unsur-unsur intrinsik naskah drama aeng karya …digilib.unila.ac.id/29596/2/skripsi full.pdf ·...

98
UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA PUTU WIJAYA DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA (Skripsi) Oleh WIDYASNI AMANDA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017

Upload: vomien

Post on 04-Mar-2019

418 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli

UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA PUTUWIJAYA DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA

INDONESIA DI SMA

(Skripsi)

OlehWIDYASNI AMANDA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIAFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNGBANDAR LAMPUNG

2017

Page 2: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli

ABSTRAK

UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA PUTUWIJAYA DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA

INDONESIA DI SMA

Oleh

Widyasni Amanda

Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana unsur intrinsik dalam naskah

drama Aeng dan bagaimana implikasinya terhadap pembelajaran bahasa Indonesia

di SMA. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan unsur-unsur intrinsik

naskah drama Aeng karya Putu Wijaya dan implikasinya dalam pembelajaran

bahasa Indonesia di SMA.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif.

Sumber data dalam penelitian ini naskah drama yang berjudul Aeng karya Putu

Wijaya. Naskah ini menceritakan tentang seorang pria bernama Alimin yang

mengalami ketidakadilan dari lingkungan sekitarnya. Teknik analisis data dalam

penelitian ini adalah teknik baca-catat.

Hasil penelitian menunjukan bagaimana unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam

naskah drama Aeng dan implikasinya terhadap pembelajaran bahasa Indonesia di

SMA yang dapat dijadikan referensi dalam pembelajaran bahasa Indonesia.Unsur-

unsur Intrinsik dalam naskah drama Aeng diungkapkan melalui indikator tema,

Page 3: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli

tokoh, penokohan, alur, latar, bahasa, dan amanat. Hasil penelitian ini

diimplikasikan dalam pembelajaran mengidentifikasi alur cerita, babak demi

babak, dan konflik dalam drama dan mempertunjukkan salah satu tokoh sebagai

bentuk apresiasi karya sastradi SMA seperti yang tercantum pada KD 3.18

Mengidentifikasi alur cerita, babak demi babak, dan konflik dalam drama yang

dibaca atau ditonton.

Kata kunci: naskah drama Aeng, unsur-unsur intrinsik, dan implikasi.

Page 4: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli

UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA PUTU

WIJAYA DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA

INDONESIA DI SMA

Oleh

WIDYASNI AMANDA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2017

Page 5: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli
Page 6: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli
Page 7: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli
Page 8: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir pada 13 April 1995 di Tanjung Karang, Kota Bandar

Lampung, Provinsi Lampung. Penulis merupakan anak pertama

dari tiga bersaudara, puteri dari pasangan Bapak Asnawi dan Ibu

Sutini.

Penulis mulai mengenyam pendidikan formal pada tahun 2001 di

SDN 1 Sukabumi Indah diselesaikan pada tahun 2007. Sekolah Menengah

Pertama di SMPN 5 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2010. Sekolah

Menengah Atas di SMAN 5 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2013.

Tahun 2013 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas

Keguran dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung, melalui jalur SNMPTN.

Pada tahun 2017, penulis melakukan Praktik Pengalaman Kependidikan

di SMPN 1 Anak Ratu Aji, Lampung Tengah.

Page 9: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli

MOTO

اكرموا اضوالدضكم وا حسنوا ادبھم ‘’Muliakanlah anak-anakmu dan baguskanlah pendidikan mereka’’.

(H.R. At-Thabrani dan Khatib)

إیاك وقرین وء ,الس فإنك بھ تعرف “Jauhilah teman yang jahat, karena dengannya engkau akan dikenali”.

(H.R. Ibnu Asakir dari Anas)

Page 10: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli

PERSEMBAHAN

Dengan mengucapkan Alhamdulillah dan rasa bahagia atas nikmat yang diberi

Allah Subhanahuwataala, kupersembahkan karya sederhana ini untuk orang-

orang yang paling berharga dalam hidupku.

1. Kedua orang tuaku tercinta, Ayahanda Asnawi dan Ibunda Sutini yang selalu

memberikan doa dalam setiap sujudnya dan harapan di setiap tetes keringatnya

demi tercapainya cita, citra, dan cintaku;

2. Adik-adikku tersayang, Jessika Amanda dan Sacira Amanda yang telah

menghiburku disaat aku lelah, memberikan dukungan dan semangat dalam

menuntut ilmu serta menanti keberhasilanku;

3. Suamiku tercinta Muhammad Rindra yang selalu memberikan dukungan dan

doa untukku dalam mencapai keberhasilaanku;

4. Anakku tersayang Rianda Ramadhani Samudra yang selalu menjadi sumber

motivasiku untuk mencapai keberhasilan demi masa depan;

5. Almamater tercinta Universitas Lampung.

Page 11: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli

SANWACANA

Alhamdulillah, segenap rasa syukur penulis ucapkan terima kasih kepada Allah

Swt. yang maha berkehendak atas segala sesuatu dan telah memberikan limpahan

rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Unsur-unsur Intrinsik Naskah Drama Aeng karya Putu Wijaya dan

Implementasinya dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA” sebagai salah

satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia di Universitas Lampung.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis tentu telah banyak menerima

masukan, arahan, bimbingan, motivasi, dan bantuan dari berbagai pihak.

Sehubungan dengan hal itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-

pihak berikut.

1. Dr. Munaris, M. Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia sekaligus dosen Pembimbing I, atas kesediaannya dalam

memberikan bimbingandan saran selama penyusunan skripsi.

2. Drs. Ali Mustofa.,M. Pd., selaku dosen Pembimbing II atas kesabarannya

dalam memberikan bimbingan, saran, arahan, dan motivasi yang diberikan

selama penyusunan skripsi ini.

3. Dr. Edi Suyanto, M. Pd., selaku dosen Pembahas yang telah memberikan

saran dan kritik pada skripsi ini.

Page 12: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli

4. Dr. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung.

5. Dr. Mulyanto Widodo, M. Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan

Seni sekaligus dosen Pembimbing Akademik (PA).

6. Bapak dan Ibu dosen serta staf Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia dan Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni.

7. Kedua orang tuaku tercinta, Ayahanda Asnawi dan Ibunda Sutini yang selalu

memberikan doa dalam setiap sujudnya dan harapan disetiap tetes

keringatnya demi tercapainya cita, citra, dan cintaku;

8. Adik-adikku tersayang, Jessika Amanda dan Sacira Amanda yang telah

menghiburku disaat aku lelah, memberikan dukungan dan semangat dalam

menuntut ilmu serta menanti keberhasilanku;

9. Suamiku tercinta Muhammad Rindra yang selalu memberikan dukungan dan

doa untukku dalam mencapai keberhasilaanku;

10. Anakku tersayang Rianda Ramadhani Samudra yang selalu menjadi sumber

motivasiku untuk mencapai keberhasilan demi masa depannya;

11. Sahabat kecilku Indria Nabilla Rahmayanti yang selalu memberi dukungan

dan doa untuk keberhasilanku;

12. Sahabatku tersayang, Engrid Septa Reni, Puspita Cahya Rivai, Roza Novi

Linda, dan Safira Nabila yang selalu siap membantuku dalam hal apapun,

selalu menghibur, memberi saran, dan semangat, sehingga aku merasa

memiliki keluarga baru.

13. Rekan-rekan seperjuanganku Batrasia’13, terima kasih atas kebersamaan

yang telah kalian berikan selama ini.

Page 13: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli

14. Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta

rasa peduli layaknya orang tua di rumah, saat melakukan kegiatan KKN

selama 40 hari di Gedung Sari, Anak Ratu Aji, Lampung Tengah.

15. Guru SMPN 1 Anak Ratu Aji, terutama Ibu Ch.Winaryanti, S.Pd., yang telah

membimbingku untuk menjadi seorang guru yang baik dan belajar menjadi

guru yang profesional.

16. Siswa-siswi SMPN 1 Anak Ratu Aji yang telah menyadarkanku bahwa

percaya diri itu sangat penting, dan hidup sangat sayang untuk dilewatkan

tanpa rasa syukur.

17. Rekan-rekan KKN Anak Ratu Aji yang telah menjadikan 40 hariku penuh

makna dan berwarna selama mengabdi di Gedung Sari, Anak Ratu Aji,

Lampung Tengah.

18. Kepada semua pihak yang ikut berperan dan membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Allah Subhanahuwataala membalas segala keikhlasan, amal, dan bantuan

semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, terutama bagi

dunia pendidikan, khususnya Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Aamiin.

Bandar Lampung,Penulis,

Widyasni Amanda

Page 14: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ......................................................................................................................... iHALAMAN JUDUL ........................................................................................................ iiiHALAMAN PENGESAHAN .......................................................................................... ivRIWAYAT HIDUP........................................................................................................... vMOTO................................................................................................................................ viPERSEMBAHAN ............................................................................................................. viiSANWACANA .................................................................................................................. viiiDAFTAR ISI ..................................................................................................................... xiDAFTAR SINGKATAN................................................................................................... xiiDAFTAR TABEL ............................................................................................................ xiiiDAFTAR LAMPIRAN..................................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................................... 11.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................ 71.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................................... 71.4 Manfaat Penelitian ....................................................................................................... 71.5 Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................................ 8

BAB II LANDASAN TEORI2.1 Pengertian Unsur Pembangun Cerita ............................................................................ 102.2 Unsur-Unsur Intrinsik ................................................................................................... 14

2.2.1 Tema ................................................................................................................... 152.2.2 Tokoh dan Penokohan ........................................................................................ 172.2.3 Alur ..................................................................................................................... 232.2.4 Latar .................................................................................................................... 282.2.5 Bahasa................................................................................................................. 292.2.6 Amanat................................................................................................................ 45

2.3 Pembelajaran Sastra di SMA ........................................................................................ 46

BAB III METODE PENELITIAN3.1 Metode Penelitian ......................................................................................................... 523.2 Data danSumber Data .................................................................................................. 533.3 Teknik Pengumpulan Data ........................................................................................... 533.4 Teknik Analisis Data .................................................................................................... 53

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN4.1 Hasil Penelitian ............................................................................................................. 56

Page 15: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli

4.2 Pembahasan................................................................................................................... 574.2.1 Unsur-unsur Pembangun Cerita ........................................................................... 57

4.2.1.1 Tema....................................................................................................... 584.2.1.2 Tokoh...................................................................................................... 614.2.1.3 Penokohan .............................................................................................. 644.2.1.4 Alur......................................................................................................... 664.2.1.5 Latar........................................................................................................ 684.2.1.6 Bahasa .................................................................................................... 704.2.1.7 Amanat ................................................................................................... 72

4.2.2 Implikasinya dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA ............................ 74

BAB V SIMPULAN DAN SARAN5.1 Simpulan ....................................................................................................................... 785.2 Saran ............................................................................................................................. 79

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 80LAMPIRAN ...................................................................................................................... 81

Page 16: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli

DAFTAR TABEL

Tabel : 3.4.1 Indikator Unsur-Unsur Intrinsik

Tabel : 4.1.1 Hasil Penelitian

Page 17: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli

DAFTAR SINGKATAN

Al : Alur

Amt : Amanat

Bhs : Bahasa

Lr : Latar

Pkn : Penokohan

Tk : Tokoh

Tm : Tema

Page 18: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Instrumen Penelitian

Lampiran 2 : Data Penelitian

Lampiran 3 : Naskah Drama Aeng

Lampiran 4 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Page 19: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sebuah karya sastra disusun oleh dua unsur pembangun, yaitu unsur intrinsik dan

unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik merupakan unsur yang berasal dari dalam sebuah

karya sastra, sedangkan ekstrinsik merupakan unsur yang menyusun karya sastra

dari luar. Unsur intrinsik ini meliputi tema, tokoh dan penokohan, alur, latar, gaya

bahasa, dan amanat. Dalam penelitian ini unsur penyusun karya sastra yang akan

diteliti adalah unsur intrinsik dari naskah drama.

Unsur Intrinsik menentukan apa, siapa, kapan, di mana, dan bagaimana jalan

cerita yang akan dipentaskan. Hal ini sangat membantu pembaca maupun

penonton untuk memahami pesan yang akan disampaikan pengarang melalui

peristiwa yang terjadi dalam sebuah drama. Unsur tersebut sangat berperan

penting agar pembaca dan penonton paham akan maksud pengarang yaitu bahasa.

bahasa yang digunakan haruslah bahasa yang komunikatif. Melalui unsur

intrinsik, peserta didik mampu mengapresiasi sebuah karya sastra. Peserta didik

mampu menganalisis sebuah cerita lalu belajar memerankannya dan

mementaskannya di depan kelas.

Page 20: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli

2

Keterampilan yang dapat dilaksanakan berdasarkan penelitian ini seperti

memerankan salah satu tokoh dalam drama yang berkaitan dengan KD 4.18.

Memerankan salah satu tokoh dalam sebuah drama merupakan bentuk apresiasi

atau cara menghargai suatu karya sastra. Tidak hanya itu, dengan memerankan

salah satu tokoh dalam drama berarti peserta didik turut mengapresiasi tingkah

laku dari tokoh yang mereka perankan.

Unsur intrinsik yang akan diteliti adalah unsur intrinsik yang terdapat dalam

naskah drama Aeng karya Putu Wijaya. Dalam drama yang dikemukakan biasanya

tidak terlepas dari aspek-aspek sosial masyarakat, misalnya masalah perasaan

sayang, cinta, benci, dendam, ketulusan, kesetiaan, kesucian, dan lain-lain.

Konsep drama mengacu kepada dua pengertian, yaitu drama sebagai naskah dan

drama sebagai pentas. Drama ditulis dengan tujuan dipentaskan, akan tetapi tidak

berarti semua karya drama yang ditulis pengarang haruslah dipentaskan.

Drama merupakan bentuk sastra yang digemari oleh masyarakat luas dan

merupakan bentuk penciptaan kembali kehidupan nyata. Lakuan dan dialog dalam

drama tidak jauh beda dengan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.Oleh

karena itu, kita seringkali melihat cerita-cerita yang dipentaskan di atas panggung

mirip dengan kejadian yang terjadi di kehidupan sehari-hari kita, mulai dari

perilaku, kostum, bahasa, dan sebagainya.

Sebelum drama dipentaskan terdapat hal yang sangat penting untuk dilakukan,

yaitu memahami naskah drama. Naskah drama tidak hanya menonjolkan seni

peran, tetapi juga sarat akan pesan. Idenya murni pemikiran sang penulis naskah.

Namun,dapat pula diambil dari naskah orang lain maupun dari kisah-kisah klasik,

biasanya penulis menafsirkan ulang kisah tersebut sehingga banyak terjadi

Page 21: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli

3

perubahan, baik itu dalam hal sudut pandang, tokoh, ataupun setingnya, hal ini

sah-sah saja asal tidak menyimpang dari kisah aslinya. Naskah drama seperti itu

disebut karya adaptasi.

Naskah drama dapat dijadikan sebagai bahan studi sastra, dapat dipentaskan, dan

dapat dipagelarkan dalam media audio, berupa sandiwara radio atau kaset.

Pagelaran pentas dapat di depan publik langsung maupun di dalam televisi.

Naskah drama merupakan karangan atau cerita yang berupa tindakan yang masih

berbentuk teks yang belum dipentaskan (Rokmansyah, 2014: 40). Drama dapat

dipahami dan dimengerti tanpa menyaksikan peristiwa di atas pentas. Naskah

drama merupakan media untuk memahami dan mengerti drama yang akan

dipentaskan.

Naskah drama Aeng karya Putu Wijaya merupakan naskah drama yang ditulis

oleh I Gusti Ngurah Putu Wijaya, yaitu seorang sastrawan yang berasal dari Bali.

Putu Wijaya lahir di Puri Anom, Sarem, Kangin, Tabanan, Bali pada 11 April

1944. Drama Aeng sendiri merupakan drama monolog yang mengisahkan seorang

pria yang ditinggalkan oleh lingkungan sekitarnya termasuk orang tua dan

kekasihnya. Ia ditinggalkan karena perilaku tidak baiknya terhadap orang lain,

prilaku tidak baik itu juga terbentuk karena lingkungan sekitarnya yang

mendukung ia untuk berbuat jahat. Nama Aeng pada judul drama karya Putu

Wijaya ini berasal dari bahasa Bali yang berarti “Sempurna”.

Putu Wijaya yang kita kenal sebagai sastrawan mempunyai nama yang cukup

panjang, yaitu I Gusti Ngurah Putu Wijaya. Dari namanya itu dapat diketahui

bahwa ia berasal dari Bali. Putu memang dilahirkan di Puri Anom, Tabanan, Bali

pada tanggal 11 April 1944. Pada masa remaja ia sudah menunjukkan

Page 22: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli

4

kegemarannya pada dunia sastra. Saat masih duduk di sekolah menengah pertama

di Bali, ia mulai menulis cerita pendek dan beberapa di antaranya dimuat di harian

Suluh Indonesia, Bali. Ketika duduk di sekolah menengah atas, ia memperluas

wawasannya dengan melibatkan diri dalam kegiatan sandiwara. Setelah selesai

sekolah menengah atas, ia melanjutkan kuliahnya di Yogyakarta, kota seni dan

budaya.

Di Yogyakarta, selain kuliah di Fakultas Hukum, UGM, ia juga mempelajari seni

lukis di Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI), drama di Akademi Seni Drama

dan Film (Asdrafi), dan meningkatkan kegiatannya bersastra. Dari Fakultas

Hukum, UGM, ia meraih gelar sarjana hukum (1969), dari Asdrafi ia gagal dalam

penulisan skripsi, dan dari kegiatan berkesenian ia mendapatkan identitasnya

sebagai seniman.

Setelah kira-kira tujuh tahun tinggal di Yogyakarta, Putu pindah ke Jakarta. Di

Jakarta ia bergabung dengan Teater Kecil dan Teater Populer. Di samping itu, ia

juga bekerja sebagai redaktur majalah Ekspres. Setelah majalah itu mati, ia

menjadi redaktur majalah Tempo (1971-1979). Bersama rekan-rekannya di

majalah Tempo, Putu mendirikan Teater Mandiri (1974).

Pada saat masih bekerja di majalah Tempo, ia mendapat beasiswa belajar drama di

Jepang (1973) selama satu tahun. Namun, karena tidak kerasan dengan

lingkungannya, ia belajar hanya sepuluh bulan. Setelah itu, ia kembali aktif di

majalah Tempo. Pada tahun 1975 ia mengikuti International Writing Program di

Iowa, Amerika Serikat. Setelah itu, ia juga pernah menjadi redaktur majalah

Zaman (1979-1985).

Page 23: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli

5

Ia juga mempunyai pengalaman bermain drama di luar negeri, antara lain dalam

Festival Teater Sedunia di Nancy, Prancis (1974) dan dalam Festival Horizonte III

di Berlin Barat, Jerman (1985). Ia juga membawa Teater Mandiri berkeliling

Amerika dalam pementasan drama Yel dan berpentas di Jepang (2001). Di

samping itu, ia juga pernah mengajar di Amerika Serikat (1985-1988).

Selama bermukim di Yogyakarta, kegiatan sastranya lebih terfokus pada teater. Ia

pernah tampil bersama Bengkel Teater pimpinan W.S. Rendra dalam beberapa

pementasan, antara lain dalam pementasan Bip-Bop (1968) dan Menunggu Godot

(1969). Ia juga pernah tampil bersama kelompok Sanggar Bambu. Selain itu, ia

juga (telah berani) tampil dalam karyanya sendiri yang berjudul Lautan Bernyanyi

(1969). Ia adalah penulis naskah sekaligus sutradara pementasan itu. Naskah

dramanya itu menjadi pemenang ketiga Sayembara Penulisan Lakon yang

diselenggarakan oleh Badan Pembina Teater Nasional Indonesia.

Kegiatan sastranya lebih menonjol pada bidang teater, Putu Wijaya pun lebih

dikenal sebagai dramawan. Sebenarnya, selain berteater ia juga menulis cerpen

dan novel dalam jumlah yang cukup banyak, di samping menulis esai tentang

sastra. Sejumlah karyanya, baik drama, cerpen, maupun novel, telah

diterjemahkan ke dalam bahasa asing, antara lain bahasa Inggris, Belanda,

Prancis, Jerman, Jepang, Arab, dan Thailand.

Gaya Putu menulis novel tidak berbeda jauh dengan gayanya menulis drama.

