bab iii kesepakatan perjanjian jual beli melalui mesin
TRANSCRIPT
33
BAB III
KESEPAKATAN PERJANJIAN JUAL BELI MELALUI MESIN
JUAL OTOMATIS (VENDING MACHINE)
A. Jual Beli Melalui Mesin Jual Otomatis (Vending Machine)
a. Pengertian mesin jual otomatis (vending machine)
Dengan majunya perkembangan teknologi yang semakin pesat pada saat ini,
membuat inovasi-inovasi baru yang pastinya memudahkan manusia dalam
melakukan aktivitas dan juga adanya perkembangan dalam kegiatan usaha.
Perkembangan usaha yang ada saat ini seperti contoh adanya kegiatan jual beli yang
tidak perlu ada pihak penjual yang nyata.
Mesin jual otomatis (vending machine) merupakan salah satu inovasi dari
adanya perkembangan teknologi saat ini. Mesin jual otomatis (vending machine)
merupakan mesin yang dapat mengeluarkan barang-barang seperti makanan ringan,
minuman ringan, tiket, serta produk-produk konsumen lainnya untuk pelanggan
secara otomatis. Mesin jual ini dikatakan otomatis karena tidak diperlukan tenaga
operator untuk menjual barang tersebut.50
Mesin jual otomatis (vending machine) yang sering dijumpai saat ini
merupakan mesin yang berbentuk layaknya kulkas kaca yang terdapat barang-
barang berupa minuman atau makanan ringan yang akan dijual secara otomatis,
sehingga jika ingin membeli cukup memasukkan uang koin atau uang kertas
50Agung Purnomo, Perancangan dan Pembuatan mesin penjual makanan otomatis
menggunakan relai cerdas, Skripsi, UMS, Surakarta, 2015, hal. 2.
34
kedalam mesin dan barang tersebut akan keluar setelah uang terhitung sesuai
dengan harga barang.51
Gambar 1
foto mesin jual otomatis (vending machine) di Bandar Udara Internasional Adisutjipto
Yogyakarta, diambil tanggal 18 Juni 2019.
b. Pihak-pihak dalam mesin jual otomatis (vending machine)
Mesin jual otomatis (vending machine) tidak perlu menggunakan tenaga
operator atau tidak diperlukan adanya penjual untuk menjual barang-barang di
dalamnya. Namun terdapat pihak yang terlibat dalam mesin jual otomatis (vending
machine) yaitu: produsen mesin jual otomatis (vending machine), distributor,
produsen produk, operator, pemilik lokasi. 52 Selain itu, terdapat juga pihak lain
yaitu konsumen dan vendor (pemilik atau penyewa mesin jual otomatis (vending
machine))
Produsen mesin jual otomatis (vending machine) berperan untuk membuat
atau memproduksi mesin jual otomatis (vending machine) kemudian menjualnya
kepada distributor, perusahaan leasing, produsen produk (makanan, minuman,
51Reno Sulistyo Wardhana, Rancang Bangun Alat Penjual Jenang Ayas Otomatis
Berbasis Mikrokontroller STM32 F3 Discovery, Skripsi, Universitas Muhammadiyah Gresik, 2018,
hal. 5 52 Ibid.
35
koran, permen karet, dan lain sebagainya), operator, maupun pemilik lokasi.53
Produsen mesin jual otomatis (vending machine) diharuskan membuat suatu mesin
jual otomatis (vending machine) yang baik karena bertujuan untuk memudahkan
konsumen dalam melakukan pembelian serta diletakkan di tempat umum.
Distributor berperan dalam memasarkan mesin jual otomatis (vending
machine) setelah produsen mesin jual otomatis (vending machine) memproduksi
mesin jual otomatis dalam jumlah yang banyak. Sasaran yang dikenakan oleh
distributor dalam memasarkan mesin jual otomatis (vending machine) adalah
operator, produsen produk (minuman, makanan, koran, permen karet dan lain
sebagainya) serta pemilik lokasi.
Operator merupakan pihak yang mengoperasikan mesin jual otomatis
(vending machine) dalam hal ini adalah teknisi dari mesin jual otomatis (vending
machine) jika mesin jual otomatis (vending machine) dalam keadaan tidak bekerja
dengan baik atau mesin dalam keadaan rusak secara tiba-tiba, operator akan
membantu mengatasi masalah tersebut. Biasanya di sebuah mesin jual otomatis
(vending machine) terdapat nomor keluhan pelanggan agar konsumen atau pembeli
dapat menghubungi operator atau teknisi melalui nomor keluhan pelanggan
tersebut.
