bab iii metodologi penelitian a. wilayah penelitian b....
TRANSCRIPT
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Wilayah Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SD Negeri Pangebatan Kecamatan Karanglewas
Kabupaten Banyumas. Alamat sekolah tersebut yaitu di Jalan Raya Pangebatan Rt 01/01
Desa Pangebatan Kecamatan Karanglewas.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Sugiyono (2008:117) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas:
objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan menurut Riduwan
(2009:54) populasi adalah keseluruhan dari karakteristik atau unit hasil pengukuran yang
menjadi objek penelitian.
Dari beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa populasi merupakan
objek atau subjek yang memiliki karakteristik tertentu yang berkaitan dengan penelitian.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri Pangebatan
Kabupaten Banyumas Tahun Ajaran 2010/2011. Anggota populasi terdiri dari dua kelas,
lebih jelas dilihat dari tabel berikut:
Tabel 3.1 Jumlah populasi penelitian
Kelas A B Jumlah V 35 35 70
54
Sumber : SD Negeri Pengebatan Kab. Banyumas
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil secara representative atau
mewakili populasi yang bersangkutan atau bagian kecil yang diamati (Iskandar, 2008:69).
Menurut Sugiyono (2008:118) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut. Dari beberapa pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan
bahwa sampel adalah bagian kecil dari jumlah populasi yang mempunyai karakteristik dalam
penelitian.
Pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian adalah menggunakan Cluster
Randon Sampling . Cluster Sampling atau teknik kluster yaitu memilih sampel bukan
didasarkan pada individual tetapi lebih didasarkan pada kelompok, daerah atau kelompok
subjek yang secara alami berkumpul bersama (Sukardi, 2009: 61). Kelompok dalam hal ini
adalah siswa kelas VA dan VB SD Negeri Pangebatan. Semua siswa kelas V adalah
homogeny maka pengambilan sampelnya dipilih menggunakan teknik pengambilan sampel
Acak/Random Sederhana (Random Sampling) untuk menentukan kelas ekperiment dan kelas
control . Random Sampling adalah pengambilan sampel yang dilakukan secara acak atau
random dari populasi, yang memungkinkan setiap individu berpeluang untuk menjadi sampel
penelitian, dengan cara rendomisasi atau dengan cara melalui undian karena populasi
dianggap seragam (homogen) (Iskandar, 2008:70). Sehingga seluruh siswa kelas V sekolah
dasar memiliki kesempatan untuk menjadi sampel. Sampel dalam penelitian ini adalah Siswa
kelas VA sebagai kelas kontrol dan kelas VB sebagai kelas eksperiment.
C. Definisi Operasional
1. Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu yang ditandai dengan adanya
perubahan dalam bidang kognitif, afektif dan psikomotor sebagai hasil dari
pengalaman atau latihan untuk meningkatkan kehidupannya.
2. Pengertian Hasil Belajar Matematika
Hasil belajar Matematika adalah proses untuk mengukur tingkat pencapaian
kompetensi peserta didik dalam mata pelajaran matematika yang meliputi bilangan,
geometri dan pengukuran, dan pengolahan data melalui kegiatan penilaian yang
dilakukan secara konsisten, sistematik, dan terprogram sehingga nampak perubahan
dalam tiga aspek, yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
a. Hasil Belajar Matematika Aspek Kognitif
Dalam penelitian ini hasil belajar matematika aspek kognitif akan lebih
difokuskan pada pengetahuan, pemahaman dan penerapan dari materi
pecahan.
b. Hasil Belajar Matematika Aspek Afektif
Untuk hasil belajar matematika yang berkaitan dengan Afektif/sikap dari
peserta didik yaitu mengembangkan perilaku berkarakter yang meliputi:
kemandirian, tanggungjawab, kerjasama, jujur, kesabaran, disiplin,
mendengarkan pendapat teman, memanfaatkan waktu, mengakui dan
menghargai usaha serta kemampuan teman. Selain itu juga untuk
mengembangkan keterlampilan sosial yang meliputi: bertanya,
meyumbangkan ide atau pendapat, menjadi pendengar yang baik, berfikir
kreatif dan sistematis, saling peduli antara yang mampu atau pandai dengan
yang tidak mampu atau kurang pandai.
c. Hasil Belajar Matematika Aspek Psikomotor
Hasil belajar matematika yang berkenaan dengan aspek psikomotor yaitu
keterlampilan dalam membuat dan menggunakan alat perga lingkaran pada
materi pecahan yang terlihat pada kegiatan unjuk kerja.
