bab iv mini proyek ispa

Upload: nila-nuril

Post on 10-Mar-2016

229 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

mini proyek

TRANSCRIPT

BAB IVHASIL KEGIATAN4.1 Profil Kecamatan Brondong4.2Kondisi Geografis

Kecamatan Brondong merupakan bagian wilayah Kabupaten Lamongan yang terletak di belahan utara,kurang lebih 50 Km dari Ibu Kota kabupaten Lamongan, berada pada koordinat antara 06 53 30,81 7 236 Lintang Selatan dan 112 17 01,22 112 3312 Bujur Timur, dengan batas:

Sebelah Utara

: Laut JawaSebelah Timur

: Kecamatan PaciranSebelah Selatan: Kecamatan LarenSebelah Barat

: Kecamatan Palang Kabupaten Tuban

Luas wilayah Kecamatan Brondong meliputi areal seluas 7.013,62 Ha atau 70.13 Km2. Wilayah Kecamatan Brondong terdiri atas 10 Desa , 23 Dusun, 57 RW 262 RT dan 15.743KK.

NO.DESA / KELURAHANLUAS WILAYAH( Km 2 )JUMLAH DUSUNKETERANGAN

1Brondong233,702Desa

2Sumberagung416,002Desa

3Sedayulawas1.064,003Desa

4Sendangharjo744,803Desa

5Lembor1.607,301Desa

6Tlogoretno347,502Desa

7Brengkok1.057,104Desa

8Labuhan643,303Desa

9Sidomukti609,203Desa

10Lohgung290,702Desa

Jumlah7.013,6025

Tabel 4.1Data Luas Wilayah, Jumlah Desa dan Dusun Di Kecamatan Brondong

4.3 Data Demografik Kecamatan Brondong

Jumlah penduduk di wilayah Kecamatan Brondong pada tahun 2014 sebanyak 63.625 jiwa. Berikut ini adalah data jumlah penduduk masing masing Desa/Kelurahan di Kecamatan Brondong sebagai berikut :

NoD e s aLuas Km2Jumlah

PendudukRumah

TanggaKepadatan

/Km2

1Brondong2,3411.4922.6564.911

2Sumberagung4,162.754602662

3Sedayulawas10,6413.3232.7491.252

4Sendangharjo7,445.9801.147803

5Lembor16,072.652572165

6Tlogoretno3,481.354329389

7Brengkok10,5710.8372.2691.025

8Labuhan6,437.8251.6601.216

9Sidomukti6,094.414918724

10Lohgung2,912.9946741.028

Jumlah70,1363.62513.57612.175

Table 4.2 Luas wilayah dan jumlah penduduk Kecamatan Brondong tahun 2014

4.4 Tenaga kesehatan di Puskesmas brondong

Jumlah dan jenis sumber daya kesehatan di kecamatan brondong berdasarkan pendidikan kesehatan sebanyak 41 orang yaitu dokter umum 2 orang, untuk dokter gigi 1 orang, perawat PNS sebanyak 7 orang, Perawat Honorer Pemda sebanyak 4 orang. Perawat PTT sejumlah 5 orang, bidan induk sebanyak 3 orang, bidan pustu sejumlah 3 orang, bidan desa sebanyak 13 orang, bidan honorer Pemda sebanyak 3 orang. Sedangkan untuk karyawan TU 5 orang berpendidikan S1, dan sebanyak 5 orang yang berpendidikan SLTA. Untuk petugas gizi sebanyak 1 orang. Untuk kontrak PEMDA 6 orang yang terdiri dari 1 analis, 1 perawat gigi, 1 kesling, 1 SLTA, 1 SD yaitu petugas kebersihan.13

4.5 Sarana kesehatanDi Kecamatan Brondong terdapat 1 Puskesmas induk dan 3 Puskesmas Pembantu, 4 Ponkesdes dan 10 Poskesdes serta 6 polindes. Jumlah BP swasta di Kecamatan Brondong pada tahun 2014 sebanyak 2 buah .Jumlah posyandu di Kecamatan Brondong tahun 2014, bahwa jumlah seluruh posyandu yang ada sebanyak 48 buah. 13

