bab new

50
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Salah satu makanan yang sering dijumpai adalah ikan, ikan sebagai bahan makanan yang mengandung protein tinggi dan mengandung asam amino esensial yang diperlukan oleh tubuh, di samping itu nilai biologisnya mencapai 90%, dengan jaringan pengikat sedikit sehingga mudah dicerna. Hal paling penting adalah harganya jauh lebih murah dibandingkan dengan sumber protein lain. Ikan juga dapat digunakan sebagai bahan obat-obatan, pakan ternak, dan lainnya. Kandungan kimia, ukuran, dan nilai gizinya tergantung pada jenis, umur kelamin, tingkat kematangan, dan kondisi tempat hidupnya, hasil-hasil perikanan merupakan sumberdaya alam yang sangat besar manfaatnya untuk kehidupan manusia. Manfaat tersebut di antaranya sebagai sumber energi, membantu pertumbuhan dan 1

Upload: muhammad-jafar-ibrahim

Post on 24-Nov-2015

21 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Bab 1 PKL

TRANSCRIPT

BAB I

PAGE 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar belakang Salah satu makanan yang sering dijumpai adalah ikan, ikan sebagai bahan makanan yang mengandung protein tinggi dan mengandung asam amino esensial yang diperlukan oleh tubuh, di samping itu nilai biologisnya mencapai 90%, dengan jaringan pengikat sedikit sehingga mudah dicerna. Hal paling penting adalah harganya jauh lebih murah dibandingkan dengan sumber protein lain. Ikan juga dapat digunakan sebagai bahan obat-obatan, pakan ternak, dan lainnya. Kandungan kimia, ukuran, dan nilai gizinya tergantung pada jenis, umur kelamin, tingkat kematangan, dan kondisi tempat hidupnya, hasil-hasil perikanan merupakan sumberdaya alam yang sangat besar manfaatnya untuk kehidupan manusia. Manfaat tersebut di antaranya sebagai sumber energi, membantu pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh, memperkuat daya tahan tubuh (Adawyah,2011). Kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh ikan telah dirasakan sangat menghambat usaha pemasaran hasil perikanan dan tidak jarang menimbulkan kerugian besar, terutama pada saat produksi ikan melimpah. Oleh karena itu, perlu dilakukan usaha untuk meningkatkan daya simpan dan daya awet produk perikanan pada pascapanen melalui proses pengolahan maupun pengawetan. Proses pengolahan dan pengawetan ikan merupakan salah satu bagian penting dari mata rantai industri perikanan. Tanpa adanya kedua proses tersebut, peningkatan produksi ikan yang telah dicapai selama ini akan sia-sia, karena tidak semua produk perikanan dapat dimanfaatkan oleh konsumen dalam keadaan baik. Pengolahan dan pengawetan bertujuan mempertahankan mutu dan kesegaran ikan selama mungkin dengan cara menghambat atau menghentikan sama sekali penyebab kemunduran mutu (pembusukan) maupun penyebab kerusakan ikan (misalnya aktifitas enzim, mikroorganisme, atau oksidasi oksigen), agar ikan tetap baik sampai ke tangan konsumen, beberapa kelemahan pada ikan seperti :1. Tubuh ikan mempunyai kadar air yang tinggi (80%) dan pH tubuh mendekati netral sehingga merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri pembusuk maupun mikroorganisme lain. Dengan demikian ikan merupakan komoditi yang cepat membusuk, bahkan lebih cepat dibandingkan dengan sumber protein hewani lain.2. Daging ikan mengandung sedikit sekali tenunan pengikat (tendon), sehingga sangat mudah dicerna oleh enzim autolisis. Hasil pencernaan ini menyebabkan daging menjadi sangat lunak sehingga merupakan media cocok untuk pertumbuhan mikroorganisme.3. Daging ikan banyak mengandung asam lemak tak jenuh yang sifatnya sangat tengik mudah mengalami proses oksidasi. Oleh karena itu sering timbul bau tengik pada tubuh ikan, terutama pada hasil olahan maupun awetan yang di simpan tanpa menggunakan antioksidan (Afrianto, 2011).Menyimpan bahan pangan pada suhu sekitar -20C sampai 100C diharap dapat memperpanjang masa simpan bahan pangan. Hal ini disebabkan karena suhu rendah dapat memperlambat aktivitas metabolise dan menghambat pertumbuhan mikroba, selain itu juga mencegah terjadinya reaksi-reaksi kimia dan hilangnya kadar air dari bahan pangan. Pembekuan adalah penyimpanan bahan pangan dalam keadaan beku. Pembekuan yang baik biasanya dilakukan pada suhu -12 sampai -240C. Pembekuan cepat dilakukan pada suhu -24 sampai -400C. Pembekuan cepat ini dapat terjadi dalam kurang dari 30 menit, sedangkan pembekuan lambat biasanya berlangsung selama 30 sampai 72 jam. Pembekuan cepat mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan cara lambat karena Kristal es yang terbentuk kecil-kecil sehingga kerusakan mekanisme yang terjadi lebih sedikit, pencegahan pertumbuhan mikroba juga berlangsung cepat dan kegiatan enzim juga cepat berhenti. Bahan makanan yang dibekukan dengan cara cepat mempunyai mutu lebih baik dari pada pembekuan lambat ( Muchtadi, 2010).1.2 Tujuan

