epidemiologi kejadian luar biasa (1)

21
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kejadian luar biasa (KLB) masih sering terjadi di Indonesia. KLB ini mempunyai makna sosial dan politik tersendiri oleh karena peristiwa yang demikian mendadak, melibatkan banyak orang dan dapat menimbulkan banyak kematian. Batasan KLB meliputi arti yang luas, yang dapat diuraikan meliputi semua kejadian penyakit, dapat suatu penyakit infeksi akut kronis ataupun penyakit non infeksi. Penyakit menular pada manusia merupakan masalah penting yang dapat terjadi setiap saat, terutama di negara berkembang khususnya Indonesia. Penyakit menular seperti demam berdarah dengue sudah merebak hampir di setiap daerah. Penyakit poliomielitis dan flu burung yang ditularkan melalui unggas dan dinyatakan sebagai kejadian luar biasa juga sempat merenggut jiwa. Tidak ada batasan mengenai penentuan jumlah penderita yang dapat dikatakan sebagai KLB. Hal ini selain karena jumlah kasus sangat tergantung dari jenis dan agen penyebabnya, juga karena keadaan penyakit akan bervariasi menurut tempat (tempat tinggal, pekerjaan) dan waktu (yang berhubungan dengan keadaan iklim) dan pengalaman keadaan penyakit tersebut sebelumnya dan tidak ada batasan yang spesifik mengenai luas daerah yang dapat dipakai untuk menentukan KLB, 1

Upload: yudith-anindya

Post on 28-Oct-2015

64 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Dasar Epidemiologi

TRANSCRIPT

Page 1: Epidemiologi Kejadian Luar Biasa (1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kejadian luar biasa (KLB) masih sering terjadi di Indonesia. KLB ini

mempunyai makna sosial dan politik tersendiri oleh karena peristiwa yang demikian

mendadak, melibatkan banyak orang dan dapat menimbulkan banyak kematian.

Batasan KLB meliputi arti yang luas, yang dapat diuraikan meliputi semua kejadian

penyakit, dapat suatu penyakit infeksi akut kronis ataupun penyakit non infeksi.

Penyakit menular pada manusia merupakan masalah penting yang dapat terjadi

setiap saat, terutama di negara berkembang khususnya Indonesia. Penyakit menular

seperti demam berdarah dengue sudah merebak hampir di setiap daerah. Penyakit

poliomielitis dan flu burung yang ditularkan melalui unggas dan dinyatakan sebagai

kejadian luar biasa juga sempat merenggut jiwa. Tidak ada batasan mengenai

penentuan jumlah penderita yang dapat dikatakan sebagai KLB. Hal ini selain karena

jumlah kasus sangat tergantung dari jenis dan agen penyebabnya, juga karena

keadaan penyakit akan bervariasi menurut tempat (tempat tinggal, pekerjaan) dan

waktu (yang berhubungan dengan keadaan iklim) dan pengalaman keadaan penyakit

tersebut sebelumnya dan tidak ada batasan yang spesifik mengenai luas daerah yang

dapat dipakai untuk menentukan KLB, apakah dusun desa, kecamatan, kabupaten

atau meluas satu propinsi dan Negara. Luasnya daerah sangat tergantung dari cara

penularan penyakit tersebut. Waktu yang digunakan untuk menentukan KLB juga

bervariasi. KLB dapat terjadi dalam beberapa jam, beberapa hari atau minggu atau

beberapa bulan maupun tahun.

1.3 Tujuan

1. Mengetahui definisi dan cara menentukan Kejadian Luar Biasa (KLB).

2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Kejadian Luar Biasa(KLB).

3. Mengetahui cara menanggulangi wabah dari Kejadian Luar Biasa(KLB).

4.Mengetahui tentang Screening atau uji tapis.

1

Page 2: Epidemiologi Kejadian Luar Biasa (1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kejadian Luar Biasa (KLB)

2.1.1 Pengertian

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No . 949/ MENKES/SK/VII/2004,

Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya

kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologi dalam kurun waktu dan

daerah tertentu.

Kejadian luar biasa adalah peningkatan kejadian kasus penyakit yang lebih

banyak daripada eksternal normal di suatu area atau kelompok tertentu, selama

suatu periode tertentu. Informasi tentang potensi KLB biasanya datang dari

sumber-sumber masyarakat, yaitu laporan pasien(kasus indeks), keluarga pasien,

kader kesehatan, atau warga masyarakat. Tetapi informasi tentang potensi KLB

bisa juga berasal dari petugas kesehatan, hasil analisis atau surveilans, laporan

kematian, laporan hasil pemeriksaan laboratorium, atau media lokal.

