bab ii landasan teori ii.1. auditing - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2009-2-00526-ak...

27
8 BAB II LANDASAN TEORI II.1. Auditing II.1.1. Pengertian Audit Sebelum memahami audit operasional yang akan dibahas pada skripsi ini, terlebih dahulu diperlukan pemahaman tentang auditing. Berikut ini akan diuraikan beberapa definisi mengenai pengertian auditing yang dikemukakan oleh beberapa ahli : 1. Agoes. S (2004) mendefinisikan auditing sebagai “Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis oleh pihak independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya dengan tujuan untuk memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut”. (h.2). 2. Arens dan Loebbecke yang diterjemahkan oleh Jusuf A.A. (2003) mendefinisikan auditing sebagai “suatu proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu satuan usaha yang dilaksanakan oleh seorang yang kompeten dan independent untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi dimaksud dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Auditing dilakukan oleh seorang yang berkompeten dan independen”. (h.1). 3. Mulyadi (2002) mendefinisikan auditing sebagai “Suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pertanyaan-pertanyaan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan tersebut dengan kriteria

Upload: phungkhanh

Post on 10-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Auditing - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00526-AK Bab 2.pdfpertanyaan-pertanyaan tentang kegiatan dan ... Audit laporan keuangan

8

BAB II

LANDASAN TEORI

II.1. Auditing

II.1.1. Pengertian Audit

Sebelum memahami audit operasional yang akan dibahas pada skripsi ini,

terlebih dahulu diperlukan pemahaman tentang auditing. Berikut ini akan diuraikan

beberapa definisi mengenai pengertian auditing yang dikemukakan oleh beberapa ahli :

1. Agoes. S (2004) mendefinisikan auditing sebagai “Suatu pemeriksaan yang

dilakukan secara kritis dan sistematis oleh pihak independen, terhadap laporan

keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan

pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya dengan tujuan untuk memberikan

pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut”. (h.2).

2. Arens dan Loebbecke yang diterjemahkan oleh Jusuf A.A. (2003)

mendefinisikan auditing sebagai “suatu proses pengumpulan dan

pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai

suatu satuan usaha yang dilaksanakan oleh seorang yang kompeten dan

independent untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi

dimaksud dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Auditing dilakukan oleh

seorang yang berkompeten dan independen”. (h.1).

3. Mulyadi (2002) mendefinisikan auditing sebagai “Suatu proses yang sistematis

untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai

pertanyaan-pertanyaan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi dengan tujuan

untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan tersebut dengan kriteria

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Auditing - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00526-AK Bab 2.pdfpertanyaan-pertanyaan tentang kegiatan dan ... Audit laporan keuangan

9

yang telah ditetapkan, serta menyampaikan hasil-hasilnya kepada pemakai yang

berkepentingan”. (h.9).

Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa auditing adalah suatu proses

pengumpulan dan pengevaluasian data-data atau bukti-bukti tentang informasi

mengenai kejadian ekonomi yang dilakukan oleh seorang atau lebih independen serta

yang berkompeten untuk menentukan objektivitas dan keandalan informasi yang

disampaikan oleh manajemen.

II.1.2. Tujuan Audit

Mengacu pada Arens dan Loebbecke tujuan audit adalah :

1. Eksistensi

Tujuan ini menyangkut apakah semua angka-angka yang dimasukkan dalam laporan

keuangan memang seharusnya dimasukkan dan bagaimana auditor untuk memenuhi

asersi manajemen mengenai keberadaan atau keterjadian.

2. Kelengkapan

Tujuan ini menyangkut apakah semua angka-angka yang seharusnya dimasukkan

memang diikutsertakan secara lengkap sesuai dengan asersi manajemen.

3. Akurasi

Tujuan ini mengacu ke jumlah yang dimasukkan dengan jumlah yang benar. Asersi

yang memenuhi adalah asersi penilaian atau alokasi

4. Klasifikasi

Tujuan untuk menunjukkan apakah setiap pos dalam daftar klien telah dimasukkan

dalam akun yang telah diklasifikasikan dengan tepat.

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Auditing - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00526-AK Bab 2.pdfpertanyaan-pertanyaan tentang kegiatan dan ... Audit laporan keuangan

10

5. Penyajian dan pengungkapan adalah saldo perkiraan dan persyaratan

pengungkapan yang berkaitan telah disajikan dengan pantas dalam laporan

keuangan. Tujuan ini merupakan cara auditor untuk memenuhi asersi

manajemen mengenai penyajian dan pengungkapan.

II.1.3. Jenis-Jenis Audit

Menurut Arens dan Loebbecke yang diterjemahkan oleh Jusuf A.A. (2003), jenis-jenis

audit terbagi menjadi 3 yaitu:

1. Audit Laporan Keuangan (Financial Audit).

Audit laporan keuangan bertujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan

secara keseluruhan yang merupakan informasi terukur yang akan diverifikasi telah

disajikan sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu. Umumnya, kriteria-kriteria itu

adalah prinsip akuntansi yang berlaku umum. Asumsi dasar dari suatu audit laporan

keuangan adalah bahwa laporan tersebut akan dimanfaatkan kelompok-kelompok

berbeda untuk maksud berbeda.

2. Audit Operasional (Operational Audit).

Yaitu penelaahan atas bagian manapun dari prosedur dan metode operasi suatu

organisasi untuk menilai efisiensi, efektifitas, dan ekonomis. Efisiensi, efektifitas

dan ekonomis opersi suatu organisasi jauh lebih sulit pengevaluasiannya secara

obyektif dibandingkan dengan penerapan dan penyajian laporan keuangan sesuai

dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Kriteria yang digunakan untuk

evaluasi informasi terukur dalam audit operasional cendrung subyektif. Pada

prakteknya, audit operasional cenderung memberikan saran perbaikan prestasi kerja

dibandingkan melaporkan keberhasilan kerja yang sekarang.

