berkas pasien infeksi akut pada geriatri

Upload: rizweta-destin

Post on 11-Oct-2015

9 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tugas

TRANSCRIPT

BERKAS PASIENA. Identitas PasienNama : Ny. UJenis kelamin: PerempuanUmur: 61 tahunStatus: MenikahAlamat : Rawasari Timur RT 04/RW 02Pekerjaan: Ibu Rumah TanggaPendidikan: SDAgama: IslamNo.Rekam medis: 3910/14Puskesmas: Puskesmas Kecamatan Cempaka PutihTanggal berobat: 14 Juli 2014

B. AnamnesaAlloanamnesa yang dilakukan pada tanggal:1. Keluhan UtamaBAK bercampur darah

2. Keluhan TambahanBAK sering tetapi sedikit-sedikit, demam, dan nyeri perut bagian bawah.

3. Riwayat Penyakit SekarangPasien datang ke Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih dengan keluhan BAK bercampur darah. Keluhan ini dirasakan sejak 3 hari sebelum berobat ke Puskesmas. Darah yang keluar biasanya berwarna kemerahan dan bercampur dengan air seni. Darah tidak menggumpal. Keluhan ini dirasakan hilang timbul, tidak setiap kali BAK bercampur dengan darah. Pasien sudah tidak mengalami menstrulasi sejak 10 tahun yang lalu. Keluar nanah saat BAK tidak ada. Tidak ada pasir atau batu yang keluar pada saat BAK. Pasien mengatakan bahwa selama satu minggu ini ia menjadi lebih sering BAK, dalam satu hari dapat mencapai lebih dari 20 kali, terutama pada malam hari. Walaupun pasien sering BAK, namun air seni yang dikeluarkan sangatlah sedikit, bahkan terkadang hanya menetes saja sehingga pasien merasa lampias saat BAK. Pasien juga mengeluh demam sejak 5 hari yang lalu. Demam dirasakan naik turun. Demam tidak disertai dengan menggigil. Selain itu, pasien juga mengeluh nyeri pada perut bagian bawah. Nyeri yang dirasakan tidak menjalar ke bagian tubuh lain. Keluhan ini dirasakan hilang timbul, terutama sesaat setelah pasien BAK. Nyeri tersebut dapat berlangsung sekitar dua sampai lima menit. Adanya nyeri pada pinggang serta nyeri saat BAK disangkal pasien. Pasien mengaku nafsu makannya menurun. Selama 2 minggu terakhir, pasien mengaku sulit untuk menahan BAK, sehingga pasien sering mengompol. Pasien sudah berusaha menahan BAK, namun air seninya tetap saja keluar. Jika pasien mengompol, pasien tidak segera berganti celana dalam atau membersihkan sisa BAK. Hal tersebut dikarenakan pasien sibuk membersihkan rumah. Pasien mengaku sudah minum obat penurun demam sebelumnya. Obat tersebut dibeli pasien di warung. Obat tersebut berupa tablet berwarna putih dimimun 3 x sehari. Namun, dikarenakan penyakitnya tidak kunjung sembuh, akhirnya pasien berobat ke Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih diantar oleh suaminya.

4. Riwayat Penyakit DahuluPasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya. Riwayat penyakit jantung ada yaitu pada ibu kandung pasien. Riwayat penyakit ginjal tidak ada. Riwayat penyakit hati tidak ada. Riwayat penyakit kencing manis tidak ada.

5. Riwayat Penyakit Keluarga:Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien.

6. Riwayat Sosial Ekonomi:Biaya hidup pasien dan anggota keluarga diperoleh dari penghasilan suaminya yang bekerja sebagai pedagang serta anak keempat dan kelima pasien yang bekerja sebagai karyawan swasta. Jumlah penghasilan mereka sekitar Rp. 1.500.000 Rp.2.000.000 per bulan. Jumlah tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari dengan lauk seadanya. Sedangkan sebagian sisanya disisihkan untuk kebutuhan rumah tangga lainnya seperti menabung, biaya berobat ke dokter, dan lain-lain.

