bab ii tinjauan pustaka dan landasan teori a....

28
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Untuk membedakan penelitian Analisis Penggunaan Gaya Bahasa Guru Dalam Kegiatan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas VII SMP Negeri 3 Cilacap Tahun Ajaran 2009-2010 dengan penelitian yang telah ada sebelumnya, maka penulis meninjau 3 buah hasil penelitian mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto, sebagai berikut: 1. Skripsi berjudul Gaya Bahasa Pada Kumpulan Cerpen Kabut Negeri Si Dali karya Ali Akbar Navis Oleh Tity Somiatun, NIM 0201040001. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purwokerto Tahun 2007 a. Landasan Teori Untuk landasan teori penelitiannya, Tity Somiatun menggunakan pengertian cerpen, bahasa sastra, pengertian gaya bahasa dan jenis gaya bahasa. Analisis yang dilakukan adalah Gaya bahasa Pada Kumpulan Cerpen Kabut Negeri Si Dali karya Ali Akbar Navis b. Data dan Sumber Data Data yang dijadikan objek dalam penelitian ini adalah kumpulan cerpen Kabut Negeri Si dali karya Ali Akbar Navis. c. Meatode Penelitian Metode yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif kualitatif yang mendeskripsikan penggunaan gaya bahasa personifikasi dan gaya bahasa sarkasme pada kumpulan cerpen Kabut Negeri Si Dali karya Ali Akbar Navis. 8

Upload: truongthuan

Post on 11-Jul-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. …digilib.ump.ac.id/files/disk1/2/jhptump-a-mustakim-93-2-babii.pdfKegiatan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas VII SMP Negeri 3 Cilacap

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

Untuk membedakan penelitian Analisis Penggunaan Gaya Bahasa Guru Dalam

Kegiatan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas VII SMP Negeri 3 Cilacap Tahun Ajaran

2009-2010 dengan penelitian yang telah ada sebelumnya, maka penulis meninjau 3 buah hasil

penelitian mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto, sebagai berikut:

1. Skripsi berjudul Gaya Bahasa Pada Kumpulan Cerpen Kabut Negeri Si Dali karya Ali Akbar Navis Oleh Tity Somiatun, NIM 0201040001. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purwokerto Tahun 2007 a. Landasan Teori

Untuk landasan teori penelitiannya, Tity Somiatun menggunakan pengertian

cerpen, bahasa sastra, pengertian gaya bahasa dan jenis gaya bahasa. Analisis yang

dilakukan adalah Gaya bahasa Pada Kumpulan Cerpen Kabut Negeri Si Dali karya Ali

Akbar Navis

b. Data dan Sumber Data

Data yang dijadikan objek dalam penelitian ini adalah kumpulan cerpen Kabut

Negeri Si dali karya Ali Akbar Navis.

c. Meatode Penelitian

Metode yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif kualitatif yang

mendeskripsikan penggunaan gaya bahasa personifikasi dan gaya bahasa sarkasme pada

kumpulan cerpen Kabut Negeri Si Dali karya Ali Akbar Navis.

 

8

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. …digilib.ump.ac.id/files/disk1/2/jhptump-a-mustakim-93-2-babii.pdfKegiatan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas VII SMP Negeri 3 Cilacap

2. Skripsi berjudul Gaya Bahasa Dalam Lirik Lagu Iwan Fals Sebagai Cermin Deskripsi Problematika Sosial Budaya Oleh Duhita Hayuningsih, NIM 99001040018. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purwokerto Tahun 2003 a. Landasan Teori

Dalam landasan teori penelitiannya, Duhita Hayuningsih menggunakan

pengertian bahasa, aspek bahasa, tujuan bahasa, dan pengertian gaya bahasa, keberadaan

gaya bahasa dalam lirik lagu, problematika sosial budaya, jenis problema sosial budaya.

Analisis yang dilakukan adalah Gaya Bahasa Dalam Lirik Lagu Iwan Fals

Sebagai Cermin Deskripsi Problematika Sosial Budaya.

b. Data dan Sumber Data

Data yang dijadikan objek penelitian adalah kumpulan lirik lagu karya Iwan Fals.

c. Metode Penelitian

Metode yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif yang bersifat

eksploratif bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau status fenomena

3. Skripsi berjudul Kajian Pendayagunaan Diksi dan Gaya Bahasa Dalam Lirik Lagu Indonesia Populer Karya Ebiet G. Ade oleh Erni Hardiyati, NIM 9801040018. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purwokerto Tahun 2002

a. Landasan Teori

Dalam landasan teori penelitiannya, Erni Hardiyati menggunakan pengertian

diksi, gaya bahasa, batasan lagu, lirik lagu, lagu populer, dan kemenarikan diksi dan gaya

bahasa. Untuk melengkapi penelitian yang sedang dia lakukan.

b. Data dan sumber data

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. …digilib.ump.ac.id/files/disk1/2/jhptump-a-mustakim-93-2-babii.pdfKegiatan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas VII SMP Negeri 3 Cilacap

Data yang digunakan adalah kumpulan lirik lagu yang dipopulerkan oleh Ebiet G.

Ade.

c. Metode penelitian

Metode yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif kualitatif secara

tekstual dan kontekstual. tekhnik analisis data adalah proses mengorganisasikan dan

menurunkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian sehingga dapat ditemukan

tema yang akhirnya menjadi teori subtantif.

Dengan perbedaan-perbedaan yang ada tersebut, maka telah terbukti bahwa

penelitian ini berbeda dengan penelitian yang ada sebelumnya.

B. Landasan Teori

1. Bahasa

a. Pengertian Bahasa

Bahasa merupakan suatu sistim komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol

vokal (bunyi ujaran), yang bersifat arbiter, yang dapat diperkuat dengan gerak-gerik

badaniyah yang nyata. Bahasa merupakan simbol karena rangkaian bunyi yang dihasilkan

oleh alat ucap manusia harus diberikan makna tertentu. Simbol adalah tanda yang diberikan

makna tertentu yaitu mengacu kepada sesuatu yang dapat diserap oleh panca indra (Keraf,

2001: 2).

