bab iv hasil penelitian dan pembahasankc.umn.ac.id/10970/2/bab_iv.pdfsejumlah artikel yang peneliti...

100
91 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Subjek dan Objek Penelitian 4.1.1 Profil Grup Pengajian Al-Kayyis Peneliti menentukan grup pengajian sebagai sebuah pembanding apakah ada perbedaan di antara ibu-ibu yang masuk ke dalam kelompok pengajian atau tidak. Peneliti menentukan enam informan yang tergabung ke dalam jamaah grup Whatsapp pengajian Al-Kayyis. Bedasarkan keterangan ketua kelompok pengajian Al-Kayyis, Susi Sulistiana, kelompok pengajian yang dipilih oleh peneliti berdiri sejak tahun 2013. Pengajian Al-Kayyis juga berlokasi di rumah milik Susi. Alasan utama mendirikan pengajian ini yakni untuk tholabul ilmi atau menuntut ilmu sebagai kewajiban. Sebelumnya pengajian ini terdiri dari tetangga di sekitar rumah milik Susi, namun saat ini Susi membuka kelompok pengajiannya secara terbuka kepada orang-orang untuk datang dan menuntut ilmu. Guru pengajian yang Susi hadirkan merupakan pasangan suami istri yang juga tinggal di Kawasan BSD. Keduanya yakni Nurul Fazriyah dan Nahrowi, yang biasanya mengisi sesi pengajian dengan membaca Al-Quran dan fikih. Karena anggota pengajian Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

Upload: others

Post on 05-Feb-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

91

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Subjek dan Objek Penelitian

4.1.1 Profil Grup Pengajian Al-Kayyis

Peneliti menentukan grup pengajian sebagai sebuah pembanding

apakah ada perbedaan di antara ibu-ibu yang masuk ke dalam kelompok

pengajian atau tidak. Peneliti menentukan enam informan yang tergabung

ke dalam jamaah grup Whatsapp pengajian Al-Kayyis. Bedasarkan

keterangan ketua kelompok pengajian Al-Kayyis, Susi Sulistiana,

kelompok pengajian yang dipilih oleh peneliti berdiri sejak tahun 2013.

Pengajian Al-Kayyis juga berlokasi di rumah milik Susi. Alasan utama

mendirikan pengajian ini yakni untuk tholabul ilmi atau menuntut ilmu

sebagai kewajiban. Sebelumnya pengajian ini terdiri dari tetangga di sekitar

rumah milik Susi, namun saat ini Susi membuka kelompok pengajiannya

secara terbuka kepada orang-orang untuk datang dan menuntut ilmu.

Guru pengajian yang Susi hadirkan merupakan pasangan suami istri

yang juga tinggal di Kawasan BSD. Keduanya yakni Nurul Fazriyah dan

Nahrowi, yang biasanya mengisi sesi pengajian dengan membaca Al-Quran

dan fikih. Karena anggota pengajian

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

92

semakin banyak, Susi kemudian membuat grup Whatsapp untuk

memberikan kemudahan komunikasi dan informasi kepada jamaah ibu-ibu

lainnya sebagai tempat mendapatkan ilmu dan kajian Al-Quran. Dari 51

orang yang tergabung dalam grup Whatsapp, hanya kisaran 25 orang aktif

ikut kelompok pengajian yang selalu diadakan sekali seminggu pada hari

Rabu. Kebanyakan ibu-ibu yang termasuk dalam kelompok ini memiliki

jenjang usia 30 hingga 55 tahun.

Admin dari grup WhatsApp pengajian Al-Kayyis terdiri dari lima

orang termasuk Susi. Meski tidak seperti grup pengajian lainnya yang

terang-terangan menunjukan afiliasi dengan politik tertentu. Namun

beberapa anggota dalam grup WhatsApp pengajian Al-Kayyis, secara

gencar membagikan beberapa artikel hoaks dan disinformasi politik dalam

percakapan grup, hal itu diketahui menurut kesaksian beberapa infrorman

yang tergabung dalam grup pengajian Al-Kayyis.

Melihat penyebaran hoaks semakin gencar apalagi menjelang pemilu,

membuat Susi pada awal Januari lalu memberikan peraturan bagi para

anggota grup untuk bersifat tabbayun agar tidak menyebarkan fitnah dan

menjadikan grup pengajian semakin sehat. Hal itu dilakukan untuk

membatasi kepada anggota lain agar tidak asal menyebarkan hoaks dan

propaganda apalagi dalam grup pengajian. Namun perlu ditegaskan

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

93

sejumlah artikel yang peneliti pilih dari grup Al-Kayyis sebagai bahan

objek penelitian, diambil sebelum peraturan tersebut berlaku.

Melihat penemuan tersebut, peneliti akhirnya menetukan kelompok

pengajian tersebut mentuk menjadi sampel dan key informan peneliti. Di

samping itu, peneliti melihat bahwa anggota yang tergabung dalam

kelompok pengajian Al-Kayyis sesuai seperti yang diperlukan pada

penelitian, yakni kalangan ibu-ibu dengan jenjang usia 30 hingga 50 tahun

serta beragama muslim dan termasuk ke dalam kelompok pengajian.

4.1.2 Profil Informan

Subjek yang dipilih dalam penelitian ini ialah anggota yang termasuk

ke dalam kelompok pengajian Al-Kayyis dan tiga di antaranya tidak

termasuk ke dalam kelompok. Peneliti menggunakan teknik purposive

sampling untuk menentukan informan dan menggunakan metode wawancara

atau interview secara langsung pada narasumber sebagai pengumpulan data.

Beberapa ketentuan lainnya dipertimbangkan untuk menentukan narasumber

dipilih melalui beberapa hal. Salah satunya yakni perempuan berusia 30 – 55

tahun menggunakan jejaring Whatsapp sebagai komunikasi utama, kemudian

penentuan informan ini juga melibatkan apakah informan sebelumnya pernah

mendapatkan pesan atau artikel forward dari kerabat terdekat atau kelompok

tertentu, dan pernah membaca artikel hoaks. Peneliti mempertimbangkan

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

94

untuk mencari informan di luar grup pengajian manapun sebagai

perbandingan dalam peneltiian Informan yang terpilih dalam wawancara ini

di antaranya ialah;

1. Endang Triningsih

Usia : 52 tahun

Pendidikan Terakhir : D3 Sekretaris

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Selain memiliki kriteria yang sesuai sebagai informan penelitian,

alasan lain peneliti memilih Endang sebagai informan peneilitian

karena yang bersangkutan aktif masuk ke dalam berbagai grup

WhatsApp pengajian. Ia mengaku sudah bergabung dengan pengajian

Al-Kayyis sejak 2014 silam serta masuk ke dalam grup WhatsApp Al-

Kayyis hanya sebagai member. Selain itu, Endang juga menyatakan

hanya membaca informasi dari WhatsApp saja. Endang juga dipilih

karena orientasi politiknya yang mendukung Jokowi. Ia juga mengakui

ikut termasuk ke dalam beberapa grup relawan Jokowi. Sebagai

pendukung Jokowi, Endang menyebutkan pernah mengalami beberapa

hal tidak menyenangkan, serta intimidasi dari teman-teman pengajian

yang dominan mendukung paslon berbeda dari pilihan.

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

95

2. Leli Lindati

Usia : 49 tahun

Pendidikan Terakhir : Strata 1

Pekerjaan : Financial Consultant

Alasan peneliti memilih Leli sebagai informan peneilitian karena

yang bersangkutan tergabung dalam grup pengajian Al-Kayyis sejak

tahun 2013 dan menggunakan WhatsApp sebagai platform utamanya

dalam berkomunikasi. Meski begitu, Leli tidak menggunakan

Whatsapp sebagai rujukan berita, tetapi ia kerap membaca media lain

seperti Harian Kompas dan berlangganan sejak 1998. Leli menyatakan

bahwa dirinya memang pendukung Jokowi. Masuk ke dalam grup

pengajian, Al-Kayyis yang didominasi oleh pendukung paslon yang

berbeda dari pilihannya membuat Leli tak malu untuk menyebutkan

dirinya sebagai pendukung Jokowi. Ia sendiri mengaku kritis terhadap

anggota lain yang kerap menyebarkan hoaks dalam grup. Selain

WhatsApp sebagai sarana komunikasi sehari-hari, Leli juga

menggunakan Facebook. Sama seperti Endang, Leli pernah

mengalami hal yang kurang menyenangkan oleh teman grup

pengajiannya karena maslah perbedaan pilihan politik.

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

96

3. Ismaya Juwita

Usia : 47 tahun

Pendidikan Terakhir : SMA

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Peneliti menjadikan Ismaya sebagai informan karena sesuai

dengan kriteria. Ismaya telah bergabung dengan Al-Kayyis sejah 2016

karena diajak oleh Ela Nurlela. Di samping itu Ismaya juga

menggunakan Whatsapp sebagai aplikasi utama dalam berkomunikasi.

Saat menentukan pilihan politiknya, Ismaya merupakan pendukung

Jokowi. Meski begitu, ia mengaku merahasiakan hal tersebut karena

melihat banyak dari teman-temannya mendukung pilihan yang berbeda

dalam Pilpres 2019.

4. Murdiyanah

Usia : 47 tahun

Pendidikan Terakhir : SMA

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Murdiyanah sudah tergabung ke dalam anggota grup pengajian

Al-Kayyis sejak tahun 2013, Murdiyanah mengaku hanya

mengonsumsi berita melalui media WhatsApp dan sedikit berita di

televisi. Perempuan yang akrab disapa Yana itu mengungkapkan

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

97

bahwa dirinya merupakan pendukung Prabowo. Yana sendiri dikenal

sebagai penggiat pengajian di wilayah tempat tinggalnya. Ia

menjelaskan bahwa sebagian besar orang-orang di wilayahnya

merupakan pendukung Prabowo termasuk semua anggota keluarganya.

Yana juga mengungkapkan bahwa WhatsApp menjadi salah satu

media untuk melihat informasi mengenai hal-hal negatif dalam

pemerintahan Jokowi yang ia lihat jarang ditampilkan di televisi.

5. Aguswati

Usia : 48 tahun

Pendidikan Terakhir : SMA

Pekerjaan : IRT

Aguswati telah ergabung sebagai anggota dalam grup WhatsApp

pengajian Al-Kayyis sejak 2014 karena diajak Murdiyanah, di samping

itu Aguswati juga mengonsumsi berita dari berbagai media sosial tidak

hanya dari WhatsApp, tapi juga Youtube, serta Instagram. Dalam

putaran Pilpres 2019, Aguswati mendukung Prabowo sebagai

Presiden. Meski mendukung beberapa kebijakan Jokowi, namun

Aguswati mengungkapkan banyak masalah yang ia lihat dari

pemerintahan Jokowi yang jarang ditampilkan di media mainstream.

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

98

6. Ela Nurlela

Usia : 48 tahun

Pendidikan Terakhir : SMA

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Salah satu orang yang mendirikan pengajian Al-Kayyis termasuk

sebagai admin dari grup, Ela juga bergabung ke banyak grup

penganjian lainnya. Selain itu, ia juga kerap mengonsumsi berita

politik dari Facebook namun lebih banyak mendapatkan informasi dari

grup WhatsApp. Sebagai salah satu pendukung Prabowo, Ela sangat

vokal terhadap kebobrokan pemerintahan Jokowi yang semakin

mengkhawatirkan.

7. Dian Listiawati

Usia : 48 tahun

Pendidikan Terakhir : SMA

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Salah satu informan yang tidak termasuk ke dalam grup

WhatsApp pengajian. Menjadikan WhatsApp sebagai salah satu

sumber komunikasi dan informasi selain Instagram dan televisi. Meski

begitu, Dian juga pernah mendapat pesan artikel kampanye politik dari

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

99

WhatsApp keluarga. Dian juga menyatakan dirinya sebagai pendukung

Prabowo.

8. Dewi Nur Azizah

Usia : 35 tahun

Pendidikan Terakhir : D1

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Informan mengaku sering mengikuti perkembangan dan

membaca informasi dari berbagai media online mengenai isu-isu

terhangat. WhatsApp dijadikan sebagai salah satu komunikasi utama

sehari-hari dan kerap mendapat artikel dari platform tersebut. Dewi

tidak termasuk ke dalam grup pengajian manapun dan menyatakan

dirinya golput terhadap pilpres 2019.

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

100

9. Ade Rahmawati

Usia : 34 Tahun

Pendidikan Terakhir : D4 Teknik

Pekerjaan : Staff BUMN

Informan tidak tergabung ke dalam grup pengajian manapun

namun sering mengonsumsi berbagai berita secara acak dari platform

Line Today. Meski sering membaca berbagai berita, Ade mengaku

jarang memilih topik politik. Selain itu, informan menggunakan

Whatsapp sebagai komunikasi sehari-hari. Ade juga menyatakan

dirinya memilih Jokowi dalam Pemilu April lalu.

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Analisis Framing Artikel Hoaks

Dalam penelitian ini objek penelitian ini merupakan artikel hoaks

tentang Jokowi dalam jejaring sosial WhatsApp. Dalam unit analisis di

bab III sebelumnya, peneliti menjelaskan untuk memilih tiga artikel.

Namun untuk melihat bagaimana pesan dalam artikel hoaks dikonstruksi

oleh penulisnya, peneliti menggunakan metode analisis framing model

Entman. Di samping itu, analisis framing ini menjadi salah satu rujukan

apakah penerimaan dari informan sama seperti hasil analisis framing

atau sesuai dengan encodernya. Berikut ini peneliti lampirkan tabel

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

101

analisis framing yang digunakan untuk mengencode artikel dalam

penelitian.

Tabel 4.1

Framing Artikel Hoaks

Artikel “Peringatan

Untuk Seluruh Ummat ISLAM di

Indonesia”

Artikel “Kementerian Agama Diganti

Namanya menjadi Kementrian Urusan

Haji Zakat dan Wakaf Indonesia”

Artikel “Saya Tidak Benci Jokowi…. Tapi

Waraskah Saya Sebagai Umat Islam Memilihnya Lagi?”

DEFINE PROBLEMS

Skenario cina

komunis/PKI untuk menggantikan

Jokowi dan Ma’ruf

Rezim Jokowi dua

periode akan

menghapus peraturan pada umat Islam

dengan mengubah

Kementerian Agama

Pemerintahan Jokowi

sebelumnya yang

dianggap banyak kebijakan

mendeskreditkan agama

Islam

DIAGNOSE CAUSES

Jokowi sebagai boneka memainkan

skenario yang

dirancang China Komunis, PKI dan

PDIP.

Jokowi yang diragukan

agama Islamnya

bekerja sebagai boneka untuk menjalankan

kepentingan LGBT dan

PKI menghapus unsur

agama dalam peratura

Pemerintahan dan kebijakan Jokowi

dianggap merusak dan

tidak menguntungkan umat muslim di

Indonesia

MAKE MORAL

JUDGEMENT

Menindas dan

menghabisi umat

islam dan pribumi secara konstitusi

dan China

Komunis menguasai NKRI

Tujuan LGBT PKI untuk menghancurkan

golongan Agama di

Indonesia. Masyarakat

bebas memilih agama, sampai dengan

menciptakan Negara

sekuler.

Kebijakan Jokowi

seperti yang mendukung

Islam Nusantara dan mempersekusi ulama

merupakan tanda bahwa

rezim Jokowi membenci Islam

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

102

SUGGEST REMEDIES

Sadar dan bangkit

dari penindasan

dengan tidak memilih Jokowi

Jangan sampai Jokowi

2 periode

Tidak memilih Jokowi

jika masih waras

Sumber: Tifani, 2019

4.2.2 Pemaknaan Informan

4.2.2.1 Endang Triningsih Terhadap Artikel Hoaks

Endang yang mengaku hanya menerima informasi berita melalui

media WhatsApp saja. Mengingat dirinya tergabung ke dalam kelompok

pengajian yang dominan beranggotakan ibu-ibu pendukung Prabowo, tak

jarang membuat Endang kerap kali membaca informasi negatif tentang

Jokowi dalam grup pengajian, tidak terkecuali grup Al-Kayyis. Ketika

membaca sejumlah artikel yang disebarkan oleh anggota lain di grup,

Endang mengutarakan bahwa perasaanya kesal sebagai pendukung

Jokowi, meski begitu ia tak pernah menjawab

“Kadang baca, kadang engga, sekarang banyakan yang

menyeramkan, jadinya saya pusing. banyakan grup di ta’lim gitu

ya banyak yang serem jadi saya hapus – hapus aja lah, kita takut

fitnah. Percuma ya ngaji gini – gini kita gatau kebenarannya gitu

kan ya jadi saya diem aja.”

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

103

Saat membaca berita pertama tentang “Peringatan Untuk Seluruh

Ummat ISLAM di Indonesia”, Endang menyatakan bahwa dirinya tidak

percaya dengan artikel tersebut. Ketidaksetujuan itu, Endang utarakan

dengan beberapa klarifikasi bahwa tidak semudah itu kenyataanya untuk

melakukan skenario yang disebutkan dalam pesan.

“saya sih gapercaya mba, kalo yang ini mbak, yang ahok untuk naik

jadi wapresnya Jokowi, karena pas aku relawan kumpul kan

memang isu – isu begini, dan ada yang bilang itu tidak benar, tidak

semudah itu mekanisme wapres, tinggal nyomot orang kaya gitu,

gabisa, itu ada prosedurnya nanti ya kan. Prosedurnya melalui mk,

melalui pemilihan gitu gitu, di DPR MPR gak segampang itu.”

Beberapa poin disebutkan dalam ketiga artikel ini juga

menyinggung isu cina, komunis, mendiskreditkan kepentingan umat

Islam, serta boneka partai yang kerapkali melekat dalam sosok Jokowi,

Endang memberikan celetukan untuk mengklarifikasikan hal tersebut.

