bahan bang tio

9
BAB 184 Escherichia coli, Aeromonas, Plesiomonas Donald K. Winsor dan Thomas G. Cleary ESCHERICHIA COLI ETIOLOGI DAN PATOGENESIS. Dikenal 5 kelas E.coli sebagai agen yang dihubungkan dengan gastroenteritis anak. karena organisme E. coli merupakan flora normal tinja, peragaan sifat-sifat virulens merupakan satu-satunya cara yang dapat digunakan untuk menentukan E. coli yang diaregenik. Mekanisme bagaimana E. coli menimbulkan diare khas melibatkan perlekatan organisme pada reseptor glikoprotein atau glikolipid, disertai dengan produksi beberapa bahan beracun yang menjejas sel-sel usus atau mengganggu fungsi usus. Gena untuk sifat-sifat virulens dan untuk resisten antibiotik sering diteruskan plasmid atau bakteriofag yang dapat dipindahkan. klasifikasi sekarang diringkaskan disini; klasifikasi berubah ketika gena virulensi baru diklon dan diurutkan. E. coli Enterotoksigenik (ETEC). Serogrup E. coli ini menghasilkan enterotoksin labil panas (LT) dan/atau entcrotoksin stabil panas (ST). LT, molekul besar yang terdiri dari 5 subunit pengikat reseptor dan satu subunit yang aktif secara enzimatis, adalah terkait pada toksin kolera secara structural, fungsional dan imunologis yang dihasilkan oleh Vibrio cholerae. ST adalah molekul kecil (18-19 asam amino) tidak terkait dengan LT atau toksin kolera, walaupun ST terkait dengan enterotoksin yang dihasilkan oleh beberapa strain Yersin enterocolitica. Toksin ini tidak menjejas atau membunuh sel, agaknya toksin ini mengganggu cairan yang diatur nukleotid siklik dan absorpsi elektrolit. ST merangsang guanilat siklase, menyebabkan penambahan GMP siklik, tetapi LT (sepert toksin kolera) merangsang adenilat siklase, menyebabkan penambahan AMP siklik. ETEC khas juga mempunyai fimbria atau

Upload: hendrikpc27

Post on 03-Feb-2016

9 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bahan Bang Tio

BAB 184

Escherichia coli, Aeromonas, Plesiomonas

Donald K. Winsor dan Thomas G. Cleary

ESCHERICHIA COLI

ETIOLOGI DAN PATOGENESIS. Dikenal 5 kelas E.coli sebagai agen yang dihubungkan dengan gastroenteritis anak. karena organisme E. coli merupakan flora normal tinja, peragaan sifat-sifat virulens merupakan satu-satunya cara yang dapat digunakan untuk menentukan E. coli yang diaregenik. Mekanisme bagaimana E. coli menimbulkan diare khas melibatkan perlekatan organisme pada reseptor glikoprotein atau glikolipid, disertai dengan produksi beberapa bahan beracun yang menjejas sel-sel usus atau mengganggu fungsi usus. Gena untuk sifat-sifat virulens dan untuk resisten antibiotik sering diteruskan plasmid atau bakteriofag yang dapat dipindahkan. klasifikasi sekarang diringkaskan disini; klasifikasi berubah ketika gena virulensi baru diklon dan diurutkan.

