bab i.ii. (1)

Upload: dwisoraaa

Post on 02-Mar-2016

30 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

pen

TRANSCRIPT

Bab IPendahuluan

1.1 Latar BelakangHipertensi merupakan penyebab utama tingginya morbiditas dan mortalitas kardiovaskular. Estimasi prevalensi hipertensi di seluruh dunia hampir 1 milyar orang dan sekitar 7,1 juta kematian pertahun disebabkan hipertensi. Diperkirakan tahun 2020, penderita hipertensi akan mencapai lebih dari 1,5 milyar orang.1 Menurut Centers of Disease Control and Prevention, prevalensi hipertensi meningkat dari 18% menjadi 21 % dalam jangka waktu 10 tahun yaitu (1999-2000, 2009-2010).2 Hipertensi juga merupakan masalah kesehatan yang sering dijumpai di Indonesia. Menurut data Riskesdas 2007, prevalensi hipertensi di Indonesia masih tinggi yaitu sebanyak 31,7% dengan angka kematian sebanyak 6,7% dan merupakan penyebab kematian ketiga di Indonesia.3Sebagian besar subjek dengan tekanan darah tinggi yang memiliki berat badan lebih (overweight) dan hipertensi lebih sering terjadi pada obesitas. Obesitas sentral sering kali dikaitkan dengan hipertensi. Prevalensi hipertensi yang disertai obesitas semakin meningkat. Hal ini tidak hanya berlaku di negara maju tetapi juga mulai menjadi masalah utama di negara berkembang. Hal ini berkaitan erat dengan arus globalisasi dan perubahan pola hidup yang meningkatkan prevalensi overweight ataupun obesitas.1 Prevalensi kematian pada penderita overweight dan obesitas adalah sebanyak 2,8 juta setiap tahun. Perubahan pola makan/diet yang terjadi di banyak negara merupakan salah satu penyebab kenaikan berat badan dan keadaan ini menyebabkan efek metabolik buruk pada tekanan darah. Menurut data WHO, prevalensi tertinggi kelebihan berat badan sebanyak 62% dan obesitas sebanyak 26% di Amerika Serikat dan prevalensi terendah di Asia Tenggara, yaitu yang overweight sebanyak 14% dan 3 % untuk yang obesitas. WHO juga mengestimasikan bahwa pada 2015, 2.3 miliar orang dewasa overweight dan sekurang-kurangnya 700 juta obesitas.4Di Indonesia, menurut data Riskesdas 2010, prevalensi overweight dan obesitas adalah 21,7%.5 Permasalahan gizi pada orang dewasa cenderung lebih dominan untuk kelebihan berat badan. Obesitas dan overweightness sering diukur dengan IMT / BMI. Selain dari BMI, lingkar perut juga merupakan parameter penting untuk menentukan resiko terjadinya hipertensi. Semakin besar lingkar perut seseorang, resiko terjadinya penyakit hipertensi lebih besar. Para ahli menyimpulkan setiap penambahan 5 sentimeter pada lingkar perut, resiko kematian dini meningkat antara 13% hingga 17 % (Misnadiarly, 2007).6Berdasarkan hal-hal di atas, yaitu prevalensi hipertensi yang meningkat dari tahun ke tahun dan estimasi overweight dan obesitas yang semakin membanyak, maka perlu dilakukan penelitian kepada orang dewasa untuk mengetahui hubungan antara lingkar perut dan tekanan darah dan faktor-faktor lain yang berhubungan dengannya.

1.2 Rumusan Masalah1.2.1 Prevalensi hipertensi di Indonesia masih tinggi yaitu sebanyak 31,7% dengan angka kematian sebanyak 6,7% dan merupakan penyebab kematian ketiga di Indonesia.1.2.2 Prevalensi overweight dan obesitas di Indonesia adalah 21,7%.

1.3 Tujuan Penelitian1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan antara lingkar perut dan tekanan darah serta faktor-faktor yang berhubungan pada periode Januari 2014.