4.6 Profil Desa Brengkok

Desa

: Brengkok

Tipe desa: Swakarya

Kecamatan: Brondong

Kabupaten: Lamongan

Propinsi: Jawa Timur

Data Umum

Luas wilayah

: 180,33 ha/m3Pemukiman

: 121 ha/m3Sawah

: 30 ha/m3Tegalan

: 770,46 ha/m3Hutan

: 100 ha/m3Kuburan

: 1,9 ha/m3Pasar

: 0,4 ha/m3Jalan

:7,125 ha/m3Jumlah penduduk

: 10837 orang

Jumlah Keluarga

: 3234 keluarga

Jumlah RW

: 13

Jumlah RT

: 45

Jarak tempuh ke Puskesmas: jamSecara geografis wilayah Desa Brengkok terdiri dari dataran persawahan tadah hujan, tegalan, hutan yang berbatasan : Sebelah Utara : Laut JawaSebelah Timur : Desa Sedayulawas Kec. BrondongSebelah Selatan: Desa Sendangharjo dan Desa LemborSebelah Barat

: Desa Labuhan Kec.Brondong JUMLAH PENDUDUK BPS MENURUT JENIS KELAMIN KELOMPOK UMUR DESA BRENGKOK TAHUN 2014

4.1 Grafik Jumlah Penduduk desa Brengkok Sarana pendidikan di Desa BrengkokSarana pendidikan terdiri dari : Pendidikan Formal

a. Paud

: 8 lembaga

b. TK

: 8 lembaga

c. SD

: 3 lembaga

d. MI

: 8 lembaga

e. MTs/SMP: 5 lembaga

f. MA

: 3 lembaga Pendidikan Non Formal

a. Yasinan/Tahlil :12 kelompok

b. Pesantren

: 1 lembaga

c. Madin

: 5 lembaga

d. TPQ/TPA

: 8 kelompok

Sarana prasarana desa :

a. Perkantoran

: 1 unit

b. Lembaga pendidikan : 27 unit

c. Masjid

: 7 unit

d. Musholla

: 25 unit

e. Pasar

: 3 unit

Sarana kesehatan desa:

a. Puskesmas

: 1 unitb. Poskesdes

: 2 unit c. Posyandu

: 7 unit d. Posy Lansia

: 1 unit e. Tenaga dokter : 2 orangf. Tenaga bidan

: 5 0rang

g. Tenaga perawat : 7 orangh. Kader Kesehatan : 34 orang

DISTRIBUSI PENDUDUK MENURUT TINGKAT PENDIDIKANNO TINGKAT PENDIDIKAN JUMLAH %

L P

1 TIDAK SEKOLAH 19 21 40

2 BELUM /TIDAK TAMAT SD 609 597 1206

3 TAMAT SD 1198 1100 2298

4 TAMAT SMP 1411 1504 2915

5 TAMAT SMA 347 300 647

6 PERGURUAN TINGGI /AKADEMI 176 150 326

JUMLAH3760 3672 7432

Tabel 4.3 Distribusi penduduk menurut tingkat pendidikan4.7 Hasil Kegiatan Mini Proyek1. Distribusi Frekuensi berdasarkan usia Ibu

No.UsiaFrekuensiPersentase (%)

1.35 tahun614,65%

Total41100%

Tabel 4.4 Distribusi frekuensi usia responden

Berdasarkan data pada tabel 4.1 diketahui dari 41 responden, terdapat 4 responden (9,75%) berusia diatas 35 tahun. Data tersebut mencerminkan responden mayoritas berusia antara 20-35 tahun.

2. Distribusi Frekuensi berdasarkan pendidikan Ibu

No.Tingkat pendidikan IbuFrekuensiPersentase (%)

1.Akademik/S112,45%

2.SMA1536,58%

3.SMP1843,90%

4.SD717,07%

Total41100%

Tabel 4.5 Distribusi frekuensi pendidikan responden

Berdasarkan tabel 4.2 diketahui 7 responden (17,07%) berpendidikan SD, 18 responden (43,90%) berpendidikan SMP,dan 15 responden (36,58%) berpendidikan SMA, 1 responden berpendidikan S1 (2,45%). Data tersebut menunjukkan mayoritas responden berpendidikan SMP.

