repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48842/1/rahmah... ·...
TRANSCRIPT
STRATEGI LITERASI POLITIK WIKIDPR.ORG
TERHADAP ANGGOTA DPR RI
Skripsi
Diajukan Kepada Ketua Dewan Pertimbangan Skripsi
Untuk Selanjutnya Diteruskan dalam Penelitian Skripsi
Oleh:
Rahmah Novitasari
NIM: 1112051000036
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1440 H / 2019
iv
ABSTRAK
Rahmah Novitasari. Strategi Literasi Politik Wikidpr.org
Terhadap Anggota DPR Ri
Berkembangnya zaman, literasi politik tidak bisa dipisahkan
oleh new media. Kehadiran new media memberikan dampak pada
aktivitas politik yang saat ini digunakan oleh para kandidat untuk
berkampanye. Saat sebelum pemilu, tak banyak informasi yang
diketahui oleh publik mengenai anggota DPR. Informasi hanya
sebatas biografi mendasar. Untuk calon petahana pun, bisa
dikatakan minim mengenai rekam jejaknya selama menjabat.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana
strategi literasi politik dikalangan anggota DPR RI di
wikidpr.org? Apa saja pesan literasi politik anggota DPR di
wikidpr.org?
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah konvergensi
simbolik yang dikenalkan Ernerst Bormann. Dalam teori ini,
penulis mencoba menelaah dan menguji kesesuaian praktik
literasi politik yang ada di wikidpr.org dengan teori yang sudah
ada. Pada prinsipnya, teori ini merupakan usaha untuk
memunculkan kesdaran umum untuk menghasilkan motif, emosi,
dan perasaan bersama.
Metodologi penelitian ini menggunakan metodologi kualitatif
deskriptif dengan jenis studi kasus. Pengumpulan data yang
dilakukan melalui wawancara dengan pihak terkait, observasi
langsung, dan kemudian literatur menggunakan buku, jurnal,
media cetak, internet, dan data resmi.
Berdasarkan pengamatan dan analisis penulis, strategi literasi
politik di wikidpr.org melalui tiga tahapan, yaitu pengetahuan
yang diberikan WikiDPR terkait politik baik secara online dan
offline, kemudian keterampilan (skills) baik itu liputan dan
menulis, selanjutnya sikap pemahaman kritis menyoal isu-isu
politik. Pesan literasi politik pada kanal daftar anggota DPR
meliputi informasi pribadi dan rekam jejaknya selama di DPR.
kemudian dari lima tulisan penulis meneliti, menelaah,
mengkolaborasikan, dan menganalisis bahwa adanya proses
konvergensi simbolik sehingga memunculkan motif dan
kesadaran bersama.
Kata kunci: Strategi, Literasi Politik, DPR,
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Penguasa Semesta
Alam, Tuhan yang Maha Kuasa, Maha Pengasih lagi Maha
penyayang. Dengan segala Rahmat dan kemudahan serta
keberkahan yang berlimpah Alhamdulillah penulis bisa
menyelesaikan pendidikan sampai tingkat Strata Satu (S1).
Shalawat serta salam selalu dihaturkan kepada baginda
Rasulullah yang mulia Nabi besar Muhammad SAW, para
keluarganya, para sahabatnya, dan umatnya, dengan harapan
semoga kita merupakan bagian dari golongan mulia ini.
Dalam perjalanan penyusunan skripsi ini, berbagai
kendala pernah dihadapi penulis. Dengan segala do’a usaha dan
tekad yang kuat akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas dan
tanggung jawab sebagai mahasiswa setelah menimba ilmu di
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Penulis sadar bahwa ada
orang tua yang penuh harap dan do’a agar anaknya dapat
menyelesaikan studinya dengan baik dan ilmunya bermanfaat.
Terimakasih untuk Ayah dan Mama untuk segala dukungannya,
dan mohon maaf atas keterlambatan penyelesaian tanggung
jawab ini.
Penulis haturkan terimakasih untuk semua pihak yang
telah membantu kelancaran skripsi ini, baik berupa dorongan
moril maupun materil. Tanpa bantuan dan dukungan tersebut,
sulit rasanya untuk dapat menyelesaikan skripsi ini. Pada
kesempatan ini, penulis menyampaikan terimakasih sebesar-
besarnya kepada:
vi
1. Dosen pembimbing, Ibu Pia Khoirotun Nisa, M.I. Kom
yang senantiasa meluangkan waktu, tenaga, pikiran, kritik
maupun saran untuk penyusunan skripsi ini.
2. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Uin
Syarif Hidayatullah Jakarta Suparto, M.Ed. Ph.D, Wakil
Dekan I Bidang Bidang akademik, Dr. Siti Napsiyah,
S.Ag, BSW, MSW, Wakil Dekan II Bidang Administrasi
Umum Dr. Sihabudin Noor, MA, Wakil Dekan III Bidang
Kemahasiswaan dan Kerjasama Drs. Cecep Castrawijaya,
MA.
3. Dr. Hj. Armawati Arbi, M.Si, Ketua Jurusan Komunikasi
Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, dan Dr. H. Edi Amin, MA, Sekretaris
Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam
4. Drs. H. S. Hamdani MA, dosen pembimbing akademik
yang telah membantu dan senantiasa memberikan
motivasi agar penulis dapat menyelsaikan pendidikan
pada jenjang S1.
5. Drs. Masran, M.Ag dan Fita Fathurokhmah, M.Si, dosen
yang membantu penulis dan memberikan semangat untuk
segera menyelesiakan skripsi ini.
6. Kedua orang tua, Bapak Siyamudin dan Ibu Siti Nurul
Qomariyah, terimakasih untuk cinta kasih yang tiada tara.
Untuk setiap tetesan keringat dan segala bentuk
perjuangan kepada penulis. Cinta dan do’a mereka yang
tak pernah putus menjadi suplemen bagi penulis untuk
meraih cita-cita. Teruntuk adik-adik tersayang; Anas,
vii
Dewi dan Faisal terimakasih karena selalu mendukung
agar penulis menyelesaikan studi ini.
7. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
mendidik dan memberikan ilmu bermanfaat kepada
penulis selama menempuh pendidikan di bangku kuliah.
8. Seluruh staff dan karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi yang telah membantu penulis dalam
urusan administrasi selama perkuliahan dan skripsi ini.
9. Seluruh staff perpustakaan utama dan perpustakaan
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
melayani peminjaman buku-buku literatur dan referensi
penyusunan skripsi ini.
10. Dr. Gun Gun Heyanto, M. Si, yang telah menginspirasi
penulis dalam setiap karya-karya nya serta memberikan
motivasi untuk senantiasa “Berfikir, bergerak dan
bermanfaat”.
11. Kepada komunitas WikiDPR yang telah memberikan
pengalaman baru dan ruang bagi penulis untuk ikut
berperan aktif meliput agenda rapat anggota DPR di
Senayan yang tidak semua orang bisa lakukan. Secara
khusus terimakasih untuk Ka Indah Hayati Putri, Dena
Atmaji, dan Qori yang telah meluangkan waktunya untuk
diwawancara oleh penulis. Dedikasi kalian untuk Negeri
sungguh luar biasa.
12. Sahabat sekaligus saudara Ina Legiana, Dea Alvi Soraya,
dan Yaumil Kurniati, yang tak henti memberi dukungan
viii
kepada penulis dan memberikan masukan atas keluh
kesah penyusunan skripsi ini hingga selesai.
13. Seluruh keluarga besar jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam dari berbagai angkatan, terimakasih telah
menyalurkan semangat, canda tawa, dan rasa
kekeluargaan kepada penulis, khusunya KPI angkatan
2012 dan teman-teman KPI B angkatan 2012.
14. Terimakasih untuk kawan-kawan DEMAF UIN Jakarta
2015-2016 dan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
KOMFAKDA untuk segala pengalaman dan ilmunya.
Ikhtiar tak akan mengkhianti proses. YAKUSA!
15. Terimakasih untuk sahabat seperjuangan, Zhoupi Dwi
Raka, Deden, Imad Aqil, Haris, Hera, Iryanti, Deden,
serta Guntur, yang telah memberikan amunisi kepada
penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
Terimakasih karena telah mau berjuang bersama hingga
titik akhir.
16. Terimakasih untuk sahabat keong squad, Kautsar,
Imroatun, Qisthi, Lexy, Daus, dan Ubet, yang senantiasa
selalu memberikan energi semangat untuk penulis agar
segera menyelesaikan studi ini hingga akhir. Tanpa kalian
aku pasti rapuh, makasih guys, love you full!
17. Untuk partner kerja dan sahabat di Kompas, Handrian
Eka Wijaya, Nofi Rahmawati, Irfan Yohandi, Diah
Sismwati, Suryani, Ryan Arti, Qibti Aliyah, Gunawan,
Firda, Laila A, Dinda, Fadilah Fajar, dan Arief
Kurniawan, terimakasih selalu mengingatkan penulis
ix
untuk menyelesaikan tugas akhir dan selalu memotivasi.
Kalian luar biasa, sukses untuk karir dan pencapaiannya.
18. Untuk Faris Muhammad Afif, terimakasih untuk segala
bentuk dukungannya yang selalu memotivasi dari awal
hingga akhir, dan setiap doa yang selalu dipanjatkan
kepada Allah SWT untuk penulis. Semoga apa yang kita
perjuangkan bersama-sama membuahkan hasil yang baik
di masa depan.
19. Untuk semua pihak, yang tidak dapat disebutkan satu per
satu namun tanpa mengurangi rasa hormat, yang telah
membantu penulis. penulis ucapkan terima kasih.
Akhir kata penulis hanya bisa berharap Allah SWT
berkenan membalas segala kebaikan dari seluruh pihak yang
telah membantu. Penelitian skripsi ini tentu masih jauh dari
sempurna, namun diharapkan semoga skripsi ini bermanfaat
bagi pembaca dan khususnya bagi diri penulis sendiri.
Jakarta, 07 Agustus 2019
Rahmah Novitasari
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................... i
LEMBAR PERNYATAAN ......................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................ iii
ABSTRAK ...................................................................................iv
KATA PENGANTAR ................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................. x
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR .......................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..................................................... 1
B. Batasan Masalah............................................................... 11
C. Rumusan Masalah ............................................................ 11
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................ 11
E. Tinjauan Kajian Terdahulu ............................................. 12
F. Metode Penelitian............................................................. 15
G. Sistematika Penulisan....................................................... 21
BAB II KAJIAN TEORITIS
A. Strategi Literasi Politik .................................................... 23
1. Pengertian Strategi .................................................... 23
2. Literasi Politik ........................................................... 25
3. Pendekatan Literasi Politik . ...................................... 31
4. Muatan Pokok Literasi Politik .................................. 32
B. Teori Konvergensi Simbolik ............................................ 42
C. Media Baru (New Media) ................................................ 48
1. Definisi Media Baru (New Media) ........................... 48
2. Karakteristik Media Baru ......................................... 54
xi
3. Internet Sebagai Saluran Politik ............................... 56
D. Kerangka Berpikir ............................................................ 59
BAB III GAMBARAN UMUM WIKIDPR
A. Profil WikiDPR ................................................................ 60
1. Sejarah Berdirinya WikiDPR ..................................... 60
2. Relawan WikiDPR ..................................................... 62
3. Struktur Organisasi .................................................... 65
4. Logo WikiDPR .......................................................... 65
B. Produk WikiDPR ............................................................. 66
1. Web WikiDPR ......................................................... 66
2. Akun Twitter @wikidpr .......................................... 70
3. Akun Instagram WikiDPR ....................................... 72
4. Akun Youtube WikiDPR ......................................... 73
C. Aktivitas WikiDPR ……………. .................................... 74
1. Kegiatan Liputan …………… .................................. 74
2. Diskusi Publik…………. ......................................... 76
BAB IV DATA DAN HASIL TEMUAN
A. Strategi Literasi Politik Anggota Wikidpr.org Terhadap
Anggota DPR RI ............................................................. 77
B. Pesan Literasi Politik Pada Kanal Anggota DPR RI ...... 101
C. Interpretasi Analisi Teks ............................................... 120
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Strategi Literasi Politik Wikidpr.org Terhadap Anggota
DPR RI .......................................................................... 136
B. Literasi Politik Pada Profile Daftar Anggota DPR RI ... 149
C. Interpretasi Analis Teks ................................................ 152
xii
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................... 156
B. Implikasi ........................................................................ 159
C. Saran …………………………………………………..159
DAFTAR PUSTAKA .............................................................. 161
LAMPIRAN-LAMPIRAN ...........................................................
xiii
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR
BAB I
1. Tabel 1 ............................................................................... 5
2. Gambar 1 ........................................................................... 7
3. Tabel 2 ............................................................................. 13
BAB II
1. Tabel 1 ............................................................................. 35
2. Tabel 2 ............................................................................. 59
BAB III
1. Gambar 1 ......................................................................... 63
2. Tabel 1 .............................................................................. 65
3. Gambar 2 .......................................................................... 65
4. Gambar 3 ......................................................................... 67
5. Gambar 4 ......................................................................... 68
6. Gambar 5 ......................................................................... 69
7. Gambar 6 ......................................................................... 70
8. Gambar 7 ......................................................................... 70
9. Tabel 2 ............................................................................. 71
10. Gambar 9 ......................................................................... 73
11. Gambar 10 ....................................................................... 75
12. Gambar 11 ....................................................................... 75
BAB IV
1. Gambar 1 .......................................................................... 82
xiv
2. Gambar 2 ......................................................................... 82
3. Gambar 3 ......................................................................... 84
4. Gambar 4 ......................................................................... 85
5. Gambar 5 ......................................................................... 88
6. Gambar 6 ......................................................................... 92
7. Gambar 7 ......................................................................... 98
8. Gambar 8 ......................................................................... 99
9. Gambar 9 ....................................................................... 100
10. Gambar 10 ..................................................................... 100
11. Gambar 11 ..................................................................... 102
12. Gambar 12 ..................................................................... 102
13. Gambar 13 ..................................................................... 103
14. Gambar 14 ..................................................................... 104
15. Gambar 15 ..................................................................... 106
16. Gambar 16 ..................................................................... 109
17. Gambar 17 ..................................................................... 110
18. Gambar 18 ..................................................................... 112
19. Gambar 19 ..................................................................... 113
20. Gambar 20 ..................................................................... 115
21. Gambar 21 ..................................................................... 117
22. Tabel 1 ........................................................................... 120
BAB V
1. Gambar 1 ....................................................................... 152
2. Tabel 1 ........................................................................... 154
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tahun 2019 disebut oleh banyak orang sebagai tahun
politik. Tidak lama lagi, Indonesia akan memiliki hajat besar
yakni pemilihan umum (pemilu). Mata semua orang akan
tertuju pada perhelatan penting di tahun ini ketika digelar
pemilu serentak Presiden dan wakil Presiden, DPR, DPD dan
DPRD.
Pemilu 2019 menjadi batu ujian untuk kualitas demokrasi
bangsa Indonesia ketika kita memilih presiden dan para
anggota legislatif dari pusat sampai ke daerah. Ini menjadi
sejarah karena baru digelar pertama kali di tanah air dengan
perhatian yang amat tinggi.
Hingar bingar pemilu terkhusus pileg mulai terasa ketika
para caleg melakukan manuver politiknya. Seperti yang
terlihat disekitaran jalan, banyak spanduk dan baliho yang
bertebaran, tampil acara atau talk show di beberapa lini media
massa, serta blusukan ke daerah pilihannya (dapil) untuk
meraih simpati warga pada kantung-kantung pemilihnya.
Tak hanya dikalangan elit, kontestasi juga ramai
diperbicangkan oleh kalangan masyarakat yang
mendiskusikan strategi dari tiap-tiap parpol maupun
kontestan perorangan. Hal ini bersamaan dengan konsep
literasi politik. Menurut pendapat Bernard Crick, literasi
politik adalah pemahaman praktis tentang konsep-konsep
2
yang diambil dari kehidupan sehari-hari dan bahasa. Hal ini
merupakan upaya memahami seputar isu utama politik, apa
keyakinan utama para konstestan, bagaimana kecenderungan
mereka mempengaruhi diri anda dan saya. Singkatnya, literasi
politik merupakan senyawa dari pengetahuan, keterampilan,
dan sikap. Crick menegaskan, literasi politik lebih luas dari
hanya sekadar pengetahuan politik, melainkan juga cara
“membuat diri menjadi efektif dalam kehidupan publik” dan
dorongan untuk “menjadi aktif”, partisipatif dalam
melaksanakan hak dan kewajiban, baik dalam keadaan resmi
maupun di arena publik yang sifatnya sukarela.1
Literasi politik dalam konteks pemilu dipahami sebagai
kemampuan warga masyarakat untuk mendefinisikan
kebutuhan mereka akan subtansi politik terutama perihal
pemilu. Mengetahui strategi pencarian informasi apa, siapa
dan mengapa mereka harus memilih? Memiliki kemampuan
untuk mengakses informasi seputar kandidat yang akan
mewakili mereka nantinya. Mampu membandingkan dan
mengevaluasi berbagai tawaran politik yang disodorkan
kepada mereka. Terakhir, mampu mengorganisasikan,
membuat sintesis serta membentuk jejaring pemilih rasional
dalam proses transaksional dengan pemimpin yang akan
diberi mandat kekuasaan oleh mereka.2
1 Bernard Crick, Essays on Citizenship, (London and New York:
Continuum, 2000): 61 2 Lihat skripsi Tri Isniarti Putri, lulusan UIN Syarif Hidayatullah,
Jakarta, Jurusan Ilmu Komunikasi prodi Komunikasi Penyiaran Islam, dengan
3
Mengacu pada surat Al-alaq, tradisi literasi dalam islam
punya tiga hal yang sangat penting. Allah memerintahkan kita
untuk setidaknya melakukan dua hal. Pertama, bacaan,
ditegaskan oleh Allah dalam tiga ayat pertama surat tersebut
(Iqra). Kedua, menulis, disebutkan diayat keempat („allama
bil qalam). Ketiga, mengajarkan kepada orang lain tentang
apa yang tidak diketahui oleh mereka („allamal insaana maa
lam ya‟lam). Ketiga elemen ini membentuk pilar “tradisi
literasi” dalam Islam.3
Dalam surat Al-alaq berbunyi:
نسان من علق )1اق رأ بسم ربك الذي خلق ) ( اق رأ وربك الكرم 2( خلق النسان ما ل ي علم )4( الذي علم بلقلم )3) (5( علم ال
Artinya: (1) Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu
yang menciptakan, (2) Dia telah menciptakan manusia dari
'Alaq, (3) Bacalah, dan Tuhanmulah yang paling Pemurah, (4)
Yang mengajar manusia dengan pena, (5) Dia mengajarkan
kepada manusia apa yang belum diketahuinya.4
Surat Al-alaq 1-5 dijelaskan mengenai perintah membaca
(literasi). Maka dari itu membaca (literasi) merupakan simbol
yang penting dalam kehidupan manusia, agar manusia
memiliki kehidupan yang berwarna. Membaca dan literasi
judul Literasi Politik Jelang Pemilihan Presiden (PILPRES) 2014 di Media
Sosial Kompasiana, skripsi ini disahkan tahun 2014. H. 2 3 https://indoprogress.com/2018/03/teologi-al-alaq/, diakses pada
20/03/2019 pukul 20.00 4 Dr. Ahmad Hatta, Tafsir Qur‟an Per Kata, (Jakarta Timur:
Maghfirah Pustaka, 2011): 597
4
dapat menambah keilmuan dan pengetahuan yang baru
sehingga mempermudah dalam kehidupan dengan banyak
ilmu yang dimiliki.5
Pilihan politik yang rasional dan kritis hanya dapat
terbentuk jika tersedia sumber informasi yang substantif dan
berkaitan dengan kepentingan mereka. Sehingga, peran media
dalam menyediakan informasi yang berkualitas, substantif,
terkait kepentingan rakyat, dan memberi evaluasi atas
jalannya pemerintahan merupakan modal mendasar untuk
membentuk sikap politik yang kritis.
Substansi kekuatan literasi politik ada pada partispasi
politik warganegara yang kritis dan memberdayakan terkait
konsep-konsep pokok politik yang akan berdampak pada
kehidupan warga. Literasi politik bukanlah semata konsep
normatif, melainkan bauran antara pengetahuan, skill, dan
sikap politik.6
Seiring berkembangnya zaman, literasi politik tidak bisa
dipisahkan oleh new media. Kehadiran new media
memberikan dampak pada aktivitas politik yang saat ini
digunakan oleh para kandidat untuk mengkampanyekan
dirinya. Ini bisa terlihat di area sosial media, seperti situs
jejaring sosial (social network site) dan weblog interaktif.
5 Asma Hasan Fahmi, Sejarah dan Filsafat Pendidikan terj. Ibrahim
Hasan, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979): 107 6 Gun Gun Heryanto, Dinamika Komunikasi Politik, (Jakarta: PT
Lasswell Visitama, 2011): 189
5
Media baru dalam demokrasi berperan juga sebagai ruang
publik. Ruang publik adalah wahana di mana warga negara
dapat saling mengutarakan pendapat untuk mencapai
kesepahaman bersama mengenai kepentingan mereka. Lewat
ruang publik yang demokratis, akan terbentuk opini publik
sebagai modal dalam mengarahkan jalannya pemerintahan.
Ruang publik yang ideal hendaknya memberi warga
kesempatan yang sama bagi tiap warga negara untuk terlibat
dalam deliberasi publik tanpa adanya tekanan dari pihak
manapun. Berbeda hal nya dengan media konvensional yang
terbatas.
Tabel 1.1
Karakteristik Media Konvensional vs Media Baru7
No Karakter
Media
Konvensional Media Baru
1 Isi
Cenderung
terbatas, adanya
sensor,
pembatasan oleh
space, unsur
lokalitas
Tidak terbatas,
transparan, prinsip
global, bebas,
publikasi isi cepat
2
Orientasi
fungsi
Kelas elit,
mengabaikan
Semua kalangan,
akses universal
7 Sparks, Colin. (2001). “The Internet and the Global Public Sphere.”
Dalam Bennett, W. Lance & Entman, Robert M. (eds). Mediated Politics:
Communication in the Future of Democracy. (United Kingdom: Cambridge
University Press) : 75
6
universalitas
publikasi
3 Institusi
Terpusat,
dikendalikan oleh
pemilik, adanya
konsentrasi
kepemilikan,
membutuhkan
modal besar
Terdisentralisasi,
fleksibel,
anonimitas,
pengguna sebagai
pemilik, hanya
untuk modal akses
4
Akses
publik Rendah, satu arah
Sangat luas, multi
arah, interaktif,
kebebasan,
kesetaraan
(equality)
Saat ini, perkembangan internet sudah memasuki web
generasi 2.0, dimana antar user sudah memungkinkan
berinteraksi secara real time, interaktif, dan multimedia. Tesis
the world is plat pun seolah mendapatkan pembenaran sosial,
dimana masyarakat semakin massif menggunakan media
online sebagai kegiatan berbincang-bincang dengan bebas.
Kebebasan yang dimaksud adalah dari dominasi Negara
intervensi pasar.8
Internet menjadi salah satu saluran politik, dimana orang-
orang menggunakannya untuk membaca dan mengekpresikan
8 Gun Gun Heryanto, Dinamika Komunikasi Politik, (Jakarta: PT
Lasswell Visitama, 2011): 142
7
opini-opini politik mereka. Oleh karena itu, internet
menghubungkan politisi, partisan partai-partai politik, aktivis,
dan organisasi non partai serta masyarakat umum. 9
Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII)
memaparkan hasil survei bertajuk “ Penetrasi dan Perilaku
Pengguna Internet Indonesia 2017”. Hasil survei yang
bekerjasama dengan Teknopreneur itu menyebutkan,
penetrasi pengguna internet di Indonesia meningkat menjadi
143,26 juta jiwa atau setara 54,7 persen dari total populasi
republik ini. Pada survei serupa 2016, jumlah pengguna
internet Indonesia mencapai 132,7 juta jiwa.
Gambar 1.1
Penetrasi dan Perilaku Pengguna Internet Indonesia10
Internet termasuk komunitas virtual yang didalamnya
dapat menjadi perantara terbentuknya struktur masyarakat
9 Gun Gun Heryanto, Media Komunikasi Politik, (Yogyakarta:
IRCiSoD Diva Press, 2018): 33 10
Buletin Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia Edisi 22
Maret 2018
8
emansipatif dan bebas dari dominasi. Melihat kenyataan
tersebut, jelas era pembicaraan ruang publik dalam arti face to
face sudah bergeser. Oleh karena hal tersebut, dalam
tulisannya, cyberdemocracy: Internet and the the Public
sphere (dalam David Porter) Mark Poster mengatakan, apa
yang dikatakan Habermas tentang konsep public sphere
sebagai ruang homogen, dimana subjeknya mempunyai relasi
simetrikal, telah terabaikan dalam arena publik elektronik. 11
Situs jejaring sosial (social network site) dan weblog
interaktif, menunjukan peranannya sebagai bagian dari ruang
publik virtual melalui proses konvergensi simbolik. Ide-ide,
informasi, berita politik dapat dibagikan melalui jejaring
sosial tersebut.
Salah satu publikasi WikiDPR dalam merekam jejak
anggota DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) terdapat di situs
daring wikidpr.org. WikiDPR merupakan komunitas atau
organisasi non-profit bidang media dan komunikasi.
Komunitas ini diisi oleh kalangan masyarakat, diantaranya
mahasiswa, LSM, aktivis, tenaga ahli, pengusaha dan yang
lainnya.
Saat ini relasi masyarakat dengan elit politik khususnya
para wakil rakyat anggota DPR (Dewan Perwakilan Rakyat)
terbilang cukup renggang. Informasi mengenai para anggota
DPR minim dan cenderung hanya sebatas biografi mendasar.
Untuk calon petahana pun, bisa dikatakan tak banyak
11 Gun Gun Heryanto, Media Komunikasi Politik, (Yogyakarta:
IRCiSoD Diva Press, 2018): 63
9
informasi mengenai rekam jejaknya selama menjabat.
Komunikasi yang cenderung mengandalkan media
konvensional seperti televisi dan surat kabar mengekang
kemam puan kritis warga untuk secara langsung melakukan
kontrol secara terbuka dengan para elit politik tersebut.
Masyarakat juga tidak terlalu leluasa untuk menyuarakan
aspirasi mereka kepada para wakil rakyat karena media
komunikasi cenderung mengkomodir aspek-aspek yang
mencolok sesuai prinsip nilai-nilai berita.
Berdasarkan hasil jajak pendapat Litbang Kompas, 14-15
November 2018, menunjukkan jumlah calon pemilih yang
belum mengetahui atau mengenal calon anggota legislatif
(caleg) yang akan berkontestasi, baik ditingkat DPR, DPD,
maupun DPRD kabupaten/kota dan provinsi masih banyak.
Makin tinggi level pemilihan, jumlah pemilih yang tidak tahu
semakin banyak. Di tingkat DPR calon pemilih yang tidak
tahu nama caleg yang akan berkontestasi sebanyak 63 persen.
Hanya 31,5 persen responden yang mengaku sudah memiliki
beberapa pilihan nama di Pemilu Legislatif 2019 dan hanya
2,4 persen yang mengaku memiliki banyak calon yang sudah
dipertimbangkan untuk dipilih. Tingkat pengenalan yang
rendah dan besarnya pemilih yang mengambang terhadap
calon-calon anggota legislatif kemungkinan dipicu oleh
10
kekecewaan calon pemilih atas kinerja para anggota legislatif
selama ini. 12
Pentingnya memilih anggota DPR sebagai wakil rakyat
Indonesia yang kredibel dan profesional merupakan
kewajiban yang perlu dijalankan oleh pemegang kekuasaan
tertinggi, yakni rakyat. Dari hasil survei diatas apa jadinya
apabila preferensi politik dan pengetahuan masyarakat
mengenai calon wakil nya dalam pileg tidak diketahui rekam
jejaknya? Pasti itu akan berpotensi mengulang kembali
penyakit lama seperti korupsi, sering titip absen saat rapat-
rapat komisi, rancangan undang-undang yang sering kali
molor. Secara pribadi, penulis seringkali mandapati fakta
empirik akan kebingungan masyarakat terhadap banyaknya
gambar wajah calon anggota DPR di pileg yang tak dikenali
rekam jejaknya. Begitu memprihatinkan apabila bangunan
demokrasi pancasila yang diwakilkan oleh anggota DPR
dikontruksi melalui partipasi politik dari “masyarakat
bingung”.
Menanggapi permasalahan “masyarakat bingung”
tersebut, sudah seharusnya pencerahan dan penambahan
informasi mengenai profil, rekam jejak hingga pandangan
politik dari calon anggota DPR diperlukan oleh masyarakat
Indonesia. Didalam kebutuhan masyarakat inilah WikiDPR
muncul sebagai “pengawal” yang mengimbangi dan
12 Terbit pada surat kabar harian Kompas dikolom politik dan hukum
dengan judul “Caleg belum banyak dikenal”, edisi 19 November 2018
halaman 5
11
mendorong transparansi aktivitas anggota DPR. Terkhusus
wilayah DKI Jakarta I sebagai representasi wilayah lain
dengan jumlah konstituen terbanyak kedua setelah Jabar I
sejumlah 2.027.482.13
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai peranan WikiDPR dalam mencerahkan
dan mempertajam preferensi politik melalui aktivitas literasi
politik yang dilakukannya dengan skripsi yang berjudul
“Strategi Literasi Politik Wikidpr.org Terhadap Anggota
DPR RI”
B. Batasan Masalah
Penelitian ini hanya berfokus pada kanal daftar anggota
DPR di wikidpr.org. Adapun pembahasannya mengenai
rekam jejak petahana anggota DPR yang beragama Islam dan
khusus daerah pemilihan DKI Jakarta 1 yang akan bertarung
kembali pada 2019-2024.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan gambaran latar belakang diatas, secara
sederhana perumusan masalahnya ialah:
1. Bagaimana strategi literasi politik wikidpr.org
terhadap anggota DPR RI?
2. Apa saja literasi politik profile anggota DPR di
wikidpr.org?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
13 https://www.kpu.go.id/, diakses pada 05 Agustus 2019, pukul 12.25
12
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini yaitu:
a. Untuk mengetahui bagaimana strategi literasi
politik wikidpr.org terhadap anggota DPR RI.
b. Untuk mengetahui apa saja literasi politik profile
anggota DPR RI di wikidpr.org
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan mampu menambah
wawasan dan pengetahuan para akademisi dalam
perkembangan studi komunikasi politik melalui media
massa dengan pendekatan literasi politik bagi civitas
Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan memberi gambaran
mengenai strategi literasi politik pada media baru dan
mengetahui profil anggota DPR selama menjabat pada
periode 2014-2019. Selain itu, bagaimana trade
record anggota DPR selama memimpin yang sebagian
besarnya akan bertarung kembali pada pileg 2019
nanti. Penulis juga mengharapkan agar khalayak
umum lebih ikut berperan dan berpartispasi dalam
membangun demokrasi yang lebih baik lagi.
E. Tinjauan Kajian Terdahulu
Sebelum melakukan penelitian ini peneliti melakukan
pengecekan di perpustakaan utama Universitas Islam Negeri
13
Syarif Hidayatullah Jakarta. Untuk menghindari dari hal-hal
yang tidak diinginkan seperti mengikuti karya orang lain,
maka peneliti mempertegas perbedaan antara masing-masing
yang membahas tentang literasi. Skripsi yang menjadi acuan
peneliti sebagai contoh dan pembandingan adalah sebagai
berikut:
Tabel 1.2
Tinjauan Kajian Terdahulu
Penelitian sebelumnya Persamaan dan
perbedaan dengan
penelitian sebelumnya
Pertama, skripsi yang
berjudul “Literasi Politik
Jelang Pemilihan Presiden
(PILPRES) 2014 di Media
Sosial Kompasiana”, yang
ditulis oleh Tri Isniarti
Putri. Jurusan Komunikasi
dan Penyiaran Islam
Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta,
tahun 2014
Penelitian ini mengenai
bagaimana literasi politik
jelang pemilihan presiden
(PILPRES) 2014 di media
sosial Kompasiana.
