bab ii lempung.pdf

Upload: trees-sutrisno

Post on 07-Jul-2018

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/18/2019 BAB II Lempung.pdf

    1/44

     

    6

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Tanah liat

    2.1.1  Pengertian Tanah Liat

    Bowles (1991) dalam Endriani (2012) mendefinisikan tanah liat

    (lempung) sebagai partikel berukuran lebih kecil atau sama dengan 0,002 mm,

    dimana tanah lempung tersebut terdiri dari tanah dengan ukuran mikrokonis

    sampai dengan submikrokonis yang berasal dari pelapukan unsur-unsur

    kimiawi penyusun batuan.Sedangkan menurut Terzaghi (1987) Tanah lempung sangat keras

    dalam keadaan kering, dan tak mudah terkelupas hanya dengan jari tangan.

    Permeabilitas lempung sangat rendah, bersifat plastis pada kadar air sedang.

    Lempung adalah suatu silikat hidraaluminium yang kompleks dengan rumus

    kimia : Al2O3.nSiO2.kH2O dimana n dan k merupakan nilai numerik molekul

    yang terikat dan bervariasi untuk masa yang sama. Mineral lempung

    mempunyai daya tarik menarik individual yang mampu menyerap 100 kali

    volume partikelnya. Ada atau tidaknya air (selama pengeringan) dapat

    menghasilkan perubahan volume dan kekuatan yang besar. Partikel-pertikel

    lempung juga mempunyai gaya tarik antar partikel yang sangat kuat yang

    untuk sebagian menyebabkan kekuatan yang sangat tinggi pada suatu

     bongkahan kering (batu lempung).

    Sifat-sifat yang dimiliki tanah lempung Hardiyatmo (1999) dalam Derry

    Endriani (2012) adalah sebagai berikut :

    1. Ukuran butir halus, kurang dari 0,002 mm

    2. Permeabilitas rendah

    3. Kenaikan air kapiler tinggi

    4. Bersifat sangat kohesif

    5. Kadar kembang susut yang tinggi

    6. Proses konsolidasi lambat

  • 8/18/2019 BAB II Lempung.pdf

    2/44

    7

    Menurut wikepidia.org (2013) lempung atau tanah liat ialah kata umum

    untuk partikel mineral berkerangka dasar silikat yang berdiameter kurang dari

    4 mikrometer. Lempung mengandung leburan silika dan/atau aluminium yang

    halus. Unsur-unsur ini, silikon, oksigen, dan aluminum adalah unsur yang

     paling banyak menyusun kerak bumi. Lempung terbentuk dari proses

     pelapukan batuan silika oleh asam karbonat dan sebagian dihasilkan dari

    aktivitas panas bumi. Lempung membentuk gumpalan keras saat kering dan

    lengket apabila basah terkena air. Sifat ini ditentukan oleh jenis mineral

    lempung yang mendominasinya. Mineral lempung digolongkan berdasarkan

    susunan lapisan oksida silikon dan oksida aluminium yang membentuk

    kristalnya. Golongan 1:1 memiliki lapisan satu oksida silikon dan satu oksida

    aluminium, sementara golongan 2:1 memiliki dua lapis golongan oksida

    silikon dan satu lapis oksida aluminium. Mineral lempung golongan 2:1

    memiliki sifat elastis yang kuat, menyusut saat kering dan membesar saat

     basah. Karena perilaku inilah beberapa jenis tanah dapat membentuk kerutan-

    kerutan atau “pecah- pecah” bila kering. 

    Seorang geolog mengungkapkan bahwa tanah liat dibedakan dari

    kehalusan tanah oleh perbedaan dalam ukuran dan mineralogi. Silts , yang

    tanah halus yang tidak termasuk mineral lempung, cenderung memiliki ukuran

     partikel lebih besar dari tanah liat, tetapi ada beberapa tumpang tindih di kedua

    ukuran partikel dan sifat fisik lainnya, dan ada banyak yang meliputi silts dan

     juga tanah liat. Perbedaan antara lumpur dan tanah liat bervariasi. Geolog dan

    ilmuwan tanah biasanya mempertimbangkan pemisahan terjadi pada ukuran

     partikel dari 2 pm (tanah liat halus yang dari silts), sedimentologists sering

    menggunakan pM 4-5, dan koloid kimia menggunakan 1 pM. insinyur

    Geoteknik membedakan antara silts dan tanah liat berdasarkan sifat plastisitas

    tanah, yang diukur dengan tanah „ Batas Atterberg . ISO 14688 partikel tanah

    liat sebagai nilai lebih kecil dari 2 pM dan silts lebih besar.

    Clay adalah istilah umum termasuk banyak kombinasi satu atau lebih

    mineral lempung dengan jejak oksida logam dan bahan organik. liat geologi

    sebagian besar terdiri dari mineral  phyllosilicate  mengandung sejumlah

  • 8/18/2019 BAB II Lempung.pdf

    3/44

    8

    variabel air terperangkap dalam struktur mineral. Tanah liat dihasilkan oleh

    alam, yang bersal dari pelapukan kerak bumi yang sebagian besar tersusun

    oleh batuan feldspatik , terdiri dari batuan granit dan batuan beku. Kerak bumi

    tersebut terdiri dari unsur unsur seperti silikon, oksigen, dan aluminium.

    Aktivitas panas bumi membuat pelapukan batuan silika oleh asam karbonat.

    kemudian membentuk terjadinya tanah liat (Sappie, 2006).

    Menurut Sappie (2006) tanah liat atau tanah lempung memiliki ciri-ciri sebagai

     berikut:

    1.  Tanahnya sulit menyerap air sehingga tidak cocok untuk dijadikan lahan

     pertanian.

    2.  Tekstur tanahnya cenderung lengket bila dalam keadaan basah dan kuat

    menyatu antara butiran tanah yang satu dengan lainnya.

    3.  Dalam keadaan kering, butiran tanahnya terpecah-pecah secara halus.

    4.  Merupakan bahan baku pembuatan tembikar dan kerajinan tangan lainnya

    yang dalam pembuatannya harus dibakar dengan suhu di atas 10000C.

    Gambar 2.1 ciri-ciri tanah liatSumber : Ebook (Sappie,2006)

    http://ruangkumemajangkarya.files.wordpress.com/2012/01/potensi-lahan-tambang-tanah-liat.jpg

  • 8/18/2019 BAB II Lempung.pdf

    4/44

    9

    2.1.2  Jenis-Jenis Tanah Liat

    1.  Tanah liat Primer 

    (Wahyu, dkk. 2009) menyebutkan tanah liat primer (residu)

    adalah jenis tanah liat yang dihasilkan dari pelapukan batuan  feldspatik

    oleh tenaga endogen yang tidak berpindah dari batuan induk (batuan

    asalnya), karena tanah liat tidak berpindah tempat sehingga sifatnya lebih

    murni dibandingkan dengan tanah liat sekunder. Selain tenaga air, tenaga

    uap panas yang keluar dari dalam bumi mempunyai andil dalam

     pembentukan tanah liat primer. Karena tidak terbawa arus air dan tidak

    tercampur dengan bahan organik seperti humus, ranting, atau daun busuk

    dan sebagainya, maka tanah liat berwarna putih atau putih kusam. Suhu

    matang berkisar antara 13000C – 1400 0C, bahkan ada yang mencapai

    17500C. Yang termasuk tanah liat primer antara lain: kaolin, bentonite,

     feldspatik , kwarsa dan dolomite, biasanya terdapat di tempat-tempat yang

    lebih tinggi daripada letak tanah sekunder. Pada umumnya batuan keras

     basalt dan andesit akan memberikan lempung merah sedangkan granit

    akan memberikan lempung putih. Mineral kwarsa dan alumina dapat

    digolongkan sebagai jenis tanah liat primer karena merupakan hasil

    samping pelapukan batuan  feldspatik   yang menghasilkan tanah liat

    kaolinit (Sappie, 2006) .

    Gambar 2.2 Tanah liat Primer

    Sumber : Ebook (Sappie, 2006)

    http://ruangkumemajangkarya.files.wordpress.com/2012/01/batuan-kaolin1.jpg

  • 8/18/2019 BAB II Lempung.pdf

    5/44

    10

    Menurut Sappie (2006) dalam ebooknya mengatakan bahwa tanah liat

     primer memiliki ciri-ciri:

    -  Berwarna putih sampai putih kusam

    -  Cenderung berbutir kasar

    -  Bersifat tidak plastis

    -  Daya lebur tinggi

    -  Daya susut kecil

    -  Bersifat tahan api

    Dalam keadaan kering, tanah liat primer sangat rapuh sehingga

    mudah ditumbuk menjadi tepung. Hal ini disebabkan partikelnya yang

    terbentuk tidak simetris dan bersudut-sudut tidak seperti partikel tanah

    liat sekunder yang berupa lempengan sejajar. Secara sederhana dapat

    dijelaskan melalui gambar penampang irisan partikel kwarsa yang telah

    dibesarkan beberapa ribu kali. Dalam gambar di bawah ini tampak kedua

     partikel dilapisi lapisan air (water film), tetapi karena bentuknya tidak

    datar/asimetris, lapisan air tidak saling bersambungan, akibatnya partikel-

     partikel tidak saling menggelincir (Sappie, 2006).

    2. Tanah liat Sekunder

    Tanah liat sekunder atau sedimen (endapan) adalah jenis tanah liat hasil

     pelapukan batuan feldspatik yang berpindah jauh dari batuan induknya

    (Wahyu, dkk, 2009).

    Gambar 2.3 Tanah liat SekunderSumber : Ebook (Sappie,2006)

    http://ruangkumemajangkarya.files.wordpress.com/2012/01/partikel-kwarsa.jpg

  • 8/18/2019 BAB II Lempung.pdf

    6/44

    11

    Perpindahan jauh ini dikarenakan tenaga eksogen yang

    menyebabkan butiran-butiran tanah liat lepas dan mengendap pada

    daerah rendah seperti lembah sungai, tanah rawa, tanah marine, tanah

    danau. Dalam perjalanan karena air dan angin, tanah liat bercampur

    dengan bahan-bahan organik maupun anorganik sehingga merubah sifat-

    sifat kimia maupun fisika tanah liat menjadi partikel-partikel yang

    menghasilkan tanah liat sekunder yang lebih halus dan lebih plastis

    (Sappie, 2006).

    Jumlah tanah liat sekunder lebih lebih banyak dari tanah liat

     primer. Transportasi air mempunyai pengaruh khusus pada tanah liat,

    salah satunya ialah gerakan arus air cenderung menggerus mineral tanah

    liat menjadi partikel-partikel yang semakin mengecil. Pada saat

    kecepatan arus melambat, partikel yang lebih berat akan mengendap dan

    meninggalkan partikel yang halus dalam larutan. Pada saat arus tenang,

    seperti di danau atau di laut, partikel  –   partikel yang halus akan

    mengendap di dasarnya. Tanah liat yang dipindahkan bisaanya terbentuk

    dari beberapa macam jenis tanah liat dan berasal dari beberapa sumber.

