bang! bank!

24

Click here to load reader

Upload: vina-rahman

Post on 26-Jul-2015

28 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bang! Bank!

BAB 1

RAHASIA BANK

A. Tinjauan Umum Rahasia Bank

Bank adalah bagian dari sistem keuangan dan sistem pembayaran suatu negara, bahkan pada era globalisasi sekarang ini, bank juga telah menjadi bagian dari sistem keuangan dan sistem pembayaran dunia. Mengingat hal yang demikian itu, maka begitu suatu bank telah memperoleh izin berdiri dan beroperasi dari otoritas moneter negara yang bersangkutan, bank tersebut menjadi milik masyarakatnasional dan global.

Bank adalah suatu lembaga keuangan yang eksistensinya tergantung mutlak pada kepercayaaan mutlak dari para nasabahnya yang mempercayakan dana dan jasa lain-lain yang dilakukan mereka melalui bank pada khususnya dan dari masyarakat luas pada umumnya. Oleh karena itu, bank sangat berkepentingan agar kadar kepercayaan masyarakat, yang sudah maupun yang akan menyimpan dananya, maupun yang telah atau akan menggunakan jasa-jasa bank lainnya terpelihara dengan baikdalam tingkat yang tinggi.

Sebagaimana diketahui, salah satu faktor untuk dapat memelihara dan meningkatkan kadar kepercayaan masyarakat terhadap suatu bank pada khususnya dan perbankan pada umumnya ialah kepatuhan bank terhadap kewajiban rahasia bank. Maksudnya adalah menyangkut dapat atau tidaknya bank dipercaya oleh nasabah yang menyimpan dananya dan atau menggunakan jasa-jasa lainnya dari bank tersebut untuk tidak mengungkapakan keadaan keuangan dan transaksi nasabah serta keadaan lain dari nasabah yang bersangkutan kepada pihak lain. Dengan kata lain tergantung kepada kemampuan bank itu untuk menjungjung tinggi dan mematuhi dengan teguh rahasia bank.

Konsep rahasia bank bermula timbul dari tujuan untuk melindungi nasabah bank yang bersangkutan. Hal ini nyata terlihat ketika Court of Appeal Inggris secara bulat memutuskan pendirian dalam kasus Tournier vs National Provical and Union of England tahun 1924, suatu putusan pengadilan yang kemudian menjadi pedoman dalam menangani kasus-kasus (leading case law) yang menyangkut ketentuan rahasia bank di Inggris dan kemudian menjadi pedoman pengadilan negara yang menganut common law system. Bahkan 60 tahun sebelum putusan Tournier tersebut, yaitu dlam perkara Fuster vs. The Bnak of London tahun 1862, juri telah berpendapat bahwa terdapat kewajiban bagi bank yang bersangkutan kepada pihak lain.

Di Indonesia, undang-undang kerahasiaan bank yang terlalu di Indonesia telah menyebabkan industri perbankan nasional menjadi tempat persembunyian dan pencucian hasil kejahatan KKN dan penggelapan pajak. Secara langsung maupun tidak, kerugian bank tersebut telah dialihkan menjadi beban rakyat. Sementara itu, tidak satupun dari pengurus bank tersebut yang sudah diproses secara hukum dan masuk penjara sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Perbankan.

Page 2: Bang! Bank!

Di Indonesia masalah money laundering kini menjadi perhatian semua dalam hubungannya dengan lembaga perbankan, mengingat kejahatan pencucian uang telah mencapai 2%-5% dari Gross Domestic Product dunia. Oleh karena itu, pemerintah telah berupaya membentuk undang-undang tindak pencucian uang (UU No. 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang sebagaimana diubah dengan UU No. 25 tahun 2003 tentang Perubahan UU No. 15 Tahun 2002 Tentang Tindak Pidana Pencucian Uang) yang merupakan langkah antisipasi terhadap tekanan masyarakat internasional yang melihat Indonesia sebagai lahan luas yang subur untuk kejahatan pencucian uang.

Keadaan demikian disebabkan, pertama Indonesia pada saat itu belum memiliki ketentuan untuk mengatur larangan bank atau pelaku bisnis lokal untuk meneriman uang hasil kejahatan. Tidak ada ketentuan yang membolehkan pelacakan dari mana uang tersebut diperoleh, tetapi justru diatur sistem kerahasiaan perbankan yang ketat. Kedua, para pelaku kejahatn melihat banyaknya peluang bisnis sah yang dapat mereka masuki. Apalagi dengan keterpurukan perekonomian Indonesia belakangan ini dan kebutuhan Indonesia untuk mendatangkan investor asing telah menjadikan Indonesia sebagai negara yang menarik untuk dimasuki.

