bab ii kelompok besar

123
Prencanaan Tapak perumahan DISOL AKMAL Guru sekolah menengah atas 0710015311012 berbasis bencana BAB II STUDY LITERATUR 2.1 PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN Perumahan adalah salah satu kebutuhan pokok yang menjadi tolok ukur keberhasilan atau tingkat kesejahteraan suatu keluarga disamping kebutuhan pangan dan sandang. Di dalam rumahlah manusia berlindung dari panas, hujan, dan ancaman keamanan serta mengenal lingkungannya. Oleh karena itu, rumah bukan hanya sekedar sarana pelengkap kehidupan, tetapi lebih sebagai proses bersosialisasi di masyarakat luas. Keadaan atau kondisi tempat tinggal (rumah) serta rumah tangga/masyarakat dapat mencerminkan gambaran keberhasilan pembangunan, khususnya di bidang perumahan dan permukiman. Permasalahan di bidang perumahan yang sangat terasa adalah tingginya tingkat pertumbuhan penduduk (rumah tangga baru) sehingga permintaan unit rumah terus meningkat sejalan dengan dinamika pertumbuhan penduduk. Di sisi lain luas lahan untuk pembangunan perumahan yang relatif tidak bertambah, juga merupakan persoalan yang tidak bisa dianggap mudah. Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta

Upload: arif4l

Post on 18-Dec-2014

59 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

BAB II Kelompok Besar

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II Kelompok Besar

Prencanaan Tapak perumahan DISOL AKMAL Guru sekolah menengah atas 0710015311012 berbasis bencana

BAB II

STUDY LITERATUR

2.1 PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

Perumahan adalah salah satu kebutuhan pokok yang menjadi tolok ukur

keberhasilan atau tingkat kesejahteraan suatu keluarga disamping kebutuhan

pangan dan sandang. Di dalam rumahlah manusia berlindung dari panas, hujan,

dan ancaman keamanan serta mengenal lingkungannya. Oleh karena itu, rumah

bukan hanya sekedar sarana pelengkap kehidupan, tetapi lebih sebagai proses

bersosialisasi di masyarakat luas.

Keadaan atau kondisi tempat tinggal (rumah) serta rumah

tangga/masyarakat dapat mencerminkan gambaran keberhasilan pembangunan,

khususnya di bidang perumahan dan permukiman. Permasalahan di bidang

perumahan yang sangat terasa adalah tingginya tingkat pertumbuhan penduduk

(rumah tangga baru) sehingga permintaan unit rumah terus meningkat sejalan

dengan dinamika pertumbuhan penduduk. Di sisi lain luas lahan untuk

pembangunan perumahan yang relatif tidak bertambah, juga merupakan persoalan

yang tidak bisa dianggap mudah.

Selain permasalahan tingginya kebutuhan perumahan, pembangunan

perumahan juga perlu memenuhi persyaratan sehat dan aman, baik ditinjau dari

sisi kesehatan (antara lain kondisi rumah, sanitasi lingkungan, sumber air bersih,

dan polusi) maupun keamanan (antara lain kejahatan dan bencana alam).

Pembangunan permukiman dan perumahan layak huni merupakan salah

satu kebutuhan dasar bagi peningkatan kualitas hidup manusia dan pada dasarnya

merupakan suatu wadah bagi pengembangan sumber daya masyarakat. Perumahan

dan permukiman yang sehat dan higenis merupakan suatu indikasi terwujudnya

kesejahteraan masyarakat yang ditandai oleh meningkatnya kualitas kehidupan

yang wajar dan bermanfaat yang pada hakekatnya memberikan perhatian utama

terpenuhi akan kebutuhan papan sebagai salah satu kebutuhan pokok manausia.

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta

Page 2: BAB II Kelompok Besar

Prencanaan Tapak perumahan DISOL AKMAL Guru sekolah menengah atas 0710015311012 berbasis bencana

Pengembangan permukiman tidak hanya menyediakan perumahan untuk

tempat tinggal, tetapi juga untuk menciptakan tingkat kehidupan yang sehat secara

lingkungan, sosial, ekonomi, budaya dan yang menjamin kualitas kehidupan bagi

komunitas disekitarnya. Dimana setiap orang dapat hidup sejahtera, saling

menghormati mempunyai akses terhadap prasarana dasar dan pelayanan

permukiman yang sesuai dan layak serta mampu memelihara dan meningkatkan

kualitas lingkungan.

Lingkungan permukiman kurang layak huni yang tumbuh diberbagai kota

di Indonesia cenderung disebabkan oleh arus urbanisasi masyarakat untuk mencari

penghasilan dan penghidupan yang lebih baik, dan hampir sebagian besar kurang

memiliki keterampilan sehingga tingkat hunian terhadap lahan yang ada semakin

lama semakin sempit sehingga pada akhirnya terjadi penguasaan lahan oleh

sekelompok penduduk urban secara illegal akibatnya tumbuh daerah baru atau

lahan hunian baru sementara yang kumuh dan tidak teratur yang tidak sesuai lagi

dengan peruntukan-peruntukan sebagimana yang direncanakan dalam Rencana

Umum Tata Ruang (RUTR).

Pembangunan permukiman baik di perkotaan maupun di pedesaan harus

dilaksanakan secara terpadu dan terdesentralisasi dalam rangka pelaksanaan

otonomi daerah sesuai jiwa dan semangat Undang-Undang No 22 Tahun 1999.

Pelaksanaannya dapat dilakukan oleh masyarakat atau dunia usaha secara mandiri

dimana pemerintah pusat hanya sebagai katalisator yang berperan sebagai

pembina, pengarah dan pengatur agar tercapai satu tujuan yang diharapkan.

Pembangunan perumahan dan permukiman merupakan kegitaan yang

bersifat multisektor. Hasilnya langsung menyentuh salah satu kebutuhan dasar

masyarakat disamping sandang dan pangan. Sejak awal, pembangunan perumahan

dan permukiman di Indonesia telah terselenggara berdasarkan prinsip :

1. Pemenuhan kebutuhan akan rumah layak yang merupakan tanggungjawab

masyarakat sendiri.

2. Pemerintah mendukung melalui penciptaan iklim yang memungkinkan

masyarakat mandiri dalam mencukupi kebutuhannya akan rumah layak.

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta

Page 3: BAB II Kelompok Besar

Prencanaan Tapak perumahan DISOL AKMAL Guru sekolah menengah atas 0710015311012 berbasis bencana

Dukungan diberikan melalui penyediaan prasarana dan sarana, perbaikan

lingkungan permukiman, peraturan perundangan yang bersifat memayungi,

layanan kemudahan dalam perijinan bagi kelompok masyarakat

berpenghasilan rendah.

Sejalan dengan berlakunya UU No 22 Tahun 1999 dan UU No 25 Tahun

1999 yang disertai dengan PP No 23 Tahun 2000, penyelenggaraan pembangunan

perumahan dan permukiman dilakukan selaras dengan kebijakan dan strategi

nasional pembangunan perumahan dan permukiman, yang sampai saat ini masih

terus diupayakan mencari masukan untuk kelengkapan dan kesempurnaannya.

Bagian terpenting dalam strategi nasional tersebut adalah mengembangkan

infrastruktur pembangunan perumahan dan permukiman, dalam hal ini diarahkan

pada pembentukan kelembagaan pembiayaan pembangunan perumahan dan

permukiman.

Pembangunan perumahan dan permukiman merupakan bagian integral

dari pembangunan nasional yang pada hakekatnya ialah pembangunan manusia

seutuhnya dan pembangunan seluruh rakyat indonesia, hampir sebagian besar tata

kota negara berkembang umumnya tidak terkendali untuk menampung

perkembangan penduduk yang cepat.

Berdasarkan UU RI No.4 Th 1992 tentang perumahan dan permukiman,

permukiman adalah bagian lingkungan hidup diluar kawasan lindung, baik

kawasan perkotaan maupun kawasan perdesaan yang berfungsi sebagai

lingkungan tempat tinggal atau hunian dan tempat kegiatan yang mendukung

perikehidupan dan penghidupan. Permukiman yang dimaksud dalam undang–

undang ini mempunyai lingkup tertentu yaitu kawasan yang didominasi oleh

lingkungan hunian yang dengan fungsi utama sebagai tempat tinggal yang

dilengkapi dengan prasarana, sarana lingkungan dan tempat kerja yang

memberikan pelayanan dan kesempatan kerja terbatas untuk mendukung peri

kehidupan sehingga fungsi permukiman tersebut dapat berdaya guna dan berhasil

guna.

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta

Page 4: BAB II Kelompok Besar

Prencanaan Tapak perumahan DISOL AKMAL Guru sekolah menengah atas 0710015311012 berbasis bencana

Dilihat dari proses bermukim, rumah merupakan sarana pengamanan diri

manusia, pemberi ketentraman hidup, dan sebagai pusat kegiatan budaya manusia.

Di dalam rumah dan lingkungannya manusia dibentuk menjadi manusia. Di dalam

rumah dan lingkungannya manusia dibentuk menjadi manusia yang

berkepribadian. Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal

atau hunian dan sarana pembina keluarga (pasal 1 UU RI No. 4 tentang

perumahan dan permukiman). Selain berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian

yang digunakan manusia sebagai tempat berlindung dari gangguan iklim dan

mahkluk hidup lainnya, rumah juga merupakan tempat awal pengembangan

kehidupan dan penghidupan keluarga dalam lingkungan yang sehat, aman , serasi,

dan teratur.

Dalam pasal 3 Undang–undang No. 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan

dan Permukiman, dinyatakan bahwa penataan perumahan dan permukiman,

dinyatakan bahwa penataan perumahan dan permukiman berlandaskan pada azas

manfaat, adil, dan merata, kebersamaan dan kekeluargaan, kepercayaan kepada

diri sendiri, keterjangkauan dan kelestarian lingkungan hidup. Sedangkan tujuan

penataan perumahan dan permukiman tersebut adalah:

a. Memenuhi kebutuhan rumah sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia

dalam rangka peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat.

b. Mewujudkan perumahan dan permukiman yang layak dalam lingkungan yang

sehat, aman, serasi, dan teratur.

c. Memberi arah pada pertumbuhan wilayah dan persebaran penduduk yang

rasional.

d. Menunjang di bidang ekonomi, sosial, budaya dan lain–lain.

Dalam pasal 8 Undang–undang No. 4 tahun 1992 tentang perumahan dan

permukiman juga dinyatakan bahwa setiap pemilik rumah atau yang

dikuasakannya wajib:

1. Memanfaatkan rumah sebagaimana mestinya sesuai dengan fungsi sebagai

tempat tinggal atau hunian.

2. Mengelola dan memelihara rumah sebagaimana mestinya.

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta

Page 5: BAB II Kelompok Besar

Prencanaan Tapak perumahan DISOL AKMAL Guru sekolah menengah atas 0710015311012 berbasis bencana

Kewajiban ini ditekankan untuk mewujudkan pemanfaatan rumah sesuai

dengan fungsinya yang utama sebagai tempat tinggal atau hunian dan pembinaan

keluarga dan tidak untuk keperluan lain. Pemanfaatan dan penggunaan untuk

keperluan lain yang berbeda dengan fungsi utama rumah, perlu dicegah agar tidak

menimbulkan dan tidak melanggar peraturan yang berlaku.

Sesuai dengan pedoman peraturan Direktorat Jendral Pembangunan Daerah dalam

Negeri Tahun 1996 yaitu :

a. Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan

tempat tinggal atau hunian dilengkapi dengan prasarana dan sarana

lingkungan.

b. Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup dikawasan lindung, baik

yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai

lingkungan tempat kegiatan yang mendukung peri kehidupan dan

penghidupan.

c. Satuan lingkungan permukiman adalah kawasan perumahan dalam berbagai

bentuk dan ukuran dengan penataan tanah, ruang, prasarana dan sarana

lingkungan yang tersruktur.

Menurut Doxiadis dalam teori ekistics (Doxiadis, 1967; hal 21) tempat kediaman

manusia (Human Settlement) didefenisikan sebagai tempat kediaman manusia

terdiri atas:

1. Isi (The Content), yaitu manusia baik secara individu maupun dalam

masyarakat.

2. Wadah (The container), atau tempat kediaman fisik maupun buatan.

Kedua elemen ini secara bersamaan membentuk tempat kediaman

manusia, dimana dimensi terbesar yang mungkin adalah sebatas wilayah geografis

dan permukaan bumi. Keseluruhan permukaaan bumi ini adalah merupakan

wadah terbesar bagi manusia, keseluruhan dunia bagi manusia. Suatu tempat

kediaman manusia membutuhkan kedua elemen tersebut diatas untuk

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta

Page 6: BAB II Kelompok Besar

Prencanaan Tapak perumahan DISOL AKMAL Guru sekolah menengah atas 0710015311012 berbasis bencana

mendapatkan eksistensinya. Manusia secara individu atau kelompok, kalau tidak

disuatu tempat tidak dapat dikatakan membentuk permukiman atau merupakan

bagian dari permukiman.

Berdasarkan UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG penataan

ruang harus memperhatikan fungsi kawasan sebagaimana

dijelaskan pada ;

Pasal 5 Ayat (2)

Penataan ruang berdasarkan fungsi utama kawasan terdiri atas

kawasan lindung dan kawasan budi daya.

Penataan ruang berdasarkan fungsi utama kawasan merupakan komponen dalam

penataan ruang baik yang dilakukan berdasarkan wilayah administratif, kegiatan

kawasan, maupun nilai strategis kawasan.

Yang termasuk dalam kawasan lindung adalah:

a. kawasan yang memberikan pelindungan kawasan bawahannya, antara lain,

kawasan hutan lindung, kawasan bergambut, dan kawasan resapan air;

b. kawasan perlindungan setempat, antara lain, sempadan pantai, sempadan

sungai, kawasan sekitar danau/waduk, dan kawasan sekitar mata air;

c. kawasan suaka alam dan cagar budaya, antara lain, kawasan suaka alam,

kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya, kawasan pantai berhutan bakau,

taman nasional, taman hutan raya, taman wisata alam, cagar alam, suaka

margasatwa, serta kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan;

d. kawasan rawan bencana alam, antara lain, kawasan rawan letusan gunung

berapi, kawasan rawan gempa bumi, kawasan rawan tanah longsor, kawasan

rawan gelombang pasang, dan kawasan rawan banjir; dan

e. kawasan lindung lainnya, misalnya taman buru, cagar biosfer, kawasan

perlindungan plasma nutfah, kawasan pengungsian satwa, dan terumbu karang.

Pasal 6 Ayat (1)

Penataan ruang diselenggarakan dengan memperhatikan:

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta

Page 7: BAB II Kelompok Besar

Prencanaan Tapak perumahan DISOL AKMAL Guru sekolah menengah atas 0710015311012 berbasis bencana

a. kondisi fisik wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang rentan

terhadap bencana;

b. potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan;

kondisi ekonomi, sosial, budaya, politik, hukum, pertahanan keamanan,

lingkungan hidup, serta ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai satu kesatuan;

dan

c. geostrategi, geopolitik, dan geoekonomi.

Berdasarkan RTRW Kota Padang 2008-2028 Arahan pemanfaatan ruang

pada Kawasan Permukiman di Kota Padang adalah sebagai berikut :

Pembangunan baru pada lingkungan siap bangun dalam bentuk

kawasan maupun yang berdiri sendiri terutama di WP-III, WP-IV

dan WP-VI;

Pemeliharaan lingkungan pada kawasan-kawasan yang sudah

tertata/stabil dengan kondisi lingkungan baik, terutama di WP-I,

WP-III dan WP-IV;

Perbaikan lingkungan pada kawasan-kawasan dengan kategori

kondisi lingkungan sedang namun akan ditingkatkan kondisinya,

terutama di WP-I dan WP-IV;

Peremajaan pada kawasan dengan kondisi kumuh sedang dan berat

dengan pembangunan vertikal baik peremajaan dengan alih-fungsi

maupun peremajaan tidak alih-fungsi, khusus di WP-I;

Relokasi kawasan permukiman padat yang berada di kawasan

pinggir pantai dalam rangka pengamanan daerah sempadan pantai

dan sempadan sungai dan pengembangan water front city di

sepanjang Pantai Padang dan di sepanjang sungai-sungai besar di

Kota Padang;

Relokasi permukiman penduduk yang berada di kawasan Hutan

Lindung dan Hutan Suaka Alam Wisata, terutama di di WP III,

WP-IV dan WP-V, agar fungsi lindungnya dapat dipertahankan.

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta

Page 8: BAB II Kelompok Besar

Prencanaan Tapak perumahan DISOL AKMAL Guru sekolah menengah atas 0710015311012 berbasis bencana

Kawasan study yang terletak pada Kelurahan Pasia Nan Tigo, Kecamatan

Koto Tangah merupakan Wilayah Pengembangan III (WP III). Dimana

Kecamatan Koto Tangah diarahkan untuk pengembangan kegiatan perdagangan

dan jasa skala lokal dan regional, transportasi darat skala regional, pendidikan,

permukiman dengan kepadatan rendah sampai sedang. Sedangkan pada kawasan

lindung dapat dikembangkan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan penelitian

dan evakuasi bencana dan berdasarkan arahan kependudukan Kota Padang,

Kecamatan Koto Tangah diarahkan pada daerah yang berkependudukan rendah

pada radius sekitar 1 Km dari garis pantai dengan kepadatan penduduk rata-rata >

10.000 Jiwa/Km² atau > 100 Jiwa/Ha.

Arahan pemanfaatan kawasan permukiman Kota Padang, Kecamatan Koto

Tangah yang merupakan wilayah pengembangan III adalah :

Pembangunan baru pada lingkungan siap bangun dalam bentuk

kawasan maupun yang berdiri sendiri

Pemeliharaan lingkungan pada kawasan-kawasan yang sudah

tertata/stabil dengan kondisi lingkungan baik

Relokasi permukiman penduduk yang berada di kawasan Hutan

Lindung dan Hutan Suaka Alam Wisata.

Berdasarkan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Koto

Tangah tahun 2006, arahan peruntukan kawasan terdiri atas ;

a. Pembagian Zona

Zona konservasi (conservation zone) adalah kawasan yang dibatasi

pemanfaatannya hanya untuk kegiatan-kegiatan tertentu dengan maksud untuk

pelestarian lingkungan,melindungi kawasan dari kerusakan dan penurunan

kualitas lingkungan, mencegah terjadinya kerusakan eksosistem,memperkecil

dampak kerusakan apabila terjadi bencana alam, dan mencegah kemungkinan-

kemungkinan lain yang bersifat negatif terhadap tatanan kehidupan manusia, flora

dan fauna.