    Dalam setiap sungai, endapan tanah liat dari beberapa situs cenderung

     bercampur bersama. Kehadiran berbagai oksida logam seperti besi, nikel,

    titan, mangan dan sebagainya, dari sudut ilmu keramik dianggap sebagai

     bahan pengotor. Bahan organik seperti humus dan daun busuk juga

    merupakan bahan pengotor tanah liat (Sappie, 2006).

    Karena pembentukannya melalui proses panjang dan bercampur

    dengan bahan pengotor, maka tanah liat mempunyai sifat: berbutir halus,

     berwarna krem/abu-abu/coklat/merah jambu/kuning, suhu matang antara

    9000C-14000C. Pada umumnya tanah liat sekunder lebih plastis dan

    mempunyai daya susut yang lebih besar daripada tanah liat primer

    (Sappie, 2006). .

    Semakin tinggi suhu bakarnya semakin keras dan semakin kecil

     porositasnya, sehingga menjadi kedap air. Dibanding dengan tanah liat

     primer, tanah liat sekunder mempunyai ciri tidak murni, warna lebih

  • 8/18/2019 BAB II Lempung.pdf

    7/44

    12

    gelap, berbutir lebih halus dan mempunyai titik lebur yang relatif lebih

    rendah. Setelah dibakar tanah liat sekunder biasanya berwarna krem, abu-

    abu muda sampai coklat muda ke tua (Sappie, 2006)..

    Tanah liat sekunder menurut Sappie (2006) memiliki ciri-ciri:

    -  Kurang murni.

    -  Cenderung berbutir halus.

    -  Bersifat plastis.

    -  Berwarna krem/abu-abu/coklat/merah jambu/kuning, kuning muda,

    kuning kecoklatan, kemerahan, kehitaman.

    -  Daya susut tinggi.

    -  Suhu bakar 12000C – 13000C, ada yang sampai 14000C ( fireclay,

     stoneware, ballclay).

    -  Suhu bakar rendah 9000C – 11800C, ada yang sampai 12000C

    (earthenware).

    Warna tanah tanah alami terjadi karena adanya unsur oksida besi

    dan unsur organis, yang biasanya akan berwama bakar kuning

    kecoklatan, coklat, merah, wama karat, atau coklat tua, tergantung dan

     jumlah oksida besi dan kotoran-kotoran yang terkandung. Biasanya

    kandungan oksida besi sekitar 2%-5%, dengan adanya unsur tersebut

    tanah cenderung berwarna Iebih gelap, biasanya matang pada suhu yang

    lebih rendah, kebalikannya adalah tanah berwama lebih terang atau pun

     putih akan matang pada suhu yang lebih tinggi (Sappie,2006).

    Menurut Ro Sulistya (2012) berdasarkan titik leburnya, tanah liat

    sekunder dapat dibagi menjadi lima kelompok besar, yaitu :

    1.  Tanah Liat Tahan Api (Fireclay ). 

    Kebanyakan tanah liat tahan api berwarna terang (putih) ke abu-

    abu gelap menuju ke hitam dan ditemukan di alam dalam bentuk

     bongkahan padat, beberapa diantaranya berkadar alumina tinggi dan

     berkadar alkali rendah. Titik leburnya mencapai suhu ± 1500 ºC. Yang

    tergolong tanah liat tahan api ialah tanah liat yang tahan dibakar pada

    suhu tinggi tanpa mengubah bentuk, misalnya kaolin dan mineral tahan

  • 8/18/2019 BAB II Lempung.pdf

    8/44

    13

    api seperti alumina dan silika. Bahan ini sering digunakan untuk bahan

    campuran pembuatan massa badan siap pakai, untuk produk stoneware

    maupun porselin.

    Karena beberapa sifatnya yang menguntungkan, antara lain

     berwarna putih, mempunyai daya lentur dan sebagainya, maka Kaolin

     juga dipakai sebagai bahan pengisi untuk produk kertas dan kosmetik.

    2.  Tanah Liat Stoneware .

    Tanah liat  stoneware  ialah tanah liat yang dalam pembakaran

    gerabah (earthenware) tanpa diserta perubahan bentuk. Titik lebur tanah

    liat stoneware bisa mencapai suhu 1400 ºC. Bisaanya berwarna abu-abu,

     plastis, mempunyai sifat tahan api dan ukuran butir tidak terlalu halus.

    Jumlah deposit di alam tidak sebanyak deposit kaolin atau mineral tahan

    api. Tanah liat  stoneware  dapat digunakan sebagai bahan utama

     pembuatan benda keramik alat rumah tangga tanpa atau menggunakan

    campuran bahan lain. Setelah suhu pembakaran mencapai ± 1250 ºC,

    sifat fisikanya berubah menjadi keras seperti batu, padat, kedap air dan

     bila diketuk bersuara nyaring.

    3.  Ballclay . 

    Disebut juga sebagai tanah liat sendimen.  Ballclay  berbutir halus,

    mempunyai tingkat plastisitas sangat tinggi, daya susutnya besar dan

     bisaanya berwarna abu-abu. Tanah liat ini mempunyai titik lebur antara

    1250 ºC s/d 1350 ºC. Karena sangat plastis, ballclay hanya dapat dipakai

    sebagai bahan campuran pembuatan massa tanah liat siap pakai.

    4. 

    Tanah Liat Earthenware .

    Bahan ini sangat banyak terdapat di alam. Tanah liat ini memiliki tingkat

     plastisitas yang cukup, sehingga mudah dibentuk, warna bakar merah

    coklat dan titik leburnya sekitar 1100 ºC s/d 1200 ºC. tanah liat merah

     banyak digunakan di industri genteng dan gerabah kasar dan halus.

    Warna alaminya tidak merah terang tetapi merah karat, karena

    kandungan besinya mencapai 8%. Bila diglasir warnanya akan lebih

    kaya, khususnya dengan menggunakan glasir timbal.

  • 8/18/2019 BAB II Lempung.pdf

    9/44

    14

    5.  Tanah Liat Lainnya. Yang termasuk kelompok ini adalah jenis tanah liat

    monmorilinit .

    contohnya bentonit   yang sangat halus dan rekat sekali. Tanah liat ini

    hanya digunakan sebagai bahan campuran massa badan kaolinit dalam

     jumlah yang relatif kecil.

    2.1.3  Proses terbentuknya tanah liat Primer dan Sekunder

    Tanah liat merupakan mineral murni yang terdapat pada batuan

     panas dan padat, karena terjadi pelapukan maka terbentuk partikel-

     partikel halus dan sebagian besar dipindahkan oleh tenaga air, angin dan

    gletser ke suatu tempat yang lebih rendah dan jauh dari batuan induk

    dengan ukuran partikel yang hampir sama, sedangkan sebagian lagi tetap

    tinggal dilokasi dimana batuan induk berada. Selama berpindah tanah liat

    menjadi tidak murni, kehilangan mineral-mineral pengikatnya. Hasilnya

     berupa jenis tanah liat mulai dari yang kasar sampai yang halus dengan

    kemungkinan terjadi perubahan warna dan komposisinya. Dari peristiwa

    alam tersebut, maka terdapat tanah liat yang tidak berpindah tempat atau

    terdapat didaerah asalnya, tanah liat ini disebut tanah liat primer yang

    merupakan hasil akhir dari serangkaian proses yang juga disebut residu.

    Contoh tanah liat ini yang umum adalah china clay  atau kaolin.

    Sedangkan tanah liat yang berpindah dari daerah asalnya dan mengendap

    didaerah rendah disebut tanah liat sekunder atau tanah liat sedimen,

    seperti ballclay, redmals  (campuran tanah liat, pasir, dan kapur),

    stoneware dan lain-lain.(Sappie, 2006)

    Gambar 2.4. Proses pembentukan tanah liat primer dan sekunder

    Sumber : Ebook (Sappie,2006)

  • 8/18/2019 BAB II Lempung.pdf

    10/44

    15

    Tanah liat merupakan suatu mineral yang terbentuk dari struktur

     partikel-partikel yang sangat kecil, terutama dari mineral-mineral yang

    disebut kaolinit, yaitu persenyawaan dari Oksida Alumina (Al2O3),

    dengan Oksida Silika (SiO2) dan air (H2O) (Ambar, 2008).

    Bentuk partikel-partikelnya seperti lempengan kecil-kecil hampir

    terbentuk segi enam (hexagonal ) dengan permukaan yang datar yang

    tidak dapat dilihat dengan mata secara langsung, dengan bentuk partikel

    seperti ini menyebabkan tanah liat mempunyai sifat liat (plastis) dan

    mudah dibentuk bila dicampur dengan air, hal ini karena partikel-partikel

    tersebut saling terjadi perubahan secara alamiah (Norton, 2000).

    Gambar 2.5 Bentuk Partikel tanah liat

    Sumber : F.H Norton (2000)

    Menurut Frank and Janet Hamer (1997) Perubahan alamiah yang

     berlangsung terus menerus menyebabkan terbentuknya tanah liat primerdan sekunder, yang juga menyebabkan perbedaan tempat ditemukan

    (pengendapan) tanah liat tersebut.

  • 8/18/2019 BAB II Lempung.pdf

    11/44

    16

    Secara sederhana asal usul tanah liat dapat digambarkan seperti

    gambar berikut ini.

    Gambar 2.6. Asal Usul tanah liat secara sederhana(sumber : Frank Hammer and Janet Hammer)

    2.1.4  Pembentukan Mineral Lempung 

    Menurut Prihatin Tri Setyobudi (2010) dalam buku berjudul sifat-

    sifat fisik mineral „Mineralogy” mengatakan bahwa mineral lempung

    merupakan koloid dengan ukuran sangat kecil (kurang dari 1 mikron).

    Masing-masing koloid terlihat seperti lempengan-lempengan kecil yang

    terdiri dari lembaran-lembaran kristal yang memiliki struktur atom yang

     berulang (Sappie,2006). lembaran-lembaran kristal yang memliki

    struktur atom yang berulang tersebut adalah:

    1. 

    Tetrahedron / Sil ica sheet

    Merupakan gabungan dari Silica Tetrahedron

    Gambar 2.6: a. Tetrahedron; b. Silica Sheet

    Sumber : Ebook (Sappie,2006)

    http://ptbudie.files.wordpress.com/2010/05/a-tetrahedron-b-silica-sheet.jpg

  • 8/18/2019 BAB II Lempung.pdf

    12/44

    17

    2.  Octahedron / Alumina sheet

    Merupakan gabungan dari Alumina Octahedron.

    Gambar 2.7: c. Octahedron; d. Alumina Sheet

    Sumber : Ebook (Sappie,2006)

    Mineral lempung terbentuk di atas permukaan bumi dimana udara

    dan air berinteraksi dengan mineral silikat, memecahnya menjadi

    lempung dan produk lain (sappie, 2006).

