bahan keseluruhan psi kesehatan

31
PSIKOLOGI KESEHATAN I. Manusia dan Perkembangannya II. Persepsi III. Sikap IV. Kepribadian V. Abnormalitas VI. Motivasi I. MANUSIA & PERKEMBANGANNYA A. Teori Nativisme - Schopenhauer 1. Perkembangan manusia ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa individu pada waktu dilahirkan. 2. Individu dilahirkan telah membawa sifat-sifat tertentu yang akan menentukan keadaannya 3. Sedangkan faktor lain (lingkungan, termasuk di dalamnya pendidikan) dapat dikatakan tidak berpengaruh terhadap perkembangan individu itu 4.Teori ini dalam pendidikan menimbulkan pandangan yang pesimistis, yang memandang pendidkan sebagai suatu usaha yang tidak berdaya. 5. Menimbulkan suatu pendapat bahwa untuk menciptakan masyarakat yang baik, langkah yang dapat diambil ialah mengadakan seleksi terhadap anggota masyarakat. Anggota masyarakat yang tidak baik tidak diberi kesempatan untuk berkembang . B. Teori Empirisme (Tabularasa)- John Locke 1. Teori ini menyatakan bahwa perkembangan individu ditentukan oleh empirinya atau pengalaman-pengalaman Menurut teori ini individu yang dilahirkan itu sebagai kertas atau meja yang putih bersih yang belum ada tulisan-tulisannya. Akan menjadi apakah individu itu kemudian, tergantung kepada apa yang akan dituliskan di atasnya. 2. Teori ini dalam lapangan pendidikan menimbulkan pandangan yang optimistis yang memandang bahwa pendidikan merupakan usaha yang cukup mampu untuk membentuk pribadi individu. 3. Teori tabularasa, yang memandang keturunan atau pembawaan tidak mempunyai peranan. C. Teori Konvergensi - Williem Stern Psikologi Kesehatan 1

Upload: chikitasarifah

Post on 24-Sep-2015

232 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

chikita

TRANSCRIPT

TUGAS PSIKOLOGI UMUM

PSIKOLOGI KESEHATANI. Manusia dan Perkembangannya

II. Persepsi

III. Sikap

IV. Kepribadian

V. AbnormalitasVI. MotivasiI. MANUSIA & PERKEMBANGANNYAA. Teori Nativisme - Schopenhauer1. Perkembangan manusia ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa individu pada waktu dilahirkan.

2. Individu dilahirkan telah membawa sifat-sifat tertentu yang akan menentukan keadaannya

3. Sedangkan faktor lain (lingkungan, termasuk di dalamnya pendidikan) dapat dikatakan tidak berpengaruh terhadap perkembangan individu itu

4. Teori ini dalam pendidikan menimbulkan pandangan yang pesimistis, yang memandang pendidkan sebagai suatu usaha yang tidak berdaya.

5. Menimbulkan suatu pendapat bahwa untuk menciptakan masyarakat yang baik, langkah yang dapat diambil ialah mengadakan seleksi terhadap anggota masyarakat. Anggota masyarakat yang tidak baik tidak diberi kesempatan untuk berkembang .B. Teori Empirisme (Tabularasa)- John Locke

1. Teori ini menyatakan bahwa perkembangan individu ditentukan oleh empirinya atau pengalaman-pengalaman Menurut teori ini individu yang dilahirkan itu sebagai kertas atau meja yang putih bersih yang belum ada tulisan-tulisannya. Akan menjadi apakah individu itu kemudian, tergantung kepada apa yang akan dituliskan di atasnya.

2. Teori ini dalam lapangan pendidikan menimbulkan pandangan yang optimistis yang memandang bahwa pendidikan merupakan usaha yang cukup mampu untuk membentuk pribadi individu.

3. Teori tabularasa, yang memandang keturunan atau pembawaan tidak mempunyai peranan.

C. Teori Konvergensi - Williem Stern

Baik pembawaan maupun pengalaman atau lingkungan mempunyai peranan yang penting di dalam perkembangan individu. Herediter (faktor endogen) serta pengalaman dan (pendidikan) yang merupakan faktor eksogen berperan dalam perkembangan manusia. D. Hubungan Individu dgn Lingkungannya

1. Lingkungan fisik, yaitu lingkungan yang berupa alam, misalnya keadaan tanah, keadaan musim dan sebagainya. Lingkungan alam yang berbeda akan memberikan pengaruh yang berbeda pula kepada individu. Misalnya : daerah pegunungan akan memberikan pengaruh yang lain bila dibandingkan dengan daerah pantai. Daerah tersebut mempunyai musim dingin akan memberikan pengaruh yang berbeda dengan daerah yang penuh dengan musim panas.

2. Lingkungan sosial, yaitu merupakan lingkungan masyarakat, di mana dalam lingkungan masyarakat ini adanya interaksi individu satu dengan individu lain. Keadaan masyarakatpun akan memberikan pengaruh tertentu terhadap perkembangan individu.a. Lingkungan sosial primer, yaitu lingkungan sosial di mana terdapat hubungan yang erat antara anggota satu denga anggota lain, anggota satu saling kenal mengenal dengan baik dengan anggota lain. Oleh karena antara anggota telah ada hubungan yang erat, maka sudah tentu pengaruh dari lingkungan social ini akan lebih mendalam bila dibandingkan dengan lingkungan sosial yang hubungannya tidak erat.

b. Lingkungan sosial sekunder, yaitu lingkungan sosial yang hubungan anggota satu dengan anggota lain agak longgar. Pada umumnya anggota satu dengan anggota lain kurang atau tidak saling kenal mengenal. Karena itu pengaruh lingkungan sosial sekunder akan kurang mendalam bila dibandingkan dengan pengaruh lingkungan sosial primer.E. Sikap Individu terhadap Lingkungan

1. Individu menolak atau menentang lingkungan.

2. Individu menerima lingkungan.

Dalam hal ini keadaan lingkungan sesuai atau sejalan dengan yang ada dalam diri individu. Dengan demikian inidvidu akan menerima lingkungan itu.

3. Individu bersikap netral.

Dalam hal ini individu tidak menerima tetapi juga tidak menolak. Individu dalam keadaan status quo terhadap lingkungan.

II. PERSEPSIA. Pengertian Persepsi

1. Penginderaan (Sensation)

Proses penerimaan rangsang / stimulus melalui alat reseptor

2. Persepsi (Perception)

Proses penerimaan rangsang, diorganisasikan, diinterpretasi, disadari, dimengerti (Davidoff)

The interpretation of experience

B. Pengertian persepsi lainya:

1. Kamus Lengkap Psikologi Chaplin (1997) berarti proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan indera.

2. Menurut Leavitt (1992) persepsi dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu, sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu.

3. Rangkuti (2003) mendefinisikan persepsi sebagai proses di mana individu memilih, mengorganisasikan, serta mengartikan stimulus yang diterima melalui alat inderanya menjadi suatu makna. Meskipun demikian, makna dari proses persepsi tersebut juga dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu individu yang bersangkutan.

