bab iii. geologi dan keadaan endapan

33
BAB III GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN 3.1. Geologi 3.1.1. Stratigrafi/Lithologi Pengendapan dan pengangkatan batuan di daerah ini diduga sangat erat hubungannya dengan tektonik yang berkembang pada bagian timur Indonesia, tempat saling bertubrukannya lempeng Samudera pasifik, Lempeng Benua Australia dan lempeng Benua Eurasia. Secara regional daerah penyelidikan inventarisasi terletak pada dua mandala geologi yaitu: Mandala Sulawesi Timur yang ditandai oleh batuan ultramafik, mafik, batuan malihan dan Mandala/Anjungan Tukangbesi-Buton yang ditandai oleh batuan sedimen pinggiran benua yang beralaskan batuan malihan. Batuan tertua pada Mandala Geologi Sulawesi Timur adalah batuan ultramafik yang merupakan 16

Upload: yuyun-tan-tapatab

Post on 20-Oct-2015

98 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

BAB III

GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN

3.1. Geologi

3.1.1. Stratigrafi/Lithologi

Pengendapan dan pengangkatan batuan di daerah ini diduga sangat erat hubungannya dengan tektonik yang berkembang pada bagian timur Indonesia, tempat saling bertubrukannya lempeng Samudera pasifik, Lempeng Benua Australia dan lempeng Benua Eurasia. Secara regional daerah penyelidikan inventarisasi terletak pada dua mandala geologi yaitu: Mandala Sulawesi Timur yang ditandai oleh batuan ultramafik, mafik, batuan malihan dan Mandala/Anjungan Tukangbesi-Buton yang ditandai oleh batuan sedimen pinggiran benua yang beralaskan batuan malihan.

Batuan tertua pada Mandala Geologi Sulawesi Timur adalah batuan ultramafik yang merupakan batuan alas, terdiri dari harzburgit, serpentinit, dunit, wherlit, gabro, basal, mafik malihan dan magnetit, (diduga berumur Kapur). Batuan malihan Komplek Pompangeo terdiri dari berbagai jenis sekis dan sedimen malihan serta serpentinit dan sekis glaukofan. Batuan ini diperkirakan terbentuk dalam lajur penunjaman Benioff pada akhir Kapur Awal hingga Paleogen (Simanjuntak, 1980, 1986). Batuan ultramafik dan batuan Kompleks Pompangeo tersebut berhubungan secara sentuhan tektonik.

Mandala/Anjungan Tukangbesi-Buton berupa batuan alas malihan terdiri dari sekis mika, sekis kuarsa, sekis klorit, sekismika-ampibolit, sekis grafit dan genes berumur Permo-Karbon. Di atasnya menindih tak selaras Formasi Meluhu (Lembar Kolaka) yang terdiri dari batugamping hablur dengan sisipan filit dan setempat sisipan kalsilutit rijangan. Kedua formasi diperkirakan berumur Trias Akhir sampai Jura Awal.

Di atas kedua mandala yang saling bersentuhan diendapkan secara tak selaras Formasi Langkowala yang terdiri dari batupasir dan konglomerat yang saling menjemari, diperkirakan berumur akhir Miosen Tengah. Di atasnya menindih selaras Formasi Eemoiko yang terdiri dari batugam ping koral, kalkarenit, batupasir gampingan, napal; dan Formasi Boepi nang terdiri dari batulempung pasiran, napal pasiran dan batupasir. Kedua formasi tersebut berumur Miosen Akhir sampai Pliosen. Di atas kedua formasi ini ditindih tak selaras oleh Formasi Alangga terdiri dari konglomerat dan batupasir yang belum padat; dan Formasi Buara terdiri dari terumbu koral, setempat lensa konglomerat dan batupasir yang belum padat. Kedua formasi ini saling menjemari berumur Pliosen. Satuan batuan termuda adalah endapan sungai, rawa dan kolovium.

