bbp proposal fix

26
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan perikanan memegang peranan penting dalam menyediakan sumber bahan makanan protein hewani berupa ikan. Salah satu usaha untuk menghasilkan ikan secara optimal dan tidak mengganggu atau merusak populasi ikan serta lingkungan media hidup ikan adalah melalui usaha budidaya yang dikembangkan dengan baik. Ikan lele (Clarias sp) tergolong jenis ikan air tawar yang sangat berpotensi untuk dibudidayakan dan dikembangkan sebagai sumber penyedia pangan protein hewani untuk mencukupi kebutuhan manusia. Ikan lele merupakan salah satu dari berbagai jenis ikan yang sudah banyak dibudidayakan di Indonesia, dalam habitatnya ikan lele sangat fleksibel, pertumbuhannya sangat pesat, dan dapat hidup pada lingkungan dengan kadar oksigen rendah. Untuk mewujudkan keberhasilan budidaya ikan lele diperlukan tempat budidaya yang mendukung pertumbuhan lele baik dari segi mutu maupun jumlahnya, ketersediaan pakan yang mencukupi, lingkungan hidup yang sesuai serta ilmu pengetahuan dan teknologi yang maju. Saat ini budidaya ikan lele dapat dilakukan dilahan perkotaan seperti Surabaya, dengan menggunakan metode kolam terpal. Namun dengan metode ini masih banyak yang mengalami kegagalan budidaya ikan lele, salah satu penyebabnya adalah kurangnya ketahanan pagar kolam. Untuk menanggulangi masalah 1

Upload: rafidahanialima

Post on 25-Dec-2015

20 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

budidaya biota air

TRANSCRIPT

Page 1: BBP Proposal Fix

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kegiatan perikanan memegang peranan penting dalam menyediakan sumber bahan

makanan protein hewani berupa ikan. Salah satu usaha untuk menghasilkan ikan secara

optimal dan tidak mengganggu atau merusak populasi ikan serta lingkungan media hidup

ikan adalah melalui usaha budidaya yang dikembangkan dengan baik.

Ikan lele (Clarias sp) tergolong jenis ikan air tawar yang sangat berpotensi untuk

dibudidayakan dan dikembangkan sebagai sumber penyedia pangan protein hewani untuk

mencukupi kebutuhan manusia. Ikan lele merupakan salah satu dari berbagai jenis ikan yang

sudah banyak dibudidayakan di Indonesia, dalam habitatnya ikan lele sangat fleksibel,

pertumbuhannya sangat pesat, dan dapat hidup pada lingkungan dengan kadar oksigen

rendah. Untuk mewujudkan keberhasilan budidaya ikan lele diperlukan tempat budidaya

yang mendukung pertumbuhan lele baik dari segi mutu maupun jumlahnya, ketersediaan

pakan yang mencukupi, lingkungan hidup yang sesuai serta ilmu pengetahuan dan teknologi

yang maju.

Saat ini budidaya ikan lele dapat dilakukan dilahan perkotaan seperti Surabaya, dengan

menggunakan metode kolam terpal. Namun dengan metode ini masih banyak yang

mengalami kegagalan budidaya ikan lele, salah satu penyebabnya adalah kurangnya

ketahanan pagar kolam. Untuk menanggulangi masalah tersebut, perlu dilakukan manajemen

kolam yang baik bagi para pembudidaya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:

Bagaimana membuat kolam terpal yang baik untuk budidaya ikan lele (Clarias sp)?

C. Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui standard kolam terpal yang baik

untuk budidaya ikan lele(Clarias sp).

1

Page 2: BBP Proposal Fix

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Biologi Ikan Lele

Ikan lele adalah salah satu ikan yang berasal dari Taiwan dan pertama kali masuk ke

Indonesia pada tahun 1985 melalui sebuh perusahaan swasta di Jakarta (Suryanto,

1986). Lele (Clarias sp.) merupakan salah satu dari berbagai jenis ikan yang sudah banyak

dibudidayakan di Indonesia, dalam habitatnya ikan lele sangat fleksibel, dapat dibudidayakan

dengan padat penebaran tinggi, pertumbuhannya sangat pesat, dan dapat hidup pada

lingkungan dengan kadar oksigen rendah.

Gambar 1. Ikan Lele

Sumber : http://bkpd.jabarprov.go.id/

Menurut Saanin (1984), klasifikasi ikan lele adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Sub-kingdom : Metazoa

Filum : Chordata

Sub Filum : Vertebrata

Kelas : Pisces

Sub Kelas : Teleostei

Ordo : Ostariophysi

Sub Ordo : Siluroidea

Famili : Clariidae

Genus : Clarias

Spesies : Clarias sp.

