bab iv hasil dan pembahasan 1.1.1. gambaran umum objek

38
37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1.Hasil Penelitian 1.1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Pacitan Nomor 4 Tahun 2016 tentang pembentukan dan susunan perangkat daerah Kabupaten Pacitan yang ditindaklanjuti dengan Peraturan Bupati Pacitan Nomor 76 Tahun 2016 tentang kedudukan, tugas, dan fungsi susunan organisasi serta tata kerja organisasi perangkat daerah Kabupaten Pacitan, dijelaskan bahwa tugas pokok , Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah adalah sebagai berikut : 1. Tugas Pokok a. Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah mempunyai tugas membantu Bupati melaksanakan fungsi penunjang keuangan yang meliputi anggaran dan perbendaharan, akuntansi dan aset daerah, serta tugas pembantuan yang diberikan kepada kabupaten. 4.1.2 Visi dan Misi BPKAD Kabupaten Pacitan. 4.1.2. Visi Misi BPKAD Kabupaten Pacitan 4.1.2.1 Visi Visi Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Pacitan adalah terwujudnya pengelolaan keuangan dan aset yang berkualitas melalui profesionalisme kerja”.

Upload: others

Post on 02-Oct-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1.1. Gambaran Umum Objek

37

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

1.1.Hasil Penelitian

1.1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Pacitan Nomor 4 Tahun

2016 tentang pembentukan dan susunan perangkat daerah Kabupaten Pacitan

yang ditindaklanjuti dengan Peraturan Bupati Pacitan Nomor 76 Tahun 2016

tentang kedudukan, tugas, dan fungsi susunan organisasi serta tata kerja

organisasi perangkat daerah Kabupaten Pacitan, dijelaskan bahwa tugas pokok ,

Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah adalah sebagai berikut :

1. Tugas Pokok

a. Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah mempunyai tugas

membantu Bupati melaksanakan fungsi penunjang keuangan yang

meliputi anggaran dan perbendaharan, akuntansi dan aset daerah, serta

tugas pembantuan yang diberikan kepada kabupaten. 4.1.2 Visi dan Misi

BPKAD Kabupaten Pacitan.

4.1.2. Visi Misi BPKAD Kabupaten Pacitan

4.1.2.1 Visi

Visi Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Pacitan

adalah terwujudnya pengelolaan keuangan dan aset yang berkualitas melalui

profesionalisme kerja”.

Page 2: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1.1. Gambaran Umum Objek

38

Makna dari visi tersebut adalah upaya mewujudkan pengelolaan

keuangan dan aset daerah melalui sumber daya aparatur yang bekerja secara

profesioanal.

4.1.2.2 Misi

Misi BPKAD Kabupaten Pacitan :

1. meningkatkan pengelolaan dan pengembangan keuangan dan aset secara

profesional

2. Menerapkan sistem dan prosedur dalam rangka mewujudkan pelayanan

yang efektif

3. melakukan peningkatan kapasitas aparatur dan sarana kerja dalam rangka

mewujudkan profesionalisme kerja

4.1.3 Pendapatan Daerah Kabupaten Pacitan

Ada 3 (tiga) sumber pendapatan daerah di Kabupaten Pacitan yang

memegang peranan penting dalam proses pengelolaan keuangan daerah.

1. Sumber pendapatan yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah yang terdiri

dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang

dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, yang

pelaksanaannya ditetapkan melalui Peraturan Daerah (Perda).

2. Sumber pendapatan yang berasal dari dana perimbangan pemerintah pusat

dan daerah yang terdiri dari dana bagi hasil pajak/bagi hasil bukan pajak.

Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus.

Page 3: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1.1. Gambaran Umum Objek

39

Sumber pendapatan yang berasal dari lain-lain pendapatan daerah yang sah terdiri

dari pendapatan hibah, bagi hasil pajak dari Provinsi dan dari pemerintah daerah

lainnya, dana penyesuaian dan otonomi khusus dan bantuan keuangan dari Provinsi

atau pemerintah daerah lainnya.

Dari semua pendapatan tersebut, yang memberikan kontribusi

terbesar berasal dari dana perimbangan, sedangkan sumber pendapatan daerah

yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah masih terlalu kecil dibandingkan

dengan dan transfer dari Pemerintah Pusat. Hal ini menunjukkan bahwa

Kabupaten Pacitan selama ini dalam pembiayaan administrasi pemerintahan dan

pembangunannya masih sangat tergantung kepada pemerintah pusat, terutama

untuk membiayai belanja pegawai berupa gaji dan belanja pembangunan yang

sifat peruntukannya sudah ditentukan oleh pemerintah pusat seperti DAK,

DBHCHT, BOS dan Pajak Rokok. Dari kondisi tersebut maka pengelolaan

pendapatan daerah harus dioptimalkan kinerjanya untuk meningkatkan

penerimaan, khususnya yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) guna

kelangsungan pendanaan penyelenggaraan pemerintahan dan Pembangunan di

Kabupaten Pacitan dengan harapan pada tahun mendatang dapat memiliki

kemandirian fiskal daerah, sehingga tidak selalu tergantung pada pendapatan

transfer baik pemerintah pusat maupun dari pemerintah Provinsi. (pacitan.go.id)

4.2 Hasil Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

teknik dokumentasi. Pengumpulan data secara dokumentasi yang dikumpulkan

dalam penelitian ini berupa data laporan realisasi anggaran tahun 2008-2019

yang diperoleh dari BPKAD Kabupaten Pacitan.

Page 4: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1.1. Gambaran Umum Objek

40

Tabel 4.1

Hasil Pengumpulan Data

Per 31 Desember 2008-2019

(Dalam Rupiah)

No Tahun

Pendapatan Asli

Daerah (X1)

Dana Alokasi

Umum (X2)

Dana Alokasi

Khusus (X3)

Dana Bagi Hasil

(X4) Belanja Modal (Y) Rata-Rata

1 2008 23.692.306.074,00 406.718.314.000,00 61.396.000.000,00 32.864.274.258,00 129.100.543.812,00 130.754.287.628,80

2 2009 27.666.707.833,00 429.136.640.000,00 61.207.000.000,00 30.306.732.832,00 97.189.650.565,00 129.101.346.246,00

3 2010 29.488.179.487,00 435.690.795.000,00 57.983.600.000,00 40.760.726.450,00 72.094.433.778,00 127.203.546.943,00

4 2011 48.359.915.660, 00 480.580.537.000,00 54.055.900.000,00 45.894.161.133,00 144.255.052.183,00 154.629.113.195,20

5 2012 57.298.39.682,00 589.829.914.000,00 51.724.730.000,00 49.795.680.035,00 153.539.156.459,00 180.437.544.035,20

6 2013 62.988.926.126,00 647.293.403.000,00 51.937.520.000,00 56.602.134.303,00 132.854.725.599,00 190.335.341.805,60

7 2014 101.276.945.021,00 700.743.024.000,00 51.869.860.000,00 55.639.205.951,00 200.429.181.165,00 221.991.643.227,40

8 2015 126.449.078.416,80 714.847.233.000,00 95.364.070.000,00 53.312.201.816,00 268.151.647.436,91 251.624.846.133,94

9 2016 150.466.067.820,59 807.907.686.000,00 222.388.548.658,00 56.876.719.010,00 379.166.997.216,56 323.361.203.741,03

10 2017 1.655.537.179.584,19 793.715.346.000,00 234.751.256.308,00 52.713.507.009,00 346.602.302.143,00 684.179.322.225,30

11 2018 185.153.427.758,47 793.715.346.000,00 277.683.212.331,00 99.006.905.287,00 271.920.244.653,80 325.495.827.206,05

12 2019 199.044.387.517,51 817.563.878.000,00 293.393.586.330,00 81.796.889.037,00 372.064.484.883,52 352.772.645.153,61

rata-rata 222.285.113.415,05 634.811.843.000,00 126.146.273.635,58 54.630.761.426,75 201.887.828.886,53 247.952.364.072,78

Sumber : Data Sekunder Diolah,2021(BPKAD Kabupaten Pacitan)

Page 5: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1.1. Gambaran Umum Objek

41

Berdasarkan hasil rekapitulasi perhitungan Pendapatan Asli Daerah

pada tabel 4.1 diatas, dapat dilihat bahwa rata-rata Pendapatan Asli Daerah

mengalami kenaikan sebesar Rp222.285.113.415,05 hal ini disebabkan karena

adanya beberapa faktor antara lain yakni optimalisasi sumber-sumber

Pendapatan Asli Daerah dan efisiensi penggunaan dana Pendapatan Asli Daerah.

