balance scorecard

21
BAB 9 BALANCE SCORECARD A. Pengertian Balanced Scorecard Organisasi sektor publik berhubungan langsung dengan penyediaan services and goods untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan masyarakat. Dalam hal ini masyarakat merupakan pelanggan yang harus dilayani dengan baik sehingga dalam rangka memenuhi customer satisfaction, sangat perlu ditanamkan pola pikir (mind set) terhadap para pengelola organisasi layanan publik tentang bagaimana meningkatkan kepuasan pelanggan (masyarakat). Peningkatan income tanpa diimbangi dengan kepuasan masyarakat belum menunjukkan keberhasilan organisasi publik seperti ini. Kinerja organisasi publik harus dilihat secara luas dengan mengidentifikasi keberhasilan organisasi tersebut dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Pendekatan dalam pengukuran kinerja bisa dimodifikasi agar layak digunakan untuk menilai kinerja akuntabilitas publik dengan sebenarnya. Balanced Scorecard dan Value for Money bisa digunakan dalam berbagai macam cara agar mampu mendeteksi ketercapaian organisasi publik dalam melayani pelanggan (masyarakat). Balanced Scorecard (BSC) merupakan pendekatan baru terhadap manajemen, yang dikembangkan pada tahun 1990-an oleh Robert Kaplan (Harvard Business School) dan David Norton (Renaissance Solution, Inc.). Pengakuan atas beberapa kelemahan dan ketidakjelasan dari pendekatan pengukuran kinerja keuangan sebelumnya, BSC menyajikan sebuah perspektif yang jelas sebagaimana sebuah perusahaan harus mengukur supaya tercapai keseimbangan perspektif keuangan. Kaplan dan Norton merangkum rasional untuk BSC sebagai berikut. BSC tetap mempertahankan pengukuran keuangan tradisional. Tetapi pengukuran keuangan menceritakan kejadian masa lalu, suatu laporan yang cukup untuk era industri untuk kemampuan investasi jangka panjang dan relationship pelanggan tidak secara kritis untuk keberhasilan. Pengukuran keuangan adalah tidak layak, bagaimanapun juga, untuk 154

Upload: wild-robert

Post on 23-Jun-2015

916 views

Category:

Documents


24 download

TRANSCRIPT

Page 1: Balance Scorecard

BAB 9

BALANCE SCORECARD

A. Pengertian Balanced Scorecard Organisasi sektor publik berhubungan langsung dengan penyediaan services and goods untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan masyarakat. Dalam hal ini masyarakat merupakan pelanggan yang harus dilayani dengan baik sehingga dalam rangka memenuhi customer satisfaction, sangat perlu ditanamkan pola pikir (mind set) terhadap para pengelola organisasi layanan publik tentang bagaimana meningkatkan kepuasan pelanggan (masyarakat). Peningkatan income tanpa diimbangi dengan kepuasan masyarakat belum menunjukkan keberhasilan organisasi publik seperti ini.

Kinerja organisasi publik harus dilihat secara luas dengan mengidentifikasi keberhasilan organisasi tersebut dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Pendekatan dalam pengukuran kinerja bisa dimodifikasi agar layak digunakan untuk menilai kinerja akuntabilitas publik dengan sebenarnya. Balanced Scorecard dan Value for Money bisa digunakan dalam berbagai macam cara agar mampu mendeteksi ketercapaian organisasi publik dalam melayani pelanggan (masyarakat).

Balanced Scorecard (BSC) merupakan pendekatan baru terhadap manajemen, yang dikembangkan pada tahun 1990-an oleh Robert Kaplan (Harvard Business School) dan David Norton (Renaissance Solution, Inc.). Pengakuan atas beberapa kelemahan dan ketidakjelasan dari pendekatan pengukuran kinerja keuangan sebelumnya, BSC menyajikan sebuah perspektif yang jelas sebagaimana sebuah perusahaan harus mengukur supaya tercapai keseimbangan perspektif keuangan. Kaplan dan Norton merangkum rasional untuk BSC sebagai berikut. BSC tetap mempertahankan pengukuran keuangan tradisional. Tetapi pengukuran keuangan menceritakan kejadian masa lalu, suatu laporan yang cukup untuk era industri untuk kemampuan investasi jangka panjang dan relationship pelanggan tidak secara kritis untuk keberhasilan. Pengukuran keuangan adalah tidak layak, bagaimanapun juga, untuk memandu dan mengevaluasi suatu perjalanan yang mana perusahaan pada era informasi harus membuat suatu nilai masa depan melalui investasi dalam pelanggan, pemasok, pekerja, proses, teknologi, dan inovasi. BSC menyarankan bahwa kita melihat suatu kinerja organisasi dari empat perspektif berikut: (1) The Learning and Growth Perspective, (2) The Business Process Perspective, (3) The Customer Perspective, dan (4) The Financial Perspective.