1.3.2 Tujuan Khusus 1.3.2.1 Diketahui prevalensi pasien hipertensi di RW Kelurahan Grogol.1.3.2.2 Diketahui prevalensi pasien yang obesitas di RW Kelurahan Grogol.1.3.2.3 Diketahui prevalensi pasien yang obesitas dengan hipertensi di RW Kelurahan Grogol1.3.2.4 Diketahui hubungan antara usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, riwayat hipertensi keluarga dan pola makan dengan hipertensi di RW Kelurahan Grogol1.3.2.5 Diketahui hubungan antara usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, riwayat hipertensi keluarga dan pola makan dengan obesitas di RW Kelurahan Grogol1.3.2.6 Diketahui hubungan lingkar perut dan tekanan darah pasien di RW Kelurahan Grogol.

1.4 Manfaat Penelitian1.4.1 Bagi Peneliti1.4.1.1 Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi dan pengetahuan bagi peneliti selanjutnya.1.4.1.2 Mengembangkan daya nalar, minat, dan kemampuan dalam bidang penelitian.1.4.1.3 Meningkatkan kemampuan berkomunikasi langsung dengan masyarakat.1.4.1.4 Memperoleh pengalaman belajar dan pengetahuan dalam melakukan penelitian.1.4.1.5 Menambah pengetahuan tentang hubungan obesitas dan hipertensi.

1.4.2 Bagi Universitas1.4.2.1 Merealisasi Tri Darma Perguruan Tinggi dalam melaksanakan fungsi atau tugas Perguruan Tinggi sebagai lembaga yang menyelenggarakan pendidikan, penelitian dan pengertian bagi masyarakat.1.4.2.2 Memperkenalkan Fakultas Kedokteran Ukrida kepada masyarakat dan mewujudkan kampus sebagai masyarakat ilmiah dalam peran sertanya di bidang kesehatan.1.4.2.3 Mewujudkan kampus sebagai masyarakat ilmiah dalam peran sertanya di bidang kesehatan

1.4.3 Bagi Puskesmas1.4.3.1 Merupakan sumber masukan sebagai bahan informasi bagi kepala Puskesmas, dokter, perawat, dan kader.1.4.3.2 Hasil penelitian ini merupakan dasar bagi penelitian selanjutnya di Puskesmas.

1.4.4 Bagi Masyarakat1.4.4.1 Sebagai bahan masukan dalam melakukan penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku pengunjung Puskesmas.1.4.4.2 Meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan masyarakat yang berbasis kesehatan perorangan dan lingkungan1.4.4.3 Menambah pengetahuan masyarakat mengenai hubungan antara obesitas dan hipertensi.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kerangka Teori

2.1.1 Definisi Tekanan Darah

Tekanan darah adalah tekanan di dalam pembuluh darah ketika jantung memompakan darah ke seluruh tubuh. Tekanan ini diperlukan untuk daya dorong mengalirnya darah di dalam arteri, arteriola, kapiler dan sistem vena, sehingga terbentuklah suatu aliran darah yang menetap. Jika sirkulasi darah tidak memadai lagi, maka terjadilah gangguan pada sistem transportasi oksigen, karbon dioksida, dan hasil-hasil metabolisme lainnya yang mengakibatkan timbulnya keluhan klinis. Terdapat dua macam kelainan tekanan darah, antara lain yang dikenal sebagai hipertensi atau tekanan darah tinggi dan hipotensi atau tekanan darah rendah.

