1. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3005/3/mustakim bab ii.pdf · yang terjadi selama...
TRANSCRIPT
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Lansia
a. Pengertian Lanjut Usia
Lanjut uisa didefinisikan sebagai penurunan, kelemahan,
meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit dan perubahan
lingkungan, hilangnya mobilitas dan ketangkasan, serta perubahan
fisiologis yang terkait dengan usia (Aru, 2009).
Lansia merupakan suatu proses alami yang ditentukan oleh
Tuhan Yang MahaEsa. Semua orang akan mengalami proses menjadi
tua dan masa tua merupakanmasa hidup manusia yang terakhir. Dimasa
ini seseorang mengalami kemunduranfisik, mental dan sosial secara
bertahap (Azizah, 2011).
Menurut Setiati dkk (2009) bahwa terdapat beberapa istilah
yang digunakan oleh gerontologis ketika membicarakan proses menua:
1) Aging (bertambahnya umur) menunjukan efek waktu, suatu proses
perubahan,biasanya bertahap dan spontan.
2) Senescence (menjadi tua) hilangnya kemampuan sel untuk
membelah dan berkembang (dan seiring waktu akan menyebabkan
kematian)
10
Faktor-Faktor yang..., Mustakim, S1 Keperawatan UMP, 2015
11
3) Homeostenosis penyempitan/berkurangnya cadangan homeostatis
yang terjadi selama penuaan pada setiap sistem organ.
Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya
kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut
memutih, gigi mulai tanggal, pendengaran kurang jelas, penglihatan
semakin memburuk, gerakan lambat dan figur tubuh yang tidak
proposional. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan suatu
proses berangsur-angsur mengakibatkan perubahan yang kumulatif,
merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi
rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang berakhir dengan kematian.
WHO dan Undang-Undang Nomor 13 tahun 1998 tentang
kesejahteraan lanjut usia pada Bab 1 pasal 1 ayat 2 menyebutkan bahwa
umur 60 tahun adalah usia permulaan tua (Nugroho, 2008).
b. Batasan-batasan Lansia
Di Indonesia, batasan lanjut usia adalah 60 tahun ke atas. Hal ini
dipertegas dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang
kesejahteraan lanjut usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 (Nugroho, 2008).
Usia yang dijadikan patokan untuk lanjut usia berbeda-beda,
umumnya berkisar antara 60-65 tahun. Beberapa pendapat para ahli
tentang batasan usia adalah sebagai berikut:
1) Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ada empat tahapan
yaitu:
1. Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun
Faktor-Faktor yang..., Mustakim, S1 Keperawatan UMP, 2015
12
2. Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun
3. Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun
4. Usia sangat tua (very old) usia > 90 tahun
2) Menurut Eliopolous (2010) batasan usia lansia yaitu:
1. Setengah tua yaitu seorang yang berusia antara 60-74 tahun.
2. Tua yaitu seseorang yang berusia antara 75-100 tahun.
3. Sangat tua yaitu seseorang yang berusia >100 tahun
3) Menurut Setyonegoro (2000)
Pengelompokan lanjut usia sebagai berikut: usia dewasa muda: 18
atau 20-25 tahun. Usia dewasa penuh: 25-60 atau 65 tahun. Lanjut
usia lebih dari 65 atau 70 tahun. Terbagi untuk umur 70-75 tahun,
75-80 tahun dan lebih dari 80 tahun.
c. Karakteristik pada Lansia
Bustan(2007) menjelaskanbahwa beberapa karakteristik
lansiayang perlu diketahui untuk mengetahui keberadaan masalah
kesehatan lansia sebagai berikut :
1) Jenis kelamin
Lansia lebih banyak wanita, terdapat perbedaan kebutuhan dan
masalah kesehatan yang berbeda antara lansia laki – lakidan wanita.
Misalnya lansia laki – laki dengan hiperplasia prostat, maka wanita
mungkin menghadapi osteoporosis.
Faktor-Faktor yang..., Mustakim, S1 Keperawatan UMP, 2015
13
2) Status perkawinan
Status masih pasangan lengkap atau sudah hidup janda / duda akan
mempengaruhi keadaan kesehatan lansia baik fisik maupun
psikologis.
3) Struktur keluarga
Keadaan pasangan, tinggal sendiri atau bersama istri, anak atau
keluarga lainnya.
