bank dan kebijakan moneter

7
Bank Dan Kebijakan Moneter A. Pengertian Bank Bank adalah lembaga keuangan yang dapat menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk – bentuk lainnya dan dalam kegiatannya memberikan jasa lalu lintas pembayaran. Karena bank dapat menerima simpanan dari masyarakat, maka bank disebut juga depository financial institutions. Bank dalam beroperasi di dalam masyarakat, memiliki fungsi utama yaitu fungsi intermediasi. Fungsi intermediasi dapat di gambarkan sebagai berikut. B. Jenis – Jenis Bank Jenis – jenis bank di kategorikan menjadi 2 kriteria, yaitu berdasarkan fungsinya dan berdasarkan kepemilikannya. Bank berdasarkan fungsinya terbagi menjadi 3 yaitu, bank sentral, bank umum dan bank perkreditan rakyat. Bank sentral adalah bank yang memiliki otoritas penuh dalam mengendalikan kegiatan moneter di suatu negara. Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau syariah, yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bank perkreditan rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau syariah, yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bank berdasarkan kepemilikannya dibagi menjadi bank BUMN, bank pemerintah daerah, bank swasta asing dan bank asing. Bank BUMN (Badan Usaha Milik Negara) adalah bank yang seluruh atau sebagian besar sahamnya di miliki oleh pemerintah. Contoh dari bank ini adalah Bank Mandiri, Bank Negara Indonesia, Bank

Upload: abel-learinda

Post on 31-Dec-2015

21 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bank Dan Kebijakan Moneter

Bank Dan Kebijakan Moneter

A. Pengertian Bank

Bank adalah lembaga keuangan yang dapat menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk – bentuk lainnya dan dalam kegiatannya memberikan jasa lalu lintas pembayaran. Karena bank dapat menerima simpanan dari masyarakat, maka bank disebut juga depository financial institutions. Bank dalam beroperasi di dalam masyarakat, memiliki fungsi utama yaitu fungsi intermediasi. Fungsi intermediasi dapat di gambarkan sebagai berikut.

B. Jenis – Jenis Bank

Jenis – jenis bank di kategorikan menjadi 2 kriteria, yaitu berdasarkan fungsinya dan berdasarkan kepemilikannya.

Bank berdasarkan fungsinya terbagi menjadi 3 yaitu, bank sentral, bank umum dan bank perkreditan rakyat. Bank sentral adalah bank yang memiliki otoritas penuh dalam mengendalikan kegiatan moneter di suatu negara. Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau syariah, yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bank perkreditan rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau syariah, yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Bank berdasarkan kepemilikannya dibagi menjadi bank BUMN, bank pemerintah daerah, bank swasta asing dan bank asing. Bank BUMN (Badan Usaha Milik Negara) adalah bank yang seluruh atau sebagian besar sahamnya di miliki oleh pemerintah. Contoh dari bank ini adalah Bank Mandiri, Bank Negara Indonesia, Bank Rakyat Indonesia dan Bank Tabungan Nasional. Bank pemerintah daerah adalah bank – bank yang di miliki oleh pemerintah daerah. Contohnya adalah Bank Kaltim, Bank Jabar, Bank Jatim dan lain – lain. Bank swasta asing adalah bank di mana berbadan hukum Indonesia yang sebagian atau seluruh hukum modalnya di miliki oleh warga negara Indonesia dan atau badan hukum Indonesia. Contohnya Bank Central Indonesia dan Bank Muamalat Indonesia. Bank

Page 2: Bank Dan Kebijakan Moneter

asing adalah bank yang di miliki oleh pihak asing. Contoh dari bank ini adalah Citibank, Bangkok Bank, American Express Bank dan lain – lain.

C. Peran Bank Dalam Penciptaan Uang

Peran bank dalam penciptaan uang giral di lakukan oleh bank umum. Keistimewaan bank – bank umum terkait dengan proses penciptaan uang adalah kemampuan meningkatkan atau menurunkan daya beli (purchasing power) dalam perekonomian. Dengan mengurangi kredit yang di salurkan dalam masyarakat, bank umum akan mengurangi daya beli masyarakat begitu pula sebaliknya. Dalam proses penciptaan uang yang di timbulkan oleh kredit yang di salurkan oleh bank umum, tidak seluruh dana yang berhasil dihimpun bank dapat di salurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Sebagian dari tabungan yang di himpun tersebut harus di simpan sebagai cadangan likuiditas yang jumlahnya ditentukan oleh otoritas moneter. Jumlah tertentu harus ditahan sebagai cadangan likuiditas wajib minimum atau reserve requirement. Cadangan ini harus disimpan dalam bentuk kas kepada bank sentral, sementara sisanya dapat disalurkan kepada masyarakat.

