bab ii tinjauan pustaka a. landasan teori 1. pengertian...

23
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Pembiayaan Menurut Undang Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan (pasal 1) disebutkan bahwa, “Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank denga pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil”. Dan pembiayaan itu sendiri sering disebut juga dengan keuangan atau budgeting. Di dalam pengertian umum keuangan, kegiatan pembiayaan meliputi tiga hal yaitu budgeting (penyusunan anggaran), Accounting (pembukuan), Auditing (pemeriksaan). Menurut Undang-Undang No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah memberikan definisi yang lebih lengkap mengenai pembiayaan syariah sebagaimana dimuat dalam Pasal 1 angka 25 yaitu : “Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa : a. transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah; b. transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik; 8

Upload: others

Post on 06-Jan-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian ...digilib.ump.ac.id/files/disk1/13/jhptump-a-alfikaanin-629-2-babii.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pengertian Pembiayaan

Menurut Undang – Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan

(pasal 1) disebutkan bahwa, “Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah

penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan

persetujuan atau kesepakatan antara bank denga pihak lain yang mewajibkan

pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah

jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil”. Dan pembiayaan itu

sendiri sering disebut juga dengan keuangan atau budgeting. Di dalam

pengertian umum keuangan, kegiatan pembiayaan meliputi tiga hal yaitu

budgeting (penyusunan anggaran), Accounting (pembukuan), Auditing

(pemeriksaan).

Menurut Undang-Undang No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan

Syariah memberikan definisi yang lebih lengkap mengenai pembiayaan

syariah sebagaimana dimuat dalam Pasal 1 angka 25 yaitu :

“Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan

dengan itu berupa :

a. transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah;

b. transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam

bentuk ijarah muntahiya bittamlik;

8

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian ...digilib.ump.ac.id/files/disk1/13/jhptump-a-alfikaanin-629-2-babii.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian

c. transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan

istishna’;

d. transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh; dan

e. transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi

multijasa berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah

dan/atau UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai

dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah

jangka waktu tertentu dengan imbalan ijarah, tanpa imbalan, atau bagi

hasil.”

“Prinsip Syariah itu sendiri adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum

Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau

pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai

syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah),

pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual

beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan

barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau

dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari

pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).

Pembiayaan menurut Muhammad (2002) dalam artikel Pratin, Akhyar

(2005), secara luas, berarti financing atau pembelanjaan, yaitu pendanaan

yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik

dilakukan sendiri maupun dijalankan oleh orang lain. Dalam arti sempit,

9

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian ...digilib.ump.ac.id/files/disk1/13/jhptump-a-alfikaanin-629-2-babii.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian

pembiayaan dipakai untuk mendefinisikan pendanaan yang dilakukan oleh

lembaga pembiayaan, seperti bank syari’ah, kepada nasabah.

Alokasi dana (pembiayaan) mempunyai beberapa tujuan (Muhammad,

2002) yaitu mencapai tingkat profitabilitas yang cukup dan tingkat resiko

yang rendah, dan mempertahankan kepercayaan masyarakat dengan menjaga

agar posisi likuiditas tetap aman. Tujuan dari investasi dalam pembiayaan

(loan) menurut Rose-Kolari (1995) dalam artikel Pratin & Akhyar (2005)

adalah untuk memperoleh pendapatan utama dalam jenis pendapatan bunga

(markup murabahah), memaksimalkan keuntungan, penetrasi pasar,

mengembangkan jasa bank lainnya, mengembangkan aktifitas ekonomi, dan

melakukan fungsi moneter.

2. Pengertian Pembiayaan Mudharabah

Dalam fikih mu’amalah Mudharabah dinamakan juga dengan Qiradh,

yaitu bentuk kerja sama antara pemilik modal (shohibul mal/rabbul mal)

dengan pengelola (mudharib) untuk melakukan usaha dimana keuntungan

dari usaha tersebut dibagi diantara kedua pihak tersebut, dengan rukun dan

syarat tertentu.(Umar, 2010)

1) Akad Mudharabah

Akad mudharabah merupakan suatu transaksi pendanaan atau

investasi yang berdasarkan kepercayaan. Kepercayaan merupakan unsur

terpenting dalam akad mudharabah, yaitu kepercayaan dari pemilik dana

kepada pengelola dana. Oleh karena kepercayaan merupakan unsur

terpenting maka mudharabah dalam istilah bahasa inggris disebut trust

10

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian ...digilib.ump.ac.id/files/disk1/13/jhptump-a-alfikaanin-629-2-babii.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian

financing. Pemilik dana yang merupakan investor disebut beneficial

ownership atau sleeping partner, dan pengelola dana disebut managing

trustee atau labour partner. (Syahdeini,1999 dalam Sri & Wasilah,2009)

2) Jenis Akad Mudharabah

Dalam PSAK,mudharabah diklasifikasikan ke dalam 3 jenis yaitu

mudharabah muthalaqah, mudharabah muqayyadah dan mudharabah

musytarakah.