Tujuan praktek kerja lapangan ini untuk mengetahui cara kerja sistem mesin pendingin ikan di Balai Pendidikan dan Pelatihan Perikanan (BPPP) Tegal1.3 Kegunaan

Kegunaan dari Praktek Kerja Lapangan ini adalah :

1. Memberi pengetahuan pada mahasiswa tentang cara kerja sistem mesin pendingin agar bisa mengawetkan ikan.2. Dapat memberi informasi tentang pengawetan ikan dengan mesin pendingin.1.4 Waktu dan TempatPraktek Kerja Lapangan ini akan dilaksanakan mulai tanggal 1 Pebruari 2013 sampai 28 Pebruari 2013 bertempat di Balai Pendidikan dan Pelatihan Perikanan (BPPP) Tegal.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pembekuan Selama Penyimpanan

Penyimpanan ada dua hal yang perlu diperhatikan agar bahan pangan beku memiliki kualitas yang baik yaitu :

1. Laju pembekuan harus tinggi.

2. Suhu penyimpanan konstan pada -180C.

Pada umumnya pembekuan dengan kecepatan tinggi menghasilkan produk dengan kualitas yang baik dari pada pembekuan dengan kecepatan rendah. Makin rendah suhu beku yang tercapai makain baik sifat-sifat dari produk tersebut bila dibandingkan dengan produk segarnya. Hal ini sisebabkan karena :1. Laju pembekuan yang tinggi membentuk Kristal es berukuran kecil dalam jumlah yang besar dan tersebar merata dalam bahan.

2. Bahan-bahan yang larut dalam cairan sel dibatasi waktu dan ruang geraknya dalam jaringan, sebagai akibat cepatnya pembekuan. Oleh karena itu kemungkinan terjadi reaksi antar komponen sel lebih kecil.

3. Laju reaksi kimia dan biokimia diperlambat dengan menurunkan suhu.

Pengaruh suhu penyimpanan terhadap kualitas produk beku ternyata lebih besar dari pengaruh pembekuan, Fluktuasi suhu bahan pangan beku, misalnya dari -120C menjadi -180C atau sebaliknya, menimbulkan reaksi-reaksi buruk yang sama pada produk. Mengingat bahwa penyimpanan makanan beku berlangsung lebih lama dari proses pembekuannya, maka jelas efek dan fluktuasi suhu dalam penyimpanan beku terhadap kualitas produk lebih besar. Pada umumnya penyimpanan beku secara komersial selalu dilakukan pada suhu -180C Karena pertimbangan-pertimbangan ekonomis. Pada suhu ini daya tahan simpan produk cukup lama dan harga produk dalam batas jangkauan konsumen pada umumnya. 2.2 Syarat Syarat RefrigeranMenurut Sumanto (2004), untuk terjadinya suatu proses pendinginan diperlukan suatu bahan yang mudah dirubah bentuknya dari gas menjadi cair atau sebaliknya untuk mengambil panas dari evaporator dan membuangnya di kondensor. Karakteristik thermodinamika refrigeran antara lain meliputi temperatur penguapan, tekanan penguapan, temperatur pengembunan dan tekanan pengembunan. Untuk keperluan suatu jenis pendinginan (misal untuk pendinginan udara atau pengawetan beku) diperlukan refrigeran dengan karakteristik termodinamika yang tepat. Adapun syarat-syarat umum untuk refrigeran adalah :

1. Tidak beracun dan tidak berbau merangsang.

2. Tidak dapat terbakar atau meledak bila bercampur dengan udara, pelumas dan sebagainya.

3. Tidak menyebabkan korosi terhadap bahan logamyang dipakai pada sistem pendingin.

4. Bila terjadi kebocoran mudah di cari.

5. Mempunyai titik didih dan tekanan kondensasi yang rendah.

6. Mempunyai susunan kimia yang stabil, tidak terurai setiap kali dimampatkan, diembunkan dan diuapkan.

7. Perbedaan antara tekanan penguapan dan tekanan pengembunan (kondensasi) harus sekecil mungkin.

8. Mempunyai panas laten penguapan yang besa, agar panas yang diserap evaporator sebesar-besarnya.

9. Tidak merusak tubuh manusia.

10. Konduktivitas thermal yang tinggi

11. Viskositas dalam fase cair maupun fase gas rendah agar tahanan aliran refrigerant dalam pipa sekecil mungkin.

12. Konstanta dielektrika dari refrigeran yang kecil, tahanan listrik yang besar, serta tidak menyebabkan korosi pada material isolator listrik.

