bab ii tinjauan pustaka - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2841/3/bab ii.pdf · 8 8 tanda...

13
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pengobatan Sendiri (Swamedikasi) Pengobatan sendiri adalah penggunaan obat oleh masyarakat dengan tujuan mengobati penyakit atau gejala sakit tanpa menggunakan resep dokter atau nasehat tenaga medis lainnya (Supardi et al, 2004). Pengobatan sendiri adalah pengobatan yang dilakukan secara sendiri tanpa bantuan dokter atau petugas kesehatan lainnya untuk penyakit- penyakit ringan. Beberapa penyakit ringan yang banyak dialami masyarakat, antara lain demam, nyeri, batuk, flu, sakit maag, kecacingan, diare, serta beberapa jenis penyakit kulit (Depkes RI, 2006). Pengobatan sendiri menjadi alternatif yang diambil masyarakat untuk meningkatkan keterjangkauan pengobatan. Penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas secara benar akan menguntungkan masyarakat dalam pengobatan sendiri yang efektif dan efisien. Karena bagaimanapun obat bebas dan obat bebas terbatas bukan berarti bebas dari efek samping dan tetap harus digunakan sesuai indikasi, lama pemakaian yang benar dan memperhatikan kontraindikasinya (Kristina et al, 2008). Dalam pengobatan sendiri (swamedikasi) setidaknya ada 5 komponen informasi yang sesuai yaituinformasi bahan aktif yang dikandung obat tersebut, indikasi, dosis, cara penggunaan, efek samping dan kontraindikasi. Dalam penelitiannya, Supardi et al (2005) menyebutkan bahwa keuntungan pengobatan sendiri adalah aman apabila digunakan sesuai dengan petunjuk (efek samping dapat diperkirakan), efektif untuk menghilangkan keluhan karena 80% sakit bersifat self- limiting, yaitu sembuh sendiri tanpa intervensi tenaga kesehatan, biaya pembelian obat relatif lebih murah daripada biaya pelayanan kesehatan, hemat waktu karena tidak perlu mengunjungi fasilitas atau tenaga Kajian Perilaku Pengobatan…, Jessy Endra Lestari, Fakultas Farmasi, UMP, 2014

Upload: phamdien

Post on 23-Mar-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2841/3/BAB II.pdf · 8 8 Tanda khusus obat narkotika Menurut Badan POM, terdapat juga penggolongan obat keras, yaitu

4

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Pengobatan Sendiri (Swamedikasi)

Pengobatan sendiri adalah penggunaan obat oleh masyarakat

dengan tujuan mengobati penyakit atau gejala sakit tanpa menggunakan

resep dokter atau nasehat tenaga medis lainnya (Supardi et al, 2004).

Pengobatan sendiri adalah pengobatan yang dilakukan secara sendiri

tanpa bantuan dokter atau petugas kesehatan lainnya untuk penyakit-

penyakit ringan.

Beberapa penyakit ringan yang banyak dialami masyarakat,

antara lain demam, nyeri, batuk, flu, sakit maag, kecacingan, diare, serta

beberapa jenis penyakit kulit (Depkes RI, 2006). Pengobatan sendiri

menjadi alternatif yang diambil masyarakat untuk meningkatkan

keterjangkauan pengobatan. Penggunaan obat bebas dan obat bebas

terbatas secara benar akan menguntungkan masyarakat dalam pengobatan

sendiri yang efektif dan efisien. Karena bagaimanapun obat bebas dan

obat bebas terbatas bukan berarti bebas dari efek samping dan tetap harus

digunakan sesuai indikasi, lama pemakaian yang benar dan

memperhatikan kontraindikasinya (Kristina et al, 2008).