    Mineral lempung adalah mineral sekunder yang terbentuk karena

     proses pengerusakan atau pemecahan dikarenakan iklim dan alterasi air

    (hidrous alteration) pada suatu batuan induk dan mineral yang

    terkandung dalam batuan itu.

    Berdasarkan struktur kristal dan variasi komposisinya dapat dibedakan

    menjadi belasan jenis mineral lempung dan diantaranya:

    -   Kaolinit  

    -   Halloysite 

    momtmorillonite (bentonites) -  illite 

    -   smectite 

    -  vermiculite 

    -  chlorite 

    -  attapulgite 

    -  allophone 

    http://ptbudie.files.wordpress.com/2010/05/c-octahedron-d-alumina-sheet.jpg

  • 8/18/2019 BAB II Lempung.pdf

    13/44

    18

    Dalam dunia perdangan kita mengenal beberapa tipe mineral lempung,

    diantaranya adalah:

    -   Ball clay 

    -   Bentonite 

    -  Common clay 

    -   Fire clay 

    -   Fuller’s earth 

    -   Kaolin. 

    2.1.5  Manfaat Tanah Lempung

    Tanah liat lebih dikenal sebagai bahan utama pembuatan keramik

    atau pun porselen sebagai hiasan rumah. Selain daripada bahab utama

    tersebut, tanah liat juga memiliki manfaat lain. Dari penelitian, tanah liat

     juga sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh dan kecantikan kulit. Hal

    ini terbukti karena tanah liat memiliki 67 mineral penting yang berguna

     buat tubuh. Ke 67 mineral tersebut antara lain, kalsium, zat besi,

    magnesium, mangan, potasium, silika,dan elemen-elemen  trace  lainnya

    (Jimmy,2011).

    Berdasarkan data survei menurut Jimmy (2011), penggunaan

    tanah liat untuk kesehatan telah dilakukan oleh Bangsa Indian di

     pegunungan Andes, Suku asli Meksiko, Suku Aborigin di Australia, dan

    Suku di Afrika Tengah. Perlu diketahui juga kalau sejak 4.000 tahun

    yang lalu, orang-orang Indonesia telah memakan tanah liat untuk

    menghilangkan sakit perut, Buruli Ulcer (mirip seperti Lepra) dan

    Tuberculosis Mycobacterium (penyakit yang memakan daging).

    Manfaat tanah liat menurut Jimmy (2011) antara lain sebagai berikut:

    1.  Sebagai obat untuk sakit perut, karena tanah liat memiliki zat seperti

    sponge yang berfungsi menyerap racun di tubuh.

  • 8/18/2019 BAB II Lempung.pdf

    14/44

    19

    2.  Sebagai pengurang rasa sakit di luka, hal ini dikarena oleh sifat tanah liat

    yang adem dan memiliki kandunga Zink dan Zat besi yang membantu

     penyembuhan luka.

    3.  Sebagai detox tubuh. Tanah liat yang bersifat seperti sponge ini dapat

    digunakan untuk menyerap racun-racun ditubuh kita seperti bakteri, zat

    logam berbahaya, dll.

    4.  Untuk kecantikan, tanah liat bermanfaat untuk mengencangkan kulit dan

    memuluskan kulit Anda jika digunakan sebagai masker atau lulur tubuh.

    2.1.6  Karakteristik Fisik Tanah Lempung Lunak

    Menurut Bowles (1989) dalam Endriani (2012), mineral-mineral pada tanah

    lempung umumnya memiliki sifat-sifat:

    a. Hidrasi

    Partikel mineral lempung biasanya bermuatan negatif sehingga partikel

    lempung hampir selalu mengalami hidrasi, yaitu dikelilingi oleh lapisan-

    lapisan molekul air yang disebut sebagai air teradsorbsi. Lapisan ini pada

    umumnya mempunyai tebal dua molekul karena itu disebut sebagai lapisan

    difusi ganda atau lapisan ganda. Lapisan difusi ganda adalah lapisan yang

    dapat menarik molekul air atau kation disekitarnya. Lapisan ini akan hilang

     pada temperatur yang lebih tinggi dari 600 sampai 1000oC dan akan

    mengurangi plasitisitas alamiah, tetapi sebagian air juga dapat menghilang

    cukup dengan pengeringan udara saja.

    b. Aktivitas.

    Hasil pengujian index properties dapat digunakan untuk mengidentifikasi tanah

    ekspansif. Hardiyatmo (2006) merujuk pada Skempton (1953) mendefinisikan

    aktivitas tanah lempung sebagai perbandingan antara Indeks Plastisitas (IP)

    dengan prosentase butiran yang lebih kecil dari 0,002 mm.

    d.  Flokulasi dan Dispersi.

    Beberapa partikel yang tertarik akan membentuk flok (flock) yang berorientasi

    secara acak atau struktur yang berukuran lebih besar akan turun dari larutan itu

    dengan cepatnya membentuk sedimen yang lepas. Flokulasi adalah peristiwa

  • 8/18/2019 BAB II Lempung.pdf

    15/44

    20

     penggumpalan partikel lempung di dalam larutan air akibat mineral lempung

    umumnya mempunyai pH > 7. Flokulasi larutan dapat dinetralisir dengan

    menambahkan bahan-bahan yang mengandung asam (ion H+), sedangkan

     penambahan bahan-bahan alkali akan mempercepat flokulasi. Untuk

    menghindari flokulasi larutan air dapat ditambahkan zat asam.

    e.  Pengaruh Zat cair

    Fase air yang berada di dalam struktur tanah lempung adalah air yang tidak

    murni secara kimiawi. Pemakaian air suling yang relatif bebas ion dapat

    membuat hasil yang cukup berbeda dari apa yang didapatkan dari tanah di

    lapangan dengan air yang telah terkontaminasi. Air yang berfungsi sebagai

     penentu sifat plastisitas dari lempung. Satu molekul air memiliki muatan positif

    dan muatan negative pada ujung yang berbeda (dipolar). Fenomena hanya

    terjadi pada air yang molekulnya dipolar dan tidak terjadi pada cairan yang

    tidak dipolar seperti karbon tetrakolrida (CCl4) yang jika dicampur lempung

    tidak akan terjadi apapun.

    f.  Sifat kembang susut (swel li ng potensial )

    Plastisitas yang tinggi terjadi akibat adanya perubahan sistem tanah dengan air

    yang mengakibatkan terganggunya keseimbangan gaya-gaya didalam struktur

    tanah. Gaya tarik yang bekerja pada partikel yang berdekatan yang terdiri dari

    gaya elektrostatis yang bergantung pada komposisi mineral, serta bergantung

     pada jarak antar permukaan partikel.

    2.2 Semen

    2.2.1 

    Pengertian Semen

    Semen merupakan material perekat untuk kerikil (agrerat kasar), pasir,

     batubata, dan material sejenis lainnya. Material semen telah banyak digunakan

    sejak zaman Yunani, Romawi, dan Mesir Kuno. Sebagian monumen dan

     bangunan peninggalan sejarah yang saat ini masih bisa kita saksikan,

    merupakan bukti bahwa material semen sudah digunakan sejak zaman dulu.

    Orang Mesir sudah menggunakan semenuntuk konstruksi pyramid mereka.

    Orang Yunani dan orang Roma menggunakan turf vulkanik yang dicampur

  • 8/18/2019 BAB II Lempung.pdf

    16/44

    21

    dengan gamping sebagai semen, dan beberapa diantara bangunan ini masih

     berdiri sekarang (Syarif Hidayat,2009) .

     pada abad ke-18 (1700 M) seorang insinyur Sipil, John Smeaton

     berkebangsaan Inggris telah mebuat campuran semen, yaitu merupakan

    campuran antara batu kapur dan tanah liat yang kemudian dia pakai untuk

    membangun menara suar Eddystone di lepas pantai Comwall, Inggris. Namun,

     bukan Smeaton yang mempatenkan semen ini tapi seorang insinyur yang

     berkebangsaan sama dengannya yaitu Josep Aspdin yang mematenkan semen

     pada tahun 1824, yang kemudian di sebut dengan Semen Portland. Dinamai

    Portland karena warna hasil akhir olahannya mirip tanah liat yang ada di

    Pulau Portland, Inggris (Syarif Hidayat,2009) .

    Hasil rekayassa Aspdin inilah yang sekarang banyak dijumpai di toko-

    toko bangunan. Sebenarnya, ramuan Aspdin tidak jauh berbeda dengan

    Smeaton. Dia tetap mengandalkan dua bahan utama, yaitu batu kapur sebagai

    sumber kalsium karbonat dan tanah lempung yang banyak menggandung

    silica, alumina, serta oksidasi besi. Kemudian, tahun 1845 Issac Johnson

    melakukan penelitian lanjutan mengenai semen dan hasilnya sangat berperan

    dalam pengembangan industri semen modern (Syarif Hidayat,2009).

    Menurut SNI 15-2049-2004, Semen Portland adalah semen hidrolisis

    yang dihasilkan dengan cara menggiling terak (klinker) semen portland

    terutama yang terdiri atas Kalsium Silikat yang bersifat hidrolisis dan digiling

     bersama-sama dengan bahan tambahan berupa satu atau lebih bentuk kristal

    senyawa kalsium sulfat dan boleh ditambah dengan bahan tambahan lain.

    Semen merupakan bahan yang digunakan untuk berbagai keperluan

    terutama dalam pembagunan. Bahan mentah yang dibutuhkan dalam

     pembuatan semen antara lain batu kapur ( Limestone), tanah liat (clay) , pasir

    silica dan pasir besi. Adapun bahan-bahan tersebut setidaknya mengandung

     Limestone (+/- 82%), Clay (+/- 13,5%), Pasir Silika (+/- 3%), dan Pasir besi

    (+/- 1,5%).

  • 8/18/2019 BAB II Lempung.pdf

    17/44

    22

    2.2.2  Bahan baku dan produksi semen

    Bahan baku utama yang digunakan yaitu batu kapur ( Lime Stone) dan

    tanah liat (Clay).

    1.  Batu kapur ( Lime Stone)

    Kalsium karbonat (CaCO3) di alam sangat banyak terdapat di berbagai

    tempat. Kalsium karbonat berasal dari pembentukan geologis yang pada

    umumnya dapat dipakai untuk pembuatan semen Portland sebagai sumber

    utama senyawa Ca. Kekerasan batu kapur antara 1,8  –  3,0 skala mesh, warna

     pada batu kapur dipengaruhi oleh tingkat kandungan unsur  –   unsur besi,

    clay (tanah liat), dan MgO. Batu kapur ini memberikan kandungan CaO dan

    sedikit mengandung MgO.

    2.  Tanah liat (Clay)

    Tanah liat merupakan bahan baku semen yang mempunyai sumber

    utama senyawa silikat dan aluminat dan sedikit senyawa besi. Tanah liat

    memiliki berat molekul 796,40 g/gmol dan secara umum mempunyai warna

    cokelat kemerah  –  merahan serta tidak larut dalam air.