Sebuah lembaga yang bernama Financial Action Task Force on Money Laundering (FATF) yang berkedudukan di Paris memasukkan Indonesia dalam daftar hitam (black list) tempat pencucian uang pada tahun 2001. FATF ini didirikan G-7 Summit di Prancis pada bulan Juni 1989, yang kemudian pada tahun 1990 telah melahirkan Fourty Recommendations dalam rangka memerangi praktik-praktik pencucian uang yang telah direvisi pada tahun 1996. Indonesia memang tidak tergabung dalam FATF, tetapi bergabung dalam Asia/Pasific Group on Money Laundering (APG), namun APG sangat mendukung implementasi Fourty Recommendations dari FATF tersebut.

Kejahatan pencucian uang juga merupakan kejahatan lalu lintas batas yang terorganisasi (Transnational Organized Crime), dan telah menjadi perhatian dunia internasional, sehingga lahir beberapa perjanjian internasional yang mengatur tentang upaya pemberantasan praktik pencucian uang. Dua diantaranya ialah United Nations Convention Against Transnational Organized Crime.

Karenanya Indonesia perlu melakukan upaya-upaya di tingkat nasional untuk memerangi praktik pencucian uang. Di samping itu, Indonesia mendapat desakan dari berbagai negara maju dan lembaga internasional agar Indonesia melarang masuknya uang hasil kejahatan.

Dengan adanya upaya pemerintah untuk menaggulangi kejahatan pencucian uang, maka penulis akan membahas mengenai berbagai bentuk praktik pencucian uang kotor, yang diperoleh dari hasil berbagai kejahatan, yang disimpan pada bank agar dananya terjamin keamanannya, karena adanya pemberlakuan ketentuan rahasia bank. Selain itu, di sini juga akan dikemukakan upaya penanggulangan kejahatan pencucian uang.

B. Pengertian Rahasia Bank

Page 3: Bang! Bank!

Hubungan antara bank dengan nasabahnya ternyata tidaklah seperti hubungan kotraktual biasa, tetapi dalam hubungan tersebut terdapat pula kewajiban bagi bank untuk tidak membuka rahasia dari nasabahnya kepada pihak lain mana pun kecuali jika ditentukan oleh perundang-undangan yang berlaku.

Dengan mengacu kepada rahasia bank, maka rahasia-rahasia lain yang bukan merupakan rahasia bank antara dengan nasabahnya, sungguhpun juga bersifat rahasia, tidak tergolong ke dalam istilah rahasia bank menurut Undang-Undang Perbankan. Rahasia-rahasia lain yang bukan merupakan rahasia bank tersebut misalnya, rahasia mengenai data dalam hubungan dengan pengawasan bnk oleh Bank Indonesia, sebagaimana dimksud dalam Pasal 30 ayat (3) dan Pasal 33 Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.

Menurut pasal 1 angka 28 Undang-undang Perbankan, yang dimaksud dengan rahasia bank adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan keterangan mengenai nasabah penyimpanan dan simpanannya. Jadi, Undang-Undang Perbankan mempertegas dan mempersempit pengertian rahasia bank dibandingkan dengan ketentuannya dalam pasal-pasal dari undang-undang sebelumnya, yaitu Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, yang tidak khusus menunjukkan bank kepada nasabah deposan saja.

C. Dasar Hukum Rahasia Bank

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undangt Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang diundangkan pada tanggal 10 November 1998, dalam Pasal 40, 41A, 42, 42A, 44A, 47, 47A, dan 48 telah mengatur mengenai Rahasia Bank dengan segala pengecualian dan sanksinya.

Pasal 40 ayat (1) menyebutkan, bahwa “Bank wajib merahasiakan keterangan mengenai nasabah penyimpanan dan simpanannya”. Dalam Penjelasan atas Pasal 40 dinyatakan “keterangan mengenai nasabah selain sebagai nasabah Penyimpanan, bukan merupakan keterangan yang wajib dirahasiakna Bank”.

Oleh karena itu, tidaklah mengherankan, setelah Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 diundangkan pada tanggal 10 November 1998, tiga minggu kemudian, yakni 1 Desember 1998, Komisi VIII DPR-RI langsung mendesak Bank Indonesia untuk menyerahkan nama 50 debitur terbesar bank nasional.

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, kini sudah tidak memuat lagi Ketentuan Rahasia Bank yang mencakup “keterangan yang tercatat pada Bank tentang keadaan keuangan dan hal-hal lain dari nasabahnya, yang wajib dirahasiakan oleh Bank menurut kelaziman dalam dunia perbankan”.

Selanjutnya Pencantuman sanksi pidana atas kejahatan rahasia bank terhadap ketentuan Pasal 47 ayat (2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, menurut pasal 51 adalah pidana penjara sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun penjara dan paling lama 4 (empat) tahun

Page 4: Bang! Bank!

penjara dan denda sekurang-kurangnya Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah) dan paling banyak Rp8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah).

