proposal proyek mini new
TRANSCRIPT
PROPOSAL
PENGARUH PEMBERIAN PAKAN KACANG TANAH
(Arachis hypogea) TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN
MENCIT (Mus musculus)
(Diajukan guna memenuhi salah satu tugas penelitian mata kuliah Fisiologi
Hewan)
Oleh
Kelompok 3
Rita Sulvianti (100210103006)
Martin Artiyono P (100210103014)
Akhmad Ferdiansyah (100210103026)
Merla Fitria A.S (100210103050)
Helen Widia (100210103087)
Assisten Pembimbing: Prawitha
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2013
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Maraknya kasus anemia yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari
hari di kalangan masyarakat namun secara khusus di derita oleh kalangan anak
muda (sekolah), Menurut WHO, anak usia sekolah dikatakan mengalami
anemia jika kadar hemoglobinnya di bawah 12g/dL. Anemia yang
berhubungan dengan masalah gizi utama di Indonesia adalah anemia defisiensi
besi. Anemia defisiensi besi terjadi apabila seseorang tidak memiliki zat besi
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuhnya (WHO, 2002).
Anemia defisiensi besi terutamanya menyebabkan gangguan fungsi
pembentukan hemoglobin yang merupakan alat transportasi oksigen ke
seluruh jaringan tubuh termasuk jaringan otak.Gangguan oksigenasi ke
jaringan otak menyebabkan penurunan kemampuan dan konsentrasi belajar
anak semasa pembelajaran. Produktivitas, tingkat kecerdasan, daya tangkap
terhadap pembelajaran dan semua aktivitas mereka akan terganggu dan
akhirnya akan berdampak kepada penurunan prestasi belajar. Anemia
defisiensi besi juga dapat menghambat pertumbuhan fisik dan perkembangan
kecerdasan otak, serta meningkatkan risiko menderita infeksi karena daya
tahan tubuh menurun (Suhardjo, 1985).
Di Indonesia, kasus anemia gizi sangat umum dan mudah dijumpai
pada semua kelompok umur baik laki-laki maupun perempuan. Ditinjau dari
segi kesehatan masyarakat anemia gizi terjadi karena kekurangan zat besi.
Anemia zat besi ini banyak diderita oleh wanita hamil, laki –laki dewasa,
pekerja penghasilan rendah, balita dan anak sekolah. Pada remaja putri,
anemia gizi besi dapat mengurangi kemampuan belajar, sehinggga dapat
menurunkan prestasi di sekolah. Dalam kondisi anemia, tubuh mudah terkena
infeksi. Keadaan ini tentunya dapat menghambat perkembangan kualitas
sumber daya manusia (Depkes ,1995).
Kasus anemia di Indonesia, sebagian besar disebabkan oleh rendahnya
asupan zat besi atau Fe dalam tubuh. Hal ini karena masyarakat Indonesia
khususnya wanita kurang mengkonsumsi sumber makanan hewani sebagai
salah satu sumber zat besi yang mudah diserap (heme iron). Sedangkan bahan
makanan nabati (non-heme iron) merupakan sumber zat besi yang tinggi tetapi
sulit diserap, sehingga dibutuhkan porsi yang besar untuk mencukupi
kebutuhan zat besi dalam seharinya. Anemia gizi karena kekurangan zat besi
masih merupakan masalah gizi utama yang banyak menimpa kelompok rawan
yaitu ibu hamil, anak balita, wanita usia subur (WUS) dan pekerja
berpenghasilan rendah.
Di tingkat nasional, prevalensi anemia masih cukup tinggi.
Berdasarkan survei kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 2005,
menunjukkan bahwa prevalensi anemia pada ibu hamil 50,9%, ibu nifas
45,1%, remaja putri usia 10-14 tahun 57,1% dan pada wanita usia subur
(WUS) usia 17-45 tahun sebesar 39,5%. Sedangkan di Jawa Timur
berdasarkan kajian data anemia tahun 2002, ditemukan 16% wanita usia subur
menderita anemia, sedangkan untuk remaja putri dan calon pengantin
ditemukan masing-masing 80,2% dan 91,5% menderita anemia (Dinkes Prop.
Jatim, 2002)
Zat besi banyak dijumpai pada bermacam-macam sayur-sayuran dan
biji-bijian seperti bayam dan kacang kacangan. Kacang kacangan seperti:
kacang tanah, kacang hijau dan kacang kedelai merupakan jenis kacang yang
mudah diolah. 100 gram kacang kedelai mengandung 381 kkal energi, dan 10
mg zat besi. Sedangkan kacang hijau mengandung 323 kkal energi dan 5-7,5
miligram zat besi per 100 gram.
Dari maraknya penyakit animia yang disebabkan oleh kekurangan gizi
berupa zat besi dan adanya kandungan zat besi kacang-kacangan terutama
kacang tanah, maka kita melakukan penelitian tentang bagaiaman cara
meningkatkan kadar hemoglobin dalam darah salah satunya adalah “Pengaruh
Pemberian Pakan Kacang Tanah (Arachis Hypogea) Terhadap Kadar
Hemoglobin Mencit (Mus Musculus)” ini.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang permasalahan di atas, maka dapat dikemukakan
masalah-masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh pemberian pakan kacang (Arachis hypogea) terhadap
kadar hemoglobin mencit?
2. Pada jenis makanan apakah yang menyebabkan kadar hemoglobin lebih
tinggi?
