laporan kebijakan moneter - bank indonesia · 4 laporan kebijakan moneter triwulan i 2018 bank...

60
LAPORAN KEBIJAKAN MONETER TRIWULAN I 2018 Ekonomi, Moneter, dan Keuangan

Upload: others

Post on 28-Dec-2019

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN KEBIJAKAN MONETER - Bank Indonesia · 4 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2018 Bank Indonesia Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2018 tetap kuat didukung oleh

LAPORANKEBIJAKAN MONETER

TRIWULAN I 2018

Ekonomi, Moneter, dan Keuangan

Page 2: LAPORAN KEBIJAKAN MONETER - Bank Indonesia · 4 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2018 Bank Indonesia Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2018 tetap kuat didukung oleh
Page 3: LAPORAN KEBIJAKAN MONETER - Bank Indonesia · 4 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2018 Bank Indonesia Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2018 tetap kuat didukung oleh

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2018 1

Bank Indonesia mempunyai satu tujuan tunggal, yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah ini mengandung dua aspek, yaitu kestabilan nilai mata uang terhadap barang dan jasa yang terefleksi dalam inflasi yang stabil, serta kestabilan terhadap mata uang negara lain. Target inflasi tahun 2018 ditetapkan oleh pemerintah yaitu sebesar 3,5±1%. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, Bank Indonesia melaksanakan kebijakan moneter secara berkelanjutan, konsisten, transparan, dan harus mempertimbangkan kebijakan umum pemerintah di bidang perekonomian. Sesuai dengan bidang tugasnya, Bank Indonesia menempuh bauran kebijakan moneter, makroprudensial, serta sistem pembayaran dan pengelolaan uang rupiah.

Laporan Kebijakan Moneter (LKM) dipublikasikan secara triwulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada bulan Februari, Mei, Agustus, dan November. Laporan ini memiliki dua fungsi utama, yaitu: (i) menyediakan data, analisis dan proyeksi ekonomi untuk mendukung pembentukan ekspektasi, yang merupakan bagian dari kerangka kerja antisipatif dalam perumusan kebijakan moneter; dan (ii) sebagai media bagi Dewan Gubernur untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat luas mengenai berbagai pertimbangan yang melandasi keputusan kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia.

Prakata

Dewan GubernurAGUS D.W. MARTOWARDOJO Gubernur

MIRZA ADITYASWARA Deputi Gubernur Senior

ERWIN RIJANTODeputi Gubernur

SUGENG Deputi Gubernur

ROSMAYA HADI Deputi Gubernur

DODY BUDI WALUYO Deputi Gubernur

Page 4: LAPORAN KEBIJAKAN MONETER - Bank Indonesia · 4 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2018 Bank Indonesia Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2018 tetap kuat didukung oleh

Bank IndonesiaLaporan Kebijakan Moneter Triwulan I 20182

Daftar Isi

1. Ringkasan Eksekutif

2. Perkembangan Ekonomi Global

4. Prospek Perekonomian

3. Perkembangan Ekonomi Domestik dan Pasar Keuangan

Ekonomi Global

Pasar Keuangan Global

Pasar Komoditas Global

Prospek Ekonomi Global

Prospek Perekonomian Domestik

Risiko Perekonomian

Pertumbuhan Ekonomi Domestik

Neraca Pembayaran

Nilai Tukar

Inflasi

Pasar Tenaga Kerja

Pasar Keuangan

06

12

16

44

48

52

18

25

27

29

33

36

03

06

44

18

Page 5: LAPORAN KEBIJAKAN MONETER - Bank Indonesia · 4 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2018 Bank Indonesia Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2018 tetap kuat didukung oleh

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2018 3

11111111111 Ringkasan Eksekutif

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 16-17 Mei 2018 memutuskan untuk menaikkan BI 7-day Reverse Repo Rate sebesar 25 bps menjadi 4,50%, suku bunga  Deposit Facility  sebesar 25 bps menjadi 3,75%, dan suku bunga  Lending Facility  sebesar 25 bps menjadi 5,25%, berlaku efektif sejak 18 Mei 2018.Kebijakan tersebut ditempuh sebagai bagian dari bauran kebijakan Bank Indonesia untuk menjaga stabilitas perekonomian di tengah berlanjutnya peningkatan ketidakpastian pasar keuangan dunia dan penurunan likuiditas global. Bank Indonesia juga melanjutkan upaya stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai kondisi fundamentalnya dengan tetap mendorong bekerjanya mekanisme pasar. Kebijakan tersebut ditopang oleh pelaksanaan operasi moneter yang diarahkan untuk menjaga kecukupan likuiditas baik di pasar valas maupun pasar uang. Selain itu, Bank Indonesia juga menerapkan kebijakan makroprudensial, diantaranya dengan tetap mempertahankan Countercyclical Capital Buffer  (CCB) sebesar 0%, untuk menjaga stabilitas sistem keuangan dan mendorong fungsi intermediasi perbankan. Koordinasi kebijakan dengan Pemerintah dan otoritas terkait terus diperkuat untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan serta memperkuat implementasi reformasi struktural. Bank Indonesia memandang bauran kebijakan yang telah ditempuh sebelumnya dan respons saat ini konsisten dengan upaya menjaga inflasi agar tetap berada dalam kisaran sasaran 3,5±1% pada 2018 dan 2019 serta mengelola ketahanan sektor eksternal. Ke depan, Bank Indonesia akan terus memonitor perkembangan ekonomi dan siap menempuh langkah-langkah yang lebih kuat guna memastikan tetap terjaganya stabilitas makroekonomi.

Pertumbuhan ekonomi global 2018 diprakirakan semakin baik, meskipun di saat bersamaan sedang berlangsung proses penyesuaian likuiditas global. Pertumbuhan ekonomi global 2018 diperkirakan mencapai 3,9%, lebih tinggi dari prakiraan sebelumnya sebesar 3,8%, terutama didorong  oleh akselerasi ekonomi AS yang bersumber dari penguatan investasi dan konsumsi, di tengah  berlanjutnya normalisasi kebijakan moneter AS. Dari Eropa, pertumbuhan ekonomi juga diperkirakan tumbuh lebih tinggi didukung perbaikan ekspor dan konsumsi serta kebijakan moneter yang akomodatif. Dari negara berkembang, pertumbuhan ekonomi Tiongkok diperkirakan tetap cukup tinggi ditopang kenaikan konsumsi dan investasi swasta serta proses penyesuaian ekonomi yang berjalan dengan baik. Prospek pemulihan ekonomi global yang membaik tersebut akan meningkatkan volume perdagangan dunia yang berdampak pada tetap kuatnya harga komoditas, termasuk komoditas minyak, pada 2018. Di tengah tren penguatan ekonomi dunia, likuiditas dolar AS cenderung mengetat, yang kemudian mendorong kenaikan imbal hasil surat utang AS dan penguatan dolar AS sehingga menekan banyak mata uang lainnya. Ke depan, sejumlah risiko perekonomian global tetap perlu diwaspadai, antara lain, kenaikan FFR dan imbal hasil surat utang AS, kenaikan harga minyak, ketegangan hubungan dagang AS-Tiongkok, serta isu geopolitik terkait pembatalan kesepakatan nuklir antara AS dan Iran.

Page 6: LAPORAN KEBIJAKAN MONETER - Bank Indonesia · 4 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2018 Bank Indonesia Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2018 tetap kuat didukung oleh

Bank IndonesiaLaporan Kebijakan Moneter Triwulan I 20184

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2018 tetap kuat didukung oleh permintaan domestik. Pertumbuhan PDB triwulan I 2018 tercatat 5,06% (yoy), lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 5,01% (yoy), ditopang investasi yang naik dan konsumsi swasta yang tetap kuat. Investasi tumbuh tinggi sebesar 7,95% (yoy), meningkat dari pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 7,27% (yoy), sehingga merupakan capaian tertinggi dalam lima tahun terakhir. Pertumbuhan investasi terutama didorong investasi nonbangunan yang membaik untuk mendukung kebutuhan proses produksi yang meningkat. Investasi bangunan juga masih tumbuh tinggi seiring dengan proyek infrastruktur Pemerintah. Konsumsi swasta yang tetap kuat terutama didorong oleh meningkatnya belanja terkait penyelenggaraan Pilkada. Kuatnya permintaan domestik kemudian mendorong pertumbuhan impor yang cukup tinggi, khususnya impor barang modal dan bahan baku. Sementara itu, ekspor tetap tumbuh, meskipun melambat dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya. Secara spasial, perbaikan kinerja ekonomi terjadi di wilayah Jawa, Bali, Maluku, dan Papua. Ke depan, Bank Indonesia memprakirakan pertumbuhan ekonomi 2018 tetap berada pada kisaran 5,1-5,5%.

Defisit transaksi berjalan triwulan I 2018 menurun sehingga menopang ketahanan sektor eksternal perekonomian Indonesia. Defisit transaksi berjalan tercatat 5,5 miliar dolar AS (2,1% dari PDB) pada triwulan I 2018, lebih rendah dari defisit pada triwulan sebelumnya yang mencapai 6,0 miliar dolar AS (2,3% dari PDB). Penurunan defisit transaksi berjalan terutama dipengaruhi oleh penurunan defisit neraca jasa dan peningkatan surplus neraca pendapatan sekunder. Sementara itu, transaksi modal dan finansial tetap mencatat surplus di tengah tingginya ketidakpastian di pasar keuangan global. Surplus transaksi modal dan finansial pada triwulan I 2018 tercatat 1,9 miliar dolar AS, terutama ditopang oleh aliran masuk investasi langsung yang masih cukup tinggi sehingga mencerminkan tetap positifnya persepsi investor terhadap prospek perekonomian Indonesia. Pada April 2018, neraca perdagangan mengalami defisit 1,63 miliar dolar AS terutama karena peningkatan impor nonmigas sejalan dengan peningkatan aktivitas ekonomi. Posisi cadangan devisa pada April 2018 tercatat 124,9 miliar dolar AS, setara dengan pembiayaan 7,7 bulan impor atau 7,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Ke depan, sejalan dengan membaiknya pertumbuhan ekonomi domestik, defisit transaksi berjalan pada 2018 diperkirakan berada dalam kisaran 2,0-2,5% dari PDB, tetap terkendali dalam batas yang aman yaitu tidak melebihi 3,0% dari PDB.

Nilai tukar rupiah mengalami depresiasi pada triwulan I 2018 dipicu penguatan dolar AS yang terjadi dalam skala global. Secara point-to-point , rupiah melemah sebesar 1,47% pada triwulan I 2018  dan 1,06% pada April 2018. Perkembangan nilai tukar rupiah masih terkendali ditopang oleh fundamental ekonomi Indonesia yang terjaga dan langkah stabilisasi secara terukur yang ditempuh Bank Indonesia. Langkah stabilisasi nilai tukar rupiah di periode penyesuaian likuiditas global ini juga ditopang upaya mengoptimalkan instrumen operasi moneter untuk tetap menjaga ketersediaan likuditas. Ke depan, Bank Indonesia terus mewaspadai risiko ketidakpastian pasar keuangan global dengan tetap melakukan langkah-langkah stabilisasi nilai tukar sesuai nilai fundamentalnya, serta menjaga bekerjanya mekanisme pasar dan didukung upaya-upaya pengembangan pasar keuangan.

Page 7: LAPORAN KEBIJAKAN MONETER - Bank Indonesia · 4 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2018 Bank Indonesia Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2018 tetap kuat didukung oleh

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2018 5

Inflasi pada April 2018 tetap terkendali dalam kisaran sasaran ditopang oleh koreksi harga pangan dan ekspektasi yang terjaga. Inflasi IHK pada April 2018 mencapai 0,10% (mtm), melambat dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya yang tercatat 0,20% (mtm). Secara tahunan, inflasi IHK tercatat 3,41% (yoy) sehingga berada dalam kisaran sasaran inflasi 3,5±1% (yoy). Terkendalinya inflasi didukung oleh deflasi volatile food dan perlambatan inflasi inti, sedangkan inflasi administered prices tercatat naik. Inflasi inti yang terkendali tidak terlepas dari konsistensi kebijakan moneter Bank Indonesia dalam menjaga inflasi. Inflasi volatile food yang mencatat deflasi dipengaruhi koreksi harga beberapa komoditas pangan. Sementara itu, inflasi kelompok  administered prices yang meningkat bersumber dari penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi. Ke depan, inflasi diperkirakan tetap berada pada sasaran inflasi 2018, yaitu 3,5±1% (yoy). Koordinasi kebijakan Pemerintah dan Bank Indonesia dalam mengendalikan inflasi akan terus diperkuat terutama sebagai antisipasi meningkatnya inflasi volatile food didorong oleh  pola musiman bulan Ramadhan dan Lebaran.

Kondisi sistem keuangan tetap stabil disertai intermediasi perbankan yang membaik.  Stabilitas sistem keuangan yang terjaga tercermin pada rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) perbankan yang cukup tinggi mencapai 22,5% dan rasio likuiditas (AL/DPK) yang masih aman yaitu sebesar 21,2% pada Maret 2018. Di samping itu, rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) menurun menjadi 2,75% (gross) atau 1,25% (net) pada Maret  2018. Stabilitas sistem keuangan yang terjaga ini berkontribusi positif pada perbaikan fungsi intermediasi perbankan. Rata-rata suku bunga deposito dan kredit rupiah masih menurun, meski terbatas, menjadi 5,84% dan 11,20% pada Maret 2018. Pertumbuhan kredit pada Maret 2018 tercatat sebesar 8,5% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 8,2% (yoy). Sementara itu, pembiayaan ekonomi melalui pasar modal pada Maret 2018 tetap tinggi mencapai Rp42,9 triliun (gross), bersumber dari penerbitan obligasi korporasi,  medium  term  notes, dan  Negotiable  Certificate of  Deposit  (NCD).  Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada Maret 2018 tercatat 7,7% (yoy), turun dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya yang mencapai 8,4% (yoy). Dengan perbaikan ekonomi dan kemajuan konsolidasi korporasi dan perbankan, Bank Indonesia memprakirakan pertumbuhan Kredit dan DPK akan lebih baik pada 2018, masing-masing dalam kisaran 10,0-12,0% (yoy) dan 9,0-11,0% (yoy). Bank Indonesia akan terus memantau dan memitigasi dampak perkembangan nilai tukar dan suku bunga terhadap stabilitas sistem keuangan, baik terkait aspek likuiditas, permodalan, maupun risiko kredit, guna mengoptimalkan intermediasi perbankan yang sehat.

Page 8: LAPORAN KEBIJAKAN MONETER - Bank Indonesia · 4 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2018 Bank Indonesia Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2018 tetap kuat didukung oleh

Bank IndonesiaLaporan Kebijakan Moneter Triwulan I 20186

2 Perkembangan Ekonomi Global

PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA

Pemulihan ekonomi global pada triwulan I 2018 berlanjut, terutama didorong oleh semakin membaiknya perekonomian negara maju. Di negara maju, membaiknya perekonomian terutama didorong oleh ekonomi AS yang tumbuh akseleratif. Sejalan dengan hal tersebut, pasar tenaga kerja AS terus membaik dan tekanan inflasi mengalami peningkatan. Sementara itu, ekonomi Eropa masih tumbuh solid didukung oleh perkembangan positif pasar tenaga kerja serta tetap terjaganya risiko geopolitik dan stabilitas sistem keuangan. Namun, inflasi eropa masih jauh di bawah target. Di negara berkembang, perekonomian Tiongkok masih tumbuh solid ditopang oleh kuatnya konsumsi dan investasi swasta.

Ekonomi AS tumbuh akseleratif didorong oleh meningkatnya inventory, sebagai antisipasi pertumbuhan ekonomi kedepan yang lebih kuat, dan pengeluaran pemerintah yang lebih besar. Pada triwulan I 2018, ekonomi AS tumbuh 2,9%, lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh 2,6% (Grafik 2.1). Peningkatan inventory merupakan antisipasi pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat kedepan. Sementara itu, meningkatnya pengeluaran pemerintah AS didorong oleh kenaikan belanja wajib salah satunya untuk pembayaran manfaat jaminan sosial dan kesehatan serta program militer. Selain itu, indikasi positif kinerja produksi juga terus berlanjut pada triwulan I 2018. Hal ini tercermin dari ISM All Economy yang tetap terjaga pada level yang tinggi serta PMI Manufaktur dan kapasitas utilisasi yang meningkat. Sejalan dengan hal tersebut, aktivitas ekspor dan impor juga

Pertumbuhan Ekonomi ASGra� k 2.1

Sumber: Bloomberg, diolah

-2

-1

0

1

2

3

4

5

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I2013 2014 2015 2016 2017 2018

%

KonsumsiInvestasi TetapNet EksporPengeluaran PemerintahInventoriPDB

Page 9: LAPORAN KEBIJAKAN MONETER - Bank Indonesia · 4 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2018 Bank Indonesia Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2018 tetap kuat didukung oleh

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2018 7

tercatat masih solid. Meski demikian, kinerja investasi baik investasi residensial maupun nonresidensial tercatat melambat meskipun masih tumbuh cukup tinggi. Konsumsi pada triwulan I 2018 juga tumbuh melambat. Melambatnya konsumsi terutama bersumber dari menurunnya konsumsi barang tahan lama yang tercermin dari koreksi pada pertumbuhan kendaraan bermotor. Selain itu, melambatnya konsumsi juga disebabkan oleh komponen jasa yang tumbuh lebih rendah dari triwulan sebelumnya sejalan dengan perlambatan pada komponen rekreasi dan makanan serta akomodasi.

Sejalan dengan akselerasi pertumbuhan ekonomi AS, perbaikan di pasar tenaga kerja AS juga terus berlanjut. Kondisi tersebut tercermin dari tingkat pengangguran pada triwulan I 2018 yang menurun menjadi 4,1% dan berada di bawah NAIRU (Nonaccelerating Inflation Rate of Unemployment). Meski demikian, tingkat upah pada April 2018 hanya tumbuh moderat (Grafik 2.2). Hal ini dipengaruhi masih adanya labor slack yang disebabkan oleh beberapa permasalahan struktural yakni populasi yang menua, tingginya unemployment benefit, mismatch tenaga kerja, serta preferensi perusahaan untuk menggunakan pekerja paruh waktu.

Tekanan inflasi AS pada triwulan I 2018 meningkat. Inflasi IHK dan inflasi inti AS pada triwulan I 2018 masing-masing tercatat sebesar 2,4% (yoy) dan 2,1% (yoy), meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 2,1% (yoy) dan 1,8% (yoy) (Grafik 2.3). Meningkatnya tekanan inflasi tersebut terutama didorong oleh tingginya inflasi shelter, jasa kesehatan, pakaian, komunikasi, dan energi. Disamping itu, ekspektasi inflasi dalam jangka pendek terus meningkat dan berada di atas target 2%. Rata-rata ekspektasi inflasi AS berdasarkan consensus forecast Maret 2018 tercatat sebesar 2,4% (yoy), meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya 2,1% (yoy).

Tingkat Pengangguran dan Upah ASGra� k 2.2

Sumber: Bloomberg, diolah

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

1,0

1,5

2,0

2,5

3,0

3,5

4,0

4,5

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

Tk. PengangguranWage Growth (Fed Atlanta) M12 (Skala kanan)

% yoy % yoy

Perkembangan In� asi ASGra� k 2.3

Sumber: Bloomberg, diolah

1,81,7

2,1

2,5

2,0

0,0

1,7

2,1

1,9

2018

2017

2019

PCE Proj CPI (YoY) PCE (YoY) PCE (mtm)Target 2% CPI core (YoY) PCE inti (YoY)

%

1

2015 2016 2017 2018

3 5 7 9 11 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4-1,0

-0,5

0,0

0,5

1,0

1,5

2,0

2,5

3,0

Page 10: LAPORAN KEBIJAKAN MONETER - Bank Indonesia · 4 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2018 Bank Indonesia Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2018 tetap kuat didukung oleh

Bank IndonesiaLaporan Kebijakan Moneter Triwulan I 20188

Defisit fiskal AS yang meningkat, sejalan dengan kebijakan stimulus fiskal yang ditempuh, mendorong kenaikan yield obligasi Pemerintah AS. Defisit fiskal AS hingga triwulan I 2018 tercatat mencapai 374,75 milliar dolar AS, meningkat sebesar 18,2% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (Grafik 2.4). Peningkatan defisit yang terjadi sejalan dengan tingginya pengeluaran pemerintah AS di tengah penerimaan yang terbatas, sebagai dampak dari adanya kebijakan tax reform. Dengan perkembangan tersebut, defisit fiskal AS pada 2018 diprakirakan meningkat hingga kisaran 4%, lebih tinggi dari rata-rata historisnya yang berada dibawah 3%. Kondisi tersebut kemudian memicu kenaikan yield AS mendekati 3% pada triwulan I 2018.

Perekonomian Eropa pada triwulan I 2018 masih tumbuh solid. Ekonomi Eropa pada triwulan I 2018 tumbuh 2,5%, lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya (Grafik 2.5). Kondisi tersebut ditopang oleh konsumsi yang tetap kuat sejalan dengan kinerja positif tenaga kerja dan upah serta tingkat keyakinan konsumen yang menunjukkan kinerja positif, meski sedikit terkoreksi pada Maret 2018. Disamping itu, risiko geopolitik dan stabilitas sistem keuangan yang tetap terjaga juga turut menopang perekonomian Eropa (Grafik 2.6). Di sisi lain, kinerja investasi pada triwulan I 2018 tertahan oleh melambatnya investasi peralatan mesin. Berbeda dengan investasi peralatan mesin, investasi konstruksi masih menunjukkan tren peningkatan yang tercermin pada leading indicator tingkat keyakinan konstruksi Eropa yang masih positif.