Dalam pengobatan sendiri (swamedikasi) setidaknya ada 5

komponen informasi yang sesuai yaituinformasi bahan aktif yang

dikandung obat tersebut, indikasi, dosis, cara penggunaan, efek samping

dan kontraindikasi. Dalam penelitiannya, Supardi et al (2005)

menyebutkan bahwa keuntungan pengobatan sendiri adalah aman apabila

digunakan sesuai dengan petunjuk (efek samping dapat diperkirakan),

efektif untuk menghilangkan keluhan karena 80% sakit bersifat self-

limiting, yaitu sembuh sendiri tanpa intervensi tenaga kesehatan, biaya

pembelian obat relatif lebih murah daripada biaya pelayanan kesehatan,

hemat waktu karena tidak perlu mengunjungi fasilitas atau tenaga

Kajian Perilaku Pengobatan…, Jessy Endra Lestari, Fakultas Farmasi, UMP, 2014

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2841/3/BAB II.pdf · 8 8 Tanda khusus obat narkotika Menurut Badan POM, terdapat juga penggolongan obat keras, yaitu

5

5

kesehatan, kepuasan karena ikut berperan aktif dalam pengambilan

keputusan terapi, berperan serta dalam sistem pelayanan kesehatan,

menghindari rasa malu atau stress apabila harus menampakkan bagian

tubuh tertentu di hadapan tenaga kesehatan, dan membantu pemerintah

untuk mengatasi keterbatasan jumlah tenaga kesehatan pada masyarakat.

Adapun kekurangan pengobatan sendiri adalah obat dapat

membahayakan kesehatan apabila tidak digunakan sesuai dengan aturan,

pemborosan biaya dan waktu apabila salah menggunakan obat,

kemungkinan kecil dapat timbul reaksi obat yang tidak diinginkan,

misalnya sensitivitas, efek samping atau resistensi, penggunaan obat

yang salah akibat informasi yang kurang lengkap dari iklan obat, tidak

efektif akibat salah diagnosis dan pemilihan obat, dan sulit bertindak

objektif karena pemilihan obat dipengaruhi oleh pengalaman

menggunakan obat di masa lalu dan lingkungan sosialnya.

Masyarakat memerlukan informasi obat yang jelas dan dapat

dipercaya agar penentuan jenis dan jumlah obat yang diperlukan

berdasarkan kerasionalan. Masyarakat seringkali mendapatkan informasi

obat melalui iklan, baik dari media cetak maupun media elektronik, dan

itu merupakan jenis informasi yang paling berkesan, sangat mudah

ditangkap, serta sifatnya komersial. Ketidaksempurnaan iklan obat yang

mudah diterima oleh masyarakat, salah satunya adalah tidak adanya

informasi mengenai kandungan bahan aktif. Dengan demikian, apabila

hanya mengandalkan jenis informasi ini, masyarakat akan kehilangan

informasi yang sangat penting, yaitu jenis zat obat yang dibutuhkan

untuk mengatasi gejala sakitnya. Akibat langsung yang dapat dirasakan

adalah meningkatnya pola konsumsi obat dengan seringnya didapatkan

pemakaian beberapa nama dagang obat yang ternyata isinya persis sama.

Dipandang dari segi ekonomi, hal ini merupakan suatu pemborosan

(Depkes RI, 2008).

Kajian Perilaku Pengobatan…, Jessy Endra Lestari, Fakultas Farmasi, UMP, 2014

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2841/3/BAB II.pdf · 8 8 Tanda khusus obat narkotika Menurut Badan POM, terdapat juga penggolongan obat keras, yaitu

6

6

2. Penggolongan Obat

Obat adalah bahan atau panduan bahan-bahan yang siap

digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau

keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,

penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan, dan kontrasepsi

(Undang-Undang Kesehatan No. 36tahun 2009). Obat dapat dibagi

menjadi 4 golongan (Depkes, 2008), yaitu :

a. Obat Bebas

Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan

dapat dibeli tanpa resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan

etiket obat bebas adalah lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna

hitam. Contoh: Parasetamol, vitamin dan mineral.

Tanda khusus obat bebas

b. Obat Bebas Terbatas

Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk

obat keras tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep

dokter, dan disertai dengan tanda peringatan. Tanda khusus pada

kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan

garis tepi berwarna hitam. Contoh: CTM.

