bindo menyunting fix
DESCRIPTION
menyuntingTRANSCRIPT
7/21/2019 Bindo Menyunting Fix
http://slidepdf.com/reader/full/bindo-menyunting-fix 1/8
153 Maj Kedokt Indon, Volum: 57, Nomor: 5, Mei 2007Maj Kedokt Indon, Volum: 57, Nomor: 5, Mei 2007 153
Tinjauan Pustaka
Vaksinasi HPV MerupakanPencegaan Primer Kanker !er"iks
#ndrijono
Departemen Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/
Rumah Sakit Dr. ipto !angunkusumo, "akarta
Abstrak: Kanker serviks merupakan kanker #ang menduduki urutan pertama pada perempuan.
$irus %&$ merupakan karsinogen kanker serviks, in'eksi %&$ tipe () dan (* di+umpai pada
*( penderita kanker serviks. &emeriksaan pap smear dan terapi lesi prakanker merupakan
upa#a pen-egahan sekunder. &en-egahan sekunder mempun#ai beberapa kerugian,
pen-egahan primer belum memberi hasil #ang memuaskan. $aksinasi %&$ merupakan
bagian dari pen-egahan primer #ang masih baru, dan diharapkan dapat menurunkan
ke+adian kanker serviks uterus sebesar *(. $aksinasi %&$ dapat diberikan dengan mudah
oleh semua tenaga kesehatan, indikasin#a adalah perempuan usia 0) tahun #ang ingin
mendapat perlindungan terhadap in'eksi %&$. 1ulisan ini bertu+uan men#ampaikan masalah
pemberian vaksin %&$ disertai petun+uk pemberiann#a. &erluasan +angkauan pemberian
vaksin %&$ diharapkan menurunkan ke+adian kanker serviks di Indonesia.
Kata kunci: vaksin pro'ilaksis, lesi prakanker, %&$ tipe () dan
(*
7/21/2019 Bindo Menyunting Fix
http://slidepdf.com/reader/full/bindo-menyunting-fix 2/8
$aksinasi %&$ !erupakan &en-egahan &rimer Kanker Serviks$aksinasi %&$ !erupakan &en-egahan &rimer Kanker Serviks
154 Maj Kedokt Indon, Volum: 57, Nomor: 5, Mei 2007Maj Kedokt Indon, Volum: 57, Nomor: 5, Mei 2007 154
HPV Vaccination is a Primar$ Pre"ention o% &er"ical &ancer
Andrijono
Department o' Obstetri-s and G#ne-olog#, Fa-ult# o' !edi-ine Universit# o' Indonesia,
Dr ipto !angunkusumo General %ospital , "akarta
Abstract 2 ervi-al -an-er is the most 're3uent -an-er in 4omen. %&$ virus is a -ar-inogen o'
-ervi-al -an-er, and in'e-tion o' %&$ t#pe () and (* had been en-ountered in *( o' patients
4ith -ervi-al -an-er. &ap smear e5amination and therap# o' pre-an-erous lesion are the
se-ondar# preventive measures. 1here are several disadvantages o' se-ondar# prevention,
4hile primar# preventions have not #ielded satis'a-tor# results. %&$ va--ination 4as part o'
the ne4 primar# prevention, and it has been e5pe-ted to redu-e the in-iden-e rates o' -ervi-al
-an-ers o' uterus b#
*(. %&$ va--ination -ould be administered b# all health providers, 'or 4omen aged 0) #ears 4ho 4anted prote-tion against %&$ in'e-tion. 1his paper aimed to present problems o'
the administration o' %&$ va--ines, along 4ith guidelines 'or its administration. 6#
broadening the -overage o' %&$ va--ine administration, it is hoped that there 4ill be a
redu-tion in the in-iden-e rates o' -ervi-al -an-er in Indonesia.