Berdasarkan hasil rekapitlasi perhitungan Dana Alokasi Umum pada

tabel 4.1 diatas dapat diihat bahwa rata-rata Dana Alokasi Umum mengalami

kenaikan sebesar Rp634.811.843.000,00 Hal tersebut disebabkan karena adanya

optimalisasi penggunaan Data Alokasi Umum dan efisiensi dari Dana Alokasi

Umum tersebut.

Berdasarkan hasil rekapitulasi perhitungan Dana Alokasi Khusus pada

tabel 4.1 diatas dapat dilihat bahwa rata-rata Dana Alokasi Khusus mengalami

kenaikan sebesar Rp126.146.273.635,58 Hal tersebut disebabkan karena adanya

optimalisasi penggunaan Data Alokasi Khusus dan efisiensi dari Dana Alokasi

Khusus tersebut.

Berdasarkan hasil rekapitulasi perhitungan Dana Bagi Hasil pada tabel

4.1 diatas dapat dilihat bahwa rata-rata Dana Bagi Hasil mengalami kenaikan

sebesar Rp54.630.761.426,75 Hal tersebut disebabkan karena adanya

optimalisasi penggunaan Data Alokasi Umum dan efisiensi dari Dana Bagi Hasil

tersebut.

Berdasarkan hasil rekapitulasi perhitungan Belanja Modal pada tabel

4.1 diatas dapat dilihat bahwa rata-rata Belanja Modal mengalami kenaikan

sebesar Rp201.887.828.886,53 Hal tersebut disebabkan karena adanya

Page 6: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1.1. Gambaran Umum Objek

42

pendanaan yang diperoleh dari Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum,

Dana Alokasi Khusus dan Dana Bagi Hasil, sehingga dari adanya pendanaan

tersebut secara otomatis akan mempengaruhi kenaikan Belanja Modal

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa rata-rata dari

Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, dan Dana

Bagi Hasil mengalami kenaikan pada tahun 2010-2017, sedangkan pada tahun

2018 sempat mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan adanya penurunan nilai

rata-rata dari yang semula pada tahun 2017 senilai Rp684.179.322.225,30 pada

tahun 2018 menurun menjadi Rp325.495.827.206,05 penurunan tersebut

dipengaruhi karena adanya nilai dari Pendapatan Asli Daerah dari yang semula

yakni tahun 2017 senilai Rp1.655.537.179.584,19 pada tahun 2018 mengalami

penurunan menjadi Rp185. 153.427.758,47 walaupun demikian bila dilihat

secara keseluruhan dari tahun 2008-2019 kegiatan operasional daerah berjalan

dengan baik.

4.1.2. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif merupakan suatu metode yang digunakan untuk

pengumpulan dan penyajian dari suatu hasil data yang nantinya akan

memberikan informasi yang berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan

pada informasi tersebut. Penyajian informasinya berupa tabel meliputi

perhitungan modus, median, mean dan standar deviasi. Statistik deskriptif

nantinya akan memberikan suatu tanggapan terhadap variabel-variabel penelitian

yakni PAD (X1), DAU (X2), DAK (X3), DBH (X4), dan Belanja Modal (Y).

Hasil dari perhitungan statistik deskriptif adalah sebagai berikut :

Page 7: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1.1. Gambaran Umum Objek

43

Tabel 4.2

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

PAD 12 23692306074.00 1655537179584.19 222285113415.0467 455516478015.94324

DAU 12 406718314000.00 817563878000.00 634811843000.0000 160838232072.08550

DAK 12 51724730000.00 293393586330.00 126146273635.5833 98974578626.02650

DBH 12 30306732832.00 99006905287.00 54630761426.7500 19259295493.09155

Belanja

Modal 12 72094433778.00 379166997216.56 213947368324.5658 109715901911.37960

Valid N

(listwise) 12

Sumber : Output SPSS data Sekunder diolah 2021

Hasil statistik deskriptif pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa jumlah data

yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 12 sampel data. Dari tabel diatas

dapat diketahui bahwa variabel Pendapatan Asli Daerah (X1) nilai yang paling

kecil (minimum) adalah Rp23.692.306.074,00. Untuk nilai yang paling besar

(maximum) adalah Rp1.655.537.179.584,19 dan untuk nilai rata-ratanya (mean)

sebesar Rp222.285.113.415,00 dengan simpangan baku (standard deviation)

untuk mengukur tingkat penyimpangan dari suatu nilai variabel sebesar

Rp455.516.478.015,94.

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa jumlah data (N) sebanyak

12, sedangkan variabel Dana Alokasi Umum (X2) nilai yang paling kecil

(minimum) adalah Rp 40.671.814.000,00. Untuk nilai yang paling besar

(maximum) adalah Rp817.563.878.000,00. Nilai rata-rata (mean) sebesar

Rp634.811.843.000,00, sedangkan untuk simpangan baku (standard deviation)

untuk mengukur tingkat penyimpangan dari suatu variabel sebesar

Rp160.838.232.072,08.

Page 8: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1.1. Gambaran Umum Objek

44

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa jumlah (N) sebanyak 12

sedangkan untuk variabel Dana Alokasi Khusus (X3) nilai yang paling kecil

(minimum) adalah Rp51.724.730.000,00, sedangkan untuk nilai yang paling

besar (maximum) Rp293.393.586.330,00. Untuk nilai rata-rata (mean) adalah

Rp126.146.273.635,58 dan untuk simpangan baku (standard deviation) untuk

mengukur tingkat penyimpangan dari suatu variabel sebesar

Rp98.974.578.626,02.

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa jumlah data (N) adalah 12,

sedangkan untuk variabe Dana Bagi Hasil (X4) nilai yang paling kecil adalah

Rp30.306.732.831,00. Untuk nilai yang paling besar (maximum) ialah

Rp99.006.905.287,00, nilai rata-rata (mean) sebesar Rp54.630.761.426,56.

Untuk simpangan baku (standard deviation) untuk mengukur tingkat

penyimpangan dari suatu variabel sebesar Rp19.259.295.493,09.

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa jumlah (N) adalah 12,

sedangkan untuk variabel Belanja Modal (Y) nilai yang paling sedikit

(minimum) adalah Rp72.094.433.778,00, sedangkan untuk nilai yang paling

besar (maximum) adalah senilai Rp379.166.997.216,56. Untuk nilai rata-rata

(mean) sebesar Rp213947368324,56, dan untuk simpangan baku (standard

devitiation) untuk mengukur tingkat penyimpangan dari suatu variabel sebesar

Rp109.715.901.911,37.

Page 9: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1.1. Gambaran Umum Objek

45

4.1.3. Uji Asumsi Klasik

4.1.3.2.Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji model regresi linier, variabel

pengganggu atau residual memiliki distribusi normal, adapun salah satu cara

yang dapat digunakan untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal

atau tidak normal adalah dengan menggunakan uji statistik Kolmogorov-

Smirnov (K-S). Adapun dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

Uji Kolmogorov-Smirnov. Jika nilai signifikansinya diatas 5% atau 0,5 maka

data tersebut memiliki distribusi normal, namun jika nilai signifikan dibawah 5%

atau 0,5 maka data tidak memiliki distribusi normal. Berdasarkan olah data

SPSS versi 23 dapat diketahui sebagai berikut :

Tabel 4.3

Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 12

Normal Parametersa,b

Mean -.0000540

Std. Deviation 22354180230.30763000

Most Extreme Differences Absolute .117

Positive .117

Negative -.103

Test Statistic .117

Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d

Sumber : Data sekunder yang sudah diolah, 2021

Berdasarkan tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa nilai Kolmogorov-

Smirnov sebesar 0,117 dengan tingkat signifikansinya 0,200 yang menunjukkan

bahwa variabel penelitian terdistribusi dengan normal karena tingkat

signifikansinya ≥ 0,5 sehingga variabel Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi

Page 10: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1.1. Gambaran Umum Objek

46

Umum, Dana Alokasi Khusus, Dana Bagi Hasil dan Belanja Modal berdistribusi

normal.