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta

Page 9: BAB II Kelompok Besar

Prencanaan Tapak perumahan DISOL AKMAL Guru sekolah menengah atas 0710015311012 berbasis bencana

Mencakup 2 bagian Kawasan Perencanaan, yaitu Kawasan Sepanjang

Pantai dan Kawasan Hutan Lindung yang terletak di bagian Timur

Kawasan Perencanaan.

Zona Konservasi ini dibatasi peruntukkannya untuk kegiatan-kegiatan

yang sangat sedikit okupasi lahan (land occupation) dan minimal rasio

tutupan bangunan (building coverage ratio).

Kegiatan yang dapat dilakukan pada Zona Konservasi ini adalah kegiatan

di bidang pariwisata dengan bangunan ber-KDB sangat rendah (<10%),

kegiatan penelitian di bidang pertanian, kehutanan dan kelautan, kegiatan

rekreasi luar ruang, dan kegiatan-kegiatan yang terkait dengan penye-

lamatan apabila terjadi bencana.

Pengembangan jaringan prasarana dapat dilakukan di Zona Konservasi ini

sejauh jaringannya terintegrasi dengan lingkungan dan tidak mengurangi

fungsi perlindungan terhadap kawasan.

Luas Zona Konservasi keseluruhan adalah 13.826 Ha.

Zona pembangunan (development Zone) adalah kawasan yang

direncanakan dan diarahkan pemanfaatannya untuk mendukung berbagai aktifitas

perkotaan, seperti untuk permukiman, perdagangan dan jasa, industri, sarana dan

prasarana, pariwisata dan pertanian perkotaan (urban farming).

Bagian Kawasan Perencanaan yang berada di antara Zona Konservasi

Sepanjang Pantai sampai ke Jalan Padang By-Pass.

Zona Pembangunan diarahkan peruntukkannya untuk kegiatan-kegiatan

perkotaan sesuai dengan kebutuhan pengembangan Kawasan Perencanaan

untuk 5 – 10 tahun ke depan. Pemanfaatan ruang pada Zona Pembangunan

ini direncanakan dan diatur pola pemanfaatannya, sehingga dapat

diperoleh optimasi pemanfaatan ruang dan maksimalisasi nilai-tambah.

Pengembangan secara vertikal terbatas harus mulai diterapkan di Zona

Pembangunan ini sehingga ketersediaan lahan untuk Ruang Terbuka Hijau

dapat dijaga dalam jangka panjang.

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta

Page 10: BAB II Kelompok Besar

Prencanaan Tapak perumahan DISOL AKMAL Guru sekolah menengah atas 0710015311012 berbasis bencana

Kegiatan yang dapat dikembangkan adalah kegiatan permukiman,

perdagangan dan jasa, perkantoran, industri ringan dan rumah-tangga,

sarana dan prasarana perkotaan, pariwisata dan pertanian perkotaan (urban

farming).

Luas Zona Pembangunan keseluruhan adalah 3.399 Ha.

Zona pengembangan (extension zone) adalah kawasan yang direncanakan

sebagai areal pengembangan untuk menampung perkembangan yang terjadi

dimasa mendatang sebagai akibat dari berkembangnya aktifitas perkotaan.

Bagian Kawasan Perencanaan yang berada di antara Zona Pembangunan

dengan Zona Konservasi Kawasan Hutan Lindung.

Zona Pengembangan ini dibatasi peruntukkannya untuk kegiatankegiatan

dengan rasio tutupan bangunan (building coverage ratio) yang rendah,

karena kawasan ini diharapkan sebagai kawasan cadangan (reserve area)

apabila perkembangan di Zona Pembangunan telah mencapai titik optimal.

Pada dasarnya semua kegiatan di Zona Pembangunan dapat dilakukan di

Zona Pengembangan, namun untuk menjaga keberlanjutan pembangunan,

sampai akhir tahun perencanaan kegiatan yang diarahkan di Zona

Pengembangan ini adalah kegiatan-kegiatan dengan yang terkait dengan

pengembangan Kawasan Penyelamatan (Kawasan Evakuasi) apabila

terjadi bencana alam. Kegiatan permukiman, penelitian, pariwisata dan

rekreasi dapat dikembangkan dengan KDB yang rendah (<30%).

Luas Zona Pengembangan keseluruhan adalah 6.000 Ha.

TABEL 2.1

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta

Page 11: BAB II Kelompok Besar

Prencanaan Tapak perumahan DISOL AKMAL Guru sekolah menengah atas 0710015311012 berbasis bencana

Sumber : Hasil Rencana, 2006.

Dimana berdasarkan penjelasan RDTR di atas Kelurahan ulak karang utara

merupakan Zona Konservasi dengan arahan peruntukan seperti pada tabel 2.1 di

atas.

b. Rencana Blok Peruntukan (block plan)

Kawasan Lindung

Di dalam penyusunan Rencana Blok Peruntukkan Lahan (Block Plan)

Kawasan Perencanaan, keberadaan Kawasan Lindung yang merupakan Kawasan

Lindung Daerah Bawahannya berupa Hutan Lindung dan Hutan Suaka Alam

Satwa seluas sekitar 120 Km² dipertahankan keberadaannya. Dalam konteks

pengembangan Kawasan Perencanaan sebagai Kawasan Rawan Bencana,

Kawasan Sepanjang Pantai direncanakan sebagai Kawasan Lindung (Zona

Konservasi) yang dibatasi pengembangannya, dan Kawasan Sempadan Sungai

dijadikan sebagai Kawasan Lindung.

TABEL 2.2

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta

Page 12: BAB II Kelompok Besar

Prencanaan Tapak perumahan DISOL AKMAL Guru sekolah menengah atas 0710015311012 berbasis bencana

Sumber : Hasil Rencana, 2006.

Arahan kegiatan pada Kawasan Lindung di Kawasan Perencanaan

direncanakan sebagai berikut :

Hutan Lindung

Kegiatan Penelitian

Kegiatan Evakuasi Bencana

Kegiatan Rekreasi Luar Ruang

Hutan Suaka Alam Satwa

Kegiatan Penelitian

Kegiatan Pengembangbiakan Satwa Langka

Sempadan Sungai

Kegiatan Pemantauan dan Penelitian Perairan Sungai

Kegiatan Rekreasi

Kegiatan Olahraga Air

Kegiatan Pendukung Pelaksanaan Evakuasi

Sempadan Pantai

Kegiatan Pemantauan dan Penelitian Kelautan

Kegiatan Pariwisata dan Rekreasi Air

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta

Page 13: BAB II Kelompok Besar

Prencanaan Tapak perumahan DISOL AKMAL Guru sekolah menengah atas 0710015311012 berbasis bencana

Kegiatan Olahraga Pantai

Kegiatan Penunjang Usaha Perikanan Tangkap

Kegiatan Penunjang Usaha Perikanan Budidaya

Kawasan Budidaya

Untuk mendukung fungsi Kawasan Perencanaan sebagai salah-satu bagian

kawasan yang menjadi kawasan terdepan (frontier region) dalam pengembangan

Kota Padang, khususnya di bagian utara, pengembangan Kawasan Budidaya akan

diarahkan untuk kegiatan-kegiatan yang mencerminkan efektifitas pemanfaatan

lahan, memberikan nilai-tambah yang optimal, berdampak positif terhadap

peningkatan taraf kehidupan dan perekonomian masyarakat, pelestarian

lingkungan dan nilai-nilai budaya, serta tanggap terhadap berbagai kemungkinan

bencana alam. Dengan pertimbangan tersebut, dan memperhatikan Rencana

Pembagian Zona Pengembangan, maka Kawasan Budidaya yang direncanakan di

Kawasan Perencanaan Kecamatan Padang Utara akan mencakup pengembangan

kegiatan-kegiatan sebagai berikut ;

Kegiatan Perumahan

Dikembangkan pada kawasan bukan lindung serta sesuai dengan

dayadukung dan kesesuaian lahan.

Dibatasi pengembangannya pada kawasan yang termasuk rawan bencana

(gempabumi dan tsunami).

Dikembangkan dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan penduduk akan

sarana perumahan dan fasilitas pendukungnya.

Dikembangkan dalam rangka untuk mendukung pengembangan kegiatan

lainnya (perdagangan dan jasa, industri dan pertanian).

Diintegrasikan pengembangannya dengan rencana pengembangan jaringan

prasarana.

Terintegrasi dengan pengembangan Ruang Terbuka Hijau.

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta

Page 14: BAB II Kelompok Besar

Prencanaan Tapak perumahan DISOL AKMAL Guru sekolah menengah atas 0710015311012 berbasis bencana

Kegiatan Perdagangan dan Jasa

Dikembangkan sebagai bagian dari kontribusi untukmendukung fungsi

Kota Padang sebagai Pusat Perdagangan dan Jasa.

Dikembangkan pada kawasan bukan lindung serta sesuai dengan

dayadukung lahan.

Dibatasi pengembangannya pada kawasan yang termasuk rawan bencana

(gempabumi dan tsunami).

Dikembangkan dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan penduduk akan

sarana usaha dan sekaligus sarana pelayanan ekonomi.

Dikembangkan dalam rangka untuk mendukung pengembangan kegiatan

lainnya (permukiman, industri dan pertanian). - 27

Diintegrasikan pengembangannya dengan rencana pengembangan jaringan

prasarana, khususnya rencana sistem jaringan transportasi.

Terintegrasi dengan pengembangan Ruang Terbuka Hijau.

Kegiatan Industri

Dibatasi untuk kegiatan industri ringan dan industri pengolahan non-

polutif.

Tidak menyatu dengan Kawasan Perumahan dan sarana pelayanan yang

rentan terhadap polusi (misalnya sarana pendidikan, sarana peribadatan,

sarana kesehatan dan sarana rekreasi).

Dikembangkan pada kawasan bukan lindung serta sesuai dengan

dayadukung dan kesesuaian lahan.

Dibatasi pengembangannya pada kawasan yang termasuk rawan bencana

(gempabumi dan tsunami).

Dikembangkan dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan penduduk akan

lapangan kerja (dapat menyerap tenaga kerja lokal).

Dikembangkan dalam rangka untuk mendukung pengembangan kegiatan

lainnya (perdagangan dan jasa, pertanian dan perikanan).

Diintegrasikan pengembangannya dengan rencana pengembangan jaringan

prasarana.

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta

Page 15: BAB II Kelompok Besar

Prencanaan Tapak perumahan DISOL AKMAL Guru sekolah menengah atas 0710015311012 berbasis bencana

Didukung dengan Studi Analisis Dampak Lingkungan.

Dilengkapi dengan Instalasi Pengolahan Limbah (apabila menghasilkan

limbah yang tergolong B3).

Kegiatan Ruang Terbuka Hijau

Dikembangkan pada kawasan yang dapatmenerima dampak tidak langsung

apabila terjadi bencana alam (gempabumi, tsunami atau banjir).

Terintegrasi dengan kegiatan Olahraga dan Rekreasi.

Diintegrasikan dengan pengembangan kegiatan lainnya (Perumahan,

Perdagangan dan Jasa, serta Industri).

Dikembangkan dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan penduduk akan

ruang terbuka hijau.

Diintegrasikan pengembangannya dengan rencana pengembangan jaringan

prasarana.

Kegiatan Pertanian

Diarahkan pada pengembangan kegiatan pertanian perkotaan (urban

agriculture) yang hemat lahan dan memiliki nilai-tambah tinggi.

Dikembangkan pada kawasan bukan lindung serta sesuai dengan

dayadukung dan kesesuaian lahan.

Dikembangkan dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan penduduk akan

lapangan kerja serta sekaligus untuk memenuhi kebutuhan pangan.

Dikembangkan dalam rangka untuk mendukung pengembangan kegiatan

lainnya (perdagangan dan jasa serta industri).

Diintegrasikan pengembangannya dengan rencana pengembangan jaringan

prasarana.

Komponen masing-masing kegiatan yang akan dikembangkan pada Kawasan

Budidaya adalah sebagai berikut ;

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta

Page 16: BAB II Kelompok Besar

Prencanaan Tapak perumahan DISOL AKMAL Guru sekolah menengah atas 0710015311012 berbasis bencana

Perumahan

Rumah Kecil dengan ukuran persil ≤ 60 m².

Rumah Sedang dengan ukuran persil 60 - 200 m².

Rumah Besar dengan ukuran persil > 200 m².

Rumah Taman

Rumah Susun

Rumah Panggung

Perdagangan dan Jasa

Mal / Plaza / Pusat Perbelanjaan / Pasar Modern

Pasar Tradisional

Pertokoan

Perkantoran Pemerintah

Perkantoran Swasta

Rumah Toko

Rumah Kantor

Sarana Pendidikan

Sarana Peribadatan

Sarana Kesehatan

Sarana Pariwisata (Hotel/Penginapan, Restoran, Souvenir Shop)

Sarana Olahraga dan Rekreasi

Sarana dan Prasarana Transportasi (Jaringan Jalan, Terminal, Pelabuhan)

Prasarana Perkotaan Lainnya (TPS, TPA, IPAL, IPLT, Depo, IPA,

Waduk, Pond, dll)

Industri

Industri Pengolahan Pertanian

Industri Pengolahan Perikanan

Industri Rumah-tangga

Industri Pengolahan (non-polutif)

Ruang Terbuka Hijau

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta

Page 17: BAB II Kelompok Besar

Prencanaan Tapak perumahan DISOL AKMAL Guru sekolah menengah atas 0710015311012 berbasis bencana

Dikembangkan pada kawasan yang dapatmenerima dampak tidak langsung

apabila terjadi bencana alam (gempabumi, tsunami atau banjir).

Terintegrasi dengan kegiatan Olahraga dan Rekreasi.

Diintegrasikan dengan pengembangan kegiatan lainnya (Perumahan,

Perdagangan dan Jasa, serta Industri).

Dikembangkan dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan penduduk akan

Ruang Terbuka Hijau.

Diintegrasikan pengembangannya dengan rencana pengembangan jaringan

prasarana.

Pertanian

Diarahkan pada pengembangan kegiatan pertanian perkotaan (urban

agriculture) yang hemat lahan dan memiliki nilai-tambah tinggi.

Dikembangkan pada kawasan bukan lindung serta sesuai dengan

dayadukung dan kesesuaian lahan.

Dikembangkan dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan penduduk akan

lapangan kerja serta sekaligus untuk memenuhi kebutuhan pangan.

Dikembangkan dalam rangka untuk mendukung pengembangan kegiatan

lainnya (perdagangan dan jasa serta industri).

Diintegrasikan pengembangannya dengan rencana pengembangan jaringan

prasarana.

2.2 PENYELENGGARAAN KAWASAN KHUSUS NELAYAN

2.2.1 Maksud, Tujuan dan Lingkup Pengaturan Penyelenggaran Kawasan Khusus Nelayan

Pengaturan penyelenggaraan kawasan khusus nelayan telah diatur

sebelumnya di dalam Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Republik

Indonesia No. 15/PERMEN/M/2006 tentang Petunjuk Pelaksanaan

Penyelenggaraan Pengembangan Kawasan Nelayan.

Peraturan menteri negara perumahan rakyat republik indonesia nomor

15/PERMEN/M/2006 menyatakan perumahan kawasan nelayan untuk selanjutnya

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta

Page 18: BAB II Kelompok Besar

Prencanaan Tapak perumahan DISOL AKMAL Guru sekolah menengah atas 0710015311012 berbasis bencana

disebut kawasan nelayan adalah perumahan kawasan khusus untuk menunjang

kegiatan fungsi kelautan dan perikanan.

Pengaturan dalam bentuk petunjuk pelaksanaan dimaksudkan agar para

pembina di berbagai tingkat pemerintahan maupun pelaksana mempunyai suatu

panduan untuk mengembangkan kawasan perumahan yang dikhususkan bagi para

nelayan dengan mempertimbangkan berbagai aspek pengembangan kawasan,

khususnya dalam penyelenggaraan dan pengelolaan kawasan. Sehingga pada

saatnya dapat menciptakan suatu kawasan nelayan yang layak dan terjangkau bagi

masyarakat berpenghasilan rendah.

Pengaturan petunjuk pelaksanaan itu sendiri bertujuan untuk terlaksananya

kelancaran penyelenggaraan dan pengelolaan pengembangan kawasan

perumahaan nelayan secara berdaya guna dan berhasil guna.

Lingkup pengaturan dalam bentuk petunjuk pelaksanaan penyelenggaraan

pengembangan kawasan nelayan itu sendiri sesuai dengan hal-hal sebagaimana

telah diatur sebelumnya di dalam Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat

Nomor 14/PERMEN/M/2006 tentang Penyelenggaraan Perumahan Kawasan

Khusus, dengan mempertimbangkan hal-hal khusus terkait dengan nelayan.

2.2.2 Prioritas Penanganan Penyelenggaraan Kawasan Nelayan

Penanganan penyelenggaraan kawasan nelayan sebagaimana dijelaskan di

dalam PERMENPERA No. 15 Th 2006, diprioritaskan bagi yang mempunyai

kondisi sebagai berikut :

1. Kondisi lingkungannya tidak tertata dan kumuh.

2. Mencemari perairan disekitarnya.

3. Aksesibilitas rendah ke kawasan nelayan atau terisolir karena misalnya

terletak di perbatasan negara dan pulau-pulau kecil terpencil

4. Masyarakatnya miskin

5. Rawan bencana kebakaran

6. Rawan terhadap trepan gelombang termasuk abrasi, tsunami, dan angin

7. Adanya rencana pembangunan pelabuhan perikanan, dan industri perikanan

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta

Page 19: BAB II Kelompok Besar

Prencanaan Tapak perumahan DISOL AKMAL Guru sekolah menengah atas 0710015311012 berbasis bencana

2.2.3 Kebijakan Penanganan Pra Bencana Tsunami

Kelurahan Pasia Nan Tigo Kecamatan Koto Tangah merupakan Daerah

pesisir yang rawan akan bencana tsunami. Oleh karena itu dalam penataan ruang

kawasan rawan tsunami terdapat 2 kebijakan penanganan pra bencana. Adapun

kebijakan yang dapat dilakukan adalah :

1. Kebijakan Mitigasi

Kegiatan yang bertitik berat pada upaya untuk mengurangi dan

memperkecil akibat yang ditimbulkan oleh bencana. Kegiatan yang dapat

dilakukan adalah penataan ruang yang tanggap terhadap bencana tsunami,

pengadaan prasarana dan sarana yang didisain untuk tahap terhadap dampak

tsunami, penyusunan zoning regulation dan disain teknis bangunan penting di

kawasan rawan tsunami.