“kalau memang dia anti-Islam dan sebagainya, dia gak mungkin lah

bikin hari santri”

Dalam artikel pertama Endang justru melihat Jokowi sebagai sosok

yang sederhana dan penyabar meski diterjang isu seperti artikel pertama

yang dianggapnya sebagai tuduhan jahat.

“karena aku baca juga ya dari riwayatnya dia itu memang

sederhana. Memang awalnya kita dulu aku mengira dia bonekanya

Megawati gitu ya, sekarang ternyata tidak, jadi dia Megawati pun

gaada haknya untuk dia banyak omong untuk Jokowi gaada, karena

dibelakang dia kan banyak jadi dia Megawati yang dianggep Ibu ya

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

104

dia ngasih saran gini nanti dipertimbangkan sama Jokowi dan

dewan - dewannya, nasehat dia kan banyak juga gitu, ga tiba – tiba

misalkan Megawati ngomong kamu harus begini, harus A gitu, dia

gabisa jalanin begitu, dia harus ada persetujuan penasehat dia juga,

karena Negara bukan rumah tangga, rumit sebetulnya.”

Sementara itu, artikel kedua mengenai “Kementerian Agama

Diganti Namanya menjadi Kementrian Urusan Haji Zakat dan Wakaf

Indonesia” juga tidak dipercayai Endang sebagai berita yang tidak benar.

Meski begitu ia memberi beberapa komentar yang berkaitan tentang

Menteri agama di masa pemerintahan Jokowi.

“kurang berbobot kalo menteri agama. karena agama orang – orang

sekarang kan bagus bagus ya istilahnya. Jadi agama islam harus jadi

contoh banget gitu, ngilu rasanya tuh kalo menteri agama tuh ngga

jalanin yang bener bener gitu.”.

Sedangkan dalam artikel ketiga yang berjudul “Saya Tidak Benci

Jokowi…. Tapi Waraskah Saya Sebagai Umat Islam Memilihnya Lagi?”,

Endang memberikan pernyataan mengenai Jokowi dan ketaatannya

tehadap agama Islam yang disebutnya memang belum bagus selayakanya

seperti ustad atau pemuka agama. Namun Endang membantah beberapa

poin yang disebutkan dalam artikel dengan penejelasan.

“nggak lah apa yang dibilang ada penghapusan agama di pelajaran

gitu ngga tetep, itu juga ngga wewenang presiden, itutuh kaya

gitutuh bukan wewenang presiden, kalo presiden itu udah

diserahkan ke menteri – menterinya gituloh, tugasnya apa

tugasnya apa, Menteri Pendidikan dan kebudayaan itu nanti kan

untuk kurikulum konsultasi sama Menteri agama gitu loh ya kan,

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

105

itu udah gaada haknya lagi presiden tuh, presiden itu tugasnya lain

gituloh, makanya itu menghapus agama itukan ketauan mereka

semua, gaakan dihapus, ktp pun gaakan dihapus itu bohong itu.”

Di samping itu, Endang juga beberapa kali mengutarakan

pemaknaanya terhadap Jokowi. Mulai dari sumber buku yang ia baca,

sampai dengan pengalamannya terhadap Jokowi yang berlainan terhadap

sosok Jokowi yang dituliskan dalam artikel.

“Dia baik, untuk agama biasa ya, tapi dia jalanin kan. Tapi

pembangunan juga kan banyak banget positif banget utang memang

utang ya kan tapi ada buktinya coba jaman Soeharto, utang berlipet

mana buktinya kaga ada, jaman SBY kemaren juga gitu sama,

makanya SBY kan sekarang merapat kan ke Jokowi gitu.”

Mengenai berita hoaks, Endang menyebutkan bahwa ia lebih sering

mengapusnya. Jika ia merasa ragu, ia mencari kebenaran berita dengan

caranya sendiri. Endang menganggap bahwa berita di google tidak

sepunuhnya benar. Ia lebih meyakini jika langsung menanyakannya pada

orang ahli.

“Saya kan banyak kenal TKN, terus orang – orang itu ya hukum,

ahli – ahli hukum, saya nanya ini bener gak sih, kadang – kadang

hanya fitnah gitu, kadang – kadang kok kaya ngilu gitu ya, saya

tanya, saya share japri gitu ya,”.

Mengenai berita hoaks, Endang menyebutkan bahwa ia lebih sering

mengapusnya. Jika ia merasa ragu, ia mencari kebenaran berita dengan

caranya sendiri. Endang bahkan menganggap bahwa berita yang dapat

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

106

dicari lewat google tidak sepunuhnya benar. Ia lebih meyakini jika

langsung menanyakannya pada orang ahli. Dengan mencari ahli

dibidangnya untuk mengecek fakta, hal ini justru membuat Endang lebih

percaya.

“Kadang – kadang fitnah gitu loh, ini orang kok menghujat orang,

walaupun bener dan tidaknya itu udah menghujat udah dosa. Kita

mengorek kesalahan orang kan udah dosa mba. Sedangkan Allah

aja menutupi aib kita. Walaupun itu bener orang itu begitu. kalau

gampang percaya kan kita takut dosa juga mba, kita meng-iya kan

itu udah sama dosanya.”

Menurut Endang, ketiga artikel yang telah ia baca semuanya

merupakan hoaks yang mengarah pada fitnah. Di akhir sesi wawancara

Endang tetap berpendirian teguh bahwa tak ada satupun artikel hoaks

tersebut menggoyahkan pandangannya terhadap Jokowi, malahan Endang

justru mengapresiasi sikap Jokowi yang sabar terhadap banyaknya hoaks

yang menyerangnya. Tidak ada niatan dari dirinya sama sekali untuk

membagikan berita apapun termasuk politik bahkan artikel bagus

sekalipun tentang Jokowi untuk dibagikan di WhatsApp.

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

107

4.2.2.2 Pemaknaan Leli Lindati Terhadap Artikel Hoaks

Sebelum membaca artikel hoaks, Leli awalnya mengaku tidak

menaruh perhatian apapun terhadap politik pilpres 2019. Namun beberapa

hal yang ia amati di kelompok pengajian membuatnya menydari bahwa

ujaran kebencian hingga hoaks terhadap Jokowi semakin menyebar

hingga ke grup-grup WhatsApp pengajian, termasuk di Al-Kayyis.

“Di grup itu sudah gabung sebelum 2014, udah ada sebelum pilpres,

tapi saya lihat massive banget kebenciannya itu terus-terusan

sampai lima tahun berturut-turut”.

Selain itu, Leli juga mengungkapkan bahwa dirinya sampai pernah

bertengkar hebat sampai keluar grup pengajian lain karena masalah

pilihan politik. Sehingga masalah tentang hoaks ini juga tak luput dari

perhatian Leli.

“Sebelum pilpres ngga, saya kan gabegitu ini ya, gabegitu,

pokoknya saya menentukan itu biasanya sebulan sebelumnya gitu

ya, tapi karena melihat hoax terus ujaran kebencian kepada sosok

Jokowi nah dia gapernah membalas, gapernah membalas, terus

mereka juga pake tameng agama, fitnahnya juga gencar dari tahun

2014.”

Saat membaca artikel pertama, Leli merasa bahwa isi pesan yang

disampaikan jahat dan tendensius untuk menyudutkan satu pihak. Sama

seperti Endang, Leli memberikan penjelasan bahwa negara Indonesia

bukan negara main-main yang aturannya dapat dibuat semuanya.

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

108

“Emangnya gampang kita kan ada undang-undangnya, nih yang

nggak tahu akan ke plintir, karena undang-undang kita kan udah

jelas dan presiden gak bisa memilih wakil presiden karena setara

sebetulnya. undang-undang kita tuh bisa nggak bisa seperti ini, kita

bukan negara main-main semua maunya aja, bukan negara otoriter,

nih kalau yang gak ngerti tentang ketatanegaraan bisa gawat”

Leli menyatakan rasa tidak setujunya dengan artikel ini karena isi

pesan menunjukan rasa ketidaksukaan dalam bentuk kebencian serta

terdapat penggiringan opini didalamnya kepada sejumlah pihak mulai dari

Ahok hingga PDIP.

“Iya kebenciannya ke Jokowi terus kayaknya karena Emang ada

Ahok Ya dijadikan alat karena emang jadi karena dia labelnya

Cina kebetulan non-muslim, nah itu dijadikan alat kita harus

memusuhi etnis tertentu terus untuk memusuhi orang yang bukan

beragama Islam, walaupun memberikan kemaslahatan.”

Sedangkan untuk artikel kedua, dengan tegas Leli menyatakan

bahwa berita tersebut merupakan suatu kebohongan dan bahkan

tendensius untuk menjatuhkan suatu pihak. Secara terang-terangan, Leli

menyatakan bahwa isu yang diangkat dalam artikel dibuat berlebihan

seolah-olah Jokowi akan benar-benar menghilangkannya. Dari

pengetahuan yang didapat oleh Leli, ia yakin bahwa selama NKRI masih

ada Departemen Agama akan terus ada. Leli menyakini pernyataanya

sambal memberikan sejumlah argumen.

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

109

“Departemen agama itu kan dibentuk itu kan dari tahun 45, dan

cuma ada di negara Indonesia. Karena tujuh kata di dalam piagam

jakarta yang sesuai dengan BPUPKI itu diganti dengan ketuhanan

yang maha esa. Nah itu akhirnya minta supaya ada departemen

Agama yang mengurusi umat islam, hajat umat islam itu melalui

departemen agama. Nah kalo Haji dan wakaf, itu karena banyak

penyimpangan dana haji jadi harus di urus sama orang yang

profesional. Inshaallah di zaman Jokowi itu udah ada, jadi Haji dan

zakat di urus bukan orang departemen agama sebetulnya kan bukan

orang yang ngurusin ahli dibidang masalah seperti itu gitu, masalah

kepengurusan uang yang segitu besarnya wakaf dan haji.”

Untuk artikel ketiga, Leli sendiri memberikan banyak komentar

yang berisikan poin mengenai pemerintahan Jokowi yang merugikan

umat Islam. Menurut Leli sendiri artikel tersebut merupakan bohong dan

dianggap tidak pernah ada kebijakan pemerintahan Jokowi yang

mendeskriditkan agama islam dirasanya sebagai umat Islam. Justru

menurut Leli ajaran Islam Nusantara menurutnya merupakan hal yang

dianggapnya sebagai ciri khas bangsa.

“Ngga ada tuh yang kebijakan mendiskreditkan agama islam gaada,

yang membahayakan agama islam gaada, gaada semua. Ajaran

Islam Nusantara kita kan halal bihalal, terus adanya beduk, adanya

ta’jil, kan ada di kita doang haha. Itu kan istilahnya kan, Nabi

Muhammad itu kan orangnya ramah, baik gitu ya, itu sebetulnya

sifat – sifat itu ada di dalam masyarakat indonesia yang ramah

ramah, yang budinya halus, yang itu makanya islam berkembang di

Indonesia secara damai karena tabiat rasul itu sebetulnya ada di

sini”

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

110

Dalam artikel ketiga, Leli juga sempat membahas poin tentang

penghapusan pelajaran agama yang menurutnya tidak masuk diakal.

Menurutnya justru saat ini tak sedikit sekolah gencar untuk membuat

muridnya membaca dan menulis Al-Quran. Larangan seperti takbir

keliling dianggapnya juga sebagai hal yang wajar mengingat bahwa

adanya aturan undang-undang lalu lintas yang kerap kali dilanggar saat

melakukan takbiran keliling sehingga menyebabkan kecelakaan dan

sebagainya.

Dari ketiga artikel hoaks yang dibaca Leli, ia meyakni bahwa

semuanya berita bohong. Tidak ada pandangan yang membuat Saat

ditanya tentang bagaimana sosok Jokowi dari artikel tersebut Leli justru

mempunyai pandangan tersendiri sebagai seorang pendukung.

“Dia tidak membalas hoax atau fitnah kepada dirinya, dia lebih

banyak fokus kearah pekerjaan dan saya diajarkan bagaimana kita

ngga usah berkutat kepada fitnah, kepada ujaran kebencian

bagaimana kita membangun bangsa, paling tidak kita membangun

diri kita sendiri, keluarga kita sendiri, teman – teman kita untuk

berbuat baik sebanyak banyaknya, yang kaya gitu sebetulnya urusan

sepele gitu, kalo kita hanya berkutat disitu, kita pasti akan tertinggal

sama negara lain, sama bangsa lain, yang lain-lain udah berpikir

sangat maju,”

Leli yang juga turut bergabung dengan kelompok pengajian lain

berbagai pengalaman. Menurutnya tak sedikit saat ini, ada kelompok

pengajian yang justru lebih banyak menyebarkan ujaran kebencian dan

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

111

tak sedikit anggota yang terlibat mendukung hal tersebut. Di luar grup Al-

Kayyis, Leli pernah menceritakan bahwa sesekali ia memberikan

klarifikasi dan mengajak teman-temannya untuk berpikir dengan nalar

dan data, namun sayang respon yang ia terima justru tidak sesuai

sehingga ia memutuskan untuk keluar grup.

“saya juga udah nasehatin takut dosa ya kalo fitnah itu kan kalo

misalnya tidak terbukti bisa balik ke diri kita, sementara dia itu

fokusnya kerja itu kan masalah sepele, nah negara lain udah maju

kita masih berputar – putar aja masih masalah nyinyiran, ujaran

kebencian, fitnah, kita kapan majunya, akhirnya kita lelah untuk

ngurusin masalah kebencian itu sendiri, sementara kalo ngeliat

negara – negara lain udah berapa tahap kesana, kita masa mundur

kebelakang, nah itu yang saya pikirin sih. Terus masyarakat juga

jadi terbelah, jadi sesama musli m sendiri sampe dibilang kafir,

sesat, dan saya juga ngerasain sampe dibilang komunis loh.”

Menurutnya hal tersebut bukan menjadi masalah, malah ia merasa

berita hoaks yang ia dapatkan di WhatsApp memberikannya dampak

negatif. Kalaupun mendapatkan berita hoaks, Leli akan langsung

menghapusnya.

“Hapus aja, dan saya ga dishare, apalagi dishare dihapus langsung

haha. sayakan lebih seneng ya lebih baik saya produktif.”

Leli juga menambahkan bahwa dirinya tidak mau mendapat aura

negatif dari adanya berita hoaks. Jadi tidak masalah baginya untuk

langusng melakukan unfollow, menghapus, hingga memblokir orang-

orang yang gencar membagikan berita hoaks melalui media sosialnya.

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

112

Untuk melakukan cek kebenaran terhadap artikel hoaks yang ia terima,

biasanya Leli mempercayai dari media mainstream seperti koran Kompas

yang ia baca. Leli juga menambahkan untuk menggunakan nalar logika

agar tak langsung percaya informasi yang belum jelas kebenarannya.

Selain hoaks, Leli juga mengamati bahwa saat ini banyak ustad-

ustad yang justru dipanggil untuk mengisi acara pengajian dengan tujuan

membenci suatu individu atau kelompok.

“Ada juga ustad yang sering mengajarkan ajaran kebencian dan

pelajaran keimanan gaada, aqidah akhlak gaada, bahasan tentang

syariah fiqih gaada, tapi lebih menggiring opini untuk membenci

seseorang.”

4.2.2.3 Pemaknaan Ismaya Juwita Terhadap Artikel Hoaks

Sama seperti Leli dan Endang, Ismaya juga termasuk sebagai

pendukung Jokowi dan kerap mendapat artikel hoaks Jokowi dalam grup

pengajian seperti Al-kayyis. Meski begitu, Ismaya menceritakan bahwa

tak banyak orang tahu terutama teman kelompok pengajiannya mengenai

pilihan politiknya di Pilpres 2019. Tentu Ismaya sendiri menjelaskan

mengapa alasannya lebih banyak diam menyembunyikan diri dan tidak

banyak meresepon apapun mengenai share artikel tentang Jokowi di grup

WhatsApp Al-Kayyis.

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

113

“Kalo kita nimpalin di grup yang mayoritas semuanya itu

menghujat si Jokowi ini, itu namanya bunuh diri, bodoh namanya,

jadi saya gak pernah nanggapin…”

Ismaya menjelaskan bahwa teman-teman sekumpulannya termasuk

pengajian, sebagian besar merupakan pendukung garis keras Prabowo.

Bahkan ia juga mengakui sempat tersinggung, mendengar bahwa

pendukung Jokowi merupakan PKI dan tidak membela Islam. Di samping

itu, sebagian besar pandangan Ismaya sebenarnya juga dipengaruhi oleh

pilihan ustad Yusuf Mansur yang memihak pada Jokowi. Dalam beberapa

sesi wawancara yang dilakukan, Ismaya kerap kali membawa nama Yusuf

Mansur untuk meyakinkan pilihannya terhadap Jokowi.

Saat membahas artikel pertama, Ismaya mengatakan bahwa isi

pesan yang tuliskan dianggap menyeramkan baginya jika itu memang

benar terjadi. Namun, Ismaya meyakini bahwa artikel tersebut terlalu

mengada-ngada seperti hoaks.

“…ini apasih namanya kayanya udah terlalu banget, inikan

bilangnya disini kayanya itu si Jokowi tuh kaya cina gituloh,

namanya Joko-oy gitu … hati nurani aku aja kayanya feeling aku

aja gapercaya gitu kalo dia tuh PKI lah. Aku lebih percaya sama

kesan pertama kali ke si Jokowi”

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

114

Kemudian Ismaya menceritakan kesan pertamanya terhadap Jokowi

saat masih menjabat sebagai walikota. Pribadinya yang bagus membuat

Ismaya berpikir bahwa suatu hari Jokowi akan menjadi Presiden dan hal

tersebut benar terjadi. Namun hal yang memperkuat Ismaya tidak percaya

dengan artikel tersebut yakni dukungan Yusuf Mansur sebagai tokoh

pemuka agama sekaligus ustad yang berada di pihak Jokowi.