Menurut Chaer dan Leoni Agustina (2004: 11) bahasa adalah sebuah sistim, artinya

bahasa itu dibentuk oleh sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan tidak

dikaidahkan. Sedangkan menurut Nababan (1991: 46) bahasa adalah suatu sistim

perisyaratan (semiotik) yang terdiri dari unsur-unsur isyarat dan hubungan antara unsur-

unsur itu.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. …digilib.ump.ac.id/files/disk1/2/jhptump-a-mustakim-93-2-babii.pdfKegiatan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas VII SMP Negeri 3 Cilacap

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bahasa adalah sistim simbol bunyi

(lambang bunyi) yang bersifat arbiter, konvensional, dan makna yang membentuk identitas

pemakainya serta mengembangkan suatu budaya tertentu, baik dalam suatu wilayah maupun

suatu negara pemakai bahasa yang ada dan menggunakan bahasa.

b. Fungsi Bahasa

Tujuan bahasa dapat diturunkan dari dasar dan motif pertumbuhan bahasa pada saat

itu sendiri. Menurut Keraf (2001: 3) dasar dan motif pertumbuhan bahasa dalam garis

besarnya dapat berupa:

1) Alat Untuk Menyatakan Ekspresi Diri

Sebagai alat untuk menyatakan ekspresi diri, bahasa menyatakan secara terbuka segala

sesuatu yang tersirat di dalam dada kita, sekurang-kurangnya untuk memaklumkan

keberadaan kita. Unsur-unsur yang mendorong ekspresi diri antara lain: a). Agar menarik

perhatian orang lain terhadap kita. b). Keinginan untuk membebaskan diri kita dari semua

tekanan emosi.

2) Alat Komunikasi

Komunikasi merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi diri. Komunikasi tidak

akan sempurna jika ekspresi diri kita tidak diterima atau dipahami oleh orang lain. Dengan

komunikasi kita dapat menyampaikan semua yang kita rasakan, pikirkan, dan kita ketahui

kepada orang-orang lain. Dengan komunikasi pula kita mempelajari dan mewarisi semua

yang pernah dicapai oleh nenek moyang kita, serta apa yang dicapai oleh orang-orang yang

sejaman dengan kita (Keraf, 2001: 4)

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. …digilib.ump.ac.id/files/disk1/2/jhptump-a-mustakim-93-2-babii.pdfKegiatan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas VII SMP Negeri 3 Cilacap

Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan saluran perumusan maksud kita,

melahirkan perasaan kita dan memungkinkan kita melakukan kerjasama dengan sesama

warga. Bahasa mengatur berbagai macam aktifitas kemasyarakatan, merencanakan, dan

mengarahkan masa depan kita (Keraf, 2001: 4).

3) Sebagai Alat untuk Mengadakan Integrasi dan Adaptasi Sosial

Bahasa, di samping sebagai salah satu unsur kebudayaan, memungkinkan pula

manusia memanfaatkan pengalaman-pengalaman mereka, mempelajari dan mengambil

bagian dalam pengalaman-pengalaman itu, serta dapat melakukan semua kegiatan

kemasyarakatan dengan efisien melalui bahasa. Bahasa sebagai alat komunikasi, lebih jauh

memungkinkan setiap orang untuk merasa dirinya terikat dengan kelompok sosial yang

dimasukinya, serta dapat melakukan semua kegiatan kemasyarakatan dengan menghindari

sejauh mungkin bentrokan-bentrokan untuk memperoleh efisiensi yang tinggi. Bahasa

merupakan alat integrasi (pembauran) yang sempurna tiap individu dengan masyarakatnya

(Keraf, 2001: 4).

Melalui bahasa seorang anggota masyarakat akan perlahan-lahan belajar mengenal

segala adat istiadat, tingkah laku, dan tata krama masyarakatnya. Ia akan mencoba

menyesuaikan diri (adaptasi) dengan semuanya melalui bahasa.

4) Alat Mengadakan Kontrol Sosial

Yang dimaksud dengan kontrol sosial adalah usaha untuk mempengaruhi tingkah laku

dan tindak-tanduk orang lain. Tingkah laku itu dapat bersifat terbuka (overt: yaitu tingkah

laku yang dapat diamati atau diobservasi), maupun yang bersifat tertutup (convert: yaitu

tingkah laku yang tidak dapat diobervasi dan diamati (Keraf, 2001: 5).

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. …digilib.ump.ac.id/files/disk1/2/jhptump-a-mustakim-93-2-babii.pdfKegiatan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas VII SMP Negeri 3 Cilacap

c. Ragam Bahasa

Menurut Martin Goos (dalam Chaer dan Leoni Agustina, 2004: 70) membagi

variasi bahasa menjadi lima macam gaya yaitu:

1) Ragam beku

Adalah ragam bahasa yang paling formal yang digunakan dalam situasi-situasi

kidmat, dan upacara-upacara resmi. Disebut ragam beku karena pola dan kaidahnya

sudah ditetapkan secara mantap, tidak boleh diubah.

2) Ragam Resmi atau Formal

Adalah variasai bahasa yang digunakan dalam pidato kenegaraan, rapat dinas,

surat menyurat dinas, ceramah keagamaan, buku-buku pelajaran dan sebagainya.

3) Ragam Usaha atau Ragam Konsultatif

Ragam bahasa usaha atau konsultatif adalah ragam bahasa yang lazim digunakan

oleh pembicara di Sekolah, rapat-rapat, dan pembicaraan yang berorientasi pada hasil

atau produksi.

4) Ragam Santai atau Ragam Kasual

Adalah variasi bahasa yang digunakan dalam situasi yang tidak resmi untuk

berbincang-bincang dengan keluarga atau teman karib pada waktu istirahat, berolahraga,

rekreasi, dan sebagainya.

5) Ragam Akrab atau Intim

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. …digilib.ump.ac.id/files/disk1/2/jhptump-a-mustakim-93-2-babii.pdfKegiatan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas VII SMP Negeri 3 Cilacap

Adalah variasi bahasa yang biasa digunakan oleh para penutur yang hubungannya

sudah akrab, seperti antara nggota keluarga, teman yang sudah akrab.

Menurut Keraf (1991: 5-7) bahasa yang dipakai perseorangan masih dapat

bervariasi berdasarkan ragam dan gaya yang digunakan. Variasai berdasarkan ragamnya

dapat diklasifikasikan berdasarkan.

a) Ragam Berdasarkan Bidang Wacana

Objek pembicaraan atau wacana sering mempengaruhi penutur tau pemakai

bahasa untuk mempergunakan ragam-ragam khusus. Dalam hubungan ini dapat

dibedakan ragam bahasa berdasarkan bidang wacana sebagai berikut :

1) Ragam ilmiah, yaitu bahasa yang biasa digunakan dalam kegiatan ilmiah seperti:

perkuliahan, ceramah ilmiah, dan tulisan-tulisan ilmiah.