1.3 Batasan Masalah
Untuk mempermudah pembahasan dan mengurangi kerancuan
menafsirkan masalah maka permasalahan yang dibahas dibatasi dalam:
a. Sampel yang digunakan adalah mencit (Mus musculus) berjenis kelamin
jantan.
b. Mencit (Mus musculus) digunakan berumur 2-3 bulan dengan berat badan
antara 25-30 gram.
c. Jenis pakan yang diberikan dalam perlakuan di batasi sebanyak 10 gr
d. Pakan yang diberikan pada perlakuan pertama menggunakan pelet 10 gr,
pakan yang diberikan pada perlakuan kedua yaitu campuran kacang dan pelet
yang masing- masing 5 gr, dan pakan yang diberikan pada perlakuan ketiga
yaitu kacang 10 gr.
e. Pengukuran kadar hemoglobin menggunakan haemometer.
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah penelitian ini bertujuan untuk :
1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pemberian pakan kacang
(Arachis hypogea ) terhadap kadar hemoglobin mencit?
2. Untuk mengetahui jenis makanan apakah yang menyebabkan kadar
hemoglobin lebih tinggi?
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah :
a. Bagi peneliti, dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam bidang
Biologi khususnya mengenai fisiologi hewan.
b. Bagi masyarakat, dapat memberikan informasi bahwa kacang tanah (Arachis
Hypogea) dapat digunakan sebagai makanan untuk meningkatkan kadar
hemoglobin darah.
c. Bagi peneliti lain yang sama bidangnya dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Hemoglobin
Hemoglobin (kependekan: Hb) merupakan molekul protin di dalam
sel darah merah yang bergabung dengan oksigen dan karbon dioksida untuk
diangkut melalui sistem peredaran darah ke jaringa-jaringan dalam badan. ion
besi dalam bentuk Fe+2 dalam hemoglobin memberikan warna merah pada
darah. Dalam keadaan normal 100 ml darah mengandungi 15 gram
hemoglobin yang mampu mengangkut 0.03 gram oksigen.Terdapat beberapa
cara bagi mengukur kandungan hemoglobin dalam darah, kebanyakannya
dilakukan secara automatik oleh mesin yang direka khusus untuk membuat
beberapa ujian terhadap darah. Di dalam mesin ini, sel darah merah
diceraikan untuk mengasingkan hemoglobin dalam bentuk larutan.
Hemoglobin yang terbebas ini dicampur dengan bahan kimia yang
mengandungi cyanide yang mengikat kuat dengan molekul hemoglobin untuk
membentuk cyanmethemoglobin. Dengan menyinarkan cahaya melalui
larutan cyanmethemoglobin dan mengukur jumlah cahaya yang diserap
(khususnya bagi gelombang antara 540 nanometer), jumlah hemoglobin dapat
ditentukan (Tim Dosen, 2010).
Kadar Hemoglobin biasanya ditentukan sebagai jumlah hemoglobin
dalam gram (gm) bagi setiap dekaliter (100 mililiter). Kadar hemoglobin
normal bergantung kepada usia, awal remaja, dan jantina seseorang itu.Kadar
normal adalah :
1. Baru lahir : 17-22 gm/dl
2. Usia seminggu : 15-20 gm/dl
3. Usia sebulan : 11-15gm/dl
4. Kanak-kanak: 11-13 gm/dl
5. Lelaki dewasa: 14-18 gm/dl
6. Wanita dewasa: 12-16 gm/dl
7. Lelaki separuh usia: 12.4-14.9 gm/dl
8. Wanita separuh usia: 11.7-13.8 gm/dl (Rahardja, 2006).
Penentuan kadar hemoglobin dilakukan dengan cara mengisikan HCL
0,1 N terlebih dahulu ke dalam tabung hemoglobin sampai skala 2. Kemudian
mengisap darah tetesan yang telah disiapkan dengan pipet Hb sampai skala
20. Menghapus darah yang terdapat di ujung pipet dan dengan cepat
menghembuskan darah ke dalam tabung hemometer. Mengusahakan semua
darah dalam pipet masuk ke semua tabung. Kemuadian mendiamkan selama 1
menit. Lalu mengencerkan dengan aquadest setetes demi setetes sambil
menyesuaikan dengan warna larutan standar yang terdapat dalam blok
komparator. Menghentikan pengenceran apabila warna larutan darah telah
sama dengan warna larutan standar. Menghitung kadar hemoglobin darah
dengan cara membaca tinggi dan angka larutan darah pada tabung hemometer
(Rahardja, 2006).
Kadar hemoglobin yang rendah merupakan satu keadaan yang
dikenali sebagai anemik. Terdapat beberapa sebab berlakunya anemia. Sebab
utama biasanya kehilangan darah (kecederaan teruk, pembedahan,
pendarahan kanser kolon), kekurangan vitamin (besi, vitamin B12, folate),
masalah sum-sum tulang (penggantian sum-sum tulang oleh barah,
pemendaman oleh rawatan dadah chemotherapy, kegagalan buah pinggang
(ginjal), dan hemoglobin tidak normal (anemia sel sabit). Kadar hemoglobin
yang tinggi pula terdapat dikalangan mereka yang tinggal di kawasan tanah
tinggi dan perokok. Pendehidratan menghasilkan kadar hemoglobin tinggi
palsu yang hilang apabila kandungan air bertambah. Sebab lain adalah
penyakit paru-paru, sesetengah ketumbuhan, masalah sum-sum yang dikenali
sebagai polycythemia rubra vera, dan penyalah gunaan hormon
erythropoietin (Epogen) oleh ahli sukan bagi tujuan meningkatkan prestasi
dalam acara sukan masing-masing (Prawirohartono, 1996).
