sintesis titanium dioksida menggunakan metode...
TRANSCRIPT
SINTESIS TITANIUM DIOKSIDA MENGGUNAKAN
METODE LOGAM-TERLARUT ASAM
Oleh: Ella Agustin Dwi Kiswanti/1110100009 Dosen Pembimbing: Prof. Suminar Pratapa, M.Sc., Ph.D.
Bidang Material Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
TiO2
TiO2 nanometer
Aplikasi TiO2
Metode sintesis
Latar Belakang
1. Sol Gel (Rahim, 2012) 2. Kopresipitasi (Widhayani, 2011) 3. Combustion (Kitamura, 2007) 4. Laser ablation in solution
synthesis (Caratto, 2011)
Metode Logam- Terlarut Asam
1. Umamah, 2014 : Sintesis MgAl2O4 8 nm 2. Sari, 2014 : Sintesis MgTiO3 23 nm 3. Wardhani, 2014 : Sintesis Al2O3 113 nm 4. Kartika, 2014 : Sintesis Fe3O4 111 nm
• Seberapa efektif metode logam-terlarut asam dalam menghasilkan serbuk TiO2 dengan kemurnian tinggi?
• Bagaimana pengaruh penambahan PEG terhadap pembentukan titanium dioksida dan ukuran kristalinnya?
Permasalahan
• Untuk membuat TiO2 menggunakan metode logam-terlarut asam dengan kemurnian tinggi, serta mengetahui pengaruh penambahan PEG terhadap pembentukan titanium dioksida dan ukuran kristalinnya
Tujuan
• Serbuk yang didapat dari metode logam-terlarut asam merupakan serbuk titanium dioksida dan dengan penambahan PEG400 dan PEG1000 yang diberi perlakuan pemanasan dengan variasi temperatur serta berapa ukuran kristalnya.
Batasan Masalah
Titanium Dioksida (TiO2) O
Ti
Struktur Kristal Titanium Dioksida (a) Anatas (b) Rutil (c) Brukit (www.crystalmaker.com)
(a) (b)
(c)
• Titanium dioksida adalah jenis logam oksida disebut juga sebagai titanium (IV) oksida atau titania •Titanium dioksida memiliki 3 fase polimorf yaitu anatas, rutil, dan brukit • Fasa anatas dan brukit merupakan fasa metastabil sedangkan fasa rutil adalah fasa stabil
Polietilen Glikol (PEG)
- Polimer berbentuk polyester garis lurus/bercabang - Struktur kimia diakhiri dengan gugus hidroksil primer pada ujung rantai polyester. Struktur Umum : HO-(CH2 CH2O)n - CH2 - CH2 –OH
Fungsi PEG
1. Sebagai template untuk mengontrol laju pertumbuhan bidang-bidang kristalografi sepanjang bidang tertentu (Jin Du, 2006)
2. Mengontrol ukuran dan bentuk dalam mekanisme pembentukan nanokristal TiO2 (Rahim, 2012)
3. Mendispersikan partikel-partikel dalam supensi (Kusmahetiningsih, 2007)
Metode Analisis
Analisis identifikasi fasa
Analisis Metode Rietveld 1. Analisis Komposisi Fasa: Perangkat lunak Rietica 2. Analisis Ukuran Kristal: Perangkat lunak MAUD
Perangkat lunak search Match!
Alur Penelitian Serbuk Ti HCl 37%
PEG400 atau PEG1000
Diaduk 2 jam, temperatur 60-70°C
Pengeringan
temperatur 100°C
Kalsinasi (200°C, 400°C, 600°C, 700°C, 800°C)
1 jam
Sampel serbuk
Uji XRD
Analisis Rietica
Kesimpulan
Uji DSC-TGA
Analisis MAUD
Nama Keterangan Penjelasan
TiNP TiO2 Non PEG Serbuk titanium dioksida tanpa
penambahan PEG400 atau PEG1000
TiP4 TiO2+PEG400 Serbuk titanium dioksida dengan
penambahan PEG400
TiP10 TiO2+PEG1000 Serbuk titanium dioksida dengan
penambahan PEG1000
Nomenklatur sampel-sampel serbuk TiO2 hasil pengujian XRD
Hasil Sintesis
Hasil pencampuran serbuk titanium tanpa PEG dan HCl setelah diaduk selama 2 jam.
