bab i_kurikulum sajati 2015.docx

13
KURIKULUM SMP NEGERI 1 JATINUNGGAL TAHUN 2015/2016 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG DASAR PEMIKIRAN Secara geografis SMP Negeri 1 Jatinunggal terletak di Kecamatan Jatinunggal (pemekaran Kecamatan Wado) ± 42 kilometer timur Kabupaten Sumedang. Ditinjau dari keadaan geografis berada di daerah pegunungan dan perkampungan tepatnya di Dusun Cipeundeuy Kidul Desa Cipeundeuy Kecamatan Jatinunggal ±8 km dari Kantor Kecamatan Jatinunggal ke arah timur laut. Saat ini akses jalan yang menuju sekolah dalam kondisi perbaikan meskipun belum tuntas sampai ke depan sekolah. Status sosial ekonomi siswa pada umumnya berasal dari keluarga petani, pedagang, dengan karakter tradisional semimodern. Tradisional di sini dimaksudkan masih banyak orang tua siswa yang memegang teguh adat kepercayaan yang diwariskan oleh nenek moyang (karuhun), tetapi dilain pihak seiring majunya laju perkembangan teknologi informasi dan komunikasi tidak sedikit orang tua siswa yang telah menanamkan iklim kehidupan keluarganya dengan nuansa modern. Secara keseluruhan dukungan dari masyarakat setempat terhadap pelaksanaan Proses Belajar Mengajar (PBM) dirasakan cukup baik, hal tersebut ditandai dengan adanya jalinan komunikasi dan partisipasi orang tua dalam mendukung program sekolah. Dari segi raw-input siswa SMP Negeri 1 Jatinunggal tergolong cukup standar jika dilihat dari perkembangan jumlah rombongan belajar setiap tahunnya meskipun untuk tahun sekarang (2015) mengalami kenaikan jumlah siswa baru Kurikulum SMPN 1 Jatinunggal 1

Upload: andana-apih-janitra

Post on 10-Apr-2016

220 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab I_KURIKULUM sajati 2015.docx

KURIKULUM

SMP NEGERI 1 JATINUNGGAL TAHUN 2015/2016

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG DASAR PEMIKIRAN

Secara geografis SMP Negeri 1 Jatinunggal terletak di Kecamatan Jatinunggal

(pemekaran Kecamatan Wado) ± 42 kilometer timur Kabupaten Sumedang. Ditinjau dari

keadaan geografis berada di daerah pegunungan dan perkampungan tepatnya di Dusun

Cipeundeuy Kidul Desa Cipeundeuy Kecamatan Jatinunggal ±8 km dari Kantor

Kecamatan Jatinunggal ke arah timur laut. Saat ini akses jalan yang menuju sekolah dalam

kondisi perbaikan meskipun belum tuntas sampai ke depan sekolah. Status sosial ekonomi

siswa pada umumnya berasal dari keluarga petani, pedagang, dengan karakter tradisional

semimodern. Tradisional di sini dimaksudkan masih banyak orang tua siswa yang

memegang teguh adat kepercayaan yang diwariskan oleh nenek moyang (karuhun), tetapi

dilain pihak seiring majunya laju perkembangan teknologi informasi dan komunikasi tidak

sedikit orang tua siswa yang telah menanamkan iklim kehidupan keluarganya dengan

nuansa modern. Secara keseluruhan dukungan dari masyarakat setempat terhadap

pelaksanaan Proses Belajar Mengajar (PBM) dirasakan cukup baik, hal tersebut ditandai

dengan adanya jalinan komunikasi dan partisipasi orang tua dalam mendukung program

sekolah.

Dari segi raw-input siswa SMP Negeri 1 Jatinunggal tergolong cukup standar jika

dilihat dari perkembangan jumlah rombongan belajar setiap tahunnya meskipun untuk

tahun sekarang (2015) mengalami kenaikan jumlah siswa baru sebesar 450 siswa dengan

13 rombel. Kondisi real seperti ini tentu saja menjadi tantangan utama untuk tenaga

pengajar, mengingat karakteristik siswa yang sangat beragam dengan kecenderungan

kurangnya motivasi dan daya dukung sarana yang masih minim. Demikian pula kendala

utama yang dirasakan cukup signifikan yaitu menyangkut jarak tempuh dan keterbatasan

alat transportasi, mengingat hampir 75% siswa yang mengikuti pembelajaran di SMPN 1

Jatinunggal, jarak tempat tinggal siswa  ke sekolah rata-rata lebih dari 4 km sehingga ada

keterbatasan waktu untuk kegiatan ekstrakurikuler dan pembiasaan.