“.. si Yusuf Mansur nih jadi tau banget keislaman keluarganya

Jokowi gitu dan itu nambah saya semakin yakin kalo Jokowi tuh

bukan PKI, si Yusuf Mansur juga bilang bukan PKI, dosa orang

yang mengatakan kalo Jokowi itu PKI, itu udah fitnah”

Meski tidak menunjukan respon penolakan secara langsung

terhadap artikel, namun dari cara Ismaya menyampaikan prestasi Jokowi

merupakan tanda bahwa dirinya sama sekali tak terpengaruh ataupun

senada dengan artikel tersebut. Secara halus, Ismaya menunjukan rasa

tidak setujunya dan menganggap mentah-mentah artikel sebagai suatu

kebohongan dengan banyaknya hasil pemerintahan Jokowi.

“kebetulan pada suami juga kebetulan kerja kan di Hak Cipta

Intelektual kan, jadi dia itu yang ikut ngurus UKM, Usaha Kecil

dan Menengah, jadi tuh UKM juga semenjak Jokowi tuh semakin

giat, semakin menggeliat, semakin pegawai negeri tuh bener-bener

diteken untuk bener-bener kerja”

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

115

Kinerja Jokowi seperti infrastuktur kemudian kemajuan UKM dan

ekonomi rakyat kecil dilihat oleh Ismaya sebagai hasil bukti nyata yang

positif yang membatah isi pesan pada artikel hoaks. Secara tegas Ismaya

sendiri lebih sering mengungkapkan pandangannya terhadap Jokowi dan

PKI saat membaca artikel.

“PKI merajarela itu suudzon banget. Siapapun presidennya PKI

gaakan bisa diterima. Jadi udah keterlaluan banget deh..”

Dalam artikel ketiga Ismaya mengungkapkan pendapatnya

mengenai poin-poin yang dituliskan. Pada kenyataanya, Ismaya sendiri

tidak percaya bahwa kebijakan penghapusan pelajaran agama hingga

pembatasan pengerasan suara di masjid benar terjadi.

“katanya pelajaran agama islam dihapuskan, aku sampe tanya sama

pa Rohayat, si Imam anaknya, pelajaran agamanya di hapus ngga,

ngga katanya, ada tetep pelajaran agama… Sampe sekarang

pengerasan suara di masjid masih biasa-biasa aja gaada yang

dilarang, ga diapa-apain… selama peraturan semuanya masih sama

masih biasa-biasa aja kaya dulu masih yang apa-apa juga kaya dulu

ngapain si dipercaya kaya gitu”

Ismaya berpendapat bahwa dari artikel yang telah ia baca dianggap

ekstrem karena tidak ada kebenarannya, dapat merusak persatuan umat

Islam, serta menebar kebencian. Apalagi sampai menyebut pendukung

Jokowi sebagai bodoh dan dungu. Walaupun Ismaya mengapresiasi dan

memberikan dukungan terhadap Jokowi, ia juga menjelaskan bahwa ada

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

116

beberapa kebijakan Jokowi yang tidak ia setuju. Ismaya menceritakan

bahwa suaminya yang bekerja di pemerintahan pernah menjadi korban

jual beli jabatan. Selain itu, Jokowi yang pernah menjanjikan kebijakan

untuk pegawai negeri sampai saat ini belum terealisasikan. Ia juga

menambahkan tidak setuju dengan kebijakan Jokowi yang mendukung

pihak asing. Meski mengalami hal tersebut, Ismaya justru tidak

menyalahkan Jokowi dan masih mendukungnya.

“…belum terealisasi gitu loh, tapi kan alesannya jelas, dananya itu

kemana gitu loh kaya dananya itu buat rakyat kecil, buat kaya kartu

miskin, kartu apalagi yang, kartu pelajar kaya gitu-gitu, jadi

dananya ke situ… aku tetep ngedukung dia, karena sudah tau

kinerjanya, sudah tau pribadinya gitukan, orangnya memang bagus,

secara kerjanya bagus, bijaksana juga sabar, tapi kan tetep aja dia

manusia biasa pasti ada kekurangannya ada kelemahannya, terus

udah gitu dan dia juga kan kerja teamwork kan, ga dia kerja sendiri

kan, kebijakannya dia juga bukan kebijakannya dia sendiri tapi

pemerintah..”

Menanggapi tentang sebaran artikel hoaks Jokowi di grup

WhatsApp pengajian Al-Kayyis, Ismaya lebih banyak diam dan istigfar.

Meski begitu, Ismaya menyebutkan saran agar seharusnya berita hoaks

tidak disebarkan lagi.

“..harusnya jangan disebarin lagi, karena dia itu kan gangeliat

dengan mata kepala sendiri, ngga tau bener gak nih hasil kerjanya

Jokowi nih akan mengeluarkan peraturan seperti ini? Emang dia

orang pemerintahan? Kok dia iya-iya aja terus sebarin lagi, dia itu

kan ngerti agama, udah dibilangin di agama di Islam itu, jangan

gibah ya ngga, jangan nyebarin berita-berita yang membangkitkan

kebencian ke orang lain”.

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

117

Ismaya menambahkan kalau ikut menyebarkan hoaks, menurutnya

sama saja ikut menabarkan dosa. Namun beberapa cara yang ia lakukan

untuk mencari kebenaran berita yakni mencarinya di Google, membaca

dan menonton media mainstream, serta menanyakan hal tersebut kepada

putranya yang ia anggap lebih paham teknologi dan informasi.

Di samping itu, hal yang menjadi kekhawatiran Ismaya yakni

banyaknya ustad yang turut menebarkan kebencian pada seseorang, hal

yang sama juga sempat diungkapkan oleh Leli bahwa memang ada

sejumlah ustad yang memaksakan dukukungan terhadap calon tertentu

hingga akhirnya mengajak untuk menjelekan seseorang.

Di sisi lain, Ismaya juga menerangkan perlu adanya campur tangan

dari para pengajar dari pengajian Al-Kayyis untuk memberikan

pengarahan pada ibu-ibu dalam grup.

“di Al-Kayyis ya, itukan pengajian, maunya aku nih, ya bijaksana

lah gituloh, itu pengajian, pengajian itu isinya apasi, kan belajar

agama, kan di agama sudah diajarkan, jangan menyebarkan fitnah,

kalopun memang itu bukan fitnah, itu kan aib orang, kejelekan

orang, ya gausah disebarin lagi terus juga diagama diajarin hormati

pendapat orang lain, hargai yang beda pendapat gitu loh, jangan

menghujat siapapun, tapi kan ngga, di Al-Qayyis sendiri kan isinya

wah udah itu, pa ustad juga monggo-monggo aja. Harusnya pa

ustad bilang, ngasih tau, ibu-ibu sekalian kita ini kan isinya nih

pengajian, menuntut agama, menuntut pelajaran agama supaya kita

jadi tau yang salah yang mana yang bener”

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

118

Selain itu, saat membaca ketiga artikel tersebut, Ismaya tak luput

untuk menunjukan rasa simpatinya terhadap Jokowi.

“yang tadinya aku liat Jokowi nih orangnya kalem, terus tidak

peduli, kayanya akhir-akhir ini aku liat dia ada bangun emosinya

gituloh, mungkin diri dia yang digini giniin, aku aja ngedengernya

ya astaghfirullahaladzim, apa lagi dia yang udah kerja bener-bener

tapi digini-giniin gitu loh.. sakit hati kan orang, kalo emang

gabener.. sakit hati loh”

Di sisi lain, Ismaya juga mengatakan bahwa jika artikel yang

disebutkan memang benar adanya, maka Jokowi dan orang-orang

dibelakangnya seperti Megawati mungkin mendapat neraka sebagai

ganjarannya. Ismaya menegaskan beberapa kali bahwa ia semata-mata

memilih Jokowi jarena melihat hasil kerjanya yang bagus. Ismaya menilai

bahwa Jokowi memang orang yang apa adanya dan jujur, ditambah lagi

dengan ucapan ustad Yusuf Mansur menyebutkan bahwa Jokowi

merupakan orang baik dan benar, melemahkan pandangan sejumlah poin

dalam artikel yang menyebutkan bahwa hal tersebut hanya drama politik

saja.

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

119

4.2.2.4 Pemaknaan Murdiyanah Terhadap Artikel Hoaks

Selain untuk berkomunikasi, perempuan yang akrab disapa yana ini

juga kerap menerima berbagai informasi termasuk politik melalui media

sosial WhatsApp. Saat membaca artikel pertama, Yana meyakini bahwa

Jokowi merupakan seorang putra dari seorang Gerwani, kelompok

gerakan wanita yang berafiliasi dengan PKI. Hal itu diketahui Yana dari

sebaran foto yang ia dapatkan melalui grup WhatsApp. Saat membaca

artikel pertama pun, tidak ada bantahan apapun yang didapat disebutkan

Yana.

“Percaya, bisa saja terjadi, yaitu skenario mereka. Nanti ini cuman

untuk memecah umat Islam kan dia mengambil Ma’ruf Amin untuk

jadi calon, apa namanya wakil, wakil presiden, yang nantinya akan

diganti sama Ahok.”

Yana menyetujui juga menyetujui sejumlah poin yang disebutkan

dalam artikel, seperti komunis cina yang berusaha menghapuskan NKRI,

Ya melihat hal tersebut benar terjadi dengan masuknya banyak tenaga

kerja asing seperti Cina yang datang ke Indonesia. Bagi Yana, jalan satu-

satunya agar hal scenario tak sampai terjadi yakni dengan tidak memilih

Jokowi kembali.

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

120

Ketika membahas artikel kedua, Yana menyetujui isi pesan yang

disampaikan dalam tulisan tersebut. Menurutnya apa yang Ditulis dalam

artikel mengandung kebenaran dan betul terjadi. Yana menilai bahwa

Jokowi diragukan apakah benar menganut agama Islam melihat beberapa

kebijakannya dianggap justru tidak menguntungkan umat Islam. Oleh

sebab itu, Yana juga mengungkapkan kekhawatirannya setelah merasa

bahwa artikel itu memang benar akan terjadi jika Jokowi terpilih nanti.

“Jokowi ya gatau agamanya apa, abis kan dia berkedok aja agama

Islam. kalo sampe dia bener-bener jadi presiden lagi nanti gimana

rakyat Indonesia, terutama agama Islam. Kan sekarang udah banyak

yang di ini, orang-orang yang kyai-kyai ustad-ustad yang ini kan

udah banyak yang diciduk sama polisi kan, ada beberapa ustad yang

sudah di polda kan ”

Pada artikel ketiga, Yana menyoroti tentang poin dimana Jokowi

lebih mendukung adanya Islam Nusantara. Bagi Yana, Islam Nusantara

menerima kebiasaan-kebiasaan budaya dicampuradukan dengan agama.

Islam Nusantara sendiri dikenal sebagai Islam dengan ciri khas budaya

Indonesia dan memiliki ada perbedaan yang mencolok dengan Islam Arab

sehingga menimbulkan kontroversi di kalangan umat muslim.

Dari ketiga artikel yang dibaca, Yana menyetujui dan meyakini

bahwa semuanya benar dan akan terjadi jika melihat sepak terjang Jokowi

menjabat pada lima tahun sebelumnya. Yana mengungkapkan

pendapatnya tentang sosok Jokowi

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

121

“selama ini yang tau Jokowi itu dia cuma boneka atau ya dia cuma

ya yang memainkan aja tetapi dibelakang Jokowi itu banyak

pendukung-pendukung dia yang terutama Megawati dan juga

banyak didukung sama orang-orang chinese dan juga orang-orang

non-muslim, gitu.”

Dalam sesi waancara, Yana juga beberapa kali menyebutkan

kekhawatirannya kalau sampai Jokowi tepilih menjadi presiden kembali.

Yana yang melihat Jokowi sebagai komunis dan memiliki kepentingan

untuk mendukung orang non muslim, memiliki pendapat yang kuat

bahwa presiden Jokowi tidak akan mendukung umat Islam.

“Ya itulah tentang terutama masalah agama ya, yang umat islam

mungkin akan dipinggirin sedikit-sedikit gitu dan orang-orang

chinese semakin berkuasa di berbagai bidang, terutama dibidang

ekonomi gitu. Dia akan memasukkan juga pegawai-pegawai asing

terus PKI juga bakal merajarela mungkin akan berjamur.”

Saat ditanya tentang berita hoaks, Yana membantah bahwa artikel

yang telah ia baca merupakan hoaks mengingat bahwa apa yang

dijelaskan dalam artikel kenyataannya benar tenjadi menurut pandangan

Yana.

Yana juga mengakui bahwa dirinya tidak pernah melakukan cek fakta

terhadap suatu informasi yang ia dapat dari WhatsApp. Yana Berdalih

bahwa dirinya tidak punya cukup waktu dan pemahaman untuk

melakukan cek fakta terhadap informasi yang didapatnya dari sebaran

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

122

grup WhatsApp.Televisi pun dianggapnya sebagai media yang pro karena

jarang membongkar kebobrokan Jokowi.

“Kalo di, kalo di TV kayanya gaada kalo di TV, gaada berita-berita

yang tentang ini tapi ya dari informasi-informasi yang lain.”

Meski sepaham dengan artikel, namun Yana menyatakan hal

berbeda ketika ditanya tentang motif untuk menyebarkan artikel hoaks

tersebut.

“gak dishare kemana-mana lagi. Dishare dari temen, terus kita baca

sendiri gitu buat pengetahuan sendiri aja tapi tante ga ngeshare lagi

ke yang lain.”

Yana sendiri mengakui bahwa grup WhatsApp tempat ia bergabung

sebagian besar merupakan Jokowi, Sehingga tak jadi masalah baginya

mendapatkan berbagai informasi dari WhatsApp. Yana juga mendapatkan

informasi bahwa sebaran informasi yang ia dapat cenderung lebih banyak

mengungkapkan kebobrokan pemerintahan Jokowi dibandingkan dengan

artikel dari Prabowo.

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

123

4.2.2.5 Pemaknaan Aguswati Terhadap Artikel Hoaks

Sama seperti Yana, Aguswati tergabung dalam kelompok pengajian

Al-Kayyis sejak tiga tahun lalu. Aguswati mengaku bahwa selai

WhatsApp sarananya untuk berkomunikasi dengan keluarga dan teman-

teman yakni jejaring sosial Instagram. Namun selain itu, Aguswati juga

menajdikan aplikasi Youtube sebagai sumber informasi berita. Saat

ditanyakan pernah membaca artikel sebaran di WhatsApp, Aguswati

mengiyakan pernah membacanya baik di grup Al-Kayyis dan di luar

Sebagai pendukung Prabowo, Aguswati meyakini semua artikel yang

digunakan dalam penelitian merupakan benar.

Mengenai artikel pertama, Aguswati menjelaskan bahwa memang

Ma’ruf Amin dipilih untuk mengambil suara umat muslim, yang

sebenarnya bertolak belakang dengan pernyataan Megawati sebelumnya

bahwa PDIP tidak butuh suara umat muslim.

“Ini bisa jadi benar, kalau misalkan awalnya mau ngambil Ahok,

kan dia ngambilnya Ma’ruf Amin ya? Karena untuk mendapatkan

suara kak. Dari pengalaman yang lalu seperti JK, setelah menjadi

wakil mah kan sepertinya gaada kerjaan yah, hanya boneka. Gajauh

beda sebenernya Ma’ruf Amin pun akan diterapkan seperti itu, gitu.

Karena ini kan atas dibelakangnya ini kan karena Megawati.”

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

124

Aguswati pun menambahkan bahwa skenario yang disampaikan

dalam artikel dapat kemungkinan terjadi, melihat kondisi Ma’ruf Amin

yang telah berusia lanjut. Ditambah lagi saat ini, tak bisa dielak lagi

bahwa Cina sudah menguasai negara kita khususnya di bidang ekonomi

sampai properti.

Daripada mengkhawtirkan, Aguswati justru berpendapat bahwa

artikel semacam ini menambahkan informasi untuk umat Islam agar tahu

politik. Masih dalam artikel pertama, Aguswati menyoroti beberapa hal

yang dianggapnya memang benas dan sudah kejadian. Aguswati melihat

sosok Jokowi yang seperti boneka dan hanya menjalankan perannya

untuk menjalankan kepentingan pihak asing.

“pokoknya sekarang itu Indonesia ya pemerintahan Jokowi tuh lagi

dikendalikan, pengen dikuasai lah Indonesia yang begitu banyak

kekyaannya mau dikuasai segala macemnya, paling enak pokoknya

malah Indonesia tuh, surganya dunia jadi semuanya pada ngerong-

rong pada pengen ke Indonesia.. sekarang juga banyak di impor ya

besar-besaran ke negeri ini, Cina tuh udah banyak kesini, He eh

TKA. Ya ngeliatnya miris banget, masa kita sendiri masih banyak

ya pengangguran, ya harusnya di prioritaskan dulu rakyat

Indonesia, gitu. Banyak yang bermutu banyak yang punya ahli

gitukan dibidang itu tapi kenapa mesti Cina yang dikirim kesini, ke

Indonesia.”

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

125

Aguswati juga menambahkan bahwa gejala-gejala yang dituliskan

dalam berita memang betul terjadi, termasuk munculnya PKI. Hal itu

terbukti oleh Aguswati bahwa saat ini terjadi pecah belah, dan adu domba

bahkan sampai melibatkan ulama.