4) Kondisi kesehatan
a) Kondisi umum
b) Frekuensi sakit.
d. Teori-teori Penuaan
Menurut Stanley dan Patricia (2006) beberapa teori tentang
penuaan dikelompokkan menjadi 2 kelompok besar yaitu:
1) Teori Biologis, yaitu teori yang mencoba untuk menjelaskan
proses fisik penuaan, termasuk perubahan fungsi dan struktur,
pengembangan, panjang usia dan kematian.perubahan-perubahan
dalam tubuh termasuk perubahan molekular dan seluler dalam
sistem organ utama dan kemampuan untuk berfungsi secara
adekuat dan melawan penyakit.
a) Teori Genetika
Teori sebab akibat menjelaskan bahwa penuaan terutama
dipengaruhi oleh pembentukan gen dan dampak lingkunagan
pada pembentukan kode etik. Penuaan adalah suatu proses
Faktor-Faktor yang..., Mustakim, S1 Keperawatan UMP, 2015
14
yang secara tidak sadar di wariskan yang berjalan dari waktu
mengubah sel atau struktur jaringan. Berdasarkan hal tersebut
maka, perubahan rentang hidup dan panjang usia telah
ditentukan sebelumnya.
b) Teori dipakai dan rusak
Teori ini mengusulkan bahwa akumulasi sampah metabolik
atau zat nutrisi dapat merusak sintesis DNA, sehingga
mendorong malfungsi molekular dan akhirnya malfungsi
organ tubuh. Pendukung teori ini percaya bahwa tubuh akan
mengalami kerusakan berdasarkan suatu jadwal.
c) Riwayat Lingkungan
Menurut teori ini, faktor-faktor di dalam lingkungan
(misalnya, karsinogen dari industri cahaya matahari, trauma
dan infeksi) dapat membawa perubahan dalam proses
penuaan. Walaupun faktor-faktor ini diketahui dapat
mempercepat penuaan, dampak dari lingkungan lebih
merupakan dampak sekunder dan bukan merupakan faktor
utama dalam penuaan.
d) Teori Imunitas
Teori ini menggambarkan suatu kemunduran dalam sistem
imun yang berhubungan dengan penuaan. Ketika orang
bertambah tua, pertahanan mereka lebih rentan untuk
menderita berbagai penyakit seperti kanker dan infeksi.
Faktor-Faktor yang..., Mustakim, S1 Keperawatan UMP, 2015
15
Seiring dengan berkurangnya fungsi imun, terjadilah
peningkatan dalam respon autoimun tubuh.
e) Teori Neuroendokrin
Teori-teori biologi penuaan, berhubungan dengan hal-hal
seperti yang telah terjadi pada struktur dan sel, serta
kemunduran fungsi sistem neuroendokrin. Proses penuaan
mengakibatkan adanya kemunduran sitem tersebut sehingga
dapat mempengaruhi daya ingat lansia dan terjadinya
beberapa penyakit yang berkaitan dengan system endokrin.
f) Teori Psikologis, teori ini memusatkan perhatian pada
perubahan sikap dan perilaku yang menyertai peningkatan
usia, sebagai lawan dari implikasi biologi pada kerusakan
anatomis. Perubahan sosiologis dikombinasikan dengan
perubahan psikologis.
g) Teori Kepribadian
Kepribadian manusia adalah suatu wilayah pertumbuhan
yang subur dalam tahun-tahun akhir kehidupannya dan telah
merangsang penelitian yang pantas di pertimbangkan. Teori
kepribadian menyebutkan aspek-aspek pertumbuhan
psikologis tanpa menggambarakn harapan atau tugas spesifik
lansia.
Faktor-Faktor yang..., Mustakim, S1 Keperawatan UMP, 2015
16
h) Teori Tugas perkembangan
Erickson menguraikan tugas utama lansia adalah mampu
melihat kehidupan seseorang sebagai kehidupan yang di jalani
dengan integritas. Dengan kondisi tidak adanya pencapaian
pada perasaan bahwa ia telah menikmati kehidupan yang baik,
maka lansia tersebut beresiko untuk disibukkan dengan rasa
penyesalan atau putus asa.
i) Teori Disengagement (Teori Pembebasan)
Suatu proses yang menggambarkan penarikan diri oleh lansia
dari peran bermasyarakat dan tanggung jawabnya.
j) Teori Aktifitas
Lawan langsung dari teori pembebasan adalah teori aktifitas
penuaan, yang berpandapat bahwa jalan menuju panuaan yang
sukses adalah dengan cara tetap aktif.
k) Teori Kontinuitas
Teori ini juga dikenal dengan teori perkembangan. Teori ini
menekankan pada kemampuan koping individu sebelumnya
dan kepribadian sebagai dasar untuk memprediksi bagaimana
seseorang akan dapat menyesuaikan diri terhadap penuaan.
e. Perubahan yang terjadi pada lansia
Perubahan yang terjadi pada lansia terdiri dari perunahan fisi,
perubahan mental, dan perubahan psikokososial.