Suatu kejadian luar biasa ditentukan dengan cara membandingkan jumlah

kasus sekarang dengan rata-rata jumlah kasus dan variasinya di masa lalu (minggu,

bulan, kuartal, tahun). Besar deviasi yang berada dalam “ekspektasi normal”

bersifat arbitrer, tergantung dari tingkat keseriusan dampak yang diakibatkan bagi

kesehatan masyarakat di masa yang lalu. Sebagai persiapan kuantitatif, pembuat

kebijakan dapat menggunakan mean +3SD sebagai batas untuk menentukan

keadaan KLB. Batas mean +/- 3SD lazim digunakan dalam biostatistik untuk

menentukan observasi KLB (Duffy dan Jacobsen, 2001), jadi suatu kondisi yang

sesuai dengan definisi epidemi.

2.1.2  Kriteria kerja KLB

Dalam buku Umar, Surveilens Epidemiologi Penyakit Menular yang ditulis

oleh Prof. Dr. Umar, suatu kejadian penyakit atau keracunan dapat dikatakan KLB

apabila memenuhi kriteria sbb:

2

Page 3: Epidemiologi Kejadian Luar Biasa (1)

a. Timbulnya suatu penyakit/kesakitan yang sebelumnya tidak ada/tdk

diketahui.

b. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus menerus selama 3 kurun

waktu berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu, dst)

c. Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali atau lebih dibandingkan

periode sebelumnya (jam,hari,minggu,bulan,tahun).

d. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali

lipat atau lebih bila dibandingkan dgn angka rata2 per bulan dlm tahun

sebelumnya.

e. Angka rata-rata perbulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan 2 kali

lipat atau lebih dibandingkan dgn angka rata2 perbulan dalam tahun

sebelumnya.

f. Case fatality rate dari suatu penyakit dalam kurun waktu tertentu

menunjukkan 50% atau lebih dibandingkan CFR dari periode

sebelumnya.

g. Proporsional rate (PR) penderita baru dari periode tertentu menunjukkan

kenaikan 2 kali lipat atau lebih dibandingkan periode yg sama dlm kurun

waktu/tahun sebelumnya.

h. Beberapa penyakit khusus :kholera,DHF/DSS, SARS, avian flu, tetanus

neonatorum.

i. Setiap peningkatan kasus dari periode sebelumnya (pada daerah endemis)

j. Terdapat satu atau lebih penderita baru dimana pada periode 4minggu

sebelumnya daerah tersebut dinyatakan bebas dari penyakit yang

bersangkutan.

k.  Beberapa penyakit yg dialami 1 (satu) atau lebih penderita : keracunan

makanan dan keracunan pestisida.

l. Dalam menentukan apakah ada wabah, perlu diperhatikan hal-hal sebagai

berikut :

Dengan membandingkan jumlah yang ada saat itu dengan jumlah

beberapa minggu atau bulan sebelumnya.

m. Menentukan apakah jumlah kasus yang ada sudah melampaui jumlah

yang diharapkan.

n. Sumber informasi bervariasi :

Catatan hasil surveilans

3

Page 4: Epidemiologi Kejadian Luar Biasa (1)

Catatan keluar rumah sakit statistik kematian,register,dll.

Bila data local tidak ada dapat digunakan rate dari wilayah di

dekatnya atau data nasional

Boleh juga dilaksanakan survey di masyarakat menentukan kondisi

penyakit yang biasanya ada.

o. Pseudo-epidemik :

Perubahan cara pencatatan dan pelaporan penderita

Adanya cara diagnosis baru

Bertambahnya kesadaran penduduk untuk berobat

Adanya penyakit lain dengan gejala yang serupa

Bertambahnya jumlah penduduk yang rentan

2.1.3 Penyakit Tertentu Yang Menimbulkan KLB

Berdasarkan Permenkes RI No.560/Menkes/Per/VIII/1989 Bab II pasal 2 penyakit

tertentu yg menimbulkan KLB :

a. Kholera

b. Pertusis

c. Pes

d. Rabies

e. Demam

f. Malaria

g. Influenza

h. Tifus

i. Hepatitis

j. DBD

k. Tifus

l. Campak

m. Meningitis

n. Polio

p. Ensefalitis

q. Difteri

r. Antraks

2.1.4 Prosedur Penanggulangan KLB

1.   Masa pra KLB

Informasi kemungkinan akan terjadinya KLB / wabah adalah dengan

melaksanakan Sistem Kewaspadaan Dini secara cermat, selain itu melakukakukan

langkah-langkh lainnya : 

Meningkatkan kewaspadaan dini di puskesmas baik SKD, tenaga dan logistik. 