Solidnya ekonomi Eropa kemudian memberikan dampak terhadap perbaikan tenaga kerja Eropa. Hal ini tercermin dari tingkat pengangguran yang terus menurun mencapai 8,5% pada triwulan I 2018. Namun, masih terdapat slack tenaga kerja yang terindikasi dari masih tingginya pekerja paruh waktu (underemployed) dan

Kondisi Fiskal ASGra� k 2.4

Sumber: Bloomberg, diolah

4

2

0

-2

-4

-6

-8

-10

% yoy

1968 1973 1978 1983 1988 1993 1998 2003 2008 2013 2018 2023 2028

Surplus

De�sitRata-rata De�sit,

1968 - 2017(-2,9%)

Aktual Perkiraan

Pertumbuhan Ekonomi EropaGra� k 2.5

CDS 5Y Beberapa Negara EropaGra� k 2.6

Sumber: Bloomberg, diolah

2,72,5

-3

-2

-1

0

1

2

3

4

5

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Konsumsi Investasi Pengeluaran PemerintahNet Ekspor PDB

% yoy

Sumber: Bloomberg, diolah

Indonesia Italia Jerman Perancis Spanyol

25

-25

75

125

175

225

275

325

2015 2016 2017 2018

2 4 6 8 10 122 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4

Indeks

Page 11: LAPORAN KEBIJAKAN MONETER - Bank Indonesia · 4 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2018 Bank Indonesia Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2018 tetap kuat didukung oleh

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2018 9

jumlah penganggur yang tidak aktif mencari pekerjaan (available employee but not seeking work) (Grafik 2.7). Kondisi tersebut kemudian berdampak pada pertumbuhan upah yang moderat sebesar 3,80%, lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada 2008 yang mencapai 5,38%.

Inflasi Eropa masih berada pada level yang rendah di bawah target ECB. Inflasi IHK pada Triwulan I 2018 tercatat 1,3%, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya 1,4% (Grafik 2.8). Penurunan ini disebabkan oleh turunnya harga pada kelompok energi dan makanan terutama makanan jadi. Berbeda dengan pergerakan inflasi IHK, inflasi IHK inti pada Triwulan I 2018 tercatat sebesar 1,0% atau naik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya 0,9%. Meski demikian, ekspektasi inflasi masih terkelola dibawah target inflasi ECB.

Ekonomi Jepang diprakirakan tetap tumbuh cukup baik pada triwulan I 2018, ditopang oleh solidnya kinerja investasi. Ekonomi Jepang diprakirakan tumbuh 1,7%, lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya meskipun melambat jika dibandingkan triwulan sebelumnya (2,1%). Kinerja investasi yang masih tetap solid menjadi motor penggerak ekonomi Jepang pada triwulan I 2018. Kondisi tersebut tercermin dari indikator PMI Manufaktur yang menunjukkan tren peningkatan sejak pertengahan tahun 2016 (Grafik 2.9). Solidnya kinerja investasi juga didukung oleh kinerja positif sektor industri yang tercermin dari tren kenaikan tingkat keyakinan bisnis. Sementara itu, dukungan konsumsi masih terbatas yang tercermin dari tertahannya pertumbuhan pendapatan rumah tangga riil, penjualan ritel, dan penjualan kendaraan (Grafik 2.10). Dukungan net ekspor pada triwulan I 2018 juga melemah yang terindikasi dari surplus neraca perdagangan yang lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya sejalan dengan tren penguatan mata uang JPY.

Perkembangan In� asi EropaGra� k 2.8

Sumber: Bloomberg, diolah

-2

-1

0

1

2

3

4

1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

%

Target ECB In�asi IHK 2%

IHK Inti (yoy)IHK (yoy)

IHK (mtm)

PMI Manufaktur JepangGra� k 2.9

Sumber: Bloomberg, diolah

44

46

48

50

52

54

56

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3

2015 2016 2017 2018

PMI Manufaktur Rata-rata 3 Bulan

% yoy

Penjualan Ritel JepangGra� k 2.10

Sumber: Bloomberg, diolah

1,00

-10

-5

0

5

10

15% yoy

Penjualan Ritel yoy3 per. Mov. Avg. (Penjualan Ritel yoy)

1

2014 2015 2016 2017 2018

4 7 10 4 7 101 4 7 101 4 7 101 1 3

Indikator Slack Tenaga Kerja di EropaGra� k 2.7

Sumber: Bloomberg, diolah

3,3

3,7

3,6

3,9

3,0

3,2

3,4

3,6

3,8

4,0

4,2

4,4

4,6

4,8

3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

%

Tidak aktif mencari pekerjaanPekerja Paruh Waktu

Page 12: LAPORAN KEBIJAKAN MONETER - Bank Indonesia · 4 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2018 Bank Indonesia Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2018 tetap kuat didukung oleh

Bank IndonesiaLaporan Kebijakan Moneter Triwulan I 201810

Perbaikan kinerja positif ekonomi Jepang berdampak pada perbaikan pasar tenaga kerja Jepang yang disertai dengan peningkatan upah secara gradual. Membaiknya pasar tenaga kerja Jepang terindikasi dari menurunnya tingkat pengangguran pada triwulan I 2018 ke level 2,5%, lebih rendah dari periode sebelumnya sebesar 2,7%. Perbaikan tersebut didukung oleh ketersediaan lapangan kerja yang ditunjukkan oleh meningkatnya rasio job to applicant dan diikuti oleh perbaikan tingkat upah nominal secara gradual (Grafik 2.11).

Inflasi Jepang bergerak stabil di bawah target Bank of Japan. Inflasi IHK pada Triwulan I 2018 tercatat sebesar 1,1%, sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya 1,0% (yoy). Peningkatan inflasi bersumber dari kelompok barang tahan lama dan kelompok makanan dan energi. Sementara itu, inflasi inti relatif stabil dibandingkan dengan periode sebelumnya dan masih di bawah target Bank of Japan sebesar 2% (Grafik 2.12).

Perekonomian Tiongkok masih solid, ditopang oleh masih kuatnya konsumsi dan investasi swasta. Pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada triwulan I 2018 mencapai 6,8%, relatif sama dengan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi yang masih solid tersebut terutama ditopang oleh masih kuatnya konsumsi yang terkonfirmasi dari meningkatnya tingkat keyakinan konsumen dan penjualan ritel khususnya kendaraan bermotor, perhiasan, dan kosmetik (Grafik 2.13). Masih solidnya konsumsi di Tiongkok didukung oleh pinjaman rumah tangga yang tumbuh tinggi di tengah melambatnya pertumbuhan pendapatan. Selain itu, pertumbuhan ekonomi Tiongkok juga didorong oleh meningkatnya investasi swasta khususnya real estate, di tengah investasi publik yang terus menurun akibat program rebalancing perekonomian (Grafik 2.14). Peningkatan investasi real estate didorong oleh kenaikan harga tanah dan menguatnya ekspektasi pelonggaran

Indikator Tenaga Kerja JepangGra� k 2.11

Sumber: Bloomberg, diolah

2,5

1,59

31

25

26

27

28

29

30

31

32

0,5

1,0

1,5

2,5

2,0

3,5

3,0

4,5

4,0

5,0

Tingkat PengangguranRasio Pelamar KerjaRasio Pekerja Paruh Waktu (Skala kanan)

% %

3

2014 2015 2018

6 9 12 6 9 123

2016

6 9 123

2016

6 9 123 1 3

Perkembangan In� asi JepangGra� k 2.12

Penjualan Ritel dan Pinjaman Rumah Tangga TiongkokGra� k 2.13

Fixed Asset Investment (FAI) Berdasarkan SektorGra� k 2.14

Sumber: Bloomberg, diolah

1

2015

3 5 7 9 11 1

2016

3 5 7 9 11 1

2017 2018

3 1 35 7 9 11-1

0

1

2

3Tokyo IHK IHKIHK Selain Bahan Makanan IHK Selain Makanan Jadi & Energi

% yoy

Sumber: Bloomberg, diolah

20,0

3,5

10,1

-10

0

10

20

30

40

50

60

70

2008

2 8 2 8 2 8 2 8 2 8 2 8 2 8 2 8 2 2 8 28

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Pinjaman Rumah TanggaPenjualan Ritel Kendaraan BermotorPenjualan Ritel

% yoy

Sumber: JP MorganKeterangan: Data merupakan data akumulatif

20153 5 7 9 11 1

20163 5 7 9 11 1

2017 2018

3 1 35 7 9 11

7,5

7,7

13

3,8

-5

0

5

10

15

20

25

30FAI FAI Real Estate FAI Infrastruktur FAI Manufaktur

% yoy

Page 13: LAPORAN KEBIJAKAN MONETER - Bank Indonesia · 4 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2018 Bank Indonesia Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2018 tetap kuat didukung oleh

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2018 11

kebijakan pemerintah. Dari sisi eksternal, neraca perdagangan Tiongkok pada triwulan I 2018 masih mencatatkan surplus. Adanya peningkatan tensi hubungan dagang Tiongkok dengan AS masih berdampak minimal terhadap ekspor Tiongkok dalam jangka pendek yang tercermin pada membaiknya PMI New Export Order pada triwulan I 2018.

Sejalan dengan masih kuatnya konsumsi, pasar tenaga kerja Tiongkok terus membaik. Tingkat pengangguran pada triwulan I 2018 terus menurun, bahkan terendah secara historis (Grafik 2.15). Membaiknya pasar tenaga kerja juga didukung oleh permintaan yang kuat serta meningkatnya ketersediaan lapangan pekerjaan. Pada triwulan I 2018, terdapat 3,3 juta lapangan pekerjaan tercipta sejalan dengan pemulihan ekonomi yang berlangsung.

Inflasi Tiongkok pada triwulan I 2018 meningkat. Inflasi IHK Tiongkok pada triwulan I 2018 tercatat sebesar 2,1%, lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya 1,8%. Meskipun meningkat, harga-harga barang dan jasa pada akhir triwulan I 2018 telah kembali normal pascameningkatnya tekanan inflasi pada saat berlangsungnya libur tahun baru China. Secara komponen, baik inflasi inti, inflasi makanan, maupun inflasi non-makanan melambat di kisaran 2% (yoy) (Grafik 2.16).

Perekonomian India pada triwulan I 2018 diprakirakan meningkat, ditopang oleh mulai pulihnya konsumsi dan meningkatnya investasi. Mulai pulihnya konsumsi antara lain terindikasi dari berlanjutnya tren positif pertumbuhan kredit komersial serta produksi dan penjualan kendaraan (Grafik 2.17). Selain itu, indikasi meningkatnya aktivitas konsumsi juga tercermin pada naiknya pertumbuhan rata-rata gaji harian di berbagai sektor pekerjaan. Pulihnya ekonomi India juga terindikasi dari kinerja sektor industri yang membaik. Hal ini tercermin dari berlanjutnya

Tingkat Pengangguran TiongkokGra� k 2.15

Sumber: Bloomberg, diolah

2

2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

6 10 2 6 10 2 6 10 2 6 10 2 6 10 2 26 10

51,8

51,6

50,3

51,5

3,7

3,8

3,9

4

4,1

4,2

4,3

4,448

49

50

51

52

53

54

55%Indeks

Keyakinan KonsumenTingkat Pengangguran (Skala kanan)

Perkembangan In� asi TiongkokGra� k 2.16

Sumber: Bloomberg

-6

-4

-2

0

2

4

6

8

10

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3

2015 2016 2017 2018

% yoy

Tiongkok IHK Selain MakananIHKTiongkok IHK MakananTiongkok IHK inti

Perkembangan Penjualan Kendaraan di IndiaGra� k 2.17

Sumber: Bloomberg

5,6 6,0

-25

-15

-5

5

15

25

35

0

2

4

6

8

10

12

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1-F2015 2016 2017 2018

%%

KonsumsiPenjualan Kendaraan personal berpenumpang (Skala kanan)2 per. Mov. Avg. (Penjualan Kendaraan personal berpenumpang (Skala kanan))

Page 14: LAPORAN KEBIJAKAN MONETER - Bank Indonesia · 4 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2018 Bank Indonesia Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2018 tetap kuat didukung oleh

Bank IndonesiaLaporan Kebijakan Moneter Triwulan I 201812

tren kenaikan indeks Industrial Production (IP) hingga Februari 2018 serta perkembangan indikator dini PMI manufaktur yang masih tetap berada pada level ekspansif. Sejalan dengan hal tersebut, peningkatan investasi juga terus berlanjut yang tercermin dari kenaikan produksi industri manufaktur sektor peralatan dan alat angkut (Grafik 2.18). Di sisi eksternal, defisit neraca perdagangan tercatat masih tinggi seiring dengan tren perlambatan pertumbuhan ekspor di tengah pertumbuhan impor yang masih tinggi.

Inflasi IHK India melemah dan masih berada dalam kisaran target inflasi 4 ± 2%. Inflasi IHK India pada Triwulan I 2018 tercatat sebesar 4,3% (yoy), menurun dari triwulan sebelumnya yang sebesar 5,2% (yoy) (Grafik 2.19). Penurunan inflasi terutama disumbang oleh kelompok bahan makanan, khususnya komoditi sayuran. Sementara itu, inflasi inti (tidak termasuk makanan, tembakau dan energi) pada triwulan I 2018 tercatat sebesar 5,2% (yoy), meningkat dari triwulan sebelumnya 4,9% (yoy). Peningkatan inflasi inti tersebut tidak terlepas dari kenaikan bantuan sosial oleh Pemerintah, antara lain berupa bantuan sewa rumah untuk PNS dan bantuan sosial lainnya.

PASAR KEUANGAN GLOBAL

Risiko pasar keuangan global pada triwulan I 2018 mengalami peningkatan. Hal tersebut tercermin dari kenaikan VIX yang sempat mencapai 19,97 pada bulan Maret 2018 (Grafik 2.20). Meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global antara lain didorong oleh persepsi pasar terhadap potensi kenaikan FFR yang lebih agresif sehingga tidak hanya berdampak pada pasar saham AS namun juga pasar keuangan dunia dan respon kebijakan moneter di negara lain. Disamping itu, kenaikan harga minyak dan memanasnya geopolitik di semenanjung Korea dan Timur Tengah juga turut meningkatkan risiko pasar keuangan tersebut.

Industrial Production IndiaGra� k 2.18

Sumber: Bloomberg

-0,3

-0,2

-0,1

0,0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5Indeks

Manufaktur perlengkapan listrikManufaktur mesin dan perlengkapan n.e.cManufaktur kendaraan bermotor, trailer, dan semi-trailerManufaktur perlengkapan transport lainnya

2

2015

4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 24 6 8 10 12

2016 2017 2018

In� asi IHK India Menurut KontribusiGra� k 2.19

Sumber: Bloomberg

-2

0

2

4

6

8

10

2015

7 9 11 7 9 111 3 5 7 9 111 3 1 35

2016 2017 2018

% yoy

Makanan dan Minuman Tembakau dan Miras Bahan bakar dan lampuInti IHK

Risiko Pasar KeuanganGra� k 2.20

Sumber: Bloomberg

0

5

10

15

20

25

30

35

20124 8 12 4 8 12 4 8 12 4 8 12 4 8 12 4 8 2 512

2013 2014 2015 2016 2017 2018

Indeks

CDS Indonesia VIX (Skala kanan)

Page 15: LAPORAN KEBIJAKAN MONETER - Bank Indonesia · 4 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2018 Bank Indonesia Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2018 tetap kuat didukung oleh

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2018 13

Respons Kebijakan Global

Di AS, sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang terus membaik, normalisasi kebijakan moneter terus ditempuh baik melalui peningkatan suku bunga kebijakan maupun balance sheet reduction. Normalisasi kebijakan AS telah berlangsung sejak akhir 2015 melalui peningkatan suku bunga kebijakan sebanyak 5 kali dengan total kenaikan 125 bps. Normalisasi juga dilakukan dengan balance sheet reduction yang dimulai pada Oktober 2017.

Federal Open Market Committee (FOMC) bulan April 2018 memutuskan untuk menaikkan suku bunga Fed Fund Rate (FFR) sebesar 25 bps. Lebih lanjut, dot plot FOMC mengindikasikan untuk keseluruhan 2018, FFR diperkirakan naik sebanyak tiga kali. Namun, risiko kenaikan FFR empat kali semakin meningkat (Grafik 2.21). Terkait hal tersebut The Fed diperkirakan masih mencermati dampak dari kebijakan tax reform, dinamika inflasi dan risiko dampak negatif trade war pada perekonomian AS. Sementara itu, peningkatan suku bunga kebijakan diperkirakan berlanjut di 2019 dengan kenaikan sebanyak 3x. Sehingga, total kenaikan FFR diperkirakan sebanyak 6x pada 2018-2019.

Terkait balance sheet reduction, The Fed terus menurunkan kepemilikan atas US Treasury (UST) & Mortgage Backed Securities (MBS) sebesar 54 miliar dollar & 17 miliar dollar pada triwulan I 2018. Penurunan kepemilikan The Fed atas UST sesuai dengan caps, yaitu 6 miliar dollar/bulan pada Oktober-Desember 2017 & 12 miliar dollar/bulan pada Januari-Maret 2018 (Grafik 2.22). Sementara itu, kepemilikan The Fed atas MBS turun dibawah caps, hanya 17 miliar dollar pada Oktober 2017-Maret 2018 (caps 4 miliar dollar/bulan pada Oktober-Desember 2017 & 8 miliar dollar/bulan pada Januari-Maret 2018).

Fed Fund Rate (FFR)Gra� k 2.21

-8

-6

-4

-2

0

2

4

6

8%

GAP (termasuk BS reduction)

Sumber: Bloomberg

FFR dan Proyeksi FFR

FFR menggunakan Yellen Rule

FFR + BS reduction

2000 2002 2004 2006 2007 2010 2012 2014 2016 2018 2020

Perkembangan Balance Sheet Reduction ASGra� k 2.22

Sumber: Bloomberg

2.4662.460 2.457

2.454 2.4542.448 2.436

2.4362.424

2.424 2.4252.413

2.395

2.340

2.360

2.380

2.400

2.420

2.440

2.460

2.480

2.500Juta dolar AS

UST

9 10 11 12

2017 20181 2 3 4 5

Page 16: LAPORAN KEBIJAKAN MONETER - Bank Indonesia · 4 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2018 Bank Indonesia Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2018 tetap kuat didukung oleh

Bank IndonesiaLaporan Kebijakan Moneter Triwulan I 201814

Di Eropa, European Central Bank (ECB) masih menempuh Quantitative Easing (QE) sampai dengan September 2018 dengan tidak menaikkan suku bunga kebijakan. Kenaikan suku bunga kebijakan diperkirakan baru akan dilakukan pada 2019 seiring dengan rencana berakhirnya net Asset Purchase Program (APP) pada akhir tahun 2018 (Diagram 2.1). Belum ditempuhnya kenaikan suku bunga juga disebabkan oleh inflasi pada 2018 yang diperkirakan masih berada cukup jauh dari targetnya serta aktivitas perekonomian 2018 yang diperkirakan masih akan termoderasi.

Sama halnya dengan Eropa, Bank of Japan (BoJ) memutuskan untuk mempertahankan kebijakan moneternya. BoJ diperkirakan belum akan menaikkan suku bunga kebijakan pada 2018 mengingat pertumbuhan ekonomi 2018 yang masih terbatas. Selain itu, respons kebijakan juga berdasarkan pertimbangan inflasi yang meningkat, namun masih berada di bawah target 2%. Meskipun demikian, BoJ akan tetap mencermati risiko pertumbuhan ekonomi 2018 yang lebih tinggi dan risiko tekanan harga yang lebih besar mengingat adanya kebijakan tax reform yang berpotensi memberikan dampak pada akselerasi konsumsi dan investasi.

People’s Bank of China (PBoC) menempuh pelonggaran kebijakan moneter secara terbatas. Hal ini ditempuh dengan menurunkan required reserve ratio (RRR) sebesar 100bps sebagai respons terhadap perlambatan total social financing (TSF) pada Triwulan I 2018 akibat deleveraging. Penurunan RRR tersebut diharapkan berdampak pada funding cost perbankan yang membaik dan likuiditas yang terjaga sehingga akan meningkatkan profit perbankan. Disamping itu, penurunan RRR juga ditujukan untuk mendorong pembiayaan ke UKM, dan membentuk persepsi bahwa stance kebijakan PBoC bergeser dari kebijakan moneter ketat (tight bias) ke netral dan berhati-hati (prudent dan neutral). Sementara

Path Normalisasi Kebijakan Moneter ECBDiagram 2.1

II III

2018 2019

Penurunan pembelian jumlahaset bulanan

Re� Ratemeningkat

Penetapan tanggalberakhirnya QuantitativeEasing(QE), perubahan arahkebijakan suku bunga

Suku BungaDeposito Meningkat Penempatan

kembali hutangjatuh tempohingga 2020

Perubahan Forward Guidance untuk pembelian aset

Arah kebijakan ke depanMilestones ECB dalam melakukan normalisasi kebijakan moneter

IV III III IV

2020 atau setelahnya

Sumber: Bloomberg

Page 17: LAPORAN KEBIJAKAN MONETER - Bank Indonesia · 4 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2018 Bank Indonesia Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2018 tetap kuat didukung oleh

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2018 15

itu, PBoC menaikkan suku bunga kebijakannya sebesar 5bps sebagai respons atas kenaikan FFR 25bps pada Maret 2018.

Berbagai perkembangan ekonomi dan respons kebijakan yang ditempuh, terutama oleh The Fed mendorong terjadinya global liquidity rebalancing (penyeimbangan liquiditas global). Kenaikan yield obligasi Pemerintah AS yang mencapai 3% memicu turunnya arus modal masuk ke negera berkembang (Grafik 2.23). Tidak hanya aliran modal ke negara berkembang menurun, namun juga terjadi realokasi tujuan investasi di negara berkembang. Masuknya Tiongkok dalam indeks Morgan Stanley Capital International (MSCI) diperkirakan akan memengaruhi penempatan dana global di negara berkembang yang lain.

Kenaikan yield obligasi pemerintah AS diikuti oleh peningkatan yield di negara lain. Yield UST 10Y diperkirakan akan melanjutkan kenaikan yang dipengaruhi oleh defisit fiskal AS yang diprakirakan tetap besar (Grafik 2.24). Sejalan dengan itu, yield obligasi pemerintah 10 tahun beberapa negara Eropa seperti Perancis dan Jerman juga meningkat. Namun demikian, beberapa negara Eropa lain belum menunjukkan kenaikan yield yang signifikan sejalan dengan terjaganya risiko geopolitik dan keuangan (Grafik 2.25).