Berikut adalah pengertian masing – masing jenis mudharabah :

a. Mudharabah Muthlaqah adalah Mudharabah di mana pemilik

dananya memberikan kebebasan kepada pengelola dana dalam

pengelola investasinya. Mudharabah ini disebut juga investasi tidak

terikat.

b. Mudharabah Muqayyadah adalah Mudharabah di mana pemilik dana

memberikan batasan kepada pengelola antara lain mengenai dana

mengenai lokasi, cara, dan atau objek investasi atau sektor usaha.

Misalnya, tidak mencampurkan dana yang dimiliki oleh pemilik

dana dengan dana lainnya, tidak menginvestasikan dananya pada

transakasi penjualan cicilan tanpa penjamin atau mengharuskan

pengelola dana untuk melakukan investasi sendiri tanpa melalui

pihak ketiga, (PSAK par 07). Mudharabah jenis ini disebut investasi

terikat.

c. Mudharabah Musytarakah adalah Mudharabah dimana pengelola

dana mnyertakan modal atau dananya dalam kerjasama investasi.

11

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian ...digilib.ump.ac.id/files/disk1/13/jhptump-a-alfikaanin-629-2-babii.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian

3) Dalil-dalil disyaratkan Mudharabah

Dalil-dalil umum yang dapat menjadi dasar hukum akad

mudharabah ialah:

Firman Allah Ta'ala,

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan

harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan

perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu."

(Qs. an-Nisa': 29).

Dan tidak diragukan lagi bahwa mudharabah adalah salah satu

bentuk perniagaan yang didasari oleh asas suka sama suka, dengan

demikian, akad mudharabah tercakup oleh keumuman ayat ini.

Firman Allah Ta'ala,

بكم ن ر ليس عليكم جناح أن تبتغوا فضال م

"Bukanlah suatu dosa atasmu untuk mencari karunia dari

Tuhan-mu." (Qs. al-Baqarah: 198).

Imam al-Mawardi asy-Syafi'i berkata, "Dan di antara dalil

dihalalkannya al-Qiraadh adalah firman Allah Ta'ala yang artinya,

"Bukanlah suatu dosa atasmu untuk mencari karunia dari Tuhan-

mu" dan tidak diragukan lagi bahwa al-Qiraadh adalah salah satu

upaya untuk mencari karunia dari Allah, dan mencari keuntungan."

(Al-Haawi al-Kabir oleh al-Mawardy, 7/306).

12

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian ...digilib.ump.ac.id/files/disk1/13/jhptump-a-alfikaanin-629-2-babii.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian

Di antara hadits Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam yang dapat

menjadi dasar akad mudharabah ialah hadits Abdullah bin Umar

berikut,

أموالهم ولرسول هللا أن النبي دفع إلى يهود خيبر نخل خيبر وأرضها على أن يعتملوها من

(صلى هللا عليه وسلم شطر ثمرها. )متفق عليه

"Bahwasannya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menyerahkan

kepada bangsa Yahudi Khaibar kebun kurma dan ladang daerah

Khaibar, agar mereka yang menggarapnya dengan biaya dari

mereka sendiri, dengan perjanjian, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa

sallam mendapatkan separuh dari hasil panennya." (HR.

Muttafaqun 'alaih).

Pada hadits ini dengan jelas dinyatakan, bahwa perkebunan

kurma dan ladang daerah Khaibar yang telah menjadi milik umat

Islam dipercayakan kepada warga Yahudi setempat, agar dirawat dan

ditanami, dengan perjanjian bagi hasil 50 % banding 50 %. Akad

semacam inilah yang disebut dalam ilmu fiqih dengan istilah

musaaqaah.

Walaupun hadits di atas, secara khusus berkenaan dengan akad

musaaqaah, akan tetapi secara tidak langsung menjadi dalil

disyariatkannya akad mudharabah. Yang demikian itu karena kedua

akad ini serupa, baik dalam hal wujud lahirnya, atau konsekuensi

hukumnya.

13

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian ...digilib.ump.ac.id/files/disk1/13/jhptump-a-alfikaanin-629-2-babii.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian

3. Financing to Depost Ratio (FDR)

Menurut undang-undang no. 10 tahun 1998 tentang perbankan

(pasal1), simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat

kepada bank berdasarkan perjanjian penyimpanan dana dalam bentuk giro,

deposito, sertifikat deposito, tabungan dan atau bentuk lainnya yang

dipersamakan dengan itu (UU Perbankan No.10 tahun 1998 pasal1). Dana

pihak ketiga atau disebut giro wadiah, tabungan mudharabah dan deposito

mudharabah. Bank Islam memberikan jasa simpanan giro dalam bentuk

rekening wadiah. Dalam hal ini bank Islam menggunakan prinsip wadiah

yad dhamanah. Dengan prinsip ini bank custodian harus menjamin

pembayaran kembali nominal simpanan wadiah. Pemilik simpanan dapat

menarik kembali simpanannya sewaktu-waktu, baik sebagian atau

seluruhnya (Muhamad, 2002).