Tanda khusus obat bebas terbatas

Selain tanda khusus obat bebas terbatas, terdapat pula tanda

peringatan. Tanda peringatan ini diberikan karena hanya dengan

takaran dan kemasan tertentu obat ini aman dipakai untuk

pengobatan sendiri. Tanda peringatan berupa empat persegi panjang

dengan huruf putih pada dasar hitam yang terdiri dari 6 macam,

yaitu:

Kajian Perilaku Pengobatan…, Jessy Endra Lestari, Fakultas Farmasi, UMP, 2014

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2841/3/BAB II.pdf · 8 8 Tanda khusus obat narkotika Menurut Badan POM, terdapat juga penggolongan obat keras, yaitu

7

7

c. Obat Keras dan Psikotropika

Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek

dengan resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket adalah

huruf K dalam lingkaran merah dengan garis tepi berwarna hitam.

Contoh: Asam Mefenamat.

Tanda khusus obat keras

Obat psikotropika adalah obat keras baik alamiah maupun

sintetis bukan narkotik, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh

selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan

khaspada aktivitas mental dan perilaku. Contoh: Diazepam,

Phenobarbital.

d. Obat Narkotika

Obat narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman atau

bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat

menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,

mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan

ketergantungan. Contoh: Morfin, Petidin.

Kajian Perilaku Pengobatan…, Jessy Endra Lestari, Fakultas Farmasi, UMP, 2014

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2841/3/BAB II.pdf · 8 8 Tanda khusus obat narkotika Menurut Badan POM, terdapat juga penggolongan obat keras, yaitu

8

8

Tanda khusus obat narkotika

Menurut Badan POM, terdapat juga penggolongan obat

keras, yaitu Obat Wajib Apotek (OWA). Obat Wajib Apotek yaitu

obat-obatan yang dapat diserahkan tanpa resep dokter, namun harus

diserahkan oleh apoteker di apotek. Disini terdapat daftar obat wajib

apotek yang dikeluarkan berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan.

Sampai saat ini sudah ada 3 daftar obat yang diperbolehkan

diserahkan tanpa resep dokter. Seperti telah kita ketahui bersama,

peraturan mengenai daftar OWA tercantum dalam:

1). Keputusan Menteri Kesehatan nomor 347/MenKes/SK/VII/

1990 tentang Obat Wajib Apotek berisi Daftar Obat Wajib

Apotek No. 1

2). Keputusan Menteri Kesehatan nomor 924 / Menkes /Per / X /

1993 tentang Daftar Obat Wajib Apotek No. 2

3). Keputusan Menteri Kesehatan nomor 1176/Menkes/SK/X/ 1999

tentang Daftar Obat Wajib Apotek No. 3

3. Penggunaan Obat yang Rasional

Penggunaan obat yang rasional merujuk pada penggunaan obat

yang benar, sesuai, dan tepat. Menurut WHO, penggunaan obat dikatakan

rasional bila pasien menerima obat yang sesuai dengan kebutuhannya,

dengan dosis yang sesuai kebutuhannya, untuk jangka waktu yang

adekuat, dan dengan biaya serendah mungkin bagi pasien dan

komunitasnya (World Healh Organization, 2010).

Masalah-masalah yang sering timbul sebagai bentuk

ketidakrasionalan penggunaan obat antara lain polifarmasi (penggunaan

obat yang terlalu banyak), penggunaan yang berlebihan dari antibiotika

dan injeksi, kegagalan untuk meresepkan obat yang sesuai dengan

panduan klinis, serta pengobatan sendiri yang tidak tepat (World Health

Organization, 2010).

Kajian Perilaku Pengobatan…, Jessy Endra Lestari, Fakultas Farmasi, UMP, 2014

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2841/3/BAB II.pdf · 8 8 Tanda khusus obat narkotika Menurut Badan POM, terdapat juga penggolongan obat keras, yaitu

9

9

Sasaran dari pengobatan yang rasional ini adalah tercapainya

penggunaan obat dalam jenis, bentuk, dosis, dan jumlah yang tepat,

disertai informasi yang benar, lengkap dan tidak menyesatkan

(Kepmenkes RI No 189/Menkes/SK/III/2006).