a) HipertensiHipertensi yang disebut sebagai silent killer merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, yaitu mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia. Prevalensi hipertensi di Indonesia cukup tinggi.Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan dari hasil pengukuran tekanan darah pada masyarakat yang berusia di atas 18 tahun ditemukan bahwa prevalensi hipertensi di Indonesia adalah sebesar 31,7%. Daripada jumlah tersebut sebesar 7,2% penduduk yang telah mengetahui menderita hipertensi, dengan 0,4% daripada penderita hipertensi yang minum obat hipertensi.1,2Hipertensi dibagi atas hipertensi esensial bila tidak diketahui sebabnya, yang meliputi 90-95% penderita hipertensi dan hipertensi sekunder bila diketahui sebabnya yang meliputi 5 10% penderita hipertensi. Patogenesis hipertensi esensial belum sepenuhnya dipahami, walaupun diketahui merupakan interaksi antara faktor genetik dan lingkungan seperti asupan garam dan alkohol berlebihan, stres, obesitas, aktivitas fisik yang kurang serta diet lemak jenuh. Penyebab umum hipertensi sekunder adalah kelainan ginjal, kelenjar endokrin, berbagai obat, disfungsi organ, tumor, kehamilan, hipertiroid dan hiperaldosteronisme.7b) NormotensiMenurut The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7), normotensi atau tekanan darah normal adalah tekanan sistolik kurang dari 120 mmHg dan tekanan diastolic kurang dari 80 mmHg.7

c) HipotensiHipotensi adalah suatu keadaan di mana tekanan darah lebih rendah dari 90/60mmHg atau tekanan darah cukup rendah sehingga menyebabkan gejala-gejala pusing dan pingsan.7 Tetapi ada sesetengah individu dengan tekanan darah rendah dan tidak menunjukkan gejala. Ada juga individu dengan tekanan darah tinggi mengeluhkan gejala klinis seperti pada tekanan darah rendah jika tekanan darah mereka menurun sehingga 100/60 mmHg.

2.1.2 Klasifikasi Tekanan darahTekanan darah akan meningkat jika terjadi peningkatan curah jantung dan tahanan perifer. Berbagai faktor yang terlibat dalam pengaturan tekanan darah yang dapat menyebabkan hipertensi. Diagnosis hipertensi ditegakkan apabila TD sistolik 140 mmHg dan atau TD diastolik 90 mmHg pada dua kali pemeriksaan dalam waktu yang berbeda. The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure ( JNC VII 2003) membuat klasifikasi pre hipertensi jika TD sistolik 120-139 mmHg dan atau TD diastolik 80 89 mmHg.7KategoriSistolik (mmHg)Diastolik (mmHg)