Balanced Scorecard Model ini pada awalnya memang ditujukan untuk memperluas area pengukuran kinerja organisasi swasta yang profit-oriented. Pendekatan ini mengukur kinerja berdasarkan aspek finansial dan non

154

Page 2: Balance Scorecard

finansial yang dibagi dalam empat perspektif, yaitu perspektif finansial, perspektif pelanggan, perspektif proses internal, dan perspektif inovasi & pembelajaran (Quinlivan, 2000).

1. Perspektif Finansial

Perspektif ini melihat kinerja dari sudut pandang profitabilitas ketercapaian target keuangan, sehingga didasarkan atas sales growth, return on investment, operating income, dan cash flow.

2. Perspektif Pelanggan.

Perspektif pelanggan merupakan faktor-faktor seperti customer satisfaction, customer retention, customer profitability, dan market share

3. Perspektif Proses Internal

Perspektif ini mengidentifikasi faktor kritis dalam proses internal organisasi dengan berfokus pada pengembangan proses baru yang menjadi kebutuhan pelanggan.

4. Perspektif Inovasi dan Pembelajaran.

Perspektif ini mengukur faktor-faktor yang berhubungan dengan teknologi, pengembangan pegawai, sistem dan prosedur, dan faktor lain yang perlu diperbaharui.

B. Proses Balanced ScorecardProses implementasi BSC dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Mendefinisikan Tujuan, Sasaran, Strategi dan Program Organisasi

Kita tidak bisa menilai segala sesuatu jika tidak mempunyai kriteria yang jelas sebagai pedoman penilaian. Demikian juga, jika kita hendak menilai kinerja organisasi harus mempunyai kriteria yang jelas. Kriteria ini adalah indikator pencapaian tujuan, sasaran, strategi, dan program. Dengan demikian langkah pertama pengukuran kinerja dengan BSC adalah pendefinisian tujuan, sasaran, strategi, dan program sebagai dasar menentukan indikator pengukuran.

2. Merumuskan Framework Pengukuran Setiap Jenjang Manajerial.

Dalam tahap ini dirumuskan area pengukuran kinerja secara bertingkat dengan berpedoman pada struktur organisasi yang ada untuk diarahkan pada pencapaian tujuan dengan tingkat kedalaman yang berbeda-beda. Selain itu juga dirumuskan pengukuran kinerja untuk setiap individu, team, dan kelompok organisasi.

Gambar 9.1. Kerangka kerja Pengukuran Kinerja pada Setiap Jenjang Manajerial

3. Mengintegrasikan Pengukuran ke Dalam Sistem Manajemen.

155

Page 3: Balance Scorecard

Sistem pengukuran kinerja yang telah dirumuskan merupakan sub sistem manajemen organisasi. Oleh karena itu, sistem pengukuran kinerja harus diitegrasikan ke dalam sistem manajemen baik formal maupun non formal organisasi. Sistem pengukuran kinerja merupakan bagian dari perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, motivasi dan pengendalian yang ditetapkan organisasi.

4. Monitoring Sistem Pengukuran Kinerja.

Implementasi sistem pengukuran kinerja harus selalu dimonitor karena organisasi selalu menghadapi lingkungan yang dinamis. Kondisi pada saat sistem didesaian sangat mungkin tidak relevan lagi akibat perubahan lingkungan. Oleh karena itu, perlu dilakukan monitoring terhadap ukuran yang telah ditetapkan dan hasilnya secara terus menerus secara konsisten, dan mengevaluasinya untuk memperbaiki sistem pengukuran pada periode berikutnya. Menghadapi turbulensi lingkungan ini, organisasi kemungkinan mengubah strategi pencapaian tujuannya. Monitoring dilakukan dengan mengidentifikasi permasalahan berkaitan dengan (1) Bagaimana organisasi berjalan sampai saat ini?, (2) Bagaimana efektivitas strategi organisasi dalam pencapaian tujuan?, (3) Bagaimana strategi berubah sejak awal hingga akhir? (3) Bagaimana sistem pengukuran bisa mencapai strategi yang berubah-ubah? (4) Bagaimana organisasi bisa memperbaiki sistem pengukuran?.