2.2 Struktur
Molekul Hemoglobin manusia terbina daripada empat subunit protein
berbentuk globul (iaitu hampir berbentuk sfera). Oleh sebab satu subunit dapat
membawa satu molekul oksigen, maka secara efektifnya setiap molekul
hemoglobin dapat membawa empat molekul oksigen. Setiap subunit pula
terdiri daripada satu rantai polipeptida yang mengikat kuat sebuah molekul
lain, dipanggil heme.Struktur heme adalah lebih kurang sama dengan klorofil.
Ia terdiri daripada satu molekul bukan protein berbentuk cincin yang dinamai
porphyrin, dan satu atom besi (Fe) yang terletak di tengah-tengah molekul
porphyrin tadi. Di sinilah oksigen akan diikat semasa darah melalui peparu.
(Anonim, 2010).
Terdapat dua keadaan pengoksidaan atom Fe yaitu +2 dan +3 (ion Fe2+
dan Fe3+ masingmasing). Hemoglobin dalam keadan normal membawa ion
Fe2+, tetapi adakalanya ion ini dioksidakan kepada Fe3+. Hemoglobin yang
membawa ion Fe3+ dipanggil methemoglobin. Methemoglobin tidak mampu
mengikat oksigen, jadi ion Fe3+ ini perlu diturunkan kepada Fe2+. Proses ini
memerlukan NADH, iaitu sebuah koenzim pembawa hidrogen, dan dimangkin
oleh enzim NADH cytochrome b5 reductase.Terdapat beberapa jenis
hemoglobin. Dalam darah manusia dewasa, hemoglobin yang paling banyak
ialah hemoglobin A (HbA), yang terdiri daripada dua subunit α dan dua subunit
β. Konfigurasi ini dinamai α2β2. Setiap subunit terdiri daripada 141 dan 146
molekul asid amino masing-masing.Oksihemoglobin terbentuk apabila molekul
oksigen diikat kepada hemoglobin. Proses ini berlaku di kapilari darah di
dalam peparu. Oksihemogloin berwarna merah terang. Setelah oksigen
digunakan oleh tubuh, hemoglobin dipanggil deoksihemoglobin. Ia berwarna
merah gelap. (Rusdi, 2004)
2.3 Fungsi hemoglobin
Hemoglobin berfungsi sebagai pengikat oksigen. Pada sebagian hewan
tak bertulang belakang atau invertebrata yang berukuran kecil, oksigen
langsung meresap ke dalam plasma darah karena protein pembawa oksigennya
terlarut secara bebas. Hemoglobin merupakan protein pengangkut oksigen
paling efektif dan terdapat pada hewan-hewan bertulang belakang atau
vertebrata. Hemosianin, yang berwarna biru, mengandung tembaga, dan
digunakan oleh hewan crustaceae. Cumi-cumi menggunakan vanadium
kromagen (berwarna hijau muda, biru, atau kuning oranye). Hemoglobin
adalah suatu zat yang memberikan warna merah sel darah merah. Hemoglobin
terdiri dari 4 molekul zat besi (heme), 2 molekul rantai globin alpha dan 2
molekul rantai globin beta. Rantai globin alpha dan beta adalah protein yang
produksinya disandi oleh gen globin alpha dan beta. (Rahardja, 2006)
2.4 Kandung di dalam kacang tanah
Kacang tanah berasal dari Brasilia yang
diduga masuk ke Indonesia pada pertengahan
abad ke-16 yang konon memiliki beberapa nama
antara lain kacang brudul (Jawa), kacang cina
dan kacang brol. Pola tanam kacang tanah sudah
tersebar di seluruh penjuru dunia dengan total luas panen ±21 juta hektar,
dimana produktivitas rata-ratanya 1,1 ton/hektar polong kering. Adapun di
Asia ternyata Indonesia menempati urutan ketiga terbesar menurut luas
arealnya 650.000 hektar setelah India 9 juta hektar dan Cina 2,2 juta hektar,
sedangkan di dunia merupakan urutan ketujuh sebagai produsen kacang tanah
terbesar setelah India, Cina, Amerika Serikat, Senegal, Nigeria dan Brazil (Tan,
2002).
Namun demikian yang memprihatinkan kita adalah produktivitas
kacang tanah Indonesia yang masih sangat rendah yaitu sekitar 1 ton per
hektar, dimana tingkat produktivitas yang dicapai baru setengahnya dari
potensi hasil riil apabila dibandingkan dengan Amerika Serikat dan Cina yang
sudah mencapai lebih dari 2 ton per hektar. Hal tersebut bukan semata-mata
disebabkan oleh perbedaan teknologi produksi, namun juga karena adanya
pengaruh faktor-faktor lain seperti karakter agroklimat, umur panen, intensitas
dan jenis hama penyakit, cara usaha taninya serta varietas yang ditanam. Survei
membuktikan bahwa potensi biologis tertinggi tingkat produktivitas kacang
tanah yang pernah dicapai oleh Indonesia antara 3,0 – 4,5 ton per hektar
(Indrasti, 2003).
Komposisi kimia kacang tanah kacang tanah kaya dengan lemak,
mengandung protein yang tinggi, zat besi, vitamin E dan kalsium, vitamin B
kompleks, zat besi dan fosforus, vitamin A dan K, lesitin, kolin dan kalsium.