Mineralisasi yang dijumpai di daerah ini adalah nikel laterit. Nikel laterit banyak dijumpai didaerah penyelidikan, terutama daerah Pulau Kabaena termasuk kedalam Kabupaten Bombana.Berdasarkan data digital potensi bahan galian mineral kabupaten oleh direktorat inventarisasi sumber daya mineral, terdapat indikasi mineralisasi logam nikel laterit dengan kadar bijih Ni = 0,35 1,56% didaerah Kecamatan Kabaena. Selain itu laporan dari Kanwil Deptamben Propinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara, indikasi logam khromit dengan kadar bijih 20% - 40% tersebar di S. Purano daerah Pongkalero Kecamatan Kabaena Barat, Kabupaten Bombana. Selain mineral logam, terdapat beberapa daerah potensi mineral bukan logam lainnya. 3.1.2. Struktur

Aktifnya kembali Sesar Sorong yang berarah hampir timur-barat pada kala Oligosen, mengakibatkan terbentuknya sesar-sesar dan kelurusan pada lengan Sulawesi Tenggara (Simanjuntak dkk, 1983). Diantaranya Sesar Lasolo berarah baratlaut-tenggara merupakan sesar geser mengiri, dan Sesar Kolaka berarah baratlaut-tenggara merupakan sesar geser menganan. Adanya Sesar sungkup yang terdapat di P. Kabaena. Sesar ini berarah hampir barat-timur mensesarsungkupkan Kompleks Ultramafik ke atas Komplek Pompangeo dan sedimen malih Kabaena, diduga terjadi pada Mesozoikum.

Di Buton Selatan umumnya sesar-sesar berarah timurlaut-baratdaya, sedangkan di Buton bagian tenggara sesar berarah utara-selatan dan Buton Utara sesar berarah baratlaut-tenggara. Sesar utama mempunyai arah sejajar dengan arah memanjangnya tubuh batuan pra-Tersier dan sumbu cekungan sediment Miosen.

Tektonika di daerah ini berkembang sejak pra-Miosen (Formasi Tondo) dan berlanjut sampai Formasi Sampolakosa terendapkan. Pada akhir Oligosen mintakat Buton bertubrukan dengan mintakat Sulawesi Tenggara yang menyebabkan terjadi perlipatan kuat dan sesar naik pada batuan pra-Miosen. Kegiatan ini diikuti dengan rumpang sedimentasi hingga Miosen Awal. Pada Miosen Tengah terbentuk Fomasi Tondo. Formasi Tondo bercirikan endapan darat di Buton Utara, sedangkan di Buton Tengah berupa endapan turbidit distal. Sedimentasi berlanjut hingga Pliosen dengan terendapkannya Formasi Sampolakosa. Kegiatan Tektonik pada Plio-Plistosen mengakibatkan terlipatnya batuan pra-Pliosen dan menggiatkan kembali sesar-sesar yang terbentuk sebelumnya.3.1.3. Geoteknik

Pertimbangan geoteknik disini (tambang terbuka) termasuk uji kekuatan batuan (uji kuat tekan, uji kuat tarik, uji geser, pemetaan bidang lemah, dll) yang diperlukan untuk menentukan kestabilan lereng. Dari sini lereng berikut sudutnya dapat didesain. Desain lereng melibatkan analisis tiga komponen penting pada lereng tambang yaitu :1. Konfigurasi jenjang (bench configuration). Didalamnya terdapat komponen: tinggi jenjang, lebar jenjang, beserta sudut muka (face angle).2. Sudut lereng antar jalan (interramp angle). Sudut lereng gabungan beberapa jenjang diantara dua jalan angkut.3. Sudut lereng keseluruhan (overral slope angle). Sudut sebenarnya dari dinding pit keseluruhan.

Gambar 3.1. Jenjang, sudut lereng antar jalan, sudut lereng keseluruhan3.2. Keadaan Endapan

3.2.1. Bentuk dan Penyebaran EndapanBerdasarkan data lubang bor, dan korelasi geologi kegiatan eksplorasi detail yang dilakukan telah diketahui bahwa lapisan pembawa bijih di lokasi studi kelayakan adalah formasi KM (matano, bagian selatan, umur kapur atas) dan formasi KU (kompleks ultramafik, bagian utara, umur kapur tengah). Litologi batuan berdasrkan formasi KM terdiri dari perselingan batuan ultramafik yaitu dunit, peridotit, piroksenit, hornbendit, magnesit, dan setempat rodingit. Sedangkan litologi batuan berdasarkan formasi KU terdiri dari batugamping terhablur ulang dan terdaunkan, rijang, radiolarian, dan batu sabak. Endapan yang dijumpai pada daerah studi, ditinjau dari kondisi fisik lapangan dengan dip yang relative landai dengan kondisi topografi tidak begitu terganggu oleh perubahan struktur yang berarti.

