bab iii kesepakatan perjanjian jual beli melalui mesin

21
33 BAB III KESEPAKATAN PERJANJIAN JUAL BELI MELALUI MESIN JUAL OTOMATIS (VENDING MACHINE) A. Jual Beli Melalui Mesin Jual Otomatis (Vending Machine) a. Pengertian mesin jual otomatis (vending machine) Dengan majunya perkembangan teknologi yang semakin pesat pada saat ini, membuat inovasi-inovasi baru yang pastinya memudahkan manusia dalam melakukan aktivitas dan juga adanya perkembangan dalam kegiatan usaha. Perkembangan usaha yang ada saat ini seperti contoh adanya kegiatan jual beli yang tidak perlu ada pihak penjual yang nyata. Mesin jual otomatis (vending machine) merupakan salah satu inovasi dari adanya perkembangan teknologi saat ini. Mesin jual otomatis (vending machine) merupakan mesin yang dapat mengeluarkan barang-barang seperti makanan ringan, minuman ringan, tiket, serta produk-produk konsumen lainnya untuk pelanggan secara otomatis. Mesin jual ini dikatakan otomatis karena tidak diperlukan tenaga operator untuk menjual barang tersebut. 50 Mesin jual otomatis (vending machine) yang sering dijumpai saat ini merupakan mesin yang berbentuk layaknya kulkas kaca yang terdapat barang- barang berupa minuman atau makanan ringan yang akan dijual secara otomatis, sehingga jika ingin membeli cukup memasukkan uang koin atau uang kertas 50 Agung Purnomo, Perancangan dan Pembuatan mesin penjual makanan otomatis menggunakan relai cerdas, Skripsi, UMS, Surakarta, 2015, hal. 2.

Upload: others

Post on 02-Oct-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III KESEPAKATAN PERJANJIAN JUAL BELI MELALUI MESIN

33

BAB III

KESEPAKATAN PERJANJIAN JUAL BELI MELALUI MESIN

JUAL OTOMATIS (VENDING MACHINE)

A. Jual Beli Melalui Mesin Jual Otomatis (Vending Machine)

a. Pengertian mesin jual otomatis (vending machine)

Dengan majunya perkembangan teknologi yang semakin pesat pada saat ini,

membuat inovasi-inovasi baru yang pastinya memudahkan manusia dalam

melakukan aktivitas dan juga adanya perkembangan dalam kegiatan usaha.

Perkembangan usaha yang ada saat ini seperti contoh adanya kegiatan jual beli yang

tidak perlu ada pihak penjual yang nyata.

Mesin jual otomatis (vending machine) merupakan salah satu inovasi dari

adanya perkembangan teknologi saat ini. Mesin jual otomatis (vending machine)

merupakan mesin yang dapat mengeluarkan barang-barang seperti makanan ringan,

minuman ringan, tiket, serta produk-produk konsumen lainnya untuk pelanggan

secara otomatis. Mesin jual ini dikatakan otomatis karena tidak diperlukan tenaga

operator untuk menjual barang tersebut.50

Mesin jual otomatis (vending machine) yang sering dijumpai saat ini

merupakan mesin yang berbentuk layaknya kulkas kaca yang terdapat barang-

barang berupa minuman atau makanan ringan yang akan dijual secara otomatis,

sehingga jika ingin membeli cukup memasukkan uang koin atau uang kertas

50Agung Purnomo, Perancangan dan Pembuatan mesin penjual makanan otomatis

menggunakan relai cerdas, Skripsi, UMS, Surakarta, 2015, hal. 2.

Page 2: BAB III KESEPAKATAN PERJANJIAN JUAL BELI MELALUI MESIN

34

kedalam mesin dan barang tersebut akan keluar setelah uang terhitung sesuai

dengan harga barang.51

Gambar 1

foto mesin jual otomatis (vending machine) di Bandar Udara Internasional Adisutjipto

Yogyakarta, diambil tanggal 18 Juni 2019.

b. Pihak-pihak dalam mesin jual otomatis (vending machine)

Mesin jual otomatis (vending machine) tidak perlu menggunakan tenaga

operator atau tidak diperlukan adanya penjual untuk menjual barang-barang di

dalamnya. Namun terdapat pihak yang terlibat dalam mesin jual otomatis (vending

machine) yaitu: produsen mesin jual otomatis (vending machine), distributor,

produsen produk, operator, pemilik lokasi. 52 Selain itu, terdapat juga pihak lain

yaitu konsumen dan vendor (pemilik atau penyewa mesin jual otomatis (vending

machine))

Produsen mesin jual otomatis (vending machine) berperan untuk membuat

atau memproduksi mesin jual otomatis (vending machine) kemudian menjualnya

kepada distributor, perusahaan leasing, produsen produk (makanan, minuman,

51Reno Sulistyo Wardhana, Rancang Bangun Alat Penjual Jenang Ayas Otomatis

Berbasis Mikrokontroller STM32 F3 Discovery, Skripsi, Universitas Muhammadiyah Gresik, 2018,

hal. 5 52 Ibid.