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Auditing - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00526-AK Bab 2.pdfpertanyaan-pertanyaan tentang kegiatan dan ... Audit laporan keuangan

11

3. Audit Ketaatan (Compliance Audit).

Yaitu audit yang bertujuan untuk mempertimbangkan apakah klien telah mengikuti

prosedur atau aturan tertentu yang telah ditetapkan pihak yang memiliki otoritas

lebih tinggi. Hasil audit ketaatan umumnya dilaporkan kepada pihak yang

berwenang membuat kriteria. Audit ketaatan banyak dijumpai di dalam pemerintah.

Oleh sebab itu, sebagian besar dari pekerjaan pemeriksaan ketaatan dilakukan oleh

internal auditor. Tapi bisa juga dilakukan mendapatkan kepastian bahwa seluruh

individu yang berda di dalam perusahaan telah mematuhi semua prosedur dan

peraturan yang telah ditetapkan.

4. Audit Spesial (Special Audit).

Yaitu audit yang bertujuan untuk menentukan apakah kegiatan yang dilaksanakan

ada terjadi penyelewengan atau tindak pidana korupsi. Kepolisian dan kejaksaan

sesuai dengan Undang-undang yang mengatur dari lembaga-lembaga ini,

mempunyai kewenangan untuk menangani terhadap suatu kasus Tindak Pidana

Korupsi (TPK). (h.4).

II.2. Audit Operasional

II.2.1. Pengertian Audit Operasional

Menurut Agoes (2004) mendefinisikan, “Audit operasional adalah suatu

pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan, termasuk kebijakan akunting

dan kebijakan operasional yang telah ditentukan oleh manajemen, untuk mengetahui

apakah kegiatan operasi tersebut seudah dilakukan secara efektif, efisien dan

ekonomis”. (h.175).

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Auditing - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00526-AK Bab 2.pdfpertanyaan-pertanyaan tentang kegiatan dan ... Audit laporan keuangan

12

Menurut Arens dan Loebbecke yang diterjemahkan oleh Jusuf, A.A. (2003)

mendefinisikan, “Audit operasional adalah penelaahan atas bagian manapun dari

prosedur dan metode operasi suatu organisasi untuk menilai efisiensi dan

efektivitasnya. Pada umumnya, auditor akan memberikan sejumlah saran kepada

manajemen untuk memperbaiki jalannya operasi perusahaan”. (h.4).

Menurut Boynton, Johnson dan Kell yang diterjemahkan oleh Budi, I.S.,

Wibowo, H. (2003) mendefinisikan, “Audit operasional adalah suatu proses sistematis

yang mengevaluasi efektifitas, efisiensi, dan ekonomis operasi organisasi yang berada

dalam pengendalian manajemen serta melaporkan kepada orang-orang yang tepat hasil

evaluasi tersebut beserta rekomendasi perbaikan”. (h.498).

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa audit operasional adalah salah

satu jenis pemeriksaan yang dilakukan atas proses operasi perusahaan oleh orang yang

independen, misalnya bagian suatu kegiatan dilaksanakan, bagian prosedur

pelaksanaan, termasuk jalannya arus pelaksanaan dari suatu sub kegiatan ke sub

kegiatan yang lain, sampai seluruh kegiatan selesai dilaksanakan.

Pengertian efisiensi, efektifitas dan ekonomis menurut James AF. Stoner,

R.Edward Freemon, Daniel R Gilbert Jr adalah :

1. Efisiensi

Kemampuan untuk meminimalkan penggunaan sumber daya dalam

mencapai tujuan organisasi (melakukan dengan tepat).

2. Efektifitas

Kemampuan untuk menentukan tujuan yang memadai.

3. Ekonomis

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Auditing - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00526-AK Bab 2.pdfpertanyaan-pertanyaan tentang kegiatan dan ... Audit laporan keuangan

13

Konsep kehematan berhubungan dengan meminimalkan biaya dari sumber

daya yang digunakan untuk suatu kegiatan untuk memperhatikan pada

kualitas yang tepat dan juga berhubungan dengan cara berbagai sumber daya

disediakan.

II.2.2. Tujuan Audit Operasional

Menurut Agoes, S. (2004) tujuan dilakukannya audit operasional adalah sebagi

berikut:

1. Untuk menilai kinerja dari manajemen dan berbagai fungsi dalam perusahaan.

2. Untuk menilai apakah berbagai sumber daya (manusia, mesin, dana, harta

lainnya) yang dimiliki perusahaan telah digunakan secara efisien dan ekonomis.

3. Untuk menilai efektifitas perusahaan dalam mencapai tujuan (objective) yang

telah ditetapkan top management.

4. Memastikan ketaatan terhadap kebijakan manajerial yang telah ditetapkan,

rencana-rencana prosedur serta persyaratan peraturan pemerintah.

5. Mengidentifikasi area masalah potensial pada tahap dini untuk menentukan

tindakan pencegahan yang akan diambil.

6. untuk memberikan rekomendasi-rekomendasi kepada top mangement untuk

memperbaiki kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam penerapan struktur

pengendalian intern, sistem pengendalian manajemen dan prosedur operasional

perusahaan dalam rangka meningkatkan efisiensi, keekonomisan dan

keefektivitas dari kegiatan perusahaan. (h.175).

