bab iii putusan yang mengandung kesalahan...

58
BAB III PUTUSAN YANG MENGANDUNG KESALAHAN PENERAPAN HUKUM PADA TINGKAT MAHKAMAH AGUNG Dalam Bab III ini membahas mengenai hasil penelitian terhadap beberapa putusan kasasi Pada tingkat Mahkamah Agung, ada beberapa kasus yang diputus dan akibatnya terpidana harus menjalani masa hukumnya sesuai dengan putusan Mahkamah Agung, seperti contoh dalam kasus penelitian ini yaitu putusan Mahkamah Agung Nomor 1565/K/Pid/2004, Putusan Mahkamah Agung Nomor 1500/K/Pid/2006, dan putusan Mahkamah Agung Nomor. 2057/K/Pid.Sus/2009. Alasan memilih putusan kasasi Mahkamah Agung tersebut karena putusan di pengadilan negeri itu telah memutus tidak sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam perundang-undangan yaitu Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman. Dibawah ini disajikan ringkasan putusan kasasi Mahkamah Agung sebagai berikut : 1. Putusan Mahkamah Agung Nomor 1565/K/Pid/2004 Memeriksa perkara pidana dalam tingkat kasasi telah mengambil putusan sebagai berikut:

Upload: hamien

Post on 29-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

����

BAB III

PUTUSAN YANG MENGANDUNG KESALAHAN PENERAPAN HUKUM

PADA TINGKAT MAHKAMAH AGUNG

Dalam Bab III ini membahas mengenai hasil penelitian terhadap beberapa

putusan kasasi Pada tingkat Mahkamah Agung, ada beberapa kasus yang diputus

dan akibatnya terpidana harus menjalani masa hukumnya sesuai dengan putusan

Mahkamah Agung, seperti contoh dalam kasus penelitian ini yaitu putusan

Mahkamah Agung Nomor 1565/K/Pid/2004, Putusan Mahkamah Agung Nomor

1500/K/Pid/2006, dan putusan Mahkamah Agung Nomor. 2057/K/Pid.Sus/2009.

Alasan memilih putusan kasasi Mahkamah Agung tersebut karena putusan

di pengadilan negeri itu telah memutus tidak sesuai dengan ketentuan yang telah

ditetapkan dalam perundang-undangan yaitu Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana (KUHP) dan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP),

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi dan Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan

Kehakiman.

Dibawah ini disajikan ringkasan putusan kasasi Mahkamah Agung sebagai

berikut :

1. Putusan Mahkamah Agung Nomor 1565/K/Pid/2004

Memeriksa perkara pidana dalam tingkat kasasi telah mengambil putusan

sebagai berikut:

����

Mahkamah Agung tersebut ;

Membaca putusan Pengadilan Negeri Pematangsiantar tanggal 19 Februari 2004

Nomor : 126/PID.B/2003/PN.Pms. dalam putusan mana Terdakwa: Ir. Henry

Panjaitan, tempat lahir Kota Cane, umur/tanggal lahir 35 tahun/8 Desember 1966,

jenis kelamin laki-laki, kebangsaan Indonesia, tempat tinggal Jl. Karet Raya

No.119, Perumnas Simalingkar, Medan, agama Kristen, pekerjaan wiraswasta.

Kasus Posisi :

Berawal pada tanggal 13 Januari 2002, bertempat di Ruang Data Kantor

Walikota Pematangsiantar, Drs. Marim Purba memimpin rapat yang dihadiri oleh

Ir. Mulyono, Drs. Biner Turnip dan Drs. Eddy Noah Saragih (ketiganya pegawai

Dinas Tata Kota Pemko Pematangsiantar) untuk membahas Pembangunan Kios

Darurat Pasar Horas, guna menampung korban kebakaran gedung II Pusat Pasar

Horas Kota Pematangsiantar yang terjadi pada tanggal 12 Januari 2002, yang

mana dalam rapat tersebut Walikota Pematangsiantar mengambil keputusan

dengan menetapkan bahwa Dinas Tata Kota Pematangsiantar adalah sebagai

Pengelola Proyek Pembangunan Kios Darurat tersebut, selanjutnya Kepala Dinas

Tata Kota menugaskan kepala Seksi Perencanaan dan Perijinan Dinas Tata Kota

yaitu Ir. Mulyono untuk melakukan pengukuran dan perencanaan gambar serta

membuat rencana biayanya dan hari itu juga diadakan rapat Muspida Plus tentang

penampungan korban kebakaran gedung III Pusat Pasar Horas yang dalam rapat

tersebut disepakati akan dibangun kios darurat, yang direncanakan akan dibangun

di areal bekas penjara lama Jl. Sutomo Pematangsiantar atau di Jl. Imam Bonjol

Pematangsiantar.

����

Pada tanggal 14 Januari 2002 bertempat dirumah dinas Walikota

Pematangsiantardi Jl. MH. Sitorus No.18 Pematangsiantar, Walikota

Pematangsiantar Drs. Marim Purba memimpin rapat yang dihadiri oleh Ir.

Mulyono, Drs. Biner Turnip, Drs. Eddy Noah Saragih dan Kompi Aritonang,

dalam rapat tersebut Drs. Marim Purba menunjuk langsung Terdakwa Ir. Henry

Panjaitan (Direktur CV. Dwi Warna Konsultan) yang akan mengerjakan Proyek

Pembangunan Kios Darurat Pasar Horas dan sekaligus yang membuat Rencana

Anggaran Biaya Proyek tersebut.

Pada hari itu juga sekitar pukul 10.00 wib. Bertempat di Ruang Data Kantor

Walikota Pematangsiantar, diadakan kembali rapat Muspida Plus yang

menghasilkan putusan akan dibangun kios darurat sebanyak 346 buah di Jl.Imam

Bonjol Pematangsiantar yang letaknya antara gedung II dan gedung III Pusat Pasar

Horas Pematangsiantar, yang gambar/denah serta RencanaAnggaran Biaya sebesar

Rp.1.068.339.000,- (satu milyar enam puluh delapan juta tiga ratus tiga puluh

sembilan ribu rupiah) yang dihitung berdasarkan standart harga upah dan bahan

tahun 2001 yang dibuat dan ditandatangani pada bulan Januari 2001 oleh Tim

Pencari Harga Bangunan dan Upah untuk Proyek Pembangunan di Kota

Pematangsiantar tahun anggaran 2001, ditanda tangani Penanggung Jawab Teknis

Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Pematangsiantar Ir. Timbul Sitopu serta

disetujui dan ditanda tangani oleh Walikota Pematangsiantar Drs. Marim Purba

sebagaimana yang telah disiapkan oleh saksi Ir. Mulyono. Rencana Anggaran

Biaya tersebut masih perlu untuk diperbaiki, sesuai dengan permintaan Drs.

Marim Purba untuk menambah biaya pengamanan kedalam Rencana Anggaran

����

Biaya tersebut sebesar 15%, kemudian Terdakwa meminta kepada saksi Ir.

Mulyono copy Rencana Anggaran Biaya tersebut, untuk diperbaiki sesuai dengan

permintaan saksi Drs.Marim Purba.

Pada tanggal 19 Januari 2002, sekitar pukul 20.00 Wib bertempat dirumah

saksi Drs.Eddy Noah Saragih Jl. Kompi No.8 Pematangsiantar diadakan

pertemuan antara saksi Drs. Marim Purba dengan Terdakwa, dan saksi Ir.

Mulyono yang turut dihadiri oleh saksi Drs. Marim Purba dengan Terdakwa, dan

saksi Ir. Mulyono yang turut dihadiri oleh saksi Drs. Biner Turnip (Kepala Dinas

Tata Kota Pematangsiantar), Drs. Eddy Noah Saragih dan Kompi Aritonang dan

pada saat itu Rencana Anggaran Biaya yang telah diperbaiki oleh Terdakwa

sebesar Rp.1.400.368.000,- (satu milyar empat ratus juta tiga ratus enam puluh

delapan ribu rupiah) besarnya dana tersebut dibuat oleh Terdakwa dengan cara

menggelembungkan harga satuan upah dan bahan tahun 2001, seterusnya

Anggaran Biaya tersebut diserahkan kepada saksi Ir. Mulyono namun menurut

saksi Ir. Mulyono Rencana Anggaran Biaya tersebut terlalu besar dan tidak masuk

akal, akan tetapi Terdakwa mengatakan bahwa dana tersebut sudah termasuk biaya

pengamanan sebagaimana yang diinginkan saksi Drs. Marim Purba.

Selanjutnya Drs. Marim Purba memerintahkan saksi Ir. Mulyono dan

Terdakwa untuk menghitung kembali Rencana Anggaran Biaya hal mana

bertentangan dengan KEPRES No.18 tahun 2000 pasal 4, karena Drs. Marim

Purba selaku pejabat Negara tidak boleh duduk dan tidak boleh mencampuri

masalah urusan apa saja dalam proyek. Untuk itu saksi Ir. Mulyono dan Terdakwa

menghitung kembali Rencana Anggaran Biaya Pembangunan Kios Darurat Pasar

����

Horas dirumah saksi Ir. Mulyono di Jl. Malanthon Siregar Pematangsiantar,

dengan hasil Rencana Anggaran Biaya senilai Rp.1.287.310.700,- (satu milyar dua

ratus delapan puluh tujuh juta tiga ratus sepuluh ribu tujuh ratus rupiah) untuk 346

(tiga ratus empat puluh enam) kios dengan ukuran 2 x 1,5 meter yang menurut

saksi Ir. Mulyono nilai Rencana Anggaran Biaya tersebut dianggap masih terlalu

besar karena dana tersebut dibuat dengan menggelembungkan harga satuan upah

dan bahan tahun 2001 menjadi lebih besar yaitu :

1. Upah tukang menjadi Rp.55.000,- perhari perorang yang seharusnya

Rp.20.000,-

2. Upah Kepala Tukang menjadi Rp.65.000,- perhari perorang yang seharusnya

Rp.24.000,-

3. Upah Pekerja menjadi Rp.37.000,- perhari perorang yang seharusnya

Rp.15.000,-

4. Upah Mandor menjadi Rp.45.000,- perhari perorang yang seharusnya

Rp.18.000,-

5. Harga kayu menjadi Rp.1.999.500,- per M3 yang seharusnya Rp.1.170.000,-

6. Pekerjaan Persiapan yaitu :

a. Shop drawing sebesar Rp.8.000.000,- yang seharusnya Rp.5.000.000,-

b. Pembuatan Laporan Pelaksanaan sebesar Rp.6.000.000,-yang seharusnya

Rp.3.500.000,-

c. Foto dokumentasi sebesar Rp.2.000.000,- yang seharusnya Rp.450.000,-

d. Direksi Keet dan Base Camp sebesar Rp.18.000,-seharusnya

Rp.4.750.000,-

���

Namun karena hal tersebut adalah permintaan Drs. Marim Purba (Wali-kota

Pematangsiantar) maka sebagai loyalitas kepada atasan saksi Ir. Mulyono

menyetujuinya.

Terdakwa mensub kontraktorkan atau membagi borongan pekerjaan tersebut

kepada orang lain yaitu :

1. Chandra Silalahi yang mengerjakan sebanyak 94 unit kios dengan harga

perkios Rp.1.100.000,- jumlah Rp.103.400.000,-

2. Herbert Damanik sebanyak 72 Unit kios dengan harga perkios Rp.1.100.000,-

jumlah Rp. 79.200.000,-

3. Henry Nelson Pasaribu sebanyak 64 Unit kios dengan harga perkios

Rp.875.000,- jumlah Rp. 56.000.000,-

4. Ir. Zainal Simanjuntak sebanyak 64 Unit kios dengan harga perkios

Rp.865.000,- jumlah Rp. 55.360.000,-

5. Dikerjakan sendiri oleh Terdakwa:

a. 48 kios dengan harga perkios Rp.200.00,- Rp. 9.600.000,-

b. 5 unit pos penjaga per unit Rp.200.000,- jumlah Rp. 1.000.000,-

c. 2 unit portal jalan per unit Rp.1.500.000,- jumlah Rp. 3.000.000,-

6. Sahat Rumapea, pekerjaan mekanik dan elektrikal seluruh kios jumlah Rp.

81.000.000,-

7. Gordon Siahaan, pemasangan instalasi listrik seluruh kios jumlah Rp.

24.000.000,-

8. Ir. Mulyono pembuat umpak seluruh kios jumlah Rp. 3.000.000,-

Jumlah keseluruhan Rp.415.000.000,- (empat ratus lima belas juta rupiah).