4. Branca, Woodworth dan Marquis mendefenisikan bahwa persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu merupakan proses yang berwujud diterimanya stimulus oleh individu melalui alat reseptornya. Namun proses itu tidak berhenti sampai di situ saja, melainkan stimulus itu diteruskan ke pusat susunan syaraf yaitu otak, dan terjadilah proses psikologis, sehingga individu menyadari apa yang ia lihat, apa yang ia dengar dan sebagainya, individu mengalami persepsi. Karena itu proses penginderaan tidak dapat lepas dari proses persepsi, dan proses penginderaan merupakan proses pendahulu dari persepsi. Proses penginderaan akan selalu terjadi setiap saat, pada waktu individu menerima stimulus melalui alat inderanya, melalui reseptornya. Alat indera merupakan penghubung antara individu dengan dunia luarnya.

5. Hardy dan Heyes (1988) mengatakan persepsi adalah informasi yang datang dari organ-organ indera yang terlebih dahulu diorganisasikan dan diinterpretasikan sebelum dapat dimengerti.

6. Rakhmat berpendapat bahwa persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.C. Syarat-syarat persepsi (Moskowitz dan Orgel):

1. Ada obyek yang dipersepsi (fisik)

- Stimulus dari luar ( alat indera (reseptor)

- Stimulus dari dalam ( syaraf Sensoris

2. Alat indera / reseptor (fisiologis)

S ( reseptor ( syaraf Sensoris ( pusat susunan syaraf/otak /pusat kesadaran( syaraf Motoris

3. Perhatian (psikologis), yi pemusatan / konsentrasi dari seluruh aktifitas individu yg ditujukan kepada sesuatu obyek.

D. Ciri-Ciri Umum Persepsi

1. Stimulus yang diterima sesuai dengan modalitas tiap indera; yi, sifat sensoris dasar masing-masing indera

2. Dimensi Ruang

atas-bawah, luas-sempit dsb

3. Dimensi Waktu

cepat-lambat, tua-muda dsb

4. Struktur yang menyatu dengan konteks (keseluruhan yang menyatu)

5. Dunia penuh arti (meaningsful)

Berhubungan dengan tujuan individu

E. Perhatian

1. Pengertian:

a. Pemusatan / konsentrasi seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu / sekumpulan obyek

b. Penyeleksian stimulus

c. Korelasi positif dengan kesadaran

d. Makin jauh dari pusat kesadaran makin tidak didasari dan kurang diperhatikan

2. Timbulnya Perhatian

a. Berdasarkan banyaknya Obyek

1) Terbagi menjadi: Perhatian Sempit : sedikit obyek (terpusat)

Perhatian Luas: (terbagi bagi)

2) Perhatian terpusat dan perhatian terbagi-bagi (sda)

b. Berdasarkan fluktuasi perhatian

1) Statis : tertuju pada sesuatu obyek

2) Dinamis: pindah perhatian dengan lincah

3. Beberapa Tes Perhatian Tes Bourdon

Tes Kraepelin

Tes PauliDari tes-tes tersebut dapat diketahui: Pengaruh gangguan terhadap perhatian, Macam perhatian individu, Ritme bekerja, Tempo bekerja dan Ketelitian Faktor-faktor dalam Perhatiana. Faktor Internal dalam Pengamatan (INDIVIDU)

1) Sifat Struktural Individu

= Keadaan permanen acuh x tak acuh

2) Sifat Temporer (Steming)

= keadaan suatu waktu / sesaat , sedih.

3) Aktivitas yang sedang berlangsung/ kebutuhan b. Faktor Eksternal dalam Pengamatan (STIMULUS)

1) Ambang Stimulus / ambang obsulut sebelah bawah batas minimal kekuatan stimulus yang dapat disadari

2) AmbangTerminal / ambang absolut sebelah atas batas maksimal kekuatan stimulus yang dapat disadari.

3) Subliminal

Kekuatan di bawah ambang stimulus

4) Supraliminal

Kekuatan diatas ambang terminal

5) Ambang Perbedaan

Kemampuan individu dalam membedakan kekuatan stimulus

Diteliti dengan methods of limits (salah satu metode psikofisik untuk menentukan ambang stimulus)

b.1.

Gb.2.

4. Ciri Stimulus Yang Menarik

1. Intensitas / kekuatan

2. Ukuran

3. Perubahan (Tidak monoton)

4. Ulangan

5. Pertentangan/kontras

The Rubin Vase

Osilasi (Berayunnya antara stimulus dan latas belakang bergantian)

F. Teori Persepsi

Terdapat 2 teori persepsi, Yaitu:

1. Teori Elemen

a. Gejala Sekunder : Obyek dipersepsi dari bagian-bagiannya baru kemudian keseluruhan.b. Gejala Primer: Obyek dipersepsi dari keseluruhannya baru kemudian. bagian-bagian.2. Teori Gestalt

a. Gejala Sekunder: Obyek dipersepsi dari keseluruhannya baru kemudian. bagian-bagianb. Gejala Primer: Obyek dipersepsi dari bagian-bagiannya baru kemudian keseluruhanG. Prinsip Organisasi persepsi (Sarwono, 2003)1. Wujud (figure) dan Latar (ground)

Obyek yang diamati (fokus) akan terbagi sebagai wujud, dan lainnya menjadi latar.

2. Pengelompokan

Hal-hal tertentu cenderung dikelompokkan dalam persepsi kita, cara kita mengelompokkan menentukan bagaimana kita mengamati hal-hal tersebut.

H. Sebab Perbedaan Persepsi1. Perhatian

Umumnya kita tidak menangkap seluruh stimulus sekaligus. Perbedaan fokus antar orang menyebabkan beda persepsi.

2. Set

Set adalah harapan individu atas rangsang yang timbul. Contoh set: Pelari yang telah siap di garis start memiliki set bahwa akan terdengar bunyi pistol di saat mana dia harus berlari.

3. Kebutuhan

Kebutuhan individu yang sesaat maupun menetap dapat mempengaruhi persepsi, perbedaan kebutuhan mempengaruhi perbedaan persepsi.

4. Sistem Nilai

Sistem nilai yang berlaku dalam masyarakat dapat mempengaruhi perbedaan persepsi.

5. Ciri Kepribadian

Antara karyawan yang pemalu dengan karyawan yang percaya diri dapat menghasilkan persepsi yang berbeda terhadap atasannya?