Sedangkan untuk artikel kedua, Aguswati masih memberikan nada

yang sama seperti artikel pertama Aguswati memberikan komnetar jika

benar memang Jokowi akan mengesahkan hal ini kalau sampai kembali

terpilih, maka tujuan tersebut dianggap menghancurkan agama, termasuk

melegalkan kaum LGBT. Poin-poin seperti penghapusan status

agamasampai hukum nikah yang dicantumkan dalam artikel tidak

disetujui oleh Aguswati. Setelah membaca artikel tersebut, Aguswati

memberikan respon untuk secepatnya diganti presiden karena sudah tidak

percaya dengan Jokowi.

“Ya intinya mah ga tegas, terus mudah dikendalikan, agamanya oge

masih dipertanyakan, terus mudah di kendalikan orang-orang yang

dibelakangnya”

Dalam artikel ketiga, Aguswati juga menyoroti isu tentang Islam

Nusantara. Saat sesi wawancara berlangsung, Aguswati beberapa kali

menyebutkan bahwa kekhawatirannya tentang Islam Nusantara serta

ustad-ustad pendukungnya termasuk Ma’ruf Amin yang dijadikan sebagai

cawapres oleh Jokowi. Menurut Aguswati, Jokowi mampu mendorong

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

126

munculnya Islam Nusantara mengingat bahwa agama Islam Jokowi

diragukan. Perbedaan pandangan aliran Islam inirupanya dimaknai

Aguswati sebagai tanda-tanda bahwa umat Islam akan pecah.

Aguswati juga menyinggung tentang ustad Yusuf Mansur. Pilihan

ustad Yusuf Mansur condong ke Jokowi dilihatnya sebagai motif

kepentingan. Aguswati juga tak menampik bahwa sebenarnya ada banyak

kemajuan infrastuktur dan pembangunan yang berhasil pada

pemerintahan Jokowi serta karakter Jokowi yang memiliki pembawaan

sederhana dan merakyat. Namun, Aguswati juga menyoroti bahwa dibalik

keberhasilan itu banyak juga hutang negara yang semakin bertumpuk

serta Jokowi dilihat lemah dan tidak tegas. Aguswati juga tak lupa

memberikan opininya terhadap pemerintahan Jokowi.

“kesimpulannya mah, dengan rezim sekarang Jokowi itu udah bisa

ancur lah negara kalo terus-terusan Jokowi, iya, udah banyak cina,

dimasukin cina terus..banyak yang dikhawatirkan dengan

pemerintahan Jokowi ya itu salah satunya apanya kan nanti masa

depan anak cucu kita kan lebih memikirkan negara anak cucu gitu.

Bisa ancur kali kak kalo ngeliat yang sekarang, banyak hutang,

banyak adu domba,”

Oleh sebab itu, Aguswati berpendapat bahwa kita memerlukan

pemimpin setegas Prabowo. Pilihan Aguswati juga diperkuat berdasarkan

pada Itjima Ulama yang mendukungan Prabowo.

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

127

Menanggapi persoalan artikel hoaks, Aguswati menjelaskan bahwa

ia besedia untuk menyebarkan artikel tersebut hanya kepada keluarga

ataupun teman terdekat yang memiliki jenjang pendidikan karena

menurutnya ada yang bisa mengerti dan ada pula yang tidak.

Meskipun Aguswati meyakini kebenaran dari ketiga artikel yang

digunakan, namun saat ditanyakan apakah pernah melakukan cek fakta,

Aguswati mengiyakan. Ia menjelaskan pernah melakukan cek terhadap

suatu isu dalam jejaring Youtube.

4.2.2.6 Pemaknaan Ela Nurlela Terhadap Artikel Hoaks

Ela Nurlela merupakan salah satu pengagas kelompok pengajian

Al-Kayyis, dalam grup pun Ela dipilih menjadi salah satu dari lima admin

grup di WhatsApp. Sebagai seorang penggiat pengajian, Ela yang akrab

disapa Ibun ini mengaku ingin mengenal politik sedikit-sedikit.

Menurutnya umat Islam tidak boleh sama sekali buta tentang politik. Oleh

sebab itu, Ela juga memutuskan ikut bergabung dengan pengajian selain

Al-Kayyis, yakni pengajian Mawar yang berafiliasi untuk mendukung

Prabowo – Sandi.

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

128

Saat menanggapi artikel pertama, Ela memberikan perasaan berapi-

api bahwa isi tulisan tersebut memang benar adanya dan merupakan

rencana jahat Jokowi.

“Bener ini mah, ini kayanya fakta soalnya udah banyak yang

mengklarifikasi bahwa ini bener-bener ide-ide Jokowi semua udah

kebaca bahwa sekak-sekaknya tuh, malahan kemaren yang dari

mana ya, ustad itu udah memplokamirkan bahwa kebangkitan PKI

emang udah terjadi ya ini yang ketiga kalinya, terus emang ini yang

direncanakan PDI itu emang ini, makanya dia gakmau melakukan,

ya jelasnya emang dia gamau mengalah, gamau, karena setau Ibun

ada 28 proyek-proyek besar mega China yang siap ditanda tangani

sama Jokowi, itu udah ya kita kalo bilang hoax masa ada datanya

gitu yakan?”

Ela berpendapat bahwa memang kebangkitan PKI sudah mulai

terjadi, hal itu dilihatnya dari bentuk uang yang mirip seperti mata uang

cina yang dianggapnya merupakan tanda kebangkitan komunis Indonesia.

Poin mengenai PKI masih dibahas dengan serius oleh Ela.

“sekarang diliat-liat ada isu-isu dia turunan PKI, kalo memang dia

tidak merasa benar PKI, gak usah takut test DNA. Ya kaya si oneng

lah, saya bangga jadi anak PKI, dia bangga. Sekarang tuh banyak

yang bangkit-bangkit gitu apalagi sekarang ejak era-era kesini

anggota MPRnya kan cina-cina”.

Ela merasa hilang respect dengan Jokowi, sejak dirinya

mencalonkan diri menjadi Gubernur bersama dengan Ahok sebagai

wakilnya yang Non-muslim. Kemudian Ela juga menegaskan bahwa

sebenarnya ia tidak merasa khawatir dengan Jokowi namun orang-orang

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

129

dibelakang Jokowi yang menunggangi kepentingan politik perlu

diwaspadai.

“karena Ibun liat dia tuh gapunya prinsip, gapunya ketegasan yakan,

sebagai Presiden tuh harusnya tegas lah, jangan ini mah sedikit-

sedikit ditangkep, itu Presiden tidak mengayomi kalau menurut

Ibun mah, gitu kan. yang Ibun khawatirkan soal agama,

pemerintahan ini tuh bukan soal apa-apanya lah. Namanya

kebijakan yang lain istilahnya kaya apatuh, naik turun harga tidak

masalah ya, yang dimasalahkan itu Ibun tuh agama aja, agama. Nah

itu sensitif.”

Saat menjelaskan hal-hal yang Ela ketahui tentang Jokowi, Ela

menjelaskan dirinya mendapat berbagai informasi hanya melalui

WhatsApp. Sedangkan untuk artikel kedua, ELa merespon hal tersebut

sebagai suatu informasi yang mengkhawatirkan.

“Mengkhawatirkan banget. Kita kan bernegara, beragama, ya harus

dicatet di negara juga ya kan, yang bernegara dicatat juga asal-

asalan bahkan ga beraturan, gimana gaada peraturan? Gitu aja Ibun

itumah, kita didalam peraturan berundang-undang aja banyak yang

di langgar gitu, apalagi yang gaada undang-undangnya? Mau jadi

apa manusia sekarang? Apalagi sekarang manusia tuh banyak yang

sok pinter.”

Menurut Ela, skenario semacam artikel kedua ini sudah pasti dapat

terjadi apalagi jika melihat Jokowi yang tidak punya prinsip. Ketentuan

agama pasti akan dilanggar jika Jokowi terus menjadi pemimpin. Karena

itu, Ela bersikeras satu-satunya cara untuk menghindari hal tersebut yaitu

harus ganti pemimpinnya.

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

130

“Jadi kalo dulu hargai orang yang berpuasa, kalo sekarang kebalik

yah Menteri Agamanya, hargai orang yang tidak puasa, coba.

Makanya jadi sekarang tuh pada serba kebalik sekarang tuh, aneh.

Jadi ya itu tadi, kok bisa gitu dulu istilah itu diagung-agungkan,

agama tuh diinin, sekarang tuh udah kalo bisa agama Islam tuh

menghormati yang lain. ”

Saat membahas artikel ketiga, Ela menjelaskan bahwa dirinya

memilih Prabowo karena melihat siapa orang-orang dibelakangnya.

Menurutnya kebanyakan orang yang mendukung di belakang Prabowo

merupakan orang-orang yang cerdas dan mengerti tentang agama. Ia juga

meyakini bahwa artikel tersebut memang benar dan Ela yakini sudah

terjadi, tak bisa terbantahkan menurutnya.

Ela juga turut memberikan beberapa poin yang menjelaskan tentang

adanya Islam Nusantara dan pelarangan azan, serta tadarusan saat bulan

Ramadan kemarin.

“sekarang kaya azan kan udah mulai dilarang, sekarang di Lampung

tadarusan aja udah gaboleh, kan itu bisa-bisa ngefek kemana-

mana… saya tahu ini dari Whatsapp langsung juga ada Bupati

Lampung, Bupati Lampung di Wa langsung kan di share tuh, jadi

informasi ini Bupati Lampung pidato gitu langsung dia menolak

kebijakan tadarus ditiadakan, itu kan gamasuk akal banget yakan,

nanti ngefeknya kemana-mana.”

Perihal tentang Islam Nusantara pun tak lupa disinggung oleh Ela.

Islam Nusantara yang digambarkan oleh Ela dijelaskan sebagai ajaran

yang menyimpang dari kebiasaan umat Islam pada umumnya, seperti

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

131

dimana solat teraweh malah jadi joget-joget atau contoh lainnya

pembacaan Al-Quran dengan logat bahasa daerah. Melihat fenomena

tersebut, Ela merasa tidak empati dan mengamatinya sebagai ujian bagi

umat Islam saat ini.

“Geleuh aja, geleuh pokonya mah. Ada ajaran Islam Nusantara

sedngkan waktu ikutin acaranya logat baca al-qurannya kaya itu

apa, udah nggak empati aja disitu.”

Dari ketiga artikel yang telah dibaca Ela, semuanya diyakini

sebagai sebuah kebenaran. Ela juga tidak keberatan untuk membagikan

kepada teman-teman serta grup pengajiannya jika menemukan tiga artikel

seperti yang telah ia baca. Ela membagikan hal tersebut sebagai informasi

agar orang-orang waspada dan jangan lengah dengan pemerintahan saat

ini. Namun, ia juga menegaskan untuk tidak sepenuhnya percaya, untuk

memastikan hal tersebut, Ela mencari berita yang lain seperti dari Google,

Youtube, hingga Facebook. Hal ini perlu dilakukannya setelah pernah

salah menyebarkan informasi hoaks dari situ, Ela merasa perlu selektif

dalam memilah milih berita untuk disebarkan.

“jadi sekarang baca dulu kalo memang penting untuk diri sendiri,

untuk orang lain ya sebar kalo ngga yaudah gitu aja paling begitu

sekarang tuh. Soalnya pernah kejadian Ibun, ternyata tuh hoax. Jadi

pas sekarang-sekarang mau share kita tanya lagi ke temen kita…

apalagi liat di youtube terus gini gini, ohh bener.”

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

132

Setelah mengalami hal tersebut, Ela juga melakukan pencarian fakta

dan kebenaran lain melalui orang-orang yang dianggapnya ahli.

“Ada spesialisnya di Yolanda tuh ada si bu Muti, itu relawan banget

yang pinter orangnya, pinter banget menurut Ibun tuh dia politik

bener-bener lah, jadi kalo pun ada itu hoax, dia langsung itu bu

bukan kejadian sekarang itu kejadian yang lama dia tau. Kadang dia

langsung tau.”

Meski punya niatan kuat membagikan artikel yang didapatkan dari

WhatsApp, Ela menjelaskan bahwa ia juga perlu selektif dalam

membagikan pesan ke grup. Namun sebagai seorang admin grup

WhatsApp pengajian Al-Kayyis, Ela menganggap bahwa sebagian besar

anggota pengajian merupakan para pendukung Prabowo. Sehingga tak

menjadi maslah untuk membagikan artikel-artikel mengenai Pilpres untuk

mendukung Prabowo.

“Al-Kayyis cuek sih tapi kita, walaupun tidak di share, tapi pasti

Al-Khayyis itu Prabowo semua. Tapi kita alhamdulillah walaupun

ada beberapa orang juga kita tidak langsung mendoktrin atau apa,

kita silahkan aja masing-masing, cuman kita ngasih gambaran kalo

lagi ngumpul gitu aja, walaupun dalam hatinya mungkin dia nunduk

aja malu lah kaya gitu ya tapi kita mah gamau meneken, kita mah

tidak, silahkan, hak mereka untuk memilih siapapun, tapi mungkin,

nanti penyesalan mah pasti ada”

Ela juga turut mengomentari tentang bahaya hoaks. yang saat ini

mengadu domba. Bagi Ela, zaman sekarang ini membuatnya sulit

membedakan mana yang benar dan mana yang hoaks. Ditambah lagi

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

133

dengan momen Pilpres 2019, Ela menganggap hoaks ini menjadi masalah

bagi banyak orang

“disitu bener tahun ini pemilihan presiden ini bener-bener kacau

banget, istilahnya mengadu domba banget, sama sodara aja

istilahnya bisa jadi berantem bisa jadi musuh, kadang ada sampai

suami istri bercerai deh gara-gara beda pilihan ada”

Sampai saat ini pun Ela menaggap bahwa hoaks menjadi lebih sulit

untuk dibedakan. Ia merasa tidak bisa 100 persen melihat sendiri

informasi secara langsung karen keterbatasan waktu. Di lain sisi, Ela juga

memuji kinerja relawan yang bersuka rela untuk mengklarifikasi berita

hoaks, terutama hoaks mengenai Prabowo-Sandi. Namun, Ibun juga

memberikan pernyataan mengenai konten video yang didapatkannya

dianggap sebagai sebuah kebenaran. Menurutnya konten video yang juga

dibagikan dalam WhatsApp merupakan nyata sehingga ia juga

menjadikan Youtube sebagai salah satu cara untuk mengecek kebenaran

berita.

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

134

4.2.2.7 Pemaknaan Dian Listiawati Terhadap Artikel Hoaks

Untuk memperoleh informasi terutama politik, Dian ternyata tidak

hanya mengandalkan WhatsApp. Namun ia juga mencarinya lewat

Instagram, tayangan di televisi serta artikel berita yang diunggaj oleh

Line Today.

Sebagai pendukung Prabowo, Dian turut aktif membagikan artikel

mengenai Pilpres 2019 termasuk juga pemerintahan Jokowi. Namun

artikel tersebut lebih sering ia sebar dalam grup keluarga. Meski tidak

masuk ke dalam grup pengajian, Dian mengaku lebih sering

mendengarkan menonton, ataupun menghadiri acara kajian ceramah dari

ustad-ustad ternama seperti Fatih Karim, Adi Hidayat, Aa Gym serta

Buya Yahya. Ustad yang diikuti oleh Dian juga turut memberikan

dukungan terhadap Prabowo.

Saat sesi wawancara tentang artikel pertama, Dian menjelaskan

bahwa skenario cina komunis menguasai NKRI dianggapnya sebagai

gejala yang mulai terjadi.

“Karena tenaga kerja asing udah masuk ke Indonesia, udah gitu

pemerintahan udah dikuasai oleh cina-cina, tenaga asing udah

disebar dimana-mana, semua ibaratnya ininya kecina, umat islam

udah kalo misalnya terlalu vokal, terlalu ini, langsung ditangkep,

dicurigai, diiniin makar.”

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

135

Selain WhatsApp, Dian mengetahui hal itu dari berita-berita yang ia

saksikan di televisi. Memang menurutnya saat ini cina sudah menguasai

di berbagai sektor. Sedangkan Dian melihat bahwa ulama yang vokal

terhadap pemerintah, langsung dicurigai dan ditangkap. Dari situ Dian

menilai bahwa pemerintah tidak memihak dan adil pada pribumi, justru

memihak asing. Sedangkan sosok Jokowi dalam artikel digambarkan oleh

Dian hanya sebagai boneka.

“Ya kaya alat aja ya, cuman alat pemerintah. Istilahnya kaya

boneka. Sebenernya kan dia ngga apa ya, ya wallahualam juga sih

gabisa ini juga, cuman kalo hasil kerja dia, sebenernya dia tuh

hanya boneka yang disuruh petinggi partai”

Dian juga menyelipkan bahwa Jokowi merupakan pemimpin ingkar

janji yang sebelumnya akan mensejahterakan petani Indonesia. Namun

pada kenyataanya Dian justru melihat kebijakan impor yang dirasa

merugikan petani negara kita sendiri.

Untuk artikel kedua mengenai penggantian nama Kementerian

Agama, dirasanya sebagai sebuah kekeliruan yang fatal jika sampai benar

terjadi. Aturan-aturan agama bisa dilanggar dan dirusak dan justru

menimbulkan kontroversi dalam masyarakat terutama umat muslim. Dian

pun menuturkan rasa tidak setujunya terhadap artikel tersebut.

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

136

“Aturan-aturan, halal-haram aturan-aturan negara, kalau urusan-

urusan agama diganti, bagaimana nasib bangsa ini? Status agama

pernikahan, contohnya pernikahan kalo seandainya di hapus, kita

gatau nanti itu si laki-laki itu bisa menikah satu kali, dua kali, tiga

kali dan mereka ada nasabnya, gimana dengan nasabnya nanti?