3. Model Belajar Mandiri
Model belajar mandiri merupakan model belajar yang dibuat oleh Durori seorang
guru SD Negeri 2 Kecila, Kabupaten Banyumas. Kegiatan belajar siswa diarahkan
pada kegiatan belajar mandiri, artinya bagaimana seorang siswa mampu belajar tanpa
adanya tekanan atau tugas yang berlebihan dari guru, bahkan dengan penuh kesadaran
siswa melakukan kegiatan belajar dengan senang yang disebabkan timbulnya rasa
butuh dalam diri siswa. Model belajar mandiri yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu: Buletin Selamat Pagi, Papan Absen Mandiri, Uji Cakap Mandiri, Kantong
Peraga Mandiri, dan Dokter Matematika. Materi mata pelajaran matematika yang
akan dibahas yaitu pokok bahasan pecahan, siswa dituntut mampu menjumlahkan dan
mengurangkan berbagai bentuk pecahan. Alat Peraga yang akan digunakan untuk
mengajar materi tersebut yaitu dengan menggunakan lingkaran.
D. Desain Penelitian
Menurut Sukardi (2009:183) Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan
dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Secara sempit desain penelitian diartikan
sebagai penggambaran secara jelas tentang hubungan antarvariabel, pengumpulan data, dan
analisis data sehingga peneliti maupun pembaca mempunyai gambaran tentang bagaimana
keterkaitan antara variable yang ada dalam konteks penelitian dan apa yang akan dilakukan
oleh seorang peneliti dalam melaksanakan penelitian.
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian eksperiment ini menurut Sukardi
(2009:185) adalah Randomized Control Group Pretest-Postest Design. Dalam penelitian ini
subyek penelitian dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu kelompok satu yang
mendapat perlakuan/ treatmeant (kelas eksperiment/VB) dan kelompok dua yang tidak
mendapat perlakuan (kelas kontrol/VA). Masing-masing kelompok mendapat pretest (Y1)
dan posttest (Y2). Dalam desain ini pengaruh atau effek suatu treatmeant dapat diputuskan
berdasarkan perbedaan antara pretest dengan posttest. Seperti pada tabel berikut ini:
Tabel 3.2 Desain Eksperimen (Sukardi, 2009:186)
Kelompok Pretest Perlakuan Postest
Eksperiment Y1 X Y2
Kontrol Y1 - Y2
Keterangan:
Y1 = Pretest
Y2 = Postest
X = Perlakuan/ treatment (menggunakan model belajar mandiri)
E. Metode Penelitian
Metode penelitian memiliki peranan di dalam proses penelitian yang akan
dilaksanakan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.
Menurut Sugiyono (2008:107) metode penelitian eksperiment diartikan sebagai metode
penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain
dalam kondisi yang terkendalikan.
Sedangkan Sukardi (2009: 178) menyatakan bahwa penelitian eksperiment variable-
variabel yang ada termasuk variable bebas atau independent variable dan variable terikat atau
dependent variable sudah ditentukan secara tegas oleh para peneliti sejak awal penelitian.
Gambar 3.1 Penelitian Eksperiment (Sukardi, 2009:178)
Variable bebas dalam penelitian ini adalah model belajar mandiri sedangkan veriabel
terikatnya adalah hasil belajar matematika baik dalam aspek kognitif, afektif maupun
psikomotor. Menurut Sukardi (2009: 16) dalam penelitian eksperiment hendaknya
melakukan tiga persyaratan yaitu kegiatan mengontrol, memanipulasi, dan observasi. Peneliti
juga harus membagi objek atau subjek yang diteliti menjadi dua grup yaitu grup treatment
atau yang memperoleh perlakuan dalam hal ini adalah kelas VB sebagai kelas eksperiment
dan grup kontrol yang tidak memperoleh perlakuan yaitu kelas VA.