6. Gangguan Kejiwaan

Gangguan kejiwaan dapat menimbulkan kesalahan persepsi yang disebut halusinasi. Berbeda dengan ilusi, halusinasi hanya dialami penderita ybs, jadi bersifat individual. Sedangkan kesalahan persepsi yang disebut Ilusi dapat dialami oleh beberapa orang,

III. ABNORMALITASI. Pengertian

Abnormalitas is among unselected life records, there would also be found a small group of equally spectacular and unusual cases that deviated from the normal in an unfavorable or pathological direction. Included in this abnormal group would be individuals marked by limited intelligence emotional unstability, personality disorganization and character defects. Who for the most part. Led wretched personal lives and were social misfits or liabilities. These abnormal deviants who constitute into 4 main categories: psychoneuroche, psycotic, mentally defective and antisocial. (James D. Page, Abnormal Psychology, Tata Mc Graw-Hill Publishing Company Ltd. New Delhi, 1947).

Abnormal adalah menyimpang dari yang normal (Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, 2004, WF Maramis, Airlangga University Press, hal. 94).

Abnormalitas adalah semua tingkah laku yang tidak dapat diterima oleh masyarakat.

Abnormal secara statistik adalah di luar batas-batas normal menurut suatu rumus statistik, secara ideal adalah tidak sesuai dengan nilai-nilai yang telah ditentukan, secara kedokteran adalah patologik, sakit, mengganggu fungsi individu dan atau masyarakat (Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, 2004, WF. Maramis, Airlangga University Press, hal. 721).

II. Teori

1. Teori Beck

Memandang depresi sebagai trias kognitif berupa pikiran negatif tentang diri sendiri, pengalaman sekarang dan masa depan.

2. Teori Biologis

Menurut teori ini, perilaku abnormal timbul akibat aneka kondisi organik tak sehat yang merusak fungsi sistem syarat pusat di otak.

3. Teori Psikoanalitik

Menurut Sigmund Freud, aneka situasi menekan yang mengancam akan menimbulkan kecemasan dalam diri seseorang. Kecemasan ini berfungsi sebagai peringatan bahaya sekaligus merupakan kondisi tak menyenangkan yang perlu diatasi.

4. Teori Behavioristik

Menurut teori ini, penyebab gangguan perilaku adalah proses belajar yang salah (faulty learning). Bentuk kesalahan belajar itu ada dua kemungkinan.

Pertama, gagal mempelajari bentuk-bentuk perilaku atau kecakapan adaptif yang diperlukan dalam hidup, kegagalan ini dapat bersumber dan tidak adanya kesempatan untuk belajar.

Kedua, mempelajari tingkah laku yang maladaptif.

5. Teori Humanistik

Menurut teori ini, penyebab gangguan perilaku adalah terhambat atau terdistorsikannya perkembangan pribadi dan kecenderungan wajar ke arah kesehatan fisik dan mental. Hambatan atau distorsi itu dapat bersumber pada faktor-faktor berikut:

a. Gangguan mekanisme pertahan diri yang berlebihan, sehingga individu semakin kehilangan kontak dengan realitas.

b. Kondisi-kondisi sosial yang tidak menguntungkan serta proses belajar yang tidak semestinya.

c. Stress yang berlebihan.

6. Teori Eksistensial

Menurut para eksistensialis, manusia modern terjebak dalam situasi hidup tidak menyenangkan yang merupakan buah pahit dari proses modernisasi antara lain melemahnya nilai-nilai tradisional, krisis iman, hilangnya pengakuan atas diri individu sebagai pribadi akibat berubahnya masyarakat ke arah birokratik yang bersifat massal.

7. Teori Interpersonal

Menurut teori ini, hubungan antarpribadi yang tidak memuaskan merupakan sumber utama penyebab tingkah laku maladaptif. Menurut teori pertukaran sosial (social exchange), Thibaut & Kelley, 1959), misalnya, manusia saling menjalin hubungan dengan tujuan memuaskan kebutuhan masing-masing.

8. Teori Sosiokultural

Menurut teori ini, sumber penyebab utama perilaku abnormal adalah keadaan-keadaan obyektif di masyarakat yang bersifat merugikan, seperti kemiskinan, diskriminasi dan prasangka ras, serta kekejaman/kekerasan.

III. Faktor Penyebab Perilaku Abnormal

A. Menurut Tahap Berfungsinya

1. Penyebab primer (primary cause) adalah kondisi yang tanpa kehadirannya suatu gangguan tidak akan muncul.

2. Penyebab yang menyiapkan (predisposing cause) adalah kondisi yang mendahului dan membuka jalan bagi kemungkinan terjadinya gangguan tertentu dalam kondisi tertentu di masa mendatang.

3. Penyebab pencetus (precipitating cause) adalah kondisi yang tak tertahankan bagi individu dan mencetuskan gangguan.

4. Penyebab yang menguatkan (reinforcing cause) adalah kondisi yang cenderung mempertahankan tingkah laku maladaptif yang sudah terjadi.

5. Sirkulasi faktor penyebab adalah serangkaian faktor penyebab yang kompleks bukan sebagai hubungan sebab-akibat sederhana melainkan saling mempengaruhi sebagai lingkaran setan.

B. Menurut Sumber Asalnya 1. Faktor Biologis

Berbagai keadaan biologis atau jasmani yang menghambat perkembangan maupun fungsi sang pribadi dalam kehidupan sehari-hari.

a. Cacat genetik; berupa anomali atau kelainan kromosom.

b. Kelemahan konstitusional

Konstitusi adalah struktur biologis individu yang relatif menetap akibat pengaruh genetik atau lingkungan awal termasuk lingkungan pranatal. Konstitusi meliputi: fisik atau bangun tubuh, cacat fisik, kecenderungan reaksi primer.

c. Deprivasi fisik

d. Proses emosi yang berlebihan

e. Patologi otak

2. Faktor Psikososial

a. Trauma di masa kanak-kanak

b. Deprivasi mental

c. Hubungan orang tua anak yang patogenik

7 macam hubungan patogenik

Penolakan

Overproteksi dan sikap serba mengekang

Menuntut secara tidak realistik

Memanjakan anak

Disiplin yang salah

Komunikasi yang kurang/irasional

Teladan buruk dari pihak orang tua

d. Struktur keluarga yang patogenik

Empat struktur yang dapat menimbulkan gangguan:

Keluarga yang tidak becus

Keluarga yang antisosial

Keluarga yang tidak teratur/bermasalah

Keluarga yang tidak utuh

e. Stress berat

Keadaan ini timbul karena

Frustrasi yang menyebabkan hilangnya harga diri

Konflik nilai

Tekanan hidup modern

3. Faktor sosiokultural

Keadaan objektif dalam masyarakat atau tuntutan dari masyarakat yang menimbulkan tekanan pada individu.

IV. Kriteria Abnormalitas

1. Pelanggaran norma sosial

Menurut kriteria ini abnormal diartikan sebagai nonkonformitas yaitu sifat tidak patuh atau tidak sejalan dengan norma sosial.

2. Penyimpangan dari norma statistik

Menurut kriteria ini abnormal berarti menyimpan dari normal yaitu setiap hal yang luar biasa, tidak lazim, atau secara harfiah menyimpang dari hal yang biasa.