Seperti dalam karya dramanya, dalam novelnya pun ia cenderung

mempergunakan gaya objektif dalam pusat pengisahan dan gaya stream of

consciousness dalam pengungkapannya. Terhadap karya-karya Putu itu, Rachmat

Djoko Pradopo (dalam Memahami Drama Putu Wijaya: Aduh, 1985) memberi

Page 24: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli

6

komentar bahwa Putu berani mengungkapkan kenyataan hidup karena dorongan

naluri yang terpendam dalam bawah sadar, lebih-lebih libido seksual yang ada

dalam daerah kegelapan.

Peneliti melakukan penelitian mengenai unsur-unsur intrinsik disebabkan karena

unsur-unsur intrinsik merupakan materi yang sering sekali dipelajari di sekolah.

Pembelajaran sastra di sekolah masih terbilang kurang, oleh karena itu penelitian

ini diharapkan mampu menjadi referensi untuk guru membuat materi bahan ajar di

sekolah terutama untuk pembelajaran sastra drama. Berdasarkan alasan tersebut

penulis ingin mengkaji unsur-unsur intrinsik naskah drama Aeng karya Putu

Wijaya.

Penulis ingin meneliti unsur-unsur intrinsik naskah drama Aeng karya Putu

Wijaya karena drama merupakan bagian yang erat dari pembelajaran bahasa dan

sastra Indonesia di sekolah menengah atas (SMA) dan terdapat pesan moral dalam

naskah drama Aeng yang dapat dijadikan sebagai bahan untuk pembelajaran moral

terhadap Tuhan dan sesama manusia sesuai dengan Kompetensi Inti (KI) yang

tercantum pada silabus. Drama meliputi aspek mendengarkan (memahami

pementasan/pembacaan drama), berbicara (memerankan tokoh dalam pementasan

drama), menulis (membuat naskah drama).

Berdasarkan Kompetensi Dasar (KD) yang terdapat dalam topik materi Drama

pada silabus bahasa Indonesia Kurikulum 2013, penulis memfokuskan penelitian

pada unsur-unsur intrinsik naskah drama yang terdapat dalam KD 3.18

Mengidentifikasi alur cerita, babak demi babak, dan konflik dalam drama yang

dibaca atau ditonton. Kompetensi dasar tersebut dimuat dalam kurikulum 2013.

Tujuan adanya pembelajaran sastra di SMA adalah untuk mendorong siswa agar

Page 25: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli

7

memiliki rasa peka terhadap karya sastra sehingga terdorong untuk membacanya.

Selain itu, tujuan adanya pembelajaran sastra di sekolah, yaitu untuk membentuk

peserta didik agar menjadi pembaca yang dapat menemukan kenikmatan dan nilai

dalam suatu karya sastra.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam naskah drama

Aeng karya Putu Wijaya?

2. Bagaimanakah implikasinya terhadap pembelajaran bahasa Indonesia di

SMA?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, penulis merumuskan tujuan-

tujuan peneltian sebagai berikut.

1. Mengkaji unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam naskah drama Aeng

karya Putu Wijaya.

2. Mengimplikasikan unsur-unsur intrinsik pada pembelajaran bahasa

Indonesia di SMA.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian yang berjudul Unsur-Unsur Intrinsik Naskah Drama Aeng karya Putu

Wijaya dan implikasinya dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMA memiliki

manfaat sebagai berikut.

Page 26: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli

8

1. Sebagai sumber informasi mengenai unsur-unsur intrinsik naskah drama

Aeng karya Putu Wijaya dan implikasinya dalam pembelajaran bahasa

Indonesia di SMA.

2. Sebagai sumbangan pemikiran dalam upaya pengembangan pengajaran

sastra di sekolah.

3. Memberikan pengalaman dan pengetahuan pembaca untuk memperluas

dan menambah wawasan dalam berpikir.

4. Sebagai bahan referensi untuk melakukan penelitian serupa.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Berikut adalah yang menjadi ruang lingkup dalam penelitian ini.

1. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah sebuah naskah drama yang berjudul Aeng,

naskah tersebut ditulis oleh Putu Wijaya, yaitu seorang sastrawan terkenal yang

memiliki banyak karya sastra. Naskah drama ini menceritakan seorang pria

bernama Alimin yang mengalami ketidakadilan dari lingkungan sekitarnya.

Naskah drama Aeng ini merupakan naskah drama monolog.

2. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini yaitu unsur-unsur intrinsik (tema, tokoh, penokohan,

alur, latar, bahasa, dan amanat) yang terkandung dalam naskah drama Aeng, serta

implikasinya dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMA.

Page 27: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli

9

Untuk mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam naskah drama

tersebut, dalam penelitian ini penulis berpedoman pada pendapat Rokhmansyah

(2014: 40) sebagai berikut.

A. Unsur pembangun drama, terdiri atas:

1) Tema

2) Tokoh

3) Penokohan

4) Alur

5) Latar

6) Bahasa

7) Amanat

Page 28: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli

BAB IILANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Unsur Pembangun Cerita

Unsur Intrinsik merupakan unsur pembangun yang terkandung di dalam suatu

karya sastra itu sendiri. Unsur ini merupakan struktur yang menjadi pondasi awal

sebuah karya sastra. Pada umumnya unsur intrinsik terdiri dari tema, tokoh dan

penokohan, alur, latar, bahasa, dan amanat. Pada penelitian ini unsur intrinsik

yang akan ditelaah ialah unsur intrinsik yang terdapat pada drama. Jika

dibandingkan dengan fiksi, maka unsur intrinsik drama dapat dikatakan kurang

sempurna. Pada drama tidak ditemukan adanya unsur pencerita, sebagaimana

terdapat di dalam fiksi (Hassanudin, 2015: 92).

Terlepas dari apakah sebuah karya drama itu nantinya dipentaskan atau hanya

sekedar dibaca saja, pada intinya apa yang disebut dengan drama adalah sebuah

genre sastra yang penampilan fisiknya memperlihatkan secara verbal adanya

dialog atau cakapan di antara tokoh-tokoh yang ada, selain didominasi oleh

cakapan yang langsung itu, lazimnya sebuah karya drama juga memperlihatkan

adanya semacam petunjuk pemanggungan yang akan memberikan gambaran

tentang suasana, lokasi, atau apa yang dilakukan oleh tokoh (Budianta, dkk.,

2006: 95). Berikut ini merupakan narasi awal dari naskah drama Aeng karya Putu

Wijaya.

Page 29: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli

11

“Ya! Diam kamu kerbau! Sudah aku bilang, aku tidur. Masak aku tidak bolehtidur sebentar. Kapan lagi aku bisa tidur kalau tidak sekarang. Nah begitu. Diam-diam sajalah dulu. Tenangkan saja dulu kepalamu yang kacau itu. Hormati sedikitkemauan tetangga kamu ini (BERBARING LAGI) Ya diam. Tenang seperti ini.Biar aku dengar hari bergeser mendekatiku dengan segala kebuasannya. Tiapdetik sekarang kita berhitung. Aku kecap detak-detak waktu kenyang-kenyang,karena siapapun tak ada lagi yang bisa menahannya untukku. Bahkan Tuhan jugasudah menampikku. Sebentar lagi mereka akan datang dan menuntunku kelapangan tembak. Mataku akan dibalut kain hitam dan sesudah itu seluruhhidupku jadi hitam. Aku akan terkulai di situ berlumuran darah. Jadi onggokandaging bekas. Sementara dunia terus berjalan dan kehidupan melenggang sepertitak kekurangan apa-apa tanpa aku. Sekarang kesempatanku yang terakhir untukmenunjuk arti. Mengisi kembali puluhan tahun di belakang yang sudah akulompati dengan terlalu cepat. Apa yang bisa dilakukan dalam waktu pendek tetapidahsyat? (MENGANGKAT TOPI DAN MELEMPARKANNYA KE ATAS)Ketika aku mulai melihat, yang pertama sekali aku lihat adalah kejahatan. Makkudihajar habis oleh suaminya yang kesetanan. Ketika pertama kali mendengar,yang kudengar adalah keserakahan. Para tetangga beramai-ramai memfitnah kamisupaya terkubur. Ketika pertama kali berbuat yang aku lakukan adalah dosa.Kudorong anak itu ke tengah jalan dan sepedanya aku larikan. Sejak itu merekanamakan aku bajingan. Mula-mula aku marah, karena nama itu diciptakanuntuk membuangku. Tetapi kemudian ketika aku terbiasa memakainya, banyakorang mengaguminya.Mereka datang kepadaku hendak berguru. Aku dinobatkanjadi pahlawan. Sementara aku merasa amat kesepian ditinggal oleh dunia yang takmau mengakuiku sebagai anaknya.” (DuniaSastra.Net)

Pada awal cerita Alimin menceritakan bagaimana kondisi keluarga dan

lingkungannya. Ia menceritakan kedua orangtuanya yang sering bertengkar,

ayahnya yang sangat tempramen terhadap ibunya. Keluarga Alimin sangat

dipojokkan dan dikucilkan lingkungan sekitarnya. Alimin tumbuh menjadi pribadi

yang kasar dan tidak bermoral, ia melakukan kejahatan yang awalnya takut

menjadi lebih berani karena masyarakat justru mendukung perilaku tak baiknya

itu. hingga akhirnya Alimin harus bertanggung jawab atas segala perbuatan tidak

baiknya itu dengan mendekam di jeruji besi selama bertahun-tahun.

Drama adalah bentuk karya sastra yang bertujuan menggambarkan kehidupan

dengan menyampaikan pertikaian dan emosi melalui lakuan dan dialog (Kosasih,

2012:132). Lakuan dan dialog yang terdapat dalam drama tidak jauh berbeda

Page 30: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli

12

dengan yang tejadi dalam kehidupan nyata. Drama merupakan penciptaan kembali

kehidupan nyata. Menurut Aristoteles adalah peniruan gerak yang memanfaatkan

unsur-unsur aktivitas nyata. Konsep drama mengacu pada dua pengertian, yaitu

drama sebagai naskah dan drama sebagai pentas (Rokhmansyah, 2014: 39).

Dalam drama dialog-dialog merupakan bagian terpenting dan sampai taraf tertentu

ini juga berlaku bagi monolog-monolog. Pada pokoknya sebuah drama terdiri atas

teks-teks para aktor, dan tak ada seorang juru cerita yang langsung menyapa para

penonton. Drama tidak langsung menyapa para penonton, tetapi konvensi tersebut

sering dilanggar, khususnya dalam drama modern (Luxemburg dalam Wiyatmi,

2006: 46). Pembicaraan drama tentang naskah akan lebih mengarah kepada dasar

dari telaah drama. Naskah drama dapat dijadikan sebagai bahan studi sastra, dapat

dipentaskan, dan dapat dipagelarkan dalam media audio, berupa sandiwara radio

atau kaset (Rokhmansyah, 2014: 40).

Petunjuk-petunjuk untuk pementasan bersifat sekunder karena selama pementasan

tak pernah diucapkan, tetapi dikonkretkan lewat isyarat-isyarat nonbahasa. Teks

yang memuat petunjuk pementasan tersebut disebut sebagai teks samping

(Wiyatmi, 2006: 47). Pagelaran pentas dapat di depan publik langsung maupun di

dalam televisi, untuk pegelaran drama di televisi, penulisan naskah drama sudah

lebih canggih, mirip dengan skenario film. Drama berarti perbuatan, tindakan atau

beraksi. Dalam kehidupan saat ini, drama mengandung arti yang lebih luas

ditinjau apakah drama sebagai salah satu genre sastra, ataukah drama itu sebagai

cabang kesenian yang mandiri.

Page 31: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli

13

Naskah drama tidak hanya menonjolkan seni peran, tetapi juga sarat akan pesan.

Idenya murni dari pemikiran sang penulis naskah. Namun demikian, dapat pula

diambil dari naskah orang lain maupun dari kisah-kisah klasik. Biasanya penulis

menfsirkan ulang kisah tersebut sehingga banyak terjadi perubahan, baik itu

dalam hal sudut pandang, tokoh, ataupun setingnya (Kosasih, 2012: 138). Dalam

naskah drama, watak para tokoh hanya dapat diketahui melalui penuturannya

masing-masing.

Drama naskah merupakan salah satu genre sastra yang disejajarkan dengan puisi

dan prosa Drama pentas adalah jenis kesenian seperti, tata lampu, seni lukis

(dekor, panggung), seni kostum seni rias, dan sebagainya. Contoh dari drama

pentas, yaitu wayang, ketoprak, ludruk, lenong, dan film. dalam kesenian tersebut,

naskah drama diramu dengan berbagai unsur untuk membentuk kelengkapan

(Rokhmansyah, 2014:40).

Kata drama sering dikaitkan dengan teater. Sebenarnya kata teater memiliki

makna yang lebih luas, meliputi drama, gedung pertunjukkan, panggung, grup

pemain drama, dan dapat juga berarti segala bentuk tontonan yang dipentaskan di

depan orang banyak. Pengertiannya ditentukan oleh konteks pembicaraan. Drama

naskah disebut juga sastra lakon. Sebagai salah satu genre sastra, drama naskah

dibangun oleh struktur fisik (kebahasaan) dan struktur batin (semantik, makna).

Wujud fisik sebuah naskah adalah dialog atau ragam tutur (Waluyo dalam

Rokhmansyah, 2014:40).

Menurut Morris [et al] (dalam Tarigan, 2011:69) kata drama berasal dari bahasa

Yunani; tegasnya dari kata kerja dran yang berarti “berbuat, to act atau to do” .

Page 32: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli

14

Demikian pula dari segi etimologinya mengutamakan perbuatan, gerak, yang

merupakan ini hakikat setiap karangan yang bersifat drama. Oleh karena itu, tidak

perlu usah heran jika Moulton mengatakan bahwa “drama adalah hidup yang

ditampilkan dalam gerak” (life presented in action) ataupun Bathazar Verhagen

yang mengemukakan bahwa “drama adala kesenian melukis sifat dan sikap

manusia dengan gerak (Tarigan, 2011: 70).

2.2 Unsur-Unsur Intrinsik Drama

Agar kita dapat memahami sebuah drama, maka seorang pembaca dan calon

pengkaji drama perlu juga mengenal dan memperhatikan unsur-unsur pembangun

drama. Unsur-unsur tersebut adalah:

1. Tema dan amanat

2. Alur (plot)

3. Penokohan (perwatakan, karakterisasi)

4. Latar (seting)

5. Cakapan (dialog)

6. Lakuan (Wiyatmi, 2006: 48)

Drama dibangun oleh unsur pembentuknya. Agar kita dapat mengevaluasi suatu

lakon, maka terlebih dahulu kita harus mengenal unsur-unsurnya dengan baik.

Unsur-unsur itu adalah:

1. Alur

2. Penokohan

3. Dialog

4. Aneka sarana kesastraan dan kedramaan (Tarigan, 2011: 75).

Page 33: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli

15

Dalam Rokmansyah (2014: 39) terdapat delapan unsur-unsur drama, yaitu:

1. Tokoh

2. Amanat

3. Bahasa

4. Dialog

5. Alur

6. Latar

7. Tema

8. Petunjuk teknis

Dari tiga pendapat para ahli yang telah dipaparkan pada paragraf sebelumnya

mengenai unsur-unsur intrinsik, maka penulis merujuk pada pendapat

Rokhmansyah. Hal ini dikarenakan unsur-unsur intrinsik yang terdapat pada teori

tersebut sesuai dengan yang ada pada pembelajaran sastra drama di sekolah

khususnya SMA. Berikut ini merupakan penjelasan mengenai unsur-unsur

intrinsik pada drama.

2.2.1 Tema

Tema pada dasarnya merupakan sejenis komentar terhadap subjek atau pokok

masalah, baik secara eksplisit maupun implisit. Dalam tema terkandung sikap

pengarang terhadap subjek atau pokok cerita. Tema memiliki fungsi untuk

menyatukan unsur-unsur lainnya. Di samping itu, juga berfungsi untuk melayani

visi atau responsi pengarang terhadap pengalaman dan hubungan totalnya dengan

jagat raya (Sayuti dalam Wiyatmi, 2006: 43).

Page 34: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli

16

Tema adalah sesuatu yang menjadi dasar cerita, sesuatu yang menjiwai cerita, atau

sesuatu yang menjadi pokok permasalahan dalam cerita (Rokhmansyah, 2014:

42). Menurut Kosasih (2011: 136) tema adalah gagasan yang menjalin struktur isi

drama. Tema dalam drama menyangkut segala persoalan, baik itu berupa masalah

kemanusiaan, kekuasaan, kasih sayang, kecemburuan, dan sebagainya. Agar kita

mengetahui tema dari sebuah drama, kita perlu mengapresiasi menyeluruh

terhadap berbagai unsur karangan itu, hal ini dikarenakan tema jarang dinyatakan

secara tersirat.

Tema dapat dirumuskan dari berbagai peristiwa, penokohan, dan latar. Tema

adalah inti permasalahan yang hendak dikemukakan pengarang dalam karyanya.

Oleh sebab itu tema merupakan hasil konklusi dari berbagai peristiwa yang terkait

dengan penokohan dan latar. Dalam sebuah drama terdapat banyak peristiwa yang

masing-masingnya mengemban permasalahan, tetapi hanya ada sebuah tema

sebagai intisari dari permasalahan-permasalahan tersebut. Permasalahan ini dapat

juga muncul melalui perilaku para tokoh ceritanya yang terkait dengan latar dan

ruang.

Tema dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu tema jasmaniah, yang

berkaitan dengan keadaan jiwa seorang manusia. Tema organic (moral yang

berhubungan dengan moral manusia. Tema social yang berhubungan dengan

masalah politik, pendidikan, dan propaganda. Tema egoik, berhubungan dengan

reaksi-reaksi pribadi yang pada umumnya menentang pengaruh sosial. Tema

ketuhanan yang berhubungan dengan kondisi dan situasi manusia sebagai

makhluk sosial (Sayuti dalam Wiyatmi, 2006: 43).

Page 35: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli

17

Unsur tema dalam karya sastra drama terdiri dari masalah, pendapat, dan pesan

pengarang itu secara langsung dan intuitif disimak oleh pembaca atau penonton

yang baik. Unsur buah pikiran itu disimak sebagai suatu kesatuan yang tidak

dapat dipisah-pisahkan lagi dan menjadi kekayaan rohani pembaca atau penonton

itu. Tema merupakan buah pikiran dari pengarang atau dramawan yang memiliki

fungsi terhadap unsur drama yang lain. Tema merupakan tujuan akhir yang harus

diungkapkan oleh plot, karakter, maupun bahasa. Oleh karena itu, tema justru

menjadi pedoman dan pemersatu bagi unsur-unsur drama lainnya (Sumardjo,

1988: 148)

Menurut Sayuti dalam Wiyatmi (2006: 43) tema ditafsirkan melalui cara-cara

berikut.

a. Penafsir hendaknya mempertimbangkan tiap detil cerita yang dikedepankan.

b. Penafsiran tema hendaknya tidak bertentangan dengan tiap detil cerita.

c. Penafsiran tema hendaknya tidak mendasarkan diri pada bukti-bukti yang tidak

dinyatakan baik secara langsung maupun tidak langsung.

d. Penafsiran tema haruslah mendasarkan pada bukti yang secara langsung ada

atau yang diisyaratkan dalam cerita.

2.2.2 Tokoh dan Penokohan

Sifat dan kedudukan tokoh cerita di dalam suatu karya sastra drama beraneka

ragam. Ada yang bersifat penting dan digolongkan kepada tokoh penting (major)

dan ada pula yang tidak terlalu penting dan digolongkan kepada tokoh pembantu

(minor). Ada berkedudukan sebagai protagonis, yaitu tokoh yang berperan

Page 36: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli

18

sebagai penggerak cerita, dan tokoh antagonis, yaitu tokoh yang berperan sebagai

penghalang dan masalah bagi protagonis. Biasanya pembaca dan penonton lebih

berempati pada tokoh protagonis.

Tokoh dalam drama mengacu pada watak (sifat-sifat pribadi seorang pelaku,

sementara aktor atau pelaku mengacu pada peran yang bertindak atau berbicara

dalam hubungannya dengan alur peristiwa (Wiyatmi, 2006: 50). Cara

mengemukakan watak di dalam drama lebih banyak bersifat tidak langsung, yaitu

melalui dialog dan lakuan. Dalam drama, watak pelaku dapat diketahui dari

perbuatan dan tindakan yang mereka lakukan, dari reaksi mereka terhadap suatu

situasi tertentu terutama situasi-situasi yang kritis, dari sikap mereka menghadapi

suatu situasi atau peristiwa atau watak tokoh lain (Brahim dalam Wiyatmi, 2006:

50).