Persamaan dari penelitian
ini ialah, sama-sama
meneliti mengenai literasi
politik di media baru.
Yang menjadi perbedaan
adalah subjek penelitian
yang digunakan dalam
skripsi tersebut serta pada
strategi literasi politiknya.
14
Kedua, skripsi yang
berjudul “Pemanfaatan
Media Sosial Oleh
Karyawan Transcorp
Dalam Mencari Informasi
Tentang Partai Politik
Islam”, yang ditulis oleh
Oleh Sendy Darlis Alditya.
Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas
Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, tahun
2014
Penelitian ini mengenai
pemanfaatan media sosial
dalam peningkatan
pengetahuan politik
karyawan khusunya pada
partai politik islam.
Persamaannya dari
penelitian ini ialah,
merujuk pada teori yang
dipakai yaitu teori
konvergensi simbolik
untuk menganalisa apa
yang diteliti.
Perbedaannya, penelitian
diatas fokus pada
pemanfaatan media
sosialnya, sedangkan
penelitian saya pada
literasi nya, selain itu
objek dan subjek yang
diteliti juga berbeda.
Ketiga, skripsi yang
berjudul “Peran Komunitas
Blogger Muslimah Dalam
Meningkatkan Literasi
Penelitian ini mengenai
komunitas blogger
muslimah memanfaatkan
keunggulan media sosial
15
Digital”, yang ditulis oleh
Qonita Rizka Marli.
Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas
Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, tahun
2018
untuk meningkatkan
literasi digital.
Persamaannya dari
penelitian ini ialah, sama-
sama meneliti tentang
aktifitas literasi pada blog
di dunia virtual.
Sedangkan perbedaannya
pada skripsi ini adalah
objek dan subjek dari
penelitian serta rumusan
masalah berbeda.
F. Metode Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Paradigma pada penelitian ini menggunakan
paradigma kontruktivis. Paradigma kontruktivis ialah
paradigma yang hampir merupakan antitesis dari paham
yang meletakkan pengamatan dan objektivitas dalam
menemukan suatu realitas atau ilmu pengetahuan.
Paradigma ini memandang ilmu sosial sebagai analisis
sistematis terhadap socially menaningful action melalui
pengamatan langsung dan terperinci terhadap pelaku
16
sosial yang bersangkutan menciptakan dan memelihara
atau mengelola dunia sosial mereka.14
Menurut Patton, paradigma kontruktivisme tercipta
atas dasar relativitas ontologis dimana dipaparkan bahwa
terbentuknya realita adalah tergantung dari bagaimana
orang memandang nya, dan tidak ada pandangan orang
yang diatur oleh data-data empiris. 15
Paradigma ini menyatakan bahwa (1) dasar untuk
menjelaskan kehidupan, peristiwa sosial dan manusia
bukan ilmu dalam kerangka positivistik, tetapi justru
dalam arti common sense. Menurut mereka, pengetahuan
dan pemikiran awam berisikan arti atau makna yang
diberikan individu terhadap pengalaman dan
kehidupannya sehari-hari, dan hal tersebutlah yang
menjadi awal penelitian ilmu-ilmu sosial; (2) pendekatan
yang digunakan adalah induktif, berjalan dari yang
spesifik menuju umum, dari yang konkrit menuju abstrak,
(3) ilmu bersifat idiografis bukan nomotetis, karena ilmu
mengungkap bahwa realitas tertampilkan dalam simbol-
simbol melalui bentuk-bentuk deskriptif; (4) pengetahuan
tidak hanya diperoleh melalui indra karena pemahaman
mengenai makna dan interpretasi adalah jauh lebih
penting; dan (5) ilmu tidak bebas nilai. Kondisi bebas
14
Dedy N. Hidayat, Paradigma dan Metodologi Penelitian Sosial
Empirik Klasik, Jakarta: Departemen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas
Indonesia, 2003, H.3
15 Michael Quinn Patton, Qualitative Research & Evaluation
Methods, 3 rd Edition, California: Sage, 2001, H. 92
17
nilai tidak menjadi sesuatu yang dianggap penting dan
tidak pula mungkin dicapai. 16
2. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.
Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang
menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui
pengumpulan data.
Pendekatan kualitatif menurut Kirk dan Miller ialah
tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara
fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia,
baik dalam kawasannya maupun peristilahannya. Dari
beberapa macam penafsiran, maka pengertian secara
umum dari penelitian kualitatif adalah, penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang
dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku,
persepsi, motivasi, tindakan, dan lain sebagainya, secara
holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata
dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah
dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. 17
3. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode studi kasus.
Menurut John W. Creswell, studi kasus merupakan
strategi penyelidikan, dimana peneliti mengeksplorasi dan
memahami secara mendalam terhadap sebagian atau
16 E. Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian
Perilaku Manusia. Depok: LPSP3, 2007. H. 22-23 17
Lexy, J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta : Remaja
Karya, Cetakana ke 23, Januari, 2007, hal 5-6
18
keseluruhan dari program, acara, aktivitas, maupun
proses. Peneliti mengumpulkan informasi secara rinci
dengan menggunakan berbagai proses pengumpulan data
selama periode waktu yang berkelanjutan.18
4. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan
peneliti dalam skripsi ini adalah
a. Observasi atau pengamatan langsung. Yakni
peneliti mengamati secara langsung terhadap
obyek yang akan diteliti. Peneliti menggunakan
jenis observasi Partisipan-membership19
, dimana
peneliti juga akan aktif dalam komunitas relawan
WikiDPR.
b. Metode interview atau wawancara, yaitu suatu alat
pengumpulan data dengan cara menggunakan
teknik wawancara langsung secara mendalam (In-
depth interview), dan diskusi kecil yang dilakukan
oleh penulis dengan beberapa orang yang terlibat
dalam proses management WikiDPR. Seperti
founder dari WikiDPR, koordinator lapangan,
18
John W. Creswell, Research Design: Qualitative, Quantitative, and
Mixed Methods Approaches-3 rd
ed (California, SAGE Publications Inc, 2009),
h.13 19 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2010): 64
19
editor dan beberapa relawannya yang tergabung
dalam komunitas tersebut.
c. Metode Dokumentasi, yaitu pengambilan data
yang diperoleh melalui dokumentasi tertulis.
Dalam hal ini penulis berusaha mengumpulkan,
membaca, serta mempelajari dengan berbagai
dokumen, arsip-arsip, serta artikel-artikel yang
sudah muat di media massa.
5. Sumber data
a. Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh secara
langsung oleh narasumber yang bersangkutan.
Pengumpulan data primer dalam penelitian ini
melalui data yang diperoleh secara langsung dari
narasumber melalui wawancara serta terjun
langsung magang di komunitas tersebut.
b. Data Sekunder
Yang menjadi data sekunder dalam penelitian ini
adalah dokumen, catatan, jurnal, arsip, atau
dokumen yang mendukung penelitian ini, baik
online ataupun tidak.
6. Teknik Analisis Data
Miles dan Huberman dalam Gunawan mengemukakan
tiga tahapan yang harus dikerjakan dalam menganalisis
data penelitian kualitatif, yaitu (1) reduksi data (data
reduction); (2) paparan data (data display); dan (3)
20
penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion
drawing/verifying). Analisis data kualitatif dilakukan
secara bersamaan dengan proses pengumpulan data
berlangsung, artinya kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan
juga selama dan sesudah pengumpulan data.20
Menurut Sugiyono dalam Gunawan mereduksi data
merupakan kegiatan merangkum, memilih hal-hal pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dan mencari
tema dan polanya. Data yang sudah direduksi lalu
dipaparkan sebagai data temuan yang kemudian
memungkinkan untuk ditarik kesimpulan. Tahap ketiga
yaitu penarikan kesimpulan. Penarikan kesimpulan
merupakan hasil penelitian yang menjawab fokus
penelitian berdasarkan hasil analisis data. Simpulan
disajikan dalam bentuk deskriptif objek penelitian dengan
berpedoman pada kajian penelitian.21
20
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2013): 210-211. 21 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: 210-211
21
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini bertujuan memberikan
gambaran secara singkat mengenai suatu penelitian, yang
terdiri atas enam bab, dan masing-masing bab terdiri dari sub-
bab dengan penyusunan sebagai berikut, yaitu:
BAB I: PENDAHULUAN
terdiri atas latar belakang masalah, pembatasan
dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, metodologi penelitian yang didalamnya
terdapat penjelasan mengenai metode penelitian,
subjek dan objek penelitian, teknik pengumpulan
data yang berupa wawancara, observasi,
dokumentasi, serta teknik analisis data. Kemudian
tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.
BAB II: KAJIAN TEORITIS
menguraikan tentang kajian teoritis yang memuat
tentang; pengertian strategi, pengertian literasi
politik, bagaimana strategi literasi politik,
pendekataan strategi literasi politik,. Adapun
muatan literasi politik terdiri dari partisipasi
politik, pemahaman kritis warganegara atas hal-
hal pokok terkait dengan politik. Selain itu
membahas teori konvergensi simbolik, dan
definisi dari media baru, karakteristik media baru,
dan internet sebagai saluran politik
22
BAB III: GAMBARAN UMUM WIKIDPR
memuat tentang sejarah berdirinya WikiDPR,
relawan WikiDPR, struktur organisasi WikiDPR,
logo WikiDPR, produk dari WikiDPR, dan
aktifitas relawan WikiDPR.
BAB IV: DATA DAN HASIL TEMUAN
mengenai data dan hasil temuan strategi literasi
politik dikalangan anggota DPR RI di wikidpr.org
dan apa saja pesan literasi politik di kanal “ddaftar
anggota DPR serta interpretasi teks konvergensi
simbolik
BAB V: ANALISIS DAN PEMBAHASAN
bab ini berisi mengenai analisis dan pembahasan
strategi literasi politik dikalangan anggota DPR RI
di wikidpr.org dan apa saja pesan literasi politik
yang terkandung dalam kanal daftar anggota DPR
serta hasil analisa dari interpretasi teks
konvergensi simbolik
BAB V: PENUTUP
menjelaskan tentang kesimpulan dan saran dari
hasil penelitian yang sudah dilakukan.
23
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Strategi Literasi Politik
1. Pengertian Strategi
Kata strategi berasal dari akar kata bahasa Yunani
strategos yang secara harfiah berarti “seni umum”, kelak
term ini berubah menjadi kata sifat strategia berarti
“keahlian militer” yang belakangan diadaptasikan ke
dalam lingkungan bisnis modern. Kata strategos
bermakna sebagai1:
1) Keputusan untuk melakukan suatu tindakan
dalam jangka panjang dengan segala akibatnya.
2) Penentuan tingkat kerentanan posisi kita dengan
posisi para pesaing (ilmu perang dan bisnis).
3) Pemanfaatan sumber daya dan penyebaran
informasi yang relatif terbatas terhadap
kemungkinan penyadapan informasi oleh para
pesaing.
4) Penggunaan fasilitas komunikasi untuk
penyebaran informasi yang menguntungkan
berdasarkan analisis geografi dan topografi.
5) Penemuan titik-titik kesamaan dan perbedaan
penggunaan sumber daya dalam pasar
informasi.
1 Alo Liliweri, Komunikasi Serba Ada Serba Makna, (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 240.
24
Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan
(planning) dan manajemen (management) untuk
mencapai suatu tujuan. Akan tetapi, untuk mencapai
tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan
yang hanya menunjukan arah saja, melainkan harus
mampu menunjukan bagaimana taktik operasionalnya.2
Sedangkan menurut Hamel dan Prahalad pengertian
strategi adalah tindakan yang bersifat incrumental
(senantiasa meningkat) dan terus menerus, serta
dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang
diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Dengan
demikian, strategi hampir dimulai dari apa yang terjadi
dan bukan dimulai dari apa yang terjadi. Terjadinya
kecepatan inovasi dan perubahan pola konsumen
memerlukan kompetensi inti (core competencies).3
Sandra Oliver dalam bukunya strategy public relation
mendefinisikan strategi sebagai sebuah cara untuk
mencapai sebuah hasil akhir. Hasil akhir menyangkut
tujuan dan sasaran organisasi, ada strategi yang luas
untuk keseluruhan organisasi dan strategi kompetitif
untuk masing-masing aktivitas. Dia juga
2 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2011): 32. 3 Umar Husein, Strategic Management in Action, (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2001) : 24
25
menggambarkan, strategi adalah jalan yang dipilih oleh
organisasi untuk diikuti dalam mencapai misinya.4
Dari pengertian diatas yang dikemukakan oleh
beberapa ahli, penulis menyimpulkan bahwa strategi
ialah perencanaan, cara, metode atau pendekatan untuk
mencapai suatu tujuan. Adapun strategi dibuat untuk
mengimplementasikan langkah-langkah yang tepat secara
sistematis, efektif, dan efisien sehingga apa yang ingin
dituju berhasil dicapai.
2. Literasi Politik
Dalam konteks sejarah perkembangan kepolitikan
mutakhir Indonesia, studi tentang literasi politik
mendapatkan perhatian yang lebih serius terutama sejak
reformasi bergulir tahun 1998 yang telah mengubah tata
kelola kekuasaan dari model demokrasi sentralistik ke
demokrasi desentralistik, yang kemudian diikuti oleh
keniscayaan diselenggarakannya perhelatan demokrasi
elektoral di berbagai tingkatan. Merujuk pada pendekatan
kelembagaan baru (new institusionalism) dalam kajian
ilmu politik5, nalar argumentasi penguatan kajian ini
dapat dirumuskan, bahwa untuk mengonsolidasikan
4 Sandra Oliver, Strategi Public Relation, (Jakarta: Erlangga, 2007) :
2. 5 Suatu pendekatan yang bertumpu anatara lain pada tesis James
March dan Johan Olsen, bahwa “political democracy depends not only on
economic and social conditions, but also on the design of political
institutions” (Marijan, 2011). Bahwa demokratisasi politik tidak hanya
bergantung pada kondisi sosial dan ekonomi, tetapi juga pada desain
kelembagaan politik. Salah satu bentuk konkret kelembagaan politik yang
harus mendapat perhatian adalah desain pemilihan umum.
26
demokrasi maka diperlukan pemilu yang berkualitas;
sementara pemilu yang berkualitas membutuhkan
prasyarat atau prakondisi para pemilih (voters) yang
cerdas, kritis, rasional, dan bertanggungjawab dengan
pilihannya. Pemilih dengan antara lain karakteristik inilah
yang kemudian lazim dikategorikan sebagai pemilih yang
literate (melek) secara politik. 6
Menurut Denver dan Hands (1990) dalam Karim dkk,
literasi politik (political literacy) merupakan pengetahuan
dan pemahaman tentang proses politik dan isu-isu politik,
suatu pengetahuan dan pemahaman yang memungkinkan
setiap warga negara dapat secara efektif melaksanakan
perannya (berperan serta, partisipasi) sebagai warga
negara. Pengetahuan dan pemahaman ini disebut sebagai
political expertise dan political awareness, yang intinya
merujuk pada maksud sejauh mana seorang individu
warga negara memberi perhatian dan memahami isu-isu
politik. 7
Mengutip tulisan Gun Gun Heryanto pada buku
Literasi Politik dan Konsolidasi Demokrasi, term literasi
awalnya populer digunakan di bidang studi dokumen
(perpustakaan) dan informasi, Information Literacy
pertama kali digunakan oleh Paul Zurkowski, President
of the International Industry Association pada tahun 1974
6 Agus Sutisna, Strategi Peningkatan Literasi Politik Pemilih Pemula
Melalui Pendekatan Pembelajaran Kontekstual, Journal 6, no.2 (2017): 137 7 Agus Sutisna, Strategi Peningkatan Literasi Politik Pemilih Pemula
Melalui Pendekatan Pembelajaran Kontekstual: 137
27
dalam proposalnya kepada The US National Commission
on Libraries and Information Science. Saat itu literasi
informasi dipahami sebagai seperangkat keterampilan
dalam pencarian informasi dan penggunaan hak.8
Menurut pendapat Bernard Crick dalam tulisannya
Essays on Citizenship, definisi dasar tentang literasi
politik adalah pemahaman praktis tentang konsep-konsep
yang diambil dari kehidupan sehari-hari dan bahasa.
Singkatnya literasi politik merupakan senyawa dari
pengetahuan, keterampilan dan sikap. Crick menegaskan
literasi politik lebih luas dari hanya sekedar pengetahuan
politik, melainkan cara “membuat diri menjadi efektif
dalam kehidupan publik” dan dorongan untuk “menjadi
aktif, partisipatif dalam melaksanakan hak dan kewajiban
baik dalam keadaan resmi maupun di arena publik yang
sifatnya suka rela”9
Dalam laporan “Workshop on Political Literacy”
(2002) dengan topik Political Literacy within ITT
Citizenship Education menyimpulkan agar literasi politik
menjadi kenyataan, maka harus didefinisikan dan dibuat
sebagai keahlian berbagi sehingga aktivitas ini sarat
dengan konten dan disampaikan melalui transmisi model.
Literasi politik ini memiliki potensi memberikan
8 Andi Faisal Bakti, dkk, Literasi Politik dan Konsolidasi Demokrasi,
(Ciputat, Churia, 2012): 117 9 Andi Faisal Bakti, dkk, Literasi Politik dan Konsolidasi Demokrasi:
117
28
kewarganegaraan dengan dasar pengetahuan, ketelitian,
sisi “keras” dan basis intelektual.
Report of Proceedings workshop ini pun
menyimpulkan bahwa literasi politik terutama bagi
kelompok muda melibatkan sejumlah hal10
:
1. Mengetahui dimana dan bagaimana keputusan
dibuat dalam masyarakat lokal, nasional maupun
internasional.
2. Mengakui hak seseorang untuk terlibat
3. Menjadi akrab dengan berbagai ide-ide politik,
bahasa dan bentuk-bentuk argumen
4. Mengembangkan seperangkat pribadi yang
memiliki nilai-nilai politik dan memiliki
keterampilan serta kepercayaan diri
menerapkannya dalam praktik
5. Kemampuan untuk terlibat secara efektif dalam
dialog dengan orang lain tentang isu politik
bersama yang menjadi perhatian.
Menurut Catherine Macrae dkk (2006) dalam
Political Literacy Resource Pack, literasi adalah bauran
kompleks dari praktek-praktek sosial yang
memungkinkan orang untuk menjadi warga negara yang
aktif dan efektif. Singkatnya, ada kemampuan mandiri di
depan pemerintah. Ini tidak berarti bertujuan untuk
menjadi seorang politisi karir, tetapi untuk berpikir dan
10 Andi Faisal Bakti, dkk, Literasi Politik dan Konsolidasi
Demokrasi: 117-118
29
bertindak sebagai konstituen informasi. Sehingga para
pejabat pemerintah tidak bisa menjadi siapa mereka tanpa
kita.11
Dari pernyataan diatas yang dikemukakan oleh para
ahli, penulis dapat simpulkan bahwa strategi literasi
politik adalah cara atau metode dengan implmentasi
langkah secara sistematis untuk memahami kemampuan
warga masyarakat dalam kebutuhan mereka akan
subtansi politik terutama perihal pemilu. Mengetahui
strategi pencarian informasi apa, siapa dan mengapa
mereka harus memilih? Menggali apa yang menjadi dasar
keyakinan mereka menentukan pilihan politiknya,
memiliki kemampuan untuk mengakses informasi seputar
calon kandidat yang akan mewakili daerah mereka
nantinya. Mampu mengevaluasi dan membandingkan
berbagai informasi politik. Serta mampu
mengorganisasikan, membuat sintesis serta membentuk
jejaring pemilih rasional dalam proses transaksional
dengan pemimpin yang akan diberi mandat kekuasaan
oleh mereka.
Adapun strategi literasi politik yang di kombinasikan
dengan manajemen strategis menurut Wheelen-Hunger
adalah serangkaian keputusan dan tindakan manajerial
11 Andi Faisal Bakti, dkk, Literasi Politik dan Konsolidasi Demokrasi
: 118
30
yang menentukan kinerja organisasi dalam jangka
panjang. Menurutnya ada 4 elemen dasar12
:
1. Pengamatan lingkungan
Pengamatan lingkungan adalah kondisi yang
terjadi di lingkungan atau yang
melatarbelakanginya.
2. Perumusan strategi
Pengembangan jangka panjang untuk
manajemen efektif dari kesempatan dan ancaman
lingkungan, dilihat dari kekuatan dan kelemahan
lembaga. Perumusan strategi meliputi
menentukan misi perusahaan/ organisasi,
menentukan tujuan-tujuan yang dapat dicapai,
mengembangkan strategi, dan menetapkan
pedoman kebijakan.
3. Implementasi strategi
Proses mewujudkan strategi dan kebijakan
dalam tindakan melalui pengembangan program,
anggaran dan prosedur.
a. Program adalah pernyataan aktivitas-
aktivitas atau langkah-langkah yang diperlukan
untuk menyelesaikan perencanaan sekali pakai.
b. Anggaran merupakan program yang
dinyatakan dalam bentuk satuan uang, setiap
program akan dinyatakan secara rinci dalam biaya
12
J. David Hunger & Thomas L. Wheelen, Manajemen Strategis,
(Yogyakarta: Penerbit Andi, 2012): 4
31
yang dapat digunakan oleh manajemen untuk
merencanakan dan mengendalikan,
c. Prosedur adalah suatu sistem langkah-
langkah yang berurutan yang menggambarkan
secara rinci bagaimana suatu tugas atau pekerjaan
di selesaikan.
4. Evaluasi
Proses yang melaluinya aktivitas-aktivitas
organisasi dan hasil kinerja yang dimonitor dan
kinerja sesungguhnya dibandingkan dengan
kinerja yang diinginkan.13
Dari keempat elemen tersebut, masyarakat bisa
menyuarakan pendapat nya, saling memberi kritik dan
saran serta berbagi informasi yang akhirnya membuat diri
menjadi aktif dan partisipatif seputar politik, dimana hal
ini akan membangun kesadaran simbolik bersama
melalui proses pertukaran pesan dan saling berinteraksi
akan pengalaman nya.
3. Pendekatan Literasi Politik
Sudah saatnya literasi politik fokus pada tindakan
(action). Hal ini dilakukan melalui empat pendekatan,
diantaranya14
:
1) Warga didorong untuk memiliki kemampuan
mendefinisikan kebutuhan terhadap informasi
13 J. David Hunger & Thomas L. Wheelen, Manajemen Strategis: 11-
19 14 Andi Faisal Bakti, dkk, Literasi Politik dan Konsolidasi
Demokrasi: 122-123
32
politik (defining the need of political
information) seperti profil kandidat serta visi
misnya.
2) Menetapkan strategi pencarian (initiating the
search strategy). Ini merupakan strategi
investigasi terhadap seluruh proses politik.
3) Gerakan mengkomunikasikan informasi
(communicating the information). Hal ini
sangat terkait dengan peran media dalam
proses publikasi. Ada baiknya media
menciptakan satu asosiasi yang kuat semacam
jaringan pers untuk mengawasi sekaligus
menjadi kekuatan di arus utama yang menjadi
penyeimbang.
4) Mengevaluasi produk dari proses akhir politik
(evaluating the political campaign process).
Hal ini terkait dengan evaluasi menyeluruh di
setiap tingkatan kampanye. Masyarakat punya
hak untuk megevaluasi dan
merekomendasikan apakah seorang kandidat
layak atau tidak.
4. Muatan Pokok Literasi Politik
a. Partisipasi Politik
Partisipasi secara harfiah berarti keikutsertaan.
Dalam konteks politik hal ini mengacu pada
keikutsertaan warga dalam berbagai proses politik.
Partisipasi politik dapat juga difahami sebagai proses
33
keterlibatan warga dalam segala tahapan kebijakan,
mulai dari sejak pembuatan keputusan sampai dengan
penilaian keputusan, termasuk juga peluang untuk ikut
serta dalam pelaksana keputusan.
Partisipasi politik menurut Herbert McClosky yang
dikutip oleh Damsar didalam “Pengantar Sosiologi
Politik” dapat diartikan sebagai kegiatan sukarela dari
warga masyarakat melalui mana mereka mengambil
bagian dalam proses pemilihan penguasa dan secara
langsung atau tidak langsung dalam proses
pembentukan kebijakan umum15
Miriam Budiardjo mendefinisikan partispasi
politik adalah kegiatan seseorang atau kelompok orang
untuk ikut serta aktif dalam kehidupan politik, antara
lain dengan jalan memilih pemimpin negara dan
secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi
kebijakan pemerintah (public policy). Kegiatan ini
mencakup tindakan seperti memberikan suara dalam
pemilihan umum, menghadiri rapat umum,
mengadakan hubungan (contacting) atau lobbying
dengan pejabat pemerintah atau anggota parlemen,
menjadi anggota partai baru atau salah satu gerakan
sosial dengan direct actionn dan sebagainya. 16
15
Herbert Mc Closky, International Encylopaedia of the Social
Science, dalam Damsar, Pengantar Sosiologi Politik (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2010): 180 16
Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik Edisi Revisi, (Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama, 2008): 367
34
Dalam hubungan dengan negara-negara baru
Samuel P.Huntington dan Joam M. Nelson dalam No
Easy Choice:Political Participation in Developing
Countries memberi tafsiran yang lebih luas tentang
partisipasi politik yaitu, kegiatan warga yang bertindak
sebagai pribadi-pribadi untuk mempengaruhi
pembuatan keputusan oleh pemerintah. Partisipasi bisa
bersifat individual atau kolektif, terorganisir atau
spontan, mantap atau sporadis, secara damai atau
dengan kekerasan, legal atau ilegal, efektif atau tidak
efektif.17
Dari penjelasan diatas, jelaslah partisipasi politik
erat sekali kaitannya dengan kesadaran politik, karena
semakin sadar bahwa dirinya diperintah, orang
kemudian menuntut diberikan hak bersuara dalam
penyelenggaran pemerintah. Partisipasi politik
berkenaan dengan tujuan suatu masyarakat, kebijakan
untuk mencapai suatu tujuan, serta sistem kekuasaan
yang memungkinkan adanya suatu otoritas untuk
mengatur kehidupan msyarakat ke arah pencapaian
tujuan tersebut.
Dalam buku perbandingan Sistem Politik
Indonesia yang dikutip oleh Mas’oed dan
MacAndrew, Almond membedakan partisipasi politik
ada dua bentuk, yaitu:
17 Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik: 368
35
a. Partispasi politik konvensional yaitu suatu
bentuk partisipasi politik yang normal dalam
demokrasi modern
b. Partispasi politik non konvensional, yaitu suatu
bentuk partisipasi politik yang tidak lazim
dilakukan dalam keadaan normal, bahkan
dapat berupa kegiatan ilegal, penuh kekerasan
dan revolusioner.
Adapun rincian dari pandangan Almond tentang
dua bentuk partisipasi politik dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 2.1
Perbandingan partsipasi masyarakat konvensional &
non konvensional18
Konvensional Non-Konvensional
Pemberian suara Pengajuan petisi
Diskusi Politik Berdemonstrasi
Kegiatan Kampanye Konfrontasi
Membentuk dan
bergabung dalam
kelompok kepentingan
Mogok
Komunikasi individual
dengan pejabat politik
dan administratif
Tindakan kekerasan
politik harta benda
(pengeboman,
18 Prof Damsar, Pengantar Sosilogi Politik, (Jakarta; Kencana
Prenada Media Group, 2010): 186
36
pembakaran)
Tindakan kekerasan
politik terhadap
manusia (penculikan,
pembunuhan)
Perang gerilya dan
revolusi
Pemikiran Almond tersebut dapat dikatan bahwa
partisipasi politik dapat dilihat dalam dua bentuk,
yakni partipasi politik yang bersifat umum atau
partisipasi politik tanpa kekerasan serta partipasi
politik yang dilakukan oleh warga masyarakat dalam
bentuk koersif atau jalur konflik.
Partisipasi politik dapat dibedakan menjadi
beberapa kategori, dilihat dari kegiatannya,
tingkatanna, partispasi politik dan tinggi rendahnya
rendahnya partisipasi politik, yakni19
:
a. Dilihat dari kegiatannya, partsipasi politik
dapat dibedakan menjadi partsipasi politik
aktif dan partsipasi politik pasif. Partsipasi
aktif dapat dilakukan melalui pengajuan
19
Gun Gun Heryanto, Dinamika Komunikasi Politik, (Jakarta: PT
Lasswell Visitama, 2011): 190-191
37
alternatif kebijakan umum, mengajukan
petisi, membayar pajak, dsb. Sementara
partisipasi politik pasif ditunjukkan melalui
kegiatan yang mencerminkan ketaatan dan
penerimaan atas hal-hal yang menjadi
keputusan pemerintah. Partisipasi aktif
berorientasi pada segi masukan dan
keluaran dari suatu sistem politik,
sementara orientasi partisipasi pasif hanya
apa aspek keluaran dari sistem politik.
b. Dilihat dari tingkatannya dapat dibedakan
menjadi apatis, spektator, dan gladiator.
Apatis artinya tidak menaruh perhatian
sama sekali pada kegiatan politik dan
bersikap masa bodoh. Spektator berarti
bahwa orang yang bersangkutan setidak-
tidaknya ikut menggunakan hak pilihnya
dalam pemilihan umum. Gladiator adalah
tingkatan partisipasi politik sampai pada
keikutsertaan secara aktif dalam proes
politik. Ada yang membagi partisipan
politik menjadi enam lapisan, yakni:
pemimpin politik, aktivis politik,
komunikator politik, warga negara
marginal, dan orang yang terisolasi.
c. Partisipasi politik dapat pula digolongkan
sesuai dengan jumlah pelaku yang terlibat
38
didalamnya. Atas dasar itu, partisipasi
politik dapat digolongkan menjadi
partisipasi individual dan partisipasi
kolektif.
d. Dilihat dari tinggi rendahnya partisipasi
politik dapat dibedakan menjadi partisipasi
aktif, partisipasi yang pasif tertekan
(apatis), partisipasi militan radikal, dan
partisipasi yang tidak aktif. Aktif jika
masyarakat memiliki tingkat kesdaran
politik yang tinggi dan percaya pada sistem
yang ada. Pasif tertekan apabila kesadaran
politik ada dan kepercayaan terhadap
sistem politik sangat rendah. Militan
radikal apabila kesadaran politik
masyarakat tinggi, sedangkan kepercayaan
terhadap sistem politik sangat rendah.
Tidak aktif, jika kesadaran politik
masyarakat sangat rendah, tapi
kepercayaan terhadap sistem politik sangat
tinggi.
Partisipasi politik berkenaan dengan tujuan suatu
masyarakat, kebijakan untuk mencapai suatu tujuan,
serta sistem kekuasaan yang memungkinkan adanya
suatu otoritas untuk mengatur kehidupan masyarakat
ke arah pencapaian tujuan tersebut.
39
b. Pemahaman Kritis Warganegara atas Hal-hal
Pokok Terkait dengan Politik
Dapat dikatakan bahwa politik (politics) adalah
bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik
(atau negara) yang menyangkut proses menentukan
tujuan-tujuan sekaligus cara melaksanakan tujuan-
tujuan sistem itu. Pengambilan keputusan (decision
making) mengenai apakah yang menjadi tujuan dari
sistem politik menyangkut seleksi antara beberapa
alternatif dan penyusunan skala prioritas dari tujuan-
tujuan yang telah dipilih. 20
Menurut Deliar Noer, singkatnya ilmu politik
memusatkan perhatiannya pada masalah kekuasaan
dalam kehidupan bersama atau masyarakat.
