bagian 1 slide - pengantar perpajakan-revisi

49
06/13/2022 Drs. H. Waluyo Daryadi KS. 1 SELAMAT DATANG DI MATA KULIAH PENGANTAR PERPAJAKAN (update tahun 2016)

Upload: asep-suryadi

Post on 08-Jan-2017

168 views

Category:

Education


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bagian 1  slide - pengantar perpajakan-revisi

05/02/2023 1Drs. H. Waluyo Daryadi KS.

SELAMAT DATANG

DIMATA KULIAHPENGANTAR PERPAJAKAN

(update tahun 2016)

Page 2: Bagian 1  slide - pengantar perpajakan-revisi

05/02/2023 Drs. H. Waluyo Daryadi KS. 2

PENGANTAR PERPAJAKANAssalamu alaikum Wr. Wb.,

Salam Sejahtera,Hom Swasthi Asthu

Halo/HaiPerkenalkan

Nama saya : H. Waluyo Daryadi KSUmur saat ini : 80 tahun

Saya tugas mengajar : Pengantar Perpajakan

Page 3: Bagian 1  slide - pengantar perpajakan-revisi

05/02/2023 Drs. H. Waluyo Daryadi KS. 3

Kuliah Pengantar PerpajakanSekarang ini adalah gabungan dari 4 (empat) MK sebelumnya , yaitu:1. Pengantar Umum Perpajakan;2. Pengantar Teori Pajak atas Penghasilan;3. Pengantar Teori pajak atas Konsumsi.4. Pengantar Singkat Perpajakan Internasional

Page 4: Bagian 1  slide - pengantar perpajakan-revisi

05/02/2023 Drs. H. Waluyo Daryadi KS. 4

Beda Pengantar Perpajakan dengan Pengantar (Ilmu) Hukum Pajak : Pengantar Perpajakan :

Sudut pandang ilmu ekonomi;= tinjauan, pembahasan dan latar belakang

berdasarkan ilmu ekonomi Pengantar (Ilmu) Hukum Pajak :

Sudut pandang ilmu hukum= tinjauan, pembahasan, latar belakang

dan sumber dasar, penjelasan dari ilmu Hukum dan hukum positif perpajakan yang berlaku.

Page 5: Bagian 1  slide - pengantar perpajakan-revisi

05/02/2023 Drs. H. Waluyo Daryadi KS. 5

Definisi Pajak :1. Konsiderans menimbang huruf a. UU No. 6/1983,

UU No. 7/1983, UU No. 8/1983 filosofi dari perpajakan merupakan kewajiban kenegaraan setiap warga untuk turut berperan serta dalam pembiayaan Negara dan pembangunan nasional;

Keterangan, ini pemikiran asli/nasional dalam Pansus DPR tahun 1983 yang mengutamakan asas-asas ke-Indonesiaan atas dasar “gotong royong nasional”. Ciri khas, tak ada kata “memaksa”. Paksaan dengan sendirinya ada dalam sifat hukum pada umumnya, yaitu: Hukum bersifat: 1) mengatur, 2) memaksa. Ada kandungan pemahaman bahwa rakyat benar-benar “subyek hukum”, yang bermartabat = di”orang”kan.

Page 6: Bagian 1  slide - pengantar perpajakan-revisi

05/02/2023 Drs. H. Waluyo Daryadi KS. 6

2. Definisi menurut UU KUP th 2007 (Psl 1 angka 1):Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebasar-besarnya kemakmuran rakyat.Perancangan UU 2007 lebih didasarkan pola fikir “Barat”/USA/Eropa: Kata “peran serta” menjadi “kontribusi wajib” (seolah-olah peran gotong royong menjadi hilang). Penekanan kata “yang bersifat memaksa” seolah-olah menganggap Subyek Pajak (Indonesia) hanya menjadi “obyek” pemungutan pajak oleh Negara; semua serba terpaksa. Lihat pengaruh definisi Pajak dari Adriani!

Page 7: Bagian 1  slide - pengantar perpajakan-revisi

05/02/2023 Drs. H. Waluyo Daryadi KS. 7

The History and Anthropology of Taxation (sejarah dan antropologi pajak) :

- Asal – usul pajak; dari suku-suku nomad (pengembara) dalam kebiasaan memenuhi kebutuhan bersama, dengan cara berburu dan meramu (hunting and gathering).

- Sejarah pajak dari zaman kuno sampai sekarang.- Dari kebiasaan memenuhi kebutuhan hidup

bersama tersebut diketahui pada zaman modern sekarang apa yang disebut : Partisipasi/Reciprositi dan Redistribusi.

- Pada awal perkembangan / masa Kristus dikenal nama/istilah “levy” pungutan yang sama dengan pajak. Selanjutnya lihat/baca Diktat “Ringkasan Mata Kuliah Pengantar Perpajakan” oleh Waluyo Daryadi KS.

