draft proposal tugas besar mata kuliah

14
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini pertumbuhan jumlah penduduk perkotaan berkembang dengan pesat. Banyak masyarakat yang melakukan migrasi dari daerah sub-urban menuju daerah urban. Pertumbuhan jumlah penduduk yang tinggi menyebabkan kepadatan penduduk suatu kota meningkat. Kondisi ini berbanding terbalik dengan ruang yang ada di perkotaan, yang mana sifatnya tetap. Akibatnya banyak muncul daerah daerah atau kawasan kumuh dengan kepadatan penduduk yang sangat tinggi. Perumahan kumuh/perkampungan liar biasanya berlokasi di kawasan pinggiran. Penghuni liar ini membangun rumah di kawasan yang kosong untuk tempat berlindung dengan memanfaatkan sumber daya seadanya. Tidak terdapat standar minimum akan sanitasi dan bentuk konstruksinya. Kawasan ini juga cenderung kurang mendapatkan pelayanan jasa perkotaan. Akhirnya perumahan liar menjadi kawasan dengan masalah masalah kesehatan dan sosial-budaya. Kawasan dengan kepadatan penduduk yang tinggi menimbulkan berbagai macam persoalan diantaranya mulai dari persaiangan mendapatkan fasilitas yang tinngi, menggangu estetika kota, hingga rentan kebakaran akibat korsleting listrik. Kejadian ini bisa menyebabkan kebakaran dan bisa memakan korban jiwa. Kota Semarang merupakan salah satu kota metropolitan di Indonesia. Penduduk Kota Semarang pada tahun 2014 tercatat sebanyak 1,5 juta jiwa. Kota Semarang juga memiliki daerah/kawasan yang kepadatan penduduknya sangat tinggi. Jumlah kasus kebakaran yang terjadi di Kota Semarang pada tahun 2013 berdasarkan Semarang dalam angka adalah sebesar 200 kasus. Jumlah tersebut merupakan jumlah yang tidak

Upload: nabila-anjani

Post on 10-Nov-2015

253 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

draft

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Dewasa ini pertumbuhan jumlah penduduk perkotaan berkembang dengan pesat. Banyak masyarakat yang melakukan migrasi dari daerah sub-urban menuju daerah urban. Pertumbuhan jumlah penduduk yang tinggi menyebabkan kepadatan penduduk suatu kota meningkat. Kondisi ini berbanding terbalik dengan ruang yang ada di perkotaan, yang mana sifatnya tetap. Akibatnya banyak muncul daerah daerah atau kawasan kumuh dengan kepadatan penduduk yang sangat tinggi.Perumahan kumuh/perkampungan liar biasanya berlokasi di kawasan pinggiran. Penghuni liar ini membangun rumah di kawasan yang kosong untuk tempat berlindung dengan memanfaatkan sumber daya seadanya. Tidak terdapat standar minimum akan sanitasi dan bentuk konstruksinya. Kawasan ini juga cenderung kurang mendapatkan pelayanan jasa perkotaan. Akhirnya perumahan liar menjadi kawasan dengan masalah masalah kesehatan dan sosial-budaya. Kawasan dengan kepadatan penduduk yang tinggi menimbulkan berbagai macam persoalan diantaranya mulai dari persaiangan mendapatkan fasilitas yang tinngi, menggangu estetika kota, hingga rentan kebakaran akibat korsleting listrik. Kejadian ini bisa menyebabkan kebakaran dan bisa memakan korban jiwa. Kota Semarang merupakan salah satu kota metropolitan di Indonesia. Penduduk Kota Semarang pada tahun 2014 tercatat sebanyak 1,5 juta jiwa. Kota Semarang juga memiliki daerah/kawasan yang kepadatan penduduknya sangat tinggi. Jumlah kasus kebakaran yang terjadi di Kota Semarang pada tahun 2013 berdasarkan Semarang dalam angka adalah sebesar 200 kasus. Jumlah tersebut merupakan jumlah yang tidak sedikit, sehingga pemerintah Kota Semarang perlu mengoptimalkan layanan pemadam kebakaran. 1.2 Rumusan Masalaha. Bagaimana Kebutuhan damkar yang ada di Kota Semarang?b. Apakah jumlah Damkar yang ada di Kota Semarang ini telah mencukupi kebutuhan penduduk Kota Semarang sesuai dengan SNI?c. Apakah damkar yang ada (eksisting) jangkauannya telah mencakup seluruh kota?

