bahasa media massa

19
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media massa adalah sarana informasi dan komunikasi untuk umum dalam bentuk cetak, elektronik, atau bentuk lain. Media massa merupakan sarana publikasi berbagai bidang kehidupan. Oleh karena itu, bahasa media massa akan mencakup berbagai bidang kehidupan. Media massa sering dijadikan sebagai barometer dalam penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar oleh masyarakat. Di sini kami sebagai penyusun berada pada posisi menyanggah dari apa yang di maksud tersebut. Menurut Hendry (narasumber Sekretaris Jenderal Persatuan Wartawan Indonesia) menilai, ada sekitar 70 persen dari 851 media yang kurang sehat dan tidak sehat menurut data Dewan Pers (2006). Di sini kami ingin membuktikan bahwa tidak semua media massa merusak bahasa Indonesia berdasarkan arguemen-argumen para ahli yang di perkuat dengan fakta dalam kehidupan sehari- hari. Media massa saat ini baik media elektronik maupun cetak dalam hal penggunaan bahasa Indonesia masih kurang baik, terlihat dari bahasa yang digunakan dalam media massa saat ini. contohnya “Nanti malam kita menonton” seharusnya “Malam nanti kita menonton”.

Upload: shinta-a-wulandari

Post on 12-Feb-2016

6 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

nnn

TRANSCRIPT

Page 1: Bahasa Media Massa

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Media massa adalah sarana informasi dan komunikasi untuk umum dalam

bentuk cetak, elektronik, atau bentuk lain. Media massa merupakan sarana

publikasi berbagai bidang kehidupan. Oleh karena itu, bahasa media massa akan

mencakup berbagai bidang kehidupan. Media massa sering dijadikan sebagai

barometer dalam penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar oleh

masyarakat. Di sini kami sebagai penyusun berada pada posisi menyanggah dari

apa yang di maksud tersebut. Menurut Hendry (narasumber Sekretaris Jenderal

Persatuan Wartawan Indonesia) menilai, ada sekitar 70 persen dari 851 media

yang kurang sehat dan tidak sehat menurut data Dewan Pers (2006). Di sini kami

ingin membuktikan bahwa tidak semua media massa merusak bahasa Indonesia

berdasarkan arguemen-argumen para ahli yang di perkuat dengan fakta dalam

kehidupan sehari-hari.

Media massa saat ini baik media elektronik maupun cetak dalam hal

penggunaan bahasa Indonesia masih kurang baik, terlihat dari bahasa yang

digunakan dalam media massa saat ini. contohnya “Nanti malam kita menonton”

seharusnya “Malam nanti kita menonton”. Inilah yang sekarang menjadi

permasalahan terkait dengan bahasa Indonesia yang penggunaannya dengan baik

dan benar menurun karena orang cenderung mengikuti bahasa yang ada pada

media massa.

Argumen-argumen dari beberapa orang yang mengatakan bahasa media

massa adalah bahasa yang tidak merusak bahasa Indonesia, melainkan bahasa

yang memperkaya bahasa Indonesia. Media massa juga termasuk salah satu media

dalam perkembangan teknologi di zaman era globalisasi sekarang ini, dimana

tidak hanya perkembangan teknologi saja, tetapi juga perkembangan bahasa-pun

turut berkembang lewat media massa.

Page 2: Bahasa Media Massa

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu bahasa media massa ?

2. Apa saja ciri-ciri bahasa media massa ?

3. Bagaimana dampak positif dan negatif dari bahasa media massa?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini di antaranya adalah :

1. Mengetahui pengertian bahasa media massa;

2. Mengetahui cirri-ciri bahasa media massa;

3. Mengetahui dampak positif dan negatif dari bahasa media massa.

Page 3: Bahasa Media Massa

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bahasa Media Massa

          Bahasa Media massa atau bisa juga disebut bahasa jurnalistik adalah bahasa

yang digunakan wartawan dalam menulis berita. Disebut juga sebagai Bahasa

Komunikasi Massa (Language of Mass Communication, atau disebut pula dengan

Newspaper Language), yakni bahasa yang digunakan dalam komunikasi melalui

media massa, baik komunikasi lisan (tutur) di media elektronik seperti radio dan

TV, maupun komunikasi tertulis seperti media cetak. Dengan ciri khas singkat,

padat, dan mudah dipahami.