Produsen produk merupakan perusahaan-perusahaan yang memungkinkan
untuk menjual produk yang dihasilkan menggunakan mesin jual otomatis (vending
machine). Produsen produk pun akan merasa diuntungkan jika produk nya dijual
melalui mesin jual otomatis (vending machine) mengingat mesin jual otomatis
(vending machine) yang dapat menjual barang secara otomatis serta tidak
53Ibid.
36
memerlukan tenaga operator. Dengan adanya mesin jual otomatis (vending mahine)
produsen produk atau perusahaan-perusahaan dapat memasarkan produknya secara
luas serta dapat memenuhi kebutuhan konsumen disekitarnya mengingat mesin jual
otomatis (vending machine) dapat diletakkan dimana-mana sesuai kebutuhan.
Vendor merupakan pemilik atau penyewa mesin jual otomatis (vending
machine). Produsen produk akan menjual hasil produknya dengan menyewa dari
vendor mesin jual otomatis (vending machine).
Konsumen merupakan pembeli yang akan membeli serta mengonsumsi
produk-produk yang ada dalam mesin jual otomatis (vending machine) seperti
minuman, makanan, koran, permen karet, dan lain sebagainya dengan cara
memasukkan uang kedalam mesin setelah itu menekan tombol untuk membeli
produk yang diinginkan, lalu barang tersebut akan keluar sesuai dengan nominal
uang yang dimasukkan.
Berdasarkan penjabaran diatas makan pihak-pihak yang terlibat merupakan
subjek hukum. Diantara subjek hukum tersebut juga pastinya akan mengadakan
hubungan hukum diantara pihak-pihak tersebut. Dari hubungan hukum tersebut
akan muncul hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh para pihak.
Dalam hal jual beli melalui mesin jual otomatis (vending machine), subjek
hukum yang saling berhubungan dilakukan antara produsen produk (perusahaan
makanan, minuman), vendor mesin jual otomatis (vending machine), pemilik
lokasi, dan konsumen (pembeli). Hubungan hukum yang terjadi yaitu produsen
produk (perusahaan makanan, minuman) dengan pemilik lokasi melahirkan
perjanjian sewa menyewa tempat untuk meletakkan mesin jual otomatis (vending
machine). Sedangkan hubungan hukum antara produsen produk melalui mesin jual
37
otomatis (vending machine) dengan konsumen (pembeli) melahirkan perjanjian jual
beli. Namun dalam penulisan ini akan lebih fokus dalam pembahasan perjanjian
jual beli antara antara produsen produk melalui mesin jual otomatis (vending
machine) dengan konsumen (pembeli).
c. Pengaturan mengenai jual beli melalui mesin jual otomatis (vending
machine)
Kegiatan jual beli merupakan salah satu aktivitas perdagangan yang dilakukan
oleh dua belah pihak yaitu antara penjual dan pembeli. Diantara penjual dan
pembeli tersebut terdapat hubungan hukum antara satu pihak dengan pihak yang
lain sehingga melahirkan hak dan kewajiban diantara kedua belah pihak dan
dituangkan dalam perjanjian yaitu perjanjian jual beli.
Dalam pengaturannya, jual beli diatur dalam Pasal 1457-1540 KUHPerdata.
Pengertian jual beli menurut Pasal 1457 KUHPerdata yaitu “Jual beli adalah suatu
persetujuan dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan
suatu barang, dan pihak yang lain untuk membayar harga yang dijanjikan.
Berdasarkan pengertian jual beli menurut Pasal 1457 KUHPerdata, terdapat
perikatan yang terjadi antara kedua belah pihak, dalam hal ini adalah penjual dan
pembeli. Dalam perikatan tersebut, terdapat suatu persetujuan sesuai dengan
kehendak dari kedua belah pihak sehingga tercapai kesepakatan yang dtuangkan
dalam perjanjian jual beli.
Selain itu juga muncul hak dan kewajiban dari para pihak, yaitu pihak yang
satu yaitu penjual menyerahkan barang yang dijual kepada pihak yang lain dan
memperoleh bayaran atas barang yang dijual. Sedangkan pihak yang lain yaitu
38
pembeli, membayar barang dan memperoleh hak kepemilikan dari barang yang
diserahkan tersebut.
Selain diatur dalam KUHPerdata, jual beli juga diatur dalam Undang-Undang
Nomor 7 tahun 2014 Tentang Perdagangan. Berdasarkan Pasal 1 ayat 1 Undang-
Undang Nomor 7 tahun 2014 Tentang Perdagangan, pengertian perdagangan yakni
“Perdagangan adalah tatanan kegiatan yang terkait dengan transaksi Barang
dan/atau Jasa di dalam negeri dan melampaui batas wilayah negara dengan tujuan
pengalihan hak atas Barang dan/atau Jasa untuk memperoleh imbalan atau
kompensasi.” Timbulnya perjanjian jual beli melalui mesin jual otomatis (vending
machine) ini pada prinsipnya tunduk pada KUHPer sebagai perjanjian jual beli
secara umum.