1.3 Tujuan dan SasaranTujuan disusunnya laporan ini adalah untuk mengetahui apakah Damkar di Kota Semarang bisa berjalan secara optimal dan responsif melalui analisis yang berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG). Untuk mencapai tujuan tersebut, sasaran yaang harus dilakukan adalah sebagai berikut : Menentukan Tema dan Judul Mengetahui jumlah dan kondisi damkar saat ini (eksisting) yang ada di Kota Semarang Melakukan Analisis kebutuhan damkar berdasarkan SNI Melakukan analisis jangkauan pelayanan damkar dengan metode buffer Penentuan lokasi optimum dibangunnya damkar baru yang responsif dan strategis di Kota Semarang.

1.4 Ruang Lingkup Dalam laporan sistem informasi geografis ini, terdapat ruang lingkup materi dan juga ruang lingkup wilayah sebagai berikut:1.4.1 Ruang Lingkup MateriRuang lingkup materi yang menjadi pembahasan dalam penyusunan laporan ini mencakup seluruh kegiatan analisis yang akan dilakukan terkait dengan analisis kebutuhan Damkar di Kota Semarang. Penentuan lokasi efisien, strategis dan responsif ini dilakukan atas beberapa variabel yaitu topografi, tata guna lahan, kepadatan penduduk, jaringan jalan dan bahaya geologi. Sedangkan untuk analisis yang dignakan menggunakan metode pembobotan dan spatial analyst.1.4.2 Ruang Lingkup Wilayah StudiKota Semarang yang merupakan ibukota Propinsi Jawa Tengah adalah satu-satunya kota di Propinsi Jawa Tengah yang dapat digolongkan sebagai kota metropolitan. Sebagai ibukota propinsi, Kota Semarang menjadi parameter kemajuan kota-kota lain di Propinsi Jawa Tengah. Kota Semarang terdiri dari 16 kecamatan dan 177 kelurahan dengan luas wilayah keseluruhan sebesar 373,7 km dengan jumlah penduduk sebanyak 1.612.803 jiwa. Secara geografis wilayah Kota Semarang berada antara 650-710 LS dan 10935- 11050 BT dengan luas wilayah 373,70 km2 dengan batas-batas sebagai berikut : Batas Utara : Laut Jawa Batas Selatan : Kabupaten Semarang Batas Timur : Kabupaten Demak Batas Barat : Kabupaten Kendal

1.5 Kerangka PikirPenentuan Wilayah Studi:Kota Semarang

Pemilihan kasus :Analisis Kebutuhan Damkar Berbasis SIG

INPUT

Data Sekunder :1. BPS, Bappeda, Kantor KecamatanData Primer :1. ObservasiIdentifikasi Wilayah Studi

Identifikasi Karakteristik Fisik 1. Topografi (Kelerengan)2. Bahaya Geologi3. Tata Guna Lahan

Identifikasi Karakteristik Non- Fisik 1. Kependudukan2. Infrastruktur3. Penggunaan Lahan Eksisting

PROSES

Analisis Jangkauan dengan Buffer

Network Analyst

Spatial Analyst

Analisis lokasi optimal Damkar baru dengan mempertimbangkan karakter fisik & non fisik.

Hubungan Lokasi Damkar yang efektif terhadap variabel variabel yang dianalisis

OUTPUT

Rekomendasi

1.6 Sistematika Penulisan BAB 1 PENDAHULUAN Memuat tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sasaran, ruang lingkup baik ruang lingkup wilayah maupun materi, kerangka pikir serta sistematika penulisan. BAB II KERANGKA TEORITIKDalam kerangka teoritik berisi kajian teori tentang masalah yang diambil secara konseptual. Dalam laporan ini bab II berisi literatur mengenai bencana dan kegiatan pencegahannya, dan kriteria lokasi dan kebutuhan damkar berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI).BAB III METODE PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATABab ini memuat tentang penetapan variabel dan data, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis SIG.BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANBerisi hasil dan pembahasan permasalahan dengan menggunakan aplikasi SIG dan berisi langkah langkah yang dilakukan. BAB V KESIMPULANBerisi kesimpulan dari judul laporan yang diambilDAFTAR PUSTAKA