Pada umumnya, tujuan audit operasional untuk memeriksa apakah suatu fungsi

dalam perusahaan telah dilaksanakan dengan efisien, efektif, dan ekonomis serta

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Auditing - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00526-AK Bab 2.pdfpertanyaan-pertanyaan tentang kegiatan dan ... Audit laporan keuangan

14

memberikan saran untuk memperbaiki fungsi tersebut. Audit operasional dapat

meningkatkan kinerja perusahaan dan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan

keputusan dalam suatu perusahaan.

II.2.3. Ruang Lingkup Audit Operasional

Tunggal, A.W. (2001) menyatakan bahwa audit operasional dibatasi oleh

beberapa hal sebagai berikut:

1. Waktu – berkaitan dengan kekomprehensifan audit.

2. Pengetahuan – auditor hanya akan sensitif terhadap masalah-masalah yang

sesuai dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman yang dimiliki saja.

3. Biaya dan data.

4. Standar – bidang yang berada diluar standar atau kriteria keefektifan adalah

diluar ruang lingkup audit operasional.

5. Orang – auditor tidak boleh menyinggung soal ketidakmampuan seseorang

dalam melakukan fungsinya, tetapi hanya boleh menunjukkan bahwa suatu

pekerjaan atau tugas dilaksanakan dengan tidak efektif.

6. Entitas audit – pembatasan audit operasional pada suatu fungsi tertentu atau unit

dalam beberapa hal menyampaikan aspek-aspek yang mempengaruhi entitas

audit, tetapi aspek-aspek tersebut berada dalam lingkup suatu fungsi atau unit

lain. (h.74).

II.2.4. Manfaat Audit Operasional

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Auditing - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00526-AK Bab 2.pdfpertanyaan-pertanyaan tentang kegiatan dan ... Audit laporan keuangan

15

Audit Opersional sama pentingnya dengan audit finansial, karena kedua

pemeriksaan ini memiliki manfaat masing-masing bagi organisasi perusahaan. Manfaat

audit operasional menurut Tunggal (2001) adalah sebagai berikut :

1. Memberi informasi operasi yang relevan dan tepat waktu untuk pengambilan

keputusan.

2. Membantu manajemen dalam mengevaluasi catatan, laporan-laporan dan

pengendalian.

3. Memastikan ketaatan terhadap ketaatan manajerial yang ditetapkan, rencana-

rencana, prosedur serta persyaratan peraturan pemerintah.

4. Menilai ekonomisan dan efisiensi penggunaan sumber daya termasuk memperkecil

pemborosan.

5. Menilai efektifitas dalam mencapai tujuan dan sasaran perusahaan yang telah

ditetapkan . (h.14).

II.2.5. Jenis Audit Operasional

Menurut Arens dan Loebbecke yang diterjemahkan oleh Jusuf A.A. (2003), ”Audit

Operasional terbagi dalam 3 (tiga) jenis yaitu” :

1. Audit Fungsional (Functional Audit)

Audit fungsional adalah sarana untuk mengkategorikan aktivitas perusahaan atau

suatu alat penggolongan kegiatan suatu perusahaan, seperti fungsi penjualan atau

fungsi penagihan.

2. Audit Organisasional (Organizational Audit)

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Auditing - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00526-AK Bab 2.pdfpertanyaan-pertanyaan tentang kegiatan dan ... Audit laporan keuangan

16

Audit operasional atas suatu organisasi menyangkut keseluruhan unit organisasi

seperti departemen, cabang atau anak perusahaan. Penekanan audit organisasional

adalah seberapa efisien dan efekrif fungsi-fungsi dalam organisasi berinteraksi.

Rencana organisasi dan metode-metode untuk mengkoordinasikan aktivitas-

aktivitas merupakan hal yang penting dalam jenis pemeriksaan ini.

3. Audit penugasan Khusus (Special assigment Audtt)

Penugasan audit operasional khusus timbul atas permintaan manajemen. Ada

banyak variasi dalam pemeriksaan tersebut, misalnya penyelidikan kemungkinan

kecurangan dalam suatu divisi. (h.767).

II.2.6. Tahap-tahap Audit Operasional

Menurut Agoes, S. (2004), ”Ada 4 (empat) tahapan dalam suatu audit

operasional, yaitu:

1. Survei Pendahuluan (Preliminary Survery).

Survei pendahuluan dimaksudkan untuk mendapat gambaran mengenai bisnis

perusahaan yang dilakukan melalui tanya jawab dengan manajemen dan staff

perusahaan serta penggunaan questionnaires.

2. Penelaahan dan Pengujian Atas Sistem Pengendalian Manajemen (Review and

Testing of Management Control System).

Untuk mengevaluasi dan menguji efektifitas dari pengendalian manajemen yang

terdapat di perusahaan biasanya digunakan internal control questionnaires (ICQ),

flowchart dan penjelasan narrative serta dilakukan pengetesan atas beberapa

transaksi (walk through the documents).

3. Pengujian Terinci (Detailed Examination).

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Auditing - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00526-AK Bab 2.pdfpertanyaan-pertanyaan tentang kegiatan dan ... Audit laporan keuangan

17

Melakukan pemeriksaan terhadap transaksi perusahaan untuk mengetahui apakah

prosesnya sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan manajemen. Dalam hal ini

auditor harus melakukan observasi terhadap kegiatan dari fungsi-fungsi yang

terdapat di perusahaan.

4. Pengembangan Laporan (Report Development).

Dalam menyusun laporan pemeriksaan auditor tidak memberikan opini mengenai

kewajaran laporan keuangan perusahaan. Laporan yang dibuat mirip dengan

management letter, karena berisi audit findings mengenai penyimpangan yang

terjadi terhadap kriteria (standard) yang berlaku ang menimbulkan inefisiensi,

inefektifitas, dan ketidakhematan (pemborosan) dan kelemahan dalam sistem

pengendalian manajemen (management control system) yang terdapat di

perusahaan”. (h.12).