E. coli Enterotoksigenik (ETEC). Serogrup E. coli ini menghasilkan enterotoksin labil panas (LT) dan/atau entcrotoksin stabil panas (ST). LT, molekul besar yang terdiri dari 5 subunit pengikat reseptor dan satu subunit yang aktif secara enzimatis, adalah terkait pada toksin kolera secara structural, fungsional dan imunologis yang dihasilkan oleh Vibrio cholerae. ST adalah molekul kecil (18-19 asam amino) tidak terkait dengan LT atau toksin kolera, walaupun ST terkait dengan enterotoksin yang dihasilkan oleh beberapa strain Yersin enterocolitica. Toksin ini tidak menjejas atau membunuh sel, agaknya toksin ini mengganggu cairan yang diatur nukleotid siklik dan absorpsi elektrolit. ST merangsang guanilat siklase, menyebabkan penambahan GMP siklik, tetapi LT (sepert toksin kolera) merangsang adenilat siklase, menyebabkan penambahan AMP siklik. ETEC khas juga mempunyai fimbria atau kolonisasi faktor antigen (colonization factor antigen = CFA) yang memungkinkan mereka melekat dengan kuat pada epitel usus, karenanya secara efisien berkolonisasi dan menghantarkan toksin ke epitel. Beberapa CFA telah dikenali karena pentingnya dalam mempengaruhi perlekatan ETEC pada sel mukosa usus. CFA ini disebut CFA I, CFA II, CFA III, CFA IV, CS7, CS17, 2230, 8786, PCF 09, PCF 0166, PCF 0148, dan PCF 0159. Sesudah kolonisasi epitel intestinum, ETEC melepaskan ST atau LT. Gena untuk kedua faktor kolonisasi dan enterotoksin khas dikode pada plasmid yang sama. Dari 170 lebih subgrup E. coli hanya sejumlah relatif kecil yang secara khas adalah ETEC; subgrup ini (06, 08, 015, 020, 025, 027, 020, 025, 027, 063,078, 080, 085, 0115, 0128ac [ tetapi bukan subgrup 0l28ab atau 0128ad], 0139, 0148, 0153, 0159, dan 0167) biasanya berbeda dari subgrup-subgrup yang ditemukan

Page 2: Bahan Bang Tio

pada E. coli terkait diare lain.

Page 3: Bahan Bang Tio

184 Escherichia coli, Aeromonas, dan Plesiomonas

E. coli Enteroinvasif (EIEC). Serogrup E. coli ini berperilaku seperti shigellae dalam kapasitasnya menginvasi epitel usus dan menghasilkan penyakit seperti disentri. EIEC melekat pada dan menginvasi epitel usus. Perilaku seperti Shigella ini terjadi karena E. coli ini memiliki virulensi plasmid besar yang sangat terkait dengan plasmid yang membantu Shigella dengan sifat invasifnya. Seperti pada Shigella, sekelompok kecil polipeptid yang dikode pada plasmid ini adalah penting untuk invasi epitel usus. Invasi epitel menyebabkan kematian sel dan respons sel radang cepat (secara klinis dikenali sebagai kolitis). Produk bakteri yang membunuh sel usus belum diketahui. EIEC mencakup sejumlah kecil serogrup (028ac, 029, 0124, 0136, 0143, 0144, 0152, 0164, 0167 dan beberapa strain yang tidak dapat ditipe). Serogrup ini mempuyai antigen lipopolisakarida (LPS) yang terkait dengan LPS Efiigella dan seperti shigella, organismenya tidak bergerak (mereka tidak mempunyai antigea H atau flagella) dan biasanya peragi nonlaktosa.E. coli Enteropatogenik (EPEC) E. coli diaregenik ini termasuk serogrup (antigen O atau antigen lipopolisakarida) yang disertai dengan ledakan serangan gastroenteritis infantil

tetapi tidak menghasilkan enterotoksin konvensional atau menginvasi sel epitel. Invasi ringan teramati pada beberapa sistem assay. Namun, organisme dalam serogrup ini juga telah diisolasi dari individu sehat. EPEC melekat pada mukosa usus dengan cara khusus. Pola perlekatan ini, terlihat pada pemeriksaan mikroskop elektron, disebut perlekatan "melekat erat dan bertumpu atau perlekatan bentuk tumpuan". Lesi terdiri atas kehilangan mikrovilli dengan perlekatan bakteria pada sel epitel, yang membentuk piala atau alas yang padanya bakteri dapat Bitemukan. Radang kronis dengan villi rata juga ditemukan pada biopsi usus kecil anak yang terkena. EPEC menyebabkan perlekatan setempat atau difus yang didasarkan pada assay sel HEp-2. EPEC dengan perlekatan setempat melekat longgar pada mikrovilli sel epitel melalui bangunan seperti tali disebut pili berbentuk berkas, yang dikode pada plasmid (EAF plasmid), disertai dengan perlekatan pada sel epitel melalui kerja gena eae (E. coli bertumpu-melekat). Perlekatan menyebabkan menaikan kadar kalsium intraseluler dan polimerisasi aktin padat pada sisi perlekatan. Bagaimana perubahan sitoskletal ini mienyebabkan diarea belum jelas. EPEC, yang

Page 4: Bahan Bang Tio

melekat secara difus pada sistem assay sel HEp-2, menghasilkan adhesin yang terlibat pada perlekatan difus (AIDA-I), yang mempunyai homolog terhadap protein S. flexneri yang disertai dengan penyebaran interseluler (VirG). Beberapa serogrup dihubungkan dengan perlekatan setempat dan probe EAF positif (0,55, 086, 0111, 0119, 0125, 0126, 0127, 0128ab dan 0142) sedang yang lain tidak melekat atau melekat secara difus (018, 044, 0112 dan 0114).