2) Ragam populer, yaitu bahasa yang digunakan dalam kegiatan tidak ilmiah, dalam

kehidupan sehari-hari, dan tulisan-tulisan populer. Ragam bahasa ini dapat

dipahami oleh semua penutur suatu bahasa

b) Ragam Berdasarkan Cara Berwacana

Ragam didasarkan pada cara berwacana bergantung pada medium yang dipakai

dan relasi antara partisipan yang terlibat dalam tutur. Berdasarkan cara berwacana atau

media dengan digunakan, secara umum dapat dibedakan:

1) Ragam Tulis, masih dapat dibedakan lagi atas bahasa yang dipergunakan dalam

buku, majalah, surat kabar, surat menyurat, dan telegrafi. Sementara itu ragam tulis

belum setiap media dipengaruhi oleh sasaran pembacanya.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. …digilib.ump.ac.id/files/disk1/2/jhptump-a-mustakim-93-2-babii.pdfKegiatan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas VII SMP Negeri 3 Cilacap

2) Ragam Lisan, adalah bahasa yang diucapkan langsung oleh penuturnya kepada

khalayak ragam lisan yang masih dapat dibedakan atas ragam percakapan, ceramah

pidato, dan ragam yang digunakan melalui telepon, radio, televisi.

c) Ragam Berdasarkan Peran

Ragam berdasarkan peran adalah pemakaian bahasa yang didasarkan pada tujuan

sosial atau tujuan lain dari tindak tutur.

d) Ragam Berdasarkan Formalitas Hubungan

Berdasarkan dimensi formalitas hubungan, bahasa sangat dipengaruhi oleh

hubungan antar pesona partisipan. Dalam hal ini dapat dibedakan:

1) Ragam Netral

Biasanya digunakan oleh dua partisipan yang sama derajatnya, tanpa menyentuh

masalah sopan santun.

2) Ragam Sopan

Terjadinya bila seseorang berbicara dengan orang yang lebih tinggi kedudukannya,

atau orang yang dihormati misalnya guru dengan murid, pekerja dengan atasannya.

3) Ragam Kasar

Adalah bahasa yang dipergunakan untuk orang yang lebih rendah kedudukannya.

2. Gaya Bahasa

a. Pengertian Gaya Bahasa

Menurut Keraf (2004: 112), gaya bahasa dikenal dalam retorika dengan istilah style,

kata style diturunkan dari kata latin stilus, yaitu semacam alat untuk menulis pada

lempengan lilin. Keahlian menggunakan alat ini akan mempengaruhi jelas tidaknya tulisan

pada lempengan tadi. Kelak pada waktu penekanan dititikberatkan pada keahlian untuk

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. …digilib.ump.ac.id/files/disk1/2/jhptump-a-mustakim-93-2-babii.pdfKegiatan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas VII SMP Negeri 3 Cilacap

menulis indah, maka style lalu berubah menjadi kemampuan dan keahlian untuk menulis

atau mempergunakan kata-kata secara indah.

Sedangkan menurut HB. Jassin (dalam Tjahjono, 1993: 201) gaya bahasa adalah

perihal memilih dan mempergunakan kata sesuai dengan isi yang mau disampaikan. Gaya

bahasa juga menyangkut bagaimana menyusun kalimat secara efektif, secara estetis, dan

mampu memberikan gambaran secara kongkret kepada pembaca.

Dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa adalah pemakaian kata-kata kiasan dan

perbandingan yang tepat untuk melukiskan sesuatu maksud tanpa untuk membentuk plastik

bahasa. Plastik bahasa adalah daya cipta pengarang dalam membuat cipta bahasa dengan

mengemukakan pemilihan kata yang tepat. Namun suatu gaya bahasa mempunyai ciri umum

bahwa suatu gaya bahasa digunakan untuk mengungkapkan sesuatu dengan makna kias.

Selain itu suatu gaya bahasa tentu saja harus berupa suatu ungkapan bahasa yang bergaya. 

 

b. Jenis Gaya Bahasa

Menurut Tjahjono (1993: 201), gaya bahasa dibedakan menjadi empat jenis

yaitu: gaya bahasa perbandingan, gaya bahasa penegasan, gaya bahasa sindiran, dan gaya

bahasa pertentangan.

1) Gaya Bahasa Berdasarkan Struktur Kalimat

Struktu sebuah kalimat dapat dijadikan landasan untuk menciptakan gaya bahasa.

Yang dimaksud dengan struktur kalimat di sini adalah kalimat bagaimana tempat sebuah

unsur kalimat yang dipentingkan dalam kalimat tersebut. Ada kalimat yang bersifat

periodik, bila bagian yang terpenting atau gagasan yang mendapat penekanan ditempatlkan

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. …digilib.ump.ac.id/files/disk1/2/jhptump-a-mustakim-93-2-babii.pdfKegiatan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas VII SMP Negeri 3 Cilacap

dalam akhir kalimat. Ada kalimat yang bersifat kendur, yaitu bila bagian kalimat yang

mendapat penekanan ditempatkan pada awal kalimat. Bagian-bagian yang kurang penting

dideretkan sesudah kalimat yang dipentingkan tadi. Dan jenis kalimat yang ke tiga adalah

kalimat berimbang, yaitu kalimat yang mengandung dua bagian kalimat atau lebih yang

kedudukannya sama tinggi atau sederajat (Keraf, 2004: 124).

Berdasarkan ketiga macam struktur kalimat yang dikemukakan di atas, maka dapat

diperoleh gaya-gaya bahasa sebagai berikut:

a) Klimaks

Gaya bahasa klimaks diturunkan dari kalimat yang bersifat periodik. Klimaks

adalah semacam gaya bahasa yang mengandung urrutan-urutan pikiran yang setiap kali

semakin meningkat kepentingannya dari gagasan-gagasan sebelumnya. Misalnya:

- Kesengsaraan membuahkan kesabaran, kesabaran pengalaman, dan pengalaman

harapan.

- Dalam dunia perguruan tinggi yang dicengkam rasa takut dan rasa rendah diri,

tidak dapat diharapkan pembaharuan, kebanggaan akan hasil-hasil pemikiran yang

obyektif dan keberanian untuk mengungkapkan pendapat secara bebas.

b) Antiklimaks

Antiklimaks dihasilkan oleh kalimat yang berstruktur mengendur. Antiklimaks

sebagai gaya bahasa merupakan suatu acuan yang gagasan-gagasanya diurutkan dari yang

terpenting berturut-turut ke gagasan yang kurang penting. Misalnya:

- Ketua pengadilan negeri itu adalah seorang yang kaya, pendiam dan tidak terkenal

namanya (mengandung ironi).

