bab ii proposal besar

Upload: mitha-paramitha

Post on 11-Oct-2015

78 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tugas ahir indo jerman

TRANSCRIPT

BAB IITINJAUAN PUSTAKA1. 2. 2.1. Gambaran Umum Kabupaten Demak2.1.1. DemografiJumlah penduduk menurut kecamatan, jenis kelamin dan sex ratio Kabupaten Demak berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Demak, pada tahun 2012 berjumlah 1.092.622, yang terdiri dari 542.879 orang laki-laki dan 549.743 orang perempuan. Secara berurutan Jumlah Penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Mranggen sejumlah 163.773 orang, Sedangkan jumlah penduduk terkecil terdapat di Kecamatan Kebonagung sejumlah 39.417 orang, seperti terlihat tabel di bawah ini (Demak Dalam Angka, 2014).NoKecamatanLaki-lakiPerempuanJumlahSex Ratio

-1-2-3-4-5-6

1Mranggen81.15682.617163.77398,23

2Karangawen42.80243.69986.50197,95

3Guntur37.04536.52173.566101,43

4Sayung50.7149.11399.823103,25

5Karangtengah29.99529.69559.69101,01

6Bonang49.01648.29497.31101,50

7Demak48.59951.726100.32593,95

8Wonosalam38.06338.20376.26699,63

9Dempet26.22626.43352.65999,22

10Gajah21.9322.88844.81895,81

11Karanganyar34.45535.17269.62797,96

12Mijen28.17629.77157.94794,64

13Wedung35.03535.86570.997,69

14Kebonagung19.67119.74639.41799,62

Jumlah542.879549.7431.092.62298,75

Sumber : BPS 2014

2. 2.1.1. 2.1.2. Geografi2.1.2.1. Letak GeografiDemak sebagai salah satu kabupaten di Jawa Tengah terletak pada koordinator 6 4326 - 7 0943 LS dan 110 2758 110 4847 BT. Wilayah ini sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Jepara dan Laut Jawa, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Kudus dan Kabupaten Grobogan, sebelah Selatan berbatasan denagan Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Semarang serta sebelah Barat berbatasan dengan Kota Semarang. Jarak terjauh dari barat timur adalah sepanjang 49 Km dan dari utara ke selatan sepanjang 41 KM (Demak Dalam Angka, 2014).Luas wilayah menurut kecamatan di Kabupaten Demak tahun 2013KecamatanLuasPersentase

01. Mranggen7 2228,05

02. Karangawen6 6957,46

03. Guntur5 7536,41

04. Sayung7 8698,77

05. Karangtengah5 1555,74

06. Bonang8 3249,28

07. Demak6 1136,81

08. Wonosalam5 7886,45

09. Dempet6 1616,87

10. Gajah4 7835,33

11. Karanganyar6 7767,55

12. Mijen5 0295,60

13. Wedung9 87611,00

14. Kebonagung4 1994,68

Jumlah89 743100,00

Sumber : BPS 2014Dari tabel di atas terlihat bahwa Kecamatan Wedung memiliki daerah yang paling luas yakni sebesar 11,00 % dari luas wilayah Kabupaten Demak (897,43 KM2), sedangkan daerah yang paling kecil adalah Kecamatan Kebonagung yang hanya memiliki 4,68 % dari luas wilayah Kabupaten Demak (Demak Dalam Angka, 2014).

2.1.2.2. Luas Penggunaan TanahSecara administratif luas wilayah Kabupaten Demak adalah 89.743 ha, terdiri atas 14 kecamatan , 243 desa dan 6 kelurahan. Sebagai daerah agraris yang kebanyakan penduduknya bermata pencaharian bercocok tanam, sebagian besar wilayah Kabupaten Demak terdiri atas lahan sawah yang mencapai luas 50.087 ha (56,62 %) dan selebihnya adalah lahan kering. Menurut penggunaannya, sebagian besar lahan sawah yang digunakan berpengairan tadah hujan 23,45 %, tehnis 19,22 % dan setengah tehnis 7,60 % . Sedangkan untuk lahan kering 15,14 % digunakan untuk kebun/tegal, 14,74 % digunakan untuk bangunan dan halaman serta 6,11 % digunakan untuk tambak (Demak Dalam Angka, 2014).