Langkah penelitian yang dilaksanakan dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut:
1. Melakukan kajian yang berkaitan erat dengan permasalahan yang hendak
dipecahkan.
Variabel Terikat Variabel Bebas
Variabel Bebas
2. Mengidentifikasi masalah.
3. Melakukan studi literature dari beberapa sumber yang relevan, memformulasikan
hipotesis penelitian, menentukan definisi operasional dan variable.
4. Membuat rencana penelitian yang didalamnya mencakup kegiatan;
a. Memilih desain penelitian
b. Menentukan populasi dan sampel penelitian.
c. Membagi subjek dalam kelas eksperiment dan kelas kontrol.
d. Membuat instrument yang sesuai, memvalidasi, reabilitasi instrument dan
melakukan pilot study agar memperoleh instrument yang memenuhi
persyaratan untuk mengambil data yang diperlukan.
e. Mengidentifikasi prosedur pengumpulan data dan menentukan hipotesis.
5. Melakukan kesperimen.
a. Pemberian pretest pada kelas kontrol dan kelas eksperiment untuk mengukur
pengetahuan awal siswa.
b. Pelaksanaan proses pembelajaran pada kelas eksperiment dengan
menggunakan model belajar mandiri dan kelas kontrol dengan model
konvensional.
c. Pemberian posttest dan angket kepada kedua kelas yaitu kelas eksperiment dan
kelas kontrol.
6. Mengumpulkan data kasar dari proses pembelajaran.
7. Mengorganisasi dan mendeskripsikan data sesuai dengan variable yang telah
ditentukan.
8. Melakukan analisis data dengan uji t.
9. Membahas data yang telah dianalisis dan menarik kesimpulan.
10. Membuat laporan penelitian.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulanm data menurut Riduwan (2009: 69) adalah teknik atau cara-cara
yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Sedangkan menurut Arikunto
(2005: 100) teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti
untuk mengumpulkan data. Teknik pengumpulan data diperlukan agar data yang terkumpul
sesuai dengan maksud dan tujuan dari penelitian. Beberapa teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini antara lain:
1. Dokumentasi
Riduwan (2009: 77) mengatakan bahwa dokumentasi ditujukan untuk
memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku yang relevan,
peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film dokumenter, data yang relevan
penelitian.
Dalam penelitian ini dokumentasi digunakan untuk mencari data sebagai berikut:
a. Jumlah siswa kelas V SD Negeri Pangebatan Tahun Ajaran 2010/2011 untuk
menentukan populasi dan sampel penelitan.
b. Nilai Hasil Ujian Nasional SD Negeri Pangebatan Tahun Ajaran 2009/2010.
c. Nilai Ulangan Harian Pokok Bahasan Pecahan V SD Negeri Pangebatan Tahun
Ajaran 2009/2010.
2. Teknik Pengumpulan Data Untuk Hasil Belajar Matematika
a. Instrumen Untuk Hasil Belajar Kognitif
Tes menurut Riduwan (2009:76) adalah serangkaian pertanyaan atau latihan yang
digunakan untuk mengukur ketrampilan pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat
yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Sudjana (2009: 114) menyebutkan bahwa tes
terdiri dari tiga bentuk yakni tes lisan, tes tulisan, dan tes tindakan. Tetapi dalam
penelitian ini peneliti menggunakan tes tertulis untuk mengukur hasil belajar matematika
aspek kognitif.