Keywords2 proph#la-ti- va--ine, pre-an-erous lesion, %&$ t#pe () and (*
Pendauluan
Kanker serviks uteri merupakan kanker pada
perempuan yang menduduki urutan teratas di Indonesia,
sedangkan di negara maju kejadian kanker serviks
mengalami penurunan. Perjalanan penyakit kanker serviks
sudah diketahui dengan baik. Ineksi !P" # %uman
&apillomavirus$ risiko tinggi merupakan a%al dari
patogenesis kanker serviks. !P" risiko tinggi merupakan
karsinogen kanker serviks, dan a%al dari proses
karsinogenesis kanker serviks uteri. Proses
karsinogenesis melalui tahap lesi prakanker yang terdiri
dari &eoplasia intraepitelial serviks #&I'$ I, II, dan III.(esi prakanker &I' I sebagian besar akan mengalami
regresi, sebagian ke)il yang berlanjut menjadi &I' II, dan
kemudian berlanjut menjadi kanker invasi serviks uterus.
Penemuan dan pengobatan lesi prakanker akan men)egah
terjadinya kanker serviks. Penurunan kejadian kanker
serviks di negara maju disebabkan karena pen)egahan
sekunder kanker serviks berjalan dengan baik* meliputi
deteksi dini dengan pap smear yang dilanjutkan dengan
terapi lesi prakanker akan menurunkan kejadian kanker
serviks. Pen)egahan primer kanker serviks adalah upaya
men)egah terjadinya ineksi !P" risiko tinggi. 'alah satu
bagian dari pen)egahan primer adalah memberikan vaksin
!P", pemberian vaksinasi !P" akan mengeliminasi
ineksi !P". +ujuan tulisan ini adalah membahas
pen)egahan kanker serviks uteri, terutama
memperkenalkan pen)egahan primer dengan pemberian
vaksin !P" risiko tinggi.
7/21/2019 Bindo Menyunting Fix
http://slidepdf.com/reader/full/bindo-menyunting-fix 3/8
$aksinasi %&$ !erupakan &en-egahan &rimer Kanker Serviks$aksinasi %&$ !erupakan &en-egahan &rimer Kanker Serviks
155 Maj Kedokt Indon, Volum: 57, Nomor: 5, Mei 2007Maj Kedokt Indon, Volum: 57, Nomor: 5, Mei 2007 155
'tiologi dan Perjalanan
Pen$akit
Ineksi !P" risiko tinggi merupakan aktor etiologi
kanker serviks. Pendapat ini ditunjang oleh berbagai penelitian. Penelitian yang dilakukan oleh International
7gen-# 'or Resear-h on an-er #IA- 8 terhadap 1
sampel dari // negara mendapatkan adanya ineksi !P"
pada sejumlah 00,2 kanker serviks. Penelitian meta
analisis yang meliputi 1 kasus didapatkan tipe !P"
yang banyak ditemukan, yaitu tipe 1, 1, 45, 31, 33, 5/, 5
dan 35. Penelitian kasus kontrol dengan / 5 kasus
karsinoma serviks dan /
5 perempuan yang tidak menderita kanker serviks
sebagai kontrol, deteksi ineksi !P" pada penelitian
tersebut dengan pemeriksaan P-. +otal prevalensi ineksi
!P" pada penderita kanker serviks jenis karsinoma sel
skuamosa adalah 04,12. Prevalensi ineksi !P" pada
penderita kanker serviks jenis adenokarsinoma dan
adenoskuamosa adalah 032. Penelitian pada &I' II6III
mendapatkan ineksi !P" yang didominasi oleh tipe 1
dan 1. Progresivitas menjadi &I' II6III setelah menderita
ineksi !P" berkisar / tahun.(,2
!P" yang merupakan aktor inisiator dari kanker
serviks yang menyebabkan terjadinya gangguan sel
serviks . 7nkoprotein 8 dan 8 yang berasal dari !P"
merupakan penyebab terjadinya degenerasi keganasan.
Integrasi 9&A virus dengan genom sel tubuh merupakan
a%al dari proses yang mengarah transormasi. Integrasi
9&A virus dimulai pada daerah 818/. Integrasi
menyebabkan 8/ tidak berungsi, tidak berungsinya 8/
menyebabkan rangsangan
7/21/2019 Bindo Menyunting Fix
http://slidepdf.com/reader/full/bindo-menyunting-fix 4/8
terhadap 8 dan 8 yang akan menghambat p53 dan pb.