- Pembangunan lima tahun telah dilancarkan serentak di Ibu kota negara, ibu kota-

ibu kota propinsi, kabupaten, kecamatan, dan semua daerah di seluruh indonesia.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. …digilib.ump.ac.id/files/disk1/2/jhptump-a-mustakim-93-2-babii.pdfKegiatan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas VII SMP Negeri 3 Cilacap

c) Paralelisme

Paralelisme adalah semacam gaya bahasa yang berusaha mencapai kesejajaran

dalam pemakaian kata-kata atau frasa-frasa yang menduduki tujuan yang sama dalam

bentuk gramatikal yang sama. Kesejajaran tersebut dapat juga berbentuk anak kalimat yang

bergantung pada induk kalimat. Gaya bahsasa ini lahir dari kalimat yang berimbang.

Misalnya:

- Sangat ironis kedengaran bahwa dia menderita kelaparan dalam sebuah daerah

yang subur dan kaya, serta mati terbunuh dalam sebuah negeri yang sudah ratusan

tahun hidup dalam ketentraman dan kedamaian.

- Bukan saja perbuatan itu harus dikutuk, tetapi juga harus diberantas.

- Dia merasa kesepian hidup disekitar keramaian.

d) Antitesis

Antitesis adalah sebuah gaya bahasa yang mengandung gagasan-gagasan yang

bertentangan, dengan mempergunakan kata-kata atau kelompok kata yang berlawanan.

Gaya ini timbul dari kalimat berimbang. Misalnya:

- Mereka sudah kehilangan banyak dari harta bendanya, tetapi mereka juga telah

banyak memperoleh keuntungan daripadanya.

- Ia sering menolak, tapi sekali pun tak pernah melukai hati.

e) Repetisi

Repetisi adalah perulangan bunyi, suku kata, kata atau bagian kalimat yang

dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai. Misalnya:

- Atau maukah kau pergi bersama serangga-serangga tanah, pergi bersama kecoak-

kecoak, pergi bersama mereka yang menyusupi tanah, menyusupi alam?

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. …digilib.ump.ac.id/files/disk1/2/jhptump-a-mustakim-93-2-babii.pdfKegiatan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas VII SMP Negeri 3 Cilacap

- Dia pergi, dia pergi bersama Anton dan Adam.

- Mobil itu dibawa Ayah, Ayah membawa mobil itu tadi pagi.

- Ibu pergi belanja, Ibu pergi belanja dengan Adik

2) Gaya Bahasa Berdasarkan Langsung Tidaknya Makna

Gaya bahasa berdasarkan makna diukur dari langsung tidaknya makna, yaitu acuan

yang dipakai apakah masih mempertahankan makna denotatifnya atau sudah ada

penyimpangan. Bila acuan yang digunakan masih mempertahankan makna dasar, maka

bahasa itu masih bersifat polos. Tetapi bila sudah ada perubahan makna, entah berupa

makna konotatif atau sudah menyimpang jauh dari makna denotatifnya, maka acuan itu

dianggap sudah memiliki gaya sebagai yang dimaksud disini. Gaya bahasa berdasarkan

ketidaklangsungan ini dibagi atas dua kelompok, yaitu gaya bahasa retoris dan gaya

bahasa kiasan (Keraf, 2004: 129).

1) Gaya Bahasa Retoris

Macam-macam gaya bahasa retoris seperti yang dimaksud di atas adalah:

a) Aliterasi

Aliterasi adalah semacam gaya bahasa yang berwujud perulangan konsonan

yang sama. Biasanya digunakan dalam puisi, kadang-kadang dalam prosa, untuk

perhiasan atau untuk penekanan. Misalnya:

- Takut titik lalu tumpah

- Keras-keras kerak kena air lembut juga

b) Asonansi dan Anastrof

Asonansi adalah semacam gaya bahasa yang berwujud perulangan bunyi vokal

yang sama. Biasanya digunakan dalam puisi, kadang juga dalam prosa untuk

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. …digilib.ump.ac.id/files/disk1/2/jhptump-a-mustakim-93-2-babii.pdfKegiatan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas VII SMP Negeri 3 Cilacap

memperoleh efek penekanan. Anastrof atau inversi adalah semacam gaya retoris yang

diperoleh dengan pembalikan susunan kata yang biasa dalam kalimat. Misalnya:

- Ini luka penuh luka siapa punya.

- Kura-kura dalam perahu, pura-pura tidak tahu.

Sedangkan anastrof adalah semacam gaya retoris yang diperoleh dengan

pembalikan susunan kata yang biasa dalam kalimat. Misalnya:

- Pergilah ia meninggalkan kami, keheranan kami melihat peranggainya.

- Bersorak-sorak orang ditepi jalan memukul bermacam-macam bunyian melalui

gerbang dihiasi bunga dan panji berkibar.

- Dia telah pergi, dia pergi untuk selama-lamanya

c) Apofasis atau preterisio

Apofasis atau disebut juga preterisio merupakan sebuah gaya dimana penulis

atau pengarang menegaskan sesuatu, tetapi tampaknya menyangkal. Berpura-pura

membiarkan sesuatu berlalu, tetapi sebenarnya ia menekankan hal itu. Misalnya:

- Saya tidak mau menungkapakan dalam forum ini bahwa saudara telah

menggelapkan ratusan juta rupiah uang negara.

- Jika saya tidak menyadari reputasimu dalam kejujuran, maka sebenarnya saya

ingin mengatakan bahwa anda pasti membiarkan anda menipu diri sendiri.

- Sya hanya ingin berbicara sedikit tentang kecurangan andi sewaktu ujian

nasional sedang dilakukan.

- Janganlah membodohi diri kalian sendiri dengan hal-hal yang tidak penting.

d) Apostrof dan Asidenton

Apostrof adalah semacam gaya yang berbentuk pengalihan amanat dari para

hadirin kepada sesuatu yang tidak hadir. Cara ini biasanya dipergunakan oleh orator

klasik. Misalnya:

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. …digilib.ump.ac.id/files/disk1/2/jhptump-a-mustakim-93-2-babii.pdfKegiatan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas VII SMP Negeri 3 Cilacap

- Hai kamu dewa-dewa yang berada di surga, datanglah dan bebaskanlah kami

dari belenggu penindasan ini.

- Hai kamu semua yang telah menumpahkan darahmu untuk tanah air tercinta ini

berilah agar kami dapat mengenyam keadilan dan kemerdekaan seperti yang

pernah kamu perjuangkan.

Asidenton adalah suatu gaya yang berupa acuan, yang bersifat padat dan

mampat di mana beberapa kata, frasa, atau klausa yang sederajat tidak dihubungkan

dengan kata sambung. Bentuk-bentuk itu biasanya dipisahkan dengan koma. Misalnya:

- Dan kesesakan, kepedihan, kesakitan, seribu derita detik-detik penghabisan orang

melepaskan nyawa.

