bab ii kajian pustaka a. deskripsi teori 1. motivasi...
TRANSCRIPT
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
1. Motivasi Belajar
a. Pengertian Motivasi Belajar
Setiap individu memiliki kondisi internal. Kondisi internal tesebut turut berperan
dalam aktivitas dirinya sehari-hari. Salah satu dari kondisi internal tersebut adalah
Motivasi.
Motif dalam bahasa Inggrisnya motive berasal dari kata motion yang berarti gerak
atau sesuatu yang bergerak. Menurut Sardiman (2011: 73) kata motif diartikan sebagai
daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan
sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-
aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Berawal dari kata ”motif” itu maka
motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif
menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan
sangat dirasakan atau mendesak.
Uno (2011: 5) berpendapat bahwa motivasi adalah kekuatan yang mendorong
seseorang melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan. Kekuatan-kekuatan ini pada
dasarnya dirangsang oleh adanya berbagai macam kebutuhan seperti keinginan yang
hendak dipenuhinya, tingkah laku, tujuan dan umpan balik
Menurut MC. Donald (Sardiman,2011: 74), motivasi adalah perubahan energi
dalam seseorang yang ditandai dngan munculnya “feeling” dan didahului dengan
tanggapan teradap adanya tujuan. Dari pengertian tersebut, mengandung tiga elemen
penting tentang motivasi, yaitu :
1) Motivasi mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia.
Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi dalam sistem
“neurophysiological” yang ada pada organism manusia. Karena menyangkut
perubahan energi manusia (walaupun motivasi itu muncul dari dalam diri manusia),
penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia.
2) Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa/feeling, afeksi seseorang. Motivasi
banyak mengandung hal-hal yang relefan dengan persoalan kejiwaan dan emosi
yang dapat menemukan tingkah laku manusia.
3) Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi merupakan respons
dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi sering muncul dalam diri manusia, tetapi
kemunculannya karena terangsang/terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini
adalah tujuan. Tujuan ini akan menyangkut soal kebutuhan.
Ketiga elemen diatas, maka dapat dikatakan bahwa motivasi itu sebagai sesuatu
yang kompleks. Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang
ada pada diri manusia, sehingga akan bergelayut dengan persoalan gejala kejiwaan,
perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu. Semua ini
didorong karena adanya tujuan kebutuhan atau keinginan.
Motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-
kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila tidak
suka maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu.
Oleh karena itu, motivasi dapat dirangsang oleh faktor dari luar, tetapi motivasi sendiri
tumbuh pada diri seseorang. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai
keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar,
yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan
belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.
Dikatakan sebagai keseluruhan, karena pada umumnya ada beberapa motif yang
bersama-sama menggerakkan siswa untuk belajar.
Motivasi dapat juga dikatakan sebagai dorongan dasar yang menggerakkan
seseorang bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri seseorang yang menggerakkan
untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan dalam dirinya. Oleh karena itu,
perbuatan seseorang yang didasarkan atas motivasi tertentu mengandung tema sesuai
dengan motivasi yang mendasarinya.
Motivasi juga dapat dikatakan sebagai perbedaan antara dapat melaksanakan dan
mau melakasanakan. Motivasi lebih dekat pada mau melaksanakan tugas untuk
mencapai tujuan. Motivasi adalah kekuatan, baik dari dalam maupun dari luar yang
mendorong seseorang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan
sebelumnya. Motivasi dapat diartikan sebagai dorongan mental terhaadap perorangan
atau orang-orang sebagai anggota masyarakat. Motivasi merupakan suatu proses untuk
mencoba mempengaruhi orang atau orang-orang yang dipimpinnya agar melakukan
pekerjaan yang diinginkannya, sesuai tujuan tertentu yang ditetapkan lebih dahulu.
Motivasi belajar merupakan factor psikis yang bersifat non intelektual. Peran
motivasi yaitu, sebagai penumbuh gairah belajar pada diri seorang pelajar, karena
adanya semangat yang ada dalam diri pelajar.
Siswa yang memiliki motivasi yang tinggi akan mempengaruhi prestasi yang
diraihnya di sekolah. Jika seseorang tidak memiliki motivasi atau tindakan yang
dilakukan karena dengan adanya paksaan, maka hasil yang diraihnya/dicapainya tidak
akan baik atau hanya akan membuang-buang tenaga dan waktu, serta hasil yang
diraihnya tidak sesuai dengan tujuan yang direncanakan sebelumnya. Maka dari itu
motivasi yang ada dalam diri seseorang haruslah berasal dari orang tersebut bukan
karena paksaan.
Kegagalan dalam diri siswa atau peserta didik, jangan begitu saja
mempermasalahkan hanya pihak peserta didik itu sendiri, sebab mungkin saja guru
tidak berhasil dalam memberi motivasi yang mempu membangkitkan semangat dan
kegiatan siswa untuk berbuat/belajar. Jadi tugas guru, bagaimana mendorong para siswa
agar pada dirinya tumbuh motivasi.
b. Macam–Macam Motivasi
Motivasi dapat diniali dari berbagai sudut pandang. Motivasi atau motif-motif
yang aktif itu sangat bervariasi, antara lain :
1) Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya
a) Motif-motif bawaan
Yang dimaksud dengan motif-motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak
lahir, jadi motivasi itu ada tanpa dipelajari. Sebagi contoh, misalnya : dorongan
untuk makan, dorongan untuk minum, dorongan untuk bekerja dan dorongan
untuk beristirahat. Motif-motif itu sering kali disebut motif-motif yang
disyaratkan secara biologis.
b) Motif-motif yang dipelajari
Motif ini timbul karena dipelajari. Sebagai contoh : dorongan untuk belajar
suatu cabang ilmu pengetahuan, dorongan untuk mengajar sesuatu didalam
masyarakat. Motif-motif ini seringkali disebut dengan motif-motif yang
diisyaratkan secara sosial. Sebab manusia hidup dalam lingkungan sosial dengan
sesama manusia yang lain, sehingga motivasi itu terbentuk. Manusia perlu
mengembangkan sifat-sifat ramah, kooperatif, membina hubungan baik dengan
sesama, apalagi orang tua dan guru. Dalam hal belajar mengajar, hal ini dapat
membantu dalam usaha untuk mencapai prestasi.
2) Jenis motivasi menurut pembagian dari woodworth dan marquis
a) Motif atau kebutuhan organis, meliputi misalnya: kebuuhan untuk minum, makan,
bernapas, berbuat, dan kebutuhan untuk beristirahat.
b) Motif-motif darurat. Yang termasuk dalam motif jenis ini antara lain : dorongan
untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas, untuk berusaha, untuk
memburu. Jelasnya motivasi ini muncul karena ada rangsangan dari luar.
c) Motif-motif objektif. Dalam hal ini menyangkut kebutuhan untuk melakukan
eksplorasi, melakukan manipulasi, untuk menaruh minat. Motif-motif ini muncul
karena dorongan untuk dapat menghadapi dunia luar secara efektif.