Aliran Modal ke Negara BerkembangGra� k 2.23

1st ECBLTROs

Penjualan dalamPasar sahamTiongkok

Tapertantrum

Pemilihan Presiden AS

40

30

20

10

0

-10

-20

-30

-40

20112010 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Miliar dolar AS

Obligasi

KrisisYunani

KrisisIrlandia

Saham EM-VXY

Sumber: Bloomberg

Proyeksi Yield UST10Y 2018 Gra� k 2.24

Sumber: Bloomberg, diolah

0,0

0,5

1,0

1,5

2,0

2,5

3,0

3,5

4,0

I III I III I III I III I III I III I III I III I III-F

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Yield UST 10YProyeksi (Svy. Bloomberg + Risiko)Proyeksi (Svy Bloomberg)

Yield 10 Y SBN Beberapa Negara EropaGra� k 2.25

Sumber: Bloomberg, diolah

5

%

7 9

2016 2017 2018

11 9 111 3 5 1 3 57-0,5

0,0

0,5

1,0

1,5

2,0

2,5

3,0Perancis Jerman Italia Spanyol

Page 18: LAPORAN KEBIJAKAN MONETER - Bank Indonesia · 4 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2018 Bank Indonesia Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2018 tetap kuat didukung oleh

Bank IndonesiaLaporan Kebijakan Moneter Triwulan I 201816

PASAR KOMODITAS GLOBAL

Pemulihan ekonomi global yang membaik meningkatkan volume perdagangan dunia yang berdampak pada tetap kuatnya harga komoditas global, termasuk komoditas minyak. Harga minyak terus meningkat pada triwulan I 2018 (Grafik 2.26). Kondisi tersebut sejalan dengan memburuknya situasi geopolitik di Venezuela dan Iran serta pemotongan produksi OPEC dan Non-OPEC yang mencapai rekor tertinggi di akhir triwulan I 2018. Realisasi pemotongan Produksi OPEC dan Non-OPEC secara total meningkat tajam menjadi 139% pada triwulan I 2018 sejalan dengan berlanjutnya penurunan produksi Venezuela. Namun, kenaikan harga minyak tersebut sempat tertahan oleh adanya perang dagang (trade war) yang berpotensi menurunkan permintaan global dan kinerja ekonomi dunia.

Harga batu bara pada triwulan I 2018 masih tertekan meskipun relatif terbatas. Penurunan harga batubara masih berlanjut dari USD93/mt pada triwulan IV 2017 menjadi USD87/mt pada triwulan I 2018 (Grafik 2.27). Berlanjutnya penurunan harga batu bara merupakan dampak dari kebijakan pembatasan harga oleh Tiongkok serta turunnya permintaan Tiongkok dan India. Meski demikian, penurunan harga lebih lanjut tertahan oleh kenaikan permintaan dari Korea Selatan.

Harga komoditas non-energi menurun dipengaruhi oleh pasokan yang meningkat. Perkembangan terkini menunjukkan bahwa harga komoditas CPO, karet, dan logam pada triwulan I 2018 mengalami penurunan. Harga CPO masih menunjukkan tren penurunan akibat kondisi net-supply sejalan dengan meningkatnya pasokan akibat kenaikan produksi CPO Malaysia dan Indonesia, serta tertahannya permintaan CPO dari India dan Tiongkok (Grafik 2.28). Sementara itu, harga karet pada triwulan I 2018 juga

Perkembangan Harga Minyak TriwulananGra� k 2.26

Sumber: Bloomberg

76,7

62,1

34,5

46,0

45,8

50,154,0

50,1 51,7

61,4

67,0

20

30

40

50

60

70

80

2015 2016 2017 2018

Barel per dolar AS

Harga BrentRata-rata TriwulananRata-rata Bulanan

BulanJan-18Feb-18Mar-18Apr-18

69,065,466,471,6

Rata-rata

Perkembangan Harga Batu BaraGra� k 2.27

Sumber: Bloomberg, diolah

40

50

60

70

80

90

100

110

120USD/MT

Data Terakhir: 7 Mei 2018

85

Batasatas : 118,28USD/MT

76,3USD/MT

57,4USD/MT

2 4 6 8

2015 2016 2017 2018

10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 2 46 8 10 12

Inventory CPO MalaysiaGra� k 2.28

Sumber: Bloomberg

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

3.500Ribu Ton

Kisaran (2010-2015)Persediaan Minyak Kelapa Sawit MalaysiaRata-rata (2010-2015)

6 9

2014 2015 2016 2017 2018

12 123 6 9 123 6 9 123 36 9

Page 19: LAPORAN KEBIJAKAN MONETER - Bank Indonesia · 4 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2018 Bank Indonesia Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2018 tetap kuat didukung oleh

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2018 17

tercatat menurun akibat tingginya pasokan sejalan dengan meningkatnya produksi karet Indonesia dan dampak dari adanya barang substitusi. Sama halnya dengan harga CPO dan karet, seluruh harga logam (timah, tembaga, dan nikel) pada triwulan I 2018 juga menurun. Penurunan harga tembaga dan nikel terjadi karena meningkatnya pasokan dan kekhawatiran akan trade war antara AS dan Tiongkok. Sementara itu, penurunan harga timah didorong oleh meningkatnya produksi dengan kehadiran Myanmar sebagai pemain baru. Namun, penurunan harga timah lebih lanjut tertahan oleh solidnya permintaan dari industri elektronik di Tiongkok (Grafik 2.29).

Perkembangan Harga LogamGra� k 2.29

500

1.500

2.500

3.500

4.500

5.500

6.500

7.500

7.000

9.000

11.000

13.000

15.000

17.000

19.000

21.000

23.000

25.000USD/MTUSD/MT

Nikel Timah Tembaga (Skala kanan)

4 7

2014 2015 2016 2017 2018

10 4 7 101 4 7 101 4 7 101 1 3

Page 20: LAPORAN KEBIJAKAN MONETER - Bank Indonesia · 4 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2018 Bank Indonesia Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2018 tetap kuat didukung oleh

Bank IndonesiaLaporan Kebijakan Moneter Triwulan I 201818

PERTUMBUHAN EKONOMI

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2018 meningkat dengan struktur yang lebih baik. Pertumbuhan PDB triwulan I 2018 tercatat 5,06% (yoy), ditopang oleh permintaan domestik dengan investasi yang naik dan konsumsi swasta yang tetap kuat (Tabel 3.1). Pencapaian tersebut menunjukkan berlanjutnya path pemulihan ekonomi yang dimulai triwulan III 2015 (Grafik 3.1). Investasi tumbuh tinggi sebesar 7,95% (yoy), meningkat dari pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 7,27% (yoy), sehingga merupakan capaian tertinggi dalam lima tahun terakhir (Grafik 3.2). Pertumbuhan investasi terutama didorong investasi nonbangunan yang membaik untuk mendukung kebutuhan proses produksi yang meningkat. Sementara, investasi bangunan juga masih tumbuh tinggi seiring dengan proyek infrastruktur pemerintah. Konsumsi swasta yang tetap kuat terutama didorong oleh meningkatnya belanja terkait penyelenggaraan Pilkada. Kuatnya permintaan domestik kemudian mendorong pertumbuhan impor yang cukup tinggi, khususnya impor barang modal dan bahan baku. Sementara itu, ekspor tetap tumbuh kuat, meskipun melambat dibandingkan dengan pertumbuhan

Pertumbuhan Investasi (GFCF)Gra� k 3.2

Sumber: Bank Indonesia

1,99

7,95

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9% yoy

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2013 2014 2015 2016 2017 2018

3 Perkembangan Ekonomi Domestikdan Pasar Keuangan

Path Pemulihan EkonomiGra� k 3.1

6,5

6,3

6,0

5,96,1

6,2

5,9 5,9

5,5

5,65,55,6

5,14,94,9

5,0

4,84,7

4,8

5,2

4,9

5,25,0

4,9

5,05,05,15,2

5,1

4,5

5,0

5,5

6,0

6,5

7,0

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

PDB 6 per. Mov. Avg. (PDB)

% yoy

Sumber: BPS, diolah

Persen, yoy

Sumber: BPS

I III III IVKonsumsi Rumah TanggaKonsumsi Lembaga Nonpro�t Melayani Rumah TanggaKonsumsi PemerintahInvestasi

Investasi BangunanInvestasi Nonbangunan

EksporImporPDB

5,016,64

-0,144,475,182,43

-1,57-2,455,03

4,948,072,694,775,871,468,414,81

5,01

4,958,52

-1,925,346,073,232,800,20

5,01

4,936,023,487,086,289,47

17,0115,465,06

4,975,243,817,276,689,038,50

11,815,19

4,956,912,146,156,245,909,098,06

5,07

4,958,092,737,956,16

13,566,17

12,755,06

Komponen PDB Pengeluaran 20162017 2018

2017

Pertumbuhan Ekonomi Sisi PengeluaranTabel 3.1

Page 21: LAPORAN KEBIJAKAN MONETER - Bank Indonesia · 4 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2018 Bank Indonesia Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2018 tetap kuat didukung oleh

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2018 19

Kontribusi Pertumbuhan InvestasiGra� k 3.3

Sumber: Bank Indonesia

-1

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

-1

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

I II III IV I II III IV I

2016 2017 2018

Bangunan Nonbangunan Investasi (Skala Kanan)

% Kontribusi % yoy

triwulan sebelumnya. Secara spasial, perbaikan kinerja ekonomi terjadi di wilayah Jawa, Balinusra, serta Maluku dan Papua. Ke depan, Bank Indonesia memprakirakan pertumbuhan ekonomi 2018 tetap berada pada kisaran 5,1-5,5%.

Investasi tumbuh tinggi dan menjadi sumber pertumbuhan ekonomi pada triwulan I 2018. Investasi tumbuh tinggi sebesar 7,95% (yoy), meningkat dari pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 7,27% (yoy), sehingga merupakan capaian pertumbuhan investasi tertinggi dalam lima tahun terakhir (Grafik 3.3). Investasi yang terus meningkat didorong oleh kenaikan investasi nonbangunan sejalan dengan berlanjutnya realisasi investasi untuk mendukung penyelesaian proyek infrastruktur dan proses produksi. Sementara itu, investasi bangunan tetap tumbuh tinggi didukung oleh realisasi proyek infrastruktur pemerintah.

Investasi nonbangunan tumbuh meningkat, didukung oleh peningkatan aktivitas produksi dan infrastruktur. Investasi nonbangunan pada triwulan I 2018 tumbuh tinggi hingga mencapai 13,56% (yoy), tertinggi dalam lima tahun terakhir. Kinerja investasi yang meningkat terjadi pada seluruh jenis investasi baik investasi mesin dan perlengkapan, investasi kendaraan, maupun investasi perlengkapan lainnya. Akselerasi investasi nonbangunan ini juga tercermin pada peningkatan impor secara signifikan khususnya pada komponen barang modal (Grafik 3.4). Peningkatan investasi tersebut terutama terjadi pada sektor pertambangan dan konstruksi, terindikasi dari tren penjualan alat berat pada triwulan I 2018 yang meningkat pada sektor pertambangan dan konstruksi (Grafik 3.5). Perkembangan investasi tersebut didorong oleh ekspansi korporasi untuk mengantisipasi meningkatnya permintaan seiring berlanjutnya perbaikan ekonomi, meningkatnya ekspor komoditas pertambangan, dan pembangunan infrastruktur.

Penjualan Alat BeratGra� k 3.4

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3

2015 2016 2017 2018

Pertambangan Pertanian Konstruksi Kehutanan

Unit

Sumber: United Tractors

Realisasi Investasi KonstruksiGra� k 3.5

-200

-100

0

100

200

300

400

500

Sumber: BMI

0

20

40

60

80

100

120

I II III IV I II III IV I

2016 2017 2018

% yoyRp Triliun

Swasta PemerintahPert. Swasta (Skala kanan) Pert. Pemerintah (Skala kanan)Pert. Total (Skala kanan)

Page 22: LAPORAN KEBIJAKAN MONETER - Bank Indonesia · 4 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2018 Bank Indonesia Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2018 tetap kuat didukung oleh

Bank IndonesiaLaporan Kebijakan Moneter Triwulan I 201820

Investasi bangunan tetap tumbuh tinggi, sejalan dengan pembangunan proyek infrastruktur. Investasi bangunan pada triwulan I 2018 tumbuh 6,16% (yoy) seiring dengan terus berlanjutnya proyek infrastruktur pemerintah sebagaimana tercermin dari akselerasi belanja modal dan meningkatnya peran swasta (Grafik 3.6). Akselerasi proyek infrastruktur didukung juga oleh prakiraan proyek yang termasuk dalam Proyek Strategis Nasional (PSN) yang sudah melalui tahap konstruksi dan ditargetkan beroperasi baik secara keseluruhan maupun sebagian pada 2018. Selain itu, kinerja investasi bangunan juga didukung oleh pemulihan secara bertahap pasar properti swasta, khususnya untuk hunian. Peningkatan aktivitas konstruksi tersebut dikonfirmasi oleh data penjualan semen yang tumbuh positif pada triwulan I 2018.

Konsumsi swasta tetap kuat terutama ditopang oleh meningkatnya belanja terkait penyelenggaraan Pilkada. Konsumsi swasta, yang meliputi konsumsi rumah tangga dan konsumsi Lembaga NonProfit Melayani Rumah Tangga (LNPRT), tumbuh meningkat sebesar 5,01% (yoy) didukung oleh meningkatnya belanja terkait Pilkada di tengah relatif stabilnya konsumsi rumah tangga (Grafik 3.7). Meningkatnya konsumsi LNPRT sejalan dengan tingginya realisasi anggaran dan dana untuk kampanye Pilkada serentak yang akan dilaksanakan pada triwulan II 2018. Sementara itu, konsumsi rumah tangga pada triwulan I 2017 tumbuh relatif stabil sebesar 4,95% (yoy). Solidnya konsumsi rumah tangga didukung oleh daya beli yang membaik seiring dengan inflasi yang terjaga pada level yang rendah dan masa panen yang berlangsung pada triwulan I 2018. Pendapatan rumah tangga khususnya kelompok bawah terindikasi membaik tercermin dari nilai tukar petani (NTP) dan upah riil buruh tani yang tumbuh positif (Grafik 3.7). Terjaganya daya beli rumah tangga juga ditopang oleh penyaluran bantuan sosial (bansos) Pemerintah dan dana desa. Penyaluran

Pertumbuhan Konsumsi SwastaGra� k 3.6

Sumber: BPS,diolah

-15

-10

-5

0

5

10

15

20

25

30

4,0

4,2

4,4

4,6

4,8

5,0

5,2

5,4

5,6

5,8

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2014 2015 2016 2017 2018

Konsumsi SwastaKonsumsi Rumah TanggaKonsumsi LNPRT (Skala kanan)

% yoy % yoy

NTP dan Upah Buruh TaniGra� k 3.7

Sumber: BPS,diolah

-3

-2

-1

0

1

2

3

I II III IV I II III IV I 9 10 11 12 1 2 3

2016 2017 2018 2017 2018

Nilai Tukar Petani Upah Buruh Tani (riil)

% yoy

Page 23: LAPORAN KEBIJAKAN MONETER - Bank Indonesia · 4 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2018 Bank Indonesia Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2018 tetap kuat didukung oleh

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2018 21

bansos pada triwulan I 2018 tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (Grafik 3.8). Kinerja konsumsi rumah tangga tersebut juga sejalan dengan tingkat keyakinan konsumen yang masih tetap optimis, baik terhadap kondisi ekonomi saat ini maupun ekspektasi terhadap kondisi ekonomi ke depan. Solidnya konsumsi rumah tangga antara lain tercermin pada penjualan ritel yang membaik secara broad based pada triwulan I 2018.

Akselerasi belanja pemerintah juga turut mendorong pertumbuhan ekonomi pada triwulan I 2018. Konsumsi pemerintah tumbuh 2,73% (yoy) pada triwulan I 2018, lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 2,69% (yoy). Lebih tingginya konsumsi pemerintah bersumber dari realisasi belanja pemerintah pusat terutama dalam bentuk belanja pegawai serta akselerasi stimulus fiskal dalam bentuk bansos dan dana desa. Sementara itu, realisasi belanja barang masih relatif terbatas sesuai dengan pola historisnya.

Kuatnya permintaan domestik kemudian mendorong pertumbuhan impor yang cukup tinggi, khususnya impor barang modal dan bahan baku. Impor pada triwulan I 2018 tumbuh sebesar 12,75% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 11,81% (yoy). Peningkatan impor terutama pada impor barang modal dan bahan baku guna mendukung aktivitas produksi, pembangunan infrastruktur dan investasi (Grafik 3.9). Impor barang modal tumbuh kuat, terutama pada alat angkut, barang logam, serta mesin dan perlengkapan seiring dengan kinerja positif sektor pertambangan dan penyelesaian proyek infrastruktur. Pertumbuhan impor barang modal yang tinggi di tengah depresiasi nilai tukar terjadi karena adanya keterbatasan kemampuan produksi dalam negeri, khususnya untuk barang medium-high tech. Proyek infrastruktur juga mendorong tingginya impor bahan baku terutama logam dasar, barang Pertumbuhan Impor RiilGra� k 3.9

Sumber: Kementerian Keuangan

-30

-20

-10

0

10

20

30

I II III IV I II III IV I II III IV I

2015 2016 2017 2018

Total Impor Barang Konsumsi Bahan Baku Barang Modal

% yoy

Penyaluran BansosGra� k 3.8

Sumber: Kementerian Keuangan

-20

0

20

40

60

80

100

I II III IV I

2017 2018

Nominal (Triliun Rupiah) Pertumbuhan (%, yoy)

Page 24: LAPORAN KEBIJAKAN MONETER - Bank Indonesia · 4 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2018 Bank Indonesia Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2018 tetap kuat didukung oleh

Bank IndonesiaLaporan Kebijakan Moneter Triwulan I 201822

logam (besi baja), alat angkut (suku cadang dan perlengkapan), serta mesin dan peralatan.

Ekspor tetap tumbuh positif ditopang berlanjutnya pemulihan ekonomi dunia, meskipun melambat dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya. Ekspor pada triwulan I 2018 tetap tumbuh positif sebesar 6,17% (yoy), meskipun lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 8,5% (yoy). Positifnya kinerja ekspor didukung oleh ekspor pertambangan dan ekspor manufaktur di tengah ekspor pertanian yang turun (Grafik 3.10). Pemulihan ekonomi dunia berdampak terhadap peningkatan kinerja ekspor manufaktur, antara lain produk alas kaki ke pasar Amerika Serikat dan Eropa. Sementara itu, tingginya permintaan dari Tiongkok terkait aktivitas infrastruktur dan pembangkit listrik telah mendorong peningkatan ekspor produk besi baja dan batu bara. Namun, kinerja ekspor komoditas pertanian terutama CPO melambat karena faktor kenaikan harga yang semakin terbatas serta dampak kenaikan tarif impor CPO oleh India dan rencana kebijakan yang menghambat penggunaan biodiesel berbahan minyak sawit oleh Eropa. Disamping itu, perlambatan pertumbuhan ekspor secara umum didorong oleh perkembangan harga yang melambat pada triwulan I 2018, terutama harga kelompok pertanian (Grafik 3.11). Hal ini pada gilirannya menyebabkan perlambatan pertumbuhan ekspor secara keseluruhan.

Dari sisi lapangan usaha (LU), pertumbuhan ekonomi pada triwulan I 2018 disertai dengan perbaikan struktur sumber pertumbuhan tercermin dari pertumbuhan sektoral yang lebih merata. Peningkatan kinerja terjadi hampir di seluruh LU baik LU primer, sekunder, dan tersier, terkecuali LU jasa keuangan dan jasa lainnya (Tabel 3.2). Sebagian besar LU mencatatkan pertumbuhan yang lebih tinggi, dengan peningkatan paling signifikan pada LU Pertambangan dan Penggalian yang didukung oleh masih tingginya harga batubara dan

Pertumbuhan Ekspor Nonmigas RiilGra� k 3.10

Sumber: Bank Indonesia

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2014 2015 2016 2017 2018

% yoy

Total Pertanian Pertambangan Manufaktur

Pertumbuhan Harga Ekspor NonmigasGra� k 3.11

Sumber: Bank Indonesia

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

50

I II III IV I II III IV I II III IV I2015 2016 2017 2018

Total Manufacture Mining Agriculture

% yoy

Page 25: LAPORAN KEBIJAKAN MONETER - Bank Indonesia · 4 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2018 Bank Indonesia Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2018 tetap kuat didukung oleh

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2018 23

Persen, yoy

Sumber: BPS

I III III IVPertanian, Peternakan, Kehutanan, dan PerikananPertambangan dan PenggalianIndustri PengolahanListrik, Gas, Air Bersih, dan Pengadaan Air *KonstruksiPerdagangan dan Penyediaan Akomodasi dan Mamin**Transportasi, Pergudangan, Informasi dan Komunikasi***Jasa Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan****Jasa-jasa Lainnya*****PDB

3.36 7.15 3.23 2.77 2.24 3.81 3.140.95 - 1.22 2.12 1.84 0.08 0.69 0.744.26 4.28 3.50 4.85 4.46 4.27 4.505.26 1.80 - 2.09 4.88 2.50 1.76 3.335.22 5.96 6.94 6.98 7.23 6.79 7.354.23 4.73 3.88 5.29 4.66 4.64 5.078.23 9.39 10.05 8.85 8.64 9.22 8.657.13 5.35 5.63 5.92 4.87 5.44 4.714.46 3.69 2.56 4.04 6.84 4.34 5.995.03 5.01 5.01 5.06 5.19 5.07 5.06

Komponen PDB Pengeluaran 20162017 2018

2017

*) Penggabungan 2 lap. usaha: (i) Pengadaan Listrik dan Gas dan (ii) Pengadaan Air**) Penggabungan 2 lap. usaha: (i) Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Motor serta (ii) Penyediaan akomodasi dan***) Penggabungan 2 lap. usaha: (i) Transportasi dan Pergudangan serta (ii) Informasi dan Komunikasi****) Penggabungan 3 lap. usaha: (i) Jasa Keuangan, (ii) Real Estate dan (iii) Jasa Perusahaan *****) Penggabungan 4 lap. usaha: (i) Adm. Pemerintahan, Pertahanan, Jaminan Sosial Wajib, (ii) Jasa Pendidikan, (iii) Jasa Kesehatan dan Kegiatan lainnya dan (iv) Jasa Lainnya

Pertumbuhan Ekonomi Sisi PengeluaranTabel 3.2

mineral logam. LU Industri Pengolahan dengan pangsa terbesar mencatatkan pertumbuhan tertinggi dalam 6 triwulan terakhir, didorong oleh permintaan ekspor maupun domestik termasuk dalam mengantisipasi permintaan musiman menjelang Lebaran. Sementara di sisi non tradable, meningkatnya permintaan domestik mendukung kinerja LU Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) serta LU Transportasi, Pergudangan, Informasi dan Komunikasi. Dengan perkembangan tersebut, kontributor pertumbuhan tertinggi bersumber dari LU Industri Pengolahan, Transportasi Komunikasi (TransKom), serta Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR).