3. Distribusi Frekuensi berdasarkan Jenis Pekerjaan Ibu

No.Jenis PekerjaanFrekuensiPersentase (%)

1.Ibu Rumah Tangga3482,92%

2.Wiraswasta614,63%

3.PNS12,44%

Total41100%

Tabel 4.6 Distribusi frekuensi jenis pekerjaan responden

Tabel 4.6. memperlihatkan data dari 41 responden, diketahui 34 responden (82,92%) sebagai ibu rumah tangga, 6 responden (14,63%) sebagai wiraswasta,1 responden (2,44%) sebagai PNS. Data ini menunjukkan sebagian besar responden adalah ibu rumah tangga.

4. Distribusi pengetahuan Ibu

Data hasil kegiatan akan digambarkan dalam bentuk tabel, yaitu meliputi data pretes dan postes. Kegiatan ini dilakukan pada hari Senin tanggal 15 juni 2015 pukul 10.00 di balai desa Brengkok, kecamatan Brondong kabupaten Lamongan. Pelaksanaan penyuluhan didengan jumlah peserta mencapai 41 orang.

Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan tingkat pengetahuan ibu - ibu tentang ISPA berdasarkan kuisioner yang diberikan sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan beserta presentase kenaikan tingkat pengetahuan ibu.KuisionerPengetahuan Ibu Presentasi sebelum intervensi (%)Presentasi sesudah intervensi (%)Kenaikan tingkat pengetahuan (%)

Pengetahuan dasarPernah mendapatkan penyuluhan tentang ISPA sebelumnya4,87%100%95,13%

Definisi dan Gejala ISPA

Kepanjangan dari ISPA4,87%92,68%87,81%

Penyakit ISPA ditandai dengan demam68,29%100%31,71%

Batuk pilek merupakan salah satu tanda ISPA100%100%0%

Tenggorokan merupakan anggota tubuh yang terserang ISPA80,48%100%19,52%

Telinga merupakan anggota tubuh yang terserang ISPA29,26%87,80%58,54%

Penularan dan Faktor resiko ISPAISPA bisa menular dengan percikan ludah56,10%100%43,90%

Asap rokok bisa memicu penyakit ISPA36,58%90,24%53,66%

Debu dan jendela tertutup memicu penyakit ISPA56,09%95,12%39,03%

Status gizi pada balita berpengaruh terhadap penyakit ISPA41,46%92,68%51,22

Pencegahan ISPAMencuci tangan dapat meminimalkan penyebaran ISPA 48,78%95,12%46,34%

ASI ekslusif dapat mencegah resiko ISPA 53,65%100%46,35%

KuisionerPengetahuan Ibu Presentasi sebelum intervensi (%)Presentasi sesudah intervensi (%)Kenaikan tingkat pengetahuan (%)

Perawatan ISPA

Di rumahSebaiknya anak diberi banyak minum terutama saat demam43,90%90,24%46,34%

Bila demam, maka anak tidak perlu diberi selimut tebal agar tidak kedinginan21,95%82,92%60,97%

Berikan paracetamol bila suhu anak >38,5 C 78,04%100%21,96%

Tabel 4.7 Tabel presentase hasil pretest dan postestPerubahan perilaku ibu balitaSebelum penyuluhan(%)Sesudah penyuluhan(%)Kenaikan (%)

Cara Kompres yang benar36,58%92,68%56,10%

Membuat larutan pereda batuk9,75%78,04%68,29%

Cara Membuang Ingus yang benar12,19%90,24%78,05%

Dapat mengenali tanda-tanda bahaya ISPA pada balita

45,11%90,24%45,13%

Tabel 4.8 Tabel presentase hasil perubahan perilaku

BAB V

PEMBAHASAN

Kegiatan mini proyek ini dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2015. Kegiatan penyuluhan dilaksanakan pada hari Senin tanggal 15 Juni 2015 pukul 10.00 WIB, kegiatan penyuluhan ini bersamaan dengan posyandu balita di balai desa Brengkok yang diikuti 41 responden.5.1 Karakteristik usia responden