4.1.6.2. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas digunakan untuk mengidentifikasi secara statistik

ada atau tidaknya gejala multikolinieritas yaitu dapat dilakukan dengan cara

Variance Infation Factor (VIF) dan Nilai Tolerance (TOL) sebagai berikut :

Tabel 4.4

Pengujian Multikolinieritas

Coefficientsa

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant)

PAD .521 1.920

DAU .262 3.821

DAK .256 3.909

DBH .224 4.462

a. Dependent Variable: Belanja Modal

Sumber : data sekunder yang sudah diolah, 2021

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa nilai tolerance lebih dari

0,10 dan nilai VIF dari masing-masing variabel kurang dari 10. Dilihat dari

variabel diatas, variabel Pendapatan Asli Daerah memiliki nilai tolerance

sebesar 0,521 dan nilai VIF sebesar 1,920. Variabel Dana Alokasi Umum

memiliki nilai tolerance sebesar 0,262 dan untuk nilai VIF sebesar 3,821, untuk

variabel Dana Alokasi Khusus memiliki nilai tolerance sebesar 0,256 VIF

sebesar 3,909, sedangkan untuk variabel Dana Bagi Hasil memiliki nilai

tolerance sebesar 0,224 dan untuk nilai VIF sebesar 4,462. Hasil diatas dapat

diartikan seluruh variabel bebas dalam penelitian ini tidak ada gejala

Page 11: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1.1. Gambaran Umum Objek

47

multikolinearitas dengan mengacu pada aturan jika VIF < 10 dan nilai tolerance

> 0,10 maka tidak terjadi gejala multikolinearitas (Ghozali,2016).

4.1.6.3. Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam modell regresi

linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan

pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi autokorelasi maka

dinamakan terdapat problem autokorelasi. Model regresi yang baik adalah model

regresi yang bebas dari autokorelasi. Untuk mendeteksi ada tidaknya

autokorelasi dapat dilakukan dengan Uji Durbin Watson, yakni dapat dijelaskan

dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 4.5

Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .979

a .958 .935 28022447918.61352 2.322

a. Predictors: (Constant), DBH, PAD, DAU, DAK

b. Dependent Variable: Belanja Modal

Sumber : Data sekunder diolah 2021

Sumber : Data sekunder diolah 2021

Runs Test

Unstandardized Residual

Test Valuea 260543611.90641

Cases < Test Value 6

Cases >= Test Value 6

Total Cases 12

Number of Runs 7

Z .000

Asymp. Sig. (2-tailed) 1.000

a. Median

Page 12: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1.1. Gambaran Umum Objek

48

Berdasarkan tabel 4.5 tersebut dapat diketahui bahwa hasil uji

autokorelasi menunjukkan nilai Durbin Watson (d) sebesar 2,322, dengan

jumlah variabel independen sebanyak 4 (k-4) dan sampel sebanyak 12 (n=12)

data, maka (k:n) adalah (4:12). Angka ini kemudian dilihat pada distribusi nilai

tabel Durbin Watson dengan tingkat signifikansi 5%, maka dapat ditemukan

nilai (dl) sebesar 0,5120 dan nilai (du) sebesar 2,1766 untuk nilai (4-du) 4 –

2,1766 = 1,8234 sedangkan untuk nilai (4-dl) = 4 – 0,5120 = 3,9488. Jadi dapat

dilihat bahwa hasil dari test Durbin Watson tidak dapat disimpulkan karena

terletak di antara (4-du) dan (4-dl) maka alternatif yang lain untuk mengatasi

masalah ini adalah dengan menggunakan metode uji run test. Untuk uji run test

diperoleh nilai Asym. Sig (2-tailed) sebesar 1,000 yang artinya lebih besar dari

0,05 maka dapat disimpulkan tidak terdapat gejala atau masalah autokorelasi.

Dengan demikian masalah autokorelasi yang tidak dapat terselesaikan dengan

Durbin Watson dapat teratasi melalui uji run test sehingga analisis regresi linear

dapat dilanjutkan.

4.1.6.4. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan Uji Glejser dimana jika nilai probabilitas signifikan diatas 5%

atau (sig > 0,05), maka dipastikan model regresi tidak mengandung gejala

heteroskedastisitas (Ghozali, 2016)

Page 13: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1.1. Gambaran Umum Objek

49

Tabel 4.6

Uji Heteroskedastisitas Glejser

Sumber : Data yang sekunder yang sudah diolah 2021

Berdasarkan tabel 4.6 diatas dapat diketahui bahwa terdapat signifikansi

antara pengaruh Pendapatan Asli Daerah (X1) dengan Belanja Modal (Y)

sebesar 0,720 dimana 0,720 > 0,05. Terdapat nilai signifikansi antara Dana

Alokasi Umum (X2) dengan Belanja Modal (Y) sebesar 0,258 dimana 0,258 >

0,05. Terdapat nilai signifikansi antara Dana Alokasi Khusus dengan (X3)

dengan Belanja Modal (Y) sebesar 0,965 dimana 0,965 > 0,05. Terdapat nilai

signifikansi antara Dana Bagi Hasil (X4) dengan Belanja Modal (Y) sebesar

0,849 dimana 0,849 > 0,05. Jadi kesimpulan dari hasil pengujian ini adalah tidak

ada heteroskedastisitas.

4.1.4. Uji Regresi Berganda

4.1.4.2. Analisis Regresi Berganda

Analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui ada atau

tidaknya pengaruh variabel bebas dengan variabel terikat. Dalam penelitian ini

perhitungan statistik dalam analisis regresi linear berganda menggunakan

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig. B Std. Error Beta

(Constant) 49911494357.378 19265566892.791 2.591 .036

PAD -.004 .012 -.143 -.373 .720

DAU -.057 .046 -.667 -1.231 .258

DAK -.003 .076 -.025 -.045 .965

DBH .083 .417 .116 .198 .849

Page 14: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1.1. Gambaran Umum Objek

50

program SPSS versi 23, dan untuk hasil pengolahan data adalah sebagai berikut

ini :

Tabel 4.7

Hasil Analisis Regresi Berganda

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -74324473848.812 42763419044.048 -1.738 .126

PAD -.035 .026 -.145 -1.360 .216

DAU .596 .103 .874 5.808 .001

DAK .762 .169 .687 4.514 .003

DBH -3.270 .927 -.574 -3.529 .010

a. Dependent Variable: Belanja Modal

Sumber : Data sekunder diolah 2021

Berdasarkan tabel 4.7 diperoleh suatu model persamaan regresi berganda,

dimana nilai beta diperoleh dari unstandardized coefficient sebagai berikut :

Y = α + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + β 4 X4 + e

BM = -74324473848,812 + -0,035 (PAD) + 0,596 (DAU)+ 0,762

(DAU) + (-3.270) (DBH) + 42763419044,048

Berdasarkan persamaan diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Persamaan menunjukkan bahwa alokasi Belanja Modal dipengaruhi oleh

Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan

Dana Bagi Hasil. Nilai konstanta sebesar -74.324.473.848,812 menyatakan

tidak ada peningkatan Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana

Page 15: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1.1. Gambaran Umum Objek

51

Alokasi Khusus dan Dana Bagi Hasil maka skor Belanja Modal Berkurang

sebesar 74.324.473.848,812.

2. Koefisien regresi PAD (X1) sebesar -0,035 artinya setiap 100% perubahan

dalam Pendapatan Asli Daerah (PAD) mempengaruhi pengalokasian

anggaran Belanja Modal sebesar -3,5%, atau akan menurunkan pengalokasian

anggaran Belanja Modal -0,035.

3. Koefisien regresi Dana Alokasi Umum (X2) sebesar 0,596 berpola positif.

Artinya setiap 100% perubahan dalam Dana Alokasi Umum akan

mempengaruhi alokasi anggaran Belanja Modal sebesar 59,6%. Atau semakin

bertambah Dana Alokasi Umum maka akan semakin tinggi pula Belanja

Modal.

4. Koefisien regresi Dana Alokasi Khusus (X3) sebesar 0,762 berpola positif.

Artinya setiap 100% perubahan dalam Dana Alokasi Khusus akan

mempengaruhi alokasi anggaran Belanja Modal sebesar 76,2%. Atau semakin

bertambah Dana Alokasi Khusus maka akan semakin tinggi pula Belanja

Modal.