2. Kebijakan Kesiapsiagaan

Yaitu meliputi kegiatan utk mengadakan tempat evakuasi, jalur evakuasi

pelatihan dan gladi bagi masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana, serta

mendidik dan melatih aparat pemerintah termasuk penyiagaan pos-pos

pengamatan, pos pengamatan cuaca, pos pengendalian banjir dan pos siaga lain

yang sejenis. Kegiatan ini didahului oleh sosialisasi kepada masyarakat di

kawasan rawan bencana tsunami akan perlunya menyesuaikan pemanfaatan ruang

agar resiko dampak tsunami dapat ditekan seminimal mungkin.

1. Pengertian Perumahan

Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan

tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan

sarana lingkungan.

Pembangunan di bidang yang berhubungan dengan tempat tinggal beserta

sarana dan prasarananya seharusnya perlu mendapat perhatian yang prioritas

mengingat tempat tinggal merupakan salah satu kebutuhan dasar (basic need)

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta

Page 20: BAB II Kelompok Besar

Prencanaan Tapak perumahan DISOL AKMAL Guru sekolah menengah atas 0710015311012 berbasis bencana

manusia. Perundang undangan mengenai perumahan tertuang dalam Undang-

undang Nomor 4 tahun 1992 dan Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992.

Salah satu landasan yang digunakan untuk meningkatkan peran

kelembagaan dalam pembangunan perumahan dan permukiman adalah Undang-

undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman. Undang-

undang ini menyebutkan bahwa perumahan berfungsi sebagai lingkungan tempat

tinggal atau lingkungan hunioan yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana

lingkungan, sedangkan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar

kawasan hutan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun kawasan

pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan

hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.

Apabila di lihat dari segi makro, dalam melakukan pembangunan

perumahan dan permukiaman, seharusnya dilakukan sinkronisasi antara dua

sistem, yaitu perkotaan dan pedesaan. Hal ini harus diupayakan guna menghindari

terjadinya over load (kelebihan beban) pada lingkungan perumahan dalam

wilayah perkotaan yang dapat menimbulkan dampak yang tidak menguntungkan

bagi wilayah perkotaan maupun wilayah di belakangnya (hinterland), yang

biasanya adalah suatu wilayah pedesaan.

2. Program-Program Pembangunan Perumahan

Kebijakan pembangunan dalam bentuk rencana yang lebih rinci, baik yang

berupa rencana jangka pendek maupun rencana jangka panjang. Strategi

pembangunan perumahan dalam jangka pendek tertuang dalam tahapan

pembangunan lima tahun (pelita), sedangkan rencana jangka panjang adalah

rencana yang terkandung dalam GBHN.

Berdasarkan kebijakan-kebijakan yang digariskan dalam GBHN 1993,

secara umum program pembangunan perumahan dan permukiman dapat

digolongkan dalam empat kategori, yaitu perumahan untuk wilayah perkotaan,

permukiman untuk pedesaan, pembangunan perumahan untuk pemukiman

lainnya, serta program-program bantuan bagi pengadaan perumahan dan

permikiman. Penggolongan ini dimaksudkan untuk mempermudah penyusunan

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta

Page 21: BAB II Kelompok Besar

Prencanaan Tapak perumahan DISOL AKMAL Guru sekolah menengah atas 0710015311012 berbasis bencana

strategi pembangunan perumahan di masing-masing wilayah yang mempunyai

karakter yang sangat berbeda.

Kategori pembanguna perumahan dan permukiman disusun dengan tujuan

untuk mencapai hal-hal seperti berikut :

1. Pemerataan program pembangunan perumahan dan permukiman secara

adil yang meliputi aspek tata ruang, pertanahan, prasarana dan fasilitas

lingkungan, teknologi, industri bahan bangunan dan jasa konstruksi,

pembiayaan, kelembagaan, pengembangan sumberdaya manusia,

penelitian dan peraturan perundang-undangan. Adil dalam hal ini tidak

berarti harus didistribusikan sama rata untuk setiap kategori wilayah,

namun sedanding dengan kebitihan dean manfaat yang akan diperoleh

dari pembangunan di setiap wilayah tersebut.

2. Produk pembangunan perumahan bersifat affordoble. Program

pembangunan di setiap wilayah dilaksanakan dengan strategi dan

pendekatan yang berbeda agar tercapai azas keterjangkauan yang

disesuaikan dengan daya beli masyarakat di wilayah tersebut.

3. Strategi pembangunan perumahan dan permukiman disusun dengan

memperhatikan kondisi dan potensi lingkungan dalam kerangka

pelestarian lingkungan demi tercapainya pembangunan yang

berkelanjutan. Katagorisasi program disusun untuk mempermudah

penyusunan strategi pembangunan yang sesuai dengan karakter

lingkungan di setiap wilayah.

4. program pembangunan diselenggarakan dengan memperhatikan tuntutan

manusia pengguna di setiap wilayah. Karakter sosial dan latar budaya

yang berbeda akan membgentuk tuntutan yang juga berbeda terhadap

hunian sebagai tempat hidup manusia.

5. 3. Pengertian & Cangkupan Wilayah Pesisir

3.1 Pengertian Wilayah Pesisir

Menurut Hansom (1988), kawasan pesisir meliputi daratan yang

mengelilingi benua (continent) dan kepulauan, merupakan perluasan daratan yang

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta

Page 22: BAB II Kelompok Besar

Prencanaan Tapak perumahan DISOL AKMAL Guru sekolah menengah atas 0710015311012 berbasis bencana

dibatasi oleh pengaruh pasang surut yang terluar dari suatu paparan benua

(continental shelf).

Menurut Clark (1992), kawasan pesisir merupakan kawasan peralihan

antara ekosistem laut dan daratan yang saling berinteraksi. Oleh karena itu setiap

aspek pengelolaan kawasan pesisir dan lautan secara terpadu baik secara langsung

maupun tidak langsung, selalu berhubungan dengan air. Hubungan tersebut terjadi

melalui pergerakan air sungai, aliran air limpasan (run off), aliran air tanah

(ground water), air tawar beserta segenap isinya (seperti unsur nutrient, bahan

pencemar, dan sediment) yang berasal dari ekosistem daratan dan akhirnya akan

bernuara di perairan pesisir.

Menurut Beatly Etal (1994), dinyatakan bahwa berdasarkan kesepakatan

internasional kawasan pesisir didefenisikan sebagai kawasan peralihan antara laut

dan daratan. Kearah darat mencakup daerah yang masih terkena pengaruh

percikan air laut atau pasang surut dan kearah laut meliputi daerah paparan benua

(continental shelf).

Menurut Coastal Committe Of NSW (1994), wilayah pesisir merupakan

wilayah yang mempunyai batas kearah daratan sejauh 1 Km dari garis pantai saat

kedudukan muka air tertinggi dan kearah laut lepas sejauh 3 mil. Wilayah Pesisir

dibatasi oleh daratan yang masih dipengaruhi oleh proses laut dan menghasilkan

sistem-sistem bentuk daratan dan ekologi yang unik (Verhagen, 1994 ;Sekretariat

Proyek MREP,1997, dalam Vikal Islami, dalam Dini Satrisni).

Menurut Key dan Alder (1999), batasan pesisir dapat ditenyukan

berdasarkan pendekatan ilmiah (Scientific Defination) dan pendekatan kebijakan

(Policy Oriented Defnition). Secara ilmiah, Ketchum (1972 dalam Key dan Alder

1999), mendefenisikan bahwa kawasan pesisir merupakan pertemuan antara

daratan dan lautan dengan batasan ke daratan dan lautan ditentukan oleh pengaruh

daratan ke lautan dan pengaruh lautan ke daratan. Berdasarkan kebijakan, pada

umumnya batasan kawasan pesisir merupakan wilayah administratif, baik ke darat

maupun ke laut, ataupun batasan yang ditentukan secara politis (Hilldebrand dan

Norrena, 1992 ;Jones dan Westmacott,1993, dalam Vikal Islami, dalam Dini

Satrisni).

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta

Page 23: BAB II Kelompok Besar

Prencanaan Tapak perumahan DISOL AKMAL Guru sekolah menengah atas 0710015311012 berbasis bencana

Pengertian wilayah pesisir secara ekologis merupakan kawasan lautan

yang masih terpengaruh oleh aliran sungai dan sedimentasi (alami) serta

terpengaruh oleh penebangan hutan (buatan). Wilayah pesisir secara administrasi

adalah wilayah batas terluar dari suatu hukum kabupaten atau kota yang

mempunyai laut sejauh 12 mil kearah laut untuk propinsi dan sepertiga untuk

kabupaten atau kota.

3.2 Klasifikasi Wilayah Pesisir

Propinsi Sumatera Barat yang terletak di pantai barat pulau Sumatera

mempunyai

Luas perairan 138.750 km2 belum termasuk ZEEI (Zona Ekonomi Eksklusif

Indonesia). Pantai garis pantainya (termasuk kepulauan Mentawai) mencapai

2.420 Km dengan jumlah pulau besar dan kecil 375 buah.

Wilayah pesisir Propinsi Sumatera Barat terdapat 2 Kota dan 5 Kabupaten, yaitu

Kota Padang, Kota Pariaman, Kabupaten Pasaman Barat, Kabupaten Agam,

Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Pesisir selatan, serta Kepulauan

Mentawai.

Lebih lengkap data fisiografis wilayah pesisir Propinsi Sumatera Barat dapat

dilihat pada tabel berikut.

Tabel Panjang Garis Pantai dan Jumlah Pulau Kecil di Propinsi Sumatera

Barat

NoKota /

Kabupaten

Panjang Pulau Kecil Total

(Km)Panjang

(Km)Jumlah

(Bh) (Km)

1 Pasaman Barat 135,40 7,55 5 142,96

2 Agam 36,97 1,50 2 38,47

3 Padang Pariaman 58,19 4,14 6 62,33

4 Padang 76,05 23,58 19 99,63

5 Pesisir Selatan 234,20 44,00 20 278,20

6 Kep.Mentawai   1.798,80 323 1.798,80

Jumlah 540,81 1.879,55 375 2.420,39 Sumber : CRITIC Sumatera Barat dalam Eni Kamal, 2007,dalam Haryani,2007.

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta

Page 24: BAB II Kelompok Besar

Prencanaan Tapak perumahan DISOL AKMAL Guru sekolah menengah atas 0710015311012 berbasis bencana

Jika dilihat dari segi demografi, ternyata kawasan pesisir Sumatera Barat

merupakan wilayah yang sangat padat. Hal ini disebabkan oleh semakin

meningkatnya aktivitas masyarakat pesisir sehingga dikhawatirkan akan

mengancam kelestarian sumber daya alamnya dan terjadinya tekanan terhadap

wilayah pesisir semakin hari semakin tinggi (Haryani, 2007).

Berdasarkan batasan wilayah pesisir terbagi menjadi dua subsistem, yaitu

daratan pesisir (shoreland), dan perairan pesisir (coastal water), keduanya

berbeda tapi saling berintegrasi.

Secara ekologis daratan pesisir sangat komplek dan mempunyai nilai

sumberdaya yang tinggi. Namun demikian yang perlu diperhatikan adalah sistem

perairan pesisir dan pengaruh terhadap daya dukung lahan dan ekosistem wilayah

pesisir. Pengaruh daratan pesisir terhadap perairan pesisir terutama melalui aliran

air.

Perairan pesisir secara fungsional terdiri dari perairan eustaria, perairan

samudera dan perairan pantai. Perairan Eustaria adalah suatu perairan pesisir yang

semi tertutup, yang berhubungan bebas dengan laut, sehingga dengan demikian

eustaria dipengaruhi oleh pasang surut, dan terjadi pula percampuran yang masih

dapat diukur antara air laut dengan air tawar yang berasal dari drainase daratan

(Odum,1971). Perairan Samudera adalah semua perairan kearah laut terbuka dari

batas paparan benua atau teritorian, perairan pantai meliputi laut mulai dari batas

eustaria ke arah laut sampai batas paparan benua atau batas teritorial.

Klasifikasi wilayah pesisir menurut komoditas hayati, yaitu (1) Ekosistem

Litoral yang terdiri dari pantai dangkal, pantai batu, pantai karang, pantai lumpur.

(2) Hutan Payau. (3) Vegetarian Rawa Payau. (4) Hutan Raya Payau (5) Hutan

Rawa Gambut.

3.3 Pengertian Pantai

Menurut Triatmodjo : 991, ada dua istilah tentang kepantaian dalam

Bahasa Indonesia yang sering rancu pemakaiannya, yaitu pesisir (coast) dan

pantai (shore). Pesisir adalah daerah daratan di tepi laut yang masih mendapat

pengaruh laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air laut. Sedangkan

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta

Page 25: BAB II Kelompok Besar

Prencanaan Tapak perumahan DISOL AKMAL Guru sekolah menengah atas 0710015311012 berbasis bencana

pantai adalah daerah ditepian perairan yang dipengaruhi oleh pasang tertinggi dan

air surut terendah.

Garis pantai adalah garis batas pertemuan antara daratan dan air laut,

dimana posisinya tidak tetap dan dapat berpindah sesuai dengan pasang surut air

laut dan erosi pantai yang terjadi. Sempadan pantai adalah kawasan tertentu

sepanjang pantai yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan

kelestarian fungsi pantai. Kriteria sempadan pantai adalah daratan sepanjang

tepian yang lebarnya sesuai dengan bentuk dan kondisi fisik pantai minimal 100

m dari titik pasang tertinggi kearah daratan.

Departemen Perikanan dan Kelautan mendefenisikan kawasan desa pantai

merupakan perkembangan dan pertumbuhannya dimulai oleh pembentukan

kelompok masyarakat yang mata pencahariannya erat dengan sumberdaya

kelautan. Pemukiman umumnya berorientasi kearah laut.

3.4 Tipologi dan Sifat Tanah Lahan Pantai

Lahan pantai merupakan bagian dari daratan pantai (Coastal Planning)

yang berupa daerah peralihan dengan perairan laut, yang biasanya disebut juga

sebagai Lahan pesisir . Dataran pantai mencangkup areal yang lebih luas berupa

daerah datar dari daratan pulau ke daerah perairan laut pusat penelitian tanah dan

agroklimat.

Berdasarkan dari defenisi lahan pantai, maka dapat dilihat karakteristik

lahan pantai, dimana karakteristik lahan pantai akan mempengaruhi terhadap

pengembangan lahan pantai tersebut.

3.5 Tipologi Lahan Pantai

Lahan pantai terdapat pada dataran rendah, dalam lingkungan marin, relif

datar dan cekung, terdiri atas lahan yang mendapat pengaruh pasang surut air laut

dan ada yang tidak. Lahan yang mendapat pengaruh pasang surut dapat langsung

berhadapan dengan pantai atau letaknya dibelakang pesisir pantai berpasir. Lahan

yang tidak mendapat air pasang umumnya berupa lenting pasir dan letaknya lebih

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta

Page 26: BAB II Kelompok Besar

Prencanaan Tapak perumahan DISOL AKMAL Guru sekolah menengah atas 0710015311012 berbasis bencana

tinggi atau berupa lahan cembung memanjang paralel garis pantai. Kawasan

pantai yang berupa dataran seperti teras atau dataran sempit dari bahan koluvum,

karena letaknya cukup tinggi termasuk lahan kering dan tidak mendapat pengaruh

air pasang.

3.6 Sifat Tanah Lahan Pantai

Ditinjau dari sifat-sifat tanah, lahan pantai mempunyai kendala tanah yang

perlu mendapat perhatian dalam pengembangannya. Kendala sifat kimia adalah

bahan sulfidik yang dihasilkan endapan marin. Tanah-tanah yang mempunyai

kendala fisik dilahan pantai terdiri dari tanah yang tidak stabil karena melumpur

pada tanah.

3.7 Identifikasi daerah rawan bencana

Faktor utama yang menjadi pertimbangan dalam peruntukan lahan pesisir

yang teridentifikasi rawan bencana tersebut adalah hendaknya dilakukan dengan

mengacu kepada ketinggian suatu daerah / wilayah pesisir dari permukaan laut.

Untuk itu perlu dilakukan Identifikasi terhadap daerah rawan bencana :

Banjir

Erosi, Abrasi & Sedimentasi

Akresi garis pantai

Subsiden / longsoran tanah

Tsunami dan Gempa

Bagi keperluan penataan ruang pesisir yang rawan bencana tsunami terutama

dalam arahan peruntukan lahan perlu delineasi zona rawan bencana tsunami

berdasarkan ketinggian wilayah pesisir dari permukaan laut sebagai berikut

(Haryani, 2007):

1. Zona amat berbahaya (<7 mdpl)

Zona ini merupakan zona dengan kerentanan sangat tinggi sebaiknya

diperuntukkan bagi kawasan pertahanan awal dari bencana tsunami atau

ditetapkan sebagai zona konservasi. Pada zona ini sebaiknya

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta

Page 27: BAB II Kelompok Besar

Prencanaan Tapak perumahan DISOL AKMAL Guru sekolah menengah atas 0710015311012 berbasis bencana

dikembangkan green belt /jalur hijau baik dengan hutan mengrove maupun

cemara laut serta perkebunan kelapa sebagai soft protection.

2. Zona Berbahaya (7-12 mdpl)

Pada zona ini dimanfaatkan untuk aktivitas yang masih terbatas seperti

kegiatan pariwisata pantai dan bahari dan pemukiman nelayan dengan

intensitas pembangunan sedang.

3. Zona cukup aman (12-25 mdpl)

Pada zona cukup aman sudah dapat dilakukan pembangunan, namun

demikian tetap dengan kepadatan sedang dan pola permukiman cluster

dimana tetap disediakan ruang evakuasi seperti mesjid, GOR, sekolah dan

lain-lain dengan struktur dan konstruksi anti gempa.

4. Zona aman (>25 mdpl)

Terutama untuk fungsi-fungsi vital seperti pusat pemerintahan,

pendidikan, kesehatan dan lain-lain. Intensitas pembangunan dapat

dilakukan dari sedang sampai tinggi dengan peruntukan lahan permukiman

dengan berpola cluster.

