beka abortus insipien tugas

24
KATA PENGANTAR Puji syukur penyusun haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan anugerah-Nya penyusun dapat menyelesaikan tugas Tutorial Skenario B tahun 2014 ini tepat waktu. Penyusun mengharapkan, semoga laporan tutorial tentang Syndrome Down ini bermanfaat sehingga membantu menambah pengetahuan, pengalaman, dan inspirasi bagi para pembaca. Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik akan sangat bermanfaat bagi revisi yang senantiasa akan penyusun lakukan. Palembang, 10 April 2014 Penyusun 1

Upload: rabecca-beluta-ambarita

Post on 12-Dec-2015

10 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

ggg

TRANSCRIPT

Page 1: Beka Abortus Insipien Tugas

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan

anugerah-Nya penyusun dapat menyelesaikan tugas Tutorial Skenario B tahun 2014 ini

tepat waktu.

Penyusun mengharapkan, semoga laporan tutorial tentang Syndrome Down ini

bermanfaat sehingga membantu menambah pengetahuan, pengalaman, dan inspirasi bagi

para pembaca.

Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat kekurangan.

Oleh karena itu, saran dan kritik akan sangat bermanfaat bagi revisi yang senantiasa akan

penyusun lakukan.

Palembang, 10 April 2014

Penyusun

1

Page 2: Beka Abortus Insipien Tugas

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................1

DAFTAR ISI..............................................................................................................................................2

A. PENDAHULUAN..............................................................................................................................3

B. TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................................................5

1. Definisi............................................................................................................................................5

2. Etiologi............................................................................................................................................5

3. Patogenesis...................................................................................................................................10

4. Gambaran Klinis............................................................................................................................11

5. Diagnosis.......................................................................................................................................12

6. Penatalaksanaan..........................................................................................................................14

7. Prognosis......................................................................................................................................14

C. KESIMPULAN................................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................16

2

Page 3: Beka Abortus Insipien Tugas

A. PENDAHULUAN

Menurut penelitian, insidens abortus di Indonesia masih cukup tinggi dibanding dengan

negara-negara maju di dunia, yakni mencapai 2,3 juta abortus per tahun dengan 1 juta

diantaranya adalah abortus spontan, 0,6 juta disebabkan oleh kegagalan program KB, dan 0,7

juta karena tidak pakai alat kontrasepsi KB.

Estimasi nasional menyatakan setiap tahun terjadi 2 juta kasus abortus di Indonesia yang

artinya terdapat 43 kasus abortus per 100 kelahiran hidup perempuan usia 15 - 49 tahun dan

sebuah penelitian yang dilakukan di 10 kota besar dan 6 kabupaten di Indonesia menemukan

bahwa insiden abortus lebih tinggi diperkotaan dibandingkan dipedesaan atas pelbagai faktor.

Memandangkan insidennya yang banyak dan tingkat morbiditas dan mortilitas maternal yang

tinggi disebabkannya, maka aborsi menjadi satu isu yang sangat perlu diperhatikan dalam

mencari keberjayaan Program Making pregnancy safer seperti yang dicanangkan oleh

pemerintah Republik Indonesia.

Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin berkembang sepenuhnya dan dapat

hidup di luar kandungan dan sebagai ukuran digunakan kehamilan kurang dari 20 minggu

atau berat janin kurang dari 500 gram.

Abortus dapat dibagi atas dua golongan yaitu menurut terjadinya abortus dan menurut

gambaran klinis. Menurut terjadinya dibedakan atas abortus spontan yaitu abortus yang

terjadi dengan sendirinya tanpa disengaja dan tanpa menggunakan apa-apa tindakan

sedangkan abortus provokatus adalah abortus yang disengaja, baik dengan memakai obat-

obatan maupun dengan alat-alat.

Abortus provokatus dibagikan lagi menjadi abortus medisinalis atau abortus therapeutica dan

abortus kriminalis. Pada abortus medisinalis, abortus yang terjadi adalah karena tindakan kita

sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu

(berdasarkan indikasi medis). Abortus kriminalis adalah abortus yang terjadi oleh karena

tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis dan biasanya

dilakukan secara sembunyi-sembunyi oleh tenaga tradisional.