7. Riwayat KebiasaanPasien mengatakan bahwa ia memiliki kebiasaan minum teh sebanyak tiga sampai empat gelas per hari. Pasien jarang sekali minum air putih. Dalam satu hari ia hanya minum air putih sebanyak dua atau tiga gelas saja. pasien mengaku sulit untuk menahan BAK, sehingga pasien sering mengompol. Pasien sudah berusaha menahan BAK, namun air seninya tetap saja keluar. Jika pasien mengompol, pasien tidak segera berganti celana dalam atau membersihkan sisa BAK. Hal tersebut dikarenakan pasien sibuk membersihkan rumah. pasien sehari-hari bekerja sebagai ibu rumah tangga. Pekerjaan rumah tangga dilakukan tanpa bantuan anak pasien karena anak pasien sibuk bekerja. Pasien biasa membilas sisa BAK dan BAB dari arah depan ke belakang. Setelah membilas sisa BAK dan BAB, pasien tidak mengeringkan organ intimnya sebelum menggunakan celana dalam. Pasien biasa menggunakan celana dalam 2x dalam satu hari. Pakaian dalam dicuci dengan menggunakan sabun deterjen dan air yang berasal dari sumur bor. Jamban pasien digunakan bersama-sama dengan anggota keluarga yang lain. Jamban biasanya dibersihkan 3 hari sekali.

C. Pemeriksaan FisikPemeriksaan fisik tanggal 14 Juli 2014: 1. Keadaan Umum: tampak sakit sedang

2. Vital Sign Tekanan darah: 110/70 Nadi: 76 x/menit Respirasi: 20 x/menit Suhu: 380C

3. Status Generalis Berat badan: 58 kg Tinggi badan: 160 cm IMT: 58 kg/(1,60 m)2 = 22,65 kg/m2 (gizi normal)4. Status Lokalis Kepala: bentuk oval, simetris Rambut: hitam beruban, tumbuh lebat, tidak mudah dicabut Mata : konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-) pupil bulat, isokor Hidung: septum tidak deviasi, tidak ada sekret Telinga: nyeri tekan tragus (-), serumen (-), membran timpani intak (+) Mulut: bibir tidak sianosis, lidah tidak kotor, tonsil T1-T1 Leher: pembesaran KGB dan tiroid (-), trakea di tengah Paru-paru Inspeksi: pergerakan dinding dada simetris kanan dan kiri Palpasi: fremitus taktil dan vokal simetris kanan dan kiriPerkusi: sonor seluruh lapang paru, peranjakan paru-hati (+)Auskultasi: vesikuler kanan dan kiri, rhonki (-), wheezing (-)

JantungInspeksi: iktus kordis tidak terlihatPalpasi: iktus kordis teraba di ICS V linea midklavikula sinistraPerkusiBatas jantung kanan: ICS V linea sternalis dextraBatas jantung kiri: ICS V linea midklavikula sinistraBatas pinggang jantung: ICS III linea parasternalis sinistraAuskultasi: bunyi jantung I dan II normal, murmur (-), gallop (-)

AbdomenInspeksi: simetris, datar, kelainan kulit (-), pelebaran vena (-)Auskultasi: bising usus normal, bising aorta abdominalis terdengarPalpasi: nyeri tekan suprapubik (+), nyeri lepas (+), nyeri ketuk (-) hepatomegali (-), spleenomegali (-) Perkusi: timpani di semua lapang abdomen, nyeri ketuk (-) Genitalia: tidak diperiksa Ekstrimitas: akral hangat, edema (-), sianosis (-)

D. Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan urinalisa tanggal 14 Juli 2014: Warna urin: keruh Darah: +2 Protein: +2 Sendimen leukosit: penuh (tidak terhitung) Sendimen eritrosit: 25 50 Epitel: +4