Batasan penggunaan obat rasional adalah bila memenuhi

beberapa kriteria, antara lain (Depkes RI, 2008):

a. Tepat diagnosis

Obat diberikan sesuai dengan diagnosis. Apabila diagnosis tidak

ditegakkan dengan benar, maka pemilihan obat akan salah.

b. Tepat indikasi penyakit

Obat yang diberikan harus tepat bagi suatu penyakit.

c. Tepat pemilihan obat

Obat yang dipilih harus memiliki efek terapi sesuai dengan penyakit.

d. Tepat dosis

Dosis, jumlah, cara, waktu dan lama pemberian obat harus tepat.

Apabila salah satu dari empat hal tersebut tidak dipenuhi,

menyebabkan efek terapi tidak tercapai.

1). Tepat jumlah

2). Tepat cara pemberian

3). Tepat interval waktu pemberian

4). Tepat lama pemberian

e. Tepat penilaian kondisi pasien

Penggunaan obat disesuaikan dengan kondisi pasien, antara lain harus

memperhatikan kontraindikasi obat, komplikasi, kehamilan,

menyusui, lanjut usia, atau bayi.

f. Waspada terhadap efek samping

Obat dapat menimbulkan efek samping, yaitu efek yang tidak

diinginkan yang timbul pada pemberian obat dengan dosis terapi,

seperti timbulnya mual, muntah, gatal-gatal, dan lain sebagainya.

Kajian Perilaku Pengobatan…, Jessy Endra Lestari, Fakultas Farmasi, UMP, 2014

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2841/3/BAB II.pdf · 8 8 Tanda khusus obat narkotika Menurut Badan POM, terdapat juga penggolongan obat keras, yaitu

10

10

g. Efektif, aman, mutu terjamin, terjamin, tersedia setiap saat, dan harga

terjangkau. Untuk mencapai kriteria efektif, maka obat harus dibeli

melalui jalur resmi.

h. Tepat tindak lanjut (Follow-up)

Apabila pengobatan sendiri telah dilakukan, bila sakit berlanjut

konsultasikan ke dokter.

i. Tetap penyerahan obat (Dispensing)

Penggunaan obat rasional melibatkan penyerah obat dan pasien sendiri

sebagai konsumen. Resep yang dibawa ke apotek atau tempat

penyerahan obat di puskesmas akan dipersiapkan obatnya dan

diserahkan kepada pasien dengan informasi yang tepat.

j. Pasien patuh terhadap perintah pengobatan yang diberikan

Ketidakpatuhan minum obat dapat terjadi pada keadaan seperti

berikut:

1). Jenis sediaan obat beragam

2). Jumlah obat terlalu banyak

3). Frekuensi pemberian obat per hari terlalu sering

4). Pemberian obat dalam jangka panjang tanpa informasi

5). Pasien tidak mendapatkan informasi yang cukup mengenai cara

menggunakan obat

6). Timbulnya efek samping

Menurut Cipolle et al (1998), kriteria untuk kerasionalan

penggunaan obat dapat terdiri dari beberapa aspek, antara lain ketepatan

indikasi, kesesuaian dosis, ada tidaknya kontraindikasi, ada tidaknya efek

samping dan interaksi obat, serta ada tidaknya polifarmasi (Kristina et al,

2008).

4. Perilaku Kesehatan

Perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia,

baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh

pihak luar. Menurut Skinner, seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa

perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus

Kajian Perilaku Pengobatan…, Jessy Endra Lestari, Fakultas Farmasi, UMP, 2014

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2841/3/BAB II.pdf · 8 8 Tanda khusus obat narkotika Menurut Badan POM, terdapat juga penggolongan obat keras, yaitu

11

11

(rangsangan dari luar). Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus

maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2012) yaitu:

a. Perilaku tertutup (covert behavior)

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung

atau tertutup (covert). Respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih

terbatas pada perhatian, persepsi pengetahuan atau kesadaran, dan

sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan

belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.

b. Perilaku terbuka (overt behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan

nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas

dalam bentuk tindakan atau praktik (practice), yang dengan mudah

dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.