Dalam model penilaian kelas penilaian tes tertulis digunakan untuk mengukur
kemampuan peserta didik berkaitan dengan konsep, prosedur, dan aturan-aturan atau
dalam aspek kognitif dan afektif. Tes Tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban
yang diberikan kepada peserta didik dalam bentuk tulisan. Tes tertulis ini dapat pula
diartikan sebagai tes prestasi. Menurut Sukardi (2009: 139) tes prestasi pada umumnya
mengukur penguasaan dan kemampuan para peserta didik setelah mereka selama waktu
tertentu menerima proses belajar-mengajar dari guru. Tes tersebut untuk mengukur
tingkat penguasaan dan kemampuan peserta didik secara individual dalam cakupan dan
ilmu pengetahuan yang telah ditentukan oleh para pendidik. Biasanya tes digunakan
untuk menilai isi pendidikan misalnya aspek pengetahuan, kecakapan, ketrampilan, dan
pemahaman pelajaran yang telah diberikan guru. Peneliti membatasi penilaian dalam hal
pengetahuan atau ingatan (knowledge), pemahaman (comprehension), dan
penerapan/aplikasi (application) sesuai dengan kemampuan siswa sekolah dasar.
Dalam menjawab soal peserta didik tidak selalu merespon dalam bentuk menulis
jawaban tetapi dapat juga dalam bentuk yang lain seperti memberi tanda, mewarnai,
menggambar dan lain sebagainya.
Dari berbagai alat penilaian tertulis, penulis akan memakai soal dengan mensuplai
jawaban dalam bentuk uraian untuk menilai aspek kognitif. Tes tertulis bentuk uraian
adalah alat penilaian yang menuntut peserta didik untuk mengingat, memahami, dan
mengorganisasikan gagasannya atau hal-hal yang sudah dipelajari. Peserta didik
mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut dalam bentuk uraian tertulis
dengan menggunakan kata-katanya sendiri.
Data penilaian tertulis (kognitif) adalah skor yang diperoleh peserta didik dari
hasil berbagai tes tertulis yang diikuti peserta didik. Soal bentuk uraian dibedakan dalam
dua kategori, uraian objektif dan uraian non-objektif. Penulis menggunakan soal uraian
objektif yaitu diskor secara objektif berdasarkan konsep atau kata kunci yang sudah pasti
sebagai jawaban yang benar. Setiap konsep atau kata kunci yang benar yang dapat
dijawab peserta didik diberi skor Skor maksimal butir soal adalah sama dengan jumlah
konsep kunci yang dituntut untuk dijawab oleh peserta didik. Skor capaian peserta didik
untuk satu butir soal kategori ini adalah jumlah konsep kunci yang dapat dijawab benar,
dibagi skor maksimal, dikali dengan 100.
Agar diperoleh instrument penelitian aspek kognitif yang standar, terlebih dahulu
instrument diuji cobakan dan hasil uji coba kemudian dianalisis tingkat validitas,
reabilitas, taraf kesukaran dan daya beda. Berikut dijelaskan mengenai validitas,
reabilitas, taraf kesukaran dan daya beda.
1) Validitas
Menurut Alias Baba dalam Iskandar (2007) validitas adalah sejauhmana
instrument penelitian mengukur dengan tepat kontruk variabel yang teliti. Sugiyono
(2005) menyatakan, instrument yang valid adalah instrument tersebut dapat digunakan
untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.
Untuk mengetahui validitas instrument dalam penelitian ini digunakan teknik
korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson yaitu sebagai berikut :
푟
∑ (∑ ) (∑ ){ ∑ –(∑ ) } { ∑ (∑ ) }
Keterangan :
푟 = validitas butir soal
푋 = Jumlah skor item
푌 = jumlah skor total (seluruh item)
N = jumlah responden uji coba
Kriteria acuan untuk indeks korelasi (r) butir soal menurut Arikunto (2009 : 75)
sebagai berikut:
Tabel 3.3 Kriteria Acuan Validitas Soal
Nilai Kriteria
0,800 – 1,00 Sangat tinggi
0,600 – 0,800 Tinggi
0,400 – 0,600 Cukup
0,200 – 0,400 Rendah
0,00 – 0,200 Sangat rendah
Dari perhitungan hasil uji coba soal yang termasuk dalam kategori valid adalah
soal nomor 1, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 27, 28, 29,
30 dengan rekapitulasi sebagai berikut:
Tabel 3.4 Rekapitulasi Indeks Validitas Soal
Kategori Jumlah Item
Valid 23
Tidak Valid 7
Jumlah Soal 30
Soal tes yang mempunyai validitas sangat rendah di buang dan tidak
dipergunakan. Sedangkan soal yang mempunyai validitas cukup dan tinggi digunakan.