Ragam bahasa jurnalistik itupun memiliki kaidah-kaidah tersendiri yang

dapat membedakan ragam bahasa jurnalistik dengan ragam bahasa yang lain. Dan

bahasa jurnalistik yang baik itu haruslah sesuai dengan norma tata bahasa yang

antara lain terdiri atas susunan-susunan kalimat yang benar dan pemilihan kata

yang tepat. Bahkan laras bahasa jurnalistik itupun termasuk dalam laras bahasa

baku. membedakan bahasa jurnalistik dengan bahasa Indonesia itu hanyalah

terdapat pada penggunaannya saja. Karena bahasa jurnalistik itu digunakan

sebagai bahasa dalam penyampai informasi. Sehingga memiliki ciri khas

tersendiri dibandingkan dengan bahasa lain. Ciri khas dari bahasa jurnalistik itu

yaitu singkat, padat, sederhana, jelas, lugas dan menarik. Serta ditandai dengan

penghemataan kata-kata atau pemendekan kalimaat. Tergantung dengan jenis

tulisan apa yang akan diberitakan.

2.2 Ciri-Ciri Bahasa Media massa

Bahasa jurnalistik memiliki 16 ciri utama yang berlaku untuk semua

bentuk media massa. Yakni singkat, padat, lugas, jelas, jernih, menarik,

demokratis, populis, logis, gramatikal, menghindari kata tutur, menghindari kata

dan istilah asing, pemilihan diksi atau kata yang tepat, kalimat aktif, menghindari

kata-kata teknis, dan sesuai dengan kaidah etika atau Ejaan Yang Disempurnakan

(EYD). Berikut perinciannya:

Page 4: Bahasa Media Massa

1. Sederhana: selalu memilih kata atau kalimat yang mudah dimengerti oleh

sebagian besar khalayak atau pembaca

2. Singkat: langsung menuju kepada pokok masalah atau pembahasan.

Bahasa jurnalistik dilarang bertele-tele, tidak berputar-putar, dan tidak

menyulitkan pembaca dalam memahami maksud yang ingin disampaikan.

3. Padat: Bahasa Jurnalistik harus sarat informasi, artinya

setiap kalimat dan paragraf memuat banyak informasi penting dan

menarik, serta layak untuk disajikan kepada pembaca

4. Lugas: tegas, tidak  ambigu, sekaligus menghindari eufemisme atau

penghalusan kata dan kalimat yang bisa membingungkan pembaca dalam

memahami maksud yang ingin disampikan dalam sebuah berita

5. Jelas: mudah dipahami atau ditangkap maksudnya, tidak baur, atau dengan

kata lain jelas susunan kalimat sesuai dengan kaidah subjek-predikat-

objek-keterangan (SPOK)

6. Jernih: tidak menyembunyikan sesuatu yang bersifat negatif seperti fitnah

atau prasangka

7. Menarik: mampu membangkitkan minat dan perhatian khalayak pembaca,

memicu selera baca, atau membuat pembaca penasaran sehingga timbul

rasa ingin terus membaca

8. Demokratis: bahasa jurnalistik tidak mengenal tingkatan, pangkat, kasta,

atau dapat diartikan penyamarataan status sosial. Bahasa jurnalistik

memperlakukan siapa pun secara sama rata, baik

itu presiden, buruh, petani, bahkan pemulung, semua diperlakukan sama

dalam hal teknis penyajian informasi

9. Populis:setiap diksi atau kata, istilah, atau kalimat apa pun bentuknya

harus akrab di telinga, di mata, dan di benak pikiran khalayak,

pendengar, pemirsa, atau pembaca

10.Logis: apa pun yang ada dalam kata, istilah, kalimat, atau paragraf dalam

karya jurnalistik harus dapat diterima dan tidak bertentangan dengan akal

sehat (common sense)