13. Harganya tidak mahal dan mudah diperolehDewasa ini banyak digunakan bahan refrigeran yang mengandung CFC. Namun dewasa ini sangat gencar dibisarakan oleh pakar-pakar lingkungan hidup mengenai penipisan lapisan ozon yang dirusak oleh gas-gas klorine yang dilepaskan manusia maupun melalui proses alamiah. Pada mulanya para ilmuwan berpendapat penipisan ozon utama adalah disebabkan nitrogen oksida yang berasal dari pesawat supersonik. Belakangan ini perhatian ilmuwan beralih pada zat kimia yang dibuat oleh manusia yaitu Clorofluoro Carbon (CFC).

Dampak penipisan ozon sangat berpengaruh negative terhadap kesehatan manusia, kehidupan tumbuh-tumbuhan dan binatang (missal bio laut). Selain itu, juga berdampak negatif terhadap iklim, yaitu meningkatkan suhu rata-rata dan perubahan iklim global serta pencemaran udara.

1. Refrigeran Flurinated (CFC)

Yang paling umum adalah R11, R12, R22 dan R502.

R11, paling sering digunakan pada AC dan instalasi pompa panas sebab mempunyai titik didih yang relatif tinggi +240C. Rumus kimianya adalah CCL2F.

R12, seperti R11 merupakan senyawa kimia dari group methane dengan rumus kimia CC2F2 dan mempunyai titik didih normal -300. Biasanya hanya digunakan pada mesin refrigerasi kecil karena panas penguapan per jumlah refrigeran relative kecil.

R22, refrigeran ini digunakan pada mesin Freezer dan sebagainya yang menghendaki temperature yang lebih rendah. Titik didihnya -410C. Panas penguapan per jumlah refrigeran sedikit lebih baik disbanding R12. Rumus kimianya adalah CHF2Cl.

R502, suatu campuran azeotropic dari refrigeran R22 dan R115 (CClF2FC3). Kata azeotropik berarti bahwa refrigeran akan didapat dengan konsentrasi yang sama di seluruh mesin. Titik didihnya mesin lebih rendah dibanding R22 yaitu -460C.

Selain refrigeran Fluorinated tersebut ada sejumlah lain yang tidak sering dijumpai sekarang yaitu : R12B1, R13, R13B1, R114,R115, R500.2. Ammonia (NH3)

Ammonia (R717) digunakan secara luas pada mesin refrigerasi yang besar ( industri). Titik didih normalnya adalah 330C. Ammonia mempunyai karakteristik bau meskipun pada konsentrasi yang kecil di udara. Tidak dapat tebakar, tetapi meledak ketika bercampur dengan udara dengan persentase volume 1328. Karena efek korosi dari ammonia, tembaga campuran tembaga harus tidak digunakan pada mesin-mesin ammonia.

3. Refrigeran Sekunder

Refrigerant-refrigeran yang diterangkan diatas sering disebut refrigerant primer. Refrigeran sekunder berperan sebagai media pada transmisi panas dari obyek pendinginan ke evaporator. Oleh karena itu, maka disebut refrigeran sekunder (missal air, udara atmosfir dan air asin).2.2 Fungsi Dari Komponen Mesin Pendingin Menurut Karyanto dan Paringga (2005), menyebutkan, pendinginan adalah suatu proses pengmbilan panas dari suatu zat atau ruang, yang menyebabkan temperaturnya lebih rendah terhadap lingkungannya, mesin pendingin yang dipakai untuk lemari es terdiri dari beberapa bagian antar lain :1. Kompresor. Fungsi kompresor antara lain untuk :

a. Mensirkulasikan bahan pendingin. b. Mempertinggi tekanan agar bahan pendingin dapat berkondensasi pada kondisi ruangan.

c. Mempertahankan tekanan yang konstan pada evaporator.

d. Menghisap gas tekanan rendah dan suhu rendah dari evaporator dan kemudian menekan/memampatkan gas tersebut, sehingga menjadi gas dengan tekanan dan suhu tinggi, lalu dialirkan ke kondensor, sehingga gas tersebut dapat mengembun yang memberikan panasnya pada medium yang mendinginkan kondensor dengan medium udara, air, kipas.