Contoh campuran serbuk titanium tanpa penambahan PEG dengan HCl setelah dikeringkan pada temperatur 100ºC
(a)
(b) (c)
Serbuk-serbuk hasil pengeringan setelah dimortar (a) serbuk TiNP (b) TiP4 (c) TiP10. Sesuai dengan numenklatur yang ditunjukkan pada Bab III
Analisis DTA-TGA
Hasil DSC-TGA serbuk prekrusor titanium penambahan PEG1000 pada rentang temperatur 100°C-1000°C
Kurva DSC : Berwarna merah perubahan fasa reaksi eksotermik pada 345,53°C Kurva TGA : Berwarna hitam penurunan massa 19% dari total massa sampel
Analisis XRD
Pola difraksi sinar-X (radiasi CuKα1,2) sampel-sampel serbuk hasil sintesis TiNP pada temperatur pengeringan dan variasi temperatur kalsinasi.
Pola difraksi sinar-X (radiasi CuKα1,2) sampel-sampel serbuk hasil sintesis TiP4 pada temperatur pengeringan dan variasi temperatur kalsinasi.
Pola difraksi sinar-X (radiasi CuKα1,2) sampel-sampel serbuk hasil sintesis TiP10 pada temperatur pengeringan dan variasi temperatur kalsinasi.
Serbuk Temperatur
FoM
GoF Rp (%) Rwp
(%)
Rexp
(%)
TiNP
Pengeringan 1,69 14,62 18,54 14,28
200°C 1,73 16,36 22,3 16,98
400°C 1,70 17,09 22,21 17,04
600°C 1,46 16,45 25,09 20,75
700°C 1,28 15,78 23,52 20,75
800°C 1,34 14,45 23,44 20,28
TiP4
Pengeringan 1,46 11,59 14,80 12,21
200°C 2,20 16,88 20,67 13,94
400°C 1,95 19,09 27,40 19,59
600°C 1,45 16,46 24,66 20,45
700°C 1,72 12,11 18,46 14,07
800°C 1,58 11,24 17,73 14,11
TiP10
Pengeringan 1,91 13,43 16,87 12,22
200°C 1,89 13,17 16,93 12,29
400°C 2,82 22,89 32,47 19,33
600°C 2,97 22,89 34,91 20,26
700°C 2,40 12,59 22,16 14,32
800°C 1,38 10,02 16,35 13,90
Nilai FoM hasil luaran penghalusan Rietveld menggunakan Rietica
Analisis Kuantitatif Menggunakan Rietica
Analisis Kuantitatif Fraksi Berat
Fraksi berat relatif untuk sampel TiNP
Fraksi berat relatif untuk sampel TiP4
Fraksi berat relatif untuk sampel TiP10
0
20
40
60
80
100
120
0 200 400 600 800 1000
Frak
si B
erat
(%)
Temperatur °C
Rutil Anatas
0
20
40
60
80
100
120
0 200 400 600 800 1000
Frak
si B
erat
(%)
Temperatur °C
Rutil Anatas
0
20
40
60
80
100
120
0 200 400 600 800 1000
Frak
si B
erat
(%)
Temperatur °C
Rutil Anatas
Analisis Kuantitatif Menggunakan MAUD
Gambar Plot hasil penghalusan MAUD sampel TiP10 setelah kalsinasi pada
temperatur 800.