C. Tujuan Balanced ScorecardBalanced Scorecard System pertama kali dikenalkan sebagai alat untuk menilai kinerja pada perusahaan komersial. Namun, sebetulnya pemanfaatan BSC ini bisa oleh semua jenis organisasi. BSC dapat digunakan dengan berbagai macam cara. Pada organisasi publik yang mengedepankan layanan publik, BSC perlu diadaptasikan sehingga menghasilkan pengukuran yang sesuai dengan tujuan utama organisasi. Pada organisasi komersial model BSC sebagaimana dirumuskan Norton & Kaplan, menempatkan perpekstif finansial di atas ketiga perspektif lainnya (lihat gambar 9.2). Hal ini berarti bahwa semua komponen kinerja non finansial dilakukan dalam rangka mengoptimalkan kinerja finansial misalnya profit dan return on investment (ROI). Model seperti sangat beralasan karena memang tujuan utama organisasi adalah memaksimalkan laba. Maka menjadi pertanyaan sekarang adalah bagaimana BSC untuk organisasi publik yang berorientasi bukan semata berorientasi pada penumpukan laba.

Gambar 9..2 Model Balanced Scorecard Norton & Kaplan.

D. Organisasi Publik dan Orientasi Pada Pelanggan

156

Page 4: Balance Scorecard

Berdasarkan karakteristiknya, organisasi publik dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pure non profit organizations dan quasy non profit organizations. Pure non profit organizations adalah organisasi publik yang menyediakan atau menjual barang dan / atau jasa dengan maksud untuk melayani dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sumber pendanaan organisasi ini berasal dari pajak, retribusi, utang, obligasi, laba BUMN/BUMD, penjualan asset negara, dsb, misalnya pemerintahan. Sedangkan quasy non profit organizations merupakan organisasi publik yang menyediakan atau menjual barang dan/atau jasa dengan maksud untuk melayani masyarakat dan memperoleh keuntungan (surplus). Sumber pendanaan organisasi ini berasal dari investor pemerintah, investor swasta, dan kreditor, misalnya BUMN, BUMD.

Customer Focus Process

PLAN Identify customers Plan customer

interview Review prior

feedback

ACT Revise action plans

based upon performance data

Implement

DO Gather customer

information Identify key customer

requirements Implement action

plans

CHECK Monitor progress in performance against measures

Gambar 9.3. Proses Fokus Pelanggan

Sebagaimana terlihat pada gambar 9.3. di atas, organisasi sektor publik hendaknya memfokuskan tujuan mereka pada pelayanan yang berorientasi pada pelanggan. Proses orientasi pada pelanggan ini dapat dilakukan dengan mengidentifikasi siapa sebenarnya pelanggan organisasi. Selanjutnya untuk lebih mengenal apa keinginan dan kebutuhan para pelanggan, sebaiknya dilakukan survei lapangan (interview) dengan mereka sehingga dapat

157

Page 5: Balance Scorecard

merumuskan berbagai program yang memang dibutuhkan pelanggan (masyarakat). Informasi dari para pelanggan ini sangat bermanfaat dalam mengimplementasikan rencana-rencana kerja. Dalam proses implementasi rencana-rencana kerja ini perlu dilakukan monitoring terhadap kinerja dan jika menghadapi kondisi yang tidak sesuai, bisa dilakukan perubahan atau penyesuaian terhadap berbagai rencana kerja.

E. Re-scaling Balanced ScorecardBSC dapat diadopsi dan diadaptasikan pada pure non profit organizations maupun quasy non profit organizations. Implementasi BSC sebagai alat pengukuran kinerja tetap harus berpedoman pada tujuan organisasi. Pada jenis quasy non profit organizations, tujuan orgnisasinya adalah kepuasan pelanggan dan meningkatnya profitabilitas. Dengan demikian, BSC dapat dimofikasi dengan menempatkan perspektif finansial dan pelanggan sejajar pada puncak dan diikuti oleh perspektif proses internal dan selanjutnya perspektif inovasi dan pembelajaran (lihat Gambar 9.4). Hal ini berarti bahwa sasaran utama organisasi adalah tercapainya target-target keuangan dan kepuasan pelanggan yang dipicu oleh kinerja yang baik dari perspektif proses internal dan pembelajaran/inovasi. Sedangkan pada pure non profit organizations, pada umumnya mempunyai tujuan utama peningkatan pelayanan publik. BSC dapat diterapkan dengan memodifikasinya sehingga perspektif pelanggan ditempatkan di puncak, diikuti perspektif finansial, perspektif proses internal, serta perspektif pembelajaran dan inovasi (Gambar 9.5). Jadi, instansi pemerintah belum bisa dikatakan berhasil jika hanya berhasil meningkatkan pendapatan atau return on investment-nya tinggi tetapi masyarakat pengguna jasa layanannya justru banyak yang mengeluh tidak puas.