Secara khusus, kegiatan jual beli melalui mesin jual otomatis (vending
machine) ini tergolong dalam kegiatan perdagangan yang diuraikan dalam Pasal 1
ayat 1 Undang-Undang Nomor 7 tahun 2014 Tentang Perdagangan, dikarenakan
dalam mesin jual otomatis (vending machine) ini terjadi kegiatan transaksi barang
seperti makanan, minuman, koran, permen karet, dan lain sebagainya kemudian
terjadi pengalihan hak atas barang sehingga mesin jual otomatis (vending machine)
menerima pembayaran dari konsumen yang memasukkan uang kedalam mesin jual
otomatis (vending machine) tersebut.
Setelah pengaturan secara umum pada level undang-undang tidak dijumpai
pengaturan lebih lanjut mengenai mesin jual otomatis (vending machine) dalam
peraturan perundang-undangan lain, yaitu Undang-Undang/Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden. Peraturan
mengenai mesin jual otomatis (vending machine) baru ditemukan dalam Peraturan
39
Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 22/M-DAG/PER/3/2016 Tentang
Ketentuan Umum Distribusi Barang
Dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 22/M-DAG/PER/3/2016
Tentang Ketentuan Umum Distribusi Barang54 dalam Pasal 9 menyebutkan bahwa
mesin jual otomatis (vending machine) merupakan pengecer yang mendistribusikan
barang menggunakan sarana penjualan lain yaitu penjualan dengan perangkat mesin
elektronik (vending machine). Selanjutnya pengertian pengecer dalam Pasal 1 ayat
(14) Permendag tentang KUDB, pengecer adalah pelaku usaha distribusi yang
kegiatan pokoknya memasarkan barang secara langsung kepada konsumen.
Berdasarkan Permendag tentang KUDB ini, maka mesin jual otomatis
(vending machine) termasuk penjualan secara eceran atau biasa disebut juga dengan
ritel. Pengeceran (retailing) meliputi semua kegiatan yang mencakup penjualan
produk atau jasa secara langsung kepada konsumen akhir untuk penggunaan
pribadi, nonbisnis konsumen.55 Pengeceran ini dilakukan oleh pengecer yang mana
penjualan terutamanya datang dari pengeceran. Meskipun pada umumnya
pengeceran dilakukan melalui toko eceran, namun pengeceran melalui pengeceran
nontoko juga dapat dilakukan. Pengeceran nontoko ini meliputi penjualan pada
konsumen akhir melalui pengiriman surat langsung, katalog, telepon, internet, acara
belanja-rumah TV, pihak rumah dan kantor, hubungan pintu ke pintu mesin penjual
otomatis, dan lainnya.56 Dengan demikian dapat dikatakan juga bahwa mesin jual
otomatis (vending mchine) merupakan pengeceran nontoko. Penjualan melalui
mesin jual otomatis (vending machine) dapat dikatakan merupakan perdagangan
54 Selanjutnya disebut Permendag tentang KUDB. 55 Philip Kotler dan Gary Amstrong, Prinsip-Prinsip Pemasaran ed.12 jilid 2, Erlangga,
Jakarta, 2008, hal. 77. 56 Ibid.
40
barang yang langsung kepada konsumen, karena konsumen langsung yang memilih
barang yang diinginkan dalam mesin jual otomatis (vending machine) tersebut
untuk kepentingan sendiri, dan tidak untuk diperdagangkan ulang.
Berdasarkan uraian diatas, walaupun tidak terdapat pengaturan secara khusus
mengenai mesin jual otomatis (vending machine), dapat dimengerti bahwa terdapat
beberapa pengaturan yang terkait dengan mesin jual otomatis (vending machine),
yaitu Undang-Undang Nomor 7 tahun 2014 Tentang Perdagangan dan Peraturan
Menteri Perdagangan Nomor 22/M-DAG/PER/3/2016 Tentang Ketentuan Umum
Distribusi Barang.
B. Lahirnya Kesepakatan dalam Perjanjian Jual Beli Melalui Mesin Jual
Otomatis (Vending Machine)
Dengan majunya teknologi saat ini telah memunculkan berbagai
perkembangan, salah satunya perdagangan tanpa adanya pihak penjual secara
langsung. Mesin jual otomatis (vending machine) merupakan salah satu
perkembangan teknologi dimana pihak pembeli tidak perlu langsung berhubungan
dengan pihak penjual dan mesin jual otomatis (vending machine) tidak perlu tenaga
operator atau penjual untuk menjual produk-produk nya secara langsung.