E coli Enterohemoragik (EHEC). Serogrup E. coli ini menghasilkan satu toksin atau lebih yang membunuh sel mamalia. mereka juga disebut E. coli enterositotoksik, E. coli penghasil toksin seperti Shiga (SLT-EC) dan E. coli penghasil verotoksin (VTEC). Dua toksin utama dihasilkan oleh EHEC. Satu pada dasarnya identik dengan shigatoksin, eksotoksin Shigella disentriae serotipe 1 penghambat sintesis protein. Kedua lebih_jauh terkait dengan shigatoksin (hanya 55% homologi asam amino). Toksin pertama disebut SLT-I (VT-1) dan yang SLT-II (VT-2). Mungkin ada banyak varian dari toksinini. Beberapa EHEC menghasilkan hanya SLT-I, yang lain hanya SLT-II, tetapi kebanyakan EHEC menghasilkan kedua toksin. Toksin ini membunuh sel dengan memecah sisa adenin

dari RNA ribosom pada tempat dimana terjadi pemanjangan perlekatan aminoasil t-RNA tergantung faktor-1; hasilnya ada-lah hambatan sintesis protein dan kematian sel. EHEC melekat pada sel usus dan menghasilkan lesi melekat-bertumpu yang menyerupai lesi yang terlihat pada EPEC, pada mikroskop elektron, walaupun keserupaan lesi ini lebih terbatas pada dis-tribusinya (yang ditemukan terutama di kolon) dibanding dengan EPEC (yang menempati seluruh usus). Produk protein gena eae EHEC sangat terkait tetapi tidak identik dengan in-timin, produk gena eae EPEC, dan dengan invasin, yang dihasilkan oleh Yersinia pseudotuberculosis. Serotip yang paling sering adalah E. coli 0157:H7 dan E. coli O26:H11, walaupun sejumlah serotip lain juga telah diuraikan. E. coli O26:H11 da-hulu diduga EPEC.

E. coli Enteroaggregatif (EAggEC). Serogrup E.coli ini mempunyai kemampuan melekat pada sel HEp-2 dalam biak-an jaringan. Mereka juga disebut sebagai E.coli autoaglutinasi dan enteroadheren-aggregatif. Mungkin kelompok ini akan di-bagi lebih lanjut, dan beberapa dari organisme ini akan ter-bukti nonpatogen. EAggEC melekat pada sel HEp-2 dan sel epitel kolon dengan dikode-plasmid fimbriae

Page 5: Bahan Bang Tio

adheren aggrega-tif (aggregative adherence fimbriae - AAF/I). Organisme ini tidak memiliki gena eae atau menghasilkan lesi perlekatan-bertumpu. Toksin EAST 1 stabil panas 4,1-kD, terkait dengan toksin ETEC stabil panas, dikode pada plasmid. Toksin kedua adalah protein labil panas 120-kD terkait dengan keluarga toksin sitolitik pembentuk-pori, yang mengandung hemolisin adenilat siklase Bordetella pertussis. Toksin labil-panas ini menaikkan kadar kalsium intraseluler. Peran toksin ini pada patogenesis EAggEc belum diketahui. EAggEc tampak meng-kolonisasi kolon.

EPIDEMIOLOGI. Di negara yang sedang berkembang, ber-bagai serogrup diaregenik E.coli sering menyebabkan infeksi pada usia beberapa tahun pertama. Frekuensi penyakit ini ber-tambah selama bulan-bulan panas dalam daerah beriklim sedang dan selama bulan-bulan musim penghujan di daerah beriklim tropis. Kebanyakan strain E. coli (kecuali EHEC dan mungkin beberapa EPEC) memerlukan inokulum organisme yang besar untuk menimbulkan penyakit; penyebaran dari orang ke orang tidak khas, tetapi penyakit yang disebarkan makanan atau air lazim. Infeksi paling mungkin terjadi bila pengelola makanan atau praktek-praktek pembuangan sampah suboptimal. Walaupun infeksi terjadi pada anak

di Amerika Serikat, infeksi ini lebih sering ditemukan pada mereka yang hidup di atau baru saja mengunjungi negara yang sedang ber-kembang. Organisme EHEC dan EPEC ditularkan dari orang ke orang juga melalui makanan, memberi kesan bahwa pene-lanan sejumlah organisme yang lebih sedikit ini cukup untuk menimbulkan penyakit. Hamburger yang kurang dimasak me-rupakan penyebab yang paling sering ledakan serangan EHEC yang disebarkan makanan.