- Materi pengalaman diaduk-aduk, modus eksitensi dari cargito erga sum dicoba,

medium bahasa dieksploitir, imaji-imaji, metode, prosedur di jungkir balik, masih

itu-itu juga.

e) Polisindeton

Polisidenton adalah suatu gaya yang merupakan kebalikan dari asidenton.

Beberapa kata, frasa, atau klausa yang berurutan dihubungkan satu sama lain dengan

kata-kata sambung. Misalnya:

- Dan ke manakah burung-burung yang gelisah dan tak berumah dan tak menyerah

pada gelap dan dingin yang bakal merontokan bulu-bulunya.

f) Kiasmus

Kiasmus adalah semacam acuan atau gaya bahasa yang terdiri dari dua bagian,

baik frasa atau klausa, yang sifatnya berimbang, dan dipertentangkan satu sama lain,

tetapi susunan kata atau klausanya itu terbalik jika dibandingkan dengan frasa atau

klausa lainnya. Misalnya:

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. …digilib.ump.ac.id/files/disk1/2/jhptump-a-mustakim-93-2-babii.pdfKegiatan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas VII SMP Negeri 3 Cilacap

- Semua kesabaran kami sudah hilang, lenyap sudah ketekunan kami untuk

melanjutkan usaha itu.

g) Elipsis

Elipsis adalah suatu gaya yang berwujud menghilangkan suatu unsur kalimat

yang dengan mudah dapat diisi atau ditafsirkan sendiri oleh pembacanya atau

pendengar, sehingga struktur gramatikal atau kalimatnya memenuhi pola yang berlaku.

Misalnya:

- Masihkah kau tidak percaya bahwa dari segi fisik engkau tak apa-apa, badanmu

sehat; tetapi psikis. . . .

- Jika anda gagal melaksanakan tugasmu . . . . tetapi baiklah kita tidak

membicarakan hal itu.

h) Eufemismus

Sebagai gaya bahasa, eufemismus adalah semacam acuan berupa ungkapan-

ungkapan yang tidak mentyinggung perasaan orang, atau ungkapan-ungkapan yang

halus untuk menggantikan acuan-acuan yang mungkin dirasakan menghina,

menyinggung perasaan atau mensugestikan sesuatu yang tidak menyenangkan.

Misalnya:

- Ayah sudah tak ada di tengah-tengah mereka (mati).

- Pikiran sehatnya semakin merosot akhir-akhir ini (gila).

i) Litotes

Adalah semacam gaya bahasa yang dipakai untuk menyatakan sesuatu dengan

tujuan merendahkan diri. Sesuatu hal dinyatakan kurang dari keadaan yang sebenarnya.

Misalnya:

- Kedudukan saya ini tidak ada artinya sama sekali.

- Saya tidak akan merasa bahagia bila mendapat warisan satu milyar rupiah.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. …digilib.ump.ac.id/files/disk1/2/jhptump-a-mustakim-93-2-babii.pdfKegiatan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas VII SMP Negeri 3 Cilacap

j) Histeron Proteron

Adalah semacam gaya bahasa yang merupakan kebalikan dari sesuatu yang logis

atau kebalikan dari sesuatu yang wajar, misalnya menempatkan sesuatu yang terjadi

kemudian pada awal pada awal peristiwa. Misalnya:

- Kereta melaju dengan cepat di depan kuda yang menarinya.

k) Pleonasme dan Tautologi

Pada dasarnya pleonasme dan tautologi adalah acuan yang dipergunakan kata-

kata lebih banyak dari yang diperlukan untuk menyatakan satu pikiran atau gagasan.

suatu acuan disebut pleonasme bila kata yang berlebihan itu dihilangkan, artinya tetap

utuh. Sebaliknya, acuan itu disebut tautologi kalau kata yang berlebihan itu sebenarnya

mengandung perulangan sebuah kata yang lain. Misalnya:

- Saya telah mendengar hal itu dengan telinga saya sendiri.(Pleonasme)

- Globe itu bundar bentuknya. (Tautologi)

- Afganistan berada di benua asia. (Tautologi)

l) Perifrasis

Sebenarnya perifresis adalah gaya yang mirip dengan pleonasme, yaitu

mempergunakan kata lebih banyak dari yang diperlukan. Perbedaannya terletak dalam

hal bahwa kata-kata yang berlebihan itu sebenarnya dapat diganti dengan satu kata saja.

Misalnya:

- Ia telah beristirahat dengan damai (mati, atau meninggal)

- Jawaban dari permintaan saudara adalah tidak (ditolak)

- Kamu adalah anakyang paling ujung dari seluruh saudaramu (terahir, atau anak

terahir.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. …digilib.ump.ac.id/files/disk1/2/jhptump-a-mustakim-93-2-babii.pdfKegiatan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas VII SMP Negeri 3 Cilacap

m) Prolepsis atau Antisipasi

Prolepsis atau antisipasi adalah semacam gaya bahasa dimana orang

mempergunakan lebih dahulu kata-kata atau sebuah kata sebelum peristiwa atau

gagasan yang sebenarnya terjadi. Misalnya:

- Almarhum Pardi pada waktu itu menyatakan bahwa ia tidak mengenal orang itu.

- Kedua orang itu bersama calaon pembunuhnya segera meninggalkan tempat itu.

n) Erotesis, Silepsis, dan Zeugma

Erotesis atau pertanyaan retoris adalah semacam pertanyaan yang dipergunakan

dalam pidato atau tulisan dengan tujuan untuk mencapai efek yang lebih mendalam dan

penekanan yang wajar, dan sama sekali tidak menghendaki adanya suatu jawaban.

Misalnya:

- Rakyatkah yang harus menanggung akibat semua korupsi dan manipulasi di

negara ini?

- Terlalu banyak komisi dan perantara yang masing-masing menghendaki pula

imbalan jasa. Herankah saudara kalau harga-harga itu terlalu tinggi?

Silepsis dan zeugma adalah gaya dimana orang mempergunakan dua konstruksi

rapatan dengan menghubungkan sebuah kata dengan dua kata lain yang sebenarnya

hanya salah satunya mempunyai hubungan dengan kata pertama. Contoh:

- Ia sudah kehilangan topi dan semangatnya.

- Dan membedakan mata dan telinganya, ia mengusir orang itu.