Di samping itu, watak juga terlihat dari kata-kata yang diucapkan. Dalam hal ini

ada dua cara untuk mengungkapkan watak lewat kata-kata (dialog). Pertama, dari

kata-kata yang diucapkan sendiri oleh pelaku dalam percakapan dengan pelaku

lain. Kedua, melalui kata-kata yang diucapkan pelaku lain mengenai diri pelaku

tertentu (Brahim dalam Wiyatmi, 2006: 51).

Watak pada tokoh itu bukan saja merupakan pendorong untuk terjadinya

peristiwa, akan tetapi juga merupakan unsur yang menyebabkan masalah-masalah

yang timbul dalam peristiwa. Watak seorang tokoh biasanya menjadi penggerak

cerita. Tokoh cerita memiliki fungsi yang juga penting dalam hubungan dengan

pengungkapan buah pikiran pengarang. Tingkah laku dan perkataan tokoh pasti

akan membangkitkan perhatian dan menggiring pembaca atau penonton yang

Page 37: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli

19

peka untuk memahami, menghayati, dan menyimpulkan buah pikiran sang

pengarang (Sumardjo, 1988: 145).

Sama seperti yang ada dalam teori fiksi, tokoh dalam drama juga perlu dipahami

secara tiga dimensi, yaitu dimensi fisiologis, sosiologis, dan psikologis. Dimensi

fisiologis meliputi usia, jenis kelamin, keadaan tubuh, dan ciri-ciri muka, dan

sebagainya. Dimensi sosiologis meliputi status sosial, pekerjaan, jabatan, perana

di dalam masyarakat, pendidikan, agama, pandangan hidup, ideologi, aktivitas

sosial, organisasi, hoby, bangsa, suku, dan keturunan. Dimensi psikologis meliputi

mentalitas, ukuran moral, keinginan dan perasaan pribadi, sikap dan kelakuan

(temperamen), juga intelektualitasnya (Wiyatmi, 2006: 51).

Keadaan fisik tokoh (fisiologi) dapat pula memberikan tuntutan bagi pemahaman

drama. Persoalannya, keadaan fisik biasanya berkaitan dengan peran tokoh,

seorang yang berperan sebagai tukang pukul tidak mungkin berfisik kurus

kerempeng. Tokoh gadis yang diperebutkan, biasanya tidak berwajah jelek dan

memiliki cacat tubuh, melainkan cantik dan menarik. Pencatatan data fisik tokoh

dapat membantu interpretasi pembaca dalam merumuskan pemahaman terhadap

teks drama.

Tokoh-tokoh yang telah dipilih oleh pengarang biasanya telah dipersiapkan

sedemikian rupa. Saat karya drama ditulis kemungkinan untuk membuat sosok

tokoh yang telah dipersiapkan menjadi menyimpang dapat saja terjadi namun,

pengarang akan tetap menjaga agar tokoh tetap pada jalurnya dan tidak terlalu

jauh. Tokoh yang dihadirkan harus memiliki “beban” dalam membangun konflik

dalam drama, jika pengarang membiarkan tokoh terlalu bebas maka obsesi

Page 38: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli

20

tertentu yang terdapat dalam diri pengarang saat mempersiapkan karya drama

akan buyar dan digantikan dengan obsesi lain (Hasanuddin, 2015: 94).

Pemilihan aspek penamaan untuk tokoh diniatkan sejak semula oleh pengarang

untuk mewakili permasalahan dan konflik yang hendak dikemukakan. Oleh sebab

itu, dalam upaya menemukan permasalahan drama, pembaca perlu

mempertimbangkan unsur penamaan tokoh. Setidaknya hal yang harus disadari

pembaca adalah faktor nama merupakan suatu subsistem dari sistem yang lebih

besar. Nama dalam drama dapat menimbulkan persepsi dan resepsi tertentu.

Penamaan dalam drama berlaku sebagai suatu rangkaian dari sistem, meskipun

sulit merumuskan secara jelas maksud sistem dalam hal ini.

Sistem nama tokoh biasanya dianggap sebagai sesuatu yang periferial bukan

sesuatu yang inti, sehingga tidak pernah mendapat perhatian. Padahal sistem nama

tokoh dalam teks fiksionalitas merupakan subsistem dari sistem lain yang lebih

besar (Junus dalam Hasanuddin, 2015: 95). Setiap nama yang diberikan kepada

tokoh akan menyiratkan imajinasi pembaca yang segera dihubungkan dengan

pengetahuan tentang realitas yang mereka miliki. Di samping itu nama juga

memberikan gambaran profil tertentu dan juga dapat menimbulkan persepsi

mengenai etnis, prilaku, dan tradisi yang dimiliki etnis tersebut.

Berdasarkan kenyataan ini, pemberian nama tertentu pada diri tokoh oleh

pengarang akan memberikan pengaruh pada tokohnya. Nama Tukijan dan

Waginem tentu tidak menarik untuk dipergunakan sebagai nama-nama tokoh

drama dari kalangan yang berlatar masyarakat priyayi Jawa. Kalu dipaksakan

juga, maka hanya faktor kejanggalan yang akan muncul.

Page 39: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli

21

Tokoh jarang memiliki peran yang tunggal, biasanya bergantung dengan interaksi

sosial yang dilakukannya. Perubahan lawan interaksi sosial akan menyebabkan

berubahnya peran seorang tokoh. Setiap peran umumnya selalu hadir berpasangan

dengan peran lain dalam membentuk suatu permasalahan atau konflik. Oleh

karena itu, perubahan peran akan menyebabkan perubahan tingkah laku, ucapan,

dan tindakan, sebagai perwujudan pikiran dan perasaan tokoh dalam perannya.

Tingkah laku dan ucapan tokoh membentuk satuan karakter yang bersumber dari

gejolak psikis tokoh tersebut (Hasanuddin, 2015: 98).

Paling tidak dapat dirumuskan enam kedudukan peran para tokoh di dalam drama

(Junus dan Elam dalam Hasanuddin, 2015: 98). Keenam kedudukan peran inilah

yang membangun cerita dan membentuk konflik. Keenam kategori kedudukan

peran drama di dalam drama yang dapat diwakili para tokoh untuk membangun

dan membentuk konflik itu adalah sebagai berikut.

1) Peran Lion (Singa), yaitu tokoh yang dikategorikan sebagai tokoh pembawa

ide, dengan istilah lain disebut sebagai tokoh protagonis. Tokoh ini

memperjuangkan sesuatu yang sifatnya kebenaran, kekuasaan, perdamaian,

cinta, atau wanita (dalam banyak hal, dalam sastra wanita masih menempati

unsur yang diperebutkan). Peran Lion ini mendapatkan banyak hambatan dan

rintangan saat ingin mencapai tujuannya.

2) Peran Mars, yaitu tokoh menentang dan menghalang-halangi perjuangan peran

Lion dalam mencapai keinginan dan tujuan yang diperjuangkan tokoh peran

Lion. Umumnya peran Mars juga berkeinginan untuk mendapatkan apa yang

diinginkan oleh peran Lion. Peran Mars disebut juga sebagai tokoh Antagonis.

Page 40: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli

22

3) Peran Sun (Matahari), yaitu tokoh atau apapun yang menjadi sasaran

perjuangan Lion dan juga yang ingin dapatkan Mars. Sun merupakan apa

tujuan yang diinginkan dan diperjuangkan oleh Lion dan Mars.

4) Peran Earth (Bumi), yaitu tokoh apapun yang menerima hasil perjuangan Lion

atau Mars. Jika Lion berjuang untuk dirinya sendiri, maka Lion sekaligus

berperan sebagai Earth. Demikian juga Mars, jika ia berjuan untuk dirinya

sendiri maka sekaligus Mars berperan sebagai Earth.

5) Peran Scale (Neraca), yaitu peran menghakimi, memutuskan, menengahi, atau

juga menyelesaikan konflik dan permasalahan yang terjadi dalam drama.

Biasanya pertentangan antara Lion dan Mars.

6) Peran Moon (Bulan), yaitu peran yang bertugas sebagai penolong. Mungkin

saja Moon bertugas menolong Lion,tetapi juga akan ada Moon yang membantu

Mars. Di dalam kondisinya sebagai penolong, maka akan muncul banyak

variasi peran ini (Hasanuddin, 2015: 99-100).

Sastra Indonesia tidak mempunyai tradisi psikologisme yang kuat, dalam arti

bahwa penokohan dan perwatakan dalam karya sastra tidak banyak

mempersoalkan perkembangan personalitas dari pelaku-pelakunya. Tokoh-tokoh

dalam sastra tidak memiliki perwatakan yang merdeka, tetapi merupakan tokoh

yang sudah ditertibkan (Soemardjan dkk., 1984: 127). Personalitas dibentuk untuk

melancarkan jalannya kejadian dan bukan sebaliknya. Kejadian tidak pernah

mempengaruhi personalitas.

Dalam penokohan termasuk hal-hal yang berkaitan dengan penamaan, pemeranan,

keadaan fisik tokoh (aspek fisiologis), keadaan kejiwaan tokoh (aspek psikologis)

kedaan sosial tokoh (aspek sosiologi), serta karakter tokoh (Hasanuddin, 2015:

Page 41: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli

23

93). Hal-hal yang termasuk di dalam permasalahan penokohan ini saling

berhubungan dalam upaya membangun permasalahan atau konflik kemanusiaan

yang merupakan aspek penting. Selain melalui aspek inilah aspek lain dalam

drama dimungkinkan berkembang, unsur penokohan dalam drama terkesan lebih

tegas dan jelas pengungkapannya dibandingkan dengan fiksi.

Menurut Kosasih (2012:135) dan Tarigan (2011:76-77) tokoh-tokoh dalam drama

diklasifikasikan sebagai berikut.

a. Tokoh gagal atau tokoh badut (the foil) tokoh ini mempunyai pendirian yang

bertentangan dengan tokoh lain. Kehadiran tokoh ini berfungsi untuk

menegaskan tokoh lain itu.

b. Tokoh idaman (the type character). Tokoh ini berperan sebagai pahlawan

dengan karakternya yang gagah, berkeadilan, atau terpuji.

c. Tokoh statis (the static character). Tokoh ini memiliki peran yang tetap sama,

tanpa perubahan, mulai dari awal hingga akhir cerita.

d. Tokoh yang berkembang. Tokoh ini mengalami perkembangan selama cerita

itu berlangsung. Misalnya, tokoh Macbeth yang pada awal cerita sangat setia,

secara cepat berkembang dan berubah menjadi orang yang berkhianat pada

akhir cerita.

2.2.3 Alur

Hubungan antara satu peristiwa atau sekelompok peristiwa yang lain disebut alur

atau plot. Alur sebagai rangkaian peristiwa-peristiwa atau sekelompok yang saling

berhubungan secara kausalitas akan menunjukkan kaitan sebab akibat. Jika

hubungan kausalitas peristiwa terputus dengan peristiwa lain maka dapat

Page 42: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli

24

dikatakan bahwa alur tersebut kurang baik. Alur yang baik adalah alur yang

memiliki kausalitas sesama peristiwa yang ada di dalam sebuah teks drama

(Hasanuddin, 2015: 109). Karakteristik alur drama, jika ingin membedakannya

mungkin dapat dikategorikan dengan istilah alur konvensional dan alur non

konvensional.

Seorang dramawan menyusun alur untuk mencapai beberapa tujuan, salah satunya

adalah mengungkapkan buah pikirannya. Alur pada dasarnya merupakan deretan

peristiwa dalam hubungan logik dan kronologik saling berkaitan dan yang

diakibatkan atau dialami oleh para pelaku (Luxemburg dalam Wiyatmi, 2006: 49).

Plot atau alur cerita adalah rangkaian peristiwa yang satu sama lain dihubungkan

dengan hukum sebab-akibat. Dalam teks drama, alur tidak diceritakan, tetapi akan

divisualkan dalam panggung. Dengan demikian, bagian terpenting dari sebuah

alur drama adalah dialog dan lakuan (Sumardjo, 1988: 138).

Penyajian alur dalam drama diwujudkan dalam urutan babak dan adegan. Babak

adalah bagian terbesar dalam sebuah lakon (Wiyatmi, 2006: 49). Pergantian babak

dalam pentas drama ditandai dengan layar yang diturunkan atau ditutup, atau

lampu panggung dimatikan sejenak. Setelah lampu dinyalakan kembali atau layar

dibuka kembali dimulailah babak baru berikutnya. Pergantian babak biasanya

menandai pergantian latar, baik latar tempat, ruang, maupun waktu.

Adegan adalah bagian dari babak, sebuah adegan hanya menggambarkan satu

suasana. Pergantian adegan tidak selalu disertai dengan pergantian latar. Satu

babak dapat terdiri atas beberapa adegan. Struktur alur drama, yang oleh

Page 43: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli

25

Aristoteles (lewat Harymawan dalam Wiyatmi, 2006: 49) disebut sebagai alur

dramatik (dramatic plot)dibagi menjadi empat bagian, yaitu:

1. Protasis (permulaan): dijelaskan peran dan motif lakon.

2. Epitasio (jalinan kejadian).

3. Catastasis (klimaks): peristiwa mencapai titik kulminasi.

4. Catastrophe (penutup).

Seperti juga bentuk-bentuk sastra lainnya, maka suatu lakon haruslah bergerak

maju dari permulaan (beginning) melalui suatu pertengahan (middle), menuju

akhir (ending). Dalam drama, bagian-bagian ini dikenal dengan istilah-istilah

eksposisi, komplikasi, dan resolusi (Tarigan, 2011: 75).

Berikut ini pengertian dari bagian-bagian alur dalam drama.

a) Eksposisi

Eksposisi suatu lakon mendasari serta mengatur gerak atau action dalam masalah-

masalah waktu dan tempat. Eksposisi memperkenalkan para pelaku kepada kita,

yang akan dikembangkan dalam bagian utama lakon itu, dan memberikan suatu

indikasi mengenai resolusi.

b) Komplikasi

Komplikasi bertugas mengembangkan konflik. Sang pahlawan atau pelaku utama

menemui gangguan, penghalang-penghalang dalam pencpaian tujuannya; dia

membuat kekeliruan-kekeliruan, dan sebagainya. Dalam komplikasi inilah kita

dapat mempelajari serta meneliti tipe manusia yang bagaimanakah sebenarnya

yang pahlawan itu. Pengarang dapat menggunakan teknik sorot balik atau flash

back untuk menjelaskan situasi, atau untuk melengkapi dan mempersiapkan

Page 44: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli

26

motivasi yang serasi dengan gerakan-gerakannya. Motivasi dalam suatu lakon

merupakan faktor yang sangat penting. Kita mengharapakan tokoh beraksi

sebagaimana mestinya, bermain wajar sesuai perannya. Apabila seorang tokoh

mengalami suatu perubahan yang kentara selama lakon itu berlangsung, maka

sang dramawan harusberusaha sekuat tenaga memasukkan motivasi-motivasi

untuk menjelaskan perubahan itu.

c) Resolusi

Resolusi harus berlangsung secara logis dan mempunyai hubungan yang wajar

dengan apa-apa yang mendahuluinya, yang terdapat dalam komplikasi. Butir yang

memisahkan komplikasi dari resolusi itu biasanya disebut klimaks. Justru pada

klimaks inilah terdapat suatu perubahan penting dalam nasib atau keberhasilan

tokoh tersebut. Klimaks merupakan butir yang dapat menunjukkan arah mana

yang dituju oleh alur. Puas atau tidaknya kita pada hasil pementasan itu akan

bergantung pada apakah hal-hal yang diperankan atau perubahan yang terdapat di

dalamnya sesuai dengan harapan kita sebelumnya, atau tidak. Akhir suatu

pertunjukkan mungkin berupa akhir yang bahagia dan mungkin pula sebaliknya,

akhir yang tidak bahagia. Akan tetapi, dalam suatu pertunjukkan yang baik, tidak

selalu dapat ditentukan dengan tegas, apakah berakhir bahagia atau tidak.

Menurut Rokhmansyah (2014:42) alur drama adalah rangkaian peristiwa dalam

sastra drama yang mempunyai penekanan pada adanya hubungan sebab akibat,

yang berupa jalinan peristiwa. Drama sebagai karya sastra lengkap, umumnya

mengandung delapan tahapan alur. Kedelapan tahapan alur itu, yaitu: eksposisi

atau pemaparan, rangsangan, konflik, rumitan, klimaks, kritis, leraian, dan

Page 45: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli

27

penyelesaian. Untuk memahami drama, harus melihatnya secara keseluruhan,

tidak bisa hanya membaca sinopsisnya saja.

Selain fungsi utamanya untuk mengungkapkan buah pikiran, plot memiliki fungsi

lain yang tidak kalah pentingnya, yaitu menangkap, membimbing, dan

mengarahkan perhatian pembaca atau penonton. Betapapun bagusnya buah

pikiran yang hendak disampaikan pengarang, kalau pembaca atau penonton tidak

tertarik kepada karya yang diciptanya, maka buah pikiran itu tidak akan dapat

diterima. Tugas menarik pembaca atau penonton itu diemban plot dengan

mempergunakan unsur-unsurnya (Sumardjo, 1988: 141).

Unsur-unsur yang digunakan plot untuk menarik perhatian pembaca dan

penonton, yaitu ketegangan (suspense), kejutan (surprise), dan ironi dramatik

(dramatic irony).

1) Ketegangan

Ketegangan adalah unsur alur yang pertama. Alur yang baik akan menimbulkan

ketegangan pada diri pembaca atau penonton melalui kemampuannya untuk

menumbuhkan dan memelihara rasa ingin tahu dan penasaran penonton dari awal

sampai akhir. Artinya pembaca dan penonton selalu bertanya-tanya dan menduga-

duga mengenai apa yang akan terjadi sebagai akibat peristiwa yang telah terjadi

(Sumardjo, 1988: 141).

2) Kejutan

Telah dikemukakan bahwa dalam membaca atau menonton cerita yang baik,

pembaca atau penonton akan selalu menduga-duga mengenai apa yang akan

terjadi kemudian. Pengarang yang baik akan penyusun ceritanya demikian rua

Page 46: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli

28

hingga dugaan-dugaan pembaca atau penontonnya selalu keliru dan peistiwa

membelok ke arah lain yang tidak disangka-sangka dan bahkan mengejutkan.

Walaupun begitu, pengarang yang baik akan tetap memeliharahukum sebab akibat

sebagai tulang punggung alur ceritanya, hingga bagaimanapun mengagetkannya

suatu peristiwa, peristiwa itu akan tetap masuk akal dan dapat diterima (Sumardjo,

1988: 141).

3) Ironi dramatik

Ironi dramatik merupakan unsur alur yang ketiga, ironi dramatik dapat berbentuk

pernyataan atau perbuatan tokoh cerita yang seakan-akan meramalkan apa yang

akan terjadi kemudian. Ironi dramatik diciptakan agar tidak mengganggu

ketegangan dan hilangnya unsur kejutan (Sumardjo, 1988:141).

2.2.4 Latar

Kosasih (2011:136) mengemukakan latar adalah keterangan mengenai tempat,

ruang, dan waktu di dalam naskah drama. berikut ini jenis-jenis latar dan

pengertiannya.

a. Latar tempat, yaitu penggambaran tempat kejadian di dalam naskah drama,

seperti di medan perang, di meja makan.

b. Latar waktu, yaitu penggambaran waktu kejadian di dalam naskah drama,

seperti pagi hari pada tanggal 17 Agustus 1945.

c. Latar suasana/budaya, yaitu penggambaran suasana ataupun budaya yang

melatarbelakangi terjadinya adegan atau peristiwa dalam drama misalnya

dalam budaya masyarakat Betawi, Melayu, Sunda.

Page 47: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli

29

Rokhmasnyah (2014: 42) mengemukakan latar adalah segala sesuatu yang

mengacu kepada keterangan waktu, ruang, serta suasana peristiwanya. Latar pada

drama dalam pementasan biasanya dibuat panggung yang dihiasi dengan dekorasi,

seni lukis, tata panggung, seni patung, tata cahaya, dan tata suara.