Kandungan protein dalam kacang tanah adalah jauh lebih tinggi dari daging,
telur dan kacang soya. Mengkonsumsi satu ons kacang tanah lima kali
seminggu dilaporkan dapat mencegah penyakit jantung. Kacang tanah
mengandung omega 3 yang merupakan lemak tak jenuh ganda dan omega 9
yang merupakan lemak tak jenuh tunggal. Dalam 100 gram kacang tanah
terdapat 5,7 miligram. Dalam 1 ons kacang tanah terdapat 18 gram omega 3
dan 17 gram omega 9 (Tan, 2002). Kacang tanah sebagai salah satu komoditi
tanaman pangan memiliki nilai gizi yang tinggi dan lezat rasanya. Kacang
tanah dapat digunakan sebagai bahan pangan, makanan ternak dan bahan
minyak goreng. Selain itu, kacang tanah dapat diolah menjadi peanut butter.
Sebagai bahan pangan, kacang tanah mempunyai senyawa-senyawa tertentu
yang sangat dibutuhkan organ-organ tubuh untuk kelangsungan hidup,
terutama kandungan protein, karbohidrat dan lemak (Ersam, 2001). Polong
kacang tanah yang sudah matang (cukup tua) mempunyai ukuran panjang 1,25
– 7,50 cm berbentuk silinder.
Komposisi kacang tanah dipengaruhi oleh varietas, lokasi geografis dan
kondisi pertumbuhan. Umumnya kacang tanah mengandung 20,0 – 30,0%
protein, kandungan lemak antara 40,0 – 50,0%. Kacang tanah juga merupakan
sumber serat dan mineral yang baik. Kandungan mineral antara 2,0 – 5,0%
bervariasi menurut tipe dan varietas kacang tanah. Kacang tanah juga kaya
akan kalsium, besi dan vitamin larut air seperti thiamine, riboflavin dan asam
nikotin (Heyne, 1987). Untuk memperoleh mutu yang baik kacang tanah harus
disimpan dengan kadar air 12 – 13%. Penyimpanan yang tidak sesuai akan
menghasilkan biji kacang tanah yang mutunya menurun akibat pertumbuhan
kapang Aspergillus flavus, kadar air tinggi, atau keberadaan insekta. Kacang
tanah yang terkontaminasi dengan aflatoksin akan mempengaruhi hasil olahan
(Syamsuhidayat, 1991).
2.3. Mencit
Mencit (Mus musculus) merupakan hewan yang masuk dalam familia
dari kelompok mamalia (hewan menyusui). Para ahli zoology (Ilmu hewan),
setelah melakukan penelitian dan pengamatan yang memakan waktu yang
lama dan pemikiran yang berat sepakat untuk menggolongkan hewan ini ke
dalam ordo rodensia (hewanpengerat), sub ordo Mymorpha, famili Muridae,
dan sub famili Murinae (Sutejo, 2006).
Untuk lebih jelasnya Mencit (Mus musculus) dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Sub filum : Vertebrata
Class : Mamalia
Sub class : Theria
Ordo : Rodentia
Sub ordo : Myomorpha
Famili : Muridae
Sub family : Murinae
Genus : Mus
Species : Mus musculus (Smith, 1988)
Pada beberapa jenis ternak yang hidup didaerah berikilim subtropics,
siklus birahi (astrus) hanya terjadi selama musim kawin dan peride bukan
musim kawin ternak betina dalam keadaan enastrus (tidak birahi). Pada
sejumlah mamalia, proses reproduksi terjadi selama satu periode terbatas
dalam setahun, seperti pada sebagian besar hewan menyusui. Estrus adalah
keadaan fisiologi hewan betina yang siap menerima perkawinan dengan
jantan. Siklus birahi dibagi dua fase fasu luteal dan fase folikel Pada fase
luteal dan fase folikel. Pada fase luteal dicirikan oleh aktifnya korpus luteum
yang mensekresikan progesterone pada level yang tinggi sedangkan LH dan
FSH rendah. Pada fase folikel diawali pada saat corpus luteum lisis, kadar
progerteron menurun dan pertumbuhan folikel mulai aktif dan ,mensekresikan
secara bertahap estrogen sesuai dengan perkembangan populasi folikel.
Peningkatan estrogen akan menimbulkan terjadinya tingkahlaku birahi dan
control umpan balik positif terhadap hipotalamus dan hipofisia yang
berdampak meningkatkan pulsaliti LH dan kadar FSH sampai terjadi evolusi
(Sutejo, 2006).
Mencit yang telah dewasa dan siap dikawinkan mempunyai bobot
jantan 28 gram, betina 20-25 gram. Kebuntingan antara 17-22 hari, rata-rata
21 hari Mencit termasuk hewan polioestrus, siklusnya berlangsung setiap 4-5
hari sekali, lamanya birahi antara 9-20 jam, estrus terjadi 20-40 jam setelah
partus. Penyapihan dapat menginduksi estrus dalam 2-4 hari. Cara
perkawinan mencit berdasarkan rasio jantan dan betina dibedakan atas
monogamus, triogamus dan harem. Sistem Monogamus terdiri dari satu
jantan dan satu betina, triogamus terdiri dari satu jantan dan dua betina dan
harem satu jantan lebih dari tiga betina dalam satu kandang (Smith, 1988).
Pada mencit (Mus musculus) menghasilkan jumlah anak yang cukup
banyak sekitar 5-10 lebih/ekor dalam satu melahirkan. Pada kelahiran ternak
diawali dengan dengsan peningkatan yang drastis dalam sekresi/kortisol dari
kortek adrenal dimana cortiso fetus bekerja untuk meningkatkan konfersi
progesteron sehingga menghasilkan besarnya nisbah pada estrogen terhadap
progesterone pada darah induk, sehingga pada saat melahirkan akan
menghasilkan jumlah anak yang cukup banyak (Smith, 1988).