Gambar 9.4. Model BSC untuk Quasy Non Profit Organizations

158

Page 6: Balance Scorecard

Gambar 9.5. Model BSC untuk Pure Non Profit Organizations

Instansi pemerintah merupakan pure non profit organizations. Model balanced scorecard dengan memodifikasi hirarki seperti tampak pada gambar 9.5 bisa digunakan. Dalam arti ukuran finansial bukan merupakan tujuan utama organisasi. Ukuran outcome justru lebih layak menggantikan ukuran finansial dalam puncak hirarki model BSC. Modifikasi dengan menempatkan perspektif pelanggan di puncak hirarki mewujudkan bagaimana instansi pemerintah mampu menghasilkan outcome sebagaimana keinginan dan kebutuhan masyarakat. Modifikasi lainnya bisa dilakukan dengan menambah ukuran finansial dengan stakeholders (Robertson, 2000). Gambar 9.6 menyajikan model BSC yang menempatkan ukuran finansial/stakeholders dan ukuran pelanggan pada puncak hirarki.

Gambar 9.6. Model BSC untuk Instansi Pemerintah

Sumber: Gordon Robertson, Lokakarya Reviu Kinerja, 2000

Perspektif finansial/stakeholders digunakan untuk menilai apa yang harus dilakukan untuk memuaskan penyedia sumber daya organisasi. Hal ini karena sebagian sumber daya instansi pemerintah berasal dari subsidi atau bantuan para stakeholders. Jadi, ukuran finansial yang dimaksud sebetulnya adalah sudut pandang stakeholders itu sendiri dalam memandang pengelolaan keuangan instansi pemerintah yang telah memperoleh pasokan sumber daya dari mereka.

Pada dasarnya BSC merupakan sistem pengukuran kinerja yang mencoba untuk mengubah misi dan strategi organisasi menjadi tujuan dan ukuran-

159

Page 7: Balance Scorecard

ukuran yang lebih berwujud. Ukuran finansial dan non finansial yang dirumuskan dalam perspektif BSC sebenarnya adalah derivasi (penurunan) dari visi dan strategi organisasi. Dengan demikian, hasil pengukuran dengan BSC ini mampu menjawab pertanyaan tentang seberapa besar tingkat pencapaian organisasi atas visi dan strategi yang telah ditetapkan.

Pada organisasi penyedia layanan publik, tujuan utama pengukuran kinerjanya adalah untuk mengevaluasi keefektivan layanan jasa yang diberikan kepada masyarakat. Oleh karena itu, kepuasan pelanggan menjadi lebih penting daripada sekedar keuntungan. Trend pengukuran kinerja organisasi layanan publik saat ini adalah pengukuran kinerja berbasis outcome daripada sekedar ukuran-ukuran proses. (Quinlivan, 2000). Artinya, kinerja organisasi publik ini sebenarnya bukan terletak pada proses mengolah input menjadi output, tetapi justru penilaian terhadap seberapa bermanfaat dan sesuai output tersebut memenuhi harapan dan kebutuhan masyarakat. Bahkan, auditing konvensional yang semula berfokus pada ukuran proses mulai bergeser ke arah pengukuran outcome.

Outcome merupakan segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya output kegiatan pada jangka menengah bagi masyarakat pengguna jasa organisasi publik. Outcome suatu organisasi didasarkan atas keberhasilan pencapaian visi dan bukan pada keberhasilan meningkatkan profitabilitas. Jadi final outcome organisasi publik bukan ukuran finansial tetapi lebih cenderung pada ukuran pelanggan. Keberhasilan instansi pemerintah seharusnya diukur dari bagaimana mereka bisa memenuhi apa yang dibutuhkan masyarakat dan stakeholders lain yang telah menyediakan sumber daya.

Sistem pengukuran kinerja diharapkan bisa digunakan untuk memperbaiki dan meningkatkan kinerja organisasi. Adanya peningkatan kinerja setidak-tidaknya bisa dilihat dari apakah aktivitas organisasi mempunyai nilai tambah. Syarat-syarat Efektifitas BSC (Quinlivan, 2000):

1. Ada definisi yang jelas atas tujuan individu, team, unit organisasi, dan organisasi.

2. Memahami hubungan antara proses internal yang bernilai tambah dengan outcome yang dihasilkan.

3. Mengintegrasikan model pengukuran kinerja BSC dalam suatu manajemen strategik, manajemen kinerja dan sistem penghargaan pegawai.