3) Motivasi jasmaniah dan rohaniah
Yang termasuk motif jasmani yaitu seperti releks, insting otomatis, nafsu.
Sedangkan yang termasuk motivasi rohaniah adalah kamauan. Soal kemauan itu
pada setiap diri manusia terbentuk melalui empat momen.
a) Momen timbulnya alasan.
b) Momen pilih.
c) Momen putusan.
d) Momen terbentuknya kemauan.
4) Motivasi Intrinsik dan Ekstrinsik
a) Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya
tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada
dorongan untuk melakukan sesuatu. Sebagai contoh seseorang yang senang
membaca, tidak usah ada yang menyuruh atau mendorongnya, ia sudah rajin
membaca buku-buku untuk dibacanya. Tujuan yang ingin dicapai dari motivasi
intrinsik ini adalah ingin mencapai tujuan yang terkandung di dalam perbuatan
belajar itu sendiri. Motivasi intrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi
yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu
dorongan dari dalam diri dan secara mutlak berkait dengan aktivitas belajarnya.
Seperti tadi dicontohkan bahwa seseorang belajarnya, memang benar-benar ingin
mengetahui segala sesuatunya, bukan karena ingin pujian atau ganjaran.
Setiap orang yang memiliki motivasi intrinsik akan memiliki tujuan menjadi
orang terdidik, yang berpengetahuan, yang ahli dalam bidang studi tertentu. Satu-
satunya jalan unutk menuju ke tujuan yang ingin dicapai ialah belajar, tanpa belajar
tidak mungkin menjadi ahli. Dorongan yang menggerakkan itu bersumber pada
suatu kebutuhan, kebutuhan yang berisikan keharusan untuk menjadi orang yang
terdidik dan berpengetahuan. Jadi memang motivasi muncul dari kesadaran diri
sendiri dengan tujuan secara esensial , bukan sekedar simbol dan seremonial.
b) Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena
adanya perangsangan dari luar. Contoh, seseorang belajar karena tahu besok akan
ujian dengan mengharapkan nilai yang baik, sehingga akan dipuji oleh orang lain.
Jadi yang penting bukan belajar ingin mengetahui sesuatu, tetapi ingin mendapatkan
nilai yang baik, atau agar mendapat hadiah. Jadi kalau dilihat dari segi tujuan
kegiatan yang dilakukannya, tidak secara langsung bergayut dengan esensi apa yang
dilakukannya itu. Oleh karena itu, motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai
bentuk motivasi yang didalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan
berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas
belajar.
Motivasi ekstrinsik tetap penting, contohnya dalam kegiatan belajar mengajar.
Sebab kemungkinan besar keadaan siswa itu berubah-ubah, dinamis dan juga
mungkin komponen-komponen lain dalam proses belajar mengajar ada yang kurang
menarik bagi siswa, sehingga diperlukan motivasi ekstrinsik.
c. Bentuk–Bentuk Motivasi Di Sekolah
Di dalam kegiatan belajar mengajar peranan motivasi baik intrinsik maupun
ekstrinsik sangat diperlukan. Dengan motivasi, pelajar dapat mengembangkan aktivitas
dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan
belajar.
Dalam kaitan itu perlu diketahui bahwa cara dan jenis menumbuhkan motivasi
adalah bermacam-macam. Tetapi untuk motivasi ekstrinsik kadang-kadang tepat, dan
kadang-kadang juga bias kurang sesuai. Hal ini guru harus hati-hati dalam
menumbuhkan dan memberi motivasi bagi kegiatan belajar para anak didik. Menurut
Sardiman, (2011: 91-95) ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi
dalam kegiatan belajar di sekolah, antara lain :
1) Memberi Angka
Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Banyak
siswa belajar, yang utama justru untuk mencapai angka/nilai yang baik. Sehingga
siswa biasanya yang dikejar adalah nilai ulangan atau nilai-nilai pada raport
angkanya baik-baik. Angka yang baik itu bagi para siswa merupakan motivasi yang
sangat kuat.
2) Hadiah
Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidaklah selalu demikian.
Karena hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin tidak akan menarik bagi seseorang
yang tidak senang dan tidak berbakat untuk sesuatu perkerjaannya. Contoh hadiah
yang diberikan untuk gambar yang terbaik mungkin tidak akan menarik bagi
seseorang siswa yang tidak memiliki bakat menggambar.
3) Saingan/ Kompetisi
Saingan/ kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong
belajar siswa. Persaingan baik persaingan individual maupun persaingan kelompok
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
4) Ego-involvement
Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan
menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan
harga diri, adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting.
Seseorang akan berusaha dengan segenap tenaganya untuk mencapai prestasi yang
baik dengan menjaga harga dirinya. Penyelesaian tugas dengan baik adalah simbol
kebanggaan dan harga diri.
5) Memberi Ulangan
Siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan. Oleh
karena itu, memberi ulangan ini juga merupakan sarana motivasi. Tetapi yang harus
diingat oleh guru, adalah jangan terlalu sering karena bisa membosankan. Dalam
hal ini guru juga harus terbuka jika akan mengadakan ulangan harus
memberitahukan kepada siswanya.
6) Pujian
Apabila ada siswa yang sukses yang berhasil menyelesaikan tugas dengan baik,
perlu diberikan pujian. Pujian ini adalah bentuk Reinforcement yang positif dan
sekaligus merupakan motivasi yang baik. Oleh karena itu, supaya pujian yang tepat
akan memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar serta
sekaligus akan membangkitkan harga diri. Pujian juga akan membuat siswa merasa
lebih semangat dalam melaksanakan tugas atau pekerjaan selanjutnya.
7) Hukuman
Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau diberikan secara tepat
dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Oleh karena itu guru harus memahami prinsip-
prinsip permberian hukuman.
8) Hasrat untuk belajar
Hasrat untuk belajar berarti ada unsur kesengajaan ada maksud untuk belajar.
Hal ini akan lebih baik bila dibandingkan segala sesuatu kegiatan yang tanpa
maksud. Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak didik itu memang ada motivasi
untuk belajar, sehingga sudah barang tentu hasilnya akan lebih baik.
9) Minat
Motivasi sangat erat hubungannya dengan unsur minat. Motivasi muncul karena
ada kebutuhan, begitu juga minat sehingga tepatlah kalau minat merupakan alat
motivasi yang pokok.
