bab ii sma negeri 1 raha

100
BAB II KAJIAN PUSTAKA, PENELITIAN RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi Motivasi berpangkal dari kata motif, yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan (Fathurrohman dan Sutikno, 2007: 19). Motivasi diistilahkan sebagai ungkapan tingkah laku yang giat dan diarahkan untuk mencapai suatu tujuan. Sukadi, (2007: 37) mengungkapkan bahwa motivasi adalah keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu. Sejalan pendapat di atas Sutikno (2007:

Upload: operator-warnet-vast-raha

Post on 28-Jan-2015

2.003 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Bab ii SMA NEGERI 1 RAHA

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, PENELITIAN RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka

1. Motivasi Belajar

a. Pengertian Motivasi

Motivasi berpangkal dari kata motif, yang dapat diartikan sebagai daya

penggerak yang ada dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas

tertentu demi tercapainya suatu tujuan (Fathurrohman dan Sutikno, 2007: 19).

Motivasi diistilahkan sebagai ungkapan tingkah laku yang giat dan diarahkan

untuk mencapai suatu tujuan. Sukadi, (2007: 37) mengungkapkan bahwa

motivasi adalah keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong

tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu. Sejalan

pendapat di atas Sutikno (2007: 137) mengemukakan motivasi adalah sesuatu

yang mendorong seseorang untuk bergerak, baik disadari maupun tidak

disadari. Lebih lanjut Sutikno (2007: 138) menyatakan bahwa ada tiga

komponen utama dalam motivasi, yaitu (1) kebutuhan, (2) dorongan, dan (3)

tujuan.

Motivasi adalah proses internal yang mengaktifkan, menuntun, dan

mempertahankan perilaku dari waktu ke waktu. Ada banyak jenis, intensitas,

Page 2: Bab ii SMA NEGERI 1 RAHA

tujuan, dan arah motivasi yang berbeda-beda. Motivasi untuk belajar sangat

berperan penting bagi siswa dan guru, (Slavin, 2009: 144). Dalam teori

pembelajaran perilaku oleh Skinner, motivasi adalah konsekuensi dari

penguatan. Namun, nilai tindakan penguatan bergantung pada banyak faktor,

dan kekuatan motivasi mungkin saja berbeda dalam siswa yang berbeda.

Dalam teori kebutuhan manusia Maslow, yang didasarkan pada hierarki

kebutuhan, orang harus memuaskan kebutuhan tingkat yang lebih rendah

(kekurangan) mereka sebelum mereka nanti termotivasi untuk mencoba

memuaskan kebutuhan tingkat yang lebih tinggi (pertumbuhan) mereka.

Konsep Maslow tentang kebutuhan aktualisasi diri, yaitu kebutuhan tertinggi,

didetinisikan sebagai keinginan untuk menjadi apa saja yang sanggup dicapai

seseorang.

Teori atribusi berupaya memahami penjelasan orang tentang keberhasilan

atau kegagalan mereka. Asumsi intinya ialah bahwa orang akan mencoba

mempertahankan citra diri yang positif; sehingga ketika terjadi hal-hal yang

baik, orang menghubungkannya dengan kemampuan mereka sendiri,

sedangkan mereka cenderung menghubungkan peristiwa yang negatif dengan

faktor di luar kendali mereka. Lokasi kendali dapat bersifat internal

(keberhasilan atau kegagalan terjadi karena upaya atau kemampuan pribadi)

atau eksternal (keberhasilan atau kegagalan terjadi karena keberuntungan atau

11

Page 3: Bab ii SMA NEGERI 1 RAHA

kesulitan tugas). Siswa yang merupakan pelajar yang mandiri tampil lebih baik

daripada siswa yang termotivasi secara eksternal. Pelajar yang mandiri dengan

sadar merencanakan dan memantau pembelajaran mereka dan dengan

demikian, mengingat lebih banyak. Teori pcngharapan berpendapat bahwa

motivasi seseorang untuk mencapai sesuatu bergantung pada produk perkiraan

orang itu tentang peluang kcberhasilannya dan nilai yang diaberikan pada

keberhasilan. Motivasi seharusnya berada pada tingkat maksimum pada tingkat

probabilitas keberhasilan sedang. Implikasi motivasi dalam pendidikan adalah

bahwa tugas pembelajaran seharusnya tidak terlalu mudah atau tidak terlalu

sulit.

Menurut Hamalik, (2008: 173) menyatakan bahwa motivasi adalah suatu

perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya

afektif dan reaksi untuk mencapai tujuan. Motivasi terdiri dari dua macam,

yaitu motivasi internal dan motivasi eksternal. Motivasi internal adalah

motivasi yang datang dari dalam diri individu, sedangkan motivasi eksternal

adalah motivasi yang timbul akibat adanya dorongan dari luar individu

(Sukadi, 2007: 37).

Motivasi adalah proses internal yang mengaktifkan, menuntun, dan

mempertahankan perilaku dari waktu ke waktu. Ada banyak jenis, intensitas,

tujuan, dan arah motivasi yang berbeda-beda. Motivasi untuk belajar sangat

12

Page 4: Bab ii SMA NEGERI 1 RAHA

berperan penting bagi siswa dan guru (Slavin, 2006: 144). Dalam teori

pembelajaran perilaku oleh Skinner (1953) bahwa motivasi adalah

konsekuensi dari penguatan. Nilai tindakan penguatan tergantung pada banyak

faktor, dan kekuatan motivasi dapat berbeda bentuknya untuk siswa yang

berbeda (Smith, 2009: 77).

Teori motivasi yang paling populer adalah teori hierarki kebutuhan

manusia yang dikemukakan oleh Maslow (1954). Teori tersebut menyatakan

bahwa orang harus memuaskan kebutuhan tingkat yang lebih rendah

tingkatannya sebelum mereka termotivasi untuk mencoba memuaskan

kebutuhan tingkat yang lebih tinggi (pertumbuhan). Dalam teori Maslow

tentang kebutuhan manusia, dijelaskan bahwa aktualisasi diri merupakan

kebutuhan tertinggi yang didefinisikan sebagai keinginan manusia untuk

menjadi apa saja yang sanggup dicapai oleh seseorang (Maslow, 1970: 35 dan

46).

Teori atribusi berupaya memahami penjelasan orang tentang

keberhasilan atau kegagalan mereka. Asumsi intinya ialah bahwa orang akan

mencoba mempertahankan citra diri yang positif; sehingga ketika terjadi hal-

hal yang baik, orang menghubungkannya dengan kemampuan mereka sendiri,

sedangkan mereka cenderung menghubungkan peristiwa yang negatif dengan

faktor di luar kendali mereka. Lokasi kendali dapat bersifat internal

13

Page 5: Bab ii SMA NEGERI 1 RAHA

(keberhasilan atau kegagalan terjadi karena upaya atau kemampuan pribadi)

atau eksternal (keberhasilan atau kegagalan terjadi karena keberuntungan atau

kesulitan tugas). Siswa yang merupakan pelajar yang mandiri tampil lebih baik

daripada siswa yang termotivasi secara eksternal. Pelajar yang mandiri dengan

sadar merencanakan dan memantau pembelajaran mereka dan dengan

demikian, mengingat lebih banyak (Salavin, 2009: 144).

Teori pengharapan berpendapat bahwa motivasi seseorang untuk

mencapai sesuatu bergantung pada produk perkiraan orang itu tentang peluang

kcberhasilannya dan nilai yang diaberikan pada keberhasilan. Motivasi

seharusnya berada pada tingkat maksimum pada tingkat probabilitas

keberhasilan sedang. Implikasi motivasi dalam pendidikan adalah bahwa tugas

pembelajaran seharusnya tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sulit (Handoko,

2003: 263). Motivasi berhubungan dengan: (a) arah perilaku; (b) kekuatan

respons (yakni usaha) setelah belajar siswa memilih mengikuti tindakan

tertentu, dan; (c) ketahanan perilaku, atau seberapa lama seseorang itu terus

menerus berperilaku menurut cara tertentu (Yamin, 2006: 154).

b. Motivasi Belajar

Motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal yang terjadi pada

diri siswa yang sedang belajar. Beberapa indikator motivasi belajar bagi siswa

14

Page 6: Bab ii SMA NEGERI 1 RAHA

menurut Uno (2007: 23) adalah (a) adanya hasrat dan keinginan berhasil; (b)

adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar; (c) adanya harapan dan cita-

cita masa depan; (d) adanya penghargaan dalam belajar; (e) adanya kegiatan

yang menarik dalam belajar; (f) adanya lingkungan belajar yang kondusif,

sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan efektif dan

efisien.

Dalam proses pembelajaran motivasi berhubungan dengan kebutuhan

untuk belajar. Teori behaviorisme menjelaskan motivasi sebagai fungsi

rangsangan (stimulus) dan respon, sedangkan apabila dikaji menggunakan

teori kognitif, motivasi merupakan fungsi dinamika psikologis yang lebih

rumit, melibatkan kerangka berpikir siswa terhadap aspek perilaku.

Ada beberapa peran motivasi yang penting dalam pembelajaran.

Menurut Iskandar (2009: 1982), beberapa peran motivasi diantaranya adalah:

1.Peran motivasi dalam penguatan belajar. Peran motivasi dalam hal ini

dihadapkan pada suatu kasus yang memerlukan pemecahan masalah.

Misalnya seorang siswa yang kesulitan dalam menjawab soal matematika

akhirnya dapat memecahkan soal matematika dengan bantuan rumus

matematika.

2.Usaha untuk memberi bantuan dengan rumus matematika dapat

menimbulkan penguatan belajar. Motivasi ini dapat menentukan hal-hal

15

Page 7: Bab ii SMA NEGERI 1 RAHA

apa yang di lingkungan siswa yang dapat memperkuat perbuatan belajar.

Untuk itu seorang guru perlu memahami suasana lingkungan belajar siswa

sebagai bahan penguat belajar.

3. Peran Motivasi dalam memperjelas Tujuan Belajar. Peran ini berkaitan

dengan kemaknaan belajar yaitu siswa akan tertarik untuk belajar jika

yang dipelajarinya sedikitnya sudah bisa diketahui manfaatnya bagi siswa.

4. Peran Motivasi menentukan Ketekunan dalam Belajar. Seseorang yang

telah termotivasi untuk belajar sesuatu akan berusaha mempelajari sesuatu

dengan baik dan tekun, dan berharap memperoleh hasil yang baik.

Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Menurut Sardiman (2006: 84)

kegiatan belajar sangat memerlukan motivasi. Motivation is an assential

condtion of learning. Hasil belajar akan menjadi optimal, kalau ada motivasi.

Makin tepat motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran yang

dipelajarinya. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha

belajar bagi para siswa (peserta didik).

Motivasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kagiatan

siswaan, tidak ada kegiatan pemebelajaran tanpa motivasi, oleh karena itu

motivasi mempunyai peranan yang strategis dalam mencapai tujuan atau hasil

dari pemebelajaran. Menurut Iskandar (2009: 192-193) bahwa peranan

motivasi dalam pemebelajaran adalah:

16

Page 8: Bab ii SMA NEGERI 1 RAHA

1)Peran motivasi sebagai motor penggerak atau pendorong Kegiatan

Siswaan. Motivasi dalam hal ini berperan sebagai motor penggerak utama

bagi siswa untuk belajar, baik berasal dari dalam dirinya (internal)

maupun dari luar diri (eksternal) untuk melakukan proses pemebelajaran.

2)Peran motivasi memperjelaskan tujuan siswaan. Motivasi bertalian

dengan suatu tujuan, tanpa ada tujuan maka tidak akan ada motivasi

seseorang. Oleh sebab itu, motivasi sangat berperan penting dalam

mencapai hasil pemebelajaran siswa (peserta didik) menjadi optimal.

Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan bagi

siswa (peserta didik) yang harus dikerjakan sesuai dengan tujuan tersebut.

3)Peran motivasi menyeleksi arah perbuatan. Di sini motivasi dapat

berperan menyeleksi arah perbuatan bagi siswa (peserta didik) apa yang

haras dikerjakan guna mencapai tujuan. Contoh: Untuk menghadapi ujian

siswa (peserta didik) supaya lulus dan mendapat hasil yang baik, maka

siswa (pesertas didik) harus mempu menyisihkan waktu yang optimal

untuk kegiatan belajar dan tidak menyia-nyiakan waktu untuk

menontonTV, mebaca novel, bermain, karena tidak sesuai dengan tujuan.

4) Peran motivasi internal dan eksternal dalam pemebelajaran. Dalam

kegiatan siswaan, motivasi internal biasanya muncul dari dalam diri siswa

(peserta didik) sedangkan motivasi eksternal siswa dalam pemebelajaran

17

Page 9: Bab ii SMA NEGERI 1 RAHA

umumnya di dapat dari guru (pendidik). Jadi dua motivasi ini harus

disinergikan dalam kegiatan pemebelajaran, apabila siswa (peserta didik)

ingin meraih hasil yang baik.

5) Peranmotivasimenentukanketekunandalampemebelajaran. Seorang siswa

(peserta didik) yang telah termotivasi untuk belajar, tentu dia akan

berusaha seoptimal mungkin untuk belajar dengan tekun. Dengan harapan

mendapat hasil yang baik dan lulus.

Peran motivasi melahirkan prestasi. Motivasi sangat berperan dalam

pemebelajaran siswa (peserta didik) dalam meraih prestasi belajar. Tinggi

rendahnya prestasi seseorang siswa (peserta didik) selalu dihubungkan tinggi

rendahnya motivasi pemebelajar seseorang siswa tersebut. Dalam proses

pembelajaran, peran motivasi motivasi belajar siswa dapat dianalogikan

sebagai bahan bakar yang dapat menggerakkan mesin. Motivasi yang baik dan

memadai dapat mendorong siswa menjadi lebih aktif dalam belajar dan dapat

meningkatkan prestasi belajar di kelas.

Guru memiliki peranan penting dalam menumbuhkan motivasi belajar

peserta didiknya melalui berbagai aktivitas belajar yang didasarkan pada

pengalaman dan kemampuan guru kepada siswa secara individual. Selain guru

orang tua juga sangat berperan aktif dalam menumbuhkan motivasi belajar

siswa di rumahnya.

18

Page 10: Bab ii SMA NEGERI 1 RAHA

Menurut Djamarah (2002: 114) bahwa dalam proses belajar motivasi

sangat diperlukan. Indikator seseorang yang memiliki motivasi belajar adalah:

(a) tekun dalam belajar, (b) ulet menghadapi kesulitan, (c) perhatian dalam

belajar, (d) berprestasi dalam belajar, dan (e) mandiri dalam belajar.

Slavin (2009: 106) mengemukakan bahwa konsep motivasi berkaitan erat

dengan prinsip bahwa perilaku yang telah diperkuat pada masa lalu

mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk diulangi dibanding perilaku

yang belum diperkuat atau bahkan telah diberikan hukuman. Sejalan pendapat

di atas Fathurrohman dan Sutikno (2007: 18) menyatakan bahwa siswa yang

memiliki motivasi belajar adalah siswa yang tekun dalam belajar, memiliki

perhatian dalam belajar, ulet menghadapi kesulitan, berprestasi dalam belajar,

dan mandiri dalam belajar.

Motivasi belajar mempunyai peranan penting dalam memberi

rangsangan, semangat dan rasa senang dalam belajar sehingga yang

mempunyai motivasi tinggi mempunyai energi yang banyak untuk

melaksanakan proses belajar (Iskandar, 2009: 191).

Motivasi dan pembelajaran adalah dua hal yang saling mempengaruhi.

pembelajaran adalah kegiatan yang mengubah tingkah laku melalui latihan dan

pengalaman sehingga menjadi lebih baik sebagai hasil dari penguatan yang

dilandasi untuk mencapai tujuan. Motivasi merupakan salah satu determinan

19

Page 11: Bab ii SMA NEGERI 1 RAHA

penting dalam proses pembelajaran, seseoarang siswa yang tidak mempunyai

motivasi untuk belajar, maka tidak akan mungkin aktivitas belajar terlaksana

dengan baik, sedang bagi guru apabila tidak mempunyai motivasi untuk

mengajakan ilmunya kepada siswa juga tidak akan ada proses pembelajaran

(Iskandar, 2009: 180-181).

Motivasi belajar bisa timbul karena faktor instrinsik atau faktor dari

dalam diri manusia yang disebabkan oleh dorongan atan keinginan akan

kebutuhan belajar, harapan, dan cita-cita (Slavin, 2009: 115). Faktor ekstrinsik

juga mempengaruhi motivasi belajar. Faktor ekstrinsik berupa adanya

penghargaan, dan lingkungan belajar yang menyenangkan.

Guru memiliki peranan penting dalam menumbuhkan motivasi belajar

peserta didiknya melalui berbagai aktivitas belajar yang didasarkan pada

pengalaman dan kemampuan guru kepada siswa secara individual. Selain guru

orang tua juga sangat berperan aktif dalam menumbuhkan motivasi belajar

siswa di rumahnya (Slavin, 2009: 145).

Salah satu tugas pokok yang melekat pada diri seseorang guru adalah

sebagai motivator bagi siswa agar memilki semangat dan kemauan untuk lebih

giat dalam belajar. Sosok seorang guru di depan kelas adalah sebagai motivator

siswa agar memiliki semangat dan kemauan untuk belajar yang lebih aktif,

kreatif, dan inovatif. Selama kegiatan belajar di kelas, faktor motivasi

20

Page 12: Bab ii SMA NEGERI 1 RAHA

memegang peranan yang besar untuk menjaga kelangsungan pembelajaran

siswa di kelas dalam tingkat kesungguhan dan ketekunan belajar yang tinggi di

kelas.

Ada dua motivasi yang dapat timbul pada diri siswa yaitu; motivasi yang

tumbuh dari kesadaran pribadi utnuk melakukan sesuatu yang didorong oleh

keinginan, cita-cita, harapan, dan adapula motivasi yang muncul dari luar diri

siswa (motivasi eksternal). Tugas seorang guru sebagai motivator untuk

mendorong, menggerakkan supaya siswa melakukan atau tidak melakukan

sesuatu untuk tercapainya tujuan pembelajaran di kelas.

Hal-hal yang perlu dilakukan guru dalam membangkitkan motivasi

siswa belajar di kelas menurut (Iskandar, 2009: 190-191) adalah: (1)

Menjelaskan tujuan pembelajaran kepada siswa. Pada awal pembelajaran

seharusnya guru terlebih dahulu menjelaskan mengenai tujuan pembelajaran

yang akan dicapainya kepada siwa. Makin jelas tujuan maka makin besar

motivasi siswa dalam belajar, (2) Hadiah (Reward). Berikan hadiah untuk

siswa yang berprestasi. Pemberian hadia untuk siswa yang berprestasi akan

memacu semangat mereka untuk belajar lebih giat. Pemberian hadia untuk

siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang

berprestasi, (3) Saingan/kompetisi. Guru berusaha mengadakan persaingan di

antara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha

21

Page 13: Bab ii SMA NEGERI 1 RAHA

memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya, (4) Pujian. Sudah

sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau pujian.

Tentunya pujian yang bersifat membangun, (5) Hukuman. Hukuman diberikan

kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses pembelajaran. Hukuman ini

diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha

memacu motivasi belajarnya, (6) Membangkitkan dorongan kepada siswa

untuk belajar. Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke

siswa, (7) Membentuk kebiasaan belajar yang baik, (8) Membantu kesulitan

belajar siswa secara individual maupun kelompok, (9) Menggunakan metode

pembelajaran yang bervariasi, dan (10) Menggunakan media yang baik dan

sesuai dengan tujuan belajar

Menurut Reid, (2007: 20) ada beberapa hal membuat siswa termotivasi

dalam belajar yaitu: (1) karena tugas, (2) karena penghargaan, (3) pengaruh

kelompok teman sebaya, (4) karena umpan balik, (5) karena pencapaian

prestasi, (6) karena lingkungan, dan (7) karena sekolah.

Dengan demikian maka yang dimaksud dengan motivasi belajar dalam

penelitian ini adalah dorongan internal yang terjadi pada diri seorang siswa

yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, yang

ditunjukkan oleh beberapa indikator motivasi belajar siswa yaitu; (a) ada

keinginan untuk berhasil, (b) tekun dalam belajar, (c) ulet menghadapi kesulitan

22

Page 14: Bab ii SMA NEGERI 1 RAHA

belajar, (d) perhatian dalam belajar, (e) berpretsai dalam belajar, dan (f) mandiri

dalam belajar.

2. Lingkungan Belajar

Menurut Rohani (2004: 19) lingkungan belajar didefinisikan sebagai

segala sesuatu yang dapat mendukung pembelajaran itu sendiri yang dapat

difungsikan sebagai sumber pembelajaran atau sumber belajar. Yang dimaksud

dengan lingkungan belajar siswa dalam penelitian ini adalah lingkungan

belajar siswa di rumah atau tempat tinggal siswa dan lingkungan belajar siswa

di sekolah. Ahiri (2008: 122) mengemukakan bahwa lingkungan adalah

kondisi yang diciptakan oleh pola hubungan antara pribadi dalam lingkungan

tersebut. Sedangkan Hodgetts dan Kuratko dalam Ahiri (2008: 122)

mengemukakan bahwa sulit untuk mendefinisikan secara jelas istilah

lingkungan. Hal ini disebabkan terlalu banyak unsur-unsur dalam kondisi yang

mempengaruhi lingkungan. Namun demikian, ada empat unsur utama yang

berperan dalam pembentukan kondisi lingkungan, yaitu: (1) pengambilan

keputusan praktis oleh pimpinan, (2) arus komunikasi antara pribadi, (3)

motivasi berprestasi, dan (4) perhatian terhadap tugas.