Sebagai pelaksanaan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, pengecualiaan rahasia bank juga diatur dalam Peraturan Gubernur Bank Indonesia Nomor: 2/19/PBI/2000 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Perintah atau Izin Tertulis Membuka Rahasia Bank. Pengecualian rahasia bank ditegaskan dalam Pasal 2 ayat (4) yang meliputi:

a. kepentingan perpajakan;

b. penyelesaian piutang Bank yang sudah diserahkan kepada Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara/Piutang Urusan Piutang Negara;

c. kepentingan peradilan dalam perkara pidana;

d. kepentingan peradilan dalam perkara perdata antara Bank dengan Nasabahnya;

e. tukar menukar informasi antarbank

f. permintaan, persetujuan atau kuasa dari Nasabah Penyimpan yang dibuat secara tertulis;

g. permintaan ahli waris yang sah dari Nasabah Penyimpan yang telah dibuat secara tertulis

Untuk kepentingan perpajakan, peneyelesaian piutang bank yang sudah diserahkan kepada Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara/Panitia Urusan Piutang Negara, dan kepentingan peradilan dalam perkara pidana, wajib terlebih dahulu memperoleh perintah/izin tertulis untuk membuka Rahasia Bank dari Pimpinan Bank Indonesia.

Ketentuan rahasia bank tersebut memang sejalan dengan Pasal 35 UU N0. 9 Tahun 1994 tentang Perubahan atas UU No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Pasal 35 mengatur kewajiban bank dan pihak ketiga lainnya untuk memberikan keterangan berkenaan dengan wajib pajak yang diperiksa atau disidik.

D. Beberapa Pengecualian Rahasia Bank

Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 memberikan pengecualian terhadap rahasia banj, yakni sebagai berikut:

1. Untuk kepentingan perpajakan perpajakan diberikan pengecualian kepada pejabat pajak berdasarkan perintah Bank Indonesia atas permintaan Menteri Keuangan (Pasal 41)

2. Untuk penyelesaian piutang bank yang sudah diserahkan dapat diberikan pengecualian kepada Pejabat Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara/Panitia Urusan Piutang Negara atas Izin Pimpinan Bank Indonesia (Pasal 41A)

3. Untuk kepentingan peradilan dalam perkara pidan dapat diberikan pengecualian kepada polisi, jaksa, atau hakim atas izin Pimpinan Bank Indonesia (Pasal 42)

Page 5: Bang! Bank!

4. Dalam perkara perdata antara bank dan nasabahnyadapat diberikan pengecualian tanpa izin Pimpinan Bank Indonesia (Pasal 42)

5. Dalam rangka tukar menukar informasi diantara bank kepada bank lain dapat diberikan pengecualian tanpa izin Pimpina Bank Indonesia (Pasal 44)

6. Atas persetujuan, permintaan atau kuasa dari Nsabah Penyimpan secara tertulis dapat diberikan pengecualian tanpa izin Pimpinan Bank Indonesia (Pasal 44A)

Hal yang paling penting untuk diketahui adalah adanya pengecualian-pengecualian terhadap rahasia bank jika ada persetujuan nasabah. Undang-Undang Perbankan tidak menyebutkan secara eksplisit bahwa rahasia bank tidak berlaku apabila pengungkapannya oleh bank disetujui nasabah.

E. Sanksi Pelanggaran Rahasia Bank

Secara eksplisit ada dua jenis tindak pidana yang ditentukan oleh Pasal 47 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 yang berkaitan dengan rahasia bank. Petama, tindak pidana yang dilakukan oleh mereka yang tanpa membawa perintah atau izin dari Pimpinan Bank Indonesia dengan sengaja memakasa bank atau pihak lainyang terafiliasi untuk memberikan keterangan yang harus dirahasiakan oleh bank. Hal ini ditentukan leh Pasal 47 ayat (1). Kedua,tindak pidana yang dilakukan oleh anggota Dewan Komisaris, Direksi, Pegawai Bank, atau pihak terafiliasi lainny, yaitu dengan sengaja memberikan keterangan yang wajib dirahasiakan oleh bank.

Mengenai mereka yang termasuk angka 1 di atas, tidak diatur oleh Undang-Undang Nomor 10 Tahub 1998. Artinya, Undang-Undang tersebut tidak menentukan sebagai hal yang dilarang, tetapi juga tidak menentukan untuk hal yang diperbolehkan.

Kemudian kepada mereka yang termasuk angka 2 di atas, dalam hal nasabah berpendapat telah dirugikan sebagai akibat penggunaan keterangan nasabah itu o;eh mereka yang memperoleh keterangan itu dari pihak bank yang membocorkannya secara bertentangan dengan rahasia bank, maka nasabah tersebut dapat mengajukan ganti kerugian kepada mereka berdasarkan “perbuatan melawan hukum” sebagaimana diatur oleh Pasal 1365 KUH Perdata.

BAB 2

PRAKTIK PENCUCIAN UANG DALAM PERBANKAN

A. Sejarah dan Perkembangan Praktik Pencucian Uang

Problematik pencucian uang yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan sebutan money laundering. Ternyata problematik uang haram ini sudah meminta perhatian dunia internasional karena dimensi dan implikasinya melanggar batas-batas negara.