5. Koefisien regresi Dana Bagi Hasil (X4) sebesar -3,270 berpola negatif.

Artinya setiap 100% perubahan dalam Dana Bagi Hasil mempengaruhi

pengalokasian anggaran Belanja Modal sebesar -327% atau akan menurunkan

pengalokasian anggaran Belanja Modal -3,270.

4.1.4.3.Uji t

Uji t menunjukkan seberapa jauh pengaruh antara satu variabel

penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel

dependen, (Ghozali, 2016). Langkah perhitungan ditentukan besarnya nilai

Page 16: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1.1. Gambaran Umum Objek

52

standar error dari analisis regresi dengan analisis SPSS diperoleh sebagai

berikut:

Tabel 4.8

Hasil Uji T (Parsial)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -74324473848.812 42763419044.048 -1.738 .126

PAD -.035 .026 -.145 -1.360 .216

DAU .596 .103 .874 5.808 .001

DAK .762 .169 .687 4.514 .003

DBH -3.270 .927 -.574 -3.529 .010

a. Dependent Variable: Belanja Modal

Sumber : Output SPSS Data Sekunder, 2021

Berdasarkan tabel 4.8 terkait dengan hasil pengolahan uji t hitung untuk

variabel independen adalah sebagai berikut ini :

1. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Terhadap Belanja Modal

Berdasarkan tabel 4.8 diatas dapat diketahui apakah koefisien regresi

signifikan atau tidak, dengan menguji pengaruh antara Pendapatan Asli Daerah

(X1) terhadap Belanja Modal (Y), maka yang perlu dilakukan ialah dengan

menghitung t tabel dengan ketentuan sebagai berikut :

t tabel : α / 2 yakni 0,05/2 = 0,025 ( uji dua arah) dan Degree of

Freedom (DF) = (N-K) atau 12-5 = 7. Dari perhitungan tersebut diperoleh t tabel

sebesar 2,365 dan nilai t hitung untuk variabel Pendapatan Asli Daerah

Page 17: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1.1. Gambaran Umum Objek

53

sebesar -1,360 dengan nilai signifikansi 0,05. Berikut ini adalah daerah

penerimaan dan penolakan H0.

Gambar 4.1

Daerah Penerimaan dan Penolakan H0

( Uji t Untuk Variabel Pendapatan Asli Daerah X1)

Hasil hipotesis secara parsial, membuktikan bahwa variabel Pendapatan

Asli Daerah memperoleh t hitung sebesar -1,360 dan t tabel 2,365. Sehingga

nilai t hitung -1,360 < t tabel 2,365. Maka tingkat signifikansi yang diperoleh

dari uji hipotesis menunjukkan angka 0,216 > 0,05. Berdasarkan gambar 4.1

diatas diketahui nilai t hitung sebesar -1,360 terletak diarea tidak ada pengaruh

atau berada didaerah penolakan. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan

bahwa, variabel Pendapatan Asli Daerah (X1) tidak berpengaruh terhadap

variabel Belanja Modal (Y).

2. Pengaruh Dana Alokasi Umum Terhadap Belanja Modal

Berdasarkan tabel 4.8 diatas dapat diketahui apakah koefisien regresi

signifikan atau tidak, dengan menguji pengaruh antara Dana Alokasi Umum

(X2) terhadap Belanja Modal (Y), maka yang perlu dilakukan adalah dengan

menguji t tabel dengan ketentuan sebagai berikut :

2,365 -2,365 -1,360

Daerah Penolakan H0

2,5%

Daerah Penolakan H0

2,5%

Daerah

Penerimaan H0

95%

Page 18: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1.1. Gambaran Umum Objek

54

t tabel : α / 2 yakni 0,05/2 = 0,025 ( uji dua arah) dan Degree of

Freedom (DF) = (N-K) atau 12-5 = 7. Dari perhitungan tersebut diperoleh t tabel

sebesar 2,365 dan nilai t hitung untuk variabel Dana Alokasi Umum sebesar

5,808 dengan nilai signifikansi 0,05. Berikut ini adalah daerah penerimaan dan

penolakan H0 :

Gambar 4.2

Daerah Penerimaan atau Penolakan

( Uji t Untuk Variabel Dana Alokasi Umum (X2))

Hasil hipotesis secara parsial, membuktikan bahwa variabel Dana

Alokasi Umum memperoleh nilai t hitung sebesar 5,808 dan nilai t tabel sebesar

2,365, sehingga nilai t hitung 5,808 > t tabel 2, 365. Maka tingkat signifikansi

yang diperoleh dari uji hipotesis menunjukkan angka 0,001 < 0,05. Berdasarkan

gambar 4.2 menunjukkan bahwa nilai t hitung 5,808 berada pada daerah

pengaruh positif. Dengan demikian H02 ditolak dan Ha2 diterima yang berarti

variabel Dana Alokasi Umum (X2) berpengaruh terhadap variabel Belanja

Modal (Y)

3. Pengaruh Dana Alokasi Khusus Terhadap Belanja Modal

Berdasarkan tabel 4.8 diatas dapat diketahui apakah koefisien regresi

signifikan atau tidak, dengan menguji pengaruh antara Dana Alokasi Khusus

5,808 2,365 -2,365

Daerah Penolakan H0

2,5%

Daerah Penolakan H0

2,5%

Daerah

Penerimaan H0

95%

Page 19: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1.1. Gambaran Umum Objek

55

(X3) terhadap Belanja Modal (Y), maka yang perlu dilakukan adalah dengan

menguji t tabel dengan ketentuan sebaagai berikut :

t tabel : α / 2 yakni 0,05/2 = 0,025 ( uji dua arah) dan Degree of

Freedom (DF) = (N-K) atau 12-5 = 7. Dari perhitungan tersebut diperoleh t tabel

sebesar 2,365 dan nilai t hitung untuk variabel Dana Alokasi Khusus sebesar

4,514 dengan nilai signifikansi 0,05. Berikut ini adalah daerah penerimaan dan

penolakan H0.

Gambar 4.3

Daerah Penerimaan atau Penolakan H0

( Uji t Untuk Variabel Dana Alokasi Khusus (X3))

Hasil hipotesis secara parsial, membuktikan bahwa variabel Dana

Alokasi Khusus memproleh t hitung 4,514 dan nilai t tabel 2,365, sehingga nilai

t hitung 4,514 > t tabel 2,365. Maka tingkat signifikansi yang diperoleh dari uji

hipotesis menunjukkan angka 0,003 < 0,05. Berdasarkan gambar 4.3

menunjukkan bahwa nilai t hitung berada pada daerah pengaruh positif. Dengan

demikian H03 ditolak dan Ha3 diterima yang berarti variabel Dana Alokasi

Khusus (X3) berpengaruh terhadap variabel Belanja Modal (Y).

Daerah Penolakan H0

2,5%

Daerah Penolakan H0

2,5%

Daerah

Penerimaan H0

95%

4,514 2,365 -2,365

Page 20: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1.1. Gambaran Umum Objek

56

4. Pengaruh Dana Bagi Hasil Terhadap Belanja Modal

Berdasarkan tabel 4.8 diatas dapat diketahui apakah koefisien regresi

signifikan atau tidak, dengan menguji pengaruh antara Dana Bagi Hasil terhadap

Belanja Modal (Y), maka yang perlu dilakukan ialah dengan menghitung t tabel

dengan ketentuan sebagai berikut :

t tabel : α / 2 yakni 0,05/2 = 0,025 ( uji dua arah) dan Degree of

Freedom (DF) = (N-K) atau 12-5 = 7. Dari perhitungan tersebut diperoleh t tabel

sebesar 2,365 dan nilai t hitung untuk variabel Pendapatan Asli Daerah sebesar -

3,529 dengan nilai signifikansi 0,05. Berikut ini adalah daerah penerimaan dan

penolakan H0

.