Mencit banyak diternakan untuk tujuan komersil dan keperluan
penelitian, selain itu beberapa mencit juga di kembang biakan sebagai hewan
peliharaan, pakan reptil dan keperluan praktikum.
BAB 3. METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian eksperimental
laboratoris.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilakukan di Laboratorium Pendidikan Biologi FKIP
universitas Jember. Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2012.
3.3 Identifikasi Variabel Penelitian
3.3.1 Variabel Bebas
Variabel bebas pada penelitian ini adalah berbagai berbagai berat kacang
tanah (Arachis hypogea) yang diinduksikan pada mencit (Mus musculus) strain
Balb-C.
Perlakuan 1: pemberian pakan berupa 10 g pelet.
Perlakuan 2: pemberian pakan berupa 5 g pelet, dan 5 g kacang tanah.
Perlakuan 3: pemberian pakan berupa 10 g kacang tanah
3.3.2 Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kadar hemoglobin (Hb) mencit
(Mus musculus) strain Balb-C.
3.3.3 Variabel Kontrol
Variabel kontrol meliputi :
a. Jenis hewan coba adalah mencit (Mus musculus) sehat strain
Balb-C berjenis kelamin jantan.
b. Berumur 2-3 bulan dengan berat badan antara 25-30 gram.
c. Jenis minuman mencit dari air yang sama.
3.4 Definisi Operasional
Pakan kacang tanah adalah pakan yang berupa kacang tanah (Arachis
hypogea) yang telah ditimbang beratnya dan diberikan setiap hari sekali pada
mencit (Mus musculus).
3.5 Jumlah dan Kriteria Sampel
3.5.1 Jumlah Sample
Jumlah sampel hewan coba yang digunakan dalam penelitian ini adalah
mencit (Mus musculus) strain Balb-C sebanyak 3 ekor.
3.5.2 Kriteria Sampel
Mencit (Mus musculus) sehat strain Balb-C berjenis kelamin jantan.
Berumur 2-3 bulan dengan berat badan antara 25-30 gram.
3.6 Alat dan Bahan Penelitian
3.6.1 Alat Penelitian
Kandang tikus, timbangan, botol minum mencit, gelas ukur, plastik,
haemometer, pipet, jarum, papan seksi dan alat seksi.
3.6.2 Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus jantan, pakan
pelet /sintetik tikus, air, kacang tanah, dan HCl 0,1.
3.7 Prosedur Penelitian
3.7.1 Persiapan
a. Aklimasi
Hewan uji diaklimasikan selama 1 hari dengan diberi pakan sintetik tanpa
campuran dan air minum dalam kondisi laboratorik.
b. Pemeliharaan dan perawatan hewan coba
Pemeliharaan dan perawatan hewan coba dilakukan di Laboratorium
Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan Universitas Jember.
Pemeliharaan dan perawatan ini bertujuan untuk menjaga kesehatan hewan coba
selama penelitian. Hewan coba diletakkan di dalam kandang. Makanan sintetik
(merk Turbo 521v produksi PT Central Proteinprima.Tbk) diberikan dalam bentuk
pelet, dan minuman diberikan secara ad libitum supaya minuman tidak
terkontaminasi feses atau sekam tikus pada alas kandang. Komposisi makanan
sintetik (merk Turbo 521v produksi PT Central Proteinprima.Tbk) sebagai
berikut:
Protein 21 %
Serat 4 %
Lemak 4 %
Air 14 %
Abu 6,5 %
Kalsium 0,9 – 1,1 %
Fosfor 0,7 – 0,9 %
3.7.2 Penimbangan berat berbagai jenis pakan
Kacang tanah ditimbang sesui dengan perlakuan berikut:
a. Perlakuan 1 (kontrol): pemberian pakan berupa 10 g pelet.
b. Perlakuan 2 (K1): pemberian pakan berupa 5 g pelet, dan 5 g
kacang tanah.
c. Perlakuan 3 (K2): pemberian pakan berupa 10 g kacang tanah
Kemudian pakan di timbang masin-masing sebanyak 7 kali untuk setiap
perlakuan yang akan diberikan setiap hari sekali selama 7 hari.
3.7.3 Perlakuan
Setelah masa aklimasi, 3 ekor mencit dipisah kedalam 3 kandang, dimana
pada setiap kandang berisi satu mencit dengan satu perlakuan, sehingga ada 3
perlakuan yaitu:
a. Perlakuan 1 (Kontrol): pemberian pakan berupa 10 g pelet dan air minum.
b. Perlakuan 2 (K1): pemberian pakan berupa 5 g pelet, dan 5 g kacang tanah
dan air minum.
c. Perlakuan 3 (K2): pemberian pakan berupa 10 g kacang tanah dan air
minum.
Pemberian pakan sesuai dengan perlakuan setiap hari sekali pada pukul
15.00 WIB. Pakan diletakkan pada wadah yang telah disediakan. Pakan diganti
setiap hari dengan selalu menimbang sisa pakan yang tidak termakan oleh mencit.
Pemberian pakan dilakukan selama 1 minggu (7 hari). Pada hari ke 7 mencit
diseksio dan diambil darahnya.
3.7.4 Pembiusan
Pembiusan dengan menggunakan eter selama 1 menit sampai mencit tidak
bergerak lagi ditandai dengan anggota badan tidak bergerak sama sekali atau
lemas.
3.7.5 Pengambilan Serum Darah
Pengambilan sampel darah dilakukan dari jantung. Pertama-tama
mencit dibedah dan ditusuk pada bagian jantung. Darah diambil dengan alat
haemometer dan dihisap sampai angka 20, kemudian darah yang dihisap tadi
dimasukan tabung pengencer yang telah diisi 0,1 nHCl sampai angka 2. Darah
didiamkan 1 sampai 3 menit. Untuk 1 mencit dilakukan pengambilan darah
sebanyak 3 kali.