LU industri pengolahan tumbuh meningkat pada triwulan I 2018, untuk memenuhi permintaan dari domestik dan eksternal. Industri pengolahan tumbuh sebesar 4,50% (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan pada triwulan IV 2017 yakni 4,46% (yoy). Peningkatan ini sejalan dengan indikator Purchasing Manager Index (PMI) yang menunjukkan bahwa industri pengolahan sedang berada pada fase ekspansi. Subsektor industri pengolahan yang mengalami pertumbuhan paling tinggi adalah mesin dan perlengkapan, logam dasar, tekstil dan produk tekstil (TPT), serta alat angkut. Meningkatnya kinerja subsektor tersebut didorong oleh permintaan domestik terhadap alat angkut pertambangan serta permintaan ekspor terhadap produk TPT dan besi baja. Sementara itu, subsektor makanan dan minuman (mamin) melambat karena ekspor Crude Palm Oil (CPO) yang menurun.

Pertumbuhan LU perdagangan, penyediaan akomodasi dan mamin (PHR) meningkat, seiring dengan impor yang tumbuh tinggi. LU PHR tumbuh sebesar 5,07% (yoy) pada triwulan I 2018, lebih tinggi dibandingkan triwulan IV 2017 sebesar 4,66% (yoy). Pertumbuhan ini terutama ditopang oleh subsektor perdagangan besar sejalan impor yang meningkat. Selain itu, subsektor perdagangan kendaraan bermotor mencatatkan pertumbuhan lebih tinggi sejalan dengan membaiknya data penjualan mobil dan motor. Di sisi lain, pertumbuhan penjualan ritel cenderung stabil sebagai cerminan dari kinerja konsumsi domestik pada triwulan I 2018. Perbaikan kinerja meskipun relatif terbatas mulai ditunjukkan oleh kinerja penjualan dari beberapa perusahaan ritel pada triwulan I 2018. Perbaikan kinerja tersebut didukung oleh perbaikan daya beli masyarakat kelas bawah.

LU transportasi, pergudangan, informasi, dan komunikasi (transkom) tumbuh meningkat pada triwulan I 2018. Pertumbuhan sektor transkom meningkat dari 8,64% (yoy)

Page 26: LAPORAN KEBIJAKAN MONETER - Bank Indonesia · 4 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2018 Bank Indonesia Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2018 tetap kuat didukung oleh

Bank IndonesiaLaporan Kebijakan Moneter Triwulan I 201824

pada triwulan IV 2017 menjadi 8,65% (yoy) pada triwulan I 2018, ditopang oleh peningkatan kinerja transportasi dan pergudangan. Peningkatan kinerja transportasi dan pergudangan sejalan dengan kinerja subsektor angkutan darat, udara, dan pergudangan serta jasa penunjang angkutan yang membaik terkait dengan aktivitas ekonomi sektor tersier yang meningkat. Sementara itu, subsektor infokom tetap tumbuh tinggi didorong oleh berlanjutnya perkembangan ekonomi digital.

Secara spasial, perbaikan kinerja ekonomi terjadi di wilayah Jawa, Bali dan Nusa Tenggara serta Maluku dan Papua. Pada triwulan I 2018, ekonomi Jawa, Balinusra, dan Mapua tumbuh meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Sementara pertumbuhan ekonomi di wilayah Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi tercatat melambat (Gambar 3.1). Ekonomi Jawa tumbuh meningkat ditopang oleh peningkatan PHR dan sektor keuangan, dan industri pengolahan. Dorongan peningkatan kinerja industri, merupakan langkah antisipasi kenaikan permintaan menjelang Ramadhan dan HBKN Idul Fitri. Sementara itu, perekonomian Mapua tumbuh meningkat didukung oleh kinerja sektor pertambangan, terutama di Papua. Peningkatan ekspor Mapua yang sangat tinggi bersumber dari penambahan kuota ekspor konsentrat di Papua. Perekonomian Balinusra, tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya didukung kinerja sektor PHR. Di sisi lain, ekonomi wilayah Sumatera tercatat melambat sejalan dengan perlambatan ekspor komoditas pertanian seperti CPO, karet, dan kopi akibat penurunan harga serta restriksi impor India yang lebih ketat atas produk CPO Indonesia. Di tengah kondisi tersebut, LU PHR dan bangunan yang meningkat menjadi penopang pertumbuhan ekonomi di Sumatera. Ekonomi Sulawesi juga tumbuh lebih rendah dipengaruhi oleh pelambatan pada sektor pertambangan dan industri pengolahan. Di Kalimantan, perlambatan pertumbuhan disebabkan oleh menurunnya kinerja pertambangan.

Aceh 3,34Sumut 4,73Riau 2,91Sumbar 4,71Lampung 5,16

Kepri 4,47Bengkulu 5,08Kep,Babel 2,46Sumsel 5,89Jambi 4,66

Kalbar 5,11Kalsel 5,01Kaltim 1,77Kalteng 4,62Kaltara 5,56

Gorontalo 6,19Sulut 6,68Sulteng 6,62Sulbar 5,65Sulsel 7,41Sultra 5,76

Maluku 5,25Maluku Utara 7,98Papua 28,93Papua Barat 5,69

MAPUA (2,5%)Banten 5,95Jakarta 6,02Jawa Barat 6,02Jawa Tengah 5,41Jawa Timur 5,50DIY Yogyakarta 5,36

JAWA

SUMATERA (22%) KALIMANTAN (7,9%) SULAWESI (6%)

(58,5%)

Bali 5,68NTB -0,33NTT 5,19

BALINUSRA (3,1%)

NASIONAL

4,14 4,174,45 4,43 4,37

I'17 II'17 III'17 IV'17 I'18

4,97 4,42 4,62 3,37 3,25

I'17 II'17 III'17 IV'17 I'18

6,936,55

6,937,53

6,83

I'17 II'17 III'17 IV'17 I'18

5,01 5,01 5,065,19

5,06

I'17 II'17 III'17 IV'17 I'18

5,695,47

5,68 5,62 5,78

I'17 II'17 III'17 IV'17 I'18

2,93 3,385,31

3,2 3,74

I'17 II'17 III'17 IV'17 I'18

4,4 5,31 4,39 5,42

18,42

I'17 II'17 III'17 IV'17 I'18

0% < RGDP < 4,0%

4,0% < RGDP < 5,0%

RGDP < 0%

5,0% < RGDP < 6,0%

6,0% < RGDP < 7,0%

RGDP > 7,0%PDRB ≥ 7,0%

5,0% ≤ PDRB < 6,0%

4,0% ≤ PDRB < 5,0%

PDRB < 0%

6,0% ≤ PDRB < 7,0%

0% ≤ PDRB < 4,0%

Pertumbuhan Ekonomi Regional Triwulan I 2018Gambar 3.1

Page 27: LAPORAN KEBIJAKAN MONETER - Bank Indonesia · 4 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2018 Bank Indonesia Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2018 tetap kuat didukung oleh

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2018 25

NERACA PEMBAYARAN INDONESIA

Defisit transaksi berjalan triwulan I 2018 menurun sehingga menopang ketahanan sektor eksternal perekonomian Indonesia. Defisit transaksi berjalan pada triwulan I 2018 tercatat 5,5 miliar dolar AS (2,1% PDB), lebih rendah dari defisit pada triwulan sebelumnya yang mencapai 6,0 miliar dolar AS (2,3% PDB) (Grafik 3.12). Penurunan defisit transaksi berjalan tersebut terutama dipengaruhi oleh penurunan defisit neraca jasa dan peningkatan surplus neraca pendapatan sekunder. Menurunnya defisit neraca jasa antara lain bersumber dari kenaikan surplus jasa perjalanan (travel) seiring naiknya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan menurunnya impor jasa pengangkutan (freight). Sementara itu, meningkatnya surplus neraca pendapatan sekunder didorong oleh naiknya penerimaan remitansi dari pekerja migran Indonesia. Di tengah perbaikan tersebut, surplus neraca perdagangan nonmigas tercatat menurun terutama akibat menurunnya ekspor nonmigas yang lebih besar dari penurunan impor nonmigas. Impor nonmigas meskipun menurun, namun impor barang modal dan bahan baku masih berada pada level yang tinggi sejalan dengan kegiatan produksi dan investasi yang terus meningkat.

Pada awal triwulan II 2018, neraca perdagangan mencatat defisit sejalan dengan peningkatan aktivitas ekonomi domestik. Defisit neraca perdagangan pada April 2018 tercatat 1,63 miliar dolar AS. Defisit tersebut bersumber baik dari defisit neraca perdagangan nonmigas maupun defisit neraca perdagangan migas. (Grafik 3.13). Defisit neraca perdagangan nonmigas terutama didorong kenaikan impor barang modal dan bahan baku termasuk mesin dan peralatan listrik, besi dan baja, serealia, ampas/sisa industri makanan, serta kapal terbang dan bagiannya. Peningkatan impor tersebut tidak terlepas dari kegiatan produksi dan investasi yang terus meningkat sejalan dengan

Transaksi BerjalanGra� k 3.12

Sumber: Bank Indonesia*angka sementara **angka sangat sementara

-8

-6

-4

-2

0

2

4

-12-10

-8-6-4-202468

I II III IV I II III IV I* II* III* IV** I**

2015 2016 2017 2018Neraca Jasa Neraca PerdaganganNeraca Pendapatan Primer Neraca Pendapatan SekunderTransaksi Berjalan De�sit TB/PDB (%) (Skala kanan)

Miliar Dolar AS % PDB

Neraca Perdagangan (Bulanan)Gra� k 3.13

Sumber: Bank Indonesia

-2

-1

0

1

2

3

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 42016 2017 2018

Miliar dolar AS

Nonmigas Migas Total

Page 28: LAPORAN KEBIJAKAN MONETER - Bank Indonesia · 4 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2018 Bank Indonesia Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2018 tetap kuat didukung oleh

Bank IndonesiaLaporan Kebijakan Moneter Triwulan I 201826

berlanjutnya perbaikan ekonomi domestik. Sementara itu, defisit neraca perdagangan migas dipengaruhi oleh menurunnya ekspor migas, di tengah meningkatnya impor migas.

Transaksi modal dan finansial triwulan I 2018 tetap mencatat surplus, meski menurun dibandingkan triwulan sebelumnya, di tengah tingginya ketidakpastian di pasar keuangan global. Surplus transaksi modal dan finansial pada triwulan I 2018 tercatat 1,9 miliar dolar AS, terutama ditopang oleh aliran masuk investasi langsung yang masih cukup tinggi (Grafik 3.14). Hal ini mencerminkan tetap positifnya persepsi investor terhadap prospek perekonomian Indonesia. Namun demikian, surplus transaksi modal dan finansial triwulan I 2018 tercatat lebih rendah dibandingkan dengan surplus pada triwulan sebelumnya. Penurunan surplus ini tidak terlepas dari dampak peningkatan ketidakpastian di pasar keuangan global yang kemudian mengakibatkan penyesuaian penempatan dana asing dalam bentuk portofolio di pasar saham dan pasar surat utang pemerintah. Penurunan surplus juga dipengaruhi oleh komponen investasi lainnya yang tercatat defisit, terutama dipengaruhi naiknya penempatan simpanan sektor swasta pada bank di luar negeri.

Secara keseluruhan, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan I 2018 mencatat defisit seiring dengan meningkatnya ketidakpastian global finansial. Hal ini disebabkan oleh penurunan defisit transaksi berjalan yang terjadi pada triwulan I 2018 lebih kecil dibandingkan dengan penurunan surplus transaksi modal dan finansial. Dengan perkembangan tersebut, defisit NPI pada triwulan I 2018 tercatat 3,9 miliar dolar AS (Grafik 3.15).

Dengan perkembangan tersebut, posisi cadangan devisa pada akhir triwulan I 2018 tercatat 126,0 miliar dolar AS, yang kemudian turun pada akhir April 2018

Transaksi Modal dan FinansialGra� k 3.14

Sumber: Bank Indonesia*angka sementara **angka sangat sementara

-10

-5

0

5

10

15

I II III IV I II III IV I* II* III* IV** I**

2015 2016 2017 2018

Investasi Langsung Investasi LainnyaInvestasi Portofolio Transaksi Modal dan Finansial

Miliar Dolar AS

Transaksi Modal dan FinansialGra� k 3.15

Sumber: Bank Indonesia*angka sementara **angka sangat sementara

-15

-10

-5

0

5

10

15

I II III IV I II III IV I* II* III* IV** I**

2015 2016 2017 2018

Transaksi BerjalanTransaksi Modal dan FinansialNeraca Keseluruhan

Miliar Dolar AS

Page 29: LAPORAN KEBIJAKAN MONETER - Bank Indonesia · 4 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2018 Bank Indonesia Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2018 tetap kuat didukung oleh

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2018 27

menjadi 124,9 miliar dolar AS (Grafik 3.16). Penurunan tersebut terutama dipengaruhi oleh penggunaan devisa untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah dan stabilisasi nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi. Posisi cadangan devisa per akhir April 2018 tersebut setara dengan pembiayaan 7,7 bulan impor atau 7,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.

NILAI TUKAR RUPIAH

Nilai tukar rupiah mengalami depresiasi pada triwulan I 2018 dipicu penguatan dolar AS yang terjadi secara luas (broad based). Pada triwulan I 2018, secara rata-rata harian rupiah melemah 0,29% menjadi Rp 13.576 per dolar AS. Nilai tukar rupiah kembali terdepresiasi pada April 2018. Rupiah secara rata-rata melemah 0,36% menjadi Rp13.809 per dolar AS pada April 2018 (Grafik 3.17). Sementara itu, secara point-to-point, rupiah melemah 1,06% menjadi Rp13.913 per dolar AS. Berlanjutnya pelemahan rupiah tersebut disebabkan oleh penguatan dolar AS secara luas, tercermin dari apresiasi DXY yang cukup signifikan, seiring dengan peningkatan yield AS. Selain itu, depresiasi nilai tukar rupiah juga disebabkan oleh penyesuaian likuiditas yang dilakukan investor global yang mulai mengurangi penempatan dana di pasar negara-negara emerging, termasuk Indonesia.

Depresiasi nilai tukar rupiah relatif terbatas dibandingkan dengan pergerakan nilai tukar mata uang negara-negara peers lainnya. Depresiasi nilai tukar rupiah secara point-to-point pada April 2018 lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara peers lain, di antaranya Lira Turki 1,36%, Rupee India

Perkembangan Cadangan DevisaGra� k 3.16

Sumber: Bank Indonesia

124,9

4

5

6

7

8

9

0

30

60

90

120

150

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4

2016 2017 2018

BulanMiliar Dolar AS

Cadangan DevisaBulan Impor dan Pembayaran Utang Pemerintah (Skala kanan)

Nilai Tukar RupiahGra� k 3.17

Sumber: Reuters, diolah

13.913

13.603

13.760 13.809

1353713576

13.250

13.350

13.450

13.550

13.650

13.750

13.850

13.950

14.050Rupiah per dolar AS

IDR/USDRata-rata bulananRata-rata triwulanan

Data s.d 30 Apr Data s.d. 30 April 18

10 11 12 1 2 3 4

2017 2018

Page 30: LAPORAN KEBIJAKAN MONETER - Bank Indonesia · 4 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2018 Bank Indonesia Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2018 tetap kuat didukung oleh

Bank IndonesiaLaporan Kebijakan Moneter Triwulan I 201828

2,23%, Rand Afrika Selatan 4,75%, dan Real Brasil 5,70% (Grafik 3.18).

Depresiasi nilai tukar rupiah diikuti dengan volatilitas yang meningkat namun lebih rendah dari negara peers. Volatilitas rupiah pada triwulan I 2018 mencapai 6,6%, meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 3,0% (Grafik 3.19). Peningkatan volatilitas rupiah berlanjut pada April 2018. Meski mengalami peningkatan, volatilitas rupiah masih berada pada level yang lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata negara peers, seperti Real Brazil, Rand Afrika Selatan, Lira Turki, Baht Thailand, dan Peso Filipina (Grafik 3.20).

Depresiasi nilai tukar rupiah bersumber dari aliran dana keluar seiring dengan penyesuaian likuiditas oleh investor global yang berdampak pada berkurangnya penempatan dana di pasar negara-negara emerging, termasuk Indonesia. Pada triwulan I 2018, aliran dana keluar asing tercatat 43 juta dolar AS, lebih rendah dari aliran dana keluar triwulan IV 2017 yang mencapai 983 juta dolar AS. Tekanan aliran dana keluar meningkat pada April 2018 sejalan dengan kenaikan yield AS yang terjadi. Berdasarkan jenis instrumen, aliran dana keluar terjadi pada seluruh jenis aset domestik, terutama pada SUN jangka pendek (SPN) ,saham, dan SBN. (Grafik 3.21).

Pasar spot valas mencatat permintaan neto pada triwulan I 2018 (Grafik 3.22). Permintaan neto valas tersebut masih normal sesuai dengan pola musimannya. Hal ini terlihat dari permintaan neto valas dari residen yang masih relatif rendah dibandingkan permintaan neto valas dari residen pada periode-periode normal. Meskipun demikian, pasokan valas dari nonresiden mengalami penurunan pada triwulan I 2018 dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Peningkatan permintaan neto valas di pasar spot kembali berlanjut pada April 2018 (Grafik 3.23). Pelaku residen

Apresiasi/Depresiasi Nilai Tukar KawasanGra� k 3.18

Sumber: Bank Indonesia

0,050,390,39

-0,360,44

-0,02-0,12

-1,38-0,98

-0,43-2,09

-3,85-4,31

1,01-0,20

-0,67-1,06

-1,38-0,97

-1,04-2,48

-2,23-1,88

-4,75-5,70

-1,36

-7 -6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2

PHPKRWCNYIDR

MYRSGDTHBJPYINREURZARBRLTRY

point-to-point

Rata-rata

Apr vs Mar 2018

%

Data s.d. 30 April 2018

Volatilitas Rupiah dan Peers – TriwulananGra� k 3.19

Sumber: Bank Indonesia

23,1

11,4

16,4

6,07,9

6,1

3,0 3,9 4,0 4,8

14,714,0

11,9

8,5 8,37,2 6,6 6,4

5,6 5,5

0

5

10

15

20

25

ZAR BRL TRY MYR KRW PHP IDR THB SGD INR

Triwulan IV 2017Triwulan I 2018

%

Volatilitas Rupiah dan Peers – BulananGra� k 3.20

Sumber: Bank Indonesia

9,0

14,2

16,9

7,8

3,34,7

3,93,2 2,9 3,4

17,316,2

14,2

8,7 8,6

5,74,4 4,0 3,7 3,6

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

BRL ZAR TRY KRW INR MYR SGD PHP THB IDR

Maret 2018 April 2018

%

Aliran Dana NonresidenGra� k 3.21

Sumber: Bank Indonesia, diolah

-3

-2

-1

0

1

2

3

4

2015

3 6 9 12 3 6 9 12 3 1 46 9 12

2016 2017 2018

SBSN Saham SUN SBI

Miliar Dolar AS

Page 31: LAPORAN KEBIJAKAN MONETER - Bank Indonesia · 4 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2018 Bank Indonesia Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2018 tetap kuat didukung oleh

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2018 29

mencatatkan permintaan neto valas dengan tujuan pembelian valas untuk keperluan pembayaran impor dan ULN. Sementara itu, pelaku nonresiden mencatatkan permintaan neto valas seiring dengan meningkatnya penjualan aset domestik.

Secara umum, depresiasi nilai tukar rupiah terutama bersumber dari tekanan eksternal. Fundamental ekonomi Indonesia yang terjaga dan langkah stabilisasi secara terukur yang ditempuh Bank Indonesia mampu menahan depresiasi rupiah yang berlebihan. Langkah stabilisasi nilai tukar rupiah di periode penyesuaian likuiditas global ini juga ditopang upaya mengoptimalkan instrumen operasi moneter untuk tetap menjaga ketersediaan likuditas. Ke depan, Bank Indonesia terus mewaspadai risiko ketidakpastian pasar keuangan global, termasuk penyesuaian likuiditas global, dengan tetap melakukan langkah-langkah stabilisasi nilai tukar sesuai nilai fundamentalnya, serta menjaga bekerjanya mekanisme pasar dan didukung upaya-upaya pengembangan pasar keuangan.

INFLASI

Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada triwulan I 2018 melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Inflasi IHK mencapai 3,40% (yoy) pada triwulan I 2018, lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang sebesar 3,61% (yoy) (Grafik 3.24). Menurunnya inflasi IHK pada triwulan I 2018 disebabkan oleh perlambatan inflasi administered prices dan inflasi inti, di tengah kenaikan inflasi volatile food. Memasuki bulan April 2018, inflasi IHK tercatat sebesar 3,41% (yoy), relatif sama dengan bulan sebelumnya. Inflasi IHK yang terkendali didukung oleh berlanjutnya penurunan inflasi administered prices dan stabilnya inflasi inti, di tengah meningkatnya inflasi volatile food. Secara spasial, inflasi di seluruh daerah terjaga di dalam rentang sasaran 3,5±1%.