Membentuk dan melatih TIM Gerak Cepat puskesmas.

Mengintensifkan penyuluhan kesehatan pada masyarakat 

Memperbaiki kerja laboratorium

Meningkatkan kerjasama dengan instansi lain

4

Page 5: Epidemiologi Kejadian Luar Biasa (1)

Tim Gerak Cepat (TGC) :

Sekelompok tenaga kesehatan yang bertugas menyelesaikan pengamatan dan

penanggulangan wabah di lapangan sesuai dengan data penderita puskesmas atau

data penyelidikan epideomologis. Tugas /kegiatan :

Pengamatan : 

Pencarian penderita lain yang tidak datang berobat.

Pengambilan usap dubur terhadap orang yang dicurigai terutama anggota

keluarga

Pengambilan contoh air sumur, sungai, air pabrik dll yang diduga tercemari

dan sebagai sumber penularan.

Pelacakan kasus untuk mencari asal usul penularan dan mengantisipasi

penyebarannya

Pencegahan dehidrasi dengan pemberian oralit bagi setiap penderita yang

ditemukan di lapangan.

Penyuluhahn baik perorang maupun keluarga

Membuat laporan tentang kejadian wabah dan cara penanggulangan secara

lengkap.

2.    Pembentukan Pusat Rehidrasi

Untuk menampung penderita diare yang memerlukan perawatan dan pengobatan.

Tugas pusat rehidrasi :

Merawat dan memberikan pengobatan penderita diare yang berkunjung.

Melakukan pencatatan nama , umur, alamat lengkap, masa inkubasi, gejala

diagnosa dsb.

Memberikan data penderita ke Petugas TGC

Mengatur logistik

Mengambil usap dubur penderita sebelum diterapi.

Penyuluhan bagi penderita dan keluarga 

Menjaga pusat rehidrasi tidak menjadi sumber penularan (lisolisasi).

Membuat laporan harian, mingguan penderita diare yang dirawat.(yang

diinfus, tdk diinfus, rawat jalan, obat yang digunakan dsb.

5

Page 6: Epidemiologi Kejadian Luar Biasa (1)

2.1.5  Faktor Yang Mempengaruhi Timbulnya KLB

1.    Herd Immunity yang rendah

Yang mempengaruhi rendahnya faktor itu, sebagian masyarakat sudah tidak

kebal lagi, atau antara yang kebal dan tidak mengelompok tersendiri.

2.    Patogenesitas

Kemampuan bibit penyakit untuk menimbulkan reaksi pada pejamu sehingga

timbul sakit.

3.    Lingkungan Yang Buruk

Seluruh kondisi yang terdapat di sekitar organisme tetapi mempengaruhi

kehidupan ataupun perkembangan organisme tersebut.

2.1.6 Yang Seharusnya Dilakukan Agar KLB Dapat Dicegah

Upaya penanggulangan wabah meliputi:

a. Penyelidikan epidemiologis;

Mengetahui sebab-sebab penyakit wabah

Menentukan faktor penyebab timbulnya wabah

Mengetahui kelompok masyarakat yang terancam terkena wabah

Menentukan cara penanggulangan wabah

Kegiatan :

Mengumpulkan data morbiditas dan mortalitas penduduk

Pemeriksaan klinis, fisik, laboratorium dan penegakan diagnosis

Pengamatan terhadap penduduk, pemeriksaan, terhadap makhluk

hidup dan benda-benda yang ada di suatu wilayah yang diduga

mengandung penyebab penyakit wabah

b. Pemeriksaan, pengobatan, perawatan, dan isolasi penderita, termasuk

tindakan karantina, tujuannya adalah :

Memberikan pertolongan medis kepada penderita agar sembuh dan

mencegah agar mereka tidak menjadi sumber penularan

6

Page 7: Epidemiologi Kejadian Luar Biasa (1)

Menemukan dan mengobati orang yang tampaknya sehat, tetapi

mengandung penyebab penyakit sehingga secara potensial dapat

menularkan penyakit (carrier)

c. Pencegahan dan pengebalan; tindakan-tindakan yang dilakukan untuk

memberi perlindungan kepada orang-orang yang belum sakit, tetapi

mempunyai resiko terkena penyakit.