Pasti gabakalan setuju. Soalnya ini udah bertentangan banget

dengan ajaran agama kita gitu kan, peraturan pernikahan tentang

adanya saksi dan wali itukan wajib, apalagi bagi perempuan kalo

memang misalnya gak ini ya gak sah di aturan agama kan.

Sedangkan itu peraturan agama harus ada saksi dan wali kalo

memang misalnya ini ya gak sah. Peraturan perceraian rujuk

ditiadakan kita bisa gatau laki-laki itu udah menikah berapa kali

gitu, peraturan hak dan asuh, itukan iniannya ke waris juga kan?

Kalo memang misalnya nanti ditiadakan, terus agama kalo memang

dalam satu keluarga bisa beberapa agama, bagaimana nanti

keturunannya? Ngajarinnya mau kaya gimana gitu kan, gabisa.”

Menurut Dian kebijakan seperti ini kalau sampai benar terjadi saat

Jokowi dua periode dianggapnya sangat bertentangan dengan agama

Islam. Dian tentu percaya bahwa hal ini dilakukan dengan kepentingan

politik yang berada di belakang Jokowi.

“Ya kalo memang misalnya nih di sekarang nih banyak orang asing

masuk Indonesia, kalo seandainya misalnya peraturannya dia beda

agama ditiadakan, dilegalkan, dibolehkan nanti kan keturunannya

kaya gimana gajelas, satu, yang pertama udah menyalahi aturan

agama, kedua dengan berbeda agama orang bisa masuk bisa bebas

pernikahan gitu kan. terus yang ketiga, kayanya udah ini, ga sesuai

dengan ini Indonesia lah, kayanya udah melenceng banget.”

Skenario ini dilihat oleh Dian sudah mulai terjadi di Indonesia. Hal

tersebut tercemin dari banyaknya orang melakukan pernikahan beda

agama. Pemahaman tentang ateis dan komunis juga sedikit-sedikit mulai

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

137

dimasukan dan mempenngaruhi ke anak-anak termasuk juga kalangan

LGBT yang dibolehkan sekarang.

“kalo dengan dia bikin aturan seperti ini dan menyetujui misalnya

bakal menyetujui aturan begini, berarti kan dia tidak baik.

Pemimpin yang baik itu yang berdasarkan dengan agama,

mengikuti aturan agama yang baik seperti apa, amanah gitu.”

Dian setuju dengan satu-satunya solusi yang ditawarkan dengan

artikal bahwa Jokowi jangan sampai dua periode. Dian sendiri melihat

Jokowi sebagai pemimpin yang gagal.

“Ya gagalnya satu, hutang nambah banyak di ekonomi. Kedua di

agama, di aturan agama udah mau dirubah kasusnya kaya di berita

dua, kaya gitu, akhirnya bukan nambahnya kebaikan, kemaslahatan

buat umat, malah jadi banyak perpecahan, jadi banyak kebohongan

dimana-mana, orang akhirnya tidak percaya dengan pemerintah, itu

kan udah salah.”

Sementara itu, untuk artikel ketiga Dian menjelaskan bahwa

sebenarnya ia tidak membenci Jokowi, melainkan membenci apa yang

sudah dilakukannya, hasil kerjanya. Secara gamblang, Dian melihat

bahwa Jokowi tidak hanya membohongi rakyat, tapi juka tidak memihak,

tidak amanah dan sudah keluar dari jalur-jalur agama yang justru

membawa kebaikan masyarakat dunia dan akherat. Dian juga

melontarkan perbandingkan pemerintahan Jokowi dengan negara Turki

yang dipimpin oleh Edrogan.

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

138

“Sekarang liat aja contohnya kalo memang misalnya negara-negara

kaya Turki dia kan sesuai dengan syariat Islam, biarpun katanya

kemaren diserang, apa perpecahan tapi karena presidennya sesuai

dengan aturan agama akhirnya kan jadi sejahtera, jadi bangkit, jadi

bagus, jadi damai, terus sekarang kalo memang misalnya kaya ini

Komunis, dia lebih ini Komunis tidak percaya dengan agama, terus

dia mau percaya sama siapa?”

Hal yang paling disayangkan dari Dian ialah, Presiden Jokowi yang

memihak pihak asing, seperti komunis cina. Dian pun ikut menyinggung

kaitan antara Jokowi dan komunis. Menurutnya disamping latar belakang

Jokowi, apakah dia anak PKI atau bukan, namun cara kerja pemerintahan

Jokowi sendiri dirasa Dian seperti negara komunis. Menurut pemahaman

Dian, komunis itu negara yang tidak beragama dan jauh dari ajaran Islam.

Artikel ketiga ini juga dipecayai 80 persen mengandung kebenaran.

Dian juga menjelaskan bahwa ketiga artikel ini layak untuk di

bagikan kepada orang lain. Namun, Dian juga mengatakan untuk tetap

mengklarifikasi berita sambal mencari sumber berita lain.

“Sebaiknya sih kita cari informasi lagi yang lebih banyak,

ditambahin yang lebih akurat baru kita share. dipilah-pilah misalnya

kalo memang ini benar, berita ini sekiranya gini emang

kenyataannya di beritanya rame dan terbukti ya itu memang benar

gitu kan. Kalo misalnya ini cuman hoax ini doang kan kita bisa liat

juga kenyataannya gitu”.

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

139

Meski begitu, Dian merasa bahwa karena semua artikel yang

dibacanya benar terjadi dan akurat dianggapnya tak perlu melakukan cek

fakta.

4.2.2.8 Pemaknaan Dewi Nur Azizah Terhadap Artikel Hoaks

Momen Pilpres 2019 ternyata tidak terlalu diambil serius oleh

Dewi, pasalnya ia justru memilih untuk golput daripada harus pusing

memilih 01 atau 02. Dewi yang tidak tegabung dalam pengajian manapun

menjelaskan bahwa dirinya pernah mendapat artikel-artikel kampanye

politik dari anggota keluarganya di grup WhatsApp. Dewi sendiri

sebenarnya senang membaca artikel berita namun yang sering ia baca

lebih sering konten entertainment dibandingkan politik. Saat membaca

artikel hoaks, Dewi cenderung untuk menunjukan netralitasnya. Ia

berusaha untuk tidak berat sebelah dalam melihat artikel hoaks yang

peneliti berikan.

Pendapat Dewi terhadap artikel pertama ia menjelaskan tidak

banyak tahu menahu soal latar belakang keluarga Jokowi. Namun

skenario yang dituliskan dalam pesan, membuat Dewi berpikir bahwa hal

tersebut mungkin saja terjadi.

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

140

“Ada kebacanya ya secara logika menurut saya, cara

pengenalannya, ya semua bosa tersusun rapi. Tapi saya sih percaya

gak percaya. Mungkin saja bisa terjadi kalau Ahok sudah keluar

dari penjara, kalaupun bisa diangkat jadi wakil presiden, itu kan

wewenang dari presiden sendiri bukan?”

Di samping itu, Dewi juga memberikan pendapat mengenai isu cina

komunis. Dewi menjelaskan bahwa memang saat ini sudah banyak orang

cina di sekeliling kita. Dewi juga mengungkapkan, skenario seperti yang

dituliskan dalam artikel tak akan mungkin terjadi kalau Jokowi punya

sikap dan kekuatan.

“dari awal 2014 menjabat jadi presiden. Sebenernya dia gaada

kekuatan apa-apa, cuman karena kinerja dia disaat itu bagus, di

daerah sana, dari situ aja dari track kinerja dia aja kali ya. Ya

mungkin dari karena kinerja dia bagus jadi kaya partai-partai politik

gitu jadi kaya yang, ya itulah jadi kaya di bonekakan begitu.”

Dewi berpendapat bahwa Jokowi digambarkan dalam artikel ini

sebagai boneka dan tameng partai politik. Meski begitu Dewi juga

melihat kinerja Jokowi dengan merealisasikan banyak proyek

pembangunan yang bisa dijadikan salah satu prestasi Jokowi.

“kan kita liat kinerja dia, pembangunan dimana-mana, emang dia

ngga yang dia kan, dia hanya meneruskan semua proyek-proyek

pembangunan itu kan, tapi ya tapi dia yang merealisasikannya.

Banyak pembangunan lebih baik.”

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

141

Sedangkan untuk artikel kedua, Dewi menunjukan rasa tidak

setujunya dengan menjelaskan poin penghapusan peraruran pernikahan

tentang adanya saksi dan wali.

“Kalo dalam artikel seperti ini berarti sosok Jokowi yang bener-

bener ngga banget ya? Ga bangetnya itu kok ampe di, nih ya mba

gamasuk akalnya peraturan pernikahan tentang adanya saksi dan

wali serta penghulu ditiadakan. Itu alesannya mempermudah proses

dua orang saling mencintai agar dikedepankan cinta kasih sayang

toleransi antar manusia semakin terjaga, berarti ini mendukung juga

dong adanya poligami, poliandri, dan segala macem ya gak? Nah

secara tidak langsung ya gitu. Kalo ngomongin cinta iya, sesama

jenis juga saling mencintai mungkin makanya terjadi ya berarti

disini juga ada dong pendukungannya? Berarti nanti sama aja kaya

di luar negeri dong? Sesama jenis bisa dinikahin.”

Dewi juga menjelaskan jika kebijakan ini terjadi, maka ia anggap

sebagai peraturan yang melewati batas dan keterlaluan. Sacara tegas,

Dewi juga memberikan komentar bahwa dirinya masih setengah

percaya, pasalnya alasan yang disebutkan dari penghapusan peraturan

agama tersebut karena ingin fokus pembangunan. Hal itu kurang

memuaskan hatinya sehingga Dewi merasa kurang yakin dengan

kebenaran artikel ini. Selain itu, rasa tidak percaya Dewi turut muncul

jika berkaca dengan kehidupan keluarga Jokowi.

“Ngga ngerti ya, cuman Mba Dewi lebih ke ngeliat sosok-sosok

keluarganya aja, anak-anaknya, istrinya, kayanya bikin adem, he

eh.”

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

142

Sama seperti artikel pertama, Dewi masih ragu untuk mempercayai

kebenaran artikel ini. Sedangkan untuk artikel ketiga, Dewi

mengungkapkan ada beberapa poin yang ia anggap setuju dan masuk akal

seperti.

“Jangan cuma lihat keuntungan infrastruktur, sementara Agama dan

akidah kita dan anak-anak kita terancam dalam bahaya.”

Hanya poin itu yang mampu Dewi setujui, selanjutnya beberapa

poin yang dijelaskan dalam artikel justru bertolak belakang dengan apa

yang dialami Dewi. Penghapusan agama seperti larangan azan, serta

penghapusan pelajaran agama yang gencar dituliskan dalam artikel malah

tidak dialami oleh Dewi.

“Adanya larangan pengeras suara di masjid, ini yang Mba Dewi tau

sebelum presidennya Jokowi di daerah deket Mba Dewi pun ada

yang kaya gini. Larangannya, tapi sebelum jaman Jokowi udah ada

ini semua. itu daerah Ciseeng kedalem, itu disebutnya ASPEK, Anti

Speaker, iya orang-orang ASPEK disebutnya, Adzan, Radio, TV itu

gaada disitu”

Justru setelah adanya pemerintahan Jokowi Dewi menyeburkan

bahwa daerah tersebut terdengar suara masjid. Ditambah lagi Dewi juga

menjelaskan penghapusan pelajaran agama Islam tidak pernah dialami

orang anak-anaknya.

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

143

“Solat di sekolah justru berbalik, lagi jaman Mba Dewi, gaada solat

disekolah. Ya karena dari sekolahannya gaada, gaada programnya.

Tapi sekarang disekolahan si kaka, diwajibkan untuk Dhuha, kalo

pagi tuh.

Jadi Dewi berkomentar bahwa pesan dalam artikel ini tidaklah

benar. Meski cenderung memilik Prabowo untuk menjadi pemimpin

karena sikap tegasnya.

“Pantes sih ngga, kalo bilang pantes ga pantesnya ngga juga, cuma

lebih ke ia punya nyali gitu dia punya kekuatan. Perbandingannya

dengan Jokowi dia lebih kebanyak diem ya, maksudnya dia lebih ke

kaya gaada daya gitu, iya gitu. Ya makanya mba tadi bilang

perbandingannya”.

Setelah membaca artikel hoaks yang diberikan Dewi menjelaskan

bahwa sebenarnya ia sendiri jarang membaca berita mengenai Jokowi

sehingga tidak tahu banyak soal pemerintahannya. Kalau pun tahu Dewi

menilainya dari apa yang ia lihat dan rasakan.

Meskipun, Dewi menjelaskan bahwa pilihannya lebih cenderung ke

Prabowo. Saat pemilu 2019 lalu Dewi justru mengambil pilihan untuk

golput.

“Ga nyoblos haha. Dua-duanya Mba Dewi coblos.”

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

144

Setelah membaca ketiga artikel Dewi juga menjelaskan jika ia

mendapat artikel seperti ini, ia tidak akan menyebarkannya walaupun

artikel bagus tentang siapapun.

“Setiap apapun yang dapet berita mba Dewi gapernah ngeshare.

Suka males aja ya, kalo bener. Soalnya Mba Dewi pernah

ngeshare berita, ternyata hoax.”

Di samping itu, Dewi menerangkan memang sebenarnya perlu

untuk melakukan cek kebenaran berita agar tidak mudah percaya.

Menurutnya jika dirasa memang ragu ada baiknya melakukan cek lewat

Google atau mencarinya lewat berita online.

4.2.2.9 Pemaknaan Ade Rahmawati Terhadap Artikel Hoaks

Sama seperti Dewi, Ade mengungkapkan bahwa dirinya lebih

sering mengonsumsi berita entertainment ataupun yang sedang viral. Ia

mengaku sering mengonsumsi berita tersebut di aplikasi Line Today. Di

samping itu, Ade juga sering membaca tentang macam hoaks, namun

yang lebih sering ia baca merupakan hoaks tentang fenomena alam atau

keajaiban-kejaiban tentang Al-Quran. Namun untuk pilihan politik saat

pemilu, Ade menyatakan bahwa dirinya mencoblos Jokowi pada Pilpres

2019. Ade mengaku jarang sekali mendapat share artikel ataupun berita

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

145

dari WhatsApp mesipun sering ia gunakan dalam berkomunikasi sehari-

hari. Ketika membaca artikel pertama, Ade memberikan tanggapan

mengenai pesan dalam artikel tersebut. Menurutnya artikel tersebut tidak

seperti sebuah berita, melainkan seperti luapan kemarahan dan pesannya

pun dianggap Ade tidak masuk akal.

“Karena setahuku gamungkin semudah itu mengganti wapres,

kecuali meninggal yah. Tapi sepertinya ini seperti berita yang

punya maksud buat menjelek-jelekkan Jokowi.”

Ade berulang kali menegaskan bahwa ia tidak setuju dan tidak

percaya terhadap artikel pertama. Begitupun dengan artikel kedua, Ade

merasa bahwa pesan yang ia baca di article kedua lebih banyak

ketidakbenarannya. Dari segi penulisan, Ade melihat bahwa artikel ini

lebih memiliki susunan yang sistematis tidak seperti berita pertama dan

lebih jelas.

“Ada kemungkinan percaya 30 persen, Ini tuh lebih spesifik, ganti

kementrian, sub-subnya diganti, kemungkinannya bisa jadi, kalo

nyampe ke LGBT kayanya, ga dijaman Jokowi, nanti kalo udah

mau kiamat kayanya.”

Melihat sosok Jokowi, Ade sendiri berkomentar bahwa artikel ini

dapat terjadi di Indonesia jika melihat orang-orang dibalik Jokowi.

Ademenilai sosok Jokowi yang kebapakan juga baik membuatnya

berpikir kembali, bahwa bisa saja orang-orang dibalik Jokowi ini yang

memainkan peran, contohnya seperti Megawati.

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

146

“ya seperti Megawati, terus kenapa dia milih Ma’ruf Amin, kenapa

ga milih yang lebih kompeten dari pada itu terus kan karena dia

mau ngambil suara-suara orang muslim, kalo dia pilih yang lain

pasti bakal banyak yang ilang, takutnya kalo nanti ada ditekan

masalah diskriminasi Jokowi akan melakukan itu, melakukan

penghapusan status agama.”

Ade sedikit percaya bahwa penghausan Kementerian Agama dapat

dihapuskan mengingat bahwa ada orang-orang dibelakang Jokowi mampu

menekannya.

Untuk artikel ketiga, Ade berkomentar bahwa ia mendukung adanya

Islam Nusantara, menurutnya karena kita sendiri memiliki ciri khas

Indonesia bukan negara Islam atau Arab. Namun Ade melihatnya sebagai

sejarah dimana Islam masuk ke Indonesia melalui pendekatan budaya.

Daripada dianggap sebagai sebuah artikel, Ade mengaggap tulisan

tersebut sebagai sebuah pendapat pribadi. Ada poin yang membuatnya

percaya dan adapula yang tidak.

“Pernah denger, cerita juga dari mulut ke mulut kaya ada acara apa

natal atau apa kalo bisa speakernya dikecilin takutnya

mengganggu…Percaya gak percaya.. tapi larangan solat disekolah,

masa gaboleh solat disekolah gamungkin nih, takbir keliling bisa

jadi, khotbah masjid iya, Islam Nusantara iya, pengeras suara iya,

penghapusan agama disekolah kayanya ngga yang ini nggak”

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

147

Setelah membaca semua artikel, Ade menerangkan bahwa

sebenarnya ia sempat tidak memilih Jokowi dalam Pemilu setelah salah

satu ustad condong untuk mendukung Prabowo. Namun di satu sisi, Ade

juga merasa khawatir apbila Prabowo nanti terpilih menjadi presiden.