Kurikulum SMPN 1 Jatinunggal 1

Page 2: Bab I_KURIKULUM sajati 2015.docx

Pembenahan pendidikan terus dilakukan mengingat semakin banyak tantangan

yang dihadapinya. Salah satu permasalahan pendidikan di SMPN 1 Jatinunggal adalah

rendahnya mutu pengelolaan dan proses pembelajaran di sekolah. Berbagai usaha telah

dilakukan untuk meningkatkan mutu melalui pengembangan kurikulum nasional dan lokal,

peningkatan kompetensi guru melalui pelatihan, pengadaan buku dan alat pelajaran,

pengadaan dan perbaikan sarana dan prasarrana pendidikan, dan peningkatan mutu

manajemen sekolah. Namun demikian, berbagai indikator mutu pendidikan belum

menunjukkan peningkatan mutu yang signifikan.

Berdasarkan kenyataan ini, berbagai pihak mempertanyakan apa yang salah

dalam penyelenggaraan pendidikan Indonesia dan khususnya di SMPN 1 Jatinunggal. Dari

berbagai pengamatan dan analisis, sedikitnya ada tiga faktor yang menyebabkan mutu

pendidikan tidak mengalami peningkatan secara merata. Faktor pertama, kebijakan dan

penyelenggaraan pendidikan nasional yang menggunakan pendekatan education

production function atau input-output analysis tidak dilaksanakan secara konsekuen.

Pendekatan ini melihat bahwa lembaga pendidikan berfungsi sebagai pusat produksi yang

apabila dipenuhi semua input (masukan) yang diperlukan dalam kegiatan produksi

tersebut, lembaga ini akan menghasilkan output yang dikehendaki. Pendekatan ini juga

menganggap bahwa apabila input pendidikan seperti guru, buku, media pembelajaran, dan

sarana serta prasarana pendidikan lainnya dipenuhi, mutu pendidikan (output) secara

otomatis akan meningkat. Dalam kenyataannya, mutu pendidikan yang diharapkan tidak

meningkat secara signifikan. Hal ini dikarenakan dalam menerapkan pendekatan education

production function selama ini terlalu memusatkan pada input pendidikan dan kurang

memerhatikan proses pendidikan (the best process). Padahal proses pendidikan sangat

menentukan output pendidikan. Ketika pendidikan mulai memasuki ranah ilmu

pengetahuan, ilmuwan masa lalu seperti Aristoteles atau Plato menyepakati bahwa pada

hakikatnya pendidikan sebagai ilmu menuntun (paedagogik), mengantar dan menjaga

(paedagogus), lalu menuntun (educare), dan membangkitkan kekuatan terpendam

(erziehung). Sejatinya, pendidikan adalah proses menggali, menemukan, membangkitkan,

menuntun, menjaga, serta menumbuhkembangkan nilai, minat, dan bakat potensial

kecerdasan-kecerdasan manusia. Sekolah dan para guru wajib melakukan penemuan

Kurikulum SMPN 1 Jatinunggal 2

Page 3: Bab I_KURIKULUM sajati 2015.docx

(discovery) kemampuan para siswa walaupun hanya sebesar partikel. Persis seperti yang

pernah diungkapkan Bobbi De Porter dalam bukunya, Quantum Learning, bahwa tugas

guru adalah menemukan minat dan kemampuan siswanya

Faktor kedua, penyelenggaraan pendidikan nasional dilakukan secara birocratic

power sehingga penempatan sekolah sebagai penyelenggara pendidikan sangat bergantung

pada keputusan birokrasi yang memunyai jalur sangat panjang dan terkadang kebijakan

yang dikeluarkan tidak sesuai dengan kondisi sekolah setempat. Sekolah lebih merupakan

subordinasi dari birokrasi di atasnya sehingga hilang kemandirian, keluwesan, motivasi,

dan kreativitas/inisiatif untuk mengembangkan dan memajukan sekolahnya. Kinerja

sekolah menjadi kurang optimal, baik mutu, efisiensi, inovasi, efektivitas, relevansi,

maupun produktivitasnya.