Tetapi agar indikator materi tetap ada maka diadakan perbaikan soal pada item nomor
2 dan 25.
2) Reliabilitas
Instrument yang reabilitas adalah instrument yang bila digunakan beberapa kali
untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Untuk
mengetahui reliabilitas seluruh tes harus menggunakan rumus Spearman Brown.
푟 .
(Riduwan, 2009 : 102)
Keterangan:
푟 = koefisien reliabitas internal seluruh item
푟 = koefisien product moment antara belahan (ganjil-genap).
Tabel 3.5 Kriteria Acuan Nilai Realibilitas Soal
Nilai Kriteria
0,800 – 1,00 Sangat tinggi
0,600 – 0,800 Tinggi
0,400 – 0,600 Cukup
0,200 – 0,400 Rendah
0,00 – 0,200 Sangat rendah
Berdasarkan hasil perhitungan reabilitas item soal tes sebesar 0,85 yang
termasuk ke dalam kategori sangat tinggi.
3) Taraf Kesukaran
Arikunto (2005:230) taraf kesukaran adalah kemampuan tes dalam menjaring
banyaknya subjek peserta test yang dapat mengerjakan dengan betul. Untuk
menghitung tingkat kesukaran soal menggunakan rumus sebagai berikut:
푃 = 퐵퐽푆
Keterangan:
P = indeks kesukaran
B = Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
JS = jumlah seluruh siswa peserta tes
Kriteria acuan indeks kesukaran menurut Arikunto (2009:210) sebagai berikut:
Tabel 3.6 Kriteria Indeks Kesukaran
Nilai Kriteria
1,00 – 0,30 Sukar
0,30 – 0,70 Sedang
0,70 – 1,00 Mudah
Hasil perhitungan Tingkat kesukaran soal sebagai berikut:
Tabel 3.7
Rekapitulasi Tingkat Kesukaran Soal Kategori Jumlah item
Mudah 7
Sedang 16
Jumlah 23
Dengan penjelasan:
a) Soal mudah : 5, 10, 16, 20, 21, 23, 28
b) Soal sedang : 1, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 13, 15, 17, 18, 19, 20, 22, 27, 29, 30
4) Daya Pembeda
Menurut Arikunto (2009:211) daya pembeda adalah kemampuan sesuatu soal
untuk membedakan antara siswa yang pandai (kemampuan tinggi) dengan siswa yang
bodoh (berkemampuan rendah).
Untuk menghitung daya pembeda dalam penelitian ini menggunakan rumus
sebagai berikut:
퐷 = 퐵퐽 −
퐵퐽 = 푃 − 푃
Keterangan :
D = daya pembeda
JA = banyaknya peserta kelompok atas
JB = banyaknya peserta kelompok bawah
BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
BB = banyaknya pesertas kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar
PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar
Kriteria klasifikasi daya pembeda menurut Arikunto (2009:218) sebagai
berikut:
Tabel 3.8 Klasifikasi Daya Pembeda
Nilai Klasifikasi
0,00 – 0,20 Jelek
0,20 – 0,40 Cukup
0,40 – 0,70 Baik
0,70 – 1,00 Baik sekali
Negatif Tidak baik
Berdasarkan hasil perhitungan, daya pembeda soal tes adalah sebagai berikut:
Tabel 3.9 Rekapitulasi Daya Pembeda Soal
Kategori Jumlah item
Baik 3
Baik Sekali 20
Jumlah 23
Dengan penjabaran:
a) Soal baik : 5, 10, 12
b) Soal baik sekali : 1, 6, 7, 8, 9, 11, 13, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 27,
29, 30
b. Instrumen Untuk Hasil Belajar Afektif
Data penilaian sikap (afektif) bersumber dari catatan harian guru berdasarkan
pengamatan/observasi terhadap sikap/perilaku peserta didik. Data hasil pengamatan
pendidik dapat dilengkapi dengan hasil penilaian berdasarkan pertanyaan langsung dan
laporan pribadi yang dilakukan melalui angket. Angket inilah yang akan digunakan
peneliti untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa dalam bidang afektif. Menurut
Arikunto (2005:101) Angket (Questionaire) adalah kumpulan dari pertanyaan yang
diajukan secara tertulis kepada seseorang (responden) dan cara menjawab juga dilakukan
dengan tertulis. Riduwan (2009:71) berpendapat angket adalah daftar pertanyaan yang
diberikan kepada orang lain bersedia memberikan respons (responden) sesuai dengan
permintaan pengguna. Tujuan penyebaran angket ialah mencari informasi yang lengkap
mengenai suatu masalah dan responden tanpa merasa khawatir bila responden
memberikan jawaban tidak sesuai dengan kenyataan dalam pengisian daftar pertanyaan.