II.2.7. Kriteria untuk Mengevaluasi Efisiensi, Efektifitas dan Ekonomis

Kesulitan utama yang dihadapi dalam audit operasional adalah menentukan

kriteria untuk mengevaluasi apakah efisiensi dan efektifitas telah tercapai, karena

dalam audit operasional tidak ada kriteria standar seperti dalam audit keuangan.

Arens dan Loebbecke (2003) yang diterjemahkan oleh Jusuf menulis, “ ada

beberapa sumber yang dapat dimanfaatkan auditor operasional dalam mengembangkan

kriteria khusus. Ini mencakup :

1. Kinerja historis

Seperangkat kinerja sederhana yang dapat didasarkan pada hasil sebenarnya

atau hasil audit dan periode sebelumnya. Tujuannya untuk membandingkan

apakah yang telah dilakukan menjadi lebih baik atau lebih buruk. Manfaat

kriteria ini adalah bahwa kriteria tersebut mudah dibuat, tetapi mungkin

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Auditing - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00526-AK Bab 2.pdfpertanyaan-pertanyaan tentang kegiatan dan ... Audit laporan keuangan

18

tidak memberikan pandangan mendalam mengenai seberapa baik atau

buruknya sebenarnya unit usaha yang diperiksa dalam melakukan sesuatu.

2. Kinerja yang dapat diperbandingkan

Sebagian besar kesatuan yang menjalani audit operasional tidak bersifat unit,

terdapat banyak kesatuan yang sama di dalam keseluruhan organisasi atau

diluarnya. Dalam hal demikian, data kinerja dari kesatuan yang dapat

diperbandingkan merupakan sumber yang sangat baik untuk

mengembangkan kriteria. Untuk kesatuan yang dapat diperbandingkan

berada diluar organisasi, mereka seringkali bersedia menyediakan informasi

seperti itu. Data ini sering kali juga tersedia pada kelompok industri dan

lembaga pemerintah yang berwewenang.

3. Standar rekayasa

Dalam banyak jenis penugasan audit operasional adalah mungkin dan layak

untuk mengembangkan kriteria berdasarkan standar rekayasa misalnya studi

waktu dan gerak untuk menentukan tingkat keluaran produksi. Kriteria ini

sering memakan waktu dan biaya yang besar dalam pengembangannya

karena banyak memerlukan keahlian, akan tetapi hal itu mungkin sangat

efektif dalam memecahkan masalah operasional yang utama dan biaya yang

dikeluarkan akan berharga.

4. Diskusi dan kesepakatan

Kadang-kadang kriteria objektif sangat sulit didapat dan sangat memakan

biaya, tetapi adakalanya kriteria dapat dikembangkan melalui diskusi dan

kesepakatan yang sederhana. Pihak-pihak yang terlibat dalam proses ini

harus meliputi manajemen kesatuan yang diperiksa, auditor operasional dan

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Auditing - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00526-AK Bab 2.pdfpertanyaan-pertanyaan tentang kegiatan dan ... Audit laporan keuangan

19

kesatuan atau orang-orang yang akan mendapat laporan tentang temuan-

temuan yang didapat.

II.3. Sistem Pengendalian Intern

II.3.1. Pengertian Pengendalian Intern

Sistem pengendalian intern yang diterapkan pada perusahaan akan sangat

berguna untuk mencegah terjadinya penyimpangan dari tujuan semula yang akan

dicapai utaupun kecurangan-kecurangan. Selain itu, dapat digunakan untuk melacak

kesalahan-kesalahan yang sudah terjadi sehingga dapat dikoreksi.

Menurut IAI (2007), “Pengendalian intern adalah suatu proses yang dijalankan oleh

dewan komisaris, manajemen, dan personel lain entitas yang didesain untuk

memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan yaitu

keandalan pelaporan keuangan, kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku,

dan efektifitas dan efisiensi operasi.” (h.319.2).

Menurut Mulyadi (2001), “Sistem pengendalian intern meliputi struktur

organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan

organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan

mendorong dipatuhnya kebijakan manajemen.” (h.163).

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sistem pengendalian intern sangat

penting bagi setiap perusahaan. Jika suatu perusahaan memiliki sistem pengendalian

intern yang tidak memadai maka kemungkinan bisa terjadinya kekeliruan semakin besar

dan dapat mengganggu efektifitas operasional perusahaan akibat banyak keputusan

yang diambil bersumber dari informasi yang keliru.

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Auditing - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00526-AK Bab 2.pdfpertanyaan-pertanyaan tentang kegiatan dan ... Audit laporan keuangan

20

II.3.2. Tujuan dan Jenis Pengendalian Intern

Menurut Mulyadi (2001), ”Tujuan sistem pengendalian intern adalah sebagai

berikut :

1. Menjaga kekayaan organisasi

2. Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi

3. Mendorong efisiensi

4. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen (h.163).

Menurut tujuannya, sistem pengendalian intern dapat dibagi menjadi 2 (dua)

macam yaitu: pengendalian intern akuntansi (internal accounting control) dan

pengendalian intern administratif (internal administrative control).