Perjanjian pada umumnya akan mengikuti syarat sah suatu perjanjian dalam
pasal 1320 KUHPer. Berdasarkan Pasal 1320 KUHPer, terdapat 4 syarat sah yang
harus dipenuhi dalam membuat suatu perjanjian, yaitu:
a. Kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya;
b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;
c. Suatu pokok persoalan tertentu;
d. Suatu sebab yang tidak terlarang.
41
Perjanjian jual beli melalui mesin jual otomatis (vending machine) juga akan tunduk
pada syarat sah nya suatu perjanjian menurut Pasal 1320 KUHPer.
Salah satu unsur terpenting dalam suatu perjanjian yaitu adanya kesepakatan
antara para pihak yang melaksanakan suatu perjanjian. Tanpa adanya kesepakatan
dalam perjanjian, maka perjanjian tidak akan terjadi. Lahirnya suatu perjanjian pun
di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dikenal dengan adanya asas
konsesualisme, dimana dalam perjanjian jika melahirkan suatu perjanjian
diperlukan kesepakatan antara para pihak, jika para pihak sudah sepakat, maka
perjanjian tersebut lahir. Suatu perjanjian pada umumnya juga harus adanya
persesuaian kehendak antara kedua belah pihak agar muncul suatu kesepakatan,
yang mana tiap kehendak dari setiap pihak haruslah diutarakan.
Sesuai dengan Pasal 1458 KUHPer yang menyatakan bahwa “Jual beli
dianggap telah terjadi antara kedua belah pihak, segera setelah orang-orang itu
mencapai kesepakatan tentang barang tersebut beserta harganya, meskipun barang
itu belum diserahkan dan harganya belum dibayar”. Berdasarkan isi Pasal tersebut,
maka jual beli dianggap telah terjadi pada saat kedua belah pihak mencapai kata
sepakat mengenai harga barang yang diperjualbelikan. Pada Pasal 1458 KUHPer
tersebut juga menunjukkan bahwa jual beli menerapkan asas konsensualisme,
dimana penerimaan dalam bentuk pernyataan penerimaan baik yang secara lisan
maupun tertulis dapat menunjukkan juga saat lahirnya perjanjian tersebut.
Seperti dalam perjanjian jual beli pada umumnya dimana kesepakatan lahir
saat kedua belah pihak mencapai kesepakatan tentang barang dan harganya,
walaupun barang belum diserahkan dan harganya belum dibayar, lahirnya
kesepakatan dalam perjanjian jual beli melalui mesin jual otomatis (vending
42
machine) ini terjadi saat konsumen atau pihak pembeli memasukkan uang kedalam
mesin tersebut sesuai dengan harga barang yang akan dibelinya. Memasukkan uang
dalam mesin jual otomatis (vending machine) ini saat uang sudah masuk dan juga
uang tersebut ditarik oleh mesin jual otomatis (vending machine) lalu mesin jual
otomatis (vending machine) bekerja dan mengeluarkan barang. Disitulah lahirnya
kesepakatan dimana pihak pembeli sudah sepakat tentang harga dan penawaran
oleh mesin jual otomatis (vending machine).
Lahirnya kesepakatan dalam mesin jual otomatis (vending machine) ini dapat
dikaitkan dengan beberapa teori mengenai kesepakatan. Terdapat 4 (empat) teori
mengenai adanya kesepakatan sehingga lahirnya atau timbulnya perjanjian, yaitu
teori pernyataan (uitingstheorie), teori pengiriman (verzendingtheorie), teori
pengetahuan (vernemingstheorie), dan teori penerimaan (ontvangstheorie).57
Teori yang cocok digunakan dalam lahirnya atau timbulnya suatu
kesepakatan pada perjanjian dalam mesin jual otomatis (vending machine) yaitu
teori pernyataan (uitingstheorie) dan juga teori penerimaan (ontvangstheorie).
berdasarkan teori pernyataan (uitingstheorie) ini, dijelaskan bahwa perjanjian itu