Page 8: Bagian 1  slide - pengantar perpajakan-revisi

05/02/2023 Drs. H. Waluyo Daryadi KS. 8

- Dari sisi Islam, surat QS. 9 : At-Taubah (ayat 29) dikenal istilah “Jizyah”, yaitu pajak diri (per kepala) yang dipungut oleh Pemerintahan Islam terhadap penduduk non muslim di Madinah.

- Dalam sejarah pajak Indonesia pernah ada Pajak Bangsa Asing, yang kira-kira sama dengan “Jizyah” di Madinah.

Page 9: Bagian 1  slide - pengantar perpajakan-revisi

05/02/2023 Drs. H. Waluyo Daryadi KS. 9

Definisi dari Para Ahli :1. Adams, H.C. (1851 – 1921) : ekonomi2. Adriani, P.J.A. Prof.Dr. : hukum 3. Bastable C.F. : ekonomi4. Beaulieu, Leroy (Perancis) : ekonomi dan hukum 5. Deutche Reichs Abgaben Ordnung (R.A.O.–1919) : hukum6. Feldman, N.J. Mr.Dr. : hukum 7. Seligman, Edwin R.A Prof. : ekonomi8. Smeets, M.H.J. : hukum9. Sommerfeld, Ray M. : ekonomi10. Taylor, Philip E. : kritik/saran thd Seligman without

reference menjadi with little reference = ekonomi

Semua definisi berasal dari Pakar-pakar atau Pemikir Perpajakan Eropa/Amerika. Oleh karenanya definisi Pajak adalah Pasal 1 angka 1 UU KUP 2007 menampung/memasukkan pemikiran para Pakar tersebut.

Page 10: Bagian 1  slide - pengantar perpajakan-revisi

05/02/2023 Drs. H. Waluyo Daryadi KS. 10

BEBERAPA DEFINISI PAJAK

1. ADAMS, C.H. , pakar ekonomi dan filsuf Amerika : “tax is a contribution from the citizen to the support of the state” (dlm. Safri Nurmantu-2003), yang kira-kira artinya = “pajak adalah kontribusi rakyat utk. mendukung negara”.Definisi ini lebih cocok dengan filosofi yang terkandung dalam konsiderans “menimbang” dari ke tiga UU Perpajakan hasil Reformasi Perpajakan Tahun 1983, Kontribusi = peran serta.

Page 11: Bagian 1  slide - pengantar perpajakan-revisi

05/02/2023 Drs. H. Waluyo Daryadi KS. 11

2. Adriani P.J.A. (ahli hukum) : “pajak adalah iuran kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan” (Santoso Brotodihardjo-1982).Definisi inilah yang dijadikan pedoman bagi definisi Pajak Pasal 1 angka 1 UU KUP 2007.Pengaruh Adriani dalam konsep UU Pajak Indonesia sangat besar.

Page 12: Bagian 1  slide - pengantar perpajakan-revisi

05/02/2023 Drs. H. Waluyo Daryadi KS. 12

3. Bastable C.F. pakar ekonomi : “tax is a compulsory contribution of the wealth of a person or body of persons for the service of the public power” (idem Safri Nurmantu); kira2 artinya : pajak adalah kontribusi wajib dari kekayaan seseorang atau badan untuk pelayanan publik/Negara (kepada warganya).

4. Beaulieu, Leroy (Perancis): “pajak adalah bantuan, baik secara langsung maupun tidak, yang dipaksakan oleh kekuasaan publik, dari penduduk, atau dari barang, untuk menutup belanja Pemerintah”, (idem Santoso Brt), ekonomi & hukum

Page 13: Bagian 1  slide - pengantar perpajakan-revisi

05/02/2023 Drs. H. Waluyo Daryadi KS. 13

5. R.A.O. 1919 (Jerman) : ”pajak adalah bantuan uang secara insidentil atau secara periodik (dengan tidak ada kontra prestasinya), yang dipungut oleh Badan yang bersifat umum(=Negara), untuk memperoleh pendapatan, di mana terjadi suatu Tatbestand (= sasaran pemajakan), yang karena UU telah menimbulkan utang pajak” (idem Santoso Brotodihardjo).

6. Feldman, N.J. : “Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada Penguasa (menurut norma-norma yang ditetapkan secara umum), tanpa adanya kontra prestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum” (Santoso Brotodihardjo idem), hukum.

Page 14: Bagian 1  slide - pengantar perpajakan-revisi

05/02/2023 Drs. H. Waluyo Daryadi KS. 14

7. Seligman, E.R.A. , pakar ekonomi : a tax is a compulsory contribution from the person to the government to defray expences incurred in the common interest of all without reference to special benefit “ (Safri Nurmantu – idem), yg kira2 artinya : Pajak adl kontribusi wajib dari rakyat kpd pemerintah utk membiayai pengeluaran yg hrs ditanggung dlm rangka memenuhi kepentingan semua pihak, tanpa dapat dituntut secara khusus imbalan Negara kpd rakyat ybs.