2

Page 3: BBP Proposal Fix

Ikan lele (Clarias sp.) adalah ikan yang termasuk dalam golongan catfish. Ikan lele

mudah beradaptasi meskipun dalam lingkungan yang kritis, misalnya perairan yang kecil

kadar oksigennya dan sedikit air. Ikan lele juga termasuk ikan omnivor, yaitu pemakan segala

jenis makanan tetapi cenderung pemakan daging atau karnivora. Secara alami ikan lele

bersifat nokturnal, artinya aktif pada malam hari atau lebih menyukai tempat yang gelap,

tetapi dalam usaha budidaya ikan lele dibuat beradaptasi menjadi diurnal (Suryanto, 1986).

Ikan lele mempunyai bentuk badan yang berbeda dengan ikan lainnya, sehingga dapat

dengan mudah dibedakan dengan jenis-jenis ikan lain. Menurut Astuti (2003) ikan lele

memiliki bentuk badan yang memanjang, berkepala pipih, tidak bersisik, memiliki empat

pasang kumis yang memanjang sebagai alat peraba, dan memiliki alat pernapasan tambahan

(arborescent organ). Bagian depan badannya terdapat penampang melintang yang membulat,

sedang bagian tengah dan belakang berbentuk pipih. Ikan lele memiliki alat pernapasan

tambahan dalam kondisi lingkungan perairan yang sedikit akan kandungan oksigen terlarut

disebut dengan arboresence (Suryanto, 1986). Alat pernapasan tambahan ini terletak di

bagian kepala di dalam rongga yang dibentuk oleh dua pelat tulang kepala. Alat pernapasan

ini berwarna kemerahan dan berbentuk seperti tajuk pohon rimbun yang penuh kapiler-

kapiler darah. Mulutnya terdapat dibagian ujung moncong dan dihiasi oleh empat pasang

sungut, yaitu satu pasang sungut hidung, satu pasang sungut maksilar (berfungsi sebagai

tentakel), dan dua pasang sungut mandibula. Insangnya berukuran kecil dan terletak pada

kepala bagian belakang (Pillay, 1990).

Ikan lele mempunyai jumlah sirip punggung D.68-79, sirip dada P.9-10, sirip perut

V.5-6, sirip anal A.50-60 dan jumlah sungut sebanyak 4 pasang, 1 pasang diantaranya lebih

panjang dan besar. Panjang baku 5-6 kali tinggi badan dan perbandingan antara panjang baku

terhadap panjang kepala adalah 1: 3-4. Ukuran matanya sekitar 1/8 panjang kepalanya.

Giginya berbentuk villiform dan menempel pada rahang. Penglihatan lele kurang berfungsi

dengan baik, akan tetapi ikan lele memiliki dua buah alat olfaktori yang terletak berdekatan

dengan sungut hidung untuk mengenali mangsanya melalui perabaan dan penciuman. Jari-jari

pertama sirip pektoralnya sangat kuat dan bergerigi pada kedua sisinya serta kasar. Jari-jari

sirip pertama itu mengandung bisa dan berfungsi sebagai senjata serta alat penggerak pada

saat ikan lele berada di permukaan (Rahardjo dan Muniarti, 1984).

Semua jenis ikan lele berkembang dengan ovipar, yakni pembuahan telur di luar

tubuh. Ikan lele memiliki gonad satu pasang dan terletak disekitar usus. Ikan lele memiliki

3

Page 4: BBP Proposal Fix

lambung yang relatif besar dan panjang. Tetapi ususnya relatif pendek daripada badannya.

Hati dan gelembung renang ikan lele berjumlah 2 dan masing-masing sepasang.

Habitat ikan lele di alam adalah di perairan tergenang yang relatif dangkal, ada

pelindung atau tempat yang agak gelap dan lebih menyukai substrat berlumpur. Kualitas air

yang dianggap baik untuk kehidupan lele adalah suhu yang berkisar antara 20-30oC, akan

tetapi suhu optimalnya adalah 27oC, kandunga oksigen terlarut > 3 ppm, pH 6.5-8 dan

NH3 sebesar 0.05 ppm (Khairuman dan Amri, 2002).

1. Kelangsungan Hidup

Kelangsungan hidup adalah peluang hidup suatu individu dalam waktu tertentu.

Kelangsungan hidup benih ditentukan oleh kualitas induk, kualitas telur, kualitas air serta

perbandingan antara jumlah makanan dan kepadatannya (Effendi, 2002). Padat tebar yang

terjadi dapat menjadi salah satu penyebab rendahnya tingkat kelangsungan hidup suatu

organisme, terlihat kecenderungannya bahwa makin meningkat padat tebar ikan maka tingkat

kelangsungan hidupnya akan makin kecil (Allen, 1974).

Kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh nutrisi makanan Selain

itu peningkatan padat tebar ikan juga beRpengaruh terhadap tingkat kelangsungan hidup ikan

(Rukmana, 2003). Nilai tingkat kelangsungan hidup ikan rata-rata yang baik berkisar antara

73,5-86,0 %. Kelangsungan hidup ikan ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya kualitas

air meliputi suhu, kadar amoniak dan nitrit, oksigen yang terlarut, dan tingkat keasaman (pH)

perairan, serta rasio antara jumlah pakan dengan kepadatan (Gustav, 1998 dalam Safitri

2007).

Faktor yang mempengaruhi kelangsungan hidup ikan lele yang perlu diperhatikan

adalah padat tebar, pemberian pakan, penyakit, dan kualitas air. Meskipun ikan lele bisa

bertahan pada kolam yang sempit dengan padat tebar yang tinggi tapi dengan batas tertentu.

Begitu juga pakan yang diberikan kualitasnya harus memenuhi kebutuhan nutrisi ikan dan

kuantitasnya disesuaikan dengan jumlah ikan yang ditebar. Penyakit yang menyerang

biasanya berkaitan dengan kualitas air (Yuniarti, 2006), sehingga kualitas air yang baik akan

mengurangi resiko ikan terserang penyakit dan ikan dapat bertahan hidup.

2. Pertumbuhan

Pertumbuhan yaitu perubahan ikan dalam berat, ukuran, maupun volume seiring

dengan berubahnya waktu. Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh faktor internal seperti umur

dan sifat genetik ikan yang meliputi keturunan, kemampuan untuk memanfaatkan makanan

dan ketahanan terhadap penyakit. Faktor eksternal yang meliputi sifat fisika dan kimia air,

4

Page 5: BBP Proposal Fix

ruang gerak dan ketersediaan makanan dari segi kualitas dan kuantitas juga mempengaruhi

pertumbuhan (Huet, 1971).

Ketersediaan pakan dan oksigen sangat penting bagi ikan untuk pertumbuhan. Di sisi

lain, bahan buangan metabolik akan mengganggu pertumbuhan ikan. Pada kondisi kepadatan

ikan yang tinggi, ketersediaan pakan dan oksigen bagi ikan akan berkurang, sedangkan bahan

buangan metabolik ikan tinggi (Hepher, 1978).

3. Pakan

Hal penting yang perlu diperhatikan dalam pemberian pakan adalah frekuensi

pemberian pakan dan konversi pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan daging ikan.

Pakan alami ikan lele berupa jasad hewani yaitu krustasea kecil, larva serangga (kutu air,

jentik nyamuk), cacing, dan moluska (Susanto, 1988). Ketersedian pakan alami merupakan

faktor pembatas bagi kehidupan benih di kolam. Ukuran pakan alami harus sesuai dengan

bukaan mulut dan mempunyai nilai gizi yang tinggi. Selain itu, pakan alami mempunyai

gerakan yang lambat sehingga mudah dimakan ikan. Sedangkan pakan buatan merupakan

campuran dari berbagai bahan yang diolah menurut keperluan untuk diberikan ke ikan

sebagai sumber energi. Pemberian pakan pada benih ikan umur 7 sampai 15 hari dalam

bentuk tepung dan remah. Benih umur 15 sampai 30 hari dapat diberi pakan berupa pelet

yang berdiameter ± 1 mm atau disesuaikan dengan bukaan mulut ikan. Pakan ini diberikan 3-

5 kali sehari (Soetomo, 1987).

Frekuensi pemberian pakan adalah jumlah pemberian pakan per satuan waktu,

misalnya dalam satu hari pakan diberikan tiga kali. Pada ukuran larva frekuensi pemberian

pakan harus tinggi karena laju pengosongan lambungnya lebih cepat. Konversi pakan dapat

diartikan sebagai kemampuan spesies akuakultur mengubah pakan menjadi daging sedangkan

efisiensi pakan adalah bobot basah daging ikan yang diperoleh per satuan berat kering pakan

yang diberikan.

Nilai konversi pakan menunjukkan sejauh mana makanan efisien dimanfaatkan oleh

ikan peliharaan. Konversi pakan tergantung pada spesies ikan (kebiasaan makan, tingkat

tropik, ukuran/ stadia,), kualitas air meliputi kadar oksigen dan amoniak serta suhu air, dan

pakan baik secara kualitas maupun kuantitas. Efisien pakan berubah sejalan dengan tingkat

pemberian pakan dan ukuran ikan. Menurut Schmitou (1992) dalam Hasanah (2003) efisiensi

pakan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya kualitas pakan, jumlah pakan, spesies

ikan, ukuran ikan dan kualitas air. Konversi pakan dan efisiensi pakan merupakan indikator

untuk menentukan efektifitas pakan (Watanabe, 1988).