2. Kondensor.Kondensor akan mengubah uap tekanan tinggi tersebut menjadi cairan tekanan tinggi dengan adanya medium pada kondensor (udara maupun air). Jadi panas dari ruangan dan panas dari kondensor akan diserap medium pendingin. Suatu sistem pendingin yang seimbang adalah jika uap pendingin yang diisap oleh kompresor = jumlah uap yang berkondensasi pada kompresor.

3. Pipa kapiler.

Pipa kapiler dibuat dari pipa tembaga dengan lubang dalam yang sangat kecil. Panjang dan lubang pipa kapiler dapt mengontrol jumlah bahan pendingin yang ke evaporator. Karena temperatur dan tekanan cairan dari kondensor terlampau tinggi untuk terjadinya penguapan dalam kondisi ruangan, maka digunakan pipa kapiler (liquid control device) yang bekerja sebagai satuan tahanan aliran fluida (bahan pendingin cair). Dengan adanya tahanan tersebut, tekanan fluida akan turun dan sebagai kecil cairan pendingin menguap (dikenal sebagai flash gas). Penguapan ini akan menyerap panas dari cairan pendingin, sehingga temperatur cairan berkurang sampai temperaturjenuh pada tekann yang berkurang tersebut. Jadi pipa kapiler ini mengatur suhu, tekanan dan laju aliran bahan pendingin yang menuju evaporator. Pipa kapiler (capillary tube) gunanya untuk :

a. Menurunkan tekanan bahan pendingin cair yang mengalir di dalamnya .

b. Mengatur jumlah tekanan bahan pendingin cair yang mengalir melaluinya.

c. Membangkitkan tekanan bahan pendingin dikondensor

4. Evaporator

Evaporator adalah bagian dari sistem pendingin yang berhubungan langsung dengan bahan yang akan didinginkan. Penguapan bahan pendingin akan menyerap panas dari ruangan. Kemampuan pengambilan sistem panas tergantung pada jumlah kalor yang diserap di dalam evaporator, yang disebut efek refrigerasi. Fungsi dari evaporator adalah untuk menyerap panas dari udara atau denda di dalam lemari es dan mendinginkannya. Kemudian membuangnya kalor tersebut melalui kondensor yang tidak diinginkan. BAB III

MATERI DAN METODE

3.1 Materi

Dalam Praktek Kerja Lapangan ini ada berbagai macam peralatan dan bahan yang digunakan sebagai obyek Praktek (dapat dilihat pada

tabel 1)Tabel 1. Peralatan yang digunakan dalam Praktek Kerja LapanganNoNama Alat/BahanKeguanaan

1

2

3

4

5

6

7KompresorKondensor

Pipa kapiler

Evaporator

Kunci Inggris

Tang Ampere

Freon (R22)Mensirkulasikan bahan pendinginMengubah uap tekanan tinggi tersebut menjadi cairan tekanan tinggi dengan adanya medium pada kondensorMenurunkan tekanan bahan pendingin cair yang mengalir di dalamnya

bagian dari sistem pendingin yang berhubungan langsung dengan bahan yang akan didinginkanMelepas atau mengeraskan Mur, Baut dan lain lain.

Mengukur besarnya Arus dan Tegangan Listrik

Pendinginan

3.2 Metode Metode yang dipergunakan dalam Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini adalah Metode Observasi dan interview. Metode observasi adalah metode yang dilaksanakan dengan cara melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala atau fenomena yang diselidiki, sedangkan metode interview adalah metode yang dilaksanakan dengan mengumpulkan data secara sistematis berdasarkan pada tujuan penelitian (Marzuki, 2002)

BAB IV

PEMBAHASAN DAN HASIL

4.1 Keadaan Umum Lokasi Praktek Kerja Lapangan

Menurut Badan Pusat Statistik (2004), kota Tegal terletak diantara 109008 - 109010 bujur timur dan 6050 6053 lintang selatan, dengan wilayah seluas 39,68 km2 atau kurang lebih 3.968 hektar. Kota Tegal berada di Wilayah pantai utara, dari peta orientasi Provinsi Jawa Tengah berada di Wilayah Barat, dengan bentang terjauh utara ke selatan 6,7 km dan Barat ke Timur 9,7 km. Dilihat dari letak geografis, posisi Kota Tegal sangat strategis sebagai penghubung jalur perekonomian lintas Nasional dan Regional di Wilayah pantai utara jawa (pantura) dari Barat ke Timur (Jakarta-Tegal-Semarang-Surabaya) dengan wilayah tengah dan Selatan pulau jawa (Jakarta-Tegal-Purwokerto-Yogyakarta-Surabaya) dan sebaliknya. Luas wilayah Kota Tegal, relative kecil yaitu hanya 0,11 % dari luas Profinsi Jawa Tengah. Secara administrasi wilayah Kota Teagal terbagi dalam 4 Kecamatan dan 27 Kelurahan, dengan batas sebagai berikut :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa.