8. Smeets, M.H.J. : “ Pajak adl prestasi kpd Pemerintah yg terutang melalui norma2 umum, dan yg dpt dipaksakan, tanpa adanya kontra prestasi yg dpt ditunjukkan dlm hal yg individual; maksudnya adl utk membiayai pengeluaran Pemerintah” (Santoso Brt-idem).

Page 15: Bagian 1  slide - pengantar perpajakan-revisi

05/02/2023 Drs. H. Waluyo Daryadi KS. 15

9. Sommerfeld, Ray M. (dlm Prof. Mansury Ph.D.-2002): A tax can be defined meaningly as any nonpenal yet compulsory transfer of resources from the private to the public sector, levied on the basis of predeterment criteria and without receipt of a specific benefit of equal value, in order to accomplish some of nation’s economic and social objectives” , yg kira2 artinya : pajak dapat diartikan sebagai transfer/pemindahan sumber-sumber (kekayaan) yang wajib dilakukan dari sektor swasta ke sektor publik (negara), tetapi sifatnya bukan hukuman, yang dipungut berdasarkan kriteria-kriteria yang ditetapkan terlebih dahulu (UU), tanpa mendapatkan manfaat/imbalan yang sama nilainya secara khusus (dengan yang diserahkan), dalam rangka melaksanakan tujuan-tujuan ekonomis dan sosial dari suatu bangsa (negara).

Page 16: Bagian 1  slide - pengantar perpajakan-revisi

05/02/2023 Drs. H. Waluyo Daryadi KS. 16

10. Rochmat Soemitro, Prof. Dr. SH (dlm Santoso Brotodihardjo): “Pajak adl iuran rakyat kpd Kas Negara berdsrkan UU (yg dpt dipaksakan) dgn tiada mendpt jasa-timbal (kontra prestasi), yg langsung dpt ditunjukkan dan yg digunakan utk membayar pengeluaran umum”

11. Soeparman Soemahamidjaja, Dr. (dlm idem no.10) : “Pajak adl iuran wajib, berupa uang atau barang, yg dipungut oleh penguasa berdsrkan norma2 hukum guna menutup biaya2 produksi dan jasa2 kolektip dlm mencapai kesejahteraan umum”.

Page 17: Bagian 1  slide - pengantar perpajakan-revisi

05/02/2023 Drs. H. Waluyo Daryadi KS. 17

12. Definisi pajak berdasarkan tax reform Indonesia th. 1983 dapat disarikan dari dalam konsiderans menimbang huruf a yang dirangkai dengan huruf b UU No. 8 th. 1983 PPN & PPnBM, kira-kira menjadi : pajak adalah salah satu perwujudan kewajiban kenegaraan bagi setiap warga negara yang merupakan sarana peran serta dalam pembiayaan negara dan pembangunan nasional, yang dipungut berdasarkan asas kegotong royongan nasional.

Page 18: Bagian 1  slide - pengantar perpajakan-revisi

05/02/2023 Drs. H. Waluyo Daryadi KS. 18

Beberapa Unsur / Ciri Pokok Dalam Definisi Pajak, (lihat Safri Nurmantu dan Santoso Brotodihardjo) :

Dari definisi-definisi tsb. di atas ada beberapa unsur yang berulang-ulang disebut, yaitu : 1. Pajak sama dengan iuran atau pungutan ; 2. Pajak dipungut berdasarkan UU ; 3. Pemungutan pajak dapat dipaksakan ; 4. Tidak menerima atau memperoleh

imbalan / kontra prestasi langsung (dari negara setelah bayar pajak);

5. Pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran Pemerintah .-

Page 19: Bagian 1  slide - pengantar perpajakan-revisi

05/02/2023 Drs. H. Waluyo Daryadi KS. 19

Ada 6 (enam) syarat yang perlu diperhatikan untuk menyusun struktur perpajakan yg baik (Musgrave & Musgrave – 1983), yaitu (dlm bhs. Indonesia kira2) :

1. Distribusi beban pajak hrs adil bagi semua lapisan WPad.1. adalah dalam arti keadilan

horizontal dan keadilan vertikal bagi subyeknya dan terhadap obyek yang sama.

2. Interfensi pajak dlm pengambilan keputusan ekonomi hrs dpt dikurangi ; ad.2. peraturan tertentu pajak-pajak

jangan justru menghambat pertumbuhan ekonomi masyarakat.