BAB IIKAJIAN LITERATUR

2.1Pengertian Bencana Perubahan paradigma tentang bencana memberikan pandangan baru terhadap penanggulangan bencana di Indonesia, dari yang sifatnya responsive menjadi manajemen risiko. Bencana adalah sesuatu yang tidak terpisahkan dari sistem yang ada di muka bumi. Dalam perkembangannya ilmu tentang bencana banyak dikaji. Dalam konsep ilmu bencana penting bagi kita untuk membedakan antara bencana dengan ancaman, sehingga pemahaman ini akan menjadi tolak ukur dalam mengenal apa itu risiko bencana. Bencana (disaster)adalah suatu gangguan serius terhadap keberfungsian suatu komunitas atau masyarakat yang mengakibatkan kerugian manusia, materi, ekonomi, atau lingkungan yang meluas yang melampaui kemampuan komunitas atau masyarakat yang terkena dampak untuk mengatasi dengan menggunakan sumberdaya mereka sendiri (ISDR, 2004). Undang-undang No 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana mendefinisikan bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mngancam dan mengganggukehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan,baik oleh faktoralam dan/atau faktor non-alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis (Anonim, 2007).Kegiatan Pencegahan bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan sebagai upaya untuk menghilangkan dan/atau mengurangi ancaman bencana (UU No. 24 Tahun 2007 Pasal 1 ayat (6)). Pencegahan merupakan suatu upaya preventif dalam mengelola ancaman dan kerentanan dari risiko bencana yang tertuang dalam program-program di masyarakat di tingkat local maupun daerah di tingkat kabupaten untuk menghilangkan secara total ancaman dan kerentanan penyebab risiko bencana.Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan dalam menghadapi bencana (UU No. 24 Tahun 2007 Pasal 1 ayat (9)). Kegiatan mitigasi bertujuan untuk meminimalisasi dampak ancaman dalam tahapannya kegiatan mitigasi dilakukan ketika kita telah melakukan identifikasi ancaman dengan program-program yang di prioritaskan untuk mengelola ancaman.Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna (UU No. 24 Tahun 2007 Pasal 1 Ayat (7)).

2.2Kriteria Damkar berdasarkan Standar Internasional dan SNIIFCAA (International Fire Chiefs Association of Asia), sebuah lembaga internasional pemadam kebakaran, menyebutkan standar pelayanan sebuah pos pemadam kebakaran adalah 30.000 penduduk, sedangkan 1 unit mobil dan 25 personil pemadam kebakaran bagi 10.000 penduduk dengan waktu tanggap terhadap kejadian kebakaran (respone time) adalah 15 menit. Senada dengan IFCAA lembaga otoritas kebakaran Indonesia di bawah Departemen Pekerjaan Umum (DPU) melalui Keputusan Menteri Pekerjaan Umum (Kepmen PU) Nomor 11 / KPTS / 2000 Tentang Ketentuan Teknis Manajemen Penanggulangan Kebakaran di Perkotaan, menjabarkan respone time-nya adalah tidak lebih dari 15 menit, yang terbagi dalam 3 kegiatan, yakni: a) Waktu dimulai sejak diterimanya pemberitahuan adanya kebakaran di suatu tempat, interpretasi penentuan lokasi kebakaran, dan penyiapan pasukan serta sarana pemadaman selama 5 menit b) Waktu perjalanan dari pos pemadam menuju lokasi selama 5 menit c) Waktu gelar peralatan di lokasi sampaidengan siap operasi penyemprotan selama 5 menit