    Tabel 2.1 Sifat –  Sifat Fisika dan Kimia Bahan Baku Utama

     NoSifat  –   SifatBahan

    Komponen Bahan BakuBatu Kapur Tanah Liat

    123456

    Rumus kimiaBerat molekulDensitasTitik lelehWarnaKelarutan

    CaCO3 100,09 g/gmol2,71 g/ml1339 oCPutih keabu  –  abuanLarut dalam air,asam NH4Cl

    Al2O3.K 2O.6SiO2.2H2O796,40 g/gmol2,9 g/mlTerurai pada 1450 oCCoklat kemerah  –  merahanTidak larut dalam air,asam, pelarut lain

    Sumber: Perry, R. H, tahun 1998

  • 8/18/2019 BAB II Lempung.pdf

    18/44

    23

    Bahan Baku Penunjang (Korektif )

    Bahan baku korektif   adalah bahan tambahan pada bahan baku utama

    apabila pada pencampuran bahan baku utama komposisi oksida  –   oksidanya

     belum memenuhi persyaratan secara kualitatif dan kuantitatif. Pada umumnya,

     bahan baku korektif  yang digunakan mengandung oksida silika, oksida alumina

    dan oksida besi yang diperoleh dari pasir silika ( silica sand ) dan pasir besi

    (iron sand ).

    1.  Pasir silika ( silica sand )

    Pasir silika digunakan sebagai pengkoreksi kadar SiO2 dalam tanah liat

    yang rendah.

    2.  Pasir besi (iron sand )

    Pasir besi digunakan sebagai pengkoreksi kadar Fe2O3  yang biasanya

    dalam bahan baku utama masih kurang.

    Tabel 2.2 Sifat –  Sifat Fisik dan Kimia Bahan Baku Penunjang

     No Sifat –  Sifat BahanKomponen Bahan Baku

    Pasir Silika Pasir Besi1234567

    Rumus kimiaBerat molekulDensitasTitik lelehTitik didihWarnaKelarutan

    SiO260,06 g/gmol1,32 g/ml1710 oC2230 oCCoklat keputihanTidak larut dalam air,alkali tetapi larut dalam

    HF

    Fe2O3 159,70g/gmol5,12 g/mlTerurai pada1560 oC-Hitam

    Tidak larutdalam air,tetapi larutdalam HCl

    Bahan Baku Tambahan

    Bahan baku tambahan adalah bahan baku yang ditambahkan pada terak

    atau klinker   untuk memperbaiki sifat  –   sifat tertentu dari semen yang

    Sumber: Perry, R. H, tahun 1989

  • 8/18/2019 BAB II Lempung.pdf

    19/44

    24

    dihasilkan. Bahan baku tambahan yang biasa digunakan untuk mengatur waktu

     pengikatan semen adalah Gypsum.

    Tabel 2.3 Sifat –  Sifat Fisik dan Kimia Bahan Baku Tambahan

     No Sifat –  Sifat Bahan Gypsum 123456

    7

    Rumus kimiaBerat molekulDensitasTitik lelehTitik didihWarna

    Kelarutan

    CaSO4. 2H2O172,17 g/gmol2,32 g/ml128 oC163 oCPutih

    Larut dalam air,gliseril, Na2S2O3 dan garam NH4 

    Sumber: Perry, R. H, tahun 1989

    Pada dasarnya tiap-tiap industri semen memiliki proses produksi yang

    hamper sama, perbedaannya terdapat pada tata letak dan peralatan yang

    digunakan. Secara umum ada dua jenis proses produksi semen, yaitu dry

     process  dan wet process. Pada dry process, tahapan penggilingan ( grinding )dan pencampuran (blending ) bahan baku dilakukan dalam kondisi kering.

     Namun pada wet process, campuran bahan bakunya dilakukan pada kondisi

     basah.

    2.3 Pengisi Karet (Rubber F il ler )

    Karet adalah tanaman perkebunan tahunan berupa pohon batang lurus.

    Pohon karet pertama kali hanya tumbuh di Brasil, Amerika Selatan, namun

    setelah percobaan berkali-kali oleh Henry Wickham, pohon ini berhasil

    dikembangkan di Asia Tenggara, di mana sekarang ini tanaman ini banyak

    dikembangkan sehingga sampai sekarang Asia merupakan sumber karet alami.

    Di Indonesia, Malaysia dan Singapura tanaman karet mulai dicoba

    dibudidayakan pada tahun 1876. Tanaman karet pertama di Indonesia ditanam

    di Kebun Raya Bogor (Micky, 2012).

  • 8/18/2019 BAB II Lempung.pdf

    20/44

    25

    Sumber utama karet adalah pohon karet  Hevea brasiliensis

    (Euphorbiaceae). Untuk mendapatkan karet alam, dilakukan penyadapan

    terhadap batang pohon tanaman karet hingga dihasilkan getah kekuning-

    kuningan yang disebut dengan lateks. Lateks merupakan cairan atau sitoplasma

    yang berisi ±30% partikel karet. Pada tanaman karet, lateks dibentuk dan

    terakumulasi dalam sel-sel pembuluh lateks yang tersusun pada setiap jaringan

     bagian tanaman, seperti pada bagian batang dan daun. Penyadapan lateks dapat

    dilakukan dengan mengiris sebagian dari kulit batang. Penyadapan ini harus

    dilakukan secara hati-hati karena kesalahan dalam penyadapan dapat

    membahayakan bahkan mematikan pohon karet (Micky, 2012).

    Produk dari penggumpalan lateks selanjutnya diolah untuk

    menghasilkan lembaran karet (sheet ), bongkahan (kotak), atau karet remah

    (crumb rubber ) yang merupakan bahan baku industri karet. Ekspor karet dari

    Indonesia dalam berbagai bentuk, yaitu dalam bentuk bahan baku industri

    ( sheet, crumb rubber ) dan produk turunannya seperti ban, komponen dan

    sebagainya. Hasil utama dari pohon karet adalah lateks yang dapat dijual atau

    diperdagangkan di masyarakat berupa lateks segar, slab/koagulasi, ataupun sit

    asap/sit angin. Selanjutnya produk-produk tersebut akan digunakan sebagai

     bahan baku pabrik Crumb Rubber (Karet Remah), yang menghasilkan berbagai

     bahan baku untuk berbagai industri hilir seperti ban, bola, sepatu, karet, sarung

    tangan, baju renang, karet gelang dan lainnya (Micky,2012).

    Industri lateks karet alam merupakan industri yang sudah lama berada

    di Negara kita Indonesia. dan merupakan salah satu hasil pertanian terkemuka

    karena banyakmenunjang perekonomian Negara. Indonesia merupakan sebuah

    negara penghasil produk latekskaret alam dunia seperti sarung tangan. Adapun

     produk-produk yang dihasilkan dari lateks karet alam antara lain pita

     berpelekat, balon, pembalut luka elastis, tiub stateskop, pakaian dalam, busa

    spring bed, dan lain –  lain (Ekonopita,2000).

    Berdasarkan kajian yang dilakukan oleh Free University, Belanda,

    diproyeksikan bahwa konsumsi karet sampai dengan tahun 2020 akan tetap

    meningkat baik untuk karet alam maupun sintetik. Proyeksi konsumsi karet

  • 8/18/2019 BAB II Lempung.pdf

    21/44

    26

    dunia pada tahun 2020 diperkirakan sebesar 13,472 juta ton dan proyeksi

     produksi sebesar 7,8 juta ton. Dengan demikan terjadi kekurangan pasokan

    karet sebesar 5,654 juta ton yang merupakan peluang bagi pasar di Indonesia.

    Bahan pengisi karet sangat memegang peranan penting dalam industri

     ban dan polimer, karena fungsi bahan pengisi untuk menurunkan biaya

     produksi dan menguatkan kekuatan mekanik. Menurut prayitno (1983), bahan

     pengisi karet sangat berpengaruh pada sifat-sifat karet vulkanisasi yang

    dihasilkan, baik jenisnya maupun jumlahnya. Pada beberapa pencampuran

    komponen, arang hitam (black carbon) merupakan bahan pengisi aktif karena

    selain sebagai pengisi bahan ini juga berfungsi sebagai pewarna (warna hitam)

    dan penguat.

    Karet alam tidak memiliki regangan , kekerasan, dan modulus yang

    sesuai dengan keperluan pabrik karet.Maka diperlukan untuk menambahkan

    material yang bertujuan untuk meningkatkan karakteristik karet alam pada

    tingkatan yang diinginkan (Studebaker, 1957). Untuk menghasilkan barang

     jadi karet yang tahan terhadap pengusangan perlu penyesuaian sistem

    vulkanisasi dan ditambahkan anti oksidan, anti ozon, dan sebagainya. Untuk

    memperkuat sifat fisik dan menekan biaya pengolahan dengan memperbesar

    volume dapat ditambahkan bahan pengisi.Processing aid digunakan untuk

    mempermudah pengolahan sehingga terjadi pencampuran yang baik, dispersi

     bahan pengisi yang baik, akan menghasilkan kompon yang baik sehingga

    dihasilkan barang jadi yang baik (www.industrikaret.com).

    Salah satu material yang digunakan dalam pencampuran karet alam

    adalah bahan pengisi (filler). Bahan pengisi ini membantu dalam mencapai

    karakteristik yang diinginkan dan merupakan material paling besar kedua

    dalam hal kuantitas didalam suatu campuran karet setelah karet itu sendiri

    (Brennan and Jermyn, 1965).

    Bahan pengisi digunakan untuk memperkuat karet dengan tujuan untuk

    mengurangi biaya produksi,pewarnaan, meningkatkan kepadatan dan

    meningkatkan sifat pemrosesan. Umumnya penguatan karet merupakan bidang

    yang penting dalam teknologi pemrosesan karet. Dimana penguatan karet dapat

    http://www.industrikaret.com/http://www.industrikaret.com/

  • 8/18/2019 BAB II Lempung.pdf

    22/44

    27

    meningkatkan satu atau lebih sifat elastomer,yang bertujuan untuk kesesuaian

    terhadap kegunaannya (Morton, 1987). Dalam hal ini Morton juga

    mengungkapkan bahwa tanah liat dapat digunakan sebagai bahan pengisi karet

    dengan di tambahkan carbon black. Perbandingan hasil olahan pebgisi karet

    dapat dilihat pada tabel berikut.