Secara keseluruhan kondisi litologi daerah penelitian adalah sebagai berikut:

Gambar 3.2. Profil lateritGambar diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Lapisan Tanah Penutup (Overburden)

Lapisan ini terletak di bagian atas permukaan, lunak dan berwarna coklat kemerahan hingga gelap dengan kadar air antara 25% sampai 35%, kadar nikel maksimal 1,3% dan di permukaan atas dijumpai lapisan iron capping. Lapisan ini mempunyai ketebalan berkisar antara 1 12 meter., merupakan kumpulan massa goethite dan limonite. Iron capping mempunyai kadar besi yang tinggi tapi kadar nikel yang rendah. Terkadang terdapat mineral-mineral hematite, chromiferous.

2. Lapisan bijih Limonit berkadar (limonit ore)

Lapisan ini terletak di bawah lapisan tanah penutupFine grained, merah-coklat atau kuning, agak lunak, berkadar air antara 30% - 40%, kadar nikel 1,5%, Fe 44%, MgO 3%, SiO2%, lapisan kaya besi dari limonit soil menyelimuti seluruh area dengan ketebalan rata-rata 3 meter.. Lapisan ini tipis pada lereng yang terjal, dan setempat hilang karena erosi. Sebagian dari nikel pada zona ini hadir di dalam mineral manganese oxide, lithiophorite. Terkadang terdapat mineral talc, tremolite, chromiferous, Quartz, gibsite, maghemite. Limonite di daerah west block (unserpentinized) umumnya mempunyai nikel lebih tingi di bandingkan dengan limonite di daerah East block (Serpentinized). Limonit dibedakan menjadi 2, yaitu : Red limonit yang biasa disebut hematit dan Yellow limonit yang disebut goethit . Biasanya pada goetit nikel berasosiasi dengan Fe dan mengganti unsur Fe sehingga pada zona limonit terjadi pengayaan unsur Ni.

3. Lapisan Bijih (Saprolit ore)

Lapisan ini merupakan hasil pelapukan batuan peridotit, berwarna kuning kecoklatan agak kemerahan, terletak di bagian bawah dari lapisan limonite berkadar menengah, dengan ketebalan rata-rata 7 meter. Campuran dari sisa-sisa batuan, butiran halus limonite,saprolitic rims, vein dari endapan garnierit, nickeliferous quartz, mangan dan pada beberapa kasus terdapat silica boxwork, bentukan dari suatu zona transisi dari limonite ke bedrock. Terkadang terdapat mineral kuarsa yang mengisi rekahan, mineral-mineral primer yang terlapukan, clorite. Garnierit dilapangan biasanya diidentifikasikan sebagai colloidal talc dengan lebih atau kurang nickeliferous serpentin. Struktur dan tekstur batuan asal masih terlihat. Lapisan ini terdapat bersama batuan yang keras atau rapuh dan sebagian saprolite. Kadar Ni 1,85%, Fe 16%, MgO 25%, SiO2 35%. Lapisan ini merupakan lapisan yang bernilai ekonomis untuk ditambang sebagai bijih.

4. Lapisan Batuan Dasar (Bed Rock)

Bagian terbawah dari profil laterit Lapisan ini merupakan batuan peridotit yang tidak atau belum mengalami pelapukan. Blok peridotit (batuan dasar) dan secara umum sudah tidak mengandung mineral ekonomis lagi (kadar logam sudah mendekati atau sama dengan batuan dasar). Berwarna kuning pucat sampai abu-abu kehijauan. Zona ini terfrakturisasi kuat, kadang membuka, terisi oleh mineral garnierit dan silika. Frakturisasi ini diperkirakan menjadi penyebab adanya root zone yaitu zona high grade Ni, akan tetapi posisinya tersembunyi.

Ketebalan dari masing-masing lapisan tidak merata, tergantung dari morfologi dan relief,endapan laterit terakumulasi banyak pada bagian bawah bukit dengan relief yang landai. Sedang relief yang terjal endapan semakin menipis, disamping adanya kecenderungan akumulasi mineral yang berkadar tinggi dijumpai pada zona-zona retakan, zona sesar dan rekahan pada batuan. (Osborne & Waraspati, 1986)3.2.2. Sifat dan Kualitas Endapan

Nikel logam yang cukup keras putih mengkilat terdapat didalam kerak bumi sebanyak kurang lebih 0,02%. Nikel terdapat pada batuan ultrabasa seperti dunit dan peridotit yang mengalami serpentinisasi dan lapuk yang menghasilkan mineral sekunder bijih nikel garnierit. Sampai sekarang dikenal dua macam endapan nikel, yaitu nikel laterit dan nikel sulfida.