3. Ketidaksenangan pribadi (Personal Discomfort)

Bila orang mengatakan tidak/sangat tidak bahagia perilaku ini dinamakan abnormal dan memerlukan bantuan.

4. Perilaku Maladaptif

Menurut kriteia ini perilaku dianggap abnormal jika bersifat maladaptif, memiliki pengaruh buruk pada individu atau masyarakat.

5. Gejala Salah Suai (Maladjusment)

Abnormalitas dipandang sebagai ketidakefektifan individu dalam menghadai, menangani atau melaksanakan tuntutan-tuntutan dari lingkungan fisik dan sosialnya maupun yang bersumber dari berbagai kebutuhannya sendiri.

6. Ketidakmatangan

Seseorang dikatakan abnormal bila perilakunya tidak sesuai dengan tingkat usianya, tidak selaras dengan situasinya.

7. Tekanan Batin

Abnormalitas dipandang sebagai wujud perasaan cemas, depresi atau sedih atau rasa bersalah yang mendalam.

V. Bentuk Abnormalitas

Abnormalitas diklasifikasikan menjadi 4 bagian yaitu:

1. Psikoneurotis

Gangguan jiwa ringan, tanda-tanda yang nampak yaitu: perasaan takut, kecemasan, mudah lelah, kelemahan dalam fungsi sensoris dan motorik, selain itu adanya penggunaan mekanisme pertahanan ego yang berlebihan, misal regresi, disasosiasi, tetapi masih ada kontak dengan realita tidak perlu adanya penjagaan dengan penderitaan.

2. Penyakit Psikotis

Penyakit mental yang menunjukkan adanya disorganisasi kepribadian yang tingkatannya sudah berat sehingga penderita kehilangan kontak dengan realita dan membutuhkan penjagaan atau pemeliharaan di rumah sakit. Atau juga bisa diartikan suatu gangguan jiwa yang serius dan yang mengganggu kemampuan berpikir, beremosi, berkomunikasi, mengingat kembali, menafsirkan kenyataan dan berperilaku secara wajar. Individu itu sudah kehilangan rasa-kenyataan (sense of reality) sehingga ia tidak mampu lagi memenuhi tuntutan hidup yang biasa sehari-hari.

Psikosis dibagi menjadi 2 macam yaitu:

Psikosis fungsional: disebabkan karena tekanan psikosis

Psikosis organis: disebabkan penyakit/luka otak.

3. Mental Defiance (Kelemahan mental akibat penyakit intelegensi)

Penderita biasa disebut feeble mind. Feeble mind digolongkan menjadi tipe debil, embisil, dan idiot. Kelemahan ini membuat penderitanya tidak mampu menyesuaikan diri dengan kehidupan sehari-hari.

4. Kepribadian antisosial (tingkah laku antisosial)

Antisosial adalah secara aktif melanggar adat istiadat norma-norma dan hukum sosial sehingga menyukarkan dan merugikan masyarakat. Para penderita gangguan ini memiliki ciri-ciri: perkembangan moral mereka terhambat, mereka tidak mampu mencontoh perbuatan yang diterima masyarakat. Kurang dapat bergaul dan kurang tersosialisasikan, dalam arti tidak mampu mengembangkan kesetiaan pada orang, kelompok, maupun nilai-nilai sosial yang berlaku maka mereka sering bentrok dengan masyarakat, contohnya: orang-orang yang menjalankan bisnis dengan curang, para penipu, pelacur dan lain-lain.

IV. BELAJARA. PENGERTIAN BELAJAR

1. Menurut Skinner (1985) memberikan definisi belajar adalah Learning is a process of progressive behavior adaption. Yaitu bahwa belajar itu merupakan suatu proses adaptasi perilaku yang bersifat progresif.

2. Menurut Mc. Beach (Lih Bugelski, 1956) memberikan definisi mengenai belajar Learning is a change performance as a result of practice. Ini berarti bahwa-bahwa belajar membawa perubahan dalam performance, dan perubahan itu sebagai akibat dari latihan (practice)

3. Menurut Morgan, dkk (1984) memberikan definisi mengenai belajar Learning can be defined as any reatively permanent change in behavior which accurs asa result of prachice or experience. Yaitu bahwa perubahan perilaku itu sebagai akibat belajar karena latihan (practice) atau karena pengalaman (experience).

4. Stern menyatakan bahwa : [hal 232]

Learn ist kentinisserwerb durch wiedurholte darbeitungan, yang dalam arti luasnya juga meliputi der ansignug neur fertigkeiten durch wiederholung die rede (Stren, 1950:313)

5. Dalam bukunya Walker conditioning and instrumental learning (1967). Belajar adalah perubahan perbuatan sebagai akibat dari pengalaman. Perubahan orang dapat memperoleh, baik kebiasaan-kebiasaan yang buruk maupun kebiasaan yang baik.

6. C.T. Morgan, dalam introduction to psychology (1961)

Belajar adalah suatu perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku sebagai akibat/hasil dari pengalaman yang lalu.

B. TEORI BELAJAR

(Pengantar Psi. Umum, Prof. Dr. Bimo W hal 170)

1. Teori Belajar yang berorientasi pada Aliran Psikologi Behaviorisme

a. Teori belajar asosiatif

Menurut Paulou berdasarkan eksperimennya, dapat disimpulkan bahwa perilaku itu dapat dibentuk melalui kondisioning atau kebiasaan.

b. Teori belajar fungsionalistik

1) Menurut Thorndike dengan eksperimennya dapat disimpulkan bahwa dalam belajar itu dapat dikemukakan adanya beberapa hukum, yaitu:

Hukum kesiapan

Hukum latihan

Hukum efek

Menurut hukum ini belajar agar mencapai hasil yang baik harus ada kesiapan untuk belajar.

2) Sifat dan eksperimen Pavlov pada eksprimen Skinner yaitu adanya eprimenta extinction. Menurut Skinner dalam kondisioning operan ada dua prinsip umum, yaitu:

Setiap respon yang diikuti oleh reward (merupakan reinforcing stimuli) akan cenderung diulangi:

Reward yang merupakan reinforcing stimuli akan meningkatkan kecepatan terjadinya respons.

2. Teori belajar yang berorientasi pada aliran Psikologi kognitif

a. Menurut Kohler, dalam eksperimennya menyimpulkan bahwa hewan coba dalam belajar memecahkan masalah adalah dengan insight (insightfull learning).

b. Menurut Jean Piaget salah satu pengertian yang dikemukakan oleh Piaget adalah asimilasi dan akomodasi. Apabila individu mempunyai struktur kognitif dengan yang bersangkutan, maka akan terjadi asimilasi, tetapi pada keadaan dimana tidak ada struktur kognitif, maka perlu adanya proses akomodasi.