Faktor-Faktor yang..., Mustakim, S1 Keperawatan UMP, 2015
17
1) Perubahan fisik
Hutapea (2005) menyatakan perubahan fisik yang dialami oleh
lansia sebagai berikut:
a) Perubahan pada sistem kekebalan atau imunologi yaitu tubuh
menjadi rentan terhadap alergi dan penyakit.
b) Konsumsi energi turun secara nyata diikuti dengan menurunya
jumlah yang dikeluarkan oleh tubuh.
c) Air mengalami penurunan secara signifikan karena bertambahnya
sel-sel yang mati yang diganti oleh lemak maupun jaringan
konektif.
d) Sistem pencernaan mulai terganggu, gigi mulai tanggal,
kemampuan mencerna makanan serta penyerapan mulai lamban
dan kurang efisien, gerakan peristaltik usus menurun sehingga
sering konstipasi.
e) Perubahan pada sistem metabolik, yang mengakibatkan gangguan
metabolisme glukosa karena sekresi insulin yang menurun.
Sekresi menurun juga karena timbunan lemak.
f) Sistem saraf menurun yang menyebabkan munculnya rabun
dekat, kepekaan bau dan rasa berkurang, kepekaan sentuhan
berkurang, pendengaran berkurang, reaksi lambat, fungsi mental
menurun, dan ingatan visual berkurang.
g) Perubahan pada sistem pernafasan ditandai dengan menurunnya
elastisitas paru-paru yang mempersulit pernafasan sehingga dapat
Faktor-Faktor yang..., Mustakim, S1 Keperawatan UMP, 2015
18
mengakibatkan munculnya rasa sesak dan tekanan darah
meningkat.
h) Menurunnnya elastisitas dan fleksibilitas persendian.
2) Perubahan mental
Nugroho (2008) mengungkapkan bahwa perubahan mental
lansia dapat berupa perubahan sikap yang semakin egosentrik,
mudah curiga, dan bertambah pelit atau tamak bila memiliki sesuatu.
Lansia mengharapkan tetap diberi peranan dalam masyarakat. Sikap
umum yang ditemukan hampir setiap lansia yaitu keinginan untuk
berumur panjang. Jika meninggal pun, merekan ingin meninggal
secara terhormat dan masuk surga. Faktor yang mempengaruhi
perubahan fisik, kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan dan
lingkungan.
3) Perubahan Muskuloskeletal
Perubahan pada sistem muskuloskeletal meliputi : Tulang kehilangan
densitas (cairan) dan semakin rapuh, kekuatan dan stabilitas tulang
menurun, terjadi kifosis, gangguan gaya berjalan, tendon mengerut
dan mengalami sklerosis, atrofi serabut otot, serabut otot mengecil
sehingga gerakan menjadi lamban, otot kram, dan manjadi tremor,
aliran darah ke otot berkurang sejalan dengan proses menua
(Maryam, 2008).
Faktor-Faktor yang..., Mustakim, S1 Keperawatan UMP, 2015
19
4) Perubahan psikososial
Nilai seseorang sering diukur melaui produktivitasnya
dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Bila mengalami pensiun,
seseorang akan mengalami kehilangan, yaitu kehilangan finansial,
kehilangan status, kehilangan teman dan kehilangan pekerjaan
(Nugroho, 2008).
f. Tugas Perkembangan Lansia
Lansia harus menyesuaikan diri terhadap perubahan fisik yang
terjadi seiring penuaan. Waktu dan durasi perubahan ini bervariasi pada
tiap individu, namun seiring penuaan sistem tubuh, perubahan
penampilan dan fungsi tubuh akan terjadi. Perubahan ini tidak
dihubungkan dengan penyakit dan merupakan perubahan normal.
Adanya penyakit terkadang mengubah waktu timbulnya perubahan atau
dampaknya terhadap kehidupan sehari-hari.