Page 3: BAB III KESEPAKATAN PERJANJIAN JUAL BELI MELALUI MESIN

35

koran, permen karet, dan lain sebagainya), operator, maupun pemilik lokasi.53

Produsen mesin jual otomatis (vending machine) diharuskan membuat suatu mesin

jual otomatis (vending machine) yang baik karena bertujuan untuk memudahkan

konsumen dalam melakukan pembelian serta diletakkan di tempat umum.

Distributor berperan dalam memasarkan mesin jual otomatis (vending

machine) setelah produsen mesin jual otomatis (vending machine) memproduksi

mesin jual otomatis dalam jumlah yang banyak. Sasaran yang dikenakan oleh

distributor dalam memasarkan mesin jual otomatis (vending machine) adalah

operator, produsen produk (minuman, makanan, koran, permen karet dan lain

sebagainya) serta pemilik lokasi.

Operator merupakan pihak yang mengoperasikan mesin jual otomatis

(vending machine) dalam hal ini adalah teknisi dari mesin jual otomatis (vending

machine) jika mesin jual otomatis (vending machine) dalam keadaan tidak bekerja

dengan baik atau mesin dalam keadaan rusak secara tiba-tiba, operator akan

membantu mengatasi masalah tersebut. Biasanya di sebuah mesin jual otomatis

(vending machine) terdapat nomor keluhan pelanggan agar konsumen atau pembeli

dapat menghubungi operator atau teknisi melalui nomor keluhan pelanggan

tersebut.

Produsen produk merupakan perusahaan-perusahaan yang memungkinkan

untuk menjual produk yang dihasilkan menggunakan mesin jual otomatis (vending

machine). Produsen produk pun akan merasa diuntungkan jika produk nya dijual

melalui mesin jual otomatis (vending machine) mengingat mesin jual otomatis

(vending machine) yang dapat menjual barang secara otomatis serta tidak

53Ibid.

Page 4: BAB III KESEPAKATAN PERJANJIAN JUAL BELI MELALUI MESIN

36

memerlukan tenaga operator. Dengan adanya mesin jual otomatis (vending mahine)

produsen produk atau perusahaan-perusahaan dapat memasarkan produknya secara

luas serta dapat memenuhi kebutuhan konsumen disekitarnya mengingat mesin jual

otomatis (vending machine) dapat diletakkan dimana-mana sesuai kebutuhan.

Vendor merupakan pemilik atau penyewa mesin jual otomatis (vending

machine). Produsen produk akan menjual hasil produknya dengan menyewa dari

vendor mesin jual otomatis (vending machine).

Konsumen merupakan pembeli yang akan membeli serta mengonsumsi

produk-produk yang ada dalam mesin jual otomatis (vending machine) seperti

minuman, makanan, koran, permen karet, dan lain sebagainya dengan cara

memasukkan uang kedalam mesin setelah itu menekan tombol untuk membeli

produk yang diinginkan, lalu barang tersebut akan keluar sesuai dengan nominal

uang yang dimasukkan.

Berdasarkan penjabaran diatas makan pihak-pihak yang terlibat merupakan

subjek hukum. Diantara subjek hukum tersebut juga pastinya akan mengadakan

hubungan hukum diantara pihak-pihak tersebut. Dari hubungan hukum tersebut

akan muncul hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh para pihak.

Dalam hal jual beli melalui mesin jual otomatis (vending machine), subjek

hukum yang saling berhubungan dilakukan antara produsen produk (perusahaan

makanan, minuman), vendor mesin jual otomatis (vending machine), pemilik

lokasi, dan konsumen (pembeli). Hubungan hukum yang terjadi yaitu produsen

produk (perusahaan makanan, minuman) dengan pemilik lokasi melahirkan

perjanjian sewa menyewa tempat untuk meletakkan mesin jual otomatis (vending

machine). Sedangkan hubungan hukum antara produsen produk melalui mesin jual

Page 5: BAB III KESEPAKATAN PERJANJIAN JUAL BELI MELALUI MESIN

37

otomatis (vending machine) dengan konsumen (pembeli) melahirkan perjanjian jual

beli. Namun dalam penulisan ini akan lebih fokus dalam pembahasan perjanjian

jual beli antara antara produsen produk melalui mesin jual otomatis (vending

machine) dengan konsumen (pembeli).

c. Pengaturan mengenai jual beli melalui mesin jual otomatis (vending

machine)

Kegiatan jual beli merupakan salah satu aktivitas perdagangan yang dilakukan

oleh dua belah pihak yaitu antara penjual dan pembeli. Diantara penjual dan

pembeli tersebut terdapat hubungan hukum antara satu pihak dengan pihak yang

lain sehingga melahirkan hak dan kewajiban diantara kedua belah pihak dan

dituangkan dalam perjanjian yaitu perjanjian jual beli.

Dalam pengaturannya, jual beli diatur dalam Pasal 1457-1540 KUHPerdata.

Pengertian jual beli menurut Pasal 1457 KUHPerdata yaitu “Jual beli adalah suatu

persetujuan dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan

suatu barang, dan pihak yang lain untuk membayar harga yang dijanjikan.

Berdasarkan pengertian jual beli menurut Pasal 1457 KUHPerdata, terdapat

perikatan yang terjadi antara kedua belah pihak, dalam hal ini adalah penjual dan

pembeli. Dalam perikatan tersebut, terdapat suatu persetujuan sesuai dengan

kehendak dari kedua belah pihak sehingga tercapai kesepakatan yang dtuangkan

dalam perjanjian jual beli.