Faktor ketiga, peranserta warga sekolah, khususnya guru, dan peranserta

masyarakat, khususnya orang tua siswa, dalam penyelenggaraan pendidikan di tingkat

SMP khususnya selama ini sangat minim. Partisipasi guru dalam pengambilan keputusan

sering diabaikan, padahal terjadi atau tidaknya perubahan di sekolah sangat bergantungg

pada guru. Meskipun dikenalkan berbagai macam pembaruan, jika guru tidak berubah dan

tidak mengubah pola pikir, sikap, dan tindakannya tidak akan terjadi perubahan positif di

sekolah tersebut. Partisipasi masyarakat pada umumnya terbatas pada dukungan dana,

sedangkan dukungan-dukungan lain seperti pemikiran, moral, dan material kurang

diperhatikan. Akuntabilitas sekolah terhadap masyarakat juga lemah. Sekolah tidak

memunyai beban untuk mempertanggungjawabkan hasil pelaksanaan pendidikan kepada

masyarakat, khususnya orang tua siswa sebagai salah satu unsur utama yang

berkepentingan dengan pendidikan (stakeholder).

Belum lagi jika dikaitkan dengan tantangan eksternal, antara lain terkait dengan

arus globalisasi dan berbagai isu yang terkait dengan masalah lingkungan hidup, kemajuan

teknologi dan informasi, kebangkitan industri kreatif dan budaya, dan perkembangan

pendidikan di tingkat internasional. Arus globalisasi akan menggeser pola hidup

masyarakat dari agraris dan perniagaan tradisional menjadi masyarakat industri dan

perdagangan modern seperti dapat terlihat di World Trade Organization (WTO),

Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) Community, Asia-Pacific Economic

Cooperation (APEC), ASEAN Free Trade Area (AFTA), dan diberlakukannya Masyarakat

Kurikulum SMPN 1 Jatinunggal 3

Page 4: Bab I_KURIKULUM sajati 2015.docx

Ekonomi ASEAN (MEA) pada akhir 2015. Tantangan eksternal juga terkait dengan

pergeseran kekuatan ekonomi dunia, pengaruh dan imbas teknosains serta mutu, investasi,

dan transformasi bidang pendidikan.

Berdasarkan kenyataan-kenyataan tersebut, tentu perlu dilakukan upaya perbaikan

(evolusi atau revolusi), salah satunya dengan melakukan reorientasi penyelenggaraan

pendidikan melalui manajemen berbasis sekolah. Peranan para manajer sekolah di daerah

bertambah penting setelah negara menetapkan pembangunan pendidikan berdasarkan

standar (8 standar pendidikan nasional). Pendidikan diberikan peranan yang penting dalam

mengembangkan sumber daya insani. Penyelenggaraan sekolah serta kurikulum dan

program-program kegiatan sekolah sekarang tidak mungkin berdiri terpisah dari

pembangunan di daerah tempat sekolah berada. Peranan dalam model pengelolaan sekolah

dengan berbasis sekolah, menandakan harus terus dilakukan perubahan dalam peran

manajer sekolah, dari yang statis kepada manajemen dinamis dan fungsional konstruktif.

Untuk itu pulalah, kurikulum sekolah perlu terus direvisi dan dikembangkan sesuai dengan

tuntutan perubahan yang ada.

B.  LANDASAN HUKUM

Penyusunan kurikulum SMP Negeri 1 Jatinunggal ini dilandasi beberapa pilar

pemikiran sebagai berikut: (1) landasan filosofis, (2) landasan sosiologis, (3) landasan

psikopedagogis, (4) landasan teoretis, (5) landasan yuridis.

Landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum menentukan kualitas peserta

didik yang akan dicapai kurikulum, sumber dan isi dari kurikulum, proses pembelajaran,

posisi peserta didik, penilaian hasil belajar, hubungan peserta didik dengan masyarakat dan

lingkungan alam di sekitarnya. Kurikulum 2013 dikembangkan dengan landasan filosofis

yang memberikan dasar bagi pengembangan seluruh potensi peserta didik menjadi

manusia Indonesia berkualitas yang tercantum dalam tujuan pendidikan nasional.