Kehidupan seperti ini tidak terbatas pada bidang
hukum semata, dan tidak pula pada negara yang
tumbuhnya dalam sejarah hidupnya manusia relatif
barude. Joyce Mitchell berpendapat bahwa politik
adalah pengambilan keputusan kolektif atau
pembuatan kebijakan umum untuk masyarakat
seluruhnya. 21
Peter Merkl menyebutkan bahwa politik dalam
bentuk yang paling baik adalalah usaha mencapai
suatu tatanan sosial yang baik dan berkeadilan. Untuk
20 Gun Gun Heryanto, Dinamika Komunikasi Politik: 191 21
Efriza, Ilmu Politik; dari Ilmu Politik sampai Sistem Pemerintahan,
(Bandung:Alfabeta, 2009): 9-10
40
melaksanakan kebijakan-kebijakan umum (public
policies) yang menyangkut pengaturan dan alokasi
(allocation) dari sumber daya alam, perlu dimiliki
kekuasaan (power) serta wewenang (authority).
Kekuasaan ini diperlukan baik untuk membina kerja
sama maupun untuk menyelesaikan konflik yang
mungkin timbul dalam proses ini. Cara-cara yang
dipakainya dapat bersifat persuasi dan jika perlu
bersifat paksaan (coercion). Tanpa unsur paksaan,
kebijakan ini hanya merupakan perumusan keinginan
(statement of intent) belaka.22
Dengan demikian kesimpulannya, politik dalam
suatu negara (state) berkaitan dengan masalah
kekuasaan (power) pengambilan keputusan (decision
making), kebijakan publik (public policy), dan alokasi
atau distribusi (allocation or distribution).23
Namun demikian terdapat sejumlah konsep-konsep
pokok terkait politik yang ditulis oleh Miriam
Budiardjo24
a. Negara adalah suatu organisasi dalam suatu
wilayah yang mempunyai kekuasaan
tertinggi yang sah dan yang ditaati oleh
rakyatnya
22 Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik:: 15 23 Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik:: 14 24 Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik:: 17-21
41
b. Kekuasaan merupakan kemampuan
seseorang atau suatu kelompok untuk
mempengaruhi tingkah laku orang atau
kelompok lain sesuai dengan keinginan
dari pelaku
c. Kebijakan umum (public policy),
merupakan kumpulan keputusan yang
diambil oleh seorang pelaku atau oleh
kelompok politik dalam usaha memilih
tujuan-tujuan dan cara-cara untuk
mencapai tujuan-tujuan itu. Pada
prinsipnya pihak-pihak yang membuat
kebijakan itu mempunyai kekuasaan untuk
melaksanakannya.
d. Pembagian (distribution) dan alokasi
(allocation) yakni pembagian dan
penjatahan dari nilai-nilai (values) dalam
masyarakat. Dalam konteks ini politik
kerap dipahami sebagai upaya membagikan
dan mengalokasikan nilai-nilai secara
mengikat. Pembagian ini sering tidak
merata oleh karenanya kerapkali
menyebabkan konflik.
42
Sementara itu, menurut Ramlan Surbekti (1992)
terdapat lima pandangan mengenai politik25
a. Politik adalah usaha bersama-sama yang
ditempuh warganegara untuk
membicarakan dan mewujudkan kebaikan
bersama
b. Politik adalah segala hal yang berkaitan
dengan penyelenggaraan negara dan
pemerintahan
c. Politik adalah segala kegiatan yang
diarahkan untuk mencari dan
mempertahankan kekuasaan
d. Politik sebagai kegiatan yang berkaitan
dengan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan umum
e. Politik sebagai konflik dalam rangka
mencari dan atau mempertahankan sumber-
sumber yang dianggap penting
Demokrasi dan media memiliki hubungan yang
resiprokal. Di satu sisi demokrasi membutuhkan media
sebagai alat komunikasi politik, baik oleh pemerintah
maupun oleh masyarakat, di sisi lain media hanya
dapat berfungsi bagi kepentingan masyarakat luas
dalam sistem politik yang demokratis. Oleh karena
25 Ramlan Subakti, Memahami Ilmu Politik, (Jakarta: PT Gramedia
Widiasarana Indonesia, 1992): 2
43
nya, peran internet sebagai media baru tentu akan
meperbesar kelompok masyarakat kritis untuk dapat
berpartisipasi guna mengetahui pokok-pokok terkait
tentang politik.
B. Teori Konvergensi Simbolik
Teori konvergensi simbolik bisa dirunut dari pemikiran
Ernest Bormann mengenai Simbolic Convergence Theory
(SCT) yang mulai dikembangkan di University of Minnesota
pada tahun 1970-an. Bormann sendiri berangkat dari
pemikiran Robert Bales tentang proses interaksi kelompok
kecil dalam konteks psikologi sosial. Kini, konvergensi
simbolik tak hanya dikaji dalam komunikasi kelompok,
melainkan juga berkembang hingga ke komunikasi politik di
publik.26
Menurut Johan F Cragan, akar konvergensi simbolik juga
bisa digunakan dalam komunikasi kelompok kecil,
kepentingan publik, massa dan komunikasi politik. Teori
konvergensi simbolik menjelaskan kekuatan komunikasi di
balik penciptaan kesadaran umum (realitas simbolik) yang
disebut sebagai visi retoris. Visi retoris ini menyediakan
sebuah bentuk drama dalam bentuk cara pandang, ideologi
dan paradigma berpikir. 27
26
Gun Gun Heryanto, Panggung Komunikasi Politik: Dilema antara
Idealitas dan Realitas Politik. (Yogyakarta IRCiSoD, 2019): 38 27
Gun Gun Heryanto, Konvergensi Simbolik di Media Online: Studi
Perbincangan Netizens tentang Polemik Kasus Century di Era Pemerintahan
SBY-Boediono Journal 6, no.2 (2015): 174
44
Ernest G. Bormann mengatakan bahwa “ The symbolic
convergence theory of communication is a general theory
within the broad framework that accounts for human
communication in terms of homo narrans. The theory
explains the appearance of a group consciousness, with its
implied shared emotions, motives and meanings, not in terms
of individual daydreams and scripts but rather in terms of
socially shared narrations of fantasies”.28
Pada teori konvergensi simbolik, memperhitungkan
komunikasi manusia sebagai makhluk pencerita. Munculnya
kesadaran kelompok dengan emotikon, motif dan makna yang
disertainya secara tersirat, bukan dalam hal lamunan dan skrip
individu, tetapi lebih kepada istilah-istilah yang secara sosial
disebut sebagai narasi fantasi.
Teori ini memiliki anggapan dasar setiap anggota
kelompok melakukan pertukaran fantasi dalam rangka
membentuk kelompok yang kohesif. Fantasi yang dimaksud
merupakan ide ataupun gagasan, cerita, gurauan, dan lain-lain
yang mengandung emosi atau mengungkapkan emosi.
Sekumpulan individu ini dapat berasal dari orang-orang yang
sudah saling kenal, kemudian saling berinteraksi dan bertukar
pengalamanyang sama sehingga menimbulkan proses
konvergensi simbolik.
Tentu dalam membangun kesadaran simbolik dibutuhkan
komunikasi yang efektif dan teliti. Menurut Onong Uchjana
28
Ernest G. Bormann, Symbolic Convergence Theory: A
Communication Formulation Journal 35, Issue 4 (1985): 128
45
Effendy dalam proses pertuaran pesan atau sedang melakukan
komunikasi tentu ada beberapa hambatan yang bisa merusak
komunikasi. Berikut ini hal yang merupakan hambatan
komunikasi yang harus menjadi perhatian bagi komunikator
yang diklarifikasikan menjadi dua gangguan. 29
1. Gangguan Mekanik (mechanical, channel noise)
Gangguan mekanik ialah gangguan yang disebabkan
saluran komunikasi atau kegaduhan yang bersifat fisik
seperti gangguan suara ganda (interfensi) pada
pesawat radio disebabkan dua pemancar yang
berdempetan gelombangnya, dll.
2. Gangguan Semantik (semantic noise)
Gangguan jenis ini bersangkutan dengan pesan
komunikasi yang pengertiannya menjadi rusak.
Gangguan semantik tersaring ke dalam pesan melalui
penggunaan bahasa. Lebih banyak kekacauan
mengenai pengertian suatu istilah atau konsep yang
terdapat pada komunikator, akan lebih banyak
gangguan mekanik dalam pesannya. Gangguan
semantik terjadi dalam salah pengertian. Semantik
adalah pengetahuan mengenai pengertian kata-kata.
Lambang kata yang sama mempunyai pengertian yang
berbeda untuk orang-orang yang berlainan. Ini
disebabkan dua jenis pengertian mengenai kata-kata,
29
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi,
(Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003), Cetakan ketiga: 45
46
ada yang mempunyai pengertian denotatif dan
pengertian konotatif.
Konvergensi simbolik dapat diterapkan dalam konteks
komunikasi antarpribadi, kelompok, organisasi, publik,
maupun massa. Sementara jika dilihat dari bidang spesialisasi
komunikasi, teori ini dapat diterapkan di semua bidang
komunikasi, termasuk komunikasi keluarga, pendidikan ,
politik, seni dan pemasaran.
Ada beberapa asumsi dasar teori konvergensi simbolik,
diantaranya ialah:30
a. Isi pesan langsung untuk menghadirkan makna,
emosi, dan motif: ini merupakan asumsi yang
menekankan bahwa pemaknaan merupakan pesan
yang didramatisasikan.
b. Realitas diciptakan secara simbolik: asumsi ini
menekankan bahwa anggota komunitas retoris
berpartisipasi untuk memperoleh tema fantasi
c. Sharing fantasi menciptakan konvergensi: asumsi
ini mengidentifikasikan bahwa fakta simbolik
ditandai oleh satu orang lantas dibentuk lagi oleh
yang lain sehingga menjadi kesadaran umum.
d. Tema fantasi dapat muncul dalam seluruh bentuk
diskursus: asumsi ini mengidentikan tema fantasi
30
Jhon F Cragan, Understanding Communication Theory: the
communicative Forces for Human Actions, (Needham Heights: a Viacom
company, 1998): 98
47
dapat muncul baik dalam bahasa rasional maupun
bahasa imaginative
e. Dalam beberapa subyek, sekurang-kurangnya
terdapat tiga struktur yang mendalam yakni:
kepatutan, sosial, dan analogimaster pragmatik
Dikutip dari disertasi Gun Gun Heryanto, unit analisis
utama dalam struktur dasar adalah tema fantasi. Sementara
kategori-kategori khusus yang merupakan kelanjutan dari unit
utama tema fantasi adalah: tipe fantasi, inisial simbolik dan
saga.
a. Tema Fantasi, merupakan penanda mengenai
sesuatu yang harus ditemukan dalam komunikasi.
Hal ini adalah bagian dari pesan drama-drama
besar yang panjang dan rumit dari sebuah cerita
yang dipaparkan melalui visi retorik
b. Isyarat simbolik (symbolic cue) merupakan
indikator retorik atau kode yang mendukung tema
fantasi. Biasanya berwujud kata, frase atau simbol.
c. Tipe Fantasi, muncul saat anggota komunitas
retorik berbagi kesamaan diantara garis peran
dalam drama-drama berbeda atau kualitas karakter
dalam drama dan tipe fantasi merupakan stok
skenario yang digunakan untuk menjelaskan
kejadian-kejadian baru dalam bentuk drmatik yang
dikenal khalayak.
48
d. Saga, ucapan yang senantiasa diulang-ulang dalam
pencapaian kehidupan seseorang, kelompok,
komunitas, organisasi dan Negara atau bisa juga
kaum puritan.31
C. Media Baru (New Media)
1. Definisi Media Baru (New Media)
Media baru atau New Media disebut sebagai media
digital. Media digital adalah media yang kontennya
berbentuk gabungan data, teks, suara, dan berbagai jenis
gambar yang disimpan dalam format digital dan
disebarluaskan melalui jaringan berbasis kabel optik
broadband, satelit dan sistem transmisi gelombang
mikro. 32
Pernytaan Terry pernah diperjelas oleh Bolter dan
Grusin yang mengatakan bahwa konten new media
seperti world wide web (situs internet) merupakan sebuah
kombinasi dari konte media-media yang sudah eksis
dengan format yang berbeda seperti pada tulisan surat
kabar, fotografi, rekaman musik, televisi, serta diproduksi
ulang dan di convert menjadi digital setelah mengalami
perkembangan generasi.33
31 Puritan, lebih tepatnya Kaum Puritan dari Inggris pada massa Ratu
Elizabeth abad ke-16 dan 17 adalah kumpulan sejumlah kelompok keagamaan
yang memperjuangkan "kemurnian" doktrin dan tata cara peribadatan, begitu
juga kesalehan perseorangan dan jemaat. (Sumber:
https://id.wikipedia.org/wiki/Puritan), diakses pada 13/03/2018 pukul 16.08 32
Terry Flew, New Media: An Introduction 3rd edition, (South
Melbourne: Oxford University, 2008): 2-3 33
Gun-Gun Heryanto, Media Komunikasi Politik, (Yogyakarta:
IRCiSoD, 2018): 25-26
49
Marshall McLuhan (1964) dalam bukunya
Understanding Media mengemukakan bahwa teknologi
komunikasi memainkan peran penting dalam tatanan
sosial dan budaya baru membawa perubahan dari media
cetak ke media eletronik. Ada tiga bagian penting dari
konsep ini yaitu Global Village (desa global), sebuah
bentuk baru organisasi sosial yang muncul ketika media
elektronik mengikat seluruh dunia dalam satu tatanan.
Kondisi ini akan membawa perubahan proses distribusi
pesan, bentuk media baru mentransformasi pengalaman
individu dan masyarakat tentang pesan media. 34
Flew mengemukakan bahwa media digital
merupakan: “Digital media are forms of media content
that combine and integrated data, text, sound, and
images of all kinds, are stored in digital formats: and are
increasingly distributed through network such as based
upon broad-band fibre-optic cables, sattelites, and
microwave transmision systems”. Media digital adalah
bentuk dari konten media yang menggabung dan
mengintegrasikan data, teks, suara, dan berbagai gambar
yang tersimpan dalam format digital dan distribusikan
melalui suatu jaringan seperti kabel serat optik, satelit,
dan sistem transmisi gelombang rendah. 35
34
Apriadi Tamburaka, Literasi Media; Cerdas Bermedia Khalayak
Media Massa, (Depok PT Rajagrafindo Persada, 2013) : 71 35
Apriadi Tamburaka, Literasi Media; Cerdas Bermedia Khalayak
Media Massa: 72
50
Media baru bisa membantuk komunitasnya sendiri,
karena sifatnya menyediakan dan menciptakan informasi
dalam jumlah yang besar dan banyak terbentuklah
komunitas pengguna yang sesuai dengan minat dan
kebutuhan. Selain itu, kehadiran media baru
memungkinkan masyarakat untuk berinteraksi satu sama
lain tanpa harus bertemu secara fisik. Perkembangan nya
sangat menguntungkan dikarenakan media online telah
menjadi ruang publik virtual dimana orang-orang dapat
menggunaknnya untuk mengekspresikan berbagai opini
dan sikap mereka untuk berkomunikasi dan berinteraksi.
a. Cyberdemocracy
Cyberdemocracy adalah sebuah konsep yang
melihat internet sebagai teknologi yang memiliki
pegaruh sosial transformatif dan memperluas
partisipasi demokrasi. Menurut John Hartley,
cyberdemocracy adalah sebuah konsep optimis
yang muncul sejak awal-awal kehadiran internet.
Asal mula konsep ini berkaitan dengan konsep
awal dari “electronic democracy”. Pada tahun
1970 Robert Paul Wolf menegaskan bahwa
hambatan untuk demokrasi langsung dapat diatasi
melalui eletronik demokrasi, yang mana mesin
pemungutan suara dapat dibentuk secara
51
elektronik disetiap rumah dan melekat pada
televisi.36
Sebagai sebuah konsep yang merupakan
perpaduan dari “cyberspace” dan “democracy”,
cyberdemocracy mengandalkan sebagian besar
pada prinsip-pribsip akses dan pertukaran
informasi yang bebas. Media baru, dengan
karakteristiknya yang mudah diakses dan
partispatif, menjadikannya sebuah ruang
demokrasi yang ideal di mana orang dapat
berkomunikasi secara bebas dan berpartisipasi
dalam forum yang dibangun untuk pengambilan
keputusan kolektif. Cyberdemocracy juga
mendorong adopsi teknologi internet dan
mendorong terjadinya etos pertukaran bebas
informasi, yang akan memudahkan orang untuk
mengakses informasi, dan mendorong terjadinya
demokrtatisasi. Sebagaimana Nicholas
Negroponte yang pada tahun 1995 menyatakan
bahwa “akses, mobilitas dan kemampuan untuk
melakukan perubahan adalah apa yang akan
membuat masa depan berbeda dengan saat ini,
dan bahwa informasi dgital akan menjadi
36
John Hartley, Communication, Cultural and Media Studies: The
Key Concepts, (London: Routledge, 2002): 57
52
“empowering force”, diluar harapan banyak
orang. 37
Para pendukung cyberdemocracy melihat
Internet sebagai sarana untuk menyediakan
kontrol yang lebih besar atas wakil-wakil mereka.
Menurut Barry Hague Brian Loader ada dua hal
yang menjadi justifikasi utama untuk meninjau
kembali praktek demokrasi di era informasi
(information age): pertama, menyangkut persepsi
yang berkembang bahwa lembaga-lembaga
politik saat ini aktor maupun praktek demokrasi
liberal yang sudah maju berada dalam kondisi
lemah dan diselenggarakan dengan cara yang
buruk. Kedua, berkaitan dengan keyakinan bahwa
periode perubahan sosial, ekonomi dan politik
yang cepat yang menandakan kemunculan abad
informasi, memberikan kesempatan sampai untuk
memikirkan kembali dan jika perlu secara radikal
merombak atau mengganti lembaga-lembaga
tersebut, baik aktor maupun praktek demokrasi. 38
Alasan lain mengapa fokus pada
cyberdemocracy adalah sebuah pandangan bahwa
masyarakat sedang mengalami perubahan
37
John Hartley, Communication, Cultural and Media Studies: The
Key Concepts: 57 38
Barry Hague N dan Brian D. Loader, Digital Democracy;
Discourse and Decision Making in the Information Age, (London: Rotledge
1999): 4
53
paradigma. Dalam masyarakat yang sedang
berubah itu peran potensi teknologi komunikasi
dan informasi (ICT) terhadap musyawarah
(deliberation) dalam pembentukan lembaga
politik dan praktik demokrasi menjadi sangat
penting. Menurut Barry Haguedan Brian Loader,
ada beberapa fitur kunci dari media interaktif
yang diklaim menawarkan potensi untuk
pengembangan varietas baru demokrasi, yaitu:
interactivity, global network, free speech, free
aassociation, construction and dissemination of
information, challenge to profesional and official
perspectives, breakdown of nation-state identity.39
b. Netizen
Secara konseptual, istilah netizen bisa kita
temukan dalam tulisan akademisi dari Columbia
University, Michael Hauben yang
mendefinisikannya sebagai : orang atau warga
internet (a net citizen) yang terkoneksi secara
global. Secar fisik, hidup di suatu negara tetapi
satu sama lain terhubung melalui komputer
berjaring global. Pemisahan geografis digantikan
oleh eksistensi di ruang virtual yang sama.
Hauben menjelaskan bahwa ini merupakan dunia
baru yang menghubungkan orang-orang, baik
39 Barry Hague N dan Brian D. Loader, Digital Democracy;
Discourse and Decision Making in the Information Age: 5-6
54
secara pribadi ke pribadi manapun pribadi ke
masa kolektif. Orang-orang , saat ini, memiliki
kemampuan untuk menyampaikan pengamata
mereka.40
Sementara dalam tulisan Mossberger, netizen
juga kerap dipadankan dengan istilah a digital
citizen, yang umumnya mengacu pada orang yang
memanfaatkan teknologi informasi (TI) dalam
rangka keterlibatannya di masyaraat, politik, dan
partisipasi pemerintah. Dia mendefinisikan warga
digital sebagai “orang-orang yang menggunakan
internet secara teratur dan efektif”. Dalam
kualifikasi sebagai warga digital, seseorang
umumnya harus memiliki kemampuan
pengetahuan, dan akses menggunakan internet
melalui komputer, ponsesl, dan perangkat web
untuk berinteraksi dengan pribadi maupun publik.
41
Secara konseptual, paling tidak ada tiga
tipologi netizen. Pertama, merupakan orang yang
menggunakan internet dan bergabung pada salah
satu komunitas pengguna internet. Kedua,
pengguna internet yang benar-benar terlibat di
komunitas online. Ketiga, netizen yang
menggunakan internet terlibat dalam komunitas
40 Gun-Gun Heryanto, Media Komunikasi Politik: 59-60 41 Gun-Gun Heryanto, Media Komunikasi Politik: 61
55
online secara intensif, dan punya kesadaran civic
responsibility. Definisi tanggung jawab warga
negara terefleksi dari tindakan da sikap tata kelola
yang demokratis dan partisipasi sosial. Tindakan
tanggung jawab warga negara tersebut dapat
ditemukan dalam beragam bidang , seperti politik,
ekonomi, lingkungan, dan isu-isu kualitas
kehidupan.42
2. Karaketeristik Media Baru
Menurut Flew, media baru atau bentuk informasi
digital sejenis, memiliki lima karakteristik:
1. Manipulable. Informasi digital mudah diubah dan
diadaptasi dalam berbagai bentuk, penyimpanan,
pengiriman dan penggunaan
2. Networkable. Informasi digital dapat dibagi dan
dipertukarkan secara terus menerus oleh sejumlah
besar pengguna diseluruh dunia.
3. Dense. Informasi digital berukuran besar dapat
disimpan di ruang penyimpanan kecil (contohnya
USB flash disc) atau penyedia layanan jaringan
4. Compressible. Ukuran informasi digital yang
diperoleh dari jaringan manapun dapat diperkecil
melalui proses kompres dan dapat dikompres
kembali saat dibutuhkan.
5. Impartial. Informasi digital yang disebarkan
melalui jaringan bentuknya sam dengan yang
42 Gun-Gun Heryanto, Media Komunikasi Politik: 61-62
56
direpresentasikan dan digunakan oleh pemilik
atau penciptanya.
Secara garis besar bahwa perubahan media lama ke
media baru mempengaruhi cara kita dalam berinteraksi
dan berkomunikasi menggunakan media. Dennis Mc
Quail memberikan lima konsep pembeda antara media
baru dengan media lama, antara lain: (1) derajat
interaktivitas, dimana interaksi dalam new media lebih
fleksibel dan lebih tinggi dibanding media konvensional,
(2) derajat social presence (keberadaan sosial) di mana
media massa bersifat lebih personal, mengurangi
ambiguitas. Media baru memungkinkan audience untuk
bisa berhubungan secara personal dengan media melalui
kontak langsung, (3) derajat otonomi, di mana
penggunaan media memiliki kemampuan untuk
mengontrol isi dan penggunaan medianya sendiri dan
menjadi sumber independen. Pengguna media bisa
memiliki media sendiri dan diolah sendiri, (4) derajat
playfullness, kemampuan media menyediakan hiburan
bagi para user, (5) derajat privasi yang berhubungan
dengan tepi isi yang dimiliki para pengguna media.
Mereka bebas menampilkan apa pun di media baru
(internet) sehingga menghasilkan media yang unik
(berbeda) dan personal.43
43 Apriadi Tamburaka, Literasi Media; Cerdas Bermedia Khalayak
Media Massa:: 74
57
Netizens, Michael dan Ronda Hauben dalam Hauben
dan Hauben (1997) mengemukakan bahwa salah satu
dampak terbesar dari perkembangan media online yaitu
berpindahnya kekuasaan dari perusahaan-perusahaan
media kepada masyarakat. Ditribusi informasi yang
dikuasai elit media kepada massa tidak lagi menjadi
model komunikasi yang digunakan, oleh karena saat ini
setiap orang mampu untuk menyiarkan apa yang diamati
dan opininya sendiri ke seatero dunia. 44
3. Internet Sebagai Saluran Politik
Internet saat ini menjadi saluran politik, dimana
orang-orag menggunakannya untuk membaca dan
mengekpresikan opini-opini politik mereka. Oleh karena
itu, internet menghubungkan politisi, partisan partai-
partai politik, aktivis, dan organisasi non partai serta
masyarakat umum.45
Penggunaan internet dalam komunikasi politik yang
semakin meluas tentu tidak bisa kita lepaskan dari
lingkungan dinamis yang terjadi di dunia, kawasan Asia
dan di Indonesia sendiri. hal ini terkait beberapa faktor:46
a. Sistem politik berjalan kian demokratis. Kondisi
yang diperoleh pasca gerakan reformasi ini
44 Apriadi Tamburaka, Literasi Media; Cerdas Bermedia Khalayak
Media Massa:: 76 45 Gun-Gun Heryanto, Media Komunikasi Politik:33 46 Gun-Gun Heryanto dan Shulhan Rumaru, Komunikasi Politik
Sebuah Pengantar, (Bogor, Ghalia Indonesia: 2013): 173-174
58
memungkinkan tumbuh kembangnya kebebasan
pers, kebebasan berkumpul, dan menyatakan
pandangan, baik lisan maupun tulisan. Kebebasan
itu pula yang telah menyebabkan setiap orang
dapat mengakses dan menggunakan internet guna
mengartikulasikan ide, gagasan, pemikiran,
ajakan, protes, himbauan, bahkan juga tekanan
kepada kekuasaan. Fenomena ini, dengan
sendirinya memunculkan ruang publik baru (new
public sphere) dalam proses penguatan demokrasi
di dunia cyber.
b. Kian majunya ICT (Information and
Communicatio Technology) dan media massa. Era
konvergensi media memudahkan bangsa Indonesia
untuk mengakses informasi. Melalui berbagai
layanan penyedia atau mesin pencari informasi
(search engine) misalnya, sangatlah mudah bagi
kita memperoleh informasi mengenai lingkungan
kita. Media cetak, televisi, dan radio di Indonesia,
kini rata-rata telah mengintegrasikan diri ke dalam
sisteme online. Hal ini kian memudahkan
penyebaran informasi di masyarakat, termasuk
informasi politik.
59
D. Kerangka berpikir
Adapun kerangka berpikir yang digunakan penulis yaitu
sebagai berikut:
Tabel 2.2
Latar Belakang Masalah
Kebingungan masyarakat terhadap banyaknya gambar wajah
calon anggota DPR di pileg yang tak dikenali rekam jejaknya.
Informasi mengenai para anggota DPR minim dan cenderung
hanya sebatas biografi mendasar. Untuk calon petahana pun,
bisa dikatakan tak banyak informasi mengenai rekam jejaknya
selama menjabat. Sudah seharusnya pencerahan dan
penambahan informasi mengenai profil, rekam jejak hingga
pandangan politik dari calon anggota DPR diperlukan oleh
masyarakat Indonesia. Oleh karena itu penulis tertarik dengan
penelitian ini.
Teori Umum
Konsep yang penulis gunakan
berdasarkan konsep perencanaan
strategis model J.David Hunger dan
Thomas L. Wheelen yang terdiri
dari empat elemen: Pengamatan
lingkungan, perumusan strategi,
implementasi strategi, dan evaluasi
Teori Khusus
Penulis memfokuskan konsep
tersebut ke dalam teori khusus
yaitu empat langkah unit
analisis utama dalam struktur
dasar konvergensi simbolik
oleh Ernest Bormann, (tema
fantasi, isyarat simbolik, tipe
fantasi dan saga)
Hasil yang diharapkan
Dengan adanya penelitian ini diharapkan memiliki
pengetahuan dalam hal: strategi literasi politik
wikidpr.org terhadap anggota DPR RI
Penelitian ini diharapkan dapat menyumbang ilmu
pengetahuan bagi mahasiswa yang berminat
dalam kajian literasi politik. Serta diharapkan
dapat membantu WikiDPR mengevaluasi dan
mengedukasi lebih kepada publik melalui literasi
yang kritis dan menarik.
60
BAB III
GAMBARAN UMUM WIKIDPR
A. Profil WikiDPR
1. Sejarah Berdirinya WikiDPR
WikiDPR adalah sebuah organisasi non-profit
bidang media dan komunikasi. Awal mulanya
organisasi ini lahir karena kebingungan beberapa anak
muda dalam pileg tahun 2014. Informasi mengenai
ribuan caleg minim, dan cenderung hanya biografi
yang sangat mendasar. Bahkan, untuk calon petahana,
tidak ada keterangan mengenai rekam jejak tentang
kinerja mereka selama 5 tahun di DPR. Atas dasar
inilah WikiDPR dibentuk di Jakarta pada Juli 2014
yang merupakan bentuk inisiatif warga dalam
merespons praktik kerja anggota DPR agar lebih
transparan.
Cakupan kerja WikiDPR meliputi reportase,
advokasi, dan inventarisasi data. WikiDPR melibatkan
publik untuk turut serta berpartisipasi lewat gerakan
relawan. Dari keterlibatan tersebut, WikiDPR
mengkurasi dan mengemas kembali rekam jejak setiap
anggota dewan serta kontribusinya dalam ruang-ruang
sidang. Tujuan WikiDPR jelas: agar warga dapat
61
mencermati serta teredukasi atas kinerja wakil
rakyatnya.1
Pada saat wa wancara, Hayati Indah Putri
menjelaskaan:
“Jadi kenapa berdirinya karena 2014 gak ada info
apa-apa terkait kinerja DPR selama lima tahun. Itu
kan membuat orang bingung untuk milih. Jadi,
WikiDPR mencoba untuk merekam kinerja
mereka selama lima tahun itu agar ada sejarahnya,
bisa terlihat juga udah melakukan apa saja selama
di DPR. Intinya, berawal dari ketidaktahuan dan
kebingungan waktu pemilu aja, makanya kami
membuat organisasi ini. Kita berada di DPR untuk
meliput, merekam dan menyebarkan melalui
social media @WikiDPR rapat-rapat di DPR.
Kami memastikan agar semua anggota yang hadir
dan menyampaikan pendapat mereka saat rapat
dengan pemerintah/instansi yang bersangkutan
terkemukakan pendapatnya. Dari peliputan, kita
juga menuliskan rangkuman untuk masing-masing
rapat dan melakukan update untuk profil-profil
anggota DPR.2
Sejak kelahirannya pada bulan Juli 2014,
WikiDPR mencoba hadir ke tengah masyarakat untuk
menyajikan data-data yang tidak bisa didapatkan dari
media konvensional. Dengan harapan, memberi
informasi lengkap tentang caleg petahana yang kelak
akan kembali berebut kursi Gedung Parlemen
Senayan di Pemilu 2019 di dunia digital.
1 https://wikidpr.org/page/tentang-kami, diakses pada 25 April 2019,
pukul 14.00 2 Wawancara dengan Indah Hayati Putri (CO.Founder WikiDPR)
pada 16 Mei 2019
62
Visi dari WikiDPR adalah mewujudkan proses
pemilihan umum legislatif dimana pilihan masyarakat
dibuat berdasarkan pengetahuan pemilih atas rekam
jejak pekerjaan wakil Rakyat. Dalam mewujudkan
misinya, WikiDPR hadir dalam setiap rapat untuk
meliput dan merekam peliputan pada rapat-rapat di
DPR secara akurat, komprehensif, akuntabel, dan
menyebarluaskanya melalui kanal-kanal di beberapa
media.3
Dalam mendukung terealisasinya gagasan visi dan
misi tadi, WikiDPR sebagaimana yang tertera dalam
situs resminya menjelaskan fokus strategi dan
tujuannya kedalam tiga poin; (1) Mempromosikan dan
mengembangkan transparansi dari sisi anggota DPR,
(2) Meningkatkan ketertarikan rakyat dengan DPR,
(3) Meyambungkan dua stakeholders antara
masyarakat dengan anggota DPR agar informasi
berjalan dua arah.