Permintaan-Penawaran Neto Valas di Pasar Spot (Triwulanan)Gra� k 3.22

Sumber: Bank Indonesia, diolah

-4

-15,0

-10,0

-5,0

0,0

5,0

10,0

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Net S(+)/D(-) NonresidenNet S(+)/D(-) ResidenNet S(+)/D(-) Total

Miliar Dolar AS

Sumber: Bank Indonesia, diolah

12.500

12.700

12.900

13.100

13.300

13.500

13.700

13.900

14.100

14.300

14.500

-5,0

-4,0

-3,0

-2,0

-1,0

0,0

1,0

2,0

3,0

4,0

5,0

2015

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 2 45 7 9 11

2016 2017 2018

Net S(+)/D(-) Nonresiden Net S(+)/D(-) ResidenNet S(+)/D(-) Total IDR/USD (Skala kanan)

Miliar Dolar AS IDR/USD

data s.d. 30 Apr 18

Permintaan-Penawaran Neto Valas di Pasar Spot (Bulanan)Gra� k 3.23

Perkembangan In� asiGra� k 3.24

Sumber: BPS, diolah

3,4

2,67

4,06

5,11

-4

0

4

8

12

16

20

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3

2015 2016 2017 2018

%yoy

IHK Inti Volatile Food Administered Prices

Page 32: LAPORAN KEBIJAKAN MONETER - Bank Indonesia · 4 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2018 Bank Indonesia Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2018 tetap kuat didukung oleh

Bank IndonesiaLaporan Kebijakan Moneter Triwulan I 201830

Inflasi inti melambat didukung oleh ekspektasi inflasi yang terjaga. Inflasi inti pada triwulan I 2018 tercatat 2,67% (yoy), menurun dari triwulan sebelumnya 2,95% (yoy). Perlambatan inflasi inti seiring dengan ekspektasi inflasi yang terjaga dan dalam kisaran target Bank Indonesia. Disamping itu, tekanan permintaan domestik yang terbatas sejalan dengan pemulihan ekonomi Indonesia yang berlangsung gradual.

Pada awal triwulan II 2018, inflasi inti tetap terkendali ditopang konsistensi kebijakan moneter dalam menjaga ekspektasi. Inflasi inti pada April 2018 tercatat 2,69% (yoy), relatif stabil dari bulan lalu sebesar 2,67% (yoy). Berdasarkan kelompoknya, terkendalinya inflasi inti disumbang oleh kelompok inti non-traded di tengah kenaikan inflasi traded (Grafik 3.25). Inflasi inti non-traded tercatat 2,92% (yoy), relatif stabil dibandingkan dengan bulan sebelumnya 2,94% (yoy). Terkendalinya inflasi inti non-traded tersebut didukung oleh berlalunya dampak kenaikan pulsa ponsel dan sewa rumah pada awal 2017. Sementara itu, inflasi inti traded tercatat 2,40% (yoy) meningkat dibandingkan dengan bulan sebelumnya 2,0% (yoy). Terkendalinya inflasi inti hingga April 2018 tidak terlepas dari konsistensi kebijakan Bank Indonesia dalam menjangkar ekspektasi inflasi, termasuk dalam menjaga pergerakan nilai tukar sesuai fundamentalnya. Terjangkarnya ekspektasi inflasi tahun 2018 dalam kisaran sasaran inflasi tercermin pada hasil survei Consensus Forecast (CF) bulan April 2018 yang menurun dibandingkan dengan hasil survei bulan sebelumnya serta tetap berada dalam kisaran sasaran inflasi Bank Indonesia (Grafik 3.26).

Inflasi kelompok volatile food meningkat akibat gangguan pasokan pada triwulan I 2018. Inflasi kelompok volatile food pada triwulan I 2018 tercatat sebesar 4, 06% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 0,71% (yoy). Lebih tingginya inflasi VF pada triwulan tersebut

Inti Traded vs Nontraded (mtm)Gra� k 3.25

Sumber: BPS, diolah

0

1

2

3

4

5

6

7

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3

2015 2016 2017 2018

Inti Inti Traded Inti Non Traded

% yoy

Ekspektasi In� asi Consensus ForecastGra� k 3.26

Sumber: Consensus Forecast

4,2 4,2 4,4 4,3 4,4 4,3 4,2 4,2 4 3,9 3,9 3,9

4,4 4,4 4,3 4,2 4,2 4,2 4,1 4,1

3,8 3,7 3,7 3,63,6 3,7 3,7 3,63,8 3,9 3,9 3,9

3,0

3,5

4,0

4,5

5,0

5,5

6,0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4

2017 2018

%yoy

Ekspektasi In�asi 2017Ekspektasi In�asi 2018Ekspektasi In�asi 2019

Page 33: LAPORAN KEBIJAKAN MONETER - Bank Indonesia · 4 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2018 Bank Indonesia Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2018 tetap kuat didukung oleh

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2018 31

didorong oleh inflasi komoditas beras dan hortikultura, terutama cabai merah. Komoditi beras pada triwulan I 2018 mengalami inflasi sebesar 9,03% (yoy) dan memberikan sumbangan terbesar pada inflasi yaitu 0,34% (yoy). Kenaikan harga beras tersebut disebabkan oleh terganggunya pasokan terutama jenis beras medium. Sementara itu, cabai merah mengalami inflasi sebesar 27,96% (yoy) dan memberikan sumbangan sebesar 0,16% (yoy). Peningkatan harga cabai pada triwulan I 2018 didorong oleh gangguan produksi yang dipengaruhi oleh faktor cuaca.

Pada awal triwulan II 2018, inflasi volatile food mencatat peningkatan yang disumbang oleh kenaikan inflasi hortikultura dan beras yang masih berlanjut. Kelompok volatile food mencatat inflasi 5,08% (yoy) pada April 2018, lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang mencatat inflasi 4,06% (yoy) (Grafik 3.27). Meningkatnya inflasi volatile food terutama bersumber dari hortikultura, terutama cabai merah (Tabel 3.5). Inflasi cabai merah masih meningkat hingga mencapai 44,18% (yoy). Sementara itu, inflasi komoditas beras masih tinggi (7,41%) meski lebih rendah dari bulan sebelumnya.

Pada triwulan I 2018, inflasi administered prices mengalami penurunan. Inflasi administered prices pada triwulan I 2018 tercatat sebesar 5,11% (yoy), lebih rendah dari triwulan sebelumnya sebesar 8,70% (yoy). Perlambatan inflasi kelompok administered prices terutama didukung oleh berlalunya dampak kenaikan tarif listrik nonsubsidi daya 900 VA pada tahun 2017. Pada triwulan I 2018, tarif listrik mengalami inflasi sebesar 11,71% (yoy) dan memberikan sumbangan tertinggi yaitu sebesar 0,43% (yoy). Inflasi tarif listrik pada triwulan I 2018 tersebut telah berada pada tren menurun setelah sebelumnya mencapai inflasi tertinggi sebesar 29,7% (yoy) pada Juni 2017.

Perkembangan In� asi Volatile FoodGra� k 3.27

Sumber: BPS, diolah

-2

0

2

4

6

8

10

12

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 2 4

2015 2016 2017 2018

-2

-1

0

1

2

3

4Volatile food (mtm) - Skala kanan Volatile food (yoy)

% %

Komoditas VF In�asi/De�asi

Sumber: BPS, diolah

(% yoy)Sumbangan

(% yoy)BerasCabai Merah

Cabai RawitBawang MerahBawang Putih

Telur Ayam RasDaging Ayam Ras

Bandeng/BoluKembung/GembungMujairMie Kering Instant

Minyak GorengKentang

Tomat Sayur

Pepaya

9,0327,969,92

11,8719,0115,229,389,963,587,90

-38,70-18,85-8,15-1,48-3,07

0,340,160,120,080,040,030,030,020,010,01-0,13-0,12-0,03-0,01-0,01

Penyumbang In� asi/De� asi Volatile Food April 2018Tabel 3.5

Page 34: LAPORAN KEBIJAKAN MONETER - Bank Indonesia · 4 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2018 Bank Indonesia Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2018 tetap kuat didukung oleh

Bank IndonesiaLaporan Kebijakan Moneter Triwulan I 201832

Inflasi kelompok administered prices berada dalam tren melambat, terutama didorong oleh perlambatan inflasi tarif tenaga listrik (TTL) pada awal triwulan II 2018. Inflasi administered prices terus menurun pada April 2018 hingga mencapai 4,04% (yoy) (Grafik 3.28). Perlambatan tersebut terutama didorong oleh menurunnya inflasi tarif listrik (Tabel 3.6). Di sisi lain, inflasi bensin dan solar mengalami kenaikan yang bersumber dari peningkatan harga bensin dan solar nonsubsidi seiring naiknya harga minyak dunia.

Secara tahunan, perkembangan realisasi inflasi di berbagai daerah masih dalam rentang sasaran inflasi nasional 2018 sebesar 3,5±1%. Pada bulan April 2018, inflasi di KTI tercatat sebesar 2,95% (yoy), lebih rendah dari inflasi nasional sebesar 3,41% (yoy). Sementara itu, kawasan Jawa dan Sumatera mencatat inflasi lebih tinggi dari nasional, yakni masing-masing sebesar 3,42% (yoy) dan 3,82% (yoy). Provinsi Sumatera Utara mencatat inflasi tertinggi pada April 2018, yaitu sebesar 4,43% (yoy). Tingginya inflasi di Sumatera Utara terutama didorong oleh permasalahan pasokan cabai merah di Sumatera Utara (Gambar 3.2)

Perkembangan In� asi Administered PricesGra� k 3.28

Sumber: BPS, diolah

-10

-5

0

5

10

15

-4

-2

0

2

4

6

8

10

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 2 4

2015 2016 2017 2018

Administered Prices (%, mtm) - Skala KananAdministered Prices (%, yoy)

% %

Komoditas AP In�asi/De�asi

Sumber: BPS, diolah

(% yoy)Sumbangan

(% yoy)Tarif ListrikBensin

Angkutan UdaraRokok Kretek Filter

Angkutan Antar KotaRokok PutihBahan Bakar Rumah TanggaTarif Air Minum PAMTarif Parkir

Rokok Kretek

11,714,216,937,617,116,916,842,232,456,27

0,430,140,140,080,070,050,040,040,020,01

Penyumbang In� asi/De� asi Administered Prices April 2018Tabel 3.6

SUMATERA KALIMANTAN SULAWESI

MAPUAJAWA

Nasional

BALINUSRA

Aceh 3,98Sumut 4,43Sumbar 2,26

Riau 3,62Kep. Riau 4,35Jambi 3,79

Bengkulu 3,76Sumsel 3,71Kep. Babel 2,57Lampung 3,42

Kalbar 3,30Kalsel 2,90Kaltim 2,76

Kalteng 2,55Kaltara 2,20

Gorontalo 2,83Sulut 2,24Sulteng 3,01Sulbar 2,80Sulsel 3,54Sultra 2,52

Maluku 0,88Maluku Utara 3,54Papua 3,05Papua Barat 2,49

Banten 3,80DKI Jakarta 3,32Jabar 3,69

Jateng 3,23DIY 3,11Jatim 3,06

Bali 3,24NTB 3,65NTT 1,97

Inf ≥ 4,5%3,5% ≤ Inf < 4,5%2,5% ≤ Inf < 3,5%Inf < 2,5%

3,30

2017 I’18 4-18

3,70 3,82 3,45

2017 I’18 4-18

2,83 2,853,94

2017 I’18 4-18

2,99 3,12

3,78

2017 I’18 4-18

3,47 3,42

3,61

2017 I’18 4-18

3,40 3,41

3,20

2017 I’18 4-18

3,02 3,15 1,53

2017 I’18 4-18

2,16 2,33

Peta In� asi Daerah, April 2018 (% yoy)Gambar 3.2

Page 35: LAPORAN KEBIJAKAN MONETER - Bank Indonesia · 4 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2018 Bank Indonesia Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2018 tetap kuat didukung oleh

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2018 33

PASAR TENAGA KERJA

Perkembangan ketenagakerjaan menunjukkan perbaikan. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada Februari 2018 sebesar 5,13%, merupakan yang terendah dalam 10 tahun terakhir (Tabel 3.7). Penurunan tingkat pengangguran yang lebih signifikan terjadi di wilayah perdesaan (Grafik 3.29), disebabkan oleh pola musiman terjadinya panen raya serta dukungan program stimulus fiskal pemerintah dalam bentuk program “Cash for Work”. Perkembangan positif penurunan TPT disertai pula perbaikan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) yang meningkat menjadi 69,2%, yang diduga terkait dengan kembalinya sebagian penduduk produktif ke pasar tenaga kerja. Namun, perbaikan serapan tenaga kerja lebih ditopang oleh perbaikan pada pekerja tidak penuh. Pekerja penuh pada Februari 2018 hanya tumbuh 0,1%, lebih rendah dibandingkan dengan pekerja tidak penuh yang tumbuh hingga 6,5%. Dari pekerja tidak penuh, kenaikan pekerja paruh waktu tetap tinggi hingga 8% yang diindikasikan terkait dengan maraknya lapangan kerja di jasa dan perdagangan online.

Tingkat Penggangguran Terbuka Berdasarkan WilayahGra� k 3.29

Sumber: Kementerian Keuangan

5,13

6,34

3,72

0

1

2

3

4

5

6

7

8

Total Kota Desa

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) %

2015 2 2016 2 2017 2 2018 2

Sumber: BPS

Juta orang kecuali dinyatakan lain

82 2Penduduk Usia Produktif (15+)1

2

3

45

Angkatan Kerja- Bekerja - Pekerja Penuh - Pekerja Tidak Penuh - Setengah Penganggur - Paruh Waktu- PengangguranBukan Angkatan Kerja- Sekolah- Mengurus Rumah Tangga- LainnyaTingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%)Tingkat Pengangguran Terbuka (%)

184,6 186,1 187,6 189,1 190,6 192,1 193,6128,3 122,4 127,7 125,4 131,6 128,1 133,9120,9 114,8 120,7 118,4 124,5 121,0 127,1

85,2 80,5 84,3 86,2 87,0 87,2 87,135,7 34,3 36,3 32,2 37,5 33,8 40,010,0 9,7 10,5 9,0 9,5 9,1 9,725,6 24,6 25,9 23,3 28,1 24,7 30,37,5 7,6 7,02 7,03 7,01 7,04 6,87

56,3 63,7 59,9 63,6 59,0 64,0 59,616,5 16,7 16,2 15,9 15,2 16,5 15,632,5 38,2 36,2 39,3 36,1 39,9 36,07,3 8,8 7,5 8,4 7,7 7,6 8,0

69,5 65,8 68,1 66,3 69,0 66,7 69,25,8 6,2 5,5 5,6 5,3 5,5 5,1

No Kegiatan Utama2015

822016

822017 2018

Pertumbuhan Ekonomi Sisi PengeluaranTabel 3.7

Page 36: LAPORAN KEBIJAKAN MONETER - Bank Indonesia · 4 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2018 Bank Indonesia Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2018 tetap kuat didukung oleh

Bank IndonesiaLaporan Kebijakan Moneter Triwulan I 201834

Kontribusi serapan tenaga kerja formal di Februari 2018 relatif lebih terbatas dibandingkan dengan Februari 2017. Lebih terbatasnya serapan tenaga kerja formal bersumber dari penurunan kontribusi pekerja buruh/karyawan dan wirausahawan yang menggunakan tenaga kerja tetap. Dengan perkembangan tersebut, sektor informal masih mendominasi serapan tenaga kerja dengan pangsa yang lebih tinggi dibandingkan formal (Grafik 3.30). Kontribusi dari pekerja bebas di lapangan usaha pertanian mengalami penurunan seiring dengan bergesernya panen raya ke April 2018 (Grafik 3.31). Sementara kontribusi pekerja bebas informal di lapangan usaha nonpertanian yang utamanya di jasa mengalami peningkatan signifikan. Hal ini diperkirakan terkait dengan maraknya perkembangan e-commerce di bidang jasa transportasi. Kondisi pasar tenaga kerja formal yang terbatas tercermin pula pada indikator job vacancy online yang belum mengindikasi pemulihan secara kuat pada triwulan I 2018 jika dibandingkan triwulan IV 2017. Hal tersebut juga tercermin pada hasil survei kegiatan dunia usaha (SKDU) Bank Indonesia pada triwulan I-2018 yang menunjukkan perbaikan aktivitas dunia usaha.

Secara sektoral, perbaikan serapan tenaga kerja ditopang oleh perbaikan lapangan Secara sektoral, perbaikan serapan tenaga kerja ditopang oleh perbaikan lapangan usaha industri pengolahan, jasa lainnya, dan perdagangan, hotel dan restoran (PHR). Perbaikan serapan tenaga kerja sektor industri pengolahan terjadi seiring dengan kinerja industri pengolahan yang membaik pada triwulan I 2018. Perbaikan kinerja industri juga mendorong peningkatan rerata upah di sektor industri pengolahan. Demikian juga dengan serapan tenaga kerja di lapangan usaha PHR serta jasa lainnya yang juga tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan I 2017 (Tabel 3.8). Sementara itu, serapan tenaga kerja di sektor konstruksi menurun baik pada pekerja dengan status buruh maupun status karyawan.

Pangsa Tenaga Kerja Menurut StatusGra� k 3.30

Sumber: Kementerian Keuangan

20

30

40

50

60

70

80

2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

%

Formal Informal

Kontribusi Pertumbuhan Pekerja Berdasarkan StatusGra� k 3.31

Sumber: Kementerian Keuangan

7

6

5

4

3

2

1

0

-1

-2

-3

Pekerja Keluarga/Tak dibayar - InformalPekerja Bebas Pertanian - InformalBerusaha Formal - FormalBerusaha Sendiri Informal - InformalJumlah Informal

20142 8 2 8 2 8 2 28

2015 2016 2017 2018

% gKontribusi

Pekerja Bebas di Non Pertanian - InformalPekerja Tetap - FormalBerusaha Informal - InformalJumlah FormalTotal

Page 37: LAPORAN KEBIJAKAN MONETER - Bank Indonesia · 4 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2018 Bank Indonesia Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2018 tetap kuat didukung oleh

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2018 35

Secara spasial, perbaikan ketenagakerjaan hampir terjadi di seluruh provinsi. Pada Februari 2018, hampir seluruh provinsi menunjukkan penurunan tingkat pengangguran dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya (Grafik 3.32). Penurunan tingkat pengangguran tersebut sejalan dengan perbaikan kinerja ekonomi. Penurunan yang signifikan antara lain terjadi di wilayah Papua dan Papua Barat seiring kinerja pertambangan yang semakin meningkat.

Tingkat Pengangguran Berdasarkan ProvinsiGra� k 3.32

Sumber: Kementerian Keuangan

Papua Barat

Papua

Papua Barat

Papua

-3,0

-2,0

-1,0

0,0

1,0

2,0

3,0

0,0 5,0 10,0

Tingkat Pengangguran (%)

Perubahan Feb'17Perubahan Feb'18

Tingkat Pengangguran TinggiTingkat Pengangguran Rendahdan Menurun

Tingkat Pengangguran Tinggidan meningkat

Tingkat Pengangguran Rendahdan Meningkat

Perubahan Tingkat Pengangguran (%)

Sumber: BPS

Juta orang kecuali dinyatakan lain

82123456789

No Lapangan Pekerjaan Utama2017 % yoy

(Feb 2018)Kontribusi

(% yoy)% Rerata

Upah (yoy)Kinerja PDB

(% yoy)22018

TaniTambangIndustriLGAKonstruksiPHRTranskomJasa Keuangan dan AsuransiJasa lainnyaTotal

39,7 35,9 38,7 -2,5 -0,8 0,6 3,11,4 1,4 1,4 1,5 0,0 -6,6 0,7

17,1 17,6 17,9 4,9 0,7 0,4 4,50,7 0,7 0,8 18,2 0,1 -28,8 3,37,2 8,1 7,1 -1,4 -0,1 5,6 7,4

30,3 29,4 31,7 4,4 1,1 -2,3 5,15,8 5,9 6,1 5,2 0,2 10,9 8,63,6 3,7 3,6 -0,6 0,0 -7,4 4,7

18,9 18,3 19,9 5,5 0,9 -6,7 6,0124,54 121,0 127,1 2,2 2,2 -5,7 5,1

Delta Tenaga Kerja Berdasarkan SektorTabel 3.8

Page 38: LAPORAN KEBIJAKAN MONETER - Bank Indonesia · 4 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2018 Bank Indonesia Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2018 tetap kuat didukung oleh

Bank IndonesiaLaporan Kebijakan Moneter Triwulan I 201836

PASAR KEUANGAN

Transmisi kebijakan moneter melalui jalur suku bunga masih berlanjut didukung kondisi keuangan yang tetap stabil disertai intermediasi perbankan yang membaik. Transmisi pelonggaran kebijakan moneter melalui jalur suku bunga berjalan cukup efektif sebagaimana tercermin dari berlanjutnya penurunan suku bunga deposito dan suku bunga kredit pada triwulan I 2018. Kondisi likuiditas perbankan masih cukup memadai, meskipun M2 tumbuh melambat yang terutama disebabkan oleh penurunan cadangan devisa. Sementara itu, NDA tetap tumbuh tinggi didorong oleh ekspansi belanja pemerintah. Intermediasi perbankan membaik sejalan dengan perbaikan ekonomi yang terus berlanjut. Sejalan dengan hal tersebut, pembiayaan di pasar keuangan juga tetap tinggi. Namun demikian, kinerja pasar saham domestik dan pasar SBN menurun seiring peningkatan tekanan eksternal.

Suku bunga PUAB O/N mengalami kenaikan seiring dengan tingginya kebutuhan likuditas rupiah. Rata-rata harian (RRH) suku bunga PUAB O/N pada triwulan I 2018 naik 5 bps menjadi 3,92% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Kenaikan suku bunga PUAB O/N tersebut terutama terjadi pada Maret 2018 yang mengalami kenaikan 15 bps (mtm) sejalan dengan meningkatnya kebutuhan rupiah untuk memenuhi permintaan valas yang cukup tinggi (Grafik 3.33). Dengan kenaikan tersebut, spread suku bunga PUAB O/N dengan suku bunga kebijakan pada triwulan I 2018 menjadi 23 bps, lebih menyempit dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 38 bps, dan merupakan terendah sejak triwulan III 2016 pada periode tax amnesty tahap I.