!ambatan kedua +': menyebabkan siklus sel tidak
terkontrol, perbaikan 9&A tidak terjadi, dan apoptosis
tidak terjadi.) 8 akan mengikat p53 sehingga 1umor
suppressor gene #1SG$ p53 akan kehilangan ungsinya,
yaitu untuk menghentikan siklus sel pada ase :1.
'edangkan onkopro tein 9: akan mengikat 1SG Rb,
ikatan ini menyebabkan terlepasnya 8/;, yang merupakan
aktor transkripsi sehingga siklus sel berjalan tanpa
kontrol.*
Penghentian siklus sel pada ase :1 oleh P53
bertujuan member i kesempatan kepada sel untuk
memperbaiki kerusakan yang timbul. 'etelah perbaikan
selesai maka sel akan masuk ke ase '. p53 menghentikan
siklus sel dengan )ara menghambat kompleks )dk)y)lin
yang berungsi merangsang siklus sel untuk memasuki
ase selanjutnya. <ika
terdeteksi ineksi !P" multipel.+ Pada penelitian
identiikasi tipe !P" pada adenokarsinoma, didapatkan
bah%a prevalensi !P" pada adenokarsinoma jenis
musinosum, intestinal, endometrioid adalah 012 dan jenis
adenoskuamosa 12. 'edangkan pada subtipenonmusinous, -lear -ell, serous dan mesonerik tidak
dijumpai ineksi !P". Kejadian !P" tipe 1, 1, 45, 5/,
dan 35 adalah berturutturut 52, 42,
12, /2 dan12.
!P" tipe 1 dan 1 ditemukan pada sejumlah 2
kanker serviks, sedangkan tipe 1, 1, 33, 45, 31, 5, 5/,
dan 35 ditemukan pada sejumlah 02 kanker serviks. +iga
belas tipe !P" #1, 1, 31, 5, 33, 5/, 35, 51, 5, 45, 30,
, $, pada meta analisis, dijumpai pada !'I(. Pada ('I(
ditemukan !P" tipe
1 #/2$, 31 #1/2$, 51 #112$, 53 #12$. 5 #12$, 5/
#02$, 1 #02$, #02$, 5 #2$, dan tipe lainnya 52 penghentian sel pada ase : tidak terjadi, dan perbaikan
tidak terjadi, maka sel akan terus masuk ke ase ' tanpa
ada perbaikan. 'el yang abnormal ini akan terus membelah
dan berkembang tanpa kontrol. 'elain itu p53 juga
berungsi sebagai perangsang apoptosis, yaitu proses
kematian sel yang dimulai dari kehan)uran gen intrasel.
Apoptosis merupakan upaya isiologis tubuh untuk
mematikan sel yang tidak dapat diperbaiki. !ilangnya
ungsi p53 menyebabkan proses apoptosis tidak berjalan.
'aegusa et al 5 yang meneliti peranan =)l/
mendapatkan peningkatan aktivitas imunologi =)l/
pada &I' III dibandingkan dengan &I' III dankarsinoma invasi. Penelitian lain tentang =)l/ juga
mendapatkan penurunan aktivi tas =)l/ pada karsinoma
serviks. Keadaan ini menunjukan bah%a penurunan
aktivitas apoptosis pada karsinoma serviks disebabkan
peningkatan aktivitas dari anti apoptosis. Peningkatan =)l
/ bukan berarti terjadi penurunan aktivitas apoptosis,
karena mekanisme apoptosis dikontrol oleh banyak gen.5
+etapi indeks apoptosis pada karsinoma sel skuamosa,
pada penelitian nampaknya justru menurun, dan ini
dibuktikan oleh beberapa penelitian. Pada penelitian juga
dijumpai adanya penurunan beberapa keluarga =)l/,
antara lain =ak, )aspase 3 dan )aspase .
Protein 8 menghambat proses perbaikan sel melalui
mekanisme yang berbeda. Pada proses regulasi siklus sel
di ase :o dan : tumor suppressor gene pb berikatan
dengan 8/; ikatan ini menyebabkan 8/; menjadi tidak
akti 8/;merupakan gen yang akan merangsang siklus sel melalui
In%eksi laten HPV
Ineksi laten !P" adalah ineksi yang diketahui
dengan terdapatnya 9&A !P" tanpa ditemukan kelainan
baik makroskopik atau pun mikroskopik, se)ara sitologi
maupun histologi. Ineksi laten berbeda dengan ineksi
subklinik ineksi yang tidak diketahui dengan pemeriksaan
klinik, tetapi dibuktikan dengan sitologi ataupun histologik.