2.2 Spatial Analyst Tools Spatial Analyst pada software ArcGIS berguna untuk menemukan dan mengetahui hubungan spasial dari data-data. Spatial Analyst sangat berguna terutama karena kemampuannya untuk menggabungkan data raster dan data vektor. Dalam spatial Analyst terdapat menu surface yang berfungsi memberi penampakan dalam bentuk 3D dan menganalisis karakteristiknya. Berikut contoh permasalahan yang dapat diselesaikan menggunakan Spatial Analyst: a. Menemukan lokasi yang paling baik untuk sebuah tempat pembuangan limbah. Dalam aplikasinya maka perlu mempertimbangkan beberapa variabel seperti potensi limbah, lokasi serta fasilitas transport dan lokasi pembuangan yang sudah ada. b. Menentukan prioritas lahan yang akan direhabilitasi. Variabel yang harus diperhitungkan diantaranya adalah slope, tutupan lahan, lokasi jalan utama. c. Menentukan area penyangga dengan aspek yang harus dipertimbangkan antara lain lokasi dan sungai. d. Mengalokasikan lahan untuk perkebunan, industri, sarana dan lain-lain. Fungsi Spatial Analyst antara lain sebagai berikut :a. Memetakan Jarak Pemetaan jarak adalah menghitung berapa jauh masing-masing sel dari obyek terdekat yang dipilih, misalnya jalan, sawmill, rumah sakit. Jarak bisa diukur berdasarkan Euclidean (jarak dari satu obyek ke obyek lain) atau berdasarkan usaha yang diperlukan untuk mencapai satu titik dari titik lain (biaya). Dua fungsi utama yang disediakan oleh Spatial Analyst menggunakan system Euclidean untuk menentukan jarak adalah: Pemetaan Jarak (distance mapping) Fungsi distance mapping adalah menghitung berapa jauh masing-masing sel dari obyek terdekat. Pemetaan Kedekatan (proximity mapping). Dalam proximity mapping, masing-masing sel diisi nilai dengan obyek terdekatya. Obyek terdekat ditentukan berdasarkan jark euclidean. Sedangkan dua fungsi penting yang bisa dilakukan menggunakan biaya sebagai sistem pengukuran adalah: Pemetaan jarak dengan pembobotan (weighted-distance mapping) Analisis path (path analysis). b. Fungsi analisis permukaan (Surface-analysis function) Analisis surface merupakan sebuah analisis terhadap kelas data yang digunakan untuk merepresentasikan continuous spatial phenomena. Analisis surface secara umum akan menganalisis distribusi dari suatu variabel yang direpresentasikan dalam bentuk 3D dari sebuah data spasial. Dalam analisis surface koordinat horizontal dalam bentuk x dan y dan sebuah nilai yang merepresentasikan variasi dari surface dalam bentuk koordinat z. Untuk melakukan analisis ini, dibutuhkan aktivasi ekstension spatial analysis dan 3D analysis yang merupakan additional extension atau biasa diinstal terpisah dengan software ArcGIS.c. Fungsi analisis overlay Pada analisis overlay, data yang digunakan adalah data yang memiliki sistem koordinat dan posisi yang sama dan data yang digunakan overlap satu sama lain. Raster overlay adalah metode analisis yang umum digunakan untuk data dalam bentuk raster. Persyaratan utama Raster Overlay adalah data raster yang menjadi input memiliki posisi dan resolusi yang sama persis.

BAB IIIMETODOLOGI PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA3.1Penetapan Variabel dan DataVariabel yang dipakai dalam penentuan lokasi Damkar agar dapat berfungsi secara optimal terdiri sebagai berikut : Topografi Topografi merupakan salah satu variabel yang dipakai dalam penentuan lokasi Damkar. Kelas topografi yang cocok untuk peruntukan lokasi damkar adalah 0-8 % dan 8-15 %. Tata Guna LahanPenentuan lokasi damkar juga bisa dilihat dari penggunaan lahannya. Lahan yang cocok untuk lokasi Damkar adalah lahan yang memang diperuntukkan sebagai kawasan budidaya. Kepadatan PendudukKepadatan Penduduk akan mempengaruhi terjadinya peristiwa kebakaran. Semakin tinggi kepadatannya maka semakin rentan daerah tersebut terjadi kebakaran. Oleh sebab itu, lokasi Pemadam Kebakaran harus berada di lokasi strategis salah satunya di daerah yang kepadatan penduduknya tinggi. Jaringan JalanJalan adalah prasarana yang mewadahi mobilitas Damkar. Dalam hal ini adalah aksesibilitas. Pembangunan Damkar harus didukung oleh aksesibilitas yang memadai seperti kondisi jalan yang baik dan kedekatan dengan akses jalan utama. Semakin dekat dengan jalan utama, maka lokasi Damkar tersebut semakin baik dan strategis. Bahaya Geologi Jika di suatu tempat tersebut ada potensi bahaya geologi maka daerah/kawasan tersebut sebaiknya jangan dijadikan tempat pembangunan Damkar, karena akan berbahaya. Bahaya geologi yang dimaksud dapat berupa sesar, kekar, amblesan atau bahkan patahan.