- Dia telah merelakan mata dan penglihatannya.

o) Koreksio atau Epanortosis

Koreksio dan epanortosis adalah suatu gaya yang berwujud, mula-mula

menegaskan sesuatu, tetapi kemudian memperbaikinya. Contoh:

- Sudah empat kali saya mengunjungi daerah itu, ah bukan, sudah lima kali.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. …digilib.ump.ac.id/files/disk1/2/jhptump-a-mustakim-93-2-babii.pdfKegiatan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas VII SMP Negeri 3 Cilacap

p) Hiperbola dan Paradoks

Adalah semacam gaya bahasa yang mengandung suatu pertanyaan yang

berlebihan, dengan membesar-besarkan suatu hal. Misalnya:

- Jika kau terlambat sedikit saja, pasti aku tidak akan diterima lagi.

- Prajurut itu masih tetap berjuang dan sama sekali tidak tahu bahwa ia sudah

mati.

Paradoks adalah semacam gaya bahasa yang mengandung pertentangan yang

nyata dengan fakta-fakta yang ada. Paradoks dapat juga berarti semua hal yang menarik

perhatian karena kebenarannya. Misalnya:

- Musuh sering merupakan kawan yang akrab.

- Ia mati kelaparan ditengah-tengah kelaparan yang berlimpah-limpah.

q) Oksimoron

Oksimoron adalah suatu acuan yang berusaha untuk menggabungkan kata-kata

untuk mencapai efek yang bertentangan. Atau dapat juga dikatakan, oksimoron adalah

gaya bahasa yang mengandung pertentangan dengan mempergunakan kata-kata yang

berlawanan dalam frasa yang sama, dan sebab itu sifatnya lebih tajam dan padat dari

paradoks. Misalnya: Keramah-tamahan yang bengis. Untuk menjadi manis seseorang

harus menjadi kasar. Senyum membawa luka. Tangisan kebahagiaan.

2) Gaya Bahasa Kiasan

Gaya bahasa ini pertama-tama dibentuk berdasarkan perbandingan atau

persamaan. Membandingkan sesuatu hal yang lain, berarti mencoba menemukan ciri-

ciri yang menunjukkan kesamaan antara kedua hal tersebut. Pada mulanya, bahasa

kiasan bekembang dari analogi. Mula-mula, analogi dipakai dengan pengertian proporsi.

sebab itu, analogi hanya menyatakan hubungan kuantitatif (Keraf, 2004: 136).

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. …digilib.ump.ac.id/files/disk1/2/jhptump-a-mustakim-93-2-babii.pdfKegiatan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas VII SMP Negeri 3 Cilacap

Perbandingan analogi ini kemudian muncul dalam bermacam-macam gaya bahasa

kiasan, seperti di bawah ini;

a. Persamaan atau Simile

Persamaan atau simile adalah perbandingan yang bersifat eksplisit. Yang

dimaksud sebagai perbadingan yang bersifat eksplisit adalah ia langsung menyatakan

sesuatu sama dengan hal yang lain. Untuk itu, ia memerlukan upaya yang secara

eksplisit menunjukkan kebersamaan itu, yaitu: seperti sama, sebagai, bagaikan, laksana,

dan sebagainya. Misalnya:

- Kikirnya seperti kepiting batu.

- Bibirnya seperti delima merekah.

- Tubuhnya kecil seperti liliput

- Matanya indah seperti berlian

b. Metafora

Metafora adalah semacam analogi yang membandingkan dua hal secara langsung,

tetapi dalam bentuk yang singkat, misalkan: bunga bangsa, buaya darat, buah hati,

cindera mata, dan sebagainya. Misalnya:

- Pemuda itu seperti bunga bangsa.

- Orang itu seperti buaya darat

c. Alegori, parabel, dan fabel

Jika sebuah metafor mengalami perluasan, maka ia dapat berwujud alegori,

parabel, atau fabel. Ketiga bentuk perluasan ini biasanya mengandung ajaran-ajaran

moral dan sering sukar dibedakan antara satu dengan yang lain.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. …digilib.ump.ac.id/files/disk1/2/jhptump-a-mustakim-93-2-babii.pdfKegiatan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas VII SMP Negeri 3 Cilacap

Alegori adalah suatu cerita singkat yang mengandung kiasan. Makna kias ini

harus ditarik dari bawah permukaan ceritanya. Dalam alegori, nama-nama pelakunya

adalah sifat-sifat yang abstrak, serta tujuan selalu jelas dan tersurat.

Parabel (parabola) adalah suatu kiasan singkat dengan tokoh-tokoh biasanya

manusia, yang selalu mengandung tema moral. Istilah parabel biasanya dipakai untuk

menyebut cerita-cerita fiktif di dalam kitab suci yang bersifat alegoris, untuk

menyampaikan suatu kebenaran moral atau kebenaran spiritual.

Fabel adalah suatu metafor yang berbentuk cerita mengenai dunia binatang, di

mana binatang-binatang bahkan binatang-binatang atau mahluk yang tidak bernyawa

bertindak seolah-olah sebagai manusia. Fabel mempunyai tujuan seperti parabel yaitu

menyampaikan ajaran moral atau tentang budi pekerti.

d. Personifikasi atau Prosopopoeia

Personifikasi atau prosopopoeia semacam gaya bahasa kiasan yang

menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang yang tidak bernyawa seolah-olah

mempunyai sifat-sifat kemanusiaan. Personifikasi merupakan salah satu corak khusus

dari metafora yang mengkiasakan benda-benda mati bisa bertindak, berbuat, berbicara

seperti manusia. Misalnya:

- Angin yang meraung ditengah malam yang gelap itu menambah lagi ketakutan

kami.

- Matahari barusaja kembali keperaduannya, ketika kami tiba di sana.

e. Alusi

Alusi adalah semacam acuan yang berusaha mensugestikan kesamaan antara

orang, tempat, atau peristiwa. Biasanya, alusi ini adalah suatu referensi yang eksplisit

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. …digilib.ump.ac.id/files/disk1/2/jhptump-a-mustakim-93-2-babii.pdfKegiatan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas VII SMP Negeri 3 Cilacap

atau impisit kepada peristiwa-peristiwa, tokoh-tokoh, atau tempat dalam kehidupan

nyata, mitologi, atau dalam sebuah karya sastra yang terkenal.

f. Eponim dan Epitet

Eponim adalah suatu gaya dimana seseorang yang namanya begitu sering

dihubungkan dengan sifat tertentu, sehingga nama itu dipakai untuk menyatakan suatu

sifat itu. Misalnya:

- Hercules adalah seorang pahlawan sejati.