2.1.3. Gambaran Umum PertanianSalah satu daerah di Jawa Tengah yang menjadi sentra penghasil beras terbesar adalah kabupaten Demak. Kabupaten Demak memiliki luas wilayah sekitar 1.149,07 kilometer persegi, terdiri atas daratan 897,43 km persegi dan lautan sekitar 252,34 km persegi. Dilihat dari ketinggian permukaan tanah dari permukaan laut (elevasi), wilayah Demak terletak mulai dari 0 m sampai dengan 100 m dari permukaan laut. Sedang dari tekstur tanahnya, wilayah Demak terdiri atas tekstur tanah halus (liat) seluas 49.066 ha dan tekstur tanah sedang (lempung) seluas 40.677 ha. Kondisi ini membawa dampak positif dimana kondisi daratannya memiliki tingkat kesuburan yang baik. Sehingga tidak mengherankan jika sebagian besar penduduknya bermatapencaharian sebagai petani atau mengandalkan hidupnya dari sektor pertanian. Kabupaten Demak menjadi salah satu kabupaten di Jateng yang menjadi pemasok beras terbesar yang dikenal sebagai lumbung padi nasional, menyusul beras yang dihasilkannya juga didistribusikan ke sejumlah daerah di Jateng. Kesinambungan pasokan air dari irigasi teknis berkat aliran air dari sejumlah waduk, termasuk Waduk Kedungombo, menjadikan lahan pertanian ini tetap produktif di musim kemarau. Oleh karena itu, lahan pertanian di daerah ini bahkan bisa panen hingga tiga kali dalam setahun. Kalau panen dua kali, biasanya para petani menyelanya dengan palawija atau tanaman lain (BPS, 2013).

Kabupaten Demak juga memperoleh penghargaan Presiden atas keberhasilan meningkatkan produksi beras. Selama lima tahun berturut turut, yaitu tahun 2008, 2009, 2010, 2011, dan 2012 kemudian juga mendapatkan penghargaan Ketahanan Pangan dari Presiden RI (demakkab.go.id, 2014). Produksi padi Kabupaten Demak dibagi menjadi dua yaitu padi sawah dan padi ladang. Tahun 2012 hasil produksi padi sawah 656.665 ton dan padi lading sebesar 16.355 ton (BPS, 2012). *G ADA D DAPUS SUCI*

Luas Panen, Rata-rata dan Produksi Padi Sawah di Kabupaten Demak 2012KecamatanTambahPanenPanenRata-Produksi

District TanamKotorBersihrataBersih

(Ha)(Ha)(Ha)(Kw/Ha)*)(Ton)*)

-1-2-3-4-5-6

01. Mranggen3.0661.8341.78257,2010.193

02. Karangawen4.9634.7324.68849,9023.394

03. Guntur6.2526.4146.23564,4240.166

04. Sayung4.3174.2274.11458,3824.018

05. Karangtengah6.9317.1446.94457,8140.144

06. Bonang10.42310.72110.42357,4959.921

07. Demak8.0128.1987.9762,9150.143

08. Wonosalam7.0667.2487.04660,1142.357

09. Dempet8.6588.1667.93965,4751.975

10. Gajah6.6876.1445.97465,1238.903

11. Karanganyar9.7119.39.05465,6359.422

12. Mijen7.0047.217.00861,6643.208

13. Wedung10.83310.86410.56257,2460.456

14. Kebonagung6.1286.3026.12761,5637.72

Jumlah/Total 100.05198.50495.86660,71582.02

Sumber : BPS 20142.1.3.1. Tanaman PanganSub sektor tanaman pangan meliputi komoditi padi (padi sawah dan padi ladang), jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kacang hijau, kedelai dan sorgum.Luas panen bersih tanaman padi (padi sawah) pada tahun 2013 seluas 100.610 hektar. Apabila dibandingkan dengan tahun 2012 naik 4,95 persen. Produksi padi sawah pada tahun 2013 mencapai 586.079 ton gabah kering giling (GKG), mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2012 sebesar 0,69 persen. Produktivitas padi pada tahun 2013 sebesar 58,25 kw/ha, turun 4,05 persen bila dibandingkan tahun 2012 yaitu sebesar 60,71 kw/ha. Secara umum, luas panen naik tetapi produktivitas mangalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya (Demak Dalam Angka, 2014).

2.1.3.2. Tanaman PerkebunanDilihat dari sisi luas, tanaman perkebunan rakyat yang mempunyai area cukup besar, pada tahun 2013 adalah tembakau dan kelapa. Sedangkan dilihat dari sisi produksi juga tanaman tembakau dan kelapa (Demak Dalam Angka, 2014).

2.1.3.3. Perikanan dan PeternakanKegiatan usaha perikanan di Kabupaten Demak meliputi parikanan laut dan perikanan darat. Produksi dari perikanan laut tahun 2012 mencapai 1.341,25 ton. Sedangkan untuk budidaya perikanan darat didominasi oleh budidaya ikan kolam yang mencapai 16.725,4 ton ditahun yang sama. *SITASI suci*Pada sektor peternakan, jenis ternak yang dihasilkan dipeternakan besar yaitu sapi, kerbau, dan kuda. Tahun 2012 populasi untuk sapi 4.108 ekor, kerbau 3.438 ekor, dan untuk kuda 582 ekor. Sedangkan untuk peternakan kecil yaitu kambing 43.845 ekor, domba 69.712 ekor, dan kelinci 3.988 ekor pada tahun yang sama (demakkab.go.id, 2014).2.1.4. Gambaran Umum Sosial Ekonomi Kabupaten DemakJumlah Penduduk 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan usaha di Kabupaten demak Tahun 2012Lapangan UsahaJumlah Penduduk Yang Bekerja