Dalam Kepmen tentang Pedoman Umum Penataan Ruang Pesisir dan Pulau-pulau

kecil, dijelaskan bahwa, Salah satu alternatif pola perencanaan dikawasan pesisir

dan pulau-pulau kecil adalah membagi kawasan tersebut atas beberapa zona

penting, yaitu :

1. Zona Preservasi / Zona Inti

2. Zona Konservasi

3. Zona Penyangga

4. Zona Pemanfaatan( Kawasan Budidaya)

5. Zona tertentu pada kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil

3.8 Penentuan Guna Lahan

Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No.837/Kpts/II/1980 dan

No.683/Kpts/8/1981 alokasi peruntukan lahan di Indonesia di bagi menjadi

beberapa kategori:

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta

Page 28: BAB II Kelompok Besar

Prencanaan Tapak perumahan DISOL AKMAL Guru sekolah menengah atas 0710015311012 berbasis bencana

1. Kawasan Lindung (Preservation Zone)

2. Kawasan Penyangga (Buffer Zone)

3. Kawasan Budidaya

Kawasan Budidaya tanaman tahunan

Kawasan Budidaya tanaman semusim/setahun

4. Kawasan Pemukiman

Faktor Utama Klasifikasi peruntukan lahan :

1. Kemiringan Lahan

2. Jenis tanah (Kepekaan tanah terhadap erosi)

3. Intensitas hujan harian

4. Sistem penilaian yang digunakan adalah sistem scoring

4.3.1 Klasifikasi peruntukan lahan

1. Kawasan Lindung (Preservation zone), adalah areal yang mempunyai

scoring kemampuan lahan adalah sama atau lebih dari 175, atau

memenuhi beberapa syarat di bawah ini :

Kawasan hutan yang mempunyai lereng lapangan lebih dari 40%

Tanah yang sangat peka terhadap erosi yaitu tanah regosol, litosol

dan renzina dengan kemiringan lahan besar dari 15%

Merupakan kawasan sempadan sungai dan pantai sekurang-

kurangnya 50-100 meter

Merupakan kawasan perlindungan mata air sekurang-kurangnya

dengan radius 200 meter

Kawasan hutan mempunyai ketinggian 2000 meter atau lebih

Guna keperluan/kepentingan khusus dan ditetapkan oleh

pemerintah sebagai kawasan lindung.

2. Kawasan Penyangga (Buffer Zone), adalah areal yang dapat berfungsi

sebagai kawasan lindung dan kawasan budidaya. Letaknya diantara

kawasan lindung dan kawasan budidaya. Zona penyangga disebut juga

zona konservasi yang mempunyai fungsi perlindungan zona preservasi.

Zona ini lebih diutamakan untuk penggunaan lahan yang ekstensif dengan

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta

Page 29: BAB II Kelompok Besar

Prencanaan Tapak perumahan DISOL AKMAL Guru sekolah menengah atas 0710015311012 berbasis bencana

persyaratan tertentu. Sesuai dengan ciri-ciri tersebut zona konservasi

dapat digunakan sebagai kawasan hutan produksi, perkebunan dan

perkebunan campuran. Penilaian penentuan kawasan penyangga

bersdasarkan beberapa kriteria, yaitu:

Areal yang mempnyai scoring kemampuan lahan antara 124-174

Keadaan fisik lahan memungkinkan untuk dilakukan budidaya

secara ekonomis

Lokasi secara ekonomis mudah dikembangkan sebagai kawasan

penyangga

Tidak merugikan dari segi ekologi dan lingkungan hidup

Mempunyai kemiringan lahan 25%-40% apabila tanah tidak peka

terhadap erosi atau kemiringan lahan 15%-25% apabila tanah peka

atau sangat peka terhadap erosi.

3. Kawasan Budidaya, kawasan ini terdiri dari budidaya tanaman tahunan

dan tanaman semusim. Penentuan kawasan ini berdasarkan scoring

kemampuan lahan kecil atau sama dengan 124 atau memiliki kriteria

sebagai berikut :

Cocok untuk dikembangkan sebagai tanaman tahunan (kayu-kayu,

tanaman perkebunan dan tanaman industri) dan tanaman semusim

Memenuhi kriteria umum kawasan penyangga .

4. Kawasan Pemukiman, kawasan ini merupakan kawasan kegiatan atau

sektor nonpertanian seperti pemukiman pedesaan dan perkotaan, industri,

rekreasi dan kegiatan-kegiatan lainnya. Arealnya sama dengan kawasan

budidaya hanya saja lahan tersebut mempunyai kemiringan antara 0-8%.

Dapat dilihat pada tabel 2.4 sbg:

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta

Page 30: BAB II Kelompok Besar

Prencanaan Tapak perumahan DISOL AKMAL Guru sekolah menengah atas 0710015311012 berbasis bencana

TabelSistem Penilaian Peruntukan Lahan Berdasarkan Sistem Untuk Penetapan

Kawasan Lindung dan Budaya

NO FAKTOR UTAMA KELAS URAIAN FAKTOR UTAMA SCORING

1 Kemiringan Lahan 1 Datar 0% - 8% 20  2 Landai 8% - 15% 40  3 Agak Curam 15% - 25% 60  4 Curam 25% - 40% 80  5 Sangat Curam > 40% 100

2. Kepekaan Tanah Terhadap Erosi 1 Tidak Peka Aluvial 15Gleisol

Planosol  Hidromorf Kelabu  Lateritik Air  2 Agak Peka Latosol 30  3 Kurang Peka Brown Forest Soil 45  Kambisol

Non Calcic Brown  Mediteran  4 Peka Andosol 60  Padsol  Vertisol  Grumosol  Laterit  Padsolik  5 Sangat Peka Regosol 75  Litosol  Organosol  Renzina

3.Intensitas Hujan Harian(curah hujan/hari hujan)

1 Sangat Rendah 0 - 13,6 10

2 Rendah 13,6 - 20,7 203 Sedang 20,7 - 27,7 30

   4 Tinggi 27,7 - 34,8 405 Sangat Tinggi > 34,8 50

Sumber : Catatan kuliah Evaluasi Sumber Daya Lahan, 2009

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta

Page 31: BAB II Kelompok Besar

Prencanaan Tapak perumahan DISOL AKMAL Guru sekolah menengah atas 0710015311012 berbasis bencana

3.9 Kesesuian Lahan

Kesesuaian lahan adalah kecocokan suatu bidang lahan untuk suatu

penggunaan lahan dalam mengusahakan komoditas tertentu. Dalam mengevaluasi,

dipertimbangkan tingkat manajemen yang diterapkan.

Adapun kelas kesesuaian lahan dapat dikelompokkan menjadi

1. S1 (Sesuai)

Lahan tidak mempunyai faktor pembatas nyata bagi suatu penggunaan

secara berkelanjutan atau pembatas sangat ringan (tidak berarti) yang

tidak mengurangi produktivitas atau manfaat, dan/ hanya memerlukan

masukan dengan biaya ringan

2. S2 (Cukup Sesuai)

Lahan mempunyai faktor pembatas sedang untuk suatu penggunaan

secara berkelanjutan, faktor pembatas tersebut akan mengurangi

produktivitas atau manfaat, dan memerlukan masukan terus menerus

agar dicapai tingkat keuntungan yang maksimal.

3. S3 (Sesuai Marginal)

Lahan Mempunyai faktor pembatas berat untuk penerapan suatu

penggunaan secara berkelanjutan dan akan menguarangi produktivitas

atau manfaat, dan memerlukan masukan yang memerlukan nilai tambah

marginal.

4. N1 (Tidak Sesuai Saat Ini)

Lahan Mempunyai faktor pembatas berat/besar, tidak bisa diperbaiki

dengan teknologi dan biaya yang layak saat ini, untuk penggunaan

secara berkelanjutan.

5. N2 (Tidak Sesuai)

Lahan Mempunyai faktor pembatas sangat berat sehingga sedikit sekali

kemungkinan untuk mendapatkan produktivitas secara berkelanjutan.

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta

Page 32: BAB II Kelompok Besar

Prencanaan Tapak perumahan DISOL AKMAL Guru sekolah menengah atas 0710015311012 berbasis bencana

Dalam menentukan kawasan perumahan harus pula diperhatikan segi-segi

sosial seperti adanya tempat-tempat keramat / bersejarah dan penghidupan

penduduknya. Sedangkan untuk kawasan perumahan harus memenuhi persyaratan

sebagai berikut:

1. Aksesibilitas

Yaitu kemungkinan pencapaian dari kawasan ke kawasan. Aksesibilitas

dalam kenyataannya berwujud jalan dan transportasi.

2. Kompatibilitas

Yaitu keserasian dan keterpaduan antar kawasan yang menjadi

lingkungannya.

3. Fleksibilitas

Yaitu kemungkinan pertumbuhan fisik / pemekaran kawasan perumahan

dikaitkan dengan kondosi fisik lingkungan dan keterpaduan prasarana.

4. Ekologi

Yaitu keterpaduan antara tatanan kegiatan alam yang diwadahinya.

Untuk dapat memenuhi syarat-syarat tersebut di atas diperlukan informasi

tentang:

1. Topografi

Yaitu kondisi permukaan tanah baik bentuk, karakter, tumbuhan, aliran

sungai, kontur tanah, dan lain-lain yang sangat berpengaruh terhadap

transportasi, sistem sanitasi, dan pola tata ruang.

2. Sumber alam

Yaitu semua potensi dan kekayaan alam yang dapat mendukung

penghidupan dan kehidupan.

3. Kondisi fisik tanah

Yaitu kondisi fisik tanah yang mana kawasan perumahan akan dibangun.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan adalah:

Tidak mengandung gas beracun yang mematikan

Tidak tergenang air

Memungkinkan untuk membangun sarana dan prasarana

4. Lokasi / letak geografis

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta

Page 33: BAB II Kelompok Besar

Prencanaan Tapak perumahan DISOL AKMAL Guru sekolah menengah atas 0710015311012 berbasis bencana

Yaitu posisi kawasan perumahan terhadap kawasan-kawasan lain.

5. Tata guna lahan

Yaitu pola tata guna lahan di sekeliling perumahan.

6. Nilai dan harga tanah

Yaitu nilai potensi dan ekonomi dari tanah kawasan.

7. Iklim

Yaitu keadaan cuaca, hal yang harus diperhatikan adalah:

Arah jalannya matahari

Lamanya penyinaran matahari

Temperatur rata-rata

Kelembaban

Curah hujan rata-rata

Musim

Arah Angin

8. Bencana alam

Segala ancaman bahaya oleh alam, seperti angin puyuh, gempa bumi, dan

banjir.

9. Vegetasi

Segala tumbuhan yang ada maupun yang mungkin tumbuh di kawasan

yang dimaksud. Hal yang diperhatikan adalah jenis dan pengaruhnya

terhadap lingkungan

10. Hidrologi

Semua jenis air tanah yang terkandung didalam tanah atau kawasan

perencanaan.

11. Status Lahan

Segala bentuk peruntukan lahan dikawasan

12. Kebisingan

2.1 Pengertian Wilayah Pesisir

Wilayah pesisir merupakan wilayah yang mempunyai batas ke arah

daratan sejauh 1 km dari garis pantai saat kedudukan muka air tertinggi dan

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta

Page 34: BAB II Kelompok Besar

Prencanaan Tapak perumahan DISOL AKMAL Guru sekolah menengah atas 0710015311012 berbasis bencana

kearah laut lepas sejauh 3 mil (Costal Commitee Of NSW, 1994). Wilayah pesisir

dibatasi oleh daratan yang masih dipengaruhi oleh proses laut dan menghasilkan

sistem-sistem bentuk daratan dan ekologi yang unik (Verhagen, 1994 ; Sekretariat

Proyek MREP, 1997, dalam Dini Satriati).

Batasan pesisir dapat ditentukan berdasarkan pendekatan ilmiah (Scientific

Definition) dan pendekatan kebijakan (Policy Oriented Definition) (Key dan Alder

1999). Secara ilmiah, kawasan pesisir merupakan pertemuan antara daratan dan

lautan dengan batasan ke daratan dan lautan ditentukan oleh pengaruh daratan ke

lautan dan pengaruh lautan ke daratan (Ketchum, 1972 dalam Key dan Alder,

1999). Berdasarkan kebijakan, pada umumnya batasan kawasan pesisir

merupakan wilayah administratif, baik ke darat maupun ke laut, ataupun batasan

yang ditentukan secara politis (Hilldebrand dan Norrena, 1992 ; Jones dan

Westmacott, 1993, dalam Dini Satriati).

Wilayah pesisir secara umum dapat diartikan suatu wilayah peralihan

antara daratan dan lautan, apabila ditinjau dari garis pantai (coastline), maka suatu

wilayah pesisir memiliki dua macam batas (boundarles), yaitu : batas yang sejajar

garis pantai (longshore) dan batas yang tegak lurus terhadap garis pantai (cross

shore) (Dahuri, 2000). Untuk keperluan pengelolaan, penetapan batas-batas

wilayah pesisir yang sejajar garis pantai relatif mudah.

2.2 Karakteristik Wilayah Pesisir

Wilayah pesisir memiliki beberapa karakteristik, yaitu:

1. Wilayah pertemuan antara berbagai aspek kehidupan yang ada di darat,

laut dan udara, sehingga bentuk wilayah pesisir merupakan hasil

keseimbangan dinamis dari proses pelapukan (weathering) dan

pembangunan ketiga aspek di atas;

2. Berfungsi sebagai habitat dari berbagai jenis ikan, mamalia laut, dan

unggas untuk tempat pembesaran, pemijahan, dan mencari makan;

3. Wilayahnya sempit, tetapi memiliki tingkat kesuburan yang tinggi dan

sumber zat organik penting dalam rantai makanan dan kehidupan darat dan

laut;

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta

Page 35: BAB II Kelompok Besar

Prencanaan Tapak perumahan DISOL AKMAL Guru sekolah menengah atas 0710015311012 berbasis bencana

4. Memiliki gradian perubahan sifat ekologi yang tajam dan pada kawasan

yang sempit akan dijumpai kondisi ekologi yang berlainan;

5. Tempat bertemunya berbagai kepentingan pembangunan baik

pembangunan sektoral maupun regional serta mempunyai dimensi

internasional

2.3 Karakteristik Masyarakat Pesisir

Masyarakat yang hidup di wilayah pesisir pantai pada umumnya adalah

masyarakat tradisional yang miskin dengan kondisi sosial ekonomi dan latar

belakang pendidikan yang relatif rendah, sekitar 90% masyarakat pesisir pantai

hanya berpendidikan sampai SD (Supriono dkk, 1992, dalam Dini Satriati).

1. Masalah kerusakan fisik lingkungan

Masalah kerusakan pada fisik lingkungan yang sering terjadi antara lain:

a. Kerusakan ekosistem

- Kerusakan terumbu karang

- Kerusakan Mangrove

- Pemanfaatan sumber daya ikan yang berlebihan (Over Exploitation)

b. Pencemaran laut

- Bahan-bahan pencemaran laut:

44 % run off dan aliran dari laut

33 % emisi pesawat terbang

12 % pelayaran dan peristiwa tumpahan minyak

10 % pembuangan limbah ke laut

1 % penambagan minyak dan gas

- Macam-macam pencemaran laut

Intrusi air laut disebabkan pemanfaatan air tanah

yang tidak memperhitungkan keseimbangan yang mengakibatkan

turunnya permukaan air tanah

Eutrofikasi yaitu merupakan peningkatan garam-

garam nutrien terutama nitrat dan fosfat secara gradual sehingga

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta

Page 36: BAB II Kelompok Besar

Prencanaan Tapak perumahan DISOL AKMAL Guru sekolah menengah atas 0710015311012 berbasis bencana

dapat menyebabkan red tide dan pertumbuhan alga yang tidak

normal

Red tide yaitu perubahan warna air laut

Tumpahan minyak

c. Kejadian alam

- Erosi

- Sedimentasi

- Bencana alam seperti tsunami dan banjir

2. Masalah sosial ekonomi

a. Kemiskinan penduduk

Sebagian besar penduduk di wilayah pesisir adalah nelayan, kemiskinan

nelayan dapat dicirikan oleh 5 karakteristik:

- Pendapatan nelayan bersifat harian dan jumlahnya sulit untuk

ditentukan

- Tingkat pendidikan nelayan atau anak-anak nelayan pada umumnya

rendah

- Sifat produk yang dihasilkan nelayan

- Bidang perikanan membutuhkan investasi cukup besar dan cenderung

mengandung resiko besar

- Hanya tergantung pada perikanan

b. Kurangnya pemahaman terhadap nilai sumber daya wilayah pesisir

3. Masalah kelembagaan

a. Masalah konflik pemanfaatan dan kewenangan

Sebagai contoh:

- Konflik penggunaan ruang di lokasi pantai

- Konservasi mangrove yang konflik dengan pembangunan lain

- Konflik budi daya taman laut

b. Masalah ketidak pastian hukum

Sebagai contoh:

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta

Page 37: BAB II Kelompok Besar

Prencanaan Tapak perumahan DISOL AKMAL Guru sekolah menengah atas 0710015311012 berbasis bencana

- Undang-undang nomor 24 tahun 1992: Kewenangan penataan ruang

laut harus diatur dengan Undang-undang dengan kewenangan terbesar

ada pada pemerintah pusat (sentralistik)

- Undang-undang nomor 22 tahun 1999: Menyerahkan kewenangan

penataan ruang laut (sejauh 12 mil) sepenuhnya kepada daerah

- Undang-undang nomor 5 tahun 1960: Hak ulayat (termasuk hak ulayat

laut) diakui eksisitensinya

2.4 Perumahan

Sebagaimana diamanatkan dalam Undang Undang Dasar (UUD) 1945 dan

pasal 28 H amandemen UUD 1945, bahwa rumah adalah salah satu hak dasar

rakyat dan oleh karena itu setiap warga negara berhak untuk bertempat tinggal dan

mendapat lingkungan hidup yang baik dan sehat. Selain itu, rumah juga

merupakan kebutuhan dasar manusia dalam meningkatkan harkat, martabat, mutu

kehidupan dan penghidupan, serta sebagai pencerminan diri pribadi dalam upaya

peningkatan taraf hidup, serta pembentukan watak, karakter dan kepribadian

bangsa.