Gambar 4.4

Daerah Penerimaan atau Penolakan H0

( Uji t Untuk Variabel Dana Bagi Hasil (X4))

Hasil hipotesis secara parsial, membuktikan bahwa variabel Dana Bagi

Hasil memperoleh t hitung sebesar -3,529 dan t tabel 2,365. Sehingga nilai t

hitung -3,529 < t tabel 2,365. Maka tingkat signifikansi yang diperoleh dari uji

hipotesis menunjukkan angka 0,216 > 0,05. Berdasarkan gambar 4.4 diatas

diketahui nilai t hitung sebesar -3,529 terletak diarea tidak ada pengaruh atau

berada didaerah penolakan. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa,

Daerah Penolakan H0

2,5%

Daerah Penolakan H0

25%

Daerah

Penerimaan H0

95%

-3,529 -2,365 2,365

Page 21: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1.1. Gambaran Umum Objek

57

variabel Dana Bagi Hasil (X4) berpengaruh negatif terhadap variabel Belanja

Modal (Y).

4.1.4.4.Uji F

Uji statistik F digunakan untuk menunjukkan apakah semua variabel

independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh

secara bersama-sama terhadap variabel dependen/terikat. Untuk melakukan uji F

dapat dilihat pada tabel Anova dibawah ini :

Tabel 4.9

Hasil Analisis Regresi

Secara Bersama-sama (Uji F)

ANOVAa

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 126916567343042

270000000.000 4

317291418357605700

00000.000 40.406 .000

b

Residual 549680311145985

1000000.000 7

785257587351407200

000.000

Total 132413370454502

120000000.000 11

a. Dependent Variable: Belanja Modal

b. Predictors: (Constant), DBH, PAD, DAU, DAK

Sumber : Output SPSS Data Sekunder Diolah, 2021

Berdasarkan hasil pengolahan data menunjukkan bahwa F hitung adalah

sebesar 40,406 dengan nilai sig sebesar 0,000. Nilai F tabel dengan tingkat

signifikan atau α= 5% dan df = (5-1);(12-5) = 4;7 sebesar 4,120. Nilai F hitung

lebih besar daripada F tabel atau 40,406 > 4,12 maka dapat diambil kesimpulan

bahwa H05 ditolak dan Ha5 diterima, artinya variabel independen yaitu variabel

Pendapatan Asli Daerah (X1), Dana Alokasi Umum (X2), Dana Alokasi Khusus

Page 22: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1.1. Gambaran Umum Objek

58

(X3), dan Dana Bagi Hasil (X4) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

variabel dependen yaitu variabel Belanja Modal (Y). Dari hasil analisis diatas

jika digambarkan dalam bentuk kurva yaitu sebagai berikut :

Gambar 4.5

Daerah Penolakan dan Penerimaan H0

(Uji F untuk Variabel Pendapatan Asli Daerah, Dana

Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, dan Dana Bagi Hasil )

Berdasarkan gambar 4.5 diatas, menunjukkan bahwa nilai F hitung

40,406 berada pada daerah penolakan H0. Dengan demikian H0 ditolak dan

Ha diterima, maka variabel Pendapatan Asli Daerah (X1), Dana Alokasi

Umum (X2), Dana Alokasi Khusus (X3), dan Dana Bagi Hasil (X4) secara

bersama-sama mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap Belanja

Modal (Y).

4.1.4.5. Koefisien Determinasi ( )

Koefisien determinasi ( ) digunakan untuk mengetahui seberapa besar

kemampuan variabel independen dalam menjelaskan secara komprehensif

terhadap variabel dependen, semakin besar koefisien determinasi

mengindikasikan semakin besar kemampuan variabel independnen dalam

4,120 40,406

H0 diterima

95%

H0 ditolak 5%

Page 23: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1.1. Gambaran Umum Objek

59

menjelaskan variabel dependen. Berikut ini adalah tabel terkait dengan koefisien

determinasi ( ).

Tabel 4.10

Koefisien Determinasi ( )

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .979a .958 .935 28022447918.61352

a. Predictors: (Constant), DBH, PAD, DAU, DAK

b.Dependent Variable: Belanja Modal

Sumber : Output SPSS Data Sekunder, 2021

Nilai koefisien determinasi atau R square dari hasil pengolahan data

sebesar 0,958 atau 95,8%. Dari hasil tersebut memberikan gambaran bahwa

variabel Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus,

dan Dana Bagi Hasil dapat menjelaskan alokasi Belanja Modal, dan sisanya

yakni sebesar 4,2% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan oleh

dalam persamaan regresi berganda yang diajukan dalam penelitian ini.

4.2. Pembahasan

Berikut hasil pengujian hipotesis yang telah dilaksanakan, dapat

diketahui bahwa ada atau tidaknya Pendapatan Asli Daerah (X1), Dana Alokasi

Umum (X2), Dana Alokasi Khusus (X3), dan Dana Bagi Hasil (X4) terhadap

Belanja Modal (Y). Berikut ini adalah rekapitulasi pengujian hipotesis dalam

penelitian ini :

Page 24: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1.1. Gambaran Umum Objek

60

Tabel 4.11

Rekapitulasi Hasil Uji Statistik

No

Hipotesis

Uji Statistik

Keterangan Uji Regresi Uji t

1

Pengaruh

Pendapatan

Asli Daerah

Terhadap

Belanja Modal

Nilai koefisien

regresi Pendapatan

Asli Daerah (X1)

sebesar -0,035 yang

berarti setiap 100%

perubahan

Pendapatan Asli

Daerah akan

mempengaruhi

alokasi anggaran

Belanja Modal

sebesar -3,3% maka

Belanja Modal akan

berkurang sebesar -

3,5% .

Nilai Uji t

menunjukkan

bahwa X1 memiliki

nilai t hitung -1,360

< t tabel 2,365.

Dan nilai

signifikansinya

adalah 0,216 >

0,05.

Pendapatan

Asli Daerah

(X1) tidak

berpengaruh

terhadap

variabel

Belanja Modal

(Y).

2 Pengaruh Dana

Alokasi Umum

terhadap

Belanja Moda

Nilai koefisien

regresi Dana Alokasi

Umum (X2) sebesar

0,596 yang berarti

apabila setiap 100%

Dana Alokasi Umum

akan mempengaruhi

alokasi anggaran

Belanja Modal

sebesar 59,6% maka

belanja modal akan

bertambah sebesar

59,6%

Dana Alokasi

Umum (X2)

memiliki nilai t

hitung 5,808 > t

tabel 2,365 dan

nilai signifikan

sebesar 0,001 <

0,05

Dana Alokasi

Umum (X2)

berpengaruh

terhadap

Belanja Modal

(Y)

3 Pengaruh Dana

Alokasi Khusus

terhadap

Belanja Modal

Nilai koefisien

regresi Dana Alokasi

Khusus (X3) sebesar

0,762 yang berarti

apabila setiap 100%

Dana Alokasi

Khusus (X3)

memiliki nilai t

hitung 4,514 > t

tabel 2,365. dan

Dana Alokasi

Khusus (X3)

berpengaruh

terhadap

variabel

Page 25: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1.1. Gambaran Umum Objek

61

Dana Alokasi Khusus

akan mempengaruhi

alokasi anggaran

Belanja Modal

sebesar 76,2 % maka

belanja modal akan

bertambah sebesar

76,2%

nilai signifikan

sebesar 0,003 <

0,05.

Belanja Modal

(Y).

4 Pengaruh Dana

Bagi Hasil

terhadap

Belanja Modal

Nilai koefisien

regresi Dana Bagi

Hasil (X4) sebesar -

3.270 yang berarti

apabila setiap 100%

Dana Alokasi Khusus

akan mempengaruhi

alokasi anggaran

Belanja Modal

sebesar - 372% maka

belanja modal akan

berkurang sebesar -

372 %

Dana Bagi Hasil

(X3) memiliki nilai

t -3,529 < t tabel

2,365 dan untuk

nilai signifikan

sebesar 0,216 >

0,05.

Dana Bagi

Hasil

berpengaruh

negatif

terhadap

variabel

Belanja Modal

(Y).

5 Uji simultan F hitung 40,406 dan F tabel 4,120, maka variabel Pendapatan Asli

Daerah (X1), Dana Alokasi Umum (X2), Dana Alokasi Khusus (X3), dan Dana

Bagi Hasil (X4) secara bersama-sama mempunyai pengaruh positif yang

signifikan terhadap Belanja Modal (Y).