Normal< 120 dan140 mmHg atau TDD >90 mmHg.8 2.1.3.Tipe HipotensiTerdapat beberapa tipe hipotensi. Individu dengan tekanan darah rendah biasanya mengalami hipotensi kronik asimtomatik yang mana mereka tidak mempunyai keluhan klinis atau tanda klinis dan tidak memerlukan pengobatan. Untuk mereka, tekanan darah rendah merupakan keadaan yang normal. Sedangkan pada tipe hipotensi yang lain jika terjadi penurunan tekanan darah yang mendadak dan terlalu rendah bisa menimbulkan gejala dan tanda dari ringan hingga sedang. Terdapat tiga tipe hipotensi yang sering terjadi yaitu hipotensi ortostatik, hipotensi terkait saraf dan hipotensi berat terkait syok. i. Hipotensi Ortostatik. Tipe hipotensi ini terjadi apabila berubah posisi dari duduk atau berbaring ke posisi berdiri. Gejala yang dirasakan adalah pusing sehingga hamper pengsan. Hal ini bisa terjadi pada semua golongan tetapi paling sering pada golongan lanjut usia terutama yang mempunyai individu yang mempunyai masalah kesehatan. Tipe hipotensi ini juga bisa menjadi salah satu gejala akibat masalah kesehatan yang lain.ii. Hipotensi terkait saraf atau Neurally Mediated Hypotension (NMH). Tipe hipotensi ini sering terjadi pada keadaan berdiri yang terlalu lama sehingga menyebabkan gejala pusing, pengsan atau sakit perut. Anak-anak dan dewasa muda sering mengalami hipotensi ini.iii. Hipotensi Berat terkait syok. Penurunan tekanan darah sehingga mengakibatkan syok bisa membahayakan nyawa akibat daripada disfungsi organ vital seperti otak dan ginjal karena tidak mendapat suplai darah yang cukup. Biasanya kondisi ini timbul karena adanya faktor yang lain seperti kehilangan darah, infeksi berat, luka bakar dan reaksi alergi, dan keracunan.2.1.4.Diagnosis a) Keluhan KlinisSecara umumnya keluhan klinis pada hipertensi adalah pusing, pegal di leher atau pundak, suka marah-marah, lemas dan kurang semangat. Sedangkan keluhan klinis hipotensi adalah pusing, bisa pingsan. Suatu penelitian dilakukan untuk evaluasi hubungan antara tekanan darah dengan nyeri kepala berulang termasuk migraine dan nyeri kepala tipe tegang. Hubungan antara migraine dan tekanan darah telah lama dicurigai tetapi hubungan antara kedua-duanya masih kontroversi. Selama beberapa tahun ini, diasumsikan bahwa hipertensi mungkin menjadi penyebab nyeri kepala.9 Penelitian lain menunjukkan gejala pusing bisa disebabkan disfungsi pada segmen yang berkait dengan sistem keseimbangan tubuh. Gejala ini mempunyai prevalensi yang tinggi di seluruh dunia, dengan kira-kira 2% dewasa muda mengeluh gejala ini, 30% pada usia di atas 65 tahun, dan hampir 33% pada usia 85 tahun. Gejala ini mengganggu kualitas hidup individu dan membatasi pergerakan tubuh dan kepala sehingga mengganggu karier individu. Tekanan darah tinggi dan pusing sering berhubungan karena individu dengan hipertensi tidak terkontrol mempunyai gejala pusing.102.1.4 Pengukuran Tekanan Darah

Teknik pengukuran yang tepat dan teliti juga harus diperhatikan. Terdapat dua cara pengukuran yaitu pengukuran oleh dokter atau petugas kesehatan di sarana pelayanan kesehatan dan pengukuran sendiri di rumah baik dengan alat konvensional maupun dengan Ambulatory Blood Pressure Monitoring (ABPM). Tekanan darah diukur dengan menggunakan tensimeter (sfigmomanometer), yaitu dengan cara melingkarkan manset pada lengan kanan 1 cm di atas fossa kubiti anterior, kemudian tekanan tensimeter dinaikkan sambil meraba denyut arteri radialis sampai kira-kira 20 mmHg di atas tekanan sistolik. Kemudian tekanan diturunkan perlahan-lahan sambil meletakkan stetoskop pada fossa kubiti anterior di atas arteri brakialis atau sambil melakukan palpasi pada arteri brakialis atau arteri radialis. Dengan cara palpasi, hanya didapatkan tekanan sistolik saja. Dengan menggunakan stetoskop, akan terdengar denyut nadi Korotkov, yaitu7;a. Korotkov I, suara denyut mulai terdengar, tapi masih lemah dan akan mengeras setelah tekanan diturunkan 10-15mmHg, fase ini sesuai dengan tekanan sistolik. b. Korotkov II, suara terdengar seperti bising jantung (murmur) selama 15-20 mmHg, berikutnya,c. Korotkov III, suara menjadi kecil kualitasnya dan menjadi lebih jelas dan lebih keras selama 5-7 mmHg, berikutnya,d. Korotkov IV, suara akan meredup sampai kemudian menghilang setelah 5-6 mmHg, berikutnya,e. Korotkov V, titik di mana suara menghilang; fase ini sesuai dengan tekanan diastolik.7Pengukuran tekanan darah dilakukan sesuai dengan standar WHO dengan alat sfigmomanometer. Untuk menegakan diagnosis hipertensi perlu dilakukan pengukuran tekanan darah minimal 2 kali dengan jarak 1 minggu bila tekanan darah 23

Pra-obes23 24.9

Obes I25 29.9

Obes II> 30

Sumber: The Asia Pacific Persepective:Redefining Obesity andits Treatment. World Health Organization Collaborating Centre for the Epidemology of Diabetes Melitus and Health Promotion for Noncommunicable Disease, Melbourne 2000.