3. Teori Conditioning

Bentuk paling sederhana dalam belajar ialah conditioning. Karena conditioning sangat sederhana bentuknya dan sangat luas sifatnya. Menurutnya teori conditioning, belajar adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat (conditions) yang kemudian menimbulkan respon. Untuk menjadikan seseorang itu belajar, kita harus memberikan syarat-syarat tertentu yang terpenting dalam belajar, menurut Teori Conditioning ialah adanya latihan-latihan yang kontinu yang diutamakan dalam teori ini adalah hal belajar yang terjadi secara otomatis.

4. Teori Psikologis Gestalt

Sering disebut insight full learning atau field theory. Belajar dimulai dari suatu keseluruhan, kemudian baru menuju bagian-bagian. Dari hal-hal yang sangat kompleks menuju hal-hal yang lebih sederhana. Belajar adalah penyesuaian diri dengan lingkungan. Seseorang belajar jika ia dapat bertindak dan berbuat sesuai dengan yang dipelajarkannya. Belajar akan berhasil bila tercapai kematangan untuk memperoleh pengertian. Pengertian adalah kemampuan hubungan antara berbagai faktor dalam situasi yang probelamtis.

C. JENIS-JENIS BELAJAR

1) Berdasarkan tujuan dan hasil yang diperoleh dari kegiatan belajar:

a. Belajar Abstrak : Belajar dengan menggunakan cara-cara berpikir abstrak. Tujuannya ialah memperoleh pemahaman serta pemecahan yang tak nyata misalnya : belajar Tauhid, astronomi, kimia dan matematika.

b. Belajar Ketrampilan : Proses belajar yang bertujuan memperoleh ketrampilan tertentu dengan menggunakan gerakan-gerakan motorik.

Misalnya : melukis, memperbaiki benda-benda elektronik.

c. Belajar Sosial : Belajar yang bertujuan memperoleh ketrampilan dan pemahaman terhadap masalah-masalah sosial, penyesuaian terhadap nilai-nilai sosial dan sebagainya. Misalnya : belajar memahami masalah keluarga, masalah-masalah lain yang bersifat sosial.

d. Belajar Rasional : Belajar dengan menggunakan kemampuan berpikir secara logis/sesuai dengan akal sehat. Tujuannya ialah memperoleh beragam kecakapan menggunakan prinsip-prinsip dan konsep-konsep.

e. Belajar Pengetahuan : Belajar untuk memperoleh sejumlah pemahaman, pengertian, informasi dan sebagainya atau sebuah program belajar terencana untuk menguasai materi pelajaran dengan melibatkan kegiatan investigasi/penelitian dan eksperimen.

2) Berdasar cara atau proses yang ditempuh dalam belajar:

a. Belajar berdasarkan pengamanan (Sensory type of learning)

b. Belajar berdasarkan gerak (Motor type of learning)

c. Belajar berdasarkan menghafal (Memory type of learning)

d. Belajar berdasarkan pemecahan masalah (Problem solving of learning)

e. Belajar berdasarkan emosi (Emotional type of learning)

f. (Alex Sour, Drs. 2003. Pengantar Psikologi Umum, Bandung : Pustaka sehat)

D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BELAJAR

1. Faktor Endogen : Faktor internal, yakni semua faktor yang berada dalam diri individu.

a. Faktor Fisik = antara lain faktor kesehatan, umpamanya anak yang kurang sehat/kurang gizi, daya tangkap dan kemampuan belajarnya akan kurang dibandingkan dengan anak yang sehat. Selain itu, ada faktor lain yang penting, yaitu catat-catat yang dibawa sejak anak berada dalam kandungan. Keadaan ini juga bisa menghambat keberhasilan seseorang. Misalnya orang tersebut bisu, tuli sejak lahir. Keadaan seperti itu dapat menjadi hambatan dalam perkembangan anak, sehingga anak menghadapi kesulitan untuk berinteraksi dan berinteraksi dengan lingkungan sekelilingnya.

b. Faktor Psikis = bisa juga mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran.

1) Faktor intelegensi/kemampuan

2) Faktor perhatian dan minat

3) Faktor bakat

4) Faktor motivasi

5) Faktor kematangan

6) Faktor kepribadian

2. Faktor Eksogen : Faktor eksternal, yakni semua faktor yang berada di luar dari individu.

1) Faktor keluarga : Sebagai salah satu penentu yang berpengaruh dalam belajar, yang terdiri dari 3 aspek, yaitu:

Kondisi ekonomi keluarga

Hubungan emosional orang tua dan anak

Cara mendidik anak

2) Faktor sekolah

3) Faktor lingkungan lain

Alex Sobur, Drs. 2003. Pengantar Psikologi Umum, Bandung : Pustaka Setia

3. Faktor-faktor yang berasal dari luar diri pelajar

Digolongkan menjadi 2:

1) Faktor Nonsosial

Contoh : Keadaan udara, suhu udara, cuaca, waktu, tempat alat-alat yang dipakai untuk belajar.

2) Faktor Sosial

Yang dimaksud dengan faktor-faktor sosial disini adalah faktor kehadiran manusia yang langsung maupun kehadirannya yang tidak langsung.

Contoh : Kehadiran yang langsung misalnya bila satu kelas murid sedang mengerjakan ujian lalu terdengar banyak anak-anak lain bercakap-cakap disamping kelas.

Kehadiran yang tidak langsung/dapat disimpulkan kehadirannya misalnya suara nyanyian yang sedang dihidangkan lewat radio maupun tape recorder dapat merupakan representasi bagi kehadiran seseorang.

4. Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri si pelajar digolongkan menjadi 2:

a. Faktor Fisiologis

Faktor fisiologis ini dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:

1) Tonus Jasmani pada umumnya

2) Keadaan Tonus Jasmani pada umumnya dapat melatarbelakangi aktivitas belajar; keadaan jasmani yang segar akan lain pengaruhnya dengan keadaan jasmani yang kurang segar; keadaan jasmani yang telah lain pengaruhnya daripada yang tidak lelah.

Dalam hubungan dengan hal ini ada 2 hal yang perlu dikemukakan

a) Nutrisi harus cukup karena kekurangan makanan ini akan mengakibatkan kurangnya tonus jasmani, pengaruhnya dapat berupa kelesuan, lekas mengantuk, lekas lelah dan sebagainya.

b) Beberapa penyakit yang kronis sangat mengganggu presentasi belajar

Contoh : Pilek, influenza, sakit gigi, batuk

Penyakit-penyakit itu biasanya sering diabaikan dan tidak cukup sering untuk mendapatkan perhatian dan pengobatan tetapi dalam kenyataannya penyakit-penyakit semacam ini sangat mengganggu aktivitas.

3) Keadaan fungsi-fungsi jasmani tertentu terutama fungsi-fungsi panca indra

Orang mengenal dunia sekitarnya dan belajar dengan mempergunakan panca indranya. Baiknya berfungsinya panca indra merupakan syarat dapat belajar itu berlangsung dengan baik. Dalam sistem persekolahan dewasa ini diantara panca indra itu yang paling memegang peranan dalam belajar adalah mata dan telinga. Karena itu menjadi kewajiban bagi setiap pendidik untuk menjaga, agar panca indra anak didiknya dapat berfungsi dengan baik, baik penjagaan yang bersifat kuratif maupun yang bersifat presentatif.