BERKAS KELUARGAA. Profil Keluarga1. Karakteristik Keluarga1. Identitas Kepala KeluargaNama: Tn. DUsia: 63 Tahun1. Identitas IstriNama: Ny. UUsia: 61 tahun1. Identitas Anak Pertama Nama: Tn. JUsia: 40 tahun1. Identitas Anak KeduaNama:Ny. BUsia: 36 tahun1. Identitas Anak KetigaNama: Ny. EUsia: 33 tahun1. Identitas Anak KeempatNama: Tn. RUsia: 28 tahun1. Identitas Anak KelimaNama: Nn. NUsia: 23 tahun

2. Struktur Komposisi KeluargaTabel 1. Anggota Keluarga yang Tinggal serumahNoNamaStatus keluargaGenderUsiaPendidikanPekerjaanPenghasilan

1.Tn. DKepala keluargaL63 thSMPPedagang gorenganRp.1.000.000/bulan

2. Ny. UIstriP61 thSDIRT-

3.Tn. RAnak ke-4P28 thSMAKaryawanRp.1.500.000/bulan

4.Nn. NAnak ke-5P23 thSMAKaryawan Rp.1.750.000/bulan

Tn. D dan Ny. U mempunyai lima anak. Dua orang di antara mereka tinggal bersama Tn. D dan Ny. N, sedangkan tiga orang lainnya tidak tinggal bersama mereka karena sudah berkeluarga. Anak pertama Tn. D dan Ny. N, bernama Tn. J (40 tahun), ia sudah menikah dan tinggal di rumah keluarga istrinya yang terletak tidak jauh dari rumah Ny. N. Tn. J memilki tiga orang anak, dua orang anak laki-laki dan satu orang anak perempuan. Anak kedua dan ketiga Tn. D dan Ny. N, bernama Ny. B (36 tahun) dan Ny. E (33 tahun) tinggal diluar kota bersama suaminya. Ny. B memiliki dua orang anak perempuan dan Ny. E memilki dua orang anak, satu anak laki-laki dan satu anak perempuan.

3. Penilaian Status Sosial dan Kesejahteraan Hidupa. Lingkungan Tempat Tinggal

Tabel 2. Lingkungan Tempat TinggalStatus kepemilikan rumah: milik sendiriDaerah perumahan: padat

Karakteristik Rumah dan LingkunganKesimpulan

Luas rumah: 9 x 6 m2Rumah dengan total penghuni empat orang, memiliki ventilasi dan penerangan cukup baik, terdapat jamban keluarga, ketersediaan air bersih dan tempat pembuangan sampah yang cukup memadai. Lokasi tempat tinggal pasien berada di lingkungan komplek perumahan padat bersih dan ramai.

Jumlah penghuni dalam satu rumah: 4 orang

Luas halaman rumah: teras 2 x 1 m2

Bertingkat/tidak bertingkat: tidak bertingkat

Lantai rumah terbuat dari: lantai

Dinding rumah terbuat dari: tembok

Jamban keluarga: ada

Tempat bermain: tidak ada

Penerangan listrik: 900 watt

Air bersih: ada (PAM)

Tempat pembuangan sampah: ada

b. Kepemilikan Barang-Barang BerhargaNy. U memiliki beberapa barang elektronik di rumahnya antara lain yaitu, satu buah televisi berwarna yang terlatak di ruang tamu, satu buah kipas angin yang terletak di kamar tidur Ny. U, satu buah dispenser serta satu buah kompor gas yang terletak di dapur. Selain itu, Ny. U juga memiliki dua buah sepeda motor yang biasa digunakan suaminya dan anaknya untuk bekerja.

c. Denah rumah 9 m Kamar tidur anak

6 m1. Penilaian Perilaku Kesehatan Keluarga1. Tempat Berobat : Puskesmas Kecamatan 1. Asuransi/Jaminan Kesehatan : Kartu BPJS

1. Sarana Pelayanan Kesehatan (Puskesmas)Tabel 3. Pelayanan KesehatanFaktorKeteranganKesimpulan

Cara mencapai pusat pelayanan kesehatanMotorPasien berobat ke puskesmas dengan motor dari rumahnya, sekitar 15 menit. Tarif berobat gratis. Untuk kualitas pelayanan kesehatan dikatakan cukup memuaskan.