Angket dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur hasil belajar matematika
aspek afektif yaitu Mengembangkan perilaku berkarakter, meliputi: kemandirian,
tanggungjawab, kerjasama, jujur, kesabaran, dan mendengarkan pendapat teman. Selain
itu juga Mengembangkan keterlampilan sosial, meliputi: bertanya, menyumbangkan ide
atau pendapat, menjadi pendengar yang baik, berfikir kreatif dan sistematis. Selain itu
dalam pembuatan angket ini menggunakan penilaian afektif pada model belajar mandiri
(Durori, 2002:52).
Jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup (angket
berstruktur). Menurut Riduwan (2009: 72) angket tertutup adalah angket yang disajikan
dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden diminta untuk memilih satu jawaban
yang sesuai dengan karakteristik dirinya dengan cara mamberikan tanda silang (x) atau
tanda checklist (√).
Dalam penelitian ini angket menggunakan skala likert. Skala likert menurut
Sugiono (2008: 134) digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang
atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Sejalan dengan Sugiyono, Riduwan
(2009:87) mengatakan skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan
persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Dengan
menggunakan skala likert maka peneliti menggunakannya dan bobot jawaban dari angket
tersebut sebagai berikut:
Tabel 3.10 Skala Likert
Pernyataan Pernyataan
Positif Nilai Negatif Nilai
Sangat Setuju (SS)
Setuju (S)
Tidak Setuju (TS)
Sangat Tidak Setuju (STS)
4
3
2
1
Sangat Setuju (SS)
Setuju (S)
Tidak Setuju (TS)
Sangat Tidak Setuju (STS)
1
2
3
4
Dalam angket ini dimunculkan beberapa pertanyaan berdasarkan indikator yang
ada dengan jumlah pertanyaan sebanyak 44 butir soal. Sebelum digunakan angket
diujicobakan pada kelompok yang bukan merupakan subjek penelitian.
Agar diperoleh instrument penelitian yang standar, terlebih dahulu instrument diuji
cobakan dan hasil uji coba kemudian dianalisis tingkat validitas, reabilitas, taraf kesukaran
dan daya beda. Khusus untuk instrument aspek afektif yang berupa angket maka cukup di
analisis tingkat validitas dan reabilitas. Uji coba telah dilakukan terhadap siswa yang telah
mendapatkan materi tersebut. Tujuannya untuk mengetahui apakah item-item tes tersebut
sudah memenuhi syarat tes yang baik atau tidak. Uji coba dalam penelitian ini dilakukan
terhadap siswa kelas VI SD Negeri 2 Kecila yang dilaksanakan pada tanggal 21 Januari 2011
dan di SD Negeri Pasir Wetan pada tanggal 24 Januari 2011. SD Negeri 2 Kecila dijadikan
tempat uji coba dikarenakan SD 2 Kecila telah melaksanakan model belajar mandiri.