Selain itu juga muncul hak dan kewajiban dari para pihak, yaitu pihak yang

satu yaitu penjual menyerahkan barang yang dijual kepada pihak yang lain dan

memperoleh bayaran atas barang yang dijual. Sedangkan pihak yang lain yaitu

Page 6: BAB III KESEPAKATAN PERJANJIAN JUAL BELI MELALUI MESIN

38

pembeli, membayar barang dan memperoleh hak kepemilikan dari barang yang

diserahkan tersebut.

Selain diatur dalam KUHPerdata, jual beli juga diatur dalam Undang-Undang

Nomor 7 tahun 2014 Tentang Perdagangan. Berdasarkan Pasal 1 ayat 1 Undang-

Undang Nomor 7 tahun 2014 Tentang Perdagangan, pengertian perdagangan yakni

“Perdagangan adalah tatanan kegiatan yang terkait dengan transaksi Barang

dan/atau Jasa di dalam negeri dan melampaui batas wilayah negara dengan tujuan

pengalihan hak atas Barang dan/atau Jasa untuk memperoleh imbalan atau

kompensasi.” Timbulnya perjanjian jual beli melalui mesin jual otomatis (vending

machine) ini pada prinsipnya tunduk pada KUHPer sebagai perjanjian jual beli

secara umum.

Secara khusus, kegiatan jual beli melalui mesin jual otomatis (vending

machine) ini tergolong dalam kegiatan perdagangan yang diuraikan dalam Pasal 1

ayat 1 Undang-Undang Nomor 7 tahun 2014 Tentang Perdagangan, dikarenakan

dalam mesin jual otomatis (vending machine) ini terjadi kegiatan transaksi barang

seperti makanan, minuman, koran, permen karet, dan lain sebagainya kemudian

terjadi pengalihan hak atas barang sehingga mesin jual otomatis (vending machine)

menerima pembayaran dari konsumen yang memasukkan uang kedalam mesin jual

otomatis (vending machine) tersebut.

Setelah pengaturan secara umum pada level undang-undang tidak dijumpai

pengaturan lebih lanjut mengenai mesin jual otomatis (vending machine) dalam

peraturan perundang-undangan lain, yaitu Undang-Undang/Peraturan Pemerintah

Pengganti Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden. Peraturan

mengenai mesin jual otomatis (vending machine) baru ditemukan dalam Peraturan

Page 7: BAB III KESEPAKATAN PERJANJIAN JUAL BELI MELALUI MESIN

39

Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 22/M-DAG/PER/3/2016 Tentang

Ketentuan Umum Distribusi Barang

Dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 22/M-DAG/PER/3/2016

Tentang Ketentuan Umum Distribusi Barang54 dalam Pasal 9 menyebutkan bahwa

mesin jual otomatis (vending machine) merupakan pengecer yang mendistribusikan

barang menggunakan sarana penjualan lain yaitu penjualan dengan perangkat mesin

elektronik (vending machine). Selanjutnya pengertian pengecer dalam Pasal 1 ayat

(14) Permendag tentang KUDB, pengecer adalah pelaku usaha distribusi yang

kegiatan pokoknya memasarkan barang secara langsung kepada konsumen.

Berdasarkan Permendag tentang KUDB ini, maka mesin jual otomatis

(vending machine) termasuk penjualan secara eceran atau biasa disebut juga dengan

ritel. Pengeceran (retailing) meliputi semua kegiatan yang mencakup penjualan

produk atau jasa secara langsung kepada konsumen akhir untuk penggunaan

pribadi, nonbisnis konsumen.55 Pengeceran ini dilakukan oleh pengecer yang mana

penjualan terutamanya datang dari pengeceran. Meskipun pada umumnya

pengeceran dilakukan melalui toko eceran, namun pengeceran melalui pengeceran

nontoko juga dapat dilakukan. Pengeceran nontoko ini meliputi penjualan pada

konsumen akhir melalui pengiriman surat langsung, katalog, telepon, internet, acara

belanja-rumah TV, pihak rumah dan kantor, hubungan pintu ke pintu mesin penjual

otomatis, dan lainnya.56 Dengan demikian dapat dikatakan juga bahwa mesin jual

otomatis (vending mchine) merupakan pengeceran nontoko. Penjualan melalui

mesin jual otomatis (vending machine) dapat dikatakan merupakan perdagangan

54 Selanjutnya disebut Permendag tentang KUDB. 55 Philip Kotler dan Gary Amstrong, Prinsip-Prinsip Pemasaran ed.12 jilid 2, Erlangga,

Jakarta, 2008, hal. 77. 56 Ibid.

Page 8: BAB III KESEPAKATAN PERJANJIAN JUAL BELI MELALUI MESIN

40

barang yang langsung kepada konsumen, karena konsumen langsung yang memilih

barang yang diinginkan dalam mesin jual otomatis (vending machine) tersebut

untuk kepentingan sendiri, dan tidak untuk diperdagangkan ulang.