Tarif pelayanan kesehatanGratis

Kualitas pelayanan kesehatanCukup memuaskan

4. Pola Konsumsi Makanan Keluargaa. Kebiasaan MakanKeluarga Ny. U makan sebanyak dua sampai tiga kali sehari. Biasanya mereka makan pada siang dan malam hari. Sedangkan pagi harinya, mereka tidak membiasakan diri untuk sarapan pagi, hanya sesekali waktu saja mereka menyempatkan diri untuk sarapan pagi. Makanan yang dimakan oleh keluarga Ny. U dimasak sendiri oleh Ny. U. Namun tidak semua anggota keluarga dapat ikut makan bersama, terutama makan siang, karena sebagian dari mereka masih beraktivitas di luar rumah. Keluarga Ny. U biasa makan di ruang makan. Mereka juga selalu membiasakan diri untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah makan serta merapikan dan membersihkan peralatan makan mereka setelah selesai makan.

b. Penerapan Pola Gizi SeimbangKeluarga Ny. U belum dapat memenuhi pola gizi seimbang. Hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan tentang gizi seimbang dan keterbatasan biaya untuk memenuhi gizi seimbang. Adapun menu makanan sehari-hari yang sering dimasak oleh Ny. U antara lain nasi, sayur-sayuran seperti bayam dan kangkung, tahu, tempe, telur, dan ikan seperti ikan bilis, ikan kuek. Sedangkan menu lainnya seperti daging dan buah-buahan jarang sekali dikonsumsi. Pola makan pasien tiga hari terakhir ialah : Tanggal 11 Juli 2014Pagi: teh manis, nasi, ikan gorengSiang: Nasi, ikan goreng, tempeSore: Nasi, tempe, telur Tanggal 12 Juli 2014Pagi: teh manis, nasi, telurSiang: Nasi, tahu, ikan goreng, sayurMalam: Nasi, tahu, ikan goreng Tanggal 13 Juli 2014Pagi: teh manis, bubur ayamSiang: nasi, ayam, sayurMalam: nasi, telur

5. Pola Dukungan Keluargaa. Faktor Pendukung Terselesaikannya Masalah dalam KeluargaSuami Ny. U senantiasa memberikan dukungan kepada Ny. U agar dapat sembuh dari penyakitnya dengan cara:1. mengantar Ny. U berobat ke puskesmas jika sakit. 2. mengingatkan Ny. U untuk minum obat dari dokter secara rutin.3. mengingatkan Ny. U untuk segera kontrol ke puskesmas jika obat habis.4. mengingatkan Ny. U agar lebih banyak mengkonsumsi air putih dan mengurangi konsumsi teh 5. mengingatkan Ny. U untuk menjaga kebersihan organ intim dan sering mengganti celana dalam jika mengompol6. membantu melayani keperluan Ny. U selama sakit

b. Faktor Penghambat Terselesaikannya Masalah dalam KeluargaAdapun faktor-faktor yang menghambat dalam kesembuhan Ny. U antara lain:1. Anak-anak pasien kurang memberikan perhatian terhadap penyakit pasien karena sibuk dengan urusan pekerjaan dan keluarga masing-masing.2. Kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit yang diderita oleh Ny. U sehingga mereka tidak dapat mencegah faktor-faktor yang dapat memperburuk penyakit.

3. Kurangnya kesadaran anggota keluarga untuk hidup sehat, seperti tidak membiasakan diri untuk berolah raga, sarapan pagi, dan makan dengan makanan yang bergizi seimbang.

B. Genogram1. Bentuk KeluargaBentuk keluarga ini adalah nuclear family (keluarga inti) dimana terdiri dari suami (Tn. D), istri (Ny. U), anak keempat (Tn. R) dan anak kelima (Nn. N) yang tinggal dalam satu rumah.