Pada dasarnya tidak ada satupun filosofi pendidikan yang dapat digunakan secara

spesifik untuk pengembangan kurikulum yang dapat menghasilkan manusia yang

berkualitas. Berdasarkan hal tersebut, Kurikulum 2013 dikembangkan menggunakan

filosofi sebagai berikut:

Kurikulum SMPN 1 Jatinunggal 4

Page 5: Bab I_KURIKULUM sajati 2015.docx

1. Pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk membangun kehidupan bangsa masa kini

dan masa mendatang. Pandangan ini menjadikan Kurikulum dikembangkan

berdasarkan budaya bangsa Indonesia yang beragam, diarahkan untuk membangun

kehidupan masa kini, dan untuk membangun dasar bagi kehidupan bangsa yang lebih

baik di masa depan. Mempersiapkan peserta didik untuk kehidupan masa depan selalu

menjadi kepedulian kurikulum, hal ini mengandung makna bahwa kurikulum adalah

rancangan pendidikan untuk mempersiapkan kehidupan generasi muda bangsa. Dengan

demikian, tugas mempersiapkan generasi muda bangsa menjadi tugas utama suatu

kurikulum. Untuk mempersiapkan kehidupan masa kini dan masa depan peserta didik,

Kurikulum mengembangkan pengalaman belajar yang memberikan kesempatan luas

bagi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang diperlukan bagi kehidupan di

masa kini dan masa depan, dan pada waktu bersamaan tetap mengembangkan

kemampuan mereka sebagai pewaris budaya bangsa dan orang yang peduli terhadap

permasalahan masyarakat dan bangsa masa kini.

2. Peserta didik adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif. Menurut pandangan filosofi

ini, prestasi bangsa di berbagai bidang kehidupan di masa lampau adalah sesuatu yang

harus termuat dalam isi kurikulum untuk dipelajari peserta didik. Proses pendidikan

adalah suatu proses yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk

mengembangkan potensi dirinya menjadi kemampuan berpikir rasional dan

kecemerlangan akademik dengan memberikan makna terhadap apa yang dilihat,

didengar, dibaca, dipelajari dari warisan budaya berdasarkan makna yang ditentukan

oleh lensa budayanya dan sesuai dengan tingkat kematangan psikologis serta

kematangan fisik peserta didik. Selain mengembangkan kemampuan berpikir rasional

dan cemerlang dalam akademik, Kurikulum 2013 memposisikan keunggulan budaya

tersebut dipelajari untuk menimbulkan rasa bangga, diaplikasikan dan dimanifestasikan

dalam kehidupan pribadi, dalam interaksi sosial di masyarakat sekitarnya, dan dalam

kehidupan berbangsa masa kini.

3. Pendidikan ditujukan untuk mengembangkan kecerdasan intelektual dan kecemerlangan

akademik melalui pendidikan disiplin ilmu. Filosofi ini menentukan bahwa isi

kurikulum adalah disiplin ilmu dan pembelajaran adalah pembelajaran disiplin ilmu

Kurikulum SMPN 1 Jatinunggal 5

Page 6: Bab I_KURIKULUM sajati 2015.docx

(essentialism). Filosofi ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan intelektual

dan kecemerlangan akademik.

4. Pendidikan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa depan yang lebih baik

dari masa lalu dengan berbagai kemampuan intelektual, kemampuan berkomunikasi,

sikap sosial, kepedulian, dan berpartisipasi untuk membangun kehidupan masyarakat

dan bangsa yang lebih baik (experimentalism and social reconstructivism). Dengan

filosofi ini, Kurikulum 2013 bermaksud untuk mengembangkan potensi peserta didik

menjadi kemampuan dalam berpikir reflektif bagi penyelesaian masalah sosial di

masyarakat, dan untuk membangun kehidupan masyarakat demokratis yang lebih baik.