Rumah selain berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana

pembina keluarga yang mendukung perikehidupan dan penghidupan juga

mempunyai fungsi sebagai pusat pendidikan keluarga, persemaian budaya, dan

penyiapan generasi muda. Oleh karena itu, pengembangan perumahan dengan

lingkungannya yang layak dan sehat merupakan wadah untuk pengembangan

sumber daya bangsa Indonesia di masa depan.

2.5 Rumah Layak dalam Lingkungan Sehat, Aman, Lestari dan

berkelanjutan.

a. Lingkugan Sehat dan Aman

b. Suatu kondisi perumahan dan permukiman yang memenuhi standar

minimal dari segi kesehatan sosial budaya ekonomi dan kualitas teknik

yang dikelola secara benar dan terus menerus.

c. Lingkungan lestari dan berkelanjutan

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta

Page 38: BAB II Kelompok Besar

Prencanaan Tapak perumahan DISOL AKMAL Guru sekolah menengah atas 0710015311012 berbasis bencana

d. Yaitu lingkungan yang memperhatikan sumber daya alam, pola tatanan air

dan usaha konservasi sumber daya alam, pengelolaan dan

pemanfaatannya.

e. Kategori Layak

Layak Huni : Berkaitan dengan pencapaian fisik, kesehatan

dan kesusilan sebagai manusia bekelompok

berbudaya.

Layak Usaha : Yang berkaitan dengan terpenuhinya kondisi

lingkunga Yang kondusif bagi kelangsungan

kehidupan social dan ekonomi

Layak Berkembang : Terpenuhinya kondisi lingkungan yang

mendukung teradinya kesejahteraan masyarakat

protektif dan produktivitas.

Kriteria Perumahan dan Permukiman yang layak Berkembang atau

dikembangkan :

1. Tidak Semua kawasan Ekonomis untuk dikembangkan sebagai kawasan

hunian

2. Tidak Semua kawasan Produktif cocok untuk dikembangkan sebagai

kawasan permukiman.

3. Kriteria Lokasi Bermukim.

Kriteria Lokasi Permukiman :

1. Dalam RTRW kawasan tersebut ditetapkan sebagai daerah dengan

peruntukan perumahan dan pemukiman.

2. Kawasan perumahan dan pemukiman yang apabila dikembangkan dapat

memberi manfaat bagi pemerintah Kota atau kabupaten dalam bentuk :

Peningkatan ketersediaan pemukiman yang layak dan terjangkau.

Dukungan bagi pembangunan dan pengembangan kawasan

fungsional lain yang memerlukan perumahan dan pemukiman.

Luas Kawasan yang direncanakan mendukung terlaksananya pola

hunian berimbang yaitu tidak mengganggu keseimbangan fungsi

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta

Page 39: BAB II Kelompok Besar

Prencanaan Tapak perumahan DISOL AKMAL Guru sekolah menengah atas 0710015311012 berbasis bencana

kawasan serta upaya pelestarian SDA dan skala kegiatannya

memberikan kesempatan kerja baru.

Syarat Bagi Kawasan Perumahan dan Pemukiman :

( Bagi yang baru dibangun / dikembangkan ):

1. Tidak berada pada lokasi rawan bencana baik yang ruti atau pun

diperkirakan akan tejadi / terkena bencana .

2. Mempunyai sumber air baku yang memadai ( kualitas & kuantitas ) atau

berhubungan degan jaringan pelayana air bersih serta jaringan sanitasi.

3. Terletak pada hamparan yang luas dengan luas yang cuku dan

emungkinkan teselenggaranya pola hunian yang berimbang.

4. Memanfaatkan lahan tidur atau lahan skala besar yang telah dikeluakan

izinnya namun belum dibangun.

5. Bagi kawasan perumahan dan pemukiman akan dikembangkan sebagai

kawasan pembanguan Rusuna ( Rusun Sederhan ) sewa / milik.

Syarat Lokasi Pemukiman :

1. Lokasinya sedemikian rupa dan tidak terganggu oleh kegiatan lain

2. Mempunyai akses terhadap pusat-pusat pelayanan

3. Mempunyai fasilitas drainase.

4. Mempunyai fasilitas penyediaan air bersih.

5. Dilengkapi dengan fasilitas pembuagan air kotor / Tinja.

6. Dilayani oleh fasilitas pembuagan sampah secara teratur.

7. Dilengkapi dengan fasilitas umum seperti taman kanak-kanak, taman dll

8. Dilayani oleh jaringan listrik dan telepon.

Standar Umum Perumahan :

Berikut ini akan dijelaskan mengenai standar-standar peumahan serta

kebutuhan diingkungan perumahan tersebut. Besaran lingkungan perumahan

ditentukan oleh :

1. Jumlah penduduk

2. Fasilitas atau pelayanan Umum

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta

Page 40: BAB II Kelompok Besar

Prencanaan Tapak perumahan DISOL AKMAL Guru sekolah menengah atas 0710015311012 berbasis bencana

3. Luas Tanah / Lahan Total

4. Luas lahan untuk perumahan

5. Luas lahan untuk jaringan jalan

6. Luas lahan untuk ruangan terbuka

7. Kepadatan penduduk

8. Radius pelayanan

9. Luas lahan untuk fasilitas dan pelayanan umum.

Dasar-dasar pengukuran skala lingkungan perumahan adalah :

1. Fasilitas pendidikan untuk alat ukur

2. Jumlah penduduk sebagai pengukuran skala

3. Lingkungan perumahan

2.6 Defenisi Tenaga Kerja

Yang dimaksud tenaga kerja adalah penduduk yang dalam usia kerja yang

umum dipakai adalah penduduk yang berumur 10 tahun keatas, namun pada

tahun 2000 berdasarkan ketetapan ILO tenaga kerja yang dipakai yakni yang

berumur 15 tahun keatas dan tenaga kerja adalah penduduk yang potensial dalam

bekerja atau tenaga kerja adalah jumlah seluruh penduduk dalam suatu negara

yang dapat memproduksi barang dan jasa, dan jika ada permintaan terhadap

tenaga kerja mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut.

Pengertian tenaga kerja berdasarkan sensus penduduk dikatakan bahwa

tenaga kerja adalah penduduk yang terdiri dari angkatan kerja adalah bagian dari

tenaga kerja yang sesungguhnya terlibat dan yang berusaha untuk terlibat dalam

kegiatan aktif tersebut. Sedangkan yang dimaksud dengan yang bukan tenaga

kerja adalah bagian tenaga kerja yang tidak bekerja atau sedang mencari kerja.

Simanjuntak (1981) memberikan batasan bahwa yang dimaksud tenaga

kerja atau man power mengandung dua pengertian. Pertama sebagai orang atau

kelompok orang-orang bagian dari penduduk yang mampu bekerja. Mampu

bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis,

yaitu bahwa kegiatan tersebut menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta

Page 41: BAB II Kelompok Besar

Prencanaan Tapak perumahan DISOL AKMAL Guru sekolah menengah atas 0710015311012 berbasis bencana

kebutuhan masyarakat. Sedangkan pengertian yang kedua yang terkandung

didalamnya adalah sebagai jasa yang diberikan dalam proses produksi (labour

service). Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan kualitas usaha yang diberikan

seorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa.

Pakar kelautan dan perikanan dari Perancis, Prof Dr Jean Chaussade

menilai, tingkat kesejahteraan nelayan di Indonesia yang masih masuk kategori

miskin, salah satu sebabnya adalah karena profesi nelayan itu hanya bersifat

"sambilan" dan bukan "nelayan penuh" dalam kesehariannya. Menurut dia, profesi

nelayan di Indonesia yang lebih banyak bersifat "sambilan" itu, terjadi karena

dampak dari krisis ekonomi yang melanda, sehingga tekanan-tekanan krisis

dimaksud berpengaruh pada banyaknya orang yang kehilangan pekerjaan.

Akibatnya, nelayan yang relatif tidak memerlukan kualifikasi dan standarisasi

tertentu banyak dipilih oleh banyaknya tenaga-tenaga kerja yang kehilangan

pekerjaannya itu

2.7 Kehidupan Nelayan di DaeRah Pesisir di Minang Kabau

Kondisi nelayan di berbagai kawasan secara umum di tandai oleh beberapa

cri seperti kemiskinan, keterbelakangan social, rendahnya SDM, karena sebagian

penduduk hanya lulusan Sekolah Dasar atau bahkan belum tamat dan lemahnya

fungsi dar keberadaan Kelompok Usaha Bersama (KUB) dan Lembaga Keungan

Mikro (LKM) atau kapasitas berorganisasi. Hal ini menyebabkan terjadinya

kelemahan bargaining position dengan pihak-pihak lain di luar kawasan sehingga

mereka kurang memilki kemampuan mengembangkan kapasitas dirinya dan

organisasi dan kelembagaan social yang di miliki sebagai sarana aktualisasi dalam

membangun wilayahnya (Kusnadi 2006 :91-92).

Setelah berlakunya Undang-undang Otonomi Daerah tahun 1999 dan

gerakan Kembali ka Nagari, Adat Minang mendapat tempat yang lebih baik dan

dimasukkan sebagai salah satu dasar pemerintahan Nagari, Pemerintahan Daerah

Kabupaten, dan Pemerintahan Daerah Provinsi, sesudah UUD 1945. Di bawah ini

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta

Page 42: BAB II Kelompok Besar

Prencanaan Tapak perumahan DISOL AKMAL Guru sekolah menengah atas 0710015311012 berbasis bencana

adalah ikhtisar Adat Minang, sering disebut Undang nan Empat, sebagaimana

dipahami dan hidup dalam masyarkat Minangkabau.

1. Undang-undang Luhak dan Rantau

Luhak bapangul

Rantau barajo

Bajalan samo indak tasundak

Malenggang samo indak tapampeh

Masyarakat Minangkabau meyakini adanya kesatuan genealogis semua

Nagari-nagari dalam wilayah Minangkabau dan juga kesatuan genealogis

penduduknya. Karena itu Adat Minang sebagai produk budaya adalah satu

kesatuan juga. Nenek moyang orang Minangkabau diyakini turun dari

puncak Gunung Marapi, dan Nagari tertua di Minangkabau adalah nagari

Pariangan di Kabupaten Tanah Datar sekarang.

Orang-orang yang satu keturunan menurut garis keturunan Ibu

berkelompok membentuk sebuah suku, dan dipimpin oleh seorang laki-

laki yang disebut Penghulu.

2. Undang-undang Nagari

Nagari bakaampek suku

Dalam suku babuah paruik

Basawah baladang

Babalai bamusajik

Balabuah batapian

Undang-undang Nagari berisi aturan dasar dan syarat-syarat berdirinya

sebuah Nagari, yaitu syarat-syarat yang menunjukkan kemampuan

penduduk beberapa kampung untuk mendirikan suatu susunan masyarakat

yang lebih teratur. Syarat-syarat ini meliputi kemampuan ekonomi,

prasarana dan jumlah penduduk atau suku.

3. Undang-undang dalam Nagari

Barek samo dipikue, ringan samo dijinjing

Saciok bak ayam, sadanciang bak basi,

Sakik basilau, mati bajanguak

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta

Page 43: BAB II Kelompok Besar

Prencanaan Tapak perumahan DISOL AKMAL Guru sekolah menengah atas 0710015311012 berbasis bencana

Salah batimbang, hutang babayie

Undang-undang dalam Nagari mengatur tata hubungan warga masyarakat

dalam sebuah nagari. Sistem yang dipakai adalah tipikal masyarakat

komunal, dengan ciri-ciri:

a. Setiap orang secara alami langsung menjadi warga Nagari

b. Demokrasi langsung, karena para Penghulu sangat dekat dengan

masyarakatnya, musyawarah dan mufakat dilaksanakan tanpa

diwakilkan.

c. Gotong royong. Kebersamaan dalam menghadapi segala masalah

dalam Nagari

d. Social safety net, semua warga Nagari, dapat mengandalkan bahwa

dirinya akan dibantu secara bersama-sama oleh masyarakat jika dia

mengalami kesusahan yang mendesak.

4. Undang-undang nan Duapuluh

Undang-undang dalam Nagari mengatur tata hubungan warga masyarakat

dalam sebuah nagari. Sistem yang dipakai adalah tipikal masyarakat

komunal, dengan ciri-ciri:

a. Setiap orang secara alami langsung menjadi warga Nagari

b. Demokrasi langsung, karena para Penghulu sangat dekat dengan

masyarakatnya, musyawarah dan mufakat dilaksanakan tanpa

diwakilkan.

c. Gotong royong. Kebersamaan dalam menghadapi segala masalah

dalam Nagari

d. Social safety net, semua warga Nagari, dapat mengandalkan bahwa

dirinya akan dibantu secara bersama-sama oleh masyarakat jika dia

2.8 Pengertian Penduduk

Penduduk/Warga/Perkumpulan Orang-orang atau manusia Orang-orang

yang berada di dalamnya terikat oleh aturan-aturan yang berlaku dan saling

berinteraksi satu sama lain secara terus menerus/kontinyu. Suatu daerah tempat

tinggal biasanya dipimpin oleh seseorang.

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta

Page 44: BAB II Kelompok Besar

Prencanaan Tapak perumahan DISOL AKMAL Guru sekolah menengah atas 0710015311012 berbasis bencana

Penduduk atau warga suatu negara atau daerah bisa didefinisikan menjadi

dua:

Orang yang tinggal di daerah tersebut

Orang yang secara hukum berhak tinggal di daerah tersebut. Dengan kata

lain orang yang mempunyai surat resmi untuk tinggal di situ. Misalkan

bukti kewarganegaraan, tetapi memilih tinggal di daerah lain.

Dalam sosiologi, penduduk adalah kumpulan manusia yang menempati wilayah

geografi dan ruang tertentu.

2.9 Piramida Penduduk

Distribusi usia dan jenis kelamin penduduk dalam negara atau wilayah

tertentu dapat digambarkan dengan suatu piramida penduduk. Grafik ini

berbentuk segitiga, dimana jumlah penduduk pada sumbu X, sedang kelompok

usia (cohort) pada sumbu Y. Penduduk lak-laki ditunjukkan pada bagian kiri

sumbu vertikal, sedang penduduk perempuan di bagian kanan.

Piramida penduduk menggambarkan perkembangan penduduk dalam

kurun waktu tertentu. Negara atau daerah dengan angka kematian bayi yang

rendah dan memiliki usia harapan hidup tinggi, bentuk piramida penduduknya

hampir menyerupai kotak, karena mayoritas penduduknya hidup hingga usia tua.

Sebaliknya yang memiliki angka kematian bayi tinggi dan usia harapan hidup

rendah, piramida penduduknya berbentuk menyerupai genta (lebar di tengah),

yang menggambarkan tingginya angka kematian bayi dan tingginya risiko

kematian.

2.10 Kepadatan dan Penyebaran Penduduk

Untuk melihat kepadatan penduduk yang ada mengunakan analisis

kepadatan Bruto, dimana kepadatan ini disebabkan adanya dominasi penduduk

yang menetap pada suatu daerah berdasarkan aktivitas perekonomian, mata

pencarian dan aksesbilitas.

Dengan rumus:

Bruto = jumlah penduduk (jiwa)

Luas wilayah

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta

Page 45: BAB II Kelompok Besar

Prencanaan Tapak perumahan DISOL AKMAL Guru sekolah menengah atas 0710015311012 berbasis bencana

Adapun standar kepadatan penduduk yang digunakan yaitu :

Sangat Rendah : < 5 jiwa/ ha

Rendah : 5-10 jiwa/ha

Menengah : > 10 jiwa/ha

2.11 Urbanisasi

Kata “ Urbanisasi “ atau “ urbanization“ didefinisikan oleh Munir

( 2004:1) sebagai bertambahnya proporsi penduduk yang berdiam di daerah kota

yang disebabkan oleh proses perpindahan penduduk ke kota dan atau akibat dari

perluasan daerah kota. Urbanisasi dapat terjadi melalui dua cara yaitu;

perpindahan penduduk dari desa ke kota (rural urban migration) dan kedua

karena berubahnya daerah pedesaan yang karena beberapa faktor lambat laun

menjadi daerah perkotaan (Sinulingga, 1999: 70).

Pada umumnya di Negara maju tingkat urbanisasi sangat tinggi dibanding

di negara berkembang. Di negara maju seperti Jepang dan Amerika Serikat

urbanisasi mencapai hampir 80%, sedangkan di negara-negara berkembang

urbanisasi masih di bawah 40%. Di Indonesia urbanisasi baru mencapai 30,9% di

tahun 1990, sedangkan keseluruhan dunia mencapai 40% di tahun yang sama

(Sinulingga, 1999: 81).

2.12 Kebijakan Pengelolaan Wilayah pesisir

Dalam UUD no.22 tahun 1999 yang terakhir telah di sempurnakan melalui

UUD no.32 tahun 2004 dinyatakan bahwa dinyatakan bahwa daerah propinsi

terdiri dari wilayah daratan dan wilayah laut sejauh 12 mil laut yang di ukur dari

gris pantai kea rah laut lepas dan atau kearah peraiaran kepulauan. Sedangkan

kewenangan daerah kabupaten/kotaejauh sepertiga dari batas laut daerah provinsi.

Melalui pelimpahan kewengan tersebut, maka daerah dapat lebih leluasa dalam

merencanakan dan mengelola sumberdaya wilayah pesisir, termasuk jasa

lingkungan lainnya bagi kepentingan pembangunan daerah itu sendiri.

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta

Page 46: BAB II Kelompok Besar

Prencanaan Tapak perumahan DISOL AKMAL Guru sekolah menengah atas 0710015311012 berbasis bencana

Proses pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir, berdasarkan kesepakatan

internasional, mengikuti suatu siklus pembangunan atau kebijakan. Siklus tersebut

terdiri dari 5 langkah yaitu :

1. Identifikasi isu-isu pegelolaansumberdaya wilayah pesisir

2. Persiapan atau perencanaan program

3. Adopsi program dan pendanaa

4. Pelaksanaan program

5. Monitoring dan evaluasi

Konsep pengelolaan wilayah pesisir tarpadu membutuhkan waktu beberapa

tahun untuk dapat diimlementasikan walaupun hanya untuk kawasan tertentu

(sesuai pengalaman negara-negara tetangga seperti Filipina, Thailand dan sri

langka). Propinsi Sumatra Utara dengan komposisi masyarakat pesisir yang

sangat majemu di tuntut untuk dapat mengawali pengelolaan wilayah pesisir

terpadu dengan menyelesaikan satu siklus kebijakan pengelolaan. Program

akan menjadi lebih matang dan didukung oleh seluruh stakeholder bila telah

berhasil melewati satu siklus yang dibuat juga dengan satu generasi program.