d. Pemusnahan penyebab penyakit, terutama emusnahan terhadap bibit

penyakit/kuman dan hewan tumbuh-tumbuhan atau benda yang

mengandung bibit penyakit.

e. Penanganan jenazah akibat wabah; penanganan jenazah yang kematiannya

disebabkan oleh penyakit yang menimbulkan wabah atau jenazah yang

merupakan sumber penyakit yang dapat menimbulkan wabah harus

dilakukan secara khusus menurut jenis penyakitnya tanpa meninggalkan

norma agama serta harkatnya sebagai manusia. penanganan secara khusus

itu meliputi Pemeriksaan jenazah oleh petugas kesehatan dan perlakuan

terhadap jenazah serta sterelisisasi bahan-bahan dan alat yang digunakan

dalam penanganan jenazah diawasi oleh pejabat kesehatan.

f. Penyuluhan kepada masyarakat;

Penyuluhan kepada masyarakat, yaitu kegiatan komunikasi yang bersifat

poersuasif edukatif tentang penyakit yang dapat menimbulkan wabah agar

mereka mengertisifat-sifat penyakit, sehingga dapat melindungi diri dari

penyakit tersebut dan apabila terkena, tidak menularkannya kepada orang

lain. Penyuluhan juga dilakukan agar masyarakat dapat berperanserta aktif

dalam menanggulangi wabah.

g. Upaya penanggulangan lainya adalah tindakan-tindakan khusus masing-

masing penyakit yang dilakukan dalam rangka penanggulangan wabah.

2.2 SCREENING

2.2.1 Pengertian

Screening adalah proses yang dimaksud untuk mengidentifikasi penyakit-

penyakit yang tidak diketahui/tidak terdeteksi dengan menggunakan berbagai

test/uji yang dapat diterapkan secara tepat dalam sebuah skala yang benar.

7

Page 8: Epidemiologi Kejadian Luar Biasa (1)

Screening atau penyaringan kasus (Uji Tapis) adalah cara untuk mengidentifikasi

penyakit yang belum tampak melalui suatu tes atau pemeriksaan atau prosedur

lain yang dapat dengan cepat memisahkan antara orang yang mungkin

menderita penyakit dengan orang yang mungkin tidak menderita.

Uji tapis bukan untuk mendiagnosis tapi untuk menentukan apakah yang

bersangkutan memang sakit atau tidak kemudian bagi yang  didiagnosisnya

positif dilakukan pengobatan intensif agar tidak menular

Screening pada umumnya bukan merupakan uji diagnostik dan oleh karenanya

memerlukan penelitian (follow-up) yang cepat dan pengobatan yang tepat

pula.

2.2.2 Tujuan Screening

1. Deteksi dini penyakit tanpa gejala atau dengan gejala tidak khas terhadap

orang- orang yang tampak sehat, tetapi mungkin menderita penyakit, yaitu

orang yang mempunyai resiko tinggi terkena penyakit (Population at risk).

2. Dengan ditemukan penderita tanpa gejala dapat dilakukan pengobatan secara

tuntas sehingga tidak membahayakan dirinya atau lingkungan dan tidak

menjadi sumber penularan penyakit.

3. Untuk mendidik dan memberikan gambaran kepada petugas kesehatan tentang

sifat penyakit dan untuk selalu waspada melakukan pengamatan terhadap

gejala dini.

4. Untuk mendapatkan keterangan epidemiologis yang berguna bagi klinis dan

peneliti.

2.2.3 Sasaran

Sasaran penyaringan adalah penyakit kronis seperti :

Infeksi Bakteri (Lepra, TBC dll.)

Infeksi Virus (Hepatitis)

Penyakit Non-Infeksi : (Hipertensi, Diabetes Mellitus, Jantung Koroner, Ca

Serviks, Ca Prostat, Glaukoma)

8

Page 9: Epidemiologi Kejadian Luar Biasa (1)

HIV-AIDS

2.2.4 Proses Penyaringan

Proses pelaksanaan sceening adalah :

1. Tahap 1 : melalukan pemeriksaan terhadap kelompok penduduk yang

dianggap mempunyai resiko tinggi menderita penyakit.

 Apabila hasil negatif, dianggap orang tersebut tidak menderita

penyakit.

Apabila hasil positif dilakukan pemeriksaan tahap 2

  2. Tahap 2 : pemeriksaan diagnostik

Hasilnya positif maka dianggap sakit dan mendapat pengobatan.