Page 20: Bagian 1  slide - pengantar perpajakan-revisi

05/02/2023 Drs. H. Waluyo Daryadi KS. 20

3. Kebijaksanaan perpajakan yg fungsinya regulatory , jangan sampai menimbulkan ketidakadilan dlm sistemnya ; ad.3. Lihat ad.1, dan juga fungsi mengatur dari

perpajakan harus mengikuti “sistem” perpajakan yang berlaku umum; misalnya penerapan “withholding” (mpo) jangan sampai merusak dasar-dasar sistem self assessment (mps) .

4. Struktur perpajakan hrs memberikan kemudahan bagi kebijaksanaan fiskal utk pertumbuhan dan stabilisasi ;ad.4. Contoh ->pemilihan struktur tarif tunggal

atau majemuk, progresif atau proporsional atau kombinasi keduanya atau struktur sasaran obyek kena pajak selalu ditujukan bagi pertumbuhan ekonomi dan demi stabilisasi ekonomi.

Page 21: Bagian 1  slide - pengantar perpajakan-revisi

05/02/2023 Drs. H. Waluyo Daryadi KS. 21

5. Administrasi perpajakan hrs adil, tidak memihak (utk kepentingan pajak saja), dan mudah dimengerti oleh WP; ad.5. Semua Subyek Pajak/Wajib

Pajak diperlakukan sama di mata (aparat) pajak, tidak diskriminatif, misalnya WP besar diperlakukan istimewa, sedang WP kere-kere diremehkan. Petunjuk Pelaksana (Juklak) Administrasi dan pelayanan dipahami/ dimengerti baik bagi Aparat Pajak maupun WP.

Page 22: Bagian 1  slide - pengantar perpajakan-revisi

05/02/2023 Drs. H. Waluyo Daryadi KS. 22

6. Biaya administrasi serendah mungkin (efisien) dan biaya peningkatan kepatuhan pajak memadai (efektif).ad.6. Biaya Administrasi

Pemungutan Pajak (Cost of Collection) sehemat-hematnya tetapi tetap dapat menjamin kelancaran pemungutan pajak. Biaya Peningkatan Kepatuhan Pajak (Cost of Compliance) yang dikeluarkan harus sepadan dengan meningkatnya kepatuhan WP dalam membayar pajak memenuhi hak dan kewajiban perpajakannya.

Page 23: Bagian 1  slide - pengantar perpajakan-revisi

05/02/2023 Drs. H. Waluyo Daryadi KS. 23

Asas Dan Prinsip Pemungutan Pajak Ada dua asas yang dianut dlm hal ini, yaitu : - asas manfaat (benefit principle) ; dan - asas kemampuan bayar (ability to pay principle) .-  1. Asas Manfaat : Pajak dipungut oleh Negara karena rakyat memperoleh

manfaat berbagai kemudahan dan perlindungan dari Negara . Perlindungan dan kemudahan itu dibiayai oleh Negara dgn dana yang berasal dari pajak.

2. Asas Kemampuan Bayar : Besarnya pajak yg dipungut oleh Negara disesuaikan

dgn kemampuan bayar (tingkat tinggi rendahnya penghasilan) rakyatnya.Lihat ad.1 dan ad.4 dari Musgrave & Musgrave yang lalu.

Page 24: Bagian 1  slide - pengantar perpajakan-revisi

05/02/2023 Drs. H. Waluyo Daryadi KS. 24

Apa landasan (hukum) yang membenarkan bagi Negara utk memungut pajak : Ada berbagai teori/mazhab/faham dalam landasan ini, yaitu:1. Teori Asuransi2. Teori Kepentingan3. Teori Bakti4. Teori Gaya Pikul5. Teori Asas Gaya Beli6. Teori PembangunanCatatan : Teori/mazhab/faham tersebut

di atas adalah sebagian dari Sejarah dan Antropologi Pajak.

Page 25: Bagian 1  slide - pengantar perpajakan-revisi

05/02/2023 Drs. H. Waluyo Daryadi KS. 25

Apa landasan (hukum) yang membenarkan bagi Negara utk memungut pajak :

1. Teori AsuransiNegara bertanggung jawab menjamin berbagai kemudahan dan perlindungan bagi rakyat . Oleh karana itu “seperti perusahaan asuransi” Negara menarik pajak seperti perusahaan asuransi menagih premi dari para nasabahnya.

2. Teori KepentinganNegara memungut pajak dari penduduknya krn penduduk punya kepentingan kpd Negara. Makin besar kepentingan penduduk kpd Negara, maka makin besar pula perlindungan negara kpd nya dan oleh krn itu makin besar pula pajak (premi) yg hrs dibayar kpd Negara.

Page 26: Bagian 1  slide - pengantar perpajakan-revisi

05/02/2023 Drs. H. Waluyo Daryadi KS. 26

3. Teori Bakti Pemerintah punya kedaulatan atas (tumpah darah) rakyat dan negaranya; dan rakyat diminta peran sertanya utk berbakti kpd negerinya . Bentuk bakti itu adl. berupa pajak atau iuran kpd negaranya. (Teori ini secara tersirat dianut dlm UU Perpajakan Indonesia tahun 1983 dlm konsiderans menimbang huruf a).