Berdasarkan uraian diatas, walaupun tidak terdapat pengaturan secara khusus

mengenai mesin jual otomatis (vending machine), dapat dimengerti bahwa terdapat

beberapa pengaturan yang terkait dengan mesin jual otomatis (vending machine),

yaitu Undang-Undang Nomor 7 tahun 2014 Tentang Perdagangan dan Peraturan

Menteri Perdagangan Nomor 22/M-DAG/PER/3/2016 Tentang Ketentuan Umum

Distribusi Barang.

B. Lahirnya Kesepakatan dalam Perjanjian Jual Beli Melalui Mesin Jual

Otomatis (Vending Machine)

Dengan majunya teknologi saat ini telah memunculkan berbagai

perkembangan, salah satunya perdagangan tanpa adanya pihak penjual secara

langsung. Mesin jual otomatis (vending machine) merupakan salah satu

perkembangan teknologi dimana pihak pembeli tidak perlu langsung berhubungan

dengan pihak penjual dan mesin jual otomatis (vending machine) tidak perlu tenaga

operator atau penjual untuk menjual produk-produk nya secara langsung.

Perjanjian pada umumnya akan mengikuti syarat sah suatu perjanjian dalam

pasal 1320 KUHPer. Berdasarkan Pasal 1320 KUHPer, terdapat 4 syarat sah yang

harus dipenuhi dalam membuat suatu perjanjian, yaitu:

a. Kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya;

b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;

c. Suatu pokok persoalan tertentu;

d. Suatu sebab yang tidak terlarang.

Page 9: BAB III KESEPAKATAN PERJANJIAN JUAL BELI MELALUI MESIN

41

Perjanjian jual beli melalui mesin jual otomatis (vending machine) juga akan tunduk

pada syarat sah nya suatu perjanjian menurut Pasal 1320 KUHPer.

Salah satu unsur terpenting dalam suatu perjanjian yaitu adanya kesepakatan

antara para pihak yang melaksanakan suatu perjanjian. Tanpa adanya kesepakatan

dalam perjanjian, maka perjanjian tidak akan terjadi. Lahirnya suatu perjanjian pun

di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dikenal dengan adanya asas

konsesualisme, dimana dalam perjanjian jika melahirkan suatu perjanjian

diperlukan kesepakatan antara para pihak, jika para pihak sudah sepakat, maka

perjanjian tersebut lahir. Suatu perjanjian pada umumnya juga harus adanya

persesuaian kehendak antara kedua belah pihak agar muncul suatu kesepakatan,

yang mana tiap kehendak dari setiap pihak haruslah diutarakan.

Sesuai dengan Pasal 1458 KUHPer yang menyatakan bahwa “Jual beli

dianggap telah terjadi antara kedua belah pihak, segera setelah orang-orang itu

mencapai kesepakatan tentang barang tersebut beserta harganya, meskipun barang

itu belum diserahkan dan harganya belum dibayar”. Berdasarkan isi Pasal tersebut,

maka jual beli dianggap telah terjadi pada saat kedua belah pihak mencapai kata

sepakat mengenai harga barang yang diperjualbelikan. Pada Pasal 1458 KUHPer

tersebut juga menunjukkan bahwa jual beli menerapkan asas konsensualisme,

dimana penerimaan dalam bentuk pernyataan penerimaan baik yang secara lisan

maupun tertulis dapat menunjukkan juga saat lahirnya perjanjian tersebut.

Seperti dalam perjanjian jual beli pada umumnya dimana kesepakatan lahir

saat kedua belah pihak mencapai kesepakatan tentang barang dan harganya,

walaupun barang belum diserahkan dan harganya belum dibayar, lahirnya

kesepakatan dalam perjanjian jual beli melalui mesin jual otomatis (vending

Page 10: BAB III KESEPAKATAN PERJANJIAN JUAL BELI MELALUI MESIN

42

machine) ini terjadi saat konsumen atau pihak pembeli memasukkan uang kedalam

mesin tersebut sesuai dengan harga barang yang akan dibelinya. Memasukkan uang

dalam mesin jual otomatis (vending machine) ini saat uang sudah masuk dan juga

uang tersebut ditarik oleh mesin jual otomatis (vending machine) lalu mesin jual

otomatis (vending machine) bekerja dan mengeluarkan barang. Disitulah lahirnya

kesepakatan dimana pihak pembeli sudah sepakat tentang harga dan penawaran

oleh mesin jual otomatis (vending machine).

Lahirnya kesepakatan dalam mesin jual otomatis (vending machine) ini dapat

dikaitkan dengan beberapa teori mengenai kesepakatan. Terdapat 4 (empat) teori

mengenai adanya kesepakatan sehingga lahirnya atau timbulnya perjanjian, yaitu

teori pernyataan (uitingstheorie), teori pengiriman (verzendingtheorie), teori

pengetahuan (vernemingstheorie), dan teori penerimaan (ontvangstheorie).57

Teori yang cocok digunakan dalam lahirnya atau timbulnya suatu

kesepakatan pada perjanjian dalam mesin jual otomatis (vending machine) yaitu

teori pernyataan (uitingstheorie) dan juga teori penerimaan (ontvangstheorie).