10) Tujuan yang diakui
Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa, akan merupakan alat
motivasi yang sangat pening. Sebab dengan memahami tujuan yang harus dicapai,
karena dirasa sangat berguna dan menguntungkan, maka akan timbul gairah untuk
terus belajar.
d. Prinsip – Prinsip Motivasi Belajar
1) Motivasi sebagai dasar penggerak yang mendorong aktivitas belajar
Seseorang melakukan aktivitas belajar karena ada yang mendorongnya.
Motivasilah sebagai dasar penggerak yang mendorong seseorang untuk belajar.
Seseorang yang berminat untuk belajar belum sampai pada tataran motivasi belum
menunjukan aktivitas nyata. Minat merupakan kecenderungan psikologis yang
menyenangi sesuatu objek, belum sampai melakukan kegiatan namun minat adalah
alat motivasi dalam belajar. Minat merupakan potensi psikologis yang dapat
dimanfaatkan untuk menggali motivasi, bila seseorang sudah termotivasi untuk
belajar maka dia akan melakukan aktivitas belajar dalam rentangan waktu tertentu.
Oleh karena itulah motivasi diakui sebagai dasar penggerak yang mendorong
aktivitas belajar seseorang.
2) Motivasi Intrinsik lebih utama daripada Motivasi Ekstrinsik dalam belajar
Dari seluruh kebijakan pengajaran, guru lebih banyak memutuskan
memberkan motivasi ekstrinsik kepada setiap anak didik. Tidak pernah ditemukan
guru yang tidak memakai motivasi ekstrinsik dalam pengajaran. Anak didik yang
malas belajar sangat berpotensi untuk diberikan motivasi ekstrinsik oleh guru
supaya dia rajin belajar.
Efek yang tidak diharapkan dari pemberian motivasi ekstrinsik adalah
kecenderungan ketergantungan anak didik terhadap sesuatu di luar dirinya. Selain
kurang percaya diri, anak didik juga bermental pengharapan dan mudah
terpengaruh, oleh karena itu motivasi intrinsik lebih utama dalam belajar.
3) Motivasi berupa pujian lebih baik dari pada Hukuman
Memuji orang lain berarti memberikan penghargaan atas prestasi kerja orang
lain, hal ini akan memberikan semangat kepada seseorang untuk lebih
meningkatkan prestasi kerjanya. Berbeda dengan pujian, hukuman diberikan kepada
anak didik dengan tujuan untuk memperhentikan perilaku negative anak didik.
Frekuensi kesalahan diharapkan lebih diperkecil setelah anak didik diberi sanksi
berupa hukuman.
4) Motivasi Berhubungan Erat dengan Kebutuhan dalam Belajar
Kebutuhan yang tidak bisa dihindari oleh anak didik adalah keinginannya
untuk menguasai sejumlah ilmu pengetahuan. Oleh karena itulah anak didik belajar.
Karena bila tidak belajar berarti anak didik tidak akan mendapat ilmu pengetahuan.
Guru yang berpengalaman cukup bijak memanfaatkan kebutuhan anak didik,
sehingga dapat memancing semangat belajar anak didik agar menjadi anak yang
gemar belajar. Anak didikpun giat belajar untuk memenuhi kebutuhannya demi
memuaskan rasa ingin tahunya terhadap sesuatu.
5) Motivasi dapat Memupuk Optimisme dalam Belajar
Anak didik yang mempunyai motivasi dalam belajar selalu yakin dalam
menyelesaikan setiap pekerjaan yang dilakukan. Dia yakin bahwa belajar bukan
kegiatan yang sia-sia hasilnya pasti akan berguna tidak hanya kini tetapi juga
dihari-hari mendatang.
6) Motivasi Melahirkan Prestasi dalam Belajar
Dari berbagai hasil penelitian selalu menyimpulkan bahwa motivasi
mempengaruhi prestasi belajar. Tinggi rendahnya motivasi selalu dijadikan
indikator baik buruknya prestasi belajar seseorang anak didik. Anak didik
menyenangi pelajaran tertentu dengan senang hati mempelajari pelajaran itu. Selain
memiliki bukunya ringkasannya juga rapi dan lengkap. Setiap ada kesempatan
selalu mata pelajaran yang disenangi itu yang dibaca. Oleh karena itu wajarlah bila
isi mata palajaran itu dikuasai dalam waktu yang relatif singkat.
e. Ciri-ciri Motivasi
Menurut Sardiman (2011: 83) motivasi yang ada pada diri setiap orang
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1) Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang
lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai)
2) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa)
3) Menunjukan minat terhadap bermacam-macam masalah.
4) Lebih senang bekerja mandiri
5) Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis,
berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif).
6) Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu).
7) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu.
8) Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.
f. Fungsi Motivasi
Menurut Sardiman (2011: 84-85) dalam praktiknya ada beberapa fungsi motivasi
yaitu :
1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang
melepaskan energi. Motivasi dalah hal ini merupakan motor penggerak dari setiap
kegiatan yang akan dikerjakan.
2) Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. Dengan
demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan
sesuai dengan rumusan tujuannya.
3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan apa yang harus dikerjakan
yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan yang tidak
bermanfaat bagi tujuan tersebut. Seseorang siswa yang akan mengadapi ujian
dengan harapan dapat lulus, tentu akan melakukan kegiatan belajar dan tidak akan
menghabiskan waktunya untuk membaca komik sebab tidak serasi dengan tujuan.
4) Mendorong usaha dan pencapaian prestasi. Adanya motivasi yang baik dalam
belajar akan melahirkan prestasi yang baik pula. Intensitas motivasi seseorang siswa
akan sangat menentukan tingkat pencapian prestasi belajarnya.
g. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Untuk dapat belajar dengan baik, diperlukan proses dan motivasi yang baik pula.
Motivasi tidak pernah dikatakan baik, apabila tujuan yang di inginkan juga tidak baik.
Sebagai contoh, kalau motif yang timbul untuk suatu perbuatan belajar itu, karena rasa
takut akan hukuman, maka faktor-faktor yang kurang enak itu di libatkan ke dalam
situasi belajar akan menyebabkan kegiatan belajar tersebut menjadi kurang efektif dan
hasilnya kurang permanen atau tahan lama, jika dibandingkan dengan proses belajar
yang di dukung oleh suatu motif yang menyenangkan. Sehingga dalam kegiatan belajar
itu kalau tidak melalui proses dengan didasari motif yang baik, atau mungkin karena
rasa takut, terpaksa atau sekedar seremonial, tentu saja akan menghasilkan hasil belajar
yang semu, tidak otentik dan tidak tahan lama.
Ada dua macam faktor-faktor yang memperngaruhi motivasi, yaitu faktor
individu atau pribadi dan faktor dari lingkungan.
1) Faktor-faktor pribadi yang mempengaruhi motivasi
Memberikan motivasi kepada seorang siswa, berarti menggerakkan sesuatu
atau ingin melakukan sesuatu. Pada tahap awalnya akan menyebabkan si subjek
belajar merasa ada kebutuhan dan ingin melakukan sesuatu kebutuhan belajar.