Untuk memahami latar, maka seorang pembaca naskah drama, juga para aktor dan

pekerja teater yang akan mementaskannya harus memperhatikan keterangan

tempat, waktu, dan suasana yang terdapat pada teks samping atau teks nondialog

(Wiyatmi, 2006: 52).

Latar merupakan identitas permasalahan drama sebagai karya fiksionalitas yang

secara samar diperlihatkan penokohan dan alur. Jika permasalahan drama sudah

diketahui melalui alur atau penokohan, maka latar dan ruang memperjelas

suasana, tempat, serta waktu peristiwa itu berlaku. Latar dan ruang di dalam

drama memperjelas pembaca untuk mengidentifikasikan permasalahan drama.

2.2.5 Bahasa

Bahasa adalah sebuah sistem, artinya bahasa itu dibentuk oleh sejumlah

komponen yang berpola secara tetap dan dikaidahkan (Chaer dan Agustina, 2010:

11). Bahasa yang digunakan dalam drama sengaja dipilih pengarang dengan titik

berat fungsinya sebagai sarana komunikasi (Rokhmansyah , 2014: 41). Setiap

penulis drama mempunyai gaya sendiri dalam mengolah kosa kata sebagai sarana

untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya. Selain berkaitan dengan

pemilihan kosakata, bahasa juga berkaitan dengan pemilihan gaya bahasa.

Bahasa yang dipilih pengarang untuk kemudian dipakai dalam naskah drama

tulisannya pada umumnya adalah bahasa yang mudah dimengerti (bersifat

Page 48: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli

30

komunikatif), yakni ragam bahasa yang dipakai dalamkehidupan sehari-hari.

Bahasa yang berkaitan dengan situasi lingkungan, sosial budaya, dan pendidikan.

Bahasa yang dipakai dipilih sedemikian rupa dengan tujuan untuk menghidupakan

cerita drama, dan menghidupkan dialog-dialog yang terjadi di antara para tokoh

ceritanya. Demi pertimbangan komunikatif ini seorang pengarang drama tidak

jarang sengaja mengabaikan aturan-aturan yang ada dalam tata bahasa baku.

Bahasa sangat erat kaitannya dengan tokoh cerita, di samping oleh perbuatannya,

watak tokoh cerita dilukiskan melalui apa yang dikatakannya atau apa yang

dikatakan tokoh lain mengenai dia. Jahat-baik, kasar-lembutnya seorang tokoh

cerita banyak sekali diungkapkan oleh bahasa yang mereka gunakan. Demikian

pula dengan latar belakang sosialnya, seperti pekerjaannya, pangkatnya, dari

lingkungan apa dia datang, dan sebagainya.Terkadang tokoh cerita menyinggung

secara langsung atau tidak langsung masalah, gagasan, dan pesan yang ingin

diungkapkan pengarang.

Bahasa juga menjelaskan latar belakang dan suasana cerita. Melalui bahasa yang

diucapkan oleh para tokoh cerita atau petunjuk pengarang, kita mengetahui

tentang tempat, waktu, atau zaman dan keadaan di mana cerita terjadi. Demikian

pula, bahasa berperan menciptakan suasana terpenting dalam cerita. Cerita dapat

bersuasana murung, riang, bersemangat, dan sebagainya. Suasana itu terjadi

berkat kemampuan pengarang di dalam memilih kata-kata dan bentuk kalimat

(Sumardjo, 1988: 146).

Dalam hubungannya dengan plot, bahasa memiliki bebrapa peran. Di samping

perbuatan tokoh, bahasa menggerakkan plot atau alut cerita. Sebagai contoh,

Page 49: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli

31

dalam kisah dua pencuri di muka, pencuri yang satu berbicara (menggunakan

bahasa) terhadap pencuri kedua, misalnya: “Ambilah kayu bakar, saya akan

memasak makanan bagi kita berdua.” Pencuri kedua pergi dan dengan demikian

dimungkinkan perkembangan peristiwa selanjutnya, yaitu pencuri pertama

meramu makanan dan minuman yang diberi racun. Bahasa pun menjelaskan

bagian-bagian plot yang tidak dipertunjukkan di pentas, misalnya tentang apa

yang terjadi sebelum mereka berada dalam hutan. Mungkin pencuri pertama

berkata: “Pembantu pemilik rumah mencegatku di halaman belakang. Untung

saya siap dengan golok di tangan. Jadi saya tebas dia sampai rubuh.” Dari

perkataannya itu jelaslah, bahwa dalam peristiwa pencurian itu mereka

menghadapi halangan. Seperti yang telah dijelaskan, ironi dramatik dapat tampil

dalam bentuk ucapan atau pernyataan tokoh cerita. Dengan demikian, bahasa pun

memiliki fungsi dalam mengembangkan unsur-unsur plot lainnya, yaitu

ketegangan dan dadakan (Sumardjo, 1988: 146).

Bahasa berperan besar dalam mengungkapkan buah pikiran pengarang. terkadang

tokoh cerita menyinggung secara langsung atau tidak langsung masalah, gagasan,

dan pesan yang ingin diungkapkan pengarang. Walaupun tokoh cerita tidak

mengungkapkan buah pikiran secara langsung, namun pembaca dan penonton

akan menyimpulkan buah pikiran itu terutama melalui bahasa di samping

perbuatan dari tokoh cerita (Sumardjo, 1988: 146).

Gaya dihubungkan dengan cara yang digunakan seniman dalam mengungkapkan

impresinya sesuai dengan tema, sikap, dan suasana yang ingin disampaikan.

Dalam retorika klasik dikenal wawasan Stilus virum arguid atau gaya

mencerminkan orangnya. Dalam wawasan Enkvist gaya juga disebutkan sebagai

Page 50: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli

32

sekumpulan ciri pribadi. Oleh Enkvist sebutan pribadi di situ dihubungkan dengan

ciri pribadi yang ditampilkan pengarang lewat teks sastranya. Gaya pribadi selain

dapat menandai ciri pribadi dari pengarang sezaman juga dapat digunakan

menandai gaya pengarang dari satuan periode yang berbeda. Dalam konteks yang

lebih luas, gaya pribadi berdasarkan lingkungan sosial budayanya. Gaya

dihubungkan dengan cara yang digunakan seniman dalam mengungkapkan

impresinya sesuai dengan tema, sikap, dan suasana yang ingin disampaikan

(Aminuddin, 1995: 7).

Dalam sebuah drama terdapat macam-macam gaya bahasa yang digunakan oleh

pengarang untuk memperindah karyanya. Gaya bahasa adalah cara

mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa

dan kepribadian penulis (pemakai bahasa) Keraf (dalam Tarigan, 2009: 5). Gaya

bahasa adalah bahasa indah yang digunakan untuk meningkatkan efek dengan

jalan memperkenalkan serta membandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan

benda atau hal lain yang lebih umum. Penggunaan gaya bahasa tertentu dapat

mengubah serta menimbulkan konotasi tertentu Dale [et al] (dalam Tarigan, 2009:

4).

Gaya bahasa dapat ditinjau dari bermacam-macam sudut pandang. Oleh sebab

itu, sulit diperoleh kata sepakat mengenai suatu pembagian yang bersifat

menyeluruh dan dapat diterima oleh semua pihak. Berikut adalah jenis gaya

bahasa menurut aliran Aristoteles.

1. segi nonbahasa

Pada dasarnya gaya dapat dibagi atas tujuh pokok sebagai berikut:

Page 51: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli

33

a. Berdasarkan pengarang: gaya yang disebut sesuai dengan naman pengarang

dikenal berdasarkan ciri pengenal yang digunakan pengarang atau penulis

dalam karangannya. Pengarang yang kuat dapat mempengaruhi orang-orang

sejamannya, atau pengikut-pengikutnya, sehingga dapat membentuk sebuah

aliran. Kita mengenal gaya Chairil, gaya Takdir, dan sebagainya.

b. Berdasarkan masa: gaya bahasa yang didasarkan pada masa dikenal karena

ciri-ciri tertentu yang berlangsung dalam suatu kurun waktu tertentu. Misalnya

ada gaya lama, gaya klasik, gaya sastra moderen, dan sebagainya.

c. Berdasarkan medium: yang dimaksud dengan medium adalah bahasa dalam arti

alat komunikasi. Tiap bahasa, karena struktur dan nsutuasi sosial pemakainya,

dapat memiliki corak tersendiri. Sebuah karya yang ditulis dalam bahasa

Jerman akan memiliki gaya yang berlainan, bila ditulis dalam bahasa

Indonesia, Perancis, atau Jepang. Dengan demikian kita mengenal gaya

Jerman, Inggris, Perancis, dan sebagainya.

d. Berdasarkan subyek: subyek yang menjadi pokok pembicaraan dalam sebuah

karangan dapat mempengaruhi pula gaya bahasa sebuah karangan. Berdasarkan

hal ini kita mengenal gaya: filsafat, ilmiah (hukum, teknik, sastra, dsb),

populer, didaktik, dan sebagainya.

e. Berdasarkan tempat: gaya ini mendapat namanya dari lokasi geografis, karena

ciri-ciri kedaerahan mempengaruhi ungkapan atau ekspresi bahasanya. Ada

gaya Jakarta, gaya Yogya, ada gaya Medan, Ujung Pandang, dan sebagainya.

f. Berdasarkan hadirin: seperti halnya dengan subyek, maka hadirinatau jenis

pembaca juga mempengaruhi gaya yang dipergunakan seorang pengarang. Ada

gaya populer yang cocok untuk rakyat banyak. Ada gaya sopan cocok untuk

Page 52: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli

34

lingkungan yang terhormat. Ada pula gaya intim yang cocok untuk lingkungan

keluarga atau untuk orang yang akrab.

g. Berdasarkan tujuan: gaya berdasarkan tujuan memperoleh namanya dari

maksud yang ingin disampaikan oleh pengarang, di mana pengarang ingin

mencurahkan gejolak emotifnya. Ada gaya sentimental, ada gaya sarkastik,

gaya diplomatis, gaya agung atau luhur, gaya teknis atau informasional, dan

ada gaya humor (Keraf, 2010: 115-116).

Menurut Tarigan (2009: 6) terdapat empat kelompok gaya bahasa, yaitu gaya

bahasa perbandingan, pertentangan, pertautan, dan perulangan. Masing-masing

kelompok memiliki pembagiannya lagi. Pembagian masing-masing kelompok

sebagai berikut.

1. Gaya Bahasa Perbandingan

Gaya bahasa perbandingan adalah gayabahasa/majas yang dipakai untuk

membandingkan sesuatu dengan yang lainnya. Berikut ini jenis-jenis gaya bahasa

perbandingan.

a. Perumpamaan, yaitu gaya bahasa yang berupa perbandingan dua hal yang

hakekatnya berlaianan dan yang sengaja kita aggap sama. Sering juga disebut

persamaan atau simile. Contohnya sebagai berikut.

1) Seperti air dengan minyak

2) Ibarat mengejar bayangan

3) Bak cacing kepanasan

b. Metafora, yaitu gaya bahasa perbandingan implisit jadi tanpa kata seperti atau

sebagai di anatara dua hal yang berbeda. Contohnya sebagai berikut.

Page 53: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli

35

4) Nani jinak-jinak merpati.

5) Pendidikan sokoguru pembangunan.

c. Personifikasi, yaitu gaya bahasa yang meletakkan sifat-sifat insani kepada

barang yang tidak bernyawa dan ide yang abstrak. Disebut juga penginsanan

atau seolah-olah benda hidup. Contohnya sebagai berikut.

6) Angin meraung-raung di sekitar ini. Mencari mencubit wajahku.

d. Depersonifikasi, yaitu gaya bahasa yang berupa pembendaan manusia atau

insan (kebalikan dari gaya bahasa Personifikasi). Contohnya sebagai berikut.

7) Kalau adinda menjadi samudra, maka kakanda menjadi bahtera.

8) Dikau langit, daku bumi.

e. Alegori, yaitu cerita yang dikisahkan dalam lambang-lambang, merupakan

metafora yang diperluas dan berkesinambungan. Dalam Alegori unsur-unsur

utama menyajikan sesuatu yang terselubung, mengandung sifat-sifat moral atau

spiritual manusia. Dapat dilihat pula pada fabel dan parabel.

f. Antitesis, yaitu gaya bahasa yang mengaadakan perbandingan atau komparasi

antara dua antonim (kata-kata yang mengandung ciri-ciri semantik yang

bertentangan). Contohnya sebagai berikut.

9) Dia bergembira-ria atas kegagalankudalam ujian itu.

10) Kecantikannyalah yang justru mencelakakannya.

g. Pleonasme, yaitu gaya bahasa yang berupa pemakaian kata yang berlebihan

dan tidak perlu. Contohnya sebagai berikut.

11) Saya telah mencatat kejadian itu dengan tangan saya sendiri.

12) Dia menyaksikan pembunuhan itu dengan mata kepalanya sendiri.

Page 54: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli

36

h. Perfrasis, yaitu gaya bahasa yang cukup mirip dengan pleonasme, keduanya

menggunakan kata-kata yang berlebihan. Pada perfrasis kata yang berlebihan

itu dapat diganti dengan sebuah kata yang lebih singkat. Contohnya sebagai

berikut.

13) Anak yang telah menyelesaikan kuliahnya dengan baik pada Jurusan

Pendidikan Bahasa Indonesia. FPBS-IKIP (sekarang menjadi UPI

[Universitas Pendidikan Indonesia]) Bandung (= lulus; berhasil).

i. Prolepsis antisipasi, yaitu adalah gaya bahasa yang berwujud penggunaan

terlebuh dahulu satu atau beberapa kata sebelum gagasan ataupun peristiwa

yang sebenarnya terjadi. Contohnya sebagai berikut.

14) Almarhum ayahku pada saat itu mengatakan bahwa dia masih mempunyai

piutang pada Rumah Makan Tambore Kabanjahe.

15) Kami sangat gembira, minggu depan kami memperoleh hadiah dari Bapak

Bupati.

16) Mobil yang malang itu ditabrak oleh truk pasir dan jatuh ke jurang.

j. Epanortesis, yaitu gaya bahasa yang berwujud mula-mula ingin menegaskan

sesuati, tetapi kemudian memeriksa dan memperbaiki mana-mana yang salah.

Contohnya sebagai berikut.

17) John benar-benar mencintai Neng Tetty, eh bukan, Neng Terry.

2. Gaya Bahasa Pertentangan

Gaya bahasa pertentangan adalah kelompok gaya bahasa yang memiliki ciri khas

dengan gaya penuturan yang mengungkapkan sesuatu yang bertentangan dengan

makna yang sesungguhnya. Penuturan dengan gaya bahasa pertentangan

dimaksudkan untuk memperkuat makna dari sesuatu yang diutarakan, sehingga

Page 55: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli

37

lawan bicara atau pendengar akan terkesan dan tertarik pada apa yang diucapkan.

Berikut ini jenis-jenis gaya bahasa pertentangan.

A. Hiperbola, yaitu gaya bahasa yang berupa ungkapan yang melebih-lebihkan

apa yang sebenarnya dimaksudkan: jumlahnya, ukurannya, atau sifatnya.

Contohnya sebagai berikut.

18) Kurus kering tiada daya kekurangan pangan buat pengganti kelaparan.

19) Tabungannya berjuta-juta, emasnya berkilo-kilo, rumahnya berpuluh-puluh,

sawahnya berhektar-hektar sebagai pengganti dia orang kaya.

B. Litotes, yaitu gaya bahasa yang berupa pernyataan mengenai sesuatu dengan

cara menyangkal atau mengingkari kebalikannya. Contohnya sebagai berikut.

20) Ellyas Pical bukanlah petinju kampungan yang bisa dianggap enteng.

21) H. B. Jasin bukanlah kritikus murahan.

C. Ironi, yaitu gaya bahasa yang menyatakan makna yang bertentangan dengan

maksud berolok-olok. Contohnya sebagai berikut.

22) Aduh bersihnya kamar ini, puntung rokok dan sobekan kertas bertebaran di

lantai.

D. Oksimoron, yaitu gaya bahasa yang mengandung pertentangan dengan

menggunakan kata-kata yang berlawanan dalam frase yang sama. Contohnya

sebagai berikut.

23) Olah raga mendaki gunung memang menarik hati walaupun sangat

berbahaya.

24) Untuk mencinta ada kalanya kita harus membenci.

Page 56: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli

38

E. Paronomosia, yaitu gaya bahasa yang berisi penjajaran kata-kata yang berbunyi

sama tetapi bermakna lain. Sering disebut juga PUN. Contohnya sebagai

berikut.

25) Kami menerima bantuan ini sebagai bantuan yang sangat berharga sebab

dengan ini kami dapat meneruskan perjalanan yang masih jauh.

F. Paralipsis, yaitu gaya bahasa yang berupa formula yang dipergunakan sebagai

sarana untuk menerangkan bahwa seseorang tidak mengatakan apa yang

tersirat dalam kalimat itu sendiri. Contohnya sebagai berikut.

26) Semoga Tuhan menolak doa kita ini, (maaf) bukan, maksud saya

mengabulkannya.

G. Zeugma (silepsis), yaitu gaya bahasa menggunakan dua konstruksi rapatan

dengan menghubungkan sebuah kata dengan dua atau lebih kata lain yang pada

hakekatnya hanya sebuah saja yang mempunyai hubungan dengan kata yang

pertama. Contohnya sebagai berikut.

27) Paman saya memarahi anak itu dengan membelalakkan mata dan telinganya.

H. Satire, yaitu gaya bahasa yang berupa ungkapan menertawakan atau menolak

sesuatu; adalah sajak atau karangan yang berupa kritik yang menyerang, baik

sebagai sindiran ataupun terang-terangan. Contohnya sebagai berikut.

28) Bung Usman

Hendak tinggi?

Mau tinggi.

di muka bumi???

Panjat kelapa

sampai ke puncak!!!

alangkah tinggi

di muka bumi!!!

Page 57: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli

39

(Tarigan, 1948: 18).

I. Inuendo, yaitu gaya bahasa yang berupa sindiran dengan mengecilkan

kenyataan yang sebenarnya. Contohnya sebagai berikut.

29) Pada pesta tadi malam, dia sedikit sempoyongan karena terlalu banyak

meminum minuman keras.

J. Antifrasis, yaitu gaya bahasa yang berupa penggunaan sebuah kata dengan

makna kebalikannya. Contohnya sebagai berikut.

30) Mari kita sambut kedatangan siswa teladan! (maksudnya: siswa yang paling

malas).

31) Memang kau orang pintar! (maksudnya: orang bodoh).

K. Paradoks, yaitu gaya bahasa yang mengandung pertentangan yang nyata

dengan fakta-fakta yang ada. Contohnya sebagai berikut.

32) Aku kesepian di tengah keramaian.

33) Teman karib ada kalanya merupakan musuh sejati.

L. Klimaks, yaitu gaya bahasa yang berupa susunan ungkapan yang semakin lama

semakin mengandung penekanan. Contohnya sebagai berikut.

34) Setiap guru yang berdiri di depan kelas haruslah mengetahui, memahami,

menguasai, serta menghayati bahan pelajaranyang diajarkannya.

M.Antiklimaks, yaitu gaya bahasa yang merupakan suatu acuan yang berisi

gagasan-gagasan yang diurutkan dari yang terpenting berturut-turut ke gagasan

yang kurang penting. Contohnya sebagai berikut.

35) Pembangunan besar-besaran dilaksanakan di kota-kota, di desa-desa, dan di

dusun-dusun terpencil.

Page 58: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli

40

N. Apostrof, yaitu gaya bahasa yang berupa pengalihan amanat dari hadir kepada

tidak hadir. Contohnya sebagai berikut.

36) Wahai roh-roh nenek moyang kami yang bertahta di negeri atas, tengah, dan

bawah, lindungilah cucu-cucumu warga desa Linggajulu ini.

O. Anastrof, yaitu gaya bahasa retoris yang diperoleh dengan pembalikan susunan

kata yang biasa dalam kalimat. Contohnya sebagai berikut.

37) Diceraikannya istrinya tanpa setahu sanak saudaranya.

38) Kucium pipinya dengan mesra.

P. Apofasis, yaitu gaya bahasa yang berupa penegasan sesuatu tetapi justru

tampaknya menyangkalnya. Contohnya sebagai berikut.