Laki-lakiPerempuanJumlah

Pertanian, kehutanan, perburuan & perikanan129.12798.693227.820

Industri Pengolahan25.92726.13252.059

Perdagangan besar,eceran,rumah makan & hotel

34.784

58.193

92.977

Jasa Kemasyarakatan34.78426.55260.599

Lainnya34.0472.81672.379

Jumlah2012293.448212.386505.834

2011201020092008293.448291.889287.495312.122212.386211.904207.422217.731505.834503.793494.917529.853

Sumber: Demak Dalam Angka 2013

Banyaknya Keluarga Pra sejahtera dan Sejahtera per Kecematan di Kabupaten Demak Tahun 2013KeamatanPra SejahteraKS Tahap I

1. Mranggen2. Karangawen3. Guntur4. Sayung5. Karangtengah6. Bonang7. Demak8. Wonosalam9. Dempet10. Kebonagung11. Gajah12. Karanganyar13. Mijen14. Wedung16.73013.5609.92912.3825.14812.9486.7196.43810.7785.0066.7207.9585.4028.8869.76912.8753.0939.3264.63310.2247.7125.6101.8613.0471.0062.0565.6085.027

Jumlah 2013128.60481.847

2012201120102009130.174128.950133.028144.13177.56374.17271.61066.916

Sumber : Demak dalam Angka 2014

Banyaknya Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan di Babupaten Demak tahun 2006-2011TahunPenduduk miskinPersentaseGaris kemiskinan

-1-2-3-4

2006263.500,0026,03186.414

2007238.900,0023,50167.405

2008217.200,0021,24173.075

2009202.240,0019,70210.26

2010198.800,0018,76228.774

2011192.500,0017,82254.441

Sumber : Demak dalam Angka 20142.1.5. Gambaran Umum Angka Kesehatan Kabupaten DemakHasil Riskesdas Jawa Tengah tahun 2012 menunjukan terdapat 10,75 kematian bayi untuk 1000 kelahiran hidup dan pada Kabupaten Demak sendiri terdapat 5,62 kematian bayi pada 1000 kelahiran hidup. Dibandingkan dengan target Millenium Development Goals (MDGs) ke-4 tahun 2015 sebesar 17/1.000 kelahiran hidup maka AKB di Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 sudah cukup baik karena telah melampaui target. Untuk berat badan lahir rendah (BBLR) pada Kabupaten Demak sebanyak 2,69% jumlah ini lebih rendah jika dibanding dengan jumlah BBLR pada Provinsi Jawa Tengah sebesar 3,75% (Depkes RI, 2013). Sementara itu untuk angka kematian balita Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 sebesar 11,85/1.000 kelahiran hidup. Dan untuk kabupaten Demak sendiri memiliki angka kematian balita 6,61/1000 kelahiran hidup pada Provinsi Jawa Tengah jumlah ini merupakan angka kematian terendah kedua setelah kota Surakarta dengan 6,01/1000 kelahiran hidup. Dibandingkan dengan cakupan yang diharapkan dalam Millenium Development Goals (MDGs) ke-4 tahun 2015 yaitu 23/1.000 kelahiran hidup, angka kematian balita kabupaten Demak tahun 2012 sudah melampaui target. Jumlah kematian maternal pada kabupaten Demak pun juga menujukan angka yang rendah di tahun 2012 yaitu sebanyak 17 kematian. (Depkes RI, 2013).2.2. Ketersediaan PanganKetersediaan pangan tingkat rumah tangga diartikan sebagai kemampuan rumah tangga menyediakan pangan melalui berbagai cara, antara lain dengan memproduksi pangan di lahan pertanian sendiri dan membeli di pasar terdekat (Darmawan, 2011). Ketersediaan pangan bisa dilihat melalui produksi pertanian, cadangan pangan, serta bantuan pangan (Gross et al, 2000). Ketersediaan pangan yang memadai dapat memperbesar peluang rumah tangga mengkonsumsi makanan sehingga dapat mempengaruhi pula status gizi individu dikeluarga (Darmawan, 2011). Ketersediaan pangan berfungsi menjamin pasokan pangan untuk memenuhi kebutuhan seluruh penduduk, dari segi kuantitas, kualitas, keragaman dan keamanannya. Indikator yang digunakan untuk mengukur capaian ketersediaan pangan suatu wilayah adalah indikator ketersediaan energi protein perkapita (litbang.tanggerangkota.go.id, 2012).Ambang batas ketersediaan pangan tingkat energy adalah 2400 kkal/kapita/hari dan untuk protein 63 g/kapita/hari. Besarnya ketersediaan pangan diukur dengan cara menginventarisasikan pangan yang tersedia dikeluarga, baik yang diperoleh dari input yaitu produksi usahatani, pembelian dan pemberian yang dikurangi dengan output rumah tangga yaitu dijual, aktivitas sosial, dan diberikan kepada pihak lain. Secara sistematis, besarnya ketersediaan pangan pada rumah tangga petani dapat dihitung dengan rumus:S = Input OutputKeterangan :S= Ketersediaan pangan rumah tangga (gram)Input= Pemasukan (Produksi sendiri + pembelian + pemberian/bantuan)Output= Pengeluaran (Dijual + aktivitas social + diberikan ke pihak lain)