Pengukuran Lingkar Perut

Berdasarkan Third Report National Cholesterol Education Program Expert Panel on Detection,Eevaluation and Treatment of High Blood Cholesterol in Adult, kriteria obesitas sentral adalah lingkar perut atau pinggang 94 cm ( laki-laki) dan 80 cm ( perempuan). Pada populasi Asia ditemukan bahwa morbiditas dan mortalitas terjadi pada populasi dengan lingkar perut atau pinggang yang lebih kecil. Kriteria obesitas sentral untuk populasi dewasa Asia adalah lingkar perut atau pinggang 90 cm ( untuk laki-laki) dan 80 cm ( untuk perempuan).1 Pengukuran lingkaran perut (waist circumference) kini menjadi metode paling popular kedua (sesudah IMT) untuk menentukan status gizi. Cara pengukuran lingkaran perut ini dapat membedakan obesitas menjadi jenis abdominal (obesitas tipe android) dan perifer (obesitas tipe ginoid).12

Pengukuran Lipat Kulit (Skin Fold)Ketebalan lipatan kulit adalah suatu pengukuran kandungan lemka tubuh karena sekitar separuh dari cadangan lemak tubuh total terdapat langsung dibawah kulit. Pengukuran tebal lipatan kulit merupakan salah satu metode penting untuk menentukan komposisi tubuh serta persentase lemak tubuh dan untuk menentukan status gizi cara antropometrik. Pengukuran lipat kulit paling bermakna dilakukan di trisep (triceps skin fold). Caranya adalah, lipatan kulit diambil engan arah vertical pada jarak antara penonjolan lateral dari prosessus acroial dan batas inferior dri processus olecranon dan diukur pada bagian lateral lengan dengan bahu bersudut 90 derajat menggunakan pita pegukur. Titik tengah ditandai pada sisi samping lengan. Pengukuran dilakukan 1cm diaras tanda tersebut. 10Mid Arm Muscle Circumference (MAMC). Mid Arm Muscle Circumference (MAMC) adalah setengah keliling dari lengan yang tidak dominan antara bahu dan siku. Dengan asumsi bahwa pertengahan lengan massa otot adalah sebuah silinder dikelilingi oleh beberapa lapis kulit. Mid Arm Muscle Circumference dianggap sebagai indeks keseimbangan kalori dan massa otot. Kekurangan gizi dapat menyebabkan pemborosan dan penurunan massa otot disekelilingnya. Perhitungan Mid Arm Muscle Circumference didasarkan pada asumsi yang keliru bahwa otot bulat sempurna dan bahwa massa tulang diabaikan. Cara menghitung MAMC adalah sebagai berikut : 10 MAMC (cm) = MUAC - (3.14 x TSF(cm))

Penilaian status gizi berdasarkan lingkar perut dipakai untuk penelitian ini.