39) Saya tidak ingin menyingkapkan dalam rapat ini bahwa putrimu itu telah

hamil, telah berbadan dua.

Q. Histeron proteron, yaitu gaya bahasa yang merupakan kebalikan dari sesuatu

yang logis disebut juga Hiperbaton. Contohnya sebagai berikut.

40) Pidato yang berapi-api itu keluarlah dari mulut orang yang berbicaranya

terbata-bata

41) Dia membaca cerita itu cepat sekali dengan cara mengejanya kata demi kata.

R. Hipalase, yaitu gaya bahasa yang merupakan kebalikan dari suatu hubungan

alamiah antara dua komponen gagasan. Contohnya sebagai berikut.

42) Kami tetap menagih bekas mertuamu utang pinjaman kepada pakcikmu.

(maksudnya: kami tetap menagih utang pinjaman bekas mertuamu kepada

pakcikmu.

Page 59: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli

41

S. Sinisme, yaitu gaya bahasa yang berupa sindiran yang berbentuk kesangsian

yang mengandung ejekan terhadap keikhlasan dan ketulusan hati. Sinisme

adalah iron yang lebih kasar sifatnya. Contohnya sebagai berikut.

43) Memang Andalah tokohnya yang sanggup menghancurkan desa ini dalam

sekejap mata.

T. Sarkasme, yaitu gaya bahasa yang mengandung olok-olok atau sindiran pedas

dan menyakiti hati. Contohnya sebagai berikut.

44) Meminang anak gadis orang memang mudah dan menyenangkan, tetapi

memeliharanya setengah mati.

3. Gaya Bahasa Pertautan

Gaya bahasa pertautan adalah gaya bahasa berupa kata – kata kias yang memiliki

asosiasi atau hubungan dengan makna yang sebenarnya pada sebuah kalimat.

Dengan kata lain, majas ini menggantikan penggunaan sebuah kata atau frasa

dengan kata kias yang memiliki kesamaan sifat atau makna. Berikut ini jenis-jenis

gaya bahasa pertautan.

A. Metonimia, yaitu gaya bahasa yang memakai nama ciri atau nama hal yang

ditautkan dengan nama orang, barang, atau hal sebagai penggantinya.

Contohnya sebagai berikut.

45) Siswa senang sekali membaca S. T. Alisyahbana.

B. Sinekdoke, yaitu gaya bahasa yang menyebutkan nama bagian sebagai

pengganti nama keseluruhan atau sebaliknya. Contohnya sebagai berikut.

46) Tadi malam berlangsung pertandingan seru antara Inggris dan Italia.

C. Alusi, yaitu gaya bahasa yang menunjuk secara tidak langsung ke suatu

peristiwa atau tokoh bedasarkan praanggapan adanya pengetahuan bersama

Page 60: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli

42

yang dimiliki oleh pengarang dan pembaca serta adanya kemampuan para

pembaca untuk menangkap pengacuan itu. contohnya sebagai berikut.

47) Saya ngeri membayangkan kembali peristiwa Westerling di Sulawesi Selatan.

48) Tugu ini mengenangkan kita kembali ke peristiwa Bandung Selatan.

D. Eufemisme, gaya bahasa yang berupa ungkapan yang lebih halus sebagai

pengganti ungkapan yang dirasakan kasar, yang dianggap merugikan, atau

yang tidak menyenangkan. Contohnya sebagai berikut.

49) Ibunya telah berpulang ke rahmatullah minggu yang lalu (= meninggal;

mati).

E. Eponim, yaitu gaya bahasa yang mengandung nama seseorang, sering

dihubungkan dengan sifat tertentu sehingga nama itu dipakai untuk

menyatakan sifat itu. contohnya sebagai berikut.

50) Hercules menyatakan kekuatan Dewi Fortuna menyatakan keberuntungan.

F. Epitet, yaitu gaya bahasa yang mengandung acuan yang menyatakan suatu ciri

khas dari seseorang atau suatu hal. Contohnya sebagai berikut.

51) Lonceng psgi bersahut-sahutan di desa terpencil ini menyongsong mentari

pagi bersinar menerangi alam. (lonceng pagi= ayam jago; ayam jantan).

G. Antonomasia, yaitu gaya bahasa yang merupakan penggunaan gelar resmi atau

jabatan sebagai pengganti nama diri. Contohnya sebagai berikut.

52) Gubernur Sumatera Utara akan meresmikan pembukaan Seminar Adat Karo

di Kabanjahe bulan depan.

H. Erotesis, yaitu gaya bahasa yang berupa pertanyaan retoris dengan tujuan untuk

mencapai efek yang lebih mendalam dan sama sekali tidak menuntut suatu

jawaban. Contohnya sebagai berikut.

Page 61: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli

43

53) Soal ujian tidak sesuai dengan bahan pelajaran. Herankah kita jika nilai

pelajaran Bahasa Indonesia pada Ujian Nasional tahun 2014 ini sangat

merosot dan meresahkan?

I. Paralelisme, yaitu gaya bahasa yang berusaha mencapai kesejajaran dalam

pemakaian kata-kata atau frase-frase yang menduduki fungsi yang sama dalam

bentuk gramatikal yang sama. Contohnya sebagai berikut.

54) Baik kaum pria maupun kaum wanita mempunyai hak dan kewajiban yang

sama secara hukum.

J. Elipsis, yaitu gaya bahasa yang di dalamnya dilaksanakan penanggalan atau

penghilangan kata atau kata-kata yang merupakan unsur penting dalam

konstruksi sintaksis yang lengkap. Contohnya sebagai berikut.

55) Mereka ke Jakarta besok. (penghilangan predikat: pergi, berangkat)

K. Gradasi, yaitu gaya bahasa yang mengandung suatu rangkaian kata yang secara

sintaksis bersamaan yang mempunyai satu atau lebih ciri semantik.

L. Asindeton, yaitu gaya bahasa yang berupa acuan padat dan mampat di mana

beberapa kata, frase, atau kalusa yang sederajat tidak dihubungkan dengan kata

sambung, tetapi biasanya dipisahkan oleh tanda koma saja.

M. Polisindeton, yaitu gaya bahasa yang berupa penghubungan beberapa kata,

frase, atau kelausa yang berurutan dengan kata-kata sambung.

4. Gaya Bahasa Perulangan

Gaya bahasa yang menegaskan pernyataan dengan tujuan peningkatan pengaruh

dan kesan tertentu terhadap pembaca atau pendengar. Berikut ini jenis-jenis gaya

bahasa perulangan.

Page 62: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli

44

A. Aliterasi, gaya bahasa repetisi yang berwujud perulangan konsonan yang sama

pada awal kata. Contohnya sebagai berikut.

56) Dara damba daku

57) Datang dari danau

B. Asonansi, gaya bahasa repetisi yang berwujud perulangan bunyi vokal yang

sama. Contohnya sebagai berikut.

58) Muka muda mudah muram tiada siaga tiada jaga raga tahan harga.

C. Antanaklasis, gaya bahasa yang mengandung ulangan kata yang sama dengan

makna yang berbeda. Contohnya sebagai berikut.

59) Giginya tanggal dua pada tanggal dua bula ini.

D. Kiasmus, yaitu gaya bahasa yang berisi perulangan dan sekaligus pula

merupakan inversi hubungan antara dua kata dalam satu kalimat. Contohnya

sebagai berikut.

60) Mengapa kamu menyalahkan yang benar, tetapi membenarkan yang salah?

E. Epizeukis, yaitu gaya bahasa perulangan yang bersifat langsung, dengan cara

mengulang kata yang dipentingkan beberapa kali berturut-turut.

F. Tautotes, gaya bahasa repetisi yang berupa perulangan sebuah kata berkali-kali

dalam sebuah konstruksi.

G. Anafora, yaitu gaya bahasa repetisi yang berupa perulangan kata pertama pada

setiap baris atau setiap kalimat.

H. Epistrofora, yaitu gaya bahasa yang repetisi yang berupa perulangan kata atau

frase pada akhir baris atau kalimat berurutan. Contohnya sebagai berikut.

61) Kemarin adalah hari ini.

62) Besok adalah hari ini

Page 63: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli

45

I. Simploke, yaitu gaya bahasa repetisi yang berupa perulangan pada awal dan

akhir beberapa baris atau kalimat berturut-turut.

J. Mesodiplosis, gaya bahasa repetisi yang berwujud perulangan kata di tengah-

tengah baris atau beberapa kalimat berurutan.

K. Epanalepsis, gaya bahasa repetisi yang berupa perulangan kata pertama

daribaris, kalimat, menjadi yang terakhir.

L. Anadiplosis, gaya bahasa di mana kata terakhir dari suatu kalusa atau kalimat

menjadi kata pertama dari kalimat berikutnya.

2.2.6 Amanat

Pesan atau amanat merupakan ajaran moral didaktis yang disampaikan drama itu

kepada pembaca atau penonton (Kosasih, 2012:137). Amanat tersimpan rapidan

disembunyikan pengarangnya dalam keseluruhan isi drama. Amanat dapat

diartikan pesan berupa ide, ganjaran moral, dan nilai-nilai kemanusiaan pengarang

melalui karyanya. Amanat merupakan pemecahan masalah yang terkandung

dalam tema terdapat dua cara penyampaian amanat oleh pengarang dalam

karyanya.

a. Implisit adalah ajaran moral disampaikan melalui tingkah laku tokoh atau

watak tokoh.

b. Eksplisit adalah jika pengarang pada tengah atau akhir cerita menyampaikan

seruan, saran, peringatan, nasihat, anjuran, dan sebagainya berkenaan dengan

gagasan yang mendasari karyanya.

Jadi, berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bagaimana langkah-langkah

menentukan unsur intrinsik dari sebuah karya sastra.

Page 64: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli

46

1. Menyiapkan bahan bacaan yang akan dianalisis dan diidentifikasi. Contonya

seperti novel, cerpen, puisi, naskah drama, dan sebagainya);

2. Menyiapkan instrumen berupa indikator terkait dengan bahan bacaan yang

dipilih;

3. Membaca isi dari teks yang dipilih. Membaca secara cermat dan secara

keseluruhan;

4. Menyiapkan alat tulis untuk mencatat data yang diperoleh;

5. Setelah data terkumpul per indikator selanjutnya peneliti menganalisis dan

mengidentifikasi data tersebut;

6. Setelah mengkaji unsur intrinsik peneliti mengimplikasikan dengan

Kompetensi Dasar yang terdapat dalam silabus.

2.3 Pembelajaran Sastra di SMA

Pembelajaran sastra adalah suatu pembelajaran yang telah ditetapkan dalam

kurikulum pelajaran Bahasa Indonesia dan merupakan bagian dari tujuan

pendidikan nasional. Salah satu tujuan tersebut, yakni membentuk manusia

yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kreativitas.

Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013 mengisyaratkan suatu

pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Pendekatan saintifik adalah suatu

pendekatan pembelajaran yang menekankan pada keterlibatan peserta didik

dalam pembelajaran secara lebih intens, kreatif, dan mandiri. Peserta didik

dilibatkan secara langsung dalam proses pembelajaran. Dalam pendekatan ini,

keberhasilan akan tampak apabila peserta didik mampu melakukan langkah-

langkahsaintifik. Langkah-langkah tersebut meliputi mengamati, menanya,

Page 65: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli

47

menalar, mencoba, dan mengomunikasikan. Langkah-langkah tersebut

merupakan satu kesatuan dan saling berkaitan. Melalui pendekatan saintifik,

guru dapat membangkitkan keingintahuan peserta didik akan sebuah karya

sastra. Karya sastra dihidupkan dalam pembelajaran. Dengan demikian,

pembelajaran akan menjadi menarik, menantang, serta memotivasi peserta

didik untuk terus menggali yang ada dalam suatu karya sastra.

Adapun salah satu tujuan pembelajaran sastra adalah menuntut peserta didik

untuk dapat memahami makna yang terkandung dalam suatu karya sastra

yang diajarkan. Selain itu, tujuan umum pembelajaran sastra merupakan

bagian dari tujuan penyelenggaraan pendidikan nasional yaitu mewujudkan

suasana dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Agar tujuan pembelajaran sastra dapat tercapai dengan baik dan sesuai

dengan yang diharapkan, suatu pembelajaran dapat ditunjang dengan

penggunaan sumber belajar. Sumber belajar memiliki peranan penting karena

memungkinkan individu dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti

menjadi mengerti, dari tidak terampil menjadi terampil, dan dapat menjadikan

individu membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik. Pemilihan

bahan ajar merupakan tugas guru, walaupun demikian guru tidak perlu

khawatir karena terdapat alternatif lain yang dapat dijadikan sebagai bahan

ajar dalam membelajarkan sastra kepada peserta didik, yaitu naskah drama.

Page 66: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli

48

Naskah drama merupakan salah satu jenis karya sastra yang diajarkan dalam

pembelajaran sastra di SMA. Naskah drama juga merupakan salah satu sumber

belajaryang dapat dimanfaatkan oleh guru dalam pembelajaran. Pembelajaran

sastra (khususnya naskah drama) di sekolah sangatlah penting. Hal itu disebabkan

naskah didalamnya banyak pelajaran dan nilai-nilai positif yang dapat dijadikan

sebagai renungan dalam kehidupan masyarakat, meskipun ada beberapa naskah

drama yang mengandung nilai-nilai negatif. Oleh sebab itu, seorang guru harus

cerdas dalam memilih naskah drama yang akan digunakan sebagai bahan ajar

dalam proses pembelajaran. Selain itu, pengajaran sastra dapat membantu

keterampilan berbahasa apabila dalam pembelajaran sastra guru melibatkan

langsung keterampilan berbahasa siswa, meliputi menyimak, berbicara,

membaca, dan menulis.

Sastra adalah seni, dalam seni banyak unsur kemanusiaan yang masuk, khususnya

perasaan, sehingga sulit diterapkan untuk metode keilmuan. Perasaan, semangat,

kepercayaan, keyakinan sebagai unsur sastra sulit dibuat batasannya (Sumardjo,

1986: 1). Peneliti akan meneliti salah satu jenis karya sastra yaitu drama. Dalam

sebuah drama terdapat unsur yang sangat penting untuk dipahami, yaitu unsur

intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik merupakan unsur yang terdapat di dalam

sebuah karya sastra, unsur intrinsik dalam drama dapat dipahami melalui sebuah

naskah drama. naskah drama merupakan karya sastra yang berbentuk teks dan

dapat dipentaskan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, implikasi dapat diartikan sebagai

keterlibatan, yang termasuk atau terlibat. Sehingga setiap kata imbuhan dari

Page 67: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli

49

implikasi seperti kata berimplikasi atau mengimplikasikan yaitu berarti

mempunyai hubungan keterlibatkan atau melibatkan dengan suatu hal. Kata

implikasi memiliki persamaan kata yang cukup beragam, diantaranya adalah

keterkaitan, keterlibatan, efek, sangkutan, asosiasi, akibat, konotasi, maksud,

siratan, dan sugesti.

Persamaan kata implikasi tersebut biasanya lebih umum digunakan dalam

percakapan sehari-hari. Hal ini karena kata implikasi lebih umum atau cocok

digunakan dalam konteks percakapan bahasa ilmiah dan penelitian. Dalam

implikasi penelitian seorang peneliti membandingkan hasil penelitian antara

penelitian sebelumnya yang sudah ada dengan yang baru dilakukan. Contohnya

peserta didik yang diajarkan dengan metode pembelajaran A lebih cenderung

malas dan pasif saat mengikuti pelajaran. Implikasi penelitian ini dikaitkan

dengan hasil penelitian berdasarkan instrumen penelitiannya.

Kompetensi setelah mempelajari Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah

Atas kelas X-XII, yaitu menjadi insan yang memiliki kemampuan

berbahasa dan bersastra untuk menggali dan mengembangkan ilmu

pengetahuan dan menerapkannya secara kreatif dalam kehidupan

sosial.Lingkup materi sastra mencakup pembahasan konteks sastra,

tanggapan terhadap karya sastra, menilai karya sastra, dan menciptakan

karya sastra.

Kurikulum Bahasa dan Sastra Indonesia banyak memuat kompetensi

dasar yang berkaitan dengan drama, kompetensi dasar tersebut sebagai

berikut.

Page 68: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli

50

1. Mengidentifikasi alur cerita, babak demi babak, dan konflik dalam

drama yang dibaca atau ditonton

2. Mempertunjukkan salah satu tokoh dalam drama yang dibaca atau

ditonton secara lisan

3. Menganalisis isi dan kebahasaan drama yang dibaca atau ditonton

4. Mendemonstrasikan sebuah naskah drama dengan memerhatikan isi

dan kebahasaan

Pada pembelajaran sastra di sekolah, guru sebaiknya tidak berfungsi

sebagai sumber paling tahu yang menjawab semua pertanyaan dengan

otoritas yang tidak dapat diganggu gugat, melainkan lebih sebagai

fasilitator atau pemandu suatu wisata pengetahuan yang mengasyikkan

ke dunia kesusastraan yang ajaib dan penuh pesona serta petualangan

(Budianta, dkk., 2006: 119).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, implikasi dapat diartikan sebagai

keterlibatan, yang termasuk atau terlibat. Sehingga setiap kata imbuhan dari

implikasi seperti kata berimplikasi atau mengimplikasikan yaitu berarti

mempunyai hubungan keterlibatkan atau melibatkan dengan suatu hal. Kata

implikasi memiliki persamaan kata yang cukup beragam, diantaranya adalah

keterkaitan, keterlibatan, efek, sangkutan, asosiasi, akibat, konotasi, maksud,

siratan, dan sugesti.

Persamaan kata implikasi tersebut biasanya lebih umum digunakan dalam

percakapan sehari-hari. Hal ini karena kata implikasi lebih umum atau cocok

digunakan dalam konteks percakapan bahasa ilmiah dan penelitian. Dalam

Page 69: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli

51

implikasi penelitian seorang peneliti membandingkan hasil penelitian antara

penelitian sebelumnya yang sudah ada dengan yang baru dilakukan. Contohnya

peserta didik yang diajarkan dengan metode pembelajaran A lebih cenderung

malas dan pasif saat mengikuti pelajaran. Implikasi penelitian ini dikaitkan

dengan hasil penelitian berdasarkan instrumen penelitiannya.

Page 70: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli

BAB IIIMETODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Penelitian

deskriptif merupakan metode penelitian yang bersifat menggambarkan objek

sesuai dengan apa adanya. Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang

dan perilaku yang dapat diamati (Bogdan dan Taylor dalam Margono, 2013: 36).

Peneliti menggunakan metode kualitatif karena metode ini memanfaatkan cara-

cara penafsiran dengan menyajikannya dalam bentuk deskripsi (Ratna, 2015: 46).

Dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif ini, peneliti akan

memaparkan dan menganalisis naskah drama. Hal yang dideskripsikan dalam

penelitian ini adalah unsur-unsur intrinsik dalam naskah drama Aeng karya Putu

Wijaya dan Implikasinya dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMA.

Penelitian ini digunakan sesuai dengan tujuan untuk mendeskripsikan tentang

tema, tokoh, penokohan, alur, latar, bahasa, dan amanat yang terdapat dalam

naskah drama Aeng karya Putu Wijaya.

Page 71: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli

53

3.2 Data dan Sumber Data

Data dalam penelitian ini berupa monolog dari tokoh Alimin dalam naskah drama

Aeng yang mengandung unsur-unsur intrinsik. Sumber data dalam penelitian ini

adalah naskah drama Aeng yang ditulis oleh I Gusti Ngurah Putu Wijaya. Naskah

drama ini menceritakan seorang pria bernama Alimin yang mengalami

ketidakadilan dari lingkungan sekitarnya. Naskah drama ini merupakan naskah

drama monolog.

3.3 Teknik Pengumpulan

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik baca-catat.

Teknik baca merupakan teknik yang dilakukan dengan membaca, yakni membaca

monolog dari tokoh utama dalam naskah drama Aeng karya Putu Wijaya yang

mengandung unsur-unsur intrinsik. Teknik selanjutnya adalah teknik catat, yakni

mencatat kata-kata atau kalimat-kalimat yang mengandung unsur-unsur intrinsik

(tema, tokoh, penokohan, alur, latar, bahasa, dan amanat) yang dikatakan oleh

tokoh Alimin dalam naskah drama Aeng karya Putu Wijaya. Pada teknik baca-

catat peneliti membaca teks kurang lebih 3 kali dalam sehari. Sekali membaca

peneliti menghabiskan waktu kurang lebih 60 menit. Selama membaca teks

peneliti mencari satu indikator lalu mencatatnya, dan menganalisis untuk

dimasukkan ke dalam korpus data.