3.7.6 Analisis Kadar hemoglobin
Untuk mengetahui kadar Hb, setelah didiamkan selama 1-3 menit sampel
darah pada tabung haemometer ditetesi dengan aquades setetes demi setetes dan
diaduk dengan batang pengaduk sampai warnaya sesui dengan setandart. Kadar
Hb pada tabung pengencer haemometer yang terletak sesuai dengan tinggi
permukaan larutan darah tesebut. Melakuakn uji kadar Hb sebanyak 3 kali untuk
satu mencit.
3.9. Alur Penelitian
BAB 4. HASIL PENGAMATAN
4.1 Tabel Sisa Makanan
Hari
Ke-
Jenis makanan
Kacang (K2)
(gram)
Kacang-pelet (K1)
(gram)
Pelet (Kontrol)
(gram)
0 (Habis) 1,8 7,8
1 4,6 3,8 (Habis)
2 2,1 4,4 (Habis)
3 2,3 4,4 (Habis)
4 0,6 5,2 (Habis)
5 6 4,1 (Habis)
6 5,9 3,5 (Habis)
Total 21,5 25,5 0
Rata-rata3,583333 4,233333 0
4.2 kadar Hemoglobin (Hb)
Jenis mencit Massa awal
(gram)
Massa akhir
(gram)
Kadar Hb
(3 kali pengulangan)
Mencit 1 (K2) 23 29,5 1. 15
2. 9
3. 10,8
= 11,6
Mencit 2 (K1) 22,5 22,5 1. 8,4
2. 8
3. 8,7
= 8,367
Mencit 3
(Kontrol)
30,6 28,5 1. 10,2
2. 12,8
3. 10,2
= 11,067
Keterangan :
Mencit 1 = diberi perlakuan memakan kacang (K2)
Mencit 2 = diberi perlakuan memakan kacang-pelet (K1)
Mencit 3 = diberi perlakuan memakan pellet (Kontrol)
Grafik kadar hemoglobin pada setiap perlakuan (3 kali pengulangan)
BAB 5. PEMBAHASAN
Percobaan ini bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian pakan kacang
tanah (Arachis hypogea) terhadap kadar hemoglobin mencit (Mus musculus).
Penggunan kacabg tanah sebagai bahan uji kerena pada 100 g kacang tanah
terdapat ± 5 mg zat besi, diketahui zat besi adalah penyusun utama hemoglobin.
Adanya keterkaitan antara jumlah zat besi dalam tubuh dan kadar Hb dalam darah
dapat menjadi indikator seseorang mengalami anemia atau tidak.
Penentuan kadar hemoglobin dilakukan dengan cara mengisikan HCL 0,1
N terlebih dahulu ke dalam tabung hemoglobin sampai skala 2. Kemudian
mengisap darah tetesan yang telah disiapkan dengan pipet Hb sampai skala 20.
Menghapus darah yang terdapat di ujung pipet dan dengan cepat menghembuskan
darah ke dalam tabung hemometer. Mengusahakan semua darah dalam pipet
masuk ke semua tabung. Kemuadian mendiamkan selama 1-3 menit. Lalu
mengencerkan dengan aquadest setetes demi setetes sambil menyesuaikan dengan
warna larutan standar yang terdapat dalam blok komparator. Menghentikan
pengenceran apabila warna larutan darah telah sama dengan warna larutan
standar. Menghitung kadar hemoglobin darah dengan cara membaca tinggi dan
angka larutan darah pada tabung hemometer.
Darah yang diambil adalah darah segar dari hewan uji sebnyak 3 kali
sebagai ulangan. Sebelumnya hewan uji diberi perlakuan yang berbeda untuk
mengetahui pengaruh makanan tertentu terhadap kadar Hb. Hewan uji dibagi
menjadi 3 sebanyak jumlah perlakuan yaitu sebanyak 3 perlakuan. Semuan hewan
uji di aklamasikan dan diadaptasikan pada lingkungan lab selama 1 hari (24 jam).
Hewan uji pertama diberikan perlakuan kontrol dengan pemberian pakan berupa
pelet sebanyak 10 g selama 1 minggu. Hewan uji ke 2 diberi perlakuan 2 (K1)
dengan pemberian pakan berupa 5 g kacang tanah dan 5 g pelet selama 1 minggu.
Hewan uji ke 3 diberi perlakuan 3 (K2) dengan pemberian pakan berupa 10 g
kacang berupa 10 g selama 1 minggu. Semua sisa makanan ditimbang untuk
mengetahui jumlah makanan yang terkonsumsi keseluruhan.
Berdasarkan hasil pengamatan berat sisa makanan pada hari ke 0 adalah
sebagai berikut:
Kacang (K2)
(gram)
Kacang-pelet (K1)
(gram)
Pelet (Kontrol)
(gram)
(Habis) 1,8 7,8
Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa jumlah konsumsi pelet pada saat
aklamasi dan adaptasi (hari ke 0) berbeda-beda. Pengamatan selanjunya adalah
sisa makanan pada saat perlakuan. jumlah konsumsi berupa pelet pada perlakuan
kontrol, selama 1 minggu semua pelet termakan habis (70 g) dengan sisa makanan
0 dengan konsumsinya sekitar 10 gram pelet per hari. Jumlah konsumsi pada
hewan uji 2 (K1) selama satu minggu adalah 44,5 gram dengan sisa makanan 25,5
g dengan konsumsi sekitar 6,35714 g per hari . Jumlah konsumsi pada hewan uji
3 (K2) selama satu minggu adalah 48,5 gram dengan sisa makanan 21,5 g dengan
konsumsi sekitar 6,928 g per hari.