2. Relawan WikiDPR
Komunitas WikiDPR diisi oleh berbagai kalangan
masyarakat, diantaranya mahasiswa, LSM, aktivis,
tenaga ahli, pengusaha dan yang lainnya. Untuk
mendapatkan segala informasi mengeni trade record
DPR, WikiDPR mengirim relawannya untuk meliput
3Ricky Adryawan, WikiDPR dalam Kacamata Sosio-Demokrasi
Journal (Sosiologi pembangunan, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri
Jakarta, 2017): 42
63
seluruh kegiatan rapat di Kompleks Parlemen
Senayan. Para relawan tersebut didapatkan melalui
proses perekrutan. Berikut alur skema kerja WikiDPR:
Gambar 3.14
Awal mulaya, komunitas ini membuka open
recruitment (OPREC) kepada masyarakat untuk
menjadi bagian dari relawan WikiDPR. Biasanya,
OPREC ini dibuka setiap masa reses para anggota
DPR, kurang lebih setiap 3 bulan sekali. Proses
pengerekrutan ini tentu diseleksi. Berdasarkan website
wikidpr.org, ada beberapa kriteria; (1) memiliki
pengetahuan bidang politik, (2) memiliki kemampuan
jurnalistik dasar, serta (3) menguasai penggunaan
media sosial. Selain itu karakter yang dibutuhkan
berkomitmen tinggi, tidak cepat menyerah, tidak
mudah terintimidasi dengan hal-hal baru, detail
4 https://wikidpr.org/page/tentang-kami, diakses pada 30 Maret 2019
pukul 16.00
64
oriented. Dan yang palig penting punya rasa ingin
tahu yang sangat tinggi. Adapun pada saat bekerja
relawan WikiDPR harus transparan mengenai
pandangan politik secara jujur kepada sesama relawan
dan staf WikiDPR serta relawan WikiDPR harus
menekankan netralitas, liputan faktual, dan tidak
menyuarakan opini subyektif dalam peliputan
WikiDPR.
Pada saat dinyatakan lolos dalam OPREC, para
relawan diberikan pelatihan terlebih dahulu sebelum
pada akhirnya ditugaskan ke Senayan. Materi
pelatihan relawan mengenai; (1) pengenalan teknik
reportase sidang, (2) pengenalan papan instrumen
(dashboard) WikiDPR, serta (3) pengenalan atas
rangkaian kerja di DPR. Pelatihan ini berkisar satu
minggu untuk memberikan peneguhan kepada para
relawan dalam bertugas di DPR.
DPR setiap hari tentu memiliki agenda rapat
sidang komisi, tugas relawan WikiDPR melakukan
reportase dalam mencatat setiap aktivitas rapat, baik
itu rapat komisi, rapat paripurna, rapat alat
kelengkapan dewan serta wawancara individu. Selain
itu meng-update profil anggota DPR yang beririsan
dengan live tweet masing-masing relawan untuk
melengkapi trade record mereka, apa yang
disampaikan pada rapat komisi, pandangan mereka
65
tentang sebuah kasus, serta tanggapan mereka
mengenai revisi Undang-undang.
Saat kegiatan peliputan, para relawan WikiDPR
mempublikasikan informasi melalui live tweet
dilaman akunnya @wikidpr. Setelah dipublikasikan,
para relawan membuat rangkuman hasil dari rapat
sidang komisi dan di publish di website wikidpr.org.
3. Struktur Organisasi
Tabel 3.1
Tim WikiDPR
Co-Founder Hayati Indah Putri
Koordinator Lapangan Akmal Permatasari dan
Dena Atmaji
Tim Editor Kurnia Ismi
Fajrin Yuristian
Sumber : https://wikidpr.org/page/tentang-kami#
4. Logo WikiDPR
Gambar3.2
Logo WikiDPR
66
B. Produk WikiDPR
1. Web wikidpr.org
Wikidpr.org merupakan salah satu portal media
online, publikasi dari komunitas WikiDPR merekam
hasil liputan pada rapat-rapat di DPR. Platform ini
merupakan media untuk melihat update profil
anggota DPR dan kegiatannya selama rapat sidang
komisi dan paripurna. Sejak awal keberadaanya,
relawan WikiDPR diberikan pelatihan keterampilan
menulis untuk mengupdate dan membuat artikel yang
membahas tentang kegiatan apa saja yang dilakukan
oleh para anggota dewan. Wikidpr.org bukanlah
produk jurnalistik, melainkan sebagai produk
jurnalisme warga yang payung hukum wadahnya
menjadi tanggung jawab Kementrian Komunikasi dan
Informatika, bukan UU pers. Dari hasil tulisan
relawan WikiDPR, ada beberapa hasil menu yang
dimuat di web ini:
a. Daftar Anggota DPR
Pada menu ini kita akan diarahkan untuk
mengenali wakil rakyat kita dengan
mempelajari programnya, dan mengawasi
pekerjaannya. Kita bisa mencari anggota
DPR kita berdasarkan kabupaten/kota
tempat kita tinggal atau berdasarkan
komisi mereka bertugas.
67
Gambar 3.3
Daftar menu daftar anggota DPR
b. Berita Seputar DPR
Seperti media konvesional pada
umumya, portal ini menampilkan berita
dan informasi mengenai seputar DPR.
Gaya penulisannya hampir sama seperti
produk jurnalistik di portal media online.
Di menu ini kita bisa melihat berbagai
peristiwa menarik seputar DPR yang kita
bisa memilih sendiri kategori beritanya.
Selain itu, relawan WikiDPR juga
membuat review kinerja dan konsentrasi
DPR terhadap fungsinya dalam sebuah
infografis yang diolah berdasarkan data
yang diperoleh setiap kegiatan peliputan.
68
Gambar 3.4
Daftar menu berita seputar DPR
c. Profile RUU
Profil RUU merupakan menu yang berisi
tentang RUU yang dibahas oleh anggota
DPR selama masa persidangan. Desain
pada kanal ini dibuat per kolom sesuai
dengan masing-masing RUU nya. Tampak
dimasing-masing kolom, pembaca bisa
melihat berapa hari RUU ini didiskusikan
oleh DPR, masuk prolegnas tahun berapa,
bagaimana statusnya lanjutannya dan siapa
pengusulnya.
69
Gambar 3.5
Daftar menu profil RUU
d. Rangkuman Rapat
Rangkuman rapat merupakan tulisan
seputar aktivitas para wakil rakyat selama
sidang komisi atau bersama mitra kerja di
kompleks DPR. Hadirnya kanal ini sebagai
bentuk transparansi kepada publik untuk
mengetahui pandangan politik tentang
berbagai kebijakan yang dibahas anggota
dewan. Istimewa nya menu ini, bisa nge-
link kepada personal anggota DPR nya
secara langsung. Jadi, pada saat mencari
anggota DPR di dapil kita, pernyataan
mereka selama persidangan bisa kita lihat,
apakah yang mereka gaungkan
berdasarkan kepetingan rakyat atau tidak.
70
Gambar 3.6
Daftar menu rangkuman rapat
2. Akun Twiiter @wikidpr
Untuk memperluas jaringannya, WikiDPR
menggunakan media sosial twitter untuk live tweet
saat rapat dan sidang komisi. Sebelum akhirnya
rangkuman rapat di publikasikan di webblog
wikidpr.org, para relawan WikiDPR menyiarkan nya
melalui akun twitter ini.Akun @wikidpr merupakan
akun utama yang sudah diikuti 33.900 followers
dengan jumlah tweet 81.100.
Gambar 3.7
Akun media sosial twitter @wikidpr
71
Dalam wawancaranya dengan media satuharapan.com
Indah Hayati Putri mengatakan5:
"Kalau kita melihat media-media yang ada baik
itu online, cetak, atau elektronik, anggota dewan
yang muncul berbicara hanya itu-itu saja. Jadi,
WikiDPR ini coba hadir memantau seluruh
kegiatan rapat anggota dewan dan melakukan live
tweet," kata Indah.
Untuk memudahkan netizen di dunia virtual, akun
ini bertransformasi sebagai central nya, dimana
WikiDPR menambah 3 akun turunan lainnya untuk
mendukung akun utama ini. Akun utama hanya
memberikan informasi umum seputar DPR.
Sedangkan akun turunan lainnya lebih spesifik di bagi
per komisi dan lembaga yang ada di kompleks DPR
untuk me-live tweet kegiatan rapat. Berikut
pembagianya:
Tabel 3.2
Akun pendukung WikiDPR
Nama Akun
Area
Kegiatan
Liputan
Jumlah
Pengikut
Jumlah
Tweet
@wikidpr1 Komisi 1,
komisi 2,
komisi 3,
badan
legislasi, dan
2.995 172.000
5 http://www.satuharapan.com/read-detail/read/wikidpr-menyajikan-
yang-tak-disaji-media-konvensional, diakses pada 06 Mei 2019 pukul 16.00
72
sidang
paripurna
@wikidpr2 Komisi 4,
komisi 5,
komisi 6,
komisi 7,
komisi, 11,
badan
anggaran
2.321 171.000
@wikidpr3 Komisi 8,
komisi 9,
dan komisi
10
1.990 119.000
Akun tersebut secara aktif membagikan setiap
pernyataan-pernytaan anggota DPR melalui live tweet.
Apapun yang mereka katakan, baik itu saran ataupun
mengkritisi suatu hal di rekam oleh para relawan
WikiDPR dalam liputannya.
3. Akun Instagram Wikidpr
Instagram merupakan salah satu media sosial
terpopuler di dunia. Dalam menghadapi tantangan
global, WikiDPR membuat kanal informasi melalui
instagram nya (@wikidpr). Melalui akun yang ketiga
ini, diharapkan publik mengetahui apa yang sedang
didiskusikan oleh para wakil rakyat dan mengkritisi
kinerja mereka. Akun isntagram ini lebih
73
mempromosikan kepada tampilan infografis, gambar-
gambar liputan kegiatan rapat, serta informasi diksusi
publik yang cakupannya menyoal tentang DPR. Saat
ini, akun @wikidpr telah diikuti 2.780 pengikut
dengan jumlah postingan 225.
Gambar 3.9
Akun instagram wikidpr
4. Akun Youtube Wikidpr
Masih terbilang baru WikiDPR mempunyai akun
di youtube. Terlihat dari jumlah video yang diunggah
baru mencapai kurang lebih 75 video. Postingan video
nya berisi beberapa anggota DPR dalam memberikan
pendapat nya, semisal mengkritisi salah satu RUU.
Selain itu dalam video nya berisi ungkapan dan
pernyataan mengenai persoalan-persoalan seputar
DPR. saat ini cahnnel youtube nya sudah di subscribe
kurang lebih 266 orang.
74
Gambar 3.9
Akun youtube wikidpr
C. Aktivitas WikiDPR
1. Kegiatan Liputan
Anggota yang tergabung dalam komunitas ini
nantinya akan mengikuti liputan pada setiap rapat
DPR. Layaknya wartawan yang melakukan liputan
untuk sebuah berita, komunitas ini menyajikan dalam
bentuk live tweet sehingga publik bisa memonitor
langsung melalui akun sosial media nya. Sebelum
melakukan peliputan di DPR, anggota WikiDPR
biasanya mengecek jadwal rapat disitus DPR RI resmi
www.dpr.go.id . Setelah itu di plotting per orang
untuk dibagi disetiap komisi. Kegiatan liputan
dilakukan di balkon atas di ruang sidang komisi. Pada
saat rapat dimulai, relawan WikiDPR harus fokus
mencatat apa yang di ucapkan oleh anggota DPR, baik
itu rapat internal ataupun bersama mitra kerja di akun
sosmed nya.
75
Gambar 3.106
Kegiatan relawan WikiDPR meliput rapat
Gambar 3.117
Pengesahan RUU atas perubahan UU No. 11 tahun 2008
tentang ITE
6 Dokumentasi akun sosial media instagram WikiDPR
https://www.instagram.com/p/BJijFAkAVLm/?igshid=1xs3xkjb2apzy,
diakses pada 10 Mei pukul 10.00 7 Dokumentasi akun sosial media instagram WikiDPR
https://www.instagram.com/p/BMG2T7whjy1/?igshid=1fjbdsxnc1vc8
diakses pada 10 Mei pukul 10.00
76
Adapun formula live tweet nya, #komisi (spasi)
nama lengkap/akun twitter anggota DPR (spasi) akun
fraksi, #dapil (spasi) konten apa yang dibicarakan
(mention @wikidpr).
Contoh: #kom3 @RicoCapella68 @NasDem
#bengkulu: Komnas HAM lbh mirip anggaran
minta baru daripada anggaran perubahan, coba
dipikirkan lagi alokasi dana nya @wikidpr
Live tweet yang terkumpul lalu akan dirangkum
menjadi sebuah ulasan singkat yang nantinya
ditautkan dengan profil masing-masing anggota DPR
dalam situs WikiDPR.org.
2. Diskusi Publik
Selain aktif dalam melakukan peliputan, relawan
WikiDPR beberapa kali membuat diskusi publik
bekerjasama dengan Yayasan Madani Berkelanjutan
dengan para kelompok suprastruktur politik, seperti
anggota legislatif dan pemangku kebijakan publik seperti
komnas HAM, Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistem, ICW, Pemerhati isu sosial, dan lain sebagainya.
Diskusi ini terbuka untuk umum, dan sudah berlangsung
sejak awal tahun kemarin. Harapannya, terjadi komunikasi
dua arah, antara masyarakat dengan para stake holder dan
semakin teredukasi jugaa mana anggota DPR yang
menunjukkan keberpihakan nya terhadap rakyat melalui
rancangan undang-undang yang dibahas di diskusi ini.
77
BAB IV
DATA DAN HASIL TEMUAN
A. Strategi Literasi Politik Wikidpr.org Terhadap
Anggota DPR RI
Pemilihan umum (pemilu) idealnya adalah kegiatan
sukarela, tanpa paksaan dan cermin dari kekuasaan rakyat.
Dalam praktiknya, tentu saja pemilu selalu membutuhkan
partispasi masyarakat untuk menjaga performa politik yang
positif sekaligus menjadi momentum perbaikan berbagai
persoalan warisan masa lalu, saat ini atau potensi
permaslahan yang akan datang. McClosky memaknai istilah
partisipasi politik sebagai kegiatan-kegiatan sukarela dari
warga masyarakat, dimana mereka mengambil bagian dalam
proses pemilihan penguasa, dan secara langsung atau tidak
langsung terlihat dalam proses pembentukan kebijakan
umum.1
Penyelenggaran pemilu serentak tahun 2019 memang
telah usai di bulan April. Tapi dinamika yang terjadi mulai
dari proses kampanye dari elit politik, media yang terus
mendominasi berita seputar pemilu, diskusi yang terus
dilakukan oleh attentive public dan informasi yang terus
bersileweran di media sosial menarik untuk dikaji bersama.
Dalam konteksnya dengan literasi politik, media selalu
dijadikan alat utama sebagai penyalur informasi dan diskursus
1 Prof Andi Faisal Bakti, dkk, Literasi Politik dan Pelembagaan
Pemilu, (Ciputat: Fikom UP Press &Churia Press, 2016): 3
78
politik kepada publik. Hadirnya portal media online
wikidpr.org yang diinisiasi oleh WikiDPR, membuat banyak
orang untuk turut lebih aktif dalam kegiatan partisipasi politik
khususnya memantau anggota DPR yang melenggang di
Senayan. Mereka secara kolektif membentuk komunitas
untuk gerakan transparansi publik dan membicarakan perihal
politik terkini melalui dunia virtual.
Adapun mengenai strategi literasi politik ialah cara atau
metode dengan implmentasi langkah secara sistematis untuk
memahami kemampuan warga masyarakat dalam kebutuhan
mereka akan subtansi politik terutama perihal pemilu.
Mengetahui strategi pencarian informasi apa, siapa dan
mengapa mereka harus memilih? Menggali apa yang menjadi
dasar keyakinan mereka menentukan pilihan politiknya,
memiliki kemampuan untuk mengakses informasi seputar
calon kandidat yang akan mewakili daerah mereka nantinya.
Mampu mengevaluasi dan membandingkan berbagai
informasi politik. Serta mampu mengorganisasikan,
membuat sintesis serta membentuk jejaring pemilih rasional
dalam proses transaksional dengan pemimpin yang akan
diberi mandat kekuasaan oleh mereka.
Adapun strategi literasi politik yang merupakan empat
konsep manajemen strategis oleh Wheelen-Hunger adalah:
1. Pengamatan Lingkungan
WikiDPR merupakan organisasi non profit di
bidang media dan komunikasi. Organisasi ini lahir
79
pada tahun 2014 yang merupakan bentuk inisiatif
warga dalam merespons praktik kerja anggota DPR
agar lebih transparan. Awal mulanya organisasi ini
lahir karena kebingungan beberapa anak muda dalam
pileg tahun 2014. Informasi mengenai ribuan caleg
minim, dan cenderung hanya biografi yang sangat
mendasar. Bahkan, untuk calon petahana, tidak ada
keterangan mengenai rekam jejak tentang kinerja
mereka selama 5 tahun di DPR.
Berikut pemaparan Indah Hayati Putri:2
“Kenapa berdirinya karena 2014 gak ada info apa-apa
terkait kinerja DPR selama lima tahun. Itu kan
membuat orang bingung untuk milih. Jadi, WikiDPR
mencoba untuk merekam kinerja mereka selama lima
tahun itu agar ada sejarahnya, bisa terlihat juga udah
melakukan apa saja selama di DPR. Intinya, berawal
dari ketidaktahuan dan kebingungan waktu pemilu aja,
makanya kami membuat organisasi ini.”
Dinamika diskursus politik di WikiDPR secara sadar
bisa kita tangkap sebagai bagian dari proses literasi politik
yang merespons praktik dari kinerja anggota DPR di
senayan.
Literasi politik adalah aktivitas sosialisasi informasi
disertai diskusi tentang berbagai persoalan yang
berhubungan dengan politik untuk menciptakan pribadi
melek politik sehingga menjadi warga negara yang cerdas
2 Wawancara dengan Indah Hayati Putri (CO Founder WikiDPR)
pada 16 Mei 2019
80
karena kritis, bersikap dewasa, dan konstruktif dalam
memandang politik dan kekuasaan. 3
Bernard Crick sebagaimana yang dikutip oleh Gun
Gun Heryanto dalam tulisannya Essay on Citizenship
bahwa literasi politik adalah pemahaman praktis tentang
konsep-konsep yang diambil dari kehidupan sehari-hari
dan bahasa. Merupakan upaya memahami seputar isu
utama politik, apa keyakinan utama para kontestan,
bagaimana kecenderungan mereka mempengaruhi diri
anda dan saya. 4
2. Perumusan Strategi
Berdasarkan apa yang termuat di website
wikidpr.org misi nya ialah mempersiapkan
masyarakat Indonesia dengan data yang komprehensif
tentang rekam jejak seorang anggota saat menjabat
dari 2014-2019. Adapun strategi yang dilakukan
dengan; (1). Mempromosikan dan mengembangkan
transparansi dari sisi anggota DPR, (2). Meningkatkan
ketertarikan rakyat tantang DPR, dan (3).
Menyambungkan dua stakeholders antara masyarakat
dan anggota DPR agar informasi berjalan dua arah.5
3 Muchamad Yulianto dalam surat kabar Suara Merdeka dengan judul
Literasi Politik dan Media Sosial, Selasa 3 April 2018: 4
4 Andi Faisal Bakti, dkk, Literasi Politik dan Konsolidasi Demokrasi:
117 5 https://wikidpr.org/page/jadi-relawan, diakses pada 6 Agustus 2019 pukul
03.00
81
3. Implementasi Strategi
Pada bagian ini implementasi strategi mencakup
program atau kegiatan yang dilakukan oleh WikiDPR,
antara lain:
a. Literasi Politik melalui web
Jika dianalisa ada proses literasi politik di
wikidpr.org. dilihat bahwa web ini memberikan
edukasi politik melalui berbagai kanal yang
termuat, sebut saja salah satu pada “Daftar
Anggota DPR”. Pada kanal ini, relawan dari
WikiDPR harus terus mengupgrade informasi
seputar anggota DPR yang mereka pantau di
Senayan.
“Jadi profil anggota DPR itu dibuat untuk
melihat berbagai kinerja mereka tentang DPR,
pandangan politik mereka dan pernyataan
mereka tentang sidang-sidang yang berlangsung
selama di DPR, apakah mendukung rakyat atau
gimana. Menu profil anggota DPR
memudahkan kita untuk menilai, apakah
anggota DPR itu layak dipilih kembali atau
tidak di pemilu berikut nya”.6
6 Wawancara dengan Indah Hayati Putri (CO Founder WikiDPR)
pada 16 Mei 2019
82
Gambar 4.1
Cari Anggota DPR yang Mewakili
Gambar 4.2
Daftar Anggota DPR
b. Workshop dan Diskusi
Selain melakukan aktivitas online, aktivitas
offline yang dilakukan para relawan WikiDPR
ialah pelatihan untuk pengenalan teknik
reportase sidang dan pengenalan atas
rangkaian kerja di DPR. Pelatihan ini
83
dilakukan pada saat penerimaan relawan
WikiDPR setiap masa reses. Saat sudah
terpilih menjadi relawan WikiDPR, para
relawan juga bebas untuk mengikuti kegiatan
diskusi publik yang mengundang para tokoh,
anggota DPR dan stake holder lainnya.
Diskusi publik ini hampir sama dengan
seminar pada umumnya, karena ada panelis
yang menyampaikan materi dan kesempatan
dialog untuk bertanya apa saja. Tentu apabila
dianalisa, semua rangkaian diatas bagian dari
proses kegiatan literasi politik, dimana
kegiatan yang termuat didalamnya menyoal
seputar isu-isu politik.
Kegiatan diatas pastinya memnculkan
proses sharing fantasi, menghidupkan
interaksi kelompok yang terjadi selama acara
berlangsung. Proses tersebut dinamakan
sebagai konvergensi simbolik tentang proses
pertukaran pesan yang menimbulkan
kesadaran kelompok yang menghasilkan
hadirnya makna, motif, dan juga persamaan
bersama.7
7 Jhon F Cragan, Understanding Communication Theory: the
Communicative Forces for Human Actions, (Needham Heights: a Viacom
Company, 1998): 97
84
Berikut pemaparan Dena Atmaji, koordinator
liputan WikiDPR:
“Kita kan juga mitra dengan change.org
dan yayasan madani. Dan sebelum pemilu
sempat mengadakan seminar dan talk
show. Setiap kita ngadaiin seminar
tersebut, kita undang beberapa anggota
DPR untuk diskusi. Untuk diskusi publik
sendiri sudah mulai aktif sejak tahun 2017,
setiap tiga bulan sekali. Itu terakhir
kemarin sebelum masa reses pemilu
kemarin.”8
Gambar 4.3
Diskusi Publik: RUU Konservasi dalam Kacamata
Millenial
8 Wawancara dengan Dena Atmaji (Koordinator liputan WikiDPR)
pada 15 Mei 2019
85
Gambar 4.4
Suasana Diskusi Menakar Keberpihakan Wakil Rakyat
pada Isu Lingkungan
Di wikidpr.org, informasi seputar DPR
hampir semuanya ter-cover didalamnya.
Bahkan beberapa media mainstream, uniknya
menganbil data dari wikidpr tersebut. Uniknya,
kita mendapatkan pengetahuan seputar DPR
yang jarang di publish oleh media mainstream.
“Sebagai salah satu orang yang ada di
organisasi ini pada masa-masa awal, saya
cukup bangga jika ada yang memakai
WikiDPR sebagai salah satu platform
untuk mengenal politik. Saya tidak tahu
apa yang terjadi di luar sana, tetapi
WikiDPR sejak jaman 2015, hingga kini,
bisa jadi salah satu jembatan untuk
mengenal politik. Mungkin tidak secara
langsung WikiDPR bilang, “hey ini lho
politik”, tetapi melalui infografis seperti
jumlah kehadiran atau jumlah legislasi
86
yang disebarkan dan dimuat ke berbagai
media seperti detik, kompas, MI,
republika, dll, WikiDPR bisa menggiring
ke lamannya sendiri dan lembaga lain yang
bergerak di politik DPR, untuk mengenal
seluk-beluk DPR kan.” 9
Pengetahuan relawannya selain kegiatan
diatas, pada saat liputan di peroleh dengan
berbagai berbagai cara, sperti googling di
internet, bertanya pada kawan liputannya atau
memang berlatar pendidikan sebelumnya
mengenai ilmu politik.
Berikut penuturan Dena Atmaji:10
“Kebetulan saya jurusan KESSOS (kesejahteraan
sosial), jadi pengetahuan politik sedikit-sedikit
ada karena satu fakultas dengan FISIP (Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik). Biasanya kalau
ada hal-hal yang masih kurang paham sejauh ini
googling di internet, meminimalisir kesalahan
dan typo-typo pada saat live tweet.”
Salah satu relawan dari WikiDPR, Arief Al-Qori
juga mengaku:11
“WikiDPR jadi salah satu gerbang pembuka untuk
mengetahui perpolitikan negeri ini. Ya, dari
sekedar iseng menjawab pertanyaan, akhirnya ya
cari tahu sendiri ada apa sih urusan politik
khususnya di DPR itu. Misalkan ada sebuah
9 Wawancara dengan Arief Al-Qori (Relawan WikiDPR) pada 11 Mei
2019 10 Wawancara dengan Dena Atmaji (Koordinator liputan WikiDPR)
pada 15 Mei 2019 11 Wawancara dengan Arief Al-Qori (Relawan WikiDPR) pada 11
Mei 2019
87
undangan dari DPR kepada Pertamina atau
Garuda Indonesia waktu itu, ya saya cari tahu
melalui media daring atau juga menanyakan ke
beberapa rekan WikiDPR yang lebih mengerti
sebuah kasus di satu komisi”
c. Liputan
Fokus utama dalam mencari sumber
informasi anggota dewan ialah dengan liputan.
Para relawan yang tergabung di Wikidpr
disebar di berbagai komisi untuk meliput
jalannya rapat.
“Fokus kita paling utama ialah liputan aja.
Emang karena secara organisasi dengan
kapabilitas kita yang tidak terlalu banyak, dan
bukan organisasi yang kaya karena bukan
profit melainkan non profit, makanya
operasional nya menghemat juga. Tapi yang
jelas, prinsip kita apa yang bisa kita lakukan ,
kalaupun gak banyak yang penting kualitasnya
bermanfaat.”12
Pada saat liputan, para relawan WikiDPR
ditugaskan untuk mencatat setiap aktivitas
rapat, melakukan wawancara individu serta
melakukan update profil anggota DPR.
Mungkin kegiatan yang mereka lakukan
hampir sama dengan apa yang dilakukan oleh
para Jurnalis. Akan tetapi, komunitas ini
bukan sebuah media konvensional, melainkan
lebih kepada citizen journalism.
12 Wawancara dengan Indah Hayati Putri (CO Founder WikiDPR)
pada 16 Mei 2019
88
“Format nya hampir mirip seperti media
online pada umumnya, tapi tetap saja
wikidpr.org tidak bisa disebut sebagai
produk jurnalistik, itu adalah citizen
journalism. Tapi tetap tujuan utama kami
live tweet dan membuat rangkuman
rapat.”13
Gambar 4.5
Liputan Relawan WikiDPR
Aktivitas liputan yang dilakukan oleh
relawannya berupa live tweet ke akun twiiter
resmi WikiDPR. Karena basis nya live tweet,
setipa relawan harus jeli mendengarkan dan
melihat apa yang disampaikan oleh anggota
DPR.
“Aktifitas utama sesuai yang kita tahu,
mengetweet setiap pembicaraan yang
disampaikan oleh anggota DPR, atau juga
Mitra dan Lembaga negara seperti
Kementerian, ataupun perusahaan yang
kebetulan dipanggil DPR. Selain itu, setelah
13 Wawancara dengan Dena Atmaji (Koordinator liputan WikiDPR)
pada 15 Mei 2019
89
mendapatkan tweet tersebut, WikiDPR
melakukan proses penyatuan tweet di
chirpstory (webnya chirpstory.com kalau tak
salah) dan rangkuman.”14
Dalam me-live tweet, ada sistematika
penulisannya, yaitu formulaya, #komisi
(spasi) nama lengkap/akun twitter anggota
DPR (spasi) akun fraksi, #dapil (spasi) konten
apa yang dibicarakan (mention @wikidpr).
Contoh: #kom3 @RicoCapella68 @NasDem
#bengkulu: Komnas HAM lbh mirip anggaran
minta baru daripada anggaran perubahan,
coba dipikirkan lagi alokasi dana nya
@wikidpr
Live tweet yang terkumpul lalu akan
dirangkum menjadi sebuah ulasan singkat
yang nantinya ditautkan dengan profil masing-
masing anggota DPR dalam situs
WikiDPR.org.
d. Menulis
Perkembangan internet yang meluas
membuat media baru telah bermigrasi dari web
1.0 menjadi era web 2.0, dimana web
sebelumnya hanya berbasis read-only menjadi
participatory web yang sifatnya publik yang
mengkreasi konten.
14 Wawancara dengan Arief Al-Qori (Relawan WikiDPR) pada 11
Mei 2019
90
Dalam pandangan Joseph R. Dominic,
internet generasi pertama atau web 1.0 hanya
memungkinkan penggunanya sebagai
konsumen dari konten internet, sedangkan
pada internet generasi kedua atau web 2.0 para
pengguna nya bisa membuat atau berbagi
konten. Singkatnya, web 1.0 bersifat statis,
sementara yang 2.0 bersifat dinamis. Interaksi
pengguna web master tak lagi hanya satu arah.
Hampir keseluruhan sistem baru dari interaksi
sosial sudah maju, mencakup Really Simple
Syndication (RSS feeds), dan juga penggunaan
situs jaringan sosial. 15
Kaitannya dengan menulis di wikidpr.org
merupakan salah satu cara untuk memberikan
informasi, ide-ide, gagasan, serta trade record
kepada pembaca mengenai apa yang dilakukan
oleh anggota DPR selama masa jabatannya.
Tentu informasi yang dimuat di web tersebut
sesuai dengan visi misi WikiDPR, yaitu
menghubungkan rakyat dengan wakilnya.
Tulisan yang dimuat di wikidpr.org
meliputi profil anggota DPR, rangkuman rapat,
berita seputar DPR, dan profile RUU.
Sebenernya fokus utamanya ialah pada update
15 Gun-Gun Heryanto, Media Komunikasi Politik, (Yogyakarta:
IRCiSoD, 2018): 54
91
profil dan rangkuman rapat. Untuk rangkuman
rapat sendiri itu diperoleh dari live tweet yang
digabung menjadi chirpstory.
“Fokusnya liputan dan mengerjakan
rangkuman. Kebetulan di tiap minggu akhir,
saya mengerjalan 10 liputan untuk menjadi 10
rangkuman. Sistem pembagiannya seminggu
sekali untuk link nya (chirspstory twitter) dan
random liputan apa saja. Biasanya dibagi oleh
editor untuk membuat rangkuman tersebut.
Kadang kalau lagi free bisa 2 jam satu
rangkuman selesai.”16
Penjelasan dari koordinator liputan Wikidpr,
Dena Atmaji menyebutkan bahwa setiap minggu
relawannya diberi tugas untuk merangkum dari
akumulasi rapat DPR selama sepekan itu. Hal ini
agar masyarakat bisa melihat dan membaca
informasi terbaru dari web wikidpr.org.
“Membantu banget, karena di wikidpr.org ada
sistem rangkuman rapat , jadi secara keseluruhan
jalannya sidang komisi itu apa bisa terlihat dan
terbaca.”17
16 Wawancara dengan Dena Atmaji (Koordinator liputan WikiDPR)
pada 15 Mei 2019 17 Wawancara dengan Dena Atmaji (Koordinator liputan WikiDPR)
pada 15 Mei 2019
92
Gambar 4.6
Daftar Rangkuman Rapat
Bernard Crick pernah menegaskan bahwa
literasi politik lebih luas dari hanya sekedar
pengetahuan politik, melainkan cara “membuat
diri menjadi lebih efektif dalam kehidupan publik”
dan dorongan untuk “menjadi aktif, partispatif
dalam melaksanakan hak dan kewajiban baik
dalam keadaan resmi maupun di arena publik yang
sifatnya sukarela.18
“Jadi partisipasi masyarakat harus aktif, terutama
juga dalam menyaring siapa saja yang terpilih di
konstituen. Ya, seperti kita ini masuk dalam
komunitas WikiDPR berusaha untuk lebih aktif
menjadi masyarakat dalam menilai kinerja
dewan.”19
18 Andi Faisal Bakti, dkk, Literasi Politik dan Konsolidasi
Demokrasi: 117 19 Wawancara dengan Dena Atmaji (Koordinator liputan WikiDPR)
pada 15 Mei 2019
93
e. Membagikan konten ke medsos
Para relawan WikiDPR terbantu untuk
memilih pada pemilihan legislatif April 2019
yang lalu. Melalui pengalamannya meliput dan
membaca update profile anggota DPR di
wikidpr.org, pilihannya menjadi lebih mantap
dan tidak seragu pada pemilihan sebelumnya.