    Tabel 2.4 Hard Clay in SBR (50 Volumes)

     Hard

    Clay

    130 phr

     N-990

     Black

    100 phr

     N-650 20 phr (Black)

     Hard clay (104 phr)

     ML 1+4 (100 C) 72 57 71300% modulus, Mpa 1.9 5.3 7.0

     pTensile Strength, Mpa 14.2 10.0 18.6 Elongation, % 590 610 620 Hardness 70 70 78Compression set (B), % 60 28 45

     Die C tear, kN/m 16 14 17.9 Abrasion Index 27 23 27Sumber : Morton, 1987

    Banyak pengisi mineral yang digunakan secara meluas oleh industri

    karet alam dan lateks karet alam, adapun pengisi tersebut seperti karbon black,

    kaolin, dan kalsium karbonat. Kalsium karbonat adalah bahan yang paling

    diminati pada tahun terakhir ini karena ketersediannya dan biaya

     pengolahannya rendah (Danneberg, 1981).

    Penambahan bahan pengisi diterapkan dengan fungsi untuk mengurangi

     pemakaian kardkk.am dan menambah tingkat kekuatan dari produk yang

    dihasilkan serta mengurangi biaya produksi. Adapun untuk bahan pengisinya

    yaitu berupa non-black fillers for elastomer   yang diantaranya adalah kalsium

    karbonat, tanah liat kaolin, silika yang diendapkan, bedak, barit, silika amorf,

    diatomite (Adnan dkk., 2009).

    Maurice Morton dalam buku  Rubber Technology  ( 1987) dan H.H.

    Muray dalam buku  Aplied Clay Mineralogy (2006) menengungkapkan bahwa

    tanah liat dapat digunakan untuk berbagai aplikasi karena sifat teknis yang

     baik dan karena rasio biaya dan kinerja yang sangat menguntungkan.

  • 8/18/2019 BAB II Lempung.pdf

    23/44

    28

    Tanah liat banyak digunakan sebagai untuk senyawa karet dari semua

     jenis, termasuk komponen ban seperti senyawa serat perekat, dan seluruh

    rentang non-ban. Aplikasi karet digunakan karena memiliki daya penguatan

     baik, biaya moderat dan processability baik yang diinginkan. Tanah liat

    memiliki sifat semi-memperkuat yang sangat baik dan dapat digunakan sebagai

     pengisi utama dalam karet atau untuk mengganti sebagian atau memperpanjang

    lebih tinggi memperkuat karbon hitam. Senyawa karet mengandung rata-rata

    kurang dari 5 lbs. Bahan kimia tambahan per 100 lbs elastomer , sedangkan

     filler   biasanya 10-15 kali lebih tinggi . Bahan yang digunakan untuk

    memodifikasi sifat-sifat produk karet , bahan pengisi sering memainkan peran

     penting . Sebagian besar pengisi karet yang digunakan saat ini menawarkan

     beberapa manfaat fungsional yang memberikan kontribusi untuk processability 

    atau kegunaan produk karet .  Butadiene rubber stirena  misalnya , memiliki

    hampir tidak ada penggunaan komersial sebagai senyawa terisi ( Ebook Non

     Black Filler for Rubber  hlm 2).

    Tanah liat juga digunakan sebagai agen semi-penguat untuk karet, dan

    sekitar £ 900.000.000 digunakan per tahun di Amerika Serikat Paling adalah

    tanah liat keras ditambang di Georgia dan Carolina Selatan. Hal ini digunakan

    dalam bangkai ban, dinding samping, dan isolasi manik. Liat menawarkan

     beberapa penguatan terhadap senyawa karet tetapi kurang dari memperkuat

    nilai karbon hitam. Biaya tanah liat biasanya $ 0,03 sampai $ 0,05 per pon.

    Silan lempung putih yang dimodifikasi digunakan dalam dinding samping

     putih (CWC 1997).

    Tanah liat kaolin biasanya digunakan untuk mengurangi biaya

     penggunaan senyawa karet serta meningkatkan sifat fisik atau saat operasi.

    Tanah liat kaolin adalah aluminosilikat platy. Tanah liat yang digunakan untuk

     pengisi karet di klasifikasikan menjadi dua bagian yaitu tanah liat keras dan

    tanah liat lunak yang memiliki ukuran partikel yang berbeda dan juga

    mempengaruhi stuktur kekerasan karet. Tanah liat keras memiliki ukuran

     partikel rata-rata sekitar 250 sampai 500 nm, dan mempunyai modulus

    kekuatan tarik tinggi, kekakuan, dan ketahanan abrasi yang baik untuk

  • 8/18/2019 BAB II Lempung.pdf

    24/44

    29

    senyawa karet. Tanah liat lunak memiliki ukuran partikel rata-rata sekitar

    1000-2000 nm dan digunakan untuk beban ekonom tinggi dan tingkat ekstrusi

    lebih cepat lebih penting daripada kekuatan. Dalam anisometry (bentuk planar)

    dan perhitungan ukuran partikel tanah liat mempengaruhi pada modulus dan

    kekerasan. Tanah liat keras lebih banyak digunakan dari tanah liat lunak atau

    lembut karena dalam pencampurannya karet menghasilkan efek semi-

    memperkuat dan biaya utilitas yang rendah sebagai pelengkap pengisi lainnya.

    Tanah liat digunakan untuk menggantikan sebagian dari karbon silika hitam

    atau endapan silika yang harganya lebih mahal dalam senyawa tertentu tanpa

    mengurangi sifat fisik produk yang dihasilkan nantinya. Berikut adalah gambar

    struktur dari tanah liat kaolin (Ebook Non Black Filler for Rubber). 

    Gambar 2.8 struktur tanah liat kaolin

    Sumber : (Ebook Non Black Filler for Rubber) 

    Beberapa tanah liat dicuci dengan menggunakan air guna meningkatkan

     pembersihan kotoran pada tanah liat supaya warna tanah liat cerah.

    Penambahan Aminosilan dan mercaptosilane pada tanah liat keras memberikan

     penguatan yang lebih baik dan dalam beberapa aplikasi dapat mengurangi

     penggunaan silika carbon hitam. Berikut adalah beberapa gambar dari tanah

    liat kaolin yang digunakan sebagai pengisi karet.

    Gambar 2.9 varius types of kaolin clay fillers 

    Sumber : (Adnan, dkk, 2009)

  • 8/18/2019 BAB II Lempung.pdf

    25/44

    30

    Menurut Adnan.dkk (2009) terdapat proses dasar untuk memproduksi kaolin

    clay untuk penguatan karet dari hasil tambang:

    -   bijih tanah liat digiling untuk memecah gumpalan. Proses Ini adalah

     bentuk paling mahal karena tanah liat keras memiliki penguatan

    moderat yang tinggi.

    -  tanah liat dicuci dengan air akan melibatkan pemisahan secara gravitasi,

    kemudian pemutihan dan pemisahan magnetik untuk meningkatkan

    warna tanah liat dan rotary  untuk menghasilkan berbagai ukuran

     partikel yang diinginkan. Pencucian tanah liat dengan air guna

    menghasilkan penguatan yang lebih tinggi dengan kemampuan untuk

    mengontrol pH, warna dan ukuran partikel.

    -  delaminated kaolin dilakukan dengan menggunakan bahan kimia atau

    dengan cara memecahkan struktur trombosit dari tanah liat, yang

    selanjutnya meningkatkan penguatan properti.

    -  Dikalsinasi yaitu dengan dipanaskan sampai 1.0000C, yang

    menghasilkan warna putih dengan permukaan timggi mineral serta

    daerah permukaan inert.

    Adapun menurut (Bunga Prameswari, 2008) komposisi kimia tanah

    liat yang di analisa dengan menggunakan alat Scanning Electron

     Microscopy (SEM) dapat dilihat pada Tabel 5.

    Tabel 2.5 komposisi Tanah Liat

    Elemen Nama Elemen Konsentrasi (%)C Carbon 0,33O Oksigen 46,91Al Aluminium 22,05Si Silika 13,42S Sulfur 0,23Ca Kalium 0,21Fe Besi 14,78

    Sumber : (Bunga Prameswari, 2008)

  • 8/18/2019 BAB II Lempung.pdf

    26/44

    31

    Bahan pengisi adalah merupakan bagian yang sangat penting pada

    komposit. Bahan pengisi dapat berupa logam,keramik ,dan polimer.Sifat-

    sifat komposit adalah fungsi dari sifat-sifat zatnya ,jumlah zat yang sesuai

    dan geometri fasa tersebar. Yang diamksud dengan geometri fasa tersebar

    adalah bentuk partikel,ukuran partikel ,taburan orientasinya. Interaksi

    antara matrik polimer dan pengisi dipengaruhi oleh ukuran

     partikel,aktivitas permukaan ,muatan serta jenis polimer dalam campuran.

    Interaksi tersebut memberi kesan yang tampak pada sifat mekanik,

    kandungan gel ,persentase serbuk yang terjerap dan sifat termal campuran

     pengisi (Callister,2000).

    Bahan pengisi pada komposit akan memodifikasi atau

    memperbaiki sifat-sifat bahan atau menggantikan kandungan matrik

    dengan bahan yang lebih murah .Secara umum bahan pengisi bersifat

    sebagai penguat . (Callister,2000).Tingkat penguatan campuran polimer

     bergantung pada kekuatan interaksi antara polimer dan pengisi .Kekuatan

    interaksi didominasi oleh penjerapan fisika polimer (Bound Polimer) 

    (Hanafi,2000). Penjerapan polimer ke atas permukaan pengisi dipengaruhi

    oleh luas permukaan ,aktivasi permukaan dan kekutupan polimer.

    Pada proses pengolahan karet ada dua macam bahan pengisi yaitu :

    1.  Bahan pengisi tidak aktif.

    Bahan pengisi ini menambah kekerasan dan kekuatan pada bahan jadi

    yang dihasilkan, tetapi sifat lainnya menurun. Biasanya bahan pengisi

    yang tidak aktif lebih banyak digunakan untuk menekan harga karena

     bahan ini harganya lebih murah contohnya kaolin, tanah liat, kalsium

    karbonat, magnesium karbonat, barium sulfat.

    2.  Bahan pengisi yang menguatkan (Aktif).

    Bahan pengisi aktif atau penguat, contohnya karbon hitam, silica,

    aluminium silikat, dan magnesium silikat. Bahan ini mampu

    menambah kekerasan ,ketahanan sobek, ketahanan kikisan, serta

    tegangan putus pada barang yang dihasilkan.

  • 8/18/2019 BAB II Lempung.pdf

    27/44

    32

    Kadang  –  kadang bahan pengisi aktif dan tidak aktif diberikan dalam

    campuran sebagai alternatif penghematan biaya. Bahan pengisi yang

    digunakan dalam pembuatan benang karet adalah titanium dioksida (TiO2)

    yang berbentuk tepung dan bewarna putih bersih (Callister, 2000).