3

Page 4: Beka Abortus Insipien Tugas

Menurut gambaran klinis abortus dapat dibedakan kepada:

a. Abortus imminens yaitu abortus tingkat permulaan (threatened abortion) dimana terjadi

perdarahan pervaginam, ostium uteri masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik dalam

kandungan.

b. Abortus insipiens (inevitable abortion) yaitu abortus yang sedang mengancam dimana

serviks telah mendatar dan ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih

dalam kavum uteri.

c. Abortus inkomplit (incomplete abortion) yaitu jika hanya sebagian hasil konsepsi yang

dikeluarkan, yang tertinggal adalah desidua atau plasenta.

d. Abortus komplit (complete abortion) artinya seluruh hasil konsepsi telah keluar (desidua

atau fetus), sehingga rongga rahim kosong.

e. Missed abortion adalah abortus dimana fetus atau embrio telah meninggal dalam

kandungan sebelum kehamilan 20 minggu, akan tetapi hasil konsepsi seluruhnya masih

tertahan dalam kandungan selama 6 minggu atau lebih.

f. Abortus habitualis (recurrent abortion) adalah keadaan terjadinya abortus tiga kali

berturut-turut atau lebih.

g. Abortus infeksius (infectious abortion) adalah abortus yang disertai infeksi genital.

h. Abortus septik (septic abortion) adalah abortus yang disertai infeksi berat dengan

penyebaran kuman ataupun toksinnya kedalam peredaran darah atau peritonium.

4

Page 5: Beka Abortus Insipien Tugas

B. TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi

Abortus insipiens (inevitable abortion) yaitu abortus yang sedang mengancam dimana

serviks telah mendatar dan ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih

dalam kavum uteri.

2. Etiologi

Ada beberapa faktor penyebab terjadinya abortus yaitu :

a. Faktor genetik

Ada banyak sebab genetik yang berhubungan dengan abortus. Sebagian besar abortus

spontan disebabkan oleh kelainan kariotip dari embrio.Data ini berdasarkan pada 50%

kejadian abortus pada trimester pertama merupakan kelainan sitogenetik yang berupa

aneuploidi yang bisa disebabkan oleh kejadian nondisjuction meiosis atau poliploidi

dari fertilas abnormal dan separuh dari abortus kerana kelainan sitogenetik pada

trimester pertama berupa trisomi autosom.

Triplodi ditemukan pada 16% kejadian abortus di mana terjadi fertilisasi ovum

normal oleh 2 sperma (dispermi).3 Insiden trisomi meningkat dengan bertambahnya

usia. Trisomi (30% dari seluruh trisomi) adalah penyebab terbanyak abortus spontan

diikuti dengan sindroma Turner (20-25%) dan Sindroma Down atau trisomi 21 yang

sepertiganya bisa bertahan sehingga lahir. Selain kelainan sitogenetik, kelainan lain

seperti fertilisasi abnormal iaitu dalam bentuk tetraploidi dan triploid dapat

dihubungkan dengan abortus absolut.

Kelainan dari struktur kromosom juga adalah salah satu penyebab kelainan

sitogenetik yang berakibat aborsi dan kelainan ini sering diturunkan oleh ibu

memandangkan kelainan struktur kromoson pada pria berdampak pada rendahnya

konsentrasi sperma, infertelitas dan faktor lainnya yang bisa mengurangi peluang

kehamilan.