II.3.3 Unsur-unsur Pengendalian Intern

Boynton, Johnson, dan Kell yang diterjemahkan oleh Rajoe, P.A., Gania, G.,

Budi, I.S. (2002) menulis, “Struktur pengendalian intern terdiri dari lima unsur pokok,

yaitu:

1. Lingkungan Pengendalian (Control Environment)

Lingkungan pengendali merupakan suatu organisai yang mempengaruhi

kesadaran akan pengendalian dari orang-orangnya. Lingkungan pengendalian

merupakan pondasi dari semua komponen pengendalian intern lainnya yang

menyediakan disiplin dan struktur. Sejumlah faktor membentuk lingkungan

pengendali dalam suatu entitas diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Integritas dan nilai etika

b. Komitmen terhadap kompetensi

c. Dewan direksi dan komite audit

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Auditing - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00526-AK Bab 2.pdfpertanyaan-pertanyaan tentang kegiatan dan ... Audit laporan keuangan

21

d. Filosofi dan gaya operasi manajemen

e. Struktur organisasi

2. Penaksiran Resiko (Risk Assessment)

Penaksiran resiko manajemen untuk tujuan pelaporan keuangan adalah

penaksiran resiko yang terkandung dalam asersi tertentu dalam laporan

keuangan dan desain serta implementasi aktivitas pengendali yang ditujukan

untuk mengurangi resiko tersebut pada tingkat minimum, dengan

mempertimbangkan biaya dan manfaat. Penaksiran resiko manajemen harus

mencakup pertimbangan khusus terhadap resiko yang dapat timbul dari

perubahan keadaan, seperti:

a. Perubahan dalam lingkungan operasi

b. Personel baru

c. Sistem informasi yang baru atau dimodifikasi

d. Pertumbuhan yang cepat

e. Teknologi yang baru

f. Lini, produk atau aktivitas baru

g. Restrukturisasi perusahaan

h. Operasi di luar negeri

i. Pernyataan akuntansi

3. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication)

Informasi yang digunakan sebagai fokus utama kebijakan dan prosedur

pengendalian intern berkaitan dengan sistem akuntansi, yaitu bahwa transaksi

dilaksanakan dengan cara yang mencegah salah saji dalam asersi manajemen

dalam laporan keuangan.

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Auditing - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00526-AK Bab 2.pdfpertanyaan-pertanyaan tentang kegiatan dan ... Audit laporan keuangan

22

Komunikasi mencakup penyampaian informasi kepada semua personel

yang terlibat dalam pelaporan keuangan tentang bagaimana aktivitas mereka

berkaitan dengan pekerjaan orang lain, baik yang berada di dalam maupun di

luar organisasi. Komunikasi ini mencakup sistem pelaporan penyimpangan

kepada pihak yang lebih tinggi dalam entitas .

4. Aktivitas Pengendali (Control Activities)

Aktivitas pengendali adalah kebijakan dan prosedur yang dibuat untuk

memberikan keyakinan bahwa petunjuk yang dibuat oleh manajemen telah

dilaksanakan. Aktivitas pengendali yang relevan dapat digolongkan ke dalam

berbagai kelompok sebagai berikut:

a. Pemisahan tugas

b. Pengendalian pemrosesan informasi

• Pengendalian umum, meliputi : organisasi pusat pengolahan data,

prosedur dan standar untuk perubahan program, pengembangan

sistem dan pengoperasian fasilitas pengolahan data.

• Pengendalian aplikasi, dikelompokkan menjadi : prosedur otorisasi

yang memadai, perancangan dan penggunaan dokumen dan catatan

yang cukup, dan pengecekan secara independen.

c. Pengendalian fisik

d. Review kinerja

5. Pemantauan (Monitoring)

Pemantauan adalah suatu proses yang menilai kualitas kinerja pengendalian

intern pada suatu waktu. Pemantauan melibatkan penilaian rancangan dan

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Auditing - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00526-AK Bab 2.pdfpertanyaan-pertanyaan tentang kegiatan dan ... Audit laporan keuangan

23

pengoperasian pengendalian dengan dasar waktu dan mengambil tindakan

perbaikan yang diperlukan.” (h.379-400)

Adapun unsur pokok yang perlu diperhatikan dalam merancang sistem

pengendalian intern yang mengacu pada pendapat Mulyadi (2001) adalah :

1. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas.

Pemisahan tanggung jawab fungsional dalam unit-unit organisasi yang dibentuk

sangat penting karena merupakan pengendalian untuk mencegah terjadinya

kecurangan.

2. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan

yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan dan biaya.

Dengan adanya sistem otorisasi dan prosedur pencatatan yang baik dalam suatu

perusahaan akan menjamin dihasilkannya informasi yang dapat dipercaya.

3. Praktek yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi

Dalam pembagian tanggung jawab fungsional, sistem wewenang dan prosedur

pencatatan yang telah ditetapkan tidak akan terlaksana denan baik jika tidak

diciptakan cara-cara untuk menjamin praktek yang sehat, seperti penggunaan

formulir bernomor urut tercetak, pemeriksaan mendadak, tidak adanya perputaran

jabatan, diadakan pencocokan fisik kekayaan dengan catatannya, pembentukan staf

intern.

4. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya

Bagaimanapun baiknya sistem, baik itu ditunjang oleh kejujuran serta kecakapan

karyawannya, maka sistem tersebut tidak akan bisa berjalan sesuai dengan yang

diharapkan. Agar memperoleh karyawan yang jujur dan cakap, hal yang perlu

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Auditing - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00526-AK Bab 2.pdfpertanyaan-pertanyaan tentang kegiatan dan ... Audit laporan keuangan

24

dilakukan manajemen adalah sewaktu di mulai dilakukannya penyaringan

penerimaan karyawan baru dengan cara wawancara yang ketat mengenati latar

belakang dan pengalaman dari pelamar.