Adanya sisa jumlah makanan ini menunjukan bahwa tingkat konsumsi
pada masing-masing mencit perlakuan berbeda-beda. Perbedaan jumlah makanan
yang dimakan dipengaruhi beberpa faktor diantaranya kemungkinan pada proses
aklamasi dan adaptasi mencit, mencit masih mengalami jad-lag karena seharusnya
adaptasi dan aklamasi yang baik untuk hewan pecobaan adalah 1 minggu.
Keadaan jad-lag pada hewan uji dapat menyebabkan tidak terkontrolnya hasil uji
karena hewan dalam keadaan stres sehingga pola makan dan pola tingkah lakunya
sudah jelas akan berbeda. Keadaan jad-lag ini juga bukan disebabkan karena
lama aklamsi dan adaptasi tetapi hal ini juga disebabkan adanya makanan baru,
yaitu kacang tanah yang pada mulanya makanannya adalah pelet, sehingga ada
dua alternatif pada percobaan ini yaitu memperpanjang waktu uji atau dapat
dilakukan dengan pemberian ekstrak kacang tanah selama 1 minggu berturut-turut
sehingga tidak ada kacang tanah yang tersisa. Perbedaan jumlah dan pola
konsumsi mencit pastilah nanti akan berpengaruh pada metabolisme mencit itu
sendiri.
Pada hasil uji kadar hemoglobin darah mencit adalah dapat dilihat pada
grafik berikut:
Berdasarkan grafik tersebut pada uji kadar Hb pada K2 (pemberian pakan
kacang tanah) terlihat pada ulangan pertama jumlah kadar Hb-nya adalah 15%
dalam darah mencit. K1 (pemberian pakan kacang tanah dan pelet) memiliki
kadar Hb 8,4% dalam darah mencit. Kontrol (pemberian pakan dengan pelet)
memiliki kadar Hb 10,2% dalam darah mencit. Ulangan ke-2 pada hewan K2
jumlah kadar Hb-nya adalah 9% dalam darah mencit. K1 (pemberian pakan
kacang tanah dan pelet) memiliki kadar Hb 8% dalam darah mencit. Kontrol
(pemberian pakan dengan pelet) memiliki kadar Hb 12,8% dalam darah mencit.
Ulangan ke-3 pada hewan K2 jumlah kadar Hb-nya adalah 10,8% dalam darah
mencit. K1 (pemberian pakan kacang tanah dan pelet) memiliki kadar Hb 8,7%
dalam darah mencit. Kontrol (pemberian pakan dengan pelet) memiliki kadar Hb
10,2% dalam darah mencit.
Rata-rata dari ketiga perlakuan tersebut yaitu;
1. Rata-rata perlakuan K2 (pakan berupa kacang tanah) memiliki kadar
Hb 11,6%.
2. Rata-rata perlakuan K1 (pakan berupa pelet dan kacang tanah)
memiliki kadar Hb 8,367%
3. Rata-rata perlakuan Kontrol (pakan berupa pelet) memiliki kadar Hb
11,067%
Dari hasil tersebut menujukan 2 hal yaitu pemberian pakan kacang tanah
dapat meningkatkan kadar Hb mencit, jika dibandingkan dengan kontrol, K2
memiliki kadar Hb yang lebih tinggi yaitu sekitar 0,533% dari kontrol. Seperti
yang disebutkan bahwa kacang tanah memiliki kandungan zat besi sebanyak ± 5
mg dalam 100 gr kacang tanah. Jika dikaitkan dengan jumlah konsumsi pada K1
adalah 48,5, bererti menujukan konsumsi zat besi dalam 1 minggu adalah sekitar
2-2,5 mg. Hal tersebut dapat menjadi indikasi bahwa konsumsi zat besi sekitar 2-
2,5 mg dapat meningkatkan kadar Hb sekitar 0,5%. Pada rata-rata K1 (kacang
tanah dan pelet) menunjukan penurunan kadar Hb jika dibandingkan denga
kontrol yaitu sekitar 2,7%. Sampai saat ini belum diketahui secara pasti kenapa
terjadi penurunan kadar Hb dalam darah mencit dengan perlakuan pemberian
pakan 5 g pelet dan 5 g kacang tanah. Ada kemungkinan hal tersebut diakibat kan
jumlah makanan yang terkonsumsi, jika dibandingakan dengan K2 don kontrol
jumlah makanan yang terkonsumsi K1 lebih sedikit yaitu pada kontrol pakan yang
terkonsumsi adalah 70g (semua) namun makanan yang habis ini kebanyakan
karena makanan tumpah pada sekam sehingga meskipun ada sisa sangat sulit
menentukan sisa untuk ditimbang karena sudah bercampur dengan sekam dan
sudah tidak dapat dibedakan antara sekam dengan pelet, K2 makanan yang
terkonsumsi adalah 48,5 g, sedangkan pada K1 adalah 44,5 g. Perbedaan jumlah
makan ini kemungkinan dapat mempengaruhi kadar Hb dalam darah, karena pada
K1 penghitungan makanan sisa secara keseluruhan (kacang dan pelet) tidak
dihitung berapa jumlah pelet yang tersisa dan terkonsumsi serta berapa jumlah
kacang tanah yang terkonsumsi dan yang tersisa, sehingga jika hal ini diketahui
dapat diperkirakan mengapa terjadi penuruanan kadar Hb.