4. Teori Gaya PikulDlm memungut pajak, Negara hrs

memperhatikan kemampuan daya beli penduduknya. Oleh karena itu penduduk membayar pajak disesuaikan dgn kemampuan daya pikul masing masing. Teori ini sesuai dgn asas kemampuan bayar (ability to pay) tsb. di atas. UU Pajak Indonesia juga menganut asas dan teori ini.

Page 27: Bagian 1  slide - pengantar perpajakan-revisi

05/02/2023 Drs. H. Waluyo Daryadi KS. 27

5. Teori Asas Gaya Beli Dengan memungut pajak berarti Negara menarik sebagian daya beli penduduk/ masyarakat ke sector Negara; kemudian Negara menyalurkan kembali dana (daya beli masyarakat tsb) dlm bentuk penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional utk kesejahteraan masyarakat/penduduknya.

6. Teori PembangunanTeori ini menekankan pentingnya pembangunan Negara untuk menciptakan dan merealisasikan cita-cita pemerintahannya, yaitu keadilan, kemakmuran, kesejahteraan lahir dan batin bagi seluruh lapisan masyarakat. Oleh kerana itu masyarakat diminta membiayai pengeluaran utk pembangunan tsb melalui pembayaran pajak demi kelangsungan pembangunan (nasional) Negara. Indonesia juga tersirat menganut teori ini ; “ pajak adalah wujud peran serta rakyat dalam pembiayaan Negara dan Pembangunan Nasional”.

Page 28: Bagian 1  slide - pengantar perpajakan-revisi

05/02/2023 Drs. H. Waluyo Daryadi KS. 28

Ada beberapa asas yang dipakai dalam Pemungutan Pajak oleh Negara1. Asas Juridis

Pemungutan pajak hrs berdasarkan UU yg mengaturnya sesuai moto: “tiada pajak tanpa UU”. Undang-Undang Dasar 1945 Psl 23 ayat (2): “Segala Pajak untuk keperluan negara berdasarkan undang-undang”. Setelah Amandemen menjadi Psl 23A : “Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan undang-undang”. Tanpa UU dan peraturan yg dibuat utk pemungutan pajak, maka namanya “pungli”. Jadi semua pungutan pajak-pajak oleh Negara harus dimuat dalam UU yang mengaturnya sesuai amanat Konstitusi. Demikian juga pajak-pajak Daerah dan Retribusi Daerah harus diatur dalam Peraturan Pemprof, Peraturan Pemkab/Pemkota. Semuanya dengan persetujuan DPR, DPRD Provinsi/DPRD Kab/Kota.

Page 29: Bagian 1  slide - pengantar perpajakan-revisi

05/02/2023 Drs. H. Waluyo Daryadi KS. 29

2. Asas Ekonomis Pemungutan pajak oleh Negara jangan sampai mengintervensi/merusak kegiatan perekonomian masyarakat; jangan sampai membebani masyarakat sehingga mematikan kegiatan ekonomi; jangan sampai menghambat produksi, distribusi, dan konsumsi rakyat. Lihat ad.1, ad.2, ad.3, dan ad.4 dari Musgrave & Musgrave yang lalu.

3. Asas Finansial (dan asas kecukupan)Biaya yg dikeluarkan utk pemungutan pajak hrs sehemat

mungkin/jauh lebih rendah daripada jumlah pajak yg dikumpulkan ke dlm Kas Negara. Sebaliknya pajak yg masuk ke Kas Negara hrs sedemikian rupa (tidak berlebihan), sehingga (tdk bertentangan dgn asas ekonomis) cukup (secukupnya) utk pembiayaan negara dan pembangunan nasional. Biasanya sdh ditentukan dlm APBN tiap-tiap thn. Lihat ad.5, dan ad.6 dari Musgrave & Musgrave yang lalu.

Page 30: Bagian 1  slide - pengantar perpajakan-revisi

05/02/2023 Drs. H. Waluyo Daryadi KS. 30

4. Asas / Prinsip Pemungutan Pajak (Adam Smith):a. Keadilan atau Equality

Pengenaan pajak hrs adil dan merata, sebanding dgn kemampuan masing-masing Subyek Pajak, ingat asas ability to pay, atau sesuai manfaat yg diterima subyek ybs, ingat asas benefit. Keadilan dpt dibedakan menjadi :1). Keadilan horizontal : atas penghasilan

yang sama besarnya diterima oleh seseorang dikenakan pajak yg sama pula besar (tarip)nya.

2). Keadilan Vertikal : atas penghasilan yg lebih besar dikenakan pajak yg lebih tinggi pula taripnya.