II.3.4. Hubungan Pengendalian Intern dengan Pemeriksaan Operasional

Menurut Arens dan Loebbecke yang diterjemahkan oleh Jusuf, A.A. (2003)

hubungan antara audit opersional dengan sistem pengendalian internal adalah sistem

pengendalian internal dibentuk untuk membantu mencapai sasaran perusahaan, dan

sasaran penting semua organisasi adalah efisiensi dan efektivitas. Tujuan hal penting

dalam menyusun struktur pengendalian internal yang baik adalah :

1. Keandalan pelaporan keuangan

2. Ketaatan pada hukum dan peraturan yang sudah ditetapkan

3. Efisiensi dan efektivitas operasional

Masing-masing dari ketiganya ini dapat menjadi bagian audit operasional jika tujuannya

adalah operasi yang efisien, efektif, dan ekonomis. (h.766).

II.4. Fungsi Pengelolaan Persediaan Dalam Rangka Audit Operasional

II.4.1 Pengertian Persediaan

Dalam perusahaan dagang atau industri, biasanya persediaan bahan baku dan

persediaan barang jadi merupakan komponen aktiva yang cukup besar nilainya serta

transaksinya. Terjadinya kesalahan dalam menentukan nilai persediaan akan

berpengaruh terhadap neraca dan perhitungan rugi laba, baik tahun berjalan maupun

tahun yang akan datang. Persediaan merupakan unsur dari aktiva lancar yang memiliki

porporsi yang besar dan merupakan bagian modal kerja yang jumlahnya cukup besar.

Persediaan membutuhkan suatu investasi yang cukup besar serta sensitif karena

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Auditing - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00526-AK Bab 2.pdfpertanyaan-pertanyaan tentang kegiatan dan ... Audit laporan keuangan

25

penurunan harga, pencurian, dan kerusakan. Oleh karena itu, persediaan perlu dikelola

dengan baik.

Menurut Assauri (2000), ”Persediaan adalah suatu aktiva yang meliputi barang-

barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha yang

normal atau masih dalam proses maupun menunggu penggunaannya dalam suatu proses

produksi”. (h.164).

Menurut Standar Akuntansi Keuangan atau SAK nomor 14 (2007), ” Persediaan

adalah aktiva :

1. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal,

2. Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan, atau

3. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam

proses produksi atau pemberian jasa”. (h.14.1).

Menurut Hendriksen dan Van Breda (2002) yang diterjemahkan oleh Wibowo

menyatakan bahwa, ”Persediaan mencakup barang yang ditujukan untuk dijual dalam

pelaksanaan normal usaha, serta bahan baku dan perlengkapan yang akan digunakan

dalam proses produksi untuk penjualan”.

II.4.2. Jenis-jenis persediaan

Menurut Assauri (2000), persediaan dapat dibedakan menurut beberapa cara

berdasarkan jenis dan posisi barang di dalam urutan pengerjaan produk sebagai berikut:

1. Persediaan bahan baku (raw materials)

Yaitu persediaan barang yang berwujud yang digunakan dalam proses produksi.

Bahan mentah dapat diperoleh dari sumber-sumber alam atau dibeli dari pemasok

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Auditing - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00526-AK Bab 2.pdfpertanyaan-pertanyaan tentang kegiatan dan ... Audit laporan keuangan

26

dan atau dibuat sendiri oleh perusahaan untuk digunakan dalam proses produksi

selanjutnya.

2. Persediaan komponen-komponen rakitan (purchased parts or components stock)

Yaitu persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen-komponen yang

diperoleh dari perusahaan lain, yang dapat secara langsung dirakit dengan

komponen lain tanpa melalui proses produksi sebelumnya.

3. Persediaan bahan pembantu atau penolong (supplies stock)

Yaitu persediaan barang-barang atau bahan-bahan yang diperlukan dalam proses

produksi untuk membantu berhasilnya produksi atau yang dipergunakan dalam

bekerjanya suatu perusahaan, tetapi tidak merupakan bagian atau komponen barang

jadi.

4. Persediaan barang dalam proses (work in process or progress stock)

Yaitu persediaan barang-barang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian

dalam satu pabrik atau bahan yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi lebih

perlu diproses kembali untuk kemudian menjadi barang jadi.

5. Persediaan barang jadi (finished goods)

Yaitu persediaan barang-barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik

dan siap untuk dijual maupun dikirim kepada pelanggan-pelanggan ataupun

perusahaan lain.” (h.171).

II.4.3. Pengelolaan Persediaan yang Efektif dan Efisien

Menurut Rayburn, L.G. (2000) yang dialihbahasakan oleh Alfonsus Sirait,

pengelolaan persediaan yang efektif dan efisien memusatkan perhatian pada hal-hal

pokok sebagai berikut :

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Auditing - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00526-AK Bab 2.pdfpertanyaan-pertanyaan tentang kegiatan dan ... Audit laporan keuangan

27

1. Banyaknya persediaan yang harus disimpan

Persediaan yang disimpan digunakan untuk menjamin kelancaran proses

produksi dari akibat kemungkinan terjadinya kekurangan persediaan, atau

dikenal dengan istilah persediaan pengaman (safety stock). Manajemen

cederung konservatif dan menyimpan persediaan dalam jumlah besar. Hal ini

bisa memerlukan biaya besar, khususnya untuk biaya penyimpanan. Jika

perusahaan menyimpan persediaan pengaman yang tidak mencukupi maka dapat

terjadi kerumitan operasi dan stock out bisa sering timbul. Stok pengaman dalam

jumlah yang ideal akan memperkecil kemungkinan terjadinya stock out dan

biaya penyimpanan persediaan.