Motivasi akan selalu berkaitan dengan soal kebutuhan.
Kehendak atau keinginan untuk berhasil ada pada diri kita sendiri dalam
belajar. Oleh karena itu, motivasi untuk berhasil hanya ada pada diri pribadi kita
masing-masing, motif ini disebut dengan motif berprestasi, yaitu motif untuk
berhasil dalam melakukan suatu tugas atau pekerjaan, motif untuk memperoleh
kesempurnaan. Motif berprestasi merupakan unsur kepribadian dan perilaku
manusia, sesuatu yang berasal dari dalam diri manusia yang bersangkutan. Motif
berprestasi adalah motif ang dipelajari, sehingga motif itu dapat diperbaiki dan
dikembangkan melalui proses belajar.
Motif berprestasi sangat berpengaruh terhadap unjuk kerja seseorang,
termasuk dalam belajar. Seseeorang yang mempunyai motif berprestasi tinggi
cenderung untuk berusaha menyelesaikan tugasnya secara tuntas, tanpa menunda-
nunda pekerjaannya. Penyelesaian tugas semacam ini bukanlah karena dorongan
dari luar, melainkan upaya pribadi. Dia berani mengambil resiko untuk
penyelesaian tugasnya itu. Kalau terpaksa menunda pekerjaannya, maka dalam
kesempatan berikutnya dia segera menyelesaikan pekerjaannya itu, dengan usaha
yang sama dari usaha sebelumnya. Orang yang motif berprestasinya tinggi
cenderung memilih rekan kerja dengan kemampuan kerja tinggi, dia tidak
memerlukan teman kerja yag ramah.
Perlu dipelajari, tidak selamanya penyelesaian suatu tugas dilatarbelakangi
oleh motif berprestasi atau keinginan untuk berhasil. Terkadang, seorang individu
menyelesaikan suatu pekerjaan sebaik orang yang memiliki motif berprestasi tinggi,
justru karena dorongan meghindarkan kegagalan yang bersumber pada kekuatan
akan kegagalan. Seorang siswa mungkin tampak bekerja dengan tekun karena kalau
dia tidak dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik maka dia akan malu dengan
gurunya, diolok-olok temanya atau akan dihukum oleh orang tuanya. Berarti
keberhasilan siswa tersebut disebabkan oleh dorongan atau rangsangan dari luar
dirinya.
Di dalam belajar dan pembelajaran, dengan sendirinya keberhasilan yang
dilatarbelakangi oleh motif berprestasi lebih baik, dalam arti lebih lestari pada diri
individu daripada yang diperoleh karena ketakutan akan kegagalan. Dalam kasus
keberhasilan karena motif berprestasi, maka hasil dari kepuasan kerja itu adalah
untuk individu yang bekerja, sedangkan dalam keberhasilan karena takut gagal, itu
adalah untuk orang lain.
2) Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi motivasi
Perbuatan atau perilaku individu manusia ditentukan oleh faktor-faktor di
dalam diri, yaitu faktor pribadi dan faktor lingkungan individu yang bersangkutan.
Faktor pribadi dan faktor lingkungan sering berbaur, sehingga sulit menentukan
apakah sesuatu benar-benar faktor pribadi. Misalnya, kebutuhan beradaptasi
merupakan faktor pribadi. Kalau dilacak terus, tidakkah mungkin bahwa kebutuhan
beradaptasi justru sebagai hasil dari interaksi individu yang bersangkutan dengan
lingkungannya, dalam hal ini interaksi dengan orang lain. Tidakkah kebutuhan itu
muncul karena adanya persetujuan atau tidak setujunya orang lain terhadap
perbuatan tertentu. Pada umumnya, motif dasar yang bersifat pribadi muncul dalam
tindakan individu setelah dibentuk oleh pengaruh lingkungan. Misalnya motif untuk
belajar dengan baik, dapat dikembangkan, diperbaiki, atau diubah melalui belajar
dan latihan, dengan perkataan lain, melalui pengaruh lingkungan.
Perbuatan individu muncul karena motif yang asali yang telah dibentuk oleh
pengaruh faktor lingkungan. Namun demikian, masih dijumpai perbuatan individu
yang benar-benar didasari oleh suatu dorongan yang tidak diketahui secara jelas,
tetapi bukan kerana insting, artinya bersumber pada suatu motif yang tidak
dipengaruhi dari lingkungan itu. Perilaku yang disebabkan oleh motif semacam ini
muncul tanpa perlu adanya ganjaran atas perbuatan, dan tidak perlu hukuman untuk
melakukannya. Motif yang demikian biasanya disebut motif intrinsik. Sebaliknya,
ada pula perilaku individu yang hanya muncul karena adanya hukuman atau tidak
muncul karena ada hukuman. Motif yang menyebabkan perilaku itu, seakan-akan
dari luar (ganjaran atau hukuman). Motif semacam itu disebut motif ekstrinsik.
Ganjaran atas suatu perbuatan, menguatkan motif yang melakatbelakangi perbuatan
itu, sedangkan hukuman memperlemahnya.
Berdasarkan pendapat dari Sardiman dan Uno dapat disimpulkan bahwa
motivasi adalah upaya atau kekuatan yang mendorong seseorang untuk melakukan
sesuatu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Motivasi muncul
dari dalam diri individu karena adanya pengaruh dari dalam maupun dari luar
individu tersebut.
2. Prestasi Belajar
a. Pengertian Belajar
Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi
dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan
tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Belajar dapat juga didefinisikan
sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik sifat maupun
jenisnya, karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan
perubahan dalam arti belajar. Demikian pula perubahan tingkah laku seseorang yang
berada dalam keadaan tidak sadar, perubahan yang terjadi dalam aspek-aspek
kematangan, pertumbuhan, dan perkembangan tidak termasuk perubahan dalam
pengertian belajar.
b. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 910) adalah hasil yang
dicapai (dilakukan, dikerjakan). Pada prinsipnya prestasi merupakan pengungkapan
hasil belajar ideal meliputi segenap ranah psikologi yang berubah sebagai akibat
pengalaman dan proses belajar siswa. Namun demikian, pengungkapan perubahan
tingkah laku seluruh ranah itu, khususnya ranah rasa siswa, sangat sulit. Hal ini
disebabkan karena perubahan hasil belajar itu ada yang bersifat intangible (tak dapat
diraba). Oleh karena itu, yang dapat dilakukan guru dalam hal ini adalah hanya
mengambil cuplikan perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar siswa, baik yang
berdimensi cipta dan rasa maupun yang berdimensi karsa.
Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik
secara individual maupun kelompok. Prestasi tidak akan pernah dihasilkan selama
seseorang tidak melakukan kegiatan.
Winkel dalam Hamdani (2011: 138) mengemukakan bahwa prestasi belajar
merupakan suatu bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Dengan
demikian, prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang
setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Prestasi belajar mengandung beberapa aspek
yang didalamnya terdapat kelebihan dan keuntungan untuk masing-masing aspek itu.
Aspek-aspek yang terdapat dalam prestasi belajar, antara lain kemampuan intelektual
atau pegetahuan dari peserta didik, strategi kognitif, informasi verbal, sikap dan
ketrampilan atau skill yang dimiliki oleh peserta didik.
Prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran terhadap siswa
yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotorik setelah mengikuti proses
pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrument tes atau instrument yang
relavan. Jadi prestasi belajar adalah hasil pengukuran dari penilaian usaha belajar yang
dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf maupun kalimat yang menceritakan hasil yang
sudah dicapai oleh setiap anak pada periode tertentu (Hamdani, 2011: 138).
Prestasi belajar merupakan hasil pengukuran nilai yang dicapai atau diperoleh
oleh peserta didik pada periode tertentu. Setelah menelusuri uraian diatas dapat
dipahami tentang makna prestasi dan belajar. Prestasi merupakan hasil yang diperoleh
oleh suatu aktvitas tertentu. Sedangkan belajar pada dasarnya adalah suatu proses yang
mengakibatkan perubahan dalam diri individu, yaitu perubahan tingkah laku. Dengan
demikian, prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang
mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar.
Berdasarkan semua penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar
merupakan kemampuan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima,
menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar
mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam
mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau rapor setiap
bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar.
Prestasi belajar peserta didik dapat diketahui setelah adanya evaluasi. Hasil dari
evaluasi dapat memperlihatkan tinggi-rendahnya prestasi belajar peserta didik.
c. Faktor-Faktor Yang Mempegaruhi Prestasi Belajar
Hamdani (2011: 139), menyebutkan ada berbagai faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar, yaitu :
1) Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari diri siswa. Faktor internal meliputi
:
a) Kecerdasan (intelegensi)
Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk
menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Kemampuan ini
dipengaruhi oleh tinggi rendahnya inteligensi yang normal selalu menunjukkan
kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya. Kadang kala
perkembangan ini ditandai dengan kemajuan-kemajuan yang berbeda antara satu
anak dengan anak yang lainnya, sehingga anak pada usia tertentu sudah memiliki
tingkat kecerdasan lebih tinggi dibandingkan dengan kawan sebayanya. Oleh
karena itu, jelas bahwa faktor intelegensi merupakan suatu hal yang tidak
diabaikan dalam kegiatan belajar mengajar.
Fungsi intelegensi yaitu untuk membantu penyesuaian diri seseorang
terhadap lingkungan (Slameto, 2010: 129). Tingkat intelegensi sangat
menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Semakin tinggi intelegensi siswa,
semakin tinggi pula peluang untuk meraih prestasi yang tinggi.
Menurut Bayley (dalam Slameto, 2010: 131), ada beberapa faktor-faktor
yang mempengaruhi kemampuan intelektual, antara lain: faktor keturunan,
latarbelakang social ekonomi, lingkungan hidup, kondisi fisik, dan iklim emosi.
Intelegensi yang baik atau kecerdasan yang tinggi merupakan faktor yang
sangat penting bagi anak dalam usaha belajar. Intelegensi pada umumnya dapat
diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau
menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Jadi, intelegensi
sebenarnya bukan hanya persoalan kualitas otak, melainkan juga kualitas organ-
organ tubuh lainnya.
b) Faktor jasmaniah (fisiologis)
Kondisi jasmaniah atau fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh
terhadap kemampuan belajar seseorang. Faktor jasmaniah merupakan semua
bagian panca indra yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya, seperti menalami
sakit, cacat tubuh atau perkembangan yang tidak sempurna, berfungsinya kelenjar
yang membawa kelainan tingkah laku.
c) Sikap
Sikap yaitu suatu kecenderungan untuk mereaksi terhadap suatu hal, orang
atau benda dengan suka, tidak suka atau acuh tak acuh. Sikap seseorang dapat
dipengaruhi oleh faktor pengetahuan, kebiasaan, dan keyakinan.
Sikap menurut Slameto (2010: 188) adalah sesuatu yang dipelajari, dan
sikap menentukan bagaimana individu bereaksi terhadap situasi serta menentukan
apa yang dicari individu dalam kehidupan.
d) Minat
Minat merupakan suatu kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan
mengingat sesuatu secara terus menerus. Minat ini erat kaitannya dengan
perasaan, terutama perasaan senang. Dapat dikaitkan, minat itu terjadi karena
perasaan senang pada sesuatu.
Minat memiliki pengaruh besar terhadap pembelajaran. Jika menyukai suatu
mata pelajaran, siswa akan belajar dengan senang hati tanpa rasa beban.
Slameto mengemukakan, minat adalah suatau rasa lebih suka dan rasa
ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh (2010: 180).
Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri
dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin
besar minat.
Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian. Minat
terhadap sesuatu dipelajari dan mempengaruhi belajar selajutnya serta
mempengaruhi penerimaan minat-minat baru. Jadi minat terhadap sesuatu
merupakan hasil belajar dan menyokong belajar selanjutnya.
Mengembangkan minat terhadap sesuatu pada dasarnya adalah membantu
siswa melihat baaimana hubungan antara materi yang diharapkan untuk
dipelajarinya dengan dirinya sendiri sebgai individu. Proses ini berarti
menunjukkan pada siswa bagaiman pengetahuan atau kecakapan tertentu
mempengaruhi dirinya, melayani tujuan-tujuannya, memuaskan kebutuhan-
kebutuhannya.
e) Bakat
Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai
keberhasilan pada masa yang akan datang. Setiap orang memiliki bakat dalam arti
berpotensi untuk mencapai prestasi sampai tingkat tertentu sesuai dengan
kapasitas masing-masing. Bakat sudah ada pada diri individu sejak lahir,
tergantung bagaimana intividu itu mengasah bakak yang dimilikinya dengan baik.
Tumbuhnya keahlian tertentu pada seseorang sangat ditentukan oleh bakat
yang dimilikinya. Bakat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar bidang-
bidang studi tertentu. Dalam proses belajar, terutama belajar keterampilan, bakat
memegang peranan penting dalam mencapai suatu hasil akan prestasi yang baik.
f) Motivasi
Motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan
sesuatu. Motivasi dapat menentukan baik-tidaknya dalam mencapai tujuan
sehingga semakin besar kesuksesan belajarnya.
Kuat lemahnya motivasi belajar turut mempengaruhi keberhasilan belajar.