Untuk mempermudah memahami proses penciptaan uang, misalkan bank A memiliki simpanan giro pertama sebesar satu juta rupiah dengan ketentuan reserve requirement sebesar 5%. Dengan kondisi ini, maka bank A menahan Rp 50.000 (5% X Rp 1 juta) sebagai cadangan dan sisanya sebesar Rp 950.000 untuk disalurkan kepada nasabah. Selanjutnya, nasabah yang mendapatkan kredit tersebut digunakan untuk membeli kebutuhannya. Pihak penjual dengan adanya transaksi tersebut memperoleh uang yang kemudian disetorkan ke bank B. Oleh bank B, setelah menahan cadangan sebesar Rp 47.500, sisa dananya sebesar Rp 902.500 kemudian di pinjamkan kepada nasabahnya. Proses ini akan terus berlanjut dan akan berakhir pada suatu tahap dimana tak ada lagi sisa cadangan likuiditas. Pada proses penciptaan uang giral oleh bank – bank tersebut yang jumlah awalnya sebesar Rp 1 juta akan menjadi Rp 20 juta melalui mekanisme ini. Jumlah uang giral hasil penciptaan dapat di hitung dengan menggunakan rumus :

D. Pengertian Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter adalah tindakan otoritas untuk mempengaruhi jumlah uang yang beredar. Lembaga yang berwenang dalam menjalankan

Page 3: Bank Dan Kebijakan Moneter

tindakan mempengaruhi jumlah uang yang beredar adalah bank sentral. Kebijakan pengendalian tingkat suku bunga menyiratkan bahwa penawaran uang (money supply) dibiarkan naik dan turun mengikuti perubahan permintaan masyarakat terhadap uang pada tingkat bunga yang sudah dipatok oleh Bank Indonesia. Oleh karena itu, Bank Indonesia akan mencetak uang sesuai dengan permintaan uang oleh masyarakat, sedemikian hingga tingkat suku bunga yang telah ditargetkan oleh Bank Indonesia tercapai. Ketika permintaan masyarakat akan uang meningkat, maka respon Bank Indonesia adalah menambah penawaran beredar dan sebaliknya jika yang terjadi adalah sebaliknya.

E. Tujuan Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter bertujuan secara umum adalah mencapai kesejahteraan sosial. Terdapat parameter keberhasilan yang apabila parameter ini berhasil dipenuhi, maka tujuan akhir tersebut dapat dicapai. Parameter – parameter tersebut meliputi hal – hal sebagai berikut.

1. Stabilitas Ekonomi

Adalah suatu keadaan dimana pertumbuhan ekonomi berlangsung secara terkendali dan berkelanjutan. Artinya, pertumbuhan arus barang/jasa dan arus uang harus seimbang

2. Kesempatan Kerja

Kesempatan kerja akan meningkat bila produksi meningkat. Peningkatan produksi biasanya diikuti dengan perbaikan nasib para karyawan ditinjau dari segi upah dan keselamatan kerja. Perbaikan upah dan keselamatan kerja akan meningkatkan taraf hidup karyawan dan akhirnya kemakmuran tercapai.

3. Kestabilan Harga

Kestabilan harga ditandai dengan stabilitas harga barang dari waktu ke waktu. Harga yang stabil menyebabkan masyarakat percaya bahwa membeli barang pada tingkat harga sekarang sana dengan tingkat harga yang akan datang, atau daya beli uang dari waktu ke waktu adalah sama.

4. Keseimbangan Neraca Pembayaran Internasional

Neraca pembayaran dapat dikatakan dalam keadaan seimbang bila jumlah nilai barang yang diekspor sama dengan nilai barang yang diimpor. Untuk mendapatkan neraca pembayaran yang seimbang, pemerintah sering menjalankan kebijakan moneter, misalnya dengan melakukan devaluasi.

Page 4: Bank Dan Kebijakan Moneter

F. Intrumen Kebijakan Moneter

Untuk mencapai tujuan dari kebijakan moneter, bank sentral mengeluarkan berbagai instrumen atau alat untuk mempengaruhi situasi perkonomian sehingga bisa sesuai dengan tujuan yang diharapkan pemerintah. Instrumen – instrument tersebut adalah :

1. Kebijakan Diskonto

Adalah kebijakan yang dilakukan bank sentral melalui pengendalian tingkat suku bunga yang dapat di atur oleh Bank Indonesia. Suku bunga akan dinaikkan jika jumlah uang yang beredar dalam masyarakat berlebih sehingga masyarakat akan berlomba – lomba menabung di bank jika bunganya naik. Di pihak lain, para pengusaha akan mengurangi investasi yang dibiayai oleh pemerintah. Sebaliknya, suku bunga akan di turunkan jika jumlah uang beredar dalam masyarakat berkurang. Penurunan suku bunga akan mendorong pengusaha mengadakan investasi dengan meminjam uang dari bank.

2. Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)

Adalah pembelian dan penjualan surat – surat berharga pemerintah yang di lakukan oleh bank sentral di pasar modal. Untuk meningkatkan jumlah uang yang beredar, bank sentral dapat memerintahkan para pialang obligasinya untuk membeli obligasi dari semua pasar obligasi di seluruh negara. Uang yang di bayarkan bank sentral untuk membeli surat berharga ini akan mengalir dan memperbanyak jumlah uang yang beredar di pasar. Sebagian dari uang ini akan dipegang masyarakat dan sisanya akan di simpan di bank – bank. Di Indonesia, operasi pasar terbuka di lakukan dengan 3 cara yaitu:

a. Lelang Sertifikat Bank Indonesia (SBI)

b. Penggunaan Fasilitas Bank Indonesia (Fasbi) di Pasar Uang Rupiah

c. Sterilisasi atau Intervensi di Pasar Valuta Asing (valas)

3. Kebijakan Perubahan Cadangan Minimum (Giro Wajib Minimum)

Giro wajib minimum pada dasarnya merupakan sejumlah dana dalam jumlah minimum yang harus selalu tersedia pada saldo giro setiap bank di Bank Indonesia. Keharusan menyediakan jumlah minimum ini disebut juga sebagai likuiditas wajib minimum. Kenaikan angka cadangan minimum ini akan memaksa bank

Page 5: Bank Dan Kebijakan Moneter

mempertahankan lebih banyak dananya untuk cadangan, sehingga persentase deposito yang dapat disalurkan sebagai pinjaman berkurang. Itu artinya kenaikan giro wajib minimum menyebabkan kenaikan rasio cadangan sehingga menurunkan penggandaan uang dan pada akhirnya akan meningkatkan jumlah uang beredar. Sebaliknya, penurunan cadangan minimum ini akan menurunkan rasio cadangan sehingga memperbesar penggandaan uang dan pada akhirnya akan meningkatkan jumlah uang beredar. Di Indonesia, terdapat beberapa kali perubahan cadangan minimum. Pada tahun 1988, melalui Pakto 1998, GWM setiap bank pada Bank Indonesia adalah 2%. Jumlah ini meningkat menjadi 3% pada tahun 1996. Terakhir pada tahun 1997, tingkat likuiditas wajib minimum ini sebesar 5%.

4. Penerapan Batas Maksimum Pemberian Kredit

Bank sentral menetapkan batas maksimum pemberian kredit kepada nasabahnya. Misalnya, 80% dari nilai – nilai surat berharga yang dibeli oleh pedagang surat – surat berharga dibiayai dengan dana sendiri. Sedangakan 20% sisanya, dibiayai dengan cara meminjam dana dari bank. Jika jumlah uang beredar melebihi kemampuan ekonomi, bank dapat menaikkan batas maksimum pemberian kredit. Sebaliknya, jika jumlah uang beredar kurang, maka bank sentral menurunkan batas maksimum pemberian kredit.

5. Dorongan Moral

Kebijakan ini dilakukan oleh Bank Indonesia selaku bank sentral untuk meminta atau menghimbau bank – bank yang ada untuk mempertimbangkan berbagai kondisi dan situasi mikro setiap bank dalam menyusun rencana kreditnya. Kebijakan dorongan moral ini pada dasarnya di jalankan oleh bank sentral agar perbankan selalu menerapkan prinsip kehati – hatian dalam memberikan kredit, namun dengan tetap memberikan kebebasan bagi perbankan untuk tumbuh dan berkembang berdasarkan mekanisme pasar.

Meskipun bank sentral memiliki perangkat untuk mempengaruhi jumlah uang yang beredar, tidak selamanya perangkat ini dapat bekerja dengan sempurna. 2 masalah yang terjadi adalah :

a. Bank sentral tidak dapat mengendalikan jumlah uang yang dipegang rumah tangga dalam bentuk simpanan deposito di bank. Bila semakin banyak masyarakat yang menyimpan dalam bentuk deposito di bank, maka akan semakin besar cadangan yang di miliki bank. Pada akhirnya, akan semakin besar

Page 6: Bank Dan Kebijakan Moneter

kemampuan perbankan dalam menciptakan uang. Demikian pula sebaliknya, jika semakin sedikit dana masyarakat yang di simpan di bank, maka akan semakin kecil juga cadangan bank hingga akhirnya menurunkan kemampuan bank untuk menciptakan uang.

b. Bank sentral tidak dapat mengatur secara langsung pada banker dalam memutuskan berapa banyak pinjaman yang hendak mereka salurkan. Uang yang disimpan di bank baru akan menciptakan uang bila uang tersebut disalurkan sebagai pinjaman atau kredit. Namun, bank juga dapat mengeluarkan keputusan untuk mengurangi penyaluran kredit sehingga pada akhirnya akan memperbesar cadangan yang jauh lebih banyak dari pada cadangan yang ditetapkan oleh bank sentral. Kondisi inilah yang disebut cadangan berlebihan. Hal ini dapat terjadi jika para banker bersikap hati – hati dalam menghadapi situasi ekonomi yang ada sehingga mereka lebih suka untuk mengurangi kredit dan menyimpan lebih banyak cadangan. Sebagai akibat keputusan ini, jumlah uang yang beredar bisa turun dengan sendirinya tanpa ada campur tangan dari bank sentral.