- Jendral Sudirman Adalah pahlawan nasional

Epitet adalah semacam acuan yang menyatakan suatu sifat atau ciri yang khusus

dari seseorang atau suatu hal. Keterangan itu adalah suatu frase deskriptif yang

menjelaskan atau menggantikan nama seseorang atau suatu barang. Misalnya: Lonceng

pagi, Puteri malam, Raja rimba.

g. Sinekdoke

Sinekdoke adalah suatu istilah yang diturunkan dari bahasa yunani

“synekdechesthai” yang berarti menerima bersama-sama. Sinekdoke adalah semacam

bahasa figuratif yang menggunakan sebagian dari sesuatu hal untuk menyatakan

keseluruhan atau memperguanakan keseluruhan untuk menyatakan sebagian. Misalnya:

- Setiap kepala dikenakan sumbangan sebesar Rp 1.000,-

- Dalam pertandingan sepak bola antara malaysia di Stadion Utama Senayan, tuan

rumah menderita kekalahan 3-4.

h. Metonimia

Metonomian adalah sebuah gaya bahasa yang mempergunakan sebuah kata untuk

menyatakan suatu hal lain, karena mempunyai pertalian yang sangat dekat. Misalnya:

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. …digilib.ump.ac.id/files/disk1/2/jhptump-a-mustakim-93-2-babii.pdfKegiatan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas VII SMP Negeri 3 Cilacap

- Ia membeli sebuah chevrolet.

- Saya minum satu gelas, ia dua gelas.

i. Antonomisia dan Hipalase

Anatonomisia adalah sebuah bentuk khusus dari sinekdoke yang berwujud

penggunaan sebuah epiteta untuk menggantikan nama diri, atau gelar resmi, atau

jabatan untuk menggantikan nam diri. Misalnya:

- Yang mulia tidak dapat menghadiri pertemuan ini.

- Pangeran yang meresmikan pembukaan seminar itu.

Hipalase adalah semacam gaya bahasa dimana sebuah kata tertentu

dipergunakan untuk menerangkan sebuah kata, yang seharusnya dikenakan pada kata

yang lain. Misalnya:

- Ia terbaring di atas sebuah bantal yang gelisah.

- Ia masih menuntut almarhumah maskawin dari sinta putrinya.

j. Ironi, Sinisme, dan Sarkasme

Ironi atau sindiran adalah suatu acuan yang ingin mengatakan sesuatu dengan

makna dan maksud yang berlainan dari apa yang terkandung dalam rangkaian kata-

katanya. Sedangkan sinisme yang diartikan sebagai sindiran yang berbentuk kesangsian

yang mengandung ejekan terhadap keikhlasan dan ketulusan hati. Dan sarkasme

merupakan satu acuan yang lebih kasar dari ironi san sinisme. Misalnya:

- Tidak diragukan lagi bahwa andalah orangnya, sehingga kebijaksanaan

terdahulu harus dibatalkan seluruhnya!

- Saya tahu bahwa anda adalah seorang gadis yang paling cantik di dunia ini yang

perlu mendapat tempat yang terhormat!

k. Satire dan Inuendo

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. …digilib.ump.ac.id/files/disk1/2/jhptump-a-mustakim-93-2-babii.pdfKegiatan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas VII SMP Negeri 3 Cilacap

Satire adalah ungkapan yang menertawakan atau menolak sesuatu. Bentuk ini

tidak perlu bersifat ironis. Satire mengandung kritik tentang kelemahan manusia.

Sedangkan inuedo adalah semacam sindiran dengan mengecilkan kenyataan yang

sebenarnya. Ia menyatakan kritik sugesti dengan tidak langsung, dan sering tampaknya

tidak menyakitkan hati jika sambil lalu. Misalnya:

- Setiap kali ada pesta, pasti ia akan sedikit mabuk karena terlalu kebanyakan

minum.

- Ia sedikit kaya raya karena sedikit menggandakan komersialisasi jabatannya.

l. Antifrasis dan Paronomasia

Antifrasis adalah semacam ironi yang berwujud penggunaan sebuah kata dengan

makna kebalikannya, yang bisa dikatakan sebagai ironi sendiri, atau kata-kata yang

dipakai untuk menangkal kejahatan, roh jahat, dan lainnya. Sedangkan paronomasia

adalah kiasan dengan mempergunakan kemiripan bunyi. Ia merupakan permainan kata

yang didasarkan pada kemiripan bunyi, tetapi terdapat perbedaan besar dalam

maknanya. Misalnya:

- Lihatlah sang raksasa telah tiba (magsudnya si Cebol).

c. Tujuan Gaya Bahasa

Tujuan dari gaya bahasa adalah untuk memungkinkan kita menilai pribadi, watak,

dan kemampuan seseorang yang mempergunakan bahasa itu (Keraf, 2004: 113). Gaya

bahasa memerlukan sebuah kejujuran, kejujuran dalam bahasa sendiri adalah mengikuti

aturan-aturan, kaidah-kaidah yang baik dan benar dalam berbahasa.

Gaya bahasa juga akan menimbulkan sebuah efek bagi pengguna bahasa, efek yang

akan timbul adalah suatu kejelasan dalam berbahasa. Menyampaikan sesuatu secara jelas

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. …digilib.ump.ac.id/files/disk1/2/jhptump-a-mustakim-93-2-babii.pdfKegiatan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas VII SMP Negeri 3 Cilacap

berarti membuat pembaca atu pendengar memeras keringat untuk mencari tahu apa yang

disengarkannya. Disamping itu penggunaan gaya bahasa akan membuat pendengar tidak

membuang-buang waktu untuk mendengar secara panjang lebar, kalau hal itu dapat

diungkapkan dalam beberapa rangkaian saja (Keraf, 2004: 115).

Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan gaya bahasa adalah mempergunakan bahasa

secara efektif agar pendengar bisa mengetahui maksud dari apa yang didengarkannya

terutama dari makna bahasa yang dituturkan oleh pemakai bahasa sehingga tujuan dari

sebuah tuturan dapat dimengerti dengan mudah oleh pendengar.

Macam-macam tujuan penggunaan gaya bahasa antara lain:

1) Untuk Menyatakan Penolakan

Tujuan gaya bahasa untuk menyampaikan sebuah penolakan biasanya digunakan

ketika penutur tidak menyukai sesuatu yang ada di sekelilingnya, ataupun penutur merasa

tidak nyaman dengan keadaaan yang ada di sekelilingnya sehingga penutur

mengungkapkannya secara langsung namun penutur menggunakan gaya bahasa untuk

menyampaikannya. Contoh tujuan gaya bahasa untuk menyampaikan penolakan: Saya tidak

ingin jika kalian mendapatkan harta yang banyak dengan cara mencuri.