Nikel laterit merupakan hasil pelapukan (laterit) dari batuan ultrabasa dan meninggalkan konsentrat residual, seperti yang ditemukan pada endapan nikel di New Calidonia dan di sulawesi Tenggara (Soroako dan Pomalaa), Indonesia. Penelitian endapan nikel diawali dengan pemetaan geologi, kemudian diikuti dengan pembuatan test pit (untuk endapan laterit).Tabel 3.1. Mineral Bijih Nikel yang penting

Nama Mineral Senyawa KimiaKadar Ni (%)

NiccolitNiAs43,9

MilleritNiS64,6

Pentlandit(FeNi)S40,0

Garnierit(Ni,Mg)6(Si4O11)6,4

Nikel diperoleh dari endapan yang terbentuk akibat proses oksidasi dan pelapukan batuan ultramafik yang mengandung nikel 0.2-0.4 %. Jenis-jenis mineral tersebut antara lain olivine, piroksin, dan amphibole. Umumnya ditemukan pada daerah tropis, dikarenakan curah hujan yang mendukung terjadinya pelapukan, selain topografi, drainase, tenaga tektonik dan struktur geologi. Endapan merupakan bijih yang dihasilkan dari proses oksidasi dan pelapukan batuan ultrabasa yang ada di atas permukaan bumi.

Genesa pembentukan endapan nikel laterit

Proses pembentukan nikel laterit diawali dari proses oksidasi dan pelapukan batuan ultrabasa, dalam hal ini adalah batuan harzburgit. Batuan ini banyak mengandung oliivin, piroksen, magnesium silikat, dan besi, mineral-mineral tersebut tidak stabil dan mudah mengalami proses pelapukan.Proses pelapukan dimulai pada batuan ultramafik (peridotit, dunit, serpentinit), dimana batuan ini banyak mengandung mineral mineral olivin, piroksen, magnesium silikat, dan besi silikat, yang pada umumnya mengandung 0,30% nikel. Batuan tersebut sangat mudah dipengaruhi oleh pelapukan lateritik (Boldt, 1967).

Proses laterisasi adalah proses pencucian pada mineral yang mudah larut dan silika dari profil laterit pada lingkungan yang bersifat asam, hangat dan lembab serta membentuk konsentrasi endapan hasil pengkayaan proses laterisasi pada unsur Fe, Cr, Al, Ni, dan Co.Menurut Hasanudin, dkk, 1992, air permukaan yang mengandung CO2 dari atmosfir dan terkayakan kembali oleh material material organis di permukaan meresap ke bawah permukaan tanah sampai pada zona pelindian, dimana fluktuasi air tanah berlangsung. Akibat fluktuasi ini air tanah yang kaya CO2 akan kontak dengan zona saprolit yang masih mengandung batuan asal dan melarutkan mineral-mineral yang tidak stabil seperti olivin/serpentin dan piroksen. Mg, Si dan Ni akan larut dan terbawa sesuai dengan aliran air tanah dan akan memberikan mineral-mineral baru pada proses pengendapan kembali. Endapan besi yang bersenyawa dengan oksida akan terakumulasi dekat dengan permukaan tanah, sedangkan magnesium, nikel dan silika akan tetap tertinggal di dalam larutan dan bergerak turun selama suplai air yang masuk ke dalam tanah terus berlangsung. Rangkaian proses ini merupakan proses pelapukan dan pelindian/leaching. Zona pelindihan merupakan zona peralihan antara zona limonit dan zona saprolit dimana Fe akan tertinggal di zona limonit sebagai konsentrasi residu sedangkan Si dan Mg terlindi dan termigrasi ketempat lain meninggalkan tempat semulanya.Pada proses pelapukan lebih lanjut magnesium (Mg), silika (Si), dan nikel (Ni) akan tertinggal di dalam larutan selama air masih bersifat asam. Tetapi jika dinetralisasi karena adanya reaksi dengan batuan dan tanah, maka zat-zat tersebut akan cenderung mengendap sebagai mineral hidrosilikat (Ni-magnesium hidrosilicate) yang disebut mineral garnierit [(ni,Mg)6Si4O10(OH)8] atau mineral pembawa Ni.