Page 5: Bahasa Media Massa

11.Gramatikal: kata, istilah, atau kalimat apapun yang dipakai dan dipilih

dalam bahasa jurnalistik harus mengikuti kaidah tata bahasa baku

12.Menghindari kata tutur: menghindari bahasa sehari-hari secara informal,

misalnya kata-kata yang biasa dipakai dalam percakapan di warung

kopi, terminal, bus kota, atau di pasar

13.Menghidari kata dan istilah asing: tidak terlalu banyak menggunakan

istilah asing. Selain tidak informatif dan komunikatif juga

membingungkan pembaca

14.Pilih kata (diksi) yang tepat:Setiap kalimat yang disusun tidak hanya harus

produktif tapi juga tidak boleh keluar dari asa efektifitas, artinya

pemilihan setiap kata yang digunakan untuk sebuah berita harus tepat

15.Mengutamakan kalimat aktif: Kalimat aktif lebih disukai oleh pembaca

ketimbang kalimat pasif, maka disarankan menggunakan kalimat aktif

dalam bahasa jurnalistik

16.Menghindari kata atau istilah teknis: sederhana, mudah dipahami, ringan

dibaca, tidak membuat kening berkerut, Sebagai contoh, berbagai istilah

teknis dalam dunia kedokteran, Kalau pun tak terhindarkan, maka istilah

teknis tersebut harus disertai dengan penjelasan dan ditempatkan dalam

tanda kurung.

2.3 Contoh Kata dan Kalimat dalam Bahasa Jurnalistik

Merujuk pada prinsip bahasa jurnalistik yaitu singkat, padat, lugas,

sederhana, lancar, jelas, dan menarik, untuk itu dibuat ketentuan dalam bahasa

jurnalistik, antara lain:

1. Penggunaan kata harus ekonomis, Contohnya:

a. Melakukan pencurian = mencuri

b. Mengajukan saran = menyarankan

c. Melakukan pemerasan = memeras

Page 6: Bahasa Media Massa

2. Disarankan menggunakan kalimat aktif, contohnya:

a. Pemerintah mengatakan, harga Bahan Bakar Minyak (BBM) akan naik

(Kalimat Aktif)

b. Harga Bahan Bakar Minyak akan dinaikkan pemerintah (Kalimat Pasif)

Dengan bahasa jurnalistik diharapkan sebuah informasi dapat mudah

dimengerti oleh mereka dengan ukuran intelektual yang minimal, sehingga

sebagian besar masyarakat yang melek huruf dapat menikmati

isinya. Walaupun demikian, pada intinya bahasa jurnalistik yang baik

haruslah sesuai norma-norma tata bahasa yangantara lain terdiri atas

susunan kalimat yang benar dan pemilihan kata yang tepat.

2.4 Penyimpangan Bahasa Media massa

Meskipun bahasa jurnalistik mengikuti kaidah bahasa Indonesia yang telah

ditentukan, namun masih terlihat penyimpangan terhadap kaidah bahasa

jurnalistik yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Demikian pula

penyimpangan mengenai tataran tanda baca. Penyimapangan bahasa jurnalistik ini

sepertinya menjadi hal yang lazim, sehingga bahasa jurnalistik dianggap sebagai

perusak bahasa Indonesia. Mestinya bahasa junalistik tetap harus mengacu pada

kaidah bahasa yang telah baku, karena media massa sangat erat kaitannya dengan

masyarakat.

Adapun beberapa penyimpangan bahasa jurnalistik dari kaidah bahasa Indonesia

baku, yaitu:

1. Penyimpangan Klerikal (Ejaan dan Tanda Baca)

Kesalahan ini sering kali kita temukan dalam media massa, baik dalam

penulisan kata, seperti Jumat ditulis Jum’at, khawatir ditulis kuatir, jadwal ditulis

jadual, sinkron ditulis singkron. Dan kesalahan tanda baca juga dapat ditemui

dalam penggunaan tanda titik, tanda koma, tanda hubung, dan lain-lain.

Dalam memilih ejaan kata yang tepat kita harus memerlukan sedikit

ketelitian. Karena bahasa Indonesia banyak memiliki bentuk kembar, seperti kata

risiko-resiko, sekadar-sekedar, Senin-Senen, film-pilem, juang-joang. Memang

Page 7: Bahasa Media Massa

kata-kata seperti itu sering kali membuat kita bingung dan akhirnya kita membuat

kesalahan dalam penulisannya. Biasanya hal ini dikarenakan adanya pengaruh

dari bahasa daerah. Maka kita harus memilih ejaan yang sesuai dengan Ejaan

Yang Disempurnakan.