9&A !P" memegang peranan penting timbulnya rekurensi
pas)aterapi lesi prakanker. +erapi destruksi baik dengan
krioterapi maupun kauterisasi elektrik atau laser mampu
memperbaiki kelainan sel yang terjadi, tetapi seringkalitetap meninggalkan 9&A !P". Keberadaan 9&A !P"
atau !P" persisten menye babkan timbulnya rekurensi
pas)aterapi. (0,((
Pencegaan
Ineksi !P" risiko tinggi merupakan penyebab
terjadinya kanker serviks, sehingga tindakan skrining
mengalami pergeseran yang semula ditujukan untuk
pen)egahan sekunder bergeser untuk tujuan
pen)egahan primer. >en)egah terjadinya ineksi !P"
risiko tinggi merupakan pen)egahan primer dan
dianggap lebih penting, karena
VAKSIN HPV
HPV RISIKO TINGGI
SERVIKS NORMAL
aktivasi protoonkogen )my), dan &my). Protein 8
masuk ke dalam sel dan mengikat pb yang menyebabkan
8/; bebas terlepas, lalu merangsang protoonkogen )my)
dan &my) sehingga akan terjadi proses transkripsi atau
proses siklus sel. Kekuatan ikatan protein 8 dengan pb
berbedabeda pada beberapa tipe virus !P", misalnya?
ikatan 8 !P" dan11 kurang kuat dibandingkan dengan !P" 1 ataupun1.-,7
Penelitian yang dilakukan
pada pasien dengan
karsinoma
serviks di
beberapa rumah
sakit di Indonesia
menemukan
bah%a kejadian
ineksi !P" tipe1 sebesar 442,
tipe 1
(
1
VAKSIN HPV
HPV RISIKO TINGGI
7/21/2019 Bindo Menyunting Fix
http://slidepdf.com/reader/full/bindo-menyunting-fix 5/8
PENCEGAHLESI
sebesar 302 dan tipe 5/ sebesar 142. 'isanya sebesar 142 .am/ar ( Pencegaan Kanker !er"iks
PENCEGAHAN
PRIMER
PENCEGAHAN
SEKUNDER
7/21/2019 Bindo Menyunting Fix
http://slidepdf.com/reader/full/bindo-menyunting-fix 6/8
pen)egahan sekunder mempunyai beberapa kelemahan,
antara lain?
1. pen)egahan sekunder tidak men)egah terjadinya &I'
#-I&$,
/. terapi lesi prakanker yang baru terdeteksi pada pen)egahan sekunder seringkali menimbulkan morbiditas
terhadap ungsi ertilitas pasien, dan
3. pen)egahan sekunder akan mengalami hambatan pada
sumber daya manusia dan alat yang kurang.
Pen)egahan primer hanya mungkin dilakukan dengan
deteksi terjadinya ineksi !P" risiko tinggi terlebih
dahulu. Identiikasi terjadinya ineksi !P" risiko tinggi
dapat dilakukan dengan %#brid apture #!-$ atau dengan
&ol#
merase hain Rea-tion #P-$. 'elain itu, berbagai ma)am
)ara mendeteksi !P", antara lain dengan $ira &ap, $ira
1#pe, dan %&$ &ro'ile. 9engan metodemetode tersebut
dapat diidentiikasi kelompok !P" risiko rendah #!P" tipe
, 11, 4/,43 dan 44 8, dan risiko tinggi #!P" tipe 1, 1, 31, 33 , 35,30,
45, 51, 5/, 5 dan 5 8.(21(-
Pemeriksaan !- dinilai lebih mudah dilakukan dalam
program skrining(2 karena mampu mendeteksi ('I(,
A'-@' dan !'I( se)ara lebih sensiti dibandingkan
dengan peme riksaan pap smear , %alaupun dengan
spesiisitas yang lebih rendah. 'ensitivitas !- pada &I' I,
!'I( dan kanker adalah sebesar 51,52, 0,32 #5,/
0,52$, dan 12, berturutturut, dengan spesiisitas
,2 #1052$.(* 'e)ara keseluruhan
a/el ( Pedoman Vaksinasi HPV 34imodi%ikasi dari Pedoman Vaksinasi HPV $ang 4isusun H.I6
Perjalanan pen$akit 'el epitel serviks normal, terineksi !P" risiko tinggi, berdegenerasi menjadi lesi prakanker kemudian berdegenerasi
kanker ser"iks in"asi% menjadi kanker serviks invasi #lihat gambar /$.