6 Nilai koefisien determinasi atau R square dari hasil pengolahan data sebesar

0,958 atau 95,8%. Maka variabel Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi

Umum, Dana Alokasi Khusus, dan Dana Bagi Hasil mempengaruhi alokasi

Belanja Modal, dan sisanya yakni sebesar 4,2% dipengaruhi oleh variabel lain

diluar penelitian ini.

Sumber : Output SPSS, data sekunder 2021

Page 26: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1.1. Gambaran Umum Objek

62

4.2.2. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Terhadap Belanja Modal

Gambar Grafik 4.1

Variabel Pendapatan Asli Daerah (X1)-Variabel Belanja Modal (Y )

Dari hasil analisis, pengujian hipotesis pertama dilakukan untuk

mengetahui pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Modal.

Berdasarkan hasil uji regresi Pendapatan Asli Daerah (X1) sebesar -0,035 yang

berarti perubahan Pendapatan Asli Daerah akan mempengaruhi alokasi anggaran

Belanja Modal yakni Belanja Modal akan berkurang sebesar -3,5%. Sedangkan

untuk hasil uji secara parsial menunjukkan bahwa variabel Pendapatan Asli

Daerah memiliki nilai t hitung -1,360 < t tabel 2,365. Nilai signifikansinya

adalah 0,216 > 0,05. Hasil tersebut menunjukkan bahwa H01 diterima dan Ha1

ditolak artinya variabel Pendapatan Asli Daerah (X1) tidak berpengaruh

terhadap Belanja Modal (Y). Hal ini menunjukkan bahwa besar kecilnya

anggaran dana Pendapatan Asli Daerah yang dimiliki oleh Kabupaten Pacitan

0.00

200,000,000,000.00

400,000,000,000.00

600,000,000,000.00

800,000,000,000.00

1,000,000,000,000.00

1,200,000,000,000.00

1,400,000,000,000.00

1,600,000,000,000.00

1,800,000,000,000.00

PAD (X1)

Belanja Modal (Y)

Page 27: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1.1. Gambaran Umum Objek

63

tidak akan mempengaruhi pengeluaran pemerintah terhadap anggaran dana

untuk Belanja Modal.

Adanya hasil yang menunjukkan bahwa PAD tidak berpengaruh

terhadap belanja modal tersebut dikarenakan ada nilai Pendapatan Asli Daerah

yang rentang nilainya naik turun dari tahun 2008 sampai dengan 2019, hal ini

bisa dilihat pada gambar grafik 4.1 terlebih adanya lonjakan nilai PAD pada

tahun 2017 yakni dari yang semula nilainya pada tahun 2016 senilai

Rp150.466.067.820,59 naik menjadi Rp1.655.537.179. 584,19 dan mengalami

penurunan yang sangat drastis kembali pada tahun 2018 senilai

Rp185.153.427.758,47. Pengaruh lain yang mendasari Pendapatan Asli Daerah

tidak berpengaruh terhadap belanja modal yaitu karena adanya Pendapatan Asli

Daerah yang rendah sebab kurangnya penggalian sumber-sumber penerimaan

baru (ekstensifikasi). Seharusnya daerah meningkatkan Pendapatan Asli Daerah

melalui upaya ekstensifikasi yaitu dengan meningkatkan kegiatan ekonomi

masyarakat, upaya ini harus diarahkan dengan mempertahankan dan menggali

potensi daerah agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan.

Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Pacitan relatif kecil, pertahun

hanya menyumbangkan dana dikisaran 8 sampai dengan 9%, dari total APBD.

Sumber Pendapatan Asli Daerah yang menyumbangkan dana terbesar ialah PAD

dari BULD rumah sakit ataupun FKTP kesehatan, namun PAD yang dihasilkan

dari BULD rumah sakit dan FKTP kesehatan tersebut tidak kembali ke daerah,

melainkan 100% dana tersebut kembali ke dinas itu sendiri yakni kembali ke

rumah sakit dan FKTP kesehatan. Hal ini disebabkan karena kedua pihak

penyumbang PAD terbesar tersebut menerapkan atau menggunakan sistem

Page 28: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1.1. Gambaran Umum Objek

64

manajemen bisnis, jadi dana atau hasil dari PAD tersebut digunakan untuk

keperluan dinas itu sendiri atau untuk membiayai kegiatan operasional BULD

rumah sakit dan FKTP kesehatan. Selain itu untuk dana PAD sendiri lebih

difokuskan dan dialokasikan untuk gaji dewan ataupun untuk biaya belanja

pegawai, hal ini yang menjadi alasan PAD di Kabupaten Pacitan tersebut tidak

berpengaruh terhadap belanja modal. (Basuki Rahmat, Kepala Bidang

Perencanaan dan Pengendalian Kabupaten Pacitan)

Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Pacitan kurun waktu selama dua

tahun, yakni tahun 2018 dan juga tahun 2019 sebagian dananya dialihkan atau

dialokasikan untuk biaya penanganan covid-19, sedangkan untuk membiayai

kegiatan operasional daerah sendiri disinyalir memakan porsi biaya yang cukup

besar dan dana yang juga diambilkan dari PAD tersebut masih kurang untuk

membiayai operasional daerah. Jadi untuk mengalokasikan PAD ke belanja

modal tersebut juga belum begitu maksimal, terlebih lagi untuk PAD yang

diperoleh dari sektor pariwisata juga sedikit sebab tidak semua pariwisata yang

ada di Kabupaten Pacitan dikelola oleh daerah, hal ini yang menjadikan PAD di

Kabupaten Pacitan nilainya relatif kecil dan belum sepenuhnya bisa dialokasikan

untuk belanja modal. (Etik Eriyantini, Kepala Bidang Akuntansi BPKAD

Kabupaten Pacitan).

Hasil dilapangan membuktikan bahwa khusus untuk pengalokasian

dana Pendapatan Asli Daerah yang ditargetkan telah sesuai dengan peraturan

perundang-undangan. Namun ada beberapa anggaran dana Pendapatan Asli

Daerah yang tidak sepenuhnya dikelola oleh daerah melainkan dana anggaran

tersebut kembali lagi ke masing-masing unit penghasil seperti pendapatan yang

Page 29: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1.1. Gambaran Umum Objek

65

diperoleh dari RSUD, Dinas Kesehatan dan lain sebagainya sesuai dengan porsi

yang telah ditetapkan pada peraturan tersebut. Pendapatan Asli Daerah ada juga

yang dialokasikan untuk bagi hasil, insentif pemungut, gaji dewan, belanja

pegawai, untuk membiayai pembangunan, dan juga untuk membiayai kegiatan

operasional daerah, maka hal inilah yang mendasari Pendapatan Asli Daerah di

Kabupaten Pacitan tidak berpengaruh terhadap belanja modal.

Hasil penelitian yang diperoleh dari penelitian ini selaras dengan hasil

penelitian yang dilakukan oleh (Wandira, 2013) dengan hasil penelitian yakni

Pendapatan Asli Daerah tidak berpengaruh terhadap Belanja Modal. Hal lain

yang menyebabkan PAD tidak berpengaruh terhadap Belanja Modal karena

adanya anggaran PAD yang dialokasikan atau digunakan untuk membiayai

belanja lain, seperti belanja belanja rutin/belanja operasional.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Wandira,2013) juga diperkuat

dengan penelitian ini dimana PAD tidak memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap Belanja Modal, karena PAD lebih difokuskan atau dialokasikan untuk

kegiatan operasional daerah, gaji dewan, dan juga belanja pegawai, namun

penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh (Pradana &

Handayani,. 2017) dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa PAD

berpengaruh terhadap Belanja Modal. Hal ini disebabkan karena penggunaan

sampel dan periode waktu yang berbeda.