Selain itu, gen yang abnormal akibat mutasi gen bisa mengganggu proses impantasi

dan mengakibatkan abortus seperti mytotic dystrophy yg berakibat pada kombinasi

5

Page 6: Beka Abortus Insipien Tugas

gen yang abnormal dan gangguan fungsi uterus. Gangguan genetik seperti Sindroma

Marfan, Sindroma Ehlers-Danlos, hemosistenuri dan pseusoxantoma elasticum

merupakan gangguan jaringan ikat yang bisa berakibat abortus. Kelainan hematologik

seperti pada penderita sickle cell anemia, disfibronogemi, defisiensi faktor XIII

mengakibatkan abortus dengan mengakibatkan mikroinfak pada plasenta.

b. Faktor anatomi

Defek anatomi deketahui dapat menjadi penyebab komplikasi obstetrik terutamanya

abortus. Pada perempuan dengan riwayat abortus, ditemukan anomali uterus pada

27% pasien. Penyebab terbanyak abortus kerana kelainan anatomik uterus adalah

septum uterus akibat daripada kelainan duktus Mulleri (40-80%), dan uterus bicornis

atau uterus unicornis (10-30%).3 Mioma uteri juga bisa mengakibatkan abortus

berulang dan infertilitas akibat dari gangguan passage dan kontraktilitas uterus.

Sindroma Asherman bisa mengakibatkan abortus dengan mengganggu tempat

impalntasi serta pasokan darah pada permukaan endometrium. Kelainan kogenital

arteri uterina yang membahayakan aliran darah endometrium dapat juga berpengaruh.

Selain itu, kelainan yang didapat misalnya adhesi intrauterun (synechia), leimioma,

dan endometriosis mengakibatkan komplikasi anomali pada uterus dan dapat

mengakibatkan abortus.

Selain kelainan yang disebut di atas, serviks inkompeten juga telah terbukti dapat

meyebabkan abotus terutama pada kasus abortus spontan.1 Pada kelainan ini, dilatasi

serviks yang “silent” dapat terjadi antara minggu gestasi 16-28 minggu.1 Wanita

dengan serviks inkompeten selalu memiliki dilatasi serviks yang signifikan yaitu 2cm

atau lebih dengan memperlihatkan gejala yang minimal.1 Apabila dilatasi mencapai 4

cm atau lebih, maka kontraksi uterus yang aktif dan pecahnya membran amnion akan

terjadi dan mengakibatkan ekspulsi konsepsi dalam rahim.1 faktor-faktor yang

mengakibatkan serviks inkompeten adalah kehamilan berulang, operasi serviks

sebelumnya, riwayat cedera serviks, pajanan pada dietilstilbestrol, dan abnormalitas

anatomi pada serviks.

Sebelum kehamilan atau pada kehamilan trimester pertama, tidak ada metoda yang

bisa digunakan untuk mengetahui bila serviks akan inkompeten namun, setelah 14-16

6

Page 7: Beka Abortus Insipien Tugas

minggu, USG baru dapat digunakan untuk menilai anatomi segmen uterus bahagian

bawah dan serviks untuk melihat pendataran dan pemendekan abnormal serviks yang

sesuai dengan inkompeten serviks.

c. Faktor endokrin

Ovulasi, impantasi dan kehamilan dini sangat bergantung pada koordinasi sistem

pengaturan hormonal martenal yang baik. Perhatian langsung pada sistem humoral

secara keseluruhan, fase luteal, dan gambaran hormon setelah konsepsi terutamanya

kadar progesteron sangat penting dalam mengantisipasi abortus.

Pada diabetes mellitus, perempuan dengan kadar HbA1c yang tinggi pada trimester

yang pertama akan berisiko untuk mengalami abortus dan malformasi janin. IDDM

dengan kontrol yang tidak adekuat berisiko 2-3 kali lipat untuk abortus.

Kadar progesteron yang rendah juga mempengaruhi resptivitas endometrium terhadap

impantasi embrio. Kadar progenteron yang rendah diketahui dapat mengakibatkan

abortus terutamanya pada kehamilan 7 minggu di mana trofoblast harus menghasilkan

cukup steroid untuk menunjang kehamilan. Pengangkatan korpus luteum pada usia 7

minggu akan berakibat abortus dan jika diberikan progesteron pada pada pasien ini,

maka kehamilan dapat diselamatkan.