Adapun tugas perkembangan pada lansia dalam adalah :
beradaptasi terhadap penurunan kesehatan dan kekuatan fisik,
beradaptasi terhadap masa pensiun dan penurunan pendapatan,
beradaptasi terhadap kematian pasangan, menerima diri sebagai
individu yang menua, mempertahankan kehidupan yang memuaskan,
menetapkan kembali hubungan dengan anak yang telah dewasa,
menemukan cara mempertahankan kualitas hidup (Potter & Perry,
2005).
Faktor-Faktor yang..., Mustakim, S1 Keperawatan UMP, 2015
20
2. Jatuh
a. Pengertian jatuh
Jatuh merupakan suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau
saksi mata, yang melihat kejadian mengakibatkan seseorang mendadak
terbaring/terduduk di lantai/tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa
kehilangan kesadaran atau luka (Darmojo, 2004).
Jatuh merupakan suatu kejadian yang menyebabkan subyek
yang sadar menjadi berada di permukaan tanah tanpa disengaja. Dan
tidak termasuk jatuh akibat pukulan keras, kehilangan kesadaran, atau
kejang. Kejadian jatuh tersebut adalah dari penyebab yang spesifik
yang jenis dan konsekuensinya berbeda dari mereka yang dalam
keadaan sadar mengalami jatuh (Stanley dan Patricia, 2006).
b. Faktor penyebab terjadinya jatuh
Kane (1994) dalam Darmojo (2004) mengungkapkan bahwa
faktor penyebab jatuh pada lansia ada 2 golongan yaitu faktor intrinsik
dan faktor ekstrinsik:
1) Faktor intrinsik
1. Sistem saraf pusat.
Stroke dan Trancient Iskemia Attack (TIA) yang
mengakibatkan hemiparese sering menyebabkan jatuh pada
lansia.
Faktor-Faktor yang..., Mustakim, S1 Keperawatan UMP, 2015
21
2. Demensia
Demensia adalah suatu sindrom klinik yang meliputi
hilangnya fungsi intelektual dan ingatan atau memori sedemikian
berat sehingga menyebabkan disfungsi hidup sehari-hari. Lansia
dengan demensia menunjukan persepsi yang salah terhadap
bahaya lingkungan, terganggunya keseimbangan tubuh dan
apraxia sehingga insiden jatuh meningkat.
Hasil penelitian yang telah dilakukan Heinze (2008)
menunjukan bahwa lansia dengan demensia memiliki faktor
resiko untuk mengalami jatuh. Close (2005) mengungkapkan
bahwa demensia adalah neurodegenerative progresif
sindromyang mempengaruhi memori, bahasa, perhatian,
kemampuan pemecahan masalah dan signifikan meningkatkan
risiko jatuh. Resiko jatuh yang dapat menyebabkan cedera terjadi
pada orang yang lebih tua lebih besar jika dibandingkanmereka
yang memiliki kognitif utuh. Dalam beberapakasus jatuh mungkin
sesuatu yang cukup berbahaya. Namun, banyak kasus dapat
menyebabkan cedera,takut jatuh, penurunan fungsional dan
selanjutnyajatuh. Demensia, yang mempengaruhi sekitar lima
untuktujuh persen dari orang dewasa lebih dari 60 di seluruh
dunia.
Faktor-Faktor yang..., Mustakim, S1 Keperawatan UMP, 2015
22
3. Gangguan sistem sensorik
Gangguan sistem sensorik bisa mengenai sensori, rasa nyeri
dan sensasi. Gangguan sensori dapat berupa katarak, glaukoma,
degenerasi makular, gangguan visus pasca stroke dan retinopati
diabetika meningkat sesuai dengan umur. Entropoin, ektropoin
atau epifora yang menyebabkan gangguan penglihatan meningkat
insiden jatuh tetapi kebutaan tidak meningkat insiden tersebut.
Hasil penelitian Kerr et. all. (2011) melaporkan bahwa
gangguan penglihatan memiliki resiko untuk menyebabkan
kejadian jatuh atau insiden lainnya yang membuat lansia cidera.
Adanya gangguan penglihatan pada lansia menyebabkan lansia
kesulitan saat berjalan sehingga lansia sering menabrak objek
kemudian terjatuh. Lord (2006) dalam penelitiannya menyatakan
bahwa seorang lansia yang memiliki katarak kemudian dilakukan
operasi merupakan salah satu strategi yang efektif untuk
mengurangi resiko jatuh.