berdasarkan teori pernyataan (uitingstheorie) ini, dijelaskan bahwa perjanjian itu

ada saat pihak lain telah menyatakan penerimaan atau akseptasinya. Dalam hal ini

perjanjian telah ada saat dikeluarkan pernyataan tentang penerimaan suatu

penawaran. Pernyataan atau penerimaan ini yang terjadi dalam jual beli melalui

mesin jual otomatis (vending machine) terjadi saat pihak pembeli atau konsumen

memasukkan uang ke dalam mesin tersebut, maka pihak pembeli sudah menerima

penawaran berupa harga barang yang dijual melalui mesin jual otomatis (vending

machine) itu, dan juga menerima syarat-syarat yang terdapat dalam mesin jual

57 Lihat kembali pembahasan pada BAB II. C.b. Teori kesepakatan.

Page 11: BAB III KESEPAKATAN PERJANJIAN JUAL BELI MELALUI MESIN

43

otomatis (vending machine) dan terkait dengan teori penerimaan (ontvangstheorie),

teori ini menjelaskan bahwa perjanjian lahir pada saat diterimanya surat jawaban

dari penerima penawaran. Dalam hal ini saat pembeli sudah menerima penawaran

dalam memasukkan uang ke dalam mesin jual otomatis (vending machine) tersebut

maka teori ini juga dapat digunakan. Penawaran dalam mesin jual otomatis

(vending machine) dapat dilihat pada gambar 2 dan gambar 3 terdapat beberapa

tulisan: “Vending Machine tidak ada pengembalian uang, bertransaksilah sesuai

dengan nilai uang anda”, “Hanya menerima uang kertas dengan nominal Rp. 5.000,

Rp. 10.000, Rp. 20.000, Rp. 50.000”, dan “Uang tidak boleh dilipat”. Jika pembeli

atau konsumen sudah melakukan pembelian melalui mesin tersebut, maka pembeli

atau konsumen ini sepakat untuk menyatakan bahwa menerima penawaran tersebut

walaupun sepakat tersebut tidak secara lisan diungkapkan atau disampaikan.

Gambar 2

Ketentuan dan nomor pelanggan dama mesin jual otomatis (vending machine) ) di Bandar

Udara Internasional Adisutjipto Yogyakarta, diambil tanggal 18 Juni 2019.

C. Akibat Hukum Yang Timbul Dari Perjanjian Jual Beli Melalui Mesin

Jual Otomatis (Vending Machine)

Page 12: BAB III KESEPAKATAN PERJANJIAN JUAL BELI MELALUI MESIN

44

a. Prestasi dan wanprestasi dalam jual beli melalui mesin jual otomatis

(vending machine)

Dalam perjanjian jual beli antara penjual dan pembeli pastinya terdapat

prestasi yang muncul akibat adanya perjanjian jual beli tersebut. Prestasi

merupakan kewajiban yang harus dipenuhi oleh para pihak yang dituangkan dalam

perjanjian. Setelah munculnya kesepakatan antara kedua belah pihak, maka

selanjutnya akan muncul prestasi yang wajib dipenuhi. Dalam Pasal 1234 KUHPer,

menyebutkan bahwa “Perikatan ditujukan untuk memberikan sesuatu, untuk

berbuat sesuatu, atau untuk tidak berbuat sesuatu”. Sehingga dalam Pasal 1234

KUHPer tersebut, maka dapat ditarik bahwa bentuk dari prestasi terdapat 3 macam

yaitu:58

a. Memberikan sesuatu, misalnya menyerahkan benda, membayar harga

benda, dan memberikan hibah penelitian.

b. Berbuat sesuatu, misalnya membuat pagar pekarangan rumah,

mengangkut barang tertentu, dan menyimpan rahasia perusahaan.

c. Tidak berbuat sesuatu, misalnya tidak melakukan persaingan curang,

tidak melakukan dumping, dan tidak menggunakan merek orang lain.

Prestasi yang merupakan benda dalam hal ini seperti jual beli maka harus

diserahkan kepada pihak lainnya, penyerahan tersebut dapat penyerahan hak milik

ataupun penyerahan kenikmatan atas benda tersebut. Berdasarkan prestasi yang

disebutkan dalam Pasal 1234 KUHPer maka prestasi dalam jual beli melalui mesin

jual otomatis (vending machine) ini dapat dilihat dari hak dan kewajiban masing-

masing pihak yang harus dipenuhi.

58 Abulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, PT Citra Aditya Bakti, Bandung,

2014 hal, 239.

Page 13: BAB III KESEPAKATAN PERJANJIAN JUAL BELI MELALUI MESIN

45

Berdasarkan uraian penulis mengenai para pihak dalam mesin jual otomatis

(vending machine) maka akan diuraikan prestasi masing-masing pihak dalam jual

beli melalui mesin jual otomatis (vending machine). Pemenuhan prestasi dari

produsen produk dalam hal ini merupakan perusahaan yang memproduksi suatu

barang yang akan dijualnya, harus memproduksi dan memastikan suatu barang

yang diproduksi tersebut tidak cacat, rusak, bekas atau tercemar; pemenuhan

prestasi oleh vendor yang merupakan pemilik atau penyewa mesin jual otomatis

(vending machine) adalah selalu memastikan bahwa mesin jual otomatis (vending

machine) yang akan disewakannya dapat bekerja dengan baik, menjaga dan

mengecek mesin jual otomatis (vending machine) dapat mengeluarkan produk yang

dijual oleh produsen produk didalamnya dan menyerahkan hak milik atas barang

yang diperjualbelikan kepada konsumen (pembeli); pemenuhan prestasi oleh

pemilik lokasi yaitu menyediakan lokasi untuk meletakkan mesin jual otomatis

(vending machine) dan juga menyediakan listrik yang terhubung dengan mesin jual

otomatis (vending machine) tersebut; pemenuhan prestasi konsumen (pembeli)

yaitu menyerahkan uang sebagai pembayaran atas barang yang dibeli melalui mesin

jual otomatis (vending machine) dengan cara memasukkan uang tersebut kedalam

mesin sesuai dengan nominal harga barang yang akan dibeli.