Tabungan mudharabah adalah simpanan pihak ketiga yang

penarikannya dapat dilakukan setiap saat atau beberpapa kali sesuai

dengan perjanjian. Dalam hal ini bank Islam bertindak sebagai mudharib

dan deposan sebagai shahibul mal. Bank sebagai mudharib akan membagi

keuntungan kepada shahibul mal sesuai dengan nisbah yang telah

disepakati bersama.

Deposito mudharabah atau lebih tepatnya deposito investasi

mudharabah merupakan investasi melalui simpanan pihak ketiga

(perseorangan atau badan hukum) yang penarikannya hanya dapat

dilakukan dalam jangka waktu tertentu jatuh tempo, dengan mendapatkan

14

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian ...digilib.ump.ac.id/files/disk1/13/jhptump-a-alfikaanin-629-2-babii.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian

imbalan bagi hasil. Jangka waktu deposito mudharabah berkisar antara 1

bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 12bulan (Khodijah, 2008).

Setelah dana pihak ketiga dikumpulkan oleh bank, maka sesuai

dengan fungsi intermediary-nya maka bank berkewajiban menyalurkan

dan tersebut untuk pembiayaan. Simpanan mempunyai pengaruh yang

paling kuat terhadap pembiayaan. Hal tersebut disebabkan karena

simpanan merupakan aset yang dimiliki oleh perbankan syariah yang

paling besar sehingga dapat mempengaruhi pembiayaan.

Dalam hubungannya dengan pembiayaan (loan). Simpanan akan

mempunyai hubungan positif dimana semakin tinggi simpanan pada bank

maka akan semakin meningkat pula kemampuan bank dalam melakukan

pembiayaan.

4. Capital Adequancy Ratio (CAR)

Bank yang memilki tingkat kecukupan modal baik menunjukan

indokator sebagai bank yang sehat. Sebab, kecukupan modal bank

menunjukan keadaannya yang dinyatakan dengan suatu rasio tertentu yang

disebut rasio kecukupan modal atau Capital Adequancy Ratio (CAR).

Rasio permodalan ini berfungsi untuk mengukur kemampuan bank dalam

menyerap kerugian-kerugian yang tidak dapat dihindari lagi serta dapat

pula digunakan untuk mengukur besar kecilnya kekayaan bank tersebut

atau kekayaan yang dimiliki oleh pemegang saham (Kusumo, 2008 dalam

Susilowati, 2010).

15

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian ...digilib.ump.ac.id/files/disk1/13/jhptump-a-alfikaanin-629-2-babii.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian

Menurut laporan perbankan tahun 2008, rasio kecukupan modal

bank umum syariah relatif terjaga. Rasio kecukupan modal bank umum

syariah mengalami sedikit peningkatan selama 2 (dua) tahun terakhir, rasio

rata-rata pada tahun 2007 sebesar 20,7% meningkat menjasi 12,1% pada

tahun 2008.

Supriyanti (2008) dalam penelitiannya mengenai analisis

perbandingan kinerja keuangan bank konvensional dan bank syariah (pada

perbankan yang terdaftar di BEI), menyatakan bahwa hasil analisis

perbedaan rasio CAR bank konvensional dengan bank syariah terdapat

perbedaan signifikan antara CAR bank konvensional dengan CAR bank

syariah. Nilai CAR bank konvensional lebih besar dari nilai CAR bank

syariah. CAR bank konvensional terbesar pada PT Central Asia Tbk tahun

2003 = 32,19%, CAR bank syariah terbesar pada Bank Muamalat tahun

2006 = 16,88%. Hal ini disebabkan modal bank konvensional yang

diperoleh dari modal dasar, modal yang belum disetor, laba tahun lalu,

laba tahun berjalan, cadangan umum dan cadangan tujuan lebih besar

dibandingkan modal bank syariah.

Modal bank syariah yang terdiri dari : modal inti (tier 1), modal

pelengkap (tier 2), modal pelengkap tambahan (tier 3). Tier 2 dan tier 3

hanya dapat diperhitungkan setinggi-tingginya 100% dari modal inti.