”Sempet ada goyah sih waktu ngeliat videonya Abdul Somad. Tapi

saya lihat dari Prabowo. dia kadang suka ngambil keputusan yang

kadang terburu-buru gitu. Sedangkan perkataan presiden kan gak

bisa ditarik dengan mudah, jadi kaya asal bicara.”

Sedangkan untuk Jokowi Ade tidak hanya menilai dari sosoknya

yang kebapakan saja. Menurut pengamatan Ade, walaupun ketaatan

Jokowi masih dilihatnya setengah-setengah namun hal itu bukan

menjadi patokan untuknya dalam memilih pemimpin. Ade melihat

Jokowi merupakan orang yang tulus untuk membela. Sosok yang

sederhana turut menyumbangkan pilihan untuk Ade dalam memilih

Jokowi sebagai presiden kembali.

Selain itu, kemajuan infrastruktur, pendidikan sosial dan banyak

sektor lainnya termasuk kerja nyata dari Jokowi yang dirasakan oleh

Ade.

“Dia lebih memilih slogan kerja, kerja, kerja. Mba ngeliat sendiri

sih kaya pegawai-pegawai BUMN, PNS-PNS tuh pada beneran

diperes sama dia gitu loh sampe bisa menghasilkan.”

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

148

Ade juga tidak percaya bahwa Jokowi merupakan pendukung

tenaga kerja asing, pro cina dan sebagainya. Menurutnya itu tergantung

dari diri sendiri untuk bersaing. Tidak peduli latar belakang agama atau

etnis.

“Aku dari jaman kuliah tuh udah tau bakalan ada masyarakat

ekonomi Asean, jadi harusnya kita siap sama kaya itu, kalo dia bisa

masuk kita harus bisa keluar”.

Menanggapi persoalan hoaks, Ade menyikapinya untuk tidak ambil

pusing dengan memilih mendiamkannya dan melihat perkembangan atau

memblokir orang-orang yang menyebarkannya. Ade juga berkomentar

bahwa dirinya memang tidak suka membagikan berita di jejaring sosial.

Namun ia mengakui suka mencari dan melakukan cek jika mendapatkan

berita yang dirasa kurang dipercaya atau hoaks.

4.3 Pembahasan

Dalam penjabaran Bab II dijelaskan tentang teori Encoding-Decoding

Stuart Hall terdapat uraian tentang posisi pemaknan khalayak. Posisi tersebut

dikategorikan pada tiga posisi, meliputi; (1) dominant reading, informan

memberikan pemaknaan dengan menerima isi pesan media secara seluruhnya

atau setuju dengan pesan yang disampaikan. (2) negotiated reading, pada posisi

ini informan menerima pesan yang disampaikan media dengan batasan tertentu

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

149

bedasarkan pada penasfsiran tersendiri sesuai dengan minat pribadinya. (3)

oppositional reading, informan mengetahui pesan dominan dari teks namun

mereka menempatkan diri agar tidak sejalan dengan kode-kode program dari

pesan dan memiliki penafsiran berlawanan.

4.3.1 Posisi Pemaknaan Informan

4.3.1.1 Posisi Resepsi Endang Triningsih

Artikel 1 berjudul “Peringatan Untuk Seluruh Ummat ISLAM di

Indonesia”

Dari hasil penetlitan yang dilakukan Endang paham bahwa artikel

ini membahas tentang dugaan pergantian presiden dan wakilnya jika

Jokowi kembali terpilih menjabat sampai dua periode. Meski begitu

Endang, memiliki pandangan yang berbeda dari framing berita yang telah

ditentukan.

Penentuan masalah dalam artikel ini dilihat karena Jokowi punya

peranan yang lemah dan dianggap sebagai boneka untuk memainkan

peran yang telah dirancang oleh PDIP yang dipimpin Megawati serta

China Komunis. Namun hal tersebut tidak sejalan dengan apa yang

dikatakan Endang.

“Memang awalnya kita dulu aku mengira dia bonekanya Megawati

gitu ya, sekarang ternyata tidak, jadi dia Megawati pun gaada

haknya untuk dia banyak omong untuk Jokowi gaada, karena

dibelakang dia kan banyak jadi dia Megawati yang dianggep Ibu ya

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

150

dia ngasih saran gini nanti dipertimbangkan sama Jokowi dan

dewan - dewannya, nasehat dia kan banyak juga gitu, ga tiba – tiba

misalkan Megawati ngomong kamu harus begini, harus a gitu, dia

gabisa jalanin begitu, dia harus ada persetujuan penasehat dia juga,

karena Negara bukan rumah tangga, rumit sebetulnya.”

Perbedaan pemaknaan ini dengan framing pesan bisa dikategorikan

dalam posisi oppositional reading karena pemaknaan Endang tidak

sejalan dengan isi pesan.

Artikel 2 “Kementerian Agama Diganti Namanya menjadi

Kementrian Urusan Haji Zakat dan Wakaf Indonesia”

Menanggapi artikel kedua tentang “Kementerian Agama Diganti

Namanya menjadi Kementrian Urusan Haji Zakat dan Wakaf Indonesia”,

Endang menganggap artikel tersebut tidak benar. Namun Endang juga

bependapat memang menteri agama alangkah lebih baik diganti karena

kurang berbobot. Endang juga menambahkan jika memang pemerintahan

Jokowi tidak menguntungkan mengapa Jokowi sampai membuat Hari

Santri.

Pendapat Endang ini di luar dari framing pesan artikel yang

cenderung condong membahas kinerja Jokowi yang melemahkan agama

Islam. Namun, Endang juga memodifikasi makna terhadap pesan bahwa

memang Menteri agama perlu diganti. Meski menolak makna pada pesan

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

151

namun Endang memiliki pemaknaan lain. Oleh karena itu, pemaknaan

Endang terhadap artikel kedua ini dapat dikategorikan masuk ke dalam

negotiated reading.

Artikel 3 “Saya Tidak Benci Jokowi…. Tapi Waraskah Saya Sebagai

Umat Islam Memilihnya Lagi?”

Artikel ketiga berjudul “Saya Tidak Benci Jokowi…. Tapi

Waraskah Saya Sebagai Umat Islam Memilihnya Lagi?” dianggap

Endang sebagai sebuah fitnah. Endang tak memungkiri bahwa agama

Islam Jokowi memang masih kurang. Meski begitu, ia mengklarifikasi

beberapa poin seperti penghapusan pelajaran agama yang ia anggap

bukan sebagai wewenang Jokowi dan justru pada Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan.

Daripada sepaham dengan pesan dalam artikel, Endang juga melihat

bahwa Jokowi merupakan sosok yang sabar karena terus diserang hoaks.

Dari penjelasan Endang kita bisa mengetahui bahwa pemaknaan Endang

dikategorikan pada posisi oppositional reading.

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

152

4.3.1.2 Posisi Pemaknaan Leli Lindati

Artikel 1 berjudul “Peringatan Untuk Seluruh Ummat ISLAM di

Indonesia”

Mengomentari artikel pertama Leli menyebutkan bahwa artikel

pertama berjudul “Peringatan Untuk Seluruh Ummat ISLAM di

Indonesia” berisi pesan tendensius dan berniat untuk menjatuhkan

seseorang. Menurutnya artikel tersebut menunggangi umat Islam untuk

membenci seseorang nonmuslim seperti Ahok.

"Jahat terus mengatasnamakan agama untuk menyudutkan pihak

tertentu, Kenapa kebenciannya itu ke PDIP? Iya kebenciannya ke

Jokowi terus kayaknya karena Emang ada Ahok Ya dijadikan alat

karena emang jadi karena dia labelnya Cina kebetulan non-muslim,

nah itu dijadikan alat kita harus memusuhi etnis tertentu terus untuk

memusuhi orang yang bukan beragama Islam"

Leli juga menganggap artikel ini akan memelintir orang yang tidak

tahu akan sistem ketatanegaraan, sudah jelas ada undang-undang yang

mengatur negara termasuk mengganti presiden dan wakilnya. Rasa tidak

setuju Leli juga dibuktikan dengan pernyataan bahwa artikel tersebut

menggiring opini publik. Melihat bentuk pemaknaan dari Leli terhadap

artikel, peneliti mengkategoriannya ke dalam jenis oppositional reading.

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

153

Artikel 2 “Kementerian Agama Diganti Namanya menjadi

Kementrian Urusan Haji Zakat dan Wakaf Indonesia”

Untuk artikel kedua, Leli menjelaskan bahwa sebenarnya tujuan

untuk mrmbuat badan zakat dan wakaf, serta haji terpisah ialah agar

tidak terjadi penyimpangan dan lebih profesional. Hal yang membuat

Leli lebih heran ialah mengapa isu penghapusan agama seperti yang

tertulis dalam artikel dibuat seolah-olah kementerian agama benar

dihapuskan.

"Departemen agama sebetulnya kan bukan orang yang ngurusin ahli

dibidang masalah seperti itu gitu, masalah kepengurusan uang yang

segitu besarnya wakaf dan haji. Jadi sebetulnya ini adalah

kebutuhan umat islam yang tambah banyak dan tambah kompleks,

bukan malahan mengecilkan. Tapi isu itu kok dibuat malahan

seolah – olah gaada departemen agama. padahal dibikin departemen

agama itu selamanya akan ada sampe hari kiamat, selama masih ada

NKRI selamanya akan ada. Gadihapus, nah ini badan zakat dan

wakaf itu terpisah supaya lebih profesional, urusan haji tuh

terpisah".

Oleh sebab itu, Leli menyebutkan artikel ini merupakan berita

bohong yang sangat tendensius untuk menjatuhkan pemerintahan Jokowi.

Pemaknaan Leli yang sangat berlawan dengan framing pesan pembuat

artikel, dapat dikategorikan sebagai oppositional reading.

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

154

Artikel 3 “Saya Tidak Benci Jokowi…. Tapi Waraskah Saya Sebagai

Umat Islam Memilihnya Lagi?”

Sebagai seorang muslim, Leli juga menjelaskan bahwa tidak ada

kebijaka Jokowi yang dirasanya mendiskreditkan dan membahayakan

agama Islam. Malahan ajaran Islam Nusantara dianggapnya sebagai ciri

khas budaya Indonesia yang tercermin dari sikap Nambi Muhammad

sehingga Leli tidak mempermasalahkannya.

Orang-orang yang mempermasalahkan hal ini justru ingin

memngajarkan Islam yang identik seperti Arab. Leli juga menegaskan

bahwa pengahpusan pelajaran agama tidak ada. Justru sekolah-sekolah

dianggapnya semakin banyak program baca tulis Quran.

Pemaknaan yang disebutkan Leli menjelaskan bahwa dirinya tidak

senada dengan apa yang tertulis dalam artikel ketiga. Oleh sebab itu,

pemaknaanya dikategorikan ke dalam oppositional reading.

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

155

4.3.1.3 Posisi Resepsi Ismaya Juwita Terhadap Artikel Hoaks

Artikel 1 berjudul “Peringatan Untuk Seluruh Ummat ISLAM di

Indonesia”

Menanggapi artikel pertama, Ismaya berkomentar bahwa tak

mungkin baginya Jokowi melakukan hal-hal semacam itu. Ia yakin

dengan kesan pertamanya bahwa Jokowi merupakan sosok pemimpin

yang sederhana dan memiliki pribadi yang bagus. Jokowi yang dianggap

tidak membela umat Islam dan diragukan keislamannya justru dibantah

sambil membawa pernyataan Yusuf Mansur.

“.. si Yusuf Mansur nih jadi tau banget keislaman keluarganya

Jokowi gitu dan itu nambah saya semakin yakin kalo Jokowi tuh

bukan PKI, si Yusuf Mansur juga bilang bukan PKI, dosa orang

yang mengatakan kalo Jokowi itu PKI, itu udah fitnah”

Dari situ terlihat bahwa pemaknaan yang disampaikan oleh Ismaya

tidak sejalan dengan framing artikel pertama. Malahan ia menganggap

artikel pertama sebagai sebuah tindakan suudzon yang sudah keterlaluan

karena memfitnah Jokowi sebagai PKI. Dari pemaknaan tersebut bisa kita

lihat bahwa Ismaya menyatakan sendiri pemaknaannya untuk menolak

pesan dalam artikel dengan mengkaitkannya pada pernyataan dan

dukungan ustad Yusuf Mansur terhadap Jokowi. Oleh sebab itu,

pemaknaan Ismaya bisa dikategorikan sebagai oppositional reading.

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

156

Artikel 2 “Kementerian Agama Diganti Namanya menjadi

Kementrian Urusan Haji Zakat dan Wakaf Indonesia”

Dalam artikel kedua, Ismaya justru menjelaskan bahwa menteri

agama akan segara diganti. Ia juga justru menanyakan darimana artikel

ini bisa mengetahui terlebih dahulu tentang kebijakan Jokowi.

“Kalo kaya gini-gini mah kaga ngerti lah bener apa ngganya, kan

aku gangeliat peraturannya bakal dirubah, si Jokowi juga galaporan

keaku, bu besok peraturannya berubah nih akan seperti ini, yagak

kok dia bisa tau duluan dari mana gituloh..”.

Ismaya juga menanggapi bahwa sebenarnya ia merasa kasihan

dengan Jokowi karena sering mendapat banyak fitnah, sedangkan ia kerja

secara serius untuk membangun negeri.

Dari hal ini dapat dilihat bahwa Ismaya memodifikasi makna

menurut versinya sendiri yang cenderung melihat bahwa artikel ini

mengundang rasa keprihatian dan simpatinya dengan banyaknya berita

bohong yang menimpa Jokowi. Oleh sebab itu, penulis menggolongkan

pemaknaan Ismaya sebagai negotiated reading.

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

157

Artikel 3 “Saya Tidak Benci Jokowi…. Tapi Waraskah Saya Sebagai

Umat Islam Memilihnya Lagi?”

Sedangkan untuk artikel ketiga, menurutnya artikel ini punya tujuan

untuk membuat umat Islam pecah apalagi sampai menyebutkan

pendukung Jokowi bodoh dan dungu.

Beberapa poin yang disebutkan seperti pelarangan suara masjid

tidak dirasakan oleh Ismaya. Termasuk poin penghapusan ajaran agama

dirasanya tidak mungkin terjadi ketika menanyakan hal itu pada orang

terdekatnya. Oleh sebab itu, artikel ketiga ini dianggap Ismaya sebagai

artikel menebar kebencian dan tidak ada kebenaran di dalamnya.

Peneliti mengkategorikan pemahaman dari Ismaya sebagai bentuk

posisi oppositional reading. Karena tidak ada kecocokan antara pesan dan

kode dari framing artikel

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

158

4.3.1.4 Posisi Resepsi Murdiyanah Terhadap Artikel Hoaks

Artikel 1 berjudul “Peringatan Untuk Seluruh Ummat ISLAM di

Indonesia”

Saat sesi wawancara mengenai artikel pertama, Murdiana merasa

percaya bahwa skenario yang disebutkan dalam artikel dapat terjadi. Ia

memberikan penjelasan bahwa sudah terlihat bagaimana strategi kubu

Jokowi dengan memilih Ma'ruf Amin sebagai wakil presiden untuk

memecah suara umat Islam.

Yana juga membenarkan artikel ini bahwa sebenarnya memang

tanda-tanda ingin memusuhi umat Islam dan menghapus NKRI dengan

banyaknya tenaga kerja cina yang masuk ke Indonesia.

Menurut Yana, satu-satunya jalan agar hal ini tidak dapat terjadi

jangan sampai memilih Jokowi. Melihat pemaknaan ini, dapat

dikategorikan bahwa Yana dalam posisi dominant reading terhadap

artikel pertama.

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

159

Artikel 2 “Kementerian Agama Diganti Namanya menjadi

Kementrian Urusan Haji Zakat dan Wakaf Indonesia”

Sementara itu, untuk artikel kedua berjudul “Kementerian Agama

Diganti Namanya menjadi Kementrian Urusan Haji Zakat dan Wakaf

Indonesia”, Yana berkomentar bahwa artikel ini meamng betul terjadi.

“Jokowi ya gatau agamanya apa, abis kan dia berkedok aja agama

Islam. Diragukan kalo dia bener-bener agama Islam. Dia lebih

banyak apa namanya, membela orang-orang cina dibanding orang

pribumi”

Gejala ini sudah mulai terlihat apalagi dengan banyaknya kyai dan

ustad yang ditangkap oleh polisi. Hal ini membuat Yana menganggap

bahwa artikel kedua memang sudah terjadi di Indonesia. Meski begitu,

pemaknaan Yana terhadap artikel kedua ini bisa dikategorikan ke dalam

dominant reading.

Artikel 3 “Saya Tidak Benci Jokowi…. Tapi Waraskah Saya Sebagai

Umat Islam Memilihnya Lagi?”

Yana juga berpendapat bahwa dirinya setuju dengan artikel ketiga.

Menurut Yana, kebijakan Jokowi tentang Islam Nusantara dan larangan-

larangan terhadap umat Muslim membuatnya tak mau untuk mendukung

Jokowi. Jokowi dilihat Yana sebagai pemimpin yang tidak

memperjuangkan atau membela kepentingan umat Islam. Yana

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

160

mengetahui hal itu dari video yang ia dapatkan melalui WhatsApp. Oleh

sebab itu, Yana lebih menukung Prabowo yang dianggapnya

memperjuangkan umat Islam.

Yana juga menengaskan bahwa artikel ini memang betul. Dalam

pemaknaan Yana, Jokowi punya orang dibelakangnya pendukung-

pendukung dia yang terutama Megawati dan juga banyak didukung sama

orang-orang chinese dan juga orang-orang non-muslim. Bahkan Yana

juga meyakini, bahwa Jokowi merupakan anak seorang Gerwani sehingga

bukan jadi hal yang aneh jika ia mendukung PKI menurut Yana.