Lihat ad.1, dan ad.3 dari Musgrave & Musgrave yang lalu.

Page 31: Bagian 1  slide - pengantar perpajakan-revisi

05/02/2023 Drs. H. Waluyo Daryadi KS. 31

b. Kepastian atau Certainty Pajak ditetapkan secara jelas dan pasti menurut ketentuan, dan tidak semaunya dan seenaknya oleh penguasa, ingat definisi Sommerfeld, bahwa pajak dikenakan atas dasar “on the basis of predetermined criteria” ketentuan yg sdh ditetapkan lebih dulu.

Ukuran kepastian dlm pengenaan pajak meliputi beberapa hal, yaitu kepastian thd. :>> siapa yg hrs dikenakan pajak subyek pajaknya ; >> apa yg akan dikenakan pajak obyekpajaknya utk

menentukan DPP ; >> berapa besar jumlah (beban) pajak yg hrs dibayar (oleh

subyek pajak); >> bagaimana (cara) pembayaran pajak dilakukan;>> kapan (saatnya) pajak hrs dibayar; dan>> di mana (tempat) pajak yg terutang hrs dibayar.Ukuran kepastian tersebut di atas harus dimuat dalam setiap Perundang-undangan Perpajakan.

Page 32: Bagian 1  slide - pengantar perpajakan-revisi

05/02/2023 Drs. H. Waluyo Daryadi KS. 32

c. Kemudahan atau Convenience ;Pajak dibayar pd saat yg tepat atau saat yg mudah bagi subyek utk segera melunasi utang pajak tsb. Saat atau waktu yg terbaik adl. pada waktu subyek pajak atau wajib pajak menerima atau memperoleh penghasilan, atau pada waktu mengeluarkan/ membelanjakan penghasilan utk konsumsi atau investasi. Maka muncul istilah “pay as you earn”, bayarlah pajak pada saat anda menerima (penghasilan); atau istilah “pay as you go”, bayarlah pajak pada saat anda pergi (dari kasir toko / penjual). Kemudahan juga hrs diberikan saat wajib pajak mengurus kelebihan bayar (restitusi), mengangsur pajak bulanan dan kemu dahan pelayanan lainnya yg dpt disediakan oleh fiskus.Lihat juga ad.5 dari Musgrave & Musgrave yang lalu.

Page 33: Bagian 1  slide - pengantar perpajakan-revisi

05/02/2023 Drs. H. Waluyo Daryadi KS. 33

d. Efisien/hemat atau Efficiency atau Economy Biaya yg dikeluarkan oleh fiskus dlm memungut pajak (collection cost), dan biaya yg dikeluarkan oleh wajib pajak dlm memenuhi kewajiban perpajakannya (compliance cost), hrs se hemat mungkin (tidak boros), sehingga penerimaan pajak yg diharapkan masuk ke Kas Negara dapat optimal, namun tidak menghambat kegiatan ekonomi masyarakat Ingat asas ekonomis dlm pemungutan pajak. Lihat juga ad.6 dari Musgrave & Musgrave yang lalu.

Page 34: Bagian 1  slide - pengantar perpajakan-revisi

05/02/2023 Drs. H. Waluyo Daryadi KS. 34

5. Asas Netralitas (Neutrality Principle)a. Netralitas Internal

Dalam pemungutan pajak, baik itu pajak atas penghasilan, maupun pajak atas konsumsi (Cijbren Cnossen ; J. Reugebrink ; Ben Terra ; dan John F. Due dalam Mansury). Ingat juga asas ekonomis tsb di atas. Maksud netral adl. tidak membedakan (non diskriminasi) karena asal-usul subyek, obyek, status subyek dan obyek. Netral juga dapat berarti tidak mempengaruhi pilihan alokasi sumber/faktor produksi atau distribusi dlm kegiatan ekonomi; tidak menghambat pertumbuhan ekonomi masyarakat .

b. Netralitas Eksternal - Asas Origin - Asas Destinasi

Ikuti teks Teori Pajak Atas Konsumsi

Page 35: Bagian 1  slide - pengantar perpajakan-revisi

05/02/2023 Drs. H. Waluyo Daryadi KS. 35

6. Asas PembangunanAsas ini sama dgn teori pembangunan yg menjadi falsafah dasar negara berhak memungut pajak. Pajak dipungut utk menunjang laju pembangunan nasional di segala bidang kehidupan rakyat, menghilangkan perbedaan/kesenjangan antara rakyat (di) antara Pusat dan Daerah. ingat definisi pajak dari Soeparman S ; juga ingat fungsi mengatur dari pajak yg akan dijelaskan kemudian.Asas ini merupakan bagian dari Fungsi Mengatur dari Pajak.