Lingkungan adalah sesuatu yang ada di alam sekitar yang memiliki

makna dan atau pengaruh tertentu kepada individu” (Hamalik, 2002: 195).

23

Page 15: Bab ii SMA NEGERI 1 RAHA

Sementra itu menurut Rohani (2004: 19) lingkungan belajar didefinisikan

sebagai ”segala sesuatu yang dapat mendukung pembelajaran itu sendiri yang

dapat difungsikan sebagai sumber pembelajaran atau sumber belajar”. Hal ini

mempunyai arti bahwa lingkungan sebagai komponen pembelajaran faktor

kondisional yang mempengaruhi tingkah laku individu dan merupakan faktor

yang berperan penting dalam belajar seorang siswa.

Hamalik (2002: 28) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses

perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungannya.

Sementara itu inti dari belajar adalah pengalaman dan pengalaman ini

diperoleh melalui interaksi dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun

sosial. Dengan demikian, berdasarkan definisi di atas dapat diambil

kesimpulan bahwa lingkungan belajar adalah segala sesuatu yang berada di

luar diri siswa yang dapat mendukungnya dalam proses belajar.

Menurut Hamalik (2002: 195) lingkungan adalah sesuatu yang ada di

alam sekitar yang memiliki makna atau pengruh tertentu kepada individu.

Proses pendidikan selalu berlangsung dalam lingkungan tertentu. Lingkungan

tersebut mencakup lingkungan fisik, dan lingkungan sosial. Ligkungan fisik

terdiri atas lingkungan alam dan lingkungan buatan manusia, yang merupakan

tempat pendidikan dan sekaligus merupakan pengdukung bagi berlangsungnya

proses pendidikan. Sedangkan lingkungan sosial merupakan lingkungan

24

Page 16: Bab ii SMA NEGERI 1 RAHA

pergaulan antar manusia, pergaulan antar pendidik serta orang lain yang

terlibat dalam interaksi pendidikan.

Lingkungan sebagai dasar pengajaran adalah faktor kondisional yang

mempengaruhi tingkah laku individu dan merupakan faktor belajar yang

penting. Selanjutnya Hamalik (2002: 196) menjelaskan bahwa lingkungan

yang mendukung proses belajar dikategorikan ke dalam empat kategori yaitu:

(1) lingkungan sosial adalah lingkungan masyarakat baik kelompok besar

maupun kelompok kecil, (2) lingkungan personal adalah lingkungan individu

sebagai pribadi yang berpengaruh terhadap pribadi atau individu lain, (3)

lingkungan alam (fisik) adalah semua sumber daya alam yang dapat

diberdayakan sebagai sumber belajar, dan (4) lingkungan kultural yang

merupakan hasil budaya dan teknologi yang dapat dijadikan sumber belajar

dan dapat menjadi faktor npendukung pembelajarans, dalam hal ini termasuk

sistem nilai, norma, dan adat kebiasaanl.

Bloom dalam Tarmidi (2006: 2) mendefinisikan lingkungan dengan

kondisi, pengaruh dan rangsangan dari luar yang meliputi pengaruh fisik,

sosial, dan intelektual yang mempengaruhi peserta didik. Faktor lingkungan

dapat dikelompokan atas lingkungan alami atau lingkungan fisik, dan

lingkungan sosial. Lingkungan alami seperti keadaan suhu, kelembaban udara

berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar. Belajar pada keadaan udara

25

Page 17: Bab ii SMA NEGERI 1 RAHA

yang segar akan lebih baik hasilnya dari pada belajar dalam keadaan udara

yang panas dan pengap (Depdiknas, 2003: 73).

Lingkungan sosial, yang berwujud manusia dan representasinya

berpengaruh langsung terhadap proses dan hasil belajar. Seseorang yang

sedang belajar memecahkan soal akan terganggu bila ada orang lain yang

mundar-mandir di dekatnya atau keluar masuk kamarnya, atau bercakap-cakap

didekat tempat belajarnya. Representase manusia seperti potret, tulisan,

rekaman suara juga berpengaruh. Lingkungan sosial yang lain seperti suara

mesin pabrik, hiruk pikuk lalu lintas, juga berpengaruh terhadap proses belajar.

Inilah antara lain alasannya mengapa gedung sekolah didirikan di tempat yang

jauh dari pabrik atau tempat kerja dan jauh dari keributan lalu lintas

Menurut Suparno, dkk., (2005: 33) Belajar akan berlangsung secara

efektif dalam situasi kelas yang kondusif, artinya kelas, ruangan tempat

pembelajaran berlansung harus bersih, nyaman, tenang, serta penuh dengan

rasa saling mempercayai, sehingga menimbulkan rasa anam bagi yang belajar.

Dalam kondisi belajar seperti itu, siswa akan tertantang untuk bertanya dan

mengerjakan tugas, mengungkapkan pendapat atau mengajukan pendapat, serta

menanggapi persalahan karena mereka merasa aman dan nyaman, tidak takut

berbuat salah.

26

Page 18: Bab ii SMA NEGERI 1 RAHA

Slavin (2009: 154) mengemukakan bahwa strategi untuk menyediakan

lingkungan pembelajaran yang efektif tidak hanya meliputi mencegah dan

menanggapi perilaku yang buruk tetapi juga menyangkut penggunaan waktu di

kelas secara baik, menciptakan atmosfer yang kondusif bagi minat belajar, dan

membolehkan siswa melakukan kegiatan belajar yang melibatkan pikiran dan

imajinasi. Selanjutnya Slavin (2009: 154) menjelaskan bahwa manajemen

ruang kelas adalah metode yang digunakan untuk mengorganisasi kegiatan

belajar di kelas, pengajaran, struktur fisik, dan menggunakan waktu dengan

efektif, menciptakan lingkungan pembelajaran yang bahagia dan produktif, dan

meminimalkan masalah perilaku dan gangguan lain. Sedangkan disiplin adalah

metode yang digunakan untuk mencegah masalah perilaku terjadi atau

menanggapi masalah perilaku dengan maksud mengurangi kejadianya pada

masa yang akan datang.

Menurut Sukmadinata (2004: 5) bahwa proses pendidikan selalu

berlangsung dalam lingkungan tertentu. Lingkungan ini mencakup lingkungan

fisik, sosial, intelektual, dan nilai-nilai. Lingkungan fisik terdiri atas

lingkungan alam dan lingkungan buatan manusia yang merupakan tempat dan

sekaligus memberikan dukungan bagi berlangsungnya proses pendidikan.

Lingkungan sosial merupakan lingkungan pergaulan antar manusia, pergaulan

antar pendidik serta orang-orang lainnya yang terlibat dalam interaksi

27

Page 19: Bab ii SMA NEGERI 1 RAHA

pendidikan. Interaksi pendidikan dipengaruhi oleh karakteristik pribadi dan

corak pergaulan antara orang-orang yang terlibat dalam interaksi tersebut, baik

pihak peserta didik maupun guru dan pihak lainnya. Lebih lanjut dikatakan

bahwa tiap orang memiliki karakteristik pribadi masing-masing, baik sebagai

individu maupun sebagai anggota kelompok. Karakteristik ini meliputi

karakteristik seperti tinggi dan besar badan, nada suara, roman muka, gerak-

gerik, dan lain-lain. Sedangkan karakteristik psikis seperti sifat sabar, pemarah

(temperamen), sifat jujur, setia (watak), kemampuan intelektual, seperti jenius,

cerdas, bodoh, serta kemampuan psikomotor seperti cekatan dan terampil.

Proses pembelajaran siswa memerlukan sesuatu lingkungan yang

memungkinkan siswa berkomunikasi, baik dengan guru, dengan temannya

maupun dengan lingkungannya. Sardiman (2006: 147) mengemukakan bahwa

untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal, selain dipengaruhi oleh

komponen-komponen pokok seperti materi, metode yang diterapkan, media

yang dipergunakan dan lain-lain, juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya

yaitu soal hubungan antara guru dengan siswa.

Kelas bukan sekedar ruangan tempat berkumpul siswa-siswa untuk

mempelajari sesuatu dari gurunya, tetapi kelas merupakan lingkungan

masyarakat kecil yang mencerminkan keadaan masyarakat luas di luar sekolah.

Di dalam kelas pada saat yang sama berkumpul sejumlah anak yang memiliki

28

Page 20: Bab ii SMA NEGERI 1 RAHA

latar belakang yang berbeda-beda, serta perbedaan individu seperti fisik,

kematangan psikologis dan emosional, bakat dan intelegensi, kecepatan

belajar, sikap pada diri sendiri, sikap kepada orang lain, dan jenis kelamin.

Oleh karena itu dengan keberagaman komponen-komponen yang ada di dalam

kelas, maka akan memungkinkan terjadinya kegaduhan, konflik atau

pertentangan yang berarti memerlukan tindakan pengelola kelas yang kondusif.

Dimensi mengelola kelas menurut Sardiman (2006: 169) meliputi tiga

ranah, yaitu: (a) menyediakan kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya

proses pembelajaran, (b) mengatur tata ruang kelas yang memadai, (c)

menciptakan iklim belajar yang serasi. Sedangkan menurut Mulyasa (2005: 16)

bahwa lingkungan belajar yang kondusif antara lain dapat berkembang melalui

berbagai layanan dan kegiatan sebagai berikut : (a) memberikan pilihan bagi

peserta didik yang lambat maupun yang cepat dalam melakukan tugas

pembelajaran, (b) memberikan pembelajaran remedial bagi peserta didik yang

kurang berhasil atau berhasil rendah, (c) mengembangkan organisasi kelas

yang efektif, menarik, aman dan nyaman bagi perkembangan potensi seluruh

peserta didik secara optimal, (d) menciptakan kerja sama dan saling

menghargai, baik antara peserta didik maupun antara peserta didik dengan guru

dan pengelola pembelajaran lainnya, (e) melibatkan peserta didik dalam proses

perencanaan belajar dan pembelajaran, (f) mengembangkan proses

29

Page 21: Bab ii SMA NEGERI 1 RAHA

pembelajaran sebagai tanggung jawab bersama antara peserta didik dengan

guru, sehingga guru lebih banyak bertindak sebagai sumber belajar, dan (g)

mengembangkan sistem evaluasi dan pembelajaran yang menekankan pada

evaluasi diri sendiri (self evaluation).

Lingkungan belajar pada hakekatnya adalah melakukan pengelolaan

lingkungan belajar. Menurut Rianto (2007: 1) bahwa pengelolaan kelas

merupakan upaya guru untuk menciptakan dan mengendalikan kondisi belajar,

serta mengendalikannya bia terjadi ganguan dan penyimpangan sehingga

proses belajar dapat berlansung optimal.