Landasan sosiologis digunakan dalam mengembangkan Kurikulum SMPN 1

jatinunggal atas dasar adanya kebutuhan akan perubahan rancangan dan proses pendidikan

dalam rangka memenuhi dinamika kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara,

sebagaimana termaktub dalam tujuan pendidikan nasional. Dewasa ini perkembangan

pendidikan di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari perkembangan ilmu pengetahuan,

teknologi, dan seni. Perubahan ini dimungkinkan karena berkembangnya tuntutan baru

dalam masyarakat, dunia kerja, dan dunia ilmu pengetahuan yang berimplikasi pada

tuntutan perubahan kurikulum secara terus menerus. Hal itu dimaksudkan agar pendidikan

selalu dapat menjawab tuntutan perubahan sesuai dengan jamannya. Dengan demikian

keluaran pendidikan akan mampu memberikan kontribusi secara optimal dalam upaya

membangun masyarakat berbasis pengetahuan (knowledge-based society).

Landasan psikopedagogis mendasari Kurikulum SMPN 1 Jatinunggal

dimaksudkan untuk memenuhi tuntutan perwujudan konsepsi pendidikan yang bersumbu

pada perkembangan peserta didik beserta konteks kehidupannya sebagaimana dimaknai

dalam konsepsi pedagogik transformatif. Konsepsi ini menuntut bahwa kurikulum harus

didudukkan sebagai wahana pendewasaan peserta didik sesuai dengan perkembangan

psikologisnya dan mendapatkan perlakuan pedagogis sesuai dengan konteks lingkungan

dan jamannya. Kebutuhan ini terutama menjadi prioritas dalam merancang kurikulum

untuk jenjang pendidikan menengah khususnya SMP. Oleh karena itu, implementasi

pendidikan di SMP yang selama ini lebih menekankan pada pengetahuan, perlu

dikembangkan menjadi kurikulum yang menekankan pada proses pembangunan sikap,

pengetahuan, dan keterampilan peserta didik melalui berbagai pendekatan yang

Kurikulum SMPN 1 Jatinunggal 6

Page 7: Bab I_KURIKULUM sajati 2015.docx

mencerdaskan dan mendidik. Penguasaan substansi mata pelajaran tidak lagi ditekankan

pada pemahaman konsep yang steril dari kehidupan masyarakat melainkan pembangunan

pengetahuan melalui pembelajaran otentik. Dengan demikian kurikulum dan pembelajaran

selain mencerminkan muatan pengetahuan sebagai bagian dari peradaban manusia, juga

mewujudkan proses pembudayaan peserta didik sepanjang hayat.

Landasan teoritis mendasari pula Kurikulum SMPN 1 Jatinunggal dikembangkan

atas teori “pendidikan berdasarkan standar” (standard-based education), dan teori

kurikulum berbasis kompetensi (competency-based curriculum). Pendidikan berdasarkan

standar menetapkan adanya standar nasional sebagai kualitas minimal warganegara yang

dirinci menjadi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik

dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar

pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Kurikulum berbasis kompetensi dirancang

untuk memberikan pengalaman belajar seluas-luasnya bagi peserta didik dalam

mengembangkan kemampuan untuk bersikap, berpengetahuan, berketerampilan, dan

bertindak. Kurikulum ini menganut: (1) pembelajaan yang dilakukan guru (taught

curriculum) dalam bentuk proses yang dikembangkan berupa kegiatan pembelajaran di

sekolah, kelas, dan masyarakat; dan (2) pengalaman belajar langsung peserta didik

(learned-curriculum) sesuai dengan latar belakang, karakteristik, dan kemampuan awal

peserta didik. Pengalaman belajar langsung individual peserta didik menjadi hasil belajar

bagi dirinya, sedangkan hasil belajar seluruh peserta didik menjadi hasil kurikulum.

Landasan yuridis sebagai pilar dasar pengembangan Kurikulum SMPN 1

Jatinunggal antara lain adalah:

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas

Pasal 36 sampai Pasal 38;

1) Pasal 36 Ayat (2) menyebutkan bahwa kurikulum pada semua jenjang dan

jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan

satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik.