5

Page 6: BBP Proposal Fix

B. Kolam

Kolam merupakan lahan yang dibuat untuk menampung air dalam jumlah tertentu

sehingga dapat digunakan untuk pemeliharaan ikan dan atau hewan air lainnya. Berdasarkan

pengertian teknis (Susanto, 1992), kolam merupakan suatu perairan buatan yang luasnya

terbatas dan sengaja dibuat manusia agar mudah dikelola dalam hal pengaturan air, jenis

hewan budidaya dan target produksinya. Kolam selain sebagai media hidup ikan juga harus

dapat berfugsi sebagai sumber makanan alami bagi ikan, artinya kolam harus berpotensi

untuk dapat menumbuhkan makanan alami.

1. Fungsi dan manfaat kolam

Fungsi ekologis: (a) habitat hidup berbagai jenis hewan dan tumbuhan air, (b) sumber

plasma nutfah

Manfaat ekonomis kolam: (a) menghasilkan berbagai sumber daya alam bernilai

ekonomis, (b) meningkatkan perekonomian masyarakat, (c) sarana pariwisata / rekreasi

(Lani, 2005).

2. Proses pembuatan kolam

Kolam merupakan lahan basah buatan yang dapat dikelola dan diatur langsung oleh

manusia untuk kebutuhan budidaya ikan. Berdasarkan proses pembentukannya, kolam dapat

diklasifikasikan menjadi dua yaitu kolam yang sengaja dibangun dan kolam yang tidak

sengaja dibangun (Lani, 2005).

3. Tipe-tipe kolam

Tipe Kolam berdasarkan sumber air: (a) kolam tadah hujan, (b) kolam mata air, (c)

kolam berperairan setengah teknis, (d) kolam berperairan teknis.

Tipe kolam berdasarkan kegunaannya: (a) kolam pemeliharaan induk, kolam pemijahan /

perkawinan, (c) kolam penetaan telur, (d) kolam pendederan, (e) kolam pembesaran, (f)

kolam penumbuhan makanan alami, (g) kolam pengendapan, (h) kolam penampungan

hasil.

Tipe kolam berdasarkan aliran air: (a) kolam air tergenang (stagnant water ponds), (b)

kolam air air mengalir / kolam air deras (running water pond) (Lani, 2005).

4. Jenis Wadah Kolam

Jenis-jenis kolam yang akan digunakan sangat tergantung kepada sistem budidaya yang

akan diterapkan. Ada tiga sistem budidaya ikan air yang biasa dilakukan yaitu :

Tradisional/ekstensif, kolam yang digunakan adalah kolam tanah yaitu kolam yang

keseluruhan bagian kolamnya terbuat dari tanah.

6

Page 7: BBP Proposal Fix

Semi intensif, kolam yang digunakan adalah kolam yang bagian kolamnya (dinding

pematang) terbuat dari tembok sedangkan dasar kolamnya terbuat dari tanah.

Intensif, kolam yang digunakan adalah kolam yang keseluruhan bagian kolam terdiri

dari tembok (Lani, 2005).

5. Syarat Kolam Ikan yang Baik untuk Budidaya

Suatu kolam ikan yang baik untuk budidaya harus mempunyai unsur sebagai berikut

a. Luas tiap petak kolam berkisar antara 100-1000 m².

b. Kedalam air antara 50-150 cm.

c. Pemasukan air langsung dari sumber yang belum terpolusi dan harus ada cadangan

pintu pemasukan air.

d. Pengeluaran air harus langsung ke saluran pembuangan.

e. Tekstur tanah yang baik untuk dijadikan pematang adalah yang tidak porous dan tidak

mudah longsor.

f. Lebar pematang antara 1-2 m.

g. Air yang masuk ke dalam kolam harus jernih atau sudah melewati bak pengendapan.

Berdasarkan kriteria di atas, dapat disimpulkan bahwa suatu kolam yang baik harus

mempunyai konstruksi sebagai berikut: ada saluran pemasukan dan pengeluaran, ada pintu

pemasukan dan pengeluaran air, pematang yang kokoh dengan lebar antara 1-2 m, dan

kedalaman kolam maupun air harus cukup yaitu 50-150 cm (Lani, 2005).

C. Pemeliharaan Ikan Lele Di Kolam Terpal

Salah satu sistem budidaya intensif pada akuakultur air tawar adalah sistem budi daya

kolam terpal. Sistem budidaya ikan di kolam terpal merupakan salah satu inovasi baru dalam

pengembangan budidaya ikan. Sistem budi daya kolam terpal pertama kali dikembangkan

oleh bapak Mujarob, seorang petani di bekasi, jawa barat, pada tahun 1999, dengan

membudidaya ikan lele. Saat ini kolam terpal telah digunakan untuk budi daya segala jenis

ikan, seperti lele, gurami, nila, patin, bawal air tawar, dan sebagainya.