2. Sebelah Timur dan Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tegal.

3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Brebes.

Balai Diklat Perikanan (BPPP) Tegal terletak di Jalan Martoloyo Tegal atau dari Balai Kota Tegal berjarak kurang lebih 1 km kearah Timur menuju Semarang. Balai ini mudah ditemukan karena dekat dengan Stasiun Kereta Api kurang lebih 1 km kearah barat daya, sedang ke Terminal Bus Kota Tegal kurang lebih 8 km kearah barat. Dari Balai ini terdapat salah satu obyek wisata bahari terdekat yaitu Pantai Alam Indah (PAI) yang hanya berjarak kurang lebih 1 km ke arah barat. Kantor BPPP Tegal berada satu lokasi dengan kampus Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) Negeri Tegal dengan luas tanah kurang lebih 53.000 meter persegi serta kurang lebih 1 km dari pantai Utara Jawa. Balai Diklat Perikanan Tegal yang awalnya bernama BKPI (Balai Ketrampilan Penangkapan Ikan Tegal) didirikan sejak tahun 1971. Keberadaan BKPI (Balai Ketrampilan Penangkapan Ikan Tegal) tidak terlepas dari keberadaan SUPM (Sekolah Usaha Perikanan Menengah) Negeri Tegal karena pada awalnya BKPI (Balai Ketrampilan Penangkapan Ikan Tegal) dan SUPM (Sekolah Usaha Perikanan Menengah) Negeri Tegal merupakan satu kesatuan Instansi yang dipimpin oleh seorang Pimpinan. Melalui SK Menteri Pertanian Nomor : 54/Kpts/KP.430/1991 tanggal 1 Pebruari 1991, secara resmi BKPI (Balai Ketrampilan Penangkapan Ikan Tegal) dipisah dengan SUPM (Sekolah Usaha Perikanan Menengah) Negeri Tegal. Adapun perubahan nama Balai Diklat Perikanan Tegal secara rinci adalah sebagai berikut : Balai Diklat Perikanan Tegal didirikan sejak tahun 1971. Perkembangan BPPP (Balai Pendidikan dan Pelatihan Perikanan) Tegal tidak lepas dari sejarah saudaranya yaitu SUPM (Sekolah Usaha Perikanan Menengah) Negeri Tegal karena awalnya SUPM (Sekolah Usaha Perikanan Menengah) Negeri Tegal merupakan satu kesatuan Instansi dengan BPPP (Balai Pendidikan dan Pelatihan Perikanan) Tegal, pemisahan SUPM (Sekolah Usaha Perikanan Menengah) Negeri Tegal dari BPPP (Balai Pendidikan dan Pelatihan Perikanan) Tegal terjadi pada tahun 1991 melalui SK Menteri Pertanian Nomor : 54/Kpts/1991 tanggal 1 Pebruari 1991, sejak awal berdirinya BPPP (Balai Pendidikan dan Pelatihan Perikanan) Tegal ini telah mengalami beberapa kali pergantian nama dan Kepemimpinan, adapun nama-nama sebelumnya adalah sebagai berikut :

1. Fisheries Treining Center (Pusat Pelatihan Perikanan) tegal sejak tahun 1971 1974.

2. Pangkalan Pengembangan pola Keterampilan Penangkapan Perairan Nusantara (PPPKPPN) Tegal sejak tahun 1975 19783. Balai Keterampilan Penangkapan Ikan (BKPI) Tegal sejak tahun 1978 April 2001.

4. Balai Pendidikan dan Pelatihan Perikanan Tegal sejak tahun 2001 sekarang (Profil Balai Pendidikan dan Pelatihan Perikanan, 2011). merupakan salah satu dari

4.2 Pembahasan Praktek Kerja Lapangan

4.2.1 Komponen Pokok Mesin PendinginKomponen pokok pada system mesin pendingin adalah:

1. KompresorKompresor adalah : alat untuk memampatkan atau mengkomperikan bahan pendingin dalam bentuk gas. Semua bagian jaring mempunyai ukuran mata yang sama, dan ukuran mata jaring disesuiakan dengan jenis ikan yang akan ditangkap, semakin besar ukuran mata jaring maka semakin besar pula ikan yang ditangkap.