Hasilnya negatif maka dianggap tidak sakit (dilakukan pemeriksaan

ulang secara periodik).

2.2.5 Prinsip Pelaksanaan

Pemeriksaan tersebut harus dapat dilakukan:

1. Dengan cepat dapat memilah sasaran untuk pemeriksaan lebih lanjut

2. Tidak mahal

3. Mudah dilakukan oleh petugas kesehatan

4. Tidak membahayakan yang diperiksa maupun yang memeriksa.

2.2.6 Macam Screening

a. Penyaringan Massal (Mass Screening)

b. Penyaringan  Multiple

c. Penyaringan yang Ditargetkan

d. Penyaringan Oportunistik

9

Page 10: Epidemiologi Kejadian Luar Biasa (1)

2.2.7 Kriteria Pelaksanaan Screening

1. Sifat Penyakit

    * Serius

    * Prevalensi tinggi pada tahap praklinik

    * Priode yang panjang diantara tanda-tanda pertama sampai timbulnya

penyakit

2. Uji Diagnostik

    * Sensitif dan Spesifik

    * Sederhana dan murah

    * Aman dan dapat diterima

    * Reliable

    * Fasilitas adekwat

3. Diagnosis dan Pengobatan

    * Efektif dan dapat diterima

    * Pengobatan yang aman telah tersedia.

Agar hasil pengukuran dari  penyaringan /Screening  itu valid, maka harus

diukur dengan menggunakan sensitivitas & spesifitas.

SENSITIVITAS

Sensitivitas (sensitivity) : kemampuan suatu tes untuk mengidentifikasi individu

dengan tepat, dengan hasil tes positif dan benar sakit.

Sensitivitas = +c

SPESIFISITAS

Spesifisitas (specificity) : kemampuan suatu tes untuk mengidentifikasi individu

dengan tepat, dengan hasil negatif dan benar tidak sakit.

Spesivisitas = +d

POSITIVE   PREDICTIVE   VALUE (PPV)

Persentase pasien yang menderita sakit dengan hasil test Positive.

PPV = +b

NEGATIVE   PREDICTIVE   VALUE   (NPV)

10

Page 11: Epidemiologi Kejadian Luar Biasa (1)

Persentase pasien yang tidak menderita sakit dengan hasil test negative.

NPV = +d

2.2.8  Kiteria Evaluasi

A. Validitas : merupakan tes awal baik untuk memberikan indikasi individu

mana yang benar sakit dan mana yang tidak sakit. Doa komponen validitas

adalah sensitivitas dan spesifitas

B. Reliabilitas : adalah bila tes yang dilakukan berulang-ulang menunjukkan

hasil yang konsisten

C. Yiel : merupakan jumlah penyakit yang terdiagnosis dan diobati sebagai hasil

dari uji tapis.

Beberapa Pertimbangan Pelaksanaan Uji Tapis:

Kondisi penyakit yang akan diskrining harus merupakan masalah kesehatan

masyarakat yang sangat penting

Harus ada cara pengobatan/ pengawasan untuk penderita yang ditemukan

dalam penyaringan

Fasilitas untuk diagnostik dan pengobatan tersedia

Harus dikenal stadium simtomatik dini & masa laten

Harus ada cara pemeriksaan (test) yang cocok

Pemeriksan yang dilakukan harus tidak berbahaya dan dapat diterima

masyarakat

Pemeriksaan skrining memenuhi syarat untuk tingkat sensitivitas dan

spesivitas

Sifat perjalanan penyakit diketahui dengan pasti  

Ada standar yang disepakati tentang mereka yang menderita penyakit

Biaya yang digunakan seimbang dengan resiko biaya bila tanpa Screening

Penemuan kasus harus merupakan program berlanjut 

11

Page 12: Epidemiologi Kejadian Luar Biasa (1)

Alat yang digunakan, waktu, aplikable, dapat dipertanggung jawabkan serta

penderita mendapat pengobatan dengan alat untuk diagnosis yang tepat.

2.2.9 Cara Test Screening

Sebelum melakukan skrining terlebih deahulu harus ditentukan penyakit atau

kondisi medis apa yang akan dicari pada skrining.

Contoh uji Skrining:

 Pap smear

Pap smear dilakukan di ruang dokter dan hanya beberapa menit. Pertama anda

berbaring di atas meja periksa dengan lutut ditekuk. Tumit anda akan diletakkan

pada alat stirrups. Secara perlahan dokter akan memasukkan alat spekulum ke

dalam vagina anda. Lalu dokter akan mengambil sampel sel serviks anda dan

membuat apusan (smear) pada slide kaca untuk pemeriksaan mikroskopis.