2) Untuk Menyampaikan Larangan

Tujuan gaya bahasa untuk menyampaikan larangan biasanya digunakan dalam

sebuah kalimat atau tuturan karena adanya sebuah kejadian yang dianggap menyimpang

oleh penutur sehingga penutur menyampaikan sebuah larangan dengan gaya bahasa. Contoh

tujuan gaya bahasa untuk menyampaikan larangan: Kalian jangan membodohi diri kalian

sendiri dengan mencontek ketika ujian nasional.

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. …digilib.ump.ac.id/files/disk1/2/jhptump-a-mustakim-93-2-babii.pdfKegiatan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas VII SMP Negeri 3 Cilacap

3) Untuk Menyampaikan Informasi

Tujuan gaya bahasa untuk menyampaikan informasi adalah bahwa gaya bahasa dapat

digunakan untuk menyampaikan berbagai informasi yang ada, baik dilakukan oleh penutur

maupun lawan tuturnya. Contoh tujuan gaya bahasa untuk menyampaikan informasi adalah:

Amir sebenarnya anak yang pintar, tapi dia menjadi bodoh karena tidak pernah belajar.

4) Untuk Menyampaikan Sebuah Penegasan

Tujuan gaya bahasa untuk menyampaikan penegasan biasanya digunakan untuk

menyampaikan sesuatu hal yang dianggap penting, atau sesuatu yang dipentingkan dalam

suatu kalimat atau tuturan. Contoh: kemarin hujan turun sangat lebat, karena hujan turun

sangat lebat kemarin saya tidak berangkat ke sekolah.

5) Untuk Menyatakan Persamaan

Tujuan gaya bahasa untuk menyatakan persamaan bisanya digunakan untuk

menyatakan sesuatu hal yang dipersamakan dengan hal lain, namun yang dipersamakan bisa

sanya mempunyai makna yang berbeda antara hal yang satu dengan hal yang lainnya.

Contoh: wajah Andi merah seperti delima merekah.

6) Untuk Menyampaikan Pendapat

Tujuan gaya bahasa untuk menyampaikan pendapat digunakan ketika penutur ingin

menyampaikan sesuatu kepada lawan tutur tetapi penutur menggunakan gaya bahasa untuk

menyampaikannya. Contoh: ani lebih cantik mengenakan kerudung karena dia terlihat

anggun seperti ibunya.

7) Untuk Menyampaikan Perintah

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. …digilib.ump.ac.id/files/disk1/2/jhptump-a-mustakim-93-2-babii.pdfKegiatan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas VII SMP Negeri 3 Cilacap

Tujuan gaya bahasa untuk menyampaikan perintah digunakan untuk menympaikan

sebuah perintah kepada lawan tuturnya, perintah yang biasanya disampaikan tidak secara

langsung tetapi menggunakan bahasa-bahasa yang sesuai dengan keadaan yang ada. Contoh:

Andi tolong ambilkan buku di meja saya, iya buku bahasa indonesia di meja saya.

8) Sebagai Kalimat Sapaan

Tujuan gaya bahasa sebagai kaliamat sapaan biasanya digunakan untuk

menghangatkan situasi, menghangatkan situasi yang dimagsud di sini adalah tuturan yang

ada bertujuan untuk menyapa lawan tutur, kaliamat sapaan ayang ada biasanya digunakan

ketika tuturan baru saja berlangsung walupun penutur dan lawan tutur belum saling

mengenal. Contoh: bagaimana kabar Anto, sudah satu minggu tidak kelihatan batang

hidungnya.

9) Untuk Menyampaikan Pertanyaan

Tujuan gaya bahasa untuk menyampaikan pertanyaan biasanya digunakan oleh

penutur maupun lawan tutur untuk melontorkan sebuah pertanyaan. Contoh: apakah kalian

puas dengan nilai lima, apakah kalian puas?

10) Untuk Membandingkan

Tujuan gaya bahasa untuk membandingkan biasanya digunakan untuk

membandingkan sesuatu dengan sesuatu hal laina. Contoh: anak perempuan biasanya lebih

tertib dibandingkan anak laki-laki.

3. Kegiatan Pembelajaran.

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. …digilib.ump.ac.id/files/disk1/2/jhptump-a-mustakim-93-2-babii.pdfKegiatan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas VII SMP Negeri 3 Cilacap

Kegiatan pembelajaran merupakan interaksi yang dilakukan antara guru dan peserta

didik dalam suatu pengajaran untuk mewujudkan tujuan yang ditetapkan. Kegiatan

pembelajaran diarahkan untuk memberdayakan semua potensi peserta didik agar menguasai

kompetensi yang diharapkan. Kegiatan pembelajaran mengembangkan kemampuan untuk

mengetahui, memahami, melakukan sesuatu, hidup dalam kebersamaan dan

mengaktualisasikan diri (Majid, 2008: 24). Sedangkan pengajaran dapat diartikan sebagai

suatu proses yang dilakukan oleh para guru dalam membimbing, membantu, dan

mengarahkan peserta didik untuk memiliki pengalaman belajar. Dengan kata lain pengajaran

adalah suatu cara bagaimana mempersiapkan pengalaman belajar bagi peserta didik.

Kegiatan pembelajaran selain diawali dengan perencanaan yang bijak, serta

didukung dengan komunikasi yang baik, juga harus didukung dengan pengembangan

strategi yang mampu membelajarkaan siswa. Kegiatan pembelajaran merupakan suatu

proses penyelenggaraan interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar (Majid,

2008: 111). Belajar adalah kegiatan yang bersifat universal dan multi dimensional.

Dikatakan universal karena belajar bisa dilakukan siapa pun, kapan pun dan di mana pun.

Karena itu bisa saja siswa tidak butuh dengan proses pembelajaran yang terjadi dalam

ruangan yang terkontrol atau lingkungan terkendali.

Dalam kegiatan pembelajaran peran seorang guru sangatlah penting, karena guru

harus dapat menempatkan diri dan menciptakan suasana yang kondusif, karena tujuan guru

di sekolah sebagai orang tua kedua yang bertanggung jawab atas pertumbuhan dan

perkembangan jiwa anak (Majid, 2008:128).

Jadi dapat didimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran dapat terlaksana sesuai dengan

tujuan yang diharapkan haruslah ada sebuah komunikasi yang baik antara guru dan siswa,

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. …digilib.ump.ac.id/files/disk1/2/jhptump-a-mustakim-93-2-babii.pdfKegiatan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas VII SMP Negeri 3 Cilacap

baik komunikasi yang dilakukan mengenai materi pembelajaran maupun diluar materi

pembelajaran. Guru juga harus memberikan motifasi terhadap siswa yang nantinya akan

mendorong siswa untuk lebih bergairah mengikuti pembelajaran