2) Pasal 36 Ayat (3) menyebutkan bahwa kurikulum disusun sesuai dengan

jenjang pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia

dengan memperhatikan: (a) peningkatan iman dan takwa; (b) peningkatan

Kurikulum SMPN 1 Jatinunggal 7

Page 8: Bab I_KURIKULUM sajati 2015.docx

akhlak mulia; (c) peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik; (d)

keragaman potensi daerah dan lingkungan; (e) tuntutan pembangunan daerah

dan nasional; (f) tuntutan dunia kerja; (g) perkembangan ilmu pengetahuan,

teknologi, dan seni; (h) agama; (i) dinamika perkembangan global; dan (j)

persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.

3) Pasal 38 Ayat (2) mengatur bahwa kurikulum pendidikan dasar dan

menengah dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau

satuan pendidikan dan komite sekolah/madrasah di bawah koordinasi dan

supervisi dinas pendidikan atau kantor departemen agama kabupaten/kota untuk

pendidikan dasar dan provinsi untuk pendidikan menengah.

3. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Nasional, beserta segala ketentuan yang dituangkan Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Nasional; dan

4. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013

tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang

Standar Nasional Pendidikan Pasal 5 sampai Pasal 18,  dan Pasal 25 sampai Pasal

27;

5. Permendikbud No. 58 Tahun 2014 tentang Kurikulum SMP dan MTs.

6. Permendikbud No. 54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan Dikdasmen;

7. Permendikbud No.64 Tahun 2013 tentang Standar Isi Dikdasmen;

8. Permendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Dikdasmen;

9. Permendikbud No. 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Dikdasmen;

10. Permendikbud No. 68 Tahun 2013 tentang Kompetensi Dasar dan Struktur

Kurikulum 2013 SMP dan MTs;

11. Program Kerja dan Pengembangan Sekolah serta Kalender Pendidikan SMPN 1

Jatinunggal tahun pelajaran 2015/2016.

Kurikulum SMPN 1 Jatinunggal 8

Page 9: Bab I_KURIKULUM sajati 2015.docx

C. TUJUAN PENGEMBANGAN KURIKULUM

Melalui penyusunan dokumen I (Kurikulum SMPN 1 Jatinunggal) dan dukungan

secara bertahap ketersediaan sarana teknologi informasi maka tujuan penyusunan dan

pengembangan kurikulum ini diarahkan untuk :

1. Memberi arah gerak operasional pendidik dan tenaga kependidikan dalam mengelola

lembaga SMP Negeri 1 Jatinunggal.

2. Memberi gambaran arah pendidikan di SMPN 1 jatinunggal dalam membekali peserta

didik guna menguasai salah satu keterampilan hidup (life skill).

3. Mendokumentasikansecara tertulis acuan bagi pendidik dan tenaga kependidikan

dalam mengembangkan kompetensi siswa sesuai dengan potensi daerah dan sumber

daya yang dimiliki serta memberikan layanan kepada masyarakat sesuai dengan

potensi daerah dan sumber daya yang dimiliki.

4. Memberikan arahan bagi siswa belajar menerapkan ajaran agama berdasarkan

keimanan dan ketakwaan yang dibangun, mengembangkan diri berdasarkan ilmu dan

pengalaman yang diperoleh, hidup rukun berdasarkan nilai-nilai sosial yang dimiliki,

dan mandiri berdasarkan ilmu dan keterampilan yang dipelajari.

5. Memberikan kerangka kinerja operasional pembelajaran yang dikembangkan antara

kurikulum pendidikan yang berbasis kompetensi dan kurikulum muatan lokal yang

berorientasikan pada pembentukan pribadi yang kokoh (bertauhid) dan

memiliki akhlakul karimah serta berpengetahuan unggul, kreatif, dan cerdas.

ma Kurikulum SMPN 1 Jatinunggal 2014/2015 terdiri atas : (a) Pendahuluan, latar

belakang, landasan hukum, arah dan tujuan, dan sistematika; (b) hakikat kurikulum,

Tujuan Pendidikan Dasar, visi, misi, tujuan sekolah; (c) Struktur, Muatan Kurikulum,

Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar; (c) proses

penilaian dan hasil belajar, (d) kalender Pendidikan, (e) penutup dan Profil Sekolah, (e)

Lampiran-Lampiram (Silabus-Dokumen II, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)-

Dokumen III, KKM, Program Pengembangan Diri dan SK Tim Penyusun.

Kurikulum SMPN 1 Jatinunggal 9