Sedangkan modal inti (tier 1) dan modal pelengkap (tier 2) diperhitungkan

dengan faktor pengurang yang berupa seluruh penyertaan yang dilakukan

oleh bank (7/13/PBI/2005). Modal inti (tier 1) terdiri dari : modal setor,

16

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian ...digilib.ump.ac.id/files/disk1/13/jhptump-a-alfikaanin-629-2-babii.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian

agio saham, modal sumbangan, cadangan umum, cadangan tujuan, laba

ditahan, laba tahunlalu, laba tahun berjalan dan bagian kekayaan bersih

anak perusahaan yang laporan keuangannya dikonsolidasikan. Modal

pelengkap (tier 2) terdiri dari : cadangan revaluasi aktiva tetap, cadangan

penghapusan aktiva yang diklasifikasikan, modal pinjaman dengan ciri-ciri

tertentu dan pinjaman subordinasi yang telah memenuhi persyaratan

(Muhammad, 2002).

Perhitungan kebutuhan modal didasarkan pada aktiva tertimbang

menurut resiko (ATMR). Aktiva bank syariah dibagi atas:

a. Aktiva yang ditandai oleh modal sendiri dan atau kewajiban atau

hutang (wa’diah atau qard dan sejenisnya) dan

b. Aktiva yang didanai oleh rekening bagi hasil yaitu mudharabah

baik mudharabah mutlaqah yang tercatat pada neraca maupun

mudharabah muqayyadah yang dicatat pada rekening administratif.

Berdasarkan pembagian jenis aktiva tersebut di atas, maka pada

prinsipnya bobot bank syariah terdiri atas:

a. Aktiva yang dibiayai oleh modal bank sendiri dan atau dana

pinjaman (wadi’ah, card dan sejenisnya) adalah 100%

b. Aktiva yang dibiayai oleh pemegang rekening bagi hasil adalah

50%

Terhadap masing-masing jenis aktiva tersebut di tetapkan bobot

risiko yang besarnya berdasarkan pada kadar risiko yang terkandung

17

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian ...digilib.ump.ac.id/files/disk1/13/jhptump-a-alfikaanin-629-2-babii.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian

dalam aktiva itu sendiri atau yang didasarkan atas penggolongan nasabah,

penjamin atau sifat barang jaminan (Muhammad, 2002).

5. Non Performing Financing (NPF)

NPF (Non Performing financing) adalah suatu keadaan di mana

nasabah sudah tidak sanggup lagi membayar sebagian atau seluruh

kewajibannya kepada bank seperti yang telah diperjanjikan. (Mudrajad &

Suharjonoo, 2002)

Jika tidak ditangani dengan baik, maka pembiayaan bermasalah

merupakan sumber kerugian yang sangat potensi bagi bank. Karena itu di

perlukan penanganan yang sistematis dan berkelanjutan (Mahmoedding,

2004). Banyak faktor yang menyebabkan pembiayaan tersebut menjadi

bermasalah.

Faktor-faktor yang menyebabkan pembiayaan bermasalah ini

antara lain faktor internal perbankan yang meliputi kelemahan dalam

analisis kredit, kelemahan dokumen kredit, kelemahan dalam mengawasi

kredit, kecerobohan petugas bank dan kelemahan bidang agunan.

NPF (Non Performing Financing) tidak hanya disebabkan pada

faktor-faktor di sisi perbankan, tetapi juga pada sisi eksternal antara lain

kelemahan karakter nasabah, kelemahan kemampuan nasabah, musibah

yang dialami nasabah, kecerobohan nasabah dan kelemahan manajemen

nasabah. NPF (Non Performing Financing) akan berdampak negatif baik

secara mikro (bagi bank itu sendiri dan nasabah) maupun secara makro

(Sistem Perbankan dan Perekonommian Negara).

18

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian ...digilib.ump.ac.id/files/disk1/13/jhptump-a-alfikaanin-629-2-babii.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian

NPF (Non Performing Financing) dapat mendatangkan dampak

yang tidak menguntungkan, terlebih lagi bila NPF (Non Performing

Financing) tersebut dalam jumlah besar. Semakin tinggi NPF maka

semakin buruk kualitas aktiva produktif bank tersebut yang akan

mempengaruhi biaya dan permodalan bank tersebut karena dengan NPF

yang tinggi akan membuat bank mempunyai kewajiban dan harus

mengeluarkan biaya untuk memenuhi PPAP (Penyisihan Penghapusan

Aktiva Produk) yang terbentuk. Bila ini terus menerus terjadi maka modal

bank akan tersedot untuk PPAP sehingga menurunkan nilai profitabilitas

bank. Salah satu implikasi lain bagi pihak bank sebagai akibat dari

timbulnya pembiayaan bemasalah adalah hilangnya kesempatan untuk

memperoleh income (pendapatan) dari pembiayaan yang diberikan

sehingga mengurangi perolehan laba dan berpengaruh buruk bagi

rentabilitas bank. Menurut ketentuan Bank Indonesia, bila jumlah

kredit/pembiayaan dengan kolektibilitas bermasalah telah mencapai 7,5%

dari portofolio kredit bank, maka bank tersebut bukan saja menghadapi

masalah NPF (Non Performing Financing) tetapi sudah menjadi bank

bermasalah.