Jenis Kompresor dipakai pada system mesin pendingin yang ada di BPPP Tegal ini adalah jenis PA (polyamide) Monofilament nomor 20, ukuran mata jaring 4 inci. Hasil tangkapan utamanya ikan tongkol.

Gambar 6 : Bahan dasar webbing PA (Polyamid) Monofilament

No.20. Sumber: (BPPP,2012)

2.KondensorKondensor adalah alat untuk mengubah bahan pendingin dalam bentuk gas menjadi cairan dengan mengembunkannya. Dengan demikian Kondensor akan mengubah uap tekanan tinggi tersebut menjadi cairan tekanan tinggi dengan adanya medium pada kondensor (udara maupun air). Jadi panas dari ruangan dan panas dari kondensor akan diserap medium pendingindalam bentuk gas menjadi cairan dengan mengembunkannya untuk mengubah bahan pendingPelampung berfungsi untuk mempertahankan bentuk jaring sesuai dengan yang diinginkan, membuka mata jaring didalam air dan memelihara jaring agar tetap terapung yang dapat dipengaruhi oleh arus, angin dan penarikan selama operasi.

Gambar 7. Pelampung PVC. Sumber : ( BPPP,2012)3.Katup ExpansiAgar bisa tenggelam saat dioperasikan, maka dibagian bawah jaring perlu diberi pemberat (saran), karena gillnet yang dibuat adalah jenis gillnet permukaan maka pemberat tersebut memakai jaring pemberat ( saran) fungsinya sama dengan pemberat yang terbuat dari timah supaya jaring bisa terbentang didalam air.

Gambar 8: Jaring pemberat atau saran PVD (Polyvinyliden) No . 30

Sumber: (BPPP,2012)

4.Tali pelampung dan tali ris atas

Tali pelampung dan tali ris atas terletak bagian atas jaring yang berfungsi untuk mengikatkan pelampung dan menghubungkan pelampung dengan badan jaring bagian atas.Jenis bahan tali yang yang digunakan adalah jenis PE, dan berdiameter 3 mm.

Gambar 9. Tali ris atas dan tali pelampung.

Sumber: (BPPP,2012)

4.2.2 Proses Pembuatan Gillnet

4.2.2.1 Pola dan Cara Pemotongan Webbing

Pemotongan jaring dibagi dalam 2 macam, yaitu pemotongan lurus dan pemotongan kombinasi, pemotongan lurus dibagi lagi menjadi 3 macam yaitu.

1 Mesh cut Yaitu memotong dua bar yang sejajar dengan arah juraian. Bila pemotongan ini terus dilakukan maka akan diperoleh potongan lurus yang mendatar yang disebut all mesh.

Gambar 10. Pemotongan mesh cut.

Sumber: (BPPP,2012)

2 Point cut

Merupakan potongan kaki dua yang tegak lurus dengan juarian atau potongan secara vertical. Bila potongan ini dilakukan terus menerus maka pemotongan ini disebut all point.

Gambar 11. Pemotongan point cut

Sumber: (BPPP,2012)

3 Bar cut

Potongan bar adalah memotong mata kaki jaring secara miring, bila pemotongan dilakukan terus menerus maka pemotongan ini disebut all bar.

Gambar 12. Pemotongan bar cut

Sumber: (BPPP,2012)

Sedangakan memotong kombinasi merupakan suatu cara pemotongan dengan mengkombinasikan cara-cara pemotongan lurus, ketika akan memotong jaring harus diketahui dulu jumlah mata kebawah dan kesamping. Jumlah mata ini dibuat perbandinganya dan biasa disebut cutting rute, oleh karena itu cara pemotongan ini jarang sekali digunakan dalam pembuatan alat tangkap giilnet. Biasanya cara pemotongan ini dipakai pada pembuatan trawl, purse seine atau alat tangkap yang mempunyai bentuk dasar jaring utama yang agak rumit dan mata jaring tidak sama ukuran dan jumlahnya antara bagian satu dengan lainnya.