Pada dasarnya manajemen kinerja dan penilaian kualitas bukan ditujukan untuk memperbaiki pelayanan, tetapi hanya membantu mengidentifikasi area yang perlu diperbaiki sehingga bisa lebih fokus. BSC digunakan sebagai alat pendukung untuk komunikasi, motivasi, dan mengevaluasi strategi organisasi utama. Dengan BSC ini manajemen bisa lebih efektif, tetapi BSC tidak menjamin manajemen efektif. Hal ini bisa terjadi jika manajemen tidak tepat men-derived visi dan strategi organisasi dalam ukuran-ukuran kinerja BSC.

F. Teknik Pengukuran Kinerja Balanced Scorecard

160

Page 8: Balance Scorecard

Pengukuran kinerja didasarkan atas aspek finansial dan non finansial yang dibagi dalam empat perspektif, yaitu perspektif finansial, perspektif pelanggan, perspektif proses internal dan perspektif inovasi & pembelajaran.

1. Perspektif Finansial

Perspektif ini melihat kinerja dari sudut pandang penyedia sumber daya dan ketercapaian target keuangan sebagaimana rencana organisasi. Untuk mengetahui kinerja keuangan, alat analisis rasio keuangan dapat digunakan. Teknik analisis rasio adalah suatu teknik analisis untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan keuangan lain secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut. Beberapa alat rasio keuangan dapat dilihat pada pembahasan bab lain. Selain itu, pengukuran kinerja atas dasar perspektif finansial ini juga bisa menggunakan data primer berdasarkan yang dapat dikumpulkan dengan kuesioner dengan didesaian menggunakan skala likert dan analisis statistika. Berikut ini contoh kuesioner indikator kinerja perspektif finansial sebuah perguruan tinggi.

Tabel 9.1. Kuesioner Perspektif Finansial Perguruan Tinggi

No. Deskripsi STS TS N S SS

1. Realisasi biaya operasional lebih kecil daripada anggarannya

2. Persentase dana untuk investasi pada perguruan tinggi ini lebih besar daripada persentase dana untuk operasional.

3. Penggunaan dana operasional di perguruan tinggi ini sudah cukup efisien dan efektif.

4. Penggunaan dana investasi (pengembangan) di perguruan tinggi ini sudah efektif

5. Di perguruan tinggi ini terdapat berbagai sumber pendapatan selain dari SPP dan subsidi dari pemerintah / yayasan

6. Jumlah dana selain dari SPP dan subsidi dari pemerintah / yayasan cukup signifikan dalam membantu pengelolaan perguruan tinggi..

7. Jumlah SPP dan sumbangan tridarma mahasiswa baru per tahun di perguruan tinggi ini mencukupi untuk menutup biaya operasional.

8. Jumlah SPP dan sumbangan tridarma mahasiswa baru per tahun di perguruan tinggi ini mencukupi untuk menutup biaya operasional dan pengembangan / investasi.

161

Page 9: Balance Scorecard

9. Selain mencukupi untuk menutup biaya operasional dan pengembangan / investasi, jumlah SPP dan sumbangan tridarma mahasiswa baru per tahun di perguruan tinggi ini dapat juga dimanfaatkan untuk investasi di luar usaha pokok (investasi pada sekuritas, mendirikan perusahaan).

10. Besarnya SPP mahasiswa baru di perguruan tinggi ini selalu meningkat setiap tahun?

11. Rata-rata besarnya sumbangan tri dharma di perguruan tinggi ini selalu meningkat setiap tahun?

12. Proses seleksi penerimaan mahasiswa baru di perguruan tinggi ini setiap tahun semakin ketat.

13. Perguruan tinggi ini tidak pernah mengalami kesulitan untuk membayar biaya operasional.

14. Perguruan tinggi ini tidak pernah mengalami kesulitan untuk membayar hutang-hutangnya.

15. Tingkat return on asset (ROA) di perguruan tinggi ini lebih dari 20% per tahun.

2. Perspektif Pelanggan.

Perspektif pelanggan merupakan indikator tentang bagaimana pelanggan melihat organisasi dan bagaimana organisasi memandang mereka. Indikator yang dapat digunakan untuk menilai bagaimana pelanggan memandang organisasi adalah tingkat kepuasan pelanggan yang bisa diketahui melalui survei pelanggan, sikap dan perilaku mereka yang dapat diketahui dari keluhan-keluhan yang mereka sampaikan. Teknik pengukuran perspektif ini menggunakan data primer berdasarkan yang dapat dikumpulkan dengan kuesioner dengan didesaian menggunakan skala likert dan analisis statistika. Berikut ini contoh kuesioner indikator kinerja perspektif pelanggan sebuah perguruan tinggi.