Mendengar pemaknaan yang disebutkan Yana, peneliti mengkategorikan

hal tersebut sebagai posisi dominant reading.

4.3.4.5 Posisi Resepsi Aguswati Terhadap Artikel Hoaks

Artikel 1 berjudul “Peringatan Untuk Seluruh Ummat ISLAM di

Indonesia”

Aguswati percaya bahwa skenario yang dituliskan dalam artikel

pertama dapat terjadi karena permainan politik dari orang-orang di

belakang Jokowi seperti Megawati. Penggantian wapres dan presiden

yang dirancang dalam artikel dilihat Aguswati dapat terjadi jika melihat

kondisi dari Ma'ruf Amin yang sudah lanjut usia.

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

161

Walaupun skenario ini dilihat masuk akal bagi Aguswati, namun ia

sendiri setengah percaya dengan kebenaran artikel ini. Menurut Aguswati,

Jokowi sendiri punya sosok yang merakyat hanya saja komunikasi yang

dilakukan kurang tegas.

Aguswati juga menjelaskan bahwa fenomena saat sudah banyak

dikuasai oleh cina. Hal tersebut dianggapnya mengkhawatirkan. Aguswati

percaya bahwa saaat ini PKI sudah menyusup di Indonesia. Terbukti dari

adanya perpecahan umat, adu domba antar ulama. Selain itu, dia juga

menyatakan dengan banyaknya keuntungan yang didapat warga asing

seperti cina, Agus menyatakan dirinya sebagai anti cina. Untuk pilpres

2019, ini Aguswati berharap agar secepatnya pemimpin bangsa kita

diganti. Dari pengamatan hasil wawancara, peneliti menentukan

pemaknaan Aguswati pada artikel pertama dalam posisi dominant

reading.

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

162

Artikel 2 “Kementerian Agama Diganti Namanya menjadi

Kementrian Urusan Haji Zakat dan Wakaf Indonesia”

Setelah membaca artikel ketiga Aguswati menunjukan rasa tidak

setujunya terhadap kebijakan Jokowi. Beberapa poin krusial yang

disebutkan dalam artikel seperti penghapusan status agama serta hukum

nikah dianggapnya mempunyai tujuan untuk menghancurkan agama,

ditambah lagi dengan masuknya kaum LGBT.

Solusi atas masalah ini hanya perlu cepat mengganti presiden.

Pasalnya Aguswati juga percaya sikap tidak tegas Jokowi serta agama

Islam yang dianut, ditambah dengan orang-orang dibelakangnya membuat

Aguswati mempertanyakan kredibilitas dari Jokowi sebagai pemimpin.

Dalam hal ini, pemaknaan Aguswati dapat dikategorikan pada

posisi dominant reading. Pesan-pesan yang dibuat oleh penulis selaras

dan diterima oleh pemaknaan Aguswati.

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

163

Artikel 3 “Saya Tidak Benci Jokowi…. Tapi Waraskah Saya Sebagai

Umat Islam Memilihnya Lagi?”

Aguswati memberikan sikap setuju terhadap artikel karena

sebenarnya telah ia rasakan saat ini ada beberapa poin yang menyudutkan

Islam. Namun yang paling sering dibahasnya merupakan kemunculan

tentang Islam Nusantara. Oleh sebab itu, Aguswati memilih Prabowo

karena adanya dukungan dari ulama.

Menurutnya jika rezim Jokowi terus berkuasa negara dan umat

Islam akan hancur apalagi tenaga kerja asing seperti cina dimasukan terus

ke Indonesia. Dari pemahaman Aguswati, dapat kita ketahui sebagai

posisi pemaknaan dominant reading. Pemaknaan Aguswati hampir

selaras dengan analisis framing pesan artikel.

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

164

4.3.1.6 Posisi Resepsi Ela Nurlela Terhadap Artikel Hoaks

Artikel 1 berjudul “Peringatan Untuk Seluruh Ummat ISLAM di

Indonesia”

Ela langsung mengatakan bahwa artikel pertama merupakan sebuah

fakta. Dari sumber yang ia ketahui, skenario tersebut memang benar

terjadi adanya sehingga tak dapat dipungkiri bahwa Jokowi mendukung

pihak asing yang dominan Cina.

Selain itu, bukan hanya isu PKI yang selalu disebutkan Ela pada

Jokowi. Tapi juga gaya kepimpinan Jokowi dirasa Ela kurang

memuaskan. Beberapa tanda bahwa ada skenario PKI juga ditandai oleh

Ela dengan adanya penangkapan orang-orang yang mengkritik

pemerintahan termasuk seperti para ulama.

"sebenernya tidak mempermasalahkan Jokowi nya jadi Presidennya

ya, tapi dibelakang-belakangnya itu, karena Ibun liat dia tuh

gapunya prinsip, gapunya ketegasan yakan, sebagai Presiden tuh

harusnya tegas lah, jangan ini mah sedikit-sedikit ditangkep, itu

Presiden tidak mengayomi"

Hal yang menjadi khawatiran Ela yakni masalah agama. Ela melihat

bahwa di zaman pemerintahan Jokowi seakan-akan seperti tidak

mendukung umat Islam serta munculnya PKI. Karena itulah, Ela

menyatakan bahwa dirinya tidak pernah mendukung Jokwoi bahkan saat

Jokowi mencalonkan diri pada pilpres 2014.

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

165

Secara keselurhan, walaupun Ela menerima makna disampaikan

penulis namun. Oleh karena itu, peneliti menggolongkan pemaknaan Ela

sebagai posisi yang dominant reading.

Artikel 2 “Kementerian Agama Diganti Namanya menjadi

Kementrian Urusan Haji Zakat dan Wakaf Indonesia”

Sama seperti pertama, tidak ada bantahan dari Ela terhadap kasus

ini. Malahan dengan yakin, artikel tersebut bukan hoaks. Sekali lagi, Ela

menyatakan ketentuan agama akan semakin dilanggar jika Jokowi terus

menjadi pemimpin. Hal ini dapat terjadi karena prinsip yang tidak tegas

dari diri Jokowi.

Solusi yang disarankan dari Ela yakni mengganti presiden. Saat sesi

wawancara mengenai artikel kedua, Ela juga banyak membahas hal-hal

dari luar konteks artikel mengenai kekhawatirannya terhadap agama dan

pemerintahan Jokowi.

Oleh karena itu, peneliti melihat Ela hanya menerima sebagian saja

makna yang diterima pada artikel. Kesimpulannya, pemaknaan Ela bisa

digolongkan ke dalam dominant reading.

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

166

Artikel 3 “Saya Tidak Benci Jokowi…. Tapi Waraskah Saya Sebagai

Umat Islam Memilihnya Lagi?”

Ela meyakini kebenaran artikel tersebut. Salah satu alasan mengapa

ia tidak mau Jokowi menjadi presiden karenea orang-orang

dibelakangnya. Sedangkan lawan kubu Jokowi seperti Prabowo didukung

oleh orang-orang yang pintar dengan agamanya sehingga membuatnya

percaya. Hal yang menjadi sorotan oleh Ela pada penelitian ini

munculnya Islam Nusantara.

Ela sendiri memaknai pemerintahan Jokowi lebih parah dari orde

baru karena melakukan kebohongan saat kampanye 2014 lalu untuk stop

melakukan impor. Pemaknaan yang dilakukan oleh Ela sebagian besar

dianggap sejalan dengan framing artikel.

Meski begitu, Ela juga menyebutkan pendapatnya versi sendiri di

luar framing artikel. Sehingga peneliti membuat kesimpulan bahwa

pemaknaan Ela dikategorikan sebagai dominant reading.

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

167

4.3.1.7 Posisi Resepsi Dian Listiawati Terhadap Artikel Hoaks

Artikel 1 berjudul “Peringatan Untuk Seluruh Ummat ISLAM di

Indonesia”

Mengomentari artikel pertama, Dian merasakan gejala yang

ditulisakan dalam artikel memang benar bakal terjadi. Dian melihat sosok

Jokowi hanya sebagai boneka dan pesuruh petinggi partai. Selama ini

Dian juga melihat Jokowi sebagai pembohong karena kerap megumbar

janji yang tidak ditepati serta telalu memihak asing.

Hal itu terbukti dari cina yang menguasai sektor perdagangan

hingga contoh lainnnya yakni kasus ulama ditangkap dan dicurigai,

dilihat dian sebagai bentuk pemerintahan yang tidak adil.

Dari cara Dian memaknai artikel pertama tentang tenaga kerja

asing, hingga sosok Jokowi yang dianggap sebagai boneka dapat

diketahui selaras seperti pemaknaan yang ditulis oleh si pembuat pesan.

Oleh karena itu, pemaknaan Dian bisa dikategorikan sebagai dominant

reading.

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

168

Artikel 2 “Kementerian Agama Diganti Namanya menjadi

Kementrian Urusan Haji Zakat dan Wakaf Indonesia”

Menanggapi artikel kedua, Dian bertanya bagaimana nasib bangsa

ini jika kementerian agama sampai tega diubah namanya hanya untuk

mengurus haji dan zakat. Sementara itu, urusan agama Islam tidak hanya

di haji dan zakat melainkan juga urusan pernikahan dan lainnya.

Berkaca dari hal tersebut Dian berkomentar bahwa kebijakan

tersebut tidak berdasar dengan aturan agama dan menyalahinya. Dian

menyatakan rasa tidak setuju dan sangat bertentangan dengan kebijakan

Jokowi yang dituliskan pada artikel ini. Apalagi mengenai hukum

pernikahan yang dihapuskan hal ini membuat Dian berpikir akan

munculnya LGBT.

Kesimpulannya Dian percaya Jokowi dan antek-anteknya akan

menerapkan kebijakan ini, jika melihat bagaimana sosok Jokowi sebagai

boneka yang dikendalikan pemerintah atau kepentingan asing. Ia melihat

bahwa pemerintahan Jokowi sudah tidak berdasarkan agama dan akidah

yang melenceng, menjadikan Jokowi di mata Dian sebagai presiden yang

tidak baik.

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

169

Melihat pemaknaan Dian terhadap artikel kedua, dapat

dikategorikan posisinya sebagai dominant reading karena framing pesan

yang dibuat penulis selaran dan sebagaian besar memiliki makna yang

sama.

Artikel 3 “Saya Tidak Benci Jokowi…. Tapi Waraskah Saya Sebagai

Umat Islam Memilihnya Lagi?”

Saat membaca artikel ketiga, Dian beranggapan bahwa dirinya tidak

membenci Jokowi namun yang ia benci dari Jokowi adalah pekerjaan

yang telah dilakukannya. Menurutnya, Jokowi sudah membohongi, tidak

amanah, tidak memihak rakyat serta keluar dari jalur agama. Serta

searang aturan Islam akan ditentang.

Dian menganggap bahwa cara kerja Jokowi mirip seperti komunis.

Hal itu Dian cirikan seperti keterangan sebelumnya di atas meliputi

tindakan berbohong, mengkhianati rakyat, serta berhutang kepercayaan

dengan meihak orang asing. Hal itu dianggap Dian sebagai tindakan yang

jauh dari agama Islam dan dia meyakini 80 persen pada artikel tersebut

mengandung kebenaran.

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

170

Dibandingkan dengan framing artikel yang lebih banyak membahas

tentang kebijakan Jokowi yang merugikan umat Islam. Peneliti melihat

bahwa Dian telah menangkap sebagian besar pemaknaan artikel. Dari

situ, peneliti simpulkan bahwa pemaknaan Dian terhadap artikel ketiga

bisa dikategorikan masuk ke dalam posisi dominant reading.

4.3.1.8 Posisi Resepsi Dewi Nur Azizah Terhadap Artikel Hoaks

Artikel 1 berjudul “Peringatan Untuk Seluruh Ummat ISLAM di

Indonesia”

Saat membaca artikel pertama, Dewi mengatakan jika skenario

penggantian presiden dan wakilnya yang ditulisakan pada artikel

dilihatnya masuk akal, menurut Dewi semuanya seperti agenda yang

tersusun rapi.

Walaupun begitu, Dewi sendiri masih ragu untuk percaya. Apalagi

Dewi juga tidak mengetahui bahwa Jokowi merupakan keturunan cina

seperti yang dituliskan pada artikel. Namun skenario masuknya cina

untuk menguasai NKRI memang dirasa sudah benar terjadi. Hal ini Dewi

lihat karena saat ini sudah banyak orang Cina di Indonesia.

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

171

Dewi yang masih ragu akan skenario tersebut menganggap bahw hal

tersebut tidak akan terjadi jika Jokowi mampu mengambil sikap.

Sedangkan Jokowi dilihat oleh Dewi sebagai sosok yang tidak memiliki

kekuatan atau bahkan hanya seperti tameng partai politik saja meski

kinerja Jokowi sudah dibuktinya dengan banyaknya infrastuktur.

Secara kesimpulan pemaknaan Dewi memiliki beberapa poin yang

selaras dengan framing berita. Namun Dewi memodifikasikannya

bedarakan minat dan pengetahuannya terhadap Jokowi dari versinya

sendiri. Jika dilihat dari hal tersebut, pemaknaan Dewi pada artikel ini

dapat dikategorikan pada posisi negotiated reading.

Artikel 2 “Kementerian Agama Diganti Namanya menjadi

Kementrian Urusan Haji Zakat dan Wakaf Indonesia”

Dewi sendiri belum mempercayai tulisan dalam artikel yang

mengatakan bahwa Jokowi merupakan pendukung LGBT. Menurutnya

jika memang benar Jokowi akan menyetujui poin-poin yang akan

dihapuskan dalam Kementerian Agama ini dianggapnya sebagai tindakan

yang kurang tepat dan tidak masuk diakal.

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

172

Jika peraturan pernikahan seperti wali, saksi, serta penghulu

ditiadakan secara otomatis kebijakan ini mendukung poligami, poliandri,

hingga pernikahan sesama jenis. Melihat sosok Jokowi dari sifat

kesederhanaanya dan keluarganya yang adem, Dewi kurang yakin bahwa

Jokowi sampai hati menyutujui kebijakan tersebut.

Malahan artikel kedua ini dianggap dewi keterlaluan, meski Dewi

masih diambang percaya dan tidak. Penghapusan peraturan hukum

pernikahan diperbaharui seperti yang tertulis dalam artikel, Dewi masih

tidak bisa mempercayai apalagi alasannya dianggap tidak logis dengan

tujuan untuk pembangunan.

Melihat pemaknaan Dewi terhadap artikel kedua, dapat dilihat

bahwa Dewi memberikan pemaknaanya tersendiri terhadap isi artikel.

Dari situ bisa diketahui, bahwa Dewi emmebrikan makna negosiasi

bedasarkan pengetahauannya terhadap artikel kedua. Dalam hal ini posisi

pemaknaan Dewi dalam artikel ini termasuk pada posisi negotiated

reading.

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

173

Artikel 3 “Saya Tidak Benci Jokowi…. Tapi Waraskah Saya Sebagai

Umat Islam Memilihnya Lagi?”

Dewi menjelaskan bahwa ada poin yang Dewi setujui dalam artikel

yakni "jangan cuma lihat keuntungan infrastuktur, sementara agama dan

akidah anak-anak kita terancam bahaya. Kalimat tersebut sebenarnya

tidak membuat Dewi paham tapi ia mellihat bahwa sebenarnya kita juga

tidak boleh lengah atau terlena dengan kinerjanya tapi juga harus melihat

sosok Jokowi lebih dalam lagi.

Pemaknaan Dewi yang dilihat dari pernyataan dan pendapatnya

sebenarnya ada hal yang bisa dibilang kontradiktif bagi Dewi. Poin-poin

seperti kebijakan Jokowi yang melarang adanya pengeras suara masjid

sampai dengan pelarangan pelajaraan agama di sekolah tidak dialami oleh

Dewi.

Sehingga Dewi sendiri merasa bahwa artikel ketiga yang ia baca

justru seperti sebuah hoaks. Dari pemaknaan yang disebutkan Dewi pada

artikel ketiga, peneliti melihat bahwa pesan framing dengan pemaknaan

Dewi sebenarnya saling berlawanan. Di samping itu, Dewi juga

memberikan penafsirannya tersendiri terhadap artikel tersebut.

Kesimpulannya pemaknaan Dewi bisa masuk ke dalam posisi negotiated

reading.

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

174

4.3.1.9 Posisi Resepsi Ade Rahmawati Terhadap Artikel Hoaks

Artikel 1 berjudul “Peringatan Untuk Seluruh Ummat ISLAM di

Indonesia”

Saat membaca artikel pertama, Ade langsung menyatakan bahwa

artikel ini bukan seperti sebuah berita melainkan luapan keamrahan

seseorang. Ade juga turut mengomentari bahwa struktur penulisan dalam

artikel yang patut dipertanyakan. Sehingga Ade sama sekali tidak percaya

dengan tulisan pada artikel tersebut.

Ade justru melihat artikel pertama merupakan pesan yang bertujuan

untuk menjelekan Jokowi. DI sisi lain, Ade juga tidak percaya bahwa

dapat semudah itu menjalankan skenario untuk mengganti wapres.

Dari hasil wawancara, dapat diketahui bahwa Ade melakukan

pemaknaan yang berbanding tebalik dengan framing yang dibuat penulis

artikel. Oleh sebab itu, pemaknaan Ade dapat digolongkan pada posisi

oppositional reading.

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

175

Artikel 2 “Kementerian Agama Diganti Namanya menjadi

Kementrian Urusan Haji Zakat dan Wakaf Indonesia”

Ade menjelaskan artikel kedua lebih memilikis stuktur berita yang

jelas dan tertata rapi sehingga ia percaya ada kemungkinan benar.