Istilah pencucian uang atau money laundering sendiri telah dikenal sejak tahun1930 di Amerika Serikat, yaitu ketika mafia membeli perusahaan yang sah dan resmi

Page 6: Bang! Bank!

sebagai salah satu strateginya. Investasi terbesar adalah perusahaan pencucian pakaian atau disebut Laundromat yang ketika itu terkenal di Amerika Serikat.

Sejalan dengan perkembangan teknologi dan globalisasi di sektor perbankan dewasa ini, banyak bank telah menjadi sasaran utama untuk kegiatan pencucian uang mengingat sektor inilah yang banyak menawarkan jasa instrumen dalam lalu lintas keuangan yang dapat digunakan untuk menyembunyikan/menyamarkan asal usul suatu dana. Dengan adanya globalisasi perbankan, dana hasil kejahatan mengalir atau bergerak melampaui batas yurisdikasi negara dengan memanfaatkan faktor rahasia bank yang umunya dijunjung tinggi oleh perbankan. Melalui mekanisme ini, dana hasil kejahatan bergerak dari suatu negara ke negara lain yang belum mempunyai hukum yang kuat untuk menanggulangi kegiatan pencucian uang atau bahakan bergerak ke negara yang menerapkan ketentuan rahasia bank secara ketat.

B. Pengertian Pencucian Uang

Pencucian uang adalah suatu proses atau perbuatan yang bertujuan untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul uang atau harta kekayaan yang diperoleh dari hasil tindak pidana yang kemudian diubah menjadi harta kekayaan yang seolah-olah berasal dari kegiatan yang sah. Sesuai dengan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 Tentang Tindak Pidana Pencucian Uang (sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003), tindak pidana yang menjadi pemicu terjadinya pencucian uang meliputi korupsi, penyuapan, penyelundupan barang,/tenaga kerja/imigran, perbankan, narkotika, psikotropika, perdagangan budak/wanita/anak/senjata gelap, penculikan, terorisme, pencurian, penggelapan, dan penipuan.

C. Objek Pencucian Uang

Menurut Sarah N. Welling, money laundering dimulai dengan adanya “uang haram” atau “uang kotor” (dirty money). Uang dapat menjadi kotor dengan dua cara, pertama, melalui pengelakan pajak (tax evasion). Kedua, memperoleh uang untuk hal itu, antara lain penjualan obat-obat terlarang atau perdagangan narkoba secara gelap (drug sales/drug trafficking), penyuapan (bribery), terorisme (terrorism), pelacuran (prostitution), perdagangan senjata (arms trafficking), penyelundupan minumn keras, tembakau dan pornografi (smuggling of contraband alcohol, tobacco, pornography), penyelundupan imigran gelap (illegal immigration rockets/people smuggling), dan kejahatan kerah putih (white collar crime).

D. Tujuan Pencucian Uang

Pencucian uang hanya diperlukan dalam hal uang yang tersangkut jumlahnya besar, oleh karena bila jumlahnya kecil, uang itu dapat diserap ke dalam peredaran secara tidak kentara. Uang itu harus dikonversi menjadi uang sah sebelum uang itu diinvestasikan atau dibelanjakan, yaitu dengan cara yang disebut “pencucian”.

E. Tahap-Tahap dan Proses Pencucian Uang

Page 7: Bang! Bank!

Secara umum terdapat beberapa tahap dalam melakukan usaha pencucian uang, yaitu:

1. Placement

Placement adalah upaya menempatkan dana yang dihasilkan dari suatu kegiatan tindak pidana ke dalam suatu sistem keuangan

2. Layering

Layering adalah memisahakan hasil tindak pidana dari sumbernya yaitu tindak pidananya melalui beberapa tahap transaksi keuangan untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul dana.

3. Integration

Integration adalah upaya menggunakan harta kekayaan yang telah tampak sah, baik untuk didnikmati langsung, diinvestasikan dalam berbagai bentuk kekayaan material maupun keuangan, dipergunakan untuk membiayai kegiatan bisnis yang sah, ataupun untuk membiayai kembali kegiatan tindak pidana.

F. Beberapa Modus Operandi Pencucian Uang

Modus operandi kejahatan pencucian uang umumnya dilakukan dengan cara berikut:

1. Melalui kerja sama modal

2. Melalui agunan kredit

3. Melalui perjalanan ke luar negeri

4. Melalui penyamaran usaha dalam negeri

5. Melalui penyamaran perjudian

6. Melalui penyamaran dokumen

7. Melalui pinjaman luar negeri

8. Melalui rekayasa pinjaman luar negeri

BAB 3

PENANGGULANGAN KEJAHATAN PENCUCIAN UANG DI DALAM KERAHASIAAN BANK

A. Pengaturan dan Kasus Pencucian Uang di Indonesia

Page 8: Bang! Bank!

Oleh karena uang haram di dalam pencucian uang diperoleh dari berbagai kejahatan, maka terdapat beberapa pengaturan yang merupakan upaya pencegahan kejahatan pencucian, yakni sebagai berikut:

1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika

2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bnak Indonesia

3.Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1999 tentang Lalu Lintas Devisa dan Sistem Nilai Ukur

4. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yang direvisi dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Korupsi.