NPF (Non Performing Financing) sangat berpengaruh terhadap

pengendalian biaya dan sekaligus pula berpengaruh terhadap kebijakan

pembiayaan yang akan dilakukan bank itu sendiri. Dengan melihat NPF

sebelumnya (t-1), bank dapat mempertimbangkan beberapa besar

pembiayaan yang akan disalurkan. Sehingga NPF (Non Performing

19

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian ...digilib.ump.ac.id/files/disk1/13/jhptump-a-alfikaanin-629-2-babii.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian

Financing) memiliki pengaruh negatif dan signifikan. Semakin tinggi NPF

(Non Performing Financing) yang dimiliki bank, maka bank akan lebih

berhati-hati dengan mengurangi pembiayaan.

6. Tingkat Bagi Hasil

Sistem bagi hasil adalah suatu sistem yang meliputi tata cara

pembagian hasil usaha antara bank tanpa bunga dengan menyimpan dana,

dan antara bank tanpa bunga dengan nasabah penerima kredit investasi

atau modal kerja (Syaifudin, 1993 dalam Meiarsih, 2008). Bank Islam

dapat dilaksanakan kontrak mudharabah memuat kesepakatan dengan

mudharib mengenai tingkat perbandingan keuntungan yang ditentukan

dalam kontarak.

Perbandingan keuntungan tersebut dipengaruhi oleh beberapa

faktor, diantaranya kesepakatan nasabah (mudharib), prediksi keuntungan

yang diperoleh, respon pasar, kemampuan memasang barang, dan masa

berlakunya kontrak. Jika kontrak mudharabah ternyata tidak

mengahsilakan keuntungan, maka mudharib selaku pengelola usaha

tersebut tidak mendapatkan gaji atau upah dari pekerjaanya. Apabila

terjadi kerugian, bank menangung kerugian tersebut sepanjang tidak

terbukti bahwa mudharib tidak menyelewengkan kerugian atau terjadi

kesalahan manajemen dari sang mudharabah berdasarkan atas persyaratan

kontrak yang telah disepakati investor. Namun jika terbukti akibat

kecerobohan dari pihak mudharib, maka dia yang berhak menanggung

kerugian tersebut. Dalam melaksanakan sistem bagi hasil, secara teoritik

20

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian ...digilib.ump.ac.id/files/disk1/13/jhptump-a-alfikaanin-629-2-babii.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian

bank bertanggung jawab seluruh kerugian karena sering sekali pihak bank

tidak mudah percaya atas kerugian yang dialami pihak mudharib.

Mekanisme perhitungan bagi hasil yang diterapkan di dalam

perbankan syariah terdiri dari dua system, yaitu:

1) Pengertian Profit sharing

Profit sharing menurut etimologi Indonesia adalah bagi

keuntungan. Dalam kamus ekonomi diartikan pembagian laba. Profit

secara istilah adalah perbedaan yang timbul ketika total pendapatan (total

revenue) suatu perusahaan lebih besar dari biaya total (total cost). Di

dalam istilah lain profit sharing adalah perhitungan bagi hasil didasarkan

kepada hasil bersih dari total pendapatan setelah dikurangi dengan biaya-

biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut. Pada

perbankan syariah istilah yang sering dipakai adalah profit and loss

sharing, di mana hal ini dapat diartikan sebagai pembagian antara untung

dan rugi dari pendapatan yang diterima atas hasil usaha yang telah

dilakukan.

System profit and loss sharing dalam pelaksanaannya merupakan

bentuk dari perjanjian kerjasama antara pemodal (Investor) dan pengelola

modal (enterpreneur) dalam menjalankan kegiatan usaha ekonomi, dimana

di antara keduanya akan terikat kontrak bahwa di dalam usaha tersebut

jika mendapat keuntungan akan dibagi kedua pihak sesuai nisbah

kesepakatan di awal perjanjian, dan begitu pula bila usaha mengalami

kerugian akan ditanggung bersama sesuai porsi masing-masing.

21

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian ...digilib.ump.ac.id/files/disk1/13/jhptump-a-alfikaanin-629-2-babii.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian

Kerugian bagi pemodal tidak mendapatkan kembali modal

investasinya secara utuh ataupun keseluruhan, dan bagi pengelola modal

tidak mendapatkan upah/hasil dari jerih payahnya atas kerja yang telah

dilakukannya.