����

Biaya yang dinyatakan dalam Kontrak No.010/Pemb/TK/II/2002 tanggal 11

Februari 2002 senilai Rp.1.285.300.000,- dikurangi biaya Ppn sebesar 10% dari

nilai kontrak sebesar Rp.128.530.000,- sehingga harga borongan

Rp.1.285.300.000,- dikurangi Rp.128.530.000,- = Rp.1.156.770.000,-

mengakibatkan akibatkan terdapat selisih sebesar Rp.1.156.770.000,- dikurangi

Rp.415.560.000,- = Rp.741.210.000,- (tujuh ratus empat puluh satu juta dua ratus

sepuluh ribu rupiah).

Berdasarkan Posisi Kasus diatas, Terdakwa Ir. Henry Panjaitan dalam

kedudukannya selaku kontraktor Pembangunan Kios Darurat Pasar Horas Kota

Pematangsiantar tahun 2002 didakwa :

Primair :

Perbuatan Terdakwa diatur dan diancam pidana dalam Pasal 2 ayat (1) jo Pasal 18

UU Nomor 31 tahun 1999 yang telah dirubah dengan Undang Nomor 20 tahun

2001 jo Pasal 55 ayat (1) ke 1 KUHPidana.

Subsidair :

Perbuatan Terdakwa tersebut diatur dan diancam pidana melanggar Pasal 3 jo

Pasal 18 UU No.31 tahun 1999 yang telah dirubah dengan UU No. 20 tahun 2001

jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHPidana.

Setelah membaca Tuntutan Jaksa/Penuntut Umum tanggal 18 Desember

2003 yang isinya adalah sebagai berikut :

1. Menyatakan Terdakwa Ir. Henry Panjaitan bersalah melakukan tindak pidana

“Korupsi secara bersama-sama” sebagaimana diatur dalam Pasal 2 ayat (1)

jo Pasal 18 Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 yang telah dirubah

����

dengan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2001 jo Pasal 55 ayat (1) ke-1

KUHPidana sebagaimana didakwakan dalam dakwaan primair ;

2. Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa Ir. Henry Panjaitan berupa pidana

penjara selama 4 (empat) tahun, dengan perintah agar Terdakwa ditahan ;

3. Denda sebesar Rp.200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) subsidair 6 (enam)

bulan kurungan ;

4. Membayar uang pengganti kerugian Negara sebesar Rp.247.070.000,- (dua

ratus empat puluh tujuh juta tujuh puluh ribu rupiah) subsidair 2 (dua) tahun

penjara ;

5. Menyatakan barang bukti�

a. SK Walikota Pematang Siantar No.050-24/WK-Tahun 2002 tanggal 28

Januari 2002 tentang pengangkatan perangkat organisasi pelaksana

proyek dan alokasi umum anggaran belanja pembangunan kota Pematang

Siantar khusus untuk proyek pembangunan kios darurat Pasar Horas

Pematang Siantar ;

b. Surat DPRD kota Pematang Siantar Nomor : 170/6738/DPRD/I/2002

tanggal 25 Januari 2002 tentang persetujuan prinsip DPRD kota

Pematang Siantar atas Pembangunan Kios Darurat Pasar Horas ;

c. RAB Proyek Pembangunan Kios Darurat Pasar Horas Pematang Siantar

senilai Rp.1.400.368.000,-

d. RAB Proyek Pembangunan Kios Darurat Pasar Horas Pematang Siantar

senilai Rp.1.287.310.700,-

����

e. Surat perjanjian pelaksanaan pekerjaan (kontrak) pembangunan kios

darurat Pasar Horas Pematang Siantar Nomor : 010/Pemb/TK/II/2002

tanggal 11 Februari 2002.

f. Dan Bukti-bukti lainnya..

Dipergunakan� sebagai barang bukti dalam perkara atas nama Terdakwa

Ir. Johannes Napitupulu.

6. Menetapkan agar Terdakwa membayar biaya perkara Rp.5.000,- (lima ribu

rupiah).

Menimbang, bahwa dengan memperhatikan Pasal 2 ayat (1) jo Pasal 18 UU

No. 31 Tahun 1999 yang telah dirubah dengan UU No. 20 Tahun 2001 jo Pasal 55

ayat (1) KUHP dan Pasal 3 jo Pasal 18 UU No. 31 Tahun 1999 yang telah dirubah

dengan UU No. 20 Tahun 2001 jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP dan UU No. 8

Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana, Terdakwa telah dibebaskan dari

semua dakwaan seperti tercantum dalam putusan Pengadilan Negeri tersebut

yang amar selengkapnya berbunyi sebagai berikut:

1. Menyatakan bahwa ia Terdakwa Ir. Henry Panjaitan tidak terbukti secara sah

dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana dalam dakwaan Primair

dan dakwaan Subsidair Jaksa Penuntut Umum ;

2. Membebaskan terdakwa oleh karena itu dari dakwaan Primair dan dakwaan

Subsidair tersebut ;

3. Memulihkan hak Terdakwa dalam kemampuan harkat dan martabatnya;

4. Menyatakan bahwa barang bukti yang terdiri dari :

����

a. SK Walikota Pematang Siantar No.050-24/WK-Tahun 2002 tanggal 28

Januari 2002 tentang pengangkatan perangkat organisasi pelaksana

proyek dan alokasi umum anggaran belanja pembangunan kota Pematang

Siantar khusus untuk proyek pembangunan kios darurat Pasar Horas

Pematang Siantar ;

b. Surat DPRD kota Pematang Siantar Nomor : 170/6738/DPRD/I/2002

tanggal 25 Januari 2002 tentang persetujuan prinsip DPRD kota

Pematang Siantar atas Pembangunan Kios Darurat Pasar Horas ;

c. RAB Proyek Pembangunan Kios Darurat Pasar Horas Pematang Siantar

senilai Rp.1.400.368.000,-

d. RAB Proyek Pembangunan Kios Darurat Pasar Horas Pematang Siantar

senilai Rp.1.287.310.700,-

e. Dan Bukti-bukti lainnya..

Dipergunakan sebagai barang bukti dalam perkara atas nama Terdakwa

Ir. Johannes Napitupulu.

5. Membebankan biaya perkara kepada Negara.

Mengingat akan akta tentang permohonan kasasi Nomor : 03/KS/Akta.

Pid/2004/PN. Pms, yang dibuat oleh Panitera pada Pengadilan Negeri

Pematangsiantar yang menerangkan, bahwa pada tanggal 2 Maret 2004 Jaksa

Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Pematangsiantar telah mengajukan

permohonan kasasi terhadap putusan Pengadilan Negeri tersebut ;

����

Memperhatikan risalah kasasi bertanggal 16 Maret 2004 dari Jaksa Penuntut

Umum sebagai Pemohon Kasasi, risalah kasasi mana telah diterima di

Kepaniteraan Pengadilan Negeri Pematangsiantar pada tanggal 16 Maret 2004 ;

Melihat surat-surat yang bersangkutan ;

Menimbang, bahwa putusan Pengadilan Negeri tersebut telah diberitahukan

kepada Pemohon kasasi pada tanggal 19 Februari 2004 dan Pemohon kasasi

mengajukan permohonan kasasi pada tanggal 2 Maret 2004 serta risalah kasasinya

telah diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Pematangsiantar pada tanggal

16 Maret 2004, dengan demikian permohonan kasasi beserta dengan alasan-

alasannya telah diajukan dalam tenggang-tenggang waktu dan dengan cara

menurut Undang-Undang.

Didalam pasal 244 KUHAP (Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana)

menentukan bahwa terhadap putusan perkara pidana yang diberikan pada tingkat

terakhir oleh Pengadilan lain, selain daripada Mahkamah Agung, Terdakwa atau

Penuntut Umum dapat mengajukan permintaan kasasi kepada Mahkamah Agung

kecuali terhadap putusan bebas ;

Menimbang, bahwa akan tetapi Mahkamah Agung berpendapat bahwa

selaku badan Peradilan Tertinggi yang mempunyai tugas untuk membina dan

menjaga agar semua hukum dan undang-undang di seluruh wilayah negara

diterapkan secara tepat dan adil, Mahkamah Agung wajib memeriksa apabila ada

pihak yang mengajukan permohonan kasasi terhadap putusan Pengadilan

bawahannya yang membebaskan Terdakwa, yaitu guna menentukan sudah tepat

dan adilkah putusan Pengadilan bawahannya itu ;

����

Namun demikian sesuai yurisprudensi yang sudah ada apabila ternyata

putusan Pengadilan yang membebaskan terdakwa itu merupakan pembebasan

yang murni sifatnya, maka sesuai ketentuan pasal 244 KUHAP (Kitab Undang-

Undang Hukum Acara Pidana) tersebut, permohonan kasasi tersebut harus

dinyatakan tidak dapat diterima.

Bahwa sebaliknya apabila pembebasan itu didasarkan pada penafsiran yang

keliru terhadap sebutan tindak pidana yang dimuat dalam surat dakwaan dan

bukan didasarkan pada tidak terbuktinya suatu unsur perbuatan yang didakwakan,

atau apabila pembebasan itu sebenarnya adalah merupakan putusan lepas dari

segala tuntutan hukum, atau apabila dalam menjatuhkan putusan itu Pengadilan

telah melampaui batas wewenangnya (meskipun hal ini tidak diajukan sebagai

alasan kasasi), Mahkamah Agung atas dasar pendapatnya bahwa pembebasan itu

bukan merupakan pembebasan yang murni harus menerima permohonan kasasi

tersebut.

Putusan judex facti yang dimohonkan Kasasi tersebut adalah merupakan

putusan bebas, oleh karena untuk dapat atau tidaknya secara formil permohonan

Kasasi tersebut dapat diterima, Mahkamah Agung akan mempertimbangkan

sebagai berikut:

• Menimbang, bahwa dipersidangkan di dapat fakta hukum yaitu :

a. Bahwa berdasarkan keterangan ahli dari Balai Pembinaan Wilayah� II

Dinas Penataan Ruang & Pemukiman Sumatera Utara di Pematang

Siantar, Rencana Anggaran Biaya Proyek Pembangunan Kios Darurat

����

Pasar Horas Pematang Siantar adalah terlaku tinggi disebabkan volume

pekerjaan tidak sesuai dengan gambar yaitu terdapat kelebihan volume.

b. Bahwa RAB yang disahkan yaitu Rp.1.287.310.700,- lebih tinggi dari

yang direncanakan oleh Kasi Perencanaan & Perizinan Dinas Tata Kota

Pemko Pematang Siantar yaitu Rp.1.068.339.000,-

c. Bahwa dari fakta-fakta persidangan tersebut dapat disimpulkan Terdakwa

telah melanggar ketentuan pasal 5 Keppres No.18 tahun 2000 tentang

Pedoman Pelaksanaan pengadaan barang/jasa instansi Pemerintah.

• Menimbang, bahwa dari uraian-uraian tersebut diatas terbukti putusan judex

facti dikualifikasikan sebagai putusan yang tidak bebas murni karena unsur

melawan hukum pada dakwaan Jaksa/Penuntut Umum terbukti secara sah &

meyakinkan, sehingga Jaksa/Penuntut Umum dapat membuktikan bahwa

putusan judex facti bukan putusan bebas, sehingga secara formal

permohonan kasasi Jaksa/Penuntut Umum dapat diterima.

Dengan adanya alasan-alasan yang diajukan oleh Pemohon

kasasi/Jaksa/Penuntut Umum pada pokoknya adalah sebagai berikut :

1. Putusan Hakim Majelis Pengadilan Negeri Pematangsiantar yang

membebaskan Terdakwa dari segala dakwaan bukan merupakan pembebasan

murni dengan alasan :

A. Judex Facti tidak menerapkan atau menerapkan hukum tidak

sebagaimana mestinya.

a. Judex Facti telah keliru menafsirkan “yang secara melawan

hukum” dalam Pasal 2 ayat (1) jo Pasal 18 UU No.31 tahun 1999

����

yang telah dirubah dengan UU No.20 tahun 2001 sehingga Judex

Facti pun keliru dalam mempertimbangkan unsur “memperkaya

diri� sendiri atau orang lain atau suatu korporasi” dan unsur

“yang dapat merugikan keuangan Negara atau Perekonomian

Negara” ;

Dengan demikian, putusan Hakim Majelis Pengadilan Negeri Pematang

Siantar Nomor : 126/Pid.B/2003/PN.PMS tanggal 19 Februari 2004 atas

nama Terdakwa Ir. Henry Panjaitan yang membebaskan Terdakwa dari

segala dakwaan adalah merupakan putusan “bebas tidak murni” yang

dapat dijadikan dasar bagi Jaksa Penuntut Umum untuk mengajukan

kasasi (vide : Putusan Mahkamah Agung R.I. Nomor : 275 K/Kr/1979

tanggal 15�Desember 1983 jo butir 19 Keputusan Menteri Kehakiman

R.I. Nomor : M.14.PW.07.03 tahun 1983 tanggal 10 Desember 1983).