Tabel 9.2. Kuesioner Perspektif Pelanggan Internal (Mahasiswa) Perguruan Tinggi

No. Deskripsi STS TS N S SS

1. Saya puas dengan sistem perkuliahan yang terdapat di PT ini.

2. Saya puas dengan metode perkuliahan yang terdapat di PT ini.

3. Di PT ini rata-rata dosen menggunakan buku referensi terbaru

4. Saya merasa memperoleh banyak manfaat dengan kuliah di PT ini

162

Page 10: Balance Scorecard

5 Dosen di PT ini selalu memulai dan mengakhiri kuliah tepat waktu

6 Dosen di PT ini selalu melaksanakan kuliah sesuai dengan rencana kuliah/silabi

7 Dosen di PT ini selalu memberikan motivasi belajar kepada saya

8 Dengan kuliah di PT ini, saya terlatih untuk bisa mempelajari dan memahami buku-buku dan bacaan lain secara mandiri

9 Dengan kuliah di PT ini, saya terbiasa berfikir sistematis, ilmiah dan rasional.

10. Sistem perkuliahan di PT ini sering mengadakan diskusi shg saya terlatih untuk mengungkapkan pendapat dengan baik.

11. Saya puas dengan sistem layanan administrasi akademik.

12. Saya puas dengan sistem layanan administrasi umum dan keuangan.

13. Saya puas dengan sistem layanan administrasi perpustakaan

14. Saya puas dengan system layanan administrasi pendukung (lab. bahasa, lab.komputer dll)

15. Saya puas dengan bimbingan dan konsultasi dosen ?

16. Di PT ini sering menyelenggarakan seminar, studium general, dan simposium untuk mahasiswa

17. Di PT ini sering menyelenggarakan kursus dan pelatihan ketrampilan untuk mahasiswa

18. Kegiatan intra maupun ekstra kampus yang ada di PT ini, melatih saya untuk dapat berorganisasi, bersosialisasi dan menumbuhkan jiwa kepemimpinan dalam diri saya

163

Page 11: Balance Scorecard

Tabel 9.3. Kuesioner Perspektif Pelanggan Eksternal (Perusahaan Pemakai) Perguruan Tinggi

No. Deskripsi STS TS N S SS

1. Lulusan PT ini mempunyai kemampuan beradaptasi dengan baik.

2. Lulusan PT ini mempunyai kemampuan bekerja dalam team work.

3. Lulusan PT ini mempunyai kemampuan berkomunikasi baik lesan maupun tulisan.

4. Lulusan PT ini mampu mengikuti perkembangan teknologi informasi.

5. Lulusan PT ini mempunyai kemampuan untuk mengaplikasikan ilmunya.

6. Lulusan PT ini mempunyai kontribusi yang signifikan terhadap pengembangan perusahaan.

7. Lulusan PT ini mempunyai kemampuan dalam menyelesaikan permasalahan bisnis yang terjadi di perusahaan.

Tabel 9.4. Kuesioner Perspektif Pelanggan Eksternal (Alumni) Perguruan Tinggi

No. Deskripsi STS TS N S SS

1. Sebelum saya lulus sudah ada perusahaan yang meminta saya untuk bekerja disana

2. Saya memperoleh pekerjaan kurang dari 1 tahun setelah lulus

3. Saya bekerja sesuai dengan bidang ilmu yang saya pelajari di PT

4. Ilmu yang saya peroleh sangat membantu dalam pekerjaan saya saat ini

5. Gaji pertama yang saya terima sesuai dengan permintaan saya

6. Gaji pertama saya lebih besar dibandingkan dengan gaji lulusan PT lain.

7. Dengan kemampuan yang saya miliki, saya mampu berkarier pada level yang optimal.

3. Perspektif Proses Internal

Perspektif ini mencakup indikator produktivitas, kualitas, waktu penyerahan, waktu tunggu dan sebagainya. Indikator ini memungkinkan kita untuk menentukan apakah proses telah mengalami peningkatan, sejajar dengan benchmarks, dan atau mencapai target dan sasaran. Teknik pengukuran

164

Page 12: Balance Scorecard

perspektif ini menggunakan data primer berdasarkan kuesioner yang didesaian dengan menggunakan skala likert dan analisis statistika. Berikut ini contoh kuesioner indikator kinerja perspektif proses internal sebuah perguruan tinggi:

Tabel 9.5. Kuesioner Perspektif Proses Internal Perguruan Tinggi

No. Deskripsi STS TS N S SS

1. Administrasi pelayanan akademik (KRS, penjadwalan, nilai, dll) di PT ini telah didukung oleh sistem informasi akademik berkomputer.