3.4 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini disesuaikan dengan penelitian kualitatif,

yaitu dengan menggunakan metode analisis isi, dalam media massa penelitian

Page 72: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli

54

dengan metode analisis isi dilakukan terhadap paragraf, kalimat, dan kata,

termasuk volume ruangan yang diperlukan, waktu penulisan, di mana ditulis, dan

sebagainya (Ratna, 2015: 49).

Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai berikut.

1. Membaca naskah drama Aeng karya Putu Wijaya.

2. Mencatat monolog sesuai dengan indikator yang telah didapat sebagai data

penelitian.

3. Data yang didapat kemudian dianalisis menggunakan teori unsur-unsur

intrinsik yang dikemukakan oleh Rokhmansyah dan pendapat dari ahli

lainnya.

4. Hasil analisis kemudian dicatat dengan menggunakan catatan deskriptif.

5. Medeskripsikan unsur-unsur intrinsik yang terkandung dalam naskah drama

Aeng.

6. Mengimplikasikan unsur-unsur intrinsik dalam pembelajaran bahasa Indonesia

di SMA.

7.

Tabel 3.4.1 Indikator Unsur-Unsur IntrinsikNo. Indikator Deskriptor1. Tema Tema merupakan sesuatu yang menjadi dasar cerita,

sesuatu yang menjiwai cerita, atau sesuatu yang menjadipokok permasalahan dalam cerita. Tema merupakangaris besar dari sebuah cerita. Permasalahan ini dapatjuga muncul melalui perilaku para tokoh ceritanya yangterkait dengan latar dan ruang.

2. Tokoh Tokoh dalam drama mengacu pada watak (sifat-sifatpribadi seorang pelaku, sementara aktor atau pelakumengacu pada peran yang bertindak atau berbicaradalam hubungannya dengan alur peristiwa.

Page 73: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli

55

3. Penokohan Penokohan termasuk hal-hal yang berkaitan denganpenamaan, pemeranan, keadaan fisik tokoh (aspekfisiologis), keadaan kejiwaan tokoh (aspek psikologis)kedaan sosial tokoh (aspek sosiologi), serta karaktertokoh.

4. Alur Alur merupakan rangkaian peristiwa atau sekelompokperistiwa lain yang saling berhubungan secara kausalitasakan menunjukkan kaitan sebab akibat.

5. Latar Latar merupakan segala sesuatu yang mengacu kepadaketerangan waktu, ruang, serta suasana peristiwanya.

6. Bahasa Bahasa yang digunakan dalam drama sengaja dipilihpengarang dengan titik berat fungsinya sebagai saranakomunikasi. Oleh karena itu bahasa pada sebuah dramaharuslah bersifat komunikatif agar pembaca danpenonton paham apa yang ingin disampaikan olehpengarang.Dalam bahasa juga terdapat jenis-jenis gaya bahasa, yaitugaya bahasa perbandingan, perulangan, pertentangan, danpertautan. Terdapat juga gaya bahasa yang nonbahasaberdasarkan pengarang, tempat, masa, medium, subyek,hadirin, dan tujuan.

7. Amanat Amanat merupakan pesan yang tersimpan rapi dandisembunyikan pengarangnya dalam keseluruhan isidrama. Amanat dapat diartikan pesan berupa ide,ganjaran moral, dan nilai-nilai kemanusiaan pengarangmelalui karyanya.

(Sumber: Rokmansyah, 2014:40—42)

Page 74: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada naskah drama Aeng karya Putu Wijaya. Naskah tersebut ditulis

oleh Putu Wijaya yang terdiri dari 7 halaman. Naskah ini menceritakan seorang pria bernama

Alimin yang mengalami ketidakadilan dari lingkungan sekitarnya. Penelitian ini berfokus

pada monolog dari Alimin sebagai tokoh utama yang mengandung unsur intrinsik drama.

Pembahasan berpijak pada indikator yang terdapat pada bab II yaitu, tema, tokoh, penokohan,

alur, latar, bahasa, dan amanat yang termasuk unsur intrinsik drama atau dapat disebut juga

dengan unsur pembangun cerita.

Dari sumber data yang diteliti telah ditemukan 42 data yang merupakan unsur-unsur intrinsik

drama. Berikut merupakan tabel hasil penelitiannya.

Tabel 4.1.1 Hasil PenelitianNo. Indikator Jumlah Data

1. Tema 10

2. Tokoh 6

3. Penokohan 6

4. Alur 3

5. Latar 8

6. Bahasa 7

7. Amanat 2

Page 75: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli

57

4.2 Pembahasan

Pada subbab ini peneliti mendeskripsikan unsur-unsur intrinsik drama dan implikasinya

dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMA.

4.2.1 Unsur-unsur Pembangun Cerita

Unsur Intrinsik merupakan unsur pembangun yang berasal dalam suatu karya sastra itu

sendiri. Unsur intrinsik pada umumnya terdiri dari tema, tokoh dan penokohan, alur, latar,

gaya bahasa, dan amanat. Pada penelitian ini unsur intrinsik yang akan ditelaah ialah unsur

intrinsik yang terdapat pada drama. Jika dibandingkan dengan fiksi, maka unsur intrinsik

drama dapat dikatakan kurang sempurna. Pada drama tidak ditemukan adanya unsur

pencerita, sebagaimana terdapat di dalam fiksi (Hassanudin, 2015: 92).

Untuk mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam naskah drama tersebut,

dalam penelitian ini penulis berpedoman pada pendapat Rokhmansyah (2014: 40) sebagai

berikut.

A. Unsur pembangun drama, terdiri atas:

1) Tema

2) Tokoh

3) Penokohan

4) Alur

5) Latar

6) Bahasa

7) Amanat

Page 76: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli

58

Berikut pembahasan dari hasil penelitian unsur-unsur intrinsik naskah drama Aeng karya Putu

Wijaya.

4.2.1.1 Tema

Tema merupakan sesuatu yang menjadi dasar cerita, sesuatu yang menjiwai cerita, atau

sesuatu yang menjadi pokok permasalahan dalam cerita. Tema dalam naskah drama ini

adalah tema ketidakadilan. Tokoh Alimin yang menjadi tokoh sentral merupakan tokoh yang

digambarkan merasa tidak adil dalam naskah ini. Ketidakadilan yang Alimin rasakan sangat

miris. Ia yang dianggap jahat harus menanggung perlakuan yang tidak baik dari masyarakat.

Apa yang Alimin lakukan sebenarnya memilki niat baik, yaitu menunjukkan pada

lingkungannya bahwa kejahatan dan kebaikan itu tidak boleh terlihat samar. Ia ingin

masyarakat tahu bagaimana batasan untuk seseorang berbuat baik dan jahat. Hukuman atau

balasan yang diterima pun harus sesuai dengan apa yang diperbuat. Beikut ini merupakan

data penelitian yang termasuk dalam indikator tema yang digambarkan melalui tokoh Alimin.

1). Penggambaran Tema Melalui Tokoh

Kode data: Dt/01-10/Tm

“Hee bandit kecil kau masih di situ? Kau mau mengucapkan selamat jalan kepadaku,atau hanya mau merampok ransumku seperti biasa? Kau tahu artinya dibuang? Kaubisa membayangkan bahwa sejumlah orang di sana merasa berhak menghapus seluruhdunia ini dari mata seorang manusia. Tidak, kau tidak tahu. Kamu hanya bisa makandan berak. Berpikir bukan tugas kamu. Sekarang kamu harus menjawab. Bagaimanarasanya terkurung disitu? Bagaimana rasanya diputus dari segalanya? Ketika ruangkamu dibatasi dan tak ada yang lain di sekitar kamu kecuali gelap, kamu akan mulaimeronta. Kamu ingin diperhitungkan! Kenapa Cuma orang lain yang dimanjakan!Dengar sobat kecil. Bagaimana kamu mampu meronta kalau kamu tahu akan sia-sia?Mereka duhului nasib kita, mereka lampaui rencana kita. Dia yang sekarang berdirituh jauh di sana dengan kaki menjuntai sampai mengusap kepalamu karenakasihan.Ya tapi Cuma kasihan, tidak ada pembelaan, tidak ada tindakan apa-apa yangkongkrit. Mereka sudah begitu berkuasa!”

Page 77: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli

59

Tema pada dasarnya merupakan sejenis komentar terhadap subjek atau pokok masalah, baik

secara eksplisit (tersurat) maupun implisit (tersirat). Tema adalah sesuatu yang menjadi dasar

cerita, sesuatu yang menjiwai cerita, atau sesuatu yang menjadi pokok permasalahan dalam

cerita. Pada data 01-10/Tm tema digambarkan melalui tokoh Alimin yang mengungkapkan

isi hatinya mengenai rasa ketidakadilan yang ia alami. Alimin merasa tidak ada masyarakat

yang membela dan berada di pihaknya. Perilaku yang ia lakukan selama ini juga akibat dari

oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Alimin harus mendekam di jeruji besi karena

perbuatan jahatnya. Ia sampai dijauhi, dihujat, dan diasingkan oleh masyarakat sekitar. Ia

merasa ada perlakuan yang berbeda antara dirinya dengan orang lain hanya karena orang

tersebut lebih berkuasa.Permasalahan dalam hidup Alimin merupakan tema yang dinyatakan

secara tersirat oleh pengarang (tema implisit).

Kode data: 04-10/Tm

“Aku bukan lagi anak kamu ibu. Kini aku telah dipilih mewakili zaman. Menjadicontoh bromocorah. Kau harus bersukur ini kehormatan besar. Tak ada orang beranimenjadi penjahat, walaupun mereka melakukan kejahatan. Aku bukan penjahat biasa.Aku ini lambang. Kejahatan ini kulakukan demi menegakkan harmoni. Jadisebenarnya aku bukan penjahat, tapi pahlawan yang pura-pura jahat. Aku tak pedulidisebut bromocorah karena aku sadar itu tidak benar. Aku lakukan semua ini untuknegeri ini, meskipun tak masuk ke dalam buku sejarah, karena tidak ada seorangpenulis sejarah yang gila melihat kebenaran ini.”

Pada data 04-10/Tm, tokoh Alimin menjelaskan bahwa ia merupakan contoh yang nyata dari

sebuah ketidakadilan. Ia merupakan penjahat namun, ia juga memberi manfaat dan gambaran

terhadap masyarakat bahwa orang jahat itu seperti yang ia lakukan. Alimin tidak ingin dunia

semakin tidak jelas karena aturan yang makin menyimpang. Permasalahannya adalah

masyarakat tidak melihat niat baik dari seorang Alimin yang ingin menegakkan harmoni

demi bangsa dan negara. Masyarakat hanya dapat menghakimi Alimin dan menilainya tidak

baik dan tidak jauh berbeda mereka juga melakukan hal yang sama seperti Alimin yaitu

kejahatan. Bedanya mereka tidak tertangkap tangan namun, Alimin ditangkap dan

Page 78: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli

60

dipenjarakan. Sama-sama berbuat jahat namun, tidak sama-sama dihukum. Terlihat jelas

bahwa ini tidak adil. Tema ini gambarkan melalui tokoh Alimin dan disampaikan secara

eksplisit oleh pengarang.

2). Penggambaran Tema Melalui Latar

Kode data: 02-10/Tm

“Besok aku akan mengembara mencari duniaku yang hilang. Tanpa teman, tanpasaudara, mencari sendirian sepanjang malam. Aku putari dunia, aku masuki lautan,aku reguk segala kesulitan, tapi pasti tak akan aku temukan apa-apa. Ke ataspundakku berjatuhan segala beban. Semua orang melemparkan kutukan. Merekabilang akulah biang keladi semuanya. Kalau ada anak yang mati, akulah yangmembunuhnya. Kalau ada kebakaran, akulah pelakunya. Kalau ada perkosaan, akulahjahannamnya. Kalau ada pemberontakan, akulah biangnya. Tidak! Itu bohong! Harusdihentikan sekarang.”

Permasalahan dalam sebuah cerita menjadi dasar ntuk menentukan sebuah tema. Pada data

02-10/Tm, tokoh Alimin memiliki permasalahan mengenai ketidakadilan yang ia alami.

Tema ini gambarkan melalui tokoh Alimin. Ketidakadilan yang ia rasakan sampai pada titik

kesendiriannya menjalani hidup di jeruji besi, tidak ada satu orang pun yang membelanya.

Akibat dari perilaku Alimin tersebut ia harus menjadi kambing hitam dalam setiap masalah

yang terjadi di masyarakat sekitar. Padahal peristiwa yang terjadi itu belum tentu dilakukan

oleh Alimin. Alimin telah mendapatkan predikat manusia tidak bermoral hingga ia harus

mendapatkan sanksi sosial yang padahal ia sendiri tidak melakukannya. Ketidakadilan

semacam itulah yang diberikan dan dialami oleh Alimin sebagai tokoh utama berpredikat

tidak baik. Tema ini digambarkan melalui tokoh Alimin dan disampaikan oleh pengarang

secara implisit (tersirat).

Kode data: 05-10/Tm

“Yang Mulia Hakim yang saya hormati. Saya tak akan membela apa yang sudah sayalakukan. Saya justru ingin menjelaskannya. Bahwa memang benar saya yangmelakukan segalanya itu. hukumlah saya. Dua kali dari ancaman yang telah padukasediakan. Wanita itu saya cabik lehernya, karena saya rasa itu yang paling tepat untuk

Page 79: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli

61

dia. Kemudian harta bendanya saya rampas, karena kalau tidak dimanfaatkan akanmubazir. Saya lakukan itu dalam keadaan tenang. Pikiran saya waras. Tapi mengapa?Saya tidak bisa menjawab, karena bukan itu persoalannya. Saya justru inginmenanyakan kepada Bapak dan kepada seluruh hadirin disini. Mengapa seorangwanita yang tercabik lehernya mendapat perhatian yang begitu besar, sementara lehersaya dan jutaan orang lain yang dicabik-cabik tak pernah diperhatikan. Apa artikematian seorang pelacur ini dibandingkan dengan kematian kita semua beramai-ramai tanpa kita sadari? Di depan Anda semua ini saya menuntut. Berikanlah sayahukuman yang pantas. Tetapi jangan lupa berikan juga hukuman kepada orang yangtelah mencabik leher kami itu dengan setetngah pantas saja, karena saya cabik leherwanita harapan Anda semua akan teringat bahwa leher kamipun sudah dicabik-cabikdengan cara yang sama. Dan semoga ingatan itu diikuti pula pada hukuman yangbersangkutan. Kalau sudah begitu apapun yang dijatuhkan kepada saya, dua kali matisekalipun akan saya jalani dengan rela.”

Pada data 05-10/Tm, tema digambarkan melalui latar tempat dan suasana. Pengadilan

merupakan latar tempat di mana Alimin sedang diadili oleh Hakim. Suasana tegang

tergambar jelas saat Alimin berusaha menjelaskan soal ketidakadilan yang ia dan orang lain

alami. Alimin protes tentang kasus kejahatan yang telah ia lakukan, kasus pembunuhan

terhadap seorang pelacur. Alimin jelas menyindir proses hukum yang tidak adil yang selama

ini terjadi pada masyarakat kecil. Kasus yang menyangkut pejabat dan merugikan banyak

pihak seringkali dilupakan. Hal itu dikarenakan mereka adalah pejabat tinggi di negara ini

sehingga mereka dengan mudahnya menutup kasus mereka. Masalah seperti ini memang

benar terjadi pada kehidupan kita saat ini. Alimin yang membunuh satu orang wanita diadili

dengan cepat dan divonis dengan waktu yang sangat lama. Ketidakadilan inilah yang ia

rasakan dalam hidupnya. Tokoh Alimin dalam cerita ini hanya ingin menuntut sebuah

keadilan berdasarkan dengan perbuatan yang telah dilakukan.

4.2.1.2 Tokoh

Tokoh merupakan pelaku dalam sebuah cerita.Tokoh dalam drama mengacu pada watak

(sifat-sifat pribadi seorang pelaku, sementara aktor atau pelaku mengacu pada peran yang

bertindak atau berbicara dalam hubungannya dengan alur peristiwa. Tokoh dalam drama ini

terdapat 6 tokoh, yang menjadi tokoh sentral adalah tokoh Alimin. Tokoh Alimin merupakan

Page 80: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli

62

tokoh sentral karena ia yang menggambarkan bagaimana tokoh dan penokohan dari tokoh

lain yang menjadi tokoh pembantu atau tambahan. Kedudukan tokoh dalam drama beraneka

ragam. Ada yang bersifat penting dan tidak penting (mayor dan minor), ada juga yang

menjadi penggerak dalam cerita (protagonis) atau disebut juga peran baik dan peran yang

menjadi penghalang (antagonis) atau disebut juga peran jahat, dan sebagainya. Beikut ini

merupakan data penelitian yang termasuk dalam indikator tokoh.

Kode data: 01-06/Tk

“Selamat tinggal dinding bisu dengan semua suara yang kau simpan. Selamat tinggaljendela yang selalu memberiku matahari dan bulan. Selamat tinggal sobat kecil, yangselalu mencuri ransumku. Selamat tinggal sipir penjara yang marahnya tak habis-habispada dunia. Dan selamat tinggal Karpo pembunuh yang tak akan keluar hidupdari penjara ini. Selamat tinggal segala yang kubenci dan kucintai. Inilah salam dariAlimin sahabat semua orang, yang sekarang harus pergi. Ingin kuulang semuanya,walaupunhanya sebentar. Tapi tak bisa. Janjiku sudah lunas. Sekarang aku berjalandalam kebisuan yang abadi, untuk membeku bersama masa lalu.”

“Kalau sudah menderita orang jadi penyair. Kalau sudah kepepet oarang mulaimenyanyi. Dan kalau ada yang hendak dirampok orang berdoa. Sekarang aku menari,karena sudah putus asa. Badanku ringan. Aku melambung ke angkasa. Dan Tuhanmenyapaku dengan ramah. Bung Alimin hendak kemana kamu? Aku mau ke ataslebih tinggi. Tapi kamu tidak boleh lebih tinggi dari Syurga. Siapa bilang tidak, kalauaku mau aku bisa. Dan aku melenting lagi, tapi terlalu tinggi, terlalu jauh Akuterlontar jauh sekali, tinggi sekali melewati syurga ke dekat matahari. Tubuhkuterbakar. Aku hangus dan hilang dalam semesta. Aku tidak ada lagi Aku bersatudengan semesta. Aku menjadi Tuhan.”

Pada data 01-06/Tk Alimin merupakan nama tokoh yang terdapat dalam naskah drama Aeng

karya Putu Wijaya. Tokoh Alimin termasuk tokoh utama atau disebut juga dengan tokoh

major. Hal ini dikarenakan tokoh Alimin adalah tokoh yang menjadi pusat cerita, dalam

naskah drama ini Alimin menceritakan bagaimana kehidupannya dari masalalu hingga saat

ini saat ia di penjara karena ulahnya yang sering berbuat kejahatan. Kejahatan yang sering

Alimin lakukan menjadikan tokoh Alimin termasuk Tokoh Antagonis atau sebagai peran

Mars yang menjadi penghalang bagi tokoh protagonis.

Page 81: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli

63

Kode data: 02-06/Tk

“He, kamu ada di situ Nensi! Rupanya kamu yang dari tadi melotot di situ. Apakabar? Sedang apa kamu sekarang? Kenapa lipstik kamu belepotan? Ada hansip yangmemperkosa kamu? Jangan diam saja seperti orang bego sayang. Ke mari. Masihingat pada aku kan? Aku bukan orang yang dulu lagi. Kau pun tidak. Ketiak kitasudah ubanan. Tetapi kita pernah bersama-sama membuat sejarah dan itu tidak bisahapuskan begitu saja. Sekeping dari diri kamu masih tetap dalam tubuhku dan bagiandari punyaku masih tersimpan pada kamu. Kita bisa berbohong tapi itu tidakmenolong.”

Pada data 02-06/Tk terdapat nama dari salah satu tokoh dalam drama Aeng yaitu Nensi.