Volatilitas PUAB meningkat seiring kebutuhan likuiditas rupiah yang tinggi. Spread min-max suku bunga PUAB O/N pada triwulan I 2018 tercatat sekitar 21 bps,

Perkembangan Suku Bunga PUAB O/NGra� k 3.33

Sumber: BPS, diolah

3,0

3,5

4,0

4,5

5,0

5,5

6,0

6,5

7,0

7,5

8,0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

2016 2017 2018

11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3

%

PUAB O/N BI 7DRR Rate DF Rate LF Rate BI Rate

10 11 12

Page 39: LAPORAN KEBIJAKAN MONETER - Bank Indonesia · 4 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2018 Bank Indonesia Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2018 tetap kuat didukung oleh

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2018 37

Koridor Suku Bunga Operasional MoneterGra� k 3.34

Sumber: Bank Indonesia

0

10

20

30

40

50

3

4

5

6

7

8

9

10

11%

Vol. PUAB (Skala kanan) Vol. PUAB O/N (Skala kanan)Suku Bunga PUAB O/N DF RateBI Rate BI 7DRR Rate

Rp Triliun

1 4 7

2013 2014 2015 2016 2017 2018

10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 1 47 10

Suku Bunga PerbankanGra� k 3.35

Sumber: Bank Indonesia

0

1

2

3

4

5

6

456789

1011121314

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3

2015 2016 2017 2018

% %

Spread Kredit -Depo (Skala kanan) RRT Sb DepoRRT Sb Kredit LF RateBI Rate BI 7DRR Rate

Suku Bunga KMK, KI dan KKGra� k 3.36

Sumber: Bank Indonesia

10

11

12

13

14

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 5 6 7 8 9 10 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3

2015 2016 2017 2018

%

RRT Suku Bunga Kredit KMK KI KK

lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sekitar 15 bps. Namun, kebutuhan likuiditas Rupiah masih memadai dan dapat dipenuhi oleh tingginya volume PUAB. RRH Volume PUAB pada triwulan I 2018 naik 29% menjadi Rp17,1 triliun (Grafik 3.34). Tingginya volume PUAB di tengah naiknya kebutuhan likuiditas antara lain terkait meningkatnya utilisasi implementasi GWM Rata-Rata, sehingga mendorong perbankan lebih leluasa menggunakan likuiditas secara temporer untuk disalurkan di PUAB.

Berlanjutnya transmisi pelonggaran kebijakan moneter melalui jalur suku bunga tercermin pada penurunan suku bunga deposito yang terus berlangsung. Penurunan suku bunga deposito pada triwulan I 2018 menurun 23 bps (qtq) dari triwulan sebelumnya menjadi 5,84% (Grafik 3.35). Dengan perkembangan tersebut, akumulasi penurunan suku bunga deposito sudah melampaui penurunan suku bunga kebijakan Bank Indonesia. Sejak awal penurunan suku bunga kebijakan pada Desember 2015, secara akumulasi suku bunga kebijakan telah menurun sebesar 200 bps. Sementara, penurunan suku bunga deposito telah mencapai 210 bps, atau turun 105% selama periode Januari 2016 hingga Maret 2018. Berdasarkan tenornya, penurunan suku bunga deposito pada triwulan I 2018 terjadi pada hampir semua tenor, dengan penurunan terbesar terjadi pada tenor 12 bulan sebesar 34 bps (qtq). Di sisi lain, tenor yang mencatatkan akumulasi penurunan terbesar sejak periode pelonggaran kebijakan moneter adalah tenor 24 bulan dengan penurunan sebesar 233 bps.

Searah dengan penurunan suku bunga deposito, suku bunga kredit juga terus menurun. Pergerakan suku bunga kredit pada triwulan I 2018 turun sebesar 12 bps (qtq) menjadi 11,20% (Grafik 3.36). Dengan penurunan tersebut, akumulasi penurunan suku bunga kredit tercatat 165 bps atau

Page 40: LAPORAN KEBIJAKAN MONETER - Bank Indonesia · 4 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2018 Bank Indonesia Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2018 tetap kuat didukung oleh

Bank IndonesiaLaporan Kebijakan Moneter Triwulan I 201838

mencapai 83% pada periode Januari 2016 hingga Maret 2018. Meskipun penurunan suku bunga kredit lebih lambat dibandingkan suku bunga deposito, namun penurunan suku bunga kredit sudah lebih besar jika dilihat transmisi kepada suku bunga dana (cost of fund) meliputi giro, tabungan dan deposito yang menurun sebesar 118 bps (59%).

Penurunan suku bunga kredit secara triwulanan terjadi pada seluruh jenis kredit. Penurunan suku bunga kredit terbesar pada triwulan I 2018 terjadi pada jenis kredit konsumsi (KK) dan kredit investasi (KI) yang masing-masing turun sebesar 18 bps dan 17 bps (qtq). Sementara itu, suku bunga kredit modal kerja (KMK) turun 9 bps (qtq). Secara kumulatif, sepanjang periode pelonggaran kebijakan moneter, penurunan suku bunga kredit terbesar terjadi pada KMK yang turun 187 bps, diikuti penurunan suku bunga KI dan KK yang masing-masing sebesar 174 bps dan 140 bps. Dengan perkembangan tersebut, spread antara suku bunga deposito dan suku bunga kredit turun 3 bps menjadi 523 bps pada akhir triwulan I 2018.

Kondisi sistem keuangan tetap stabil disertai intermediasi perbankan yang membaik. Terjaganya stabilitas sistem keuangan tercermin pada rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) perbankan yang cukup tinggi mencapai 22,5% dan rasio likuiditas (AL/DPK) sebesar 21,2% pada Maret 2018 (Grafik 3.37 dan 3.38). Sementara itu, sejalan dengan upaya penguatan manajemen risiko kredit perbankan, rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) turun menjadi 2,75% (gross) atau 1,25% (net) pada bulan yang sama.

Pertumbuhan kredit mulai membaik. Kredit perbankan tumbuh 8,5% (yoy) pada akhir triwulan I 2018, lebih baik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh 8,2% (yoy) (Grafik 3.39). Perbaikan penyaluran kredit terjadi pada KMK dan KK, sementara

Sumber: Bank Indonesia

0

1

2

3

4

5

6

7

18,5

19,0

19,5

20,0

20,5

21,0

21,5

22,0

22,5

23,0

23,5

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3

2015 2016 2017 2018

% Triliun Rp

Modal (Skala kanan) ATMR (Skala kanan) CAR

Sumber: Bank Indonesia

0

5

10

15

20

25

400

500

600

700

800

900

1000

1100

1200

1300

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3

2015 2016 2017 2018

%Triliun Rp

AL AL/DPK (Skala kanan)

Sumber: Bank Indonesia

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3

2015 2016 2017 2018

% yoy

Total Kredit KMK KI KK

Permodalan Industri PerbankanGra� k 3.37

Perkembangan Rasio Likuiditas

Pertumbuhan Kredit Menurut Jenis Penggunaan

Gra� k 3.38

Gra� k 3.39

Page 41: LAPORAN KEBIJAKAN MONETER - Bank Indonesia · 4 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2018 Bank Indonesia Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2018 tetap kuat didukung oleh

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2018 39

Pertumbuhan Kredit SektoralGra� k 3.40

Sumber: Bank Indonesia

5,611,6

4,9

12,318,3

12,2

8,4

14,7

- -16,1

11,68,5

5,2

10,35,4

6,320,6

12,0

8,024,0

-10,17,9

8,2

-20 -15 -10 -5 0 5 10 15 20 25 30

Perdagangan

Lain-lain

Industri

Pengangkutan

Konstruksi

Pertanian

Jasa Dunia Usaha

Jasa Sosial

Pertambangan

Listrik

Total

%

Mar-18Des-17

KI relatif stabil. Pertumbuhan KMK pada akhir triwulan I 2018 tercatat 8,8% (yoy), lebih tinggi jika dibandingkan 8,5% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Pertumbuhan KK meningkat 11,5% (yoy) dari 11,0% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Sementara itu, pertumbuhan kredit investasi (KI) relatif stabil dari 4,8% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 4,9% (yoy). Stabilnya pertumbuhan KI sejalan dengan selesainya sejumlah proyek infrastruktur pemerintah.

Berdasarkan sektor ekonomi, membaiknya pertumbuhan kredit pada triwulan I 2018 terutama bersumber dari meningkatnya pertumbuhan kredit ke sektor nontradable. Pertumbuhan kredit berasal dari sektor perdagangan, pengangkutan, pertanian dan jasa dunia usaha di tengah penyaluran kredit ke sektor industri pengolahan dan konstruksi yang melambat (Grafik 3.40). Sektor perdagangan memiliki pangsa kredit cukup besar sekitar 21% dari total kredit. Pertumbuhan kredit ke sektor perdagangan 5,6% (yoy) pada triwulan I 2018, lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya 5,2% (yoy). Sektor pertanian, yang memiliki pangsa 7,0% dari total kredit, mencatat pertumbuhan kredit sebesar 12,2% (yoy) pada akhir triwulan I 2018, meningkat dari 12,0% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Sektor jasa dunia usaha, dengan pangsa 9,2% dari total kredit, tumbuh 8,4% (yoy), meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 8,0% (yoy). Sementara itu, sektor pengangkutan dengan pangsa 3,9%, mencatatkan peningkatan pertumbuhan tertinggi dari 6,3% pada triwulan sebelumnya menjadi 12,3%. Di sisi lain, sektor industri yang memiliki pangsa kredit sebesar 16,8% mencatat pertumbuhan kredit sebesar 4,9% (yoy) pada akhir triwulan I 2018 atau lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang sebesar 5,4% (yoy).

Page 42: LAPORAN KEBIJAKAN MONETER - Bank Indonesia · 4 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2018 Bank Indonesia Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2018 tetap kuat didukung oleh

Bank IndonesiaLaporan Kebijakan Moneter Triwulan I 201840

Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. DPK pada triwulan I 2018 tumbuh 7,7% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya 9,4% (yoy) - (Grafik 3.41). Berdasarkan jenisnya, menurunnya pertumbuhan DPK bersumber dari melambatnya pertumbuhan giro dan deposito. Giro dan deposito pada akhir triwulan I 2018 mencatat pertumbuhan masing-masing 7,7% (yoy), dan 5,9% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang masing-masing sebesar 9,7% (yoy) dan 9,0% (yoy). Di sisi lain, pertumbuhan tabungan masih menunjukkan peningkatan dari 9,6% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 10,3% (yoy).

Perkembangan DPK tersebut berdampak pada likuiditas perekonomian M2 yang tumbuh melambat. Pada akhir triwulan I 2018, M2 tercatat tumbuh sebesar 7,5% (yoy), lebih rendah dari triwulan sebelumnya sebesar 8,3% (yoy). Melambatnya pertumbuhan M2 tersebut bersumber dari penurunan pertumbuhan M1 dan uang kuasi (Grafik 3.42). Perkembangan M1 pada triwulan I 2018 tumbuh 11,9% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya 12,4% (yoy). Menurunnya pertumbuhan M1 tersebut dipengaruhi oleh penurunan pertumbuhan giro yang hanya tumbuh 7,7% (yoy), jauh lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 9,7% (yoy). Sementara itu, pertumbuhan uang kuasi pada triwulan I 2018 melambat menjadi 6,2% (yoy), dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 6,9% terutama dipengaruhi oleh perlambatan deposito dan tabungan, baik dalam denominasi rupiah maupun valas.

Perlambatan M2 dipengaruhi oleh menurunnya NFA. NFA pada triwulan I 2018 tumbuh menjadi 9,3% (yoy), lebih rendah dari 18,7% (yoy) pada triwulan sebelumnya (Grafik 3.43). Hal itu dipengaruhi oleh cadangan devisa yang menurun, antara lain untuk pembiayaan

Pertumbuhan DPKGra� k 3.41

Sumber: Bank Indonesia

-5

0

5

10

15

20

25

30

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3

2015 2016 2017 2018

% yoy

Total DPKGiroTabunganDeposito

Pertumbuhan Faktor yang Memengaruhi M2Gra� k 3.43

Sumber: Bank Indonesia

-10

-5

0

5

10

15

20

25

30

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3

2015 2016 2017 2018

%

NFA NDA M2

Pertumbuhan Komponen M2Gra� k 3.42

Sumber: Bank Indonesia

0

5

10

15

20

25%

M2 M1 Kuasi

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3

2015 2016 2017 2018

Page 43: LAPORAN KEBIJAKAN MONETER - Bank Indonesia · 4 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2018 Bank Indonesia Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2018 tetap kuat didukung oleh

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2018 41

Sumber: OJK, diolah

Rp Triliun

Total Pembiayaan Non Bank Total o/w Emiten Sektor Keuangan

Saham o/w Emiten Sektor Keuangan

Obligasi o/w Emiten Sektor Keuangan

MTN dan Promissory Notes + NCD o/w Emiten Sektor Keuangan

2017 20181 2 3 I 4 5 6 II 7 8 9 III 10 11 12 IV Total 1 2 3 I

1,1 20,5 22,5 44,1 14,5 19,0 85,4 118,9 15,6 17,9 26,3 59,8 38,5 31,3 20,8 90,6 313,5 2,0 24,0 42,90,4 17,0 11,2 28,7 9,1 9,3 29,3 47,7 5,1 10,4 12,3 27,8 15,2 7,3 4,7 27,3 131,5 0,0 15,4 26,20,0 1,5 8,6 10,1 0,6 3,5 43,4 47,5 0,3 5,0 5,8 11,2 2,6 15,0 11,5 29,1 97,8 0,5 0,2 1,60,0 0,7 1,6 2,3 0,2 3,1 4,4 7,6 0,0 0,0 1,0 1,0 0,0 0,5 1,0 1,5 12,5 0,0 0,0 0,10,0 15,7 10,2 25,9 12,5 10,5 38,4 61,3 13,2 11,2 16,8 41,3 26,4 11,1 2,6 40,0 168,5 0,0 21,3 29,40,0 13,6 6,5 20,0 8,6 2,2 22,7 33,5 4,0 9,9 8,3 22,1 8,3 4,8 1,5 14,6 90,2 0,0 14,6 21,21,1 3,3 3,7 8,2 1,5 5,0 3,6 10,0 2,0 1,7 3,7 7,4 9,5 5,2 6,8 21,5 47,1 1,5 2,6 12,00,4 2,8 3,1 6,3 0,3 4,1 2,2 6,6 1,1 0,6 3,0 4,7 6,9 2,1 2,2 11,2 28,8 0,0 0,9 4,0

16,910,7

0,90,18,16,67,94,0

Pembiayaan NonbankTabel 3.9

kebutuhan impor dan stabilisasi nilai tukar sejalan dengan meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global. Di sisi lain, pertumbuhan NDA triwulan I 2018 tercatat sebesar 6,9% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,7% (yoy). Lebih tingginya pertumbuhan NDA disebabkan oleh ekspansi belanja pemerintah yang mulai terlihat pada triwulan I 2018.

Tren kenaikan pembiayaan pasar keuangan terus berlanjut. Pembiayaan ekonomi melalui pasar keuangan, seperti penerbitan saham, obligasi, dan medium term notes (MTN) dan negotiable certificate of deposit (NCD) tetap tumbuh tinggi sebesar mencapai Rp42,9 triliun pada triwulan I 2018 (Tabel 3.9). Peningkatan pembiayaan nonbank tersebut mengindikasikan bahwa aktivitas ekonomi terus membaik. Tingginya pembiayaan dari pasar keuangan ditopang oleh dominannya obligasi korporasi dengan porsi 69% dan semakin diminatinya penerbitan MTN.

Pembiayaan nonbank yang berasal dari penerbitan obligasi korporasi semakin tinggi seiring dengan pricing yang kompetitif. Pada triwulan I 2018, secara kumulatif penerbitan obligasi korporasi mencapai Rp29,4 triliun atau tumbuh 30,2% (yoy), didominasi tenor menengah 3 tahun dan 5 tahun. Meningkatnya minat penerbitan obligasi korporasi didorong oleh tingkat suku bunga obligasi korporasi yang menurun 65 bps, sehingga spread dengan suku bunga kredit menjadi cukup lebar. Dengan perkembangan tersebut dan masih ketatnya lending standard perbankan, pembiayaan melalui pasar keuangan menjadi pilihan menarik bagi emiten. Selain pembiayaan domestik, emiten juga memperluas sumber pembiayaan diantaranya melalui penerbitan IDR Global Bond.

Page 44: LAPORAN KEBIJAKAN MONETER - Bank Indonesia · 4 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2018 Bank Indonesia Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2018 tetap kuat didukung oleh

Bank IndonesiaLaporan Kebijakan Moneter Triwulan I 201842

Pasar saham domestik pada triwulan I 2018 melemah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami koreksi 2,6% (qtq) ke level 6.188,99, dari triwulan sebelumnya pada level 6.355,65. Koreksi didorong oleh meningkatnya kekhawatiran terkait perkembangan nilai tukar rupiah yang memengaruhi total return saham. Di sisi eksternal, kekhawatiran investor terhadap dinamika eksternal yang mengemuka, antara lain membaiknya ekonomi Amerika Serikat sehingga mendorong kenaikan FFR yang lebih agresif serta meningkatnya proteksi perdagangan (trade war) juga memberikan sentimen negatif terhadap perkembangan IHSG. Investor nonresiden tercatat melakukan net jual sebesar Rp14,9 triliun pada Maret 2018, melanjutkan net jual yang juga terjadi pada bulan sebelumnya (Grafik 3.44). Secara kumulatif hingga Maret 2018, investor nonresiden mencatat net jual di pasar saham sebesar Rp23,5 triliun. Porsi investor nonresiden dalam perdagangan di pasar saham tercatat 36,3%, sementara investor residen sebesar 63,7% (Grafik 3.45).

Pelemahan pasar saham domestik sejalan dengan perkembangan bursa global yang juga melemah pada triwulan I 2018. Namun, pelemahan pasar saham domestik masih lebih baik dibandingkan dengan beberapa pasar saham negara lain yang juga mengalami koreksi. Penurunan paling dalam terjadi di Inggris sebesar -8,2% (qtq), diikuti oleh Filipina -6,8% (qtq), Jepang -5,8% (qtq), dan Tiongkok -4,2% (qtq). Sementara itu, pergerakan pasar saham di beberapa negara peers lainnya menunjukkan peningkatan, antara lain Vietnam sebesar 19,3% (qtq), Malaysia 3,7% (qtq), dan Thailand 1,3% (qtq) – (Grafik 3.46).

Pelemahan harga saham terjadi pada sebagian besar sektor pada akhir triwulan I 2018. Pelemahan tertinggi terjadi pada sektor infrastruktur yang menurun 10,7%

IHSG dan Net Jual/Beli AsingGra� k 3.44

Sumber: BEI, diolah

-25

-20

-15

-10

-5

0

5

10

15

20

4.000

4.500

5.000

5.500

6.000

6.500

7.000

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 2 4

2015 2016 2017 2018

Rp TriliunIndeks

Net Jual/Beli Asing (Skala kanan) IHSG

Porsi Kepemilikan Saham AsingGra� k 3.45

Sumber: Bloomberg, diolah

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3

2015 2016 2017 2018

%

Residen Nonresiden

IHSG dan Indeks Bursa Global Triwulan I 2018 (qtq) Gra� k 3.46

Sumber: Bloomberg, diolah

-2,6-2,5

-8,2

-4,23,7

0,6-5,8

0,719,3

1,3

-3,2-6,8

-15 -10 -5 0 5 10 15 20 25

IndonesiaAmerika Serikat

InggrisChina

MalaysiaHong Kong

JepangSingapura

VietnamThailand

IndiaPhilipina

%

Page 45: LAPORAN KEBIJAKAN MONETER - Bank Indonesia · 4 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2018 Bank Indonesia Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2018 tetap kuat didukung oleh

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2018 43

SBN dan Net Jual/Beli AsingGra� k 3.48

Sumber: Bloomberg, diolah

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

50

0

2

4

6

8

10

12

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3

2015 2016 2017 2018

% Rp Triliun

Net Jual/Beli Asing (Skala kanan) Yield SBN 10 Tahun

Perubahan Kepemilikan SBN AsingGra� k 3.49

Sumber: Bloomberg, diolah

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

0

500

1.000

1.500

2.000

2.500

2015 2016 2017 2018

%Rp Triliun

Pangsa Asing (Skala kanan) Total Asing Total SBN

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3

Indeks Sektoral Triwulan I 2018 (qtq)Gra� k 3.47

Sumber: Bloomberg, diolah

-2,6-6,8

-3,22,1

-10,716,2

-0,48,6

-9,9-9,7

-0,86,4

1,7

-15 -10 -5 0 5 10 15 20

IHSGLQ45Main

DevelopmentInfrastruktur

PertambanganKeuangan

Industri DasarAneka Industri

KonsumsiPerdagangan

PertanianProperti

%

(qtq), disusul oleh sektor aneka industri yang terkontraksi 9,9% (qtq), dan sektor konsumsi yang menurun 9,7% (qtq) – (Grafik 3.47). Kinerja indeks sektor keuangan yang semula positif mulai mengalami penurunan seiring dengan meningkatnya kekhawatiran investor terkait dampak pelemahan nilai tukar terhadap prospek kinerja sektor perbankan.

Kinerja pasar SBN menurun di tengah meningkatnya tekanan eksternal. Penurunan kinerja SBN tersebut tercermin dari kenaikan yield SBN. Yield benchmark 10 tahun pada akhir triwulan I 2018 naik 36 bps dibandingkan dengan triwulan sebelum menjadi 6,68% (Grafik 3.48). Kenaikan yield SBN dipengaruhi oleh naiknya yield UST dan meningkatnya tekanan nilai tukar rupiah. Kenaikan yield SBN domestik tersebut searah dengan tren kenaikan yield secara global, terutama di negara peer. Kenaikan yield SBN mulai terjadi sejak awal 2018, setelah konsisten turun di sepanjang 2017. Meskipun meningkat, yield SBN saat ini masih lebih rendah dibanding periode sebelumnya.