Kemudian hasil S dikonversikan kedalam satuan lain dengan rumus :

Ketersediaan energi (Kkal/Kapita/Hari) =Ketersediaan Pangan/Kapita/Hari X Kandungan kalori X BDD100Ketersediaan protein (gram/kapita/hari) =Ketersediaan pangan/Kapita/Hari X Kandungan protein x BDD100(Permentan, 2010).2.3. Status Gizi2.3.1. Definisi Status GiziStatus gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang yang dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh. Status gizi ditentukan oleh dua hal yaitu terpenuhinya semua zat zat gizi yang diperlukan tubuh dari makanan dan peranan factor factor yang menentukan besarnya kebutuhan, penyerapan dan penggunaan zat gizi. Zat gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya. Terdapat 3 fungsi utama zat gizi, yaitu menghasilkan energ, membangun dan memelihara jaringan serta mengatur proses proses kehidupan (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2007).Status gizi kurang merupakan keadaan seseorang dimana jumlah energi yang masuk lebih sedikit dari energi yang dikeluarkan. Hal ini dapat terjadi karena jumlah energi yang masuk lebih sedikit dari anjuran kebutuhan individu (Wardlaw, 2007). Hal tersebut bisa diakibatkan kurangnya konsumsi pangan secara relatif atau absolut selama periode waktu tertentu. Sedangkan untuk status gizi lebih yaitu keadaan dimana seseorang mengkonsumsi energy dalam jumlah berlebih selama periode tertentu (Supariasa, 2012).2.3.2. Penilaian Status GiziPenilaian status gizi pada dasarnya merupakan proses pemeriksaan keadaan gizi seseorang dengan cara mengumpulkan data penting, baik yang bersifat objektif maupun subjektif, untuk kemudian dibandingkan dengan baku yang telah tersedia. Data objektif dapat diperoleh dari data pemeriksaan laboratorium perorangan, serta sumber lain yang dapat diukur oleh anggota tim penilai. Metode penilaian status gizi meliputi metode pengukuran antropometri, metode pemeriksaan biokimia, metode pemeriksaan klinis, metode survei konsumsi makanan, serta faktor ekologi (Gibson, 2005).2.3.2.1. Antropometri Antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi behubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan gizi. Secara umum antropometri digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan porposi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh. Indeks antropometri merupakan rasio dari pengukuran terhadap satu atau lebih dari pengukuran atau dihubungkan dengan umur (Gibson, 2005). Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari manusia, antara lain umur, berat badan, tinggi badan, dan lingkar lengan atas (Supariasa, 2012).2.3.2.1.1. Indeks AntropometriIndeks antropometri adalah pengukuran dari beberapa parameter. Indeks antropometri bisa merupakan rasio dari satu pengukuran terhadap satu atau lebih pengukuran atau yang dihubungkan dengan umur dan tingkat gizi. Salah satu contoh dari indeks antropometri adalah Indeks Massa Tubuh (IMT) atau yang disebut dengan Body Mass Index (Supariasa, 2012). Dua parameter yang berkaitan dengan pengukuran Indeks Massa Tubuh, terdiri dari berat badan dan tinggi badan.Berat badan merupakan salah satu parameter massa tubuh yang paling sering digunakan yang dapat mencerminkan jumlah dari beberapa zat gizi seperti protein, lemak, air dan mineral. Untuk mengukur Indeks Massa Tubuh, berat badan dihubungkan dengan tinggi badan (Gibson, 2005).Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh sering dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tiik diatnggi badan tidak seperti berat badan, relative kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan terlihat dalam waktu yang lama. Berdasarkan karakteristik diatas, maka indeks ini menggambarkan status gizi masa lalu (Supariasa, 2012).2.3.2.1.2. Penilaian IMTDi Indonesia istilah Body Mass Index diterjemahkan menjadi indeks massa tubuh (IMT) yang merupakan alat sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan, maka mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup panjang. Laporan FAO/ WHO/ UNU tahun 1985 menyatakan bahwa batasan berat badan normal orang dewasa ditentukan berdasarkan nilai Body Mass Index (BMI).Rumus perhitungan IMT dapat diperoleh melalui perhitungan sebagai berikutIMT = Keterangan:IMT= Indeks Massa TubuhBB= Berat badan (kg)TB= Tinggi badan (m)(WHO, 2004)*DAPUS SUCI*Indeks hasil perhitungan kemudian diinterpretasikan sesuai klasifikasi IMT menurut kriteria Asia Pasifik:

Klasifikasi Indeks Massa Tubuh menurut Depkes RI 2003Indeks Massa Tubuh (IMT) (Kg/m2)Klasifikasi

27Obesitas

Sumber : Supariasa, 2012

2.3.2.2. KlinisPemeriksaan klinis adala metode yang sangat penting menilai status gizi seseorang. Metode ini didasarkan atas perubahan yang terjadi dihubungkan dengan tidak cukupnya zat gizi. Hal ini dapat dilihat dari jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut, dan mukosa oral atau pada organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid. Survei ini untuk mendeteksi secara cepat tanda klinis umum kekurangan gizi, selain itu juga merupakan cara untuk mengetahui gejala dan riwayat penyakit (Gibson, 2005).2.3.2.3. BiokimiaPemeriksaan biokimia adalah pemeriksaan specimen yang diuji secara laboratorium yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain: darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot. Metode ini digunakan untuk memperingati bahwa kemungkinan akan terjadi malnutrisi yang akan lebih parah lagi (Gibson, 2005).2.3.2.4. Statistik VitalSalah satu cara untuk mengetahui suatu gambaran keadaan gizi disuatu wilayah adalah dengan cara menganalisis statistic kesehatan. Beberapa statistic vital yang berhubungan dengan keadaan kesehatan dan gizi antara lain angka kesakitan, angka kematian, angka pelayanan kesehatan, dan penyakit infeksi yang berhubungan dengan gizi (Supariasa, 2012).2.3.2.5. Faktor EkologiPenilaian status gizi dengan menggunakan faktor ekologi karena masalah gizi dapat terjadi karena interaksi beberapa faktor ekologi, seperti faktor biologis, faktor fisik, dan lingkungan budaya. Penilaian berdasarkan faktor ekologi digunakan untuk mengetahui penyebab kejadian gizi salah (malnutrition) di suatu masyarakat yang nantinya akan sangat berguna untuk melakukan intervensi gizi (Supariasa, 2012).2.3.2.6. Survei Konsumsi Makanan2.3.2.6.1. Metode Survei Konsumsi Makanan Tingkat Rumah TanggaMetode pencatatan pangan merupakan salah satu metode pengukuran konsumsi pangan berdasarkan sasaran pengamatan. Metode pencatatan ini terdiri dari pencatatan harian pangan dikeluarga yang dilakukan oleh anggota keluarga sendiri. Pencatatan meliputi semua pangan yang masuk ke dalam rumah tangga termasuk yang dibeli, diberi, dan hasil produksi sendiri. Jumlah makanan dicatat dalam ukuran rumah tangga (URT). Lamanya pencatatan umumnya tujuh hari. Pencatatan dilakukan pada formulir tertentu yang dipersiapkan (Gibson, 2005).2.3.2.6.1.1. Metode Pencatatan (Food Account)Metode pencatatan pangan merupakan salah satu metode pengukuran konsumsi pangan berdasarkan sasaran pengamatan. Metode pencatatan ini terdiri dari pencatatan harian pangan dikeluarga yang dilakukan oleh anggota keluarga sendiri. Pencatatan meliputi semua pangan yang masuk ke dalam rumah tangga termasuk yang dibeli, diberi, dan hasil produksi sendiri. Jumlah makanan dicatat dalam ukuran rumah tangga (URT). Lamanya pencatatan umumnya tujuh hari. Pencatatan dilakukan pada formulir tertentu yang dipersiapkan (Gibson, 2005).2.3.2.6.1.2. Metode Pendaftaran (Food List)Metode pendaftaran ini dilakukan dengan menanyakan dan mencatat seluruh bahan makanan yang digunakan keluarga selama survei dilakukan (biasanya 1-7 hari). Pencatatan dilakukan berdasarkan jumlah bahan makanan yang dibeli, harga, dan nilai pembeliannya, termasuk makanan yang dimakan anggota keluarga diluar rumah. Jadi data yang dipeoleh merupakan taksiran/perkiraan dari responden. Metode ini tidak memperhitungkan bahan makanan yang terbuang, rusak atau diberikan pada binatang peliharaan. Jumlah bahan makanan diperkirakan dalam ukuran rumah tangga (URT). Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara yang dibantu dengan formulir yang telah disiapkan, yaitu kuesioner terstruktur yang memuat daftar bahan makanan utama keluarga (Gibson, 2005).2.3.2.6.1.3. Metode Inventaris ( Inventory Food)Metode inventaris memiliki prinsip menghitung/mengukur semua persediaan makanan di rumah tangga (berat dan jenisnya) mulai dari awal sampai akhir survei. Semua makanan yang diterima, dibeli, dan dari produksi sendiri dicatat dan dihitung/ditimbang setiap hari selama periode pengumpulan data. Semua makanan yang terbuang, tersisa, dan busuk selama penyimpanan dan diberikan pada orang lain atau binatang peliharaan juga diperhitungkan. Pencatatan dapat dilakukan oleh petugas atau responden yang sudah mampu/telah dilatih dan tidak buta huruf (Gibson, 2005).2.3.2.6.1.4. Pencatatan Makanan Rumah Tangga (Household Food Record) Pengukuran ini dilakuakan sedikit dalam periode satu minggu oleh responden sendiri. Dilaksanakan dengan menimbang atau mengukur dengan ukuran rumah tangga (URT) seluruh makanan yang ada di rumah, termasuk cara pengolahannya. Biasanya tidak memperhitungkan sisa makanan yang terbuang dan dimakan oleh binatang peliharan. Metode ini dianjurkan untuk tempat/daerah, dimana tidak beanyak variasi penggunaan bahan makanan dalam keluarga