Penelitian pada perempuan yang mengalami abortus berulang, didapatkan 17%

kejadian defek luteal iaitu kurangnya progesteron pada fase luteal. Namum pada saat

ini, masih blum ada metode yang bisa terpercaya untuk mendiagnosa kelainan ini.

Faktor humoral terhadap imunitas desidua juga berperan pada kelangsungan

kehamilan. Perubahan endometrium menjadi desidua mengubah semua sel pada

mukosa uterus.3 Perubahan morfologi dan fungsional ini mendukung proses

implantasi, proses migrasi trofoblas, dan mencegah invasi yang berlebihan pada

jaringan ibu.3 Di sini interaksi antara trofoblas ekstravillus dan infiltrasi leukosit pada

mukosa uterus berperan penting di mana sebahagian besar leukosit adalah large

granular cell, dan makrofag dengan sedikit sel T dan sel B. Sel NK dijumpai dalam

jumlah yang banyak terutama pada endometrium yang terpapar progesteron. Perannya

adalah pada trimester 1 adalah akan terjadi peningkatan sel NK untuk membunuh sel

target dengan sedikit atau tiada ekspresi HLA. Trofoblast ekstravillous tidak bisa

7

Page 8: Beka Abortus Insipien Tugas

dihancurkan oleh sel NK kerana sifatnya yang cepat menghasilkan HLA1 sehingga

terjadinya invasi optimal untuk plasentasi yang optimal oleh trofoblas extravillous.

Maka, gangguan pada sistem ini akan berpengaruh pada kelangsungan kehamilan.

Selain itu, hipotiroidisme, hipoprolaktinemia, dan sindrom polikistik ovarium dapat

merupakan faktor kontribusi pada keguguran dengan menggangu balans humoral

yang penting pada kelangsungan kehamilan.

d. Faktor infeksi

Ada pelbagai teori untuk menjelaskan keterkaitan infeksi dengan kejadian abortus.

Antaranya adalah adanya metabolik toksik, endotoksin, eksotoksin, dan sitokin yang

berdampak langsung pada janin dan unit fetoplasenta. Infeksi janin yang bisa

berakibat kematian janin dan cacat berat sehingga janin sulit untuk bertahan hidup.

Infeksi plasenta akan berakibat insufisiensi plasenta dan bisa berlanjut kematian

janin. Infeksi kronis endometrium dari penyebaran kuman genetalia bawah yang bisa

mengganggu proses impantasi. Amnionitis oleh kuman gram positif dan gram negatif

juga bisa mengakibatkan abortus. Infeki virus pada kehamilan awal dapat

mengakibatkan perubahan genetik dan anatonik embrio misalnya pada infeksi rubela,

parvovirus, CMV, HSV, koksakie virus, dan varisella zoster.

Di sini adalah beberapa jenis organisme yang bisa berdampak pada kejadian abortus

- Bakteria: listeria monositogenes, klamidia trakomatis, ureaplasma urealitikum,

mikoplasma hominis, bakterial vaginosis.

- Virus: CMV, HSV, HIV dan parvovirus.

- Parasit: toksoplasma gondii, plasmodium falsifarum.

- Spirokaeta: treponema pallidum.

e. Faktor imunologi

Beberapa penyakit berhubungan erat dengan kejadian abortus. Antaranya adalah SLE

dan Antiphospholipid Antibodies (aPA). ApA adalah antibodi spesifik yang

ditemukan pada ibu yang menderita SLE.3 Peluang terjadinya pengakhiran kehamilan

pada trimester 2 dan 3 pada SLE adalah 75%. Menurut penelitian, sebahagian besar

8

Page 9: Beka Abortus Insipien Tugas

abortus berhubungan dengan adanya aPA yang merupakan antibodi yang akan

berikatan dengan sisi negatif dari phosfolipid.3 Selain SLE, antiphosfolipid syndrome

(APS) dapat ditemukan pada preemklamsia, IUGR, dan prematuritas. Dari

international consensus workshop pada tahun 1998, klasifikasi APS adalah:

- Trombosis vaskular (satu atau lebih episode trombosis arteri, venosa atau kapiler

yang dibuktikan dengan gambaran Doppler, dan histopatologi).