Keuntungan yang didapat dari hasil usaha tersebut akan dilakukan

pembagian setelah dilakukan perhitungan terlebih dahulu atas biaya-biaya

yang telah dikeluarkan selama proses usaha. Keuntungan usaha dalam

dunia bisnis bisa negatif, artinya usaha merugi, positif berarti ada angka

lebih sisa dari pendapatan dikurangi biaya-biaya, dan nol artinya antara

pendapatan dan biaya menjadi balance. Keuntungan yang dibagikan

adalah keuntungan bersih (net profit) yang merupakan lebihan dari selisih

atas pengurangan total cost terhadap total revenue.

2) Pengertian Revenue Sharing

Revenue Sharing berasal dari bahasa Inggris yang terdiri dari dua

kata yaitu, revenue yang berarti; hasil, penghasilan, pendapatan. Sharing

adalah bentuk kata kerja dari share yang berarti bagi atau bagian. Revenue

sharing berarti pembagian hasil, penghasilan atau pendapatan.

Revenue (pendapatan) dalam kamus ekonomi adalah hasil uang

yang diterima oleh suatu perusahaan dari penjualan barang-barang (goods)

dan jasa-jasa (services) yang dihasilkannya dari pendapatan penjualan

(sales revenue).

Di dalam revenue terdapat unsur-unsur yang terdiri dari total biaya

(total cost) dan laba (profit). Laba bersih (net profit) merupakan laba kotor

22

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian ...digilib.ump.ac.id/files/disk1/13/jhptump-a-alfikaanin-629-2-babii.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian

(gross profit) dikurangi biaya distribusi penjualan, administrasi dan

keuangan.

Berdasarkan definisi di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa arti

revenue pada prinsip ekonomi dapat diartikan sebagai total penerimaan

dari hasil usaha dalam kegiatan produksi, yang merupakan jumlah dari

total pengeluaran atas barang ataupun jasa dikalikan dengan harga barang

tersebut. Unsur yang terdapat di dalam revenue meliputi total harga pokok

penjualan ditambah dengan total selisih dari hasil pendapatan penjualan

tersebut. Tentu di dalamnya meliputi modal (capital) ditambah dengan

keuntungannya (profit).

Berbeda dengan revenue di dalam arti perbankan, yang dimaksud

dengan revenue bagi bank adalah jumlah dari penghasilan bunga bank

yang diterima dari penyaluran dananya atau jasa atas pinjaman maupun

titipan yang diberikan oleh bank.

Revenue pada perbankan Syariah adalah hasil yang diterima oleh

bank dari penyaluran dana (investasi) ke dalam bentuk aktiva produktif,

yaitu penempatan dana bank pada pihak lain. Hal ini merupakan selisih

atau angka lebih dari aktiva produktif dengan hasil penerimaan bank.

Perbankan syariah memperkenalkan sistem pada masyarakat

dengan istilah Revenue Sharing, yaitu sistem bagi hasil yang dihitung dari

total pendapatan pengelolaan dana tanpa dikurangi dengan biaya

pengelolaan dana.

23

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian ...digilib.ump.ac.id/files/disk1/13/jhptump-a-alfikaanin-629-2-babii.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian

Lebih jelasnya Revenue sharing dalam arti perbankan adalah

perhitungan bagi hasil didasarkan kepada total seluruh pendapatan yang

diterima sebelum dikurangi dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan

untuk memperoleh pendapatan tersebut. Sistem revenue sharing berlaku

pada pendapatan bank yang akan dibagikan dihitung berdasarkan

pendapatan kotor (gross sales), yang digunakan dalam menghitung bagi

hasil untuk produk pendanaan bank.

7. Return on Asset (ROA)

Return on Asset (ROA) merupakan rasio yang digunakan untuk

mengukur kemampuan manajemen dalam memperoleh keuntungan (laba

sebelum pajak), Yang dihasilkan dari rata-rata total asset bank yang

bersangkutan. Laba sebelum pajak adalah laba bersih dari kegiatan

operasional sebelum pajak. Sedangkan rata-rata total asset adalah rata-rata

volume usaha atau aktiva (Herningtyas dan almilia, 2005 dalam

Srikuncoro, 2011).

Mahrinasari (2003) dalam Srikuncoro (2011) menggunakan rasio

ROA (Return on Asset) untuk mengukur kemampuan manajemen bank

dalam memperoleh profitabilitas dan mengelola tingkat efisiensi usaha

bank secara keseluruhan, semakin besar nilai rasio ini menunjukan tingkat

rentabilitas usaha bank semakin baik atau sehat. Sedangkan menurut Bank

Indonesia, ROA merupakan perbandingan antara laba sebelum pajak

dengana rata-rata total aset dalam satu periode.