    2.4 Scanning Electron M icroscopy(SEM)

    2.4.1  Sejarah Electron Microscopy (SEM)

    Konsep awal yang melibatkan teori pemindaian mikroskop elektron

     pertama kali diperkenalkan di Jerman (1935) oleh M. Knoll. Konsep standar

    dari SEM moderen dibangun oleh von Ardenne pada tahun 1938 yang

    menambahkan kumparan scan untuk mikroskop elektron transmisi. Desain

    SEM telah diubah cukup dengan Zworykin et al. pada tahun 1942 saat

     bekerja untuk RCA Laboratorium di Amerika Serikat. Desain itu lagi

    kembali di rancang oleh CW Oatley pada tahun 1948 seorang profesor di

    Universitas Cambridge. Sejak itu ada banyak kontribusi penting lainnya

    yang telah sangat ditingkatkan dan dioptimalkan kerja dari scanning

    mikroskop elektron moderen. Cara kerja SEM yaitu dengan memindai sinar

    halus fokus elektron ke sampel. Elektron berinteraksi dengan komposisi

    molekul sampel. Energi dari elektron berinteraksi ke sampel secara

    langsung sebanding dengan jenis interaksi elektron yang dihasilkan dari

    sampel. Serangkaian energi elektron yang terukur dapat dianalisis oleh

    mikroprosesor canggih yang menciptakan pseudo gambar tiga dimensi atau

    spektrum elemen unik dari sampel yang dianalisis (Marantha,2008).

    Elektron memiliki resolusi yang lebih tinggi daripada cahaya. Cahaya

    hanya mampu mencapai 200nm sedangkan elektron bisa mencapai resolusi

    sampai 0,1 –  0,2 nm. Disamping itu dengan menggunakan elektron kita juga

     bisa mendapatkan beberapa jenis pantulan yang berguna untuk keperluan

    karakterisasi. Jika elektron mengenai suatu benda maka akan timbul dua

     jenis pantulan yaitu pantulan elastis dan pantulan non elastic.

    Scanning Electron Microscopy  (SEM) merupakan alat yang dapat

    membentuk bayangan permukaan. Struktur permukaan suatu benda yang akan

  • 8/18/2019 BAB II Lempung.pdf

    28/44

    33

    diuji dapat dipelajari dengan mikroskop elektron pancaran karena jauh lebih

    mudah untuk mempelajari struktur permukaan itu secara langsung. Pada

    dasarnya, SEM menggunakan sinyal yang dihasilkan elektron dan

    dipantulkan atau berkas sinar elektron sekunder.

    SEM memiliki kemampuan untuk menganalisis sampel tertentu

    dengan memanfaatkan salah satu metode yang disebutkan di atas.

    Sayangnya, setiap jenis analisis dianggap merupakan aksesori perangkat

    tambahan untuk SEM. Aksesori yang paling umum dilengkapi dengan SEM

    adalah dispersif energi detektor x-ray atau EDX (kadang-kadang dirujuk

    sebagai EDS) (Marantha,2008) .

    Jenis detektor memungkinkan pengguna untuk menganalisis

    komposisi molekul sampel. deteksi pertama yang dikenal dengan sinar-x

    ditemukan secara tidak sengaja oleh fisikawan Jerman Wilhelm Conrad

     Roeentgen pada tahun 1895 saat mempelajari sinar katoda dalam tegangan

    tinggi, tabung debit gas (Hal itu diketahui bahwa ketika katoda dari sebuah

    sirkuit listrik dipanaskan dalam ruang hampa dengan beda potensial yang

     besar diterapkan antara katoda dan anoda, kemudian ada gelombang

     bergerak antara dua elektroda. Awalnya ini dianggap gelombang

    elektromagnetik, sehingga mereka disebut sinar katoda,  JJ Thompson 

    (1856-1940) menciptakan sinar katoda tabung-CRT dasar untuk monitor

    komputer dan televisi). Karena alasan tersebut, Wilhelm Conrad Roeentgen 

    menciptakan istilah "x-radiasi". Panjang gelombang elektromagnetik sinar-x

    sekitar 01-100 angstrom (disingkat Å) adalah salah satu dari sepuluh-miliar

    (1/10000000000) meter. Sebuah langkah atom hidrogen sekitar 1 Å di. Jenis

    elektron yang akan dibahas adalah elektron energi tingkat rendah yang

    dikenal sebagai efek  Auger. Efek  Auger   pertama kali diamati pada tahun

    1925 oleh Fisikawan Perancis  Pierre-Victor Auger . Fenomena ini terjadi

    ketika sebuah elektron dilepaskan dari salah satu inti orbit dalam sehingga

    menghasilkan dua bagian elektron dari atom residu dan kemudian diulang

    untuk menghasilkan bagian yang baru atau  x-ray yang untuk di pancarkan.

    Perlu dicatat bahwa spesifikasi deteksi  Auger elektron atau  yield Auger  

  • 8/18/2019 BAB II Lempung.pdf

    29/44

    34

    yaitu untuk elemen tertentu dengan nomor atom menurun. Sebagai contoh,

    emisi sinar-x dan  Auger  elektron dari seng (nomor atom 30) adalah sama.

    Jenis analisis dikembangkan di late1960 dan disebut  Auger   Spektroskopi

    atau AES. Teknik ini berguna dalam mempelajari komposisi lapisan

     permukaan secara kualitatif dan kuantitatif suatu senyawa, elemen atau

     partikel sub-atomik yang dikenal sebagai muon (Marantha,2008). 

    2.4.2 Klasifikasi Scanning Electronic Microscopy (SEM) 

    Untuk mengetahui morfologi senyawa padatan dan komposisi unsur

    yang terdapat dalam suatu senyawa dapat digunakan alat scanning electron

    microscope (SEM). Scanning Electron Microscope  adalah suatu tipe

    mikroskop electron yang menggambarkan permukaan sampel melalui proses

    scan dengan menggunakan pancaran energi yang tinggi dari electron dalam

    suatu pola scan raster.  Electron  berinteraksi dengan atom  –   atom yang

    membuat sampel menghasilkan sinyal yang memberikan informasi mengenai

     permukaan topografi sampel, komposisi dan sifat  –   sifat lainnya seperti

    konduktivitas listrik (Anita, 2012).

    SEM dapat mengamati struktur maupun bentuk permukaan yang

     berskalah lebih halus, Dilengkapi Dengan EDS ( Electron Dispersive X ray

    Spectroscopy) dan Dapat mendeteksi unsur-unsur dalam material. Juga

    Permukaan yang diamati harus penghantar electron. Elektron memiliki

    resolusi yang lebih tinggi daripada cahaya. Cahaya hanya mampu mencapai

    200 nm sedangkan elektron bisa mencapai resolusi sampai 0,1  –   0,2 nm

    (Anita,2012). Dibawah ini diberikan perbandingan hasil gambar mikroskop

    cahaya dengan elektron.

  • 8/18/2019 BAB II Lempung.pdf

    30/44

    35

    Gambar 2.10 perbesaran semSumber : http://anita-widynugroho.blogspot.com

    Disamping itu dengan menggunakan elektron kita juga bisa

    mendapatkan beberapa jenis pantulan yang berguna untuk keperluan

    karakterisasi. Jika elektron mengenai suatu benda maka akan timbul dua jenis

     pantulan yaitu pantulan elastis dan pantulan non elastis.

    Pantulan sinar SEM tersebut seperti pada gambar dibawah ini.

    Gambar 2.11 pantulan sinar pada semSumber : http://anita-widynugroho.blogspot.com

    http://anita-widynugroho.blogspot.com/http://anita-widynugroho.blogspot.com/

  • 8/18/2019 BAB II Lempung.pdf

    31/44

    36

    Pada sebuah mikroskop elektron (SEM) terdapat beberapa peralatan

    utama antara lain:

    1.  Pistol elektron, biasanya berupa filamen yang terbuat dari unsur yang

    mudah melepas elektron misal tungsten.

    2.  Lensa untuk elektron, berupa lensa magnetis karena elektron yang

     bermuatan negatif dapat dibelokkan oleh medan magnet.

    3.  Sistem vakum, karena elektron sangat kecil dan ringan maka jika ada

    molekul udara yang lain elektron yang berjalan menuju sasaran akan

    terpencar oleh tumbukan sebelum mengenai sasaran sehingga

    menghilangkan molekul udara menjadi sangat penting.

    SEM mempunyai depth of field   yang besar, yang dapat memfokus

     jumlah sampel yang lebih banyak pada satu waktu dan menghasilkan

     bayangan yang baik dari sampel tiga dimensi. SEM juga menghasilkan

     bayangan dengan resolusi tinggi, yang berarti mendekati bayangan yang

    dapat diuji dengan perbesaran tinggi. Kombinasinya adalah perbesaran yang

    lebih tinggi, dark field , resolusi yang lebih besar, dan komposisi serta

    informasi kristallografi. Sem terdiri dari electron optic columb  dan electron

    console. sampel sem ditempatkan pada  specimen chamber   di dalam electron 

    optic colomb dengan tingkat kevakuman yang tinggi yaitu sekitar 2 x 10-6

    Trorr . Sinar electron yang dihasilkan dari electron gun akan dialirkan hingga

    mengenai sampel. Aliran sinar electron ini akan melewati optic columb yang

     berfungsi untuk memfokuskan sinar electron hingga mengenai sampel

    tersebut (Yudi Prasetyo,2011).

    Pada pengambilan data dengan alat SEM-EDX, sampel bubuk yang

    telah diletakkan di atas  specimen holder   dimasukkan kedalam  specimen

    chamber , kemudian dimasukkan dalam alat SEM-EDX dan alat siap untuk

    dioperasikan. Dalam pengukuran SEM – EDX untuk setiap sampel dianalisis

    dengan menggunakan analisis area. Sinar electron yang di hasilkan dari area

    gun dialirkan hingga mengenai sampel. Aliran sinar electron ini selanjutnya

    di fokuskan menggunakan electron optic columb  sebelum sinar electron 

  • 8/18/2019 BAB II Lempung.pdf

    32/44

    37

    tersebut membentuk atau mengenai sampel. Setelah sinar electron

    membentuk sampel, akan terjadi beberapa interaksi  –   interaksi pada sampel

    yang disinari. Interaksi  –   interaksi yang terjadi tersebut selanjutnya akan

    dideteksi dan di ubah ke dalam sebuah gambar oleh analisis SEM dan juga

    dalam bentuk grafik oleh analisis EDX (Yudi Prasetyo,2011)..

    Pada pengukuran SEM  – EDX untuk setiap sampel dilakukan Pada

    kondisi yang sama yaitu dengan menggunakan alat SEM  –  EDX tipe JEOL

    JSM-6360LA yang memiliki beda tegangan sebesar 20 kv dan arus sebesar 30

    mA. Pada pengukuran SEM-EDX setiap sampel digunakan dengan

    menggunakan analisis area. Sinar Electron yang dihasilkan dari electron gun 

    dialirkan hingga mengenai  specimen  sampel aliran sinar electron  ini

    selanjutnya difokuskan menggunakan electron optic colum, sebelum sinar

    electron mengenai sampel. Setelah sinar electron mengenai sampel maka

    akan terjadi interaksi pada sampel yang disinari. Interksi  –   interaksi yang

    terjadi tersebut slanjutnya akan dideteksi dan diubah kedalam sebuah gambar

    oleh analisis SEM dan juga dalam bentuk Grafik oleh Analisis EDX (Yudi

    Prasetyo,2011)..