- Komplikasi kehamilan (3 atau lebih abortus dengan sebab yang tidak jelas, tnpa

kelainan anatomik, genetik atau hurmonal/ satu atau lebih kematian janin di mana

gambaran sonografi normal/ satu atau lebih persalinan prematur dengan gambaran

janin normal dan berhubungan dengan preeklamsia berat,atau insufisiensi plasenta

yang berat).

- Kriteria laboratorium (IgG dan atau IgM dengan kadar yang sedang atau tinggi

pada 2 kali atau lebih dengan pemeriksaan jarak lebih dari 1 atau sama dengan 6

minggu).

- Antobodi fosfolipid (pemanjangan koagulasi fospholipid, aPTT, PT, dan CT,

kegagalan untuk memperbaikinya dengan pertambahan dengan plasma platlet

normal dan adanya perbaikan nilai tes dengan pertambahan fosfolipid).

aPA ditemukan 20% pada perempuan yang mengalami abortus dan lebih dari

33% pada perempuan yang mengalami SLE. Pada kejadian abotus berulang,

ditemukan infark plasenta yang luas akibat adanya atherosis dan oklusi vaskular.

f. Faktor trauma

Trauma abdominal yang berat dapat menyebabkan terjadinya abortus yang yang

diakibatkan karena adanya perdarahan, gangguan sirkulasi maternoplasental, dan

infeksi. Namun secara statistik, hanya sedikit insiden abortus yang disebabkan

karena trauma.

9

Page 10: Beka Abortus Insipien Tugas

g. Faktor nutrisi dan lingkungan

Diperkirakan 1-10% malformasi janin adalah akibat dari paparan obat, bahan kimia

atau radiasi yang umumnya akan berakhir dengan abortus. faktor-faktor yang terbukti

berhubungan dengan peningkatan insiden abortus adalah merokok, alkohol dan

kafein.

Merokok telah dipastikn dapat meningkatkan risiko abortus euploid. Pada wanita

yang merokok lebih dari 14 batang ber hari, risiko abortus adalah 2 kali lipat dari

risiko pada wanita yang tidak merokok. Rokok mengandung ratusan unsur toksik

antara lain nikotin yang mempunyai sifat vasoaktif sehingga menghambat sirkulasi

uteroplasenta. Karbon monoksida juga menurukan pasokan oksigen ibu dan janin dan

dapat mamacu neurotoksin. Meminum alkohol pada 8 minggu pertama kehamilan

dapat meningkatkan risiko abortus spontan dan anomali fetus. Kadar abortus

meningkat 2 kali lipat pada wanita yang mengkonsumsi alkohol 2 kali seminggu dan

3 kali lipat pada konsumsi tiap-tiap hari dibandingkan dengan wanita yang tidak

minum.

Pengambilan kafine sekurangnya 5 gelas kopi perhari atau 500mg caffiene satu hari

dapat sedikit menambah risiko abortus dan pada mereka yang meminum lebih dari

ini, risikonya meningkat secara linier dengan tiap jumlah tambahan gelas kopi. Pada

penelitian lain, wanita hamil yang mempunyai level paraxantine (metabolit kafine),

risiko abortus spontan adalah 2 kali lipat daripada kontrol.

h. Faktor kontrasepsi berencana

Kontrasepsi oral atau agen spermicidal yang digunakan pada salep dan jeli

kontrasepsi tidak berhubungan dengan risiko abortus. Namun, jika pada kontrasepsi

yang menggunakan IUD, intrauterine device gagal untuk mencegah kehamilan, risiko

aborsi khususnya aborsi septik akan meningkat dengan signifikan.

10

Page 11: Beka Abortus Insipien Tugas

3. Patogenesis

Abortus dimulai dari perdarahan ke dalam decidua basalis yang diikuti dengan nekrosis

jaringan disekitar perdarahan. Jika terjadi lebih awal, maka ovum akan tertinggal dan

mengakibatkan kontraksi uterin yang akan berakir dengan ekpulsi karena dianggap

sebagai benda asing oleh tubuh. Apabila kandung gestasi dibuka, biasanya ditemukan

fetus maserasi yang kecil atau tidak adanya fetus sama sekali dan hal ini disebut blighted

ovum.