Sedangkan untuk SD Negeri Pasir Wetan adalah Sekolah yang dapat dikatakan setara dengan
SD Negeri Pangebatan. Berikut dijelaskan mengenai validitas dan reabilitas angket:
1) Validitas
Sedangkan perhitungan hasil uji coba angket yang termasuk dalam kategori valid
adalah soal nomor 2, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 13, 17, 18, 19, 22, 23, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33,
34, 35, 36, 38, 39, 40, 41, 43, dengan rekapitulasi sebagai berikut:
Tabel 3.11 Rekapitulasi Indeks Validitas Angket
Kategori Jumlah Item
Valid 31
Tidak Valid 13
Jumlah Soal 44
Soal tes yang mempunyai validitas sangat rendah di buang dan tidak
dipergunakan. Sedangkan soal dan angket yang mempunyai validitas cukup dan tinggi
digunakan. Tetapi untuk item angket nomor 30 tidak digunakan karena sudah ada yang
mewakili.
2) Reliabilitas
Berdasarkan hasil perhitungan reabilitas item angket sebesar 0,73 yang termasuk
dalam kategori tinggi.
c. Instrumen Untuk Hasil Belajar Psikomotor
Untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa dalam bidang psikomotor yaitu
dengan menggunakan unjuk kerja. Penilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang
dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian
ini cocok digunakan untuk menilai kompetensi yang menuntut peserta didik melakukan
tugas tertentu seperti: praktek di laboratorium, praktek sholat, praktek olahraga, bermain
peran, memainkan alat musik, bernyanyi, membaca puisi/ deklamasi dan lain-lain. Cara
penilaian ini dianggap lebih otentik daripada tes tertulis karena apa yang dinilai lebih
mencerminkan kemampuan peserta didik yang sebenarnya. Sehingga peneliti
menggunakan unjuk kerja untuk mengukur aspek psikomotor.
Pengamatan unjuk kerja perlu dilakukan dalam berbagai konteks untuk
menetapkan tingkat pencapaian kemampuan tertentu. Gambaran kemampuan peserta
didik akan lebih utuh. Penilaian unjuk kerja yang menggunakan skala penilaian (Rating
Scale) memungkinkan penilai memberi nilai tengah terhadap penguasaan kompetensi
tertentu, karena pemberian nilai secara kontinum di mana pilihan kategori nilai lebih dari
dua. Skala penilaian terentang dari tidak sempurna sampai sangat sempurna. Yaitu: 1 =
tidak kompeten, 2 = cukup kompeten, 3 = kompeten dan 4 = sangat kompeten.
Data penilaian unjuk kerja adalah skor yang diperoleh dari pengamatan yang
dilakukan terhadap penampilan peserta didik dari suatu kompetensi. Skor diperoleh
dengan cara mengisi format penilaian unjuk kerja yang dapat berupa skala penilaian.
Nilai yang dicapai oleh peserta didik dalam suatu kegiatan unjuk kerja adalah skor
pencapaian dibagi skor maksimum dikali 10 (untuk skala 0-10) atau dikali 100 (untuk
skala 0 -100). (Model Penilaian Kelas, 2007:11-16)
G. Analisis Data
Setelah dilakukan analisis dari setiap instrument, sebelum dilakukan uji hipotesis,
data diolah dengan menggunakan uji berikut ini:
1. Uji Normalitas
Uji normalitas sebagai prasyarat dilakukannya uji-t. Uji normalitas data dapat
dilakukan dengan menggunakan chi-kuadrat ( 2) dengan langkah-langkah sebagai
berikut (Riduwan, 2009:121)
a. Mencari skor terbesar dan terkecil
b. Mencari rentang nilai (R)
c. Mencari banyaknya kelas (BK) = 1 + 3,3 log n
d. Mencari nilai panjang kelas i =
e. Membuat tabulasi dengan tabel penolong
f. Mencari rata-rata (푥̅)
g. Mencari simpangan baku (standard deviasi)
h. Membuat daftar frekuensi yang diharapkan
i. Menentukan batas kelas
j. Menentukan nilai Z = ̅
k. Mencari chi-kuadrat hitung ( 2)
= (푓 − 푓 )
푓
l. Membandingkan 2hitung dengan 2
tabel
m. Kriteria pengujian : membandingkan 2hitung dengan 2
tabel untuk α = 0,05 dan
derajat kebebasan (dk) = k -1, dengan kriteria :
Jika 2hitung ≥ 2
tabel artinya distribusi data tidak normal dan
Jika 2hitung ≤ 2
tabel artinya distribusi data normal.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan varians terbesar disbanding
varians terkecil dengan langkah-langkah sebagai berikut (Riduwan, 2009:120)
a. Mencari nilai varians terbesar dan varians terkecil dengan rumus
퐹 = 푣푎푟푖푎푛푠 푡푒푟푏푒푠푎푟푣푎푟푖푎푛푠 푡푒푟푘푒푐푖푙
b. Membandingkan nilai F dengan F dengan rumus dk pembilang = n-1
(varians terbesar) dan dk penyebut = n-1 (varians terkecil), dengan kriteria:
Jika F ≥ F , berarti tidak homogen dan
Jika F ≤ F , berarti homogen.