Page 36: Bagian 1  slide - pengantar perpajakan-revisi

05/02/2023 Drs. H. Waluyo Daryadi KS. 36

Fungsi Pajak1. Fungsi Kas (Budgetair / Budgetary Function)

Mengisi Kas Negara sesuai kebutuhan.Fungsi Kas merupakan fungsi utama dari Pajak yaitu memasukkan uang (pajak) sebanyak yang ditetapkan dalam UU APBN setiap tahunnya.

2. Fungsi Mengatur (Regulerend / Regulatory Function)

Disebut juga fungsi fiskal untuk mencapai tujuan tertentu kebijakan pemerintah dalam bidang Poleksosbudbanghankam, realokasi, redistribusi.

Page 37: Bagian 1  slide - pengantar perpajakan-revisi

05/02/2023 Drs. H. Waluyo Daryadi KS. 37

Fungsi Mengatur dapat berdampak : 1.Mengurangi Penerimaan Pajak Negara

seperti fasilitas Pembebasan Pajak, Keringanan Pajak (Tax Holiday dan Tax Allowance) baik dalam Pajak atas Penghasilan dan Pajak atas Konsumsi.

2. Menambah Penerimaan Pajak Negara (relative)seperti Pengenaan tarif progresif untuk tingkat penghasilan tertentu. Pengenaan pajak kemewahan (PPnBM) atas barang-barang tertentu yang tergolong mewah.

Page 38: Bagian 1  slide - pengantar perpajakan-revisi

05/02/2023 Drs. H. Waluyo Daryadi KS. 38

3. Fungsi mengatur yang berdampak mengurangi Penerimaan Pajak Negara,biasanya disebut Belanja Pajak/Pengorbanan Pajak (Tax Spending atau Tax Expenditure).Fungsi mengatur yang berdampak menambah Penerimaan Pajak,biasanya disebut penerimaan tambahan/ekstra bagi Negara. Biasanya dalam bentuk pengenaan Cukai atas produk tertentu, charge, surcharge, atau extra charge atas produk tertentu yang tergolong mewah atau Pajak Ekspor atas komoditas tertentu asal RI.

Ini semua dimaksudkan untuk menunjang pelaksanaan Fungsi Mengatur dari Pajak.

Page 39: Bagian 1  slide - pengantar perpajakan-revisi

05/02/2023 Drs. H. Waluyo Daryadi KS. 39

Pembagian Pajak Berdasarkan Golongan :1. Pajak Langsung (PL)2. Pajak Tidak Langsung (PTL)

ad. Pembagian Pajak berdasarkan GolonganPembagian dapat dijelaskan dari periode/fase: Fase sebelum Reformasi Tahun 1983 Fase sejak Reformasi Tahun 1983

Page 40: Bagian 1  slide - pengantar perpajakan-revisi

05/02/2023 Drs. H. Waluyo Daryadi KS. 40

Fase sebelum Reformasi Tahun 1983Pembagian PL dan PTL dibedakan :1. Juridis2. Ekonomis3. Finansial

PL alasan JuridisPL alasan EkonomisPL alasan Finansial

PTL alasan JuridisPTL alasan EkonomisPTL alasan Finansial

Fase sesudah Tax Reformasi 1983PL…………………………PTL ……………………….

Page 41: Bagian 1  slide - pengantar perpajakan-revisi

05/02/2023 Drs. H. Waluyo Daryadi KS. 41

Berdasarkan Sifat :1. Pajak Subyektif Pajak Personal/Individual 2. Pajak Obyektif Pajak InremBerdasarkan Wewenang Pemungutannya :1. Pajak Pusat2. Pajak DaerahBerdasarkan Sasaran dari Sektor Kegiatan Ekonomi :1. Pajak atas sektor penghasilan

Ikuti kuliah Bagian/Buku II Pengantar Teori Pajak Atas Penghasilan (PAPh)

2. Pajak atas sektor pengeluaran/belanja konsumsi dan investasiIkuti kuliah Bagian/Buku IIIPengantar Teori Pajak Atas Konsumsi (PAK)

Baca literatur yang sudah tersedia di toko-toko Buku.

Page 42: Bagian 1  slide - pengantar perpajakan-revisi

05/02/2023 Drs. H. Waluyo Daryadi KS. 42

Subyek Pajak / Wajib Pajak / Pengusaha Kena Pajak (PKP)1. Orang Pribadi/Individu Alamiah/nature2. Badan dalam bentuk apapun3. Bentuk Usaha Tetap (BUT) Permanent

Establishment berupa orang pribadi atau badan yang merupakan perwakilan subyek luar negeri.