2. Judex Facti melakukan hal-hal sebagaimana tersebut dalam pasal 253 ayat

(1) KUHAP.

a. Bahwa Judex Facti tidak menerapkan atau menerapkan hukum tidak

sebagaimana mestinya.

b. Cara mengadili Judex Facti tidak dilaksanakan menurut ketentuan

Undang-Undang.

3. Berdasarkan uraian-uraian kami diatas tentang Judex Facti telah tidak

menerapkan atau menerapkan peraturan hukum tidak sebagaimana mestinya

dan tidak mengadili sebagaimana cara yang ditentukan Undang-Undang.

����

Menimbang, bahwa atas keberatan-keberatan tersebut Mahkamah

Agung berpendapat :

Mengenai keberatan-keberatan ad.1, 2 dan 3 :

� Bahwa keberatan-keberatan tersebut dapat dibenarkan, karena Judex

Facti salah menerapkan hukum, yaitu Terdakwa bersama dengan Ir.

Mulyono & Drs. Marim Purba telah melakukan mark up biaya

pembangunan kios darurat Pasar Horas, hal ini melanggar pasal 5

Keppres No.18 tahun 2000, sehingga unsur melawan hukum terbukti.��

c. Bahwa akibat ada mark up biaya, Terdakwa mendapat keuntungan

yang melebihi dari yang seharusnya di dapat, dan ini berakibat uang

yang di terima oleh Drs. Marim Purba & Ir. Mulyono juga lebih

banyak, sehingga unsur memperkaya diri sendiri atau orang lain atau

korporasi juga terbukti.

d. Bahwa oleh karena adanya mark up biaya, maka anggaran yang

dikeluarkan oleh Pemda menjadi besar dan hal tersebut langsung atau

tidak langsung akan menimbulkan kerugian Negara, dari hal tersebut

unsur kerugian Negara telah terbukti.

Menimbang bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas,

ternyata Jaksa/Penuntut Umum telah dapat membuktikan bahwa putusan Judex

Facti dalam perkara ini adalah putusan pembebasan yang tidak murni, sehingga

oleh karenanya alasan-alasan kasasi Jaksa/Penuntut Umum secara formil dapat di

terima ;

���

Menimbang, bahwa dari uraian-uraian tersebut di atas maka Terdakwa telah

terbukti melakukan tindak pidana sebagaimana yang di dakwakan pada dakwaan

primair dan oleh karenanya Terdakwa harus dihukum sesuai dengan perbuatannya.

Menimbang, bahwa sebelum dijatuhi pidana kepada Terdakwa, maka perlu

di pertimbangkan hal-hal yang meringankan dan memberatkan:

Hal yang memberatkan :

- Perbuatan Terdakwa telah mengakibatkan kerugian keuangan Negara.

- Terdakwa memberikan keterangan yang berbelit-belit.

Hal yang meringankan :

- Terdakwa belum pernah dihukum.

Menimbang, bahwa oleh karena Terdakwa terbukti bersalah dan di hukum,

maka Terdakwa di bebani untuk membayar biaya perkara. Menimbang, bahwa

berdasarkan pertimbangan diatas Mahkamah Agung berpendapat, bahwa putusan

Pengadilan Negeri Pematang� Siantar tanggal 19 Februari 2004

No.126/Pid.B/2003/PN.Pms. tidak dapat dipertahankan lagi, oleh karena itu harus

dibatalkan dan Mahkamah Agung akan mengadili sendiri perkara tersebut, seperti

tertera dibawah ini ;

Menimbang, bahwa oleh karena permohonan kasasi Jaksa Penuntut Umum

dikabulkan, maka biaya perkara dalam semua tingkat peradilan dibebankan

kepada Terdakwa ;

Memperhatikan Pasal-pasal dari Undang-Undang No. 4 Tahun 2004,

Undang Undang No. 8 Tahun 1981, Undang-Undang No. 14 Tahun 1985,

����

sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang No. 5 Tahun 2004 dan

peraturan perundang-undangan lain yang bersangkutan ;

MENGADILI :

Mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi :

JAKSA/PENUNTUT UMUM pada KEJAKSAAN NEGERI

PEMATANGSIANTAR tersebut ; Membatalkan putusan Pengadilan Negeri

Pematangsiantar No. 126 /Pid.B / 2003/ PN. Pms ;

MENGADILI SENDIRI :

1. Menyatakan Terdakwa Ir. Henry Panjaitan tersebut di atas terbukti

dengan sah dan meyakinkan telah bersalah melakukan tindak pidana

“Korupsi” Yang Dilakukan Secara Bersama-Sama.

2. Menghukum oleh karena itu Terdakwa tersebut dengan pidana penjara

selama 4 (empat) tahun, dan denda sebesar Rp.200.000.000,- (dua

ratus juta rupiah) dengan ketentuan apabila denda tersebut tidak

dibayar akan diganti dengan pidana kurungan selama 6 (enam) bulan.

3. Menghukum pula Terdakwa untuk membayar uang pengganti sebesar

Rp.247.070.000,- (dua ratus empat puluh tujuh juta tujuh puluh ribu

rupiah) paling lambat 1 (satu) bulan setelah putusan ini berkekuatan

hukum tetap, maka harta bendanya dapat disita oleh Jaksa dan dilelang

guna membayar uang pengganti tersebut, dengan ketentuan dalam hal

terpidana tidak mempunyai harta yang mencukupi untuk membayar

uang pengganti tersebut, maka akan diganti dengan pidana penjara

selama 2 (dua) tahun.

����

4. Membebankan Termohon Kasasi/Terdakwa tersebut untuk membayar

biaya perkara dalam semua tingkat peradilan dan dalam tingkat kasasi

ini ditetapkan sebesar Rp.2.500,- (dua ribu lima ratus rupiah).

2. Putusan Mahkamah Agung Nomor 1500/K/Pid/2006

Memeriksa perkara pidana dalam tingkat kasasi telah memutuskan sebagai

berikut dalam perkara Terdakwa :

Nama : Fransisca Sylvia Tombokan, Tempat lahir : Luwuk, Umur/tanggal

lahir : 45 tahun/1 Mei 1960, Jenis kelamin : Perempuan, Kebangsaan : Indonesia,

Tempat tinggal : Jln. Sebelas Maret No.10 Kelurahan Limba U, Kecamatan Kota

Selatan, Kotamadya Gorontalo. Agama : Kristen Katholik, Pekerjaan : Direktur

PT. Gaya Bhakti Putra.

Terdakwa berada di dalam tahanan :

1 Penyidik sejak tanggal 20 Januari 2005 sampai dengan tanggal 8 Februari

2005 ;

2 Perpanjangan oleh Penuntut Umum sejak tanggal 9 Februari 2005 sampai

dengan tanggal 20 Maret 2005 ;

3 Penuntut Umum sejak tanggal 8 Maret 2005 sampai dengan tanggal 28 Maret

2005

4 Hakim Pengadilan Negeri sejak tanggal 14 Maret 2005 sampai dengan

tanggal 12 April 2005 ;

5 Pengalihan penahanan sejak tanggal 15 Maret 2005 sampai dengan tanggal

12 April 2005 menjadi Tahanan Rumah ;

Kasus Posisi :

����

Mulanya pada hari Rabu tanggal 29 Desember 2004 Ir. Rahardjo Ari

Karyanto telah mendapat berita bahwa KPKN Gorontalo telah menerima

Keputusan Menteri Keuangan sesuai Surat Keputusan Menteri Keuangan RI

Nomor : 1296/KM.3-43/SKOR/2004 tanggal 17 Desember 2004 tentang Otorisasi

Anggaran Belanja Rutin Tahun 2004 Menteri Keuangan Republik Indonesia untuk

Proyek Pengendalian Banjir dan Pengamanan Pantai, Perkuatan Tebing dan

Tanggul Banjir 3680 M3 senilai Rp. 4.000.000.000,-(empat milyar rupiah), dan

atas dasar berita tersebut Ir. Rahardjo Ari Karyanto menghubungi saksi Rokim

Bagyo Yuwono selaku Pimpro Pengendalian Banjir dan Pengamanan Pantai

Gorontalo dan selaku atasan langsung Ir. Rahardjo Ari Karyanto, akan tetapi yang

dihubungi tidak ada di Gorontalo, dan atas inisiatif Ir. Rahardjo Ari Karyanto, lalu

ia Ir. Rahardjo Ari Karyanto pada hari itu juga telah mengumpulkan pegawai PNS

maupun Tenaga Honor di lingkungan Kantor PU Kimpraswil Kel. Hepuhulawa JI.

Tilong Kabila Kec. Limboto Kab. Gorontalo yaitu : Agustina Yasin binti Yasin

(PNS), Abd. Wahab Rauf (PNS), Rahmad Datu Nurhamidin (Tenaga Honor),

Narty Rahman binti Thamrin Rahman (Tenaga Honor), untuk membuat dokumen :

1. Perjanjian Nomor : 06a/SP/BPPBPP-TO/2004 tanggal 29 Oktober 2004.

Pengendalian Banjir Sungai Lemito Tahun Anggaran 2004, Pelaksana

PT. Gaya Bhakti Putra ;

2. Amandemen Ke I Nomor : 06a/A-I/SP/BPPBPP/GTO/2004 tanggal 5

November 2004, pekerjaan Pengendalian Banjir Sungai Lemito Tahun

Anggaran 2004, pelaksana PT. Gaya Bhakti Putra ;

����

3. Surat Permintaan Pembayaran Rutin ke KPKN Gorontalo beserta

lampirannya ;

Dan setelah dokumen 1 s/d 3 tersebut dibuat oleh Pegawai maupun Tenaga

Honor di lingkungan Kantor PU Kimpraswil Kel. Hepuhulawa A. Tilong Kabila

Kec. Limboto Kab. Gorontalo kemudian ketiga dokumen tersebut ditanda tangani

oleh Ir. Rahardjo Ari Karyanto maupun oleh para pegawai dan Tenaga Honor

yang ada dilingkungan Kantor PU Kimpraswil Kel Hepuhulawa Jl. Tilong Kabila

Kec. Limboto Kab. Gorontalo, kemudian Ir. Rahardjo Ari Karyanto telah

menghubungi Terdakwa Fransisca Sylvia Tombokan yang kebetulan pada saat itu

berada di Manado untuk menanda tangani ketiga dokumen tersebut dalam rangka

pencairan dana SKOR sesuai Surat Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor :

1296/KM.3-43/SKOR/2004 tanggal 17 Desember 2004 tentang Otorisasi

Anggaran Belanja Rutin Tahun 2004 Menteri Keuangan Republik Indonesia.

Kemudian pada tanggal 30 Desember 2004 jam 01.30 WITA Terdakwa

Fransisca Sylvia Tombokan datang ke Limboto dari Manado dan menemui Ir.

Rahardjo Ari Karyanto di Kantor PU Kimpraswil Kel. Hepuhulawa Jl. Tilong

Kabila Kec. Limboto Kab. Gorontalo, dan setelah Terdakwa Fransisca Sylvia

Tombokan bertemu Ir. Rahardjo Ari Karyanto lalu Ir. Rahardjo Ari Karyanto

mengatakan kepada Terdakwa Fransisca Sylvia Tombokan " ini bu berkas-berkas

sementara sudah saya siapkan, selesai besok ibu saya panggil untuk tanda tangan

” kemudian pada sekitar jam 09.00 WITA Terdakwa Fransisca Sylvia Tombokan

dipanggil ke Kantor Ir. Rahardjo Ari Karyanto untuk menandatangani berkas atau

dokumen-dokumen Proyek Pengendalian Banjir dan Pengamanan Pantai

����

Gorontalo di Sungai Lemito sebagaimana dimaksud dalam dokumen Perjanjian

Nomor : 06a/SP/BPPBPP-TO/2004 tanggal 29 Oktober 2004. Pengendalian Banjir

Sungai Lemito Tahun Anggaran 2004, Pelaksana PT. Gaya Bhakti Putra,

Amandemen Ke I Nomor : 06aJA-I/SP/BPPBPP/GTO/2004 tanggal 5 November

2004, pekerjaan Pengendalian Banjir Sungai Lemito Tahun Anggaran 2004,

pelaksana PT. Gaya Bhakti Putra, Surat Permintaan Pembayaran Rutin ke KPKN

Gorontalo beserta lampirannya dan pada saat Terdakwa Fransisca Sylvia

Tombokan menandatangani dokumen-dokumen tersebut Ir. Rahardjo Ari

Karyanto mengatakan kepada Terdakwa Fransisca Sylvia Tombokan " Bu ini

untuk penyelamatan dana uang harus dicairkan walaupun pekerjaan belum

selesai dan uang ini akan dititip di dalam rekening bersama " dan setelah

penandatanganan dokumen-dokumen yang dibuat dan disodorkan oleh Ir.