2. Tahapan Siklus KeluargaMenurut Duvall (1977) dikutip dalam Friedman (1998), keluarga Tn. D berada pada tahapan siklus keluarga yang ke tujuh, yaitu keluarga orang tua usia pertengahan (middle-anged family).

3. Family map

Ny. TTn. M

22

Tn. D, 63 Ny. U, 61

Nn. N, 263 Tn. R, 28 Ny. E,33 Ny. B. 36 Tn. J, 40

Keterangan gambar:

: pasien perempuan

: laki-laki : perempuan

: garis perkawinan : garis keturunan :: dalam satu rumah

Tn. M dan Ny. T merupakan orang tua kandung dari Ny. U. Tn. M meninggal pada saat usia 70 tahun karena tidak mau makan. Sedangkan Ny. T meninggal pada saat usia 75 tahun karena penyakit jantung.

C. Identifikasi Permasalahan yang Didapat dalam KeluargaAda beberapa permasalahan yang dapat ditemukan pada keluarga ini yaitu:1. Masalah dalam organisasi keluarga : Pasien adalah seorang istri yang bekerja sebagai ibu rumah tangga.sehari-hari pasien membersihkan rumahnya sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Suami pasien adalah seorang pedagang gorengan dan menjadi tulang punggung keluarga. Kedua anak yang tinggal dirumah, yang masing-masing berusia 28 tahun dan 23 tahun juga memberikan sedikit penghasilannya sebagai tambahan pendapatan keluarga. Anak pasien kurang memperhatikan Ny. U karena sibuk dengan pekerjaan dan keluarga masing-masing. Suami pasien memiliki peran yang sangat penting dalam menemani pasien berobat, mengingatkan agar pasien banyak minum air putih, mengurangi minum teh, dan sering mengganti celana dalam ketika mengompol.2. Masalah dalam fungsi biologis : Faktor usia menyebabkan penurunan fungsi tubuh, termasuk fungsi perkemihan, sehingga pasien sering sulit menahan BAK dan kebiasaan pasien tidak berganti celana dalam ketika basah juga yang menunjang faktor resiko terjadinya infeksi saluran kemih.

3. Masalah dalam fungsi psikologis: Pasien dan suami pasien adalah sepasang suami istri yang sudah lansia. Pasien menderita penyakit infeksi saluran kemih sedangkan suami pasien dalam keadaan sehat. Pasangan suami istri ini saling mendukung satu sama lain tetapi dukungan dari anak-anak mereka kurang karena sibuk dengan pekerjaan dan keluarga masing-masing. 4. Masalah dalam fungsi ekonomi dan pemenuhan kebutuhan: Perekonomian keluarga bergantung dari penghasilan suami pasien dan uang kiriman anak pasien untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan biaya berobat. Penghasilannya diakui cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya bila pasien dan istri melakukan penghematan. Untuk biaya kesehatan, pasien telah memiliki Kartu BPJS dari program kesehatan Pemerintah. Dengan begitu pasien dapat berobat gratis.

5. Masalah lingkungan : Lingkungan tempat tinggal pasien merupakan lingkungan cukup padat penduduk dengan letak rumah yang berdekatan satu sama lainnya. Kebersihan lingkungan sekitar tempat tinggal tergolong cukup bersih. Terdapat selokan yang masih mengalir dengan baik di sekitar tempat tinggal dan tempat sampah yang diangkut petugas kebesihan sehari-harinya.. 6. Masalah perilaku kesehatan : Ny. U jarang mengkonsumsi air putih dan lebih seirng minum teh. Ny. U tidak segera membersihkan sisa BAK dan tidak segera mengganti celana dalam jika basah terkena air seni. Apabila sakit, pasien dan keluarga biasanya akan minum obat warung terlabih dahulu. Bila tidak ada perbaikan, pasien pergi berobat ke puskesmas.