Dalam teori disebutkan bahwa kadar Hb mencit dewasa adalah sekitar 13-
16%, namun pada hasil pengamatan hanya pada K2 diulangan ke 1 kadar Hb
mencit sampai 15% sedang yang lainya tidak mencapai 13%. Perbedaan hasil ini
dengan teori dapat disebabkan beberpa faktor yaitu; kurang telitinya saat
pembacaan alat ukur yang tersedia, selain itu kurang cermatnya saat melihat
warna darah uji dengan larutan pada haemometer ketika ditetesi dengan air.
Dalam hasil yang ada pemberian paka kacang tanah dapat meningkatkan
kadar Hb, dimana kadar hemoglobin yang rendah merupakan satu keadaan yang
dikenali sebagai anemia. Terdapat beberapa sebab berlakunya anemia. Sebab
utama biasanya kehilangan darah (kecederaan teruk, pembedahan, pendarahan
kanser kolon), kekurangan vitamin (besi, vitamin B12, folate), masalah sum-sum
tulang (penggantian sum-sum tulang oleh darah, pemendaman oleh rawatan dadah
chemotherapy, kegagalan buah pinggang (ginjal), dan hemoglobin tidak normal
(anemia sel sabit). Kadar hemoglobin yang tinggi pula terdapat dikalangan mereka
yang tinggal di kawasan tanah tinggi dan perokok. Pendehidratan menghasilkan
kadar hemoglobin tinggi palsu yang hilang apabila kandungan air bertambah.
Sebab lain adalah penyakit paru-paru, sesetengah ketumbuhan, masalah sum-sum
yang dikenali sebagai polycythemia rubra vera, dan penyalahgunaan hormon
erythropoietin (Epogen) oleh ahli sukan bagi tujuan meningkatkan prestasi dalam
acara sukan masing-masing.
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa:
1. Pemberian pakan kacang tanah (Phaseolus vulgaris) dapat meningkatkan
kadar Hb mencit. Rata-rata perlakuan pemberian pakan pada mencit
berupa kacang tanah memiliki kadar Hb yang paling tinggi yaitu sekitar
11,6%.
2. Jenis makanan yang sessuai dalam hasil pengamtan ini untuk
meningkatkan kadar Hb dalam darah adalah dengan pemberian pakan
kacang saja. Pemberian pakan berupa kacang dan pelet dapat menurunkan
kadar Hb.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka penulis dapat
memberikan saran sebagai berikut:
a. Diharapkan ada penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh pemberian kacang
tanah (Phaseolus vulgaris) terhadap peningkatan kadar hemoglobin serum
darah mencit
b. Mengingat hasil penelitian ini bahwa pemberian kacang tanah (Phaseolus
vulgaris) dapat bermanfaat dalam meningkatkan kadar hemoglobin, maka
perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang sama
terjadi juga pada jenis makanan lainya.
c. Perlunya penelitian mengenai zat-zat kimia yang terkandung di dalam kacang
tanah (Phaseolus vulgaris).
Daftar Pustaka
Anonim. 2010. Hemoglobin. Online:http:/// wikipedia. Org. wiki/Hemoglobin-html/ [Di akses pada tanggal 22 Desember]
Depkes RI, 1995, Tiga Belas Pesan Dasar Gizi Seimbangrogram Penanggulangan Anemia Gizi pada Wanita Usia Subur (WUS), Jakarta, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur, 2002, Jurnal Data dan Info 2001, Prevalensi Anemia Ibu Hamil di Jawa Timur dan Prevalensi WUS di 30 Kab/Kota Propinsi Jawa Timur), Surabaya
Ersam, T., 2001. Senyawa Kimia Makromolekul beberapa Tumbuhan Artocarpus Hutan Tropika Sumatera Barat. Bandung : Disertasi ITB.
Heyne, K., 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid II. Jakarta: Badan Litbang Kehutanan.
Indrasti. 2003. Kacang Tanah dan kasiatnya. http://www.indrastuti.blogspot.com. kacang_tanah_kasiatnya. [20 desember 2012]
Sudjaswadi, 2008 W & Sitanggang M. 2008. Tanaman Obat untuk Penyakit Jantung, Darah Tinggi, & Kolesterol. Edisi revisi. Jakarta: Agromedia Pustaka.
Prawirohartono, Selamet. 1996. Sains Biologi. Jakarta: Bumi ksara
Rusdi dan Bambang K.Karnoto . 2004. Biologi Dasar Untuk Umum. Jakarta: Erlangga
Rahardja, Tri . 2006 . Histologi Dasar . Jakarta: Erlangga
Smith, J. dan Mangkoewidjojo S. 1988. Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Jakarta : Universitas Indonesia Press.
Suhardjo, 1985, Pemberian Makanan Pada Bayi dan Anak, Karnisius, Yogyakarta,
Sutejo, I.R. 2006. Pengaruh Pemberian Minyak Goreng Bekas Pakai Terhadap Perubahan Sel-Sel Hati dan Kadar Kolesterol Serum Darah Mencit. Jember: UNEJ
Syamsuhidayat, S.S dan Hutapea, J.R, 1991. Inventaris Tanaman Obat Indonesia, edisi kedua. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Tan, T. H, dan Rahardja, K.2002. Obat-Obat Penting: Khasiat, Penggunaandan Efek Sampinnya. Edisi Kelima. Cet. 2. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Gramedia.
Tim Dosen . 2010 . Anatomi Fisiologi Manusia. Medan: Jurusan Biologi FMIPA UNIMED
WHO, 2002, Physical Status, The Use And Interpretation of Antropometri Report of a WHO Expret Committe, WHO, Genewa