Rahardjo Ari Karyanto kepada Terdakwa Fransisca Sylvia Tombokan lalu

Terdakwa Fransisca Sylvia Tombokan bersama dengan Bendaharawan Proyek

Pengendalian Banjir dan Pengamanan Pantai Gorontalo di Sungai Lemito yang

bernama saksi Agustin Yasin binti Yasin sekitar jam 12.00 WITA tanggal 30

Desember 2004 berangkat ke KPKN Gorontalo untuk menyerahkan dokumen

pencairan dana Pengendalian Banjir dan Pengamanan Pantai Gorontalo:

Setelah diproses oleh KPKN Gorontalo dokumen-dokumen yang dibuat dan

ditandatangani oleh Ir. Rahardjo Ari karyanto dan Terdakwa Fransisca Sylvia

Tombokan, dana senilai Rp. 4.000.000.000,- (empat milyar rupiah) sesuai Surat

Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor : 1296/KM.3-43/SKOR/2004 tanggal 17

Desember 2004 tentang Otorisasi Anggaran Belanja Rutin Tahun 2004 Menteri

����

Keuangan Republik Indonesia telah dibayarkan oleh KPKN Gorontalo kepada PT.

Gaya Bhakti Putra (Fransisca Sylvia Tombokan) pada rekening Gorontalo BRI

Persero Cabang Gorontalo No. Register 213650014, BKPK : 5560.00 dan 2 Giro

Bank tanggal 30 - 12 - 2004 Nomor : 747654Y/050/114, No. Register :

213650015, BKPK : 5560.00. senilai Rp. 3.998.700.000,- (tiga milyar sembilan

ratus sembilan puluh delapan juta tujuh ratus ribu rupiah).

Terdakwa Fransisca Sylvia Tombokan selaku Direktur PT. Gaya Bhakti

Putra bersama dengan Ir. Rahardjo Ari Karyanto selaku Pimbagpro Pengendalian

Banjir dan Pengamanan Pantai Gorontalo di Sungai Lemito seharusnya tidak

boleh mencairkan dana proyek tersebut karena :

1. Proyek Pengendalian Banjir dan Pengamanan Pantai Provinsi Gorontalo di

Sungai Lemito, berdasarkan keterangan saksi Rokim Bagyo Yuwono selaku

Pimpro Pengendalian Banjir dan Pengamanan Pantai Gorontalo di Sungai

Lemito dan saksi Ir. Bonny M.M. Ointu, M.Sc. selaku Kepala Dinas PU

Kimpraswil Prov. Gorontalo dalam kenyataannya proyek tersebut tidak

pernah dikerjakan sama sekali sementara menurut Ir. Rahardjo Ari Karyanto

selaku Pimbagpro Pengendalian Banjir dan Pengamanan Pantai Provinsi

Gorontalo di Sungai Lemito bersama dengan Terdakwa Fransisca Sylvia

Tombokan selaku Direktur PT. Gaya Bhakti Putra proyek tersebut sudah

dikerjakan 100 % ;

2. Berdasarkan keterangan saksi Agustina Yasin binti Yasin (PNS), Abd.

Wahab Rauf (PNS), Rahmad Datu Nurhamidin (Tenaga Honor), Narty

Rahman binti Thamrin Rahman (Tenaga Honor) bahwa Ir. Rahardjo Ari

����

Karyanto selaku Pimbagpro Pengendalian Banjir dan Pengamanan Pantai

Provinsi Gorontalo di Sungai Lemito bersama dengan Terdakwa Fransisca

Sylvia Tombokan selaku Direktur PT. Gaya Bhakti Putra membuat

dokumen-dokumen :

a. Perjanjian Nomor : 06a/SP/BPPBPP-TO/2004 tanggal 29 Oktober 2004.

Pengendalian Banjir Sungai Lemito Tahun Anggaran 2004, Pelaksana

PT. Gaya Bhakti Putra, perjanjian mana seolah-olah dibuat tanggal 29

Oktober 2004 padahal kenyataannya perjanjian tersebut dibuat tanggal

29 Desember 2004 ;

b. Amandemen Ke I Nomor : 06a/A-I/SP/BPPBPP/GTO/2004 tanggal 5

November 2004, pekerjaan Pengendalian Banjir Sungai Lemito Tahun

Anggaran 2004, pelaksana PT. Gaya Bhakti Putra, seolah-olah

amandemen tersebut dibuat pada tanggal 5 November 2004 padahal

dalam kenyataannya amandemen tersebut baru dibuat pada tanggal 29

Desember 2004 ;

c. Surat Permintaan Pembayaran Rutin beserta lampirannya, yang memuat

permintaan uang karena proyek Pengendalian Banjir dan Pengamanan

Pantai di Sungai Lemito seolah-olah telah dikerjakan selesai 100 %

padahal dalam kenyataannya proyek tersebut tidak ada dan tidak pernah

dikerjakan.

Bahwa perbuatan Terdakwa Fransisca Sylvia Tombokan selaku Direktur PT.

Gaya Bhakti Putra dan Ir. Rahardjo Ari Karyanto selaku Pimbagpro Pengendalian

Banjir dan Pengamanan Pantai Gorontalo di Sungai Lemito, telah bertentangan

����

dengan KEPPRES No.80 Tahun 2003 tentang Pedoman dan Pelaksanaan

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah khususnya paragraf ketiga yang mengatur

penanda tanganan kontrak dan paragraf keempat tentang hak dan tanggung jawab

para pihak dalampelaksanaan kontrak

Bahwa Ir. Rahardjo Ari Karyanto selaku Pimbagpro Pengendalian Banjir

dan Pengamanan Pantai Gorontalo di Sungai Lemito seharusnya melaporkan

setiap kegiatan yang menyangkut proyek baik teknis maupun administrasi kepada

Pimpro, selaku atasan langsung Pimbagpro sesuai SK Gubernur Nomor : 37

Tahun 2004 tanggal 20 Februari 2004 tentang Penunjukan Pemimpin

Proyek/Bagian Proyek, Bendaharawan Proyek/Bagian Proyek dan atasan langsung

Pemimpin Proyek/Bagian Proyek dilingkungan Dinas PU/Kimpraswil Provinsi

Gorontalo Tahun Anggaran 2004, akan tetapi dalam kenyataannya Ir. Rahardjo

Ari Karyanto selaku Pimbagpro Pengendalian Banjir dan Pengamanan Pantai

Gorontalo di Sungai Lemito tidak pernah melaporkan sebagaimana yang

diharuskan kepada Pimpro ;

Dengan perbuatan Terdakwa Fransisca Sylvia Tombokan selaku Direktur

PT. Gaya Bhakti Putra bersama dengan Ir. Rahardjo Ari Karyanto selaku

Pimbagpro Pengendalian Banjir dan Pengamanan Pantai Gorontalo di Sungai

Lemito sebagaimana diuraikan di atas berdasarkan keterangan ahli dari BPKP

Negara telah dirugikan sebesar Rp. 3.998.700.000,- (tiga milyar sembilan ratus

sembilan puluh delapan juta tujuh ratus ribu rupiah) sejak dana proyek tersebut

beralih ke rekening PT. Gaya Bhakti Putra (Fransisca Sylvia Tombokan) dengan

rekening BRI Persero Cabang Gorontalo No. Rekening 0027.01.015.550.50.3

����

sesuai dengan Surat Perintah Membayar dari Menteri Keuangan RI dengan 2 Giro

Bank tanggal 30-12-2004 Nomor : 747653Y/050/114, No. Register 213650014,

BKPK : 5560.00 dan 2 Giro Bank tanggal 30-12-2004 Nomor : 747654Y/050/114,

No. Register : 213650015, BKPK : 5560.00.

Berdasarkan posisi kasus diatas, Terdakwa diajukan di muka persidangan

Pengadilan Negeri tersebut karena didakwa :

Primair :

sebagaimana diatur dan diancam dalam Pasal 2 UU No.31 Tahun 1999 jo.

UU No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan dan Penambahan UU Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 55 (1) ke-1 KUHP.

Subsidair :

sebagaimana diatur dan diancam dalam Pasal 3 UU No. 31 Tahun 1999 jo.

UU No.20 Tahun 2001 tentang Perubahan dan Penambahan UU Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 55 (1) ke-1 KUHP.

Lebih Subsidair :

sebagaimana diatur dan diancam dalam Pasal 9 UU No. 31 Tahun 1999 jo.

UU No.20 Tahun 2001 tentang Perubahan dan Penambahan UU Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 55 (1) ke-1 KUHP

Mahkamah Agung tersebut ;

Membaca tuntutan pidana Jaksa/Penuntut Umum Kejaksaan Negeri di

Gorontalo tanggal 1 September 2005 sebagai berikut :

a. Menyatakan Terdakwa Fransisca Sylvia Tombokan tidak terbukti secara

sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana " Korupsi "

���

sebagaimana diatur dalam Pasal 2 Undang-Undang No. 31 Tahun 1999

jo. Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP

dalam surat dakwaan Primair maupun Pasal 9 UU No.31 Tahun 1999 jo.

UU No. 20� Tahun 2001 tentang Perubahan dan Penambahan UU

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 55 (1) ke-1 KUHP dalam

dakwaan Lebih Subsidair ;

b. Menyatakan Terdakwa Fransisca Sylvia Tombokan terbukti secara sah

dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana " Korupsi "

sebagaimana diatur dalam Pasal 3 Undang-Undang No. 31 Tahun 1999

jo. Undang- Undang No. 20 Tahun 2001 jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP

dalam surat dakwaan Subsidair ;

c. Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa Fransisca Sylvia Tombokan

dengan pidana penjara selama 3 (tiga) tahun dikurangi selama Terdakwa

dalam tahanan sementara, dengan perintah agar Terdakwa ditahan ;

d. Membayar denda sebesar Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah),

subsidair 6 (enam) bulan kurungan ;

e. Membayar uang pengganti sebesar Rp. 431.447.730 - (empat ratus tiga

puluh satu juta empat ratus empat puluh tujuh ribu tujuh ratus tiga puluh

rupiah) dan jika Terdakwa tidak membayar uang pengganti paling lama

dalam waktu 1 (satu) bulan sesudah putusan Pengadilan memperoleh

kekuatan hukum tetap, maka harta bendanya dapat disita oleh Jaksa dan

dilelang untuk menutupi uang pengganti tersebut, dalam hal Terpidana

����

tidak mempunyai harta benda yang mencukupi untuk mmbayar uang

pengganti tersebut, maka dipidana penjara selama 1 (satu) tahun.

f. Menetapkan Barang bukti berupa :

1. Surat Nomor : UM.01.03/PPBPP-GTO/UM/2004 tanggal 2

Agustus 2004 yang ditanda tangani oleh Pimpro Rokim Bagyo

Yuwono, ST. ;

2. Surat Menteri Pekerjaan Umum Nomor : UM.03.09-Mn/70 tanggal

10 Desember 2004 yang ditujukan kepada Menteri Keuangan RI.

Perihal Penyampaian Rincian Alokasi ABT Sektoral ;

3. Surat Perintah Pemimpin Bagian Proyek No. SPT/ BPPBPPGTO/

2004/ 148 tanggal 29 Desember 2004/148 tanggal 29 Desember

2004 ;

4. Surat Perintah Membayar dari Menteri Keuangan RI yang

diterbitkan oleh KPKN Gorontalo an. Menteri Keuangan Nomor :

747653 Y/050/114 tanggal 30-12-2004 yang ditandatangani oleh

Haryatno dengan nilai Rp. 3.798.765.000,- dengan lampirannya

yang menyatakan proyek sudah selesai 100 %.

5. Foto copy Surat Perintah Membayar Nomor : 10143304 tanggal 30-

12-2004 untuk pembayaran Angsuran Pertama Pengendalian Banjir

Sungai Lemito senilai Rp. 3.384.354.272,-

6. Dan Bukti-bukti lainnya..

Membaca putusan Pengadilan Negeri Limboto No.52/PID.B/2005/PN.LBT.

tanggal 15 Maret 2006 yang amar lengkapnya sebagai berikut :

����

1. Menyatakan Terdakwa Fransisca Sylvia Tombokan tidak terbukti secara sah

dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana yang didakwakan

kepadanya dalam dakwaan Primair, Subsidair dan Lebih Subsidair ;

2. Membebaskan Terdakwa oleh karena itu dari segala dakwaan ;

3. Menyatakan barang bukti berupa :

a. Surat Nomor : UM.0103/PPBPP-GTO/UM/2004 tanggal 2 Agustus 2004

yang ditanda tangani oleh Pimpro Rokim Bagyo Yuwono, ST.

dikembalikan kepada Rohim Bagyo Yuwono, ST. atau kepada yang

paling berhak ;

b. Surat Menteri Pekerjaan Umum Nomor : UM.03.09-Mn/70 tanggal 10

Desember 2004 yang diajukan kepada Menteri Keuangan RI. Perihal

Penyampaian Rincian Alokasi ABT Sektoral dikembalikan kepada

Rohim Bagyo Yuwono, ST. atau kepada yang paling berhak ;

c. Surat Perintah Pemimpin Bagian Proyek No.