2.1.6 Faktor- faktor yang berhubungan a. Faktor UmurUmur adalah lamanya hidup seseorang sejak dilahirkan sampai saat penelitian dilakukan. Umur dihitung dari tangga, bulan, dan tahun penelitian dikurangi tanggal, bulan dan tahun lahir yang tertera di KTP yang masih berlaku. Bila terdapat kelebihan, umur kurang dari enam bulan, dibulatkan ke bawah. Pada umumnya penderita hipertensi adalah orang orang berusia diatas 40 tahun, namun saat ini tidak menutup kemungkinan diderita oleh orang usia muda. Sebagian besar hipertensi primer terjadi pada usia 25-45 tahun dan hanya pada 20% terjadi dibawah usia 20 tahun dan diatas 50 tahun.6 Hal ini disebabkan karena orang pada usia produktif jarang memperhatikan kesehatan, seperti pola makan dan pola hidup yang kurang sehat seperti merokok. Ditemukan kecenderungan peningkatan prevalensi menurut peningkatan usia dan biasanya pada usia 40 tahun.7 Kurang lebih 2/3 penduduk Indonesia yang berusia lebih dari 65 tahun menderita hipertensi. (Riskesdas 2007).Berdasarkan data Riskesdas 2010, prevalensi obesitas cenderung mulai meningkat setelah usia 35 tahun ke atas dan kemudian menurun kembali setrelah usia 60 tahun ke atas, baik pada laki-laki maupun perempuan. Penelitian dari Jurnal Gizi dan Pangan (Novita NW, Melly L. 2008) menunjukkan bahwa umur berpengaruh terhadap tekanan darah. Setiap kenaikan umur 1 tahun maka tekanan darah sistolik akan meningkat sebesar 0.369 dan sebesar 0.283 untuk tekanan darah diastolik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tua seseorang maka semakin tinggi tekanan darahnya. Semakin tua seseorang maka pengaturan metabolisme zat kalsium terganggu, sehingga banyak kalsium yang beredar bersama darah. Banyaknya kalsium dalam darah (hiperkalsemi) menyebabkan darah menjadi lebih padat, sehingga tekanan darah menjadi meningkat. Endapan kalsium di dinding pembuluh darah menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Akibatnya alirah darah terganggu dan memicu peningkatan tekanan darah. Bertambahnya usia juga menyebabkan elastisitas pembuluh darah berkurang, sehingga volume darah yang mengalir sedikit dan kurang lancar. Agar kebutuhan darah di jaringan tercukupi, maka jantung harus memompa darah lebih kuat lagi.

b. Jenis kelaminPrevalensi penderita hipertensi di Pasifik Barat dan Asia Tenggara bervariasi antara 5 - 47% pada pria dan 7 - 38% pada wanita. Data Survei Rumah Tangga Indonesia tahun 2004 menunjukkan rasio prevalensi penderita hipertensi pada pria : wanita sebesar 122 : 15.5. Penelitian dasar hipertensi yang dilakukan Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2008 menunjukkan prevalensi hipertensi pria: wanita sebesar 31,3 : 31,9. Insidensi hipertensi meningkat tajam pada wanita usia menopause, hal ini menimbulkan dugaan bahwa faktor perubahan hormonal dan biokimiawi yang terjadi pada masa menopause memegang peran penting dalam hipertensiBerdasarkan data Riskesdas 2010, prevalensi obesitas pada laki-laki lebih rendah yaitu 16,3% dibanding perempuan yaitu 26,9%. Pada penelitian Felix F.W. et al 2013 menunjukkan prevalensi prehipertensi dan hipertensi cukup tinggi pada dewasa muda di pelayanan kesehatan dasar di daerah pedesaan. Dari 111 dewasa muda, 34,2% memiliki prehipertensi dan 17,1% memiliki hipertensi. Jika dibandingkan menurut jenis kelamin, wanita lebih banyak mengalami prehipertensi, tetapi hipertensi lebih banyak terjadi pada pria.3.

c. Tingkat pendidikanTingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal dari suatu institusi tertentu yang ,encakup tingkat SD yang sederajat, SMP atau yang sederajat, SMA atau yang sederajat, dan akademi/perguruan tinggi atau yang sederajat. Pendidikan adalah salah satu faktor penentu pada gaya hidup dan status kehidupan seseorang dalam masyarakat secara konsisten. Berdasarkan data Riskesdas 2010, prevalensi obesitas cenderung lebih tinggi pada kelompok penduduk dewasa yang juga berpendidikan lebih tinggi.