Budi daya ikan kolam terpal memiliki beberapa keunggulan, diantaranya:

a. Dapat diterapkan dilahan bebas.

b. Dapat diterapkan di lahan atau tanah yang porous, tanah yang menyerap air, atau tanah

berpasir.

c. Dapat diterapkan di daerah sulit air.

d. Pembuatannya praktis.

7

Page 8: BBP Proposal Fix

e. Waktu produksi yang lebih singkat.

f. Ikan-ikan yang dibudidayakan di kolam terpal tidak berbau lumpur.

g. Sintasan atau kelangsungan hidup (survival rate) ikan yang dippelihara di kolam terpal

lebih tinggi, yang dapat mencapai 90-95 %.

h. Padat penebaran lebih tinggi.

i. Pertumbuhan ikan lebih cepat.

j. Biaya pertumbuhan kolam terpal lebih murah

Berbagai keunggulan kolam terpal ini merupakan suatu peluang yang baik bagi

pengembangan budi daya ikan. Kolam terpal dapat diterapkan untuk kegiatan pembenihan,

pendederan, hingga pembesaran untuk menghasilkan ikan konsumsi dan indukan (Ghufran,

2010).

1. Lokasi untuk Kolam Terpal

Telah disebutkan bahwa kolam terpal merupakan salah satu alternatif teknologi

budidaya ikan yang dapat diterapkan pada lahan sempit, minim air, ataupun pada lahan yang

tanahnya porous, terutama tanah berpasir. Kolam terpal dapat menjadi solusi untuk

pengembangan budidaya ikan di lahan kritis.

Kolam tepal berbeda dengan kolam konvensional, seperti kolam air mengalir dan

kolam air deras yang pembangunannya harus dilakukan di lokasi yang memiliki sumber air

dengan kuantitas dan kualitas yang ideal. Pada budidaya ikan di kolam terpal, kuantitas dan

kualitas air, sekalipun tetap merupakan faktor penting, hal itu tidak menjadi faktor pembatas.

Sumber air untuk kolam terpal tidak harus berupa sumber air utama yang dikenal

dalam sistem budidaya konvensional seperti danau, waduk, sungai, rawa-rawa, dan saluran

irigasi. Kolam terpal bisa dengan air sumur, air dari PAM (Perusahaan Air Minum), air hujan

yang telah ditampung ataupun air limbah yang telah di treatment. Namun demikian

pemanfaatan lahan sempit atau kritis untuk pembangunan kolam terpal perlu

mempertimbangkan faktor teknis maupun faktor social (Ghufran, 2010).

2. Pertimbangan Teknis

Kolam terpal dapat dibangun di berbagai tempat, termasuk di halaman rumah, bekas

garasi mobil atau bekas gudang. Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam

membangun kolam terpal antara lain sebagai berikut:

a. Sumber air untuk mengisi kolam seperti sumur, air PAM, tempat penampungan air hujan

dan sumber-sumber lain yang layak digunakan.

8

Page 9: BBP Proposal Fix

b. Ketinggian lokasi untuk pembangunan kolam terpal perlu diperhatikan karena terkait

dengan suhu air.

c. Ukuran ikan yang terkait dengan kedalaman air dalam kolam, misalnya benih gurami

yang cocok dipelihara pada kedalaman 20-40 cm. untuk menampung air dengan kedalam

40 cm, dapat dibuat kolam dengan kedalaman 60 cm.

d. Dasar kolam untuk peletakan kolam terpal harus rata.

e. Untuk kolam yang dibangun di pemukiman penduduk harus dipertimbangkan

pengelolaan air limbahnya (Ghufran, 2010).

3. Pertimbangan Sosial Ekonomi

Pengembangan budidaya ikan di kolam terpal juga perlu mempertimbangkan faktor

sosial-ekonomi, diantaranya:

a. Lokasi yang dipilih untuk pemeliharaan ikan dengan kolam terpal bukanlah lahan

sengketa.

b. Dekat dengan daerah pengembangan budidaya ikan sehingga mudah untuk memperoleh

induk ataupun benih.

c. Tersedia sarana dan prasarana transportasi yang memadai untuk pengadaan alat dan

bahan maupun trasnportasi benih hasil panen, dan lain-lain.

d. Adanya alat dan bahan di sekitar lokasi, atau pengadaanya mudah.

e. Pasar cukup terbuka untuk menampung produksi, baik pasar lokal maupun ekspor, serta

harga yang cukup memadai.

f. Lokasi cukup aman dari ganguan hewan liar maupun manusia (pencurian). Harus ada

cara efektif untuk mengatasi ganguan tersebut.

g. Adanya sumber energi listrik untuk penerapan dan kebutuhan lainnya. Misalnya

mengoprasikan pompa air dan aerator.

h. Adanya dukungan dari pihak-pihak terkait, misalnya permodalan dan yang lain. Untuk

petani ikan kecil, dukungan juga dapat berupa penyuluhan dan pemasaran hasil

(Ghufran, 2010).