SPT/BPPBPPGTO/2004/148 tanggal 29 Desember 2004/148 tanggal 29

Desember 2004 dikembalikan kepada Terdakwa atau kepada yang paling

berhak;

d. Surat Perintah Membayar dari Menteri Keuangan RI yang diterbitkan

oleh KPKN Gorontalo an. Menteri Keuangan Nomor : 747653 Y/050/114

tanggal 30-12-2004 yang ditandatangani oleh Haryatno dengan nilai Rp.

3.798.765.000,- dengan lampirannya yang menyatakan proyek sudah

selesai 100 %, dikembalikan kepada Terdakwa atau kepada yang paling

berhak ;

����

e. Dan Bukti-bukti lainnya...

4. Memulihkan hak Terdakwa dalam kemampuan, kedudukan dan harkat serta

martabatnya ;

5. Membebankan biaya perkara kepada Negara ;

Mengingat akan akta tentang permohonan kasasi No.07/Akta. Pid/2006/PN.

Limboto yang dibuat oleh Panitera pada Pengadilan Negeri Limboto yang

menerangkan, bahwa pada tanggal 27 Maret 2006 Jaksa/Penuntut Umum

mengajukan permohonan kasasi terhadap putusan Pengadilan Negeri tersebut.

Memperhatikan memori kasasi tanggal 6 April 2006 dari Jaksa/Penuntut

Umum sebagai Pemohon Kasasi yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri

Limboto pada tanggal 7 April 2006.

Membaca surat-surat yang bersangkutan ;

Menimbang, bahwa putusan Pengadilan Negeri tersebut telah dijatuhkan

dengan hadirnya Jaksa/Penuntut Umum pada tanggal 15 Maret 2006 dan

Jaksa/Penuntut Umum mengajukan permohonan kasasi pada tanggal 27 Maret

2006 serta memori kasasinya telah diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri

Limboto pada tanggal 7 April 2006 dengan demikian permohonan kasasi beserta

dengan alasan-alasannya telah diajukan dalam tenggang waktu dan dengan cara

menurut Undang-Undang, oleh karena itu permohonan kasasi tersebut formal

dapat diterima.

Dari fakta hukum yang dipertimbangkan oleh Majelis Hakim sebagaimana

terurai di atas jelaslah bahwa Terdakwa telah terbukti melakukan perbuatan yang

didakwakan oleh Penuntut Umum dalam surat dakwaannya, akan tetapi Majelis

����

Hakim tidak memperoleh keyakinan bahwa perbuatan Terdakwa tersebut

memenuhi unsur-unsur pasal yang didakwakan kepadanya, atau dengan kata lain

perbuatan Terdakwa telah ada, akan tetapi Majelis Hakim tidak memperoleh

keyakinan bahwa perbuatan Terdakwa tersebut merupakan tindak pidana,

sehingga menurut kami seharusnya terhadap Terdakwa dinyatakan Onslag Van

Recht Vervolging dan bukan Vrispraak sebagaimana dalam amar putusan Majelis

Hakim Pengadilan Negeri Limboto No.52/PID.B/2005/PN.LBT. tanggal 15 Maret

2006, dengan demikian Majelis Hakim Pengadilan Negeri Limboto telah salah

dalam membuat putusan dan mengadili perkara tersebut karena tidak menerapkan

atau menetapkan peraturan hukum tidak sebagaimana mestinya yakni dalam hal

mempertimbangkan fakta-fakta yang terungkap dipersidangan

Menimbang, bahwa atas alasan-alasan tersebut Mahkamah Agung

berpendapat :

Mengenai alasan-alasan ke 1, 2 dan 3 :

Bahwa alasan-alasan tersebut dapat dibenarkan, karena judex facti telah

salah menerapkan hukum atau menerapkan peraturan hukum tidak sebagaimana

mestinya.

Menimbang, bahwa berdasarkan alasan-alasan yang diuraikan di atas

Mahkamah Agung berpendapat, bahwa putusan Pengadilan Negeri Limboto

No.52/PID.B/2005/PN.LBT. tanggal 15 Maret 2006 tidak dapat dipertahankan

lagi, oleh karena itu harus dibatalkan dan Mahkamah Agung akan mengadili

sendiri perkara tersebut, seperti tertera di bawah ini ;

����

Menimbang, bahwa pemidanaan yang dijatuhkan pada seorang Terdakwa

bukanlah bersifat balas dendam, namun tujuan pemidanaan adalah untuk memberi

pelajaran pada yang lain, oleh karenanya Majelis berpendapat bahwa pidana yang

akan dijatuhkan dalam amar putusan ini dirasakan cukup adil, dikarenakan

Terdakwa telah secara spontan mengembalikan seluruh uang Negara tersebut yaitu

dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah pencairannya dan setelah menyadari bahwa apa

yang dilakukan merupakan suatu kekeliruan ;

Menimbang, bahwa oleh karena permohonan kasasi dari Pemohon

Kasasi/Jaksa/Penuntut Umum dikabulkan dan Terdakwa dinyatakan bersalah serta

dijatuhi pidana, maka biaya perkara pada semua tingkat peradilan dibebankan

kepada Terdakwa ;

Memperhatikan Pasal 9 Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 jo. Undang-

Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan dan penambahan Undang- Undang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP, Undang-

Undang No. 4 Tahun 2004, Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 dan Undang-

Undang No. 14 Tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang

No. 5 Tahun 2004 dan Peraturan Perundang-undangan lain yang bersangkutan ;

MENGADILI :

Mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi : JAKSA/

PENUNTUT UMUM PADA KEJAKSAAN NEGERI LIMBOTO tersebut ;

Membatalkan putusan Pengadilan Negeri Limboto No. 52/PID.B/2005/PN. LBT.

tanggal 15 Maret 2006 ;

MENGADILI SENDIRI :

����

1. Menyatakan Terdakwa Fransisca Sylvia Tombokan tersebut di atas terbukti

secara sah dan meyakinkan telah bersalah melakukan tindak pidana ”

Korupsi ” ;

2. Menjatuhkan pidana oleh karena itu kepada Terdakwa tersebut dengan

pidana penjara selama 1 (satu) tahun ;

3. Menetapkan bahwa hukuman tersebut tidak perlu dijalani, kecuali

dikemudian hari ada perintah lain dengan keputusan Hakim, oleh karena

Terdakwa sebelum lewat masa percobaan 2 (dua) tahun telah melakukan

perbuatan yang dapat dihukum ;

4. Menetapkan barang bukti berupa ;

a. Surat Nomor : UM.0103/PPBPP-GTO/UM/2004 tanggal 2 Agustus

2004 yang ditanda tangani oleh Pimpro Rokim Bagyo Yuwono, ST.

dikembalikan kepada Rohim Bagyo Yuwono, ST. atau kepada yang

paling berhak ;

b. Surat Menteri Pekerjaan Umum Nomor : UM.03.09-Mn/70 tanggal

10 Desember 2004 yang diajukan kepada Menteri Keuangan RI.

Perihal Penyampaian Rincian Alokasi ABT Sektoral dikembalikan

kepada Rohim Bagyo Yuwono, ST. atau kepada yang paling berhak ;

c. Surat Perintah Pemimpin Bagian Proyek No.

SPT/BPPBPPGTO/2004/148 tanggal 29 Desember 2004/148 tanggal

29 Desember 2004 dikembalikan kepada Terdakwa atau kepada yang

paling berhak;

����

d. Surat Perintah Membayar dari Menteri Keuangan RI yang diterbitkan

oleh KPKN Gorontalo an. Menteri Keuangan Nomor : 747653

Y/050/114 tanggal 30-12-2004 yang ditandatangani oleh Haryatno

dengan nilai Rp. 3.798.765.000,- dengan lampirannya yang

menyatakan proyek sudah selesai 100 %, dikembalikan kepada

Terdakwa atau kepada yang paling berhak ;

e. Foto copy Surat Perintah Membayar Nomor : 10143304 tanggal 30-

12- 2004 untuk pembayaran Angsuran Pertama Pengendalian Banjir

Sungai Lemito senilai Rp. 3.384.354.272,- dikembalikan kepada

Terdakwa atau kepada yang paling berhak ;

f. Dan Bukti-bukti lainnya.

3. Putusan Mahkamah Agung Nomor. 2057/K/Pid.Sus/2009

Memeriksa perkara pidana dalam tingkat kasasi telah memutuskan sebagai

berikut dalam perkara Terdakwa :

Nama : H. Kamrani Umar Bin Adji Bangsawan, tempat lahir : Sambaliung

(Berau), umur / tanggal lahir : 64 tahun / 18 Oktober 1942, jenis kelamin : Laki-

laki, kebangsaan : Indonesia, tempat tinggal : Jalan SM. Aminuddin RT. 09 / RW.

04 Tanjung Redeb, Kabupaten Berau, agama : Islam, pekerjaan : Pensiunan

Pegawai Negeri Sipil (PNS), Pemohon Kasasi / Terdakwa berada di luar tahanan :

yang diajukan di muka persidangan Pengadilan Negeri Tanjung Redeb karena

didakwa :

Posisi kasus :

����

Dimana pada Tahun Anggaran 2001-2002 Pemerintah Kabupaten Berau

telah mendapatkan dana Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) yang

berupa Dana Perimbangan dalam bentuk Dana Alokasi Khusus-Dana Reboisasi

(DAK-DR) untuk Rehabilitasi Lahan Kritis sebesar Rp. 22.121.441.000,- (dua

puluh dua milyar seratus dua puluh satu juta empat ratus empat puluh satu ribu

rupiah) dari jumlah dana sebesar Rp. 22.121.441.000,- (dua puluh dua milyar

seratus dua puluh satu juta empat ratus empat puluh satu ribu rupiah) Pemerintah

Kabupaten Berau mengalokasikan untuk item proyek kegiatan pengadaan bahan

ajir, patok, papan nama, dan gubuk kerja sebesar Rp. 324.000.000,- (tiga ratus dua

puluh empat juta rupiah) melalui Dinas Kehutanan Kabepaten Berau ;

Dengan adanya Proyek Rehabilitasi Lahan Kritis tersebut Terdakwa selaku

Direktur CV. Eka Sapta pada sekitar tanggal 12 April 2002 dengan surat nomor :

04/CV-ES/IV/2002 mendaftarkan diri sebagai rekanan proyek tersebut dengan

mengajukan proposal nomor : 06/CV-ES/IV/2002 tanggal 29 April 2002 yang

ditujukan kepada Kepala Cabang Dinas Kehutanan Kabupaten Berau. Dan

selanjutnya dengan penunjukan langsung Terdakwa mendapatkan proyek tersebut

berdasarkan SK Pimpinan Proyek Nomor : 18/Pimpro-RLK/2002 tanggal 09 Juni

2002 ;

Dalam waktu yang tidak terlalu lama setelah adanya SK Pimpinan Proyek

tersebut kemudian Terdakwa menerima Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) atau

Gunning tanpa nomor di mana dalam SPMK tersebut dijelaskan item pekerjaan

yang harus dikerjakan oleh Terdakwa adalah pengerjaan patok arah, ajir, bahan

barak kerja, dan bahan papan nama dengan nilai kontrak Rp. 324.000.000,- (tiga

����

ratus dua puluh empat juta rupiah) dan jangka waktu pelaksanaan ditetapkan

selama 141 hari kalender terhitung mulai tanggal 01 Agustus 2002 sampai dengan

tanggal 21 Desember 2002 ;

Terdakwa selaku Direktur CV. Eka Sapta yang telah mendapatkan proyek

pengadaan patok arah, ajir, bahan barak kerja, dan bahan papan nama berdasarkan

Pasal 5 Keputusan Presiden RI Nomor 18 Tahun 2000 tentang Pedoman

Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Instansi Pemerintah dikategorikan

sebagai Pelaksana Penyedia Barang atau Jasa yang harus mematuhi etika

pengadaan barang dan jasa yaitu :

a. Melaksanakan tugas secara tertib, di sertai rasa tanggung jawab untuk

mencapai sasaran kelancaran dan ketepatan tercapainya tujuan pengadaan

barang / jasa ;

b. Bekerja secara profesional, mandiri atas dasar kejujuran, serta menjaga

kerahasiaan dokumen pangadaan barang / jasa yang seharusnya

dirahasiakan untuk mencegah terjadinya penyimpangan dalam pengadaan

barang / jasa ;

c. Tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung, untuk

mencegah dan menghindari terjadinya persaingan tidak sehat ;

d. Menerima dan bertanggung jawab atas segala keputusan yang ditetapkan

sesuai dengan kesepakatan para pihak ;

e. Menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan kepentingan para

pihak yang terkait, langsung maupun tidak langsung dalam proses

pengadaan barang dan jasa.