Pada hasil kegiatan diketahui usia responden sebagian besar antara 20-35 tahun (75,60%). Menurut Supartini (2004), rentang usia tertentu adalah baik untuk menjalankan peran pengasuhan dan perawatan. Apabila terlalu muda atau tua, maka mungkin tidak dapat menjalankan peran tersebut secara optimal karena diperlukan kekuatan fisik dan psikologis. Hal ini sesuai dengan Mubarak (2009) menyatakan bahwa salah satu yang mempengaruhi pengetahuan dan perilaku seseorang adalah usia. Usia sangat mempengaruhi masyarakat dalam memperoleh informasi yang lebih banyak secara langsung maupun tidak langsung sehingga dapat menambah pengalaman, kematangan, dan pengetahuan. Pertambahan usia seseorang maka kematangan berpikirnya meningkat, sehingga kemampuannya menyerap informasi dan pengetahuan semakin meningkat pula termasuk dalam pengetahuan responden dalam melakukan tindakan pertama pada saat balita mengalami ISPA.

5.2 Karakteristik tingkat pendidikan responden

Tingkat pendidikan responden diketahui paling banyak lulusan SMP sebanyak 18 orang (43,90%). Menurut Edelman and Midle (1994) dalam buku Perry dan Potter (2005) menyatakan tingkat pendidikan seseorang dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan. Semakin tinggi pendidikan semakin baik pengetahuan yang dimilikinya. Responden dengan pendidikan SMP belum dianggap dapat menerima berbagai informasi pengetahuan tentang masalah ISPA pada balita, termsuk bagaimana tindakan yang harus dilakukan seorang ibu pada saat balita mengalami ISPA melalui media pendidikan kesehatan seperti saat mengikuti kegiatan posyandu, membaca buku kesehatan ataupun petugas kesehatan dari puskesmas saat pemeriksaan kesehatan baik ibu maupun balita.5.3 Karakteristik status pekerjaan ibu Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden sebagai ibu rumah tangga sebanyak 34 orang (82,92%). Ibu rumah tangga dimasukkan dalam klasifikasi tidak bekerja. Sementara bekerja dikaitkan dalam masalah ekonomi. Simamora (2004) menyatakan bahwa ekonomi adalah kegiatan menghasilkan uang di masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup, termasuk dalam pembiayaan perawatan balita saat mengalami ISPA seperti membeli obat. Namun meskipun responden sebagai ibu rumah tangga disisi lain, bukan berarti responden kehilangan kesempatan untuk meningkatkan ilmu pengetahuannya khususnya tentang penyakit ISPA. Responden yang lebih banyak di rumah tetap dapat menambah pengetahuan melalui berbagai media, seperti dari televisi, membaca koran tentang masalah kesehatan, ataupun mengunjungi ke petugas kesehatan untuk memperoleh informasi tentang penyakit ISPA.

Julia (2004) menyatakan bahwa pekerjaan berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan yang dimiliki seseorang. Berbagai informasi yang diterima responden menjadikan pengetahuan ibu banyak dalam kategori sedang.Hasil penelitian Dewi (2010) menyimpulkan variabel pekerjaan menunjukkan bahwa status pekerjaan mempunyai hubungan dan pengaruh terhadap perawatan ISPA pada balita di wilayah kerja puskesmas Karang Malang, Sragen.