2. Penyimpangan Gramatikal

Penyimpangan gramatikal ini terdiri atas:

a. Kesalahan Pemenggalan

Kesalahan pemenggalan kata dalam media massa terkesan asal penggal

saja. Hal ini dikarenakan pemenggalannya menggunakan program

komputer bahasa asing. Dal hal ini bisa diatasi dengan program

pemenggalan bahasa Indonesia.

b. Penyimpangan Morfologis

Penyimpangan ini sering dijumpai pada judul berita dalam media massa

yang menggunakan kalimat aktif, yaitu pemakaian kata kerja tidak baku

dengan penghilangan afiks. Afiks pada kata kerja yang berupa prefiks atau

awalan dihilangkan. Misalnya: “Muluskan Boediono, Lobi Komisi IX”,

“Cemburu, Pelajar Bunuh Pelajar”, “Ngaku Buat Jaga Diri Bapak-Bapak

Ditangkep Pulisi Karena Bawa Sajam”.

c. Kesalahan Sintaksis

Kesalahan ini yaitu berupa pemakaian tata bahasa atau struktur kalimat

yang kurang benar sehingga sering mengacaukan arti dari kalimat tersebut.

Hal ini disebabkan karena logika penulis yang kurang bagus. Contoh:

“Kerajinan Kasongan Banyak Diekspor Hasilnya Ke Amerika Serikat”.

Judul tersebut seharusnya ditulis, “Hasil Kerajinan Desa Kasongan

Banyak Diekspor Ke Amerika Serikat”.

3. Penyimpangan Semantik

Kesalahan ini sering dilakukan dengan alasan kesopanan (eufemisme) atau

menimbulkan dampak buruk pemberitaan dan untuk melebih-lebihkan

(bombastis). Contoh: Penyesuaian tarif BBM merupakan kebijakan pemerintah

yang tidak populis. Pemakaian kata penyesuaian tarif, tidak dapat dimaknai dari

Page 8: Bahasa Media Massa

segi makna lugas saja melainkan juga harus dilihat dari makna figuratif (kias)

yang mengandung eufimismedengan alasan kesopanan.

4. Penyimpangan Dari Aspek Kewacanaan

Penyimpangan ini dapat diketahuai dari aspek kewacanaan dari

penggunaan bahasa yang dilihat dari makna bahasa yang berkaitan dengan

aktivitas dan sistem-sistem di luar bahasa. Contoh penyimpangan dari aspek

kewacanaan ini yaitu berita tentang tragedi kematian Munir (Pejuang HAM).

Meski pelaku dan dalang pembunuhnya belum ditemukan, namun media massa

telah membentuk opini masyarakat tentang para pelakunya. Pemberitaan tersebut

memiliki pendapat yang berbeda dari masing-masing media sehingga menjadikan

isi berita menjadi tidak realistis. Bahkan, terlalu dibesar-besarkan sehingga

membuat para pembacanya bingung.

Permasalahan yang muncul adalah masalah peminjaman istilah-istilah atau

kata-kata asing yang pada dasarnya sudah populer di masyarakat. Penggunaan

istilah asing tersebut telah bertaburan di media massa. Tetapi, penggantian istilah

asing yang tidak ada penggantinya dalam bahasa Indonesia akan menimbulkan

kesulitan.

Untuk menghindari kesalahan-kesalahan tersebut, maka perlu dilakukan

penyuntingan atau editing baik menyangkut pemakaian kalimat, pilihan kata,

ejaan, serta pemakaian bahasa jurnalistikyang baik secara umum. Agar penulis

atau wartawan mampu memilih kosakata yang tepat, maka mereka dapat

memperkaya kosakata dengan latihan penambahan kosakata dengan teknik

sinonimi, dan antonimi. Dalam teknik sinonimi penulis dapat mensejajarkan kelas

kata yang sama, yang nuansa maknanya sama atau berbeda. Dalam teknik

antonimi penulis bisa mendaftar kata-kata dan lawan katanya.

2.5 Dampak Bahasa Media Massa Terhadap Bahasa Indonesia

Banyak orang yang mengatakan bahwa bahasa dalam media massa

merusak bahasa Indonesia. Salah satu-nya dalam diskusi kelompok tentang

Bahasa Media Massa dalam Kongres IX Bahasa Indonesia, Kamis 30 Oktober,

2008 di Jakarta, Hendry (narasumber Sekretaris Jenderal Persatuan Wartawan

Page 9: Bahasa Media Massa

Indonesia) menilai, bahwa ada sekitar 70 persen dari 851 media yang kurang sehat

dan tidak sehat menurut data Dewan Pers (2006). Namun tidak semua bahasa

dalam media massa kurang sehat dan baik. Media massa juga mempunyai manfaat

dan peran penting dalam perkembangan bahasa dan pendidikan.