���

f. Menghindari dan mencegah terjadinya pemborosan dan kebocoran

keuangan Negara dalam pengadaan barang dan jasa ;

g. Menghindari dan mencegah penyalahgunaan wewenang dan atau

melakukan kegiatan bersama dengan tujuan untuk kepentingan pribadi,

golongan atau pihak lain yang secara langsung atau tidak langsung

merugikan keuangan Negara ;

h. Tidak menerima, tidak menawarkan atau tidak menjanjikan untuk

memberi atau menerima hadiah, imbalan berupa apa saja kepada

siapapun yang diketahui atau patut dapat diduga berkaitan dengan

pengadaan barang / jasa.

Berdasarkan Surat Perjanjian Pekerjaan Proyek Rehabilitasi Lahan Kritis

(DAK-DR) Nomor : 43/Pimpro-RLK/2002 tanggal 01 Agustus 2002 dalam Pasal

11 dijelaskan “Pembayaran harga borongan dilakukan secara bertahap yaitu

pembayaran pertama sebesar 50% dilakukan setelah pekerjaan mencapai

kemajuan 60%, pembayaran angsuran kedua sebesar 45% dilakukan setelah

pekerjaan mencapai 100%, sedangkan pembayaran angsuran ketiga sebesar 5%

setelah selesainya masa pemeliharaan.

Selanjutnya Terdakwa selaku Penyedia Barang dan Jasa dalam proyek

tersebut sampai dengan batas waktu tanggal 21 Desember 2002 sebagaimana

ditentukan dalam SPK Nomor : 43/Pimpro-RLK/2002 tanggal 01 Agustus 2002

tidak melaksanakan pekerjaan proyek tersebut, dan bahkan Terdakwa secara

melawan hukum telah menandatangani :

����

1. Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan Nomor : 108/PIMPRO-RLK/2002

tanggal 17 Desember 2002 yang menyatakan telah mencapai 100% ;

2. Berita Acara Penyerahan Pekerjaan Nomor : 131/PIMPRO-RLK/2002

tanggal 16 Desember 2002 yang menyatakan telah mencapai 100% ;

3. Berita Acara untuk Pembayaran Nomor : 108/PIMPRO-RLK/2002

tanggal 17 Desember 2002 yang menyatakan telah mencapai 100% ;

Disamping tidak melaksanakan pekerjaan proyek tersebut Terdakwa juga

mengajukan nota tagihan pencairan dana proyek kepada saksi Ir. Zainul Bahri

selaku Pimpinan Proyek dengan melampirkan Berita Acara Pemeriksaan

Pekerjaan, Berita Acara Penyerahan Pekerjaan, Berita Acara Untuk Pembayaran,

Kontrak Kerja dan Profil CV. Eka Sapta yang selanjutnya saksi Ir. Zainul Bahri

selaku pimpinan proyek memerintahkan saksi Nurjatilah selaku Bendaharawan

proyek untuk membuat Surat Permintaan Pembayaran (SPP) dan Terdakwa telah

menandatangani Surat Bukti dengan Mata Anggaran 2P.0.10.1.03 001.a tanpa

tanggal yang diajukan ke Bagian Keuangan Pemerintah Kabupaten Berau untuk

mendapatkan Surat Perintah Membayar Uang (SPMU), setelah SPMU tersebut

dikeluarkan dari pihak Bagian Keuangan Pemerintah Kabupaten Berau Nomor :

251/PT/Lcr/2002 tanggal 08 Desember 2002, selanjutnya Terdakwa mencairkan

dana proyek di Kas Daerah yang berada di Bank Pembangunan Daerah Kabupaten

Berau sebesar Rp. 324.000.000,- (tiga ratus dua puluh empat juta rupiah).

Setelah dana tersebut dapat dicairkan, lalu dana tersebut diblokir oleh saksi

Ir. Zainul Bahri selaku pimpinan proyek mengingat pekerjaan proyek tidak

dilaksanakan oleh Terdakwa dan proyek tersebut akan dikerjakan oleh saksi Ir.

����

Zainul Bahri, karena pekerjaan proyek tersebut akan dikerjakan oleh saksi Ir.

Zainul Bahri sendiri selaku Pimpinan Proyek, selanjutnya Terdakwa minta

sebagian dana proyek tersebut sebesar Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah)

untuk kepentingan pribadinya, namun oleh saksi Ir. Zainul Bahri selaku Pimpinan

Proyek melalui Bendaharawan Proyek memberikan sebagian dana proyek kepada

Terdakwa sebesar Rp. 75.000.000,- (tujuh puluh lima juta rupiah) yang pada saat

itu diterima oleh Fahmi (anak dari Terdakwa) secara bertahap yaitu pada tanggal

10 Februari 2003 sebesar Rp. 20.000.000,- (dua puluh juta rupiah), yang kedua

pada tanggal 30 Juni 2003 sebesar Rp. 40.000.000,- (empat puluh juta rupiah), dan

terakhir pada tanggal 05 Desember 2003 sebesar Rp. 15.000.000,- (lima belas juta

rupiah) dengan kwitansi pembayaran yang ditandatangani oleh saudara Fahmi dan

sisa dana proyek sebesar RP. 249.000.000,- (dua ratus empat puluh sembilan juta

rupiah) diambil oleh saksi Ir. Zainul Bahri selaku pimpinan proyek untuk

kepentingan pribadinya, sedangkan pekerjaan proyek tersebut tidak pernah

dilaksanakan oleh Terdakwa selaku kontraktor/ rekanan proyek Dana Alokasi

Khusus-Dana Reboisasi (DAK-DR) Tahun Anggaran 2001-2002.

Bahwa cara Terdakwa memperoleh atau mendapatkan proyek tersebut

bertentangan dengan hukum yaitu Keputusan Presiden (Keppres) 18 Tahun 2000

tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Instansi Pemerintah

Pasal 17 ayat (4) di mana Terdakwa memperoleh proyek tersebut dengan cara

penunjukkan langsung, seharusnya proyek tersebut didapatkan melalui proses

tender mengingat nilai proyek tersebut lebih dari Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta

rupiah) akan tetapi Terdakwa dengan latar belakang pendidikan dan pengetahuan

����

yang ada selaku Direktur CV. Eka Sapta tidak mengikuti atau melalui proses

tender tersebut .

Tindakan Terdakwa yang tidak mengerjakan pekerjaan proyek,

menandatangani Berita Acara Pelaksanaan Pekerjaan Nomor : 108/Pimpro/-

RLK/2002 tanggal 17 Desember 2002, Berita Acara Penyerahan Pekerjaan Nomor

: 131/Pimpro-RLK/2002 tanggal 16 Desember 2002, Berita Acara Pembayaran

Nomor : 108/Pimpro-RLK/2002 tanggal 12 Desember 2002 dan mengajukan Nota

Tagihan Pencairan Dana Proyek yang akhirnya dana proyek tersebut bisa

dicairkan adalah merupakan tindakan penyalahgunaan kewenangan, kesempatan

atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukannya selaku Direktur

CV. Eka Sapta dan selaku Pelaksana Penyedia Barang dan Jasa dengan tidak

mematuhi etika pengadaan barang dan jasa sebagaimana Pasal 5 Keputusan

Presiden (Keppres) 18 Tahun 2000 tentang Pedoman Pelaksanaan Penyediaan

Barang dan Jasa Instansi Pemerintah dan SPK Nomor : 43/Pimpro-RLK/2002

tanggal 01 Agustus 2002;

Akibat perbuatan Terdakwa bersama-sama dengan saksi Ir. Zainul Bahri

yang dengan sengaja tidak melaksanakan proyek, menandatangani Berita Acara

Pelaksanaan Pekerjaan, Berita Acara Penyerahan Pekerjaan, Berita Acara

Pembayaran dan mencairkan dana proyek pengadaan patok arah, ajir, bahan barak

kerja, dan bahan papan nama telah memperkaya Terdakwa dan saksi Ir. Zainul

Bahri dengan tambahan penghasilan Terdakwa sebesar Rp. 75.000.000,- (tujuh

puluh lima juta rupiah) dan saksi Ir. Zainul Bahri sebesar Rp. 249.000.000,- (dua

����

ratus empat puluh Sembilan juta rupiah), sehingga merugikan keuangan Negara

sebesar Rp. 324.000.000,- (tiga ratus dua puluh empat juta rupiah).

Primair :

Perbuatan Terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 2

ayat (1) jo Pasal 18 huruf a, b Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999

sebagaimana telah dirubah dan ditambah dengan Undang-Undang Nomor 21

Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999

tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.

Subsidair :

Perbuatan Terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 3

jo Pasal 18 huruf a, b Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah

dirubah dan ditambah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang

Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.

Mahkamah Agung tersebut ;

Membaca tuntutan pidana Jaksa / Penuntut Umum pada Kejaksaan

Negeri Tanjung Redeb tanggal 22 Januari 2008 sebagai berikut :

1. Menyatakan Terdakwa H. Kamrani Umar bin Adji Bangsawan telah terbukti

melakukan, menyuruh melakukan, dan turut serta melakukan perbuatan baik

secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama dengan Ir. Zainul Bahri Bin

Muh. Alik melakukan tindak pidana korupsi dengan cara menyalahgunakan

kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya “ sebagaimana

diatur dan diancam pidana dalam Pasal 3 jo Pasal 18 huruf a, b Undang-

����

Undang Nomor 31 Tahun 1999 yang telah diubah dan ditambah dengan

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP, sebagaimana tersebut

dalam dakwaan Subsidair ;

2. Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa H. Kamrani Umar bin Adji

Bangsawan, dengan pidana penjara selama 1 (satu) tahun 6 (enam) bulan

penjara, dengan perintah agar Terdakwa ditahan ;

3. Membayar denda sebesar Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) subsidair

3 (tiga) bulan kurungan ;

4. Membayar uang pengganti Rp. 75.000.000,- (tujuh puluh lima juta rupiah),

dan jika Terdakwa tidak membayar uang pengganti paling lama dalam

waktu 1 (satu) bulan sesudah putusan pengadilan memperoleh kekuatan

hukum� tetap, maka harta bendanya dapat disita oleh Jaksa dan di lelang

untuk menutupi uang pengganti tersebut, dalam hal Terdakwa tidak

mempunyai harta benda yang mencukupi untuk membayar uang pengganti,

maka diganti dengan pidana penjara selama 3 (tiga) bulan ;

5. Menyatakan barang bukti berupa :

a. 1 (satu) bendel Daftar Isian Proyek Daerah (DIPDA) Tahun

Anggaran 2002 ;

b. 1 (satu) lembar Surat Perintah Membayar Uang (SPMU) atas nama

H. Kamrani Umar ;

c. Berita Acara Penyerahan Pekerjaan atas nama H. Kamrani Umar

(Direktur CV. Eka Sapta) ;

����

d. 1 (satu) lembar Berita Acara untuk pembayaran atas nama H.

Kamrani Umar (Direktur CV. Eka Sapta) ;

e. 1 (satu) lembar Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan atas nama H.

Kamrani Umar (Direktur CV. Eka Sapta) ;

f. 1 (satu) bendel Surat Perjanjian Pelaksanaan Proyek Rehabilitasi

Lahan Kritis DAK-DR dengan pekerjaan pengadaan patok, ajir,

papan nama dan gubuk kerja dengan pelaksana CV. Eka Sapta ;

g. 1 (satu) lembar Surat Keputusan Pimpinan Proyek tentang Surat

Perintah Mulai Kerja (Gunning) ;

h. 3 (tiga) lembar Kwitansi Pembayaran dari Bendaharawan Proyek

kepada CV. Eka Sapta ;

i. 1 (satu) lembar Surat dari saudara Fahmi Rizani atas nama Direktur

CV. Eka Sapta

j. 1 (satu) lembar surat dari H. Kamrani Umar kepada pimpinan proyek

(Surat sedikit terbakar) ;

Tetap terlampir dalam berkas perkara ;

6. Menetapkan agar Terdakwa jika ternyata dipersalahkan dan dijatuhi pidana

supaya dibebani membayar biaya perkara sebesar Rp. 5.000,- (lima ribu

rupiah) ;

Membaca Putusan Pengadilan Negeri Tanjung Redeb Nomor : 77 / Pid.B

/ 2007 / PN.Tjr. tanggal 03 April 2008 yang amar lengkapnya sebagai berikut :

����

1. Menyatakan Terdakwa H. Kamrani Umar bin Adji Bangsawan tersebut di

atas, tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak

pidana sebagaimana dakwaan Primair Penuntut Umum di atas.