Serbuk Temperatur
FoM
Sig Rw (%) Rwnb
(%) Rb (%)
Rexp
(%)
TiNP
Pengeringan 1,21 17,26 15,21 13,58 14,28
200°C 1,31 22,33 25,87 17,34 17,01
400°C 1,21 20,64 24,04 15,38 17,07
600°C 1,14 23,11 23,82 15,87 20,34
700°C 1,17 23,28 25,30 14,35 19,90
800°C 1,19 24,35 31,08 16,10 20,46
TiP4
Pengeringan 1,24 17,16 15,52 13,31 13,84
200°C 1,16 16,15 14,51 12,55 13,92
400°C 1,15 22,54 21,70 16,14 19,64
600°C 1,23 25,21 22,19 17,48 20,54
700°C 1,28 18,00 17,56 11,99 14,10
800°C 1,33 18,77 18,20 12,55 14,14
TiP10
Pengeringan 1,30 15,86 14,37 12,59 12,22
200°C 1,24 15,21 13,86 11,84 12,28
400°C 1,39 26,88 28,80 21,06 19,38
600°C 1,15 23,47 22,50 15,96 20,35
700°C 1,33 19,12 18,69 12,93 14,35
800°C 1,74 24,22 23,21 19,28 13,92
Nilai FoM hasil luaran penghalusan Rietveld menggunakan MAUD
Serbuk Temperatur Ukuran Kristal
Rutil (nm) Anatas* (nm)
TiNP
Pengeringan 9 (1)
200°C 6 (0)
400°C 11(0)
600°C 22(1) 98 (202)
700°C 96 (32) 114(61)
800°C 264(0)
TiP4
Pengeringan 8(1)
200°C 7 (0)
400°C 12 (0) 15(1)
600°C 27 (1) 99 (155)
700°C 75 (13) 108 (129)
800°C 214 (0)
TiP10
Pengeringan 6 (0)
200°C 7 (0)
400°C 11 (0) 14 (1)
600°C 29 (3) 43 (1)
700°C 100 (35) 100 (8)
800°C 100 (38)
Tabel Estimasi ukuran kristal sampel-sampel serbuk TiO2 hasil penghalusan menggunakan perangkat lunak MAUD
* Ukuran kristal anatas dengan kandungan rendah (intensitas puncak difraksi rendah) tidak ditampilkan karena reliabilitas analisis menjadi tidak memadai.
Gambar Distribusi ukuran kristal pada sampel TiP4
Gambar Distribusi ukuran kristal pada sampel TiNP
Gambar Distribusi ukuran kristal pada sampel TiP10
Distribusi Ukuran Kristal Sampel-Sampel Serbuk TiO2
1. Metode logam-terlarut asam telah berhasil dilakukan dan menghasilkan dua fasa titanium dioksida yaitu anatas dan rutil.
2. Fasa rutil terbentuk dengan kemurnian tertinggi sebesar 100% pada temperatur kalsinasi 800°C.
3. Ukuran kristal anatas dan rutil yang didapatkan adalah ada pada rentang 6-264 nm dan 14-114 nm.
4. Penambahan PEG400 dan PEG1000 berpengaruh terhadap: a. Meningkatkan fraksi berat fasa anatas yaitu sampel TiP4 pada temperatur
pengeringan adalah 49%, sampel TiP10 pada temperatur 400°C adalah 51%.
b. Ukuran kristal yang didapat antara sampel TiNP, TiP4, dan TiP10 pada temperatur pengeringan adalah 9, 8, dan 6 nm. Sedangkan pada kalsinasi 800°C adalah 264, 214, dan 100 nm.
c. Distribusi ukuran kristal sampel TiP4 dan TiP10 lebih monodispersif dibandingkan sampel TiNP.
5. Pembuatan fasa rutil paling efektif menggunakan metode logam-terlarut asam adalah dengan kalsinasi 200 dan 400°C didapatkan fasa rutil sempurna dengan ukuran kristal 6 dan 11 nm
KESIMPULAN