Sehingga pemenuhan suatu prestasi dalam perjanjian jual beli melalui mesin

jual otomatis (vending machine) layaknya penjual dan pembeli pada umumnya

berdasarkan hak dan kewajiban masing-masing pihak yaitu saat penjual yang

menjual produknya melalui mesin jual otomatis (vending machine) menyerahkan

hak milik atas barang yang diperjualbelikan tersebut dengan cara mengeluarkan

barang yang sudah dibeli dan pihak konsumen atau pembeli adalah membayar harga

Page 14: BAB III KESEPAKATAN PERJANJIAN JUAL BELI MELALUI MESIN

46

dari produk yang dibeli melalui mesin jual otomatis (vending machine) yang

pembayaran terhadap produk yang dibeli itu dengan cara memasukkan uang

kedalam mesin tersebut sesuai dengan harga produk yang terdapat di dalam mesin

jual otomatis (vending machine).

Dalam pemenuhan prestasi tersebut, didalam praktik pastinya terdapat ingkar

janji atau tidak dipenuhinya prestasi tersebut. Hal ini biasa disebut dengan

wanprestasi. Wanprestasi merupakan tidak terlaksananya suatu prestasi yang

disebabkan oleh kesalahan debitur, baik dikarenakan kesengajaan maupun karena

kelalaiannya. Perkataan wanprestasi berasal dari Bahasa Belanda, yang berarti

prestasi buruk.59 Menurut J. Satrio, pada wanprestasi ini kreditur tidak memperoleh

apa yang dijanjikan pihak lawan. debitur tidak melaksanakan sebagaimana

mestinya.60

M. Yahya Harahap juga memberikan pengertian mengenai wanprestasi yaitu

pelaksanaan kewajiban yang tidak tepat pada waktunya atau dilakukan tidak

menurut selayaknya. Sehingga seorang debitur disebutkan dan berada dalam

keadaan wanprestasi apabila dia melakukan pelaksanaan prestasi perjanjian telah

lalai sehingga “terlambat” dari jadwal waktu yang ditentukan atau dalam

melaksanakan prestasi tidak menurut “sepatutnya atau selayaknya”.61

Untuk menentukan apakah debitor bersalah dalam melakukan wanprestasi,

dieperlukan dalam keadaaan bagaimana debitor tidak memenuhi prestasi. Sehingga

menurut Subekti, wanprestasi dapat berupa 4 (empat) keadaan, yaitu:62

59 Subekti, Hukum Perjanjian, ,PT Intermasa, Jakarta, 1979, hal. 45. 60 J.Satrio, Hukum Perjanjian, (Perjanjian Pada Umumnya), PT Citra Aditya Bakti,

Bandung, 1992, hal. 228. 61 M. Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum Perjanjian, Penerbit Alumni, Bandung, 1982, hal

60. 62 Ibid.

Page 15: BAB III KESEPAKATAN PERJANJIAN JUAL BELI MELALUI MESIN

47

a. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya, dalam hal ini

prestasi yang diberikan tidak hanya terlambat, tapi juga tidak bisa

dijalankan Seperti contoh prestasi tidak lagi dilaksanakan dikarenakan

barang musnah atau sudah tidak berguna lagi.

b. Melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana

dijanjikan; dalam hal ini melakukan suatu prestasi, hanya saja prestasi

tersebut tidak sempurna dan tidak sesuai dengan apa yang telah

dijanjikan.

c. Melakukan apa yang dijanjikannya tetapi terlambat, dengan perkataan

lain adanya keterlambatan dalam memenuhi prestasi. Walaupun prestasi

itu dilakukan ataupun dipenuhi hanya saja tidak sesuai dengan waktu yang

diberikan. Prestasi semacam ini merupakan suatu kelalaian.

d. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya.

Akibat hukum bagi debitor yang telah melakukan wanprestasi adalah

hukuman atau sanksi hukum seperti berikut ini:63

a. Debitor diwajibkan membayar ganti kerugian yang diderita oleh kreditor

(Pasal 1243 KUHPer)

b. Apabila perikatan itu timbal balik, kreditor dapat menuntut pemutusan atau

pembatalan perikatan melalui pengadilan (Pasal 1237 ayat (2) KUHPer)

c. Perikatan untuk memberikan sesuatu, resiko beralih kepada debitor sejak

terjadi wanprestasi (Pasal 1237 ayat (2) KUHPer)

d. Debitor diwajibkan memenuhi perikatan jika masih dapat dilakukan atau

pembatalan disertai pembayaran ganti kerugian (Pasal 1267 KUHPer)

63 Abulkadir Muhammad, Op. Cit, hal, 242.

Page 16: BAB III KESEPAKATAN PERJANJIAN JUAL BELI MELALUI MESIN

48

e. Debitor wajib membayar biaya perkara jika diperkarakan di muka

pengadilan negeri dan debitor dinyatakan bersalah.