B. Pengalaman Pencucian Uang di Beberapa Negara

1. di Negara Amerika Serikat

Dengan adanya amandemen atas undang-undang atas kerahasiaan bank di Amerika Serikat, yakni Bank Secrecy Act 1998, lahirlah ketentuan yang merahuskan adanya pencatatan dan penyimpanan data identitas pelaku transaksi untuk setiap pembelian instrumen keuangan bernilai antara US $ 3000-US $ 10000. Ketentuan ini kemudian dikenal sebagai “Monetary Instrumen Log Regulations”.

Undang-Undang Kerahasiaan Bank di Amerika Serikat telah menyebabkan banyak orang mencari kalan keluar untuk menghindar dari kewajiban melapor melalui cara menstruksikan transaksi (structuring transaction).

Dalam kaitannya dengan pencucian uang, sebagaimana diketahui Amerika Serikat merupakan negara terdepan di duinia dalam memerangi tindakan kriminal pencucian uang. Perlawanan tersebut diwujudkan dalam bentuk dua ketentuan negara bagian yang kemudian menjadi bagian dari Undang-Undang Pengawasan Pencucian Uang, yakni Money Laundering Control Act of 1986.

Sebagai pelaksanaan undang-undang anti pencucian uang Amerika Serikat, maka Amerika Serikat telah memiliki pengalaman yang cukup baik di dalam menangani kasus-kasus yang pernah terjadi, antara lain sebagai berikut.

a. Bank of Boston

b. Chemical Bank

c. Kasus Para Pialang

d. Kasus “Smurfing”

e. Kasus United States vs. Bank of New England

2. di Negara Inggris

Page 9: Bang! Bank!

Inggris memiliki beberapa Undang-Undang yang berkaitan dengan pemutihan uang, antara lain Drug Trafficking Act of 1986. Pada tanggal 10 Desember 1990, panitia kerja yang dibentuk oleh British Bankers’ Association (BBA), the Building Society Association (BBS) dan aparat penegak hukum dibawah pimpinan Bank of England telah mengeluarkan pedoman the Basle Statement of Principles on Money Laundering, yang antara lain berisikan pola praktek perbankan yang dapat digunakan untuk memberantas pemutihan uang.

3. di Negara Hongkong

Hongkong juga memiliki Drug Trafficking (Recovery of Proceeds) Ordinance 1989 yang memungkinkan penegak hukum dan pengadilan melacak, membekukan, dan menyita kekayaan pelaku kejahatan dan juga memerintahkan pengembalian kekayaan hasil kejahatan tersebut.

4. di Negara Swiss

Pada tahun 1977, Swiss National Bank dan The Swiss Bankers Association menyepakati Convention due diligence yang antara lain mewajibkan bank untuk mengetahui identitas nasabah bagi transaksi tertentu, misalnya identitas nasabah yang memanfaatkan fasilitas safe deposit box.

KUHP Swiss dalam Pasal-pasal 305 bis dan 305 ter, pasal-pasal mana yang berlaku pada tanggal 1 Agustus 1990, melarang money laundering

5. di Negara Kanada

Peraturan kejahatan pencucianuang di Kanada diatur dalam the Controlled Drugs and Substances Act 1977, the Custom Act 1978, the Excise Tax Act 1985 dan dalam Criminal Code.

6. di Negara Portugal

Portugal dengan Decree-Law 15/93 menerapkan kerangka hukum yang ditujukan untuk memberantas narkotika baik pembuatan maupun penggunaannya.

7. di Negara Dominika

Terdapat tiga ketentuan dalam Undang-Undang Pencucian Uang Dominika.

8. di Negara Cina

Bank Rakyat Tiongkok yang berfungsi sebagai bank sentral baru-baru ini mengumumkan bahwa bidang pengawasan anti pencucian uang Tiongkok akan diperluas lingkupnya.

C. Dampak Kejahatan Pencucian Uang

Beberapa dampak kejahatan pencucian uang pencucian uang terhadap masyarakat, yakni sebagai berikut.

Page 10: Bang! Bank!

1. Pencucian uang memungkinkan para penjual dan pengedar narkoba, para penyelundup dan para penjahat lainnya untuk dapat memperluas kegiatan operasinya. Hal ini akan meningkatkan biaya penegakan hukum untuk memberantasnya dan biaya perawatan serta pengobatan kesehatan bagi para korban atau pecandu narkotika.

2. Kegiatan pencucian uang mempunyai potensi untuk mendorong keuangan masyarakat (financial community) sebagai akibat sedemikian besarnya jumlah uang yang terlibat dalam kegiatan tersebut. Potensi untuk melakukan korupsi meningkat bersamaan dengan peredaran jumlah uang haram yang sangat besar.

3. Pencucian uang mengurangi pendapatan pemerintah dari pajak dan secara tidak langsung merugikan para pembayar pajak yang jujur dan mengurangi kesempatan kerja yang sah.