Oleh karena itu, motivasi beljar perlu diusahakan, terutama yang berasal dari
dalam diri dengan cara memikirkan masa depan yang penuh dengan tantangan dan
harus dihadapi untuk mencapai cita-cita.
Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut
merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk melakukan belajar.
Uno mengemukakan bahwa Motivasi adalah dorongan dasar yang
menggerakkan seseorang bertingkah laku (2011: 1). Motivasi menurut Sardiman
(2011: 73) adalah daya penggerak yang telah menjadi aktif.
Dorongan ini barada pada diri seseorang yang menggerakkan untuk
melakukan sesuatau yang sesuai dengan dorongan dalam dirinya. Dalam
memberikan motivasi, guru harus berusaha untuk mengarahkan perhatian siswa
pada sasaran. Dengan adanya dorongan dalam diri siswa, akan timbul inisiatif
dengan alasan mengapa ia menekuni pelajaran. Untuk membangkitkan motivasi
kepada mereka, supaya dapat melakukan kegiatan belajar degan kehendak sendiri
dan belajar secara aktif.
2) Faktor Eksternal
Faktor eksternal terdiri dari dua macam, yaitu lingkungan social dan lingkungan
nonsosial.
Yang termasuk dalam ligkungan social adalah guru, kepala sekolah, staf
administrasi, teman-teman sekelas, rumah tempat tinggal siswa, alat-alat belajar dan
lain-lain. Sedangkan yang termasuk lingkungan non social adalah gedung sekolah,
tempat tinggal dan waktu belajar.
Menurut Slameto (2010: 60) faktor eksternal yang mempengaruhi belajar dibagi
menjadi 3, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masarakat.
a. Faktor Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat
seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Siswa yang belajar akan menerima pengaruh
dari keluarga berupa :
1. Cara orangtua mendidik
2. Relasi antara anggota keluarga
3. Suasana rumah
4. Keadaan ekonomi keluarga
5. Pengertian orangtua
6. Latar belakang kebudayaan
b. Faktor Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat
penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa. Oleh karena itu,
lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong siswa untuk belajar lebih giat.
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar,
kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah,
pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode
mengajar dan tugas rumah.
c. Faktor Masyarakat
Selain lingkungan rumah dan juga sekolah, ada juga lingkungan yang sangat
berpengaruh bagi belajar siswa, yaitu lingkungan masyarakat. Lingkungan alam
sekitar sangat berpengaruh terhadap perkembangan pribadi anak, sebab dalam
kehidupan sehari-hari anak akan lebih banyak bergaul dengan lingkungan tempat
ia berada.
Lingkungan membentuk kepribadian anak karena dalam pergaulan sehari-
hari, seorang anak akan selalu menyesuaiakan dirinya dengan kebiasaan-
kebiasaan lingkungannya. Lingkungan masyarakat sangat berpengaruh terhadap
prestasi belajar peserta didik. Pengaruh ini terjadi karena keberadaannya siswa
dalam masyarakat, faktor-faktor yang ada dalam masyarakat meliputi : kegiatan
siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan
masyarakat.
3. Metode Numbered Head Together (NHT)
a. Numbered Head Together merupakan bagian dari pembelajaran kooperatif
Teknik belajar mengajar kepala bernomor atau Numbered Head Together
merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Spancer
Kagan. Teknik ini memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk saling
membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu,
teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka.
Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia
anak didik. (Lie, 2010: 59-60)
Numbered Heads Together adalah suatu Model pembelajaran yang lebih
mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan
informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas.
Pembelajran kooperatif tipe NHT merupakan pembelajran yang melibatkan lebih
banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan
mengecek pemahaman mereka terhadap pelajaran tersebut. Sebagai gantinya
mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, guru menggunakan struktur empat
langkah, yaitu penomoran, mengajukkan pertanyaaan, berfikir bersama dan menjawab
pertanyaan (Taniredja dkk, 2010: 62).
b. Kelebihan dan kelemahan NHT
1) Kelebihan
a) Setiap siswa dalam belajar menjadi siap semua
b) Dapat melakukan diskusi yang sungguh-sungguh
c) Siswa yang pandai dapa mengajari siswa yang belum pandai
2) Kelemahan
a) Kemungkinan nomor yang sudah dipanggil, akan dipanggil lagi oleh guru
b) Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru
Dari kelebihan dan kelebihan tersebut dapat disimpulkan bahwa NHT tidak terlalu
cocok untuk jumlah siswa yang terlalu banyak karena membutuhkan waktu yang lama,
namun begitu proses pembelajaran siswa tidak hanya sekedar paham dengan konsep
dengan konsep yang diberikan, akan tetapi juga memiliki kemampuan untuk dengan
teman-temannya. Siswa juga belajar unruk mengemukakan pendapat dan menghargai
pndapat teman.
Rasa kepedulian pada teman satu kelompok agar dapat menguasai konsep siswa
dapat saling berbagi ilmu dan informasi, serta suasana kelas yang menyenangkan dan
tidak terdapatnya siswa yang mendomonasidalam kegiatan pembelajaran karena semua
siswa memiliki peluang untuk tampil menjawab pertanyaan.
c. Pembelajaran kooperatif
Menurut Johnson & Johnson (Lie, 2010: 18) pembelajaran kooperatif biasa
didefinisikan sebagai sistem kerja atau belajar kelompok yang terstruktur. Adapun yang
termasuk dalam struktur ini adalah lima unsur pokok yaitu saling ketergantungan
positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan
proses kelompok.
Hamdani (2011: 30) mengemukakan bahwa Pembelajaran kooperatif adalah
rangkaian kegiatan belajar siswa dalam kelompok tertentu untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang dirumuskan. Pembelajaran kooperatif ini merupakan salah satu
bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham kontruktivis.
Pembelajaran kooperatif didalamnya diterapkan strategi belajar dengan sejumlah
siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam
menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap anggota kelompok harus saling bekerja sama
dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran.
d. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Tujuan pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi di mana keberhasilan
individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya. Pada intinya
model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan
pembelajaran penting, yaitu :
1) Hasil belajar akademik, tujuannya untuk meningkatkan kinerja tugas-tugas
akademik
2) Penerimaan terhadap perbedaan individu, tujuannya adalah penerimaan terhadap
orang yang berbeda ras, budaya, kelas sosial, maupun kemampuan.
3) Pengembangan keterampilan sosial, tujuannya adalah untuk mengajarkan kepada
siswa keterampilan bekerja siswa.
e. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif
Kebanyakan pembelajaran yang menggunakan model-model pembelajaran
kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi
belajarnya
2) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan
rendah.