D. Membuat Kolam Terpal

Sesuai dengan namanya, kolam terpal adalah kolam yang keseluruhan bentuknya,

dari bagian dasarnya hingga dindingnya menggunakan bahan utama berupa terpal. Selain

dapat berbentuk seperti kolam tanah atau kolam tembok, kolam terpal juga bisa berbentuk

bak dengan sokongan kerangka bambo, kayu, atau besi (Ghufran, 2010).

9

Page 10: BBP Proposal Fix

1.  Jenis kolam terpal

a.    Kolam terpal di atas permukaan tanah

b.    Kolam terpal di bawah permukaan tanah

2.  Bahan dan Alat untuk membuat kolam terpal

a.    Plastik terpal

b.    Kayu/ bambu/ pipa

c.    Papan/ seng/ asbes

d.    Pipa paralon

e.    Paku/kawat/tali

f.     Alat kerja.

E. Manajemen Kolam

Setelah mengetahui bermacam macam wadah budidaya ikan dan mengetahui

konstruksi wadah, maka langkah selanjutnya adalah menyiapkan segalanya agar wadah

budidaya ikan tersebut dapat dipergunakan untuk kegiatan budidaya. Dalam

membudidayakan ikan dengan menggunakan kolam yang biasanya dilakukan untuk

melakukan budidaya ikan air tawar, harus dilakukan persiapan kolam agar dapat

dipergunakan untuk membudidayakan ikan. Persiapan kolam meliputi pembuatan pematang,

pengolahan dasar kolam, pembuatan saluran pemasukan dan pengeluaran air, pemupukan dan

pengapuran. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan tahapan-tahapan yang harus dilakukan

meliputi:

1. Pembuatan pematang kolam budidaya ikan

Pembuatan pematang bertujuan untuk membentuk kerangka awal pada kolam.

2. Pengolahan dasar kolam budidaya ikan

Pengolahan dasar kolam dilakukan pada kolam tradisional dan kolam semi intensif

dimana dasar kolam berupa tanah. Pengolahan dasar kolam dilakukan dengan mencangkul

dasar kolam sedalam 10 – 20 cm. Tanah tersebut dibalik dan dibiarkan kering sampai 3-5

hari.

Tujuan pengolahan dasar kolam adalah mempercepat berlangsungnya proses

dekomposisi (penguraian) senyawa-senyawa organik dalam tanah sehingga senyawa senyawa

yang beracun yang terdapat di dasar kolam budidaya ikan akan menguap. Tanah yang baru

dicangkul diratakan. Setelah dasar kolam rata, lalu dibuat saluran ditengah kolam. Saluran ini

disebut kemalir. Kemalir berfungsi untuk memudahkan pemanenan dan sebagai tempat

10

Page 11: BBP Proposal Fix

berlindung benih ikan pada siang hari. Saluran pemasukan dan pengeluaran air dilengkapi

dengan saringan. Tujuannya untuk menjaga agar tidak ada hama yang masuk ke dalam kolam

dan benih ikan budidaya yang ditebarkan tidak kabur atau keluar kolam (Khairul, 2002).

3. Pemupukan kolam budidaya ikan

Pemupukan tanah dasar kolam bertujuan untuk meningkatkan kesuburan kolam,

memperbaiki struktur tanah dan menghambat peresapan air pada tanah-tanah yang porous

serta menumbuhkan phytoplankton dan zooplankton yang digunakan sebagai pakan alami

benih ikan dalam kolam budidaya ikan. Jenis pupuk yang biasa digunakan adalah pupuk

kandang dan pupuk buatan. Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kotoran ternak

besar (sapi, kerbau, kuda dan lain-lain) atau kotoran unggas (ayam, itik dan lain-lain) yang

telah dikeringkan. Sedangkan pupuk buatan berupa bahan-bahan kimia yang dibuat manusia

dipabrik pupuk yang berguna untuk menyuburkan tanah. Jenis pupuk buatan yang dapat

digunakan antara lain adalah pupuk nitrogen (urea, ZA), pupuk phosphor (TSP), pupuk

kalium (KCl) dan pupuk NPK yang merupakan gabungan dari ketiga hara tunggal. Dosis

pupuk kandang juga bergantung kepada kesuburan kolam ikan, biasanya berkisar antara 100-

150 gram/m2 sedangkan untuk kolam budidaya ikan yang kurang kesuburannya dapat

ditebarkan kotoran ayam sebanyak 300 – 500 gr/m2.

Dosis yang digunakan untuk pupuk buatan biasanya berkisar antara 200-300 gram/m2.