ada saat pihak lain telah menyatakan penerimaan atau akseptasinya. Dalam hal ini
perjanjian telah ada saat dikeluarkan pernyataan tentang penerimaan suatu
penawaran. Pernyataan atau penerimaan ini yang terjadi dalam jual beli melalui
mesin jual otomatis (vending machine) terjadi saat pihak pembeli atau konsumen
memasukkan uang ke dalam mesin tersebut, maka pihak pembeli sudah menerima
penawaran berupa harga barang yang dijual melalui mesin jual otomatis (vending
machine) itu, dan juga menerima syarat-syarat yang terdapat dalam mesin jual
57 Lihat kembali pembahasan pada BAB II. C.b. Teori kesepakatan.
43
otomatis (vending machine) dan terkait dengan teori penerimaan (ontvangstheorie),
teori ini menjelaskan bahwa perjanjian lahir pada saat diterimanya surat jawaban
dari penerima penawaran. Dalam hal ini saat pembeli sudah menerima penawaran
dalam memasukkan uang ke dalam mesin jual otomatis (vending machine) tersebut
maka teori ini juga dapat digunakan. Penawaran dalam mesin jual otomatis
(vending machine) dapat dilihat pada gambar 2 dan gambar 3 terdapat beberapa
tulisan: “Vending Machine tidak ada pengembalian uang, bertransaksilah sesuai
dengan nilai uang anda”, “Hanya menerima uang kertas dengan nominal Rp. 5.000,
Rp. 10.000, Rp. 20.000, Rp. 50.000”, dan “Uang tidak boleh dilipat”. Jika pembeli
atau konsumen sudah melakukan pembelian melalui mesin tersebut, maka pembeli
atau konsumen ini sepakat untuk menyatakan bahwa menerima penawaran tersebut
walaupun sepakat tersebut tidak secara lisan diungkapkan atau disampaikan.
Gambar 2
Ketentuan dan nomor pelanggan dama mesin jual otomatis (vending machine) ) di Bandar
Udara Internasional Adisutjipto Yogyakarta, diambil tanggal 18 Juni 2019.
C. Akibat Hukum Yang Timbul Dari Perjanjian Jual Beli Melalui Mesin
Jual Otomatis (Vending Machine)
44
a. Prestasi dan wanprestasi dalam jual beli melalui mesin jual otomatis
(vending machine)
Dalam perjanjian jual beli antara penjual dan pembeli pastinya terdapat
prestasi yang muncul akibat adanya perjanjian jual beli tersebut. Prestasi
merupakan kewajiban yang harus dipenuhi oleh para pihak yang dituangkan dalam
perjanjian. Setelah munculnya kesepakatan antara kedua belah pihak, maka
selanjutnya akan muncul prestasi yang wajib dipenuhi. Dalam Pasal 1234 KUHPer,
menyebutkan bahwa “Perikatan ditujukan untuk memberikan sesuatu, untuk
berbuat sesuatu, atau untuk tidak berbuat sesuatu”. Sehingga dalam Pasal 1234
KUHPer tersebut, maka dapat ditarik bahwa bentuk dari prestasi terdapat 3 macam
yaitu:58
a. Memberikan sesuatu, misalnya menyerahkan benda, membayar harga
benda, dan memberikan hibah penelitian.
b. Berbuat sesuatu, misalnya membuat pagar pekarangan rumah,
mengangkut barang tertentu, dan menyimpan rahasia perusahaan.
c. Tidak berbuat sesuatu, misalnya tidak melakukan persaingan curang,
tidak melakukan dumping, dan tidak menggunakan merek orang lain.
Prestasi yang merupakan benda dalam hal ini seperti jual beli maka harus
diserahkan kepada pihak lainnya, penyerahan tersebut dapat penyerahan hak milik
ataupun penyerahan kenikmatan atas benda tersebut. Berdasarkan prestasi yang
disebutkan dalam Pasal 1234 KUHPer maka prestasi dalam jual beli melalui mesin
jual otomatis (vending machine) ini dapat dilihat dari hak dan kewajiban masing-
masing pihak yang harus dipenuhi.
58 Abulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, PT Citra Aditya Bakti, Bandung,
2014 hal, 239.
45
Berdasarkan uraian penulis mengenai para pihak dalam mesin jual otomatis
(vending machine) maka akan diuraikan prestasi masing-masing pihak dalam jual
beli melalui mesin jual otomatis (vending machine). Pemenuhan prestasi dari
produsen produk dalam hal ini merupakan perusahaan yang memproduksi suatu
barang yang akan dijualnya, harus memproduksi dan memastikan suatu barang
yang diproduksi tersebut tidak cacat, rusak, bekas atau tercemar; pemenuhan
prestasi oleh vendor yang merupakan pemilik atau penyewa mesin jual otomatis
(vending machine) adalah selalu memastikan bahwa mesin jual otomatis (vending
machine) yang akan disewakannya dapat bekerja dengan baik, menjaga dan
mengecek mesin jual otomatis (vending machine) dapat mengeluarkan produk yang
dijual oleh produsen produk didalamnya dan menyerahkan hak milik atas barang
yang diperjualbelikan kepada konsumen (pembeli); pemenuhan prestasi oleh
pemilik lokasi yaitu menyediakan lokasi untuk meletakkan mesin jual otomatis
(vending machine) dan juga menyediakan listrik yang terhubung dengan mesin jual
otomatis (vending machine) tersebut; pemenuhan prestasi konsumen (pembeli)
yaitu menyerahkan uang sebagai pembayaran atas barang yang dibeli melalui mesin
jual otomatis (vending machine) dengan cara memasukkan uang tersebut kedalam
mesin sesuai dengan nominal harga barang yang akan dibeli.