24

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian ...digilib.ump.ac.id/files/disk1/13/jhptump-a-alfikaanin-629-2-babii.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian

8. Return on Equity (ROE)

Return on Equity (ROE) adalah rasio yang menggambarkan

keuntungan yang dapat diberikan kepada pemilik perusahaan atas modal

yang sudah diinvestasikan. Nilai Return on Equity (ROE) menjadi tolak

ukur mengenai tingkat pengembalian keuntungan dibandingkan dengan

suku bunga simpanan bank dan imbalan bagi hasil dana syariah. Bila

Return on Equity (ROE) lebih tinggi maka perusahaan mampu

memberikan keuntungan yang lebih baik dibandingkan bila dana modal

ditempatkan dalam bentuk tabungan atau deposito di bank

(laksmana,2009).

B. Kerangka Pemikiran

Dua fungsi utama bank syariah adalah mengumpulkan dana dan

menyalurkan dana. Penyaluran dana yang dilakukan bank syariah adalah

pemberian pembiayaan kepada debitur yang membutuhkan, baik untuk modal

usaha maupun untuk konsumsi. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi besar

kecilnya penyaluran pembiayaan (financing) pada perbankan syariah diantaranya

faktor yang mempengaruhi penyaluran pembiayaan adalah simpanan, modal

sendiri, Non Performing Financing (NPF). (Dewi, 2008)

Simpanan mempunyai pengaruh yang sangat kuat terhadap pembiayaan.

Hal tersebut karena simpanan merupakan aset yang dimiliki oleh perbankan

syariah yang paling besar sehingga dapat mempengaruhi pembiayaan. Dalam

hubungannya dengan financing (pembiayaan) simpanan akan mempunyai

hubungan positif dimana semakin tinggi tingkat simpanan pada bank akan

25

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian ...digilib.ump.ac.id/files/disk1/13/jhptump-a-alfikaanin-629-2-babii.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian

semakin meningkat pula kemampuan bank dalam melakukan pembiayaan. (Dewi,

2008) Pratin dan Akhyar Adnan (2005), Menunjukan bahwa DPK mempunyai

hubungan positif yang signifikan terhadap pembiayaan. Penelitian Eriwardi

(2008) menunjukan bahwa jumlah aset dan DPK berpengaruh signifikan terhadap

perkembangan institusi Perbankan Syariah di Indonesia. Menurut khodijah

(2008), menunjukan bahwa variabel simpanan (DPK) berpengaruh negatif

terhadap pembiayaan murabahah. Dewi (2008) mengatakan bahwa simpanan

berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan investasi.

Bank yang memiliki tingkat kecukupan modal baik menunjukan indikator

sebagai bank yang sehat. Sebab kecukupan modal bank menunjukan keadaannya.

Tingkat kecukupan modal bank dapat dinyatakan dengan suatu rasio tertentu yang

disebut rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) yaitu rasio

yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung resiko

(kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana

modal sendiri bank disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar

bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (hutang), dan lain-lain. (Dendawijaya,

2001), Menurut Meydianawathi dan Desi Arisandi (2007) dalam Wuri (2011),

CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyalluran pembiayaan.

Tingkat kecukupan modal bank memiliki kaitan dengan penyaluran pembiayaan

karena terdapat ketentuan yang disyaratkan oleh otoritas moneter terkait masalah

permodalan.

Karakteristik akad pembiayaan bagi hasil yang sangat rentan terhadap

resiko moral hazard dan adverse selection ini menyebabkan bank syariah lebih

26

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian ...digilib.ump.ac.id/files/disk1/13/jhptump-a-alfikaanin-629-2-babii.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian

banyak memilih kegiatan murabahah dari pada mudharabah. Risiko pembiayaan

(financing risk) terjadi ketiga pihak debitur (mudharib) karena berbagai sebab

tidak dapat memenuhi kewajibannya untuk mengembalikan dana pembiayaan

(pinjaman) yang diberikan oleh pihak bank. Semakin besar porsi pembiayaan

bermasalah karena adanya keraguan atas kemampuan debitur dalam membayar

kembali pinjamannya, semakin besar pula kebutuhan biaya penyisihan kerugian

pembiayaan yang nantinya akan berpengaruh pada keuntungan yang diperoleh

bank. Peningkatan NPF (Non Performing Financing) akan menurunkan jumlah

pembiayaan. Sebaliknya, penurunan NPF (Non Performing Financing) akan

meningkatkan jumlah pembiayaan (Maryanah, 2006). Menurut Khodijah (2008),

bahwa NPF berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap pembiayaan

murabahah.