Menurut Walgito (2004: 155) apabila kita berbicara tentang lingkungan

belajar, maka kita akan membahas masalah yang berhubungan dengan tempat,

alat-alat untuk belajar, suasana, waktu, dan pergaulan. Untuk lebih jelasnya,

secara lebih terperinci hal-hal tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Tempat

Tempat belajar yang baik merupakan tempat yang tersendiri, yang tenang,

mempunyai warna dinding yang tidak menyolok dan di dalam ruangan

tidak terdapat hal-hal yang dapat mengganggu perhatian. Disamping itu

juga perlu diperhatikan mengenai suhu, penerangan dan ventilasi udara

dengan baik.

30

Page 22: Bab ii SMA NEGERI 1 RAHA

2. Alat-alat untuk belajar

Dalam proses belajar dan mengajar, peralatan dan perlengkapan belajar

merupakan komponen penting yang turut menentukan kualitas

pembelajaran. Proses belajar dan mengajar tidak akan dapat berjalan

dengan baik tanpa adanya dukungan dari perlatan yang memadai. Dalam

proses belajar dan mengajar, semakin lengkap peralatan yang ada, maka

PBM akan dapat berjalan dengan lebih baik.

3. Suasana

Suasana belajar disini adalah berbagai elemen atau aspek dalam lingkungan

yang ada dalam proses belajar siswa. Suasana disini berkaitan dengan hal

atau peristiwa yang sering terjadi di sekitar siswa dalam aktivitas

belajarnya. Suasana belajar merupakan salah satu aspek yang dapat

mendukung proses belajar siswa.

Dengan melihat begitu pentingnya aspek suasana belajar dalam proses

belajar siswa, maka perlu diciptakan suasana yang tenang, tenteram dan

damai yang dapat mendukung proses belajar siswa baik di sekolah maupun

di sekitar tempat tinggalnya.

4. Waktu.

Dalam masalah penetapan waktu belajar, hendaknya dapat diperhatikan

dengan sebaik-baiknya. Dalam pelaksanaan proses belajar dan mengajar di

31

Page 23: Bab ii SMA NEGERI 1 RAHA

sekolah sebaiknya dilakukan pada waktu pagi hari. Hal ini dimaksudkan

bahwa diwaktu pagi hari kondisi siswa masih dalam keadaan segar.

Masalah waktu belajar yang sering dihadapi oleh siswa adalah waktu yang

ada untuk belajar tidak dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Untuk itu

sorang siswa harus dapat mengatur waktu belajarnya sendiri dengan cermat.

Dalam pengaturan waktu belajar, seorang harus dapat mencari dan

membagi waktu yang ada dengan adil antara waktu untuk belajar, bermain,

aktivitas lain-lain dan juga waktu istirahat.

5. Pergaulan.

Pergaulan anak, dalam hal ini adalah dengan siapa anak itu bermain akan

berpengaruh terhadap belajar anak. Apabila anak dalam bergaul memilih

dengan teman yang baik, maka akan berpengaruh baik terhadap diri anak,

dan sebaliknya apabila anak bergaul dengan teman yang kurang baik, maka

akan membawa pengaruh yang tidak baik pada diri anak.

Saroni (2006: 82-84) mengemukakan bahwa lingkungan belajar adalah

segala sesuatu yang berhubungan dengan tempat proses belajar berlansung.

Lingkungan ini mencakup lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Kedua

lingkungan ini dalam proses belajar harus saling mendukung sehingga siswa

merasah betah di sekolah dan mau mengikuti proses belajar sadar, bukan

karena tekanan ataupun keterpaksaan.

32

Page 24: Bab ii SMA NEGERI 1 RAHA

Lingkungan fisik yaitu lingkungan yang ada di sekitar siswa, baik itu di

kelas, di sekolah atau di luar sekolah yang dapat dioptimalkan pengelolaannya

agar interkasi pembelajaran lebih efektif dan efisien. Lingkungan sosial

berhubungan dengan pola interaksi antar personal yang ada lingkungan

sekolah. Lingkungan sosial ini berfungsi untuk menciptkan suasana belajar

yang aman, nyaman, dan kondusif. Suasana kelas yang kondusif dapat

mendukung berkembangnya pemikiran siswa.

Menurut Mariana (2005: 13) lingkungan belajar dapat merefleksikan

ekspektasi yang tinggi untuk kesuksesan seluruh siswa. Lingkungan tersebut

mencakup ruangan fisik tempat berlansungnya belajar, lingkungan sosial, dan

lingkungan psikologis siswa dapat mendorongnya untuk belajar.

Kelebihan pandangan Mariana dari ahli lainnya adalah adanya

lingkungan psikologis, berarti bahwa lingkungan belajar itu tidak cukup jika

hanya dilihat dari lingkungan fisik dan sosial, tetapi yang lebih penting adalah

lingkungan psikologis, karena walaupun lingkungan fisik tempat belajar sangat

memadai dan lingkungan sosial sangat kondusif tetapi jika siswa tidak

memiliki motivasi dan minat untuk belajar maka tetapi hasil belajar siswa tidak

akan baik. Sebaliknya walaupun lingkungan fisik tidak memadai dan

lingkungan sosial kunrang kondusif, tetapi siswa memiliki motivasi dan minat

belajar yang tinggi maka hasil belajar siswa akan tinggi.

33

Page 25: Bab ii SMA NEGERI 1 RAHA

Sidik (2005: 148) mengemukakan bahwa lingkungan belajar yang

menarik minat dan menunjang siswa dalam belajar erat kaitannya dengan

keadaan lingkungan fisik kelas, pengaturan ruangan, pengelolaan siswa, dan

pemanfaatan sumber belajar. Lingkungan belajar yang ditata rapi untuk

mendukung belajar, menjadikan siswa berkata bahwa belajar itu segar, hidup,

dan penuh semangat. Dari cara menempel pster di dinding, pengaturan bangku,

penyusunan bahan-bahan pembelajaran, sampai pada kebersihan kelas, semua

menjadi inspirasi dalam belajar.

Lingkungan sekolah yang aman dan tertib, optimisme dan harapan yang

tinggi dari warga sekolah, kesehatan sekolah, dan kegiatan yang berpusat pada

siswa merupakan iklim sekolah yang dapat menumbuhkan semangat belajar

siswa (Slameto, 2003: 64). Lingkungan belajar di sekolah merupakan situasi

yang turut serta mempengaruhi kegiatan belajar individu. Hamalik (2002: 195)

menyatakan bahwa lingkungan adalah sesuatu yang ada di alam sekitar yang

memiliki pengaruih tertentu kepada individu.

Lingkungan belajar sebagai faktor eksternal siswa yang mempengaruhi

prestasi belajar siswa menurut Syah (2003: 152) dapat digolongkan menjadi

dua yaitu: lingkungan sosial dan ligkungan nonsosial. Untuk lebih jelasnya,

lingkungan belajar siswa tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

34

Page 26: Bab ii SMA NEGERI 1 RAHA

1. Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial adalah seluruh warga sekolah, baik itu guru,

karyawan maupun teman-teman sekelas, semuanya dapat mempengaruhi

semangat belajar seorang siswa. Para guru yang dapat menunjukkan sikap dan

perilaku yang baik dan juga dapat memperlihatkan teladan yang baik

khususnya dalam hal belajar seperti misalnya rajin membaca, hal tersebut

dapat memberikan motivasi yang positif bagi belajar siswa. Demikian halnya

apabila teman-teman di sekolah mempunyai sikap dan perilaku yang baik serta

memiliki semacam etos belajar yang baik seperti misalnya rajin belajar akan

berpengaruh positif terhadap belajar siswa.

Lingkungan sosial siswa di rumah antara lain adalah masyarakat,

tetangga dan juga teman-teman bergaul siswa di rumah yang mempunyai andil

cukup besar dalam mempengaruhi belajar siswa. Keadaan masyarakat yang

serba kekurangan, tidak memperhatikan masalah pendidikan dan juga teman-

teman bergaul siswa yang suka keluyuran, begadang, suka minum-minum

apalagi teman lawan jenis yang amoral, pezinah, pemabuk dan lain sebagainya

tentu akan menyeret siswa kepada bahaya besar dan kemungkinan besar akan

mengganggu proses belajarnya. Jadi apabila siswa dalam bergaul memilih

teman yang baik, maka akan berpengaruh baik terhadap belajar siswa, dan

35

Page 27: Bab ii SMA NEGERI 1 RAHA

sebaliknya apabila siswa memilih bergaul dengan anak yang tidak baik, maka

akan membawa dampak yang tidak baik pada dirinya.

Lingkungan sosial yang dominan dalam mempengaruhi kegiatan belajar

siswa adalah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Hal ini dapat dipahami,

karena lingkungan keluarga merupakan lingkungan belajar pertama dan utama

bagi seorang anak. Hal ini sesuai dengan pendapat Purwanto (2004: 141)yang

mengatakan bahwa keluarga merupakan lingkungan belajar pertama sebelum

anak masuk dalam lingkungan sekolah dan masyarakat. Sifat dan sikap orang

tua dalam mengelola keluarga (cara mendidik), ketegangan keluarga dan dapat

memberi dampak positif maupun negatif. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa peran keluarga dalam hal ini adalah orang tua sangat besar pengaruhnya

terhadap keberhasilan belajar anak. Orang tua harus berperan aktif dalam

mendukung keberhasilan anaknya dengan berusaha semaksimal mungkin

memenuhi semua kebutuhan anak dalam belajar.

2. Lingkungan Non-sosial

Lingkungan non-sosial siswa yang berpengaruh terhadap belajarnya

diantaranya adalah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal siswa,

alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar siswa dan juga mass media.

Untuk menyelenggarakan pendidikan di sekolah, gedung merupakan prasyarat

36

Page 28: Bab ii SMA NEGERI 1 RAHA

utama yang harus dipenuhi oleh sekolah. Agar siswa dapat belajar dengan baik,

maka keberadaan gedung sekolah harus diperhatikan dan disesuaikan dengan

kebutuhan siswa.

Rumah dengan kondisi yang sempit dan berantakan serta kondisi

perkampungan tempat tingal siswa yang padat, bising dan sebagainya sangat

tidak mendukung belajar siswa. Untuk mendukung belajar siswa, perlu

diciptakan suasana rumah yang, rapi, tenang dan tenteram. Suasana tersebut

dapat tercipta ketika dalam keluarga terdapat hubungan yang harmonis antara

orang tua dengan anak atau anak dengan anggota keluarga yang lain. Dalam

susana rumah yang tenang dan tenteram, selain akan kerasan dan betah tinggal

di rumah, mereka juga dapat belajar dengan baik dan dapat membantu meraih

prestasi belajar yang optimal.