Menurut Notoatmodjo (2012), meskipun perilaku adalah bentuk

respons terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme (orang),

namun dalam memberikan respons sangat tergantung pada karakteristik

atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Faktor –faktor yang

membedakan respon terhadap stimulus yang berbeda, yaitu faktor

internal dan faktor eksternal.

Benyamin Bloom, seorang ahli psikologi pendidikan membagi

perilaku manusia itu kedalam tiga domain, sesuai dengan tujuan

pendidikan (Notoatmodjo, 2012). Bloom menyebutnya ranah atau

kawasan yakni: kognitif (cognitive), afektif (affective) dan psikomotor

(psychomotor).

Dalam perkembangannya, teori Bloom ini dimodifikasi untuk

pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yakni:

a. Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2012), Pengetahuan merupakan hasil

dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan

terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan yang dicakup didalam

domain kognitif mempunyai 6 tingkatan (Notoatmodjo, 2012), yakni:

Kajian Perilaku Pengobatan…, Jessy Endra Lestari, Fakultas Farmasi, UMP, 2014

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2841/3/BAB II.pdf · 8 8 Tanda khusus obat narkotika Menurut Badan POM, terdapat juga penggolongan obat keras, yaitu

12

12

1). Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan

seluruh bahan yang dipelajari.

2). Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3). Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau

kondisi real (sebenarnya).

4). Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan

materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi

masih didalam satu struktur organisasi tersebut dan masih ada

kaitannya satu sama lain.

5). Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu

bentuk keseluruhan yang baru.

6). Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau

objek. Penilaian-penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang

ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria – kriteria yang telah

ada.

Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum

orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri

orang tersebut terjadi proses yang berurutan, disingkat AIETA

(Notoatmodjo, 2012) yang artinya:

Kajian Perilaku Pengobatan…, Jessy Endra Lestari, Fakultas Farmasi, UMP, 2014

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2841/3/BAB II.pdf · 8 8 Tanda khusus obat narkotika Menurut Badan POM, terdapat juga penggolongan obat keras, yaitu

13

13

1). Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam

arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.

2). Interest yakni orang mulai tertarik terhadap stimulus atau objek

tersebut.

3). Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus

tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih

baik lagi.

4). Trial dimana subjek mulai mencoba perilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

5). Adoption dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara

atau angket yang menanyakan isi materi yang ingin diukur dari subjek

penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2012).

b. Sikap

Menurut Notoatmodjo (2012), sikap merupakan suatu reaksi

atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu

stimulus atau objek. Sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya

dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup.

Allport menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai tiga

komponen pokok (Notoatmodjo, 2012), yakni:

1). Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek.

2). Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.

3). Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap

yang utuh (total attitude). Sikap terdiri dari beberapa tingkatan, antara

lain:

1). Menerima ( receiving)

Bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang

diberikan (objek).

Kajian Perilaku Pengobatan…, Jessy Endra Lestari, Fakultas Farmasi, UMP, 2014

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2841/3/BAB II.pdf · 8 8 Tanda khusus obat narkotika Menurut Badan POM, terdapat juga penggolongan obat keras, yaitu

14

14

2). Merespons (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari

sikap.

3). Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu

masalah adalah suatu indikasi sikap tingkap tiga.

4). Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya

dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak

langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau

pertanyaan responden terhadap suatu objek atau dapat dilakukan

dengan pertanyaan-pertanyaan hipotesis, kemudian ditanyakan

pendapat responden.

c. Praktik atau Tindakan (Practice)

Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan,

kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang

diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan apa

yang diketahui dan disikapinya (dinilai baik). Praktik atau tindakan

mempunyai beberapa tingkatan (Notoatmodjo, 2012) yakni:

1). Respons terpimpin (guided response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan

sesuai dengan contoh merupakan indikator praktik tingkat

pertama.