dan masyarakat sudah biasa membaca dan menulis (Supariasa, 2012).2.3.3. Akibat Gangguan Gizi terhadap Fungsi TubuhKonsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan. Status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat gizi esensial. Status gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam jumlah berlebihan, sehingga menimbulkan efek toksik atau membahayakan. Baik pada status gizi kurang maupun status gizi lebih terjadi gangguan gizi (Almatsier, 2010).Penyebab langsung masalah gizi adalah makan tidak seimbang, baik jumlah dan mutu asupan gizinya, di samping itu asupan zat gizi tidak dapat dimanfaatkan oleh tubuh secara optimal karena adanya gangguan penyerapan akibat adanya penyakit infeksi. Sedangkan penyebab tidak langsungnya adalah tidak cukup tersedianya pangan di rumah tangga, kurang baiknya pola asuh, kurang memadainya sanitasi dan kesehatan lingkungan serta kurang baiknya pelayanan kesehatan. Semua keadaan ini berkaitan erat dengan rendahnya tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan kemiskinan (Nikmawati, 2010).2.3.3.1. Akibat Gizi Kurang pada Proses TubuhAkibat kurang gizi terhadap proses tubuh bergantung pada zat-zat gizi apa yang kurang. Kekurangan gizi secara umum (makanan kurang dalam kuantitas dan kualitas) menyebabkan gangguan pada proses-proses berikut ini, antara lain:a. PertumbuhanAnak-anak tidak tumbuh menurut potensialnya. Protein digunakan sebagai zat pembakar sehingga otot-otot menjadi lembek dan rambut mudah rontok. Anak-anak yang berasal dari tingkat sosial ekonomi menengah ke atas rata-rata lebih tinggi daripada yang berasal dari keadaan sosial ekonomi rendah.b. Produksi tenagaKekurangan energi berasal dari makanan, menyebabkan seseorang kekurangan tenaga untuk bergerak, bekerja, dan melakukan aktivitas. Orang menjadi malas, merasa lemah, dan produktivitas kerja menurun.c. Pertahanan tubuhDaya tahan terhadap tekanan atau stres menurun. Sistem imunitas dan antibodi berkurang, sehingga orang mudah terserang infeksi seperti flu, batuk, dan diare. Pada anak-anak hal ini dapat membawa kematian.d. Struktur dan fungsi otakKurang gizi pada usia muda dapat berpengaruh terhadap perkembangan mental dan kemampuan berpikir. Otak mencapai bentuk maksimal pada usia dua tahun. Kekurangan gizi dapat berakibat terganggunya fungsi otak secara permanen.e. Perilaku Baik anak-anak maupun orang dewasa yang kurang gizi menunjukkan perilaku tidak tenang. Mereka mudah tersinggung, cengen, dan apatis (Almatsier, 2010).2.3.3.2. Akibat Gizi Lebih pada Proses TubuhGizi lebih menyebabkan kegemukan atau obesitas. Kelebihan energi yang dikonsumsi disimpan di dalam jaringan dalam bentuk lemak. Kegemukan merupakan salah satu faktor risiko dalam terjadinya berbagai penyakit degeneratif, seperti hipertensi atau tekanan darah tinggi, diabetes, jantung koroner, hati, dan kantung empedu (Almatsier, 2010).2.4. Status Sosial Ekonomi KeluargaKeadaan sosial ekonomi keluarga merupakan salah satu faktor yang menentukan jumlah makanan yang tersedia dalam keluarga sehingga turut menentukan status gizi keluarga tersebut. Yang termasuk dalam faktor sosial adalah (Supariasa, 2002) : 1. Keadaan penduduk suatu masyarakat 2. Keadaan keluarga. 3. Tingkat pendidikan orang tua 4. Keadaan rumah Sedangkan data ekonomi dari faktor sosial ekonomi meliputi : 1. Pekerjaan orang tua. 2. Pendapatan keluarga. 3. Pengeluaran keluarga. 4. Harga makanan yang tergantung pada pasar dan variasi musim Banyak faktor sosial ekonomi yang sukar untuk dinilai secara kuantitatif, khususnya pendapatan dan kepemilikan (barang berharga, tanah, ternak) karena masyarakat enggan untuk membicarakannya kepada orang yang tidak dikenal, termasuk ketakutan akan pajak dan perampokan. Tingkat pedidikan termasuk dalam faktor sosial ekonomi karena tingkat pendidikan berhubungan dengan status gizi yaitu dengan meningkatkan pendidikan kemungkinan akan dapat meningkatkan pendapatan sehingga meningkatkan daya beli makanan untuk mencukupi kebutuhan gizi keluarga (Achadi, 2007). Kurangnya pemberdayaan keluarga dan pemanfatan sumber daya masyarakat mempengaruhi faktor sosial ekonomi keluarga, termasuk kurangnya pemberdayaan wanita dan tingkat pendidikan dan pengetahuan orang tua khususnya ibu dalam mengasuh anaknya juga termasuk faktor sosial ekonomi yang akan mempengaruhi status gizi keluarga (Arifin, 2005).2.4.1. Tingkat PendapatanKemiskinan sebagai penyebab gizi kurang menduduki posisi pertama pada kondisi yang umum di masyarakat. Masalah utama penduduk miskin pada umumnya sangat tergantung pada pendapatan per hari yang pada umumnya tidak dapat mencukupi kebutuhan dasar secara normal. Penduduk miskin cenderung tidak mempunyai cadangan pangan karena daya belinya rendah. Pada Tahun 1998, ada 51,0 % rumah tangga di daerah perkotaan dan 47,5 % rumah tangga di daerah pedesaan mengalami masalah kekurangan konsumsi pangan (Dini Latief, dkk 2000).