PATOLOGI. ETEC tidak menyebabkan atau sedikit mengu-t»ah struktur dalam mukosa usus. EIEC menyebabkan lesi kolon seperti lesi disentri basil; ulserasi, perdarahan, dan infil-trasi leukosit polimo'rfonuklear dengan khas edema mukosa dan submukosa. EPEC disertai dengan penumpulan villi. peru-

Page 6: Bahan Bang Tio

bahan radang dan pengelupasan sel-sel mukosa superfisial pada mikroskop cahaya, dan perlekatan serta perubahan per-tumpuan pada pemeriksaan mikroskop elektron; lesi ini dite-mukan dari duodenum sampai kolon. EHEC mengenai kolon paling parah. Organisme ini menyebabkan edema, pengenda-pan fibrin, perdarahan d^lam submukosa, ulserasi mukosa, in-filtrasi neutrofil, dan trombus mikrovaskuler. Beberapa dari pengaruh ini dapat akibat dari kerja sinergis toksin seperti-Shigd dan bagian lipid A LPS. Patologi EAggEC terdiri dari diare sekretori yang disebabkan oleh toksin stabil-panas atau labil panas.

MANIFESTASI KLINIS. Seperti dapat diharapkan dari berba-gai mekanisme produksi penyakit, tanda-tanda klinis diare aki-bat E. coli bervariasi dari kelompok ke kelompok. ETEC merupakan penyebab utama dehidrasi diare infantil di negara yang sedang berkembang. Tanda-tanda dan gejala-gejala khas adalah diare cair yang mendadak, nyeri abdomen, nausea, muntah, dan sedikit atau tidak ada demam. Penyembuhan bia-sanya terjadi dalam beberapa had. Infeksi ini mempunyai pe-ngaruh yang tidak baik pada status nutrisi bayi.

EIEC menyebabkan sakit yang tidak dapat dibedakan dari disentri basil klasik. Demam, toksisitas sistemik, nyeri kejang abdomen, tenesmus, dan terburu-buru buang air besar dengan diare cair atau darah adalah khas. EPEC biasanya diisolasi dari bayi dan anak pada usia beberapa tahun pertama yang mende-rita diare tidak berdarah dengan mukus; mungkin terjadi de-mam. Tidak seperti ETEC, EIEC atau EHEC, organisme ini sering menyebabkan penyakit diare yang lama.

EHEC dapat menyebabkan penyakit diare tersendiri atau penyakit yang ditandai dengan nyeri abdomen dengan diare yang pada mulanya cair tetapi dalam beberapa hari menjadi berdarah yang nampak (kolitis hemoragik). Walaupun gamba-ran ini menyerupai gambaran shigellosis atau penyakit EIEC, gambaran ini berbeda dalam hal demam yang merupakan manifestasi yang tidak lazim. Risiko utama EHEC adalah bah-wa sekitar 10% infeksi bergejala dipersulit oleh perkembangan sindrom hemolitik-uremik.

EAggEC menyebabkan kehilangan cairan yang cukup ba-nyak dengan dehidrasi, tetapi muntah dan tinja berdarah tam-pak relatif jarang. Organisme ini, seperti EPEC sering disertai diare yang lama.

KOMPLIKASI. Komplikasi utama adalah komplikasi akibat dehidrasi dan kehilangan elektrolit. Beberapa komplikasi ada-lah akibat patogen spesifik. EPEC dan EAEC mungkin menye-babkan diare persisten. Infeksi dengan EHEC sering disertai dengan sindrom hemolitik-uremik.