Kolam dapat juga dipupuk menggunakan, TSP dan Urea masing-masing sebanyak 10 gr/m2

dan kapur pertanian sebanyak 25 – 30 gr/m2 atau disesuaikan dengan tingkat kesuburan lahan

budidaya ikan (Khairul, 2002).

4. Pengapuran kolam budidaya ikan.

Pengapuran dasar kolam sebaiknya dilakukan setelah pengolahan tanah. Pada saat

tanah dibalikkan dan sambil menunggu kering tanah dasar, penebaran kapur dapat dilakukan.

Pengapuran merupakan salah satu upaya untuk mempertahankan kestabilan keasaman (pH)

tanah dan air, sekaligus memberantas hama penyakit dalam kolam budidaya ikan. Jenis kapur

yang digunakan untuk pengapuran kolam ada beberapa macam diantaranya adalah kapur

pertanian, yaitu kapur carbonat: CaCO3 atau [CaMg(CO3)]2, dan kapur tohor / kapur aktif

(CaO). Kapur pertanian yang biasa digunakan adalah kapur karbonat yaitu kapur yang

bahannya dari batuan kapur tanpa lewat proses pembakaran tapi langsung digiling. Kapur

pertanian ada dua yaitu Kalsit dan Dolomit. Kalsit bahan bakunya lebih banyak mengandung

karbonat, magnesiumnya sedikit (CaCO3), sedangkan dolomit bahan bakunya banyak

mengandung kalsium karbonat dan magnesium karbonat [CaMg(CO3)]2, Dolomit merupakan

11

Page 12: BBP Proposal Fix

kapur karbonat yang dimanfaatkan untuk mengapur lahan kolam budidaya ikan bertanah

masam. Kapur tohor adalah kapur yang pembuatannya lewat proses pembakaran. Kapur ini

dikenal dengan nama kapur sirih, bahannya adalah batuan tohor dari gunung dan kulit kerang.

Dosis kapur yang akan ditebarkan harus tepat ukurannya karena jika berlebihan kapur

akan menyebabkan kolam tidak subur, sedangkan bila kekurangan kapur dalam kolam akan

menyebabkan tanah dasar kolam menjadi masam. Tetapi ada juga para petani menggunakan

dosis kapur berkisar antara 100 – 200 gram/m2 hal ini dilakukan bergantung kepada

keasaman tanah kolam (Khairul, 2002).

5. Pengairan kolam budidaya ikan

Pengairan ini harus dilakukan minimal 4 –7 hari sebelum larva/benih ikan di tebar ke

dalam kolam pemeliharaan budidaya ikan agar pakan alami tumbuh dengan sempurna.

Ketinggian air di kolam ikan ini bergantung pada jenis kolam, untuk kolam pemijahan

ketinggian air 0,75-1,00 m, kolam pemeliharaan 1-1,25 m. Mengairi kolam Wadah budidaya

ikan (kolam) yang sudah dipersiapkan dan siap untuk dipergunakan sebagai wadah untuk

kegiatan budidaya. Agar kolam budidaya ikan yang dipergunakan senantiasa baik untuk

kegiatan budidaya maka harus selalu dilakukan pengelolaan terhadap kolam budidaya baik

kolam pemeliharaan, pemijahan, penetasan telur dan lain sebagainya (Khairul, 2002)

12

Page 13: BBP Proposal Fix

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat eksperimen.

B. Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September – Oktober. Bertempat di Green

House gedung C3 Universitas Negeri Surabaya.

C. Alat dan Bahan

a. Alat :

1. Cangkul

2. Linggis

3. Mesin bor tangan

4. Pensil

5. Meteran

6. Cutter

7. Palu

8. Golok

9. Gergaji

b. Bahan:

1. Terpal

2. Bambu

3. Pipa paralon yang berukuran 1,5 inci, panjangnya sekitar 2 meter

4. Knee dengan diameter 1,5 inci

5. Kayu reng

6. Lem karet

7. Tali nilon

8. Paku reng 0,5 (setengah) kg

9. Paku kayu 1 kg

10. Sebuk gergaji atau sekam

13

Page 14: BBP Proposal Fix

11. Pupuk kandang (sapi, kerbau, kuda dan lain-lain) atau kotoran unggas (ayam, itik dan

lain-lain)

12. Kapur carbonat: CaCO3 atau [CaMg(CO3)]2, dan kapur tohor / kapur aktif (CaO).

D. Langkah kerja

Dalam cara pembuatan kolam terpal lele ada beberapa hal standar yang harus di

perhatikan, antara lain jumlah populasi ikan lele dan luas kolam terpal. Standar yang tepat

untuk 100 ekor lele ukuran sedang, luas ukuran kolam terpal yang dibutuhkan adalah

(Panjang 2m x Lebar 1m x Tinggi 0,6m). Jika untuk ukuran bibitan yang dimasukkan bisa

juga menggunakan aturan 200 ekor lele per meter persegi (m2). Sehingga dalam pembibitan

lele kolam terpal yang perlu di perhatikan adalah panjang dan lebar kolam terpal. Berikut ini

langkah-langkah pembuatan kolam terpal menurut Herlambang (2013) :

a. Langkah pembuatan saluran air pembuangan pada kolam

Ukuran Membuat Gambar

Menyiapkan alat-alat seperti pipa paralon,

gergaji, palu, knee, serta bor tangan kecil.