Nensi digambarkan melalui tokoh Alimin, oleh karena itu Nensi merupakan tokoh minor

dalam cerita. Tokoh minor merupakan tokoh pembantu dalam cerita. Tokoh Nensi

merupakan tokoh wanita dengan pekerjaan sebagai wanita penghibur. Alimin menceritakan

kisah pertemuannya hingga penyebab perpisahan dan rasa kecewanya kepada Nensi. Tokoh

Alimin sebagai tokoh sentral dalam naskah ini menggambarkan tokoh-tokoh lain berdasarkan

peristiwa yang ia lalui bersama tokoh tersebut, termasuk pada tokoh Nensi.

Kode data: 03-06/Tk

“Yang Mulia Hakim yang saya hormati. Saya tak akanmembela apa yang sudah saya lakukan. Saya justru ingin menjelaskannya. Bahwamemang benar saya yang melakukan segalanya itu. Hukumlah saya. Dua kali dariancaman yang telah paduka sediakan. Wanita itu saya cabik lehernya, karena sayarasa itu yang paling tepat untuk dia. Kemudian harta bendanya saya rampas, karenakalau tidak dimanfaatkan akan mubazir. Saya lakukan itu dalam keadaan yangtenang.”

Pada data 03-06/Tk terdapat tokoh Hakim dalam naskah drama. Tokoh Hakim termasuk

dalam tokoh minor karena tidak menjadi pusat dalam cerita. Tokoh Alimin menyebutkan

tokoh tersebut pada saat ia berada di ruang pengadilan. Tokoh ini digambarkan melalui tokoh

lain, sehingga tokoh ini disebut tokoh tambahan karena tidak memiliki andil besar dalam

cerita.

Page 82: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli

64

4.2.1.3 Penokohan

Penokohan termasuk hal-hal yang berkaitan dengan penamaan, pemeranan, keadaan fisik

tokoh (aspek fisiologis), keadaan kejiwaan tokoh (aspek psikologis) kedaan sosial tokoh

(aspek sosiologi), serta karakter tokoh. Penokohan merupakan cara pengarang

menggambarkan bagaimana tokoh dalam cerita tersebut.Penokohan dapat digambarkan

melalui tokoh lain. Beikut ini merupakan data penelitian yang termasuk dalam indikator

penokohan.

Kode data: 01-06/Pkn

“Ketika aku mulai melihat, yang pertama sekali aku lihat adalah kejahatan. Makkudihajar habis oleh suaminya yang kesetanan. Ketika pertama kali mendengar, yangkudengar adalah keserakahan. Para tetangga beramai-ramai memfitnah kami supayaterkubur. Ketika pertama kali berbuat yang aku lakukan adalah dosa. Kudorong anakitu ke tengah jalan dan sepedanya aku larikan. Sejak itu mereka namakan akubajingan. Mula-mula aku marah, karena nama itu diciptakan untuk membuangku.Tetapi kemudian ketika aku terbiasa memakainya, banyak orangmengaguminya.Mereka datang kepadaku hendak berguru. Aku dinobatkan jadipahlawan.Sementara aku merasa amat kesepian ditinggal oleh dunia yang tak maumengakuiku sebagai anaknya.”

Pada data 01-06/Pkn, terdapat dimensi psikologis dan sosiologis. Dimensi psikologis

merupakan keadaan kejiwaan dari tokoh yang meliputi status sosial, pekerjaan, jabatan,

perana di dalam masyarakat, pendidikan, agama, dan lain-lain sedangkan dimensi sosiologis

merupakan keadaan sosial dari tokoh yang meliputi mentalitas, ukuran moral, keinginan, dan

perasaan pribadi, sikap dan kelakuan (tempramen), juga intelektualitasnya. Pada data 01-

06/Pkn, tokoh Alimin sedari kecil sudah mendapat pelajaran yang tidak pantas ia lihat, ia

melihat dan mendengar segala bentuk kejahatan sehingga saat ia tumbuh besar ia menjadi

seorang penjahat yang kejam. Alimin meluapkan isi hatinya mengenai keluarga yang tidak

harmonis sedari ia kecil. Ia merasa sendirian merasa ditinggalkan oleh orang-orang yang

harusnya ada di sampingnya dan mendampinginya. Alimin kehilangan keluarga, teman, dan

masyarakat sekitar akibat ulahnya yang sering berbuat kejahatan. Alimin juga kehilangan

Page 83: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli

65

cintanya yaitu Nensi wanita penghibur yang sangat ia cintai, namun karena dikhianati ia lalu

membunuh Nensi. Anggapan masyarakat terhadap Alimin sudah tidak ada lagi yang benar

mereka semua menganggap Alimin sebagai orang yang melakukan tindak pidana berulang-

ulang kali.

Kode Data: 02-06/Pkn

“Waktu kubawa kamu naik ke puncak Monas, waktu kita nonton wayang di bawahjembatan. Tapi kemudian kau lari dengan bajingan ituSundal!! Lonthe!! Aku masihingat ketika menyambar parang dan menguber kamu di atas jembatan. Lalu kutebaslehermu yang panjang itu. Tidak , aku tidak menyesal. Aku tahu janin dalam perutmujuga ikut mampus. Tapi itu lebih baik. Biar kamu hanya menjadi milikku. Kamumengerti? Kamu tak pernah mengerti. Kamu tak pernah mencintaiku. Bahkankematian tak menyebabkan kamu mengubah sikap bencimu. Kamu menang Nensi.Kamu mati tapi kamu menang. Sialan. Kok bisa.”

Pada data 02-06/Pkn, Nensi digambarkan sebagai seorang wanita penghibur yang menjalin

hubungan asmara dengan Alimin. Hingga pada suatu hari Nensi melakukan kesalahan yang

sangat fatal yaitu berselingkuh dengan pria lain membuat Alimin murka dan membunuh

Nensi. Tokoh Nensi dalam dimensi sosiologis merupakan tokoh yang dipandang tidak baik

dari segi pekerjaannya yaitu sebagai wanita penghibur. Ia juga merupakan wanita yang tidak

memiliki rasa kesetiaan dan jujur terhadap pasangan hal ini termasuk dalam dimensi

Psikologis atau dapat dilihat dari perilakunya.

Kode data: 03-06/Pkn

“Yang Mulia Hakim yang saya hormati. Saya tak akanmembela apa yang sudah saya lakukan. Saya justru ingin menjelaskannya. Bahwamemang benar saya yang melakukan segalanya itu. Hukumlah saya. Dua kali dariancaman yang telah paduka sediakan. Wanita itu saya cabik lehernya, karena sayarasa itu yang paling tepat untuk dia. Kemudian harta bendanya saya rampas, karenakalau tidak dimanfaatkan akan mubazir. Saya lakukan itu dalam keadaan yangtenang.”

Pada data 03-06/Pkn , tokoh Hakim digambarkan sebagai tokoh yang dihormati. Hal ini

termasuk dalam dimensi sosiologis yang menjelaskan jabatan seseorang dalam masyarakat.

Page 84: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli

66

Hal ini digambarkan melalui tokoh Alimin. Tokoh Hakim digambarkan melalui tokoh lain,

sehingga tokoh Hakim termasuk tokoh minor atau tokoh pembantu.

4.2.1.4 Alur

Alur merupakan rangkaian peristiwa-peristiwa atau sekelompok peristiwa yang saling

berhubungan secara kausalitas akan menunjukkan kaitan sebab akibat. Alur terdiri dari tiga

tahapan, yaitu eksposisi (bagian yang memperkenalkan tokoh kepada kita), komplikasi

(bagian yang menjelaskan bagaimana tokoh utama dalam cerita), dan resolusi (bagian

perubahan dari seorang tokoh). Alur juga terdapat 3 jenis yaitu alur maju, mundur, dan

campuran. Dalam naskah drama ini alur yang disajikan adalah alur campuran, terdapat

gambaran masalalu dan masa depan dalam cerita. Bagian eksposisi, komplikasi, dan resolusi

juga terdapat dalam naskah drama ini. Beikut ini merupakan data penelitian yang termasuk

dalam indikator alur.

Kode data: 01-03/Ar

“Ketika aku mulai melihat, yang pertama sekali aku lihat adalah kejahatan. Makkudihajar habis oleh suaminya yang kesetanan. Ketika pertama kali mendengar, yangkudengar adalah keserakahan. Para tetangga beramai-ramai memfitnah kami supayaterkubur. Ketika pertama kali berbuat yang aku lakukan adalah dosa. Kudorong anakitu ke tengah jalan dan sepedanya aku larikan. Sejak itu mereka namakan akubajingan. Mula-mula aku marah, karena nama itu diciptakan untuk membuangku.Tetapi kemudian ketika aku terbiasa memakainya, banyak orangmengaguminya.Mereka datang kepadaku hendak berguru. Aku dinobatkan jadipahlawan.Sementara aku merasa amat kesepian ditinggal oleh dunia yang tak maumengakuiku sebagai anaknya.”

Pada data 01-03/Ar terdapat peristiwa masalalu yang berdampak terhadap masa depan dari

tokoh Alimin. Pada masalalunya iya melihat kekerasan dan kejahatan, sehingga masa depan

yang Alimin dapatkan pun tidak jauh berbeda dengan masalalunya, yaitu kekejaman,

kekerasan, dan kejahatan. Alur pada drama ini merupakan alur campuran, pada data ini

diperlihatkan bagaimana hubungan sebab akibat yang ditimbulkan dari masalalu untuk masa

Page 85: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli

67

depan. Data ini merupakan bagian dari Eksposisi atau bagian yang memperkenalkan pelaku

kepada kita.

Kode data: 02-03/Ar

“He, kamu ada di situ Nensi! Rupanya kamu yang dari tadi melotot di situ. Apakabar? Sedang apa kamu sekarang? Kenapa lipstik kamu belepotan? Ada hansip yangmemperkosa kamu? Jangan diam saja seperti orang bego sayang. Ke mari. Masihingat pada aku kan? Aku bukan orang yang dulu lagi. Kau pun tidak. Ketiak kitasudah ubanan. Tetapi kita pernah bersama-sama membuat sejarah dan itu tidak bisahapuskan begitu saja. Sekepingdari diri kamu masih tetap dalam tubuhku dan bagiandari punyaku masih tersimpan padakamu. Kita bisa berbohong tapi itu tidakmenolong. Mari sayang. Temani aku hari ini menghitung dosa. Berapa kali kamu akutonjok, berapa kali aku elus, berapa kali aku sumpahi. Tetapi jangan lupa berapa kaliaku berikan bahagia. Waktu kusedot bibirmu sampai bengkak. Waktu kita berjogetdiatas rel kereta.Waktu kubawa kamu naik ke puncak Monas, waktu kita nontonwayang di bawah jembatan. Tapi kenapa kemudian kau lari dengan bajingan itu.Sundal!! Lonthe! Aku masih ingat ketika menyambar parang dan menguber kamu diatas jembatan. Lalu kutebas lehermu yang panjang itu. Tidak , aku tidakmenyesal.Aku tahu janin dalam perutmu juga ikut mampus. Tapi itu lebih baik. Biarkamu hanyamenjadi milikku. Kamu mengerti. Kamu tak pernah mengerti.Kamu tak pernahmencintaiku. Bahkan kematian tak menyebabkan kamu mengubahsikap bencimu.Kamu menang Nensi. Kamu mati tapi kamu menang. Sialan. Kok bisa.”

Pada data 02-03/Ar hubungan sebab akibat itu terus menjalar sampai pada kisah percintaan

Alimin dan Nensi. Alimin yang mencintai Nensi merasa dikhianati karena Nensi pergi

dengan pria lain. Lalu sampailah pada peristiwa kejar-kejaran antara Nensi dan Alimin yang

berakhir pada kematian Nensi. Data ini menunjukkan komplikasi yaitu yang bertugas

mengembangkan konflik. Pada komplikasi ini kita dapat mengetahui bagaimanakah

sebenarnya tokoh utama dalam cerita tersebut.

Kode data: 03-03/Ar

“Di dalam ruangan ini aku menjadi manusia. Di dalam ruangan ini aku lahir kembali.Mataku terbuka dan melihat cinta di balik jendela. Melihat keindahan cahaya mataharidan bulan di malam hari. Aku ingin kembali mengulang sekali lagi apa yang sudahkujalani. Menjadi manusia biasa seperti kalian.”

Pada data 03-03/Ar terdapat perubahan penting dalam hidup Alimin, yaitu kesadaran diri

ingin berubah menjadi manusia yang lebih baik lagi. Alimin merasa perbuatannya di

masalalu sangat tidak baik dan tidak pantas dilakukannya. Ia ngin mengulang kehidupannya

Page 86: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli

68

kembali menjadi seorang manusia yang normal pada umumnya. Tidak lagi merasa dikucilkan

karena perbuatan tidak terpujinya. Dalam hal ini kita dapat melihat adanya resolusi dari alur,

yaitu perubahan dari seorang tokoh.

4.2.1.5 Latar

Latar merupakan segala sesuatu yang mengacu kepada keterangan waktu, ruang, serta

suasana peristiwanya. Latar merupakan keterangan yang dapat membantu pembaca

memahami suatu karya sastra. Latar waktu merupakan latar yang menyajikan keterangan

waktu dalam cerita. Latar ruang atau tempat merupakan latar yang menyajikan keterangan

tempat di mana peristiwa itu terjadi. Latar suasana merupakan latar yang menyajikan

keterangan suasana yang terjadi dalam cerita. Beikut ini merupakan data penelitian yang

termasuk dalam indikator latar.

1). Latar Tempat

Kode data: 05-08/Lr

“Temani aku hari ini menghitung dosa. Berapa kali kamu aku tonjok, berapa kali akuelus, berapa kali aku sumpahi. Tetapi jangan lupa berapa kali aku berikan bahagia.Waktu kusedot bibirmu sampai bengkak. Waktu kita berjoget diatas relkereta.Waktu kubawa kamu naik ke puncak Monas, waktu kita nonton wayang dibawah jembatan. Tapi kenapa kemudian kau lari dengan bajingan itu. Sundal!!Lonthe! Aku masih ingat ketika menyambar parang dan menguber kamu di atasjembatan. Lalu kutebas lehermu yang panjang itu. Tidak , aku tidak menyesal. Akutahu janin dalam perutmu juga ikut mampus. Tapi itu lebih baik. Biar kamu hanyamenjadi milikku. Kamu mengerti. Kamu tak pernah mengerti. Kamu tak pernahmencintaiku. Bahkan kematian tak menyebabkan kamu mengubah sikap bencimu.Kamu menang Nensi. Kamu mati tapi kamu menang. Sialan. Kok bisa.”

Latar tempat merupakan keterangan di mana sebuah cerita terjadi. Pada data 05-08/Lr, Putu

Wijaya Memilih latar tempat yang berbeda-beda, yaitu di atas rel kereta, puncak Monas, dan

di bawah jembatan. Latar tempat tersebut digambarkan melalui Alimin saat ia menceritakan

kisahnya bersama Nensi sebelum dan sesudah pengkhianatan terjadi. Latar tempat merupakan

Page 87: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli

69

keterang yang penting dalam sebuah cerita. Latar tempat menerangkan di mana sebuah cerita

terjadi. Dalam sebuah cerita latar tempat bisa saja berbeda-beda karena cerita tidak mungkin

hanya terjadi pada satu tempat saja.

Kode data: 05-08/Lr

“Temani aku hari ini menghitung dosa. Berapa kali kamu aku tonjok, berapa kali akuelus, berapa kali aku sumpahi. Tetapi jangan lupa berapa kali aku berikan bahagia.Waktu kusedot bibirmu sampai bengkak. Waktu kita berjoget diatas rel kereta.Waktukubawa kamu naik ke puncak Monas, waktu kita nonton wayang di bawah jembatan.Tapi kenapa kemudian kau lari dengan bajingan itu. Sundal!! Lonthe! Aku masihingat ketika menyambar parang dan menguber kamu di atas jembatan. Lalu kutebaslehermu yang panjang itu. Tidak , aku tidak menyesal. Aku tahu janin dalam perutmujuga ikut mampus. Tapi itu lebih baik. Biar kamu hanya menjadi milikku. Kamumengerti. Kamu tak pernah mengerti. Kamu tak pernah mencintaiku. Bahkankematian tak menyebabkan kamu mengubah sikap bencimu. Kamu menang Nensi.Kamu mati tapi kamu menang. Sialan. Kok bisa.”

Pada data 05-08/Lr Putu Wijaya Memilih latar tempat yang berbeda-beda, yaitu di atas rel

kereta, puncak Monas, dan di bawah jembatan. Latar tempat tersebut digambarkan oleh

Alimin saat ia menceritakan kisahnya bersama Nensi saat sedang jalan berdua menikmati

hari-hari bahagianya.

2). Latar Waktu

Kode data: 01-08/Lr

“He matahari kamu jangan ngece! Kamujangan sombong. Kamu tak perlu tertawa melihat bajingan menangis. Apa salahnya?Air mata itu bukan tanda kelemahan tapi kehalusan jiwa. Kurang ajar terkekeh-kekehya! Kau tidak bisa naik melewati kepalaku. Bukan kau yang paling tinggi di sini. Akutetap lebih tinggi dari kamu. Kamu tidak akan bisa melampauiku hari ini. Naiklahlebih tinggi lagi. Aku akan membumbung dan tetap yang paling tinggi selama-lamanya.”

Pada data 01-08/Lr terdapat latar waktu yang disebutkan Alimin melalui istilah matahari.

Matahari mewakili waktu siang hari dalam cerita. Latar memiliki tiga bagian, yaitu latar

waktu, tempat, dan suasana. Alimin pada data tersebut seolah olah sedang berbicara pada

Page 88: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli

70

matahari yang baru bersinar. Latar menjelaskan kapan, dimana, dan bagaimana peristiwa

dalam cerita itu terjadi.

3). Latar Suasana

Kode data: 08-08/Lr

“Sekeping dari diri kamu masih tetap dalam tubuhku dan bagian dari punyaku masihtersimpan padakamu. Kita bisa berbohong tapi itu tidak menolong. Mari sayang.Temani aku hari ini menghitung dosa. Berapa kali kamu aku tonjok, berapa kali akuelus, berapa kali aku sumpahi. Tetapi jangan lupa berapa kali aku berikan bahagia.Waktu kusedot bibirmu sampai bengkak. Waktu kita berjoget diatas rel kereta. Waktukubawa kamu naik ke puncak Monas, waktu kita nonton wayang di bawah jembatan.”

Pada data 08-08/Lr , latar suasananya merupakan latar suasana yang bahagia, terlihat dari

Alimin dan Nensi yang pergi untuk menghabiskan waktu bersama. Alimin menceritakan

bagaimana kisah cintanya saat itu bersama Nensi sebelum terjadi insiden pembunuhan karena

sebuah pengkhianatan. Latar suasana merupakan latar yang menggambarkan bagaimana

kondisi dari seorang tokoh dalam sebuah peristiwa di dalam cerita. Latar menjelaskan kapan,

dimana, dan bagaimana peristiwa dalam cerita itu terjadi.

4.2.1.6 Bahasa

Bahasa adalah sebuah sistem, artinya bahasa itu dibentuk oleh sejumlah komponen yang

berpola secara tetap dan dikaidahkan (Chaer dan Agustina, 2010: 11). Bahasa yang

digunakan dalam drama sengaja dipilih pengarang dengan titik berat fungsinya sebagai

sarana komunikasi (Rokhmansyah , 2014: 41). Setiap penulis drama mempunyai gaya sendiri

dalam mengolah kosa kata sebagai sarana untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya.

Selain berkaitan dengan pemilihan kosakata, bahasa juga berkaitan dengan pemilihan gaya

bahasa. Berikut ini merupakan data penelitian yang termasuk dalam indikator bahasa.

Page 89: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli

71

Kode data: 03-07/Bhs

“Selamat tinggal dinding bisu dengan semua suara yang kau simpan. Selamattinggal jendela yang selalu memberiku matahari dan bulan. Selamat tinggalsobat kecil, yang selalu mencuri ransumku. Selamat tinggal sipir penjara yangmarahnya tak habis-habis pada dunia. Dan selamat tinggal Karpo pembunuh yang takakan keluar hidup dari penjara ini. Selamat tinggal segala yang kubenci dan kucintai.Inilah salam dari Alimin sahabat semua orang, yang sekarang harus pergi. Inginkuulang semuanya, walaupun hanya sebentar. Tapi tak bisa. Janjiku sudah lunas.Sekarang aku berjalan dalam kebisuan yang abadi, untuk membeku bersama masalalu.”