Wanprestasi atau tidak dipenuhinya suatu prestasi yang terjadi dalam jual beli

melalui mesin jual otomatis (vending machine) ini terjadi saat pembeli atau

konsumen ketika memasukkan uang ke dalam mesin jual otomatis (vending

machine) namun saat sudah menekan tombol di mesin jual otomatis (vending

machine) barang tersebut tidak keluar. Tetapi dalam keadaan barang tidak keluar

tersebut belum tentu dapat dikatakan wanprestasi sampai melalui putusan hakim.

Wanprestasi atau tidak dipenuhinya suatu kewajiban yang telah ditetapkan dalam

perjanjian dijelaskan juga bahwa hakim berwenang dalam menentukan wanprestasi

debitur. Jika wanprestasi dianggap terlalu kecil, hakim berwenang untuk menolak

pembatalan perjanjian, meskipun ganti rugi yang diminta telah dikabulkan.64

Keadaan wanprestasi seperti itu pastinya membuat pihak pembeli atau

konsumen akan merasa rugi, dikarenakan sudah memasukkan uang dalam hal ini

membayar barang yang yang akan dibelinya, tetapi barang tersebut tidak diserahkan

kepada pembeli. Selain itu juga produk yang dikeluarkan melalui mesin jual

otomatis (vending machine) tersebut dalam keadaan cacat produk. Jika produk

dalam keadaan cacat produk maka hal ini merupakan suatu kelalaian yang

dilakukan oleh perusahaan yang menghasilkan produk tersebut, bukan dari pihak

mesin jual otomatis (vending machine).

Berdasarkan Pasal 24 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan konsumen dijlaskan bahwa:

64 I Ketut Oka Setiawan, Hukum Perikatan, Sinar Grafika, Jakarta, 2015, hal. 21.

Page 17: BAB III KESEPAKATAN PERJANJIAN JUAL BELI MELALUI MESIN

49

(1) Pelaku usaha yang menjual barang dan/atau jasa kepada pelaku usaha lain

bertanggung jawab atas tuntutan ganti rugi dan/atau gugatan konsumen

apabila:

a. Pelaku usaha lain menjual kepada konsumen tanpa melakukan

perubahan apa pun atas barang dan/atau jasa tersebut;

b. Pelaku usaha lain, di dalam transaksi jual beli tidak mengetahui

adanya perubahan barang dan/atau jasa yang dilakukan oleh pelaku

usaha atau tidak sesuai dengan contoh, mutu, dan komposisi

Sesuai dengan isi pasal tersebut, perusahaan produsen merupakan pelaku usaha

yang menjual produknya kepada pelaku usaha lain yaitu mesin jual otomatis

(vending machine). Sehingga, jika terjadi rusak, cacat atau bekas, dan tercemar pada

produk tersebut maka konsumen akan langsung meminta tuntutan ganti rugi kepada

peusahaan produk atau pelaku usaha, dikarenakan pelaku usaha lain yaitu mesin

jual otomatis (vending machine) tidak melakukan perubahan apa pun atas barang

atau produk yang dijual tersebut.

Dalam keadaan tersebut, pembeli dapat meminta pertanggungjawaban

sebagai akibat kelalaian dalam pemenuhan prestasi. Dalam Pasal 1243 KUHPer

yaitu debitur diwajibkan membayar ganti kerugian yang diderita oleh kreditor.

Debitor merupakan perusahaan produk yang menghasilkan barang dan kreditor

merupakan pembeli, sehingga kreditor atau pembeli meminta pertanggungjawaban

kepada perusahaan produsen produk yang cacat atau rusak tersebut. Ganti kerugian

yang dapat dilakukan terdapat 3 (tiga) unsur, yaitu:65

a. Ongkos atau biaya yang telah dikeluarkan, misalnya ongkos cetak, biaya

materai, dan biaya iklan.

b. Kerugian sesungguhnya karena kerusakan, kehilangan benda milik kreditor

akibat kelalaian debitor, misalnya busuknya buah-buahan karena terlambat

65 Ibid, hal. 247.

Page 18: BAB III KESEPAKATAN PERJANJIAN JUAL BELI MELALUI MESIN

50

melakukan penyerahan, ambruknya gedung karena kesalahan konstruksi

sehingga merusakkan perabot rumah tangga;

c. Bunga atau keuntungan yang diharapkan, misalnya bunga yang berjalan

selama piutang terlambat dilunasi, keuntungan yang tidak diperoleh karena

keterlambatan penyerahan bendanya.