3) Bilamana mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, dan jenis
kelamin yang berbeda.
f. Langkah-langkah metode Numbered Head Together
Langkah-langkah pembelajaraan kooperatif tipe NHT menurut Taniredja dkk (2010:
62), adalah sebagai berikut :
1) Langkah 1 : Penomoran
Guru mengarahkan siswa, kemudian Guru membagi siswa menjadi beberapa
kelompok atau tim yang beranggotakan tiga hingga lima orang secara heterogen,
dan memberi mereka nomor sehingga tiap siswa dalam kelompok memiliki nomor
yang berbeda. Pemberian nomor pada siswa dalam satu kelompok disesuaikan
dengan banyaknya siswa dalam kelompok itu.
2) Langkah 2 : Mengajukan Pertanyaan
Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi
dan dapat amat spesifik dalam bentuk kalimat tanya, pertanyaan materi bahan ajar
untuk tiap kelompok sama tapi untuk tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor
siswa, tiap siswa dengan nomor sama mendapatkan tugas yang sama dan masing-
masing kelompok mengerjakannya.
3) Langkah 3 : Berfikir Bersama
Kelompok memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan
setiap anggota kelompok mengetahui jawaban itu.
4) Langkah 4 : Menjawab Pertanyaan
Guru memanggil salah satu nomor tertentu, kemudian siswa dengan nomor yang
dipanggil mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan utuk
seluruh kelas.
Secara lebih rinci, keempat langkah tersebut dijelaskan sebagai berikut :
a) Pendahuluan
Langkah 1 : Penomoran
(1) Kegiatan inti diawali dengan membagi siswa kedalam kelompok yang
beranggotakan 3 sampai 5 siswa, kemudian setiap siswa diberi label nomor
(antara 1 sampai 5).
(2) Menginformasikan materi pelajaran yang akan dibahas serta mengaitkan
dengan materi pelajaran sebelumnya.
(3) Mengkomunikasikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai secara rinci
dan menjelaskan model pembelajaran NHT yang akan diterapkan.
(4) Memotivasi siswa agar timbul rasa ingin tahu tentang konsep-konsep materi
pelajaran yang akan dibahas.
b) Kegiatan Inti
(1) Langkah 2 : Mengajukan pertanyaan
(a) Menjelaskan materi pelajaran secara singkat
(b) Mengajukan pertanyaan untuk seluruh kelompok
(2) Langkah 3 : Berfikir bersama
(a) Seluruh siswa dalam kelompoknya masing-masing memikirkan jawaban
pertanyaan yang diajukan guru.
(b) Menyatukan pendapat jawaban (bisa dalam bentuk LKS) dibawah
bimbingan guru dan memastikan bahwa anggota kelompoknya sudah
mengetahui jawabannya.
(3) Langkah 4 : Menjawab Pertanyaan
(a) Guru memanggil salah satu nomor dari salah satu kelompok secara acak.
(b) Siswa yang dipanggil nomornya dalam kelompok yang bersangkutan
mengacungkan tangannya.
(c) Siswa yang dipanggil nomornya mencoba menjawab pertanyaan untuk
seluruh kelas dan ditanggapi oleh kelompok lain.
(d) Jika jawaban dari hasil diskusi kelas sudah dianggap betul, siswa diberi
kesempatan untuk mencatat jawaban tersebut, namun apabila jawaban
masih salah maka guru memberikan penjelasan tentang jawaban yang
betul.
(e) Guru memberikan pujian kepada siswa atau kelompok yang menjawab
betul.
c) Penutup
(1) Guru memberikan umpan balik
(2) Guru membimbing siswa menyimpulkan materi pelajaran.
(3) Siswa diberi tugas pekerjaan rumah atau mengerjakan kuis secara individu.
d) Evaluasi
Sampai saat ini belum ada pedoman penilaian dalam NHT maka pada
evaluasi hasil belajar dan pemberian penghargaan pada kelompok, peneliti
mengadopsi pedoman penilaian dalam STAD dengam langkah-langkah dalam
Slavin (2010: 154-163).
(1) Pengetesan
Menurut Slavin (2010 : 153) pengetesan dimulai dengan guru meminta
siswa menjawab kuis tentang materi pelajaran. Dalam banyak hal, butir-butir
tes pada kuis ini harus merupakan suatu jenis tes uraian singkat, sehingga
butir-butir itu dapat disekor di kelas atau segera setelah tes itu diberikan.
(2) Skor Peningkatan
Siswa memperolah skor peningkatan berdasarkan tingkat skala skor tes
mereka melebihi skor dasar mereka. Uraian bagaimana skor individual
ditunjukkan pada langkah-langkah berikut :
(a) Langkah 1 : menetapkan skor dasar
Setiap siswa diberi skor berdasarkan skor-skor kuis yang lalu.
(b) Langkah 2 : menghitung skor kuis terkini
Siswa memperoleh poin untuk kuis berkaitan dengan pelajaran terkini.
(c) Langkah 3 : menghitung skor peningkatan
Siswa mendapatkan poin peningkatan yang besarnya ditentukan apakah
skor kuis terkini mereka menyamai atau melampaui skor dasar mereka
dengan menggunakan skala yang ditunjukkan pada Table 2.1 berikut:
Tabel 2.1 Skala Poin Peningkatan
No. Skor tes terkini Skor
penigkatan
1 Lebih dari 10 poin dibawah skor dasar 5 poin
2 10 poin dibawah sampai 1 poin skor dasar 10 poin
3 Skor dasar sampai 10 poin diatas skor dasar 20 poin
4 Lebih dari 10 poin diatas skor dasar 30 poin
5 Pekerjaan sempurna (tanpa memperlihatkan
skor dasar)
30 poin
Sedangkan format lembar penyekoran kuis ditujukkan pada Table 2.2 berikut :
Tabel 2.2. Contoh format lembar penyekoran kuis
No Siswa
Tanggal : 5 sept Tanggal Tanggal
Kuis penjumlahan Kuis Kuis
Skor
dasar
Skor
kuis
Skor
peningkatan
1 Azzam 90 100 30
2 Geuu 85 98 30
3 Ilham 80 67 5
4 Andi 75 79 20
5 Ervan 70 91 30
6 Imat 55 46 10
7 Zidane 55 40 5
(3) Penghargaan skor tim
Suatu tugas penilaian dan evaluasi penting terakhir untuk pembelajaran
kooperatif adalah pemberian penghargaan. Menurut Slavin (2010: 160)
pemberian penghargaan atas pencapaian kelompok didasakan pada tiga
tingkatan, yaitu tim baik, tim hebat, dan tim super. Langkah-langkah
penentuan dan penghargaan skor tim adalah sebagai berikut :
(a) Langkah 1: penentuan skor tim
Skor tim dihitung dengan menambah skor peningkatan tiap-tiap individu
anggota tim dan membagi dengan jumlah anggota tim tersebut.