    Hasil analisa atau keluaran dari analisis SEM-EDX yaitu berupa

    gambar struktur permukaan dari setiap sampel dengan karakeristik gambar 3-

    D serta grafik hubungan antara energi( keV) pada sumbu horizontal dengan

    cecahan pada sumbu pertikal dari keluran ini dapat diketahui unsur  –   unsur

    atau mineral yang terkandung di dalam sampel tersebut, yang mana

    keberadaan unsur atau mineral tersebut dapat ditentukan atau diketahui

     berdasarkan nilai energi yang dihasilkan pada saat penembakan sinar electron

     primer pada sampel (Yudi Prasetyo,2011). .

    2.4.2  Prinsip dan Proses Kerja Scanni ng E lectron M icroscopy  (SEM) 

    SEM menggunakan prinsip  scanning   yaitu berkas elektron diarahkan

     pada titik permukaan spesimen. Gerakan elektron diarahkan dari satu titik ke

    titik lain pada permukaan spesimen. Jika seberkas sinar elektron ditembakkan

     pada permukaan spesimen maka sebagian dari elektron itu akan dipantulkan

  • 8/18/2019 BAB II Lempung.pdf

    33/44

    38

    kembali dan sebagian lagi diteruskan. Jika permukaan spesimen tidak merata,

     banyak lekukan, lipatan atau lubang-lubang, maka tiap bagian permukaan itu

    akan memantulkan elektron dengan jumlah dan arah yang berbeda dan

    kemudian akan ditangkap oleh detektor dan akan diteruskan ke sistem layar.

    Hasil yang diperoleh merupakan gambaran yang jelas dari permukaan

    spesimen dalam bentuk tiga dimensi. Dalam penelitian morfologi permukaan

    dengan menggunakan SEM, pemakaiannya sangat terbatas tetapi memberikan

    informasi yang bermanfaat mengenai topologi permukaan dengan resolusi

    sekitar 100 Å (Stevens, 2001). 

    SEM memiliki perbesaran 10  –   3000000x, depth of field   4  –   0.4 mm

    dan resolusi sebesar 1 –  10 nm. Kombinasi dari perbesaran yang tinggi, depth

    of field   yang besar, resolusi yang baik, kemampuan untuk mengetahui

    komposisi dan informasi kristalografi membuat SEM banyak digunakan

    untuk keperluan penelitian dan industri (Yudi Prasetyo, 2011). Menurut Yudi

    Adapun fungsi utama dari SEM antara lain dapat digunakan untuk

    mengetahui informasi-informasi mengenai:

    Topografi, yaitu ciri-ciri permukaan dan teksturnya (kekerasan, sifat

    memantulkan cahaya, dan sebagainya).

    -  Morfologi, yaitu bentuk dan ukuran dari partikel penyusun objek

    (kekuatan, cacat pada Integrated Circuit (IC) dan chip, dan sebagainya).

    -  Komposisi, yaitu data kuantitatif unsur dan senyawa yang terkandung di

    dalam objek (titik lebur, kereaktifan, kekerasan, dan sebagainya).

    -  Informasi kristalografi, yaitu informasi mengenai bagaimana susunan

    dari butir-butir di dalam objek yang diamati (konduktifitas, sifat elektrik,

    kekuatan, dan sebagainya).

    Prinsip kerja SEM yaitu bermula dari electron beam yang dihasilkan oleh

    sebuah filamen pada electron   gun. Pada umumnya electron gun yang

    digunakan adalah tungsten hairpin gun dengan filamen berupa lilitan tungsten 

    yang berfungsi sebagai katoda. Tegangan diberikan kepada lilitan yang

    mengakibatkan terjadinya pemanasan. Anoda kemudian akan membentuk

  • 8/18/2019 BAB II Lempung.pdf

    34/44

    39

    gaya yang dapat menarik elektron melaju menuju ke anoda.Kemudian

    electron beam  difokuskan ke suatu titik pada permukaan sampel dengan

    menggunakan dua buah condenser lens. Condenser lens  kedua (atau biasa

    disebut dengan lensa objektif) memfokuskan beam  dengan diameter yang

    sangat kecil, yaitu sekitar 10-20 nm. Hamburan elektron, baik Secondary

     Electron (SE)  atau  Back Scattered Electron (BSE)  dari permukaan sampel

    akan dideteksi oleh detektor dan dimunculkan dalam bentuk gambar pada

    layar CRT (Yudi Prasetyo,2011).

    SEM memiliki beberapa detektor yang berfungsi untuk menangkap

    hamburan elektron dan memberikan informasi yang berbeda-beda (Yudi

    Prasetyo,2011). Detektor-detektor tersebut antara lain:

    -  Detektor EDX, yang berfungsi untuk menangkap informasi mengenai

    komposisi sampel pada skala mikro.

    -   Backscatter detector , yang berfungsi untuk menangkap informasi

    mengenai nomor atom dan topografi.

    -  Secondary detector , yang berfungsi untuk menangkap informasi

    mengenai topografi.

    Pada SEM (Yudi Prasetyo,2011) terdapat sistem vakum pada electron-optical

    column dan sample chamber  yang bertujuan antara lain:

    -  Menghilangkan efek pergerakan elektron yang tidak beraturan karena

    adanya molekul gas pada lingkungan tersebut, yang dapat mengakibatkan

     penurunan intensitas dan stabilitas.

    Meminimalisasi gas yang dapat bereaksi dengan sampel atau mengendap

     pada sampel, baik gas yang berasal dari sampel atau pun mikroskop.

    Karena apabila hal tersebut terjadi, maka akan menurunkan kontras dan

    membuat gelap detail pada gambar.

    Semua sumber elektron membutuhkan lingkungan yang vakum untuk

     beroperasi.

  • 8/18/2019 BAB II Lempung.pdf

    35/44

    40

    Prinsip scanning electron microscopy (Maranatha,2008) yaitu :

    1.  Sebuah pistol elektron memproduksi sinar elektron dan dipercepat

    dengan anoda.

    2.  Lensa magnetik memfokuskan elektron menuju ke sampel.

    3.  Sinar elektron yang terfokus memindai ( scan) keseluruhan sampel

    dengan diarahkan oleh koil pemindai.

    4.  Ketika elektron mengenai sampel maka sampel akan mengeluarkan

    elektron baru yang akan diterima oleh detektor dan dikirim ke monitor.

    Secara lengkap skema SEM dijelaskan oleh gambar dibawah ini:

    gambar 2.12 prinsip kerja sem(sumber: (http://www.purdue.edu/rem/rs/sem.html)

    Menurut Maranatha ada beberapa sinyal yang penting yang dihasilkan

    oleh SEM. Dari pantulan inelastis didapatkan sinyal elektron sekunder dan

    karakteristik sinar X sedangkan dari pantulan elastis didapatkan sinyal

     backscattered electron.

    http://www.purdue.edu/rem/rs/sem.htmhttp://www.purdue.edu/rem/rs/sem.htm

  • 8/18/2019 BAB II Lempung.pdf

    36/44

    41

    Sinyal -sinyal tersebut dijelaskan pada gambar dibawah ini.

    Gambar 2.13  signal backscattered(sumber : iastate.edu)

    Perbedaan gambar dari sinyal elektron sekunder dengan backscattered  

    adalah elektron sekunder menghasilkan topografi dari benda yang dianalisa

    dan permukaan yang tinggi berwarna lebih cerah dari permukaan rendah.

    Sedangkan backscattered  elektron memberikan perbedaan berat molekul dari

    atom  –  atom yang menyusun permukaan atom dengan berat molekul tinggi

    akan berwarna lebih cerah daripada atom dengan berat molekul rendah(Munawirul,2011). Contoh perbandingan gambar dari kedua sinyal ini

    disajikan pada gambar dibawah ini.

    Gambar 2.14 perbadingan backscattered dan secondary electrons

    Sumber : http://anita-widynugroho.blogspot.com

  • 8/18/2019 BAB II Lempung.pdf

    37/44

    42

    Mekanisme kontras dari elektron sekunder dijelaskan dengan gambar

    dibawah ini. Permukaan yang tinggi akan lebih banyak melepaskan elektron

    dan menghasilkan gambar yang lebih cerah dibandingkan permukaan yang

    rendah atau datar (Munawirul,2011).

    Gambar 2.15 mekanisme kontras secondary electronsSumber : Munawirul, Scanning Electron Microscope & Energy dispersive X-ray

    Spectroscopy (SEM-EDS) 2011

    Sedangkan mekasime kontras dari backscattered   elektron dijelaskan

    dengan gambar dibawah ini yang secara prinsip atom  –  atom dengan densitas

    atau berat molekul lebih besar akan memantulkan lebih banyak elektron

    sehingga tampak lebih cerah dari atom berdensitas rendah. Maka teknik ini

    sangat berguna untuk membedakan jenis atom (Munawirul,2011).

    Gambar 2.16 mekanisme kontras backscattered

    Sumber : Munawirul, Scanning Electron Microscope & Energy dispersive X-ray

    Spectroscopy (SEM-EDS) 2011

  • 8/18/2019 BAB II Lempung.pdf

    38/44

    43

     Namun untuk mengenali jenis atom dipermukaan yang mengandung

    multi atom para peneliti lebih banyak mengunakan teknik EDS ( Energi

     Dispersive Spectroscopy). Sebagian besar alat SEM dilengkapi dengan

    kemampuan ini, namun tidak semua SEM punya fitur ini. EDS dihasilkan dari

    Sinar X yaitu dengan menembakkan sinar X pada posisi yang ingin kita

    ketahui komposisinya. Maka setelah ditembakkan pada posisi yang

    diinginkan maka akan muncul puncak –  puncak tertentu yang mewakili suatu

    unsur yang terkandung. Dengan EDS kita juga bisa membuat elemental

    mapping  (pemetaan elemen) dengan memberikan warna berbeda  –  beda dari

    masing  –   masing elemen di permukaan bahan. EDS bisa digunakan untuk

    menganalisa secara kuantitatif dari persentasi masing  –   masing elemen

    (Munawirul,2011).

    Contoh dari aplikasi EDS digambarkan pada diagram dibawah ini.

    Gambar 2.17 aplikasi EDS

    (sumber: umich.edu)

  • 8/18/2019 BAB II Lempung.pdf

    39/44

    44

    Gambar 2.18 perbesaran apliaksi EDS

    (Sumber: http//www.material cerdas Indonesia.com )

    Cara kerja SEM yaitu sebuah elektron diemisikan dari katoda tungsten 

    dan diarahkan ke suatu anoda. Tungsten digunakan karena mempunyai titik

    lebur yang paling tinggi dan tekanan uap paling rendah dari semua jenis

    logam, sehingga dapat dipanaskan untuk keperluan pemancaran elektron.