2. Administrasi pelayanan perpustakaan di PT ini telah didukung oleh sistem informasi perpustakaan berkomputer.

3. Administrasi pelayanan keuangan dan umum di PT ini, telah didukung oleh sistem informasi keuangan dan umum berkomputer.

4. PT ini telah menyediakan layanan KRS online dan informasi akademik melalui media on line (internet)

5. Proses recruitment pegawai di PT ini sangat selektif.

6. Pegawai yang diterima di PT ini berkemampuan sesuai dengan kebutuhan

7. Semua pegawai di PT ini mempunyai ketrampilan yang kompeten pada bidang pekerjaannya.

8. Tingkat kesalahan yang dilakukan pegawai dalam pekerjaannya relatif rendah.

9. Semua Dosen di PT ini aktif melakukan penelitian

10. Semua Dosen di PT ini aktif menulis karya ilmiah dan populer

11. Semua dosen di PT ini aktif mengikuti forum-forum ilmiah

165

Page 13: Balance Scorecard

12 Semua dosen di PT ini aktif mengisi forum-forum ilmiah

13 Semua dosen melalukan tatap muka (mengajar) di kelas sesuai dengan jumlah waktu yang ditentukan (Untuk 3 SKS = 150 menit dan 2 SKS =100 menit)

14. Hampir semua dosen di PT ini berpendidikan minimal S2

15. Dosen di PT ini telah membuat karya ilmiah yang dipublikasikan sesuai standar ketentuan Dikti (lebih besar atau sama dengan 0,5 publikasian per dosen per tahun).

16. Rasio jumlah lulusan terhadap jumlah mahasiswa terdaftar lebih besar atau sama dengan 13%.

17. Rasio dosen terhadap mahasiswa terdaftar memenuhi ketentuan standar Dikti (1 : 20 s/d 30)

18. Kurikulum dan silabus pada PT ini selalu di-up date sesuai dengan tuntutan pasar.

19. Setiap mata kuliah dalam kurikulum telah dilengkapi dengan Satuan Acara Perkuliahan (SAP)

20. Untuk meningkatkan kualitas pendidikan, PT ini telah menerapkan quality assurance.

21. PT ini selalu menggali informasi kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan oleh pasar.

22. PT ini mempunyai fasilitas pendukung penyelenggaraan pendidikan (perpustakaan, laboratorium komputer, laboratorium bahasa, ruang kuliah, sarana kegiatan kemahasiswaan)

23. Perpustakaan PT ini telah menyediakan buku teks dan referensi lain yang up to date.

166

Page 14: Balance Scorecard

24. Perpustakaan PT ini berlangganan jurnal ilmiah dan publikasian ilmiah lainnya.

25. Perpustakaan di PT ini menyelenggarakan pelayanan perpustakaan melalui CD ROM dan internet.

26. PT ini telah menyediakan layanan untuk dapat mengakses data pasar modal (misal pojok BEJ)

27. Jumlah komputer yang disediakan untuk mahasiswa di lab mencukupi dan menyediakan software yang up to date.

28. Luas ruang kuliah di PT ini telah memenuhi standar ketentuan Dikti (lebih besar atau sama dengan 0,5 m2 per mahasiswa).

29. Luas ruang dosen di PT ini telah memenuhi standar ketentuan Dikti (lebih besar atau sama dengan 4 m2 per dosen)

Perspektif Inovasi dan Pembelajaran.