2. �Membebaskan Terdakwa H. Kamrani Umar bin Adji Bangsawan oleh

karena itu dari dakwaan Primair Penuntut Umum di atas ;

3. Menyatakan Terdakwa H. Kamrani Umar bin Adji Bangsawan tersebut di

atas, telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak

pidana “Turut serta melakukan Tindak Pidana Korupsi yang dilakukan

dengan cara menyalahgunakan kesempatan yang ada padanya karena

kedudukan” ;

4. Memidana Terdakwa H. Kamrani Umar bin Adji Bangsawan oleh karena itu

dengan pidana penjara selama 1 (satu) tahun ;

5. Menetapkan Terdakwa membayar pidana denda sebesar Rp. 30.000.000,-

(tiga puluh juta rupiah) ;

6. Menetapkan apabila pidana denda tersebut tidak dibayarkan, maka diganti

dengan kurungan selama 2 (dua) bulan ;

7. Menetapkan agar Terdakwa membayar uang pengganti sebesar

Rp.20.000.000,- (dua puluh juta rupiah) dengan ketentuan apabila Terdakwa

tidak membayar uang pengganti tersebut untuk paling lama dalam waktu 1

(satu) bulan sesudah putusan pengadilan memperoleh kekuatan hukum tetap,

maka harta bendanya dapat disita oleh Jaksa dan dilelang untuk menutupi

uang pengganti tersebut, dalam hal Terdakwa tidak mempunyai harta benda

����

yang mencukupi untuk membayar uang pengganti, maka diganti dengan

pidana penjara selama 1 (satu) bulan ;

8. Menetapkan barang bukti berupa :

a. 1 (satu) bendel Daftar Isian Proyek Daerah (DIPDA) Tahun Anggaran

2002.

b. 1 (satu) lembar Surat Perintah Membayar Uang (SPMU) atas nama H.

Kamrani Umar Bin.

c. Berita Acara Penyerahan Pekerjaan atas nama H. Kamrani Umar

(Direktur CV. Eka Sapta).

d. 1 (satu) lembar Berita Acara untuk pembayaran atas nama H. Kamrani

Umar (Direktur CV. Eka Sapta).

e. 1 (satu) lembar Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan atas nama H.

Kamrani Umar (Direktur CV. Eka Sapta).

f. Dan bukti-bukti lainnya.

Tetap terlampir dalam berkas perkara;

9. Membebankan biaya perkara kepada Terdakwa sebesar Rp. 5000,- (lima

ribu rupiah) ;

Membaca Putusan Pengadilan Tinggi Kalimantan Timur di Samarinda

Nomor : 31 / PID / 2009 / PT. KT. SMDA tanggal 28 Mei 2009 yang amar

lengkapnya sebagai berikut :

-. Menerima permohonan banding dari Jaksa Penuntut Umum dan Terdakwa,

-. Memperbaiki putusan Pengadilan Negeri Tanjung Redeb tanggal 03 April 2008

Nomor : 77/Pid.B/2007/PN.Tjr, sehingga amarnya berbunyi sebagai berikut :

����

1. Menyatakan Terdakwa H. Kamrani Umar bin Adji Bangsawan terbukti

secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana turut serta

melakukan korupsi.

2. Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa tersebut dengan pidana penjara

selama 1 (satu) tahun dan 4 (empat) bulan.

3. Menetapkan Terdakwa membayar pidana denda sebesar Rp. 30.000.000,-

(tiga puluh juta rupiah), apabila denda tersebut tidak dibayar maka diganti

dengan pidana kurungan selama 2 (dua) bulan.

4. Menguatkan putusan Pengadilan Negeri Tanjung Redeb tersebut untuk

selain dan selebihnya.

5. Membebankan kepada Terdakwa membayar biaya perkara dalam kedua

tingkat peradilan yang untuk tingkat banding sebesar Rp. 5.000,- (lima

ribu rupiah).

Mengingat akan Akta tentang Permohonan Kasasi Nomor : 77 / Pid.B /2007

/ PN.Tjr. yang dibuat oleh Panitera pada Pengadilan Negeri Tanjung Redeb yang

menerangkan bahwa masing-masing pada tanggal 15 dan 21 Juli 2009 Jaksa /

Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Tanjung Redeb dan Terdakwa telah

mengajukan permohonan kasasi terhadap putusan Pengadilan Tinggi tersebut.

Memperhatikan memori kasasi tertanggal 27 Juli 2009 dari Terdakwa

sebagai para Pemohon Kasasi yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri

Tanjung Redeb pada tanggal 27 Juli 2009 .

���

Memperhatikan memori kasasi tertanggal 28 Juli 2009 dari Jaksa /Penuntut

Umum sebagai para Pemohon Kasasi yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan

Negeri Tanjung Redeb pada tanggal 29 Juli 2009.

Membaca surat-surat yang bersangkutan ;

Menimbang, bahwa putusan Pengadilan Tinggi tersebut telah diberitahukan

kepada Terdakwa pada tanggal 09 Juli 2009 dan Terdakwa mengajukan

permohonan kasasi pada tanggal 21 Juli 2009 serta memori kasasinya telah

diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Tanjung Redeb pada tanggal 27 Juli

2009, dengan demikian permohonan kasasi beserta dengan alasan-alasannya telah

diajukan dalam tenggang waktu dan dengan cara menurut Undang-Undang.

Menimbang, bahwa putusan Pengadilan Tinggi tersebut telah diberitahukan

kepada Jaksa / Penuntut Umum pada tanggal 07 Juli 2009 dan Jaksa / Penuntut

Umum mengajukan permohonan kasasi pada tanggal 15 Juli 2009 serta memori

kasasinya telah diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Tanjung Redeb pada

tanggal 29 Juli 2009, dengan demikian permohonan kasasi beserta dengan alasan-

alasannya telah diajukan dalam tenggang waktu dan dengan cara menurut

Undang-Undang.

Menimbang, bahwa alasan-alasan yang diajukan oleh Pemohon Kasasi /

Terdakwa pada pokoknya adalah sebagai berikut :

Bahwa Judex Facti telah salah menerapkan hukum atau menerapkan hukum

tidak sebagaimana mestinya dengan alasan sebagai berikut :

1. Bahwa Judex Facti (Pengadilan Tinggi dan Pengadilan Negeri) a quo

telah salah dalam menerapkan hukum di dalam mengambil keputusan

����

dengan menyatakan bahwa unsur-unsur dari Pasal 3 jo Pasal 18 huruf a, b

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah dirubah dan

ditambah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang

Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Tindak

Pidana Korupsi jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP, telah terpenuhi. Bahwa

kesalahan judex facti (Pengadilan Negeri) dalam penerapan

hukumtersebut menyangkut pembuktian terhadap unsur ke-2 yaitu

“Dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu

korporasi”. Bahwa Pasal 3 Undang Undang No. 31 Tahun 1999

sebagaimana telah dirubah dan ditambah dengan Undang-Undang Nomor

20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31

Tahun 1999 tentang Tindak Pidana Korupsi, jika diuraikan terdiri dari 5

(lima) unsur sebagaimana diuraikan tersebut di atas, dan Saudara Jaksa /

Penuntut Umum juga berpendapat demikian sebagaimana di dalam surat

tuntutannya, akan tetapi judex facti ( Pengadilan Negeri) yang diambil

alih judex facti (Pengadilan Tinggi) sebagai pertimbangannya sendiri

menguraikan unsur Pasal tersebut hanya terdiri dari 4 (empat) unsur,

dimana unsur ke-2 dan unsur ke-3 digabungkan menjadi unsur ke-2

sehingga unsur ke-2 berbunyi : “ dengan tujuan menguntungkan diri

sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan

kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan

atau kedudukan “ dianggap sudah terpenuhi ; Bahwa jika dilihat dari

pertimbangan putusan tersebut baik judex facti (Pengadilan Negeri)

����

maupun judex facti (Pengadilan Tinggi) sama sekali tidak ada

mempertimbangkan tentang unsur “dengan tujuan menguntungkan diri

sendiri atau orang lain atau suatu korporasi” ; melainkan langsung

mempertimbangkan unsur “menyalahgunakan kewenangan, kesempatan

atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan” padahal

unsur “dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau

suatu korporasi“ tersebut harus dengan tegas dipertimbangkan guna

mengetahui apakah benar Terdakwa / Pemohon Kasasi melakukan

perbuatan sebagaimana yang didakwakan bertujuan untuk

menguntungkan diri sendiri atau orang lain, atau suatu korporasi, ataukah

karena ada faktor atau sebab lain ; Judex facti (Pengadilan Negeri dan

Pengadilan Tinggi hanya mempertimbangkan mengenai unsur

“menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada

padanya karena jabatan atau kedudukan”, sedangkan unsur “dengan

tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi”

sama sekali tidak dipertimbangkan ;

Pertimbangan judex facti (Pengadilan Negeri) yang mengutip pendapat

pakar hukum R. Wiyono, SH tidak menguraikan unsur “dengan tujuan

menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi”, melainkan

hanya menguraikan cara yang ditempuh oleh pelaku korupsi untuk

menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, sehingga tidak

terungkap mengenai : Apakah Terdakwa dalam melakukan perbuatan tersebut

bertujuan untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi,

����

atau karena suatu sebab lain? Misalnya karena terpaksa, atau karena tekanan,

atau karena kebijakan yang diambil oleh pemberi kerja in casu Pimpinan Proyek

dan Kepala Dinas Kehutanan?

Bahwa karena judex facti (Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi) tidak

pernah mempertimbangkan unsur “dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau

orang lain atau suatu korporasi”, maka jelaslah baik putusan judex facti

(Pengadilan Negeri maupun Pengadilan Tinggi) a quo harus dibatalkan ;

2. Bahwa baik judex facti (Pengadilan Negeri atau Pengadilan Tinggi) telah

tidak melaksanakan hukum khususnya menyangkut hukum pembuktian,

atau tidak memberikan pertimbangan hukum terhadap bukti-bukti yang

diajukan oleh Terdakwa / Pemohon Kasasi, yaitu beberapa surat bukti

antara lain:

a. Surat Keterangan yang dibuat dan ditandatangani oleh Ir. Zainul Bahri

selaku Pimpinan Proyek tertanggal 15 Desember 2002 yang pada

pokoknya menyatakan bahwa untuk pemblokiran dana, Pimpinan

Proyek minta bantuan kepada CV. Eka Sapta selaku pemegang SK

Pimpinan Proyek Nomor : 18/PIMPRO-RLK/2002 tanggal 9 Juli 2002

untuk menandatangani surat-surat proses pencairan dana sebesar

Rp.324.000.000,- (tiga ratus dua puluh empat juta rupiah), di mana

dana tersebut sementara menjadi tanggung jawab Pimpinan Proyek.

b. Surat CV. Eka Sapta kepada Pimpinan Proyek Rehabilitasi Lahan

Kritis Dana Alokasi Khusus / Dana Reboisasi Dinas Kehutanan

Kabupaten Berau yang pokoknya CV. Eka Sapta keberatan terhadap

����

kebijakan Pimpinan Proyek yang telah menyerahkan proyek yang akan

dikerjakan oleh Terdakwa / CV. Eka Sapta kepada pihak lain.

c. Surat Tanda Penerimaan Laporan dari Polres Berau No. Pol : STPL /

60 /K / VI / 2004 / KSPK tanggal 22 Juni 2004 yang pada pokoknya

Terdakwa telah melaporkan Pimpinan Proyek dan Kepala Dinas

Kehutanan atas tindakan mereka yang telah menyalahgunakan

wewenang dalam jabatannya sehingga merugikan Terdakwa.

Bahwa dari bukti-bukti tersebut (terlampir dalam Nota Pembelaan) telah

cukup membuktikan mengenai latar belakang atau tujuan Pemohon Kasasi /

Terdakwa menandatangani dokumen-dokumen proyek tersebut yaitu, adalah untuk

memenuhi permintaan Pimpinan Proyek, Bendahara Proyek dan Kepala Dinas

Kehutanan Kabupaten Berau untuk dipergunakan melakukan pemblokiran dana

agar dana tidak hangus atau kembali ke pusat, dan bukan bertujuan untuk

menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi maka jelaslah

judex facti (Pengadilan Tinggi dan Pengadilan Negeri) telah tidak melaksanakan

hukum khususnya hukum pembuktian, oleh karena itu beralasan putusan judex

facti tersebut dibatalkan.