4.2.2.2 Langkah Pembuatan

1. Menyiapkan bagian bagian gillnet

b) Siapkan jaring utama/ webbing

c) Tali pelampung ( PE, 2 mm ) dan pelampung

d) Coban yang telah dipasangkan tali ris atas (PE,3 mm)

e) Jaring pemberat (saran)

2.Merakit bagian-bagian gillnet

a) Pertama kedua ujung tali pelampung dengan tali ris atas

diikat hingga menjadi satu.

b) Masukan talin ris yang telah dipasangkan pada coban

ketiap mata jaring,setiap memasukan 4 mata dengan jarak

18 cm,maka tali ris diikat kembali dengan tali pelampung.

c) Setiap 3 kali ikatan tali ris dengan tali pelampung, maka

pada ikatan tersebut barulah dipasangkan satu pelampung

kemudian kedua belah sisi kiri dan kanan pelampung diikat

pelampung tidak bergeser ke kiri atau ke kanan.

d) Yang selanjutnya memasang jaring pemberat (saran) tidak sama seperti memasang pada bagian tali ris atas dengan pelampung kalau memasang jaring pemberat (saran) diikatkan langsung ke webbing tanpa tali ris bawah caranya setiap satu mata jaring pemberat dengan satu mata webbing diikatkan langsung sampai selesai.

4.2.2.3 Menyambung dan Memperbaiki Jaring Ada beberapa macam cara yang bisa dilakukan dalam penyambungan jaring, diantarnya yaitu yang disebut denga point to point dan mesh to mesh.

a. point to point

Cara ini dilakukan untuk menyambung bagian jaring yang mempunyai jumlah mata yang akan disambung sama jumlahnya dan dengan potongan yang sama, yaitu semua potongan point. Penyambungan ini akan mengakibatkan terbentuknya setengah mata vertical dan searah dengan arah jaring. Pemotongan dilakukan mulai dari ujung jaring yang memmpunyai kaki tiga dan berakhir pada mata jaring yang berkaki tiga pula.

Gambar 13. Bagian jaring yang berkaki tiga

Sumber: (BPPP,2012)

b. Mesh to mesh

Cara ini dilakukan untuk menyambung jaring yang mempunyai jumlah mata yang akan disambung sama banyaknya dan semua potonganya, yaitu semua potongan mesh. Pemotongan akan membentuk setengah mata kearah horizontal.

a) b) Gambar 14. Penyambungan a) point to point b) mesh to mesh Sumber: (BPPP,2012)

4.2.2.4 Prosedur Pembuatan Gillnet

Dalam pembuatan alat tangkap gillnet hanging dan shortening adalah bagian yang tidak bisa ditinggalkan ,karena hanging ratio dan shortening berfungsi untuk mengatur bukaan mata jaring sesuai yang diinginkan .

Di BPPP Tegal sendiri pada waktu praktek kerja lapangan memakai hanging ratio dan shortening yang sesuai untuk melakukan penangkapan dengan sasaran ikan tongkol, di BPPP Tegal menggunakan hanging ratio dan shortening yang efektif untuk melakukan penagkapan ikan tongkol adalah 45%.

Dengan hanging ratio dan shortening 45% maka panjang mata jaring berukuran 4 inchi pada saat strech akan menjadi 10 cm, 4,5 cm pada saat jaring dioprasikan didalam perairan ,dan tinggi mata jaring menjadi 8 cm.Untuk melihat perubahan bentuk bukaan mata jaring setelah adanya shortening dan hanging ratio dapat dilihat pada gambar berikut.

Gamabar 15 A. Bentuk dan ukuran mata jaring saat strech

B. Bentuk mata jaring setelah adanya shortening dan

hanging ratio Sumber: (BPPP,2012)

4.3 Hasil Praktek Kerja Lapangan

4.3.1 Kontruksi Alat Tangkap Gillnet

Gambar 16. Kontruksi alat tangkap gillnet Sumber: (BPPP,2012)

a. Webbing

Berbentuk empat persegi panjang,yang mempunyai panjang 3 meter yang berjumlah mata jaring 77 dan ukuran lebar kebawahnya 1,5 meter yang berjumlah mata jaring 18 mata jaring digabungkan dengan mata jaring pemberat (saran) dan ukuran mata jaringnya 4 inchi.

b Pelampung

Berbentuk seperti pisang

Terbuat dari bahan PVC (polyvinylchloride)

Ukuran panjang 5,5 cm dan diameternya 2.07 cm jarak pelampung 1 dengan pelampung yang lainnya adalah 18 x 3 cm, tiap 18 cm dimasukan 4 mata jaring diantara jarak tersebut.

c Jaring pemberat (saran)

Bahan terbuat dari PVD (polivnyliden)

Berat jenisnya 0,96 kg

Diikat setiap satu mata saran dengan webbing

4.3.2 Desain Gillnet Permukaan

4.3.2.1 Desain Gillnet Milenium PermukaanGambar 17.Desain gillnet milenium permukaan Sumber: (BPPP,2012)4.3.2.2 Menggantung Jaring Pada Tali Ris dan Jarak Pelampung.