e. Riwayat hipertensi dalam keluargaHipertensi primer atau hipertensi essensial pada saat ini dilihat sebagai suatu ciri genetik yang komplek, disebabkan oleh beberapa gen yang dimodulasi sama ada secara interaksi gen-lingkungan maupun gen-gen lain. Faktor genetik atau keturunan merupakan satu dari berbagai faktor yang berhubungan dengan hipertensi. Riwayat keluarga (orang tua, kakek/nenek, dan saudara kandung) yang menunjukkan adanya tekanan darah yang tinggi merupakan faktor risiko paling kuat bagi seseorang untuk mengidap hipertensi di masa yang akan datang.6 Pada saat ini, kita hanya mempunyai sedikit informasi tentang variasi genetik atau gen sama ada overexpressed atau underexpressed, juga fenotipe intermedier, yang semua ini beregulasi menyebabkan tingginya tekanan darah. Pengaruh gen terhadap tekanan darah telah dibuktikan dari satu studi keluarga yang mendemonstrasikan hubungan antara tekanan darah antara saudara kandung dan antara orang tua dan anak-anaknya. Ditemukan asosiasi yang lebih baik di kalangan nilai tekanan darah anak biologis dibandingkan anak non-biologis, dan di kalangan kembar identik dibandingkan kembar non-identik. Variabilitas tekanan darah dikaitkan dengan semua faktor genetik yang bervariasi dari 25% pada studi pedigree ke 65% pada studi kembar. Tambahan pula, faktor genetik juga mempengaruhi corak prilaku, yang dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah.16 Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa riwayat keluarga tidak memilki hubungan dengan kejadian hipertensi pada wanita usia subur di Puskesmas Umbulharjo Yogyakarta. Hasil penelitian tentang hubungan antara riwayat keluarga hipertensi dengan kejadian hipertensi yaitu didapatkan nilai p=0.158 berarti secara statistik tidak ada hubungan antara riwayat keluarga menderita hipertensi dengan kejadian hipertensi. (Yufita Y., Sitti N.D., Solikhah 2010).17 f. Pola Makan

Secara umum lemak dalam pangan dikelompokkan pada lemak jenuh, lemak tidak jenuh dan lemak trans. . Dalam pesan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) Indonesia dianjurkan konsumsi lemak tidak lebih dari 25 persen energi. Hal ini berarti, anjuran maksimal kebutuhan lemak perkapita perhari bagi penduduk Indonesia dengan rata-rata kebutuhan energi 2000kk/hari adalah 500kkal energi dari lemak atau tidak lebih dari 56g lemak perkapita perhari.14 Hasil analisis terhadap data modul konsumsi Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) menunjukkan rata-rata konsumsi lemak total penduduk Indonesia adalah 58,1g/kap/hr pada tahun 2002 dan meningkat menjadi 64,7g/kap/hr pada tahun 2009. WHO (2003) menganjurkan konsumsi lemak 15-30 persen total konsumsi energi, tergantung tahap tumbuh kembang (umur), jenis kelamin dan pertimbangan lainnya. Diet tinggi lemak jenuh berakibat pada peningkatan tekanan darah. Penelitian Darvis 2004 menyatakan bahwa konsumsi lemak jenuh berlebih berakibat pada peningkatan kadar koleterol yang merupakan faktor risiko utama aterosklerosis. Aterosklerosis dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah sehingga elastisitasnya berkurang. Hasil penelitian dari Hesti Rahayu 2012 pada 101 masyarakat di Srengseng Sawah, Jakarta Selatan menunjukkan hubungan bermakna antara kebiasaan makanan lemak jenuh dengan kejadian hipertensi (p=0,092).15