2.5. Ibu (WUS)Wanita Usia Subur adalah semua wanita yang telah memasuki usia antara 15-49 tahun tanpa memperhitungkan status perkawinannya (Kemenkes RI, 2011). Pada masa usia subur perbaikan gizi untuk mengatasi masalah obesitas dan kurang energi kronik (KEK) pada wanita usia subur sangat penting dilakukan karena berada dalam windows of opportunity dari siklus kehidupan. Apabila status gizi WUS dapat diperbaiki, maka masalah gizi pada siklus kehidupan selanjutnya akan mengalami penurunan.Peranan wanita dalam aktivitas rumah tangga berarti wanita sebagai ibu rumah tangga. Dalam hal ini wanita memberikan peran yang sangat penting bagi pembentukan keluarga sejahtera sebagai unit terkecil dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kehidupan yang sehat sejahtera harus dapat dimanifestasikan dalam kehidupan sehari-hari. Wanita adalah kunci dalam pemenuhan gizi yang baik dan ketahanan pangan rumah tangga. Mereka memiliki potensi tertinggi untuk membuat keputusan yang secara positif berdampak pada ketahanan anak. Posisi dan status wanita merefleksikan kemampuan mereka untuk mengambil keputusan dalam memanfaatkan pendapatan rumah tangga, jumlah dan kualitas dari perawatan anak yang mampu mereka lakukan (Haddad, 1999).2.5.1. Hubungan Ibu dan Status GiziWanita pada usia reproduktif sendiri merupakan kelompok umur yang mudah terkena malnutrisi baik gizi kurang maupun gizi lebih. Gizi lebih dan obesitas dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain genetik, asupan energi, aktivitas fisik, lingkungan, psikis, status sosial ekonomi dan penggunaan kontrasepsi khususnya kontrasepsi hormonal (Hasan et al, 2013). Gizi kurang yang terjadi biasanya berkaitan dengan asupan sehari-hari, distribusi makanan pada tingkat household yang tidak sesuai, ketersedian pangan yang tidak memenuhi, dietary taboos, penyakit infeksi dan pola asuh. Terutama pada wanita, tingginya nutritional cost dari kehamilan dan menyusui juga dapat memiliki kontribusi yang signifikan terhadap status gizi nya yang rendah. Pada wanita nutrisi akan memiliki efek baik jangka panjang maupun jangka pendek terhadap sosial dan ekonomi tidak hanya pada individual tetapi juga pada komunitas dan negara (ORC Macro,2002).Beberapa fakta di negara berkembang mengindikasikan gizi kurang terutama pada wanita dengan BMI kurang dari 18,5 dapat memperlihatkan kenaikan pada angka kematian dan juga penigkatan pada resiko terserang penyakit. Malnutrisi yang dialami pada wanita usia reproduktif dapat meningkatkan perinatal and neonatal mortality, resiko melahirkan bayi dengan berat badan rendah, bayi dengan lahir meninggal, dan keguguran (ORC Macro,2002).Ibu-ibu yang bekerja dari pagi hingga sore tidak memiliki waktu yang cukup bagi anak-anak dan keluarga (Berg, 1986). Dalam hal ini ibu mempunyai peran ganda yaitu sebagai ibu rumah tangga dan wanita pekerja. Walaupun demikian ibu dituntut tanggung jawabnya kepada suami dan anak-anaknya, khususnya memelihara anak (Singarimbun, 1988) *gak ada dapusnya mita*. Keadaan yang demikian dapat memengaruhi keadaan gizi keluarga khususnya anak balita dan usia sekolah. Ibu-ibu yang bekerja tidak mempunyai cukup waktu untuk memperhatikan makanan anak yang sesuai dengan kebutuhan dan kecukupan serta kurang perhatian dan pengasuhan kepada anak (Berg. 1986).2.6. Balita