Menimbang bahwa terhadap alasan-alasan Terdakwa tersebut Mahkamah

Agung berpendapat:

Mengenai alasan ke-1 :

Bahwa alasan-alasan tersebut tidak dapat dibenarkan, judex facti tidak salah

menerapkan hukum, karena telah mempertimbangkan hal-hal yang relevan secara

����

yuridis dengan benar, yaitu adanya hubungan kausal antara perbuatan Terdakwa

dengan adanya kerugian keuangan Negara ;

Mengenai alasan ke-2 :

Bahwa alasan tersebut tidak dapat dibenarkan, karena alasan tersebut

mengenai penilaian hasil pembuktian yang bersifat penghargaan tentang suatu

kenyataan, alasan semacam itu tidak dapat dipertimbangkan dalam pemeriksaan

pada tingkat kasasi, karena dalam pemeriksaan tingkat kasasi hanya berkenaan

dengan tidak diterapkan suatu peraturan hukum atau peraturan hukum tidak

diterapkan sebagaimana mestinya, atau apakah cara mengadili tidak dilaksanakan

menurut ketentuan Undang-undang, dan apakah Pengadilan telah melampaui batas

wewenangnya, sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 253 KUHAP (Undang-

Undang No. 8 Tahun 1981) ;

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, maka

permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi Terdakwa tersebut harus ditolak.

Menimbang, bahwa alasan-alasan yang diajukan oleh Pemohon Kasasi Jaksa

/ Penuntut Umum pada pokoknya adalah sebagai berikut :

1. Bahwa Judex Facti telah salah menerapkan hukum atau menerapkan hukum

tidak sebagaimana mestinya.

Bahwa Judex Facti telah salah dalam menerapkan suatu aturan ataupun

peraturan perundang-undangan sebagaimana diatur dalam Pasal 253 ayat (1)

KUHAP bahwa di dalam Pasal 3 jo Pasal 18 huruf a, b Undang-Undang No.

31 Tahun 1999 yang telah diubah dan ditambah dengan Undang-Undang

No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang

����

menyatakan bahwa “setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri

sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan�

kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan

atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan Negara atau

perekonomian Negara dipidana seumur hidup atau pidana penjara paling

sedikit 1 (satu) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan atau denda

paling sedikit Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah)”

Bahwa putusan tersebut tidak sesuai dengan ketentuan praktek

pemidanaan tanggal 23 Maret 1985 yang digariskan Mahkamah Agung RI,

dimana judex facti tidak mencantumkan alasan-alasan secara lengkap dalam

pertimbangannya, khususnya mengingat akibat yang ditimbulkan baik bagi

masyarakat, negara dan hukum apalagi Terdakwa melakukan perbuatannya

justru disaat pemerintah sedang gencar-gencarnya memberantas Tindak

Pidana Korupsi, karena putusan pidana denda judex facti kurang dari

minimal ancaman pidana dendanya. Bahwa putusan judex facti (Pengadilan

Tinggi) yang dijatuhkan terhadap Terdakwa, yaitu berupa pidana denda

sebesar Rp. 30.000.000,- (tiga puluh juta rupiah) terlalu rendah jika

dibandingkan tuntutan Jaksa Penuntut Umum sebesar Rp. 50.000.000,- (lima

puluh juta rupiah) tidaklah mencerminkan semangat untuk memberantas

korupsi, menurut hemat Pemohon Kasasi hendaklah judex facti

mempertimbangkan atas putusan judex facti (Pengadilan Tinggi) sesuai TAP

MPR No. XI/MPR/1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bebas dari

Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.

����

Menimbang, bahwa terlepas dari alasan-alasan kasasi yang diajukan oleh

Pemohon Kasasi Jaksa / Penuntut Umum tersebut, Mahkamah Agung berpendapat

bahwa Permohonan Kasasi dari Pemohon Kasasi Jaksa /Penuntut Umum harus

dikabulkan karena Judex Facti telah salah menerapkan hukum, dengan alasan

sebagai berikut :

1. Bahwa dakwaan Jaksa / Penuntut Umum telah disusun secara Subsidairitas,

maka harusnya pembuktian dimulai dengan dakwaan Primair, apabila

dakwaan Primair tidak terbukti barulah dilanjutkan dengan pembuktian

dakwaan Subsidair ;

Dakwaan Primair unsur-unsurnya adalah sebagai berikut :

1. setiap orang ;

2. secara melawan hukum ;

3. memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi ;

4. dapat merugikan keuangan Negara atau perkonomian Negara ;

Ad.1)Setiap orang, adalah siapapun orangnya, tanpa melihat Pejabat atau bukan

asal dapat / mempunyai kemampuan bertanggung jawab secara hukum,

dalam perkara ini adalah Terdakwa ;

Ad.2)Secara melawan hukum, perbuatan Terdakwa yang ternyata tidak pernah

mengerjakan proyek seperti yang telah diperjanjikan dalam Kontrak Kerja

No.43/PIMPRO-RLK/2002 tanggal 1 Agustus 2002. Terdakwa juga

memandatangani Berita Acara Penyerahan Pekerjaan No.131/PIMPRO-

RLK/2002 tanggal 16 Desember 2002, Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan

No. 108/PIMPRP-RLK/2002tanggal 17 Desember 2002. Ketiga Berita

����

Acara tersebut ditandatangani oleh Terdakwa di Bank Pembangunan Daerah

Cabang Tanjung Redeb pada saat Terdakwa mencairkan dana proyek

sebesar Rp. 324.000.000,- (tiga ratus dua puluh empat juta rupiah), dengan

demikian dokumen-dokumen tersebut adalah fiktif;

Ad.3) Memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi : Bahwa

Terdakwa telah menikmati uang sebesar Rp. 75.000.000,- (tujuh puluh lima

juta rupiah) dan sisanya dinikmati oleh Pimpinan Proyek (Ir. Zainal Bahri)

dan kawan-kawannya ;

Ad.4)Dapat merugikan keuangan Negara : Bahwa perbuatan Terdakwa bersama

Ir. Zainal Bahri (Pimpro)dimana Terdakwa menikmati Rp. 75.000.000,-

(tujuh puluh lima juta adalah merupakan bahagian dari dana proyek sebesar

Rp. 324.000.000,- (tiga ratus dua puluh empat juta rupiah) di mana dana

proyek sebesar Rp. 324.000.000,- (tiga ratus dua puluh empat juta rupiah)

merupakan proyek yang dananya berasal dari Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara (APBN)

2. Bahwa dakwaan Primair telah dapat dibuktikan, dengan demikian dakwaan

Subsidair tidak perlu dibuktikan lagi, oleh karenanya Terdakwa harus

dinyatakan bersalah sebagaimana dakwaan Primair tersebut.

Menimbang bahwa berdasarkan alasan-alasan yang diuraikan di atas

Mahkamah Agung berpendapat, bahwa putusan Pengadilan Tinggi Kalimantan

Timur Nomor : 31/PID/2009/PT.KT.SMDA tanggal 28 Mei 2009 yang

memperbaiki putusan Pengadilan Negeri Tanjung Redeb No. 77 / Pid.B / 2007 /

PN. Tjr tanggal 03 April 2008 tidak dapat dipertahankan lagi, oleh karena itu

����

harus dibatalkan dan Mahkamah Agung akan mengadili sendiri perkara tersebut,

seperti tertera dibawah ini ;

Menimbang, bahwa oleh karena Terdakwa dipidana, maka Terdakwa

dibebani untuk membayar biaya perkara kasasi ini ; Memperhatikan Undang-

Undang No. 48 Tahun 2009, Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 dan Undang-

Undang No.14 Tahun 1985 sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan

Undang-Undang Nomor 5 tahun 2004 dan perubahan kedua dengan Undang-

Undang No. 3 Tahun 2009 serta peraturan perundang-undangan lain yang

bersangkutan.

MENGADILI :

Menolak permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi : Terdakwa H.

KAMRANI UMAR bin ADJI BANGSAWAN tersebut. Dan Mengabulkan

permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi : JAKSA /PENUNTUT UMUM pada

KEJAKSAAN NEGERI TANJUNG REDEB tersebut ; Membatalkan putusan

Pengadilan Tinggi Kalimantan Timur Nomor: 31/PID/2009/PT.KT.SMDA tanggal

28 Mei 2009 yang memperbaiki putusan Pengadilan Negeri Tanjung Redeb

Nomor : 77/Pid.B/2007/PN.Tjr. tanggal 03 April 2008.

MENGADILI SENDIRI :

1. Menyatakan Terdakwa H. Kamrani Umar bin Adji Bangsawan tersebut di atas

terbukti dengan sah dan menyakinkan telah bersalah melakukan tindak pidana

“Bersama-Sama Melakukan Korupsi”, sebagaimana dakwaan Primair ;

2. Menghukum Terdakwa oleh karena itu dengan pidana penjara selama 4 (empat)

tahun penjara, dan denda sebesar Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah),

���

dengan ketentuan apabila denda tidak dibayar akan diganti dengan pidana

kurungan selama 6 (enam) bulan.

3. Menetapkan masa penahan yang telah dijalani Terdakwa dikurangkan

seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan.

4. Menghukum pula Terdakwa membayar uang pengganti sebesar

Rp.75.000.000,- (tujuh puluh lima juta rupiah), dengan ketentuan apabila

Terdakwa tidak membayar uang pengganti paling lama dalam waktu 1 (satu)

bulan sesudah putusan pengadilan memperoleh kekuatan hukum tetap, maka

harta bendanya dapat disita oleh Jaksa dan dilelang untuk menutupi uang

pengganti tersebut, dan dalam hal Terdakwa tidak mempunyai harta benda

yang mencukupi untuk membayar uang pengganti, maka diganti dengan pidana

penjara selama 1 (satu) bulan.

5. Menyatakan barang bukti berupa :

a. 1 (satu) bendel Daftar Isian Proyek Daerah (DIPDA) Tahun Anggaran

2002.

b. 1 (satu) lembar Surat Perintah Membayar Uang (SPMU) atas nama

H.Kamrani Umar.

c. Berita Acara Penyerahan Pekerjaan atas nama H. Kamrani

Umar(Direktur CV. Eka Sapta).

d. 1 (satu) lembar Berita Acara untuk pembayaran atas nama H. Kamrani

Umar (Direktur CV. Eka Sapta) .

e. e. 1 (satu) lembar Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan atas nama H.

Kamrani Umar (Direktur CV. Eka Sapta).

����

f. 1 (satu) bendel Surat Perjanjian Pelaksanaan Proyek Rehabilitasi Lahan

Kritis DAK-DR dengan pekerjaan pengadaan patok, ajir, papan nama dan

gubuk kerja dengan pelaksana CV. Eka Sapta.

g. 1 (satu) lembar Surat Keputusan Pimpinan Proyek tentang Surat Perintah

Mulai Kerja (Gunning).

h. 3 (tiga) lembar kwitansi pembayaran dari bendaharawan Proyek

kepadaCV. Eka Sapta.

i. 1 (satu) lembar Surat dari saudara Fahmi Rizani atas nama Direktur

CV.Eka Sapta.

j. 1 (satu) lembar surat dari H. Kamrani Umar kepada pimpinan

proyek(Surat sedikit terbakar).

Tetap terlampir dalam berkas perkara ;

6. Membebankan biaya perkara dalam semua tingkat peradilan kepada Terdakwa

yang untuk tingkat kasasi ini ditetapkan sebesar Rp. 2.500,- (dua ribu lima ratus

rupiah).

Pada dasarnya berdasarkan ketentuan Pasal 30 ayat (1) UU no. 5 thn 2004,

Pasal 253 ayat (1) KUHAP Mahkamah Agung dalam tingkat kasasi membatalkan

putusan atau penetapan pengadilan dalam semua lingkungan peradilan karena

tidak berwenang atau melampaui batas wewenang, salah menerapkan atau

melanggar hukum yang berlaku dan lalai memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan

oleh peraturan perundang-undangan dan mengancam kelalaian itu dengan

batalnya putusan bersangkutan.

����

Konkretnya secara limitatif alasan kasasi berkisar masalah adanya kesalahan

penerapan hukum, baik hukum acara maupun hukum materiilnya, atau cara

pengadilan mengadili serta memutus perkara tidak sesuai dengan cara mengadili

yang diharuskan oleh ketentuan undang-undang atau adanya cara pengadilan telah

melampaui batas wewenangnya, baik secara absolut (competentie absulute) dan

relatif (competentie relatief).

Oleh karena itu, hakim dituntut untuk melaksanakan tugasnya secara

profesional, yakni kemampuan dan keterampilan hakim untuk melaksanakan

efesiensi dan efektifitas putusan. Baik dari segi penerapan hukumnya, maupun

kemampuan mempertimbangkan putusan berdasarkan nilai-nilai keadilan yang

tumbuh dan berkembang dalam masyarakat, serta kemampuan memprediksi reaksi

dan dampak sosial atas putusan yang telah dijatuhkannya.