Di dalam melakukan investasinya bank-bank Islam memastikan bahwa

dana-dana mereka dan dana yang tersedia bagi mereka untuk di investasikan,

dapat menghasilkan pendapatan yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah serta

bermanfaat bagi masyarakat. Bank-bank Islam menerima dana-dana atas akad

mudharabah yang merupakan suatu bentuk dari kesepakatan antara yang

menyediakan dana (pemilik rekening investasi) dan yang menyediakan usaha

(bank). Di dalam melakukan bisnis atas dasar mudharabah, bank menyatakan

keinginannya untuk menerima dana-dana agar dapat di investasikan kembali

mewakili pemiliknya, membagi keuntungan menurut suatu prosentase yang sudah

di tentukan di muka dan menyatakan bahwa kerugian akan di tanggung oleh

penyedia dana, kecuali jika ada kelalaian atau pelanggaran akad. Bagi hasil yang

27

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian ...digilib.ump.ac.id/files/disk1/13/jhptump-a-alfikaanin-629-2-babii.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian

didapat dari pembiayaan dengan musyarakah dan mudharabah jumlahnya tidak

pasti karena tergantung kepada hasil usaha yang dibiayai. Semakin besar jumlah

pendapatan bagi hasil yang diterima oleh bank maka semakin besar pula

keinginan bank untuk memberikan pembiayaan bagi hasil. Sebaliknya semakin

kecil jumlah pendapatan bagi hasil yang diterima oleh bank maka akan semakin

kecil keinginan bank dalam memberikan pembiayaan bagi hasil (Maryanah,

2006).

Return on Asset (ROA) merupakan suatu pengukuran kemampuan

manajemen bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Jika ROA

suatu bank semakin besar, maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang

dicapai bank tersebut dan semakin baik posisi bank tersebut dari segi pengamanan

aset. Bagi bank syariah, sumber dana yang paling dominan bagi pembiayaan

asetnya adalah dana investasi, yang dapat dibedakan antara investasi jangka

panjang dari pemilik (core capital) dan investasi jangka pendek dari nasabah

(rekening mudharabah) (Arifin, 2005 dalam wuri 2011). Semakin besar tingkat

keuntungan (ROA) yang di dapat oleh bank, maka semakin besar pula upaya

manajemen menginvestasikan keuntungan tersebut dengan berbagai kegiatan yang

menguntungkan manajemen, terutama dengan penyaluran pembiayaan. Selain itu

semakin besar suatu bank menghasilkan laba, berarti bank sudah efektif dalam

mengelola asetnya. Menurut Fransiska dan Hasan (2007) yang meneliti tentang

pengaruh internal bank terhadap volume kredit pada bank yang gopublik di

Indonesia mengatakan bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK) memiliki pengaruh yang

positif terhadap volume kredit, CAR menunjukkan tidak ada pengaruh yang

28

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian ...digilib.ump.ac.id/files/disk1/13/jhptump-a-alfikaanin-629-2-babii.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian

signifikan dan tidak dapat digunakan untuk memprediksi volume kredit, ROA

mempunyai hubungan yang positif terhadap volume kredit, dan NPL juga tidak

dapat digunakan untuk memprediksi volume kredit. Hapsari (2008) dalam

penelitiannya analisis pengaruh LDR, NPL, ROA, dan ROE terhadap pemberian

kredit KPR (studi kasus pada PD BPR di Jawa Tengah) mengatakan bahwa LDR

berpengaruh positif dan signifikan, NPL berpengaruh negatif dan signifikan,

sedangkan ROA dan ROE berpengaruh negatif dan tidak signifikan.

Dari kerangka pemikiran di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian

tersebut memiliki kesamaan dengan penelitian yang penulis lakukan, yaitu sama-

sama menggunakan FDR, CAR, NPF, Tingkat Bagi Hasil, ROA dan ROE sebagai

alat analisis data. Namun yeng membedakan penelitian diatas dengan penelitian

yang dilakukan oleh penulis adalah dengan menggunakan variabel FDR, CAR,

NPF, tingkat bagi hasil, ROA dan ROE.

Penjelasan kerangka pemikiran di atas di gambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1

ROE

H4

H2

H3

H1

H5

FDR

CAR

NPF (Not Performing

Financing)

Tingkat Bagi Hasil

Pembiayaan

Mudharabah

ROA

H6

H7

29

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian ...digilib.ump.ac.id/files/disk1/13/jhptump-a-alfikaanin-629-2-babii.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian

C. Hipotesis

H1 : FDR, CAR, NPF, tingkat bagi hasil, ROA dan ROE secara simultan

berpengaruh dan signifikan terhadap pembiayaan mudharabah.

H2 : FDR, secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap

pembiayaan mudharabah.

H3 : CAR, secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap

pembiayaan mudharabah.

H4 : NPF, secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

pembiayaan mudharabah.

H5 :Tingkat bagi hasil, secara parsial berpengaruh positif signifikan terhadap

pembiayaan mudharabah.

H6 : ROA secara parsial berpengaruh positif signifikan terhadap pembiayaan

mudharabah.

H7 : ROE secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

pembiayaan mudharabah.

30