Sehingga pemenuhan suatu prestasi dalam perjanjian jual beli melalui mesin
jual otomatis (vending machine) layaknya penjual dan pembeli pada umumnya
berdasarkan hak dan kewajiban masing-masing pihak yaitu saat penjual yang
menjual produknya melalui mesin jual otomatis (vending machine) menyerahkan
hak milik atas barang yang diperjualbelikan tersebut dengan cara mengeluarkan
barang yang sudah dibeli dan pihak konsumen atau pembeli adalah membayar harga
46
dari produk yang dibeli melalui mesin jual otomatis (vending machine) yang
pembayaran terhadap produk yang dibeli itu dengan cara memasukkan uang
kedalam mesin tersebut sesuai dengan harga produk yang terdapat di dalam mesin
jual otomatis (vending machine).
Dalam pemenuhan prestasi tersebut, didalam praktik pastinya terdapat ingkar
janji atau tidak dipenuhinya prestasi tersebut. Hal ini biasa disebut dengan
wanprestasi. Wanprestasi merupakan tidak terlaksananya suatu prestasi yang
disebabkan oleh kesalahan debitur, baik dikarenakan kesengajaan maupun karena
kelalaiannya. Perkataan wanprestasi berasal dari Bahasa Belanda, yang berarti
prestasi buruk.59 Menurut J. Satrio, pada wanprestasi ini kreditur tidak memperoleh
apa yang dijanjikan pihak lawan. debitur tidak melaksanakan sebagaimana
mestinya.60
M. Yahya Harahap juga memberikan pengertian mengenai wanprestasi yaitu
pelaksanaan kewajiban yang tidak tepat pada waktunya atau dilakukan tidak
menurut selayaknya. Sehingga seorang debitur disebutkan dan berada dalam
keadaan wanprestasi apabila dia melakukan pelaksanaan prestasi perjanjian telah
lalai sehingga “terlambat” dari jadwal waktu yang ditentukan atau dalam
melaksanakan prestasi tidak menurut “sepatutnya atau selayaknya”.61
Untuk menentukan apakah debitor bersalah dalam melakukan wanprestasi,
dieperlukan dalam keadaaan bagaimana debitor tidak memenuhi prestasi. Sehingga
menurut Subekti, wanprestasi dapat berupa 4 (empat) keadaan, yaitu:62
59 Subekti, Hukum Perjanjian, ,PT Intermasa, Jakarta, 1979, hal. 45. 60 J.Satrio, Hukum Perjanjian, (Perjanjian Pada Umumnya), PT Citra Aditya Bakti,
Bandung, 1992, hal. 228. 61 M. Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum Perjanjian, Penerbit Alumni, Bandung, 1982, hal
60. 62 Ibid.
47
a. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya, dalam hal ini
prestasi yang diberikan tidak hanya terlambat, tapi juga tidak bisa
dijalankan Seperti contoh prestasi tidak lagi dilaksanakan dikarenakan
barang musnah atau sudah tidak berguna lagi.
b. Melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana
dijanjikan; dalam hal ini melakukan suatu prestasi, hanya saja prestasi
tersebut tidak sempurna dan tidak sesuai dengan apa yang telah
dijanjikan.
c. Melakukan apa yang dijanjikannya tetapi terlambat, dengan perkataan
lain adanya keterlambatan dalam memenuhi prestasi. Walaupun prestasi
itu dilakukan ataupun dipenuhi hanya saja tidak sesuai dengan waktu yang
diberikan. Prestasi semacam ini merupakan suatu kelalaian.
d. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya.
Akibat hukum bagi debitor yang telah melakukan wanprestasi adalah
hukuman atau sanksi hukum seperti berikut ini:63
a. Debitor diwajibkan membayar ganti kerugian yang diderita oleh kreditor
(Pasal 1243 KUHPer)
b. Apabila perikatan itu timbal balik, kreditor dapat menuntut pemutusan atau
pembatalan perikatan melalui pengadilan (Pasal 1237 ayat (2) KUHPer)
c. Perikatan untuk memberikan sesuatu, resiko beralih kepada debitor sejak
terjadi wanprestasi (Pasal 1237 ayat (2) KUHPer)
d. Debitor diwajibkan memenuhi perikatan jika masih dapat dilakukan atau
pembatalan disertai pembayaran ganti kerugian (Pasal 1267 KUHPer)
63 Abulkadir Muhammad, Op. Cit, hal, 242.
48
e. Debitor wajib membayar biaya perkara jika diperkarakan di muka
pengadilan negeri dan debitor dinyatakan bersalah.