Potong pipa paralon menjadi 3 bagian

dengan ukuran masing-masing 50 cm, 50

cm, dan 100 cm

Buat lubang-lubang kecil seperti gambar di

samping menggunakan bor. Letakkan

lubang kecil tepat berada 30 cm dari

pangkal lubang lalu tutup lubang atas pipa

dengan papan yang seukuran dengan

lubang paralon

Perhatikan gambar di samping. Gambar

tersebut adalah gambar dimana pipa yang

disambungkan dengan knee dan bagaimana

cara meletakkannya.

14

Page 15: BBP Proposal Fix

Selanjutnya buat pipa saringan

menggunakan sisa paralon yang berukuran

50 cm tadi. Buat lubang kecil seperti

gambar disamping sampai ke pangkal pipa.

Tutup juga bagian pangkalnya

menggunakan papan yang seukuran

Jika disambungkan dengan knee sama

halnya dengan nomer 4 di atas.Pipa

saringan ini berfungsi hanya untuk

digunakan saat menguras kolam atau saat

panen saja.

Ada cara yang lebih praktis untuk tahap ke

6 , yaitu dengan menggunakan pipa

saringan. Perhatikan gambar disamping.

b. Langkah pembuatan kolam

Tahapan kerja Gambar

1. Menyiapkan bambu yang sudah

dipotong-potong untuk dibentuk

menjadi kerangka kolam ikan lele

2. Tancapkan bambu-bambu ke dalam

tanah membentuk seperti

persegi/persegi panjang

3. Bentuk kerangka menyerupai

kotak, lihat gambar disamping

15

Page 16: BBP Proposal Fix

4. Lengkapi bilah-bilah kosong

dengan bambu untuk memperkuat

kerangka kolam

5. Lalu pasang pipa pembuangan.

Lihat kembali gambar di samping

6. Setelah selesai, pasang terpal di

kerangka kolam dan ikan bagian

tepi-tepinya

7. Untuk bagian terpal yang dekat

dengan bagian pipa pengeluaran,

tekan lalu buat lubang di terpal

seukuran lubang pipa pengeluaran

menggunakan cutter.

8. Pasang pipa pengaturan yang sudah

kita buat sebelumnya. Agar tidak

bocor beri lem.

9. Dan kolam terpal siap dilaksanakan

c. Langkah pemupukan kolam

Pemupukan kolam dilakukan dengan cara menebarkan pupuk pada kolam. Pupuk yang

digunakan dapat berupa pupuk kandang maupun pupuk buatan. Dosis pupuk kandang juga

bergantung kepada kesuburan kolam ikan, biasanya berkisar antara 100-150 gram/m2

sedangkan untuk kolam budidaya ikan yang kurang kesuburannya dapat ditebarkan kotoran

ayam sebanyak 300 – 500 gr/m2.

16

Page 17: BBP Proposal Fix

Dosis yang digunakan untuk pupuk buatan biasanya berkisar antara 200-300 gram/m2.

Kolam dapat juga dipupuk menggunakan, TSP dan Urea masing-masing sebanyak 10 gr/m2

dan kapur pertanian sebanyak 25 – 30 gr/m2 atau disesuaikan dengan tingkat kesuburan lahan

budidaya ikan (Ghufran, 2010).

d. Langkah pengapuran kolam

Pengapuran dasar kolam sebaiknya dilakukan setelah pengolahan tanah. Pada saat

tanah dibalikkan dan sambil menunggu kering tanah dasar, penebaran kapur dapat dilakukan.

Jenis kapur yang digunakan untuk pengapuran kolam ada beberapa macam diantaranya

adalah kapur pertanian, yaitu kapur carbonat: CaCO3 atau [CaMg(CO3)]2, dan kapur tohor /

kapur aktif (CaO).

Dosis kapur yang akan ditebarkan harus tepat ukurannya karena jika berlebihan kapur

akan menyebabkan kolam tidak subur, sedangkan bila kekurangan kapur dalam kolam akan

menyebabkan tanah dasar kolam menjadi masam. Umumnya para petani menggunakan dosis

kapur berkisar antara 100 – 200gram/m2 hal ini dilakukan bergantung kepada keasaman tanah

kolam (Ghufran, 2010).

17