Dokumen selanjutnya yaitu kebijakan zonasi, rencana pengelolaan dan

rencana aksi.

a. Kebijakan umum

- Memadukan semua aktifitas yang berkaitan dengan

pengelolaan

- Sumberdaya pesisir dan laut untuk mewujudkan pembangunan

industry

- Perikanan, pariwisata bahari dan industry non perikanan secara

terpadu

- Pengelolaan potensi sumberdaya pesisir dan laut secara terpadu

- Terkoordinasi dan saling berkaitan antar wilayah kabupaten

b. Kebijakan khusu

- Mendorong pengelolaan industry perikanan, pariwisata bahari

dan industry

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta

Page 47: BAB II Kelompok Besar

Prencanaan Tapak perumahan DISOL AKMAL Guru sekolah menengah atas 0710015311012 berbasis bencana

- Non perikanan secara terpadu berlandaskan potensi

sumberdaya pesisir dan laut

- Mendorong pembangunan ekonomi secara optimal, efisien dan

berorientasi pada ekonomi rakyat

- Mendorong berbagai kegiatan untuk meningkatkan kualitas

lingkungan

- Mendorong peningkatan kapasitas kelembagaan dan penegakan

hokum untuk mewujudkan kawasan pesisir ebagai kawasan

perikanan terpadu

- Pengelolaan kawasan pesisir berbasis masyarakat

- Pengelolaan industry perikanan, pariwisata dan industry non

perikanan terpadu berorientasi pada pengembangan teknologi

2.13 Penataan Ruang Bernasis Mitigasi Bencana Alam

Kawasan-kawasan yang menyimpan potensi gempa bumi (jalur tunjangan,

tubrukan, fragmen-fregmen benua mikro dan patahan-patahan aktif) dinamakan

sebagai daerah-daerah atau zona sumber gempa bumi. Berdasarkan analisis

probabilistic bahaya gempa. Wilayah Indonesia terbagi dalam 6 wilayah gempa,

(dimana wilayah gempa 1 merupakan wilayah gempa paling rendah, dan wilayah

gempa merupakan daerah gempa tertinggi), yaitu :

a. Wilayah 1, berarti daerah tersebut mempunyai potensi sangat rendah untuk

mengalami gempa, meliputi sebagian besar pulau Kalimantan, kecuali

Kalimantan timur dan sebagian Kalimantan tengah.

b. Wilayah 2, berarti daerah itu mempunyai potensi rendah untuk mengalami

gempa, meliputi bagian timur pulau Kalimantan dan Sulawesi bagian selatan,

pantai timur Sumatra, pantai utara jawa timur dan Madura.

c. Wilayah 3, berarti daerah itu mempunyai potensi sedang untuk mengalami

gempa, meliputi pantai utara pula jawa, pantai timur pulau Sumatra, Sulawesi

tenggara, bagian timur Halmahera.

d. Wilayah 4, berarti daerah itu mempunyai potensi ytinggi untuk mengalami

gempa, meliputi bagian selatan pulau jawa dan Maluku

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta

Page 48: BAB II Kelompok Besar

Prencanaan Tapak perumahan DISOL AKMAL Guru sekolah menengah atas 0710015311012 berbasis bencana

e. Wilayah 5, berarti mempunyai potensi sangat tinngi untuk mengalami gempa,

meliput bali, NTB, sebagian Sumatra dan papua

f. Wilayah 6, berarti wilayah ini mempunyai potensi paling tinggi mengalami

gempa, meliputi bagian barat pulau Sumatra, NTT, ambon, dan papua bagian

tengah. Semakin besar resiko kegempaan, maka semakin awan daerah tersebut

terhadap bahaya gempa.

Upaya yang di lakukan untuk mengurangi dampak negative tsunami :

1. Hindari bangunan baru di daerah terpaan tsunami untuk mengurangi korban di

masa depan

2. Mengatur pembangunan baru di daerah terpaan tsunami untuk memperkecil

kerugian di masa dating

3. Merancang dan membangun bangan baru untuk mengurangi kerusakan.

Prasarana merupakan kebutuhan pokok manusia sebagai penunjang segala

aktifitas .seperti Listrik ,air bersih ,telpon ,Drainase dan jaringan Transportasi

seperti yang di ketahui parsarana merupakan asset fisik yang di rancang dalam

sistem sehingga memberikan pelayanan public penting . Untuk perencanaan

Tapak kawasan perumahan nelayan di kelurahan pasinan tigo. berkaitan dengan

Prasarana sesuai dengan kebutuhan .untuk saluran air minum (PDAM) saluran air

limbah ,jaringan listrik,telfon ,dan tempat pembuangan sampah (TPS) .

2.1 Jaringan air bersih

Perencanaan sistem jaringan dan kebutuhan air bersih didasarkan

pada jenis kawasan yang di rencanakan .pengadaan air bersih dapat

diambil dari sumber mata air terdekat dan di tampung pada resivior yang

kemudian di salurkan pada seluruh kawasan permukiman yang di

rencanakan dengan sistem jaringan untuk distribusi dengan sistem

loop/melingkar.

Pola distribusi sangat dipengaruhi oleh penentuan sumber air yaitu:

a. Reservoir dengan sistem menara ,dibenarkan bila:

-areal yang dilayani cukup luas

-sumber airnya terletak sejajar atau lebih rendah dari tempat

fasilitas –fasilitas yang perlu di layani

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta

Page 49: BAB II Kelompok Besar

Prencanaan Tapak perumahan DISOL AKMAL Guru sekolah menengah atas 0710015311012 berbasis bencana

b. Reservior dalam tanah ,digunakan bila:

- Sumber air terletak didaratan tinggi ,dimana letaknya lebih

tinggi dari fasilitas yang dilayani

- Tingkat kebutuhan yang cukup besar

c. Tanpa resivior ,digunakan bila

-kebutuhan air lebih kecil

- ketersediaan air cukup besar

Sistem penyediaan air bersih terdiri dari

-bangunan pengambilan air baku

- saluran atau pipa transisi air baku

- instalasi produksi

- pipa air bersih sekunder

- pipa transisi air bersih utama

-bak penampungan

- pipa distribusi utama

- pipa distribusi sekunder

Sumber –sumber air bersih yang dapat di gunakan

PDAM

Air tanah atau sumur.

Kota yang membutuhkan pelayanan air bersih

1. kebutuhan rumah tangga atau pemukiman ,dihitung berdasarkan 150

liter/orang/hari.

2. Kebutuhan untuk keperluan sosial di hitung 10% dari jumlah

kebutuhan penduduk atau rumah tangga

3. Kebutuhan untuk keperluan pusat kegiatan lingkungan dihitung 20%

dari jumlah kebutuhan penduduk.

4. Kebutuhan untuk cadangan 20% dari jumlah kebutuhan penduduk.

Standar Kebutuhan dan Tingkat Pelayanan Air Bersih

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta

Page 50: BAB II Kelompok Besar

Prencanaan Tapak perumahan DISOL AKMAL Guru sekolah menengah atas 0710015311012 berbasis bencana

Perhitungan kebutuhan air bersih pada umumnya didasarkan pada jumlah

penduduk dan tingkat pelayanan. Sebagaimana yang tertuang dalam MDG’s

bahwa pada tahun 2015 jumlah penduduk yang dilayani sistem air bersih akan

tereduksi 50%. Pada tabel berikut adalah kriteria yang umum digunakan untuk

menghitun kebutuhan air bersih suatu daerah. Apabila tingkat pelayanan telah

diketahui dan jumlah sambungan juga telah diketahui maka dapat diperkirakan

jumlah kebutuhan pipa primer, sekunder, dan tersier. Semakin kecil kerapatan

suatu wilayah maka jumlah kebutuhan pipa per-sambungan akan semakin besar.

Kriteria yang umum digunakan untuk menghitung kebutuhan jumlah pipa adalah

sebagai berikut :

Pipa Primer = 4 – 5 m / sambungan

Pipa Sekunder = 6 – 8 m / sambungan

Pipa Tersier = 9 – 12 m / sambungan

2.2 Listrik

Rencana jaringan listrik didasari oleh kebutuhan dari setiap jenis kegiatan

dan penempatan gardu listrik jauh dari kegiatan yang bersifat aktif.

Sistem jaringan listrik dari :

-bangunan pembangkit

-gardu induk extra tinggi dan gardu listrik

-saluran udara tegangan extra tinggi

-saluran udara tegangan tinggi

-jaringan transmisi menengah

Standar Pembangunan Gardu Listrik

Standar pembangunan gardu listrik adalah sebagai berikut :

A. Ukuran dan Kapasitas Maksimum Gardu per-Unit

a. Luas tanah : 6 x 9 m2

b. Luas casis (Bangunan) : 4 x 7 m2

c. Radius Pelayanan : 200 m2

d. Kapasitas Maksimum : 630 KVA = 630.000 watt

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta

Page 51: BAB II Kelompok Besar

Prencanaan Tapak perumahan DISOL AKMAL Guru sekolah menengah atas 0710015311012 berbasis bencana

e. Medan Listrik yang bisa dicapai : ± 6.257 m2

B. Kebutuhan Listrik/Gardu

Kebutuhan Listrik dapat dihitung dengan ketentuan sebagai berikut ;

a. Untuk Perkantoran/Jasa/Pertokoan

Kebutuhan listrik untuk perumahan

Jenis rumah Ukuran petak

rata-rata m2

Luas

bangunan

rata-rata (m2)

Kebutuhan

(Watt)

Jumlah

rumah yang

dilayani

gardu unit

Kecil 100 70 450 1.400

Sedang 200 240 1.500 420

besar 400 600 6.600 100

Khusus untuk lingkungan real estate kebutuhan gardu diperhitungkan

sebagai berikut :

Medan elektris yang bisa dicapai gardu standar = 6.257 m2 atau

dibulatkan 0,5 Ha untuk 1 gardu.

b. Untuk Perkantoran/Jasa/Pertokoan

Untuk bangunan-bangunan perkantoran/jasa/pertokoan, disyaratkan

untuk setiap luas lantai bangunan seluas 1.000 m2 / 50.000 m2 menyediakan

satu gardu khusus.

Bebang tersambung kesehatan

Balai pengobatan 900 V A/unit

BKIA dan rumah bersalin 1300 VA/unit

Apotik 1.300 V A/unit

Beban penyambung kawasan perumahan

Dasar perhitungan beban tersambung untuk penerangan bagi semua tipe

rumah adalah 5 VA/m2 maka beban tersambung kawasan perumahan :

Rumah kecil : 450 VA/unit

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta

Page 52: BAB II Kelompok Besar

Prencanaan Tapak perumahan DISOL AKMAL Guru sekolah menengah atas 0710015311012 berbasis bencana

Rumah sedang: 1300 VA/unit

Rumah besar : 3500 VA/unit

Standar Sempadan Saluran Udara Tegangan Tinggi Dan Ekstra Tinggi

Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) adalah saluran tenaga

listrik yang

menggunakan kawat penghantar di udara yang digunakan untuk

penyaluran

tenaga listrik dari pusat pembangkit ke pusat beban dengan

tegangan di

atas 35 kV sampai dengan 245 kV. Saluran Udara Tegangan Ekstra

Tinggi

(SUTET) adalah saluran tenaga listrik yang menggunakan kawat

penghantar

di udara yang digunakan untuk penyaluran tenaga listrik dari pusat

pembangkit ke pusat beban dengan tegangan di atas 245kV.

Ketentuan pemanfaatan lahan yang dilalui jalur dan di sekitar

menara SUTT

dan SUTET diatur berdasarkan prinsip berikut:

1. Perlu disediakan ruang aman, yaitu ruang sekeliling penghantar atau

kawat

listrik SUTT atau SUTET yang harus dibebaskan dari kegiatan

manusia.

VI - 34

2. Tanah, bangunan dan tanaman yang berada di bawah sepanjang jalur

SUTT atau SUTET sebagai ruang aman tetap digunakan oleh

pemiliknya

sesuai dengan rencana tata ruang.

3. Ruang aman meliputi jarak bebas horizontal dan jarak bebas

vertikal. Jarak

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta

Page 53: BAB II Kelompok Besar

Prencanaan Tapak perumahan DISOL AKMAL Guru sekolah menengah atas 0710015311012 berbasis bencana

bebas horisonal adalah jarak antara titik tengah menara dengan

benda

terdekat. Jarak bebas vertikal adalah ketinggian minimal antara

penghantar dengan tanah.

4. Jarak bebas horizontal minimal untuk SUTT ditetapkan 20 m ke

kanan kiri

dari titik tengah menara untuk menara tunggal dan 15 m untuk

menara

ganda, sementara jarak bebas vertikal bergantung pada letak

menara

tersebut dan beberapa faktor lainnya.

5. Jarak bebas horizontal minimal untuk SUTET ditetapkan 32 m ke

kanan kiri

dari titik tengah menara, sementara jarak bebas vertikal bergantung

pada

letak menara tersebut dan beberapa faktor lainnya.

6. Faktor-faktor yang menentukan ruang aman adalah tegangan,

kekuatan

angin dan suhu di sekitar kawat penghantar:

a. Tegangan; makin besar tegangan yang bekerja pada penghantar

makin

besar jarak minimum (clearance) yaitu jarak yang terpendek yang

diizinkan

antara kawat penghantar dengan benda atau kegiatan lain sesuai

dengan

ketentuan yang berlaku.

b. Angin; makin besar tekanan angin, makin besar ayunan kawat

penghantar

ke kiri atau ke kanan dan pada satu gawang (jarak antara dua

menara)

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta

Page 54: BAB II Kelompok Besar

Prencanaan Tapak perumahan DISOL AKMAL Guru sekolah menengah atas 0710015311012 berbasis bencana

ayunan yang terbesar karena pengaruh angin adalah pada kawat

penghantar

yang lengkungannya paling rendah sedangkan ayunan semakin

kecil

ke arah menara.

c. Suhu kawat penghantar; makin besar suhu yang mempengaruhi

kawat

penghantar makin mengendor kawat penghantar tersebut, sehingga

andongannya menjadi lebih besar dan kenaikan suhu tersebut

disebabkan

oleh suhu di sekeliling dan suhu yang diakibatkan oleh besarnya

arus yang

mengalir pada kawat penghantar tersebut.

2.3 Persampahan

Pembuangan sampah penting memiliki fasilitas pembuangan samapah

yang efisiensi .untuk tapak yang akan direncanakan ,(terutama sampah padat

tetapi juga sampah yang mudah terbakar ataupun sampah yang tidak dapat

terbakar) dan pembuangan segera dapat dilakukan pada pengolaan sampah pada

tapak atau sekitar tapak untuk penguburan .pembakaran atau proses kimiawi yang

memerlukan upaya penelaahan untuk pengolahan .melakukan pembuangan

sampah pada lahan terpisah untuk menghindari bau-bauan serta penggunaan

metoda pembuangan untuk mencegah bersarangnya tikus dan pembiakan serangga

.

Sistem persampahan terdiri atas beberapa tempat :

- Tempat pembuangan akhir

- Bangunan pengelola sampah

- Penampungan sementa

Beberapa alternatif distribusi pembuangan sampah berasal dari kawasan

pemukiman

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta

Page 55: BAB II Kelompok Besar

Prencanaan Tapak perumahan DISOL AKMAL Guru sekolah menengah atas 0710015311012 berbasis bencana

Sistem pengumpulan sampah

Terdapat 2 (dua) sistem pengumpulan yang digunakan dalam pengelolaan

persampahan Kota Padang yaitu pola komunal dan pola door to door.

Pola komunal, menggunakan becak motor atau becak sampah

(pengelolaannya bersifat swadaya masyarakat), gantungan sampah dan

kontainer.

Pola door to door, sampah langsung dikumpulkan truk dan langsung

dibawa ke TPA.

Standar Perencanaan Prasarana Pengelolaan Sampah

A. TIMBULAN DAN KARAKTERISTIK SAMPAH

Berdasarkan data timbulan sampah yang terjadi selama ini, maka perkiraan

timbulan sampah saat ini maupun kedepan adalah sebesar 2,5 l/orang per

hari sedang sampah non-domestik sebesar 20%.

Sedang karakteristik sampah mengacu kepada kondisi umum sampah

untuk

kota-kota di Indonesia pada umumnya terdiri dari :

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta

Page 56: BAB II Kelompok Besar

Prencanaan Tapak perumahan DISOL AKMAL Guru sekolah menengah atas 0710015311012 berbasis bencana

Sampah Organik = 70%

Sampah Anorganik = 28%

B 3 = 2%

B. Proyeksi tingkat pelayanan

Sesuai MDGs bahwa target pelayanan persampahan sampai tahun 2015

adalah reduksi setengahnya dari persentase yang belum dilayani, sehingga

persentase pelayanan tahun 2015 adalah tergantung dari tingkat pelayanan

yang telah ada.

Hubungan Antara Elemen-elemen Pengolaan Persampahan

.

Sumber : Thcobanoglous, 1993

2.4 Jaringan Telpon

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta

Sumber Sampah

Pewadahan

Pengumpulan

Transfer dan Transpor Pengeloaan

Penampungan akir

Page 57: BAB II Kelompok Besar

Prencanaan Tapak perumahan DISOL AKMAL Guru sekolah menengah atas 0710015311012 berbasis bencana

Jaringan telpon untuk setiap perumahan pada umumnya telah

menggunakan fasilitas ekonomi telpon yang baik .karena setiap perumahan

dominan memiliki satu saluran jarinag telpon .jaringan telpon untuk tiap

perumahan pada umumnya telah menggunakan telpon atau fasilitas komunikasi

telpon yang baik .

Sistem saluran telpon terdiri atas

- Saloran telpon otomat

- Saluran primer

- Rumah kabel

- Saluran sekunder

Standar Pembangunan Menara Telekomunikasi

- Ketentuan pembangunan menara telekomunikasi dimaksudkan

untuk memberikan

- arah penyelenggaraan telekomunikasi sesuai dengan peraturan

- perundang-undangan yang berlaku di samping kehandalan

cakupan (coverage)

- frekuensi telekomunikasi dengan tujuan meminimalkan jumlah

menara

- telekomunikasi yang ada, dengan prioritas mengarahkan pada

penggunaan/

- dalam penggunaan/pengelolaannya maupun penggunaan ruang

kota,

- namun tetap menjamin kehandalan cakupan pemancaran,

pengiriman dan/

- atau penerimaan telekomunikasi.