Tabel III.1Tabel Kebutuhan Data NONama DataJenis DataSumber DataTahun DataTeknik Pengumpulan

1.Jumlah Penduduk Kota Semarang tahun 2013 dan 2014Data (Angka)BPS Kota Semarang2013 dan 2014Telaah Dokumen

2.Jumlah Damkar di Kota SemarangData (Angka)BPS2014Telaah Dokumen

3.Jumlah Korban Jiwa akibat kebakaran di Kota SemarangData (Angka)BPS2014Telaah Dokumen

4.Jumlah kerugian materil akibat kebakaran di Kota SemarangData (Angka)BPS2014Telaah Dokumen

3.Tata Guna Lahan di Kota SemarangPeta, CitraBappeda Kota Semarang, Googele Earth, Citra Landsat Terbaru atau 2014Pemetaan

4.Kepadatan Penduduk Kota Semarang per KecamatanData (Angka)BPS Kota Semarang, Bappeda Kota Semarang2014Telaah Dokumen

5.Topografi Kota SemarangPetaBappeda Kota Semarang2014Pemetaan

6.Peta Jaringan Jalan di Kota SemarangPetaBappeda Kota Semarang2014Pemetaan

7.Tata cara perencanaan akses lingkungan untuk pencegahan bahaya kebakaranDeskripsiSNI 03-1735-20002000Telaah Dokumen

8.Penanggulangan BencanaDeskripsiUU Nomer 24 tahun 20072007Telaah Dokumen

Sumber : Analisis kelompok 10A

3.2 Teknik Pengumpulan DataData merupakan gambaran mengenai suatu keadaan yang dikaitkan dengan tempat dan waktu. Kualitas data sangat ditentukan oleh kualitas alat pengumpul data. Apabila alat pengumpul data yang digunakan valid, realibel dan objektif, maka kualitas data yang diperoleh juga akan sebanding (Narbuko dan Achmadi, 2003 : 64).Dalam pelaksanaan penyusunan laporan ini dibedakan menjadi dua, yaitu :a. Data PrimerData primer merupakan data yang diperoleh di wilayah studi. Dalam penelitian ini data primer diperoleh dengan cara observasi visual dan wawancara. Observasi visual Observasi visual dilakukan dengan cara pengamatan langsung di lapangan untuk menambahkan informasi mengenai kondisi Damkar yang ada di Kota Semarang.b. Data SekunderData sekunder sangat diperlukan pada umumnya karena dapat membantu menyelesaikan permasalahan yang terjadi selama penyusunan laporan ini. Data sekunder berasal dari instansi-instansi terkait seperti Bappeda, BPS, dan buku-buku referensi maupun literatur dari internet. Data-data tersebut antara lain berupa data-data statistik maupun data bersifat deskriptif.

3.3 Teknik Analisis SIGPada penelitian ini, tingkat pelayanan Damkar diukur berdasarkan analisis service area, analisis kerentanan kebakaran, analisis lokasi damkar dan analisis overlay. ArcGIS digunakan dalam penelitian ini karena adanya kebutuhan akan data spasial untuk meneliti jangkauan pelayanan dan kebutuhan Bangunan Pemadam Kebakaran di kota Semarang. Tools yang digunakan dengan aplikasi ArcGIS ini antara lain, Intersect, Union, Network Analyst dan Buffer.3.3.1 Analisis Service AreaAnalisis service area menggunakan tools Network Analyst yang kegunaannya adalah untuk menentukan waktu tempuh damkar eksisting. Data yang digunakan adalah shp jaringan jalan, titik lokasi damkar eksisting dan SNI untuk damkar. Output dari analisis ini akan menghasilkan peta yang nantinya dapat ditarik kesimpulan wilayah mana yang masih membutuhkan damkar.

3.3.2 Analisis Kerentanan KebakaranAnalisis kerentanan damkar digunakan untuk mengetahui wilayah mana yang paling rentan terjadinya kebakaran dengan menggunakan shp kepadatan penduduk karena semakin padat suatu wilayah maka semakin tinggi kerentanannya terhadap kebakaran. Output dari analisis ini adalah peta yang nantinya akan ditarik kesimpulan wilayah yang rentan terhadap kebakaran.3.3.3 Analisis Lokasi DamkarAnalisis lokasi damkar menggunakan teknik analisis overlay dari beberapa peta yaitu peta topografi, peta tata guna lahan, peta bahaya geologi dan SNI untuk damkar. Kegunaan dari analisis ini adalah untuk menentukan lokasi yang memiliki kemungkinan untuk dibangun damkar jika nantinya kebutuhan akan damkar dianggap kurang.3.3.4 Analisis OverlayAnalisis overlay menggunakan beberapa hasil peta yang ada diatas, yaitu: peta service area; peta kerentanan kebakaran; dan peta kemungkinan lokasi damkar baru. Output dari analisis ini adalah peta overlay yang akan menggambarkan apakah di Kota Semarang masih membutuhkan damkar di daerah tertentu berdasarkan pertimbangan tiga analisis diatas.