DAFTAR PUSTAKAAchadi, E., 2007. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta.Almatsier, Sunita. 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.Arifin, Munif. 2005. Rumah Sehat Dinkes Luamjang. http://www.inspeksisanitasi.com Berg, A. 1986. Gizi dalam Pembangunan Nasional. C.V. Rajawali: Jakarta.BPS, 2013. BADAN STATISTIK KABUPATEN DEMAK. Diunduh pada tanggal 18 Agustus 2014. http://demakkab.bps.go.id/?hal=publikasi_detil&id=3 BPS. 2014. BADAN STATISTIK KABUPATEN DEMAK. Diunduh pada tanggal 18 Agustus 2014. http://demakkab.bps.go.id/?hal=publikasi_detil&id=4BPS. 2014. DEMAK DALAM ANGKA 2014. Diunduh pada tanggal 18 Agustus 2014. http://demakkab.bps.go.id/?hal=publikasi_detil&id=29 Darmawan DP. 2011. Ketahanan Pangan Rumah Tangga. Udayana University Press. Denpasar.Demakkab.go.id. 2014. Profil Pertanian, (Online), (http://www.demakkab.go.id, diakses 8 Juli 2014).Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat. 2007. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. PT Raja Grafindo Perkasa. Jakarta.Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Buku Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012. http://www.depkes.go.id/index.php?vw=2&pg. Diakses 17 Juni 2014 .Dini, Latief, dkk, 2000. Program ASI Eksklusif dan Makanan Pendamping Air Susu Ibu, Kumpulan Makalah, Diskusi Pakar Bidang Gizi.Gibson RS. 2005. Principles of Nutritional Assessment Edisi ke-2. Oxford University Press. New York.Gross Rainer, Schoeneberger Hans et al. 2000. Nutrition and Food Security. http://www.foodsec.org/DL/course/shortcourseFA/en/pdf/P-01_RG_Concept.pdfHaddad Lawrence. 1999. Womens Status : Levels, Determinants, Consequences for Malnutrition, Interventions, and Policy. Asian Development Review, vol 17 pp 96-131.Hasan Mulya, et al. 2013. Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Hormanal Dengan Obesitas Pada Wanita Usia Subur (WUS) Di Puskesmas Wawonasa Kecamatan Singkil ManadoLitbang.tangerangkota.go.id. 2012. Indeks Ketahanan Pangan. http://litbang.tangerangkota.go.id/uploads/publikasi_statistik/a787ed495e86b64a3c88b2db34dff8e2.pdfMacro. 2002. Determinants of Nutritional Status of Women and Children in Ethiopia. http://dhsprogram.com/pubs/pdf/FA39/02-nutrition.pdf. Diakses pada 17 Juni 2014Nikmawati, Ellis Endang. 2010. Pendidikan Gizi Menuju Indonesia Sehat Salah Satu Alternatif dalam Pengembangan Kurikulum Bidang Boga. Universitas Pendidikan Indonesia.Permentan. 2010. Standar Pelayanan Minimal Bidang Ketahanan Pangan Provinsi dan Kabupaten/Kota. http://bkp.pertanian.go.id/tinymcpuk/gambar/file/Permentan_65_Tahun_2010_tentang_SPM.pdfSupariasa IDW, Bakri Bachyar et al. 2012. Penilaian Status Gizi. Penerbit Buku kedokteran EGC. JakartaSupariasa, 2002. PEnilaian Status Gizi. Jakarta : EGC.Wardlaw and Hampl. 2007. Perspective in Nutrition Seventh Edition. Mc Graw-Hill Companies, Inc. New York.