4. Gangguan sistem kardiovaskuler
Insiden gagal jantung kongestif dan infak miokard
meningkat sesuai dengan umur. Hipertensi dan kardia aritmia
juga sering ditemukan pada lansia. Gangguan sistem
kardiovaskuler akan menyebabkan syncope. Syncope sering
menyebabkan jatuh pada lansia.
Faktor-Faktor yang..., Mustakim, S1 Keperawatan UMP, 2015
23
5. Gangguan metabolisme
Gangguan metabolisme sering mengakibatkan jatuh. Gangguan
ini terutama pada gangguan regulasi cairan berupa dehidrasi.
Dehidrasi bisa disebabkan oleh diare, demam, asupan cairan yang
kurang atau penggunaan diuretik berlebihan.
6. Gangguan gaya berjalan
Salah satu bentuk aplikasi fungsional dari gerak tubuh adalah pola
jalan. Keseimbangan, kekuatan dan fleksibilitas diperlukan untuk
mempertahankan postur tubuh yang baik. Ketiga elemen itu
merupakan dasar untuk mewujudkan pola jalan yang baik setiap
individu. Gangguan gaya jalan dapat disebabkan oleh gangguan
muskuloskeletal dan ini berhubungan dengan proses menua yang
fisiologis. Ada beberapa gangguan gaya berjalan yang sering
ditemukan pada lansia, antara lain:
(1) Gangguan gaya berjalan hemiplegik
Pada hemiplegik terdapat kelemahan dan spastisitas
ekstremitas unilateral dengan fleksi pada ekstremitas atas dan
ekstremitas bawah dalam keadaan ekstensi. Ekstremitas
bawah dalam keadaan ekstensi sehingga mengakibatkan kaki
“memanjang”. Pasien harus mengayunkan sambil memutar
kakinya untuk melangkah ke depan. Jenis gangguan berjalan
ini ditemukan pada lesi tipe Upper Motor Neuron (UMN).
Faktor-Faktor yang..., Mustakim, S1 Keperawatan UMP, 2015
24
(2) Gangguan gaya berjalan diplegik
Terdapat spastisitas ekstremitas bawah lebih berat
dibangingkan ekstremitas atas. Pangkal paha dan lutut dalam
keadaan fleksi dan adduksi dengan pergelangan kaki dalam
keadaan ekstensi dan rotasi internal. Jika lansia berjalan
kedua ekstremitas bawah dalam keadaan melingkar. Jenis
gangguan berjalan ini biasanya dijumpai pada lesi
periventrikular bilateral. Ekstremitas bawah lebih lumpuh
dibangingkan dengan ekstremitas atas karena akson traktus
kortikospinalis yang mempersarafi ekstremitas
bawahletaknya lebih dekat dengan ventrikel otak.
(3) Gangguan gaya jalan neuropathy
Gangguan gaya berjalan jenis ini biasanya ditemukan pada
penyakit perifer dimana ekstremitas bahwa bagian distal lebih
sering diserang. Karena terjadi kelemahan dalam dorsifleksi
kaki, maka pasien harus mengangkat kakinya lebih tinggi
untuk menghindari pergeserang ujung kaki dengan lantai.
(4) Gangguan gaya jalan miopathy
Adanya kelainan otot, otot-otot proksimal pelvic girdle
(tulang pelvis yang menyongkong pergerakan ekstremitas
bahwa) menjadi lemah. Oleh karena itu, terjadi
ketidakseimbangan pelvis bila melangkah ke depan, sehingga
Faktor-Faktor yang..., Mustakim, S1 Keperawatan UMP, 2015
25
pelvis miring ke kaki sebelahnya, akibatnya terjadi goyangan
dalam berjalan.
(5) Gangguan jalan parkinsonian
Terjadi regiditas dan bradiknesia dalam berjalan akibat
gangguan di ganglia basalis. Tubuh membungkuk ke
depan,langkah memendek, lamban dan terserat disertai
dengan ekspresi wajah seperti topeng.
(6) Gangguan gayaberjalan ataxia
Langkah berjalan menjadi lebar, tidak stabil dan mendadak,
akibatnya badan memutar ke samping dan jika berat badan
pasien akan jatuh. Jenis gangguan berjalan ini dijumpai pada
gangguan cerebllum.