2. Kuantitas pesanan yang ekonomis (Economic Order Quantity/EOQ)

Pendekatan EOQ mengasumsikan permintaan yang stabil dan diketahui secara

pasti. EOQ adalah jumlah persediaan yang harus dipesan pada suatu saat dengan

tujuan untuk meminimumkan jumlah biaya pemesanan serta biaya penyimpanan

persediaan. Dengan informasi seperti kuantitas yang dibutuhkan, harga per unit,

persentase biaya pemilikan persediaan, dan biaya setiap pesanan. Maka dapat

dihitung jumlah pesanan yang ekonomis dengan rumus :

EOQ= 2 x RU x CO

CU x CC

Keterangan :

EOQ = Economic Order Quantity (kuantitas pesanan yang ekonomis)

RU = Annual Required Units (unit kebutuhan setahun)

CO = Cost of Order (biaya per pesanan)

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Auditing - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00526-AK Bab 2.pdfpertanyaan-pertanyaan tentang kegiatan dan ... Audit laporan keuangan

28

CU = Cost per Unit of Material (biaya bahan per unit)

CC = Carrying Cost Percentage (persentase biaya pemilikan)

3. Tenggang waktu pemesanan (Lead time)

Analisis EOQ menentukan ukuran pemesanan yang optimal. Masalah yang

timbul selanjutnya adalah kapan pemesanan akan dilakukan. Salah satu faktor

yang mempengaruhi keputusan ini adalah lead time yaitu waktu yang diperlukan

sejak pesanan dilakukan sampai barang yang dipesan diterima. Jika supplier

dapat diandalkan maka perusahaan dapat memperkirakan lead time yang cukup

cepat. Akan tetapi untuk kebanyakan produk sulit memperkirakan lead time

karena besarnya ketidakpastian dalam jadwal pengiriman. Selain itu, mungkin

sukar untuk memperhitungkan jumlah bahan baku yang akan digunakan selama

lead time.

4. Titik pemesanan kembali (Reorder Point)

Setelah menentukan persediaan pengaman, kita dapat menentukan titik

pemesanan kembali (Reorder Point) yaitu jumlah persediaan yang ada pada saat

pemesanan harus dilakukan serta menghitung titik pemesanan kembali dengan

menambahkan persediaan pengaman ke pemakaian rata-rata selama lead time.

Maka dapat dicari titik pemesanan kembali (Reorder Point) dengan rumus :

Reorder Point = (LD x AU) + SS

Keterangan :

LD = Lead time (tenggang waktu pemesanan)

AU = Average Usage (pemakaian rata-rata)

SS = Safety Stock (persediaan pengaman)

(h. 57, 64-66).

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Auditing - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00526-AK Bab 2.pdfpertanyaan-pertanyaan tentang kegiatan dan ... Audit laporan keuangan

29

Konsep pengendalian persediaan – Just in Time (JIT)

Beberapa hal penting dalam konsep JIT adalah :

• Semua material adalah bagian aktif dari sistem produksi dan tidak

boleh menimbulkan masalah yang menyebabkan timbulnya

persediaan.

• Persediaan seminim mungkin untuk menjaga kelangsungan produksi

dan harus tersedia dalam jumlah, waktu, serta kualitas yang tepat.

• Manfaat Just in Time dapat mengurangi biaya dan dapat meningkatkan

pengendalian mutu.

II.4.4. Tujuan Audit Operasional atas Fungsi Persediaan

Berdasarkan pada pendapat Agoes (2004), tujuan audit operasional atas fungsi

persediaan adalah :

1. Untuk memeriksa apakah terdapat pengendalian intern yang baik atas

persediaan.

2. Untuk memeriksa apakah metode penilaian persediaan (valuation) sesuai

dengan standar akuntansi keuangan.

3. Untuk memeriksa apakah persediaan yang tercantum di neraca betul-betul ada

dan dimiliki oleh perusahaan pada tanggal/neraca.

4. Untuk mengetahui apakah ada perjanjian pembelian atau penjualan persediaan

yang membawa pengaruh besar terhadap laporan keuangan.

5. Untuk mengetahui apakah ada persediaan yang dijadikan jaminan kredit dan

apakah ada asuransi persediaan.

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Auditing - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00526-AK Bab 2.pdfpertanyaan-pertanyaan tentang kegiatan dan ... Audit laporan keuangan

30

6. Untuk memeriksa apakah terjadinya barang rusak, kurang laku atau ketinggalan

mode sudah dibuat allowance yang cukup.

7. Untuk memeriksa apakah sistem pencatatan persediaan sesuai dengan prinsip

akuntansi yang berlaku umum. (h.176).

II.4.5. Sistem Pencatatan dan Metode Penilaian Persediaan

Menurut Horngren, Harrison dan Bamber (2002) menyatakan bahwa ada 2(dua)

sistem pencatatan persediaan yaitu:

1. Sistem persediaan perpetual (perpetual inventory system)

Dalam sistem ini, perusahaan mencatat setiap mutasi yang terjadi pada persediaan

sehingga akun persediaan selalu mencerminkan nilai sisa persediaan perusahaan

yang paling akhir.

2. Sistem persediaan periodik (periodic inventory system)

Dalam sistem ini, perusahaan tidak mencatat seluruh mutasi yang terjadi dalam

akun persediaan. Akibatnya pada akhir periode, perusahaan harus mengadakan

penghitungan secara fisik untuk mengetahui jumlah barang yang dimiliki, yang

kemudian dikalikan dengan per unit biaya untuk mendapatkan biaya persediaan di

akhir periode.

Terdapat empat metode biaya yang dapat digunakan dalam menentukan nilai

persediaan yang ada yaitu:

1. Metode harga pokok spesifik (specific unit cost)

Metode harga pokok spesifik ini didasarkan atas penilaian persediaan yang

dipergunakan untuk menilai biaya dari suatu persediaan yang secara spesifik

dapat kita identifikasikan.