(b) Langkah 2 : penghargaan atas prestasi tim
Tiap-tiap tim menerima piagam penghargaan atau hadiah berdasarkan
pada system poin berikut ini :
Rata-rata tim Penghargaan
15 poin Tim baik
20 poin Tim Hebat
25 poin Tim Super
Sedangkan format lembar rangkuman penentuan penghargaan tim ditunjukkan
pada Tabel 2.3 berikut :
Table 2.3. Contoh lembar ragkuman penentuan penghargaan tim
Nama tim : Fantastic Four
Anggota Tim 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Azzam 30
Geuu 30
Ilham 20
Andi 20
Jumlah 100
Rata-rata 25
Penghargaan Tim
Super
4. Pembelajaran Mata Pelajaran PKn SD
a.Pengertian Mata Pelajaran PKn
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata pelajaran yang
memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural,
bahasa, usia dan suku bangsa untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil, dan
berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945 (Kurikulum Berbasis
Kompetensi, 2004). Pendidikan Kewarganegaraan mengalami perkembangan sejarah
yang sangat panjang, yang dimulai dari Civic Education, Pendidikan Moral Pancasila,
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, sampai yang terakhir pada Kurikulum
2004 berubah namanya menjadi mata pelajaran PKn.
PKn dapat diartikan sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan
nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang diharapkan
dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku kehidupan sehari-hari peserta didik sebagai
individu, anggota masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
PKn selalu menyangkut dimensi pengetahuan, keterampilan dan nilai (value).
Sejalan dengan ide pokok pendidikan kewarganegaraan yang bertujuan membentuk
Warga Negara yang ideal, yaitu Warga Negara yang memiliki pengetahuan,
keterampilan dan nilai sesuai dengan konsep dan prinsip pendidikan kewarganegaraan,
maka dalam tiga dimensi diatas harus ada penekanan pembelajaran yang mengarah
pada values walaupun bukan berarti meniadakan dimensi kognitif dan keterampilan.
b. Tujuan Pembelajaran PKn
Tujuan mata pelajaran PKn adalah sebagai berikut ini.
1) Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menangggapi isu
kewarganegaraan.
2) Berpartisipasi secara bermutu dan bertanggungjawab, dan bertindak secara cerdas
dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan
pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan
bangsa-bangsa lain.
4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung
dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. (Kurikulum KTSP,
2006)
c. Karakteristik Mata Pelajaran PKn
Mata pelajaran PKn mencakup dimensi pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai
kewarganegaraan. Sejalan dengan ide pokok mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan yang ingin membentuk warga negara yang ideal yaitu warga negara
yang memiliki keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Pengetahuan,
keterampilan dan nilai-nilai sesuai dengan konsep dan prinsip-prinsip
kewarganegaraan. Pada gilirannya yang baik tersebut diharapkan dapat membantu
terwujudnya masyarakat yang demokratis.
Mata Pelajaran PKn merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada
pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan
kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan
berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Budiarti Fauziyah dengan judul
“Peningkatan motivasi dan prestasi belajar IPA materi gaya dan gerak melalui
cooperative learing tipe Numbered Heads Together bagi siswa kelas VI SD negeri
Serayularangan”, bahwa dari pertemuan awal pada siklus 1 sampai pertemuan ke 4
pada siklus 2 dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan model NHT dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa yang di ikuti peningkatan hasil belajar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode pembelajaran Numbered
Heads Together dapat meningkatkan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa
kelas VI SD Negeri Serayularangan. Hal ini dibuktikan dari hasil tes kemampuan siswa
yang mengalami peningkatan. Pada siklus I motivasi siswa meningkat menjadi 43,91%
dan prestasi belajarnya meningkat menjadi 69,57%, dan pada siklus II peningkatan
motivasi belajar siswa 50,96% dan prestasi belajar menjadi 91,30%.
Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penerapan metode
pembelajaran Numbered Heads Together telah sesuai dengan rencana pembelajaran yang
telah direncanakan dan mengalami peningkatan secara bertahap serta penerapan metode
pembelajaran Numbered Heads Together dapat meningkatkan motivasi dan prestasi
belajar siswa kelas VI SD Negeri Serayularangan. Disarankan agar guru dapat
menciptakan suatu variasi dalam pembelajaran dan dapat menerapkan pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Heads Together pada mata pelajaran lain yang sesuai.
C. Kerangka Berpikir
Kerangka berfikir yang diterapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir
Kondisi awal siswa Guru belum mengajarkan metode NHT
Motivasi dan prestasi belajar siswa rendah
Tindakan
Siklus I Metode Pembelajaran NHT
Evaluasi
Siklus II Metode Pembelajaran NHT
Evaluasi
Guru menggunakan metode pembelajaran NHT
Kondisi akhir siswa
Motivasi dan prestasi belajar
meningkat
Pada tahap awal sebelum guru menggunakan metode pembelajaran Numbered Heads
Together (NHT) motivasi dan prestasi belajar siswa pada pembelajaran PKn di kelas V SD N
1 Adiarsa masih rendah dikarenakan ada tiga faktor antara lain, siswa kurang memiliki
keberanian untuk menyampaikan pendapat kepada orang lain, siswa kurang percaya diri
untuk melakukan suatu percobaan, dan siswa kurang terbiasa memanfaatkan media
pembelajaran yang di lingkungannya untuk kegiatan pembelajaran. Dengan masih rendahnya
hasil belajar siswa pada pembelajaran PKn materi mendeskripsikan pengertian organisasi
maka pemecahan masalah yang dipilih adalah memperbaiki metode pembelajaran yaitu
melalui pembelajaran kooperatif tipe NHT. Dengan menggunakan pembelajaran yang baru
ini yaitu pembelajaran kooperatif tipe NHT diharapkan akan meningkatkan motivasi dan
prestasi belajar siswa kelas V SD N 1 Adiarsa Kecamatan Kertanegara Kabupaten
Purbalingga.
Penggunaan strategi NHT menarik digunakan pada setiap mata pelajaran dan setiap
materi, karena pembelajaran ini menggunakan sistem kelompok yang mengedepankan setiap
siswa belajar dan mengetahui setiap jawaban yang ditugaskan untuk dirinya dan
kelompoknya. Dengan strategi ini diharapkan dapat melibatkan seluruh siswa dalam belajar
secara aktif dan sekaligus meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa. Dengan
menggunakan strategi ini, diharapkan perhatian siswa terutama pada mata pelajaran PKn
akan jauh lebih meningkat dibandingkan pada saat pembelajaran yang biasanya.
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian pustaka di atas, maka dapat diasumsikan hipotesis tindakannya
adalah dengan melalui pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan Motivasi dan
Prestasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan pada materi Organisasi di kelas V SDN 1
Adiarsa.