Ditambah lagi dengan link berita Sindo yang disertakan pada akhir

tulisan.

Meski begitu, Ade mengaku bahwa tidak sepenuhnya ia

mempercayai artikel ini dengan benar. Bahkan, Ade tidak meyakini

masuknya LGBT secara legal bisa terjadi di zaman Jokowi.

Namun pada poin yang lain, Ade cukup yakin kolom status agama

dalam KTP mungkin dapat dihapus. Namun, Ade sendiri melihat hal itu

sebagai bentuk kontroversi. Tapi diakhir sesi waancara artikel kedua, Ade

meyakinkan dirinya bahwa artikel kedua yang telah ia baca lebih banyak

tidak benarnya.

Argumen lain yang sempat Ade katakan mungkin saya Jokowi bisa

melakukan kebijakan ini karena didorong oleh orang-orang

dibelakangnya. Sama seperti strategi pilpres sekarang ini, meski Ade

memilih Jokowi namun ia menyayangkan pilihan orang-orang di

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

176

belakang Jokowi dengan memilih Ma'ruf Amin padahal menurutnya lebih

banyak yang komputen.

Dari situ Ade meyakini adanya kepentingan untuk mengambil suara

muslim. Sama halnya dengan cara tersebut, bisa saja upaya penghapusan

ini dilakukan untuk tujuan kepentingan orang.

Menanggapi berbagai argumen Ade pada artikel kedua, peneliti

melihat Ade memberikan penafsirannya tersendiri terhadap artikel. Ada

setuju dan tidak, dan beberapa di antaranya merupakan modifikasi lain

untuk menanggapi artikel berita. Dari pemaknaan yang telah Ade lakukan

bisa dikategorikan sebagai posisi negotiated reading.

Artikel 3 “Saya Tidak Benci Jokowi…. Tapi Waraskah Saya Sebagai

Umat Islam Memilihnya Lagi?”

Saat membaca artikel ketiga, Ade merasa bahwa artikel ini

memmpunyai beberapa poin yang benar meskipun tidak sepenuhnya. Hal

yang ia setujui yakni larangan pengeras masjid. Dari sepengetahuan Ade

dari omongan orang-orang peraturan ini diberlakukan saat acara natal.

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

177

Saat ditanya apakah Ade pernah mengalami peraturan ini, Ade

menyanggah bahwa sekitar komplek rumahnya di dominasi orang Islam

sehingga ia tidak pernah mengalami hal ini. Dari ketiga artikel yang telah

dibaca, Ade merasa artikel ketiga yang paling ia percaya karena ada

beberapa poin yang dirasa benar.

Dari pemaknaan tersebut dapat diketahui bahwa Ade hanya

memodifikasi penafsirannya terhadap poin tertentu saja sesuai dengan

minatnya. Oleh karena itu, pemaknaan Ade terhadap artikel ketiga

disebutkan sebagai posisi negotiated reading.

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

178

4.3.2 Penjabaran Data Hasil Pembahasan

Untuk mempermudah peneliti mengkategorikan hasil pembahasan,

maka dari itu peneliti membuat tabel berdasarkan pada artikel yang

peneliti jadikan unit analisis dan menempatkan sembilan informan

penelitian ke dalam posisi pemaknaan Stuart Hall.

Tabel 4.2

Posisi Pemaknaan Informan Terhadap Artikel Pertama Berjudul

“Peringatan Untuk Seluruh Ummat ISLAM di Indonesia”

Informan Dominant Reading

Negotiated Reading

Oppositional reading

Endang Triningsih �

Leli Lindawati �

Ismaya Juwita �

Murdiyana �

Aguswati �

Ela Nurlela �

Dian Listiawati �

Dewi Nur Azizah �

Ade Rahmawati �

Sumber: Tifani, 2019

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

179

Dalam artikel pertama dikethaui informan yang merupakan

pendukung Jokowi seperti Endang, Leli, Ismaya dan Ade memiliki

pemaknaannya masing-masing. Endang dan Leli dalam posisi pemaknaan

yang sama yakni oppositional reading. Keduanya mengungkapkan rasa

ketidaksetujuan mereka terhadap artikel tersebut. Menuduh Jokowi

sebagai PKI merupakan sebuah fitnah yang jahat, selain itu scenario

permainan naik turun menjadi presiden dan wakil presiden dianggap

sebagai hal yang mustahil dan berlawanan dengan undang-undang negara

Indonesia. Selain itu, berkaca dari artikel pertama perndukung Jokowi

justru melihat bahwa sosok Jokowi merupakan penyabar karena terus

mendapat fitnah dan tidak melawan.

Sedangkan Ismaya yang juga merupakan Jokowi, mempunyai

pandangan tersendiri terhadap artikel dengan mengkaitkannya pada Ustad

Yusuf Mansur. Pemaknaan Ismaya dilihat termasuk kedalam posisi

negotiated reading karena memiliki penafsiran tersendiri terhadap artikel.

Namun, untuk pendukung Prabowo meliputi Murdiyana, Aguswati,

Ela, serta Dian memberikan penafsiran yang sama bahwa apa yang

dituliskan pada artikel merupakan kenyataan dan benar terjadi.

Keempatnya senada bahwa skenario semacam ini punya kemungkinan

akan terjadi apalagi melihat sosok Presiden Jokowi dianggap keempat

informan seperti boneka. Jika dibandingkan pendukung Prabowo punya

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

180

nada yang sama dan sesuai seperti framing artikel yang telah dibuat, itu

sebabnya mereka amsuk ke dalam posisi dominant reading.

Dewi yang menjadi salah satu informan yang golput justru

menunjukan kebimbangannya terhadap kebenaran artikel. Dari

pernyataanya Dewi melihat ada potensi untuk terjadi skenario dan sudah

banyaknya warga cina seperti yang dituliskan pada artikel. Namun dari

sikapnya yang masih memiliki sejumlah pertimbangan kebenaran berita

membuat Dewi masuk ke dalam posisi negotiated reading.

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

181

Tabel 4.3

Posisi Pemaknaan Informan Terhadap Artikel Kedua Berjudul

“Kementerian Agama Diganti Namanya menjadi Kementrian

Urusan Haji Zakat dan Wakaf Indonesia”

Informan Dominant Reading

Negotiated Reading

Oppositional reading

Endang Triningsih �

Leli Lindawati �

Ismaya Juwita �

Murdiyana �

Aguswati �

Ela Nurlela �

Dian Listiawati �

Dewi Nur Azizah �

Ade Rahmawati �

Sumber: Tifani, 2019

Pada artikel kedua pendukung Jokowi seperti Endang dan Ismaya

memiliki pemaknaanya tersendiri terhadap artikel. Endang memiliki

pemaknaan bahwa memang sebenarnya Presiden Jokowi mengganti

Kementerian Agama jika kembali terpilih. Hal itu membuat Endang

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

182

masuk pada kategori negotiated reading. Sedangkan Ismaya juga berada

pada posisi yang sama. Saat membaca artikel kedua, Ismaya justru

berkeluh kesah dengan artikel yang dibacanya yang benar-benar

menjelekan Jokowi. Ia mengaku justru merasa bersimpati terhadap

Jokowi karena ia merasa yakin tidak ada karakter semacam yang

dituliskan pada artikel dapat disandingkan dengan Jokowi. Dari situ

peneliti menempatkan Ismaya dalam posisi negotiated reading.

Para pendukung Prabowo, justru melihat apa yang dituliskan pada

artikel merupakan suatu kebenaran dan bukan hoaks. Selain menilai dari

sisi ketaatan Jokowi pada agama yang dianggap mereka kurang dan hanya

kedok semata, mereka juga menyebutkan kekhawatiran akan bahaya PKI

yang bertujuan untuk menghapuskan unsur-unsur Islam dan masuknya

LGBT. Sehingga dari sini dapat dilihat bahwa pendukung Prabowo

seperti Murdiyana, Aguswati, Ela dan Dian memiliki posisi dominant

reading.

Sedangkan Dewi dan Ade masuk ke dalam posisi negotiated

reading. Jika melihat hasil pemaknaan mereka terhadap artikel bisa

disebutkan bahwa keduanya memiliki pemaknaan alternatif yang

dimodifikasi dengan pengalaman dan minat mereka setelah membaca

artikel.

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

183

Tabel 4.4

Posisi Pemaknaan Informan Terhadap Artikel Krtiga Berjudul

“Saya Tidak Benci Jokowi…. Tapi Waraskah Saya Sebagai Umat

Islam Memilihnya Lagi?”

Informan Dominant Reading

Negotiated Reading

Oppositional reading

Endang Triningsih �

Leli Lindawati �

Ismaya Juwita �

Murdiyana �

Aguswati �

Ela Nurlela �

Dian Listiawati �

Dewi Nur Azizah �

Ade Rahmawati �

Sumber: Tifani, 2019

Pada artikel ketiga, pendukung Jokowi berada pada posisi

oppositional reading. Baik Endang, Leli dan Ismaya ketiganya

menjelaskan bahwa poin-poin yang disebutkan dalam artikel tidaklah

benar dan sama sekali tidak mereka rasakan.

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

184

Namun bagi pendukung Prabowo, kepemimpinan Jokowi yang

dituliskan dalam artikel memang benar adanya terjadi dan dapat dirasakan

saat ini. Hal yang menyita perhatian para pendukung Prabowo yakni

munculnya Islam Nusantara yang mereka anggap sebagai sesuatu yang

menyesatkan. Pendukung Prabowo meyakini bahwa selain komunis,

Jokowi juga mendukung kepentingan munculnya Islam Nusantara.

Namun Dewi dan Ade, menentukan posisi mereka pada negotiated

reading. Hal ini dilakukan bahwa mereka sendiri menyampaikan persepsi

bahwa ada poin yang mereka anggap benar dan ada hal yang mereka

anggap tidak terjadi atau tidak mereka alami.

Selain mengenai posisi pemaknaan informan disebutkan dalam

penelitian ini, peneliti juga mengkategorikan tentang motif untuk

menyebarkan berita sebaran hoaks. Peneliti membuat tabel tentang

seberapa banyak informan punya motif untuk menyebarkan berita atau

artikel melalui WhatsApp melalui tabel berikut ini:

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

185

Tabel 4.5

Informan yang Berniat Menyebarkan Artikel dari WhatsApp

Informan Menyebarkan

atikel di WA Tidak Menyebarkan

Endang Triningsih � Leli Lindawati

Ismaya Juwita �

Murdiyana �

Aguswati �

Ela Nurlela �

Dian Listiawati �

Dewi Nur Azizah �

Ade Rahmawati �

Sumber : Tifani, 2019

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa kebanyakan informan yang

punya motif untuk menyebarkan artikel dari WhatsApp merupakan

mereka yang sering dalam posisi dominant reading. Sedangkan untuk

informan pendukung Jokowi, respon mereka cenderung lebih banyak

mendiamkan artikel saat menemukannya di grup pengajian.

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

186

Namun salah satu informan yakni Leli, sempat melakukan

perlawanan dengan mengajurkan proses berpikir dan nalar terhadap

kebenaran suatu berita pada grup. Tak jarang menurut pengalamannya

Leli pernah berdebat ditambah respon yang tidak mengenakan dari grup

membuatnya pernah sampai keluar dari grup di luar kelompok pengajian

Al-Kayyis. Sedangkan pengalaman lain yang didapatkan oleh pendukung

Jokowi seperti Endang harus sampai ditanyakan pendukung politik mana

terlebih dahulu untuk masuk ke dalam kelompok pengajian lain. Perlu di

garis bawahi kasus yang dialami oleh Endang dan Leli merupakan di luar

dari kelompok pengajian Al-Kayyis.

Melalui tabel di atas juga dapat diketahui bahwa informan dengan

posisi dominant reading, punya motif untuk menyebarkan artikel yang

mereka temui di WhatsApp, terkecuali Murdiyana. Ia memberikan

pernyataan bahwa ia lebih memilih untuk menyimpan informasi dari

WhatsApp untuk dijadikan pengetahuan sendiri.

Meski para informan yang berada pada dominant reading punya

motif besar untuk membagikan artikel dari WhatsApp. Mereka punya

niatan untuk menyebar artikel sebagai informasi yang layak untuk

disebarkan dengan ketentuan hanya disebarkan untuk orang terdekat

seperti keterangan dari Aguswati dan Dian Listiawati. Sedangkan Ela,

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

187

mengaku memiliki pengalaman menyebarkan informasi yang ternyata

merupakan hoaks. Meski begitu, ia masih akan menyebarkan informasi

yang sudah ia cek terlebih dahulu. Untuk melakukan cek pun, biasanya

para informan penyebar artikel di WhatsApp mengaku melakukan cek

pada mesin pencarian seperti Google serta video dari Youtube yang

mereka anggap benar dan terpercaya.

Perihal untuk mengecek artikel yang ditemukan pada WhatsApp

masing-masing informan mempunyai cara tersendiri. Endang lebih

memilih untuk menanyakan kepada orang yang ia anggap ahli. Ia sendiri

mengaku punya rekan dan jaringan sosial dengan orang-orang yang ia

anggap pakar ahli serta hukum. Sedangkan Leli, justru melakukan cek

fakta dari media-media seperti koran dan majalah mainstream. Ismaya,

memilih TV serta melakukan konfirmasi kepada putranya mengenai

kebenaran artikel dan informasi yang ia dapat.

Sedangkan untuk pendukung selain Jokowi, seperti Yana mengaku

tidak punya cukup waktu untuk melakukan cek fakta, terlebih lagi ia juga

menjelaskan tidak memahami cara untuk mencari tahu melalui mesin

pencarian dan internet. Oleh sebab itu, WhatsApp menjadi sumber

informasi yang didapatkan Yana. Instagram dan Youtube merupakan

salah satu sumber informasi yang paling sering Aguswati konsumsi,

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

188

biasanya jika ia ingin mencari tahu sesuatu, Aguswati mencarinya melalui

dua media sosial tersebut. Sama seperti Aguswati, selain Instagram dan

Youtube, Dian juga menambahkan berita seperti dari Line Today dan

televisi sebagai bahan rujukannya untuk mencari informasi dan berita.

Sedangkan bagi Dewi dan Ade mencari tahu sesuatu dari media

mainstream dan media online juga bisa menjadi bahan rujukan untuk

melakukan cek fakta.

Melihat bagaimana pemaknaan dari informan yang memiliki posisi

dominant reading, dapat kita ketahui bahwa mereka masih belum

memahami konsep mengenai hoaks. Hal itu dapat dilihat karena mereka

membenarkan semua isi dalam artikel merupakan suatu realitas yang

benar atau akan terjadi jika Jokowi terpilih kembali menjadi Presiden.

Namun dapat kita sadari bahwa pemaknaan mereka menanggapi artikel

hoaks merupakan contoh kecil bahwa dalam masyarakat kita masih

memiliki kesulitan untuk menentukan mana sebuah kebenaran dan mana

yang kebohongan atau hoaks, hal ini menjadi salah satu dampak dari era

post-truth.

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

189

Perlu diketahui bahwa beberapa nama seperti ustad juga disebutkan

dalam sesi wawancara bersama informan. Ada ustad ustad yang

pilihannya dijadikan referensi untuk memilih pilihan politik dan adapula

ustad yang dianggap menebarkan kebencian pada pemerintah dan

presiden.

Tak dapat dipungkiri bahwa masyarakat Indonesia masih memiliki

kultur untuk menjadikan ulama sebagai tokoh panutan termasuk dalam

politik. Disamping itu, peneliti juga melihat unsur agama kental kaitannya

untuk menentukan pemimpin. Peran agama dalam sektor kehidupan

masyarakat Indonesia dianggap penting, termasuk pada hubungan agama

dan politik.

Informan yang lebih sering menjadi dominant reading memaknai

bahwa sebenarnya agama Islam Jokowi perlu dipertanyakan. Sebagian

besar informan senada, bahwa rezim pemerintahan Jokowi dianggap

meresahkan umat Islam, mulai dari penangkapan ulama, penghapusan

nilai-nilai dan unsur budaya Islam, serta munculnya Islam Nusantara yang

dianggap condong menyesatkan. Istilah boneka, China dan PKI juga

sering kali melekat dalam diri Jokowi di dalam pemaknaan para informan

pendukung Prabowo di dalam penelitian ini. Meski begitu, beberapa

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019

190

informan tak menampik kemajuan infrastruktur pada pemerintahan

Jokowi.

Sedangkan informan pendukung Jokowi, memiliki berbagai macam

pemaknaan yang berbeda satu sama lain. Salah satu informan

menyebutkan bahwa agama Islam Jokowi dianggap belum seperti yang

diharapkannya. Meski begitu, sosok sederhana dan benar-benar bekerja

untuk negeri lebih sering dilihat oleh informan pendukung Jokowi dalam

penelitian ini. Jokowi juga dimaknai sebagai sosok penyabar dengan

banyaknya berita fitnah dan hoaks yang sering menimpanya.

Motif lainnya yang turut mempengaruhi pemaknaan informan yakni

keterbatasan pengetahuan informan atau factor kognitif. Selain

memahami informasi tentang politik tapi literasi media/digital dianggap

juga perlu. Melihat para informan posisi dominant reading menyatakan

kebenaran terhadap artikel yang mereka baca secara gamblang hal ini

menjadi cerminan bahwa masih banyak kalangan ibu-ibu belum

memahami hoaks dan disinformasi. Apalagi di era post-truth saat ini,

masyarakat tak lagi melihat fakta dalam membebntuk opini dan debat

politik, melainkan menggunakan emosi dan keyakinan personal. Dalam

situasi seperti ini fakta apapun tak lagi dianggap penting. Akibatnya

informasi yang muncul dari media sosial dan internet semakin mudah

Analisis resepsi kalangan..., Nur aida tifani, FIKOM UMN, 2019