Pada data 03-07/Bhs, Putu Wijaya menggunakan gaya bahasa personifikasi. Ia membuat

seolah-olah dinding dalam penjara itu mampu mendengar apa saja yang dibicarakan oleh

Alimin, dan jendela yang seolah-olah memberinya kehidupan. Penggunaan gaya bahasa

dalam sebuah drama itu memang sudah lumrah dilakukan. Banyak perumpamaan yang dibuat

oleh seorang sastrawan untuk mewakili tujuannya dalam bercerita. Melalui bahasa kita juga

dapat mengetahui tempat, waktu dan keadaan di dalam cerita. Bahasa yang digunakan Putu

Wijaya dapat dipahami atau komunikatif, namun terdapat kekurangan yaitu bahasa tersebut

kurang sopan karena terdapat kata-kata yang terlalu kasar dan fulgar.

Kode data: 05-07/Bhs

“Saya justru ingin menanyakan kepada Bapak dan kepada seluruh hadirin di sini.Mengapaseorang wanita yang tercabik lehernya mendapat perhatian yangbegitu besar, sementaraleher saya dan jutaan orang lain yang dicabik-cabik takpernah diperhatikan. Apa arti kematian seorang pelacur ini dibandingkan dengankematian kita semua beramai-ramai tanpa kita sadari? Di depan anda semua ini sayamenuntut. Berikanlah saya hukuman yang pantas. Tetapi jangan lupa berikan jugahukuman kepada orang yang telah mencabik leher kami itu dengan setengah pantassaja. Karena saya cabik leher wanita itu harapan Anda semua akan teringat bahwaleher kamipun sudah dicabik-cabik dengan cara yang sama. Dan semoga ingatan itudiikuti pula pada hukuman yang bersangkutan.”

Pada data 05-07/Bhs, terdapat gaya bahasa Paradoks, yaitu gaya bahasa yang mengandung

pertentangan yang nyata dengan fakta-fakta yang ada. Pada data tersebut terlihat bahwa

masih banyak orang yang tercabik tidak diberikan perhatian. Sedangkan satu orang wanita

yang tercabik diberikan perhatian yang begitu besar. Protes yang diungkapkan tokoh Alimin

Page 90: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli

72

ini merupakan hal yang sering terjadi dalam kehidupan kita. Banyak penegak hukum yang

tidak adil dalam memberikan hukuman sehingga terjadi banyak pertentangan di kalangan

masyarakat.

4.2.1.7 Amanat

Pesan atau amanat merupakan ajaran moral didaktis yang disampaikan drama itu kepada

pembaca atau penonton (Kosasih, 2012:137). Amanat tersimpan rapi dan disembunyikan

pengarangnya dalam keseluruhan isi drama. Amanat dapat diartikan pesan berupa ide,

ganjaran moral, dan nilai-nilai kemanusiaan pengarang melalui karyanya. Amanat merupakan

pemecahan masalah yang terkandung dalam tema terdapat dua cara penyampaian amanat

oleh pengarang dalam karyanya, yaitu implisit dan eksplisit. Berikut ini merupakan data

penelitian yang termasuk dalam indikator bahasa.

Kode data: 01-02/Amt

“Ketika aku mulai melihat, yang pertamasekali aku lihat adalah kejahatan. Makku dihajar habis oleh suaminya yang kesetanan.Ketika pertama kali mendengar, yang kudengar adalah keserakahan. Para tetanggaberamai-ramai memfitnah kami supaya terkubur. Ketika pertama kali berbuat yangaku lakukan adalah dosa. Kudorong anak itu ke tengah jalan dan sepedanya akularikan. Sejak itu mereka namakan aku bajingan. Mula-mula aku marah, karena namaitu diciptakan untuk membuangku. Tetapi kemudian ketika aku terbiasa memakainya,banyak orang mengaguminya.Mereka datang kepadaku hendak berguru. Akudinobatkan jadi pahlawan. Sementara aku merasa amat kesepian ditinggal oleh duniayang tak mau mengakuiku sebagai anaknya.”

Pada data 01-02/Amt kita dapat mengambil amanat bahwa menjadi orangtua itu harus

memberi teladan yang baik kepada anaknya. Seperti kata pepatah “mendidik anak bagaikan

memahat di atas batu, mendidik orang dewasa laksana melukis di atas air” dalam hal ini kita

dapat melihat bagaimana Alimin yang sedari kecil telah mendapat pelajaran tentang

kejahatan. Kejahatan yang dilakukan ayahnya seolah-olah melekat kuat dalam ingatannya.

Alimin akhirnya tumbuh menjadi seperti yang ia lihat dan ia dengar. Oleh karena itu kita

sebagai orang tua harus pinta-pintar dalam mendidik anak, kita harus mampu membangun jati

Page 91: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli

73

diri anak sesuai dengan yang ia lihat dan ia dengar, kita harus mampu memberi teladan yang

baik bagi dirinya agar kelak ia tumbuh menjadi pribadi yang baik dan berguna bagi

masyarakat. Hak anak adalah mendapatkan pendidikan yang baik dari keluarga dan

masyarakat. Apabila ia salah haruslah dihukum sesuai dengan kesalahan yang diperbuat.

Begitupula dengan masyarakat, hukuman yang diberikan harus adil. Setiap individu ingin

diperlakukan adil, oleh karena itu hukum harus ditegakkan dengan benar, dan pemimpin di

negara ini juga harus memberikan contoh yang baik bagi masyarakat.

Kode data: 02-02/Amt

“Yang Mulia Hakim yang saya hormati. Saya tak akan membela apa yang sudah sayalakukan. Saya justru ingin menjelaskannya. Bahwa memang benar saya yangmelakukan segalanya itu. hukumlah saya. Dua kali dari ancaman yang telah padukasediakan. Wanita itu saya cabik lehernya, karena saya rasa itu yang paling tepat untukdia. Kemudian harta bendanya saya rampas, karena kalau tidak dimanfaatkan akanmubazir. Saya lakukan itu dalam keadaan tenang. Pikiran saya waras. Tapi mengapa?Saya tidak bisa menjawab, karena bukan itu persoalannya. Saya justru inginmenanyakan kepada Bapak dan kepada seluruh hadirin disini. Mengapa seorangwanita yang tercabik lehernya mendapat perhatian yang begitu besar, sementara lehersaya dan jutaan orang lain yang dicabik-cabik tak pernah diperhatikan. Apa artikematian seorang pelacur ini dibandingkan dengan kematian kita semua beramai-ramai tanpa kita sadari? Di depan Anda semua ini saya menuntut. Berikanlah sayahukuman yang pantas. Tetapi jangan lupa berikan juga hukuman kepada orang yangtelah mencabik leher kami itu dengan setetngah pantas saja, karena saya cabik leherwanita harapan Anda semua akan teringat bahwa leher kamipun sudah dicabik-cabikdengan cara yang sama. Dan semoga ingatan itu diikuti pula pada hukuman yangbersangkutan. Kalau sudah begitu apapun yang dijatuhkan kepada saya, dua kali matisekalipun akan saya jalani dengan rela.”

Pada data 02-02/Amt, amanat yang dapat kita ambil adalah bersikap adil itu penting. Adil

berarti sesuai dengan kebutuhan. Jika ada seseorang yang berlaku tidak baik misalnya

mencuri maka ia harus dihukum sesuai dengan kasusnya, sehingga orang-orang yang hanya

menjadi kambing hitam dalam sebuah kasus tidak menanggung hukumannya sendiri.

Keamanan dalam masyarakat juga harus lebih baik lagi, bukan seperti dalam cerita Alimin ini

yang aparat kemanannya justru mendukung perilaku tidak baik. Hukum yang benar dan jelas

haruslah ditegakkan. Tokoh Alimin mewakili masyarakat yang memiliki perbuatan baik dan

Page 92: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli

74

tidak baik. Ia memiliki niat hati yang mulia namun, karena lingkungan yang mendorongnya

menjadi tidak baik hingga ia dewasa menjadi pribadi yang jahat. Ketidakadilan yang ia terima

adalah dihukum sendirian.

4.2.2 Implikasinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA

Hasil penelitian diimplikasikan pada kegaitan pembelajaran bahasa Indonesia di SMA,

khususnya pada materi pembelajaran drama. Hasil penelitian berupa unsur-unsur intrinsik

dalam naskah drama Aeng yang dapat dikaitkan dengan Kompetensi Dasar (KD) kelas XI

semester genap, yaitu 3.18 Mengidentifikasi alur cerita, babak demi babak, dan konflik

dalam drama yang dibaca atau ditonton. Kompetensi dasar tersebut dimuat dalam kurikulum

2013 edisi revisi.

Pembelajaran dramayang terdapat dalam silabus kurikulum 2013 pada mata pelajaran Bahasa

Indonesia secara umum bertujuan agar peserta didik mampu mendengarkan, membaca,

memirsa (viewing), berbicara, dan menulis. Kompetensi dasar dikembangkan berdasarkam

tiga hal lingkup materi yang saling berhubungan dan saling mendukung pengembangan

kompetensi pengetahuan pengetahuan kebahasaan dan kompetensi keterampilan berbahasa

(mendengarkan, membaca, memirsa, berbicara, dan menulis) peserta didik.

Kompetensi sikap secara terpadu dikembangkan melalui kompetensi pengetahuan kebahasaan

dan kompetensi keterampilan berbahasa. Ketiga hal lingkup materi tersebut adalah bahasa

(pengetahuan tentang bahasa Indonesia); sastra (pemahaman, apresiasi, tanggapan, analisis,

dan penciptaan karya sastra); dan literasi (perluasan kompetensi berbahasa Indonesia dalam

berbagai tujuan khususnya yang berkaitan dengan membaca dan menulis).

Hasil penelitian jadikan sebagai topik untuk mementaskan drama dalam melaksanakan

pembelajaran pada kompetensi 3.18 Mengidentifikasi alur cerita, babak demi babak, dan

Page 93: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli

75

konflik dalam drama yang dibaca atau ditonton. Hasil temuan dijadikan sebagai topik untuk

mengapresiasi dan memahami sebuah drama sehingga secara tidak langsung, pendidik dapat

menyampaikan pembelajaran sastra di SMA. Agar lebih terkonsep, proses pembelajaran

materi drama perlu dibuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) . Dalam kurikulum

2013, pelaksanaan pembelajaran harus terdapat sintak model pembelajaran yaitu, mengamati,

menanya,mengumpulkan informasi, menalar, dan mengomunikasikan.

Terdapat tiga hal dalam kegiatan pembelajaran yaitu, apersepsi, kegiatan inti, dan kegiatan

penutup. Apersepsi merupakan kegiatan awal dalam memulai pelaksanaan pembelajaran.

Dalam kegiatan ini, guru membuka kegiatan belajar dengan memberi salam, menanyakan

kehadiran, dan menanyakan materi dalam kegiatan pembelajaran sebelumnya. Kemudian,

setelah apersepi kegiatan inti mulai dilaksanakan. Guru mengenalkan pembelajaran yang

akan dilaksanakan pada saat proses pembelajaran tersebut. pada kegiatan inti, guru

memasukkan sintak model pembelajaran, agar proses pembelajaran tidak membosankan dan

memicu keaktifan siswa dalam kegiatan tersebut. setelah selesai, kegiatan terakhir ialah

penutup. Guru bersama siswa menyimpulkan dan merefleksikan kegiatan pembelajaraan saat

itu, guru juga memenyampaikan tugas atau rencana pembelajaran untuk pertemuan

selanjutnya.Tingkatan Sekolah Menengah Atas (SMA), dalam Kurikulum 2013 mata

pelajaran bahasa Indonesia mendapat alokasi waktu 4 jam/ minggu. Biasanya satu minggu

dibagi menjadi dua kali pertemuan. Sehingga untuk dua kali pertemuan mendapat alokasi

waktu 4 x 45 menit.

Hal yang akan dilakukan guru pada pertemuan pertama ialah mengenalkan konsep tentang

materi drama. Setelah kegiatan apersepsi selesai yaitu kegiatan awal dengan mengingat

kembali tentang materi sebelumnya, materi yang sebelumnya didapat, dipakai kembali untuk

mengaitkan pelajaran yang akan dipelajari pada saat proses pembelajaran yang akan

Page 94: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli

76

dilakukan yaitu pementasan drama. Kegiatan pendahuluan ini dilakukan dengan alokasi

waktu 15 menit.

Guru melanjutkan ke kegiatan inti dengan mengenalkan kepada siswa tentang materi teks

drama yaitu:

1. Definisi drama

2. Unsur pembangun drama

3. Unsur intrinsik

Alokasi waktu dalam kegiatan inti 60 menit.

Setelah selesai kegiatan inti, dilanjutkan kegiatan penutup yaitu menyimpulkan pembelajaran

yang telah dilakukan.. Pendidik dan peserta didik bersama-sama membahas kembali tentang

materi drama dengan melakukan refleksi dan terakhir guru atau pendidik mengakhiri

pembelajaran dengan mengucapkan salam kepada peserta didik.

Pada pertemuan kedua, guru mengenalkan konsep tentang mendata konflik, babak, alur, dan

penokohan dalam drama. Setelah kegiatan apersepsi selesai yaitu kegiatan awal dengan

mengingat kembali tentang materi sebelumnya, materi yang sebelumnya didapat, dipakai

kembali untuk mengaitkan pelajaran yang akan dipelajari pada saat proses pembelajaran yang

akan dilakukan yaitu mendata alur drama, babak demi babak dalam drama, konflik, dan

penokohan dalam drama. Kegiatan pendahuluan ini dilakukan dengan alokasi waktu 15

menit.Guru melanjutkan ke kegiatan inti dengan mengenalkan kepada siswa tentang mendata,

alur, konfliks, penokohan dan babak dalam drama yang ditonton atau dibaca.Mengumpulkan

hasil diskusi terkait mendata alur, konflik, dan babak dalam drama dan diacak untuk

dijadikan nomor urut kelompok. Pada tahap ini, data dalam penelitian yaitu unsur-unsur

intrinsik dimasukkan dan dijadikan topik dalam mengidentifikasi teks drama. Peserta didik

diberikan waktu untuk membuat kelompok, memilih indikator dalam unsur-unsur intrinsik

yang diberikan oleh pendidik, dan mengidentifikasikannya.

Page 95: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli

77

Setelah selesai mengerjakan tugas yang diberikan oleh pendidik, peserta didik

mempresentasikan teks drama yang telah diidentifikasi, lalu peserta didik yang lain

memberikan tanggapan secara lisan terhadap identifikasi teks drama drama yang telah

dipresentasikan. Setelah selesai, peserta didik mengumpulkan tugas yang dikerjakan tersebut

untuk dinilai oleh guru yang bersangkutan. Alokasi waktu dalam kegiatan inti 60 menit.

Setelah selesai kegiatan inti, dilanjutkan kegiatan penutup yaitu menyimpulkan pembelajaran

yang telah dilakukan. Peserta didik mengikuti penilaian pembelajaran yang diberikan

pendidik. Pendidik dan peserta didik bersama-sama membahas kembali tentang drama

dengan melakukan refleksi dan terakhir guru atau pendidik mengakhiri pembelajaran dengan

mengucapkan salam kepada peserta didik.

Page 96: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli

BAB VSIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan analisis dari monolog dalam naskah drama Aeng karya Putu Wijaya yang

memiliki unsur-unsur intrinsik yang telah diuraikan pada bab IV, dapat disimpulkan sebagai

berikut.

1. Hasil penelitian menunjukkan unsur-unsur intrinsik dalam naskah drama Aeng karya Putu

Wijaya terdiri dari tujuh indikator, berdasarkan teori Rokhmansyah. Unsur-unsur intrinsik

yang diteliti adalah tema, tokoh, penokohan, alur, latar, bahasa, dan amanat. Indikator

tema dalam naskah drama ini gambarannya melalui tokoh dan latar. Indikator tokoh

merupakan pelaku dalam cerita, berdasarkan hasil penelitian tokoh yang terdapat dalam

naskah drama ini terdapat satu tokoh utama yang menggambarkan lima tokoh tambahan

lainnya. Indikator penokohan dikaji berdasarkan tiga dimensi, yaitu dimensi fisiologis

(fisik), psikologis (psikis), dan sosiologis (sosial). Indikator alur dikaji berdasarkan tiga

bagian, yaitu eksposisi (bagian yang memperkenalkan pelaku kepada kita), komplikasi

(bagian perkembangan konflik), resolusi (penyelesaian). Indikator latar dikaji berdasarkan

tiga bagian, yaitu latar tempat, waktu, dan suasana. indikator bahasa dikaji berdasarkan

gaya bahasa dan pemilihan diksi. Indikator amanat dikaji berdasarkan gambaran dari

tokoh dan latar.

Page 97: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli

79

2. Hasil penelitian menunjukan bagaimana unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam naskah

drama Aeng dan implikasinya terhadap pembelajaran bahasa Indonesia di SMA yang

dapat dijadikan referensi dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Unsur-unsur intrinsik

yang terdapat dalam naskah drama Aeng dapat dikaitkan dengan Kompetensi Dasar (KD)

kelas XI yaitu KD 3.18 Mengidentifikasi alur cerita, babak demi babak, dan konflik dalam

drama yang dibaca atau ditonton dengan alokasi waktu 2x45 menit dalam satu kali

pertemuan. Kompetensi dasar tersebut dimuat dalam kurikulum 2013 edisi revisi.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti dapat memberikan saran-saran sebagai

berikut.

1. Bagi guru, membaca skripsi ini menambah referensi untuk membuat sebuah bahan ajar

dan dapat menjadi sarana untuk mengajarkan peserta didik agar dapat mengapresiasi

sebuah karya sastra dan memahami pesan yang terkandung dalam sebuah drama. dengan

cara mengajarkan bagaimana menganalisis unsur-unsur intrinsik, peserta didik diajarkan

mengaplikasikan kemampuan berbahasa mereka melalui aspek kebahasaan, yaitu

membaca, menulis, menyimak, dan berbicara.

2. Bagi pembaca umum, unsur-unsur intrinsik dalam naskah drama ini dapat dijadikan sarana

untuk mengapresiasi sebuah karya sastra. Amanat yang terkandung di dalamnya dapat

dijadikan pelajaran bagi kita bagaimana seharusnya kita mendidik anak mulai dari

lingkungan keluarga dan di luar lingkungan keluarga sehingga anak menjadi pribadi yang

bermoral.

3. Bagi peneliti lain yang ingin melakukan serupa, skripsi ini dapat dijadikan sebagai bahan

untuk menambah referensi, agar peneliti selanjutnya dapat menghasilkan penelitian yang

jauh lebih baik.

Page 98: UNSUR-UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA AENG KARYA …digilib.unila.ac.id/29596/2/SKRIPSI FULL.pdf · Bapak Mustakim dan Ibu, yang dengan tulus memberikan kasih sayang serta rasa peduli

DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. 1995. Stilistika: Pengantar Memahami Bahasa dalam Karya Sastra.Semarang: IKIP Semarang Press

Budianta, Melani, dkk. 2006. Membaca Sastra. Magelang: Indonesia Tera

Chaer, Abdul dan Agustina, Leoni. 2010. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal.Jakarta : Rineka Cipta

Keraf, Gorys. 2010. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia

Kosasih, Encang. 2012. Dasar-dasar Keterampilan Bersastra. Bandung: YramaWidya

Margono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Ratna, Yoman Kutha. 2015. Teori, Metode, dan Teknik PenelitianSastra.Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Rokhmansyah, Alfian. 2014. Studi dan Pengkajian Sastra. Yogyakarta: GrahaIlmu

Sumardjo, Jakob dan Saini. 1988. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia

Soemardjan, Selo, dkk. 1984. Budaya Sastra. Jakarta: CV. Rajawali

Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung: AngkasaBandung

Tarigan, Henry Guntur. 2011. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: AngkasaBandung

Universitas Lampung. 2010. Format Penulisan Karya Ilmiah. Bandar Lampung:Universitas Lampung

Wiyatmi. 2005. Pengantar Kajian Sastra. Yogyakarta: Pustaka

WS, Hasanuddin. 2015. Drama Karya Dalam Dua Dimensi. Bandung: AngkasaBandung

http://duniasastra.net/ diakses pada tanggal 16 Mei 2017.

http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/tokoh/273/Putu%20Wijayadiakses pada tanggal 28 Agustus 2017.