(7) Gangguan gaya berjalan khoreoform
Merupakan gangguan gaya berjalan dengan hiperkinesia
akibat gangguan ganglia basalis tipe tertentu. Terdapat
pergerakan yang ireguler seperti ular dan involunter baik
pada ekstremitas bawah maupun atas.
Hasil Penelitian yang telah dilakukan oleh Housdorff et.all
(2003) menunjukan bahwa faktor gaya berjalan pada pasien
parkinson memiliki hubungan dengan kejadian jatuh. Louis et. all.
(2005) menyatakan dalam penelitiannya bahwa pasien stroke
kronis memiliki gangguan keseimbangan dan mobilitas dalam
Faktor-Faktor yang..., Mustakim, S1 Keperawatan UMP, 2015
26
berjalan sehingga mereka memiliki resiko untuk mengalami jatuh
saat berjalan.
2) Faktor ekstrinsik
a) Lingkungan
Lingkungan yang sering dihubungkan dengan jatuh pada lansia
antara lain alat-alat atau perlengkapan rumah tangga yang sudah
tua atau tergeletak di bawah, tempat tidur tidak stabil atau kamar
mandi rendah dan licin, tempat berpegangan yang tidak kuat atau
tidak mudah dipegang, lantai tdak datar, licin atau menurun,
karpet yang tidak dilem dengan baik, keset yang tebal/menekuk
pinggirnya dan benda-benda alas lantai yang licin atau mudah
tergeser, lantai licin atau basah dan penerangan yang tidak baik
(kurang atau menyilaukan).
b) Aktifitas
Sebagian besar jatuh terjadi pada saat lansia melakukan aktifitas
biasa seperti berjalan, naik turun tangga dan mengganti posisi.
Hanya sedikit sekali jatuh terjadi pada lansia melakukan aktifitas
berbahaya seperti mendaki gunung atau olahraga berat.
c) Obat-obatan
Kadar obat dalam serum tidak stabil karena perubahan
farmakokinetik akibat proses menua dan penyakit juga sering
menyebabkan intoksikasi obat pada lansia. Disamping itu, obat
yang diresapkan dapat menyebabkan konfusi pusing, mengantuk
Faktor-Faktor yang..., Mustakim, S1 Keperawatan UMP, 2015
27
yang dapat menyebabkan keseimbangan dan mobilitas (Perry dan
Potter, 2001).
Menurut Nugroho (2008)jatuh sering membawa akibat lanjutan,
misalnya timbul perubahan pada persendian alat gerak tubuh, terjadinya
patah tulang dan infeksi kulit. Penyebab jatuh pada lanjut usia biasanya
merupakan gabungan dari beberapa faktor atau multifaktor, antara lain
karena:
1) Kecelakaan, merupakan penyebab jatuh yang utama (30-50% kasus
jatuh lansia)
a) Murni kecelakaan misalnya terpeleset, tersandung
b) Gabungan antara lingkungan yang jelek dengan kelainan-kelainan
akibat proses menua misalnya karena mata kurang awas, benda-
benda yang ada di dalam rumah tertabrak lalu jatuh.
2) Nyeri kepala dan atau vertigo
3) Hipotensi orthostatic
a) Hipovilemia/curah jantung rendah
b) Disfungsi otonom
c) Penurunan kembalinya darah vena ke jantung
d) Terlalu lama berbaring
e) Pengaruh obat-obatan hipotensi
f) Hipotensi sesudah makan
4) Obat-obatan
a) Diuretik/antihipertensi
Faktor-Faktor yang..., Mustakim, S1 Keperawatan UMP, 2015
28
b) Antidepresan trisiklik
c) Sedative
d) Antipsikotik
e) Obat-obatan hipoglikemi
f) Alkohol
5. Proses penyakit yang spesifik Penyakit-penyakit akut seperti:
a) Kardiovaskuler, seperti :
1) Aritmia
2) Stenosis aorta
3) Sinkop sinus karotis
b) Neurologi, seperti :
1) TIA
2) Serangan kejang
3) Parkinson
4) Kompresi syaraf spinal karena spondilosis
5) Penyakit serebelum
6. Idiopatik (tak jelas penyebabnya)
7. Sinkope: kehilangan kesadaran secara tiba-tiba
a) Drop attack (serangan roboh)
b) Penurunan darah ke otak tiba-tiba
c) Terbakar matahari
Faktor-Faktor yang..., Mustakim, S1 Keperawatan UMP, 2015
29
c. Faktor-faktor yang sering dihubungkan dengan jatuhnya lansia
Terdapat 3 faktor lingkungan yang dapat di hubungkan dengan
terjadinya jatuh pada lansia, seperti :
1. Alat-alat atau perlengkapan rumah tangga yang sudah tua, tidak
stabil, atau tergeletak di bawah
2. Tempat tidur atau WC yang rendah atau jongkok
3. Tempat berpegangan yang tidak kuat atau tidak mudah di pegang,
misalnya:
a) Lantai yang tidak datar baik ada trapnya atau menurun
b) Karpet yang tidak di lem dengan baik, keset yang tebal atau
pinggirnya tertekuk dan benda-benda alas lantai yang licin atau
mudah bergeser
c) Lantai yang basah dan licin
d) Penerangan yang tidak baik (kurang terang atau terlalu
menyilaukan)
e) Alat bantu jalan yang tidak tepat ukuran, berat, maupun cara
penggunaanya (Nugroho, 2008).