Dalam ganti rugi tersebut tidak harus ada ketiga unsur diatas, bisa saja hanya

kerugian sesungguhnya, atau hanya ongkos atau biaya, atau juga hanya bunga atau

keuntungan.

b. Overmacht dalam jual beli melalui mesin jual otomatis (vending machine)

Overmacht merupakan keadaan yang tidak terduga yang terjadi di luar

kesalahan debitur saat ingin memenuhi prestasi. Pasal 1239 KUHPer

menyatakan bahwa tiap perikatan untuk berbuat sesuatu, atau untuk tidak

berbuat sesuatu, wajib diselesaikan dengan memberikan penggantian biaya,

kerugian dan bunga, bila debitur tidak memenuhi kewajibannya. Namun,

berdasarkan Pasal 1239 tersebut terdapat pengecualian yang diatur dalam

Pasal 1244 KUHPer, yang menyatakan:

“Debitur harus dihukum untuk mengganti biaya, kerugian, dan bunga, bila

ia tak dapat membuktikan bahwa tidak dilaksanakannya perikatan itu atau

tidak tepatnya waktu dalam melaksanakan perikatan itu disebabkan oleh

sesuatu hal yang tak terduga, yang tak dapat dipertanggungjawabkan

kepadanya walaupun tidak ada itikad buruk kepadanya”

Jika debitur dapat membutikan bahwa dalam pemenuhan prestasi ia terhalang

oleh keadaan diluar kesalahannya, maka ia dapat diberikan pembebasan, sesuai

dalam pasal 1245 KUHPer, yang menyatakan: “Tidak ada penggantian biaya,

kerugian dan bunga, bila karena keadaan memaksa atau karena hal yang terjadi

Page 19: BAB III KESEPAKATAN PERJANJIAN JUAL BELI MELALUI MESIN

51

secara kebetulan, debitur terhalang untuk memberikan atau berbuat sesuatu yang

diwajibkan, atau melakukan suatu perbuatan yang terlarang baginya.”

Agar debitur dapat melepaskan diri dari gugatan yang diajukan oleh kreditur,

maka overmacht ini harus memenuhi syarat bahwa:66

a. Pemenuhan prestasi terhalang atau tercegah;

b. Terhalangnya pemenuhan prestasi tersebut di luar kesalahan debitor; dan

c. Peristiwa yang menyebabkan terhalangnya prestasi tersebut bukan

merupakan resiko debitor.

Sebagai akibat adanya overmacht maka muncul akibat hukum yaitu:67

a. Kreditor tidak dapat menuntut pemenuhan prestasi.

b. Debitur tidak dapat dinyatakan lalai.

c. Debitur tidak wajib membayar ganti rugi.

d. Risiko tidak beralih ke debitur.

e. Kreditor tidak dapat menuntt pembatalan dalam perjanjian timbal balik.

f. Perikatan dianggap gugur.

Unsur-unsur dari adanya keadaan memaksa atau overmacht ini adalah sebagai

berikut:68

a. Tidak dipenuhi prestasi karena terjadi peristiwa yang membinasakan atau

memusnahkan benda objek perikatan;

b. Tidak dipenuhi prestasi karena terjadi peristiwa yang menghalangi

perbuatan debitor untuk berprestasi;

66Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian; Asas Proporsionalitas Dalam Kontrak

Komersial, Kencana, Jakarta, 2011, hal. 272. 67 Ibid. 68 Abulkadir Muhammad, Op. Cit, hal, 243

Page 20: BAB III KESEPAKATAN PERJANJIAN JUAL BELI MELALUI MESIN

52

c. Peristiwa itu tidak dapat diketahui dan diduga akan terjadi pada waktu

membuat perikatan.

Keadaan overmacht saat melakukan jual beli dalam mesin jual otomatis

(vending machine) yaitu adanya kerusakan secara tiba-tiba ataupun terjadinya error

dalam mesin tersebut sehingga mengakibatkan barang yang sudah dibeli tidak

keluar dari mesin jual otomatis (vending machine) tersebut, adanya pemadaman

listrik secara tak terduga yang dilakukan, dan adanya korsleting pada mesin jual

otomatis (vending machine) yang tidak diduga sebelumnya. Jika dalam keadaan

tersebut, tindakan yang dapat dilakukan oleh pembeli atau konsumen yang

merupakan debitur, bisa juga menghubungi nomor keluhan pelanggan pada mesin

jual otomatis (vending machine) terkait dengan barang yang tidak bisa keluar

tersebut, sehingga akan dibantu oleh teknisi mesin jual otomatis (vending machine)

itu.

Berdasarkan keadaan overmacht yang terjadi dalam jual beli melalui mesin

jual otomatis (vending machine), sesuai dengan unsur-unsur overmacht, dapat

dikatakan keadaan tesebut termasuk dalam unsur yang kedua dan ketiga yaitu tidak

dipenuhinya prestasi karena ada peristiwa yang menghalangi dan peristiwa

ovemacht tersebut tidak dapat diketahui dan diduga akan terjadi pada waktu

membuat perikatan. Unsur kedua dan unsur ketiga tersebut merupakan keadaan

memaksa subkjetif69, dimana adanya kesulitan dalam pemenuhan prestasi.

Overmacht yang terjadi dalam jual beli melalui mesin jual otomatis (vending

machine) ini bukan untuk tidak memenuhi prestasi, hanya saja terdapat kesulitan

yang menghalangi. Overmacht ini biasanya hanya berisifat sementara. Pemenuhan

69 Ibid, hal 244.

Page 21: BAB III KESEPAKATAN PERJANJIAN JUAL BELI MELALUI MESIN

53

prestasi tertunda namun perikatan tidak batal. Jika kesulitan sudah dapat diatasi

maka pemenuhan prestasi tetap akan diteruskan.