Investor nonresiden masih tercatat melakukan beli neto hingga akhir triwulan I 2018. Secara kumulatif pada triwulan I 2018, investor nonresiden mencatatkan beli neto sebesar Rp22,6 triliun, meskipun pada bulan Februari sempat terjadi jual neto sebesar Rp21,6 triliun. Namun, beli neto pada triwulan I 2018 tersebut lebih rendah dibandingkan dengan historis inflow yang terjadi pada setiap triwulan I dalam 3 tahun terakhir. Dengan perkembangan tersebut, kepemilikan investor nonresiden di pasar SBN pada triwulan I 2018 tercatat 38,6%, lebih rendah dibandingkan posisi awal tahun dengan porsi sebesar 40,3% (Grafik 3.49).

Page 46: LAPORAN KEBIJAKAN MONETER - Bank Indonesia · 4 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2018 Bank Indonesia Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2018 tetap kuat didukung oleh

Bank IndonesiaLaporan Kebijakan Moneter Triwulan I 201844

Prospek Perekonomian4PROSPEK PEREKONOMIAN GLOBAL

Pertumbuhan ekonomi global 2018 diprakirakan semakin baik, meskipun di saat bersamaan sedang berlangsung proses penyesuaian likuiditas global (Tabel 4.1). Pertumbuhan ekonomi global 2018 diperkirakan mencapai 3,9%, lebih tinggi dari prakiraan sebelumnya sebesar 3,8%, terutama didorong oleh akselerasi ekonomi AS yang bersumber dari penguatan investasi dan konsumsi, di tengah berlanjutnya normalisasi kebijakan moneter AS. Di Eropa, pertumbuhan ekonomi juga diperkirakan tumbuh lebih tinggi didukung perbaikan ekspor dan konsumsi serta kebijakan moneter yang akomodatif. Di negara berkembang, pertumbuhan ekonomi Tiongkok diperkirakan tetap cukup tinggi ditopang kenaikan konsumsi dan investasi swasta serta proses penyesuaian ekonomi yang berjalan dengan baik. Prospek pemulihan ekonomi global yang membaik tersebut akan meningkatkan volume perdagangan dunia yang berdampak pada tetap kuatnya harga komoditas, termasuk komoditas minyak, pada 2018. Di tengah tren penguatan ekonomi dunia, likuiditas dolar AS cenderung mengetat, yang kemudian mendorong kenaikan imbal hasil surat utang AS dan penguatan dolar AS sehingga menekan banyak mata uang lainnya. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi global 2019 diprakirakan tetap sebesar 3,8%. Namun, masih terdapat sejumlah risiko perekonomian global yang tetap perlu diwaspadai, antara lain, kenaikan FFR dan imbal hasil surat utang AS, kenaikan harga minyak, ketegangan hubungan dagang AS-Tiongkok, serta isu geopolitik terkait pembatalan kesepakatan nuklir antara AS dan Iran.

Persen, yoy

Sumber: WEO IMF, Consensus Forecast, Bank Indonesia

Jan-20182017 2018 2019 2017 2018 2019 2017 2018 2019 2017 2018 2019

Apr-2018 Feb-2018 Apr-2018

Dunia Negara Maju Amerika Serikat Eropa JepangNegara Berkembang Tiongkok India

3,7 3,9 3,9 3,8 3,9 3,9 3,8 3,9 3,8 3,9 4,0 3,92,3 2,3 2,2 2,3 2,5 2,2 2,3 2,3 2,0 2,4 2,4 2,22,3 2,7 2,5 2,3 2,9 2,7 2,3 2,8 2,3 2,3 2,8 2,62,4 2,2 2,0 2,3 2,4 2,0 2,5 2,1 1,9 2,5 2,4 2,01,8 1,2 0,9 1,7 1,2 0,9 1,6 1,3 1,1 1,7 1,4 1,14,7 4,9 5,0 4,8 4,9 5,1 5,2 5,3 5,2 5,3 5,4 5,36,8 6,6 6,4 6,9 6,6 6,4 6,8 6,5 6,3 6,9 6,6 6,36,7 7,4 7,8 6,7 7,4 7,8 6,3 7,4 7,3 6,4 7,4 7,4

PDBWEO (IMF) Consensus Forecast

Outlook Perkembangan Ekonomi GlobalTabel 4.1

Page 47: LAPORAN KEBIJAKAN MONETER - Bank Indonesia · 4 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2018 Bank Indonesia Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2018 tetap kuat didukung oleh

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2018 45

Pemulihan ekonomi AS diprakirakan terus berlanjut pada 2018, di tengah berlanjutnya normalisasi kebijakan moneter. Pertumbuhan ekonomi AS tahun 2018 diprakirakan lebih baik dari perkiraan semula sejalan dengan realisasi pertumbuhan ekonomi AS pada triwulan I 2018 yang melebihi perkiraan. Investasi dan konsumsi yang merupakan motor penggerak perekonomian AS diperkirakan akan meningkat pada tahun 2018. Peningkatan konsumsi didukung kebijakan fiskal dari Pemerintah, masih positifnya iklim tenaga kerja, serta meningkatnya penjualan kendaraan dan jasa yang bersifat leisure. Di sisi investasi, meningkatnya kinerja investasi diperkirakan masih bersumber dari investasi nonresidensial, meskipun investasi residensial diperkirakan membaik seiring dengan meningkatnya penerbitan izin mendirikan bangunan. Implementasi reformasi pajak pada 2018 diperkirakan memberikan dampak positif terhadap perekonomian. Namun demikian, akselerasi pertumbuhan ekonomi AS pada tahun 2018 masih menghadapi berbagai risiko yakni (i) produktivitas dan partisipasi tenaga kerja yang belum mengimbangi pertumbuhan ekonomi serta (ii) defisit anggaran yang meningkat dan berdampak pada sustainabilitas fiskal dalam mendukung perekonomian. Sementara itu, pada tahun 2019, pertumbuhan ekonomi AS diperkirakan akan mengalami konsolidasi menuju PDB potensial dengan permasalahan tenaga kerja dan defisit anggaran yang diperkirakan masih berlanjut. Sejalan dengan perkembangan tersebut, normalisasi kebijakan moneter AS akan terus berlangsung dengan kenaikan suku bunga Fed Fund Rate (FFR) yang diperkirakan sebanyak tiga kali pada 2018 dan 2019, disertai dengan penurunan neraca bank sentral sesuai rencana.

Di Eropa, pertumbuhan ekonomi diprakirakan tumbuh lebih tinggi didukung perbaikan ekspor dan konsumsi serta kebijakan moneter yang akomodatif. Perkiraan pertumbuhan ekonomi Eropa direvisi ke atas dengan pertimbangan membaiknya beberapa indikator ekonomi. Kinerja konsumsi pada tahun 2018 diperkirakan meningkat ditopang oleh berlanjutnya kinerja positif tenaga kerja dan upah. Kinerja ekspor juga diperkirakan membaik pada 2018 sejalan dengan akselerasi pertumbuhan ekonomi AS sebagai tujuan utama ekspor Eropa. Sejalan dengan perbaikan ekspor, perbaikan kinerja di sektor industri diperkirakan berlanjut pada 2018 sebagaimana terindikasi dari kenaikan PMI di beberapa negara Eropa. Namun, pada 2018 terdapat risiko geopolitik sejalan dengan masih berlanjutnya ketidakpastian politik di Italia. Sementara itu, kebijakan moneter ECB diperkirakan tetap akomodatif dengan mempertahankan level suku bunga saat ini dan melanjutkan implementasi kebijakan Quantitative Easing (QE). Pada tahun 2019, pertumbuhan ekonomi Eropa diperkirakan masih sesuai dengan perkiraan karena adanya permasalahan struktural tenaga kerja yaitu masalah penuaan populasi, produktivitas yang rendah, serta adanya mismatch di pasar tenaga kerja.

Pertumbuhan ekonomi Jepang pada 2018 diprakirakan melambat dipengaruhi konsumsi yang tertahan. Prakiraan tersebut terindikasi dari aktivitas konsumsi yang diperkirakan tertahan sejalan dengan tren menurunnya tingkat keyakinan konsumen. Namun, kinerja konsumsi diperkirakan dapat tumbuh lebih tinggi seiring dengan implementasi tax reform yang memberikan dampak positif pada ekonomi Jepang. Di sisi lain, kinerja investasi diperkirakan tetap solid, didukung oleh kinerja positif sektor industri yang tercermin dari tren kenaikan tingkat keyakinan bisnis. Kinerja ekspor juga diperkirakan terus membaik seiring dengan masih kuatnya aktivitas ekonomi global, khususnya Tiongkok dan AS yang menjadi tujuan utama ekspor Jepang. Selain itu, PMI manufaktur AS, Tiongkok, dan Asia lainnya juga diperkirakan masih kuat sehingga berpotensi mendorong ekspor mesin Jepang. Sementara itu, pada tahun 2019, pertumbuhan ekonomi Jepang diperkirakan masih sesuai dengan perkiraan sejalan dengan adanya permasalahan struktural tenaga kerja.

Page 48: LAPORAN KEBIJAKAN MONETER - Bank Indonesia · 4 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2018 Bank Indonesia Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2018 tetap kuat didukung oleh

Bank IndonesiaLaporan Kebijakan Moneter Triwulan I 201846

Pertumbuhan ekonomi Tiongkok 2018 diprakirakan masih tetap tumbuh tinggi, ditopang kenaikan konsumsi dan investasi swasta serta proses penyesuaian ekonomi yang berjalan dengan baik. Meningkatnya konsumsi didukung oleh beberapa kebijakan pemerintah yakni diantaranya penurunan pajak impor dan revitalisasi pedesaan. Namun, peningkatan tersebut akan tertahan oleh tingginya hutang rumah tangga dan kebijakan deleveraging pemerintah. Selain itu, kinerja ekspor juga diperkirakan meningkat dan menjadi salah satu penopang pertumbuhan ekonomi Tiongkok sejalan dengan pemulihan ekonomi global khususnya negara-negara maju. Di sisi lain, kinerja investasi diperkirakan akan melambat pada 2018. Hal ini disebabkan oleh pengetatan ketentuan di sektor properti dalam rangka memitigasi risiko finansial diperkirakan akan menekan investasi publik (infrastruktur) dan properti. Sementara itu, kebijakan pelestarian lingkungan (environmental protection) yang ditempuh Pemerintah Tiongkok diperkirakan akan menahan investasi manufaktur. Selain itu, masih terdapat risiko yang harus diwaspadai yang berpotensi menekan pertumbuhan ekonomi Tiongkok yakni dampak dari trade war antara Tiongkok dan AS. Sementara pada 2019, proses rebalancing ekonomi diperkirakan terus berlanjut yang berdampak pada melambatnya ekonomi Tiongkok namun tetap berada pada level yang cukup tinggi.

Perekonomian India pada 2018 diprakirakan mulai pulih, ditopang oleh konsumsi dan investasi. Kondisi tersebut terindikasi dari berbagai indikator konsumsi seperti penjualan dan produksi kendaraan yang menunjukkan kinerja yang positif. Adapun peningkatan kinerja investasi tercermin dari peningkatan PMI manufaktur dan indeks industrial production (IP). Selain itu, perkiraan meningkatnya kinerja investasi India juga ditunjukkan dari peningkatan belanja modal swasta seiring membaiknya ekspektasi kenaikan profit korporasi. Kondisi serupa juga diperkirakan terjadi pada belanja publik yang diperkirakan meningkat pada 2018 akibat adanya kelonggaran fiskal di 2018/2019. Di sisi eskternal, pelemahan India Rupee terhadap AS belum berdampak signifikan terhadap kinerja ekspor India. Sementara itu, peningkatan aktivitas impor diperkirakan terus berlanjut sejalan dengan tren peningkatan harga komoditas minyak. Sementara pada 2019, momentum pemulihan ekonomi India diperkirakan terus berlanjut sehingga mendorong ekonomi India tumbuh akseleratif.

Berlanjutnya pemulihan ekonomi global akan mendorong volume perdagangan dunia pada 2018 tetap tumbuh positif, lebih tinggi dari prakiraan awal (Grafik 4.1). Revisi ke atas volume perdagangan dunia tersebut didorong oleh berlanjutnya momentum perbaikan ekonomi global yang didukung oleh pertumbuhan AS. Kinerja ekspor dalam jangka pendek diperkirakan masih akan ekspansif meskipun berisiko tertekan oleh trade war Tiongkok-AS. Kondisi tersebut terlihat pada WTV Ekspor baik negara maju maupun negara berkembang yang mulai melambat padai Februari 2018, serta terlihat pada global PMI new export order yang masih berada pada fase ekspansi namun mulai menurun pada Februari 2018 (Grafik 4.2). Sementara itu, impor juga diperkirakan akan meningkat khususnya di negara berkembang.

Pemulihan ekonomi dunia yang terus berlanjut diikuti oleh kenaikan harga komoditas global. Harga minyak pada tahun 2018 dan 2019 diperkirakan tumbuh lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya. Kondisi tersebut disebabkan oleh permintaan minyak dunia yang lebih tinggi dari perkiraan, terutama dari negara AS, Eropa, Asia dan negara-negara di luar OECD, berlanjutnya pemotongan produksi OPEC, meningkatnya gangguan pasokan, serta memburuknya kondisi geopolitik, antara lain terkait risiko diberlakukannya kembali sanksi ekspor minyak Iran oleh AS. Namun demikian, produksi minyak AS yang terus meningkat akan dapat menekan peningkatan

Page 49: LAPORAN KEBIJAKAN MONETER - Bank Indonesia · 4 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2018 Bank Indonesia Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2018 tetap kuat didukung oleh

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2018 47

harga minyak lebih lanjut. Produksi minyak AS saat ini mencapai rekor tertinggi yakni 10,59 juta bpd (Grafik 4.3).

Indeks Harga Komoditas Ekspor Indonesia (IHKEI) tahun 2018 diperkirakan tumbuh lebih rendah akibat harga batubara yang menunjukkan tren penurunan. Hal tersebut antara lain disebabkan oleh kebijakan Pemerintah Tiongkok untuk menekan harga batubara melalui pembatasan harga batubara domestik dan pengaturan inventory di pembangkit listrik. Disamping itu, peningkatan produksi batubara lokal di India yang berdampak pada peningkatan inventory pembangkit listrik akan turut mendorong penurunan permintaan batubara dari India yang pada gilirannya menurunkan harga. Meski demikian, penurunan IHKEI tertahan oleh harga nikel yang lebih tinggi dari perkiraan awal sejalan dengan adanya sanksi AS terhadap perusahaan logam Rusia yang diperkirakan akan mengurangi pasokan nikel dunia.

Perkiraan Volume Perdagangan DuniaGra� k 4.1

Sumber: IMF dan WTO

0

1

2

3

4

5

6

2014 2015 2016 2017 2018f 2019f

% yoy

IMF (WEO Apr-18)WTO (Outlook Apr-18)

PMI ManufakturGra� k 4.2

Sumber: IMS Markit

60

50

4020112010 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Indeks, base=50

Permintaan dan Penawaran Minyak DuniaGra� k 4.3

Sumber: IMF dan WTO

-1,0-0,8-0,6-0,4-0,20,00,20,40,60,81,01,2

I II III IV I II III IV

2018 2019

STEO Maret 2018 STEO April 2018

Proyeksi

Permintaan/Penawaran Minyak (mbpd)

Page 50: LAPORAN KEBIJAKAN MONETER - Bank Indonesia · 4 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2018 Bank Indonesia Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2018 tetap kuat didukung oleh

Bank IndonesiaLaporan Kebijakan Moneter Triwulan I 201848

PROSPEK PEREKONOMIAN DOMESTIK

Pemulihan ekonomi Indonesia diprakirakan berlanjut ke 2018 dan 2019 terutama bersumber dari menguatnya permintaan domestik. Pertumbuhan ekonomi diperkirakan berada dalam rentang 5,1-5,5% pada 2018 dan 5,2-5,6% pada 2019 (Tabel 4.2). Pertumbuhan ekonomi yang tetap kuat pada 2018 dan 2019 disertai dengan struktur yang membaik, seiring meningkatnya peran investasi sebagai motor pertumbuhan ekonomi. Di sisi permintaan domestik, investasi tumbuh meningkat ditopang percepatan proyek-proyek infrastruktur. Sementara itu, konsumsi swasta juga diperkirakan menguat seiring berlanjutnya perbaikan daya beli masyarakat dan didukung oleh pengeluaran terkait Pilkada 2018 dan Pilpres/Pileg 2019. Di sisi eksternal, sumbangan net ekspor diperkirakan relatif terbatas sejalan dengan impor yang diperkirakan tumbuh lebih tinggi daripada ekspor. Peningkatan impor terutama terkait pemenuhan kebutuhan investasi, termasuk infrastruktur, serta mendukung ekspor.

Investasi diperkirakan tumbuh meningkat dan menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi. Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTB) terakselerasi di kisaran 6.9 – 7.3% pada 2018 dan berlanjut pada 2019. Pertumbuhan investasi didorong oleh investasi bangunan dan nonbangunan. Peningkatan investasi bangunan terutama ditopang oleh pembangunan proyek-proyek infrastruktur Pemerintah baik pada 2018 dan 2019 sesuai dengan jadwal penyelesaian beberapa proyek infrastruktur strategis. Peningkatan pembangunan infrastruktur juga memengaruhi investasi nonbangunan, khususnya dalam bentuk mesin, peralatan, dan kendaraan pendukung. Selain merespons proyek-proyek infrastruktur, peningkatan investasi nonbangunan juga ditopang oleh prospek perekonomian khususnya sektor pertambangan, manufaktur, serta sektor pengangkutan dan jasa.

Konsumsi swasta diprakirakan tumbuh meningkat pada tahun 2018 dan 2019. Perbaikan konsumsi swasta akan didukung oleh peningkatan pendapatan rumah tangga khususnya kelompok bawah serta terjaganya daya beli sejalan dengan inflasi yang rendah. Peningkatan pendapatan didukung oleh mambaiknya investasi dan ekspor ke depan. Di samping itu, dampak rambatan belanja pemerintah dalam bentuk belanja rutin maupun penyaluran bansos diperkirakan

Persen, yoy

Sumber: WEO IMF, Consensus Forecast, Bank Indonesia

Konsumsi SwastaKonsumsi PemerintahInvestasiEksporImporPDB

Komponen PDBPengeluaran I II III IV 2017 I 2018* 2019*

2017 2018

5,00 5,02 4,95 4,98 4,98 5,01 4.9 - 5.3 4.9 - 5.32,69 -1,92 3,48 3,81 2,14 2,73 3.2 - 3.6 3.7 - 4.14,77 5,34 7,08 7,27 6,15 7,95 6.9 - 7.3 7.0 - 7.48,41 2,80 17,01 8,50 9,09 6,17 6.6 - 7.0 6.8 - 7.24,81 0,20 15,46 11,81 8,06 12,75 9.1 - 9.5 7.7 - 8.15,01 5,01 5,06 5,19 5,07 5,06 5.1 - 5.5 5.2 - 5.6

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi PengeluaranTabel 4.2

Page 51: LAPORAN KEBIJAKAN MONETER - Bank Indonesia · 4 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2018 Bank Indonesia Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2018 tetap kuat didukung oleh

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2018 49

juga akan berdampak positif terhadap pendapatan untuk konsumsi. Peningkatan konsumsi ini juga didukung oleh optimisme konsumen yang terjaga, terutama terhadap prospek ekonomi ke depan. Selain itu, tingginya pertumbuhan konsumsi juga ditopang oleh kuatnya konsumsi LNPRT seiring dengan penyelenggaraan Pilkada pada 2018 dan Pilpres/Pileg pada 2019.

Konsumsi Pemerintah diprakirakan tumbuh meningkat pada kisaran sekitar 3,2 – 3,6% pada tahun 2018 dan 3,7 – 4,1% pada tahun 2019. Prakiraan tersebut sejalan dengan membaiknya perekonomian domestik sehingga mendorong penerimaan pemerintah. Belanja konsumsi pemerintah pusat pada 2018 terutama didorong oleh belanja pegawai, barang, dan bantuan sosial. Anggaran bantuan sosial dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018 meningkat seiring dengan fokus pemerintah untuk pengentasan kemiskinan, pengurangan kesenjangan, dan penciptaan kesempatan kerja. Selain itu, konsumsi Pemerintah juga akan didorong peningkatan biaya logistik untuk pelaksanaan Pilkada. Peningkatan konsumsi Pemerintah tersebut diprakirakan terus berlanjut pada tahun 2019.

Ekspor diperkirakan masih tumbuh positif pada tahun 2018 dan 2019. Ekspor diprakirakan tumbuh di kisaran 6,6 – 7,0% pada 2018 dan 6,8 – 7,2% pada 2019. Perbaikan ekonomi dunia yang berpotensi mendorong perdagangan dunia akan berdampak positif terhadap ekspor Indonesia. Prospek perbaikan ekspor masih terkait dengan permintaan akan produk manufaktur seperti TPT dan alas kaki dari negara maju serta kebutuhan untuk pembangunan infrastruktur fisik di Tiongkok yang mendorong ekspor besi dan baja. Selain itu, kebijakan pemerintah untuk peningkatan daya saing dan diversifikasi pasar dan produk diperkirakan mulai berdampak pada kinerja ekspor manufaktur. Ekspor pertambangan juga diperkirakan membaik didukung oleh harga beberapa komoditas logam dasar, seperti tembaga, nikel, timah, dan alumunium, serta batubara yang masih dalam tren meningkat. Namun, harga beberapa komoditas pertanian, seperti CPO, karet dan kopi, cenderung turun sehingga memengaruhi kinerja ekspor pertanian.

Sejalan dengan perbaikan perekonomian, impor diperkirakan tumbuh tinggi pada 2018 dan 2019, melebihi pertumbuhan ekspor. Pertumbuhan impor diprakirakan mencapai 9,1 – 9,5% pada 2018 dan tumbuh melambat 7,7 – 8,1% pada 2019. Pertumbuhan impor yang masih cukup tinggi pada 2018 sejalan dengan permintaan domestik yang meningkat dan ekspor yang masih positif. Berdasarkan jenisnya, impor terutama dalam bentuk barang modal untuk mendukung proyek infrastruktur dan peremajaan alat angkutan/alat berat sektor pertambangan. Impor bahan baku juga meningkat terkait kenaikan aktivitas produksi. Meningkatnya impor bahan baku juga bersumber dari impor suku cadang kendaraan komersial termasuk untuk alat angkut/berat. Sementara itu, impor barang konsumsi masih terbatas. Impor yang diperkirakan tumbuh lebih tinggi dari ekspor berpotensi menyebabkan sumbangan dari sisi eksternal, dalam bentuk net ekspor, akan terbatas. Untuk 2019, sejalan dengan perkiraan menurunnya ekspor, impor, terutama yang terkait dengan kegiatan ekspor juga akan menurun.