Selain itu, beberapa dampak makroekonomis yang ditimbulkan oleh pencucian uang adalah distribusi pendapatan. Kegiatan kejahatan mengalihkan pendapatan dari para penyimpan dana terbesar (high saver) kepada penyimpan dana terendah (low saver), dari investasi yang sehat kepada investasi yang beresiko dan berkualitas rendah. Hal ini membuat pertumbuhan ekonomi terpengaruh.

Pencucian uang juga mempunyai dampak-dampak makroekonomis secara tidak langsung (indirect macroeconomic effects). Transaksi yang ilegal dapat mencegah orang melakukan transaksi-transaksi yang legal karena kontaminasi.

Oleh karena pencucian uang telah memberikan dampak pada makroekonomi yang tidak menguntungkan dan sangat luas, maka kebijakan-kebijakan makro harus memainkan peranan dalam upaya-upaya anti pencucian uang.nkebijakan-kebijakan yang dimaksud adalah dalam bidang pengawasan lalu lintas devisa (exchange control), pengawasan bank terhadap pelaksanaan rambu-rambu kesehatan bank (prudential supervision), pengalihan pajak (tax collection), pelaporan statistik (statistical reporting), dan perundang-undangan (legislation).

D. Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang

Dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang ini, tindak pidana pencucian uang dapat dicegah atau diberantas, antara lain kriminalisasi atas semua perbuatan dalam setiap tahap proses pencurian uang terdiri atas:

a. Penempatan (placement)

b. Transfer (layering)

c. Menggunakan harta kekayaan (integration)

Dalam rangka pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang dalam undang-undang ini dibentuk pula Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK).

Page 11: Bang! Bank!

Berbagai peraturan perundang-undangan terkait yang mempidana tindak pidana asal antara lain:

1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997tentang Psikotropika;

2. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika;

3. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi;

4. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Korupsi

4. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Dalam Pasal 2 Undang-Undang Tindak Pidana Pencucian Uang, tindak pidana pencucian uang diklarifisikan sebagai tindak pidana yang uangnya didapat dari hasil:

a. korupsi;

b. penyuapan;

c. penyelundupan;

d. tindak pidana yang berkaitan dengan perbankan;

e. tindak pidana yang berkaitan dengan narkotika;

f. tindak pidana yang berkaitan dengan psikotropika;

g. perdagangan budak, wanita, atau anak;

h. perjudian, atau;

i. terorisme;

Mengenai alat bukti dari adanya tindak pidana pencucian uang, dapat digunakan pasal 184 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

E. Hubungan Antara Tindak Kejahatan Peredaran Gelap Narkoba dan Tindak Pidana Pencucian Uang

Melihat korelasi yang erat antara kejahatan peredaran gelpa narkoba sebagai predicate crimedan kejahatan pencucian uang sebagai derivative-nya, maka sangat jelas bahwa keberhasilan perang melawan kejahatn peredaran gelap narkoba di suatu negara sangat ditentukan oleh efektivitas rezim anti pencucian uang di negara itu.

Page 12: Bang! Bank!

Lahirnya rezim hukum internasional untuk memerangi kejahatan pencucian uang, antara lain dengan dikeluarkannya United Nations Convention Against Illicit Traffic in Nrcotic Drugs and Pshychotropic Substances 1988 (Vienna Convention 1988), dipandang sebagai tonggak sejarah dan titik puncak dari perhatian masyarakat internasional untuk menetapkan Rezim Hukum Internasional Anti Pencucian Uang. Lahirnya konvensi ini perdagangan gelap obat bius.

Sebagai sebuah produk hukum internasional, konvensi ini dinilai sangat penting karena memperkuat konvensi-konvensi tunggal narkotika atau Single Covention on Narcotic Drugs, 1961 dan Convention on Physchotropic Substances, 1971. Berbeda dengn kedua konvensi di atas, Vienna Convention 1988 merupakan konvensi yang mengatur penegakan hukum (law enforcement) dalam mencegah dan memberantas lalu lintas perdagangan gelap narkotika dan bahan psikotropika.

F. Prinsip Mengenal Nasabah

Sebagai salah satu entry bagi masuknya uang hasil tindak kejahatan, bank atau perusahaan jasa keuangan lain harus mengurangi resiko dipergunakan sebagai sarana pencucian uang dengan cara mengenal dan mengetahui identitas nasabah, memantau transaksi dan memelihara profil nasabah, serta melaporkan adanya transaksi keuangan yang mencurigakan, yang dilakukan oleh pihak yang menggunakan jasa bank atau perusahaan jasa keuangan lain. Penerapan prinsip mengenal nasabah atau lebih dikenal dengan Know Your Customer Principle (KYC Principle) ini didasari pertimbangan bahwa KYC tidak saja penting dalam rangka pemberantasan pencucian uang, melainkan juga dalam rangka penerapan prudential banking untuk melindungi bank atau perusahaan jasa keungan lain dari berbagai resiko dalam berhubungan dengan nasabah dan counter-party.