Pada abortus yang terjadi lama, beberapa kemungkinan boleh terjadi. Jika fetus yang

tertinggal mengalami maserasi, yang mana tulang kranial kolaps, abdomen dipenuhi

dengan cairan yang mengandung darah, dan degenarasi organ internal. Kulit akan

tertanggal di dalam uterus atau dengan sentuhan yang sangat minimal. Bisa juga apabila

cairan amniotik diserap, fetus akan dikompress dan mengalami desikasi, yang akan

membentuk fetus compressus. Kadang-kadang, fetus boleh juga menjadi sangat kering

dan dikompres sehingga menyerupai kertas yang disebut fetus papyraceous.

Pada kehamilan di bawah 8 minggu, hasil konsepsi dikeluarkan seluruhnya, karena vili

korialis belum menembus desidua terlalu dalam; sedangkan pada kehamilan 8-14

minggu, vili korialis telah masuk agak dalam, sehingga sebagian keluar dan sebagian lagi

akan tertinggal. Perdarahan yang banyak terjadi kerana hilangnya kontraksi yang

dihasilkan dari aktivitas kontraksi dan retraksi miometrium.

4. Gambaran Klinis

Pada kehamilan kurang dari 12 minggu biasanya perdarahan tidak banyak namun

bahaya perforasi lebih besar pada kerokan sehingga proses abortus harus dipercepat.

Perdarahan kurang dari 20 minggu karena dilatasi serviks uteri meningkat dan hasil

konsepsi masih dalam uterus.

Perdarahan dari jalan lahir sedang-banyak

Konsepsi dalam uterus

11

Page 12: Beka Abortus Insipien Tugas

Perdarahan berat hanya butuh waktu kurang dari 5 menit untuk basahi pembalut.

Serviks terbuka

Ukuran uterus sesuai usia kehamilan

Gejala dan tanda : kram atau nyeri pada perut bagian bawah.

5. Diagnosis

Diagnosis abortus insipient ditegakkan berdasarkan :

a. Anamnesis

Gejala-gejala utama pada abortus insipien adalah nyeri/kram di perut bagian bawah

terutamanya di bagian suprapubik yang bisa menjalar ke punggung, bokong dan

perineum, perdarahan pervaginam sedang sampai banyak, dan demam yang tidak

tinggi. Selain itu, ditanyakan adanya amenore pada masa reproduksi kurang 20

minggu dari HPHT. Bentuk jaringan yang keluar juga ditanya apakah berupa

jaringan yang lengkap seperti janin atau tidak atau seperti anggur.

Riwayat penyakit sekarang seperti IDDM (Insulin Dependent Diabetes Mellitus)

yang tidak terkontrol, tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol, trauma, merokok,

mengambil alkohol dan riwayat infeksi traktus genitalis harus diperhatikan.

b. Pemeriksaan Fisis

Bercak darah diperhatikan banyak, sedang atau sedikit. Palpasi abdomen dapat

memberikan idea keberadaan hasil konsepsi dalam abdomen dengan pemeriksaan

bimanual. Yang dinilai adalah uterus membesar sesuai usia gestasi, dan

konsistensinya. Pada pemeriksaan pelvis, dengan menggunakan spekulum keadaan

serviks dapat dinilai terbuka atau tertutup, ditemukan atau tidak sisa hasil konsepsi

di dalam uterus yang dapat menonjol keluar, atau didapatkan di liang vagina.