Wanprestasi atau tidak dipenuhinya suatu prestasi yang terjadi dalam jual beli
melalui mesin jual otomatis (vending machine) ini terjadi saat pembeli atau
konsumen ketika memasukkan uang ke dalam mesin jual otomatis (vending
machine) namun saat sudah menekan tombol di mesin jual otomatis (vending
machine) barang tersebut tidak keluar. Tetapi dalam keadaan barang tidak keluar
tersebut belum tentu dapat dikatakan wanprestasi sampai melalui putusan hakim.
Wanprestasi atau tidak dipenuhinya suatu kewajiban yang telah ditetapkan dalam
perjanjian dijelaskan juga bahwa hakim berwenang dalam menentukan wanprestasi
debitur. Jika wanprestasi dianggap terlalu kecil, hakim berwenang untuk menolak
pembatalan perjanjian, meskipun ganti rugi yang diminta telah dikabulkan.64
Keadaan wanprestasi seperti itu pastinya membuat pihak pembeli atau
konsumen akan merasa rugi, dikarenakan sudah memasukkan uang dalam hal ini
membayar barang yang yang akan dibelinya, tetapi barang tersebut tidak diserahkan
kepada pembeli. Selain itu juga produk yang dikeluarkan melalui mesin jual
otomatis (vending machine) tersebut dalam keadaan cacat produk. Jika produk
dalam keadaan cacat produk maka hal ini merupakan suatu kelalaian yang
dilakukan oleh perusahaan yang menghasilkan produk tersebut, bukan dari pihak
mesin jual otomatis (vending machine).
Berdasarkan Pasal 24 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang
Perlindungan konsumen dijlaskan bahwa:
64 I Ketut Oka Setiawan, Hukum Perikatan, Sinar Grafika, Jakarta, 2015, hal. 21.
49
(1) Pelaku usaha yang menjual barang dan/atau jasa kepada pelaku usaha lain
bertanggung jawab atas tuntutan ganti rugi dan/atau gugatan konsumen
apabila:
a. Pelaku usaha lain menjual kepada konsumen tanpa melakukan
perubahan apa pun atas barang dan/atau jasa tersebut;
b. Pelaku usaha lain, di dalam transaksi jual beli tidak mengetahui
adanya perubahan barang dan/atau jasa yang dilakukan oleh pelaku
usaha atau tidak sesuai dengan contoh, mutu, dan komposisi
Sesuai dengan isi pasal tersebut, perusahaan produsen merupakan pelaku usaha
yang menjual produknya kepada pelaku usaha lain yaitu mesin jual otomatis
(vending machine). Sehingga, jika terjadi rusak, cacat atau bekas, dan tercemar pada
produk tersebut maka konsumen akan langsung meminta tuntutan ganti rugi kepada
peusahaan produk atau pelaku usaha, dikarenakan pelaku usaha lain yaitu mesin
jual otomatis (vending machine) tidak melakukan perubahan apa pun atas barang
atau produk yang dijual tersebut.
Dalam keadaan tersebut, pembeli dapat meminta pertanggungjawaban
sebagai akibat kelalaian dalam pemenuhan prestasi. Dalam Pasal 1243 KUHPer
yaitu debitur diwajibkan membayar ganti kerugian yang diderita oleh kreditor.
Debitor merupakan perusahaan produk yang menghasilkan barang dan kreditor
merupakan pembeli, sehingga kreditor atau pembeli meminta pertanggungjawaban
kepada perusahaan produsen produk yang cacat atau rusak tersebut. Ganti kerugian
yang dapat dilakukan terdapat 3 (tiga) unsur, yaitu:65
a. Ongkos atau biaya yang telah dikeluarkan, misalnya ongkos cetak, biaya
materai, dan biaya iklan.
b. Kerugian sesungguhnya karena kerusakan, kehilangan benda milik kreditor
akibat kelalaian debitor, misalnya busuknya buah-buahan karena terlambat
65 Ibid, hal. 247.
50
melakukan penyerahan, ambruknya gedung karena kesalahan konstruksi
sehingga merusakkan perabot rumah tangga;
c. Bunga atau keuntungan yang diharapkan, misalnya bunga yang berjalan
selama piutang terlambat dilunasi, keuntungan yang tidak diperoleh karena
keterlambatan penyerahan bendanya.