Adanya suplai air dan jalur-jalur perembesan air, dalam hal berupa kekar, maka Ni yang terbawa oleh air akan turun ke bawah, lambat laun akan terkumpul di zona saprolit sudah tidak dapat turun lagi dan tidak dapat menembus batuan dasar (bedrock). Ikatan dari Ni yang berasosiasi dengan Mg, SiO dan H akan membentuk mineral Garnierit dengan rumus kimia (Ni, Mg) Si4O5(OH)4. Apabila proses ini berlangsung terus menerus, maka yang akan terjadi adalah proses pengkayaan supergen/supergen enrichment. Zona pengkayaan supergen ini terbentuk di zona Saprolit. Dalam satu penampang vertikal profil laterit dapat juga terbentuk zona pengkayaan yang lebih dari satu, hal tersebut dapat terjadi karena muka air tanah selalu berubah-ubah, terutama tergantung dari perubahan musim.Di bawah zona pengkayaan supergen terdapat zona mineralisasi primer yang tidak terpengaruh oleh proses oksidasi maupun pelindihan, yang sering disebut sebagai zona batuan dasar (bed rock). Biasanya berupa batuan ultramafik seperti Peridotit atau Dunit.Faktor yang mempengaruhi pembentukan bijih nikel laterit ini adalah:

1. Batuan asal

Adanya batuan asal merupakan syarat utama untuk terbentuknya endapan nikel laterit, batuan asalnya adalah batuan ultrabasa. Dalam hal ini pada batuan ultrabasa terdapat elemen Ni yang paling banyak diantara batuan lainnya dan mempunyai mineral-mineral yang paling mudah lapuk atau tidak stabil (seperti olivin dan piroksen), mempunyai komponen-komponen yang mudah larut dan memberikan lingkungan pengendapan yang baik untuk nikel.

2. Iklim

Adanya siklus musim kemarau dan musim penghujan dimana terjadi kenaikan dan penurunan permukaan air tanah juga dapat menyebabkan terjadinya proses pemisahan dan sekaligus akumulasi unsur-unsur. Perbedaan temperatur yang cukup besar akan membantu terjadinya pelapukan mekanis, dimana akan terjadi rekahan-rekahan dalam batuan yang akan mempermudah proses atau reaksi kimia pada batuan.

3. Reagen-reagen kimia dan vegetasi

Yang dimaksud dengan reagen-reagen kimia adalah unsur-unsur dan senyawa-senyawa yang membantu mempercepat proses pelapukan. Air tanah yang mengandung CO2 memegang peranan penting didalam proses pelapukan kimia. Asam-asam humus menyebabkan dekomposisi batuan dan dapat merubah pH larutan. Asam-asam humus ini erat kaitannya dengan vegetasi daerah.

Dalam hal ini, vegetasi akan mengakibatkan:

Penetrasi air dapat lebih dalam dan lebih mudah dengan mengikuti jalur akar pohon-pohonan.

Akumulasi air hujan akan lebih banyak

Humus akan lebih banyak

Humus akan lebih tebal keadaan ini merupakan suatu petunjuk, dimana hutannya lebat pada lingkungan yang baik akan terdapat endapan nikel yang lebih tebal dengan kadar yang lebih tinggi.

4. TopografiKeadaan topografi setempat akan sangat mempengaruhi sirkulasi air beserta reagen-reagen lain. Untuk daerah yang landai, maka air akan bergerak perlahan-lahan sehingga akan mempunyai kesempatan untuk mengadakan penetrasi lebih dalam melalui rekahan-rekahan atau pori-pori batuan. Akumulasi endapan umumnya terdapat pada daerah-daerah yang landai sampai kemiringan sedang, hal ini menerangkan bahwa ketebalan pelapukan mengikuti bentuk topografi.