d. Komplikasi
Jatuh pada lansia menimbulkan komplikasi-komplikasi seperti :
1) Perlukaan (injury)
a) Rusaknya jaringan lunak yang terasa sangat sakit berupa sobekan
atau tertariknya jaringan otot, robeknya arteri atau vena
b) Patah tulang (fraktur)
Faktor-Faktor yang..., Mustakim, S1 Keperawatan UMP, 2015
30
(1) Pelvis
(2) Femur (terutama kollum)
(3) Humerus
(4) Lengan bawah
(5) Tungkai bawah
(6) Kista
c) Hematom subdural
2) Perawatan rumah sakit
a) Komplikasi akibat tidak dapat bergerak (imobilisasi)
b) Resiko penyakit-penyakit iatrogenic
3) Disabilitas
a) Penurunan mobilitas yang berhubungan dengan perlukaan fisik
b) Penurunan mobilitas akibat jatuh, kehilangan kepercayaan diri,
dan pembatasan gerak
4) Resiko untuk di masukan dalam rumah perawatan (nursing home)
5) Kematian (Kane, 1994).
e. Pencegahan Jatuh
Turuna (2009) menyatakan pencegahan dilakukan berdasarkan
atas faktor resiko yang menyebabkan jatuh seperti : neuromuskular,
muskuloskeletal, penyakit yang sedang di derita, pengobatan yang
sedang di jalani, gangguan keseimbangan dan gaya berjalan, gangguan
visual, ataupun faktor lingkungan. Dibawah ini akan diurakan beberapa
metode pencegahan jatuh pada orang tua :
Faktor-Faktor yang..., Mustakim, S1 Keperawatan UMP, 2015
31
1) Latihan fisik
Latihan fisik di harapkan dapat mengurangi resiko jatuh
denganmeningkatkan kekuatan tungkai dan tangan, memperbaiki
keseimbangan, koordinasi, dan meningkatkan reaksi terhadap bahaya
lingkungan, latihan fisik juga bisa mengurangi kebutuhan obat-
obatan sedatif. Latihan fisik yang dianjurkan yang melatih kekuatan
tungkai, tidak terlalu berat dan semampunya. Salah satunya adalah
berjalan kaki.
2) Manajemen obat-obatan
Gunakan dosis kecil yang efektif dan spesifik, perhatikan terhadap
efek samping dan reaksi obat. Gunakan alat bantu berjalan jika
memang di perlukan selama pengobatan, kurangi pemberian obat-
obatan yang sifatnya untuk waktu lama terutama sedatif dan
tranquilisers, hindari pemberian obat multiple (lebih dari empat
macam) kecuali atas indikasi klinis kuat menghentikan obat yang
tidak diperlukan.
3) Modifikasi lingkungan
Pengaturan suhu ruangan supaya tidak terlalu panas atau dingin
untuk menghindari pusing akibat suhu. Meletakan barang-barang
yang memang seringkali diperlukan berada dalam jangkauan tanpa
harus berjalan dulu. Bila memang perlu gunakan karpet untuk
antislip di kamar mandi atau lantai. Perhatikan kualitas penerangan
di rumah agar tidak sampai ada kabel listrik pada lantai yang biasa
Faktor-Faktor yang..., Mustakim, S1 Keperawatan UMP, 2015
32
dilintasi. Pasang pegangan tangan pada tangga, bila perlu pasang
lampu tambahan untuk daerah tangga. Singkirkan barang-barang
yang bisa membuat terpeleset dari jalan yang biasa dilewati.gunakan
lantai yang tidak licin dan atur letak furnitur agar tidak menggangu
jalan yang biasa di lewati dan menghindari tersandung. Pasang
pegangan tangan di tempat yang di perlukan seperti dikamar mandi.