Menurut Prof Dr Mikihiro Moriyama, dosen bahasa Indonesia pada

Nanzan University di Nagoya, Jepang, “ Pada masa pemerintahan orde baru,

Indonesia hanya menggunakan bahasa resminya yaitu bahasa Indonesia yang

digunakan di ruang publik, sedangkan bahasa asingnya hanya bahasa Ingris ”. Ia

juga berkata “ Namun, sekarang di media massa, khususnya televisi, kita bisa

mendengar berita dalam bahasa Jawa, Sunda, juga bahasa Mandarin, padahal dulu

semasa Orba bahasa Mandarin tidak diperkenankan digunakan di ruang publik ”.

Dan menurut Prof.Dr. Hendry H Hoed bahwa “ bahasa media massa tidak

merusak bahasa Indonesia, melainkan memperkaya bahasa Indonesia karena

penggunaan bahasa media massa di sesuaikan dengan karakteristik masing-

masing dari pembaca, tetapi bahasanya masih terpaku pada kode etik jurnalistik”.

Misalnya pada media cetak berupa Koran Kompas yang bahasanya di sesuiakan

dengan pembacanya, seperti orang yang bekerja di kantor. Berbeda dengan  Koran

kompas yang menggunakan bahasa intelektual majalah Gaul yang bahasanya

menggunakan bahasa gaul kerena di sesuaikan dengan pembacanya, seperti anak

remaja.

Bahasa dalam media massa juga mempunyai fungsi sebagai media

pembelajaran di sekolah. Karena menurut Ari Subagyo, Koordinator Bidang

Litbang Forum Bahasa Media Massa (FBMM) Cabang Daerah Istimewa

Yogyakarta bahwa “Bahasa media massa disadari atau tidak menjadi salah satu

acuan dalam penggunaan bahasa, baik Indonesia, daerah maupun bahasa asing

dengan baik dan benar, oleh karena itu fungsi atau peran media massa tidak

sebatas menyebarluaskan informasi, kontrol sosial, sumber gagasan, dan mendidik

masyarakat, tetapi lebih dari itu juga memberi pembelajaran dalam penggunaan

bahasa dengan baik dan benar.

Selain itu, Ia juga mengatakan “Mendidik masyarakat melalui media

massa tidak sebatas untuk membuka wawasan dan mewujudkan masyarakat

Page 10: Bahasa Media Massa

"melek" informasi, namun lebih dari itu juga terkait dengan bahasa. Sebab, bahasa

yang digunakan media massa terutama media cetak, sudah lazim dijadikan acuan

masyarakat dalam berbahasa, bahkan bisa dijadikan bahan pelajaran di sekolah”.

Sedangkan banyak orang menilai bahasa dalam media  itu kurang baik dan

benar dan terlau vulgar dan bebas. Seperti menurut Sasongko Tejo, Ketua Umum

FBMM Indonesia mengatakan “Sebagian besar media massa belum memiliki

komitmen dan perhatian soal kebahasaan. Lebih banyak (media massa) yang

berorientasi kepada pasar”. Namun pada dasarnya bahasa dalam media massa

yang salah adalah kesalahan narasumber dan wartawan. Menurut TD Asmadi,

Ketua Forum Bahasa Media Massa (FBMM) Pusat mengatakan “Banyak

kesalahan bahasa di media massa yang dilakukan tidak saja oleh nara sumber,

tetapi justru dari pemahaman wartawannya”. Jadi, apa yang diomongkan nara

sumber tanpa dipahami makna bahasanya langsung dikutip dan ditulis wartawan,

sehingga justru terjadi kesalahan bahasa pada media massa

Selain itu, TD Asmadi menilai “Media massa terjebak dengan penggunaan

bahasa teknis instansi misalnya di kepolisian seperti TKP (tempat kejadian

perkara), curanmor (pencurian kendaraan bermotor), maupun raskin (beras untuk

warga miskin). Keadaan itu jelas akan mempengaruhi pengembangan Bahasa

Indonesia di media massa yang menyebabkan menjadi kurang baik”.