Pada daerah yang curam, secara teoritis, jumlah air yang meluncur (run off) lebih banyak daripada air yang meresap ini dapat menyebabkan pelapukan kurang intensif.5. Struktur

Struktur yang sangat dominan adalah struktur kekar (joint) dibandingkan terhadap struktur patahannya. Seperti diketahui, batuan beku mempunyai porositas (kemampuan batuan untuk meloloskan air) dan permeabilitas (kemampuan batuan untuk menahan air) yang kecil sekali sehingga penetrasi air sangat sulit, maka dengan adanya rekahan-rekahan tersebut akan lebih memudahkan masuknya air dan berarti proses pelapukan akan lebih intensif.3.2.3. Cadangan Dalam perhitungan cadangan tertambang dilihat dari analisis data bor dan sesuai dengan standar dengan harga yang ditetapkan perusahaan yaitu:

Tabel. 5.3. Pembagian Grade Nikel

Grade NikelKadar

Low Grade1.8%

Klasifikasi Sumberdaya Mineral

Ketentuan dan peraturan klasifiksi sumberdaya dan cadangan mineral pada industri pertambangan memiliki batasan-batasan yang bervariasi di masing-masing perusahaan maupun negara. Namun dewasa ini telah ada usaha-usaha penyeragaman pedoman standar pelaporan sumberdaya mineral yang dipelopori oleh lembaga terkait dari beberapa negara yang selama ini banyak menjadi acuan perkembangan ilmu geologi dan pertambangan. Studi tersebut menghasilkan garis besar klasifikaasi sumberdaya bijih sebagai berikut:1. Sumberdaya tereka (inferred reseurces), yaitu pada area-area yang telah dilakukan pemboran/sampling dengan spasi yang lebih besar dari 50 m atau pada badan bijih yang sulit dilakukan interprestasi antar section. Sumberdaya mineral yang dimana tonase, kadar dan kandungan mineral dapat diestimasi dengan tingkat keyakinan rendah. Pada tahap ini dilakukan asumsi dari fakta-fakta geologi yang ada, dan tidak ada verifikasi dari informasi geologi dan/atau kemenerusan kadar. Informasi-informasi yang didapat dari lokasi outcrop, paritan, test-pit, lubang bor dimana informasi yang didapat terbatas dan kualitasnya tidak pasti dan masih diragukan.

2. Sumberdaya terindikasi (indicated resources), yaitu apabila pemboran/sampling dilakukan dengan jarak spasi 25-50 m dan pada badan bijih yang cukup tebal/strukturnya cukup jelas. Sumberdaya mineral dimana tonase, densiti, bentuk, karakteristik fisik, kadar dan kandungan mineral dapat diestimasi dengan range dari reasonable sampai confidence. Estimasi didasarkan pada informasi ekplorasi, sampling, dan hasil pengujian yang terkumpul melaui teknik-teknik tertentu yang terujih dari lokasi pengambilan sample misalnya singkapan, trench (paritan), sumur uji (test pit) atau lubang bor. Lokasi yang diteliti terlalu luas dibandingkan informasi-informasi yang dikumpulkan sehingga tidak cukup untuk melakukan asumsi kemenerusannya.

3. Sumberdaya terukur (measured resources), yaitu apabila pemboran dilakukan pada jarak spasi 12,5-25 m. Sumberdaya mineral dimana tonase, kerapatan, bentuk, karasteristik fisik, kadar dan kandungan mineral dapat diestimasikan dengan tingkat keyakinan yang tinggi. Estimasi didasarkan pada informasi detail yang didapat dari kegiatan eksplorasi, sampling, dan data-data yang yang dikumpulkan dari lokasi-lokasi singkapan, trench (paritan), sumur uji (test pit), lubang bukaan dan lubang bor dan telah teruji dengan menggunakan teknik tertentu. Antar luas lokasi penelitian dengan data-data yang dikumpulkan mempunyai relasi yang kuat sehingga cukup untuk mengkomfirmasi kemenerusan geologi dan/atau kadar.

Aplikasi Perangkat Lunak Surpac

Surpac merupakan salah satu perangkat lunak terpadu yang dirancang khusus untuk industri pertambangan dan biasa digunakan untuk keperluan pengolahan, database, analisis data eksplorasi, geologi, geokimia, mekanika batuan, pemetaan, pemodelan badan bijih, perancangan tambang bawah tanah dan tambang terbuka serta perencanaan penjadwalan produksi.