Perspektif ini memuat indikator tentang sampai seberapa jauh manfaat dari pengembangan baru atau bagaimana hal ini dapat memberikan kontribusi bagi keberhasilan di masa depan. Mengukur hasil dari tindakan dan aktivitas dalam perspektif ini mungkin tidak dapat dilakukan karena hasilnya tidak segera dapat diketahui dan bersifat jangka panjang. Dalam banyak kejadian, mungkin diperlukan ukuran pengganti sebagai indikator kinerja. Teknik pengukuran perspektif ini menggunakan data primer berdasarkan kuesioner yang didesaian dengan menggunakan skala likert dan analisis statistika. Berikut ini contoh kuesioner indikator kinerja perspektif inovasi dan pembelajaran sebuah perguruan tinggi:

Tabel 9.6. Kuesioner Perspektif Perspektif Inovasi dan Pembelajaran Perguruan Tinggi

No. Deskripsi STS TS N S SS

1. PT ini melaksanakan sistem kompensasi yang memadai

2. PT ini tanggap terhadap keinginan dan kebutuhan pegawai.

3. Semua pegawai merasa puas bekerja di PT ini.

167

Page 15: Balance Scorecard

4. Semua pegawai merasa bangga bekerja di PT ini.

5. Turn over (keluar masuknya) pegawai yang potensial rendah

6. Tingkat retensi (penolakan) pegawai terhadap kemajuan organisasi rendah

7. Pegawai di PT ini sering mendapatkan pelatihan peningkatan ketrampilan

8. PT ini selalu melibatkan pegawai dalam proses pengambilan keputusan

9. PT ini selalu memotivasi karyawan untuk mengembangkan kreativitas dan inisiatif.

10. PT ini selalu mengadakan pelatihan untuk meningkatkan ketrampilan karyawan

11. PT ini mempunyai komitmen untuk mengirim dosen ke studi lanjut

12. PT ini memberikan penghargaan bagi pegawai yang berprestasi.

13. PT ini telah menghubungkan semua bagian dalam sistem jaringan (Local Area Network, Wide Area Network)

14. Pegawai dapat mengakses semua informasi yang dibutuhkan.

15. Tingkat retensi (penolakan) pegawai terhadap teknologi baru rendah

G. IkhtisarBalanced Scorecard merupakan pendekatan untuk mengukur kinerja berdasarkan aspek finansial dan non finansial yang dibagi dalam empat perspektif, yaitu perspektif finansial, perspektif pelanggan, perspektif proses internal dan perspektif inovasi & pembelajaran. Proses implementasi BSC dapat diuraikan sebagai berikut (1) Mendefinisikan Tujuan, Sasaran, Strategi dan Program Organisasi; (2) Merumuskan Framework Pengukuran Setiap Jenjang Manajerial; (3) Mengintegrasikan Pengukuran ke Dalam Sistem Manajemen; (4) Monitoring Sistem Pengukuran Kinerja.

Implementasi BSC sebagai alat pengukuran kinerja tetap harus berpedoman pada tujuan organisasi. Dalam quasy non profit organizations BSC dapat dimofikasi dengan menempatkan perspektif finansial dan pelanggan sejajar pada puncak dan diikuti oleh perspektif proses internal dan selanjutnya perspektif inovasi dan pembelajaran. Sedangkan pada pure non profit organizations, BSC dapat diterapkan dengan memodifikasinya sehingga perspektif pelanggan ditempatkan di puncak, diikuti perspektif finansial, perspektif proses internal, serta perspektif pembelajaran dan inovasi.

168

Page 16: Balance Scorecard

Syarat-syarat Efektifitas BSC adalah ada definisi yang jelas atas tujuan individu, team, unit organisasi dan organisasi, memahami hubungan antara proses internal yang bernilai tambah dengan outcome yang dihasilkan dan mengintegrasikan model pengukuran kinerja BSC dalam suatu manajemen strategik, manajemen kinerja, dan sistem penghargaan pegawai. Teknik implementasi BSC dapat dibantu dengan kuesioner untuk pengumpulan data dan analisis statistika untuk mengolah data. Analisis rasio keuangan juga dapat dipakai sebagai alat analisis kinerja dalam perspektif finansial.

H. Pertanyaan Diskusi1. Jelaskan pengertian balanced scorecard sebagai alat pengukuran kinerja !

2. Mengapa kinerja keuangan saja tidak cukup untuk mengukur prestasi organisasi sektor publik ? Jelaskan !

3. Uraikan berbagai perspektif dalam balanced scorecard dengan disertai indikator kinerja yang relevan !

4. Sebutkan dan jelaskan proses implementasi balanced scorecard !

5. Jelaskan konsep balanced scorecard yang dihasilkan oleh Norton & Kaplan !

6. Apa yang Anda ketahui tentang Re-scaling Balanced Scorecard ? Jelaskan jawaban Anda !

7. Mengapa organisasi sektor publik perlu melakukan Re-scaling Balanced Scorecard ? Jelaskan jawaban Anda !

8. Jelaskan teknik pengukuran kinerja balanced scorecard yang bisa dilakukan !

169