Seperti misalnya adanya pemeriksaan dokter secara periodik penyediaan alat-alat pelajaran serta perlengkapan yang memenuhi syarat dan penempatan murid-murid contohnya di kelas (pada sekolah)

b. Faktor Psikologi

Menurut Arden N. Frandsen mengatakan bahwa hal yang mendorong seseorang untuk belajar itu adalah sebagai berikut:

1) Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas.

2) Adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk selalu maju.

3) Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru dan teman-teman.

4) Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan lalu dengan usaha yang baru, baik dengan kooperasi maupun dengan kompetensi.

5) Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran.

6) Adanya ganjaran/hikmah sebagai akhir daripada belajar

V. KEPRIBADIANA. Pengertian

Istilah Kepribadian(personality) memiliki banyak arti disebabkan adanya perbedaan dalam penyusunan teori, penelitian dan pengukurannya.

1. Kepribadian menurut kehidupan sehari hari

Kata kepribadian berasal dari bahasa latin persona diartikan apa yang mengacu pada gambaran sosial tertentu yang diterima oleh individu dari kelompok atau masyarakatnya, kemudian individu tersebut diharapkan bertingkah laku berdasarkan atau sesuai dengan gambaran sosial (peran) yang diterimanya (Koswara.1991.PU). kepribadian sering diartikan atau dihubungkan dengan ciri ciri tertentu yang menonjol pada diri individu.

2. Kepribadian menurut psikologi

Goerge Kelly, memandang kepribadian sebagai cara yang unik dari individu dalam mengartikan pengalaman pengalaman hidupnya. Gordon Allport, merumuskan kepribadian sebagai sesuatu yang terdapat dalam individu yang bersangkutan. Sementara itu Sigmund Freud memandang kepribadian sebagai suatu struktur yang terdiri dari tiga sistem yakni id, ego, dan superego. Menurut Newcomb 1950, berpendapat bahwa kepribadian merupakan organisasi dari sikap sikap (predispositions) yang dimiliki seseorang sebagai latar belakang terhadap perikelakuan.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kepribadian menunjukkan kepada bagaimana individu tampil dan menimbulkan kesan bagi individu individu lainnya. Kepribadian, keunikan dari setiap individu ternyatakan atau sesuatu yang khas pada diri seseorang ditentukan atau dipengaruhi oleh faktor faktor bawaan dan lingkungan.

3. Principles of Psychology

Mischele, 1981 the distinctive patterns of behavior (including thoughts and emotions). Maddi, 1980 the characteristics and tendencies that determine those commonalities and differences in the psychological behavior (thoughts, feelings, and actions).

Hall and Lindzey, 1978 definition stated in a few phrases are less important than general theories.

Allport, 1971 Personality is the dynamic organization with in the individual of those psychophysical system that determine his unique adjustments to his environment (Newman&Newman.Principles of psychology.1983:383)

B. Teori Teori

1. Teori Kepribadian Psikoanalisa (Sigmund Freud)

Freud, pada periode awal dari psikoanalisa mengembangkan metode asosiasi bebas dan analisis mimpi (dream analysis) atau penafsiran mimpi. Penafsiran mimpi dikembangkan berdasarkan anggapannya bahwa isi mimpi merupakan simbol dari keinginan keinginan atau pengalamanpengalaman tertentu yang direpres dialam tak sadar. Menurut Freud konflik dasar dari sistem kepribadian menciptakan energi psikis individu yang menuntut pemuasan terdiri dari tiga sistem yaitu : id, ego, superego. Id adalah sistem yang bertindak sebagai penyedia atau penyalur energi yang dibutuhkan oleh sistem- sistem tersebut, dan dalam menjalankan fungsi dan operasinya dilandaskan oleh maksud mempertahankan konstansi untuk mencapai keadaan menyenangkan. Ego sebagai pengarah individu kepada dunia obyek dari kenyataan dan pemelihara kelangsungan hidup individu. Superego terbentuk melalui nilai nilai dan aturan aturan yang sifatnya evaluatif (baik buruk). Jadi jelas bahwa dalam teori psikoanalisis Freud, ego harus menghadapi konflik antara id (yang berisi naluri seksual dan agresif yang selalu minta disalurkan) dan superego (berisi karangan yang menghambat naluri naluri itu). (E.Koswara.1991.Teori teori kepribadian.Bandung : PT.ERESCO.hal 3235 dan Alex Sobur.2003.Psikologi Umum.Bandung : Pustaka Setia.hal 305 307)

2. Teori Kepribadian Behaviorisme (Skinner)

Menurut skinner, sejumlah aspek tingkah laku berkaitan dengan waktu kelahiran, tipe tubuh atau konstitusi genetik, fakta tersebut terbatas kegunaannya. Seluruh tingkah laku ditentukan oleh aturan aturan yang bisa dikendalikan dan diramalkan, yaitu tingkah laku yang nampak. Skinner, perspektif behaviorisme study tentang kepribadian ditujukan kepada penemuan pola khas dari kaitan antara tingkah laku organisme dan konsekuensi konsekuensi yang diperkuatnya yaitu faktor bawaan yang khas dari individu. (hal 75 77 dan 309 310).

3. Teori teori Sifat/Trait Theories (Allport)

Teori sifat pada dasarnya meliputi psikologi individu Gordon Williard Allport, Psikologi Konstitusi William Sheldon, dan Teori Faktor Raymon Cattell (Hall & Lindzey,1993). Teori teori sifat disebut juga type theoris yang bersifat relatif stabil atau menetap. Teori teori ini menyatakan bahwa manusia memiliki sifat sifat tertentu yakni pola kecenderungan untuk bertingkah laku dengan cara tertentu. Allport membedakan antara sifat umum (membandingkan sifat individu satu sama lain) dan kecenderungan pribadi (sifat sifat unik). (Alex Sobur.Psikologi Umum.2003:307 309).

4. Teori Psikologi Kognitif (Gestalt)

Gestalt, berpendapat dalam memersepsi lingkungannya, manusia tidak sekedar mengandalkan diri pada apa yang diterima dari penginderaannya tetapi masukan dari penginderaan itu diatur, saling dihubungkan dan diorganisasi untuk diberi makna, dan selanjutnya dijadikan awal dari suatu perilaku. Pandangan teori kognitif menyatakan bahwa organisasi kepribadian manusia tidak lain adalah elemen elemen kesadaran yang satu sama lain saling terkait dalam lapangan kesadaran (kognisi). (Alex Sobur.Psikologi Umum.2003:311 312).