Page 30: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1.1. Gambaran Umum Objek

66

4.2.3. Pengaruh Dana Alokasi Umum Terhadap Belanja Modal

Gambar Grafik 4.2

Variabel Dana Alokasi Umum (X2)-Variabel Belanja Modal (Y )

Dana Alokasi Umum adalah suatu komponen dari dana perimbangan,

Dana Alokasi Umum ini juga memiliki peran yang cukup besar dan sangat

berpengaruh khususnya dalam menciptakan pemerataan ataupun keadilan pada

suatu daerah. Dana Alokasi Umum memiliki tujuan yaitu mengatasi

ketimpangan horizontal pemerintah daerah dan ketimpangan fiskal keuangan

antar pemerintah pusat yang disebabkan karena adanya sumber daya pada suatu

daerah masing-masing belum merata. Berdasarkan penelitian ini diperoleh nilai

koefisien regresi untuk Dana Alokasi Umum (X2) sebesar 0,596 yang berarti

apabila setiap 100% dari Dana Alokasi Umum akan mempengaruhi alokasi

anggaran Belanja Modal yakni sebesar 59,6% maka dengan begitu belanja

modal akan bertambah sebesar 59,6%, sedangkan untuk uji t Dana Alokasi

Umum (X2) memiliki nilai t hitung sebesar 5,808 > t tabel 2,365 dan nilai

signifikan sebesar 0,001 < 0,05, dengan demikian H02 ditolak dan Ha2 diterima

hal ini menunjukkan bahwa variabel Dana Alokasi Umum (X2) berpengaruh

-

100,000,000,000.00

200,000,000,000.00

300,000,000,000.00

400,000,000,000.00

500,000,000,000.00

600,000,000,000.00

700,000,000,000.00

800,000,000,000.00

900,000,000,000.00

DAU (X2)

Belanja Modal (Y)

Page 31: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1.1. Gambaran Umum Objek

67

secara signifikan terhadap variabel Belanja Modal (Y), artinya yakni semakin

tinggi Dana Alokasi Umum maka pengeluaran pemerintah terhadap Belanja

Modal juga akan semakin tinggi begitu juga sebaliknya. Hal ini bisa dilihat dari

grafik 4.2 pertahun mengalami kenaikan yakni dari tahun walaupun sempat

mengalami penurunan pada tahun 2017 tetapi tidak begitu mempengaruhi

pengalokasian Dana Alokasi Umum untuk membiayai Belanja Modal dari grafik

tersebut juga dapat dilihat bahwa Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten

Pacitan sangat bergantung pada Dana Alokasi Umum untuk menambah aset

tetap dan aset lainnya yang dapat memberi nilai manfaat lebih dari satu tahun,

selain itu Pemerintah Kabupaten Pacitan dapat menggunakan Dana Alokasi

Umum untuk memberikan pelayanan kepada publik yang direalisasikan melalui

Belanja Modal, dengan melakukan Belanja Modal tersebut pemerintah daerah

sama dengan melakukan investasi yang dikemudian hari akan mendatangkan

manfaat yang bisa mengurangi kesenjangan antar daerah dan bisa mempercepat

laju pertumbuhan ekonomi.

Kabupaten Pacitan memang masih bergantung pada dana transfer yakni

salah satunya Dana Alokasi Umum dalam membiayai belanja modal karena

adanya PAD dari Kabupaten Pacitan yang relatif kecil tidak memungkinkan

untuk membiayai belanja modal. Maka pemerintah Kabupaten Pacitan

mengalokasikan Dana Alokasi Umum untuk membiayai belanja modal. DAU

yang ada di Kabupaten Pacitan dipergunakan salah satunya untuk membiayai

belanja modal guna meningkatkan pelayanan publik yang ada di Kabupaten

Pacitan itu sendiri. (Basuki Rahmat, Kepala Bidang Perencanaan dan

Pengendalian Kabupaten Pacitan)

Page 32: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1.1. Gambaran Umum Objek

68

Hasil dilapangan terkait dengan Dana Alokasi umum khususnya

terhadap belanja modal bisa dilihat dari pengalokasian dari Dana Alokasi Umum

yang dipergunakan untuk pengadaan, penggantian ataupun penambahan

terhadap gedung atau bangunan mulai dari menambah kapasitas gedung dan

bangunan sampai dengan pengelolaan bangunan. Peningkatan mutu berupa

pengeluaran anggaran untuk perencanaan, pengawasan, perencanaan dan

pengelolaan jalan ataupun irigasi dan lain sebagainya.

Penelitian ini selaras dengan PP No. 12 Tahun 2019 pasal 1 dan

penelitian yang dilakukan oleh Prastiwi, Ayu., Nurlaela, Siti, & Chomsatu,

(2016), yang menyatakan bahwa DAU berpengaruh terhadap Belanja Modal.

Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi Dana Alokasi Umum maka

pengeluaran pemerintah terhadap Belanja Modal juga akan semakin tinggi.

4.2.4. Pengaruh Dana Alokasi Khusus Terhadap Belanja Modal

Gambar Grafik 4.3

Variabel Dana Alokasi Khusus (X2)-Variabel Belanja Modal (Y )

-

50,000,000,000.00

100,000,000,000.00

150,000,000,000.00

200,000,000,000.00

250,000,000,000.00

300,000,000,000.00

350,000,000,000.00

400,000,000,000.00

DAK (X3)

Belanja Modal

Page 33: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1.1. Gambaran Umum Objek

69

Dana Alokasi Khusus merupakan salah satu kategori dana

perimbangan, Dana Alokasi Khusus ini juga merupakan alokasi dari Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) kepada Provinsi, Kabupaten atau Kota

tertentu dengan tujuan untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan

dari pemerintah daerah yang sesuai dengan prioritas nasional. Berdasarkan

penelitian ini diperoleh hasil untuk nilai koefisien regresi Dana Alokasi Khusus

(X3) sebesar 0,762 yang berarti apabila setiap 100% Dana Alokasi Khusus akan

mempengaruhi alokasi anggaran Belanja Modal sebesar 76,2 % maka belanja

modal akan bertambah sebesar 76,2%, sedangkan untuk hasil dari uji t Dana

Alokasi Khusus (X3) memiliki nilai t hitung 4,514 > t tabel 2,365 dan nilai

signifikan sebesar 0,003 < 0,05, dengan demikian H03 ditolak dan Ha3 diterima

artinya variabel Dana Alokasi Khusus berpengaruh secara signifikan terhadap

variabel Belanja Modal, dapat diartikan juga bahwa semakin tinggi Dana

Alokasi Khusus maka pengeluaran pemerintah terhadap Belanja Modal juga

akan semakin tinggi begitu juga sebaliknya. Hal ini juga dapat dilihat dari hasil

grafik 4.3 bahwa nilai dari Dana Alokasi Umum pertahunnya cenderung

mengalami kenaikan walaupun pada tahun 2011 dan 2012 sempat mengalami

penurunan naum tidak begitu mempengaruhi Dana Alokasi Umum untuk

membiayai alokasi belanja modal. Dengan adanya hal ini maka hubungan antara

Dana Alokasi Khusus dan Belanja Modal dapat dijelaskan bahwa Dana Alokasi

Khusus ditujukan untuk program-program nasional didaerah, baik dari segi

pelayanan publik, kesehatan maupun program pendidikan. Anggaran dari

Belanja Modal juga termasuk dalam program nasional, dimana hal ini terdapat

keterkaitan antara Dana Alokasi Khusus dan Belanja Modal.

Page 34: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1.1. Gambaran Umum Objek

70

Selain diambilkan dari Dana Alokasi Umum belanja modal yang ada di

Kabupaten Pacitan memang ditopang dari Dana Alokasi Khusus, hal ini

dikarenakan Dana Alokasi Khusus diberikan kepada suatu daerah untuk

mempercepat pertumbuhan ekonomi dan mempercepat pembangunan. Dana

Alokasi Khusus ini dialokasikan ke belanja modal dan dipergunakan salah

satunya untuk pembangunan ataupun perbaikan jalan, jembatan dan lain

sebagainya. Jadi belanja modal pembiayaannya ditopang dari dua dana

perimbangan yakni Dana Alokasi Umum dan juga Dana Alokasi Khusus.

(Basuki Rahmat, Kabid Perencanaan dan Pengendalian Kabupaten Pacitan).

Hasil dilapangan untuk pengalokasian Dana Alokasi Khusus juga

hampir serupa dengan pengalokasian Dana Alokasi Umum karena pada dasarnya

kedua dana tersebut memang diperuntukkan untuk belanja modal. Pengalokasian

dana tersebut digunakan untuk merawat jalan, jaringan dan irigasi hingga benar-

benar dapat siap terpakai. Dana tersebut juga digunakan untuk belanja modal

fisik misalnya untuk dibelanjakan barang penghias, digunakan untuk operasional

usaha, digunakan untuk meningkatkan kapasitas gedung dan bangunan maupun

untuk memperbaiki insfrastruktur, selain itu Dana Alokasi Umum juga

dipergunakan untuk pelayanan publik baik pendidikan maupun kesehatan yang

ada di Kabupaten Pacitan.