Vaksin "aksin dibuat dengan teknologi rekombinan, vaksin berisi "(P #virus like protein$ yang merupakan hasil -loning
dari (1 #viral -apsid gene$ yang mempunyai siat imunogenik kuat.
Pencegaan "aksinasi !P" merupakan pen)egahan primer kanker serviks uterus #vaksinasi proilaksis !P" 1,1$.20
&ap smear merupakan bagian dari pen)egahan sekunder. Pen)egahan yang terbaik adalah dengan melakukan
vaksinasi dan pap smear untuk menjangkau ineksi !P" risiko tinggi lainnya$, karena jangkauan perlindungan
vaksinasi tidak men)apai 12 #02$.2(
enis "aksin =ivalen #1, 1$ dan uadrivalen #1, 1, , 11$. !P" 1 dan !P" 1 merupakan !P" risiko tinggi #karsinogen$,
sedangkan !P" dan 11 merupakan !P" risiko rendah #nonkarsinogen$.22
ujuan "aksinasi >en)egah ineksi !P" 1, 1 #karsinogen kanker serviks$, "aksinasi tidak bertujuan untuk terapi.(ama
proteksi vaksin bivalen 53 bulan, dan vaksin uadrivalen berkisar 3 bulan./3
Indikasi Perempuan yang belum terineksi !P" 1 dan !P" 1. @sia pemberian vaksin #disarankan usia B1/ tahun$.
=elum )ukup data eektivitas pemberian vaksin !P" pada lakilaki. /4
'%ekti"itas Pada penelitian ase II proteksi &I' /63 karena !P" 1 dan 1 pada yang divaksinasi men)apai 12
#Protokol $, dan proteksi 12 dijumpai sampai /4 tahun pengamatan # 'ollo4 up$. (7
Proteksi silang "aksin bivalen #!P" tipe 1 dan 1$ mempunyai proteksi silang terhadap !P" tipe 45 #dengan eektivitas 042$
;-ross prote-tion8 dan !P" tipe 31 #dengan eektivitas 552$.(7
Populasi target =erdasarkan pustaka vaksin diberikan pada perempuan usia antara 0/ tahun #rekomendasi ;9A@'$. Populasi
target tergantung usia a%al hubungan seksual #di negara @ni 8ropa usia 15 tahun, Italia usia / tahun, di -Ce)h
/0 tahun, Portugal usia 1 tahun hanya /52 dan di I)eland /2$.
4eteksi HPV Pemeriksaan pap smear dapat mendiagnosis ineksi !P" se)ara umum, tidak dapat mendiagnosis ineksi !P" risiko
tinggi. 9iagnosis ineksi !P" risiko tinggi dapat diketahui dengan pemeriksaan hybrid )apture #!-$ atau polymerase
)hain rea)tion #P-$.() Pemberian vaksin sebaiknya dilakukan pada perempuan yang belum6tidak terineksi !P".
Pemeriksaan skrining ineksi !P" sebaiknya dilakukan untuk mendapatkan eektivitas vaksinasi !P".
Pemberian vaksin pada perempuan yang telah terineksi !P" ataupun &I' tidak merugikan penderita tetapi
mempunyai eektivitas penangkalan ineksi !P" yang lebih rendah. "aksinasi !P" dapat diberikan pada penderita
gangguan sistem imun, tetapi eektivitas nya lebih rendah.