5. Teori Kepribadian Humanistik (Abraham Maslow)

Maslow, mengembangkan teorinya dengan prinsip holistiknya, motivasi mempengaruhi individu sebagai makhluk yang berbeda dengan hewan apapun, karena tingkah laku dan ciri manusia yang khas. Perspektif humanistik, kekuatan jahat atau merusak yang ada pada manusia adalah hasil dari lingkungan yang buruk, dan bukan merupakan bawaan. Kreatifitas merupakan kekuatan yang mengarahkan manusia kepada pengekspresian. Maslow memandang orang orang yang berjiwa sehat sebagai landasan bagi pengembangan psikologi yang universal. (E.Koswara.Teori teori Kepribadian.1991:115 118).

C. Faktor

Faktor yang mempengaruhi kepribadian :

1. Pengalaman Umum (Comman Experiences).Yaitu pengalaman yang dihayati oleh hampir semua manusia. Setiap masyarakat mempinyai nilai nilai, prinsip prinsip moral, cara cara hidup yang dihayati oleh semua anggota masyarakat itu.

2. Pengalaman Unik (Unique Experiences)

Setiap orang mempunyai pengalaman pengalaman yang hanya pernah dialami oleh dirinya sendiri. Karena sejak lahir seorang anak sudah membawa ciri ciri tertentu serta kecenderungan kecenderungan tertentu, maka reaksinya terhadap lingkungan atau reaksi lingkungan terhadapnya bersifat khas.

3. Heredity/Pembawaan

Heredity merupakan faktor yang lebih besar pengaruhnya bagi pembentukan kepribadian, dengan cara membandingkan orang orang yang hereditasnya sama, tetapi hidup di alam lingkungan yang berbeda.

4. Kebudayaan (Cultural)

Setiap kebudayaan/masyarakat mempunyai masing masing standart tingkah lakunya sendiri sendiri sebagai model tingkah laku yang diakui masyarakat dan merupakan sifat sifat kepribadian yang harus dimiliki oleh setiap warganya. (Drs. M. Alisuf Sabri. Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan. 1993: 103 110).

D. Bentuk Kepribadian

Menurut ahli psikologi, bentuk/pola kepribadian manusia terdiri dari 2 bagian yaitu:

1. The Concept of Self (sebagai Pusat)

Merupakan core/pusat atau terasnya bentuk kepribadian kita, mempengaruhi bentuk bentuk sifat yang akan terjadi.

2. Trait (Sifat Sifat Pribadi)

Pola pola penyesuaian diri seseorang, yang sudah menjadi sifat/kualitas tingkah lakunya yang spesifik. Sifat sifat kepribadian ini menyatu dan dipengaruhi oleh self concept.

(M.Alisuf Sabiri. Pengantar Psikologi Umum & Perkembangan. 1993:93 95)

VI. MOTIVASIApakah perilaku itu?

Mengapa terjadi perilaku?

Bagaimana perilaku terjadi?

MOTIVASI merupakan insentif, dorongan, atau perangsang untuk bertindak.

Motivasi adalah semua hal (verbal, fisik, atau psikologis) yang membuat seseorang melakukan sesuatu sebagai respon.

Macam perilaku/perbuatan

1. Perbuatan reflektif, terjadi tanpa disadari oleh individu. Perbuatan sebagai reaksi atas stimulus terjadi tidak melalui otak.

2. Perbuatan yang disadari, terjadi karena adanya motif dari individu ybs. Prosesnya sampai ke otak/pusat kesadaran.

Darimana motif berasal?

Individu yang dilahirkan telah membawa motif yang disebut natural motives sebagai motif dasar yang erat dengan kebutuhan biologis. Yang kedua adalah learned motives yaitu motif yang berasal dari pengalaman proses belajar. Perkembangan individu akan mengubah motif-motif tersebut.

Macam motif

1. Motif biologis & motif sosiologis. Kuypers menambahnya menjadi 3 yaitu motif teologis.

2. Woodworth & Marquis berpendapat:

a. Organic needs, motif yang berhubungan dengan kelangsungan hidup: misalnya makan-minum, seks, dst

b. Emergency motives, yaitu motif untuk tindakan-tindakan segera: misalnya melepaskan diri dari bahaya, melawan, bersaing

c. Objective motives, yaitu motif untuk mengadakan hubungan dengan keadaan sekitarnya baik thd benda maupun orang-orang: misalnya eksplorasi, manipulasi, minat.

Kekuatan motif

Suatu motif disebut kuat apabila dapat mengalahkan yang lain. Penelitian Daniel Starch menghasilkan kesimpulan bahwa motif yang relatif kuat ialah lapar, cinta pada keturunan, kesehatan, seks.

4 Macam konflik motif (Penjelasannya lihat buku Psi. Umum dari Bimo Walgito)Dalam kehidupan kita seringkali terjadi motif yang saling bertentangan. 3 macam konflik pertama dikemukakan Lewin, dan yang ke-4 dari Hooland & Sears.

Respon Positif terhadap obyek disebut approach.

Respon negatif, disebut avoidance.1.

2.

3.

4.

Model konflik ke-4 disebut juga double approach-avoidanceRespon individu terhadap motif

1. Pemilihan atau penolakan

Individu merespon beberapa situasi atau obyek yang dihadapi dengan memilih menerima atau menolak secara tegas, tetapi jika perbedaan di antara obyek sangat tipis maka mengalami kesulitan untuk bertindak tegas.

2. Kompromi

Individu mampu menggabungkan dua macam obyek/situasi yang berbeda.

3. Bimbang

Jika kedua obyek mengandung keuntungan-kerugian, kebaikan-keburukan, maka menyebabkan kebingungan dalam pengambilan keputusan.

Pengambilan Keputusan dalam menghadapi konflik dapat berdasarkan kata hati, yang sifatnya:

1. Irrasional, seringkali tidak rasional

2. Subyektif, hanya berlaku untuk diri sendiri

3. Bukan hasil proses berpikir.

Hubungan Motivasi & Emosi

Emosi dapat memperkuat/ melemahkan tindakan (=motivasi)

Emosi dapat mengarahkan tingkah laku/ tindakan

Emosi dapat menyertai tindakan bermotivasi

Emosi bahkan dapat menjadi tujuan dari tindakan bermotivasi

Bagaimana gambaran motivasi seseorang?

Mengapa Anda memilih pekerjaan ini? Mengapa Anda datang lebih awal? Apa yg paling Anda sukai dari pekerjaan ini? Apa yg tidak Anda sukai dari pekerjaan ini? Apa yg membuat Anda frustrasi? Apa yg membuat Anda merasa berharga? Pekerjaan terbaik apa yang pernah Anda lakukan? Mengapa? Apa yang Anda harapkan dr suatu pekerjaan? Apa yg Anda inginkan 1 tahun ini? Bgm dengan 5 tahun mendatang? #VII. SIKAPDefinisi sikap

Allport mendefinisikan sikap adalah kecenderungan memberikan tanggapan terhadap suatu objek atau kelompok objek baik disenangi atau tidak disenangi secara konsisten. Sikap konsumen terhadap merek berarti mempelajari kecenderungan konsumen untuk mengevaluasi merek baik disenangi atau tidak disenangi secarakonsisten.