Lingkungan belajar yang kondusif, baik lingkungan rumah maupun

lingkungan sekolah akan menciptakan ketenangan dan kenyaman siswa dalam

belajar, sehingga siswa akan lebih mudah menguasi materi belajar secara

maksimal. Slameto (2003: 72) menyatakan bahwa lingkungan yang baik perlu

diusahakan agar dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap siswa

sehingga dapat belajar dengan sebaik-baiknya. Lingkungan pendidikan dibagi

menjadi tiga bagian yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan

lingkungan masyarakat (Sudarmanto, 2007: 3).

37

Page 29: Bab ii SMA NEGERI 1 RAHA

Menurut Aqib (2002: 65-67)) lingkungan yang berpengaruh terhadap

prestasi belajar siswa terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan

lingkungan masyarakat. Lingkungan keluarga terdiri dari:orang tua, suasana

rumah dan keadaan ekonomi keluarga. Lingkungan sekolah terdiri dari; cara

penyajian pelajaran yang tidak menarik, hubungan guru dengan murid,

hubungan anak dengan anak, bahan pelajaran yang terlalu tinggi, alat-alat

belajar di sekolah, jam-jam pelajaran yang kurang baik. Lingkungan

masyarakat terdiri dari: media massa, teman bergaul, kegiatan dalam

masyarakat, dan corak kehidupan tetangga.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa lingkungan belajar

merupakan segala sesuatu baik disengaja maupun tidak disengaja diciptakan

untuk mendukung kegiatan belajar yang meliputi kondisi ruang fisik belajar,

tata letak ruang belajar, kondisi alat-alat belajar, aturan dan kedisiplinan,

suasana tempat belajar, ruang kelas yang aman dan nyaman, hubungan antara

siswa dengan siswa, dan hubungan antara siswa dengan guru.

3. Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial

a. Pengertian Belajar

Belajar hakekatnya adalah suatu proses yang diketahui dengan adanya

perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar

38

Page 30: Bab ii SMA NEGERI 1 RAHA

diindikasikan oleh perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah

laku, kecakapan, keterampilan dan kemampuan, serta perubahan aspek-aspek

lain yang ada pada diri individu yang belajar (Trianto, 2009: 7). Salah satu cara

untuk mengetahui sesuatu adalah dengan cara belajar. Belajar adalah setiap

usaha pendidikan, karena tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada

pendidikan. Karena begitu pentingnya arti belajar, maka belajarpun diarahkan

pada tercapainya pemahaman yang lebih luas dalam mendalami mengenai

proses perubahan manusia. Perubahan dan kemampuan untuk berubah

merupakan batasan dan makna yang terkandung dalam belajar.

Belajar merupakan suatu proses perubahan yang relatif permanen dalam

pengetahuan dan perilaku seseorang yang diakibatkan oleh pengalaman.

Pengalaman yang sengaja didesian untuk mengingkatkan pengetahuan,

keterampilan, dan sikap seseorang akan menyebabkan berlansungnya proses

belajar (Smith dan Ragan, 2003: 21). Definisi belajar yang dikemukakan oleh

Sminth dan Ragan ini mengandung beberapa konsep penting yaitu (1) durasi

perubahan perilaku bersifat reletif permanen, (2) perubahan terjadi pada

struktur dan isi pengetahuan orang yang belajar, (3) penyebab terjadinya peru

bahan pengetahuan dan perilaku adalah pengalaman yang dialami oleh siswa,

bukan pertumbuhan atau perkembangan, dan (4) proses belajar dapat

berlansung baik dalam situasi formal maupun dalam situasi informal.

39

Page 31: Bab ii SMA NEGERI 1 RAHA

Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil

interaksi siswa dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Selain itu kegiatan belajar merupakan aktivitas yang paling pokok dalam

keseluruhan proses pendidikan di sekolah, hal ini berati bahwa berhasil

tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung pada bagaimana

proses belajar itu berlangsung.

Whittaker dalam Djamarah (2002: 12) mendefinisikan belajar sebagai

proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau

pengalaman. Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai

hasil interaksi siswa dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan

hidupnya. Selain itu kegiatan belajar merupakan aktivitas yang paling pokok

dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, hal ini berati bahwa berhasil

tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung pada bagaimana

proses belajar itu berlangsung.

Menurut Sardiman (2006: 20) bahwa pengertian belajar dapat dilihat

secara mikro maupun secara makro. Dalam pengertian luas (makro) belajar

dapat diartikan sebagai kegiatan psiko-fisik menuju ke perkembangan pribadi

seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit (mikro) belajar diartikan sebagai usaha

penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan

menuju terbentuknya kepribadian yang seutuhnya.

40

Page 32: Bab ii SMA NEGERI 1 RAHA

Dalam belajar juga tercakup segenap aspek tingkah laku yang akan

mengarah pada perubahan sebagai hasil belajar. Menurut Usman dan Setiawati

(2001: 4) mengatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku pada diri

individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu, dalam

individu dan lingkungannya, sehingga mereka lebih mampu berinteraksi

dengan lingkungannya. Suatu proses belajar dilakukan baik melalui jalur

pendidikan sekolah maupun jalur pendidikan luar sekolah yang berlangsung

terus-menerus dan akan membawa individu ke arah kedewasaan yang pada

hakekatnya adalah perubahan tingkah laku untuk dapat menyesuaikan diri

terhadap lingkungannya.

Menurut Purwanto (2004: 85) bahwa belajar merupakan suatu

perubahan dalam tingkah laku dimana perubahan itu dapat mengarah kepada

tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada

tingkah laku yang tidak baik. Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi

melalui latihan dan pengalaman, dalam arti perubahan-perubahan yang

disebabkan pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil dari

belajar.

Menurut Slameto (2003: 8) bahwa belajar adalah suatu proses yang

dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

secara keseluruhan, yang dicapai melalui interaksi dengan lingkungannya.

41

Page 33: Bab ii SMA NEGERI 1 RAHA

Dalam hal ini dapat dipahami bahwa perubahan yang terjadi dalam diri

individu banyak sekali jenisnya karena itu sudah barang tentu tidak semua

perubahan dalam diri individu merupakan hasil belajar. Lebih lanjut Slameto

(2003:15) menyatakan bahwa ciri-ciri perubahan dalam belajar adalah: (1)

perubahan dalam belajar bersifat kontinyu dan kondisional, (2) perubahan yang

terjadi secara sadar, (3) perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif, (4)

perubahan dalam belajar bersifat permanen, (5) perubahan dalam belajar

memiliki tujuan yang terarah, (6) perubahan mencakup seluruh aspek tingkah

laku.

Menuru Trianto (2010: 9) bahwa inti dari belajar adanya perubahan

tingkah laku karena adanya suatu pengalaman. Perubahan tingkah laku tersebut

dapat berupa perubahan keterampilan, pengetahuan, pemahaman, dan

apresiasi. Pengalaman dalam proses belajar adalah bentuk interaksi antara

individu dengan lingkungan. Belajar secara umum diartikan sebagai perubahan

pada indi-vidu yang terjadi melalui pengalaman, dan bukan karena pertum-

buhan atau perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir.

Manusia banyak belajar sejak lahir dan bahkan ada yang berpendapat

sebelum lahir. Bahwa antara belajar dan perkembangan sangat erat kaitannya.

Proses belajar terjadi melalui banyak cara baik disengaja mau-pun tidak

disengaja dan berlangsung sepanjang waktu dan menuju pada suatu perubahan

42

Page 34: Bab ii SMA NEGERI 1 RAHA

pada diri pembelajar. Perubahan yang di-maksud adalah perubahan perilaku

tetap berupa pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan kebiasaan yang baru

diperoleh individu. Sedangkan pengalaman merupakan interaksi antara

individu dengan lingkungan sebagai sumber belajarnya. Jadi, belajar di sini

diartikan sebagai proses perubahan perilaku tetap dari belum tahu menjadi

tahu, dari tidak paham menjadi paham, dari kurang terampil menjadi lebih

terampil, dan dari kebiasaan lama menjadi ke-biasaan baru, serta bermanfaat

bagi lingkungan maupun individu itu sendiri.

Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan dan

pengalaman, dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan pertumbuhan atau

kematangan tidak dianggap sebagai hasil dari belajar. Belajar adalah proses

mendapatkan perubahan yang relatif tetap dalam pengertian, sikap,

pengetahuan, informasi, kemampuan, dan keterampilan (Good dan Jare, 1990:

213).

Menurut teori konstruktivisme bahwa pengetahuan sebagai hasil dari

kegiatan belajar adalah bentukan (konstruksi) kita sendiri, bukan tiruan dari

realitas, bukan juga gambaran dari dunia kenyataan yang ada. Pengetahuan

merupakan hasil dari konstruksi kognitif melalui kegiatan seseorang dengan

membuat struktur, kategori, konsep, dan skema yang diperlukan untuk

membentuk pengetahuan tersebut.

43

Page 35: Bab ii SMA NEGERI 1 RAHA

Konstruktivisme menekankan perkembangan konsep dan pengertian yang

mendalam, pengetahuan sebagai konstruksi aktif yang dibuat siswa. Jika

seseorang tidak aktif membangun pengetahuannya, maka tetap tidak akan

berkembang pengetahuannya. Belajar adalah penyusunan pengetahuan dari

dari pengalaman konkrit, aktifitas kolaboratif dan refleksi dan interpretasi.

Seseorang yang belajar akan memiliki pemahaman yang berbeda terhadap

pengetahuan tergantung pengalamannya dan persepektif yang didalam

menginterprestasikannya (http://dian75. wordpress.com/ 2010/07/29/).

Konstruktivis percaya bahwa “pembelajar mengonstruksi realitasnya

sendiri atau paling tidak menafsirkannya berdasarkan pada persepsi-persepsi

pengalaman mereka, sehingga pengetahuan individu menjadi sebuah fungsi

dari pengalaman, struktur mental, dan keyakinan-keyakinan seseorang

sebelumnyayang digunakan untuk menafsirkan objekdan peristiwa (Good &

Brophy, 1990: 258).

Pengetahuan dikonstruksi dari pengalaman. Pembelajaran adalah

sebuah interpretasi personal terhadap dunia. Pembelajaran adalah sebuah

proses aktif yang di dalamnya makna dikembangkan atas dasar pengalaman.

Pertumbuhan konseptual datang dari negosiasi makna, pembagian perspektif

ganda, dan perubahan bagi representa-si internal kita melalui pembelajaran

kolaboratit. Pembelajaran harus disituasikan dalam seting yang realistis;

44

Page 36: Bab ii SMA NEGERI 1 RAHA

pengujian harus diintegrasikan dengan tugas dan bukan sebuah aktivitas yang

terpisah (Sternberg, 1997: 217).

Menurut Hamalik (2002: 32-33) bahwa belajar yang efektif sangat

dipengaruhi oleh faktor-faktor kondisional yang ada. Faktor-faktor itu adalah

sebagai berikut.