Dan mengapa bahasa media massa saat ini terkesan vulgar, terbuka dan

banyak menggunakan bahasa pasar?. Karena hal tersebut adalah tuntutan

perkembangan teknologi dan kecepatan pada media untuk menyampaikan

informasi yang mudah di serap oleh masyarakat selain itu juga di latar belakangi

oleh kebebasan pers. Hal ini menurut Arwan Tuti Artha, redaktur senior

Kedaulatan Rakyat Yogyakarta bahwa “Pada zaman orde baru, menurut dia

hampir tidak ditemukan koran dengan judul berita yang bombas. Sebab, masih

ada kontrol dari penguasa pers di Indonesia."Pers dikontrol menandakan pers

belum bebas, tetapi pers diminta untuk bertanggung jawab, namun, kata dia,

setelah tidak lagi dalam kekuasaan orde baru, kebebasan pers lebih diutamakan”.

Sedangkan penggunaan bahasa pasar dalam media massa hanya untuk

menyampaikan informasi dengan mudah yang dapat di pahami oleh berbagai

Page 11: Bahasa Media Massa

lapisan masyarakat. Menurut Arifin Asydhad, Wakil Pemimpin Redaksi

Detik.com dalam diskusi di Lembaga Pers Dr. Soetomo, Jakarta, Jumat 23

Oktober 2009. Mengatakan “Walau ia mendukung penggunaan bahasa Indonesia

yang baik dan benar, akomodasi terhadap bahasa pasar terpaksa dilakukan,

Seiring kecepatan penyampaian informasi dan demi kecepatan pembaca dalam

memahami konten yang disampaikan.

Selain Arifin, Rosihan Anwar, wartawan senior bahwa “Bahasa jurnalistik

tidaklah memiliki cara yang khusus, tetapi tetap mengikuti perkembangan

pemakaian kata dan istilah yang ada, dikenal dan dipakai dalam masyarakat.

Istilah-istilah bahasa pasar itu lebih gampang dipahami oleh masyarakat”.

Jadi berkat media massa masyarakat dapat mendengarkan berita-berita

dalam bahasa-bahasa tradisional. Selain pendapat di atas terdapat pendapat lain.

Menurut Tirto Suwondo (Kepala Balai Bahasa Yogyakarta), “Pers atau media

massa berperan besar memasyarakatkan penggunaan Bahasa Indonesia yang baik

dan benar. Pers atau media massa merupakan tempat pembelajaran Bahasa 

Indonesia yang cukup memadai dan baik bagi masyarakat, karena antara balai

bahasa dan FBMM (Forum Bahasa Media Massa) memiliki kesamaan dalam

mengemban tugas memasyarakatkan penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan

benar”.

Page 12: Bahasa Media Massa

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa bahasa junalistik

itu merupakan bahasa yang digunakan oleh para pewarta berita dalam

menyampaikan infomasi atau berita khususnya media massa. Dan penggunaan

bahasa Indonesia dalam ragam  jurnalistik  secara umum masih belum sesuai

dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar. Hal ini karena para redaktur

dan editor surat kabar masih belum sepenuhnya berpedoman pada Ejaan Yang

Disempurnakan (EYD), serta masih kurangnya pengetahuan para wartawan

mengenai pemakaian ejaan dan tata tulis yang sesuai dengan kaidah bahasa

Indonesia. Sehingga mengakibatkan adanya penyimpangan-penyimpangan dalam

media massa. Seperti, penyimpangan klerikal (ejaan dan tanda baca),

penyimpangan gramatikal (pemenggalan, morfologis, dan sintaksis), dan

penyimpangan semantik serta penyimpangan dari aspek kewacanaannya.

Dan penggunaan bahasa yang belum sesuai dengan kaidah bahasa

Indonesia tersebut dapat berpengaruh pada penggunaan dan pengembangan

bahasa Indonesia di masyarakat. Karena media massa yang beredar di masyarakat

memberikan banyak konstribusi yang besar terhadap upaya memasyarakatkan

bahasa Indonesia yang baik dan benar melalui tulisan-tulisannya, khususnya pada

halaman utama dan terakhir yang biasa pertama kali dibaca oleh pembaca.

Page 13: Bahasa Media Massa

Daftar Pustaka

Muna. 2013. Bahasa Media Massa Tidak Merusak Bahasa Indonesia. [online]

dalam mbakmuna01.blogspot.com/2013/10/bahasa-media-massa-tidak-

merusak-bahasa.html. Diakses pada 10 Maret 2015.

Panggabean, Jason Walker. 2013. Bahasa Jurnalistik dan Media Massa Dalam

Perkembangan Bahasa. [online] dalam jasonwalkerpanggabean . blospot .

com /2013/09/makalah-bahasa-jurnalistik-dan-media.html