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Auditing - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00526-AK Bab 2.pdfpertanyaan-pertanyaan tentang kegiatan dan ... Audit laporan keuangan

31

2. Metode rata-rata tertimbang (weighted average cost)

Metode penilaian persediaan ini didasarkan pada harga pokok rata-rata

persediaan dalam suatu periode tertentu. Harga pokok rata-rata tertimbang

diperoleh dengan membagi harga pokok barang yang dapat dijual dengan

jumlah barang yang dapat dijual.

3. Metode masuk pertama keluar pertama (first in first out / FIFO)

Metode penilaian persediaan ini didasarkan pada harga pokok dari barang yang

pertama kali masuk yang akan dibebankan pertama kali sebagai harga pokok

penjualan. Persediaan akhir dinilai berdasarkan biaya dari pembelian yang

dilakukan paling akhir.

4. Metode masuk terakhir keluar pertama (last in first out / LIFO)

Metode penilaian persediaan ini didasarkan pada biaya persediaan yang paling

akhir adalah yang petama kali dibebankan sebagai harga pokok penjualan.

Metode ini mengakibatkan biaya persediaan akhir dinilai berdasarkan harga beli

persediaan yang paling awal.

II.4.6. Fungsi-Fungsi Di Dalam Siklus Dan Pengendalian Intern Pengelolaan

Persediaan

Menurut Arens et. Al (2000) bahwa siklus persediaan dan pergudangan dapat

dipandang sebagai perbandingan dua sistem yang terpisah tetapi satu sama lain saling

berhubungan erat, dimana yang satu menyangkut arus fisik barang-barang (physical

flow of goods) dan yang lain berupa biaya-biaya yang berhubungan (related cost). Pada

saat persediaan bergerak di sepanjang perusahaan, harus ada pengendalian yang

memadai baik atas pergerakan fisiknya maupun atas biaya-biaya yang berhubungan.

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Auditing - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00526-AK Bab 2.pdfpertanyaan-pertanyaan tentang kegiatan dan ... Audit laporan keuangan

32

Hal ini bertujuan agar lebih memahami pengendalian tersebut dan bukti-bukti audit

yang dibutuhkan untuk menguji keefektifannya. Berikut akan dijelaskan suatu

peninjauan singkat terhadap keenam fungsi yang membentuk siklus persediaan dan

pergudangan, yaitu:

1. Memproses order pembelian

Setiap permintaan pembelian digunakan untuk meminta bagian pembelian

membuat order atas barang-barang persediaan. Permintaan dapat diajukan oleh

pegawai gudang penyimpanan kalau persediaan telah mencapai jumlah minimal

yang telah ditetapkan, order dapat juga dibuat untuk bahan baku yang

dibutuhkan untuk menyelesaikan satu pesanan atau order dapat pula diajukan

berdasarkan perhitungan persediaan secara periodik oleh orang yang

bertanggung jawab akan hal tersebut. Tanpa memperhatikan metode yang

digunakan, pengendalian terhadap setiap pernmintaan pembelian dan order

pembelian yang bersangkutan, umumnya dievaluasi dan diuji terlebih dahulu

sebagai bagian dari siklus perolehan dan pembayaran.

2. Menerima bahan baku baru

Penerimaan barang yang di order merupakan bagian dari siklus perolehan dan

pembayaran. Barang yang diterima harus diperiksa kuantitas dan kualitasnya.

Bagian yang menerima membuat suatu laporan penerimaan barang yang

menjadi bagian dari dokumentasi yang dilakukan sebelum pembayaran. Setelah

inspeksi, barang dikirim ke gudang, dokumen penerimaan dikirimkan ke bagian

pembelian, gudang dan hutang usaha.

3. Menyimpan bahan baku

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Auditing - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00526-AK Bab 2.pdfpertanyaan-pertanyaan tentang kegiatan dan ... Audit laporan keuangan

33

Setelah bahan diterima, lalu disimpan di dalam gudang penyimpanan sampai

bahan dibutuhkan untuk kegiatan produksi. Bahan-bahan dikeluarkan dari

gudang ke bagian produksi setelah adanya penyerahan permintaan bahan yang

disetujui sebagaimana mestinya, order pekerjaan atau dokumen sejenisnya yang

menunjukkan jenis dan jumlah unit bahan yang dibutuhkan. Dokumen

permintaan ini digunakan untuk membukukan catatan persediaan perpetual dan

untuk melakukan pemindahbukuan dari perkiraan bahan baku ke dalam barang

dalam proses.

4. Memproses barang

Proses pengerjaan barang dalam siklus persediaan dan pergudangan sangat

bervariasi untuk masing-masing perusahaan. Struktur pengendalian intern amat

dibutuhkan untuk menunjukkan profitabilitas relatif dari berbagai macam hasil

produksi untuk perencanaan dan pengendalian manajemen dalam menilai

persediaan untuk tujuan penyajian laporan keuangan.

5. Menyimpan barang jadi

Setelah barang jadi selesai dikerjakan bagian produksi, penyimpanan dilakukan

di gudang menunggu pengiriman. Dalam perusahaan dengan sistem

pengendaian intern yang baik, maka akan dilakukan pengendalian fisik atas

barang jadi dengan memisahkannya dalam beberapa area dengan akses terbatas.

Pengendalian barang umumnya dianggap bagian dari siklus penjualan dan

penerimaan kas.

6. Mengirim barang jadi

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Auditing - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00526-AK Bab 2.pdfpertanyaan-pertanyaan tentang kegiatan dan ... Audit laporan keuangan

34

Pengiriman barang jadi merupakan bagian integral dari siklus penjualan dan

penerimaan kas. Tiap pengiriman atau pengeluaran barang jadi harus didukung

dokumen pengiriman yang diotorisasi dengan memadai.