1) Faktor kegiatan, penggunaan dan ulangan; siswa yang belajar melakukan

banyak kegiatan baik kegiatan neural system, seperti melihat, mendengar,

merasakan, berpikir, kegiatan motoris, dan sebagainya maupun kegiatan-

kegiatan lainnya yang diperlukan untuk memperoleh pengetahuan, sikap,

kebiasaan, dan minat. Apa yang telah dipelajari perlu digunakan secara praktis

dan diadakan ulangan secara kontinu di bawah kondisi yang serasi, sehingga

penguasaan hasil belajar menjadi lebih mantap.

2) Belajar memerlukan latihan, dengan jalan: relearning, recalling, dan reviewing

agar pelajaran yang terlupakan dapat dikuasai kembali dan pelajaran yang

belum dikuasai akan dapat lebih mudah dipahami.

3) Belajar siswa lebih berhasil, belajar akan lebih berhasil jika siswa merasa

berhasil dan mendapatkan kepuasannya. Belajar hendaknya dilakukan dalam

suasana yang menyenangkan.

45

Page 37: Bab ii SMA NEGERI 1 RAHA

4) Siswa yang belajar perlu mengetahui apakah ia berhasil atau gagal dalam

belajarnya. Keberhasilan akan menimbulkan kepuasan dan men-dorong belajar

lebih baik, sedangkan kegagalan akan menimbulkan frustrasi.

5) Faktor asosiasi besar manfaatnya dalam belajar, karena semua pengalaman

belajar antara yang lama dengan yang baru, secara berurutan diasosiasikan,

sehingga menjadi satu kesatuan pengalaman.

1) Pengalaman masa lampau (bahan apersepsi) dan pengertian-pengertian yang

telah dimiliki oleh siswa, besar peranannya dalam proses belajar. Pengalaman

dan pengertian itu menjadi dasar untuk menerima pengalaman-pengalaman

baru dan pengertian-pengertian baru.

6) Faktor kesiapan belajar. Murid yang telah siap belajar akan dapat melakukan

kegiatan belajar lebih mudah dan lebih berhasil. Faktor kesiapan ini erat

hubungannya dengan masalah kematangan, minat, kebutuhan, dan tugas-tugas

perkembangan.

7) Faktor minat dan usaha. Belajar dengan minat akan mendorong siswa belajar

lebih baik daripada belajar tanpa minat. Minat ini timbul apabila murid tertarik

akan sesuatu karena sesuai dengan kebutuhannya atau merasa bahwa sesuatu

yang akan dipelajari dirasakan bermakna bagi dirinya. Namun demikian, minat

tanpa adanya usaha yang baik maka belajar juga sulit untuk berhasil.

46

Page 38: Bab ii SMA NEGERI 1 RAHA

8) Faktor-faktor fisiologis. Kondisi badan siswa yang belajar sangat berpengaruh

dalam proses belajar. Badan yang lemah, lelah akan menyebabkan perhatian

tak mungkin akan melakukan kegiatan belajar yang sempurna. Karena itu

faktor fisiologis sangat menentukan berhasil atau tidaknya murid yang belajar.

10) Faktor intelegensi. Murjd yang cerdas akan lebih berhasil dalam kegiatan

belajar, karena ia lebih mudah menangkap dan memahami pelajaran dan lebih

mudah rrtengingat-ingatnya. Anak yang cerdas akan lebih mudah berpikir

kreatif dan lebih cepat mengambil keputusan. Hal ini berbeda dengan siswa

yang kurang cerdas, para siswa yang lamban.

Dari pendapat para ahli di atas dapat pahami bahwa belajar adalah

merupakan suatu aktivitas atau kegiatan yang dilakukan siswa sebagai hasil

interaksi dengan lingkungannya sehingga menyebabkan terjadinya perubahan

tingkah laku pada diri siswa yang dinyatakan dengan hasil belajar. Perubahan

yang dimaksud meliputi aspek kognitif, efektif, maupun psikomotor.

b. Hasil Belajar

Menurut Jihad dan Haris (2008: 14) bahwa hasil belajar adalah

kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Belajar itu

sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk

memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Dalam

47

Page 39: Bab ii SMA NEGERI 1 RAHA

kegaitan pembelajaran atau kegiatan intruksional, biasanya guru menetapkan

tujuan belajar. Siswa yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil

mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional.

Bloom (1975) dalam Jihad dan Haris (2008: 14-15) berpendapat bahwa

hasil belajar dapat dikelompokkan ke dalam dua macam yaitu pengetahuan dan

keterampilan. Pengetahuan terdiri dari empat kategori yaitu (1) pengetahuan

tentang fakta; (2) pengetahuan tentang prosedural; (3) pengetahuan tentang

konsep; dan (4) pengetahuan tentang prinsip. Sedangkan keterampilan juga

terdiri dari empat kategori, yaitu (1) keterampilan untuk berpikir atau

keterampilan kognitif; (2) ketampilan untuk bertindak atau keterampilan

motorik; (3) keterampilan bereaksi atau bersikap; dan (4) keterampilan

berinteraksi. Putra (2009: 172) bahwa hasil belajar adalah hasil usaha yang

diperoleh siswa melalui proses belajar berdasarkan tujuan pembelajaran yang

telah ditentukan, yang diukur melalui tes.

Hasil belajar diperoleh dengan cara melakukan evaluasi atau penilaian

yang merupakan tindak lanjut atau cara untuk mengukur tingkat penguasaan

siswa terhadap materi pelajaran. Kemajuan hasil belajar siswa tidak saja diukur

dari tingkat penguasaan ilmu pengetahuan tetapi juga sikap dan keterampilan.

Dengan demikian penilaian hasil belajar siswa mencakup segala hal yang

48

Page 40: Bab ii SMA NEGERI 1 RAHA

dipelajari di sekolah, baik itu menyangkut pengetahuan, sikap dan

keterampilan.

Hasil belajar adalah segala sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai

akibat dari kegiatan belajar yang dilakukannya. Menurut Hamalik (2002: 28)

bahwa hasil-hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-

pengertian dan sikap-sikap, serta apersepsi dan abilitas. Dari kedua pernyataan

tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian hasil belajar adalah perubahan

tingkah laku siswa secara nyata setelah dilakukan proses pembelajaran yang

sesuai dengan tujuan pengajaran. Setelah melalui pembelajaran, maka siswa

diharapkan dapat mencapai tujuan belajar yang disebut sebagai hasil belajar

yaitu kemampuan yang dimiliki siswa setelah menjalani proses belajar.

Sudjana (2002: 34) berpendapat bahwa hasil belajar adalah

kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman

belajar. Tujuan belajar adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukkan bahwa

siswa telah melakukan perbuatan belajar, yang umumnya meliputi

pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap yang baru, yang diharapkan dapat

dicapai oleh siswa (Hamalik, 2002: 37).

Menurut Chaplin dalam Susanto (2001: 19) bahwa hasil belajar adalah

hasil karya akademis yang dinilai oleh guru ataupun melalui tes-tes yang

dibakukan maupun kombinasi dari keduanya. Dali dalam Susanto (2001: 19)

49

Page 41: Bab ii SMA NEGERI 1 RAHA

mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan prestasi atau perolehan. Dalam

hal ini hasil belajar dapat diartikan sebagai suatu prestasi yang diperoleh

setelah mengikuti proses belajar mengajar.

Seorang siswa dikatakan telah belajar jika adanya perubahan tingkah

laku pada siswa tersebut, yaitu perubahan tingkah laku yang menetap. Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa perubahan tingkah laku pada siswa tersebut

merupakan hasil dari belajar. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah

perubahan tingkah laku.” Hasil belajar adalah penguasaan hubungan yang telah

diperoleh sehingga orang itu dapat menampilkan pengalaman dan penguasaan

bahan pelajaran yang telah dipelajari (http://one.indoTesis.com. 2 Juli 2009).

Triyuni (2009: 117) Hasil belajar merupakan salah satu ukuran keberhasilan

pencapaian tujuan pembelajaran. Hasil belajar merupakan salah satu ukuran

keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran (http://Tesis. unila.ac.id. 7 Agustus

2009).

Kingsly dalam Basri (2008: 219) membagi tiga macam hasil belajar

yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c)

sikap dan cita-cita. Mengacu pada pendapat tersebut maka hasil belajar adalah

merupakan bukti keberhasilan yang dicapai seseorang setelah melalui kegiatan

pembelajaran di sekolah dalam kurun waktu tertentu. Hasil belajar ini

dinyatakan dalam bentuk angka.

50

Page 42: Bab ii SMA NEGERI 1 RAHA

Mengacu pada pendapat tersebut maka hasil belajar adalah merupakan

bukti keberhasilan yang dicapai seseorang setelah melalui kegiatan

pembelajaran di sekolah dalam kurun waktu tertentu. Hasil belajar ini

dinyatakan dalam bentuk angka.

Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh siswa melalui

kegiatan belajar. Belajar itu adalah suatu proses dalam diri seseorang yang

berusaha memperoleh sesuatu dalam bentuk perubahan tingkah laku yang

relatif menetap. Perubahan tingkah laku dalam belajar sudah ditentukan

berdasarkan kemampuan siswa.

Mengacu pada beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa

hasil belajar adalah perubahan perilaku dalam arti diperolehnya kemampuan-

kemampuan baru yang berlaku secara permanen dan perubahan perilaku

tersebut karena adanya upaya dan pengalaman yang diakibatkan oleh pengaruh

internal dan ekstemal. Syah (2003: 132) mengemukakan bahwa ada beberapa

faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa yakni sebagai berikut :

a. Faktor Internal Siswa

Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri

siswa. Yang termasuk dalam faktor internal yang mempengaruhi

prestasi belajar siswa adalah :

51

Page 43: Bab ii SMA NEGERI 1 RAHA

1). Aspek fisiologis

Kondisi tubuh dan tegangan otot yang menandai tingkat

kebugaran organ-organ tubuh dengan sendirinya dapat mempengaruhi

semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi

organ-organ tubuh siswa seperti indera pendengaran dan indera

penglihatan juga sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam

menyerap informasi dan pengetahuan yang disajikan di kelas maupun

yang dipelajarinya sendiri.