D. Diagnosis Holistik1. Aspek PersonalPasien datang berobat ke puskesmas dengan keinginan sendiri karena merasa sakitnya bertambah berat. Pasien memiliki harapan untuk dapat sembuh dari penyakitnya. Pasien memiliki kekhawatiran akan mengkonsumsi obat dalam jangka waktu yang lama sehingga akan menambah penyakit akibat efek samping obat. Pasien juga mengkhawatirkan kesehatan suaminya. Pasien khawatir jika suaminya terlalu lelah dalam menemani pasien berobat dan bekerja mencari nafkah.

2. Aspek KlinikBerdasarkan hasil anamnesa yaitu BAK berwarna keruh, BAK sedikit-sedikit tetapi sering, nyeri pada suprapubik, nyeri sesaat setelah BAK dan pada pemeriksaan fisik ditemukaan nyeri tekan pada suprapubik serta dan pemeriksaan penunjang yaiu pemeriksaan urinalisa ditemukan hematuria, leukosuria, dan ditemukan sel epitel pada urin, dapat disimpulkan sebagai berikut: Diagnosis Kerja: Infeksi Saluran Kemih Diagnosis Banding: Batu Saluran kemihDiagnosis banding batu saluran kemih dapat disingkirkan dari tidak adanya keluhan BAK berpasir dan tidak ditemukan nyeri ketok CVA.

3. Aspek Risiko InternalPenyakit infeksi saluran kemih (ISK) dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor internal antara lain jenis kelamin, usia, daya tahan tubuh dan kebiasaan pasien. ISK memang lebih sering dialami oleh wanita dari pada pria. Hal ini dikarenakan adanya perbedaaan anatomi antara uretra pria dan wanita. Wanita mempunyai uretra yang lebih pendek dari pada laki-laki dan terletak lebih dekat dengan anus sehingga lebih mudah terinfeksi oleh bakteri. Pada seorang yang berusia lanjut akan mengalami penurunan kemampuan untuk melawan agen penyebab infeksi, hal ini disebabkan oleh disfungsi sistem imunitas. Selain penurunan status imunitas, bertambahnya usia seseorang, khususnya perempuan, akan berdampak pada penurunan kadar hormon esterogen ( menepouse). Penurunan esterogen menyebabkan perubahan pH vagina menjadi lebih basa sehingga kuman cepat berkembang biak karena perlindungan terhadap mukosa vagina berkurang. Pada seorang lanjut usia juga terdapat penurunan fungsi tubuh, termasuk fungsi sistem perkemihan sehingga pada orang lanjut sia sering sulit menahan BAK dan mengompol. Jika sisa BAK tidak segera dibersihkan akan mempermudah perkembangbiakan kuman. Selain usia, kebiasaan pasien juga dapat mempengaruhi terjadinya ISK, seperti kebiasaan kurang minum air putih, seperti yang dilakukan oleh Ny. U. Sedangkan kurang minum air putih dapat menghambat pengeluaran air seni, dan itu berarti menghambat pengeluaran kuman yang terdapat di dalam air seni tersebut.

4. Aspek Psikososial KeluargaDi dalam keluarga terdapat faktor-faktor yang dapat menghambat dan mendukung kesembuhan pasien. Di antara faktor-faktor yang dapat menghambat kesembuhan pasien yaitu, kurangnya dukungan dari anak pasien terhadap penyakit pasien, kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit yang diderita pasien, serta kurangnya kesadaran keluarga untuk hidup sehat. Sedangkan faktor pendukung kesehatan pasien yang berasal dari keluarga ialah adanya dukungan dari suami pasien dengan menjaga pola makan pasien, membantu mengubah kebiasaan pasien dan menemani pasien berobat. Pasien juga memiliki biaya pengobatan yang gratis dari BPJS.

5. Aspek FungsionalSecara aspek fungsional, pasien berada pada tingkat dua dimana ada sedikit kesulitan dalam melakukan kegiatan sehari-hari.