Di sisi Lapangan Usaha (LU), pertumbuhan ekonomi pada 2018 dan 2019 ditopang kinerja sektor konstruksi, pengangkutan dan komunikasi, serta industri pengolahan (Tabel 4.3). Prospek pertumbuhan sektoral dipengaruhi faktor global, berupa pertumbuhan ekonomi dunia dan harga komoditas, serta permintaan domestik. Dari sektor primer, sektor

Page 52: LAPORAN KEBIJAKAN MONETER - Bank Indonesia · 4 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2018 Bank Indonesia Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2018 tetap kuat didukung oleh

Bank IndonesiaLaporan Kebijakan Moneter Triwulan I 201850

pertambangan diprakirakan sedikit membaik pada 2018 dan pada 2019, sejalan dengan potensi peningkatan permintaan global dan harga logam dasar. Namun, turunnya harga komoditas pertanian berdampak pada melemahnya pertumbuhan LU pertanian dan subLU industri terkait. Sektor sekunder akan tumbuh meningkat, dimotori oleh LU konstruksi sejalan dengan aktivitas infrastruktur. LU manufaktur diperkirakan terus meningkat, terkait dengan meningkatnya dengan produksi barang berorientasi ekspor, khususnya yang terkait komoditas, serta untuk memenuhi kebutuhan domestik. Sementara itu, LU pengangkutan dan komunikasi tumbuh meningkat sejalan dengan semakin berkembangnya ekonomi digital di Indonesia.

Kinerja sektor usaha primer1 pada 2018 dan 2019 diprakirakan masih baik, sejalan dengan perkembangan ekonomi global dan harga komoditas. Sektor pertambangan diprakirakan membaik pada 2018 dan 2019, sejalan dengan potensi peningkatan permintaan global dan meningkatnya harga komoditas logam dasar, seperti tembaga, nikel, timah, dan aluminium. Namun, kinerja pertambangan akan terpengaruh harga batu bara yang diprakirakan menurun. Kinerja LU Pertanian melambat pada 2018 sejalan dengan koreksi harga komoditas pertanian seperti kelapa sawit, karet, dan kopi. Namun demikian, harga komoditas pertanian tersebut diperkirakan kembali meningkat pada 2019 sehingga kinerja LU pertanian tumbuh meningkat.

1 Sektor usaha primer meliputi: 1) LU Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan; dan 2) Pertambangan dan Penggalian

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Lapangan UsahaTabel 4.3Persen, yoy

Sumber: BPS^Proyeksi Bank Indonesia

I II III IVPertanian, Peternakan, Kehutanan, dan PerikananPertambangan dan PenggalianIndustri PengolahanListrik, Gas, Air Bersih, dan Pengadaan Air *KonstruksiPerdagangan dan Penyediaan Akomodasi dan Mamin**Transportasi, Pergudangan, Informasi dan Komunikasi***Jasa Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan****Jasa-jasa Lainnya*****PDB

Komponen PDB Lapangan Usaha2017

20172018

I2019^2018^

*) Penggabungan 2 lap. usaha: (i) Pengadaan Listrik dan Gas dan (ii) Pengadaan Air**) Penggabungan 2 lap. usaha: (i) Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Motor serta (ii) Penyediaan akomodasi dan***) Penggabungan 2 lap. usaha: (i) Transportasi dan Pergudangan serta (ii) Informasi dan Komunikasi****) Penggabungan 3 lap. usaha: (i) Jasa Keuangan, (ii) Real Estate dan (iii) Jasa Perusahaan *****) Penggabungan 4 lap. usaha: (i) Adm. Pemerintahan, Pertahanan, Jaminan Sosial Wajib, (ii) Jasa Pendidikan, (iii) Jasa Kesehatan dan Kegiatan lainnya dan (iv) Jasa Lainnya

2,127,15 3,23 2,77 2,24 3,81 3,14 3,0 - 3,4 3,1 - 3,5

-1,22 1,84 0,08 0,69 0,74 1,1 - 1,5 1,6 - 2,04,28 3,50 4,85 4,46 4,27 4,50 4,5 - 4,9 4,6 - 5,01,80 -2,09 4,88 2,50 1,76 3,33 3,6 - 4,0 3,6 - 4,05,96 6,94 6,98 7,23 6,79 7,35 7,3 - 7,7 7,4 - 7,84,73 3,88 5,29 4,66 4,64 5,07 4,9 - 5,3 5,0 - 5,49,39 10,05 8,85 8,64 9,22 8,65 8,9 - 9,3 9,4 - 9,85,35 5,63 5,92 4,87 5,44 4,71 5,0 - 5,4 5,6 - 6,03,69 2,56 4,04 6,84 4,34 5,99 4,9 - 5,3 4,9 - 5,35,01 5,01 5,06 5,19 5,07 5,06 5,1 - 5,5 5,2 - 5,6

Page 53: LAPORAN KEBIJAKAN MONETER - Bank Indonesia · 4 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2018 Bank Indonesia Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2018 tetap kuat didukung oleh

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2018 51

Sektor usaha sekunder2 diperkirakan tumbuh meningkat pada 2018 dan 2019 dimotori oleh aktivitas konstruksi serta mulai membaiknya kinerja manufaktur. Sejalan dengan investasi bangunan yang meningkat, baik dalam bentuk proyek infrastruktur maupun properti, pertumbuhan LU konstruksi diperkirakan meningkat pada 2018 dan 2019. Penyelesaian proyek infrastuktur strategis diperkiraan lebih terakselerasi pada tahun 2018 dan 2019, sehingga dapat mendorong kinerja LU konstruksi tumbuh lebih tinggi. Sementara itu, LU manufaktur akan bersumber dari industri berbasis komoditas, konstruksi, dan industri alat angkutan dan alat komunikasi. Hal tersebut tidak terlepas dari kondisi eksternal yang membaik disertai perbaikan infrastruktur domestik dan kemudahan berusaha.

Pertumbuhan sektor tersier3 juga diprakirakan meningkat pada 2018 dan 2019. Prakiraan meningkatnya kinerja sektor tersier dipengaruhi oleh kegiatan ekspor-impor, akselerasi pertumbuhan ekonomi digital, dan akselerasi investasi. LU pengangkutan dan komunikasi diprakirakan tumbuh tinggi sejalan dengan pertumbuhan ekonomi digital dan kegiatan ekspor-impor. Meningkatnya aktivitas ekspor-impor juga akan mendorong subLU perdagangan dan subLU jasa perusahaan. Selain itu, kinerja SubLU Jasa perusahaan juga diperkirakan didorong oleh peningkatan permintaan untuk sewa alat berat dan mesin sejalan dengan realisasi investasi nonbangunan yang meningkat.

Di sisi harga, inflasi indeks harga konsumen (IHK) pada 2018 diperkirakan tetap berada pada sasaran inflasi 3,5±1%. Terjaganya tingkat inflasi pada 2018 diperkirakan dipengaruhi oleh rendahnya inflasi inti dan administered prices, di tengah tekanan inflasi volatile food yang diperkirakan meningkat. Inflasi inti diperkirakan lebih rendah sejalan terkendalinya ekspektasi inflasi. Sementara itu, inflasi administered prices juga diperkirakan rendah seiring tertahannya kebijakan penyesuaian harga energi, meskipun menghadapi tantangan dari kenaikan harga minyak dunia dan pelemahan nilai tukar rupiah. Potensi kenaikan inflasi berasal dari risiko kenaikan harga pangan yang akan mendorong kenaikan inflasi volatile food. Koordinasi kebijakan antara Pemerintah dan Bank Indonesia dalam mengendalikan inflasi akan terus diperkuat, terutama sebagai antisipasi meningkatnya inflasi volatile food didorong oleh pola musiman bulan Ramadhan dan Lebaran.

Inflasi inti diperkirakan tetap rendah ditopang oleh faktor struktural dan siklikal. Dari sisi struktural, penurunan inflasi inti disebabkan oleh membaiknya ekspektasi inflasi yang menjangkar sasaran inflasi, serta menurunnya exchange rate pass through (EPRT) dari faktor eksternal terhadap inflasi. Selain itu, dampak lanjutan dari shock volatile food dan administered prices terhadap inflasi inti cenderung semakin menurun. Dari sisi siklikal, inflasi inti yang rendah antara lain juga didukung oleh masih minimalnya tekanan inflasi dari permintaan domestik.

Inflasi administered prices diperkirakan tetap seperti proyeksi semula seiring dengan prakiraan tidak adanya kebijakan penyesuaian harga oleh Pemerintah. Penundaan penyesuaian harga energi tersebut mendorong tetap rendahnya inflasi Bahan Bakar Rumah Tangga (BBRT) dan Tarif Tenaga Listrik (TTL), di tengah penyesuaian bensin nonsubsidi dan tarif angkutan udara akibat harga minyak dunia yang lebih tinggi.

2 Sektor usaha sekunder meliputi: 1) LU Industri Pengolahan; 2) LU Listrik, Gas, Air Bersih, dan Pengadaan Air; 3) Konstruksi

3 Sektor tersier meliputi LU: 1) Perdagangan dan Penyediaan Akomodasi dan Mamin; 2) Transportasi, Pergudangan, Informasi dan

Komunikasi; 3) Jasa Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan; dan 4) Jasa-jasa lainnya

Page 54: LAPORAN KEBIJAKAN MONETER - Bank Indonesia · 4 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2018 Bank Indonesia Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2018 tetap kuat didukung oleh

Bank IndonesiaLaporan Kebijakan Moneter Triwulan I 201852

Inflasi volatile food diperkirakan lebih tinggi dibandingkan perkiraan semula. Peningkatan inflasi volatile food tersebut didorong oleh peningkatan harga beras dan komoditas hortikultura seiring dengan curah hujan yang tinggi pada triwulan I 2018. Hal ini sejalan dengan intensitas La Nina lebih kuat dibandingkan perkiraan sebelumnya, meskipun kemudian diperkirakan akan menjadi netral pada April-Desember 2018.

Inflasi IHK 2019 juga diperkirakan tetap terjaga dalam rentang sasaran inflasi 3,5±1%, meskipun dengan tekanan inflasi yang sedikit meningkat. Tekanan inflasi diprakirakan bersumber dari meningkatnya permintaan domestik sejalan dengan pemulihan ekonomi dan perkembangan nilai tukar. Namun, inflasi inti diprakirakan masih akan terjaga seiring dengan terjangkarnya ekspektasi inflasi ditopang oleh kemampuan sisi penawaran yang membaik dalam merespons peningkatan permintaan. Sementara itu, tekanan inflasi administered prices pada 2019 diperkirakan minimal. Inflasi volatile food juga diprakirakan akan relatif terkendali seiring dengan perbaikan produksi dan tata niaga bahan pangan.

RISIKO PEREKONOMIAN

Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2018 dan 2019 masih menghadapi berbagai risiko, baik dari eksternal maupun domestik, yang dapat memengaruhi prospek pertumbuhan sehingga berpotensi tumbuh lebih rendah dari proyeksinya. Risiko yang pertama terkait dengan kenaikan harga minyak dan beras. Kenaikan harga minyak global serta kenaikan harga beras di pasar domestik berpotensi memengaruhi inflasi yang kemudian mempengaruhi pertumbuhan ekonomi melalui daya beli dan tingkat konsumsi. Risiko kedua berasal dari global yaitu terkait dengan potensi kenaikan FFR yang lebih agresif. Penguatan ekonomi AS yang terus berlanjut serta inflasi dan data ketenagakerjaan yang membaik, berpotensi mendorong the Fed untuk menaikkan FFR lebih tinggi dari prakiraan semula. Kenaikan FFR yang lebih agresif dapat memberikan tekanan pada nilai tukar rupiah. Hal tersebut berpotensi menyebabkan depresiasi nilai tukar lebih lanjut yang dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi dan inflasi Indonesia. Risiko ketiga terkait dengan potensi terjadinya trade war. Trade war yang dimulai dengan pengenaan tarif impor baja dan aluminium oleh AS berisiko diikuti dengan retaliation oleh mita dagang AS. Hal ini akan berdampak pada menurunnya PDB dunia seiring dengan aktivitas perdagangan internasional yang menurun sehingga berpotensi menyebabkan turunnya kinerja ekspor dan pertumbuhan ekonomi. Berbagai risiko tersebut dapat mendorong pertumbuhan ekonomi bias bawah dari kisaran proyeksi.

Dari sisi harga, risiko inflasi jangka pendek yang perlu dicermati antara lain terkait kenaikan harga minyak dunia dan tekanan nilai tukar. Harga minyak dunia berada dalam tren meningkat dan diperkirakan permintaan dunia akan terus meningkat seiring dengan pemulihan ekonomi global. Kenaikan harga minyak dunia tersebut akan berdampak kepada kenaikan input cost produksi industri manufaktur dan kenaikan Bahan Bakar Khusus (BBK). Di samping itu, risiko yang juga perlu diantisipasi dampaknya terhadap inflasi, yakni risiko berlanjutnya tekanan nilai tukar seiring dengan meningkatnya ketidakpastian global akibat potensi kenaikan FFR yang lebih agresif. Risiko inflasi tersebut diprakirakan dapat meningkatkan tekanan inflasi 2018.

Page 55: LAPORAN KEBIJAKAN MONETER - Bank Indonesia · 4 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2018 Bank Indonesia Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2018 tetap kuat didukung oleh

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2018 53

BOKS LKM TRIWULAN I 2018

Perbaikan Pasar Tenaga Kerja dan Inflasi yang Tetap Rendah: Flattening Phillips Curve

Kondisi pasar tenaga kerja terus menunjukkan perbaikan. Perbaikan pasar tenaga kerja antara lain tercermin pada Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yang terus menurun dan mencapai 5,1% pada Februari 2018, merupakan yang terendah sejak krisis keuangan Asia tahun 1997-1998 (Grafik 1). Selain menurun secara rasio, penurunan jumlah penganggur juga tercatat signifikan. Pada Februari 2018, jumlah penganggur turun 140 ribu orang, lebih baik dari periode yang sama 2017 yang hanya turun sebesar 10 ribu orang. Perkembangan positif penurunan TPT disertai pula perbaikan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) yang sedikit meningkat menjadi 69,2% dari 69% pada Februari 2017 dan 68,1 pada Februari 2016, yang terindikasi terkait dengan kembalinya sebagian penduduk produktif ke pasar tenaga kerja.

Meskipun demikian, pertumbuhan upah relatif moderat. Setelah menurun sejalan dengan berakhirnya booming harga komoditas pada 2006, upah riil pegawai swasta berada dalam tren yang membaik (Grafik 2). Upah riil pegawai swasta pada 2018 tumbuh meningkat 4,6%, lebih tinggi dari pertumbuhan 2017 sebesar 4,2%. Meskipun meningkat, upah riil pegawai swasta tersebut cenderung tumbuh stabil di kisaran 4-5% pada 5 tahun terakhir (Grafik 2). Pertumbuhan upah yang moderat sejalan dengan perkembangan upah di negara peer (Grafik 3).

Di tengah perbaikan pasar tenaga kerja, inflasi inti tetap rendah. Kondisi pasar tenaga kerja yang membaik, secara teoritis, akan mendorong peningkatan inflasi, terutama inflasi inti. Namun, perkembangan inflasi hingga April 2018 menunjukkan inflasi inti yang masih rendah (Grafik 4). Inflasi inti

Tingkat Pengangguran TerbukaGra� k 1

Kenaikan Upah Riil Pegawai SwastaGra� k 2

Perbandinga Kenaikan Upah Riil Pegawai Swasta Beberapa Negara

Gra� k 3

Page 56: LAPORAN KEBIJAKAN MONETER - Bank Indonesia · 4 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2018 Bank Indonesia Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2018 tetap kuat didukung oleh

Bank IndonesiaLaporan Kebijakan Moneter Triwulan I 201854

dalam tren yang menurun dan menuju rezim inflasi inti rendah sejak 2016 antara lain disebabkan oleh terjangkarnya ekspektasi inflasi dan perilaku produsen yang tidak banyak membebankan kenaikan biaya produksi, termasuk upah pegawai, ke konsumen. 1

Kondisi tingkat pengangguran yang menurun disertai dengan pertumbuhan upah yang moderat dan inflasi inti yang rendah tersebut mengindikasikan terjadinya fenomena flatenning Phillips curve. Flatenning Phillips curve tercermin pada korelasi atau trade-off antara tingkat pengangguran/unemployment rate (urate) dengan upah yang melemah. Hal tersebut kemudian menyebabkan korelasi tingkat pengangguran ke inflasi inti juga melemah. Hubungan antara tingkat pengangguran dengan upah cenderung melemah terlihat pada Grafik 5, panel atas. Lebih lanjut, hubungan antara tingkat pengangguran dengan inflasi inti juga terindikasi lebih landai dibandingkan periode sebelum krisis finansial global tahun 20017 (Grafik 5, panel bawah).2 Lebih landainya Phillips curve menunjukkan respons inflasi, melalui upah, terhadap perubahan pengangguran yang berkurang.

1 Susan dan Merlin (2017) dalam Laporan Perekonomian Indonesia 2017, Bank Indonesia

2 Estimasi hubungan antara urate dengan wage dan inflasi/Phillips curve ditunjukkan oleh garis merah pada Grafik 1

Komponen In� asiGra� k 4

Fenomena Flattening Phillips Curve di IndonesiaGra� k 5

Tingkat Pengangguran dan Upah

Tingkat Penggangguran dan In� asi Inti

Page 57: LAPORAN KEBIJAKAN MONETER - Bank Indonesia · 4 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2018 Bank Indonesia Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2018 tetap kuat didukung oleh

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2018 55

Dalam dekade terakhir, fenomena flattening Phillips curve juga terobservasi di beberapa negara lain. Berkebalikan dengan fenomena stagflation yang ditandai oleh tingkat penggangguran yang tinggi dan dibarengi dengan inflasi yang tinggi, ekonomi dunia saat ini dihadapkan pada kondisi tingkat pengangguran yang semakin menurun, namun inflasi relatif rendah. Dalam riset menggunakan data Amerika Serikat, Roberts (2006) menemukan bahwa inflasi menjadi lebih tidak responsif terhadap fluktuasi output dan tingkat pengangguran atau flattening Phillips curve.3 Hasil yang serupa terjadi di Uni Eropa (EU), UK, Australia, dan Kanada4. Beberapa faktor yang menjelaskan penyebab fenomena flattening Phillips curve, antara lain slack di pasar tenaga kerja, terjangkarnya ekspektasi inflasi, serta terjadinya perubahan struktural perilaku penetapan harga di pasar barang dan tenaga kerja seiring meningkatnya derajat keterbukaan ekonomi sebagai dampak dari globalisasi.5

Perkembangan TPAK di Indonesia mengindikasikan adanya slack di pasar tenaga kerja. Secara umum, slack di pasar tenaga kerja merupakan kondisi masih terdapatnya tingkat penggunaan tenaga kerja yang belum maksimal (underutilisation of labour). Indikasi slack di pasar tenaga kerja tercermin dari TPAK yang cenderung stabil di kisaran 69-70%. Hal tersebut berarti bahwa sepertiga dari penduduk usia produktif memilih untuk tidak aktif dalam kegiatan ekonomi, baik karena masih usia sekolah, mengurus rumah tangga, dan alasan lainnya (Grafik 6).

3 Roberts, J.M. (2006). Monetary Policy and Inflation Dynamics. International Journal of Central Banking

4 Kuttner dan Robinson (2010) menulis flattening Phillips curve di AS dan Australia, Beaudry & Doyle (2000) menulis tentang Kanada, sementara Iakova (2007) melakukan riset di UK

5 Kuttner dan Robinson (2010) dan ECB Economic Bulletin Issue 3/2017

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)Gra� k 6

Page 58: LAPORAN KEBIJAKAN MONETER - Bank Indonesia · 4 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2018 Bank Indonesia Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2018 tetap kuat didukung oleh

Bank IndonesiaLaporan Kebijakan Moneter Triwulan I 201856

Masih adanya slack di pasar tenaga kerja juga terindikasi dari masih tingginya jumlah pengangguran dan pekerja tidak penuh baik setengah penganggur maupun paruh waktu sebagai proxy dari underutilization of labour (Grafik 7).6

Indikasi slack di pasar tenaga kerja di Indonesia juga sejalan dengan peningkatan serapan tenaga kerja yang lebih besar di sektor tersier (jasa). Meskipun secara umum rata-rata serapan tenaga kerja per pertumbuhan PDB meningkat pada Februari 2018, namun peningkatan lapangan kerja masih terjadi di sektor tersier (jasa). Pangsa pekerja di sektor tersier meningkat (Grafik 8). Jenis pekerjaan jasa khususnya low services kurang memberikan kepastian pendapatan yang berdampak pada perilaku intertemporal consumption, sehingga mengurangi tekanan inflasi inti dari sisi demand. Slack di upah ditengarai juga terkait dengan masih besarnya pekerja tidak penuh khususnya di sektor services yang mencari pekerjaan tetap di lapangan kerja formal.

6 Berdasarkan ECB Economic Bulletin, Issue 3/2017

Pengganggur dan Pekerja Tidak PenuhGra� k 7

Pekerja berdasarkan Sektor UtamaGra� k 8

Pengganggur dan Pekerja Tidak PenuhGra� k 7

Page 59: LAPORAN KEBIJAKAN MONETER - Bank Indonesia · 4 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2018 Bank Indonesia Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2018 tetap kuat didukung oleh
Page 60: LAPORAN KEBIJAKAN MONETER - Bank Indonesia · 4 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2018 Bank Indonesia Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2018 tetap kuat didukung oleh

For further information:Monetary Policy Coordination and Communication Division Monetary Policy Group Economic and Monetary Policy Department

Telp : +62 21 2981 6836/5726Fax : +62 21 345 2489Email : [email protected] Website : http://www.bi.go.id