2). Aspek psikologis

Banyak faktor yang mempengaruhi dalam aspek psikologis yang

dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pengetahuan

siswa. Namun demikian diantara faktor-faktor yang ada, faktor rohaniah

pada umumnya dipandang lebih esensial. Faktor rohania meliputi:

a). Intelegensi siswa, intelegensi pada umumnya merupakan

kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau

menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang cepat. Jadi

intelegensi sebenarnya bukan persoalan kualitas otak saja,

melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya. Akan tetapi

memang harus diakui bahwa peranan otak dalam hubungannya

dengan intelegensi manusia lebih menonjol dari pada organ-organ

52

Page 44: Bab ii SMA NEGERI 1 RAHA

tubuh lainnya, sebab otak merupakan menara pengontrol hampir

seluruh aktivitas manusia.

b). Sikap siswa, sikap adalah gejala internal yang berdimensi efektif

berupa kecenderungan untuk memberikan reaksi atau merespon

dengan cara yang relatif tetap terhadap suatu obyek, baik secara

positif maupun secara negatif. Sikap siswa yang positif terutama

terhadap pelajaran dan guru merupakan tanda yang baik terhadap

proses belajar siswa tersebut. Sebaliknya sikap siswa yang negatif

terhadap guru dan mata pelajaran yang disajikan, apalagi bila

diiringi dengan kebencian terhadap lingkungan sekitarnya, maka

dapat menimbulkan kesulitan belajar bagi siswa tersebut.

c). Bakat siswa, bakat secara umum dapat diartikan sebagai potensi

untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Dengan

demikian sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti

berpotensi sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. Dalam

perkembangan selanjutnya, bakat kemudian diartikan sebagai

kemampuan individu untuk melaksanakan tugas tertentu tanpa

banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan. Seseorang

siswa yang berbakat dalam bidang pendidikan ekonomi misalnya

akan jauh lebih mudah menyerap informasi, pengetahuan dan

53

Page 45: Bab ii SMA NEGERI 1 RAHA

keterampilan yang berhubungan dengan bidangnya (ekonomi)

dibandingkan dengan siswa lainnya yang tidak memiliki bakat

dalam bidang ekonomi.

d). Minat siswa, secara sederhana minat dapat diartikan sebagai suatu

kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang

besar terhadap sesuatu. Seseorang siswa yang memiliki minat dalam

bidang ekonomi akan lebih mudah untuk memahami informasi dan

pengetahuan dalam bidang tersebut bila dibandingkan dengan siswa

lainnya yang tidak memiliki minat.

e). Motivasi siswa, pengertian dasar motivasi adalah keadaan internal

organisme, baik manusia ataupun hewan yang mendorongnya untuk

berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini motivasi berarti pemasok

daya atau yang mendorong untuk berbuat secara terarah.

b. Faktor Eksternal siswa

Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar diri

siswa. Yang termasuk dalam faktor eksternal yang mempengaruhi

prestasi belajar siswa adalah :

1). Faktor lingkungan sosial

Lingkungan sosial seperti guru, staf administrasi dan teman-teman

sekolah dapat mempengaruhi semangat belajar siswa. Guru yang selalu

54

Page 46: Bab ii SMA NEGERI 1 RAHA

menunjukkan sikap dan perilaku simpatik dan memperlihatkan suri

teladan yang baik khususnya dalam hal belajar, misalnya rajin belajar

dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar siswa.

2). Faktor lingkungan non-sosial

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non-soaial yang dapat

mempengaruhi prestasi belajar siswa antara lain, bidang sekolah dan

letaknya, keadaan dan waktu belajar, juga yang terpenting adalah

fasilitas belajar siswa seperti keadaan tempat belajar, alat tulis menulis,

meja, kursi serta buku teks dan lain-lain.

c. Konsep Ilmu Pengetahuan Sosial

Hakikat IPS, adalah telaah tentang manusia dan dunianya. Manusia

sebagai makhluk sosial selalu hidup bersama dengan sesamanya. Dengan

kemajuan teknologi pula sekarang ini orang dapat berkomunikasi dengan cepat

di manapun mereka berada melalui handphone dan internet. Kemajuan Iptek

menyebabkan cepatnya komunikasi antara orang yang satu dengan lainnya,

antara negara satu dengan negara lainnya. Dengan demikian maka arus

informasi akan semakin cepat pula mengalirnya. Oleh karena itu diyakini

bahwa “orang yang menguasai informasi itulah yang akan menguasai dunia”.

Suatu tempat atau ruang dipermukaan bumi, secara alamiah dicirikan

oleh kondisi alamnya yang meliputi iklim dan cuaca, sumber daya air,

55

Page 47: Bab ii SMA NEGERI 1 RAHA

ketinggian dari permukaan laut, dan sifat-sifat alamiah lainnya. Jadi bentuk

muka bumi seperti daerah pantai, dataran rendah, dataran tinggi, dan daerah

pegunungan akan mempengaruhi terhadap pola kehidupan penduduk yang

menempatinya.

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang

diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji

seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan

isu sosial. Pada jenjang SMP/MTs mata pelajaran IPS memuat materi

Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS,

peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang

demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai

(Depdiknas, 2006: 417).

Di masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan

berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap

saat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan

pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial

masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis.

menurut Mulyono (2002: 8) memberi batasan IPS adalah merupakan

suatu pendekatan interdsipliner (Inter-disciplinary Approach) dari pelajaran

Ilmu-ilmu Sosial. IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang Ilmu-ilmu

56

Page 48: Bab ii SMA NEGERI 1 RAHA

Sosial, seperti sosiologi, antropologi budaya, psikologi sosial, sejarah,

geografi, ekonomi, ilmu politik, dan sebagainya. Hal ini lebih ditegaskan lagi

oleh Said (2006: 4) bahwa IPS merupakan hasil kombinasi atau hasil

pemfusian atau perpaduan dari sejumlah mata pelajaran seperti: geografi,

ekonomi, sejarah, sosiologi, antropologi, politik.

Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu

dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam

kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta

didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada

bidang ilmu yang berkaitan .

Mata pelajaran IPS di jenjang pendidikan SMP/MTS bertujuan agar

peserta didik memiliki kemampuan dalam hal (1) Mengenal konsep-konsep

yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, (2) Memiliki

kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri,

memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial, (3) Memiliki

komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, (4)

Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam

masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global (Depdiknas,

2006: 417). Selanjutnya dijelaskan bahwa ruang lingkup mata pelajaran IPS

meliputi aspek-aspek (1) Manusia, Tempat, dan Lingkungan, (2) Waktu,

57

Page 49: Bab ii SMA NEGERI 1 RAHA

Keberlanjutan, dan Perubahan, (3) Sistem Sosial dan Budaya, (4) Perilaku

Ekonomi dan Kesejahteraan.

Secara rinci Hasan (2002: 40) merumuskan tujuan pendidikan IPS

berorientasi pada tingkah laku para siswa, yaitu: (1) pengetahuan dan

pemahaman, (2) sikap hidup belajar, (3) nilai-nilai sosial dan sikap, (4)

keterampilan. Sejalan dengan tujuan pendidikan IPS maka (Sumaatmadja,

2006: 69) menyatakan bahwa pendidikan IPS adalah “membina anak didik

menjadi warga negara yang baik, yang memiliki pengetahuan, keterampilan,

dan kepedulian social yang berguna bagi dirinya serta bagi masyarakat dan

negara.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22

tahun 2006 tentang Standar Isi untuk pendidikan dasar dan menengah memuat

tentang Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai salah satu mata pelajaran

yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS

mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan

dengan isu sosial. Pada jenjang SMP/MTs mata pelajaran IPS memuat materi

Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS,

peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang

demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai

(Depdiknas, 2006: 417).

58

Page 50: Bab ii SMA NEGERI 1 RAHA

Mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan,

pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat

dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Mata pelajaran IPS

disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses

pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di

masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan

memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu

yang berkaitan. Berdasarkan tuntutan permen tersebut sangat jelas bahwa IPS

merupakan mata pelajaran yang berorientasi tidak hanya pengembangan

intelektual, tetapi juga sikap dan ketrampilan.

IPS merupakan suatu program pendidikan dan bukan sub-disiplin ilmu

tersendiri, sehingga tidak akan ditemukan baik dalam nomenklatur filsafat

ilmu, disiplin ilmu-ilmu sosial (social science), maupun ilmu pendidikan

(Soemantri. 2001: 89). Social Scence Education Council (SSEC) dan National

Council for Social Studies (NCSS), menyebut IPS sebagai “Social Science

Education” dan “Social Studies”. Dengan kata lain, IPS mengikuti cara

pandang yang bersifat terpadu dari sejumlah mata pelajaran seperti: geografi,

ekonomi, ilmu politik, ilmu hukum, sejarah, antropologi, psikologi, sosiologi,

dan sebagainya.

59

Page 51: Bab ii SMA NEGERI 1 RAHA

Strategi penyampaian pengajaran IPS di sekolah yang berlansung saat ini,

sebagaian besar adalah didasarkan pada suatu tradisi, yaitu materi disusun

dalam urutan: anak (diri sendiri), keluarga, masyarakat/tetangga, kota, region,

negara, dan dunia. Tipe kurikulum seperti ini disebut “The Wedining Horizon

or Expanding Enviroment Curriculum” (Mahmud, 2009: 5).

Menurut Gunawan (2011: 3) bahwa pendidikan IPS di sekolah

merupakan mata pelajaran atau bidang kajian yang menduduki konsep dasar

berbagai ilmu sosial yang disusun melalu pendekatan pendidikan dan

pertimbangan psikologis, serta kebermaknaanya bagi siswa dalam

kehidupannya, mulai dari tingkat SD sampai SMA, atau membekali dan

mempersiapkan peserta didik untuk dapat melanjutkan kependidikan yang

lebih tinggi khususnya dalam bidang ilmu social diperguruan tinggi.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka yang dimaksud dengan

hasil belajar adalah kemampuan kognitif yang diperoleh siswa dari proses

belajar sebagai proses perwujudan segala upaya yang telah dilakukan selama

proses pem,belajaran IPS berlangsung yang dapat diukur dengan menggunakan

tes hasil belajar.

60

Page 52: Bab ii SMA NEGERI 1 RAHA

B. Penelitian Relevan

Adapun penelitian lain yang relevan dengan penelitian ini, di antaranya

adalah: penelitian yang dilakukan oleh Sambudiono tahun 2009 dalam

penelitiannya yang berjudul hubungan motivasi belajar dengan hasil belajar

siswa menemukan adanya hubungan yang positif dan sangat signifikan antara

motivali belajar dengan hasil belajar siswa seperti ditunjukkan oleh koefisien

korelasi sebesar anatara motivasi belajar dengan hasil belajar sebesar 0.433

dengan koefisien determinasi sebasar 18,75 yangt berarti sekitar 19% variasi

hasil belajar ditentukan oleh variasi motivasi belajar siswa.

Penelitian lain yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang

dilakukan oleh Yuliana tahun 2011 yang berjudul hubungan antara lingkungan

belajar dan motivasi belajar dengan hasil belajar IPS di SMP negeri 1

Napabalano, menemukan adanya hubungan yang positif dan sangat signifikan

antara lingkungan belajar dengan hasil belajar seperti yang ditunjukkan oleh

koefisien korelasi sebesar 0,546 dengan koefiein determinasi sebesar 29,81

yang berarti sekitar 30% variasi hasil belajar ditentukan oleh dukungan

lingkungan belajar yang kondusif. Penelitian Yuliana juga menemukkan

adanya hubungan antara motivasi belaja siswa dengan hasil belajar IPS di SMP

negeri 1 Napabalano seperti ditunjukkan oleh koefisien korelasi sebesar 0.602

61

Page 53: Bab ii SMA NEGERI 1 RAHA

dengan koefisien determinasi sebesar 0,362 yang berarti sekitar 36% variasi

hasil belajar ditentukan oleh variasi motivasi belajar siswa.