12

Page 13: Beka Abortus Insipien Tugas

Pemeriksaan fisik pada kehamilan muda dapat dilihat dari table di bawah ini:

Perdarahan Serviks Uterus Gejala dan tanda DiagnosisBercak sedikit hingga sedang

Tertutup Sesuai dengan usia gestasi

Kram perut bawah, uterus lunak

Abortus immines

Tertutup/terbuka Lebih kecil dari usia gestasi

Sedikit/tanpa nyeri perut bawah,riwayat ekspulsi hasil konsepsi

Abortus komplit

Sedang sehingga massif

Terbuka Sesuai dengan usia kehamilan

Kram atau nyeri perut bawah, belum terjadi ekspulsi hasil konsepsi

Abortus insipien

Kram atau nyeri perut bawah, ekspulsi sebahagian hasil konsepsi

Abortus incomplit

Terbuka Lunak dan lebih besar dari usia gestasi

Mual/muntah, kram perut bawah, sindroma mirip PEB, tidak ada janin, keluar jaringan seperti anggur

Abortus mola

c. Pemeriksaan Penunjang

13

Page 14: Beka Abortus Insipien Tugas

Pemeriksaan laboratorium berupa tes kehamilan, hemoglobin, leukosit, waktu

bekuan, waktu perdarahan, trombosit, dan GDS. Pada pemeriksaan USG ditemukan

kantung gestasi tidak utuh, ada sisa hasil konsepsi dalam uterus.

6. Penatalaksanaan

Jika usia kehamilan kurang dari 16 minggu, evakuasi uterus dilakukan dengan aspirasi

vakum manual (AVM). Jika evakuasi tidak dapat segera dilakukan maka, segera lakukan:

Ergometrin 0,2 mg IM (dapat diulang setelah 15 menit jika perlu), atau Misopristol

400 mcg per oral (dapat diulang setelah 4 jam bila perlu).

Kemudian persediaan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus dilakukan dengan

segera.

Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu:

Tunggu ekpulsi spontan hasil konsepsi, lalu evaluasi sisa-sisa hasil konsepsi.

Jika perlu, infus 20 UI oxytoxin dalam RL atau garam fisiologik 500 ml IV dengan

kecepatan 40 tetes per menit diberikan untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi.

Setelah penanganan, kondisi ibu tetap dipantau.

Padang infuse D5% = Oksitosis 10 IU

7. Prognosis

Prognosis keberhasilan kehamilan tergantung dari etiologi aborsi spontan sebelumnya.

Perbaikan endokrin yang abnormal pada wanita dengan abotus yang rekuren mempunyai

prognosis yang baik sekitar >90 %. Pada wanita keguguran dengan etiologi yang tidak

diketahui, kemungkinan keberhasilan kehamilan sekitar 40-80%. Sekitar 77% angka

kelahiran hidup setelah pemeriksaan aktivitas jantung janin pada kehamilan 5 sampai 6

minggu pada wanita dengan 2 atau lebih aborsi spontan yang tidak jelas.

14

Page 15: Beka Abortus Insipien Tugas

C. KESIMPULAN

Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin berkembang sepenuhnya dan

dapat hidup di luar kandungan dan sebagai ukuran digunakan kehamilan kurang dari 20

minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.

Menurut gambaran klinis abortus dapat dibedakan kepada, abortus imminens, abortus

insipiens, abortus komplit, abortus inkomplit, missed abortion, abortus habitualis, abortus

infeksius, abortus septic.

Abortus insipiens (inevitable abortion) yaitu abortus yang sedang mengancam dimana

serviks telah mendatar dan ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih

dalam kavum uteri.

Prognosis keberhasilan kehamilan tergantung dari etiologi aborsi spontan sebelumnya.

15

Page 16: Beka Abortus Insipien Tugas

DAFTAR PUSTAKA

1. F. G Cunningham, KJ. Leveno, SL. Bloom. Abortion in William Obstetrics, 22nd edition. Mc-Graw Hill, 2005

2. McPhee S, Obsterics and obstretrics disoders,Current medical diagnosis and treatment, 2009 edition, Mc Graw Hill, 2008

3. Sarwono prawiroharhdjo.Perdarahan pada kehamilan muda dalam Ilmu Kandungan, edisi 2008

4. Saifuddin A. Perdarahan pada kehamilan muda dalam Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta,2006 Hal M9-M17

16