Surpac mempunyai komitmen untuk memberikan solusi dalam setiap tahapan proses dalam siklus Mine Planning baik untuk tambang terbuka (open pit mining), tambang bawah tanah (undergraund mining), maupun industri mineral (quari). Perangkat lunak tersebut memiliki fasilitas agar data hasil olahannya dapat diaplikasikan oleh perangkat lunak tambang lainnya. Kemudian perangkat tersebut memiliki standar internasional dalam interprestasi keadaan geologi dan mineralisasi sehingga resources dapat dianalisis, ditentukan, divisualisasikan serta dihitung dan selanjutnya menggunakan kumpulan parameter penambangan didapat reserve. Selain itu perangkat ini menggunakan komponen standar yang sesuai untuk membuat solusikomprehensif dalam aktifitas eksplorasi dan penambangan.

Metode Perhitungan Cadangan

Cadangan merupakan bagian dari sumber daya yang berdasarkan kelayakan ekonomi dan ditinjau dari berbagai aspek, bahan galian tersebut dapat ditambang. Aspek yang menentukan kelayakan suatu bahan tambang adalah ekonomi, teknologi, (penambangan dan pengolahan) pemasaran, lingkungan, social, peratutan perundang-undangan dan kebijaksanaan pemerintah. Metode perhitungan cadangan pada PT. Chibi Chibi Corperation adalah menggunakan metode daerah pengaruh. Dimana daerah pengaruh merupakan daerah kisaran sebaran dari lubang bor, jika spasinya 50 meter maka pengaruh terhadap titik bor yang lain adalah 25 meter.

Menghitung cadangan dengan cara mempergunakan metoda daerah pengaruh

Bila spesifikasi gravity dari bijih = misalnya Ni 1

tonnage bijih = S1 x t1 x k1 x 1,5 (tonnage %)Metoda included dan extended area

Metoda included area - cadangan dihitung di dalam batas-batas yang ada (pola penyampelan bujur sangkar = sisi x sisi)Perhitungan Cadangan Menggunakan Metode Daerah Pengaruh

Perhitungan cadangan di PT. Chibi Chibi Corporation menggunakan metode daerah pengaruh yaitu metode included area (cadangan dihitung di dalam batas-batas yang ada, pola penyampelan bujur sangkar = sisi x sisi).

Gambar 3.3. Metode Included AreaPerhitungan cadangan nikel laterit di daerah penelitian dilakukan berdasarkan pada data yang diperoleh dari pemboran eksplorasi. Data-data pemboran tersebut akan dianalisis sesuai dengan kadar nikel baik secara high grade, medium grade dan low grade sehingga dapat mengetahui volume total ore dan overburden (OB). Dari hasil perhitungan cadangan tiap lubang bor untuk total volume ore adalah 1,309,056.62 ton dan total volume OB (overburden) 343,548 BCM.Perhitungan Cadangan Menggunakan Program Surpac

Low Grade Ore

SOLID MODELLING OBJECT REPORT

Layer Name : orebody_low.strObject: 1

Trisolation: 1Validated = true

Status = solidTrisolation Extents

X Minimum: 369290.617 X Maximum: 369906.111

Y Minimum: 9418496.715 Y Maximum: 9418704.861

Z Minimum: 34.773 Z Maximum: 104.909Surface area: 280814.22

Volume : 2,112,933.46 Medium Grade Ore

SOLID MODELLING OBJECT REPORT

Layer Name : orebody.strObject: 1

Trisolation: 1Validated = true

Status = solidTrisolation Extents

X Minimum: 369289.697 X Maximum: 369903.350

Y Minimum: 9418497.877 Y Maximum: 9418703.590

Z Minimum: 37.915 Z Maximum: 98.806Surface area: 255,898.73

Volume : 1,090,880.52 High Grade Ore

SOLID MODELLING OBJECT REPORT

Layer Name : orebody_high.strObject: 1

Trisolation: 1Validated = true

Status = solidTrisolation Extents

X Minimum: 369289.956 X Maximum: 369898.782

Y Minimum: 9418497.960 Y Maximum: 9418706.648

Z Minimum: 48.843 Z Maximum: 88.592Surface area: 97,349.67

Volume : 215,714.49

Jadi, total volume Ore tiap berdasarkan Hole ID dan badan bijih adalah 2,112,933.46 m3.

= daerah pengaruh titik satu dapat diukur (S1)

(V%) = S1 x t1 x k1

t1= ketebalan endapan bijih pada titik 1

S1= daerah pengaruh

50 m

50 m

KETERANGAN

Tanah Penutup

Beddrock

Saprolite Ore

Limonite Ore

_1421304853.vsd

_1421304854.vsd

_1421304852.vsd