Kontraindikasi "aksinasi pada ibu hamil tidak dianjurkan, sebaiknya vaksinasi diberikan setelah persalinan. 'edangkan pada ibu
menyusui vaksinasi belum direkomendasikan. !ipersensitivitas.
&ara pem/erian "aksin diberikan se)ara suntikan intramuskular. 9iberikan pada bulan , 1, #dianjurkan pemberian tidak melebihi
%aktu 1 tahun$
'%ek samping &yeri pelvis, nyeri lambing, nyeri sendi, nyeri otot, mual, muntah, diare, dan ebris.
8ang mem/erikan 'eluruh petugas kesehatan meliputi para medis, dokter umum, dokter spesialis yang mendapat pelatihan pemberian
"aksin vaksin !P".
7/21/2019 Bindo Menyunting Fix
http://slidepdf.com/reader/full/bindo-menyunting-fix 7/8
sensitivitas !- dibandingkan dengan pemeriksaan pap
smear lebih tinggi /32 #untuk &I' I sebesar 112 dan
untuk &I' IIIII sebesar 2$, dan spesiisitas !- lebih
rendah 2 dibandingkan dengan pap smear . 'ensitivitas
gabungan !- dan pap smear akan meningkatkan
sensitivitas sampai 302, dan spesiisitas tetap lebih rendah
2.
Pemeriksaan !- saja hanya mampu mendeteksi
ineksi !P" risiko tinggi tetapi tidak mampu mendeteksi
kelainan sel prakanker sehingga spesiisitas !- lebih
rendah jika dibandingkan dengan pap smear .(),(5 +emuan
pada !- dan pap smear pada beberapa institusi menjadi
dasar penelitian protokol skrining dan tindak lanjut hasil
pemeriksaan. !- yang positi harus diikuti dengan
penga%asan yang ketat, kelainan sitologi harus diikuti
dengan terapi, sedangkan hasil
'%ekti"itas Vaksin
HPV
"aksinasi !P" 11 bertujuan men)egah ineksi !P"
1 dan 1. Penelitian eektivitas vaksin !P" #penelitian
ase36;@+@8 1$ dilakukan pada //1 sampel yang diberi
vaksin !P" dan sejumlah //0 diberi pla)ebo. Pada
kelompok yang diberikan vaksin tidak dijumpai sampel
yang menderita ineksi !P" ataupun &I', sedangkan pada
kelompok yang diberikan pla)ebo ditemukan lesi prakanker
dan ineksi !P" sebanyak
4 dari //0 sampel penelitian.(+ Penjelasan mengenai
vaksinasi !P" dijelaskan pada +abel 1.
Kesimpulan
!P" risiko tinggi merupakan karsinogen kanker
serviks uteros. "aksin !P" adalah vaksin !P" kapsid (
tipe 1 dannegati keduanya menjadi dasar pemberian vaksinasi!P".(-
1
1, dan pemberian vaksin bertujuan men)egah ineksi!P"
Vaksinasi
HPV
"aksin !P" yang saat ini telah dibuat dan
dikembangkan merupakan vaksin kapsid ( #merupakan
imunogenik mayor$ !P" tipe 1 dan 1. "aksinasi !P"
merupakan upaya pen)egahan primer yang diharapkan
akan menurunkan terjadinya ineksi !P" risiko tinggi,
menurunkan kejadian karsinogenesis kanker serviks dan
pada akhirnya menu runkan kejadian kanker serviks
uterus. Ineksi !P" tipe 1 dan 1 ditemukan pada 2 penderita kanker serviks, sehingga sejumlah itu pula
yang diharapkan dapat menikmati proteksi terhadap kanker
serviks uteri. Pemberian vaksin dilaporkan memberi
proteksi sebesar 02, karena vaksin tersebut dilaporkan
mempunyai -ross prote-tion dengan tipe lain. "aksin yang
mengandung vaksin !P" 1 dan 1 disebut sebagai vaksin
bivalent, sedangkan vaksin !P" tipe 1, 1,
dan 11 disebut sebagai vaksin uadrivalent. !P" tipe
dan 11 #!P" risiko rendah$ bukan karsinogen sehingga
bukan penyebab kanker serviks uterus. "aksin !P" risiko
tinggi tipe lainnya belum dikembangkan.(7 Pemberian
vaksin pada lakilaki dilaporkan tidak memberikan hasilyang memuaskan. "aksin yang saat ini akan diaplikasikan
adalah vaksin proilaksis bukan vaksin terapeutik.