    Berkas elektron yang memiliki beberapa ratus eV dipusatkan oleh satu atau

    dua lensa kondeser kedalam suatu berkas cahaya dengan spot 1 nm sampai 5

    nm. Berkas cahaya dipancarkan melalui sepasang coil scan pada lensa

    obyektif yang dapat membelokkan berkas cahaya secara horizontal dan

    vertikal sehingga membentuk daerah permukaan sampel persegi

    empat.(Bambang,2011).

    Ketika berkas elektron utama saling berinteraksi dengan sampel, maka

    elektron kehilangan energi oleh penyebaran berulang dan penyerapan dengan

    setetes volume spesimen yang dikenal sebagai volume interaksi yang meluas

    kurang dari 100 nm sampai sekitar 5 nm pada permukaan. Ukuran dari

    volume interaksi tergantung pada berkas cahaya yang mempercepat tegangan,

    nomor atom spesimen dan kepadata spesimen. Energi berubah diantara berkas

    elektron dan hasil sampel hasil pada emisi elektron dan sampel hasil pada

    emisi elektron dan radiasi elektromagnet yang dapat dideteksi untuk

    menghasilkan suatu gambar (Bambang,2011).

  • 8/18/2019 BAB II Lempung.pdf

    40/44

    45

    Untuk Persiapan material yang akan dianalisa cukup sederhana.

    Khususnya untuk bahan  –  bahan yang bersifat konduktor maka hanya perlu

    dilekatkan pada sample holder yang terbuat dari logam. Biasanya pemegang

    sampel ini dapat dipakai untuk menempatkan 4 sampel berbeda sekaligus

    sehingga ketika menganalisa tidak perlu setiap akan ganti sampel membuka-

    tutup SEM.. Biasanya sampel dilekatkan dengan bantuan selotip karbon.

    Contoh dari selotip karbon adalah seperti pada gambar 2.19 dibawah ini.

    Gambar 2.19 isolatip carbonSumber: Laboratorium Teknik Kimia (POLSRI) 2015

    Adapun Gambar dari sampel holder yang telah ditempel selotip dan

    diberi serbuk yang akan dianalisa dapat dilihat pada Gambar 2.20.

    Gambar2.20 Sampel holder + isolatip+sampelSumber: Laboratorium Teknik Kimia (POLSRI) 2015

  • 8/18/2019 BAB II Lempung.pdf

    41/44

    46

    Untuk sampel berupa serbuk. Setelah ditempel selotip karbon maka

    serbuk ditebarkan pada permukaan selotip dan sisa serbuk yang tidak dapat

    menempel harus dibersihkan sehingga tidak menganggu alat vakum (dush off )

    dalam SEM ketika analisa. Disamping ini adalah gambar dari sampel holder

    yang telah ditempel selotip dan diberi serbuk yang akan dianalisa. SEM

    mempunyai depth of field   yang besar, yang dapat memfokus jumlah sampel

    yang lebih banyak pada satu waktu dan menghasilkan bayangan yang baik

    dari sampel tiga dimensi. SEM juga menghasilkan bayangan dengan resolusi

    tinggi, yang berarti mendekati bayangan yang dapat diuji dengan perbesaran

    tinggi. Kombinasi perbesaran yang lebih tinggi, dark field , resolusi yang lebih

     besar, dan komposisi serta informasi kristallografi membuat SEM merupakan

    satu dari peralatan yang paling banyak digunakan dalam penelitian, R&D

    industri khususnya industri semiconductor (Bambang,2011).

    keunggulan SEM (Bambang,2011) adalah sebagai berikut:

    1.  Daya pisah tinggi

    Dapat Ditinjau dari jalannya berkas media, SEM dapat digolongkan

    dengan optik metalurgi yang menggunakan prinsip refleksi, yang diarti

    sebagai permukaan spesimen yang memantulkan berkas media.

    2.  Menampilkan data permukaan spesimen

    Teknik SEM pada hakekatnya merupakan pemeriksaan dan analisis

     permukaan. Data atau tampilan yang diperoleh adalah data dari permukaan

    atau lapisan yang tebalnya sekitar 20 mikro meter dari permukaan. Sinyal

    lain yang penting adalah back scattered   elektron yang intensitasnya

     bergantung pada nomor atom, yang unsurnya menyatakn permukaan

    spesimen. Dengan cara ini diperoleh gambar yang menyatakan perbedaan

    unsur kimia yang lebih tinggi pada nomor atomnya. Kemampuannya yang

     beragam membuat SEM popular dan luas penggunaannya, tidak hanya

    dibidang material melainkn juga dibidang biologi, pertanian, kedokteran,

    elektronika, mikroelektronika dan lain-lain.

  • 8/18/2019 BAB II Lempung.pdf

    42/44

    47

    3.  Kemudahan penyiapan sampel

    Spesimen untuk SEM dapat berupa material yang cukup tebal, oleh karena

    itu penyiapannya sangat mudah. Untuk pemeriksaan permukaan patahan

    (fraktografi), permukaan diusahakan tetap seperti apa adanya, namun

     bersih dari kotoran, misalnya debu dan minyak. Permukaan spesimen

    harus bersifat konduktif. Oleh karena itu permukaan spesimen harus bersih

    dari kotoran dan tidak terkontaminasi oleh keringat.

    Sedangkan kelemahan dari teknik SEM antara lain:

    a.  Memerlukan kondisi vakum.

     b.  Hanya menganalisa permukaan.

    c.  Resolusi lebih rendah dari TEM.

    d.  Sampel harus bahan yang konduktif, jika tidak konduktor maka perlu

    dilapis logam seperti emas.

    2.4.3  Komponen Utama SEM

    SEM memiliki beberapa peralatan utama (Anita,2012) , antara lain:

    1. Penembak elektron (electron gun ) 

    Ada tiga jenis atau tipe dari electron gun yaitu :

    a) Termal

    Pada jenis ini, energi luar yang masuk ke bahan dalam bentuk energi

     panas. Energi panas ini diubah menjadi energi kinetik. Semakin besar panas

    yang diterima bahan maka akan semakin besar pula kenaikan energi kinetik

    yang terjadi pada electron. Pada situasi inilah akan terdapat elektron yang

     pada ahirnya terlepas keluarmelalui permukaan bahan. Bahan yang digunakan

    sebagai sumber elektron disebut sebagai emiter   atau lebih sering disebut

    katoda. Sedangkan bahan yangmenerima elektron disebut sebagai anoda.

    Dalam konteks tabung hampa (vacuum tube) anoda lebih sering disebut

    sebagai plate.

  • 8/18/2019 BAB II Lempung.pdf

    43/44

    48

    Dalam proses emisi termal dikenal dua macam jenis katoda yaitu :

    1) Katoda panas langsung ( Direct Heated Cathode, disingkat DHC)

    2) Katoda panas tak langsung ( Indirect Heated Cathode, disingkat IHC)

     b) Tungsten Filamen

    Material ini adalah material yang pertama kali digunakan orang untuk

    membuatkatode. Tungsten memiliki dua kelebihan untuk digunakan sebagai

    katoda yaitumemiliki ketahanan mekanik dan juga titik lebur yang tinggi

    (sekitar 3400 oC), sehingga tungsten banyak digunakan untuk aplikasi khas

    yaitu tabung XRay yang bekerja pada tegangan sekitar 5000 V dan suhu

    tinggi. Akan tetapiuntuk aplikasi yang umum terutama untuk aplikasi Tabung

    Audio dimana tegangankerja dan temperature tidak terlalu tinggi maka

    tungsten bukan material yang ideal,hal ini disebabkan karena tungsten

    memilik fungsi kerja yang tinggi (4,52 eV) danjuga temperature kerja optimal

    yang cukup tinggi (sekitar 2200 oC).

    c)  Field emission 

    Pada emisi jenis ini yang menjadi penyebab lepasnya elektron dari

     bahan ialahadanya gaya tarik medan listrik luar yang diberikan pada bahan.

    Pada katoda yangdigunakan pada proses emisi ini dikenakan medan listrik

    yang cukup besarsehingga tarikan yang terjadi dari medan listrik pada

    elektron menyebabkanelektron memiliki energi yang cukup untuk lompat

    keluar dari permukaan katoda.Emisi medan listrik adalah salah satu emisi

    utama yang terjadi pada vacuum tubeselain emisi thermionic.

    Jenis katoda yang digunakan diantaranya adalah :

    - Cold Field Emission

    - Schottky Field Emission Gun

    2. Lensa Magnetik  

    Lensa magnetik yang digunakan yaitu dua buah condenser lens.

    Condenser lens  kedua (atau biasa disebut dengan lensa objektif)

    memfokuskan electron dengan diameter yang sangat kecil, yaitu sekitar 10-20

    nm.

  • 8/18/2019 BAB II Lempung.pdf

    44/44

    49

    3. Detektor 

    SEM memiliki beberapa detektor yang berfungsi untuk menangkap hamburan

    elektron dan memberikan informasi yang berbeda-beda.

    Detektor-detektor tersebut antara lain:

    -  Backscatter detector , yang berfungsi untuk menangkap informasi

    mengenai nomor atom dan topografi.

    - Secondary detector , yang berfungsi untuk menangkap informasi

    mengenai topografi (Prasetyo, 2011).

    4. Sample Holder  

    Untuk meletakkan sampel yang akan dianalisis dengan SEM.

    5. Monitor CRT (Cathode Ray Tube ) 

    Di layar CRT inilah gambar struktur obyek yang sudah diperbesar

    dapat dilihat.

    a) Topografi, yaitu ciri-ciri permukaan dan teksturnya (kekerasan, sifat

    memantulkan cahaya, dan sebagainya).

     b) Morfologi, yaitu bentuk dan ukuran dari partikel penyusun objek

    (kekuatan, cacat pada Integrated Circuit (IC) dan chip, dan sebagainya).

    c) Komposisi, yaitu data kuantitatif unsur dan senyawa yang terkandung di

    dalam objek (titik lebur, kereaktifan, kekerasan, dan sebagainya).

    d) Informasi kristalografi, yaitu informasi mengenai bagaimana susunan

    dari butir-butir di dalam objek yang diamati (konduktifitas, sifat elektrik,

    kekuatan, dan sebagainya). (Prasetyo, 2011).

    Jenis sampel yang dapat dianalisa: sampel biologi atau material padat.

    Aplikasi (analisa sampel):

    1.  Sampel Padat: logam, bubuk kimia, kristal, polymers, plastik, keramik,

    fosil, butiran, karbon, campuran partikel logam, sampel Arkeologi.

    2.  Sampel Biologi: sel darah, produk bakteri, fungal, ganggang, benalu dan

    cacing. Jaringan binatang, manusia dan tumbuhan.

    3.  Sampel Padatan Biologi: contoh profesi dokter gigi, tulang, fosil dan