Komponen sikap

Komponen sikap terdiri atas:

a. komponen kognitif, merupakan kepercayaan terhadap merek.

b. Komponen afektif, merupakan evaluasi merek.

c. Komponen konatif, merupakan maksud untuk membeli.

Dari tiga komponen sikap tersebut, evaluasi merek adalah inti dari kajian sikap karena evaluasi merek merupakan ringkasan dari kecenderungan konsumen untuk menyenangi atau tidak menyenangi merek tertentu.

Pengembangan sikap

Sikap dikembangkan sepanjang waktu melalui proses pembelajarn yang dipengaruhi oleh:

a. Pengaruh keluarga

Keluarga mempunyai peranan yang penting dalam mempengaruhi sikap. Hal ini terkait pembelajaran nilai-nilai, aturan dan lain sebagainya yang dilakukan oleh orang tua.

b. Pengaruh kelompok teman sebaya

Hal ini terkait dengan anggapan bahwa individu melakukan pembelian karena ingin merasa nyaman dan dapat diterima oleh kelompoknya. Misalnya anak-anak sering melakukan pembelian terhadap suatu produk karena teman sekolahnya juga membeli produk tersebut.

c. Pengalaman

Pengalaman penggunaan suatu merek produk pada masa lalu akan memberikan evaluasi terhadap merek tersebut, tergantung apakah pengalaman itu menyenangkan atau tidak menyenangkan. Jika pengalaman tidak menyenangkan, maka konsumen cenderung mempunyai sikap negatif, dan bila pengalaman penggunaan suatu merek menyenangkan, maka sikap terhadap produk tersebut akan positif.

d. Kepribadian

Sifat-sifat seperti suka menyerang terbuka, otoriter mungkin mempengaruhi sikap terhadap merek dan produk. Individu yang agresif mempunyai kemungkinan akan lebih terlibat dalam persaingan olahraga dan akan membeli peralatan yang paling mahal dalam usahanya untuk mengungguli lawan.

Fungsi-fungsi sikap

Daniel Kazt membagi empat fungsi sikap, yaitu:

1. Fungsi utilitarian

Fungsi ini terkait dengan prinsip-prinsip dasar imbalan dan hukuman. Individu mengembang beberapa sikap terhadap perilaku kesehatan atas dasar apakah hal itu memberikan kesenangan atau kekecewaan. Jika tindakan perilaku kesehatan memberikan manfaat maka individu akan mengembangkan sikap positif, sebaliknya bila penggunaannya tidak memberikan manfaat maka akan mengembangkan sikap negatif.

2. Fungsi ekspresi nilai

Individu tidak mengembangkan sikap terhadap perilaku kesehatan bukan karena atas manfaanya atau kesenangannya, melainkan didasarka pada bagaimana perilaku kesehatan tersebut mengekspresikan nilai-nilai yang ada pada dirinya.

3. Fungsi mempertahankan ego

Perilaku kesehatan yang ditunjukkan individu cenderung untuk melindungi dirinya dari tantangan eksternal maupun perasaan internalnya, sehingga menbentuk fungsi mempertahankan ego.

4. Fungsi pengetahuan

Dari seluruh informasi yang diterimanya, individu akan memilah informasi yang relevan dan tidak relevan dengan kebutuhannya. Informasi yang tidak relevan akan cenderung diabaikan. Fungsi pengetahuan juga bisa membantu mengurangi ketidakpastian dan kebingungan. Jika individu sebelumnya mengetahui pengetahuan terhadap perilaku kesehatan, maka hal itu akan mengurangi ketidakpastian atas resiko tindakannya.

Hubungan antara kepercayaan dan sikap

Hubungan antara kepercayaan dan sikap sangat penting dalam menentukan keberhasilan strategi pemasaran. Jika iklan yang ditampilkan mampu menciptakan kepercayaan positif terhadap merek, maka konsumen akan lebih mungkin mempunyai sikap positif terhadap dan membeli produk itu. Bila konsumen puas dalam penggunaan produk tersebut maka akan memperkuat sikap dan tindakan pembelian dimasa akan dating.

Teori Keseimbangan Heider

Teori ini menganggap manusia selalu menjaga keseimbangan antara kepercayaan yang ada pada dirinya denganevaluasi. Hal ini berarti orang akan mencari keseimbangan jika misalnya informasi baru yag diterimanya tidak sesuai dengan kepercayaan yang selama ini diyakininya.terdapat tiga elemen yang harus ada agar proses keseimbangan bisa tercapai. Pertama yaitu orang yang merasakan, kedua sikap terhadap suatu objek, dan ketiga yaitu objek lain yang berhubungan dengan objek pertama.

Teori Ekspetasi Nilai dari Rosenberg

Teori ini menyatakan bahwa perilaku pada umumnya lebih dipengaruhi oleh pengharapan dari untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan.dari pada dorongan dari dalam diri. Pengharapan nilai didasarkan pada keseimbangan antara kepercayaan dan evaluasi. Saat evaluasi dan kepercayaan tidak seimbang, akan dikurangi atau dihilangkan melalui penataan kembalisikap secara keseluruhan.penataan kembali terjadi saat perubahan dalam kepercayaan menimbulkan perubahan kepercayaan terhadap merek.Model Multiatribut dari Fishbein

Fishein menkelaskan pembentukan sikap sebagai tanggapan atas atribut-atribut. Model ini memungkinkan para pemasar mendiagnosis kekuatan dan kelemahan merek produknya secara relatif dibandingkan dengan merek produk pesaing dengan menentukan bagaimana konsumen mengevaluasi alternative merek produk pada atribut-atribut penting.

Model Fishbein merupakan model kompensatori yaitu bahwa kelemahan pada satu atribut tertentu dapat ditutupi oleh atribut lainnya, tergantung tingkat kepentingannya.

Hubungan antara sikap dan perilaku

Individu yang mempunyai sikap positif terhadap suatu objek atau produk belum tentu akan melakukan perilaku kesehatan dikarenakan suatu alasan tertentu, misalnya ketersediaan dana, faktor keluarga, ataupun faktor lainnya.

Teori Ekspektasi Nilai dari Rosenberg

Model Multiatribut dari FishbeinPerilaku

EMBED Visio.Drawing.11

Stimulus

Reseptor

Efektor

Respon

Stimulus

Reseptor

Efektor

Respon

Otak

Motif

+

+

Approach-Approach

+/-

Approach-Avoidance

-

-

Avoidance-Avoidance

+/-

+/-

Approach-Approach

Avoidance-Avoidance

PAGE 23Psikologi Kesehatan

_1383030061.vsdIncrease(Naik)

Descrease(Turun)

Ambang

NilaiStimulus

NilaiStimulus

Methods of Limits

_1383030064.vsd

_1383030060.vsdAmbangStimulus

Disadari

Subliminal

Supraliminal

390milimicron

760milimicron

AmbangTerminal