"aksinasi pada perempuan yang telah terineksi !P" tipe
1 dan 1 kurang bahkan mungkin tidak memberi manaat
proteksi, tetapi pemberiannya dilaporkan tidak
menimbulkan eek yang merugikan.
tipe 1 dan 1 #vaksinasi proilaksis$. "aksinasi !P"
memberi perlindungan terhadap ineksi !P" sebesar 02.
4a%tar Pustaka
1. >unoC &, -astellsague D, de :onCaleC A=, :issmann (. !P" in
the etiology o human )an)er. "a))ine /*/4?11.
/. Parkin 9>, =ray ;. +he burden o !P"related )an)ers. "a))ine
/*/4?11/5.
3. 'hin =, 9ubeau (. -ell )y)le abnormalities in suamous )ell )ar
)inoma o the )erviE. ->8 <ournal o :yne)ologi) 7n)ology
/1*?1?/.
4. Kauman !, Adam 8, "onka ". !uman Papillomavirus ine)tion and )ervi)al )ar)inoma. -lin 7bstet and :yne)ol /*43?33
.
5. -heung +!, -hung +K!, (o KFK, et al. Apoptosiselated
Proteins in -ervi)al Intraepithelial &eoplasia and 'uamous -ell
)ar)inoma o the -erviE. :yne)ol 7n)ol //*?14.
. Park +F, ;uji%ara !, Fright +-. >olekular =iology o )ervi
)al -an)er and Its Pre)ursors. -an)er, 1005*?10/13.
. =os)h ;D, (orineC A, >unoC &, >eijer -<(>, 'hah K". +he
)ausal relation bet%een papillomavirus and )ervi)al )an)er. < -lin
Pathol //*55?/445.
. 'outhern 'A, !errington -'. 9isruption o )ell )y)le )ontrol by
humanpapillomaviruses %ith spe)ial reeren)e to )ervi)al )ar)i
noma. Int < :yne)ol -an)er /*1?/34.
0 . 9e =oer >A, "et <&I, ACiC >;, -ornain ', Pur%oto :, van
den Akker =8F>, et al . !uman papillomavirus type 1 andother risk a)tors or )ervi)al )an)er in <akarta, Indonesia. Int <
:yne)ol -an)er /*1?1014.
1 . Pirog 8-, Kleter =, 7lga) ', =obkie%i)C P, (indeman <, Guint
F:", et al . Prevalen)e o !uman Papillomavirus 9&A in 9ier
ent !istologi)al 'ubtypes o -ervi)al Adeno)ar)inoma. Am <
Patho /*15#4$?155/.
11. &agai H, >aehama +, Asato +, KanaCa%a K. Persisten)e o hu
man papillomavirus ine)tion ater therapeuti) )oniCation or
'mear
normal
Ineksi
latent
Paparan
!P"
!P"
611
HPV
(-9(+
&I'I
&I'II &I'III -
A
-I& 3? is it alarm or diseases re)urren)e. :yne)ol 7n)ol
/*0?/040.
1/ . !um 'ong !, (ee <K, 7h ><, !ur <H, &a <H, Park KH, et al .
Persistent !P" ine)tion ater )oniCation in patients %ith nega
tive margins. :yne)ol 7n)ol /*11?41//.
13 . Kit)hener !-, -astle P8, -oE <+. A)hievement and limitations
o )ervi)al )ytology s)reening. "a))ine. /*/4'3?3.
14 . (ongatto;ilho A, 8rCaen >, =rna)as >, oteli>artins -, &audP, 9er)hain ';>, et al . !uman Papillomavirus testing as an
optional s)reening tool in lo%resour)e settings o (atin Ameri)a?
eEperien)e rom the (atin Ameri)an s)reening study. Int < :yne)ol
-an)er /*1?055
1
7/21/2019 Bindo Menyunting Fix
http://slidepdf.com/reader/full/bindo-menyunting-fix 8/8