Berikut penuturan Dena Atmaji, koordinator
liputan WikiDPR:20
“Kemarin waktu pemilu saya memilih
berdasarkan apa yang saya lihat dan nilai
selama liputan, ketahuan kalau milihnya
petahana....hehehe”
Arief Al-Qori juga mengaku:21
“Untuk literasi politik, WikiDPR bisa dianggap
sebagai salah satu platform untuk melihat ada
apa sih yang terjadi di daerah saya, atau juga
bagaimana sikap yang diambil tokoh dari dapil
Kuningan untuk daerahnya. Begitu sih.”
Selain itu, relawan yang pernah tergabung
dalam komunitas WikiDPR merekomendasikan ke
luar kepada para teman nya, kolega, sahabat dan
keluarga untuk memilih caleg berdasarkan apa
yang diketahui melalui web wikidpr.org. Tak
tanggung-tanggung, apabila dari netizen bertanya
20 Wawancara dengan Dena Atmaji (Koordinator liputan WikiDPR)
pada 15 Mei 2019 21 Wawancara dengan Arief Al-Qori (Relawan WikiDPR) pada 11
Mei 2019
94
seputar caleg, relawan WikiDPR berusaha
menjelaskan apa yang ditanyakan sekaligus
memberikan arahan untuk caleg dapilnya.
“Iya, sempet kemarin pada saat pemilu saya
merekomendasikan ke teman saya melalui
sosmed. Tidak hanya teman, keluarga dan kerabat
juga. Saya juga aktif memberi tahu teman-teman
yang menanyakan tentang calonnya di dapilnya,
menjelaskan juga beberapa istilah yang ada di
DPR, karena beberapa teman ada yang kurang
tahu.”22
4. Evaluasi
Dari hasil keseluruhan kegiatan, organisasi
WikiDPR mulai mengevaluasi apa yang
dilakukannya. Terkhusus untuk bagian publikasi di
twitter agar tidak mudah untuk di catut oleh media
lain, WikiDPR melakukan upaya pembenahan sistem
yang nantinya akan segera di launching. Berikut
penjelasan Dena Atmaji selaku koordinator
liputannya:
“Jadi, next nya kita kan merancang untuk sistem ke
depannya nanti. Kalau untuk live tweet tetap, karena
memang itu intinya. Tapi, yang akan kita rancang
nanti sistem gak sedetail sekarang, dimana setiap
anggota DPR berucap langsung di live tweet. Jadi,
apa yang mereka (anggota DPR ) sampaikan kita
catat terlebih dahulu misal di notes, tapi untuk live
tweet inti dari ucapannya saja.” 23
22 Wawancara dengan Dena Atmaji (Koordinator liputan WikiDPR)
pada 15 Mei 2019 23 Wawancara dengan Dena Atmaji (Koordinator liputan WikiDPR)
pada 15 Mei 2019
95
Implikasi dari Memadukan Literasi Media dan
Literasi Politik
Dalam konteks gerakan literasi media dan literasi
politik, keberadaan media baru sesungguhnya
memberi sumbangsih penting. Media sosial menjadi
pilihan ditengah keterbatasan ruang media arus utama
(mainstream media) seperti televisi, radio, koran,
majalah, dan lain-lain. Kita sangat paham, media arus
utama punya logika pasarnya sendiri, sehingga tak
mungkin mempublikasikan seluruh rangkaian
kegiatan birokrasi secara rinci.24
Begitupun dengan wikidpr.org yang berusaha
menjadi media atau perantara untuk menjembatani
antara warga dengan wakilnya. Mekanisme yang
diterapkan oleh WikiDPR terlihat terstruktur karena
ada sistem moderasi, artinya setiap tulisan yang
masuk akan disaring dengan cara-cara yang
terstruktur oleh editor. Dari pernyataan diatas, tentu
wikidpr.org sebagai media yang sudah melakukan
literasi media.
Sebagaimana ditulis Potter (2001), untuk
membangun struktur ilmu pengetahuan, kita
memerlukan alat dan bahan baku. Alat yang
dimaksud adalah kemampuan literasi media,
24 Gun-Gun Heryanto, Media Komunikasi Politik, (Yogyakarta:
IRCiSoD, 2018): 77
96
sedangkan bahan bakunya adalah infomasi dari media
dana informasi dari dunia yang sesungguhnya. 25
“Tentunya apa yang kita publikasikan ke publik
bagian dari gerakan transparasi agar publik
mengenal siapa wakilnya melalui informasi yang
kami muat di berbagai akun sosmed. Kami ingin
bisa menjembatani antara stakeholder (DPR) dan
masyarakat agar memperoleh informasi yang
akuntabel dan terpercaya. Gerakan literasi ini
kami design agar mendalami profil tiap-tiap
anggota DPR yang melenggang di senayan. Dan
kami tentunya memanfaatkan media internet
sebagai perantara untuk menyebarluaskan
informasi tersebut. Melihat zaman sekarang apa-
apa sudah berteknologi.”26
Target dan urgensi literasi politik, pertama,
menyasar aspek knowledge, yakni perubahan dan
peningkatan ranah pengetahuan dan wawasan
individu tentang politik dalam beragam
dinamikanya. Kedua, lebih berupaya terjadi
perubahan sikap terhadap fenomena perpolitikan di
negeri ini, baik yang postif maupun yang
mengkhawatirkan. Ketiga, kesediaan individu
mengubah perilaku bahkan bertindak dalam rangka
memperbaiki keadaan melalui partisipasi kritis dan
konstruktif pada proses pengambilan keputusan
25 W. James, Potter, Media Literacy, (Thousand Oaks, CA: Sage
Publications, 2001): 4-5 26 Wawancara dengan Indah Hayati Putri (CO Founder WikiDPR)
pada 16 Mei 2019
97
sejak berpartisipasi pada pemilu sampai mengawal
visi misi politikus terpilih.27
Pada akhir tahun 2017, WikiDPR pernah
melakukan survei untuk mengetahui persepsi publik
mengenai calon wakilnya yang melenggang di
Senayan. Survei ini ditujukan kepada para followers
yang mem-foloow akun WikiDPR di twiiter. Indah
Hayati Putri mengatakan bahwa:28
“Intisari dari survei nya tahun 2017 ingin tahu
bagaimana persepsi mereka tentang DPR
sebelum mengenal WikiDPR dan setelah
mengenal WikiDPR yang aktif memposting
kegiatan anggota DPR. Dan hasil nya, kalau
kita lihat sebelum mereka kenal WikiDPR,
kecenderungannya terhadap DPR 75% negatif,
persepsi nya terhadap si DPR itu sendiri. Tapi
setelah adanya WikiDPR, 75% itu pindahnya ke
netral, jadi negatif nya berkurang banget dan
malah jadi netral. Kita lihatnya analisis kita,
banyak yag netral berarti mereka lebih terbuka.
Mereka jadi gak langsung judge kalau DPR itu
negatif. Dan beberapa dari warga juga
mengapresiasi kehadiran wikiDPR karena
membantu memberikan informasi mengenai
rekam jejak petahana. Apalagi mengingat tahun
ini pemilu untuk pemilihan legislatif DPR.”
Persepsi publik mengenai kinerja DPR RI periode
2014-2019 ialah 17,3% mengatakan sangat kurang,
53,8% kurang, 27,9% baik dan 1% sangat baik.
27 Muchamad Yulianto dalam surat kabar Suara Merdeka dengan
judul Literasi Politik dan Media Sosial, Selasa 3 April 2018: 4
28 Wawancara dengan Indah Hayati Putri (CO Founder WikiDPR)
pada 16 Mei 2019
98
Apabila dianalisa, hampir secara keselurahan 71,1%
kinerja DPR buruk. Hal ini terjadi mungkin karena
apa yang dilakukan oleh DPR tidak menyentuh
aspirasi rakyat.
Gambar 4.729
Survei Rekam Jejak Petahana
Berikutnya, saat ditampilkannya beberapa info
seputar tentang DPR dengan cara yang simple,
menarik, dan tentunya bisa dipahami oleh warga oleh
tim WikiDPR, respons warga setelah melihat
tampilan dari infografis tersebut persepsi nya
mengenai DPR berubah. Penilaian masyarakat
terhadap informasi tersebut sebanyak 49%
mengatakan baik, 29,8% sangat baik, 5,8% sangat
kurang dan 15,4% mengatakan kurang. Dan apabila
dianalisa, yang tadinya berasumsi 71,1% mengatakan
29 Hasil survei tim internal WikiDPR kepada publik pada Desember
2017, survei ini diisi oleh masyarakat di beberapa kota di wilayah Indonesia
dengan respons 104 orang
17%
54%
28%
1%
Bagaimana menurut Anda kinerja DPR RI
periode 2014-2019?
Sangat kurang
Kurang
Baik
Sangat baik
99
DPR itu buruk setalah adanya WikiDPR yang
memberikan informasi seputar DPR berubah menjadi
78,8% menjadi netral.
Gambar 4.830
Infografis review kinerja DPR RI
Tentu informasi diatas sangat membantu bagi
masyarakat untuk mengetahui bagaimana kinerja
wakil rakyat selama ini. Sebanyak 77,9% terbantu
dengan informasi tersebut, dan 22,1% mengatakan
30 Hasil survei tim internal WikiDPR kepada publik pada Desember
2017, survei ini diisi oleh masyarakat di beberapa kota di wilayah Indonesia
dengan respons 104 orang
100
kurang. Dan informasi mengenai rekam jejak seperti
diatas dijadikan pertimbangan dalam memilih caleg
2019-2024. Respons masyarakat mengatakan 41,3%
mengatakan baik, 39,4 % sangat baik, 6,7%
mengatakan sangat kurang dan 12,5% kurang.
Gambar 4.931
Survei Rekam Jejak Petahana
Gambar 4.1032
Survei Rekam Jejak Petahana
31 Hasil survei tim internal WikiDPR kepada publik pada Desember
2017, survei ini diisi oleh masyarakat di beberapa kota di wilayah Indonesia
dengan respons 104 orang 32 Hasil survei tim internal WikiDPR kepada publik pada Desember
2017, survei ini diisi oleh masyarakat di beberapa kota di wilayah Indonesia
dengan respons 104 orang
7% 13%
41%
39%
Apakah informasi rekam jejak kinerja
seperti diatas akan anda jadikan
pertimbangan dalam meilih caleg 2019?
Sangat kurang
kurang
baik
sangat baik
3%
17%
43%
28%
9%
Bagaimana penilaian Anda terhadap
WikiDPR selama ini?
Sangat kurang
Kurang
Baik
Sangat Baik
Tidak tahu
101
Kehadiran WikiDPR sebagai civil society
organization (CSO) memberikan dampak bagi
keberlangsungan literasi politik di Indonesia,
khusunya menyoal tentang DPR RI. Penilaian
masyarakat terhadap WikiDPR menilai 43,3%
mengatakan baik, 27,9% sangat baik, 2,9% sangat
kurang, dan 17,3% kurang, dan sisanya 8,7%
menjawab tidak tahu. Tentu untuk ke depannya agar
lebih eksis dalam memberikan literasi politik kepada
masyarakat, informasi yang dimuat lebih
ditingkatkan lagi terutama didalam kontennya.
B. Literasi politik pada profile anggota DPR RI
Pada profile anggota DPR RI di wikidpr.org terdapat
pesan literasi politik yang mencakup berbagai informasi
seputar profil anggota DPR dan daftar tanggapan pada saat
rapat komisi.
1. Profil umum anggota DPR RI 2014-2019
Anggota DPR RI 2014-2019 berjumlah sebanyak
560 anggota. Sepuluh partai politik berhasil
memenangkan kursi di parlemen dari 12 partai
pemilu. PDIP merupakan partai politik dengan raihan
kursi terbanyak yaitu 109 kursi (19,46%). Partai
golkar mendapatkan raihan kursi terbanyak kedua
dengan 91 kursi (16,25%). Kemudian disusul berturut-
turut dengan Gerindra 73 kursi (15,07%), Demokrat
61 kursi (10,89%), PAN 49 kursi (8,75%), PKB
102
dengan 47 kursi (8,39%), PKS 40 kursi (7,14%), PPP
dengan 39 kursi (6,96%), Nasdem dengan 35 kursi
(6,25%) dan Hanura dengan 16 kursi (2,98%).
Gambar 4.11
Perolehan kursi partai politik hasil pemilu 2014
Jika dilihat dengan jenis kelaminnya, dominasi
laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan
perempuan. Sebanyak 463 anggota DPR berjenis
kelamin laki-laki, dan 97 anggota DPR berjenis
kelamin perempuan.
Gambar 4.12
Perolehan kursi berdasarkan jenis kelamin
83%
17%
Laki-laki
Perempuan
103
Dilihat dari latar pendidikan anggota DPR
RI 2014-2019 terpilih, pendidikan sarjana
sebanyak 239 orang (43,06%). Kemudian disusul
dengan magister sebanyak 212 orang (38,20%),
doktor 48 orang (8,65%), diploma 9 orang
(1,62%), dan SLTA/sederajat sebanyak 47 orang
(8,47%).
Gambar 4.13
Latar pendidikan anggota DPR RI 2014-2019
Sementara untuk latar pekerjaannya,
sebagian besar adalah pengusaha sebanyak 203
orang (37,5%). Selanjutnya, anggota DPD/DPRD
sebanyak 126 orang (23,2%), karyawan swasta
sebanyak 64 orang (11,8%), profesional (meliputi
pengacara, dokter, konsultan) sebanyak 48 orang
(8,85%), dosen (baik swasta maupun negri)
sebanyak 39 orang (7,19%), pegawai negeri sipil
sebanyak 18 orang (3,3%), menteri/kepala daerah
sebanyak 12 orang (2,2%), pemuka agama dan
seniman masing-masing sebanyak 7 orang,
104
pegawai BUMN/BUMD sebanyak 4 orang (0,7%)
dan peneliti sebanyak 3 orang (0,6%), dan
terdapat 18 anggota DPR yang tidak ada
keterangan pekerjaan terakhirnya.
Gambar 4.14
Latar Pekerjaan anggota DPR RI 2014-2019
2. Informasi politik kandidat petahana DKI Jakarta 1
Menurut data dari kpu.go.id jumlah konstituen
terbanyak kedua stelah jawa barat 1 ialah daerah
jakarta 1 dengan jumlah 2.027.482. Berikut
wikidpr.org sajikan data petahana yang akan maju
mewakili wilayah DKI jakarta 133
:
a. Asril Hamzah Tanjung
Mayjen TNI (Purn) Asril Hamzah Tanjung
adalah seorang petinggi di Partai Gerakan
Indonesia Raya (Gerindra). Asril adalah mantan
Kepala Staf Komando Strategik Angkatan
33
https://wikidpr.org/dapil?dapil=DKI+Jakarta+I, diakses pada 1 juli
2019 pukul 20.00
105
Darat (KOSTRAD). Asril terpilih menjadi
Anggota DPR-RI periode 2014-2019 mewakili
Dapil DKI Jakarta I setelah memperoleh 24,957
suara.
Berpangkat Letnan Kolonel memimpin
Kontingen Garuda Yonif 303/Kostrad ke
Kamboja Kepala Staf Kostrad. Selepas
mengabdi di kemiliteran, Asril dipercaya untuk
memimpin sebuah maskapai penerbangan
swasta dan menjabat sebagai Direktur Utama
Mandala Airlines.
Pada masa kerja 2014-2019 Asril bertugas
sebagai Wakil Ketua Komisi I yang
membidangi pertahanan, luar negeri,
komunikasi dan informatika. Ia adalah Wakil
Ketua komisi I.
106
Gambar 4.15
Profil Petahana Asril Hamzah Tanjung
107
b. SB Wiryanti Sukamdani
Wiryanti Sukamdani berhasil terpilih kembali
menjadi Anggota DPR-RI periode 2014-2019 dari
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP)
dari Dapil DKI I setelah memperolah 30.691
suara. Pada Pileg 2009, Yanti Sukamdani adalah
Anggota DPR-RI dari PDIP dari daerah pemilihan
berbeda yaitu Dapil Jawa Tengah IV. Seorang
pebisnis dan tokoh industri pariwisata Indonesia,
Yanti Sukamdani pada periode 2009-2014 aktif di
Komisi X DPR-RI yang membawahi pendidikan,
kebudayaan, pariwisata, ekonomi kreatif, pemuda
dan olahraga. Pada masa kerja 2014-2019
Wiryanti kembali duduk di Komisi X.
Yanti Sukamdani adalah putri dari pemilik
Sahid Jaya Hotel Sukamdani Sahid Gito Sarjono.
108
Bagi Wiryanti Sukamdani dunia perhotelan serta
restoran bukanlah sesuatu yang asing bahkan
sudah menjadi satu dalam jiwanya. Wiryanti
Sukamdani kuliah di Cornell University Amerika
Serikat untuk mempelajari ilmu pariwisata dan
sekembalinya ke Indonesia ilmu tersebut
digunakan untuk mengembangkan usaha
keluarganya, bekerja bersama dengan keluarganya
akhirnya berhasil mengembangkan jaringan hotel
Sahid Jaya dari 5 hingga menjadi 19 hotel yang
tersebar di 12 provinsi Indonesia.
Wanita yang menjabat sebagai Ketua Bidang
Pemberdayaan Perempuan dan Anak DPP PDI
Perjuangan ini juga menjabat sebagai Wakil
Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia dan
berhasil mendorong petani lokal untuk
memproduksi beras organik dengan menggunakan
pupuk organik yang juga telah disertifikasi oleh
Pemerintah Jepang.
109
Gambar 4.16
Profil petahana SB Wiryanti Sukamdani
c. Bambang A. Wiyogo
Bambang Wiyogo adalah anak mantan
Gubernur DKI Jakarta Wiyogo Atmodarminto,
110
yang juga menjabat sebagai Direktur utama PT
Gas Energy Jatim Surabaya. Saat ini Ia adalah
Komisaris PT Radio Garda Asia Bumi (Woman
Radio Jakarta). Januari 2016, ia dimutasi dari
Komisi I menjadi anggota Komisi VII DPR-RI.
Gambar 4.17
Profil petahana Bambang A Wiyogo
111
d. Achmad Fauzan Harun
Achmad Fauzan Harun terpilih menjadi Anggota
DPR-RI periode 2014-2019 dari Partai Persatuan
Pembangunan (PPP) mewakili Dapil DKI Jakarta I
setelah memperoleh 50,323 suara. Achmad Fauzan
adalah politisi senior PPP dan duduk di jajaran Ketua
Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PPP hasil Muktamar
Jakarta (Djan Faridz). Achmad Fauzan adalah mantan
birokrat senior di Kementerian Agama dan pernah
menjabat sebagai Kepala Kantor Wilayah
Departemen Agama DKI Jakarta dan juga Kepala
Biro Keuangan dan Barang Milik Negara
Kementerian Agama.
112
Di masa kerja 2014-2019, Achmad Fauzan
bertugas di Komisi VIII yang membidangi agama,
sosial dan pemberdayaan perempuan.
Gambar 4.18
Profil petahana Achmad Fauzan Harun
113
e. Dwi Astuti Wulandari
Dwi Astuti Wulandari lahir di Jakarta, 7
Oktober 1980. Dwi baru kali ini mencalegkan
diri, dan berrhasil menjadi anggota DPR RI
2009-2014 setelah memperoleh suara sebanyak
20.434 suara untuk daerah pemilihan DKI I .
Belum ada rekam jejak politik yang memadai,
karena Dwi Astuti Wulandari bukan anggota
DPR incumbent yang terpilih. Dwi adalah anak
dari eks Ketua Umum Demokrat Hadi Utomo.
Gambar 4.19
Profil petahana Dwi Astuti Wulandari
114
f. Eko Hendro Purnomo
Eko Hendro Purnomo terpilih lagi menjadi Anggota
DPR-RI periode 2014-2019 dari Partai Amanat Nasional
(PAN) mewakili Dapil Jawa Timur VII setelah
memperoleh 69,301 suara. Lebih dikenal dengan nama
panggilannya, Eko Patrio, ia sebelum menjadi Anggota
DPR-RI adalah seorang komedian bersama kelompok
lawak Patrio. Kelompok Patrio ini terkenal
membawakan acara televisi 'Ngelaba' di Televisi
Pendidikan Indonesia. Di PAN, Eko menjabat sebagai
Ketua Dewan Pimpinan Wilayah DKI Jakarta.
Di masa kerja 2014-2019 Eko Patrio bertugas lagi di
Komisi X yang membidangi pendidikan, kebudayaan,
pariwisata, ekonomi kreatif, kepemudaan dan
115
olahraga. Eko Patrio juga adalah anggota dari Badan
Anggaran.
Di 2013 Eko Patrio dipanggil oleh Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai saksi dari kasus
korupsi proyek Hambalang dan Menteri Pemuda dan
Olahraga, Andi Mallarangeng
Gambar 4.20
Profil petahana Eko Hendro Purnomo
116
g. Mardani Ali Sera
Pada 23 Februari 2017, Mardani Ali Sera dilantik
kembali menjadi Anggota DPR-RI periode 2014-2019
sebagai Pergantian Antar Waktu (PAW) menggantikan
Sa'duddin yang mengundurkan diri karena mengikuti
Pilkada Bekasi. Mardani adalah kader Partai Keadilan
Sejahtera (PKS) mewakili Dapil Jawa Barat 7.
Mardani sebelumnya pernah menjadi Anggota DPR-
RI periode 2009-2014. Mardani adalah seorang dosen di
Universitas Mercu Buana. Mardani adalah politisi senior
di PKS dan belum lama ini menjabat sebagai Ketua Tim
Pemenangan Pilgub Jakarta 2017 pasangan Anies
Baswedan-Sandi Uno.
117
Pada masa kerja 2014-2019, Mardani bertugas di
Komisi 4 yang membidangi perikanan, pertanian dan
perkebunan. Sejak pertengahan November 2017,
Mardani tidak lagi bertugas di Komisi 4 dan bertugas
sebagai wakil ketua di Komisi 2 DPR-RI yang
membidangi pemerintahan dalam negeri dan otonomi
daerah, aparatur dan reformasi birokrasi, kepemiluan,
pertanahan dan reforma agraria.
Gambar 4.21
Profil petahana Mardani Ali Sera
118
119
Faktanya, pemilu legislatif April yang lalu memberikan
hasil bahwa dari 7 petahana yang mendaftarkan diri untuk
menjadi anggota DPR RI 2019-2024, hanya 2 orang petahana
yang terpilih, yaitu Eko Hendro Purnomo dan Mardani Ali
Sera.
Dilansir dari kpu.go.id, caleg terpilih untuk wilayah DKI
Jakarta 1 sebanyak 6 orang, diantaranya 2 orang dari PDIP,
yaitu Putra Nababan (101.769 suara), Sondang Tiar Debora
Tampubolon (36.185 suara), 2 orang dari PKS, Mardani Ali
sera (155.285 suara), Anis Byarwati (39.935 suara), Gerindra
satu orang, yaitu Habiburokhman (76.028 suara) dan dari
PAN 1 orang, Eko Hendro Purnomo (104.564 suara)34
Hasil kompilasi Pusat Kajian Politik Universitas
Indonesia, dari 575 kursi DPR tersebut, sebanyak 65 persen
atau 373 di antaranya diproyeksi akan diisi anggota legislatif
yang baru. Sebelumnya, caleg petahana periode 2014-2019
yang maju dalam Pemilu 2019 sebanyak 94 persen atau 526
orang, dan diperkirakan hanya 202 orang yang kembali ke
DPR. Direktur Pusat Kajian Politik Universitas Indonesia
Aditya Perdana, Selasa (28/5/2019), di Jakarta, mengatakan,
perubahan komposisi wajah keanggotaan di DPR cenderung
terus terjadi di setiap pemilu. Hal ini mengindikasikan adanya
keinginan dari konstituen untuk mengevaluasi dan
34
https://pemilu2019.kpu.go.id/#/dprri/rekapitulasi/, diakses pada 5
Juli 2019 pukul 10.00
120
membenahi kinerja wakilnya di DPR dengan cara memilih
orang yang baru.35
C. Interpretasi analisis teks
Untuk memudahkan menganalisa, tulisan ini penulis
bedah mengikuti jalur FTA yakni dimulai dari initial basic
concept. Istilah ini merupakan bagian komunikasi primer
yang mewakilkan keseluruhan konsep dalam teks dan
perbincangan. Terdapat empat istilah yang masuk ke dalam
konsep dasar yakni Tema Fantasi, Tipe Fantasi, Syimbolic
Cue, dan Saga.36
Tabel 5.1
5 Sample Tulisan Berita Seputar DPR
No Nama Judul Tulisan Bahasan
1 Arkhelaus W
(tempo.co)
RUU Pemilu,
Ambang Batas
Capres Dinilai
Inkonstitusional
Tulisan ini
membahas tentang
keberadaan ambang
batas pencalonan
presiden yang
diajukan pemerintah
adalah
inkonstitusional.
2 Arif Hulwan Setop Akal- Tulisan ini
35
https://kompas.id/baca/utama/2019/05/29/caleg-baru-dominasi-dpr/,
diakses pada 5 Juli 2019, pukul 10.09 36 Lihat skripsi Tri Isniarti Putri, lulusan UIN Syarif Hidayatullah,
Jakarta, Jurusan Ilmu Komunikasi prodi Komunikasi Penyiaran Islam, dengan
judul Literasi Politik Jelang Pemilihan Presiden (PILPRES) 2014 di Media
Sosial Kompasiana, skripsi ini disahkan tahun 2014: 124-125
121
(Media
Indonesia)
akalan studi
Banding Ke Luar
Negeri
membahas modus
kunjungan ke luar
negeri di saat
tingkat kehadiran
mengikuti rapat
masih rendah
3 Rifaldi Fath
(Relawan
WikiDPR)
15 Hal tentang
DPR yang tidak
diungkap Media
Tulisan ini memuat
tentang
pemikirannya
mengenai hal-hal
tentang DPR yang
tidak diungkap ke
media
4 Indah Putri
(Relawan
WikiDPR)
Anggota DPR
yang ingin
membuat kita
jadi seoraang
anggota juga
Tulisan ini
meyodorkan tentang
kegiatan Pak Arief
Suditomo (Hanura,
Jawa Barat 1) di
kota Bandung pada
masa reses DPR.
5 Angki
Trijaka
(Relawan
WikiDPR)
Gaya Reses
Seorang
Pengusaha Yang
Jadi Politisi
Tulisan tentang
mengikuti
perjalanan reses
anggota dewan
Adisatrya Sulistyo
122
1. Analisis tulisan pertama: RUU Pemilu, Ambang
Batas Capres dinilai Inkonstitusional37
Tulisan ini di posting pada 12 Desember 2018.
Dalam tulisan ini penulis Arkhelaus W (tempo.co)
memberikan gambaran bahwa keberadaan ambang batas
pencalonan presiden yang diajukan pemerintah adalah
inkonstitusional.
a. Tema Fantasi
Tema fantasi mewujudkan sebuah pesan
dramatis yang menggambarkan sebuah karakter
pada sebuah setting/kasus yang menjelaskan
keadaannya. Tema Fantasi juga merupakan
penanda mengenal sesuatu yang harus
ditemukan dalam komunikasi. Hal ini adalah
bagian dari pesan drama-drama besar yang
panjang dan rumit dari sebuah cerita yang
dipaparkan melalui sebuah visi retorik.
Biasanya berkaitan dengan tema besar yang
diangkat.
Dalam konteks ini, tema fantasi yang
diangkat adalah : ambang batas capres dinilai
inkonstitusional
Bisa dilihat dari tulisan berikut
keberadaan ambang batas pencalonan
presiden yang diajukan pemerintah
adalah inkonstitusional. Ini berkaitan
37
https://wikidpr.org/news/tempoco-ruu-pemilu-ambang-batas-capres-
dinilai-inkonstitusional, diakses pada 5 Juli 2019 pukul 05.00
123
dengan keputusan Mahkamah Konstitusi
yang memutuskan Pemilihan Umum 2019
berlangsung serentak.
b. Symbolic Cue
Adalah stenografi yang mengindikasikan
atau membuat kode untuk tema fantasi. Jadi
yang umum disepakati, sandi, isyarat dan
simbolisasi yang memicu pembagian ulang dari
tema fantasi. Symbolic cue bisa dilihat dalam
tulisan berikut:
Sebagian fraksi di pansus ini menilai
keputusan keserentakan itu otomatis
meniadakan presidential threshold. Kalau
ada ambang batasnya, berdasarkan acuan
yang digunakan yang mana? kata Lukman
dalam.....
Penulis memberi karakter melalui simbol
kode digunakan yang mana? Yaitu
mencoba bertanya dengan kode tersebut.
c. Tipe Fantasi
Tipe fantasi sering berfungsi sebagai rumah
sosial dari visi retoris yang muncul karena
kecenderungan untuk memunculkan makna,
emosi, dan motif tindakan untuk setiap anggota
dari komunitas retoris lebih mudah dari fantasi
aslinya. Dalam tulisan ini tipe fantasi yang
menonjol adalah:
124
Pencalonan presiden dan wakilnya harus
diajukan partai politik atau gabungan parpol
yang menguasai 20-25 persen kursi parlemen
berdasarkan hasil Pemilu 2014. "Bukankah
ini memunculkan pelanggaran kepada
konstitusi? Sebab, hasil Pemilu 2014
menghasilkan presiden pada 2014 dan 2019,"
ujar politikus PKB ini. "Ini menimbulkan
problem konstitusional.”
Kata “Bukankah ini memunculkan
pelanggran kepada konstitusi?” memunculkan
makna emosi yang dibagikan penulis kepada
pembaca bahwa akan menimbulkan problem
konstitusiona
d. Saga
Semua organisasi menunjukan realitas
simbolik yang berisi pengertian, emosi dan motif
bertindak untuk setiap anggota. Dalam konteks
tulisan saga nampak pada kalimat:
Threshold, baik parliamentary maupun
presidensial, menjadi inkonstitusional. Berikut
tulisan penulisnya:
Pakar hukum tata negara Margarito Kamis
bahkan menilai keputusan MK mengenai
pemilihan umum serentak secara otomatis
meniadakan ambang batas, baik dalam pemilu
legislatif maupun presiden. Sebab,
konsekuensi pemilu serentak mengharuskan
partai politik untuk meniadakan ambang
batas."Threshold, baik parliamentary maup
un presidensial, menjadi inkonstitusional," tuturnya.
125
2. Analisis tulisan kedua: Setop Akal-akalan studi
Banding Ke Luar Negeri38
Tulisan ini diposting pada tanggal 12 Desember
2018 di laman wikidpr.org. Dalam tulisan ini oleh
Arif Hulwan (Media Indonesia) menggambarkan
modus kunjungan ke luar negeri di saat tingkat
kehadiran mengikuti rapat masih rendah. Tulisan ini
menarik dikaji mengingat penyakit DPR suka absen
rapat.
a. Tema Fantasi
Dalam tulisan ini tema fantasi ada
dikalimat dengan mengusung tema besar,
yaitu: Evolusi modus kunjungan terus-
menerus dilakukan demi mencari celah
izin. Berikut tulisan lengkapnya:
Di saat tingkat kehadiran mengikuti rapat
masih rendah, DPR malah rajin
mengusulkan agenda kunjungan kerja ke
luar negeri. Evolusi modus kunjungan
terus-menerus dilakukan demi mencari
celah izin.