Hal ini selaras dengan PP No. 12 Tahun 2019 pasal 1 dan penelitian

yang dilakukan oleh Pradana dan Handayani, (2017) yang menyatakan bahwa

Dana Alokasi Khusus berpengaruh signifikan terhadap Belanja Modal. Hal ini

dapat diartikan bahwa semakin tinggi Dana Alokasi Khusus yang diperoleh

maka alokasi Belanja Modal akan ikut meningkat, begitu juga sebaliknya jika

Page 35: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1.1. Gambaran Umum Objek

71

Dana Alokasinya rendah maka untuk alokasi Belanja Modal juga akan menurun.

Hal ini memberikan adanya indikasi kuat bahwa perilaku Belanja Modal akan

sangat dipengaruhi sumber penerimaan Dana Alokasi Khusus (DAK).

4.2.5. Pengaruh Dana Bagi Hasil Terhadap Belanja Modal

Gambar Grafik 4.2

Variabel Dana Bagi Hasil (X4)-Variabel Belanja Modal (Y )

Dana Bagi Hasil merupakan dana yang berasal dari APBN yang

kemudian dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka persentase untuk

memenuhi kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana

Bagi Hasil yang ditransfer oleh daerah terdiri dari dua jenis yakni Dana Bagi

Hasil pajak, dan Dana Bagi Hasil bukan pajak (sumber daya alam). Berdasarkan

penelitian ini diperoleh nilai koefisien regresi untuk Dana Bagi Hasil (X4)

sebesar -3.270 yang berarti apabila setiap 100% Dana Alokasi Khusus akan

mempengaruhi alokasi anggaran Belanja Modal sebesar - 372% maka belanja

modal akan berkurang sebesar -372 %, sedangkan untuk uji t Dana Alokasi

Umum (X3) memiliki nilai t -3,529 < t tabel 2,365 dan untuk nilai signifikan

sebesar 0,216 > 0,05, dengan demikian H04 ditolak dan Ha4 diterima bahwa

-

50,000,000,000.00

100,000,000,000.00

150,000,000,000.00

200,000,000,000.00

250,000,000,000.00

300,000,000,000.00

350,000,000,000.00

400,000,000,000.00

DBH (X4)

Belanja Modal

Page 36: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1.1. Gambaran Umum Objek

72

variabel Dana Bagi Hasil berpengaruh negatif dan berpengaruh secara

signifikan terhadap variabel Belanja Modal. Hal ini berarti besar kecilnya

perolehan Dana Bagi Hasil yang dimiliki oleh pemerintah daerah akan

mempengaruhi penganggaran dan pengalokasian untuk belanja modal. Hal ini

juga terlihat pada grafik 4.4 bahwa nilai dari Dana Bagi Hasil cenderung

mengalami peningkatan dari tahun 2008-2012 walaupun sempat terjadi

penurunan nilai ditahun 2009, 2014, 2015 dan 2017 namun tidak mempengaruhi

pengalokasian Dana Bagi Hasil untuk Belanja Modal. Dengan begitu Dana Bagi

Hasil yang diterima oleh daerah dari pemerintah pusat menjadi salah satu

sumber pendanaan utama pemerintah daerah untuk belanja modal. Hal ini

mengindikasikan bahwa daerah mengalokasikannya untuk Belanja Modal, yakni

dialokasikan atau digunakan untuk hal-hal lain yang tujuannya untuk

membangun daerah.

Terkait Dana Bagi Hasil di Kabupaten Pacitan memang sebagian

dialokasikan untuk pendanaan belanja modal. Karena pada dasarnya 50 %

alokasi belanja modal pengalokasiannya ditentukan oleh pemerintah pusat dan

50% sisanya diserahkan sepenuhnya oleh daerah. Selain dari Dana Bagi Hasil

anggaran untuk belanja modal sendiri diambilkan dari Dana Alokasi umum dan

Dana Alokasi Khusus. Meskipun terdapat jumlah dari DBH bea cukai yang ada

di Kabupaten Paitan yang nilainya relatif kecil dan juga DBH Sumber Daya

Alam di Pacitan yang minim pemerintah Kabupaten Pacitan mengupayakan agar

dana yang diperoleh dari kedua sumber tersebut dapat juga dialokasikan untuk

membiayai belanja modal. Untuk DBH yang ada di Kabupaten Pacitan

pengkategorian alokasi dananya sudah ditentukan oleh pihak pemerintah pusat

Page 37: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1.1. Gambaran Umum Objek

73

dan pihak daerah tugasnya hanya sebagai pelaksana, oleh sebab itu pihak

pemerintah daerah Kabupaten Pacitan tidak bisa sembarangan mengalokasikan

DBH tersebut ke pos-pos lain seperti belanja modal, karena alokasi dananya

sudah ditentukan oleh pihak pemerintah pusat. (Basuki Rahmat, Kepala Bidang

Perencanaan dan Pengendalian Kabupaten Pacitan)

Hasil dilapangan terkait dengan Dana Bagi Hasil yakni dana tersebut

program penyaluran dananya 50% ditentukan oleh pemerintah pusat dan sisanya

yakni senilai 50% diserahkan sepenuhnya oleh pemerintah daerah, Dana Bagi

Hasil kontribusinya walaupun minim namun bisa dialokasikan sebagian untuk

alokasi belanja modal, karena belanja modal di Kabupaten Pacitan selain

ditopang dari Dana Bagi Hasil juga ditopang oleh Dana Alokasi Umum, bantuan

keuangan dari pusat dan Dana Alokasi Khusus. Dana Bagi Hasil di Pacitan

kaitannya dengan belanja modal dianggarkan untuk biaya sosialisasi petani

tembakau, dan sosialisasi bea cukai di Kabupaten Pacitan, pengembangan untuk

kapasitas dan kualitas produksi tembakau, digunakan untuk pencegahan dan

penanggulangan kebakaran hutan, untuk membuat jalur atau jalan menuju ke

perkebunan cukai digunakan untuk sosialisasi dibidang cukai atau untuk

pembinaan industri,selain itu juga digunakan untuk membiayai belanja pegawai,

belanja barang dan jasa dan digunakan untuk membantu program dimasing-

masing Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang ada di Kabupaten Pacitan.

Hal ini selaras dengan hasil yang dilakukan oleh Wandira, Gugus Arbie

(2013) yang menyatakan bahwa Dana Bagi Hasil berpengaruh terhadap Belanja

Modal. Hal ini berarti Dana Belanja Modal yang diterima oleh pemerintah

daerah memang dialokasikan untuk Belanja Modal.

Page 38: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1.1. Gambaran Umum Objek

74

4.2.5. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi

Khusus dan Dana Bagi Hasil Terhadap Belanja Modal

Berdasarkan pengujian hipotesis yaitu pada uji F dapat diketahui bahwa

Uji simultan F hitung 40,406 dan F tabel 4,120, dengan demikian H05 ditolak

dan Ha5 diterima artinya variabel Pendapatan Asli Daerah (X1), Dana Alokasi

Umum (X2), Dana Alokasi Khusus (X3), dan Dana Bagi Hasil (X4) secara

bersama-sama mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap Belanja

Modal (Y). Jika Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU),

Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Bagi Hasil (DBH) meningkat maka

aloaksi Belanja Modal daerah guna meningkatkan pelayanan publik juga bisa

ditingkatkan. Dengan demikian model yang digunakan dalam peneltian ini dapat

digunakan untuk menjelaskan perilaku belanja modal dalam APBD.

Hasil penelitian juga dapat diketahui nilai koefisien determinasi atau R

square dari hasil pengolahan data sebesar 0,958 atau 95,8%. Maka variabel

Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, dan Dana

Bagi Hasil mempengaruhi alokasi Belanja Modal, dan sisanya yakni sebesar

4,2% dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian ini. Maka menunjukkan

bahwa variabel Pendapatan Asli Daerah (X1), Dana Alokasi Umum (X2), Dana

Alokasi Khusus (X3) dan Dana Bagi Hasil (X4) secara bersama-sama

berpengaruh terhadap Belanja Modal (Y).