2). Mekanisme (mechanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar

secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan,

maka ia sudah mencapai praktik tingkat kedua.

Kajian Perilaku Pengobatan…, Jessy Endra Lestari, Fakultas Farmasi, UMP, 2014

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2841/3/BAB II.pdf · 8 8 Tanda khusus obat narkotika Menurut Badan POM, terdapat juga penggolongan obat keras, yaitu

15

15

3). Adopsi (adoption)

Adopsi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang

dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa

mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung

yakni dengan wawancara dan pengukuran juga dapat dilakukan secara

langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan

responden.

5. Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis)

Program Pengelolaan Penyakit Kronis atau yang biasa disebut

“Prolanis” adalah salah satu program dari PT Askes yang merancang

suatu format promotif dan preventif yang terintegrasi dan merancang

model pengelolaan penyakit kronis bagi peserta penderita penyakit

kronis. Program ini diharapkan akan meningkatkan kualitas hidup peserta

Askes yang menderita penyakit kronis melalui pengelolaan penyakit

secara spesifik dan terintegrasi yang juga melibatkan peran aktif peserta,

Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK), dan PT Askes (Persero) (Askes,

2010).

Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) merupakan program yang

berawal dari Disease Management Program (DMP) yang telah

dilaksanakan di Eropa dan Amerika. Suatu sistem yang memadukan

antara penatalaksanaan pelayanan kesehatan dan komunikasi bagi

sekelompok peserta dengan kondisi penyakit tertentu yang jumlahnya

cukup bermakna melalui upaya-upaya penanganan penyakit secara

mandiri (Askes, 2010).

Sasaran Prolanis adalah seluruh pesertaAskes Sosial penderita

penyakit kronis. Tahapannya, peserta harus mendaftar dahulu di Kantor

Cabang PT Askes (Persero) terdekat. Setelah mendaftar, peserta akan

mendapatkan dokter keluarga Prolanis yang dipilih serta buku

pemantauan status kesehatan. Dokter keluarga di sini berperan dalam

Kajian Perilaku Pengobatan…, Jessy Endra Lestari, Fakultas Farmasi, UMP, 2014

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2841/3/BAB II.pdf · 8 8 Tanda khusus obat narkotika Menurut Badan POM, terdapat juga penggolongan obat keras, yaitu

16

16

memberikan pelayanan komprehensif dan terfokus pada upaya promotif

dan preventif.

Salah satu yang menjadi indikator keberhasilan Prolanis adalah

meningkatnya kepuasan peserta Askes dan provider terhadap pelayanan

PT Askes (Persero). Hal ini bisa diukur dari melalui survei nasional di

seluruh wilayah regional PT Askes (Persero) untuk mengetahui image

peserta dan provider sebelum dan sesudah adanya Prolanis. Selain itu,

juga dilakuan survei Customer Satisfaction Index dan Provider

Satisfaction Index. Dengan program ini, juga diharapkan terjadinya

efisiensi dan pengendalian biaya, baik dari aspek Prolanis sendiri

maupun pelayanan kesehatan secara keseluruhan (Askes, 2010).

B. Kerangka Konsep

Penelitian ini menganalisis pengaruh antara variabel bebas, yaitu

pengetahuan, sikap, dan faktor sosiodemografi terhadap variabel terikat, yaitu

perilaku pengobatan sendiri pada pasien Prolanis.

Gambar 1. Gambar kerangka konsep

C. Hipotesis

Terdapat pengaruh hubungan antara pengetahuan, sikap, dan faktor

sosiodemografi (jenis kelamin, umur dan tingkat pendidikan) terhadap

perilaku pengobatan sendiri pada pasien Prolanis.

Pengetahuan

Perilaku pengobatan

sendiri Sikap

Faktor

sosiodemografi

Kajian Perilaku Pengobatan…, Jessy Endra Lestari, Fakultas Farmasi, UMP, 2014