3. Uji Hipotesis
Berdasarkan uji normalitas diperoleh data yang berdistribusi normal, maka
dilakukan dengan uji t dua pihak yang dikemukakan oleh Sudjana (2005:239)
sebagai berikut:
a. Untuk pengaruh model belajar mandiri terhadap hasil belajar matematika
(aspek afektif):
1) Membuat Ha dan Ho dalam bentuk kalimat, yaitu:
Ho: Tidak adanya pengaruh penerapan model belajar mandiri terhadap hasil
belajar matematika (aspek afektif) siswa kelas V SD Negeri Pangebatan
Kabupaten Banyumas.
Ha: Ada pengaruh penerapan model belajar mandiri terhadap hasil belajar
matematika (aspek afektif) siswa kelas V SD Negeri Pangebatan Kabupaten
Banyumas.
2) Membuat Ha dan Ho model statistik
3) Mencari rata-rata (x), varians (S)
4) Mencari t hitung dengan rumus:
푡 =
1) Menentukan kaidah pengujian
2) Membandingkan ttabel dengan thitung
3) Kesimpulan
b. Untuk pengaruh model belajar mandiri terhadap hasil belajar matematika
(aspek kognitif):
1) Membuat Ha dan Ho dalam bentuk kalimat, yaitu:
Ho: Tidak adanya pengaruh penerapan model belajar mandiri terhadap hasil
belajar matematika (aspek kognitif) siswa kelas V SD Negeri Pangebatan
Kabupaten Banyumas.
Ha: Ada pengaruh penerapan model belajar mandiri terhadap hasil belajar
matematika (aspek kognitif) siswa kelas V SD Negeri Pangebatan Kabupaten
Banyumas.
2) Membuat Ha dan Ho model statistik
3) Mencari rata-rata (푥̅), varians (S)
4) Mencari t hitung dengan rumus:
푡 =
5) Menentukan kaidah pengujian
6) Membandingkan ttabel dengan thitung
7) Kesimpulan
c. Untuk pengaruh model belajar mandiri terhadap hasil belajar matematika
(aspek psikomotor):
1) Membuat Ha dan Ho dalam bentuk kalimat, yaitu:
Ho: Tidak adanya pengaruh penerapan model belajar mandiri terhadap hasil
belajar matematika (aspek psikomotor) siswa kelas V SD Negeri Pangebatan
Kabupaten Banyumas.
Ha: Ada pengaruh penerapan model belajar mandiri terhadap hasil belajar
matematika (aspek psikomotor) siswa kelas V SD Negeri Pangebatan
Kabupaten Banyumas.
2) Membuat Ha dan Ho model statistik
3) Mencari rata-rata (푥̅), varians (S) Mencari thitung dengan rumus:
푡 = 푥 − 푥
푠 1푛 + 1
푛
4) Menentukan kaidah pengujian
5) Membandingkan ttabel dengan thitung
6) Kesimpulan