Penelitian Ilmi tahun 2011 yang berjudul hubungan antara motivasi

belajar dan lingkungan belajar dengan hasil belajar juga menemukan adanya

hubungan yang positif dan sangat siginifikan antara motivasi belajar dengan

hasil belajar seperti ditunjukkan oleh koefisien korelasi sebesar 0,617 dengan

koefisisen determinasi 0,3807 yang berarti sekitar 38% variasi yang terjadi

pada hasil belajar ditentukan oleh variasi motivasi belkajar. Penelitian ilmi

juga menemukan adanya hubungan yang positif dan sangat signifikan antara

lingkungan belajar dengan hasil belajar seperti ditunjukkan oleh koefisien

korelasi seperti ditunjukkan oleh koefisien korelasi sebesar 0,339 dan koefisien

determinasi sebesar 0,115 yang berarti sekitar 12% variasi yang terjadi pada

hasil belajar ditentukan oleh dukungan lingkungan belajar.

Berdasarkan beberapa penelitian relevan tersebut, maka peneliti

menganggap bahwa penelitian tentang hubungan antara motivasi belajar dan

lingkungan belajar dengan hasil belajar siswa adalah penting untuk dilakukan

dalam upaya meningkatkan motivasi belajar siswa dan mengelola lingkungan

belajar yang kondusif untuk mendukung pelaksanaan proses belajar mengajar.

62

Page 54: Bab ii SMA NEGERI 1 RAHA

C. Kerangka Pikir

1. Hubungan antara Motivasi Belajar dengan Hasil Belajar

Kepercayaan diri adalah keyakinan dalam diri seseorang siswa akan

kemampuan yang dimilikinya dalam melakukan tugas-tugas yang dibebankan

dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan sesuai dengan yang

diharapkan. Kepercayaan diri siswa merupakan salah satu faktor yang

menentukan motivasi belajar siswa. Kepercayaan diri adalah sikap positif

seorang individu yang menjadikan dirinya untuk mengembangkan penilaian

positif baik terhadap diri sendiri maupun  terhadap lingkungan atau situasi

yang dihadapinya. Hal ini bukan berarti bahwa individu tersebut mampu dan

kompeten melakukan segala sesuatu seorang diri, namun dengan rasa percaya

diri yang dimiliki dapat mendorong seorang siswa untuk menyelesaikan segala

sesuatu yang berkaitan dengan tugas yang diberikan guru di sekolah sesuai

dengan kemampuan sendiri serta tidak menggantungkan diri pada orang lain,

serta berani mengambil sikap sesuai dengan hati nuraninya.

Siswa yang mempunyai kepercayaan diri tinggi, pada umumnya

memiliki harapan sukses yang lebih tinggi dibanding dengan rasa tidak percaya

dirinya akan mengalami kegagalan. Siswa yang kepercayaan dirinya tinggi

akan selalu merasa optimis dalam mengerjakan setiap pekerjaan yang dihadapi

sehingga selalu optimis untuk mencapai tujuan. Kepercayaan diri merupakan

63

Page 55: Bab ii SMA NEGERI 1 RAHA

restasi merupakan salah satu faktor penting dalam psikologi pendidikan.

Kepercayaan diri menunjukkan adanya upaya keras untuk memperoleh

kesuksesan dan untuk memperoleh sesuatu sesuai dengan tujuan, sehingga

mendorong siswa untuk selalu belajar dengan giat demi mencapai hasil belajar

yang lebih baik. Siswa yang percaya diri tidak memiliki beban secara psikologi

dalam belajar atau dalam menyelesaikan tugas-tugas di sekolah sehingga

terhindar dari sters dan akahirnya akan mampu menyelesaikan semua tugas

atau ujian dengan baik dan akhirnya akan mendapatkan hasil lebih baik atau

dapat mencapai tujuannya. Sebaliknya siswa yang tidak memiliki kepercayaan

diri maka akan mengalami beban dalam belajar, dia selalu dibayang-bayangi

oleh perasan gagal sehingga motivasinya untuk belajar menjadi rendah.

Dengan demikian diduga bahwa terdapat hubungan yang positif antara

kepercayaan diri siswa dengan motivasi berlajar. Semakin tinggi kepercayaan

diri maka semakin tinggi motivasi belajar siswa, demikian sebaliknya bahwa

semakin rendah kepercayaan diri siswa maka semakin rendah motivasinnya

untuk belajar.

64

Page 56: Bab ii SMA NEGERI 1 RAHA

2. Hubungan Lingkungan Belajar dengan Hasil Belajar

Lingkungan belajar mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar.

Lingkungan belajar meiliputi lingkungan fisik, dan lingkungan non-fusik.

lingkungan sosial berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar siswa. Belajar

dalam lingkungan yang kondusif seperti penataan ruang belajar yang baik,

ketersediaan udara yang segar akan membuat siswa lebih betah untuk berada

dalam kelas dan belajar sehingga hasil belajar siswa akan lebih tinggi

dibanding dengan belajar dalam kondisi ruang kelas yang tidak tertata dengan

baik, dan dengan keadaan udara yang panas dan pengap.

Lingkungan sosial meliputi suasana hubungan interaksi antara siswa

dengan siswa, siswa dengan guru, siswa dengan kepala sekolah, dan hubungan

siswa dengan staf administrasi sekolah. Dengan adanya penataan lingkungan

belajar yang baik diharapkan proses belajar siswa menjadi lebih baik dan hasil

belajar yang diacapai siswa menjadi lebih tinggi. Lingkungan yang baik untuk

kegiatan belajar adalah lingkungan yang memiliki media massa dan fasilitas

belajar yang memadai, serta pola pergaulan dan kehidupan masyarakat bersifat

positif dan menunjang kegiatan belajar.

Lingkungan belajar yang ditata rapi untuk mendukung belajar,

menjadikan siswa berkata bahwa belajar itu segar, hidup, dan penuh semangat.

Dari cara menempel poster di dinding, pengaturan bangku, penyusunan bahan-

65

Page 57: Bab ii SMA NEGERI 1 RAHA

bahan pembelajaran, sampai pada kebersihan kelas, semua menjadi inspirasi

dalam belajar. Dengan kata lain bahwa segala sesuatu yang ada dalam kelas

akan menyampaikan pesan yang mamacu atau menghambat motivasi belajar

Lingkungan belajar adalah situasi atau suasana dalam belajar baik yang

berwujud fisik maupun non-fisik atau lingkungan sosial. Dalam belajar siswa

memerlukan lingkungan belajar yang kondusif baik secara fisik maupun non-

fisik. Dengan demikian maka dapat diduga bahwa terdapat hubungan positif

antara lingkungan belajar dengan motivasi belajar. Semakin kondusif

lingkungan belajar maka semakin tinggi hasil belajar yang dicapai siswa,

demikian sebaliknya bahwa semakin tidak kondusif lingkungan belajar siswa

maka makin rendah hasil belajar yang dicapai oleh siswa.

3. Hubungan antara Motivasi Belajar dan Lingkungan Belajar

secara Bersama-sama dengan Hasil Belajar

Seperti telah dikemukakan di atas bahwa kepercayaan diri merupakan

suatu dorongan dari dalam diri individu untuk mencapai suatu nilai kesuksesan.

Di mana nilai kesuksesan tersebut mengacu pada perbedaannya dengan suatu

keberhasilan atas penyelesaian masalah yang pernah diraih oleh individu

maupun berupa keberhasilan individu lain yang dianggap mengandung suatu

66

Page 58: Bab ii SMA NEGERI 1 RAHA

nilai kehormatan. Kepercayaan diri terdiri atas dorongan-dorongan dari dalam

indvidu untuk dapat mencapai tujuan dan bertahan ketika menghadapi rintangan.

Kebutuhan akan prestasi mendorong seseorang siswa untuk

mengungguli siswa lainnya berdasarkan ukuran seperangkat Standar. Dengan

kata lain kebutuhan akan prestasi mendorong seseorang siswa untuk selalu

sukses dalam melakukan suatu kegiatan. Kebutuhan akan kekuasaan membuat

seseorang siswa untuk berperilaku dengan suatu cara tertentu dimana orang

lain tidak dapat berperilaku seperti itu.

Faktor lain yang berhubungan dengan hasil belajar adalah lingkungan

belajar. Lingkungan belajar mempengaruhi keberhasilan belajar siswa,

lingkungan belajar seperti lingkungan alami atau lingkungan fisik, dan

lingkungan sosial berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar siswa. Belajar

dalam lingkungan yang kondusif seperti penataan ruang belajar yang baik,

ketersediaan udara yang segar, hubungan komunikasi yang harmonis antara

sesama siswa, dan antara siswa dengan guru dan seluruh warga sekolah akan

membuat siswa lebih betah untuk berada dan belajar di kelas atau di sekolah

sehingga hasil belajar yang dicapai siswa akan lebih tinggi dibanding dengan

belajar pada lingkungan yang tidak kondisif atau kondisi ruang kelas yang

tidak tertata dengan baik, dengan keadaan udara yang panas dan pengap, serta

dengan pola hubungan komunikasi yang tidak harmonis, karena aka membuat

67

Page 59: Bab ii SMA NEGERI 1 RAHA

siswa tidak betah berada di kelas atau di sekolah dan tidak nyaman dalam

belajar sehingga hasil belajarnya rendah.

Siswa yang memiliki kepercayaan diri dalam belajar apabila didukung

oleh lingkungan belajar yang kondusif maka akan meningkatkan motivasi

belajar tinggi bagi siswa, sebaliknya kepercayaan diri yang tinggi untuk

belajarmotivasi siswa untuk belajar menjadi tidak maksimal. lingkungan

belajar meliputi lingkungan fisik maupun non-fisik. Dengan demikian maka

dapat diduga bahwa terdapat hubungan positif antara kepercayaan diri siswa

siswa dan lingklungan belajar secara bersama-sama dengan motivasi belajar

siswa. Semakin tinggi motivasi belajar siswa dan semakin kondusif lingkungan

belajar maka semakin tinggi hasil belajar siswa, sebalikinya semakin rendah

kepercayaan diri siswa dan semakin tidak kondusif lingkungan belajar maka

makin rendah motivasi belajar siswa.

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Ada hubungan positif dan signifikan antara motivasi belajar dengan

hasil belajar siswa di SMP negeri 3 Raha.

2. Ada hubungan positif dan signifikan antara lingkungan belajar siswa

dengan motivasi belajar siswa di SMP negeri 3 Raha.

68

Page 60: Bab ii SMA NEGERI 1 RAHA

3. Ada hubungan positif dan signifikan antara motivasi belajar dan

lingkungan belajar siswa secara bersama-sama dengan hasil belajar siswa

di SMP negeri 3 Raha.

69