Hindari penggunaan furnitur yang beroda.
4) Memperbaiki kebiasaan lansia
Berdiri dari posisi duduk atau jongkok dengan cara tidak terlalu
cepat dan tidak dengan mengangkat barang sekaligus. Mengambil
barang dengan cara yang benar dari lantai dan hindari olahraga
berlebihan.
5) Alas kaki
Hindari sepatu berhak tinggi, tidak berjalan dengan kaus kaki karena
sulit untuk menjaga keseimbangan. Memakai alas kaki yang antislip.
6) Alat bantu jalan
Terapi untuk pasien dengan gangguan berjalan dan keseimbangan di
fokuskan untuk mengatasi atau mengeliminasi penyebab atau faktor
yang mendasarinya. Pada penggunaanya, alat bantu jalan memang
membantu meningkatkan keseimbangan, namun di sisi lain
menyebabkan langkah yang terputus dan kecendrungan tubuh untuk
membungkuk, terlebih jika alat bantu tidak menggunakan roda,
karena itu penggunaan alat bantu ini haruslah direkomendasikan
Faktor-Faktor yang..., Mustakim, S1 Keperawatan UMP, 2015
33
secara individual. Apabila pada lansia yang kasus gangguan
berjalannya tidak dapat ditangani dengan obat-obatan maupun
pembedahan. Oleh karena itu, penangananya adalah dengan alat
bantu jalan seperti cane (tongkat), crutch (tongkat ketiak). Jika
hanya 1 ekstermitas atas yang digunakan, pasien dianjurkan
memakai cane. Pemilihan cane type apa yang digunakan, ditentukan
oleh kebutuhan dan frekuensi menunjang berat badan. Jika ke-2
ekstermitas atas diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan
dan tidak perlu menunjang berat badan, alat yang paling cocok
adalah four-wheeled walker. Jika kedua ekstermitas atas diperlukan
untuk mempertahankan keseimbangan dan menunjang berat badan,
maka pemilihan alat di tentukan oleh frekuensi yang diperlukan
dalam menunjang berat badan.
Faktor-Faktor yang..., Mustakim, S1 Keperawatan UMP, 2015
34
B. Kerangka Teori
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Sumber : Hutapea, (2005), Maryam (2008), Nugroho, (2008) dan Turana (2009)
Lansia
Proses menua
Perubahan yang terjadi
pada lansia
Faktor penyebab jatuh :
Faktor internal
1. Sistem saraf pusat (SSP)
2. Demensia (Gangguan
Kognitif)
3. Gangguan sistem
sensorik (gangguan
penglihatan)
4. Gangguan sistem
kardiovaskuler
5. Gangguan metabolisme
6. Gangguan gaya
berjalan
Faktor eksternal
1. Lingkungan
2. Obat-obatan
3. Aktifitas
Jatuh
Perubahan fisik
Perubahan mental
Perubahan
psikososial
Perubahan
Muskuloskeletal
Faktor-Faktor yang..., Mustakim, S1 Keperawatan UMP, 2015
35
C. Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka teori diatas dapat disusun kerangka konsep
sebagai berikut :
Variabel babas Variabel terkait
Gambar 2.2 Bagan Kerangka Konsep
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Ada pengaruh faktor gangguan gaya berjalan terhadap kejadian jatuh pada
lansia di Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dewanata Cilacap.
2. Ada pengaruh faktor lingkungan terhadap kejadian jatuh pada lansia di
Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dewanata Cilacap.
3. Ada pengaruh faktor gangguan penglihatan terhadap kejadian jatuh pada
lansia di Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dewanata Cilacap.
4. Ada pengaruh faktor gangguan kognitif terhadap kejadian jatuh pada
lansia di Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dewanata Cilacap.
1. Gangguan gaya
berjalan
2. Lingkungan
3. Gangguan penglihatan
4. Gangguan kognitif
Kejadian jatuh lansia
Faktor-Faktor yang..., Mustakim, S1 Keperawatan UMP, 2015