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta

Page 58: BAB II Kelompok Besar

Prencanaan Tapak perumahan DISOL AKMAL Guru sekolah menengah atas 0710015311012 berbasis bencana

- Pola penyebaran titik lokasi menara telekomunikasi dibagi

dalam kawasan

- berdasarkan pola dan sifat lingkungan, kepadatan bangunan

dan bangunbangunan

- serta kepadatan jasa telekomunikasi yang lokasi persebarannya

- ditetapkan dengan keputusan Gubernur. Kawasan tersebut

dibagi berdasarkankriteria sebagai berikut :

A. Kriteria Kawasan I

- a. Lokasi yang kepadatan bangunan bertingkat dan bangun-

bangunan

- serta kepadatan penggunaan/pemakaian jasa tekelomunikasi

padat.

- b. Penempatan titik lokasi menara telekomunikasi pada

permukaan tanah

- hanya untuk menara tunggal, keciali untuk kepentingan

bersama beberapa

- operator dapat dibangun menara rangka sebagai menara

bersama.

- c. Menara telekomunikasi dapat didirikan di atas tanah dan di

atas bangunan

- dengan memperhatikan keamanan, keselamatan, estetika dan

keserasian

- lingkungan.

B. Kriteria Kawasan II

- a. Lokasi yang kepadatan bangunan bertingkat dan bangun-

bangunan

- kurang padat.

- b. Penempatan titik lokasi menara telekomunikasi pada

permukaan tanah

- dapat dilakukan untuk menara rangka dan menara tunggal.

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta

Page 59: BAB II Kelompok Besar

Prencanaan Tapak perumahan DISOL AKMAL Guru sekolah menengah atas 0710015311012 berbasis bencana

- c. Menara telekomunikasi dapat didirikan di atas bangunan jika

tidak dimungkinkan

- didirikan di atas permukaan tanah dengan memperhatikan

- keamanan, keselamatan, estetika dan keserasian lingkungan.

BANTUAN TEKNIS PENYUSUNAN ATURAN POLA

PEMANFAATAN RUANG ( ZONING REGULATION)

KAWASAN RAWAN BENCANA DAN KAWASAN

PENGEMBANGAN KOTA PADANG

- VI - 32

C. Kriteria Kawasan III

a. Lokasi dimana kepadatan bangunan bertingkat dan bangun-

bangunan

- tidak padat.

b. Penempatan titik lokasi menara telekomunikasi pada

permukaan tanah

- dapat dilakukan untuk menara rangka dan menara tunggal.

c. Menara telekomunikasi di atas bangunan bertingkat tidak

diperbolehkan

- kecuali tidak dapat dihindari karena terbatasnya pekarangan

tanah

- dengan ketentuan ketinggian disesuaikan dengan kebutuhan

frekuensi

- telekomunikasi dengan tinggi maksimum 52 meter dari

permukaan tanah

- dengan memperhatikan keamanan, keselamatan, estetika dan

keserasian

- lingkungan.

d. Menara telekomunikasi dibangun sesuai dengan kaidah

penataan ruang

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta

Page 60: BAB II Kelompok Besar

Prencanaan Tapak perumahan DISOL AKMAL Guru sekolah menengah atas 0710015311012 berbasis bencana

- kota, keamanan dan ketertiban, lingkungan, estetika dan

kebutuhan

- telekomunikasi pada umumnya. Seperti disebutkan di atas,

menara telekomunikasi

- diklasifikasikan dalam dua bentuk, yaitu menara tungal dan

- menara rangka.

e. Menara telekomunikasi untuk mendukung sistem transmisi

radio microwave,

- apabila merupakan menara rangka yang dibangun di

permukaan

- tanah maksimum tingginya 72 meter, ditentukan hanya dapat

dibangun

- dalam peruntukkan tanah II dan peruntukkan tanah III.

f. Dilarang membangun menara telekomunikasi pada:

- Lokasi pada peruntukkan tanah spesifik perumahan kecuali

pada peruntukkan

- tanah perumahan renggang dengan ketentuan harus dilengkapi

- dengan persyaratan tidak berkeberatan dari tetangga di sekitar

menara

- dan diketahui oleh lurah setempat.

- Bangunan bertingkat yang menyediakan fasilitas helipad.

- Bangunan bersejarah dan cagar budaya.

2.5 Jaringan jalan

Ada beberapa pembagian jalan

1. Jalan penghubung lingkungan perumahan

- ROW ( righ of way/ lebar badan jalan) minimum 13 m

- Lebar perkerasan aspal minimum 6m

- Lebar perkerasan bahu jalan minimum 1m

2. Jalan poros lingkungan perumahan

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta

Page 61: BAB II Kelompok Besar

Prencanaan Tapak perumahan DISOL AKMAL Guru sekolah menengah atas 0710015311012 berbasis bencana

- ROW ( right of way /lebar badan jalan) minimum 11 m

- Lebar perkerasan aspal minimum 4,5 m

- Lebar perkerasan bahu jalan minimum 1m

3. Jalan lingkungan perumahan I

- ROW (right of way)/lebar badan jalan ) minimum 7,5 m

- Lebar perkerasan minimum 3,5 m

4. Jalan lingkungan perumahan II

- ROW (Right of way/lebar badan jalan ) menimum 3,6 m

- Lebar perkerasan minimum 1,5 m

5. Jalan lingkungan perumahan III

- ROW ( right of way /lebar badan jalan ) minimum 3,6 m

- Lebar perkerasan minimum 0,9 m

Hirarki jalan :

1) Jalan arteri mineral

Lebar jalan minimal 9m

Lebar bahu kiri atau kanan 1,5 m

Kecepatan kendaraan minimal 60km/jam

Melayani angkutan jarak jauh ,tidak terganggu oleh angkutan ulang

alik dan lalu lintas lokal

Jalan masuk lintas lokal

Jalan masuk dan persimpangan harus di batasi

2) Jalan lokal primer

Lebar jalan kurang dari 8 meter

Lebar bahu kiri atau kanan 1,5 meter

Jalan masuk dibatasi

Persimpangan di rencanakan

Kecepatan kendaraan minimal 20 km/jam

3) Jalan kolektor

Lebar jalan kurang dari 7m

Lebar bahu kiri atau kanan 1m

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta

Page 62: BAB II Kelompok Besar

Prencanaan Tapak perumahan DISOL AKMAL Guru sekolah menengah atas 0710015311012 berbasis bencana

Jalan masuk di batasi

Persimpangan direncanakan

Kecepatan kendaraan minimal 40km/jam

4) Jalan arteri sekunder

Lebar jaln kurang dari 8m

Jalan masuk dibatasi

Kecepatan kendaraan minimal 30km/jam

5) Jalan kolektor sekunder

Lebar jalan minimal 7m

Terdiri dari dua bahu dan 5 meter dari jalur lalu lintas

Kecepatan kendaraan minimal 20km/jam

6) Jalan lokal sekunder

Lebar jalan minimal 3,5 -5 m

Terdiri dari dua bahu kiri dan kanan yaitu 0,5-1 dan 2,5 -3m dari

jalur lalu lintas

Kecepatan kendaraan minimal 10km/jam

Jaringan jalan merupakan rangkaian ruas-ruas jalan yang dihubungkan

dengan simpul-simpul. Simpul-simpul merepresentasikan pertemuan antar ruas-

ruas jalan yang ada. Jaringan jalan mempunyai peranan penting dalam

pengembangan wilayah dan melayani aktifitas kawasan.

Peranan jaringan jalan

Peranan jaringan jalan yang didasarkan pada cakupan wilayah Pelayanan adalah

sebagai berikut :

- Jaringan Primer Jalan :

Sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan jasa distribusi untuk

pengembangan semua wilayah di tingkat Nasional dengan semua simpul jasa

distribusi yang kemudian berwujud kota. Peranan pelayanan terdiri dari jalan

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta

Page 63: BAB II Kelompok Besar

Prencanaan Tapak perumahan DISOL AKMAL Guru sekolah menengah atas 0710015311012 berbasis bencana

arteri,a jalan kolektor dan jalan lokal

- Jaringan Sekunder (Jalan) :

Sistim jaringan jalan dengan peranan pelayanan jasa distribusi untuk pelayanan

masyarakat di dalam kota. Peranan pelayanannya terdiri dari jalan kolektor dan

jalan lokal, Jalan arteri primer dan kolektor primer tidak terputus, walaupun

memasuki kota

Pola Jaringan Jalan

Jaringan jalan mempunyai pola jaringan sesuai dengan karakteristik

kawasan/wilayah dan rencana pengembangannya. Untuk daerah yang berkembang

secara natural maka pola jaringannya akan terbentuk dengan karakteristik

alamiahnya. Pola jaringan jalan secara umum adalah sebagai berikut :

Jaringan jalan Lingkungan

Jaringan jalan di suatu kawasan dengan karakteristik guna lahan yang komplek

perlu ada perencanaan. Perencanaan dilakukan dengan mempertimbangkan tata

ruang yang ada. Jalan lingkungan yang membentuk jaringan disesuaikan dengan

jenis guna lahan antara lain perumahan, perdagangan, industri, perkantoran dan

pendidikan. Perlu juga diperhatikan juga fasilitas dan prasarana pendukung lain

seperti pedestrian, halte, sub terminal, jalur hijau dan lain sebagainya.

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta

Page 64: BAB II Kelompok Besar

Prencanaan Tapak perumahan DISOL AKMAL Guru sekolah menengah atas 0710015311012 berbasis bencana

Dari Konsep tata ruang dan Karakteristik kawasan, maka jaringan jalan dengan

tipe grid network cukup memadai untuk melayani aksesibilitas lingkungan. Grid

Network terdiri dari Jalan Primer dengan membelah kawasan dan bertemu di

pusat kawasan. Jalan primer merupakan Jalan Penghubung Lingkungan yang

merupakan akses utama dengan jalan lokal terdekat. Kemudian dirangkai denngan

jalan Poros Lingkungan sebagai akses utama jalan lingkungan yang ada (jalan

sekunder).

Jaringan jalan harus memperhatikan juga fasilitas pendukung lainnya, antara lain

jembatan, fasilitas pedestrian, terminal dan lain sebagainya.

Sebagai sarana utilitas ,jalan merupakan hal yang utama yang sangat di

butuhkan .berdasarkan bentuk polanya jalan terbagi beberapa tipe yaitu

a. Grid Iron

Pada tipe jalan berbentuk grid-grid atau kisi-kisi dengan pembangunan

rumah pada sisi-sisi jalan. Tipe ini memperlihatkan pengelompokan bangunan

secara kotak-kotak memanjang yang terlihat sangat sederha.

b. Cul – de – sac

Pengelompokan rumah rumah secara cul de-sac ini memperlihatkan kesan

yang lebih fleksibel dibandingkan tipe grid yang monoton. Pola ini juga terlihat

lebih mudah dibandingkan dengan pola grid, namun pola ini cenderung

memberikan kesan yang kurang terkelompok karena adanya perbedaan

pengelompokan rumah.

c. Loop

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta

Page 65: BAB II Kelompok Besar

Prencanaan Tapak perumahan DISOL AKMAL Guru sekolah menengah atas 0710015311012 berbasis bencana

Pada pola ini rumah-rumah dikelompokan berbentuk loop, dengan adanya

ruang terbuka hijau ditengah-tengahnya. Namun pada poola ini juga

ditemukannya kekurangan berupa pembagian persil-persil tanah yang kurang

efektif dan beberapanya terdapat penyempitan muka persil.

d. Lengkung

Pola ini memperlihatkan pengelompokan rumah-rumah yang sangat tidak

teratur. Pengelompokan seperti ini juga memberikan permasalahan dalam

penataan sirkulasi lalu-lintas.

e. Simpangan

Pola ini juga memperlihatkan ketidak-teraturan dengan banyaknya

simpangan-simpangan jalan. Pola ini cukup sulit dalam penataan pengelompokan

rumah. Hal ini biasanya terjadi disebabkan adanya faktor lain yang

mempengaruhi.

a b

c d

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta

Page 66: BAB II Kelompok Besar

Prencanaan Tapak perumahan DISOL AKMAL Guru sekolah menengah atas 0710015311012 berbasis bencana

e

(De Chia ra & Koppelmen, 1978, Site Planning)

2.6 Drainase

Sistem drainase adalah pembuangan air hujan dari halaman fasilitas atau

elemen – elemen yang di rencanakan dan jalan penampungan ,sehingga tidak

terdapat genangan –genangan air atau banjir yang dapat menimbulkan

pencemaran lingkungan .

Beberapa hal yang harus di pertimbangkan dalam pengaturan sistem

drainase yaitu

- Rencana tapak

- Kondisi tofografi

- Luas daerah pengaliran dan kondisi aliran permukaan

- Keselarasan terhadap jaringan jalan yang ada

- Tempat pembuangan akhir atau badan penerimaan yang ada di

daerah terbuka.

Berdasarkan pertimbangan diatas maka sistem pembuangan air hujan

dapat di jabarkan sebagai berikut

“air hujan dialirkan melelui saluran terbuka yang di tempatkan di

sepanjang jalan- jalan yang ada di sekitarnya saluran terbuka tersebut

pada tempat tertentu yaitu pada penyebrangan jalan di buat duiker dan

pasangan batu kali yang di lengkapi dengan soncrete slob cover atau di

buat gorong –gorong”.

Sistem pembuangan air hujan terdiri dari

- Saluran primer

- Saluran sekunder

- Waktu penampung

Sistem drainase dapat di bagi atas 3 yaitu:

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta

Page 67: BAB II Kelompok Besar

Prencanaan Tapak perumahan DISOL AKMAL Guru sekolah menengah atas 0710015311012 berbasis bencana

1. Pembuangan air hujan utama (saluran primer)

a. Ukuran pipa untuk sistem pembuangan air hujan utama harus

mempunyai diameter yang didasarkan pada analisis

rancangan ,tetapi tidak kurang dari 15 inchi.

b. Kelandain minimun harus di tetapkan untuk memungkinkan

pembersihan dari saluran pada aliran lambat ,juga memudahkan

pemindahan endapan daerah drainase di masa mendatang.

2. Saluran air hujan ke dua (saluran sekunder)

Syrat –syarat adalah :

Ukuran pipa untuk sistem pembuangan utama air hujan memadai

harus di sediakan dana di hubungkan ke pipa pembuangan yang

memadai ,sesuai di perlukan menurut analisis .

3. Cekungan drainase dan selokan (saluran tersier)

Syarat- syarat sebagai berikut :

a. Selokan di perkeras dengan kelandaian minimum 0,5 %

b. Selekon /cekungan yang tidak di perkeras mempunyai

kedalaman dan lebar yang memadai untuk menampung

kemungkinan limpasan maksimum tanpa melimpah.

Untuk daerah pemukiman sistem drainase yang di pergunakan

disini yaitu sistem drainase permukaan.

Untuk pengadaan drainase dalam perencanaan tapak dan beberapa

metode atau sistem yang biasa di gunakan yaitu:

- Sistem drainase permukaan

- Sistem drainase bawah tanah tertutup

- Sistem drainase bawah tanah tertutup dengan penampungan

pada tapak

- Sistem kombinasi drainase tertutup daerah yang yang di

perkeras dengan drainase terbuka untuk daerah yang di

perkeras.

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta

Page 68: BAB II Kelompok Besar

Prencanaan Tapak perumahan DISOL AKMAL Guru sekolah menengah atas 0710015311012 berbasis bencana

Saluran diperkeras harus mempunyai kelandain minimum 0,5 % saluran

terbuka lereng sisi saluran dari tanah tidak boleh mempunyai kemiringan

lebih dari 2 : 1 dan harus lebih rata untuk mencegah erosi tempat –tempat

yang dinyatakan menurut analisis .saluran terbuka yang dilapisi harus

mempunyai kelandain maksimum 67% (1,5 : 1) pada kemiringan sisinya

di lengkapi dengan lubang tetes yang memadai

Pola bentuk Drainasea. Pola siku

Dibuat di daerah yang tofografinya sedikit tinggi dari sungai dimana sungai merupakan saluran pembuangan akhir yang berada ditengah kota.

Saluran cabang

Saluran utama

b. pola paralelsaluran utama terletak sejajar dengan saluran cabang,dengan saluran cabang (sekunder) yang cukup banyak dan pendek-pendek .apabila terjadi pengembangan kota ,saluran-saluran akan dapat menyesesuaikan.

Saluran cabang

Saluran utama

c. Grid Iron Pola ini baik digunakan untuk daerah yang lahannya dengan kelerengan di kedua sisinya.

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta

Page 69: BAB II Kelompok Besar

Prencanaan Tapak perumahan DISOL AKMAL Guru sekolah menengah atas 0710015311012 berbasis bencana

Saluran

Saluran

d. Alamiah Digunakan bila kapasitas hujan yang akan alihannya sedikit dan tempat –tempat tertentu saja

Saluran

Saluran utama

e. Radial Pola saluran yang memancarakan ke segala arah ,cocok di buat di daerah berbukit

f. Jaring-jaring Pola ini mempunyai saluran –saluran pembuang yang mengikuti arah jalaan raya dan cocok untuk daerah tofografi datar.

Sal cabang

Sal pengumpul

Saluran utama

Standar Garis sempadan sungai dan sempadan pantai untuk drainase

- Garis sempadan sungai untuk flood way dan kr.

Kelurahan pesisi pantai adalah 30 meter kekiri dan ke kanan

- Garis sempadan sungai untuk Kr. Titik Panjang,

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta

Page 70: BAB II Kelompok Besar

Prencanaan Tapak perumahan DISOL AKMAL Guru sekolah menengah atas 0710015311012 berbasis bencana

Lueng Paga, Daroy, Doy and Neng (sebagai drainase utama) adalah minimum 15 m ke kiri dan ke kanan

- Garis sempadan pantai direncanakan proporsi pada bentuk dan kondisnya (dari garis pantai terluar ketidal dyke atau coastal road)

2.7 Air Limbah

Air limbah adalah air kotor yang di hasilkan khusus kakus (WC)

untuk hal ini di lakukan penampungan individual .air limbah yang berasal

dari kakus di buang langsung ke diposal sistem yang berupa cubluk atau

cesspove.

