perkembangan luar biasa dimulai ketika belanda masuk keindonesia,

(1596-1942) mereka memperkenalkan system persekolahan dengan orientasi

barat.Untuk pendidikan bagi anak-anak penyandang cacat di buka lembaga –lembaga

khusus.lembaga pertama untuk pendidikan anak tuna netra grahita tahun1927 dan

untuk tuna runggu tahun 1930.ketiganya terletak dikota bandung.

Tujuh tahun setelah proklamasi kemerdekaan, pemerintah RI mengundang-

undangkan yang pertama mengenai pendidikan .Mengenai anak-anak yang

mempunyai kelainan fisik atau mental ,undang-undang itu menyebutkan pendidikan

dan pengajaran luar biasa diberikan dengan khusus untuk mereka yang membutuhkan

(pasl 6 ayat 2) dan untuk itu anak-anak tersebut pasal 8 yang mengatakan:semua anak-

anak yang sudah berumur 6 tahun berhak dan sudah berumur 8 tahun di wajibkan

belajar di sekolah sedikitnya 6 tahun.dengan di berlakukannya undang-undang

tersebut   maka sekolah-sekolah baru yang  khusus bagi anak-anak penyandang

cacat.termasuk untuk anak tuna daksa dan tuna laras ,sekolah ini disebut sekolah luar

biasa(SLB).

Sebagian berdasarkan urutan sejarah berdirinya SLB pertama untuk masing-

masing kategori kecacatan SLB itu di kelompokkan menjadi :

(1) SLB bagian A untuk anak tuna netra

(2) SLB bagian B untuk anak tuna rungu

(3) SLB bagian C untuk anak tuna Grahita

(4) SLB bagian D untuk anak tuna daksa

(5) SLB bagian E untuk anak tuna laras

(6) dan SLB bagian F untuk anak cacat ganda

Konsep pendidikan terpadu di perkenalkan di Indonesia pada tahun 1978 yang

bertujuan khusus untuk anak tuna netra.

Page 15: BK Anak Luar Biasa

5. LRE (LEAST RESTRICTIVE ENVIRONMENT)

Least Restrictive Environment (LRE), adalah salah satu bentuk layanan

pendidikan bagi anak luar biasa yang dimaksudkan agar sedapat mungkin tidak

dipisahkan dengan lingkungan kelas, rumah, keluarga, dan masyarakat biasa/normal.

Lingkungan yang sedapat mungkin tak membatasi dalam memberikan pendikan kepada

setiap anak. Seorang siswa harus merefleksikan bahwa siswa itu dididik dalam

lingkungan yang sedapat mungkin tidak membatasi kebutuhan-kebutuhannya. Kemudian

pendekatan yang direkomendasikan untuk mencapainya beralih dari mainstreaming

(pengarusutamaan, memasukkan anak-anak dengan kebutuhan-kebutuhan khusus di

beberapa kelas pendidikan regular), ke integrasi (memasukkan anak-anak dengan

kebutuhan-kebutuhan khusus ke dalam struktur-struktur kelas yang sudah ada, yang

cocok untuk mereka), lalu ke inklusi (merestrukturasikan setting pendidikan untuk

membangun perasaanikut memiliki pada semua anak).

Dalam Individual With Disability Edducation Act (IDEA) anak yang mempunyai

ketidakmampuan harus dididik dalam lingkungan dengan restriksi minimal (Least

Restrictive Environment). Lingkungan ini adalah lingkungan dengan seting semirip

mungkin dengan seting tempat mendidik anak yang tidak menderita ketidakmampuan.

Sebuah studi menemukan bahwa prestasi akademik dari anak yang mengalami gangguan

belajar akan mendapatkan manfaat dari sekolah inklusi. Akan tetapi beberapa ahli

percaya program yang terpisah dapat lebih efektif dan tepat bagi anak penderita

gangguan belajar (Martin & terman 1996 dalam Santrock, 2010)

Page 16: BK Anak Luar Biasa

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Dari uraian diatas dapat disimpulkan beberapa hal yang diantaranya adalah:

Anak berkebutuhan khusus (Heward) adalah anak dengan karakteristik khusus

yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada

ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam ABK antara lain:

tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan

prilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan.

Konsep dasar yang bisa dikategorikan sebagai anak luar biasa yaitu :

Anak yang membutuhkan pendidikan dan layanan khusus untuk

mengoptimalkan potensi kemanusiannya secara utuh akibat adanya perbedaan

kondisi dengan kebanyakan anak lainnya

Perbedaannya meliputi: ciri-ciri mental, kemampuan sensorik, fisik dan

neuromuskular, perilaku sosial dan emosional, kemampuan berkomunikasi,

ataupun kombinasi 2 atau lebih dari berbagai hal tersebut 

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 1991 tentang

Pendidikan Luar Biasa mengemukakan klasifikasi sebagai berikut:

5. Kelainan Fisik

d) Tunanetra

e) Tunarungu

f) Tunadaksa

6. Kelainan Mental

c) Tunagrahita ringan

d) Tunagrahita sedang

7. Kelainan prilaku meliputi tunalaras

8. Kelainan ganda

Urutan sejarah berdirinya SLB pertama untuk masing-masing kategori

kecacatan SLB itu di kelompokkan menjadi :

(1) SLB bagian A untuk anak tuna netra

Page 17: BK Anak Luar Biasa

(2) SLB bagian B untuk anak tuna rungu

(3) SLB bagian C untuk anak tuna Grahita

(4) SLB bagian D untuk anak tuna daksa

(5) SLB bagian E untuk anak tuna laras

(6) dan SLB bagian F untuk anak cacat ganda

Least Restrictive Environment (LRE), adalah salah satu bentuk layanan

pendidikan bagi anak luar biasa yang dimaksudkan agar sedapat mungkin tidak

dipisahkan dengan lingkungan kelas, rumah, keluarga, dan masyarakat

biasa/normal. Lingkungan yang sedapat mungkin tak membatasi dalam

memberikan pendikan kepada setiap anak.

3.2 SARAN

Mengingat sebegitu beragamnya kepribadian yang ada pada manusia yang

kemungkinan pasti akan dihadapi oleh konselor, maka setiap konselor di sekolah

ataupun di lembaga – lembaga lain hendaknya mampu memahami hal tersebut

dengan baik dan dapat menghargai perbedaan – perbedaan sifat dan permasalan

yang konseli alami agar pelayanan bimbingan dan konseling itu dapat berjalan

dengan baik.

Page 18: BK Anak Luar Biasa

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrachman, muljono & Sudjadi S.. (1994). “Pendidikan Luar Biasa Umum”.Jakarta:

Departemen Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Indonesia.

(http://id.wikipedia.org/wiki/Anak_berkebutuhan_khusus)

(http://smanj.sch.id/index.php/arsip-tulisan-bebas/40-artikel/115-pendidikan-inklusi-

pendidikan-terhadap-anak-berkebutuhan-khusus)

(http://08-046haa.blogspot.com/2012/05/anak-luar-biasa-anak-berkebutuhan.html)

(http://fenti-yesi.blogspot.com/2011/03/sejarah-pendidikan-luar-biasa.html)

http://yulia-putri.blogspot.com/2010/04/pengertian-anak-berkebutuhan-khusus.html

http://zaifbio.wordpress.com/2010/01/14/pendidikan-anak-luar-biasa/

http://dalamkatakata.blogspot.com/2012/04/slb-sebagai-tembok-bagi-perkembangan.html