20

E. Rencana PelaksanaanAspekKegiatanSasaranWaktuHasil yang diharapkan

Aspek Personal1. Menjelaskan kepada pasien bahwa setiap penyakit itu ada obatnya dan bisa disembuhkan dengan izin Allah. Manusia hanya bisa berusaha, salah satunya dengan cara berobat ke dokter, terus bersabar dan berdoa kepada Allah untuk kesembuhan penyakitnya.2. Menjelaskan kepada pasien bahwa kesembuhan penyakit juga dapat dipengaruhi oleh adanya keyakinan dalam diri pasien sendiri. Jika pasien memiliki keyakinan dan semangat untuk sembuh, maka penyakit tersebut akan lebih mudah untuk disembuhkan.

PasienPada saat kunjungan ke rumah (satu kali)1. Pasien mau segera berobat jika sakit 2. pasien menjadi optimis bahwa penyakitnya dapat disembuhkan.

AspekKegiatanSasaranWaktuHasil yang diharapkan

Aspek Klinik1. Menjelaskan kepada pasien tentang penyakit yang dideritanya yakni infeksi saluran kemih (definisi, penyebab, gejala.)2. Menjelaskan kepada pasien tentang aturan minum obat sebagai berikut: a. Ciprofloxacin 2 x 250 mg tablet selama 7 harib. Paracetamol 3 x 500 mg tablet (jika demam atau nyeri)3. Menjelaskan kepada pasien untuk berlatih senam kegel yang berfungsi untuk memperkuat fungsi otot perkemihanPasienPada saat kunjungan ke puskesmas (satu kali)1. Pasien dapat memahami dengan baik tentang penyakit yang sedang dideritanya sehingga di kemudian hari ia dapat mengupayakan pencegahan untuk penyakitnya tersebut. 2. Pasien dapat minum obat dengan teratur dan kontrol kembali ke puskesmas jika obat habis. 3. Pasien dapat melaksanakan senam kegel sehingga dapat mengurangi faktor resiko penyakitnya

Aspek Risiko InternalMenjelaskan kepada pasien bahwa salah satu penyebab dari penyakit yang dideritanya adalah akibat dari kebiasaan hidupnya yang kurang sehat, seperti tidak membiasakan diri untuk minum air putih, membiasakan diri untuk ssering berganti celana dalam jika basah,

PasienPada saat kunjungan ke puskesmas (satu kali) Pasien dapat meninggalkan kebiasaan-kebiasaan hidup yang kurang sehat yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit, sehingga penyakit yang dideritanya saat ini tidak bertambah buruk ataupun kambuh lagi di kemudian hari.

AspekKegiatanSasaranWaktuHasil yang diharapkan

Aspek Psikososial Keluarga1. Menjelaskan kepada pasien dan keluarganya tentang penyakit yang diderita pasien (definisi, penyebab, gejala, dan terapinya).1. Menjelaskan kepada pasien dan keluarganya tentang perilaku hidup sehat. 1. Menganjurkan anak-anak pasien agar lebih memberikan dukungan dan perhatian kepada pasien.

Pasien dan keluraga Pada saat kunjungan ke rumah (satu kali)1. Pasien dan keluarganya dapat memahami dengan baik tentang penyakit yang sedang diderita pasien sehingga di kemudian hari mereka dapat mengupayakan pencegahan untuk penyakit tersebut. 2. Anak pasien lebih memperhatikan dan memberikan dukungan kepada pasien.3. Pasien dan keluarganya dapat berperilaku hidup sehat dengan membiasakan sarapan pagi, makan makanan bergizi

Aspek FungsionalMenyarankan kepada pasien untuk melakuakan aktivitas jasmani setelah sembuh dengan berolahraga yang ringan-ringan saja seperti jalan sehat atau senam.PasienPada saat kunjungan ke rumah (satu kali)Kondisi tubuh pasien menjadi lebih sehat dan bugar serta kualitas hidupnya meningkat.

F. Prognosis1. Ad vitam: ad bonam2. Ad sanasionam: dubia3. Ad fungsionam: ad bonam