Si penulis mengekpresikan pemikiran
utamanya bahwa disaat kehadiran rapat
masih rendah, malah DPR terus menerus
mengusulkan agenda kerja ke luar negeri.
Tema fantasi yang dibangun oleh penulis
diperkuat dengan merujuk hasil data absensi
38
https://wikidpr.org/news/media-indonesia-setop-akal-akalan-studi-
banding-ke-luar-negeri, diakses pada 5 juli 2019, pukul 06.00
126
rapat paripurna dari WikiDPR di tiga masa
sidang DPR
b. Symbolic Cue
Dalam tulisan ini symbolic cue ada pada
kalimat “modus saja”. Berikut tulisan
detailnya:
Ini memoles saja. Dulu namanya studi
banding. Karena dikritik, jadi kunker
(kunjungan kerja). Dikritik lagi, jadi
kunjungan diplomatik. Ini modus saja
untuk kelabui publik," ujar peneliti Forum
Masyarakat Peduli Parlemen (Formappi)
Sebastian Salang di Jakarta, kemarin
(Minggu, 20/11)
Penulis ini seakan mengajak para
pembaca untuk memahami apa yang
dilakukan DPR itu cuman “polesan” saja,
modus untuk mengelabui publik dengan
mengatakan bagian dari kunjungan kerja.
c. Tipe Fantasi
Dalam tulisan tipe fantasi yang menonjol
adalah Modus kunker itu akal-akalan.
Penulis berbagi fantasi untuk fokus pada
anggota DPR yang sering melakukan
kunjungan kerja.
Berikut unggahan kalimatnya:
"Modus kunker itu akal-akalan. Tidak
perlu ada pelarangan dalam Tata Tertib
DPR. Putusan pimpinan DPR sudah
cukup," cetus Salang.
127
d. Saga
Kalimat saga yang ada dalam tulisan ini
ialah Tidak ada alasan membenarkan
jalan-jalan ke luar negeri.
Berikut pernyataan lengkapnya
Jika pun hendak kunker ke luar negeri,
Salang menyarankan anggota membuat
proposal pribadi untuk penelitian
penyusunan RUU yang dibolehkan
undang-undang. "Tidak ada alasan
membenarkan jalan-jalan ke luar
negeri. Ada semangat menghabiskan
anggaran kunker yang mencapai ratusan
miliar rupiah karena sudah akhir tahun,"
kritiknya.
3. Analisis tulisan ketiga: 15 Hal tentang DPR yang
tidak diungkap Media39
Tulisan ini ditulis oleh salah satu relawan
WikiDPR bernama Rifaldi Fath. Ia memberikan
pemikirannya mengenai hal-hal tentang DPR yang
tidak diungkap ke media. Termasuk tulisan langka
karena biasanya relawan WikiDPR menulis hanya
rangkuman rapat, update profile anggota dan
membuat infografis.
a. Tema Fantasi
Tema fantasi pada tulisan blog relawan ini
bisa kita baca pada point ke empat bukan
pipa paralon, apalagi gorong-gorong.
39
https://wikidpr.org/news/blog-relawan-15-hal-tentang-dpr-yang-
tidak-diungkap-media diakses pada 5 Juli 2019, pukul 09.00
128
Berikut penggalan kalimatnya:
Saat rapat hingga lewat tengah malam dan
ada jeda ketika diskors, beberapa anggota
merokok di ruangan tempat rapat
berlangsung. Salah seorang anggota, gue
lihat dia memakai pipa rokok, sepanjang ±
20 cm. Tapi gue bisa pastikan bahwa itu
bukan pipa paralon, apalagi gorong-
gorong.
Dalam tulisannya, penulis ingin
mengisyratkan seorang anggota DPR yang
merokok pada ruangan dengan menggunakan
pipa rokok yang lumayan besar tapi tidak
sebesar pipa paralon apalagi gorong-gorong.
Sebenarnya merokok pada ruangan rapat tidak
diperbolehkan, kalimat sebesar “pipa
paralon”, kalimat sindiran.-
b. Symbolic Cue
Symbolic cue pada tulisan ini ialah
penampakannya. Berikut penggalan
kalimatnya:
Jumlah tandatangan anggota DPR pada
daftar hadir selalu lebih banyak dibanding
penampakannya saat rapat berlangsung.
Kata penampakan disitu seperti hendak
ditafsirkan dengan absensi kehadiran yang
ditandatangani tidak sebanyak jumlah nya
pada saat rapat. Ini mengindikasikan dengan
sebutan titip absen.
129
c. Tipe Fantasi
Dalam tulisan ini tipe fantasi yang
menonjol yaitu “Jadi, ini masalahnya
apa?” penulis mengekpresikan bahwa rapat
yang sudah terlalu lama dan berlarut-larut
tiba-tiba pimpinan berkata itu. Berikut
pernyatannya:
Ada satu rapat di mana dalam rapat
tersebut muncul perdebatan yang cukup
alot baik antara DPR dengan Mitra Kerja,
juga antar sesama anggota DPR. Rapat
tersebut menghabiskan waktu berjam-jam
bahkan hingga larut malam untuk mencari
jalan keluar sebagai win-win solution.
Semua pihak menyampaikan argumennya
masing-masing agar meyakinkan pihak
yang berbeda pandangannya. Dari balkon,
wartawan yang tersisa merasa kesal karena
semuanya terkesan tidak ada yang mau
mengalah. Di saat terjadi kebuntuan
tersebut, pimpinan rapat tiba-tiba berkata
"Jadi, ini masalahnya apa?"
d. Saga
Dalam tulisan ini, saga nampak pada
kalimat berikut ini membuka kesempatan
bagi siapapun untuk bergabung. Bagian
ini bisa kita baca pada penggalan kalimat
berikut ini:
Ada sebuah media yang secara khusus
meliput seluruh rapat di DPR, dan
130
memberi kesempatan kepada siapapun
untuk terlibat di dalamnya, dengan sebuah
tujuan yaitu merekam jejak wakil rakyat.
Media tersebut bernama wikidpr.org yang
kini sedang membuka kesempatan bagi
siapapun untuk bergabung. Banyak
kesempatan yang bisa didapat saat liputan
di DPR, diantaranya; bisa masuk ke DPR,
punya networking dengan reporter lain,
baik media online, cetak, maupun TV,
mewawancarai anggota DPR dan menteri
secara langsung, menjadi pihak pertama
yang tau hot issue di DPR, memperdalam
bidang jurusan kuliah, main bola lawan
anggota DPR, ke rooftop gedung DPR, dan
duduk di balkon rapat.
4. Analisis tulisan keempat: Anggota DPR yang
ingin membuat kita jadi seoraang anggota juga40
Tulisan ini ditulis oleh Indah Putri. Tulisan ini
ditulis pada 11 Desember 2014. Tulisan ini
meyodorkan tentang kegiatan Pak Arief Suditomo
(Hanura, Jawa Barat 1) di kota Bandung pada masa
reses DPR.
a. Tema Fantasi
Tema fantasi pada tulisan blog relawan ini
bisa kita lihat pada tulisan ini coba semua
orang yang punya penghasilan lebih dari
RP. 15.000.000 itu berkenalan dengan 7
rumah sekitarnya. Berikut kalimat
lengkapnya:
40
https://wikidpr.org/news/anggota-dpr-yang-ingin-membuat-kita-
jadi-seorang-anggota-juga diakses pada 5 Juli 2019, pukul 13.00
131
“Coba semua orang yang punya
penghasilan lebih dari RP. 15.000.000 itu
berkenalan dengan 7 rumah sekitarnya, dan
lihat apakah ada anak yang kurang makan?
Atau kurang pendidikan? Asuhlah anak
tersebut. Sisihkan Rp. 1.000.000 aja per
bulan. Udah deh, nggak akan ada lagi orang
yang kelaparan atau tidak terpelajar."
Menurut saya ini ide yang keren banget, dan
bisa diaplikasikan dengan cukup mudah.
b. Symbolic Cue
Symbolic cue pada tulisan ini ialah
semacam barrier. Berikut penggalan
kalimatnya:
Mungkin kedengarannya ironis, saya yang
kerjaannya megang smartphone terus untuk
livetweet, memberikan input seperti ini.
Namun, menurut saya sangat penting untuk
benar-benar tidak memegang smartphone
saat berinteraksi dengan masyarakat. Karena
hal tersebut memberikan
semacam barrier antara Pak Arief dan
masyarakat. Walaupun cuman sesekali,
mungkin baiknya tidak megang smart phone
sama sekali.
Kata yang diungkapkan penulis “semacam
barrier” seperti isyarat atau kode karena
penulis merasa ada pemisah antara pegang
hape dengan realitas sesungguhnya.
c. Tipe Fantasi
Dalam tulisan ini tipe fantasi yang
menonjol yaitu “pengetahuan luas dan
integritas tinggi” penulis mengekpresikan
132
bahwa Pak Arief adalah sosok yang
berpengetahuan luas dan berintegritas tinggi.
Berikut pernyatannya:
Menurut saya, Pak Arief adalah salah satu
anggota DPR yang memiliki pengetahuan
luas dan integritas tinggi. Dia tidak
segan-segan bercerita tentang
pengalamannya, dan orangnya juga sangat
terbuka. Tidak ada kesan menutup-nutupi.
Hidupnya juga sangat sehat. Dia tidak
merokok dan makannya sangat dijaga. Saat
di mobil, saya kerap menanyakan beliau
tentang hal-hal yang menurut saya cukup
personal. Tapi beliau tidak segan
bercerita.
d. Saga
Dalam tulisan ini, saga nampak pada
kalimat berikut ini apresiasi dan merubah
wajah DPR. Bagian ini bisa kita baca pada
penggalan kalimat berikut ini:
Saya apresiasi Pak Arief Suditomo
memberikan akses kepada saya. Orang
yang dia tidak kenal, untuk ikut kegiatan
beliau dan ikut di mobilnya. Saya yakin, ia
adalah salah satu anggota dewan yang saya
cukup optimis bisa merubah wajah DPR.
Setelah ketemu beliau, saya berharap
makin banyak anggota yang terbuka dan
transparan seperti Pak Arief.
133
5. Analisis tulisan kelima: Gaya Reses Seorang
Pengusaha Yang Jadi Politisi41
Tulisan ini ditulis oleh Angki Trijaka yang
menceritakan tentang mengikuti perjalanan reses
anggota dewan Adisatrya Suryo Sulistyo (PDIP-
Komisi VI).
a. Tema Fantasi
Tema fantasi pada tulisan blog relawan ini
bisa kita lihat pada tulisan ini tidak
menyulutkan semangat warga dan Mas Adi
selaku anggota DPR RI dalam melakukan
kegiatan resesnya. Berikut penggalan
kalimatnya:
Ada yang menarik dalam pertemuan kali
ini. Selama acara, di daerah tempat kami
melakukan aktivitas diguyur hujan lebat dan
petir yang menyambar keras. Tapi kejadian ini
tidak menyulutkan semangat warga dan
Mas Adi selaku anggota DPR RI dalam
melakukan kegiatan resesnya. Sampai-sampai
kami dan tim, menerjang banjir dan hujan
untuk masuk kembali ke dalam mobil.
Ditambah lagi, dalam perjalanan kami pulang
ke hotel, di jalan mobil yang saya dan Mas
Adi tumpangi bannya mengalami PECAH
BAN. Sehingga kami harus menunggu di
suatu warung kecil warga di tengah hujan
lebat dan petir.
41
https://wikidpr.org/news/gaya-reses-seorang-pengusaha-yang-jadi-
politisi, diakses pada 5 Juli 2019 pukul 22.00
134
b. Symbolic Cue
Symbolic cue pada tulisan ini ialah harus
bisa berdikari. Berikut penggalan
kalimatnya:
Dalam sambutanya, Mas Adi sekaligus
menjelaskan apa itu 4 Pilar kebangsaan. Ada
banyak hal yang disampaikan oleh beliau
tapi saya meringkas dari hasil pembicaraan
beliau yaitu Suatu bangsa harus bisa
berdikari yaitu berdiri di atas kaki sendiri,
yang sering disampaikan oleh bapak
Proklamator bangsa yaitu Presiden pertama
Ir.Soekarno
c. Tipe Fantasi
Dalam tulisan ini tipe fantasi yang
menonjol yaitu “memakai bahasa daerah
lokal” penulis mengekpresikan bahwa Pak
Adi diusahakan setiap ke dapilnya untuk
menggunakan bahasa lokal ikatan batin
antara wakil rakyat dan konstituennya.
Diusahakan di setiap pertemuan atau
bertemu masyarakat, memakai bahasa
daerah lokal tersebut, walau hanya kata
basa basi yang ringan, tapi itu menunjukan
beliau mewakili dapilnya yang kebetulan
Jawa Tengah. Tidak perlu fasih atau
panjang, hanya kata-kata simbolik
atausimbolis yang mewakili orang Jawa.
ini agar menjalin ikatan batin antara wakil
rakyat dan konstituenya. Dan membangun
hubungan emosional batin yang dekat,
karna representativ wakil rakyat juga
mewakili daerah yang diwakilinya.
135
d. Saga
Dalam tulisan ini, saga nampak pada
kalimat berikut ini, seorang negarawan,
rasanya tangan rakyatnya dan rasanya
tangan pemimpinnya. Berikut penggalan
kalimatnya:
Perjalanan politik beliau masih lah
panjang. Saya punya feeling, beliau akan
menjadi seorang negarawan. Jangan
hanya menjadi politisi ya mas, karna
seorang negarawan pastilah politisi, tapi
politisi belum tentu seorang negarawan.
Sebagai pejabat publik apalagi dari
Fraksi PDI Perjuangan, saya masih ingat
pesan ketua umum PDI Perjuangan yaitu
Ibu Megawati Soekarnoputri, kepada
seluruh kadernya, beliau mengatakan
"Bahwa setiap pemimpin/pejabat publik
dari PDI Perjuangan harus turun
kebawah, menyapa masyarakat,
bersalaman dengan rakyat. Pemimpin
harus tahu rasanya tangan rakyatnya,
seperti apa tangan rakyatnya. Rakyat
juga ingin tahu apa rasanya tangan
pemimpinnya." Saya menangkap kalau
kita jadi pemimpin harus ingat dengan
rakyatnya, kalau menjadi anggota DPR
RI harus ingat dengan konstituennya
yang sudah mempercayakan amanah
kepadanya sebagai wakil.
136
BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Strategi Literasi Politik Wikidpr.org Terhadap
Anggota DPR RI
Literasi politik yang diperkenalkan oleh Bernard Crick
merupakan pemahaman praktis tentang konsep-konsep yang
diambil dari kehidupan sehari-hari dan bahasa. Literasi politik
memiliki potensi memberikan kewarganegaraan dengan dasar
pengetahuan, ketelitian, sisi “keras” dan basis intelektual.
Senyawa dari literasi politik terdapat tiga komponen, yaitu
pengetahuan, keterampilan dan sikap. 1
Literasi politik bisa didapatkan melalui apa saja dan dimana
saja, seperti melalui buku, surat kabar, pendidikan formal
ataupun non formal, media dan lain sebagainya. Seiring
berkembangnya zaman, literasi politik tidak bisa dipisahkan
oleh new media. Kehadiran new media memberikan dampak
pada aktivitas politik yang saat ini digunakan oleh para
kandidat untuk mengkampanyekan dirinya. Media baru dalam
demokrasi berperan juga sebagai ruang publik, dimana warga
negara dapat saling mengutarakan pendapat untuk mencapai
kesepahaman bersama mengenai kepentingan mereka.
Pada saat sebelum pemilu, tak banyak informasi yang
diketahui oleh publik mengenai anggota DPR. Informasi
1 Andi Faisal Bakti, dkk, Literasi Politik dan Konsolidasi Demokrasi,
(Ciputat, Churia, 2012): 117
137
hanya sebatas biografi mendasar. Untuk calon petahana pun,
bisa dikatakan minim mengenai rekam jejaknya selama
menjabat. Komunikasi yang cenderung mengandalkan media
konvensional seperti televisi dan surat kabar mengekang
kemampuan kritis warga untuk secara langsung melakukan
kontrol secara terbuka dengan para elit politik tersebut.
Oleh karena hal tersebut, penulis tertarik untuk menganalisa
mengenai strategi literasi politik di salah satu media baru,
yaitu wikidpr.org. Segala informasi yang ada di web tersebut
dikelola oleh sebuah organisasi yang bernama WikiDPR.
Organisasi non profit bidang media dan komunikasi awalnya
lahir karena kebingungan beberapa anak muda dalam pileg
tahun 2014. Informasi mengenai ribuan caleg minim, dan
cenderung hanya biografi yang sangat mendasar. Atas dasar
inilah WikiDPR dibentuk di Jakarta pada Juli 2014 yang
merupakan bentuk inisiatif warga dalam merespons praktik
kerja anggota DPR agar lebih transparan.
Wikidpr.org sebagai media publikasi membagikan berbagai
konten untuk memperkenalkan kepada publik tentang anggota
DPR. Fokus utamanya update profile anggota dan rangkuman
rapat. Adapun dalam penelitian ini, penulis ingin melihat
bagiamana strategi literasi politik yang ada di wikidpr.org
dengan mengelaborasi konsep dari manajemen strategi
pemahaman Wheelen-Hunger.
138
1. Pengamatan Lingkungan
Pengamatan lingkungan merupakan dasar utama
dalam menyusun sebuah strategi dari sebuah
organisasi. Awal mulanya organisasi ini lahir karena
kebingungan beberapa anak muda dalam pileg tahun
2014. Informasi mengenai ribuan caleg minim, dan
cenderung hanya biografi yang sangat mendasar.
Bahkan, untuk calon petahana, tidak ada keterangan
mengenai rekam jejak tentang kinerja mereka selama 5
tahun di DPR. Masyarakat mesti diantar untuk
memahami isu-isu utama politik yang tengah terjadi,
seperti melakukan pendidikan politik untuk
memperbesar public attentive. Hal ini bisa dilakukan
dengan cara membaca informasi seputar politik melalui
media dan membuat group untuk sharing melakukaan
aksi bersama.
“WikiDPR jadi salah satu gerbang pembuka
untuk mengetahui perpolitikan negeri ini. Ya,
dari sekedar iseng menjawab pertanyaan,
akhirnya ya cari tahu sendiri ada apa sih urusan
politik khususnya di DPR itu. Misalkan ada
sebuah undangan dari DPR kepada Pertamina
atau Garuda Indonesia waktu itu, ya saya cari
tahu melalui media daring atau juga menanyakan
ke beberapa rekan WikiDPR yang lebih mengerti
sebuah kasus di satu komisi”2
2 Wawancara dengan Arief Al-Qori (Relawan WikiDPR) pada 11 Mei
2019
139
2. Perumusan Strategi
Sebuah organisasi tentu memiliki misi, tujuan-tujuan yang
ingin dicapai, mengembangkan strategi, serta menetapkan
pedoman kebijakan. Kaitannya dengan WikiDPR sebagai
organisasi non profit misi nya ialah mempersiapkan
masyarakat Indonesia dengan data yang komprehensif
tentang rekam jejak seorang anggota saat menjabat dari
2014-2019. Adapun strategi yang dilakukan dengan; (1).
Mempromosikan dan mengembangkan transparansi dari
sisi anggota DPR, (2). Meningkatkan ketertarikan rakyat
tantang DPR, dan (3). Menyambungkan dua stakeholders
antara masyarakat dan anggota DPR agar informasi
berjalan dua arah.3
Adapun Tugas Relawan WikiDPR:
a. Terus memperkaya diri dengan pengetahuan
seputar isu terkini dan politik.
b. Meliput dan mempublikasikan aktivitas-
aktivitas terkait DPR (rapat komisi, rapat
paripurna, rapat Alat Kelengkapan Dewan, serta
wawancara individu) dalam bentuk LiveTweet.
c. Meng-update profil anggota-anggota yang
beririsan dengan LiveTweet masing-masing
relawan untuk melengkapi track record mereka
(apa yang mereka katakan dalam rapat komisi, apa
pandangan mereka tentang sebuah kasus, apa
3 https://wikidpr.org/page/jadi-relawan, diakses pada 6 Agustus 2019 pukul
03.00
140
tanggapan mereka mengenai Revisi Undang-
Undang)
Ketentuan yang mesti dipatuhi oleh relawan WikiDPR
harus transparan mengenai pandangan politik secara jujur
kepada sesama relawan dan staf JejakParlemen. Dan
Relawan JejakParlemen harus menekankan netralitas,
liputan faktual, dan tidak menyuarakan opini subyektif
dalam peliputan JejakParlemen4
3. Implementasi Strategi
Implementasi strategi merupakan proses mewujudkan
strategi dan kebijakan dalam tindakan melalui
pengembangan program, anggaran dan prosedur. Adapun
berbagai program dan kegiatan yang dilakukan oleh
WikiDPR ialah:
a. Literasi Politik melalui web
Secara online, informasi politik seputar DPR bisa
dilihat di wikidpr.org. Didalamnya memuat berbagai
info pribadi anggota DPR, mulai dari informasi
pribadi, latar belakang, pendidikan, perjalanan
politik, visi & misi, program kerja, informasi
jabatan, sikap terhadap RUU, sikap politik,
tanggapan terhadap RUU, sampai pada mereka
memberikan tanggapan pada rapat yang di hadiri.
Rekam jejak anggota DPR bisa kita pantau melalui
4 https://wikidpr.org/page/jadi-relawan, diakses pada 6 Agustus 2019
pukul 03.00
141
website ini, dan kita bisa tahu mana yang
memperjuangkan aspirasi rakyat pada saat rapat
komisi dan pembuatan legislasi. Para relawan yang
tergabung pun, selain membaca isu politik di
wikidpr.org, mereka juga sering googling membaca
di situs-situs internet lainnya untuk menambah
pengetahuan seputar politik.
“Jadi profil anggota DPR itu dibuat untuk
melihat berbagai kinerja mereka tentang DPR,
pandangan politik mereka dan pernyataan
mereka tentang sidang-sidang yang
berlangsung selama di DPR, apakah
mendukung rakyat atau gimana. Menu profil
anggota DPR memudahkan kita untuk menilai,
apakah anggota DPR itu layak dipilih kembali
atau tidak di pemilu berikut nya.”5
b. Workshop dan Diskusi
Secara offline, WikiDPR dalam melakukan
kegiatan literasi politik awal mulanya menjaring
publik untuk melakukan aksi bersama “gerakan
transparansi publik”. Setiap masa reses DPR,
WikiDPR mengadakan open recruitment kepada
publik. Lowongan ini diperuntukkan kepada warga
negara Indonesia dengan profesi apapun, dan
tentunya usia diatas 17 tahun dan tidak ada batas
maksimum nya.
5 Wawancara dengan Indah Hayati Putri (CO Founder WikiDPR)
pada 16 Mei 2019
142
Setelah diadakan seleksi pada open recruitement
itu, relawan yang terpilih akan dihubungi untuk
mengikuti kegiatan pelatihan teknik reportase
sidang dan pengenalan atas rangkaian kerja di DPR.
Para relawan juga bebas, diluar peliputan untuk
mengikuti diskusi publik yang mengundang para
tokoh, anggota DPR dan stake holder lainnya.
Saat ini WikiDPR menggandeng beberapa mitra,
seperti Change.org, Yayasan Madani, dan
vote4forest untuk saling bekerja sama dalam
melakukan diskusi publik. Tentu apabila dianalisa,
semua rangkaian diatas bagian dari proses kegiatan
literasi politik, dimana kegiatan yang termuat
didalamnya menyoal seputar isu-isu politik.
Koordinator lapangan, Dena Atmaji mengatakan:
“Kita kan juga mitra dengan change.org dan
yayasan madani. Dan sebelum pemilu sempat
mengadakan seminar dan talk show. Setiap
kita ngadaiin seminar tersebut, kita undang
beberapa anggota DPR untuk diskusi. Untuk
diskusi publik sendiri sudah mulai aktif sejak
tahun 2017, setiap tiga bulan sekali. Itu
terakhir kemarin sebelum masa reses pemilu
kemarin.”6
Arief Al-Qori juga mengaku:
WikiDPR sekarang ini sudah mulai
menggandeng beberapa pegiat politik, mulai
6 Wawancara dengan Dena Atmaji (Koordinator liputan WikiDPR)
pada 15 Mei 2019
143
dari Vote for Forest, Madani, dan Change.org.
Orang cukup mengenal beberapa platform itu,
dan saya kira ini langkah berani yang baik
untuk menyebarluaskan WikiDPR ke
khalayak. Mungkin tidak melulu soal menarik
tingkat bacaan atau apa, tapi sepertinya misi
simpel WikiDPR untuk mengundang lebih
banyak anak muda mengenal politik, salah
satunya memang bisa melalui kegiatan offline
seperti itu.7
Kegiatan diatas pastinya memnculkan proses
sharing fantasi, menghidupkan interaksi kelompok
yang terjadi selama acara berlangsung, baik itu
secara online ataupun oflline. Proses tersebut
dinamakan sebagai konvergensi simbolik tentang
proses pertukaran pesan yang menimbulkan
kesadaran kelompok yang menghasilkan hadirnya
makna, motif, dan juga persamaan bersama.8
c. Liputan
Fokus utama dalam mencari sumber informasi
anggota dewan ialah dengan liputan. Para relawan
yang tergabung di Wikidpr disebar di berbagai
komisi untuk meliput jalannya rapat. Satu komisi
bisa ditangani oleh 2-3 relawan. Pembagian
pengaturan ini dilakukan oleh koordinator liputan
yang setiap hari senin-jum’at stand by di kompleks
7 Wawancara dengan Arief Al-Qori (Relawan WikiDPR) pada 11 Mei
2019 8 Jhon F Cragan, Understanding Communication Theory: the
Communicative Forces for Human Actions, (Needham Heights: a Viacom
Company, 1998): 97
144
DPR. Mereka harus menyiapkan alat tulis dan
handphone untuk mencatat apa saja pernyataan yang
dikemukakan oleh anggota DPR itu. Mata dan
telinga nya harus fokus dengan rapat yang
berlangsung.
CO-Founder WikiDPR mengatakan:
“Kita berada di DPR untuk meliput,
merekam dan menyebarkan melalui social
media @WikiDPR rapat-rapat di DPR.
Kami memastikan agar semua anggota
yang hadir dan menyampaikan pendapat
mereka saat rapat dengan
pemerintah/instansi yang bersangkutan
terkemukakan pendapatnya”9
Dena Atmaji juga menambahkan:
“Fokus kita paling utama ialah liputan aja.
Emang karena secara organisasi dengan
kapabilitas kita yang tidak terlalu banyak,
dan bukan organisasi yang kaya karena
bukan profit melainkan non profit,
makanya operasional nya menghemat juga.
Tapi yang jelas, prinsip kita apa yang bisa
kita lakukan , kalaupun gak banyak yang
penting kualitasnya bermanfaat.”10
Sistem liputan ini berbeda dengan jurnalis
pada umumnya. Relawan WikiDPR mesti stand
by di balkon (ruang peliputan rapat komisi)
untuk memantau dan melaporkan setiap
9 Wawancara dengan Indah Hayati Putri (CO Founder WikiDPR)
pada 16 Mei 2019 10 Wawancara dengan Indah Hayati Putri (CO Founder WikiDPR)
pada 16 Mei 2019
145
perkataan anggota DPR melalui live tweet
@wikidpr. Setelah itu ada admin yang
mempublikasikan laporan relawan ini ke twitter
resmi @wikidpr. Akun medsos twitter
WikiDPR ada 3. Akun utama @wikidpr, akun
keduanya @wikidpr1 (publikasi komisi 1, 2, 3,
baleg dan sidang paripurna), akun ketiganya
@wikidpr2 (komisi 4, 5, 6, 7, 11 dan banggar),
serta akun keempat nya @wikidpr3 (komisi 8,
9, dan 10).
“tapi tetap saja wikidpr.org tidak bisa
disebut sebagai produk jurnalistik, itu
adalah citizen journalism. Tapi tetap tujuan
utama kami live tweet dan membuat
rangkuman rapat.”11
Selain melakukan liputan pada rapat
komisi, relawan WikiDPR juga melakukan
wawancara individu kepada anggota DPR.
untuk doorstop tidak wajib, dan bonus saja
apabila berhasil melakukannya.
Di website tersebut juga ada berita seputar
DPR yang memuat tentang press
conference ataupun doorstop.12
11 Wawancara dengan Dena Atmaji (Koordinator liputan WikiDPR)
pada 15 Mei 2019 12 Wawancara dengan Dena Atmaji (Koordinator liputan WikiDPR)
pada 15 Mei 2019
146
d. Menulis
Menulis adalah bagian dari proses publikasi ke
web wikidpr.org. Setelah melakukan liputan di
kompleks DPR, relawan WikiDPR di wajibkan
untuk menulis rangkuman rapat yang didapat dari
live tweet tadi. Untuk memudahkan menulis rapat,
kumpulan live tweet tadi ada di chirpstory (sistem
untuk melihat live tweet menggunakan tagar) per
sesi rapat komisi.
Dari peliputan, kita juga menuliskan
rangkuman untuk masing-masing rapat dan
melakukan update untuk profil-profil
anggota DPR.13
Biasanya penulisan rangkuman ini tidak
secara langsung dikerjakan. Relawan
mengerjakan di setiap akhir pekan sabtu atau
minggu di basecamp WikiDPR yang beralamat
di Kebayoran Baru. Sistem pembagian
penulisan rangkuman per rapat komisi dibagi
oleh korlapnya. Rangkuman yang sudah
selsesai dikirim ke editor untuk dinaik kan ke
web wikidpr.org.
“Fokusnya liputan dan mengerjakan
rangkuman. Kebetulan di tiap minggu
akhir, saya mengerjalan 10 liputan untuk
menjadi 10 rangkuman. Sistem
pembagiannya seminggu sekali untuk link
nya (chirspstory twitter) dan random
13 Wawancara dengan Indah Hayati Putri (CO Founder WikiDPR)
pada 16 Mei 2019
147
liputan apa saja. Biasanya dibagi oleh
editor untuk membuat rangkuman tersebut.
Kadang kalau lagi free bisa 2 jam satu
rangkuman selesai.”14
Selain menulis rangkuman rapat, update
profile juga anggota DPR di kanal “daftar
anggota DPR”, update profile RUU apabila
pada saat rapat sedang didiskusikan serta
apabila mendapatkan doorstop menulis berita
seputar DPR.
Tentunya ini salah satu cara untuk
memberikan informasi, ide-ide, gagasan, serta
trade record kepada pembaca mengenai apa
yang dilakukan oleh anggota DPR selama masa
jabatannya. Tentu informasi yang dimuat di
web tersebut sesuai dengan visi misi WikiDPR,
yaitu menghubungkan rakyat dengan wakilnya.
e. Membagikan konten ke medsos
Terkait pemilu kemarin, melalui pengalamanya
bergabung dengan komunitas WikiDPR, para
relawan mempunyai bayangan siapa yang layak dan
tidak layak untuk memimpin wakilnya di Senayan.
Informasi mengenai rekam jejak khusunya petahana
di laman wikidpr.org cukup lengkap sehingga yang
14 Wawancara dengan Dena Atmaji (Koordinator liputan WikiDPR)
pada 15 Mei 2019
148
dulunya ragu untuk memilih siapa, pilihannya
sekarang menjadi lebih mantap.
Beberapa anggota dari WikiDPR ada yang
merekomendasikan laman web tersebut kepada
sanak saudara, kerabat, sahabat dan para netizen di
akun sosmed nya. tentu, gerakan ini bagian dari
membumikan literasi politik, khusunya DPR.
Mereka kerap kali men-share dan memposting apa
yang dikerjakan oleh anggota DPR sekaligus
mempromosikan web wikidpr.org kepada publik.
Dengan senang hati mereka juga turut menjelaskan
apabila ada informasi yang masih bingung seputar
DPR yang ditanyakan oleh para netizen.