DIAGNOSIS. Tanda klinis penyakit jarang cukup berbeda untuk memungkinkan diagnosis yang meyakinkan, dan peme-riksaan laboratorium rutin bernilai sangat terbatas. Diagnosis sekarang sangat tergantung pada pemeriksaan laboratorium yang tidak dengan mudah tersedia pada praktisi. Biakan tinja rutin yang darinya organisme E.coli diisolasi diartikan sebagai menunjukkan "flora normal". Kriteria biokimia (misal, pola fermentasi) bernilai minimal. Serotip EHEC O157:H7 dike-sankan oleh kegagalan koloni yang dicurigai memfermentasi sorbitol pada medium sorbitol MacConkey; aglutinasi latek$ memperkuat bahwa organisme berisi 0157 LPS. EHEC lain ti-dak dapat dideteksi pada laboratorium rumah sakit rutin, wa-laupun mungkin bahwa assay yang didasarkan pada deteksi

toksin akan menjadi tersedia. Biakan cairan duodenum kin membantu dalam mendiagnosis EPEC karena kecel rungannya mengkolonisasi usus halus. Pemeriksaan ini nya terindikasi hanya pada anak dengan diara kronis.

Data laboratorium lain merupakan indikator etiologij spesifik yang paling baik. Pemeriksaan leukosit tinja bia positif pada EIEC tetapi negatif pada semua E.coli diareg lain. Angka darah, terutama pada EIEC dan EHEC, sering nunjukkan kenaikan angka leukosit dengan pergeseran 1 Perubahan elektrolit adalah nonspesifik, hanya mengga kan kehilangan cairan.

Metode identifikasi tradisional organisme ini memerll model biakan binatang atau jaringan yang sangat tidak prj dan mahal untuk penggunaan rutin oleh laboratorium sakit. Beberapa dari organisme ini, terutama EPEC, secara! ritis dapat ditentukan secara serologis. Namun, frekuen^ aksi silang, tidak tersedianya reagen yang baik, dan keja annya sehingga dengan serogrup ini saja tidak cukup-| menentukan suatu patogen, menyebabkan metode ini baik. Probe DNA untuk gena yang mengkode berbagaii virulens paling memberikan harapan untuk masa yang datang; pemeriksaan ini sekarang cocok hanya dalam pi tian kelompok laboratorium. Probe telah dikembangkan i ETEC, EIEC, EAggEC dan'EHEC.

Organisme yang dicurigai harus dikirimkan ke labora; um rujukan atau laboratorium penelitian untuk evaluasi p| Upaya demikian jarang diperlukan, tetapi upaya ini mun| penting untuk diagnosis anak yang benar dengan komptf yang berat dan membahayakan jiwa atau untuk penga ledakan serangan sekali-sekali.

PENGOBATAN. Dasar manajemen yang tepat dihubunf dengan terapi cairan dan elektrolit. Pada umumnya, terag harus mencakup penggantian dan rumatan oral larutan'^ drasi seperti larutan yang ditetapkan oleh Organisasi hatan Sedunia (WHO). Pemberian makan kembali de ASI atau formula encer harus didorong sesegera dehid teratasi. Penghentian makanan yang lama sering menyebab| diare kronis dan malnutrisi.

Terapi antimikroba spesifik E.coli diaregenik merup; masalah karena kesukaran membuat diagnosis yang tepat p; gen ini dan kerentanan antibiotik yang tidak dapat diramal ETEC berespons terhadap agen antimikroba seperti trimi prim-sulfametoksasol (TMP-SMX) bila strain E. coli reri Namun, selain daripada anak yang baru pulang dari berwi: ke negara yang sedang berkembang, pengobatan empirik di cair berat dengan antibiotik jarang tepat. Walaupun pengol an infeksi EPEC dengan TMP-SMX (6,4 mg/kg/24 jam h ponen trimetoprim dalam dosis terbagi empat secara intra' atau peroral selama 5 hari) efektif dalam mempercepat nyembuhan, tidak adanya uji diagnostik yang cepat mempj sukar membuat keputusan pengobatan. Infeksi EIEC bias; diobati sebelum ada hasil biakan karena klinisi mencunj shigellosis yang khas dan mulai terapi empiris. Jika organi rentan, TMP-SMX adalah pilihan yang tepat. EHEC me dilema terapeutik yang sangat sukar. Data memberi kesan b| wa pengobatan antibiotik, terutama dengan regimen mengl dung sulfa, dapat menaikkan risiko sindrom hemolitik-ureflj namun, tidak adanya trial prospektif terkendali menyebabj