g. Aktivitas fisikAktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang meningkatkan pengeluaran tenaga dan pembakaran kalori. Pada suatu penelitian tentang faktor yang berhubungan dengan tekanan darah menunjukkan orang yang tidak teratur berolah raga memiliki risiko terkena hipertensi sebesar 44,1 kali dibandingkan dengan orang yang memiliki kebiasaan olah raga teratur. Kurangnya aktifitas fisik meningkatkan risiko menderita hipertensi karena meningkatkan risiko kelebihan berat badan. Orang yang tidak aktif juga cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi sehingga otot jantungnya harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras dan sering otot jantung harus memompa, makin besar tekanan yang dibebankan pada arteri.Pada penderita hipertensi sedang sampai berat dianjurkan melakukan latihan fisik aerobic non impact atau low impact, tidak dianjurkan latihan fisik aerobic high impact.9 Penelitian dari Jurnal Gizi dan Pangan (Novita NW, Melly L. 2008) tentang pengaruh keadaan sosial ekonomi, gaya hidup, status gizi dan tingkat stres terhadap tekanan darah pada pengemudi angkutan umum menunjukkan seseorang yang tidak melakukan olahraga mempunyai risiko menderita tekanan darah tinggi 35% lebih besar jika dibandingkan dengan seseorang yang melakukan olahraga secara teratur. 13

2.2 Kerangka TeoriHOST

UMUR

TEKANAN DARAHAGENT(STATUS GIZI)LINGKAR LENGAN ATASIMTLINGKAR PERUTENVIRONMENT

TINGKAT PENDIDIKANPOLA MAKANAKTIVITAS FISIKRIWAYAT HIPERTENSI DALAM KELUARGAJENIS KELAMIN

2.3 Kerangka KonsepRIWAYAT HIPERTENSI DALAM KELUARGATEKANAN DARAHIMTLINGKAR PERUTPOLA MAKANJENIS KELAMINUMUR

1. Oktavia Lilyasari. Hipertensi dengan Obesitas: Adakah Peran Endotelin-1? Jurnal Kardiologi Indonesia Vol. 28 No.6. November 2007 2. Centers of disease : hypertension prevalence3. Riskesdas 2007. Diunduh dari www.depkes.gov4. WHO. 5. Riskesdas 20106. Misnidiarly 20077. Yogiantoro M. Hipertensi esensial. Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam. Pusat penerbitan department Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia. Jilid I edisi IV. 2006; 599-6038. Febby H., Dwi A., Nanang P. Faktorfaktor yang Berhubungan dengan Tekanan Darah di Puskesmas Telaga Murni Cikarang Barat Tahun 2012. Jurnal Ilmiah Kesehatan. Volume 5 (1). Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat STIKes MH. Thamrin. Jakarta. Januari 2013.9. Perhimpunan Hipertensi Indonesia. Konsesus Penatalaksanaan Hipertensi Dengan Modifikasi Gaya Hidup. Jakarta : InaSH, 201110. Tronik E., Zwart J.A., Hagen K., etc. Association between blood pressure measures and recurrent headache in adolescent: cross-sectional data from the HUNT-Youth study. Journal Headache Pain. 2011, ed. 12, page 347-35311. Analia R.L., Michelle Damasceno M., Celita Salmaso, etc. Association between Complaints of Diziness and Hypertension in Non-institutionalized Elders. Int. Arch Otorhinolaryngoil., Sao Paulo Brazil. Vol. 17, 2013. Page 157-16212. Hartono, Andry. Lingkar perut. Edisi kedua. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2004. Hal 9713. Novita NW, Melly L. Pengaruh Keadaan Sosial Ekonomi, Gaya Hidup, Status Gizi, dan Tingkat Stres Terhadap Tekanan Darah. Jurnal Gizi dan Pangan. Volume 3. No. 1. Perhimpunan Peminat Gizi dan Pangan (PERGIZI PANGAN) Indonesia. Bandung; Maret 2008.14. Aisyiyah F.N. Faktor Risiko Hipertensi pada Empat Kabupaten/Kota dengan Prevalensi Hipertensi Tertinggi di Jawa dan Sumatera. Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor, Bogor. 2009.15. Rahayu H. Faktor Risiko Hipertensi pada Masyarakat RW 01 Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Kota Jakarta Selatan. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Jakarta. Tahun 2012