“Iya, sempet kemarin pada saat pemilu saya
merekomendasikan ke teman saya melalui
sosmed. Tidak hanya teman, keluarga dan
kerabat juga. Saya juga aktif memberi tahu
teman-teman yang menanyakan tentang
calonnya di dapilnya, menjelaskan juga
beberapa istilah yang ada di DPR, karena
beberapa teman ada yang kurang tahu.”15
Selain itu, pantauan dari penulis beberapa
dari relawan WikiDPR pernah menjadi
pembicara dalam diskusi publik. Mereka tampil
dan memberikan pandangannya seputar isu
politik dan gerakan anak muda dalam berperan
15 Wawancara dengan Dena Atmaji (Koordinator liputan WikiDPR)
pada 15 Mei 2019
149
aktif membangun Indonesia, apa yang bisa
diberi dan apa yang harus diperjuangkan.
Tentu, berbagai kegiatan yang dilakukan oleh WikiDPR
diatas merupakan proses dari literasi politik untuk
mengetahui rekam jejak petahana dan sekaligus
kontroling terhadap DPR yang merupakan wakil dari
rakyat. Memang perlu proses untuk membumikan literasi
politik ke warga agar melek membaca seputar isu politik
dan meminimalisir hoax yang beredar. Literasi politik
merupakan gerakan evolutif yang tidak akan terwujud
tanpa adanya kesabaran dan perjuangan dalam
menjalankan.
4. Evaluasi
Dari hasil keseluruhan kegiatan, organisasi WikiDPR
mulai mengevaluasi apa yang dilakukannya. Untuk bagian
publikasi untuk sistem live tweet akan diperbaharui
sistemnya tidak seperti yang dahulu yang live tweet per
kata. Selain itu juga WikiDPR ini melakukan re-branding
menjadi jejakparlemen.id. Perubahan ini baru dilakukan
pada 19 Juli 2019 di akun sosmed dengan mencerminkan
fungsi nya sebagai organisasi yang mencatat rekam jejak
parlemen Indonesia. Tujuannya agar mempermudah dan
lebih dipahami oleh orang baru yang mengenali organisasi
ini.
B. Literasi politik pada profile Daftar anggota DPR
150
Pada kanal daftar anggota DPR di wikidpr.org memuat
tentang profil dan rekam jejak anggota. Secara akumulasi,
total keseluruhan anggota DPR berjumlah 560 anggota
dengan pembagian laki-laki 463 orang dan perempuan 97
orang. Sepuluh partai politik berhasil memenangkan kursi di
parlemen dari 12 partai pemilu. PDIP merupakan partai
politik dengan raihan kursi terbanyak yaitu 109 kursi
(19,46%). Partai golkar mendapatkan raihan kursi terbanyak
kedua dengan 91 kursi (16,25%). Kemudian disusul berturut-
turut dengan Gerindra 73 kursi (15,07%), Demokrat 61 kursi
(10,89%), PAN 49 kursi (8,75%), PKB dengan 47 kursi
(8,39%), PKS 40 kursi (7,14%), PPP dengan 39 kursi
(6,96%), Nasdem dengan 35 kursi (6,25%) dan Hanura
dengan 16 kursi (2,98%). Untuk info grafiknya dan informasi
umum seputar DPR bisa dilihat pada bab IV.
Karena fokus penelitian hanya kepada para petahana yang
akan mencalonkan kembali di DKI Jakarta 1 untuk pileg
2019-2024, penulis menjabarkan strategi literasi politik
wikidpr.org dalam mengenalkan calon petahana kepada
publik menggunakan infografis yang gambar nya bisa dilihat
pada bab IV. Anggota DPR dari dapil DKI Jakarta 1 yang
akan maju berjumlah 7 orang. Gambar tersebut didapatkan
melalui kanal “daftar anggota DPR” yang dianalisis dan
dirangkum oleh tim internal dari WikiDPR. Pada kanal
tersebut informasi yang bisa didapatkan tentang anggota DPR
beragam, mulai dari informasi pribadi, latar belakang,
pendidikan, perjalanan politik, visi & misi, program kerja,
151
informasi jabatan, sikap terhadap RUU, sikap politik,
tanggapan terhadap RUU, sampai pada mereka memberikan
tanggapan pada rapat yang di hadiri.
Adapun pesan literasi politik pada anggota DPR dibagi
menjadi 3:
1. Rekam jejak petahana
Pada bagian ini, informasi yang dimuat berupa profil data
diri, pekerjaan, pendidikan, partai pengusung, dan riwayat
AKD. Selain itu dibawah foto anggota DPR terdapat
informasi seputar dapil pileg 2014, dapil pileg 2019,
perolehan suara pileg 2014. Kemudian kontribusi legislasi
selama masa sidang berlangsung, LHKPN (laporan harta
kekayaan penyelenggara negara) serta catatan korupsi.
2. Tanya Jawab Anggota
Pada infografis ini berisi tentang alasan mengapa
mencalonkan kembali pada pileg 2019, apa saja yang sudah
dilakukan selama menjabat, apa yang akan diperjuangkan
apabila terpilih kembali, apa yang perlu di evaluasi dari
anggota legislatif periode 2014-2019, serta apa saja isu yang
menjadi cocern di komisi terpilih.
3. Presentase Kehadiran Rapat
Di sesi akhir ini berisi tentang pernyataan rapat, lalu
partisipasi rapat terbuka yang dimana memuat tentang
presentase penilaian DPR berdasarkan fungsinya, yaitu
pengawasan, legislasi, dan anggaran.
152
Gambar 5.1
Infografis presentase kehadiran anggota DPR
C. Interpretasi analisis teks
Teori konvergensi simbolik bisa dirunut dari pemikiran
Ernest Bormann mengenai Simbolic Convergence Theory
(SCT) yang mulai dikembangkan di University of Minnesota
pada tahun 1970-an. Bormann sendiri berangkat dari
pemikiran Robert Bales tentang proses interaksi kelompok
kecil dalam konteks psikologi sosial. Kini, konvergensi
simbolik tak hanya dikaji dalam komunikasi kelompok,
153
melainkan juga berkembang hingga ke komunikasi politik di
publik.16
Pada teori konvergensi simbolik, memperhitungkan
komunikasi manusia sebagai makhluk pencerita. Munculnya
kesadaran kelompok dengan emotikon, motif dan makna yang
disertainya secara tersirat, bukan dalam hal lamunan dan skrip
individu, tetapi lebih kepada istilah-istilah yang secara sosial
disebut sebagai narasi fantasi.
Teori ini memiliki anggapan dasar setiap anggota
kelompok melakukan pertukaran fantasi dalam rangka
membentuk kelompok yang kohesif. Fantasi yang dimaksud
merupakan ide ataupun gagasan, cerita, gurauan, dan lain-lain
yang mengandung emosi atau mengungkapkan emosi.
Sekumpulan individu ini dapat berasal dari orang-orang yang
sudah saling kenal, kemudian saling berinteraksi dan bertukar
pengalamanyang sama sehingga menimbulkan proses
konvergensi simbolik.
Dalam menganalisa, penulis menganalisa intrepetasi teks
mengikuti jalur FTA yakni dimulai dari initial basic concept.
Terdapat empat istilah yang masuk ke dalam konsep dasar
yakni Tema Fantasi, Tipe Fantasi, Syimbolic Cue, dan Saga.
Berikut analisa intrepetasi teks menggunakan teori
konvergensi simbolik. Penulis menganalisa 5 macam tulisan
yang di publish di menu berita seputar DPR.
16
Gun Gun Heryanto, Panggung Komunikasi Politik: Dilema antara
Idealitas dan Realitas Politik. (Yogyakarta IRCiSoD, 2019): 38
154
Tabel 5.1
Analisis Tulisan Konvergensi Simbolik di Berita Seputar DPR
Tema
Fantasi
Symbolic
Cue
Tipe Fantasi Saga
Ambang
batas
capres
dinilai
inkonstitus
ional
Kalau ada
ambang
batasnya,
berdasarkan
acuan yang
digunakan
yang mana?
Bukankah ini
memunculkan
pelanggaran
kepada
konstitusi?
Threshold, ba
ik parliament
ary maupun
presidensial,
menjadi
inkonstitusio
nal.
Evolusi
modus
kunjungan
terus
menerus
dilakukan
demi
mencari
celah izin
Modus saja Modus kunker
itu akal-akalan
Tidak ada
alasan
membenarka
n jalan-jalan
ke luar
Negeri.
Bukan pipa
paralon,
apalagi
gorong-
gorong
Penampaka
nnya
Jadi ini
masalahnya
apa?
Membuka
kesempatan
bagi siapapun
untuk
bergabung
Coba Semacam Pengetahuan Apresiasi &
155
semua
orang yang
punya
penghasila
n lebih dari
Rp.
15.000.000
barrier luas dan
integritas
tinggi
Merubah
wajah DPR
Tidak
menyulutk
an
semangat
Harus bisa
berdikari
Memakai
bahasa daerah
lokal
Seorang
negarawan,
rasa tangan
rakyatnya
dan rasanya
tangan
pemimpinnya
Jika dianalisa narasi diatas memiliki peran penting dalam
mengurai dan membangun informasi mengenai seputar DPR.
tentunya tema fantasi, symbolic cue, tipe fantasi, dan saga
akan memnculkan sharing fantasi kepada pembaca.
156
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil temuan dan analisis data maka penulis
menyimpulkan tentang strategi literasi politik di kalangan
anggota DPR RI di wikidpr.org sebagai berikut:
1. Strategi literasi politik wikidpr.org terhadap anggota
DPR RI
Wikidpr.org sebagai new media yang berbasis
citizen journalism sudah menunjukkan identitas yang
signifikan sebagai sebuah komunitas CSO (civil society
organization). Setiap masa persidangan laman web
wikidpr.org, informasi mengenai anggota DPR selalu di
update. Tentunya wikidpr.org sudah melakukan literasi
media melalui aktvitasnya tersebut. Kaitannya dengan
strategi literasi politik, ada 4 tahapan:
a. Pengamatan Lingkungan
Pengamatan lingkungan merupakan dasar
utama dalam menyusun sebuah strategi dari
sebuah organisasi. Awal mulanya organisasi ini
lahir karena kebingungan beberapa anak muda
dalam pileg tahun 2014. Informasi mengenai
ribuan caleg minim, dan cenderung hanya
biografi yang sangat mendasar.
157
b. Perumusan Strategi
Organisasi tentu memiliki misi, tujuan-
tujuan yang ingin dicapai, mengembangkan
strategi, serta menetapkan pedoman kebijakan.
Kaitannya dengan WikiDPR sebagai organisasi
non profit misi nya ialah mempersiapkan
masyarakat Indonesia dengan data yang
komprehensif tentang rekam jejak seorang
anggota saat menjabat dari 2014-2019.
c. Implementasi Strategi
Relawan WikiDPR memberikan edukasi
dengan aktivitas online melalui laman web
wikidpr.org dan aktivitas offline seperti
pelatihan saat diterima menjadi komunitas
WikiDPR dan mengikuti diskusi publik.
Untuk keterampilan, relawan WikiDPR
harus menguasai teknik liputan saat mencari
informasi di DPR dan menulis dari apa yang
sudah didapat dari peliputan.
Relawan WikiDPRmelakukan tindakan
seperti mengajak kerabat dan temannya untuk
melihat wakilnya di wikidpr.org dan
membagikan informasi kepada para netizen
seputar DPR melalui akun sosmed nya.
d. Evaluasi
Evaluasi menjadi hal yag sangat penting
dalam berorganisasi. Hal itu merupakan
158
perbaikan untuk kemajuan dan keberhasilan apa
yang dicapainya. WikiDPR baru saja akhir-
kahir ini melakukan re-branding menjadi
jejakparlemen.id. ini dilakukan agar masyarakat
mudah untuk mengenali organisasi memantau
kinerja dewan.
2. Literasi politik pada profile Daftar anggota DPR
Pada profile daftar anggota DPR di wikidpr.org
memuat tentang profile dan rekam jejak anggota.
Informasi tersebut berisi tentang informasi pribadi, latar
belakang, pendidikan, perjalanan politik, visi & misi,
program kerja, informasi jabatan, sikap terhadap RUU,
sikap politik, tanggapan terhadap RUU, sampai pada
mereka memberikan tanggapan pada rapat yang di
hadiri.
3. Intrepretasi teks
Untuk menganalisa sebuah tulisan, penelitian ini
menggunakan teori konvergensi simbolik. Penulis
menganalisa intrepetasi teks mengikuti jalur FTA yakni
dimulai dari initial basic concept. Terdapat empat
istilah yang masuk ke dalam konsep dasar yakni Tema
Fantasi, Tipe Fantasi, Syimbolic Cue, dan Saga.
Setelah melakukan penelitian, penulis menemukan bahwa
ada proses sharing and connecting dalam kegiatan literasi
politik disini. Tentunya berbagai kegiatan yang dilakukan
oleh relawan WikiDPR memunculkan proses sharing fantasi,
159
menghidupkan interaksi kelompok yang terjadi selama acara
berlangsung. Pada akhirnya, terjadi proses pertukaran pesan
yang menimbulkan kesadaran kelompok yang menghasilkan
hadirnya makna, motif, dan juga persamaan bersama.
B. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh
penulis dapat dikemukakan implikasi secara teoritis dan
praktis sebagai berikut:
1. Implikasi teoritis
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
menunjukkan bahwa untuk mendapatkan peningkatan
ranah pengetahuan dan pemahaman kritis dalam
perubahan sikap dibutuhkan kesediaan individu untuk
melek ber-literasi.
2. Implikasi praktis
Hasil penelitian ini digunakan sebagai masukan
bagi WikiDPR untuk menambah kualitas dari isi
konten dan terus mengawal sistem demokrasi di
Indonesia melalui gerakan partisipasi politik yang
memungkinkan setiap warga bisa memantau dan
mengakses ke gedung DPR- Senayan.
C. Saran
Setelah melakukan penelitian mengenai strategi literasi
politik di kalangan anggota DPR RI di wikidpr.org, maka
penulis memiliki beberap saran yaitu:
1. Saran Akademis
160
Penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan
dalam pengembangan ilmu komunikasi khususnya
dibidang literasi politik bagi civitas fakultas Dakwah
dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Saran Praktis
a. Kepada komunitas WikiDPR
Agar tetap solid dan terus konsistensi
dalam melakukan gerakan transparansi publik
melalui literasi politik ini. Tentunya literasi
membutuhkan kesinambungan dari satu proses
ke proses lain.
b. Kepada laman web wikidpr.org
Diharapkan dapat meningkatkan isi konten
dalam memberikan informasi seputar DPR.
sebenarnya sudah baik ada infografis yang
disajikan untuk memudahkan membaca,
sayangnya di web tersebut tidak di update yang
khusus tahun ini. Selain itu, apabila di
elaborasikan dengan berbagai video dari
anggota DPR, menambah sisi menarik dari
konten yang dibuat oleh wikidpr.org. selain itu
untuk re-branding barunya agar lebih di
sosialisasikan kepada masyarakat melalui
sosmed agar mudah untuk dikenali sebagai
organisasi yang memantau kinerja parlemen
161
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku
Bakti, Andi Faisal. Literasi Politik dan Konsolidasi
Demokrasi, Ciputat, Churia, 2012.
Bakti, Andi Faisal. Literasi Politik dan Pelembagaan
Pemilu, Ciputat, Fikom UP Press & Churia Press, 2016
Bormann, Ernest G. Symbolic Convergence Theory: A
Communication Formulation Journal 35, Issue 4, 1985.
Budiardjo, Miriam. Dasar-dasar Ilmu Politik Edisi Revisi,
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008.
Closky, Herbert Mc. International Encylopaedia of the
Social Science, dalam Damsar, Pengantar Sosiologi Politik
Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010.
Creswell, John W. Research Design: Qualitative,
Quantitative, and Mixed Methods Approaches-3 rd
ed California,
SAGE Publications Inc, 2009.
Cragan, Jhon F. Understanding Communication Theory:
the communicative Forces for Human Actions, Needham Heights:
a Viacom company, 1998.
Crick, Bernard. Essays on Citizenship, London and New
York: Continuum, 2000.
162
Damsar. Pengantar Sosilogi Politik, Jakarta; Kencana
Prenada Media Group, 2010.
Effendy, Onong Uchjana. Ilmu, Teori dan Filsafat
Komunikasi, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003.
Effendy, Onong Uchjana. Ilmu Komunikasi Teori dan
Praktik, Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2011.
Efriza, Ilmu Politik; dari Ilmu Politik sampai Sistem
Pemerintahan, Bandung:Alfabeta, 2009.
Fahmi, Asma Hasan. Sejarah dan Filsafat Pendidikan
terj. Ibrahim Hasan, Jakarta: Bulan Bintang, 1979.
Flew, Terry. New Media: An Introduction 3rd edition,
South Melbourne: Oxford University, 2008
Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta:
Bumi Aksara, 2013.
Hague N, Barry dan Loader, Brian D. Digital Democracy;
Discourse and Decision Making in the Information Age, London:
Rotledge 1999.
Hartley, John. Communication, Cultural and Media
Studies: The Key Concepts, London: Routledge, 2002.
Hatta, Ahmad. Tafsir Qur’an Per Kata, Jakarta Timur:
Maghfirah Pustaka, 2011
163
Heryanto, Gun Gun. Dinamika Komunikasi Politik,
Jakarta: PT Lasswell Visitama, 2011
Heryanto, Gun Gun. Panggung Komunikasi Politik:
Dilema antara Idealitas dan Realitas Politik. Yogyakarta
IRCiSoD, 2019.
Heryanto, Gun Gun. Media Komunikasi Politik,
Yogyakarta: IRCiSoD Diva Press, 2018.
Heryanto, Gun-Gun dan Rumaru, Shulhan. Komunikasi
Politik Sebuah Pengantar, Bogor, Ghalia Indonesia: 2013.
Hidayat, Dedy N. Paradigma dan Metodologi Penelitian
Sosial Empirik Klasik, Jakarta: Departemen Ilmu Komunikasi
FISIP Universitas Indonesia, 2003.
Hunger J. David & Thomas L. Wheelen, Manajemen
Strategis, Yogyakarta: Penerbit Andi, 2012
Husein, Umar. Strategic Management in Action, Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2001.
Kriyantono, Rachmat, Teknik Praktis Riset Komunikasi,
Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010.
Lexy, J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta :
Remaja Karya, Cetakana ke 23, Januari, 2007.
Liliweri, Alo. Komunikasi Serba Ada Serba Makna,
Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011.
164
Oliver, Sandra, Strategi Public Relation, Jakarta:
Erlangga, 2007.
Patton, Michael Quinn Qualitative Research & Evaluation
Methods, 3 rd Edition, California: Sage, 2001.
Poerwandari, E. Kristi. Pendekatan Kualitatif Untuk
Penelitian Perilaku Manusia. Depok: LPSP3, 2007.
Potter, W James, Media Literacy, Thousand Oaks, CA:
Sage Publications, 2001
Sparks, Colin. The Internet and the Global Public Sphere,
Dalam Bennett, W. Lance & Entman, Robert M. (eds). Mediated
Politics: Communication in the Future of Democracy. United
Kingdom: Cambridge University Press, 2001.
Subakti, Ramlan. Memahami Ilmu Politik, Jakarta: PT
Gramedia Widiasarana Indonesia, 1992.
Sutisna, Agus. Strategi Peningkatan Literasi Politik
Pemilih Pemula Melalui Pendekatan Pembelaj`aran Kontekstual,
Journal 6, no.2, 2017.
Tamburaka, Apriadi. Literasi Media; Cerdas Bermedia
Khalayak Media Massa, Depok PT Rajagrafindo Persada, 2013.
Literatur
165
Adryawan, Ricky. WikiDPR dalam Kacamata Sosio-
Demokrasi Journal (Sosiologi pembangunan, Fakultas Ilmu
Sosial, Universitas Negeri Jakarta, 2017.
Heryanto, Gun Gun. Konvergensi Simbolik di Media
Online: Studi Perbincangan Netizens tentang Polemik Kasus
Century di Era Pemerintahan SBY-Boediono Journal 6, no.2,
2015.
Putri, Tri Isniarti. “Literasi Politik Jelang Pemilihan
Presiden (PILPRES) 2014 di Media Sosial Kompasiana, skripsi
ini disahkan tahun 2014”. Skripsi UIN Syarif Hidayatullah,
Jakarta, Jurusan Ilmu Komunikasi prodi Komunikasi Penyiaran
Islam tahun 2014.
Artikel
Muchamad Yulianto dalam surat kabar Suara Merdeka
dengan judul Literasi Politik dan Media Sosial, Selasa 3 April
2018
Buletin Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia
Edisi 22 Maret 2018. Terbit pada surat kabar harian Kompas
dikolom politik dan hukum dengan judul “Caleg belum banyak
dikenal”, edisi 19 November 2018.
Website
https://id.wikipedia.org/wiki/Puritan), diakses pada 13 Maret
2018.
166
https://indoprogress.com/2018/03/teologi-al-alaq/, diakses pada
20 Maret 2019.
https://wikidpr.org/page/tentang-kami, diakses pada 25 April
2019.
http://www.satuharapan.com/read-detail/read/wikidpr-
menyajikan-yang-tak-disaji-media-konvensional, diakses pada 06
Mei 2019.
https://www.instagram.com/wikidpr, diakses pada 10 Mei.
https://pemilu2019.kpu.go.id/#/dprri/rekapitulasi/, diakses pada 5
Juli 2019 pukul 10.00
https://kompas.id/baca/utama/2019/05/29/caleg-baru-dominasi-
dpr/ (Agens Theodora, 29 Mei 2019), diakses pada 5 Juli 2019,
pukul 10.09
LAMPIRAN-LAMPIRAN
A. Lampiran Wawancara
TRANSKIP WAWANCARA
Naskah Wawancara 1 (wawancara via telephone)
Nama : Hayati Indah Putri
Jabatan : Co-Founder WikiDPR
Waktu : 16 Mei 2019
P : Pewawancara
N : Narasumber
P : Saya baca dibeberapa berita yang tersebar awalnya
organisasi WikiDPR lahir karena ketidaktahuan akan
wakilnya yang akan dipilih, bisa di ceritakan kak
bagaimana sejarah dan awal mulanya ini berdiri, dan
mungkin ada info menarik lain yang belum sempat
diulas?
N : Ya, jadi kenapa berdirinya karena 2014 gak ada info
apa-apa terkait kinerja DPR selama lima tahun. Itu kan
membuat orang bingung untuk milih. Jadi, WikiDPR
mencoba untuk merekam kinerja mereka selama lima
tahun itu agar ada sejarahnya, bisa terlihat juga udah
melakukan apa saja selama di DPR. Intinya, berawal dari
ketidaktahuan dan kebingungan waktu pemilu aja,
makanya kami membuat organisasi ini. Kita berada di
DPR untuk meliput, merekam dan menyebarkan melalui
social media @WikiDPR rapat-rapat di DPR. Kami
memastikan agar semua anggota yang hadir dan
menyampaikan pendapat mereka saat rapat dengan
pemerintah/instansi yang bersangkutan terkemukakan
pendapatnya. Dari peliputan, kita juga menuliskan
rangkuman untuk masing-masing rapat dan
melakukan update untuk profil-profil anggota DPR.
P : Bagaimana respons warga dan anggota DPR mengenai
hadirnya WikiDPR dalam membantu gerakan transparansi
publik?
N : Jadi waktu itu kita pernah ngerjaiin survei dan
ngumpulin persepsi publik melalui followers kita di
twitter. Intisari dari survei nya tahun 2017 ingin tahu
bagaimana persepsi mereka tentang DPR sebelum
mengenal WikiDPR dan setelah mengenal WikiDPR yang
aktif memposting kegiatan anggota DPR. Dan hasil nya,
kalau kita lihat sebelum mereka kenal WikiDPR,
kecenderungannya terhadap DPR 75% negatif, persepsi
nya terhadap si DPR itu sendiri. Tapi setelah adanya
WikiDPR, 75% itu pindahnya ke netral, jadi negatif nya
berkurang banget dan malah jadi netral. Kita lihatnya
analisis kita, banyak yag netral berarti mereka lebih
terbuka. Mereka jadi gak langsung judge kalau DPR itu
negatif. Dan beberapa dari warga juga mengapresiasi
kehadiran wikiDPR karena membantu memberikan
informasi mengenai rekam jejak petahana. Apalagi
mengingat tahun ini pemilu untuk pemilihan legislatif
DPR.
P : Di tahun politik ini, apa saja kegiatan yang dilakukan
oleh WikiDPR dalam merayakan pesta demokrasi?
N :Fokus kita paling utama ialah liputan aja. Emang karena
secara organisasi dengan kapabilitas kita yang tidak
terlalu banyak, dan bukan organisasi yang kaya karena
bukan profit melainkan non profit, makanya operasional
nya menghemat juga. Tapi yang jelas, prinsip kita apa
yang bisa kita lakukan , kalaupun gak banyak yang
penting kualitasnya bermanfaat. Kita sempat kerjasama
mengadakan diskusi publik bekerjasama dengan Yayasan
Madani. Kita lebih jadi ke sumbernya sie karena kita
punya data liputan, dan mereka Yayasan Madani lebih
menggali data peliputan kita untuk advokasinya mereka.
Jadi lebih ke arah kerjasama untuk membuka data dan
mendiskusikannya ke publik bersama beberapa pakar dan
anggota DPR. Kalau dengan ICW waktu itu diskusi
publiknya kita lebih kepada partisipan aja sebenarnya.
P : Berbicara mengenai website di wikidpr.org, tujuan
dibuatnya menu profil anggota DPR untuk apa kak?
N : Ya seperti yang tadi kalau gak ada wadahnya terus
liatnya gimana? Jadi profil anggota DPR itu dibuat untuk
melihat berbagai kinerja mereka tentang DPR, pandangan
politik mereka dan pernyataan mereka tentang sidang-
sidang yang berlangsung selama di DPR, apakah
mendukung rakyat atau gimana. Menu profil anggota
DPR memudahkan kita untuk menilai, apakah anggota
DPR itu layak dipilih kembali atau tidak di pemilu berikut
nya.
P : Dapatkah menu profil anggota DPR dipercaya sebagai
informasi seputar politik dalam mengetahui anggota DPR
yang kredibel bagi masyarakat?
N : Buat orang-orang yang maju kembali (incumbent)
kemarin sudah lengkap. Tapi yang pastinya kita juga
masih ada kekurangan karena lingkup ya kecil. Ya kalau
liputan di twitter @WikiDPR lengkap lah ya, tapi kalau
misalya di website masih banyak ya kira-kira 25% masih
belum ter-cover buat harian. Dan untuk infografis nya
yang ditampilkan di website wikidpr.org kita datanya
sudah lengkap, bukan data yang kayak parsial gtu bukan.
P : Bisa dijelaskan kak apa bedanya menu berita seputar
DPR dengan rangkuman rapat?
N : Ya, kalau dikita yang bisa dibedaiin emang kita kan
ngedengerin apa kata anggota DPR dari ujung ke ujung,
dari awal mulai rapat sampai selesai rapat, sedangkan
kalau berita biasanya mereka mendapatkan informasi nya
itu sebelum dan setelah rapat dalam bentuk doorstop gtu,
jadi gak terlalu ada begitu banyak yang di ikutin dari
ujung ke ujung. Dan kita juga gak ada framingnya sie,
kalau berita dengan kapasitas space beritanya juga sedikit
itu mereka harus memilah-milah informasi apa yang
dimasukkan dan tidak di masukkan. Kalau kita kan
sifatnya bukan begitu, lebih ke rekap, beda sie. Intinya
berita seputar DPR lebih kepada intisarinya, nah kalau
rangkuman rapat rekapan sidang saat rapat, baik itu
bersama mitra atau tidak.
P : Di menu profile RUU itu saya lihat ada yang masih 0
hari didiskusikan oleh DPR, itu memang belum update
adminnya atau memang anggota DPR nya sendiri belum
membahas?
N : Ya berarti kayak udah masuk ke dalam prolegnas tapi
memang belum di rapatin. Dari beberapa RUU juga
beberapa ada yang belum kami update data nya berapa
hari di diskusikan, tapi itu gak banyak.
P : Dari keseluruhan rangkaian kegiatan dan publikasi ke
publik, apakah ini bagian dari perhatian WikiDPR
terhadap proses literasi politik/ melek politik di kalangan
warga?
N : Iya, tentunya apa yang kita publikasikan ke publik
bagian dari gerakan transparasi agar publik mengenal
siapa wakilnya melalui informasi yang kami muat di
berbagai akun sosmed. Kami ingin bisa menjembatani
antara stakeholder (DPR) dan masyarakat agar
memperoleh informasi yang akuntabel dan terpercaya.
Gerakan literasi ini kami design agar mendalami profil
tiap-tiap anggota DPR yang melenggang di senayan. Dan
kami tentunya memanfaatkan media internet sebagai
perantara untuk menyebarluaskan informasi tersebut.
Melihat zaman sekarang apa-apa sudah berteknologi.
P : Menurut anda, strategi literasi politik yang seperti apa
yang akan mendukung gerakan literasi khususnya
mengenai DPR di Wikidpr? Apakah hanya melalui
platform digital saja sudah cukup atau bagaimana?
N : Ya, balik lagi sie, apa yang bisa kita lakukan sekarang ya
liputan, diluar hal lain kita belum ada yang terlalu di
fokusin. Kita inginnya buat liputan lebih bagus lagi
P : Pasca pemilu atau pada saat nanti anggota DPR baru
dilantik, apakah website wikidpr.org akan tetap
menampilkan anggota DPR lama 2014-2019 atau yang
ditampilkan hanya anggota terpilih saja 2019-2024?
N : Cuman yang baru, jadi anggota lama yang tidak terpilih
tidak di tampilkan di website.Kita masih ada di second,
gak bakal diliatin ke publik. Hanya anggota baru aja yang
terpilih nanti.
P : Dalam pengelolaan baik publikasi ataupun relawannya,
apakah ada hambatannya kak?
N : Enggak sie, so far oke karena kita juga ada yang dulunya
relawan sekarang magang. Kita juga ada yang jadi
koordinator, dan itu oke banget untuk mengelola
relawannya apabila ada masalah disana. Sekarang udah
ada sampai batch 15, kira-kira ada sekitar 600
relawannya. Admin mantan relawan yang kita kerjakan,
ada yang jadi editor, koordinator dan ada juga yang jadi
PJ relawan-relawannya.
P : Adakah tekanan politik dari pihak luar terhadap
WikiDPR dalam merekam jejak anggota dewan?
N : Enggak sie, gak ada. Semuanya baik-baik saja.
P : Apa harapan kakak ke depan terkait WikiDPR sebagai
sebuah organisasi yang membantu mengontrol kinerja
anggota dewan?
N : Ya harapannya semoga liputannya bisa baik lagi dan kita
bisa lebih cepat dalam memproses datanya sehingga
langsung bisa ke website dan semuanya terpampang
100%, dari live tweet. Itu sie harapan aku lebih kepada
operational excellence lah, lebih bisa baik lagi
mengerjakannya tugas kita.
P : Sebagai pendiri dari WikiDPR apa harapan kakak untuk
para relawannya yang membantu gerakan transparansi
publik?
N : Mudah-mudahan relawannya tiak lupa dengan wikiDPR
dan masing-masing bisa mengejar passion nya dan gak
lupa apa yang mereka lakukan di WikiDPR membantu
banyak orang untuk mengenal lebih dekat dengan DPR.
TRANSKIP WAWANCARA
Naskah Wawancara 2
Nama : Dena Atmaji
Jabatan : Koordinator lapangan WikiDPR
Tempat : Komisi VIII (Nusntara DPR RI)
Waktu : 15 Mei 2019
P : Pewawancara
N : Narasumber
P : Bagaimana awal mulanya tergabung dalam komunitas
WikiDPR?
N : Dulu tuh setiap liburan kuliah pengen magang, iseng-
iseng search di twitter @kampusupdate, dia kan sering
update kegiatan magang dan event anak muda. Nah...
kebetulan ada share tentang WikiDPR, trus langsung kepo
tentang DPR, kayak apa sie gedung nya. Lalu abis itu
nyoba-nyoba iseng daftar, diterima, ya udah. Kebetulan
saya daftar pada tahun 2017 akhir lagi skripsi jadi sambil
ngisi waktu luang. Alhamdulillah lolos dan diterima jadi
relawannya.