Gambar 18. Menggantung jaring pada tali ris dan jarak

pelampung. Sumber: (BPPP,2012)

Jarak antara pelampung 1 dengan pelampung yang lainya yaitu.50 cm

Setiap 4 mata jaring diikat pada tali ris atas jaraknya 18 cm.

Tali ris atas menggunakan bahan PE dengan ukuran 3 mm.

Pelampung menggunakan bahan PVC dengan ukuran 2,07 cm.

4.3.2.3 Perhitungan Dalam Mendesain Gillnet Permukaan

Menghitung jumlah pelampungJP = PTR / JP 1 = 346 / 49 = 7,06

Menghitung berat pelampungS = 1 (1 1 / 1,4 ) = 1 ( 1 0,88 ) = 1 x 0,12 = 0,12 kg

Menghitung keseimbangan pelampung

30 / 100 = TB 0,12 / TB

30 TB = 100 TB 12

70 TB = 12

TB = 12 / 70 = 0,17 x 1000 = 170 grm

Menghitung jarak pelampung 1 kepelampung yang lainnya.

18 + 18 + 18 = 54 cm

Keterangan : pada waktu praktek memakai jarak 50 cm Menghitung menggantung mata jaring pada tali ris atas

Ratio x jumlah mata = 4,5 x 4 = 18

Menghitung Hanging ratio dan shortening

H = / L x 100 % = 346 / 770 x 100 = 45

S= H = / L = 45 % = / 10

45/ 100 = / 10

450 /100 =4.5

Rumus kedalaman jaring

D = m x n 1 s 2

Panjang jaring 3 m, Lebar jaring 77 mata

Ukuran mata 4 inchi, Hanging Ratio 45% d = m x n 1 - H d = 4 x 77 1 (0,45)

= 308 1 0,2025

= 308 0,7975

= 308 x 0,893 = 275.044 cm

Kedalaman Jaring setelah dipasang tali ris

adalah 275.044 cm atau 2 meter Menghitung panjang jaring tegang

Jml x ukuran mata jaring = 77 x 10 = 770 cm

Gambar 19 ( Alat tangkap gillnet milenium yang sudah jadi)V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktek kerja lapangan yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan :

Jaring utama atau webbing pada alat tangkap gillnet permukaan yang terdapat di BPPP Tegal terbuat dari bahan polyamid, nomor 20, supaya ikan tidak bisa melihat dan akan menabrak jaring lalu terbelit.

Proses pembuatan gillnet pertama menyiapkan bagian-bagianya, kemudian dirangkai satu persatu dengan cara menyambung pelampung pada tali ris atas pada jaring bagian atas, dilanjutkan pada jaring bagian bawah yaitu memasang jaring pemberat (saran).

5.2 Saran Diharapkan pada waktu praktek diBPPP Tegal khususnya dalam pembuatan alat tangkap gillnet dengan membuat jaring yang sesungguhnya.

DAFTAR PUSTAKAAAAAAAAAAAAAAFTDAFTAR PUSTAKA Adawyah, Rabiatul, 2011. Pengolahan dan Pengawetan Ikan. Bumi Aksara. Jakarta.

Afrianti, Herlina, Leni, 2008. Teknologi Pengawetan Pangan. Alfabeta. Bandung.

Afrianto, Eddy. 2011. Pengawetan dan Penggolahan Ikan.Kanisius.Yogyakarta.

Badan Pusat Statistik,2004,Kota Tegal dalam Angka 2000. Badan Pusat Statistik. Kota Tegal.Hadiwiyotosuwendo,1993. Teknologi Penggolahan Hasil Perikanan,

Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gajah Mada.Yogyakarta.

Karyanto E, 2005. Teknik Mesin Pendingin (Refrigerator, Freezer, Display Cooler) Volume 1. Restu Agung. Jakarta.Marzuki, 2002. Metode Riset. Bagian Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.

Muchtadi, 2010. Teknologi Proses Pengolahan Pangan. Alfabeta. Bandung.

Murniati A.S, 2000. Pendinginan Pembekuan dan Pengawetan.Kanisius Yogyakarta.

Murniati A.S, 2005. Pembekuan Ikan. Sekolah Usaha Perikanan Menengah Negeri Tegal. Tegal. Profil Balai Pendidikan dan Pelatihan Perikanan, 2011. Profil Balai Pendidikan dan Pelatihan Perikanan. BPPP Tegal

Sumanto, 2004. Dasar-dasar Mesin Pendingin.Andi.Yogyakarta.

Lampiran 1.Rencana Jadwal Kegiatan Praktek Kerja Lapangan 2013NoUraianBulan IBulan IIBulan III

123412341234

1Judul/

Proposal

3PelaksanaanPKL

4Pengajuan Draft

5Ujian

6Perbaikan