Sistem pembuangan air limbah terdiri dari:

- Saluran primer

- Saluran sekunder

- Bangunan pengelolaan waduk penampungan

Saluran ini berada diantara rumah dengan tangki septik.pipa utama

merupakan perpanjangan pipa pembuangan kakus sampai sedikitnya kaki

di bawah pondasi ,atau pipa masuk udara,pada pipa ini tidak di butuhkan

perangkap masuk udara .bahannya dapat terbuat dari tanah liat yang

diglazur atau sebaiknya dengan pipa besi digunakan jarak 100 kaki dari

persediaan air minum dan di dekat perpohonan.

Pentingnya infrastruktur air kotor dan air buangan

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta

Page 71: BAB II Kelompok Besar

Prencanaan Tapak perumahan DISOL AKMAL Guru sekolah menengah atas 0710015311012 berbasis bencana

Berkaitan dengan aspek lingkungkungan dan kesehatan

- Aspek lingkungan : dekomposisi air kotor dan air buangan

menimbulkan gas yang berbau tidak sedap dapt mencemari

udara, tanah dan air

- Aspek kesehatan : bau yang tidak sedap mengundang

kedatangan lalat yang dapat menularkan berbagai penyakit,

infiltrasi air kotor dan air buangan melalui tanah dan

mencemari tanah

Standar Persyaratan pewadahan untuk air kotor atau limbah rumah tangga:1. Ukuran diameternya antara 6 inchi sampai 4 inchi2. Kemiringan

- 1 inchi untuk 8 kaki , pipa 6 inchi

- 1 inchi untuk 4 kaki ,pipa 4 inchi3. Kemiringan pada lintang agak utara minimum 1 kaki 6 inchi di atas

bawah permukaan lintang agak selatan ,maka kedalam harus cukup sekedar menutup pipa.

Hasil buangan air limbah ke tangki yaitu:a. Tangki septikb. Tangki sifon.

A. Pengertian Sarana dan Rumah

Sarana menurut Peraturan Mentri PU No.06/PRT/M/2007 merupakan

kelengkapan fisik suatu lingungan yang pengadaannya memungkinkan suatu

lingkungan dapat berfungsi dan beroperasi sabagaimana semstinya. Sarana terdiri

dari fasilitas sosial dan fasilitas umum.. Sarana diklafikasikan kepada 2 bagian

yaitu :

a. Sarana Umum, sarana yang pada umumnya harus disediakan oleh

semua kawasan perumahan.

b. Sarana khusus, sarana khusus merupakan sarana yang harus disediakan

karena kendala alam dan kondisi alam pada suatu kawasan.

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta

Page 72: BAB II Kelompok Besar

Prencanaan Tapak perumahan DISOL AKMAL Guru sekolah menengah atas 0710015311012 berbasis bencana

Menurut UU No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman pasal 1

ayat(1), rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau

hunian dan sarana pembinaan keluarga.

B. Sarana Umum

Dibagi atas beberapa jenis sarana :a. Sarana ruang terbuka, taman, dan lapangan olah raga

b. Sarana kebudayaan dan rekreasi

c. Sarana perdagangan dan niaga

d. Sarana kesehatan

e. Sarana pendidikan dan pembelajaran

f. Saranapemerintahan dan pelayanan umun

g. Sarana peribadatan

Untuk menentukan luas dan besaran masing- masing sarana digunakan konsep Neighbourhood UnitKonsep Neighbourhood Unit

Sebuah kawasan perumahan yang ideal adalah bebas polusi , dekat dengan

fasilitas kota, aman dan dan nyaman, ketersediaan utilitas yang memadai, dan

yang paling penting dari semua faktor yang telah dipaparkan adalah akseseibilitas

(kemudahan pencapaian) yang tinggi. Dengan demikian dalam kawasan

perumahan harus tersedia sarana-sarana pendukung seperti pendidikan,

kesehatan, peribadatan, perbelanjaan, rekreasi dan lain-lain yang tentunya tidak

dapat dipisahkan dari kehidupan penduduk.

1. Standar lingkungan I

Jumlah penduduk adalah anatara 100 – 250 orang dengan asumsi

jumlah anggota keluarga setiap rumahnya adalah 5 orang.

Kebutuhan lahan untuk perumahan adalah 3000 – 7500 m² dengan

jumlah rumah tangga 20 – 50 rumah tangga.

Kebutuhan ruang terbuka sebesar 100m² - 250m², atau 1m² setiap

penduduknya.

Kebutuhan pelayanan masyarakat adalah sebesar 300m², terdiri dari

warung 100m² yang menyatu dengan rumah tinggal, dan lapangan

bermain 200m².

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta

Page 73: BAB II Kelompok Besar

Prencanaan Tapak perumahan DISOL AKMAL Guru sekolah menengah atas 0710015311012 berbasis bencana

Kebutuhan lahan untuk jaringan jalan adalah 300m².

2. Standar lingkungan II

Jumlah penduduk adalah 800 – 1000 jiwa dengan 160 – 200 rumah

tangga

Kebutuhan lahan untuk perumahan 12.000 – 30.000 m²

Kebutuhan ruang terbuka 1m² untuk setiap penduduk

Kebutuhan pelayanan masyarakat adalah 2750m², yang terdiri dari:

a. Sarana pendidikan TK dengan 2 ruangan sebesar 1200m²

b. Untuk pertokoan sebesar 1000m² (atau 1m² setiap penduduknya).

Jika setiap tokonya memiliki luas 200m², berarti terdapat 5 buah

toko

c. Untuk koperasi sebesar 100m²

d. Untuk poliklinik adalah 200m² (satu poliklinik setiap 1000

penduduk).

e. Untuk tempat ibadah sebesar 250 m² (satu tempat ibadah per

1000 penduduk).

Kebutuhan jaringan jalan sebesar 12.000m²

3. Standar Lingkungan III

Jumlah penduduk adalah hingga 6000 jiwa dengan jumlah rumah

tangga 1200 rumah tangga.

Luas lahan yang dibutuhkan untuk perumahan sebesar 120.000m².

Kebutuhan ruang terbuka 6000m². (1m² setiap penduduknya).

Kebutuhan jaringan jalan sebesar 48.000m².

Kebutuhan pelayanan masyarakat adalah 24.700m², yaitu :

a. Sarana pendidikan sekolah dasar 11.500m². (dengan perincian ;

767 m² untuk luas bangunan; 2.400 m² halaman bermain; 8192

m² untuk lapangan olah raga. Sehiangga jumlah keseluruhannya

adalah 11.359 m² dan dibulatkan menjadi 11.500m²).

b. Sarana kesehatan sebesar 1.200m², dengan asumsi satu sarana

kesehatan (200m²) per seribu penduduk.

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta

Page 74: BAB II Kelompok Besar

Prencanaan Tapak perumahan DISOL AKMAL Guru sekolah menengah atas 0710015311012 berbasis bencana

c. Sarana perdagangan sebesar 3000m² (500m²/1000 penduduk),

dan pertokoan 6000m².

d. Sarana peribadatan sebesar 1500m².

e. Bangunan umum lainnya 1500m²..

( Sumber Dinas Pekejaan Umum Provinsi Sumatera Barat)

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta

Page 75: BAB II Kelompok Besar

Prencanaan Tapak perumahan DISOL AKMAL Guru sekolah menengah atas 0710015311012 berbasis bencana

No Keterangan Lingkungan I Lingkungan II Lingkungan III

1. Jumlah Penduduk

100 – 250 jiwa 800 – 1.000 jiwa 4000 – 6.000 jiwa

2. Jumlah RT 20 - 50 KK 160 – 200 KK 600 - 1200 KK

3. Perumahan 3000 - 7500 M2 (67%) 12.000 - 30.000 M2 (65,5%) 48.000 - 120.000 M2 (58,9%)

4. Open Space 250 M2 (2,3%), radius pencapaian 100 m

1.000 M2 (2,2%) , radius pencapaian 100 m

12.200 M2 (5,9%), radius pencapaian 100 m

5. Fasilitas Sosial 300 M2 (2,7) - Warung : 100 M2, radius pencapaian 300 m- Lap. Bermain : 200 M2 , radius pencapaian 100 m

2.750 M2 (6,1%) - TK : 1.200 M2 (Radius pencapaian 500)- Koperasi : 100 M2 , radius pencapaian 500 m- Toko : 1.000 M2 , radius pencapaian 300 m

- Poliklinik : 200 M2, radius pencapaian 1000 m

23.200 M2 (11,5%)- SD : 11.500 M2 , radius pencapaian 1000 m- Poliklinik : 1.200 M2 , radius pencapaian 1000 m- Pasar : 3.000 M2 , radius pencapaian > 2000 m- Toko : 6.000 M2 , radius pencapaian 300 m- Mesjid : 1.500 M2 , radius pencapaian 1000 m

6. Jaringan Jalan 3000 M2 (27,1%) 12.000 M2 (26,2%) 48.000 (23,7%)

Total 11.050 M2 45.750 M2 203.400 M2

Tabel standar perumahan menurut Konsep Neighbourhood Unit

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta

Page 76: BAB II Kelompok Besar

C. Sarana Khusus

1) Sarana Kenelayanan

a) Dermaga

Standar Kriteria Perencanaan Pelabuhan (dermaga) di Indonesia (1984) Direktorat

Jenderal Perhubungan Laut dan Desain Kriteria Perencanaan Pelabuhan oleh

Direktorat Bangunan dan Peralatan Pelabuhan Direktorat Jenderal Perhubungan

Laut.

Hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan sebuah dermaga :

Ukuran/Dimensi Dermaga :

Pembangunan Dermaga diperuntukkan bagi kapal ≤ ……… GT.

Dimensi kapal yang perlu diperhatikan:

Panjang Keseluruhan (LOA)

Lebar = (B)

Sarat = (draft) = d

Jagaan = w

Kedalaman minimum perairan labuh = d meter dibawah LWS.

Tinggi lantai dermaga adalah = t meter di atas LWS.

Spesifikasi Pembebanan dan Perhitungan

Beban desain untuk trestle dan wharf (Dermaga) yang dipergunakan adalah sebagai

berikut:

Beban mati

Beban hidup

Beban gempa

Tekanan tanah

b) Tempat pelelangan ikan

c) SPBU

d) Tempat penjemuran ikan

Page 77: BAB II Kelompok Besar

2) Sarana kritis

Menurut hasil penelitian LIPI pada kota Padang Sarana kritis merupakan Fasilitas

kritis adalah fasilitas yang diharapkan masih dapat berfungsi ketika bencana alam

terjadi karena sangat dibutuhkan untuk tindak darurat. Antara lain :

a. Menara

b. Pos keselamatan dan informasi

c. Pemacah gelombang.

D. Pola Pola Perumahan dan Jenis- jenis Rumah

1. Tipe Rumah (bentuk)

a. Rumah tinggal

Rumah kediaman yang mempunyai persil

tersendiri dan bangunan induknya tidak

dibangun berimpit dengan batas persil, batas

persilnya jelas kemudian status tanahnya

merupakan hak milik, hak guna bangunan,

hak pakai.

b. Rumah gandeng dua/Kopel

Rumah kediaman yang mempunyai persil

tersendiri salah satu bangunan dinding

bangunan induknya berimpit dengan salah

satu bangunan tetangganya yang bersama

merupakan kesatuan yang terdiri dari dua

rumah.

c. Rumah gandeng banyak/Bedeng

Rumah-rumah kedua dinding bangunan

induknya bergandengan sehingga

berwujud deretan rumah-rumah yang

masing-masing mempunyai persil

tersendiri.

d. Rumah susun

Page 78: BAB II Kelompok Besar

Rumah yang dibangun secara vertikal

dengan maksimal bangunan berlantai

empat, tanahnya milik bersama.

e. Condominium

Rumah yang kepemilikannya sendiri-

sendiri tiap lantai dan tanah milik

bersama, umumnya terdapat di pusat-pusat

kota di kawasan strategi.

f. Flat

Yang bangunan rumah terdiri dari dua

lantai, dengan kepemilikan satu unit untuk

satu lantai kemudian tanahnya milik

bersama.

g. Maisonette

Suatu perumahan setiap rumahnya

berderet-deret, dimana terdiri dari dua

lantai dan tiap kapling milik masing-

masing penghuni.

( De Chiara & Koppelman, 1978, Site Planning )

Page 79: BAB II Kelompok Besar

1. Jenis rumah berdasarkan kontruksinya :

Berdasarkan RTRW Kota Padang rumah menurut kontruksinya dibagi:

Rumah permanent

Rumah yang sudah dikontrusi dengan pondasi, berdiding tembok batu bata atau

batako, beratap genteng dan lantainya diplester/ keramik.

Rumah semi permanent

Rumah yang sudah dikonstruksi dengan pondasi, berdinding setengah tembok dan

setengah bambu/ kayu, dilengkapi atap genteng, serta lantainya diplester/ keramik.

Rumah non permanent

Rumah tanpa pondasi, berdinding bambu/ kayu, dan beratap genteng ataupun selain

genteng.

2. Karakteristik Rumah Sehat

Menurut SNI No. 03-1728-1989 tentang bangunan gedung, persyaratan kesehatan

bangunan gedung, meliputi:

Cahaya dan Pembaharuan Hawa (2. 404)

Setiap ruang kediaman dan ruang cuci tertutup, harus:

a. Mempunyai satu atau lebih lubang cahaya yang langsung berhubungan

dengan udara luar, dengan luas bersih bebas dari ringtangan-rintangan

sama dengan sekurang-kurangnya satu per sepuluh dari luas lantai, dapat

terbuka dan lubangnya meluas ke arah atas sampai sekurang-kurangnya

1,95 m di atas permukaan lantai.

b. Diberi lubang hawa (angin) atau saluran-saluran angin dan pada atau dekat

permukaan bawah langit-langit yang luas bersihnya sekurang-kurangnya

1,0% luas lantai ruang yang bersangkutan.

c. Setiap kamar mandi dan kakus harus diberi penerangan dan pembaharuan

hawa udara, dan dapat juga diberi penerangan buatan dan/ atau

pembaharuan hawa (udara) mekanis yang memenuhi syarat-syarat pasal

2.406.

Page 80: BAB II Kelompok Besar

Penerangan dan Pembaharuan Udara (2. 405)

a. Dengan tidak mengurangi arti dan maksud ayat (2) a pasal ini, nilai

penerangan sekurang-kurangnya 50 lux harus diberikan pada semua

bagian ruang kerja;

b. .Sekurang-kurangnya 20 lux harus diberikan pada semua bagian jalan

terusan, tangga, perlengkapan keluar dan ruang-ruang yang bukan ruang

kerja.

c. Jalan terusan, tangga dan semacamnya harus diberikan penerangan alam

atau buatan. Penerangan buatan harus disediakan bila ruangan-ruangan

termaksud di atas mempunyai kemungkinan digunakan pada malam hari.

Pembaharuan Udara Mekanis (2. 406)

a. “Pertukaran Udara” ialah, penggantian seluruh udara dari suatu

ruangan atau suatu bangunan dengan jumlah udara segar (baru) yang sama

besarnya dengan udara luar/ ruang lain yang bebas dari kuman-kuman dan

kotoran.

b. Suatu sistem pembaharuan udara mekanis, sebagai pengganti

pembaharuan udara alam yang memenuhi syarat, sesuai dengan ketentuan-

ketentuan petunjuk ini, tidak mungkin diberikan.

c. Bilamana digunakan pembaharuan udara mekanis, sebagai pengganti

pembaharuan udara alam, sistem yang dimaksud harus bekerja terus

menerus selama ruang yang dimaksud digunakan.

d. Udara kotor, atau membusukkan atau merusakkan harus dikeluarkan

dari sistem pembaharuan udara mekanis pada suatu tempat sedemikian

hingga tidak menjadikan gangguan.

3. Tipe Rumah (ukuran )

a) Tipe 21, dengan luas lahan 60m².

b) Tipe 36, dengan luas lahan 90m².

c) Tipe 45, dengan luas lahan 120m².

d) Tipe 70, dengan luas lahan 198m² (11m x 18 m).

e) Tipe 90, dengan luas lahan 247m² (13m x 19m).

Page 81: BAB II Kelompok Besar

f) Tipe 145, dengan luas lahan 348m² (15m x 23,2m).

4. Kawasan Bebas Bangunan

Garis sempadan bangunan adalah garis yang ditarik dari garis sempadan pagar

sampai bataa bangunan sebagai pengaman bangunan.

Garis sempadan bangunan yang sempadan dengan jalan dapat dihitung :

GSB = ½ lebar jalan + 1m

Garis sempadan bangunan yang tidak sempadan dengan bangunan diatur dalam

Peraturan pemerintah tahun 1985 tentang jalan pasal :

Permukaan persil yang tidak sebidang dengan Permukaan jalan apabila terdapat

perbedan ketinggian 1½ m

Ketentuan garis sempadan bangunan untuk persil yang tidak sebidang dengan jalan

adalah sama dengan garis sempadan bangunan pada permukaan yang sebidang

dengan permukaan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Pasal 4 Peraturan

Daerah ini.

Koefisien Dasar Bangunan (KDB)

Koefisien Dasar Bangunan (Building Coverage) adalah perbandingan antara luas

dasar bangunan dengan luas persil per kavling.

Pengaturan KDB yang layak :

a) Perumahan KDB 60%

b) Banguann umum KDB 40- 60%

c) Banguanan Komersial (Building Steet) KDB 40-60%

d) Pertokoan KDB 60- 80%

Tujuan ditetapkan KDB pada suatu kawasan untuk menghitung daya tampung lahan,

penyeimbang dan supaya masyarakat bis melakukan kegiatan sosial dan ekonomi

dengan layak. Disamping itu KDB bertujuan terhadap peletakan banganan di atas

kavling agar dapat mempertahankan tingkat ruang terbuka, dapat mempertahankan

ruang antar bangunan guna mendapatkan penyinaran matahari, serta mendapat sudut

pandang bagi objek yang baik.

Koefisien Lantai Bangunan (KLB)

Page 82: BAB II Kelompok Besar

KLB atau Floor Area Ratio adalah luas lantai total dengan luas kavling persil.

Penentuan KLB harus berupaya mempertahankan fungsi kegiatan dengan mencegah

berkembangnya konflik Land Use ke kawasan sekitarnya. KLB untuk Kota Padang

sendiri tidak ditetepkan sama untuk setiap kawasan tapi berdasarkan kontur dan luas

persil. Maksimal Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan menetapkan intensitas

bangunan 2, berarti Luas total lantai bangunan 2 kali luas kavling persil.