5.4 Karakteristik pengetahuan responden

Pada bagian kuisioner pengetahuan dasar mengenai ISPA menunjukkan peningkatan dari 4,87% menjadi 100% (tabel 4.7). Pada bagian kuisioner mengenai definisi dan gejala ISPA (tabel 4.6) yang paling mencolok adalah pertanyaan mengenai kepanjangan dari ISPA dan batuk pilek adalah gejala ISPA, sebanyak 4,87% responden menjawab dengan benar bahwa ISPA merupakan kepanjangan dari Infeksi Saluran Pernafasan Akut dan pengetahuan mengenai hal ini meningkat menjadi 92,68% setelah responden mendapat intervensi berupa penyuluhan. Kemudian sebanyak 100% responden telah mengetahui dengan baik bahwa batuk pilek merupakan gejala ISPA sebelum dilakukan intervensi sehingga peningkatan sebanyak 0%, namun hal ini menandakan bahwa diantara pertanyaan mengenai gejala ISPA saat pretest, responden hanya mengetahui batuk pilek adalah gejala ISPA dan kurang mengetahui bahwa gejala ISPA dapat meliputi gejala demam, tenggorokan dan telinga, yang kemudian pengetahuan responden mengalami peningkatan yang signifikan pada kuisioner post test mengenai gejala ISPA (Tabel 4.6).

Pada kuisioner bagian penularan dan faktor resiko ISPA, responden yang mengetahui bahwa ISPA dapat menular lewat percikan ludah (air droplet) meningkat dari 56,10% menjadi 100%. Di sini responden dihimbau agar tidak membuang ludah sembarangan saat terserang ISPA. Untuk pengetahuan mengenai faktor resiko yaitu asap rokok, debu dan jendela yang tertutup serta status gizi yang buruk mengalami peningkatan (Tabel 4.6), responden menjadi memiliki pengetahuan bahwa rumah yang tidak sehat, pemberian makanan yang tidak teratur dengan gizi yang tidak seimbang, merokok di sembarang tempat dapat menyebabkan terjadinya ISPA terutama pada balita. Pada kuisioner bagian pencegahan ISPA dan perawatan ISPA di rumah juga menunjukkan peningkatan pengetahuan (Tabel 4.6). 5.5 Perubahan perilaku pada responden

Perubahan perilaku mengenai cara mencuci tangan yang benar sebagai pencegahan ISPA, dimana para responden tidak mengetahui 7 langkah cara mencuci tangan yang benar dan setelah dilakukan demo mencuci tangan maka ibu memahami cara mencuci tangan yang benar dan memahami pentingnya mencuci tangan sebelum dan sesudah makan. Perubahan perilaku terlihat pada cara mengatasi demam pada balita sebesar 56,10%. Dimana atasi demam sebagai salah satu gejala ISPA yaitu dengan cara mengompres. Para responden diajari cara kompres demam yang benar yaitu dengan kompres air hangat sekitar suhu 40-500 C (suhu air hangat kuku), kompres diganti setiap 10-15 menit. Perubahan perilaku tentang cara membuang ingus yang benar sebesar 78,05%, dimana para responden memahami bahwa buang ingus yang benar adalah per satu sisi bergantian karena bila membuang ingus di kedua lubang hidung sekaligus maka aliran ingus akan dapat balik dan dapat menyebabkan sumbatan yang akhirnya menyebabkan infeksi telinga. Perubahan perilaku tentang cara batuk yang efektif dan benar, dimana responden mengetahui cara batuk yang efektif dan benar yakni dengan cara mengambil nafas dengan menggunakan pernafasan diafragma (meletakkan tangan tepat di ulu hati dan bernafas sampai dada terngkat dan perut mengempis) dan menahan nafas 2-3 detik kemudian batuk dengan pernafasan dada pendek dan kuat kemudian ulangi langkah tersebut 3-5 menit kemudian.

Perubahan perilaku tentang pembuatan larutan pereda batuk sebesar 68,29%. Responden mengetahui pembuatan larutan pereda batuk yaitu perasan jeruk nipis dicampur madu/kecap dengan perbandingan 1:1 diminum 3x/hari. Responden juga dihimbau bahwa larutan ini tidak diperbolehkan untuk balita 75 thn

< 1 THN8785

1-4 Thn3319314

5-9 Thn393389

10-14 Thn427419

15-19 tHN447451

20-24 tHN365395

25-29 tHN358402

30-34 tHN364419

35-39 tHN380431

40-44 tHN389440

45-49 thn385440

50-54 thn355198

55-59 yhn301311

60-64 thn219234

65-69 thn142179

70-74 thn102149

>75 thn99188

5132564410776