G. Pencegahan Pencucian Uang

Sebagaimana halnya dengan negara lain, Indonesia juga memberi perhatian besar pada pencucian uang. Pada tataran internasional, upaya melawan kegiatan pencucian uang ini dilakukan dengan membentuk the Financial Action Task Force (FATF) on money laundering. Salah satu peran FATF adalah menetapkan kebijakan dan langkah-langkah yang diperlukan dalam bentuk rekomendasi tindakan untuk mencegah dan memberantas pencucian uang.

BAB 4

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KEPENTINGAN PARA PIHAK DALAM MERGER SAHAM BANK

A. Gambaran Umum dan Pengertian Merger

Merger dilakukan oleh perusahaan untuk mencapai sasaran strategis dan sasaran finansial tertentu. Merger melibatkan penggabungan dua organisasi/perusahaan atau lebih yang sering kali berbeda dari segi karakter dan nilainya.

Page 13: Bang! Bank!

Merger merupakan salah satu cara pengembangan dan pertumbuhan perusahaan. Merger juga merupakan salah satu alternatif lain untuk melalui investasi modal pertumbuhan secara internal atau organis.

B. Pengertian Merger di Beberapa Negara

1. di Negara Amerika Serikat

Tahun 1980-an dapat dikatakan merupakan zaman keemasan bagi kegiatan merger perusahaan ini. Demam merger pada masa ini terjadi antara lain karena faktor-faktor berikut.

1. kondisi stock market yang relatif sedang terdepresi;

2. tingkat inflasi tinggi tidak diperkirakan sebelumnya;

3. toleransi Presiden Ronald Reagen kepada tindakan merger.

2. di Negara Inggris

Di negara Inggris, merger pengambilalihan dimana perusahaan target merupakan perusahaan publik diatur oleh City Code On Take Overs and Mergers yang disebut juga buku biru. Rencana pengaturan merger dibuat berdasarkan Bab 425 dari Company Act Inggris 1985. Company Act 1985 merupakan rencana antara perusahaan target dengan cara pemegang sahamnya yang membutuhkan kerja sama dari perusahaan target.

C. Manfaat, Kelemahan, dan, Target Merger

Terdapat beberapa manfaat yang diperoleh di dalam merger bagi sutu perusahaan atau bank, yaitu sebagai berikut.

1. Pertimbangan Pasar

2. Penghematan Distribusi

3. Diversifikasi

4. Keuntungan Manufaktur

5. Riset dan Development

6. Pertimbangan Finansial

7. Pemanfaat SDM

8. Kecanggihan dan Otomatisasi

9. Kecanggihan Otomatisasi

Namun demikian, merger dan akuisisi tidak luput juga dari kelemahan, atau dangerous area yang mesti diwaspadai, antara lain tetapi tidak terbatas pada:

Page 14: Bang! Bank!

1. Account Receivables

2. Inventories

3. Property, Plant, dan Equipment

4. Liabilities

Sebagai target umum dari merger, terdapat beberapa sasaran umum dilakukannya suatu merger, yaitu untuk meningkatkan konsentrasi pasar, meningkatkan efisiensi, mengembangkan inovasi baru, sebagai alat investasi, sebagai sarana alih teknologi, mendapatkan akses internasional, meningkatkan daya saing, memaksimalkan sumber daya, menjamin pasokan bahan baku.

D. Beberapa Faktor yang Harus Dipertimbangkan dalam Merger

Jika sebuah ingin melakukan merger dengan perusahaan lain, maka sebelum merger dilakukan, ada beberapa faktor minimal yang mesti dipertimbangkan dan diinvestigasi terlebih dahulu, sebagai berikut.

a. Faktor Produksi

Faktor produksi merupakan salah satu faktor penting yang dipertimbangkan jika suatu merger akan dilakukan. Sebab, dengan merger, akan terjadi perpaduan antara dua sumber produksi, baik produksi yang sama, produksi satu jalur, ataupun dua produk yang berbeda.

b. Faktor Finansial

E. Pelaksanaan Merger Bank dan Permasalahannnya

1. Beberapa Alasan Bank Menggunakan Merger

Sebenarnya alasan utama mengapa bank-bank melakukan merger adalah sama dengan alasan merger untuk perusahaan-perusahaan lainnya, yaitu untuk memperbaiki kinerja perusahaan. Hanya saja, bagi bank sangat besar tuntutan untuk memperbaiki sinergi tersebut, mengingat bank sebagai pengelola dana masyarakat sangat dituntut untuk berhati-hati dalam melakukan bisnisnya.

2. Dasar Hukum Merger Bank

Pasal 28 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (yang selanjutnya disebut Undang-Undang Perbankan), mengatur mengenai merger sukarela, sedangkan pasal 37 ayat (2) mengatur mengenai merger imperatif.

3. Kewenangan Bank Indonesia dalam Merger

Page 15: Bang! Bank!

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1999, Bank Indonesia diberi kekuasaan untuk meminta PN mengeluarkan penetapan yang memberi kewenangan kepada Bank Indonesia untuk melaksanakan kewenangan pemegang saham dalam mengambil langkah-langkah bagi penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan bank tanpa melalui RUPS.