Dokter akan mengirim slide ke laboratorium, dimana seorang cytotechnologist

(orang yang terlatih untuk mendeteksi sel abnormal) akan memeriksanya. Teknisi

ini bekerja dengan bantuan patologis (dokter yang ahli dalam bidang abnormalitas

sel). Patologis bertanggung jawab untuk diagnosis akhir.

Pendekatan terbaru dengan menggunakan cairan untuk mentransfer sampel sel ke

laboratorium. Dokter akan mengambil sel dengan cara yang sama, namun dokter

akan mencuci alat dengan cairan khusus, yang dapat menyimpan sel untuk

pemeriksaan nantinya. Ketika sampel sampai ke laboratorium, teknisi menyiapkan

slide mikroskopik yang lebih bersih dan mudah diinterpretasikan dibanding slide

yang disiapkan dengan metode tradisional.Umumnya dokter akan melakukan Pap

smear selama pemeriksaan panggul (prosedur sederhana untuk memeriksa genital

eksternal, uterus, ovarium, organ reproduksi lain dan rektum). Walaupun

pemeriksaan panggul dapat mengetahui masalah reproduksi, hanya Pap smear yang

dapat mendeteksi kanker serviks atau prakanker sejak dini.

12

Page 13: Epidemiologi Kejadian Luar Biasa (1)

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No . 949/ MENKES/SK/VII/2004, Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologi dalam kurun waktu dan daerah tertentu. Suatu kejadian luar biasa ditentukan dengan cara membandingkan jumlah kasus sekarang dengan rata-rata jumlah kasus dan variasinya di masa lalu (minggu, bulan, kuartal, tahun).

2. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi Kejadian Luar Biasa (KLB) yaitu   Herd Immunity yang rendah, patogenesitas, dan lingkungan yang buruk.

3. Upaya penanggulangan wabah Kejadian Luar Biasa (KLB) dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu melalukuan penyelidikan epidemiologis; melakukan pemeriksaan, pengobatan, perawatan, dan isolasi penderita, termasuk tindakan karantina, melakukan pencegahan dan pengebalan; melakukan pemusnahan penyebab penyakit, melakukan penanganan jenazah akibat wabah; serta mengadakan penyuluhan kepada masyarakat.

4. Sreening atau uji tapis merupakan tindak lanjut Kejadian Luar Biasa dan juga bisa merupakan pencegahan Kejadian Luar Biasa. Screening adalah proses untuk mengidentifikasi penyakit-penyakit yang tidak diketahui/tidak terdeteksi dengan menggunakan berbagai test/uji yang dapat diterapkan secara tepat dalam sebuah skala yang benar.

3.2 Saran

1. .Untuk pencegahan akan adanya KLB, hendaknya melaksanakan Sistem

Kewaspadaan Dini secara cermat serta membentuk dan mengadakan pelatihan

TIM Gerak Cepat puskesmas. Melakukan pengebalan dan pemusnahan penyebab

penyakit juga perlu dilakukan demi mendukung upaya pencegahan KLB.

2. Pelaksanaan Screening di Indonesia hendaknya lebih di utamakan untuk

mendapatkan mereka yang menderita sedini mungkin sehingga dapat dengan

segera memperoleh pengobatan dan mencegah meluasnya penyakit dalam

masyarakat.

13

Page 14: Epidemiologi Kejadian Luar Biasa (1)

DAFTAR PUSTAKA

Rafless.2011.Makalah Penemuan Penyakit Secara Screening. [Online Tersedia]

[09/05/2012] [15:16] http://bahankuliahkesehatan.blogspot.com/2-

011/04/makalah-penemuan-penyakit-secara.html

Manusia.2011.Konsep Dasar Screening.[Online Tersedia][09/05/2012][15:17]

http://ik-hwan554.blogspot.com/2010/03/konsep-dasar- Screening .html

Agung,trisno.2011.Invesitigasi Wabah.[Online Tersedia][09/05/2012][15:19]

http://ww-w.kmpk.ugm.ac.id/images/Semester_1/Epidemiologi/Investigasi

_Wabah.pdf

Permenkes 560/MENKES/PER/VIII/1989 tentang Penyakit Potensial Wabah.

Prof Dr. Umar, Surveilens Epidemiologi Penyakit Menular, Jakarta Pers, 2000

Bustan,M.N.2006.Pengantar Epidemiologi.Jakarta: Rineka Cipta.

14