Dalam ganti rugi tersebut tidak harus ada ketiga unsur diatas, bisa saja hanya
kerugian sesungguhnya, atau hanya ongkos atau biaya, atau juga hanya bunga atau
keuntungan.
b. Overmacht dalam jual beli melalui mesin jual otomatis (vending machine)
Overmacht merupakan keadaan yang tidak terduga yang terjadi di luar
kesalahan debitur saat ingin memenuhi prestasi. Pasal 1239 KUHPer
menyatakan bahwa tiap perikatan untuk berbuat sesuatu, atau untuk tidak
berbuat sesuatu, wajib diselesaikan dengan memberikan penggantian biaya,
kerugian dan bunga, bila debitur tidak memenuhi kewajibannya. Namun,
berdasarkan Pasal 1239 tersebut terdapat pengecualian yang diatur dalam
Pasal 1244 KUHPer, yang menyatakan:
“Debitur harus dihukum untuk mengganti biaya, kerugian, dan bunga, bila
ia tak dapat membuktikan bahwa tidak dilaksanakannya perikatan itu atau
tidak tepatnya waktu dalam melaksanakan perikatan itu disebabkan oleh
sesuatu hal yang tak terduga, yang tak dapat dipertanggungjawabkan
kepadanya walaupun tidak ada itikad buruk kepadanya”
Jika debitur dapat membutikan bahwa dalam pemenuhan prestasi ia terhalang
oleh keadaan diluar kesalahannya, maka ia dapat diberikan pembebasan, sesuai
dalam pasal 1245 KUHPer, yang menyatakan: “Tidak ada penggantian biaya,
kerugian dan bunga, bila karena keadaan memaksa atau karena hal yang terjadi
51
secara kebetulan, debitur terhalang untuk memberikan atau berbuat sesuatu yang
diwajibkan, atau melakukan suatu perbuatan yang terlarang baginya.”
Agar debitur dapat melepaskan diri dari gugatan yang diajukan oleh kreditur,
maka overmacht ini harus memenuhi syarat bahwa:66
a. Pemenuhan prestasi terhalang atau tercegah;
b. Terhalangnya pemenuhan prestasi tersebut di luar kesalahan debitor; dan
c. Peristiwa yang menyebabkan terhalangnya prestasi tersebut bukan
merupakan resiko debitor.
Sebagai akibat adanya overmacht maka muncul akibat hukum yaitu:67
a. Kreditor tidak dapat menuntut pemenuhan prestasi.
b. Debitur tidak dapat dinyatakan lalai.
c. Debitur tidak wajib membayar ganti rugi.
d. Risiko tidak beralih ke debitur.
e. Kreditor tidak dapat menuntt pembatalan dalam perjanjian timbal balik.
f. Perikatan dianggap gugur.
Unsur-unsur dari adanya keadaan memaksa atau overmacht ini adalah sebagai
berikut:68
a. Tidak dipenuhi prestasi karena terjadi peristiwa yang membinasakan atau
memusnahkan benda objek perikatan;
b. Tidak dipenuhi prestasi karena terjadi peristiwa yang menghalangi
perbuatan debitor untuk berprestasi;
66Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian; Asas Proporsionalitas Dalam Kontrak
Komersial, Kencana, Jakarta, 2011, hal. 272. 67 Ibid. 68 Abulkadir Muhammad, Op. Cit, hal, 243
52
c. Peristiwa itu tidak dapat diketahui dan diduga akan terjadi pada waktu
membuat perikatan.
Keadaan overmacht saat melakukan jual beli dalam mesin jual otomatis
(vending machine) yaitu adanya kerusakan secara tiba-tiba ataupun terjadinya error
dalam mesin tersebut sehingga mengakibatkan barang yang sudah dibeli tidak
keluar dari mesin jual otomatis (vending machine) tersebut, adanya pemadaman
listrik secara tak terduga yang dilakukan, dan adanya korsleting pada mesin jual
otomatis (vending machine) yang tidak diduga sebelumnya. Jika dalam keadaan
tersebut, tindakan yang dapat dilakukan oleh pembeli atau konsumen yang
merupakan debitur, bisa juga menghubungi nomor keluhan pelanggan pada mesin
jual otomatis (vending machine) terkait dengan barang yang tidak bisa keluar
tersebut, sehingga akan dibantu oleh teknisi mesin jual otomatis (vending machine)
itu.
Berdasarkan keadaan overmacht yang terjadi dalam jual beli melalui mesin
jual otomatis (vending machine), sesuai dengan unsur-unsur overmacht, dapat
dikatakan keadaan tesebut termasuk dalam unsur yang kedua dan ketiga yaitu tidak
dipenuhinya prestasi karena ada peristiwa yang menghalangi dan peristiwa
ovemacht tersebut tidak dapat diketahui dan diduga akan terjadi pada waktu
membuat perikatan. Unsur kedua dan unsur ketiga tersebut merupakan keadaan
memaksa subkjetif69, dimana adanya kesulitan dalam pemenuhan prestasi.
Overmacht yang terjadi dalam jual beli melalui mesin jual otomatis (vending
machine) ini bukan untuk tidak memenuhi prestasi, hanya saja terdapat kesulitan
yang menghalangi. Overmacht ini biasanya hanya berisifat sementara. Pemenuhan
69 Ibid, hal 244.
53
prestasi tertunda namun perikatan tidak batal. Jika kesulitan sudah dapat diatasi
maka pemenuhan prestasi tetap akan diteruskan.