4. Hambatan Pelaksanaan Merger Bank

Beberapa bank enggan untuk melakukan merger atau konsolidasi yang diserukan BI itu. Namun, ada pula hambatan-hambatan objektif yang menghalangi bank-bank yang mengalami kesulitan itu untuk memenuhi seruan BI.

5. Optimalisasi Usaha Bank Melalui Merger dan Akuisisi

Sekitar bulan Januari 2005 yang lalu BI mengeluarkan paket kebijakan perbankan. Paket kebijakan itu terdiri atas delapan Peraturan BI. Melalui paket kebijakan Januari 2005 tersebut, Pemerintah secara tidak langsung memaksa Perbankan melakukan merger atau akuisisi. Karena sampai Juni 2005, BI mengharapkan perbankan melakukan merger secara sukarela.

F. Analisis Hukum Perlindungan Kepentingan Para Pihak dalam Merger Saham Bank

1. Kepentingan Para Pemegang Saham

Para pemegang saham harus dijamin appraisal remedy-nya atau appraisal rights-nya. Jika tidak dijamin, maka keputusan perseroan yang merugikan para saham akan dapat menimbulkan sengketa, yang tidak mustahil akan berupa proses litigasi atau gugatan di pengadilan yang berkepanjangan.

2. Kepentingan Para Nasabah Penyimpan Dana

Bukan saja dalam hal merger, konsolidasi, atau akuisisi saham yang terjadi sukarela, tetapi juga dalam hal merger, konsolidasi, atau akuisisi itu merupakan tindakan BI untuk melakukan penyelamatan bank bermasalah, justru terutama kepentingan nasabah penyimpan dana dari bank yang ditugasi untuk mengambil alih tidak boleh dirugikan, bahkan kalu mungkin diuntungkan dengan adanya tindakan tersebut. Hal ini dijamin oleh Pasal 104 ayat (1) Nomor 1 Tahun 1995

3. Kepentingan Para Pegawai Bank

Tergusurnya beberapa staf dari acquiring bank untuk menurunkan biaya overhead akan menimbulkan masalah baru. Tidak diperhatikannya kepentingan karyawan perseroan san sebagai akibat karyawan dirugikan dapat memberikan hak bagi karyawan yang dirugikan itu untuk menggugat perseroan berdasarkan Pasal 1365 KUH Perdata mengatur mengenai, “Perbuatan Melawan Hukum”.

4. Kepentingan Para Pengurus

Page 16: Bang! Bank!

Dalam proses merger saham yang terjadi secara sukarela atau terjadi secara wajar, memang kepentingan pengurus tidak dapat diabaikan. Namun, dalam hal meregr saham terjadi sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 37 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 1992 tentang Perbankan, maka pada hakikatnya itu adalah tindakan yang diambil oleh BI sebagai konsekuensi dari kesalahan pihak pengurus. Oleh karena itu, kepentingan mereka boleh, bahkan justru diabaikan sebagai tebusan atas kesalahan mereka sendiri.

5. Perlindungan bagi Pemegang Saham Minoritas

Pada dasarnya, kepentingan pemegang sahamminoritas dapat ditinjau dari 2 aspek, yaitu kepentingan pribadinya terhadap perseroan berdasarkan hak perseorangan dan kepentingannya sebagai bagian perseroan.

6. Masalah Perlindungan Kreditor

Perlindungan bagi kreditor prusahaan yang diambil alih juga perlu. Salah satu tujuan dari pengumuman merger di surat-surat kabar adalah untuk kepentingan kreditor. Dalam pengumuman merger biasanya dicantumkan bahwa utang-utang PT A akan beralih menjadi utang PT B

BAB 5

LIKUDASI DAN KEPAILITAN BANK

A. Likuidasi Bank Menurut Undang-Undang Perbankan

Menurut UU Perbankan dan PP No. 25 Tahun 1999, dimana likudasi adalah setelah dicabut izinnya, dan berbeda pula dengan yang terdapat dalam UU Perseroan Terbatas, dimana likuidasi adalah proses setelah dibubarkannya dan dibentuknya tim likuidasi.

B. Pencabutan Izin Usaha dan Likuidasi Bank1. Pencabutan Izin Usaha dan Likuidasi Bank Dalam PP No. 25 Tahun 1999 Tentang Pencabutan Izin Usaha, Pembubaran, dan Likidasi Bank dan pilihan tentang proses likuidasi bank itu lebih diperkuat dengan disahkannya UU No. 24 Tahun 2004 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan (UU LPS).

2. Kedudukan Peraturan Bank Indonesia

dalam hirarki Peraturan Perudang-undangan, Peraturan BI adalah salah satu dari 2 jenis peraturan di bidang perbankan yang lahir berdasarkan UU No. 23 tahun 1999 tentang BI, yang kemudian direvisi dengan UU No. 3 Tahun 2004

Page 17: Bang! Bank!