Subyek yang memenuhi syarat subyektif dan obyektif untuk dikenakan pajak disebut Wajib Pajak (WP). WP yang memenuhi persyaratan ketentuan pajak atas konsumsi disebut Pengusaha Kena Pajak (PKP)

Page 43: Bagian 1  slide - pengantar perpajakan-revisi

05/02/2023 Drs. H. Waluyo Daryadi KS. 43

TERMINOLOGI PAJAK DLM. BHS. INGGERIS

1. Tax; diartikan pajak pada umumnya2. Levy; diartikan lebih bersifat pungutan3. Charge; diartikan pajak yang bersifat

retribusi4. Surcharge; diartikan beban pajak

tambahan5. Duty; diartikan pungutan bea6. Customs; diartikan pungutan atas lalu

lintas barang ke dalam daerah pabean (Bea Masuk/Bea Keluar).

7. Excise; diartikan sebagai pungutan cukai atas barang-barang tertentu.

Page 44: Bagian 1  slide - pengantar perpajakan-revisi

05/02/2023 Drs. H. Waluyo Daryadi KS. 44

Bukan Subyek / Bukan Obyek1. Yang bukan Subyek Pajak umumnya

ditetapkan dalam Undang-Undang baik secara yuridis, teritorial maupun finansial ekonomis tidak termasuk / tidak memenuhi syarat sebagai Wajib Pajak (WP).

2. Yang bukan Obyek Pajak umumnya ditetapkan dalam Undang-Undang sebagai obyek (Penghasilan tertentu/transaksi tertentu) tidak dikenakan pajak/dikecualikan/dibebaskan.

Selanjutnya ikuti kuliah Bagian/Buku II, Bagian/Buku III, dan Bagian/Buku IV tentang Pengantar Singkat Perpajakan Internasional.

Page 45: Bagian 1  slide - pengantar perpajakan-revisi

05/02/2023 Drs. H. Waluyo Daryadi KS. 45

Pembedaan Subyek Pajak 1. Subyek Pajak Dalam Negeri dengan kriteria

tertentu pada umumnya tinggal di Indonesia, atau berada di Indonesia dalam jangka waktu tertentu. Wujud Subyek : Orang Pribadi; Warisan Tak Terbagi menggantikan yang berhak dan badan yang didirikan di Indonesia.

2. Subyek Pajak Luar Negeri tidak bertempat tinggal di Indonesia tetapi memperoleh penghasilan/ menjalankan transaksi di Indonesia dengan kriteria tertentu ingat time test.Wujud : Orang Pribadi Luar Negeri (expatriate) dan Bentuk Usaha Tetap (BUT)

Page 46: Bagian 1  slide - pengantar perpajakan-revisi

05/02/2023 Drs. H. Waluyo Daryadi KS. 46

Asas Pengenaan Pajak

Berdasarkan :1. Asas Domisili 2. Asas Lokasi 3. Asas Sumber4. Asas Nasionalitas5. Asas Destinasi6. Asas Orginalitas7. Asas Netralitas (Internal/External)

Page 47: Bagian 1  slide - pengantar perpajakan-revisi

05/02/2023 Drs. H. Waluyo Daryadi KS. 47

Tatacara dan Sistem Pemungutan/Penetapan/Pengenaan PajakTatacara (stelsel) :- Stelsel Riil (keadaan sesungguhnya)- Stelsel fiktif (perkiraan)- Stelsel Campuran Sistem Pemungutan / Penetapan Pajak :- Official Assessment (secara Jabatan)- Self Assessment (dilaksanakan sendiri oleh WP)- Withholding (tax) System (pemungutan oleh

pihak ketiga)

Page 48: Bagian 1  slide - pengantar perpajakan-revisi

05/02/2023 Drs. H. Waluyo Daryadi KS. 48

Tarif Pajak1. Tarif Progresif (Progressif)2. Tarif Progresif (Proporsional)3. Tarif Degresif (menurun)4. Tarif Proporsional (sebanding) flat/tunggal5. Tarif Tetap 6. Tarif Personal7. Tarif Inrem Tarif Advalorem

Tarif Spesifik

Page 49: Bagian 1  slide - pengantar perpajakan-revisi

05/02/2023 Drs. H. Waluyo Daryadi KS. 49

Daftar Pustaka:1. Brotodihardja, Santoso, “Pengantar Ilmu Hukum

Pajak”.2. Daryadi, Waluyo, Diktat Perbandingan PPN dan

PPn.3. Mansury, Prof., Ph.D. “Uraian Lanjut PPh”. 4. Mardiasmo, Prof., Dr. “Perpajakan”, Edisi 8.5. Nurmantu, Syafri, Prof., Dr. “Perpajakan”, 2003.6. Sukardji, Untung, SH., M.Sc, Uraian PPN.7. Sumitro, Rohmat, Prof., Dr., SH. “Pengantar

Perpajakan Dan Pajak Penghasilan”.8. Due, John F., “Public Finance”.9. Musgrave, R & Musgrave P, “Public Finance” (In

Theory and Practice), 1983.10. Samuelson, “Economics” edisi bahasa Indonesia,

cet. Ke 13.