P : Pada saat menjadi bagian dari relawan WikiDPR,
aktivitas apa saja yang dilakukan?
N : Fokusnya liputan dan mengerjakan rangkuman.
Kebetulan di tiap minggu akhir, saya mengerjalan 10
liputan untuk menjadi 10 rangkuman. Sistem
pembagiannya seminggu sekali untuk link nya
(chirspstory twitter) dan random liputan apa saja.
Biasanya dibagi oleh editor untuk membuat rangkuman
tersebut. Kadang kalau lagi free bisa 2 jam satu
rangkuman selesai.
P : Darimana saja pengetahuan politik didapat?
N : Kebetulan saya jurusan KESSOS (kesejahteraan sosial),
jadi pengetahuan politik sedikit-sedikit ada karena satu
fakultas dengan FISIP (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik). Biasanya kalau ada hal-hal yang masih kurang
paham sejauh ini googling di internet, meminimalisir
kesalahan dan typo-typo pada saat live tweet.
P : Biasanya komisi apa saja yang menjadi ranah liputan?
N : Paling seneng komisi 5 sama komisi 8, dan kebetulan
komisi 8 bidang saya banget, jadi lumayan hafal dengan
berbagai istilah-istilahnya jika dikemukakan dalam
sidang. Sedangkan di komisi 5 banyak yang di sukaiin
personil anggota DPR nya. Mereka yang berdebat pada
saat sidang komisi argumen nya membela masyarakat.
Tapi kadang-kadang juga ditugaskan untuk di komisi 7
dan kadang buta banget. Kalau misalnya tidak tahu
dengan istilah tersebut dan sudah mencoba untuk
googling dan tidak ketemu, lebih baik tak perlu ditulis
daripada salah.
P : Pernahkah melihat kejadian unik pada saat meliput
jalannya rapat?
N : Always, uniknya mungkin kayak dia mengeluarkan kata-
kata kayak gob**k dalam persidangan. Tapi sejauh ini
gak melihat tindakan fisik yang terjadi. Terus juga
kemarin kan bulan puasa, banyak yang tidur. waktu itu
pernah di banggar dan itu tiba-tiba rapat nya di skors, pas
masuk lagi udah kesimpulan aja, selesai. Pas lagi ribut-
ributnya tuh tiba-tiba masuk udah kesimpulan. Yang
ribut-ribut tadi kemana, gak tahu.
P : Menurut pendapat anda, bagimana tingkat kehadiran
DPR? Apakah para wakil rakyat yang duduk di Senayan
sudah memperjuangkan hak rakyat melalui pernyataan
pada saat sidang rapat?
N : Selama saya liputan yang saya lihat mayoritas iya.
Walaupun saya tidak tahu apa yang mereka sampaikan itu
terselip kepentingan pribadi, parpol lah. Tapi yang dia
sampaikan masih mengakomodir kepentingan masyarakat.
P : Menurut pendapat anda, bagaimanakah fungsi
pengawasan, legislasi dan anggaran di DPR?
N : Menurut saya fungsi pengawasan DPR oke banget.
Legislasinya karena mungkin UU dibuat pada saat urgent,
lumayan oke. Tapi prolegnas sekarang memang banyak
yang tidak terpenuhi, total 181 ya hanya berapa persen
yang mencapai target legislasi. Untuk penilaiannya untuk
fungsi pengawasan saya kasih nilai 85%, legislasi 65%
dan fungsi anggaran 50% .
P : Apakah informasi seputar politik khusus nya DPR sudah
cukup baik dan memadai melalui platform yang WikiDPR
punya (twiiter, instagram, youtube, website wikidpr.org)?
N : So far udh oke karena memang jamannya udah
teknologi, dan kita punya berbagai platform untuk
membagikan informasi kepada publik melalui akun-akun
tersebut.
P : Apakah semua informasi yang di publish oleh Wikidpr
kredibel dan tak diintervensi?
N : Kebanyakan sekarang jaman millenials gtu kan, karena
kita posting nya melalui media sosial untuk kaum
millenial sampe banget informasinya. Dan informasi yang
kami publish juga kredibel, sesuai apa yang terjadi di
lapangan. WikiDPR merupakan lembaga non profit dan
independen. Kalau di website wikidpr.org ada beberapa
anggota DPR yang dirasa kurang tulisannya memberikan
tanggapan, karena 2 faktor. Pertama, karena mungkin dia
(anggota DPR) nya kurang aktif beragumen saat rapat
sidang, dan kedua karena ucapannya tidak jelas (ngalor
ngiduul) sehingga kami pun relwannya kesulitan untuk
mencatat apa yang di ucapkan.
P : Apakah anda sebagai relawan akan merekomendasikan
beberapa media yang di publikasi Wikidpr kepada orang
lain sebagai bentuk kegiatan literasi politik?
N : Iya, sempet kemarin pada saat pemilu saya
merekomendasikan ke teman saya melalui sosmed. Tidak
hanya teman, keluarga dan kerabat juga. Saya juga aktif
memberi tahu teman-teman yang menanyakan tentang
calonnya di dapilnya, menjelaskan juga beberapa istilah
yang ada di DPR, karena beberapa teman ada yang kurang
tahu. Kemarin waktu pemilu saya memilih berdasarkan
apa yang saya lihat dan nilai selama liputan, ketahuan
kalau milihnya petahana....hehehe
P : Menurut anda, hadirnya Wikidpr dalam memberikan
segala informasi, apakah sudah cukup mewadahi
masyarakat dalam proses literasi politik?
N : Membantu banget sie, jadi kayak contoh kemarin kita
ada pendaftaran batch baru yang ke 15 untuk relawan
wikiDPR dan itu yang daftar naik sampai berapa ratus.
Antusias masyarakat yang daftar sampai 200 an lebih. Ini
jadi shock gtu kan, mungkin antusias sebanyak ini terjadi
karena sebelumnya kita posting di sosmed mengenai jejak
petahana yang akan nyalonin lagi di DPR. Ternyata
postingan itu banyak yang respons dan pada kepo banget,
mungkin dari situ banyak yang ingin ikut jadi relawannya.
P : Pernah tidak kah ada anggota dewan yang mengomentari
seputar kegiatan wikidpr dan bagaimana tanggapannya?
N : Ada, salah satunya Dedy Yusuf di medsos, soalnya kalau
di twitter pada saat kita live tweet kita mention ada yang
suka bales gitu. Kadang kalau lagi ngomong anggota DPR
nya nih, kan detail banget ngomongnya, apa yang di
ucapin kita tulis, dan responsya dia “bagus banget”. Lalu,
ada juga anggota DPR yang mengkomentari apabila
profile di website ada yang kurang, sejauh ini itu aja.
Kalau terkait isinya gak ada. Untuk anggota DPR secara
langsung tidak ada yang berkomentar, tapi untuk TA
(tenaga ahli) yang dari fraksi iya, dan kebetulan mereka
suka lihat cuitan WikiDPR di twitter untuk membuat
laporan mengenai persidangan itu. Dan saya merasa
beberapa jurnalis melihat cuitan WikiDPR untuk menulis
beberapa berita yang mereka muat, karena kalau relawan
WikiDPR stand by dari awal hingga akhir persidangan,
jadi tahu kronologis apa yang di diskusikan pada saat
sidang, sedangkan jurnalis ada yang dateng di awal,
tengah ataupun di akhir ketika anggota DPR memberikan
argumen di sidang komisi.
P : Website wikidpr.org sebagai media yang menjembatani
warga, apakah kanal tersebut efektif sebagai rakyat untuk
mengetahui trade record wakilnya?
N : Membantu banget, karena di wikidpr.org ada sistem
rangkuman rapat , jadi secara keseluruhan jalannya sidang
komisi itu apa bisa terlihat dan terbaca. Di website
tersebut juga ada berita seputar DPR yang memuat
tentang press conference ataupun doorstop. Format nya
hampir mirip seperti media online pada umumnya, tapi
tetap saja wikidpr.org tidak bisa disebut sebagai produk
jurnalistik, itu adalah citizen journalism. Tapi tetap tujuan
utama kami live tweet dan membuat rangkuman rapat.
P : Menurut anda, strategi literasi politik yang seperti apa
yang akan mendukung gerakan literasi khususnya
mengenai DPR di Wikidpr? Apakah hanya melalui
platform digital saja sudah cukup atau bagaimana?
N : Kita kan juga mitra dengan change.org dan yayasan
madani. Dan sebelum pemilu sempat mengadakan
seminar dan talk show. Setiap kita ngadaiin seminar
tersebut, kita undang beberapa anggota DPR untuk
diskusi. Kemarin sempat sebelum pemilu ingin datang ke
beberapa TPS terkhusu wilayah DKI 1 dan Jabar 1 untuk
mensosialisasikan petahana yang akan mencalonkan
kembali pada pemilu 2019-2024. Tapi sayang, karena
minimnya SDM jadi tidak terlaksana dan hanya niatan
saja. Dan pada akhirnya kami mengkampanyekan mereka
para petahana melalui medsos lagi, karena paling ampuh
dan efektif sie. Untuk diskusi publik sendiri sudah mulai
aktif sejak tahun 2017, setiap tiga bulan sekali. Itu
terakhir kemarin sebelum masa reses pemilu kemarin.
P : Dalam demokrasi tingkat partisipasi masyarakat itu ialah
sangat penting, bagaimana anda melihat itu di Indonesia?
Dan hubungannya anda tergabung dalam komunitas
Wikidpr?
N : Balik lagi tergantung kepada masyarakat nya. sebagai
negara yang demokratis, kita ya memang harus tahu
tentang situasi politik kita, istilah kata melek politik. Jadi
kita bertanggung jawab sama apa yang kita pilih nanti,
jangan sampai ketika kita gak memilih, kita ikut
menyalahkan juga apa yang menjadi kebijakan oleh
pemerintah. Jadi partisipasi masyarakat harus aktif,
terutama juga dalam menyaring siapa saja yang terpilih di
konstituen. Ya, seperti kita ini masuk dalam komunitas
WikiDPR berusaha untuk lebih aktif menjadi masyarakat
dalam menilai kinerja dewan.
P : Harapan nya untuk wikidpr bagaimana ke depan?
N : Ke depannya mungkin sistemnya, akun seperti youtube
kembali sering di update kontennya. Ada yang fokus
mengurus ke social media specialist, jadi bener-beer ada
yang ngurus youtube, twitter, dsb. Jadi, biar kita lebih up
to date banget. Selama ini admin untuk upload ke social
media hanya satu orang, kalau bisa ditambah lagi. Lalu,
ada yang concern kepada infografis, biar lebih menarik
tampilannya.Untuk tampilan website wikidpr.org, udah
bagus, yang penting konten isinya aja sie. Karena, yang
namanya web kalau kita ramean pun nanti kayak riweuh.
Intinya, yang pertama harus ada yang fokus ke sosial
medianya dengan lebih banyak SDM nya , kedua, sistem,
seperti yang tadi saya ungkapkan apabila kita masih
bertahan dengan live tweet begini nanti media-media lain
mudah mencatut. Jadi, next nya kita kan merancang untuk
sistem ke depannya nanti. Kalau untuk live tweet tetap,
karena memang itu intinya. Tapi, yang akan kita rancang
nanti sistem gak sedetail sekarang, dimana setiap anggota
DPR berucap langsung di live tweet. Jadi, apa yang
mereka (anggota DPR ) sampaikan kita catat terlebih
dahulu misal di notes, tapi untuk live tweet inti dari
ucapannya saja.
TRANSKIP WAWANCARA
Naskah Wawancara 3
Nama : Arief Al-Qori
Jabatan : Relawan WikiDPR Batch 2
Tempat : Bintaro, Tangerang Selatan
Waktu : 11 Mei 2019
P : Pewawancara
N : Narasumber
P : Bagaimana awal mulanya tergabung dalam komunitas
WikiDPR? (Jelasin ya Qoor, sejak kapan dan gimana awal
mulanya)
N : Saya mengenal WikiDPR itu tahun 2015, ini diawali pas
lagi getol-getolnya nyari pengalaman pribadi aja melalui
kegiatan relawan. Sebelumnya, pas 5 Desember 2014,
pernah ikut relawan dan baru tahu kalau itu hari Relawan
Internasional. Yasudahlah, saya buat goal untuk ikut
relawan mulai 2015. Kebetulan, salah satunya ada
WikiDPR di laman atau twitter gitu yang saya ikutin.
Ikutlah pas bulan Maret deh kalau tidak salah, atau April
malah. Toh pertanyaannya cuman tiga. Apa yang kamu
ketahui soal politik, soal DPR, dan harapannya apa sama
WikiDPR ini. Tak jawablah, politik sekedar salah satu
alat untuk membantu orang lain atau melenggangkan
kekuasaan untuk kemaslahatan banyak orang. Sedangkan
DPR, ya salah satu lembaga negara yang mungkin
terdengar elitis, tetapi lembaga negara yang juga punya
tanggung jawab besar. Dan memilih bergabung di
WikiDPR, untuk mencari tahu apakah DPR yang selama
ini didengar (kebanyakan buruk), itu benar-benar buruk,
atau malah sebaliknya.
P : Pada saat menjadi bagian dari relawan WikiDPR,
aktivitas apa saja yang dilakukan?
N : Aktifitas utama sesuai yang kita tahu, mengetweet setiap
pembicaraan yang disampaikan oleh anggota DPR, atau
juga Mitra dan Lembaga negara seperti Kementerian,
ataupun perusahaan yang kebetulan dipanggil DPR.
Selain itu, setelah mendapatkan tweet tersebut, WikiDPR
melakukan proses penyatuan tweet di chirpstory (webnya
chirpstory.com kalau tak salah) dan rangkuman. Saya
ngurus chirpstory dan rangkuman yang dapet beberapa
doang, karena capek sekali di badan. WikiDPR juga
menurut saya kala itu kekurangan orang untuk
mengurusnya.
Selain itu, aktifitas utama WikiDPR di kantor DPR itu
jadi salah satu yang bikin saya bangga. Karena, ini
lingkungan yang jarang atau bahkan sulit dijangkau oleh
orang umum, anggepan saya waktu itu, karena
sebenarnya bisa sih dimasukin siapa aja kan. Tetapi, ya
tetap bangga aja karena punya obrolan baru soal politik
yang mana saya salah satu pemantau di dalam lingkungan
DPR.
P : Darimana saja pengetahuan politik didapat?
N : WikiDPR jadi salah satu gerbang pembuka untuk
mengetahui perpolitikan negeri ini. Ya, dari sekedar iseng
menjawab pertanyaan, akhirnya ya cari tahu sendiri ada
apa sih urusan politik khususnya di DPR itu. Misalkan
ada sebuah undangan dari DPR kepada Pertamina atau
Garuda Indonesia waktu itu, ya saya cari tahu melalui
media daring atau juga menanyakan ke beberapa rekan
WikiDPR yang lebih mengerti sebuah kasus di satu
komisi. Memang waktu itu, ilmu saya tidak seberapa,
tetapi setidaknya saya sedikit mengerti maksud dan tujuan
pemanggilan dari DPR. Hal yang sangat berdampak pada
pengambilan keputusan soal ekonomi saat ini kan.
P : Biasanya komisi apa saja yang menjadi ranah liputan?
N : Komisi 6 mengenai BUMN, komisi 7 tentang ESDM,
dan komisi 8 soal kesejahteraan, agama, dan sosial.
Terkadang, beberapa kali komisi 5 perhubungan, komisi
11 keuangan dan komisi 10 pendidikan, olahraga, dan
kebudayaan. Tertarik mengikuti sejumlah komisi tersebut,
kom 6 salah satunya karena saya beranggapan waktu itu
saya sedang belajar di program studi Keselamatan dan
Kesehatan Kerja, ya ngikut ajalah. Padahal, sebenarnya
itu tuh lebih sering bahas soal keuangannya. Biarkanlah,
belajar sedikit dan malah berguna di masa sekarang. Atau
juga kom 8, karena dulu sempet ngawang-ngawang
pengen job ke BNPB (badan nasional penanggulangan
bencana). Jadi, sering banget buat ngeliput kalau pas
BNPB dateng ke kom 8. Ya, mimpi tinggal mimpi,
sudahlah. Setidaknya aku bisa belajar banyak dari sana,
dan malah terus memperbaiki pengetahuan tentang politik
DPR.
P : Pernahkah melihat kejadian unik pada saat meliput
jalannya rapat?
N : Komisi yang saya ikuti cenderung jarang melibatkan
kejadian unik. Tetapi, beberapa kali diminta untuk berbagi
cerita apa yang dibahas di satu komisi kepada staf ahli
atau beberapa media lain saat meliput bareng, itu salah
satu kebanggan tersendiri sih. Kalau mau sedikit unik,
paling kom3 soal HAM, politik, yang biasanya ramai
diikuti media nasional. Pemilihan ketua KPK waktu itu
menyita perhatian, atau juga cecaran dari anggota kom11
kepada menteri keuangan Bambang Brodjo, soal defisit
anggaran atau apa lah waktu itu. Lalu, ngomongin
anggaran yang ga kelar-kelar di Banggar, sampe pagi pun
di ladenin, karena ini menyangkut ribuan triliun, dan
untuk pertama kalinya kabinet Presiden Joko Widodo
membuat anggaran. Kalau anggaran 2015, masih punya
pa SBY.
Bentaar deh, keknya ada kejadian unik yang tidak
diungkap ke publik tapi sempet bikin heboh waktu itu.
Mungkin kamu gak tahu, tapi saya jadi saksi matanya.
Yeeees, saya punya cerita ini. Ini ceritanya yak..Jadi,
kom10 itu kan bahas tentang seni, budaya, olahraga, dan
pendidikan. Salah satu agenda rapat waktu itu pokoknya
dihadiri artis seperti Anang Hermansyah, dan artis lain
yang saya tidak inget lagi. Yes, Anang kan anggota partai
berwarna hijau, saya lupa darimana, tetapi pokoknya dia
juga caleg dari Jatim. Saya ikut ngeliput bersama kakmal,
dan dua atau tiga rekan lainnya. Satu masa, pas istirahat,
temenku ini yang namanya Mawar, melihat Anang lagi
merokok di ruang rapat. Dia sempet tanya ke ka Akmal
boleh diambil ga fotonya. Ka Akmal bimbang, tapi
akhirnya diijinkan buat mengambil foto itu. Ditweet lah
sama Mawar, dan Boooooooooooom. Besoknya rame
dong di media mainstream, tapi mereka tidak pernah
menyebut ngambil darimana fotonya. Karena itu
sumbernya cuman kami, WikiDPR, dan foto itu anglenya
cuman didapat sama Mawar. Goks dia. Cari aja di google,
“Anang rokok DPR”. Seinget saya, cuman WikiDPR
doang yang kebetulan ada di situ. Paling sama beberapa
staf ahli yang keyaknya udah curiga kenapa fotoin ke
bawah. Yasudahlah, kita diem-dieman aja. Ini salah satu
cerita yang tidak pernah keungkap. Rame di koran, di
detik.com, sampe kalo tidak salah di berita entertainment
tivi juga deh.
P : Menurut pendapat anda, bagimana tingkat kehadiran
DPR? Apakah para wakil rakyat yang duduk di Senayan
sudah memperjuangkan hak rakyat melalui pernyataan
pada saat sidang rapat?
N : Tingkat kehadiran DPR merupakan salah satu yang
disorot oleh WikiDPR, dan sering jadi acuan media
mainstream untuk mengetahui seberapa rajin satu buah
komisi. Ini salah satu yang saya banggakan selama di
WikiDPR, karena penyalur informasi utama.
Oke, tingkat kehadiran kalau dari kacamata saya
seluruhnya tergantung karena isu apa yang sedang
diobrolin. Kalau misalkan “papa minta saham” atau
seperti “ngurusin anggaran” dan “KPK”, ya seluruh
anggota tidak mau ketinggalan untuk mengikuti. Entah
karena emang iseng mengikuti, atau memang perhatian di
isu itu, ya bukan urusan WikiDPR sih. Soalnya ada,
beberapa anggota yang ngikut dari awal sampe akhir
cuman kayak tidur doang, atau sekedar ada di daftar
absen. Sedangkan memperjuangkan hak rakyat,
sebenernya saya masih bingung seberapa pantas
pertanyaan untuk perjuangan hak rakyat itu selama di
DPR. Kalau patokannya sekedar, ketika anggota DPR
bilang “tolonglah pak, di dapil saya, ada permasalahan ini,
ini, ini, bisa dibantu untuk CSR-nya, atau gimana” ya
berarti sudah memperjuangkan dong? Kalau patokannya
lebih dari itu atau ada perbedaan pandangan, aku tidak
bisa jawab nov.
P : menurut pendapat anda, bagaimanakah fungsi
pengawasan, legislasi dan anggaran di DPR?
N : Fungsi pengawasan udah paling oke deh dari DPR,
karena keknya mereka emang tugasnya memang
mengawasi deh. Kalau misal ada kasus di KPK, kenceng
bener ngawasinnya, atau pas lagi masalah kebakaran
hutan di kom 8, itu kan dibahas sampe ngantuk-ngantuk
tuh. Sering jam 1 atau 2 baru pulang, tapi syukurlah
sekarang bisa teratasi kan masalah kebakaran hutan ini,
walaupun tentu tidak 100%. Semua perlu proses lah ya.
Oke, legislasi. UU menjadi salah satu sorotan utama juga
di WikiDPR, karena kita punya daftar RUU yang perlu
dibuat setiap komisi, dan seberapa jauh UU itu telah
dibahas. Hasilnya sih sangat mengecewakan. Saya akan
menulis berdasarkan asumsi, belum pake data ya. Jadi,
setiap pembahasan UU, selalu aja ada yang mundur, entah
si DPR-nya, atau malah mitranya yang waktunya ga pas.
Padahal, DPR selalu bilang, bukankah kewajiban DPR
untuk memanggil mitra dan kewajiban mitra pula untuk
menghadiri undangan DPR. Tapi ya gitu deh, saya kurang
paham kenapa sampe terus mundur untuk pembahasan
UU. Mungkin ada kepentingan di balik itu semua. Kalau
berbicara data mengenai seberapa banyak legislasi, bisa
ditengok ke WikiDPR atau lembaga lain ya nov.
Dan anggaran. Udahlah, ini ga perlu dipertanyakan lagi
seberapa serius DPR mengurusinya. Sangat, sangat,
sangat serius. Karena masalah cuan, apalagi yang perlu
ditanyakan. Ribuan triliun-menurut saya-mereka pasti
ngurusin, karena mereka digaji dari uang negara juga
yang jumlahnya gila-gilaan kan. Cuman, karena saya
waktu itu sekedar ngetweet tanpa tahu apa itu anggaran,
jadilah tidak terlalu merhatikan. Coba sekarang balik lagi
ke banggar, hmm, bisa beda pandangannya, hehe.
P : Apakah informasi seputar politik khusus nya DPR sudah
cukup baik dan memadai melalui platform yang WikiDPR
punya (twiiter, instagram, youtube, website wikidpr.org)?
N : Jauh lebih bagus daripada jaman dulu. Warnanya lebih
soft dengan biru khasnya, dan menurut saya ini cocok
kalau kita memang punya minat baca yang cukup oke,
karena teks semua. Tidak semua orang cocok dengan
laman ini, tetapi asalkan minatnya sama, saya kira oke-
oke saja. Pengelompokan kepada berita setiap komisi dan
apa yang dibahas oleh setiap anggota tidak masalah.
Cuman pengaturan untuk judul aja deh, yang mungkin
terlalu besar.
(https://wikidpr.org/rangkuman/penyelenggaraan-ibadah-
haji-umrah bisa dilihat di laman itu untuk maksud saya).
Kalau untuk twitter, ya mereka sudah centang biru dan
saya rasa itu jadi awal yang bagus sekali untuk sebuah
organisasi. Kalau untuk instagram, ya mau dikomentarin
apa ya. Basisnya Twitter, akan sedikit kaget kalo ditaruh
di Instagram, iya ga sih? Sedangkan untuk Youtube,
belum ada tambahan lagi nih setelah 2 tahun. Mungkin
video pertama dimulai 4 tahun lalu, tapi aku tidak masuk
dalam pembuatan videonya.
Mungkin karena WikiDPR mengambil ceruk di politik
dan DPR yang kebetulan mempunyai pandangan selalu
buruk, jadi ya wajar jika tidak banyak yang baca.
P : Apakah semua informasi yang di publish oleh Wikidpr
kredibel dan tak diintervensi?
N : Saya rasa tidak, karena kalau dari pandangan relawan
tidak ada intervensi selama kami tweet ataupun menulis
rangkuman. Kredibel pun sekiranya baik, karena malah
jadi salah satu patokan penulisan dari media kepada
publik.
P : Apakah anda sebagai relawan akan merekomendasikan
beberapa media publikasi Wikidpr kepada orang lain
sebagai bentuk kegiatan literasi politik?
N : Jika ada yang menanyakan kepada saya bagaimana
mengetahui performa anggota DPR saat ini, saya kira top
of my mind ya WikiDPR. Cuman masyarakat termasuk
saya ini seringkali tidak tahu bahkan seperti asal daerah
saya ini dari dapil mana ya. Itulah yang perlu digalakkan
lagi dari manakah calon dari daerah saya.
Karena, saya sendiri pun harus mencari dulu kira-kira
darimana calon dari Kuningan. Kalau dari Bali atau Jogja,
kan tidak ada pembagiannya. Untuk literasi politik,
WikiDPR bisa dianggap sebagai salah satu platform untuk
melihat ada apa sih yang terjadi di daerah saya, atau juga
bagaimana sikap yang diambil tokoh dari dapil Kuningan
untuk daerahnya. Begitu sih.
P : Menurut anda, hadirnya Wikidpr dalam memberikan
segala informasi, apakah sudah cukup mewadahi
masyarakat dalam proses literasi politik?
N : Untuk pertanyaan ini, sebagai salah satu orang yang ada
di organisasi ini pada masa-masa awal, saya cukup
bangga jika ada yang memakai WikiDPR sebagai salah
satu platform untuk mengenal politik. Saya tidak tahu apa
yang terjadi di luar sana, tetapi WikiDPR sejak jaman
2015, hingga kini, bisa jadi salah satu jembatan untuk
mengenal politik. Mungkin tidak secara langsung
WikiDPR bilang, “hey ini lho politik”, tetapi melalui
infografis seperti jumlah kehadiran atau jumlah legislasi
yang disebarkan dan dimuat ke berbagai media seperti
detik, kompas, MI, republika, dll, WikiDPR bisa
menggiring ke lamannya sendiri dan lembaga lain yang
bergerak di politik DPR, untuk mengenal seluk-beluk
DPR kan.
P : Pernah tidak kah ada anggota dewan yang mengomentari
seputar kegiatan wikidpr dan bagaimana tanggapannya?
N : Sepanjang saya dan rekan yang lain meliput di DPR, tak
ada keluhan dari anggota DPR. Malah, ada beberapa
celetukan dari kom 8 yang selalu ngingetin ke mitranya,
“baik-baik ngomongnya, kita ditweet sama anak-anak
WikiDPR lho”. atau juga pernah disapa dari podium
ketua, belum ngantuk neng atau kang? Ahaha, baik deh
kom 8 itu.
Sebentar, kalau ga salah pernah juga ada yang bilang
Twitter saya sering banget dapet mention dari WikiDPR.
Tapi, lama-lama mereka juga tahu siapa kita, dan
akhirnya berterima kasih karena ucapan mereka ada yang
nyimpan.
P : Website wikidpr.org sebagai media yang menjembatani
warga, apakah kanal tersebut efektif sebagai rakyat untuk
mengetahui trade record wakilnya?
N : Selama tidak kenapa-napa dengan webnya, saya kira
database bertahun-tahun dari setiap anggota DPR akan
bertahan dan bisa dipercaya sebagai laporan kredibel
mengenai trade record wakil DPR.Kalau untuk pribadi,
setidaknya kita bisa mengetahui seberapa aktif anggota
DPR dari Kuningan tempat tinggal saya. Mereka sering
perjuangin tidak aspirasi kita, seperti itu lah.
P : Menurut anda, strategi literasi politik yang seperti apa
yang akan mendukung gerakan literasi khususnya
mengenai DPR di Wikidpr? Apakah hanya melalui
platform digital saja sudah cukup atau bagaimana?
N : WikiDPR sekarang ini sudah mulai menggandeng
beberapa pegiat politik, mulai dari Vote for Forest,
Madani, dan Change.org. Orang cukup mengenal
beberapa platform itu, dan saya kira ini langkah berani
yang baik untuk menyebarluaskan WikiDPR ke khalayak.
Mungkin tidak melulu soal menarik tingkat bacaan atau
apa, tapi sepertinya misi simpel WikiDPR untuk
mengundang lebih banyak anak muda mengenal politik,
salah satunya memang bisa melalui kegiatan offline
seperti itu.
P : Dalam demokrasi tingkat partisipasi masyarakat itu ialah
sangat penting, bagaimana anda melihat itu di Indonesia?
Dan hubungannya anda tergabung dalam komunitas
Wikidpr?
N : Tingkat partisipasi di Indonesia berdasarkan Pilpres
2019 mencapai 80% lebih ya. Salah satu hal yang bisa
dibanggakan oleh Indonesia, karena persentase tersebut
sangat jauh dibandingkan Amerika pada 2016 yang
sekiranya kembali ke 60-an% saja tidak bisa. Mungkin ini
bisa jadi celah awal untuk mulai mengajak anak muda ke
politik kali ya. Apalagi dengan terpilihnya Pak Jokowi ke
RI1 lagi, saya kira bakal banyak yang menyoroti. Tidak
hanya infrastruktur yang kembali masif, tetapi juga sektor
lain yang siap menghujani pemerintahan baru ini. Politik
2019-2024 akan menarik, terlebih pas 2024 saat turunnya
Pa Jokowi, kan bisa diganti siapa saja.
Lebih lanjut tapi OOT dikit, politik dan ekonomi udah
kayak kakak adek. Setiap kebijakan politik, pasti
berdampak ke ekonomi. Misalnya saja, kenapa Indonesia
masi 5% aja untuk pertumbuhan ekonomi. Jangan
salahkan pemerintah, kan ada faktor utama dari
masyarakat sendiri, kenapa tidak mulai nabung saham,
atau tidak beli Surat Utang dari negara. Padahal, kalau itu
mulai dilirik, bisa lho naik ke 7% sesuai janji Pa Joko pas
2014. toh, investor kita sekarang masih kurang dari 1%
kata IDX, yang artinya ga sampe 2,7 jutaan orang. Yang
artinya juga, hanya sekitar 2 jutaan doang yang bener-
bener kaya di negeri ini, yang punya miliaran bahkan
triliunan rupiah.
P : Harapan nya untuk wikidpr bagaimana ke depan?
N : Jangan ubah apa yang sudah di mulai dari awal pas
2014, terus berikan informasi kredibel semua anggota
DPR. Udah gitu aja.
Berbicara kritikan, oh iya kemarin saya coba bahas soal
“Show This Thread”, ya misalkan @WikiDPR1 lagi
ngetweet di komisi 1. Ya sudah, dikumpulin dalam satu
tret dari pembukaan sampai penutupan. Begitu juga di
kom lain, jadi ga pabalieut (sunda: benang kusut) antara
komisi 1 ngetweet, eh beberapa menit berikutnya komisi 2
nyempil. Ya ga salah, karena bisa aja jadwalnya samaan,
tapi kan dengan dikumpullin jadi satu tweet jadi ga
tumpang tindih.
Trus, ah iya, jaga kesehatan anak-anak. Ini udah mulai
bahas anggaran lagi, bakal sampe malem kan. Kalau bisa
ada yang shift-shift antara jam berapa sampe jam berapa,
biar ga capek betul.
B. Lampiran Surat
C. Lampiran Dokumentasi
D. Surat Ijin Penelitian